How Organizational and Non-Organizational Factors of Media Shape the Nature of News
tionally interrelated organism. “Tugs of war, however, are resolved by power; and news is, among other things, the exercise of power over the interpretation of reality” (Ibid). Do all the participants exercise the power? Indeed, they do. To be able to win the “tug of war”, all actors (or participants) exercise the power that eventually shapes the nature of news produced by media organization. Such tug of war is in evidence among all participants inside the organization (with its journalistic routines, procedures, values and assumption), and outside organization, such as from sources and audiences. Since the tug of war is never be won by one dominating actor, I would then say that the nature of news is determined by all of the complex elements within the news production. REFERENCES Cook, Timothy E. (1998), Governing With The News: The News Media As A Po litical Institution; Chicago: Chicago University Press. Curran, James (2000), “Rethinking Media and Democracy” in James Curran and Gurevitch, M. (eds), Mass Media and Society, third edition, London: Arnold. Galtung, Johan and Mari Ruge (1973), “Struc turing and Selecting News” in Stanley Cohen and Jack Young (eds), The Manufacture of News: Deviance Problems and The Mass Media. London: Constable-Sage. Gans, Herbert J. (1999), “Deciding What’s News” in Howard Tumber (ed), News: A Reader; Oxford: Oxford University Press. Herman, Edward S. and Noam Chomsky (1988), Manufacturing Consent: The Political Economy of The Mass Media, London: Vintage. Lasica, J. D. (2001). “Taking Ethics to the Net” in Quill, July/August 2001, Volume 89 Issue 6, p. 42. through University of Westminster e-resources at
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Ambang Priyonggo, M.A.
com.directasp?an=5009755&db= buh>Accessed: 5 April 2003. Manning, Paul (2001), News and News Sources: A Critical cal Introduction; London: Sage McManus, John H. (1994), Market-Driven 94), Market-Dr rive iv n iven Journalism: Let The Citizenn Bewar Beware?; re?; London: Sage. McNair, Brian (1996), News Andd Journalism In The London: he UK, Lon ndon: Routledge. Schudson, Michael (1991), “The 91), “T The Sociology Th SSociolo logy lo gy off News Production Revisited” n Rev visited” in JJames ames Curran and Michael Gurevitch hael G urevitch (eds); (eds); ); Mass Media andd Society; Socie ieety; 141-159, London: Edwardd Arno Arnold. old. Tuchman, Gaye (1973), “Makin “Making ing News By in y Doing Work: Routinizing outinizing ngg The Unexpected” in Americann Journal of of Sociology, Vol 79, 9, Issue I (July-1973), (Jul Juu y-1973), pp.110-131.
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan A Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren Universitas Multimedia Nusantara Jl. Boulevard, Bo Scientia Garden, Gading Serpong, Tangerang Telp. Tel (021) 54220808 / 37039777, Fax. (021) 54220800
Abstract: According McLuhan, technology in communication has a tremendous impact on human McL DQGWKHLUFXOWXUH7HFKQRORJLHVKDYHUHYROXWLRQDU\LQÀXHQFHGIRUPDQWRSHUFHLYHUHDOLWLHVLQD DQGWKHLUFXOWXUH 7H 7HFK big scale. New technologies have been demanding new way of human perceiving. The changtechhno ing of modes of pe perceiving erceiv brings a kind of crisis indentity, and the phenomen of a severe crises of identity appea appears ars in the late of the age of 20,th where electronic technology is in their very ar fast development. foresaw a huge technological turbulence is going to happen and developmen nt. McLuhan McL he warned pe people listen to the message of technology as media. For McLuhan media is the eopl op e to li PHVVDJH+LVFRQWURYHUVLDODIRULVPVWLQJVXVDQGIRUFHVXVWRUHÀHFWWKHPHVVDJHRIPHGLD PHVVDJH+L +L FRQWURYH +LV We are in indeed ind deed living in the technological turbulence, and it is really happened people living a world gap. We thank McLuhan for his warning, and we can discern worrld d with a big technological techn RXUOLIHVRWKDWZHFDQVXUYLYHDQGFRQWLQXHRXUGDLO\OLIHLQDQHZZD\(GL¿FDWLRQLVRQHRI RXUOLIHVRWKDWZHFDQ the skills needed to continue living together with others, world, and artifacties of Information co Technology. Keywords: Keyywords: penciutan, arus pusar teknologis, autoamputasi, media adalah pesan, media komunikasi, munika ik si, ruang ruanng akustik, akust ruang visual dan ruang dengar-lihat-raba, media panas dan dingin, teknologi sebagai diri manusia, teknologisasi tuturan dan aksara, kampung global, teknolog o seba ogi og agai pperluasan erl manusia gajet, modus informasi, modus produksi, dan sinestesia. mannusi u a diskarnasi, d arnassi, pencinta diska p Pengantar Pen ngan ntar t Menjellang Me g akh Menjelang akhir abad ke-20, manusia secaara berta taaha hap se edan mengamputasi sistem secara bertahap sedang sya yarraf pusatnya nya dan menyerahkan kepada syaraf teknologi elektronis ssebagai perluasan diriny Marshall McLuhan (1911-1980) meramalya. kan n, keti tikka mem ti mema asuk abad ke-21, manusia kan, ketika memasuki a sel el sa elesa sai m enyera eny telah selesai menyerahkan seluruh tubuhnya kepada teknologi. Jika demikian yang terjadi, maka dunia duni un n a aakan ka ge kan ka maka gembos menciut (implosio ion), io ), da an m anusia bbeserta kebudayaannya anu sion), dan manusia pun tenggelam dii ddalam arus pusar teknologis y g luar biasa dahsy yan yang dahsyat (McLuhan, 1964:4551). U 51 ntuk m ntu en hin eng en 51). Untuk menghindar dari malapetaka tek ek logis eknol ogis , Mc M Luhan mewanti-wanti manuLu teknologis McLuhan sia agar mendengarkan pesan teknologi, karet k l i adalah d l h media, dan media adalah na teknologi
24
25
pesan (McLuhan, 1964: 23-35;63-67). Pendapat tersebut dilontarkannya di tengah kekaguman terhadap perkembangan teknologi komunikasi elektronis. Orang sedang terpesona dengan kehadiran berbagai hasil temuan teknologi berbasis digital dan berbagai bentuk media komunikasi, mulai dari TV, komputer, internet, sampai ke berbagai ragam gajet (gadget). Di tengah keterpesonaan semacam itu, pandangan McLuhan terasa menyengat, seperti sengatan listrik, dan menimbulkan berbagai tegangan perbedaan (controversial). Pandangannya pun dapat dikatakan sebagai tonggak penanda (landmark) sejarah pemikiran dalam ilmu-ilmu humaniora, terutama komunikasi (Marchand, 1989;
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
McLuhan dan Zingrone, 1995; Genosko, 1999;). Permasalahan pokok yang menimbulkan tegangan perbedaan adalah yang menyangkut humaniora. Siapa manusia di hadapan teknologi dan mengapa teknologi adalah media pembawa pesan, bahkan sebagai pesan itu sendiri? Mengapa hidup manusia harus tergantung kepada pesan media? Apakah teknologi itu sehingga dapat mendatangkan malapetaka bagi manusia? Bagaimana McLuhan dapat sampai kepada pernyataan tersebut? Benarkah media komunikasi memiliki dampak sedemikian hebat bagi manusia sehingga cara hidupnya pun harus disesuaikan sesuai tuntutan yang dipesankan media? Jika cara manusia hidup bersama dengan alam dan benda-benda buatannya dalam sebuah jaringan kerelasian sosial yang sangat kompleks disebut kebudayaan, maka apa dampak media komunikasi terhadap manusia dan kebudayaannya di era TI? Masih adakah prospek kebudayaan di masa depan dan bagaimana menyiasati dampak negatif media komunikasi tersebut? Menarik untuk mencari tahu jawab atas berbagai pertanyaan di atas. I. Manusia dan Teknologi dalam Perspektif Herbert Marshall McLuhan Untuk menjawabnya, pertama-tama akan dijelaskan sedikit mengenai siapa McLuhan dan pandangannya mengenai teknologi serta garis besar dampak perkembangan teknologi bagi manusia dan kebudayaannya. I.1 Tentang McLuhan Herbert Marshall McLuhan (1911 DGDODK ¿OVXI KXPDQLRUD \DQJ EDQ\DN mendapatkan gelar kehormatan, baik dari dunia akademis maupun non akademis. Julukan yang diterimanya dari beberapa rekan sejawat adalah salah seorang ‘guru penciutan’ (the master of implosion) yang layak disejajarkan dengan Jean Baudrillard (1929-) (Genosko, 1999). Pemikiran McLuhan sangat EHUSHQJDUXK GL NDODQJDQ ¿OVDIDW KXPDQLRUD WHUPDVXN ¿OVDIDW GDQ LOPX NRPXQLNDVL %Hberapa karyanya yang terkenal antara lain: The Gutenberg Galaxy: The Making of Typo-
