MEDIA BARU & CITY BRANDING (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi City Branding Kota Surakarta Melalui Aplikasi Solo Destination Berbasis Android Tahun 2015)
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai gelar Sarjana S-1 Ilmu Komunikasi
YUNI LOVITA PUTRI L 100 110 081
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
CITY BRANDING KOTA SURAKARTA MELALUI APLIKASI SOLO DESTINATION Yuni Lovita Putri
[email protected] L100110081 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK Solo merupakan salah satu icon kota Jawa Tengah yang saat ini sedang menggalakan program city branding. City branding merupakan kegiatan komunikasi untuk memperkenalkan sebuah kota demi menjaga eksistensinya. Dalam rangka mensukseskan program tersebut, Pemerintah Kota Surakarta meluncurkan panduan wisata, sebuah mobile aplikasi bernama Solo Destination. Peneliti ingin mencari tahu bagaimana strategi city branding yang dilakukan melalui aplikasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan snowball sampling sebagai teknik samplingnya, sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Hasil yang diperoleh adalah strategi yang dilakukan adalah Solo Destination melakukan pengembangan identitas Kota Solo agar aplikasi ini lebih mudah dikenal khalayak, upaya itu dilakukan dengan cara persuasi, namun tingkat persuasinya masih kurang maksimal. Kata kunci: Solo Destination, media baru, city branding, identitas, dan persuasi
pada
A. PENDAHULUAN Era modern seperti saat ini menuntut
manusia
berkembang perubahan
demi zaman.
untuk
masyarakat
modern,
yaitu
inginnya pengakuan atas kotanya.
selalu
Ada
kebanggaan
tersendiri
jika
menyesuaikan
tinggal atau berasal dari kota yang
Sama
memiliki citra positif. Oleh karena
halnya
dengan manusia, sebuah kota pun
itu,
perlu melakukan perubahan demi
(warga, pemerintah) berupaya untuk
mempertahankan
meningkatkan citra dari kotanya.
eksistensinya.
Perubahan dan perkembangan kota
para
pemangku
Dalam rangka
ini menimbulkan fenomena baru
kepentingan
membentuk
citra tertentu, pemerintah sebuah kota 1
‘berbicara’
menerapkan strategi khusus yang
tempat
biasa disebut dengan city branding.
kepada masyarakat (Yananda dan
Sebelum mengenal city branding
Salamah, 2014:34). Dalam strategi
terlebih dahulu kita mengenal brand
city branding sebuah kota tampak
dalam
seperti
konteks
komunikasi
seolah-olah
berkomunikasi
dengan
pemasaran. Menurut sebuah kutipan
masyarakat mengenai dirinya, seperti
dari
halnya city branding Solo yang
Gardner
and
Levy
(1955)
penelitian A Conceptual View of
berkomunikasi
melalui
Branding For Service oleh J. Carlene
untuk menanamkan citra dibenak
Davis, brand merupakan suatu yang
khalayak. Citra inilah yang akan
kompleks dan merepresentasikan ide
membangun
dan atribut serta dapat menjelaskan
khalayak mengenai Solo.
imajinasi
identitas
dipikiran
kepada konsumen tentang banyak hal
Surakarta atau yang biasa
yang terkait dengan produk tersebut.
disebut Solo merupakan salah satu
Brand
wujud
icon kota di Jawa Tengah yang masih
tertentu, tetapi juga tidak fiktif, ia
kental akan budaya. Tak seperti kota
hanya
lainnya yang mengandalkan sektor
tidak
ada
mempunyai
di
dalam
pikiran
konsumen.
pariwisata,
Istiah membawa
diatas kita
kemudian
mengenal
program
city
untuk city
kesuksesan
brandingnya,
Solo
harus mencari daya tarik lain karena
branding yang merupakan dampak
minimnya
pengembangan merek. City branding
dimiliki. Hal inilah yang kemudian
adalah konsep yang membuat suatu
membuat para penggerak kreatif Solo 2
destinasi
wisata
yang
menemukan event sebagai magnet
bernama Solo Destination sebagai
yang digunakan
panduan wisata.
untuk
membuat
nama Solo lebih dikenal.
