BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kerjasama internasional saat ini telah mengalami banyak transformasi. Dahulu, hanya pemerintah pusat yang aktif dalam hubungan internasional. Namun dalam perkembangannya, pemerintah lokal mampu melakukan hubungan antarnegara. Kondisi ini terjadi karena globalisasi, sehingga memunculkan aktor-aktor baru dalam pemerintahan. Pemerintah kota maupun provinsi dapat menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak atau lembaga yang ada di luar negeri. 1 Akibatnya tercipta suatu dunia tanpa batas (borderless) yang seolah telah membuat global village 2 bagi masyarakat dunia. Sister city merupakan salah satu kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah kota atau provinsi. Persamaan antara kedua kota atau provinsi merupakan dasar dari kerjasama ini, seperti keadaan geografis dan aktivitas kota. Hubungan kerjasama sister city semakin terfokus dan terjalin dengan baik ketika dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2002 Tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004. UU tersebut memberikan gerak dan kewenangan yang lebih kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi dan sumber daya dalam hubungan kerjasama internasional.Pada dasarnya pelaksanaan politik luar negeri merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun seiring dengan berlakunya undangundang otonomi daerah tersebut, kebijakan hubungan luar negeri dan diplomasi oleh pemerintah
pusat
antara
lain
juga
diarahkan
untuk
memberdayakan dan
mempromosikan potensi daerah, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3 Surabaya sebagai ibukota dari Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia aktif menjalin kerjasama sister city. Infrastruktur Kota Surabaya sangat mendukung dalam kerjasama ini, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandar Udara
1
Jan Aart Scholte, Globalization: A Critical Introduction (New York: Palgrave, 2000) Halaman 133157 2 Menurut Marshall McLuhan, global village adalah sebuah proses homogenisasi dunia sebagai akibat dari kesuksesan sistem komunikasi secara keseluruhan. 3 Supriyanto dan Sandi A.T.T., Pengembangan Potensi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kejasama Sister Province (Yogyakarta: 2002) dalam Mimbar Hukum 41 Halaman 127-130
1
Internasional Juanda, Stasiun Kereta Api Gubeng dan Pasar Turi serta Terminal Purabaya (Bungurasih) merupakan aset kota yang sangat menunjang. Kemudian, Surabaya merupakan pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur.Salah satu partner dalam kerjasama sister city Kota Surabaya adalah Kota Kochi di Jepang. Ibukota dari Prefektur Kochi dan pusat aktivitas administrasi Pulau Shikoku ini memiliki beberapa industri antara lain bidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Fokus utama dari Pemerintah Kota Kochi adalah promosi di bidang ekonomi, dan budaya. Menurut letak geografis, Surabaya terletak di Indonesia bagian timur dan Kochi berada di Pulau Shikoku, Jepang bagian tengah. Kedua kota ini memiliki pelabuhan yang strategis, sehingga menjadikan kota perdagangan yang aktif dalam dunia perdagangan internasional. Kegiatan kerjasama sister city yang berlangsung antara Surabaya-Kochi selama lima belas tahun berkembang sesuai dengan kegiatan yang telah disepakati bersama. Selama kerjasama berlangsung terdapat bidang kerjasama yang sangat aktif dan kerjasama yang kurang aktif. Surabaya dan Kochi menandatangani nota kesepahaman pada tanggal 17 April 1997, dengan menyepakati bidang-bidang kerjasama. Setiap lima tahun, kedua kota melaksanakan perpanjangan kerjasama dengan penandatangan perjanjian. Sejak ditandatanganinya MoU tahun 1997, tercatat sudah dua kali Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kota Kochi melakukan penandatanganan perjanjian, pada tahun 1997 (Periode I 1997-2001) dan tahun 2002 (Periode II 2002-2006). Akan tetapi, setelah periode kedua tidak ada lagi penandatanganan kerjasama karena akan terus berjalan secara otomatis. Pada lima tahun pertama kerjasama hubungan antara Surabaya-Kochi sangatlah aktif. Antusiasme yang tinggi terlihat dari kedua kota ini, Surabaya dan Kochi berharap agar tercipta perkembangan ekonomi yang baik dengan adanya perdagangan dan kerjasama. Kunjungan bisnis juga dilakukan oleh pengusaha kedua kota untuk mempererat hubungan. Hubungan ekonomi Surabaya-Kochi juga semakin kuat sejak kedua pelabuhan yakni Tanjung Perak dan Kochi Port menandatangani sister port 4 pada tanggal 12 Mei 1998. Sister port ini berpengaruh positif terhadap hubugan kedua kota, aktivitas ekonomi seperti ekspor dan impor menjadi lebih mudah dan terintegrasi. Tanjung 4
Sister Port merupakan kerjasama pelabuhan yang berusaha mengembangkan persahabatan perdagangan diantara kedua negara.