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
graphic Man (1962), Understanding Media: The Extensions of Man n (1964), Medium is the Massage: An Inventory tory of Effects (1967), War and Peace in the Global Village (1968), (1968)), Culture is Our Business (1970), City as ClassCllassCla room: Understanding Language andd Media Media Me (1977), Laws of Media banyak a (1988), dan a ban nyak lagi lainnya. I.2 Teknologi Sebagai Perluasan Diri Manusia McLuhan telah melak melakukan pengamakukan penga ku ngama nga mama tan terhadap fenomena tekno teknologi. melihat ologi. Ia m elihatt teknologi sebagai alat yang lahir ketik ketika ka ma-nusia merasa tidak berdaya menghadapi aya m enghadapi alam. Begitu sakitnya mengalami ketidakberdayaan ami ke etidakberdayaan itu, sampai manusia pingsan. Dalam keadaan ngsan. D alam keadaa aan tidak sadar itu terjadilah h proses au aautoamputasi. toamputaasi. Autoamputasi adalah sebuah proses ebuah pro oses mekanis nis i yang biasa terjadi pada saat orang m mengalami engalami kesakitan luar biasa, dan n ketika rasa ssakit a t tak aki tertanggungkan lagi, secara sistem ecara otomatis si siste s m pertahanan tubuh mengambil gambil alih kesadaran. an. n. Pada saat manusia siuman, man, ia mendapati anggota tubuh yang sakit telah lah diamputasi menjadi sesuatu yang berada di luar dirinya. Sesuatu yang di luar tubuhnya adalah teknologi sebagai perluasan diri dan telah menggantikan n tela laah m lah enggantik ik ikan kan an fungsi anggota tubuh yangg m mengalami engalami aautouto-amputasi. Contohnya, ket ketika manusia tika m anusia ttidak idak k berdaya menghadapi jarak, maka arak k, m aka rasa sakitt karena ketidakberdayaan membuatnya an m em mbuatnya ppinging-san. Ketika siuman, ia me mendapati endap pati roda ttelah elahh menggantikan fungsi kaki mengatasi ketaki ddan an m e ataasi eng si ket takberdayaan kaki mengatasi jarak. Demikian gatasii jar ja a ak. De D mik kia ian juga dengan lahirnya teknologii kkomunikasi omunikasi lewat autoamputasi sistem penginderaan. Bahkan, belakangan, hadir adir kkomputer omp m ute teer hhasil a l aauasi utoamputasi otak manusia. Hadirnya Teknologi a. Ha H dir irnyaa Te Tekno knologi knol Informasi (TI), bagi McLuhan adalah cLuha han ((1964), han 196 964), 96 ) ad dalah hasil autoamputasi seluruh jaringan uruh jaring gan sistem syaraf pusat manusia. I.3 Perluasan Sistem Penginderaan Dalam Berkomunikasi Berdasarkan penelitiannya, McLuhan neliitiaann nnya, McL cLuha cL han ha an (1962, 1964) menganggap gap media d komunikasii sebagai perluasan dari, dan sekaligus meng-
26
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
gantikan, fungsi penginderaan manusia dalam Hal tersebut mirip dengan proses komunikasi. Ha teknologi transportasi, yang perkembangan teknol berawal dari penemuan ber penemu roda, sebagai perlumenggantikan fungsi kaki asan ddari a dan untuk me ari jarak. Jadi, sebagaimana dalam men me me mengatasi jar pendengaran indera pend ndd ngaran dalam berkomunikasi nde menjadi dan diganti oleh sistem diperluas me enj njadi da misalnya tetabubunyi-bunyian bbermakna, erma han, demikianlahh ffungsi ung indera penglihatan digantikan diperluas dan diga g ntik oleh teknologi kega berbagai bentuk tulisan. beraksaraan dalam m be kehadiran Sedangkan kehadir ran TI, yang diawali denmerupakan perluagan penemuan elektronik, elek ktro penglihatan, dan san dari indera pendengaran, pend nd den sekaligus. Artinya, media komuniperabaan sekaligu us. A merupakan perluasan sekalikasi elektronis m erup gus pengganti ffungsi ungsi seluruh sistem penginderaan manusia ia yang paling berperan untuk berkomunikasi. berkomunikas asi. as Manusia Cara Menghadapi Perlu1.4 Ma anusia dan Car asan asa an Tubuh. Tubuh. Manusia hidup bersama dengan yang lain, yaitu sesama, aalam, dan benda-benda jaringan relasi komunibuatannya. Dalam ja manusia mengatur kasinya satu sama lain, la car cara ara hhidup idup yang ng se sselaras lara dalam sebuah bentuk khas manusia kkehidupan ehidu dupan kha du as m anu yang disebut kebudayaan. kebudayaan dipahami sebagai dayaan n. JJadi adi kebu uday manusia berada caraa m an nu nusia ber rada dalam jaringan relasi yangg ssangat an at ang a kkompleks ompleks dan cara mengatur kehidupannya hidu upann ny bbersama nya ers r am ma ssesama, alam dan bendabenda buatannya. Cara bend da buata ta nya. C tan ara berada dan cara mengkehidupan selalu disesuaikan aturr kehidup uppan a bbersama ersa setiap mengamputasi diri, atau set tiap kali manusia m setiap kali teknologi hhadir dalam kehidupannya nya. ya Manusia Manusi Ma Man s a ditun si ddituntut untuk beradaptasi setiapkali siuman set tiapkal k i ia i siu ium iu man ddan mendapati diri berada bersama teknologi baru hasil perluasan dirinya. Adaptasi rin in nyaa. a. Ad dapt a asi si yyang ang pperlu dilakukan meliputi berbagai ber erbag er bagai penyes bag pen penyesuaian nyesu yesuaian di ruang psikososial, yaitu di dimensi kesadaran kesad interior dan kesaddaran dar an eks ster t iorr. Di D ru eksterior. ruang interior kesadaran, kh khu sus ussnya yya di tubuh tubu biologis, b khususnya manusia harus menyelara ska k n ffungsi ungs sistem penginderaan menyelaraskan dengan media komun komunikasi baru. Ketika ma-
27
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
nusia mengenal teknologi cetak, media komunikasi cetak menuntut manusia mengaktifkan sistem penginderaan penglihatan. Demikian juga ketika lahir teknologi elektronis, manusia harus meninggalkan kebiasaan mengaktifan indera penglihatan yang selama ini digunakan menghadapi media cetak. Manusia harus menyesuaikan dengan tuntutan media elektronis yang membutuhkan pengaktivasian sistem penginderaan pendengaran, penglihatan dan perabaan sekaligus. Perubahan harus dihadapi di ruang eksterior kesadaran, yang bukan saja akibat cara-cara baru dalam berkomunikasi, tetapi juga karena kehadiran artifak teknologis secara material di tengah kehidupan manusia. Benda-benda teknologis, atau artifak teknologis umumnya dijadikan komoditas, dan kehadiran TI membuat ruang eksterior kesadaran dipenuhi komoditas secara berlimpah. Manusia yang berada bersama sesama, benda-benda alam, dan barangbarang material hasil perluasan dirinya adalah manusia yang hidup dalam kebudayaannya. Hadirnya teknologi baru membuat kebudayaan manusia berubah, dan manusia harus menyesuaikan diri dengan perubahan kebudayaan. Teknologi komunikasi membentuk budaya yang memiliki karakter tertentu dan diberi nama oleh beberapa peneliti sesuai dengan jenis teknologi yang digunakannya. McLuhan dan muridnya bernama Walter J.Ong, serta para peneliti segolongannya menyebut budaya tuturan sebagai karakter khas kebudayaan manusia yang belum mengenal teknologi penulisan aksara. Kebudayaan manusia yang sudah mengenal teknologi aksara disebut sebagai budaya keberaksaraan. Budaya cetak adalah nama bagi kebudayaan setelah ditemukannya teknologi cetak, dan nama budaya elektronis diperuntukkan bagi kebudayaan setelah teknologi elektronis hadir di tengah kehidupan manusia. Dengan demikian cara manusia menyimpan, memelihara dan menurunalihkan seluruh perbendaharaan kebudayaan kolektif manusia pun dapat dikelompokkan dan diberi nama sebagai ensiklopedi tribalis, yaitu pada budaya tuturan,