Peneliti melihat hal menarik,
Dalam rangka city branding, Kota
Surakarta
dimana
berupaya
ada
padu-padan
antara
teknologi dan konsep city branding
meningkatkan citra kotanya agar
yang saat
gaungnya lebih keras. Sadar akan
Indonesia. Kemudian, peneliti juga
minimnya situs panduan wisata di
melihat keunikan lain yang belum
Indonesia,
pernah
Solo
peluang
memanfaatkan
tersebut.
ini
ada
di
mulai
marak
Indonesia,
di
yaitu
Demi
pemanfaatan aplikasi sebagai media
mensukseskan program tersebut Solo
penyebar informasi sekaligus media
meluncurkan
city
mobile
aplikasi
branding. kawasan
atau
lokasi
telah
menjual wisata, kawasan industri,
B. TINJAUAN PUSTAKA
dan perumahan (Yananda dan
1. City Branding Pada awalnya, praktik city
Salamah, 2014:1). Kota dibuat
branding digunakan untuk tujuan
sedemikian
ekonomi,
menempelkan
namun
seiring
rupa merek
dengan untuk
berjalannya waktu city branding
dijadikan sebuah lahan komersil
menjadi
dengan
perhatian
karena
globalisasi ekonomi menjadikan
segala
sumber dayanya.
kota sebagai modal strategis. Praktik-praktik
memanfaatkan
City
pemasaran
branding
dapat
dikatakan sebagai strategi dari 3
suatu
kota
untuk
positioning
di
membuat
benak
oleh Adcock dalam Marketing
target
Principles & Practice, brand
sasaran. Kegiatan city branding
dikembangkan dari identifikasi
bukan hanya sebatas membuat
khusus seperti nama, simbol,
slogan atau logo, lebih dari itu,
logo, dan desain. Berbeda dengan
identitas
identitas,
dan
apa
yang
citra
adalah
cara
ditampilkan haruslah bersumber
audiens melakukan penerjemahan
dari jiwa kota tersebut. Layaknya
sinyal
sebuah produk, pelabelan pada
produk
suatu
Yananda
yang
dikirimkan
(Krepferer
dalam
kota
harus
merepresentasikan
segala
2014:577). Jika ditarik benang
kepribadian dan serba serbi kota
merah, antara identitas, citra,
yang ditempeli brand tersebut.
berkaitan erat. Agar citra tadi
Tiga komponen penting
dan
oleh
tersampaikan
Salamah,
dengan
baik
dalam membangun brand kota,
tentunya perlu dikomunikasikan
yaitu
dan
dengan baik pula. Dalam hal ini,
saling
teknik persuasi menjadi pilihan
menciptakan
yang tepat. Persuasi adalah upaya
identitas,
citra,
persuasi.
Ketiganya
bersinergi
untuk
satu kesatuan sebagaimana yang
agar
diungkapkan
menerima
dalam
buku
orang
lain
suatu
bersedia
paham
atau
Branding Tempat dari Yananda
keyakinan, melakukan perbuatan
dan Salamah, identitas mencakup
atau
nama, logo, warna, serta slogan.
2001:9). Dalam kaitannya dengan
Hal serupa juga dikemukakan
penelitian 4
kegiatan,
dll.
ini,
(Effendy,
pengelola
melakukan komunikasi kepada khalayak
melalui
E-branding
identitas
suatu
dengan cara persuasi.
istilah
muncul
branding
seiring
yang
perkembangan
media baru. Istilah ini digunakan
2. Branding dan Media Baru Media baru menyuguhkan pengalaman-pengalaman
merupakan
untuk kegiatan branding melalui
yang
media baru, baik itu dalam
baru yang tidak disajikan oleh
bentuk
media tradisional. Konsekuensi
aplikasi,
potensial yang paling terkenal
Tujuannya
dari lembaga media baru adalah
proses
konvergensi antara semua bentuk
melewati
media dalam kaitannya dengan
menggunakan koneksi internet.
pengaturan,
Keunggulan
distribusi,
messaging, media
website,
sosial,
tetap
dll.