2
Perak dan Kochi Port juga turut aktif dalam INAP (International Network of AffiliatedPorts). Kegiatan perekonomian di saat itu cukup aktif dan mengalami pertumbuhan pesat ketika diselenggarakan Symposium INAP kedua tahun 1999 di Surabaya. Deputi Mayor Kota Kochi, Takeshi Miyaji mengatakan “tercatat lebih dari 20% barang-barang yang didatangkan ke Kochi melalui pelabuhan baru dari Tanjung Perak.” Pelabuhan Tanjung Perak sendiri juga tercatat menduduki peringkat ketiga dalam urusan impor barang setelah Singapura dan Malaysia. 5 Pada periode kedua, tepatnya pada kurun waktu 2003-2005, ekspor dari Surabaya ke Kochi mengalami penurunan, dari 646 TEU (the twenty-foot equivalent unit) 6 menjadi 524 TEU, kemudian turun lagi menjadi 470 TEU. 7 Oleh karena itu pemerintah Surabaya melakukan bentuk kerjasama lain yaitu pengiriman pegawai pemerintah kota untuk pelatihan LGOTP (Local Government Official Training Programme) 8 dan pengiriman delegasi pendidikan. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya agar kerjasama anatara kedua belah pihak tetap berjalan secara aktif dan harmonis. Selain itu, pengiriman delegasi ke Kota Kochi yang tentu saja menambah pengetahuan dan pengalaman juga sebagai sarana memperkenalkan budaya Kota Surabaya (Indonesia) serta mempelajari budaya Kota Kochi (Jepang).Pada periode ketiga, Surabaya dan Kochi berusaha untuk meningkatkan kembali hubungan kerjasama ekonomi, sehingga tercipta peningkatan dan pengembangan positif untuk kedua belah pihak. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, menjadi jelas bahwa kerja sama internasional saat ini telah mengalami perkembangan, dari pemerintah pusat menjadi pemerintah kota yang aktif melakukan kerjasama internasional. SurabayaKochi, merupakan salah satu hubungan kerjasama sister city yang aktif dan berpotensi meningkatkan hubungan politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian ada dual hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini.Pertama persamaan potensi hubungan kerjasama Surabaya dan Kochi. Kedua pencapaian atau hasil dari hubungan kerjasama yang dilakukan antara kedua kota selama tiga periode.
5
Pemerintah Kota Surabaya Bagian Kerjasama Luar Negeri TEU (the twenty-foot equivalent unit) adalah satuan yang digunakan untuk mengukur sebuah container dalam ekspor dan impor.1 TEU = 6,1 meter kubik. (ISO Container) 7 Wawancara Ifron Hady Susanto, 21 Mei 2007 oleh Septy Farina Ayu dalam Hubungan Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi 8 LGOTP merupakan pelatihan bagi pemerintah lokal yang diadakan Prefektur Kochi setiap tahun selama enam samp ai sembilan bulan. 6
3
Rumusan Masalah Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai mengapa Surabaya dan Kochi membentuk kerjasama sister city?Apa yang telah dicapai dalam kerjasama tersebut selama tiga periode (1997-2012)?
Landasan Konseptual Secara konseptual, sister city merupakan suatu konsep kerjasama atau program persahabatan diantara dua kota lintas negara yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjalin kesepahaman, dan membangun persahabatan melalui pertukaran budaya, pendidikan dan SDM (sumber daya manusia), sebagai upaya menciptakan perdamaian. Sedangkan Dinas Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surabaya, menyatakan sister city adalah konsep kerjasama bilateral antarkota atas dasar kesamaan geografis dan aktivitas kota untuk saling belajar dan bekerjasama di berbaga i bidang. 9 Bidang kerjasama yang akan terjalin akan disesuaikan dengan persamaan dan potensi yang dimiliki oleh kedua kota. Gambaran umum kerjasama sister city di Indonesia dijelaskan dalam tulisan Usmar Salam bahwa tingkat pelaksanaan sister city dan sister province lebih kurang 100 kerjasama internasional yang berbentuk sisterhood telah tercatat di Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Enam puluh lima persen (65%) dari kerjasama yang dilakukan tidak melakukan action plan apapun, dua puluh persen (20%) berjalan seadanya dan lima belas persen (15%) darinya berjalan dengan baik serta memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial daerah. 10 Surabaya-Kochi termasuk ke dalam 15% yang memiliki action plan jelas dan berdampak positif bagi kedua kota. Dalam penelitian ini, sister city yang dimaksud adalah konsep penggandengan dua kota lintas wilayah kedaulatan yaitu kota Surabaya (Indonesia) dan Kochi (Jepang) yang disepakati melalui Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani 17 April 1997 atas dasar kesamaan visi untuk menjalin hubungan persahabatan dalam bertukar informasi dan pengalaman pada tataran lokal. Pada dasarnya konsep kerjasama antarkota ini, memiliki beberapa istilah, yaitu sister city, friendship cities, 9 “Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi” <www.surabaya.go.id/sistercity> diakses pada tanggal 31