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
ensiklopedi skribalis untuk budaya keberaksaraan pra cetak, dan ensiklopedi cetak serta elektronis pada budaya cetak dan elektronis (Ong, 1982) . McLuhan mengumpulkan beberapa hasil analisis mengenai konsekuensi yang dihadapi manusia akibat perluasan diri di bidang komunikasi antara lain: keterbelahan kepribadian (schizophrenia), adanya rasio lain (alter ratio) di antara penginderaan, dan beberapa perubahan pada proses-proses mental (McLuhan 1962:27-53). Keterbelahan kepribadian manusia berteknologi cetak tampak pada manusia di masa awal penemuan teknologi cetak yang harus menyesuaikan diri dengan proses pemaknaan realitas yang pusatnya adalah dirinya sendiri. Sebelumnya, manusia hidup secara kesukuan, atau hidup dalam kolektivitas tribalis, dengan cara pandang mengenai ruang yang terbatas dan waktu yang melingkar, memusat dan berulang (cyclis). Manusia budaya tuturan meletakkan penyebab formal segala sesuatu yang menyusun peritiwa hidup mereka kepada ‘keapan’- apa penyebab peristiwa yang dialami oleh kami, manusia tribalis? Setelah adanya teknologi cetak, hidup kesukuan tidak lagi cocok, karena teknologi cetak membuat manusia harus hidup secara individualis, terkotak-kotak, dan memiliki cara pandang mengenai ruang dan waktu yang merentang lurus (linear). Manusia budaya keberaksaraan, terutama cetak, akan mencari siapa penyebab segala peristiwa yang dialaminya sebagai aku individu. Keterbelahan tersebut menuntut manusia untuk selalu menjaga keselarasan antara pikiran dan tindakannya. Manusia yang menggunakan indera pendengaran secara lebih aktif akan menentukan atau ‘mengukur’ realitas yang dihadapinya dengan rasio yang dikembangkan berdasarkan sistem informasi yang bertumpu kepada indera pendengaran tersebut. Manusia budaya tuturan mengembangkan rasio tersendiri untuk mengukur realitas berdasarkan indera pendengaran. Peralihan ke budaya keberaksaraan, utamanya cetak, menuntut peralihan indera dari pendengaran ke penglihatan, dan rasio untuk ‘mengukur’ realitas pun beru-
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
bah. Beberapa perubahan pada proses mental akan terjadi ketika sistem m penginderaan harus disesuaikan terhadap perubahan erubahan di ruang ekVWHULRUNHVDGDUDQ,QWHQVL¿NDVLVDODKVDWXDODW VL¿NDVLVDODKVDWXDODW W penginderaan akan ‘melumpuh’kan inderamelumpuh’kan inde derade indera lainnya. Indera pendengaran yyang ang diaktifkan dengan sangat kuat akan ‘memb ‘membius’ bius’ indera-indera lain, meskipun seluruh sistem skipun selu lu uruh sis stem penginderaan tetap bekerjasama kerjasam ma secara selaras. Suksesi indera pendengaran ndengaran oleh indera penglihatan membuat indera-indera ndera-inderra lain yang ‘tertidur’ akan ‘siuman dari tid tidur panjangnya,’ dur panjang du ngnya ng nya,’ nya , dan harus segera menyesuaikan yesuaiik ik diri ddengan ikan engan n ‘pemimpin’ baru sistem pengi penginderaan. Selama inderaan. Se S elamaa masa penyesuaian sistem penginderaan, em pen nginderaan, manusia mengalami situasii sema semacam acam kehilangan identitas. Pertemuan manusiaa yyang siuman ang sium man dari keadaan pingsan dengan perluasan engan ha hasil perluas san dirinya pun memiliki dampak psikologis. ampak psik ikologis. Maik Ma Ma nusia dapat terpesona terhadap teknologi rhadap tekno no ologi hasil perluasan dirinya, dan jatuh kepada atuh cinta kepa paada d hasil perluasan diri tersebut. Akibatnya, ma manusia anus n ia dapat terlena dari tugass utamanya yaitu me meenyesuaikan diri terhadap ap perubahan teknologi, dan malah asyik bermain-main dengan teknologi baru, seperti contohnya dengan berbagai gajet dari TI. Peralihan teknologi memuncullogi ddapat ap t memuncu ap apa ncu cullcu kan revolusi kebudayaan. McLuhan an. M cLuhan membamem mba-has revolusi tersebut secara panjang lebar, caraa pan nj njang lebar r, de-mikian juga beberapa pene peneliti Salah eliti llainnya. ainnya. S alah h satu hasil penelitian dari ri IIrving rving g Fang (1997)) dapat digunakan untuk membantu memperkm emb bantu mem mper-lihatkan beberapa revolusi yang terlusii yan ng ppernah ernah ah h ter rjadi dalam sejarah seperti yang dilihat erti yan an ng ddapat apat dili lih li ihat ha pada Tabel 1. TABEL 1 ENAM TAHAP HAP P REVOLUSI REV E OLU LUSI ININFORMASI Sumber: Fang (1997) II. Karakter Teknologii Elek Elektronis lek lektro ktro troniss Da Dan n Dampaknya Pada Kebudayaan. budayaan. Semakin lama semakin ban banyak nyak ya te tteknologi kno nolog gi yang an ng ng menggantikan fungsi anggota manusia, nggota otaa tu ttubuh ubuhh ma anussia, yang berarti semakin banyak anyak k pula anggota tubuh yang diamputasi. Hadirnya adirnya TI akan mem-
28
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
buat proses amputasi tersebut lengkap, dan seluruh tubuh manusia hhabis diserahkan kepada menganggap mesin pintar eleTI. McLuhan mengan ktronis, komputer yang berkonvergensi ktroni ktr o s, atau kompute dengan an n sistem digital akan mampu memersendiri tanpa campur tangan banyak di ddirinya r ya sendir rin (McLuhan, manusia (Mc M uhan, 11964, Levinson, 1999). McL Mc teknologis umumnya berupa komodiArtifak teknolo l gis um lo NRPRGL¿NDVL WDV GDQ NRPRGL GLL¿NDVL WHNQRORJL GDSDW PHPmenuntut buat teknologi m enun untuk direproduksi demi teknologi itu semata-mata dem mi kkeberadaan e manusia seakan dijadikan sendiri. Bahkan m an mesin yang dupah ooleh leh teknologi sebagai hasdalam il reproduksinya da alam bentuk kekayaan makacung teknoloteri. Rasio manusiaa ddijadikan ij dijadikan mesin mekanis dari gi, dan manusia di ijadi Jika seluruh sistem syaraf perluasan dirinya. a. Jik pusat diserahkan n kkepada epa teknologi, maka bemengalami rarti manusia m engala simulasi kesadaran secara teknologi teknoolog lo i dan lewat teknologi. Atas keprihatinan na tersebut, McLuhan menggugah nan kesadaran kesada ara ran manusia aagar mampu mengenali karakter-karakter teknologi, dan ia berharap kar arrak arak akter-karakter tekn manusia dapat beradapagar sesudah sadar, m karakter teknologi dapat dipatasi. Mengenai karakte berikut. parkan sebagai berikut Karakter Teknologi sebagai Media II.1 II. I.1 K arakterr Tekn T ‘Panas’ Media ‘Dingin’ ‘Pana as’ dan Med M edia ‘D Media adalah M Med ia ada alah salah satu teknologi komunikasi digunakan manusia untuk kom muni u ka kas asi yyang ang dig menyampaikan pesan. men nyam ampai am aikka ai kan n pe esan Secara teknis, media dapat dipahami sebagai dapa at dip ip paham ahaami se ebag perluasan diri manuisi, media adalah pesan. sia. Lewatt aanalisis nalisiis is McLuhan mengamati McL Luhan m e am en eng mati ada dua jenis karakter pesan, yaitu media berkarakmedia pembawa pesan ter ‘dingin’ (‘cool”), yang pesannya minim GH¿QLVLGDQ\DQJEHUNDUDNWHUµSDQDV¶(‘hot’) GH¿ GH¿QLV H¿QL Q LGDQ G \DDQJ GD QJ EHU VHEDJDL SHVDQ SDGDW GH¿QLVL 0DVHE EDJDL L SHPE SSHPEDZD HPEDZD HPE DZD SHV DZD nusia belajar memahami dan beradapnusi ia har hharus us bel ellaaja j rm media dari aspek teknistasi dengan karakter m nya, dia dapat membedakan ny nya y , ddengan eng gan demikian dem em jenis yang jen en nis ppesan esan an yan angg dibaw ddibawanya. mengenali karakter meKemampuan m akan membuat manusia dapat beradaptasi d ak dia kan an m embua buat ma bu dengan teknologi, de den gan an n te tek knolog logi, ogi, dan karenanya mereka yang paham akan pah ham aka k n kkarakter arakkter teknologi dapat ‘menmedia kounggangi’ dan ‘mengendalikan’ ‘meng