melakukan
branding,
namun
media
yang
dari
e-branding
penerimaan,
dan
regulasi.
adalah jangakauan yang sangat
Livingstone
(dalam
McQuail,
luas, mengingat sifat dari media
2011:151)
apa
yang
mengenai
internet
adalah
kombinasi
baru
baru
barangkali
sendiri
yang
bisa
menjangkau orang dari berbagai
dari
belahan dunia.
interaktivitas dengan ciri yang
Dalam kaitannya dengan
inovatif bagi komunikasi massa,
penelitian ini, Kota Surakarta
jenis
melakukan
konten
tak
terbatas,
program
jangkauan khalayak, sifat global
branding
dengan
dari komunikasi.
branding,
yaitu
5
cara
city e-
melakukan
branding melalui aplikasi Solo
rekomendasi dari informan kunci,
Destination.
namun dalam penelitian ini peneliti tidak
C. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan kualitatif. Data-data yang
1. Hasil Penelitian
peneliti analisis merupakan hasil mendalam
a. Pengembangan
yang
Melalui
dilakukan kepada dua orang, yaitu Taufan
Redina
(Kepala
Seksi
Destination
pengembangan
terhadap identitas Kota Solo yang
dan Tri Rusnita (Kasi Promosi &
telah
Informasi di Dinas Kebudayaan dan
dikenal
luas
oleh
masyarakat, seperti nama dan
Pariwisata Kota Surakarta) selaku
juga
pengisi konten Solo Destination.
merah
Selain itu, peneliti juga melakukan
logo, pada
sedangkan warna
untuk korporat
terinspirsi dari filosofi Tiongkok.
observasi terhadap Solo Destination
snowball
memperkenalkan
melakukan
selaku pengelola Solo Destination
menggunakan
Solo
diri ke kahalayak dengan cara
dan Informatika Kota Surakarta)
hari.
Aplikasi
Solo
Peneliti menemukan bahwa Solo
di Dinas Perhubungan Komunikasi
10
Identitas
Destination
Jaringan Informatika dan Informasi
selama
rekomendasi
informan lain.
menggunakan studi deskriptif dengan
wawancara
mendapat
b. Persuasi Solo Destination dalam
Peneliti
Branding Kota Solo
sampling
Dari
dalam menentukan informan, dimana
hasil
menemukan
informan dapat berkembang sesuai 6
analisa, bahwa
peneliti pengelola
melakukan dua cara persuasi
destination yang berasal dari kata
dalam menjalankan aplikasi Solo
destinasi
Destination. Pertama, persuasi
destination
sendiri
dalam menggaet khalayak untuk
digunakan
pada
mendownload aplikasi ini melalui
berhubungan dengan pariwisata. Dari
leaflet, baliho, yellowpage dan
penggalan diatas, Solo Destination
berbagai
merujuk
kegiatan
pariwisata.
Kedua, pengelola menggunakan
Kedua
kesadaran
tertentu
Identitas
Aplikasi
telah
umum
hal-hal
aplikasi
adalah
yang
memberi
2. Pembahasan a. Pengembangan
Istilah
yang
panduan
logo
yang
merupakan lambang dengan makna
khalayak akan kota Solo.
Melalui
pada
tujuan.
wisata milik Kota Solo.
persuasi melalui gambar untuk meningkatkan
atau
digunakan
gambaran
untuk
mengenai
Solo
sesuatu. Menurut buku The Brand
Solo
Mindset, logo merupakan penyajian
Destination
grafis atau simbol dari suatu objek
Pertama, peneliti akan membahas
yang
didesain
penggunaan nama sebagai identitas.
memudahkan
Nama merupakan unsur paling utama
(Knapp, 2001:xxix).
dalam
sebuah
unik
untuk
pengenalannya Informan 1
identitas
dan
menyatakan bahwa didalam logo
objek
yang
Solo Destination yang terinspirasi
diterangkan. Berdasarkan penuturan
dari logo Solo The Spirit of Java
informan 1, nama Solo Destination
memang terdapat makna jiwa Jawa
terdiri dari dua yaitu Solo yang
yang dimiliki Solo, seperti yang
merujuk
terlukis dalam bentuk huruf ‘O’ pada
merepresentasikan
pada
Kota
Solo
dan 7
logo tersebut yang menggambarkan
peneliti
kesan Jawa.