Mei 2013 10 Usmar Salam, Dinamika Kerjasama Internasional Provinsi di Indonesia dengan Luar Negeri (Makalah Lokakarya Penanganan Kerjasama Internasional, 2004) Halaman 7
4
twin cities, town twinning, brother cities, partner stadl dan jumelage.11 Karena dalam kerjasama yang dijalin antara Surabaya-Kochi, menggunakan istilah sister city, sehingga untuk selanjutnya konsep sister city yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Local Economic Development Local economic development atau pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah konsep dimana, pembangungan dilakukan oleh pemerintah daerah baik itu kota ataupun provinsi yang bekerjasama dengan berbagai pihak. Tujuan dari local economic development (LED) adalah membangun kapasitas ekonomi dari daerah untuk meningkatkan ekonominya di masa depan dan kualitas hidup semua masyarakatnya. LED merupakan kerjasama kolektif dari beberapa aktor, seperti pemerintah, pengusaha, perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan seluas- luasnya. 12 Local economic development (LED) memberikan pemerintah lokal (daerah atau kota), sektor pribadi dan non-profit, serta komunitas lokal sebuah kesempatan untuk bekerjasama dalam mengembangkan ekonomi lokal. Fokus dari LED sendiri adalah
memperbesar
kompetisi
positif,
meningkatkan
pertumbuhan
yang
berkelanjutan dan memastikan pertumbuhan itu terus berlangsung ke depannya. LED meliputi beberapa hal antara lain rencana fisik, ekonomi dan pemasaran. Kemudian, LED juga menggabungkan beberapa pemerintah lokal dan sektor pribadi (pengusaha atau
dunia
bisnis)
seperti
perencanaan
lingkungan,
pengembangan bisnis,
infrastruktur dan keuangan. Pelaksanaan dari local economic development dapar berjalan berbeda sesuai dengan skala geografisnya. Pemerintah lokal mengikuti strategi dari LED untuk mendapat keuntungan di wilayahnya, dan komunitas individu serta area dimana pemerintah lokal memiliki wewenang. LED memiliki beberapa pendekatan untuk memberikan kesuksesan dan keberhasilan dalam prosesnya. Jika suatu daerah dapat menerapkan LED dengan baik maka akan tercipta iklim bisnis yang positif, menjamin
11
Asuka Ogawa, Sister City As A Preservation Strategy (Colombia University, 2012) Halaman 11 “What is Local Economic Development?”
diakses pada tanggal 21 November 2013. 12
5
para pekerja, dan meningkatkan pendapatan daerah serta masyarakatnya. Beberapa pendekatan LED dalam sebuah komunitas lokal antara lain: 13 1.
Memastikan
bahwa
iklim
dari
investasi
lokal
berfungsi
untuk
keberlangsungan bisnis lokal 2.
Mendukung perusahaan kecil dan menengah
3.
Meningkatkan berdirinya usaha-usaha lokal
4.
Menarik investasi baik nasional maupun internasional
5.
Investasi ke dalam pembangunan
6.
Investasi ke sektor pendidikan
7.
Mendukung pertumbuhan bisnis
8.
Menargetkan pembangunan kota yang terstruktur
9.
Mendukung usaha baru dan usaha yang bersifat informal
10. Menargetkan dan mendorong kelompok-kelompok masyarakat agar lebih maju. Konsep local economic development dapat digunakan untuk menganalisa mengapa Surabaya dan Kochi melakukan kerjasama sister city. Kerjasama yang telah berlangsung selama tiga periode atau 15 tahun ini merupakan kesepakatan yang awalnya dibentuk oleh kedua kota karena memiliki kepentingan yang sama. Kemudian, kepentingan-kepentingan ini dijadikan sebuah kerjasama legal yang diikat dalam MoU. Potensi yang dimiliki oleh kedua kota merupakan hal penting yang harus diharmonisasikan dan dikembangkan secara bersama. Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi menjalin hubungan kerjasama ini dengan melihat bahwa, kedua belah pihak memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan di masa depan. Kerjasama sister city ini memberikan dampak positif bagi kedua kota, terutama bidang ekonomi, sumber daya manusia dan budaya. Aktor yang berperan dalam kerjasama ini tentu saja Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi, yang kemudian mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat. Dengan jumlah aktor kerjasama yang relatif tidak banyak, kerjasama ini relatif lebih langgeng dan mapan dibandingkan dengan kerjasama yang melibatkan banyak pihak. Platform kerjasama sister city dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga ke depannya akan muncul bentuk kegiatan-kegiatan lain yang mendukung jalannya kerjasama kedua kota. Selama tiga periode melakukan kerjasama, Surabaya-
13
ibid.