29
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
munikasi. Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan manusia pada setiap peralihan bentuk teknologi komunikasi, seperti yang sedang terjadi di akhir abad ke-20 dan awal abad ke21. McLuhan mengamati adanya arus pusar teknologis di setiap peralihan bentuk teknologi, karena karakter baru yang dibawa oleh teknologi baru tidak selalu dapat diadaptasi oleh kebanyakan orang. Arus pusar teknologis dapat menenggelamkan orang yang tidak mahir ‘menunggangi arus.’ Arus pusar teknologis di awal abad ke-21 ditengarai McLuhan sebagai arus pusar paling hebat yang akan terjadi karena kehadiran TI. Hadirnya teknologi elektronis di bidang komunikasi saja sudah membuat arus pusar yang luar biasa, dan banyak orang masih belum mampu beradaptasi, apalagi arus pusar yang diakibatkan TI. Ketidakmampuan beradaptasi dengan karakter media berarti tidak mampu memahami pesannya. Ketidakmampuan tersebut dapat terjadi karena manusia belum sadar, atau juga karena sudah sadar tetapi menjadi terpesona dan terlena oleh berbagai gajet yang tersedia. Padahal Seharusnya manusia sadar bahwa dia bukan sekedar perluasannya, atau bukan mesin seks teknologi yang mencintai hasil produksinya, lalu mereproduksi bersama dengan teknologi yang membalas cinta manusia dengan kekayaan materi. Masalah kesadaran, atau keterbukaan terhadap fenomena perubahan karakter teknologi, terutama media komunikasi, seharusnya sudah dapat diamati oleh ilmuwan di dunia akademis. Akan tetapi, dunia akademik sangat lambat mendeteksi perubahan yang terjadi karena, menurut McLuKDQ DNHGHPLVL VDQJDW VLEXN PHUHÀHNVL GDQ menentukan alat bantu penelitiannya. Sedangkan para pengusaha jauh lebih cepat ‘mencium’ gejala perubahan dan segera beradaptasi, lalu ‘menunggangi’ arus pusar teknologis. Masyarakat kebanyakan yang belum sadar SXQPXGDKPHQMDGLWDUJHWNRPRGL¿NDVLNDXP kapitalis Selain itu, manusia kontemporer menghadapi percepatan perkembangan teknologi dan begitu cepatnya sehingga meledak secara implosif dan membuat dunia
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
menciut. Manusia kembali ke jaman tribal dan mengalami retribalisasi. Artinya, manusia bukannya mengalami kemajuan perkembangan bersama teknologi, malah mengalami kemunduran. III. Beberapa Tegangan Perbedaan Pandangan Terdapat banyak tegangan perbedaan antara pandangan McLuhan dan para pemikir lainnya. Beberapa yang penting adalah yang menyangkut pertanyaan bagaimana aksara atau tulisan dapat dikatakan sebagai teknologi, sehingga McLuhan berani mengatakan teknologi adalah media dan media adalah pesan? Bagaimana percepatan teknologi dapat membuat dunia semakin panas dan akhirnya meletus, gembos dan menciut? Selain itu, penelitian McLuhan yang kurang memberi tempat kepada dimensi interior kesadaran manusia, sehingga sulit untuk melihat peran teknologi, terutama teknologi komunikasi, dalam perkembangan kesadaran manusia mengenai realitas. Kesenjangan perbedaan yang ada perlu diatasi oleh pandangan Ong, Genosko, Enos dan Ackermann seperti berikut. Jonathan Miller (1971) menggugat McLuhan karena tidak berhasil menjelaskan hubungan teknologi dan tulisan. Miller sulit untuk menemukan jawaban dari McLuhan atas pertanyaan, mengapa teknologi aksara yang mengubah dunia dan bukan teknologi yang lain? Mengapa tubuh manusia, terutama sistem penginderaannya harus diatur-atur dan disetel sesuai selera teknologi komunikasi? Bukankah yang seharusnya mengatur indera mana yang harus difungsikan untuk memersepsi adalah sistem kognisi manusia dan bukan oleh sesuatu di luar dirinya? Miller berpendapat bahwa manusia dan seluruh kediriannya yang menentukan perubahan semacam apa yang dikehendakinya, dan bukan ditentukan oleh teknologi atau media komunikasi yang berada di luar dirinya. Pemikiran Ong dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Menurut Ong, menulis, khususnya menulis aksara foenetis, adalah teknologi, karena untuk
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
menulis, orang memerlukan banyak peralatan seperti stilus, pinsil, kuas, as, tinta, cat, lembaran kulit kayu, kulit binatang, ng, daun lontar, kertas, dan berbagai bentuk permukaan rmukaan untuk ditulisi sii lainnya yang perlu dipersiapkan sebelumnya ersiapkan sebelum mnya (Ong, 1982: 81-82). Selain lain itu, teknologi teknolo lo ogi bukan semata-mata alat atau yang berada au sarana yan a g ber rada secara eksterior dari tubuh, melainkan merubuh, mela aink in an me erupakan hasil transformasi kesadaran asi kesad daran interior. Bagi Ong, tak ada teknologi ologi yang melampaui teknologisasi kata. Tranformasii semacam itu membawa kepada peningkatan (uplifting) eningkka katan (upli lifti li fting) fti ng)) kesadaran. Menulis meningkatkan kesadaran ningkkatkan kesa adaran n (Ong, 1982:82). Diakui oleh Ong Ong bahwa bahw wa hasill dari teknologi berada dalam semacam alam se emacam alienasi dari manusia. Contohnya teknologisasi nya tek knologisasi atas kata tuturan menghasilkan aksara, aksara kan aksa sara, dan aksa sa ara berisi kata yang telah diteknolo diteknologisasi berada lo log o isasi bera ada di luar tubuh manusia. Akan teta tetapi, alienasi tapi, aliena ta asii tersebut membawa kebaikan baikan bagi gi manusia, dan dalam beberapa hal tertentu, men menjadi njad ja i sanja gat penting bagi perkembangan kesadaran. embangan kesada adaran. ada Agar dapat hidup dan memahami secara lebih bih penuh, manusia tidak hanya membutuhkan proksimitas, tetapi jugaa jarak. Hasil penjarakan oleh teknologi aksara sara terhadap peningkatan kesadaran tak terpadankan erpadankan teknologiteknologi lain apa pun jugaa (O 1982:82). ((Ong, Ong, 1982:82) 82). 82 82) Dengan demikian, teknologi hasilnya knollogi dan hasi il a ilnya tak pernah terlepas dari manusia, ri kkesadaran esaddaran man nusia,, dan tak pernah sepenuhnya uhn nya bberada erada di luarr kesadarannya. Teknologi gi bberada erad da di ruang g ke-sadaran eksterior manusia. Artinya, berbeda usiaa. Art tinya, ber rbeda dari pendapat McLuhan, manusia secara san, m anu usi s secar sia arra sa adar menghadapi teknologi bersaogi da dann bberada erada d ber ers er rsama teknologi untuk memahami realitas, mahami re alit litas, yaitu li dirinya sendiri, alam dan artifak teknologis. Menjawab pertanyaan M Miller, jelas bahwa i er, ill r, je elas l ba la ahwa teknologi dalam perspektif adalah menktiff Ong ng ad ng dala alahh m enstrukturasi kebudayaan dan dim dimensi iinterioridi nte t rio i ritas manusia sekaligus. Genosko (1999)) mel melakukan perbandelaku el aku kukan kan perba rb nd ndingan pemikiran McLuhan Baudrillard. uhan n dan Ba audr udriillard rd.. rd Hasilnya menunjukan perbedaan yang sanJDW SHQWLQJ VLJQL¿FDQFH PHQJHQDL PDVLQJ FH P HQ HQJ Q HQDDL P DVLQJ QJ QJ J masing epistemologi yang digunakan dalam ang g di digun gu aka k n dala am aforisme “media adalah dikeh pesan.”” Seperti dik ketahui, Baudrillard mengatakan ngatakan bahwa du-