kesamaan antara teori dan strategi
Ketiga, lainnya
identitas
adalah
dari
warna
juga
yang diterapkan, yaitu penggunaan
korporat.
identitas berupa nama, logo, dan warna
karena
Destination.
kebudayaan
Tiongkok yang percaya bahwa merah adalah
pembawa
adanya
Solo
Pengelola memilih warna merah terinspirasi
melihat
korporat
pada
Solo
b. Persuasi Solo Destination dalam
keberuntungan.
Branding Kota Solo
Hasil temuan peneliti, warna merah
Pengelola
menerapkan
cara
ini tidak hanya ditampilkan pada
persuasi dalam mengenalkan Solo
halaman awal saja, tetapi juga pada
Destination. Cara ini dinilai lebih
tiap halaman. Warna layout putih
ampuh karena khalayak menerima
dengan corak merah selalu hadir
pesan tersebut secara tidak langsung
dalam
(Severin dan Tankard, 2005:203).
tiap
kesempatan.
Ini
menandakan bahwa Solo Destination
Tanpa
konsisten
aplikasi ini khalayak dibuat kenal,
dalam
membangun
identitasnya. Peneliti
sadar
kemudian menemukan
ketika
merasakan
membuka
kedekatan
bahwa
karena dapat merasakan suasana kota
pengelola menggunakan nama serta
dan dapat mengetahui seluk beluk
logo Solo Destination yang telah
kota walaupun sedang tidak berada di
dikenal luas masyarakat semata-mata
Solo. sedangkan bagi khalayak yang
untuk memudahkan khalayak ketika
sudah pernah dibawa bernostalgia.
mengingat karena tidak perlu ada
Cara
pengenalan dari awal lagi. Selain itu,
perlahan sehingga tidak ada paksaan. 8
persuasi
mengajak
secara
Persuasi yang dilakukan Solo Destination Pertama,
dibagi
menjadi
persuasi
kalimat-kalimat
dua.
yang
sengaja
dirancang untuk persuasi.
yang
Hasil
temuan
memperkenalkan aplikasi yang masih
menunjukkna
terbilang baru ini kepada khalayak
menggunakan
melalui leaflet, baliho, serta event
meyakinkan para penggunanya akan
pariwisata.
pengelola
isi dari konten-konten tersebut. hal
melakukan persuasi melalui konten-
ini didasari pada temuan komentar-
konten yang ada didalamnya untuk
komentar positif pada posting Solo
memperkenalkan
Model
Destination yang dikirimkan oleh
bahwa
orang yang itu-itu saja. Namun,
Greenwald
Kedua,
Solo.
menyebutkan
bahwa
peneliti pengelola
buzzer
perubahan sikap dimediasikan oleh
ketika
pemikiran-pemikiran
mengaku tidak menggunakan buzzer.
yang
terjadi
dikonfirmasi
untuk
dibenak penerima pesan (Severin dan
Informan
Tankard,
minimnya
2005:203).
Pesan-pesan
1
pengelola
menyatakan dana
yang
bahwa dimiliki
dalam bentuk nama, logo, gambar,
menjadikan Solo Destiantion terbatas
deskripsi,
Solo
dalam hal seperti ini. Jadi, temuan
melahirkan
peneliti berupa komentar tersebut
Destination
yang
ada
akan
terjemahan-terjemahan
di
dan
hanya kebetulan saja.
kemudian membentuk citra. Namun pengelola
lebih
Langkah persuasi yang dilakukan
menekankan
oleh pengelola sudah cukup baik,
penggunaan gambar dalam langkah
namun
masih
persuasi dan belum menggunakan
Selain gambar, pengelola bisa lebih mengembangkan 9
kurang
maksimal.
kata-kata
yang
digunakan untuk lebih meyakinkan
a.
pengguna.