6
Kochi mengalami dinamika yang terjadi karena kebijakan politik dan aktivitas kedua kota. Dinamika ini menunjukkan bahwa kerjasama sister city hidup, karena apabila kegiatan suatu hubungan tidak mengalami dinamika yang naik dan turun, maka bisa dikatakan kerjasama itu tidaklah berkembang. Dalam penulisan skripsi ini, akan dijelaskan bagaimana Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi memulai hubungan kerjasama sister city. Kedua kota juga melihat adannya potensi yang dapat dikembangkan bersama di masa depan. Setelah terjalin hubungan kerjasama, makaakan mendapatkan sebuah pencapaian atau hasil dari kerjasama yang telah berlangsung selama tiga periode.
Argumen Utama Kerjasama sister city antara Surabaya-Kochi selama lima belas tahun telah mengalami dinamika, baik itu naik dan turun selama periodenya. Penulis memiliki argumen bahwa kerjasama ini dimulai dengan persamaan kepentingan dan potensi yang dimiliki kedua kota. Oleh karena itu hubungan kerjasama dapat berjalan hingga saat ini dan menyebabkan kemudahan dalam pengembangan kerjasama.Selama tiga periode, kerjasama sister city Surabaya-Kochi telah mendapatkan sebuah pencapaian atau hasil dari kerjasama tersebut.Kerjasama ekonomi mengalami peningkatan pada periode pertama dan penurunan pada periode kedua. Kemudian dilakukan peningkatan kerjasama oleh kedua pihak untuk bersama-sama memperbaiki hubungan kerjasama. Sehingga di periode ketiga kerjasama dapat meningkat kembali. Di bidang budaya dan pendidikan, kerjasama sangat aktif dan dikembangkan secara baik.Kerjasama di bidang budaya dan pendidikan jauh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kedua kota sepakat untuk terus berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia melalui capacity building, pertukaran pelajar dan juga pementasan budaya. Karena melalui jalur inilah dapat tercipta hubungan baik antara kedua kota dan juga berdampak positif kepada hubungan diplomatik IndonesiaJepang.
7
Metode Penelitian Berdasarkan identifikasi tingkat analisa yang dikembangkan R.F. Hopkins dan R.W. Mansbach14 unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisa individu.Sedangkan unit eksplanasinya adalah unit eksplanasi individu pula sehingga merupakan analisa korelasionis.Unit analisa dalam penelitian ini adalah hubungan kerjasama sister city antara Surabaya-Kochi, sedang unit eksplanasinya merupakan alasan Surabaya-Kochi melakukan hubungan sister city dan dinamikanya. Sebagai metode penelitian, beberapa langkah yang diambil adalah dengan melakukan konseptualisasi kemudian melakukan generalisasi. Konseptualisasi merupakan proses penyederhanaan fenomena dengan mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan.
15
Data-data yang diperoleh melalui media dikategorisasikan
dalam konsep-konsep yang telah dibahas dalam landasan konseptual. Setelah kategorisasi dilakukan, analisa difokuskan pada relasi antara konsep-konsep, apakah itu kondisional, kausalitas, atau tidak berhubungan sama sekali. Sedangkan generalisasi merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. 16 Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekan kualitatif karena seluruh argumen yang dibangun didasarkan pada basis rasional. Penelitian ini berusaha memahami realita sosial dengan memahami hubungan relasional antara satu konsep dengan konsep lain. Untuk memperoleh data dalam pendekatan kualitatif, digunakan metode analisa dokumen, yaitu menelusuri, mengumpulkan, dan membahas data-data sekunder yang berasal dari berbagai litelatur seperti review atas buku, artikel, jurnal, website, surat kabar dan majalah.
Sistematika Penulisan Tulisan ini akan disusun ke dalam empat bagian. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam tulisan ini, kerangka pemikiran dan argumen utama. Bab kedua akan menjelaskan kerjasama sister city Surabaya-Kochi. Bab ketiga akan membahas persamaan potensi dan pengembangan kerjasama sister city Surabaya-Kochi. Sedangkan Bab keempat membahas pencapaian hubungan kerjasama sister city
14
Hopkins dan Mansbach dalam Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3ES, 1990) Halaman 44 15 Mohtar Mas’oed, Op. Cit. Halaman 198 16 ibid
8
Surabaya-Kochi. Akhirnya, Bab kelima akan menjadi kesimpulan yang memaparkan temuan dari penelitian yang dilakukan.
9