30
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
nia mengalami implosi secara struktural. Genosko menemukan bahwa aforisme ‘media adalah pesan’ tersebut dipecah dan diterapkan dalam teorinya mengenai (break (br e down) ke dal implosi Artinya bagi Baudrillard, implos osii sstruktural. os truktural. Ar isi pesann media adalah adal semacam ‘pepesan NDUHQD PHGLD GLGH¿QLVLNDQ VHEDJDL NRVRQJ¶ NDU DUHQD DU H PHGL teknologi yang merupakan berbagai obyek ek tekno ek membentuk hubungan manusimulasi yang m embe sia. contohnya, ttelevisi elevi adalah simulasi kodigital munikasi dunia di dig ita dan berhadapan dengan televisi, manusia manu usia tidak memiliki waktu PHUHÀHNVLNDQ XQWXN PHUHÀHNVLND DQ SSHVDQ \DQJ GLVRGRUNDQ Pemirsa kepadanya. Pemirs sa ttak dimampukan untuk ditentukan oleh memilih, karena ppilihannya ilih TV. Dengan demikian terjadi produsen acara TV V. D dalam totalianiarisme da alam komunikasi dunia digital seperti yang ttampak ampa dalam fenomena TV. mengonsumsi Manusia meng gonsums secara total pesan meAforisme telah dipecah dan diterapdia. Aforism me yyang ang tel oleh Baudrillard kan ke dalam dala lam teori tersebut, la ter pendobrakan masuk (break-in) ke dijadikan kan an pendobraka pemahaman pem em mahaman fenomena yang terjadi di dalam keseluruhan yang diwarnai buddunia unia secara keseluru daya digital. Berbeda dari Baudrillard, Genosko McLuhan melihat sifat epismenyimpulkan, McLu temic media. Aforisme ‘media tem emic teknologi em ogi me merupakan terobosan (break adalah ah pesan’’ m erup untuk memahami dunia elektronik. through) h) untu uk m ema Aforisme tersebut memberikan pencerahan Aforis rii mee ters sebuut m baikk kkepada eepa p da da pe ppelaku elak ku bbisnis maupun ilmuwan. Pelaku bisnis tercerahkan dengan slogan Pela aku bi isniss yang y g terc tersebut langsung terse ebut lan an ngsu g ng tterlibat erlib dengan praxis nyata, merekayasa berbagai ragam dunia yang yyaitu yai tu u mereka kaayas y a berb menciptakan para pencinta menghibur dan menc lovers). Situasi seperti ini, gajet (the gadget love menurut menuru men u t penu ppenulis, ulis lis, i , aadalah dal situasi kuasi-global yang ramalkan McLuhan. yan ng rama ama amalka malka l n ooleh le M leh Menurut aforisme McLuM enuruut ppenulis, enu han dapat dipahami sebagai yang memiliki makna ganda (double-coding). Sepintas, sepm ma mak a na n gan anda (do an (doubleertinya terdapat oposisi biner antara karakter ert rtiny rt inya terd iny er apa er patt ooposi ‘dingin,’ dan pada ummedia ‘panas’ dan ‘d strukturalis cepat uumnya, mnya, yaa, a, ppostmodernisme ostm mode od rnis sekali menjatuhkan se sek alii me menja en tuh uhka hhukuman kepada setiap uhkan binerisme sebagai yang memungkinkan debin i eriisme sebag b aii ya konstruksi. Pemikiran Baudrillard memang
31
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
sebuah dekonstruksi, karena ia melakukan SHQGREUDNDQ WHUKDGDS GH¿QLVL PHGLD $NDQ tetapi, McLuhan menempatkan media sebagai terobosan masuk untuk memahami (episteme), yang dibantu oleh pemahaman cara pandang postmodern mengenai komunikasi. Modernisme memandang komunikasi dalam dua cara secara terpisah, sebagai modus komunikasi dan sebagai modus produksi. Jika komunikasi diperlakukan sebagai modus informasi, maka terdapat oposisi biner antara pengirim pesan dan penerima pesan. Demikian juga, jika komunikasi diperlakukan sebagai modus produksi, maka terdapat oposisi biner antara kaum borjuis dan proletar, antara masyarakat media dan masyarakat massa, antara kaum elit kapitalis dan penguasa dan masyarakat kebanyakan. Baudrillard melihat media dalam perspektif tunggal pemaknaan komunikasi, yaitu dalam modus produksi semata, oleh sebab itu terjadi implosi struktural. Padahal dalam postmodernisme, komunikasi bukan lagi dipahami sebagai hanya modus informasi atau hanya modus produksi belaka, melainkan sebagai berbagai bentuk proses perubahan kebudayaan (Gronbeck, Farrel, dan Soukup, 1991:vii-viii). Benar bahwa komunikasi adalah moda informasi tetapi sekaligus lebih dari itu, komunikasi adalah transmisi dan preservasi dari moda produksi kebudayaan. Menurut penulis, pemikiran McLuhan harus dipahami dalam perspektif post-modernisme revisioner di mana oposisi biner komunikasi diatasi lewat dialektika sublatif dua cara pandang, antara modus informasi dan modus produksi, yang beroposisi tersebut. Analisis Genosko memerjelas bahwa McLuhan masuk ke dalam pemikir postmodernisme. Seperti Baudrillard, McLuhan seorang post-strukturalis tetapi ia tidak mendekonstruksi seperti pada umumnya para ¿OVXI SRVWPRGHUQLVPH GL 3HUDQFLV \DQJ GHkonstruksionis. Bagi penulis dengan aforisme “media adalah pesan,” McLuhan membawa inspirasi untuk memahami dunia elektronik secara baru dalam pandangan post-modernisme yang revisionis. Implosi yang dimaksud oleh McLuhan adalah dunia menciut dalam
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
layar televisi dan sekaligus terjadi retribalisasi. Retribalisasi harus dipahami sebagai semacam gerak balik ke budaya yang mirip budaya tuturan yang sekaligus berbeda dengan budaya tuturan pertama. Hal itu didukung oleh penjelasan berikut. Media elektronis mengharuskan manusia menyelaraskan sistem inderawinya yang sudah terlalu lama digunakan untuk menggunakan media cetak. McLuhan menggunakan istilah sinestesia untuk proses sintesis antara tuturan (orality) dan penglihatan (visuality) menjadi taktilitas (tactility). Taktilitas adalah semacam keselarasan dari seluruh inderawi yang menjadi mungkin oleh sebab hadirnya media elektronik. Taktilitas dipahami dalam kontrasnya dengan sistem fragmentasi indera visual akibat media cetak. Pembaca McLuhan sering keliru dengan proses dialektika Hegelian, sehingga dalam proses perkembangan media komunikasi, dari teknologi tuturan sebagai tahap pertama, ke teknologi tulisan dan cetak di tahap kedua, maka akan menghasilkan teknologi elektronis, di tahap ketiga. Dengan demikian pentahapan diartikan terjadi secara berjenjang dan lurus, dan pembaca bingung dengan proses pentahapan yang terjadi secara siklis seperti retribalisasi yang dipikirkan oleh McLuhan. Menurut penulis, sinestesia bukan antitesis dari ruang visual, melainkan sublasi ruang akustik dengan ruang visual. Sublasi tersebut membawa perubahan dengan meninggalkan konsep yang lama dan sekaligus meneruskan konsep tersebut dengan menempatkannya di tahap yang lebih tinggi dalam sebuah proses yang kompleks akibat hibridisasi berbagai media. Charles Jencks (1992) mengatakan bahwa postmodernisme memiliki FLUL NKDV \DLWX NRPSOHNVL¿NDVL KLEULGLVDVL dan sublasi modernisme. Dengan demikian sinestesia McLuhan adalah termasuk kepada FLUL NKDV WHUVHEXW \DLWX EHUFLUL NRPSOHNVL¿kasi, hibridisasi dan sublasi dari ruang visual. Teknologi elektronis, terutama TI, menghadirkan secara bersamaan (1) ruang akustik, yang mengaktifkan indera pendengaran, dan (2) ruang visual, yang mengaktifkan indera
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