memperkenalkan diri ke khalayak
Peneliti
melihat
Solo
Destination
penggunaan media sosial juga bisa
dengan
dimaksimalkan
identitas Solo yang telah lebih
dalam
memperkenalkan Solo Destination.
cara
mengembangkan
dulu dikenal, yaitu melalui nama, logo, dan warna korporat. c. Pengelola memiliki dua cara
E. KESIMPULAN DAN SARAN
dalam
1. Kesimpulan Dalam penelitian “Media
melakukan
Pertama,
persuasi.
persuasi
dalam
Baru & City Branding”, peneliti
menggaet khalayak agar men-
menjawab
download
rumusan
masalah
berdasarkan hasil analisis dan
Destination
pembahasan penulis
dengan
cara
datanya
menyisipkan informasi tentang
peroleh
ketika
aplikasi ini melali leaflet, baliho,
melalui
yellowpage, dan koran (jarang
dan
sekali). Kedua, memperkenalkan
data, mendalam
observasi terhadap aplikasi Solo
Solo
Destination.
Destination
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, peneliti
Solo
yang
pengumpulan wawancara
aplikasi
dapat
melalui
aplikasi
melalui
Solo
gambar-
gambar yang ditampilkan.
menyimpulkan
Dari
strategi
yang Solo
bahwa strategi city branding
diterapkan
pengelola
yang dilakukan Kota Surakarta
Destination,
peneliti
melalui aplikasi Solo Destination
masih
kekurangan
dengan cara:
adanya aplikasi Solo Destination 10
ada
melihat dari
ini. Pertama, aplikasi ini adalah
ragam
sesuatu
sehingga
informasi yang disampaikan lebih
belum diketahui banyak orang.
kaya. Peneliti juga menyarankan
Namun, promosi untuk promosi
agar pengelola melakukan update
dan pengenalan aplikasi Solo
informasi secara berkala karena
Destination kepada masyarakat
ini dapat memengaruhi persepsi
masih kurang maksimal. Kedua,
khalayak. Selain itu, peneliti juga
aplikasi
mengharapkan
yang
ini
dimaksimalkan
baru
masih
kurang
kota
Solo,
sehingga
pengelola
Solo
penggunaannya,
Destination agar lebih proaktif
baik oleh pengelola. Pengelola
dalam memperkenalkan aplikasi
memang sudah banyak menaruh
ini, mengingat ini merupakan
informasi-informasi yang dapat
aplikasi
yang terbilang
baru.
diakses disana, namun update
Peneliti
menyarankan
agar
informasi
pengelola
melakukan
juga
tentunya
diperlukan.
dengan
memanfaatkan
persuasi media
baru, mengingat ini merupakan program city branding melalui media
2. Saran Berdasarkan telah
apa
ditemukan
yang
baru
namun
belum
memanfaatkan media baru dalam
peneliti,
pengenalannya.
diharapkan
aplikasi
Solo
Saran
Destination
dapat
terus
penelitian
berkembang
dengan
lebih
diadakannya penelitian tentang
mengeksplore
keunikan
dan
penggunaan 11
peneliti
untuk
selanjutnya
adalah
aplikasi
Solo
Destination
dengan
menggunakan
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.
studi
fenomenologi untuk mengetahui bagaimana
pengalaman
Littlejohn, Stephen dan Foss Karen. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
dari
pengguna.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
F. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini, peneliti ingin
menyampaikan
terimakasih
kepada
Severin, Werner J. dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Group.
ucapan kedua
pembimbing, Ibu Dian Purworini, Soemanagara, Rd. 2006. Strategic Marketing Communication. Bandung: Alfabeta.
MM. dan Ibu Palupi, MA yang telah sabar memberikan arahan kepada
Yananda, M. Rahmat dan Salamah, Ummi (ed). 2014. Branding Tempat; Membangun Kota, Kabupaten, dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi.
peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Adcock, Dennis, dkk. 2001. Marketing Principles and Practice. British Library. Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
J. Charlene Davis. 2007. A Conceptual View Branding For Services. Diperoleh darihttp://bussinesperspective.org/jou rnal_free/im/2007/im_2007_01/Davi s.pdf 12