penglihatan, dan sekaligus ditampilkan secara berbeda dari keduanya menjadi (3) ruang elektronis, atau ruang dengar-lihat-sentuh. gar-lihat-sentuh. Peneliti fenomena na peralihan teknologi g gi di bidang komunikasi, Enos dan Ackermann Ackerma mann ma (1991:113) memerlihatkan tkan peristiwaa tturbuur uurb lensi, semacam arus pusar terjadi usar yang te erja r di ppada ada setiap periode peralihan. Penulis menggaan. Penuli lis li i meng ngg g abungkan hasil penelitian n tersebut ut dengan hasil penelitian fang mengenai tahap ai enam tah hap revolusi informasi (tabel 1). Hasilnya ilnya dapatt membantu penulis untuk melakukan kritik ramakan kri riitik tik atas ra rama mama lan McLuhan tentang arus ppusar teknologis usar tekn nologiss dan bahayanya. Penuliss berp berpendapat rp rpendapat p bbahwa ahwaa situasi turbulensi akibatt revo revolusi olusi kebudayaan yang dialami manusia di era digital memang terjadi, akan tetapi hal tersebut sebuah ut bukan sebua uahh penciutan (implosion), melaink melainkan berbentuk kan berbent tuk arus pusar dan akan membawa perubahan mbawa pe erubahan bbeesar bagi kebudayaan. Gambar dapat ambar 1 dap pat a memerjelas apa yang dimaksudkan. dkan. Gambar 1. Arus Pusar Teknologi Informa Informasi masi mas ma IV. Prospek Perkembangan angan Kebudayaan Manusia yang sedang berada pada situasi peralihan kebudayaan dayaan karena adanya teknologi baru berada ada dalam kecemasan dan ketegangan. Ia harus menyesuaikan rus me menye n suaikan ssisisis tem penginderaan tubuhnya, sistem uhny nyya, kar kkarena ena si istem m penginderaan itu merupakan pak kan jjembatan embatan pen-ghubung antara ruang kesa kesadaran adaraan interiorr dann eksterioritasnya (Ong, 1967, 1981, 1982). 9677, 19 981, dan 19 982).. Apa yang diamati oleh McLuhan mengenai hM cLu uhan meng genaii berbagai gejala akibatt pe peralihan teknologi eralih han a tekn nologgi no gi menunjukan situasi kecemasan Akan emasaan ttersebut. ersebu b t. Aka k n tetapi, berdasarkan penelitian serta elitian Fang sert ta Enos dan Ackermann, bahkan an seperti yang dipaparkan oleh McLuhan send sendiri, manusia telah nddiri,, m an anu n sia sii te elah h beberapa kali mengalami peralihan bentuk amii per ralihan han an bentu n k media komunikasi Karenanya, enanya, y sifat ya f arus putar telah beberapa kali dialami oleh manusia (Gambar 1). Beberapa kar karakter manusia arrakt akteer er man ma us a ddii usi masa peralihan tersebutt dap dapat apat ap at dia ddiamati matii anta mat aantara ara lain seperti berikut. Manusia mengalami sebagai malam mi ddiri iiri ir r se ebag b gai a ma anusia diskarnasi (discarnate man). Manusia arnat atte m an)). M Manu anusia anu sia diskarnasi adalah mereka eka yang mengalamii kehadiran di mana-mana ana secara terhubung
32
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
oleh media elektronis (on-line), entah lewat internet, dan sebagainya, TV, radio, telepon, in WDQSDNHKDGLUDQWXEXKQ\DVHFDUD¿VLN/HYLQWDQSDNHKDGLUDQWXEXK son, son on, 1999:57). Tubuhnya Tubuhn dapat hadir sebagai digital, tetapi isi kesadaranbagian an dari kode digit ditentukan ‘yang lain’ (Baudrillard, nya diten ntuk tu an oleh ‘y Manusia mengalami kecemasan luar 1994). Manu nusia meng nu memerlukan semacam ‘selibiasa sehingga gaa meme (safety blanket), berupa pesawat mut enak’ (safe ety t bla TV yang dihidupkan dihiduppkan terus menerus (Silveratau seperti yang dapat stone, 1991:159),, ata terlihat sekarang iini ni oorang merasa perlu sedengan lalu terhubung deng gan orang lain sehingga tulepas dari telpon genggam buhnya tak pernah lep Manusia dan internet. Man nusi merasa berada dalam saling satu jaringan, salin ing bberelasi satu sama lain in ‘kampung’nya di dalam ‘kampu ung’n masing-masing, dan global namun bukan dalam satu kampungnya glob obal na ob global kampung globa al yang tunggal. Manusia sepdalam erti berada da dal alam satu alam tribal, hidup bersama dalam dalaam ssebuah ebuah kkampung, bersatu dalam pengalaman pengal allam aman suka dan duka, dan berpikir bersama sam am ma seperti layaknya kehidupan masyarakat tribal. Akan tetapi, mereka berada dalam masing-masing, dan bukan dalam ‘gubuk’nya masing-m masyarakat tribal yang ‘rumah panjang’ m sesungguhnya. Media cetak pernah memisahanggota kan an tiap-tiap angg nggota keluarga yang masingngg tenggelam sunyi dengan bacaannya. masing ng tengge ng elam su Kemudian pernah Kemudi di TV dian di V pern nah memersatukan keluarga ruang keluarga, di rua ru u ng kelu uargaa, nnamun sekarang telpon genggam internet gengga ggaam ddan a inte an ernet memisahkan tiap-tiap anggota keluarga dan menghubungkannya angg gota kelu lu uarga da secara elektronis seca ara elek ek ktronis t ddengan eng ‘keluarga lain’ yang ruang siber. bberada ber ada di ruan ang sib an ber. peralihan ke media elektonis, Di masa perali utamanya TI, manusia merasa berada di dua sekaligus. Anak-anak berada di dudun dunia unia sek ek gus ek ekaligus u. A us us. na sekolah yang miskin informasi dan padat niaa sekol kol kolah olah yan angg misk an m tertib serta bentuk pembelajaran dengan tata ter ertib tib sert ti terstruktur dan sekaligus berada yyang yan g sangat sang gat terstruktu ddii dun dunia unia ele un eelektronis ktrron onis yan yang banjir informasi sertaa hiburan. hiburaan. hib n Ora Orang Or ng dew dewasa tidak lagi bekerja mekanisasi dan spesialdalam sebuah sistem m iisasi, is isa s si, tetap ttetapi te etap api cara ap ra pand pandangnya masih dipenuhi nuansa mekanisasi dan spesialisasi. TI dan nu nua nsa saa m ekan nisa isasi s da memungkinkan bentuk organisasi dunianya memungkin besar, dan nilainya bukan yang tidak terlalu bes
33
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
lagi kesetiaaan, melainkan nilai interaksi dan saling berbagi pengetahuan, akan tetapi para pelaku bisnis masih banyak yang memiliki pola pikir lama. Dapat dimengerti bahwa manusia diskarnasi yang hidup dalam dua dunia ini dapat mengalami kecemasan yang sangat besar. Dalam peralihan budaya, tepatnya dalam dunia teknologi elektronik, ruang mengalir dan waktu tak bersekat. Media elektronik, khususnya televisi digital dan komputer, atau multimedia, membangun perasaan seperti berada dalam kampung global namun bukan kampung halaman. Hal tersebut dimungkinkan karena teknologi elektronik memiliki semacam ‘roh’ yaitu ‘sebuah tempat bagi segala sesuatu dan segala sesuatu berada dalam tempatnya’. Dalam alam teknologi elektronik sebuah dunia baru dibentuk, dunia dimana waktu tak ada dan ruang lenyap, dan tiba-tiba manusia berada dalam kampung global. Kampung dimana segala sesuatu terjadi secara simultan. Kampung dimana orang kembali ke ruang akustik, dengan rasa primordial. Kampung-kampung yang memerlukan kembalinya emosi tribalis yang selama ini diasingkan oleh budaya cetak. Akan tetapi penulis berpendapat bahwa prospek kebudayaan manusia tetap cerah. Dari Gambar 1, dan gabungan berbagai pemikiran penulis meringkasnya demikian. Manusia budaya cetak yang tenggelam dalam pusaran arus turbo adalah manusia yang sedang berada pada masa transisi menuju perkembangan evolutif. Masa transisi yang dimaksud adalah masa antara budaya cetak dengan budaya elektronik. Pada masa peralihan yang mencemaskan tersebut ada yang larut dalam kecemasan. Mereka ini tak mau menjadi dewasa, ia seperti Narcissus muda atau seperti Peter Pan, ia merasa aman serta nyaman dalam dunia imajinernya dengan aneka gajet. Mereka ini adalah target sesuai segmentasi yang dipeta-petakan oleh masyarakat kapitalis informasional. Bagi mereka ini, sesuai segmentasinya, dibangun berbagai dunia maya dan mereka dilimpahi berbagai gajet yang baru lagi dan baru lagi dan baru lagi secara terus menerus oleh masyarakat kapitalis
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
informasional. Masyarakat kapitalis informasional lebih cepat menguasai diri dan pulih dari keterpesonaan TI. Proses retribalisasi seakan mengembalikan manusia budaya cetak kembali ke dunia mitos, ke alam anak, ke alam keceriaan dan bermain-main. Namun dunia mitos dapat membawa manusia mentransenden dirinya. Mereka yang sadar sedang berada dalam turbin, menyerahkan diri kepada kepasrahan total selaras dengan pusarannya, menanti saat untuk muncul atau dimunculkan ke permukaan. Mereka mampu mengatasi dunianya yang baru, mereka lepas dari dunia imajiner dan lewat tahap simbolik mendapatkan LGHQWL¿NDVL GLUL :RRGZDUG %DJL mereka yang berada dalam dunia bisnis, yang mampu mentranseden, mereka itulah yang keluar dari dunia imajiner, lewat bahasa eleNWURQLNPHQGDSDWLGHQWL¿NDVLGLUL\DQJEDUX Mereka pun membangun dunia baru, dunia masyarakat jaringan kapitalis informasional dengan ekonomi barunya. Ekonomi yang bertumpu kepada modal uang maya. Tentu bukan hanya kelompok itu yang tiba-tiba dipisahkan oleh ‘phallus elektronik’ lalu mentranseden diri. Ada banyak kelompok yang lainnya. Yang lain ini sudah tentu adalah mereka yang cukup memiliki kesempatan XQWXN PHUHÀHNVL 0HUHND SDVWLQ\D EHUDVDO dari kaum cerdik cendekia yang pekerjaanQ\DPHUHÀHNVLVHSHUWLLOPXZDQDWDX¿OVXIGDQ sejenisnya. Penulis menyebut mereka sebagai masyarakat jaringan humanis. Manusia diskarnasi dalam budaya elektronik ada yang sadar diri, ia mengatasi masa kanak-kanaknya, lepas dari dunia imajinernya setelah mendapat kejutan dari “sang phallus elektronik.” Manusia sadar diri ini terdiri dari masyarakat jaringan kapitalis informasional dan mayarakat jaringan humanis. Manusia diskarnasi juga ada yang tidak sadar diri, mereka yang tetap berada dalam dunia kanakkanak, yang tetap asyik bermain-main dengan gajet kesayangannya. Sebagai entitas yang senantiasa berproses dalam tatanan yang terbentangkan (explicate order ), manusia juga berkreasi. Ma-
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
nusia turut menciptakan baik dirinya sendiri, sesamanya, maupun dunianya. unianya. Bagi mereka yang berada dalam masyarakat yarakat jaringan kapiika mereka tidak me etalis informasional, ketika memilih untuk bersikap humanis, umanis, mereka da dapat yak lagi para ppencinta encint enc i a menciptakan lebih banyak gajet, membangunkan kampung-kampung n kampung g-kamp pung global tempat para ‘anak-anak’ kerasuak-anak’ ya yyang ang kera asubiskan wa wak tu mereka. kan gajet itu menghabiskan waktu Kampung-kampung global obal itu ddisesuaikan isesuaikan uai dengan bagi tiap-tiap pencinta gajet sesu sesuai segmentasi dan penargetan ditentukan getan yyang ang diten ntuk tukan an n emilik k alat peng gontroll oleh masing-masing pemilik pengontrol dari kejauhan (remote control). ontroll). rsebut utt kapitalis inforDalam bagan tersebut n denga gan kaum humaga masional berdampingan dengan li-sekali li menampilk kan nis. Pilihan untuk sekali-sekali menampilkan ungkin. Waj un jah wajah humanis bukan tak mun mungkin. Wajah culkan ole eh ppara ara kapi pii humanis sering dimunculkan oleh kapial tersebut talis informasional ini. Meskipun ha hal termasuk dalam salah satu strategi ppemasaemasanampilkan citra se sebarannya yaitu untuk menampilkan emiliki tanggungjawab wab ab gai perusahaan yang memiliki sosial. Wajah humanis ini juga tak selamanya palsu, ada juga beberapaa yang tulus. adar diri, yang berada Mereka yang sadar kat humanis, setidakndalam jaringan masyarakat ukan n em mansipasi, me men nya tetap berkarya melakukan emansipasi, menah hasa budaya eeleklek-coba memperkenalkan bah bahasa ahw wa adaa sesuatu yyang angg tronik. Mereka sadar bahwa nyaa. Sat tu sisi ia be eradaa ironis dalam kehidupannya. Satu berada ajineer, satu sisii lagii dalam dunia anak yang ima imajiner, boli liik, na amun ia ssudah udah berada dalam dunia simbolik, namun VL GLLUL 0D 0DQXVLDVH VHH HUW VHS UWL WL PDPSXPHQJLGHQWL¿NDVLGLUL0DQXVLDVHSHUWL daa dalam jarin nga gan ini sadar bahwa dirinya berada jaringan n. Memut uskkan jarinrelasi dengan yang lain. Memutuskan sak, meskipun dengan gan sama dengan merusak, aya y membun m mem embun bunuh uh sel ssel-niat baik, sama seperti upa upaya membunuh moteerap pi ddalam ala laam rrangka ang ngka sel kanker dengan kemoterapi upan. mempertahankan kehidupan. ah kesadaran manusia, Untuk menggugah at saj ajaa ddilakukan aj ilakuk u an n den enproses emansipasi dapat saja dengann baha bbahasa ahassa kek aha kekera e san er an.. an gan cara menteror, dengan kekerasan. gat menggema dalam Bahasa bom, yang sangat udia iaal), l) m eman ma g m am mruang dengar akustik (audial), memang mamaku ut ddan an cem an emas mass yan an ng pu menciptakan rasa takut cemas yang ebut miri i p masyarakatt luar biasa. Situasi tersebut mirip k jika mendengar gentribal primer yang panik
34
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
derang perang atau kentongan tanda bahaya. Cara tersebut menurut menuru penulis sangat efektif semua bangsa melakukan dalam memaksa sem UHÀHNVLGDQPHPELFDUDNDQQ\DGDODPVHEXDK UHÀHNVLGDQPHPELFDU UHÀ perbin incan in c gan (convers perbincangan (conversation). Bagaimanapun, menurut penulis, cara B Bagaimanapun Bag ag meneror sepe perti itu ada pe seperti adalah sebuah kemoterapi, sel-sel kanker lewat perusayaitu membunuh membunnuh u sel-s kan jaringan ya ang seb yang sebagian besar sehat yang Padahal, ada cara lain yang ada di sekitarnya. a. Pad lebih manusiawi dan humanis. Seperti apa yang dilihat Ong, ddunia uni dan isinya telah mengalami evolusi, takk tterkecuali er evolusi dalam ensiklopedi. bentuk ensiklopedi i. JJutaan informasi berada dalam data. Data ad adalah kumpulan faktafakta, yang dapat dapaat m mengandung informasi yang berguna dann ppenting en bagi kita dan dapat juga tidak. Khas assanah data dalam ensiklopedi Khasanah ¶PD\D¶GDSDWGLSDNDLPDQXVLDXQWXNPHUHÀHN¶PD\D¶GDSDW GLLSDNDLP memprediksi reaksi yang akan muncul si dan mempr prediksi re pr setelah segera setel telah sebuah tindakan dipilih. Data tel menjadi pada saat dibutuhkan, dan menjad ad di informasi i pad salah dapat di panggil (retrieve)’ sal allah satunya yang dap PLVDOQ\DGH¿QLVLHGL¿NDVL(GL¿NDVLPHQXUXW PLVDOQ\DGH¿QLVLHGL¿ sikap melalui kegRorty adalah membangun memban iatan hermenetik yang menghubungkan berbagai budaya kita atau antara disiplin sendiri den dengan eng disiplin n yya ang lain (Rorty, 1980:360). yang Tepatnya orang diajak Tepatn atnya oran atn ng di ng iajak berbincang dalam ‘ba\DQJ VDPD 0HQXUXW SHQXOLV HGL¿NDVL KDVDµ \D \DQ J VD DPD 0H dijadikan dapat att dij jadi a kaan ssalah alah satu cara emansipasi yangg hhumanis. u nis uma n . Tentu masih T Ten Te tu u mas sih banyak cara lainnya, namun yang diingat adalah bahwa bunam mun yan ng pperlu erluu dii daya elektronik menuntut agar sudut pandang day ya elektro onik ni me m menun e budaya cetak dijabarkan kembali llamaa dari buday lam d a cet Paradigma baru diperlukan, (redescription). Parad tempat bagi satu paradigdim dimana iman ta tak ak aada daa lagi lag ag te maa bes besar a se ar ssebagai seb e aga ag i ffondasi ond dari segala fondasi. adalah Paradigma bbaru aruu aada ad d lah situasi dimana ‘bahasa lokal‘ (vernacular) ddiikutsertakan. Dengan pandangan yang menghargai ‘bahasa lokal‘ pan a dan da gan an ya an ang men (vernacularisme) dimungkinkan tercipta se(ve verna ve rn cullarisme rna m ) dim fondasi-fondasi kecil dan buah situasi di mana fo ssementara, ement ntara nt ara ra, aatau ra, tau u st sstruktur-struktur ruktu kecil dan sem me men e tar araa yyang ar aang ng se selal la u bberproses, tidak ditentumentara selalu kan lagi ben bbenar ar salahny salahnya oleh Sang Fondasi.
35
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
Penutup Bagi penulis, apa yang telah dilakukan oleh McLuhan merupakan sebuah ilham. Penulis yakin bahwa ada banyak manusia diskarnasi yang seperti McLuhan, yang mau PHQJHGL¿NDVL GLUL 3HUWHPXDQ GDQ SHUELQcangan antara manusia diskarnasi yang sadar diri, entah kaum humanis entah kapitalis informasional, entah yang tidak sadar diri selalu terjadi pada saat-saat tertentu. Pertemuan dan perbincangan itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk interaksi yang disediakan berbagai jenis teknologi media komunikasi, entah tuturan, entah aksara, entah cetak, entah elektronik. Dalam perspektif interaksi antar entitas, entah berciri ‘berbahasa lokal’, entah global, prospek kebudayaan tetap cerah. Segala peristiwa menghebohkan yang terjadi di berbagai belahan dunia seperti ancaman teroris dan perang lawan teroris, baik teroris ‘humanis’ bernama Osama Bin Laden maupun teroris alam bernama indah seperti badai tsunami atau katrina dan lainnya, adalah peristiwa-peristiwa yang layak dijadikan titik tolak perbincangan (momentary events). Tetes-tetes pengalaman yang PHQMDGL SHQ\HEDE H¿VLHQ \DQJ PHPEHQWXN PDQXVLDGDQDODPQ\DPHQXMXSHQ\HEDE¿QDO Segala ketidakseimbangan akibat perkembangan teknologi yang tak terbendung, dan merusak ekosistem akan memaksa manusia duduk bersama memerbincangkannya. Demikian juga dengan kesenjangan besar teknologis yang membuat terjadinya perkembangan sosial yang tidak semestinya di beberapa belahan dunia seperti yang dialami negara-negara yang kurang berkembang (underdevelopment), akan memaksa manusia untuk duduk bersama, berkomunikasi dalam artian hermeQHWLNDWDXEHUHGL¿NDVL McLuhan membantu kita untuk memahami pesan media bahwa sedang terjadi peralihan budaya yang menuntut cara pandang baru terutama dari budaya cetak. Pandangan McLuhan dibantu oleh pandangan Ong, membuat kita lebih mampu memahami apa yang sedang terjadi pada diri kita dan dunia kita dalam sejarah yang sedang berevolusi ini.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
Daftar Pustaka Daftar Pustaka Utama McLuhan, Eric, Zingrone, Frank (Eds.), 1995, Essential McLuhan, Ontario, Canada: House of Anansi Press Limited. McLuhan, Marshall,1962, The Gutenberg Galaxy, Toronto & New York: University of Toronto Press. ______________, 1964, Understanding Media: The Extensions of Man, New York: McGraw-Hill Book Company. McLuhan, Marshall, McLuhan Eric, 1988, Laws of Media: The New Science, Toronto Buffalo-London: University of Toronto Press. Ong, Walter J., 1982, Orality and Literacy: The Technologizing of the Word, London & New York: Methuen. Daftar Pustaka Sekunder Borgmann, Albert, 1984, Technology and the Character of Contemporary Life: A Philosophical Inquiry, Chicago and London: The University of Chicago Pers. Castells, Manuel, 1996, The Rise of the Network Society, Oxford & Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd. _____________, 1998, End of Millennium, Oxford & Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd Enos, Richard Leo, Ackerman, John M., 1991, Walter J. Ong and the Archaeology of Orality and Literacy: A Theoretical Model for Historical Rhetoric dalam Media, Consciousness, And Culture (Gronbeck, et al, eds.), Newbury Park, London & New Delhi: Sage Publications. Fang, Irving, 1997, A History of Mass Communication: Six Information Revolutions, Boston, Oxford,
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
Johannesburg, Melbourne, New Delhi & Singapore: Focal ocal Press. Farrell, Thomas J. 1991,, An Overview of Walter J.Ong’s Work dalam Media, Consciousness, and Culture (Gronbeck, et al,, eds.), Newbury Parkryy Par P a kLondon-New Delhi: Sage Publication. Genosko, Gary, 1999, McLuhan n and Baudrillard: Thee Masters of Implosion, London don and New York: Y Routledge. Gordon, W. Terrence, 2003, Marshall 003, M arshall McLuhan: Escape Understanding, pe into o Understan anding, g,, Gingko Press. *ULI¿Q'DYLG5D\7KH5HHQFKDQPHQW 7KHH5HHQFKDQPHQW of Science dalam Jencks, (ed.) m Jenck ks, Charles (ed ks d.)) The Postmodern Reader, London and n Reader r, L ondon an nd New York. Grosswiler, Paul, 1998, Method is the th h message: rethingking McLuhan gking McLuha haan through critical theory, Montreal: Black k Rose Books. Jencks, Charles, 1992, The Post-Modern Agenda dalam The Postmodern Reader (Charles Jencks, ed.), London and NewYork: wYork: St. Martin Press Levinson, Paul, 1999, Digit Digital McLuhan: ittal M cLuhan: a guide to the information form matioon millennium, London York: ndo on andd New Y Yor rk: Routledge Marchand, Phillip, 1989, Marshall McLuhan: 9, M arshhall McLu uhan: The Medium and Messenger, d the hee Me esse s nger, r, Vintage, Canada: Random a: Rand nddom House of Canada Ltd. Miller, Jonathan, 1971, McLuhan, Fontana: Wim Collins & Co,, Ltd Ltd. d. Mitcham, Carl, 1994, Thinking Through hinki nk k ng g Thr hroug ough Technology, Thee Pat Path th between b Engineering and Philosophy, d Philosop phy, y, Chicago: The University Chicago niveers rsity rsi ty of Chi C c o cag Press. Ries, Al, Ries, Laura, 2003, 003, The Fall of Advertising and Th The he Rise Ris is off Public Relations, Jakarta: Gramedia s, Jak ak kart artaa: Gra G r med me iaa Pustaka Utama Rorty, Richard, 1980, Philosophy hilosophy and the
36
Media Komunikasi Dan Dampaknya Terhadap Kebudayaan: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan
Margaretha M.B. Soetrisno - van Eymeren
Mirror of Nature, Oxford: Blackwell Basil Blackwe Rosenthal, Raymond (ed.), 1968, McLuhan: NewYork: Penguin Pro & Con, Ne Schmitt, Simonson, Alex, 1997, Schmit mitt, mit t Bernd, Simon t, Aesthetics: The Ma Marketing Ma Aes Strategic Management of Brands, Strate tegic Mana te Image, kata pengantar Identity ty and Im NewYork, London Neil Postmann, New N Y Sidney Toronto, S idne & Singapore: The Free Press.. Silverstone, Roger,, 11991, 9 Television, and Rhetoric, an nd tthe Return of the Unconscious Unconsciou us in Secondary Oral dalam Culture, dal lam Media, Consciousness, Consciousn ness and Culture (Gronbeck, (Gronbeck k, et al. eds.), Newbury Park-LondonPark-Lon ndon- New Delhi: Sage nd Publication Publicati at on ati Kathryn, Woodward, K W athryn, 11997, Concepts of Identity Difference dalam Ide entity and D Identity Ide Id ntity and Difference (Kathryn ed.), London, Thousand Woodward, ed Delhi: Sage Oaks & New D Publications.
37
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010