HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI LPI AL-ISHLAH AL-AZIZIYAH LUENG BATA BANDA ACEH
A.
Latar Belakang Masalah Tidak terasa sudah 7 tahun peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi
Mekkah Aceh. Gempa bumi dan tsunami Aceh pada hari minggu pagi, 26 Desember 2004. Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan bangunan hancur lebur, ribuan pula mayat hilang dan tidak ditemukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara massal. Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh (Nasir, 2012; 2). Bhugra (dalam Syafrilsyah, 2009; 51) menjelaskan bahwa bencana tsunami Aceh mempunyai pengaruh yang kuat pada sosial dan fungsi jiwa ketika individu dinampakkan secara langsung dan tidak langsung kejadian tersebut. Tanggapan–tanggapan dan penanganan yang secara strategis digunakan oleh individu dan kelompok–kelompok secara kuat dipengaruhi untuk membantu korban–korban tsunami. Tragedi ini menimbulkan kekhwatiran besar secara internasional (Syafrilsyah, 2009; 51).
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Korban tewas di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229. Sedangkan total lukaluka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh. Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan tsunami Aceh (Nasir, 2012; 3). Seperti informasi yang didapat dari DIBA (2011). Banyak korban yang berjatuhan hingga mencapai ribuan orang, puluhan ribu mengalami luka-luka tertimpa bangunan dan terbawa oleh ombak air laut. Ratusan rumah mengalami kerusakan dari yang rusak ringan sampai kerusakan total. Hal ini menyebabkan banyak korban bencana alam tsunami yang kehilangan tempat tinggal. Sarana dan prasarana umum seperti tempat ibadah, gedung sekolah dan gedung pemerintahan juga banyak yang rusak. Kehilangan tempat tinggal juga merupakan pukulan berat bagi mereka yang harus menyaksikan rumahnya yang dibangun dengan berbagai cara, hancur berantakan. Bagi korban tsunami kehilangan rumah yang roboh bukan sekedar kehilangan fisik bangunan semata, akan
tetapi kehilangan kenangan dan sejarah, karena banyak rumah yang sudah berumur puluhan tahun yang mempunyai nilai sejarah bagi penghuninya. Berikut Data dan Informasi Bencana Aceh (DIBA) tsunami dan gempa 26 Desember 2004 Pemerintah Daerah Banda Aceh. Tabel 1 Data Korban Bencana Alam Tsunami Aceh, 2004 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kejadian Meninggal Rumah hancur Terimbas Dievakuasi Pusat pendidikan Rumah sakit Kerusakan lahan Ha Kerusakan jalan KM (Sumber: DIBA, 2011)
Data 77804 96576 269091 50970 166 240 58087 34884
Data-data di atas menunjukkan bahwa masyarakat Aceh telah kehilangan sumber ekonomi, keluarga, pendidikan, tempat tinggal. Tidak hanya itu, masyarakat Banda Aceh juga mengalami kecemasan akan masa depan dan rasa trauma setelah kejadian tersebut. Terlihat dari data korban yang meninggal begitu banyak atas kejadian tersebut. Sehingga keluarga yang ditinggalkan mengalami kecemasan menghadapi masa depan yang merupakan salah satu gangguan secara psikologis dalam batas normal yang berkepanjangan tersebut tentu saja akan dapat mempengaruhi kehidupan mereka di masa yang akan datang (Maslim, 2001; 72). Kecemasan yang berkepanjangan akan menyulitkan bagi mereka korban tsunami yang mengalami kejadian tersebut. Kecemasan tidak hanya menimpa orang-orang dewasa, kecemasan yang paling berbahaya justru kecemasan yang dialami oleh anak-anak dan remaja, karena menimbulkan dampak yang sangat mengerikan, sehingga menjadi beban bagi anak dan remaja
tersebut untuk dapat berkembang dan maju dalam meraih masa depan yang lebih baik (Al Aqshari, 2007; 17). Namun, pada sisi lain hal ini sangat mempengaruhi perilaku dan sikap remaja yang juga ikut menyaksikan kejadian tersebut. Terdapat sejumlah remaja korban bencana alam tsunami di LPI Al-Ishlah Al–Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh. Berikut Data pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Data Korban Bencana Alam Tsunami/Konflik di LPI Al-Ishlah Al – Aziziyah Banda Aceh Jenis Kelamin Jumlah Perempuan Laki-Laki Tsunami 25 25 50 Konflik 40 50 90 Total 75 75 140 (Sumber; Lembaga Pendidikan Islam anak korban Tsunami dan Konflik Al-Ishlah Al-Aziziyah Banda Aceh ). Korban
Banyaknya problematika yang diakibatkan oleh tsunami yang melanda Banda Aceh, di mana sejumlah remaja korban tsunami yang sampai saat ini masih mengalami kecemasan yang tidak menentu. Lembaga LPI Al-Ishlah Al-Aziziyah yang didominasi siswa ini sebagian besar merupakan korban tsunami dan konflik yang kehilangan keluarga, rumah dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan menghadapi masa yang akan datang pada remaja tersebut yaitu dengan meningkatkan religiusitas dalam diri remaja tersebut. Leuba (dalam Sururin, 2004; 4) mengatakan religiusitas adalah cara bertingkah laku, sebagai sistem kepercayaan atau sebagai emosi yang bercorak khusus. Agama yang dirasa dalam hati, pikiran dan dilaksanakan dalam tindakan serta memantau dalam sikap dan cara menghadapi hidup pada umumnya.
Kecemasan menghadapi masa depan yang berkepanjangan dialami remaja korban bencana alam tsunami yang usianya berkisar 13-17 tahun, yang berada di LPI (Lembaga Pendidikan Islam) Al–Ishlah Al–Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh. Beberapa remaja yang diwawancarai oleh penulis di lingkungan LPI Al–Ishlah Al– Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh pada tanggal 28 Maret 2012. Rz, 15 tahun“Tsunami adalah bencana yang sangat besar bagi saya karena waktu itu saya masih kecil dan air tsunami itu sangat hitam warnanya, sesekali ada teringat dan timbul perasaan sangat sedih kalau ingat kejadian itu. Coba kalau tidak ada tsunami pasti mamak dan ayah saya masih hidup. Sekarang tidak ada tempat untuk bermanja lagi, terkadang saya berpikir bagaimana saya kedepan menghadapi hidup. Tetapi saya yakin ada petunjuk dari Allah……. Saya pernah berkata untuk apa kita memikirkan masa depan padahal masa depan itu perlu untuk kita karena kita harus meraih cita – cita”. Oz, 13 tahun “Saya waktu tsunami di rumah dengan ibu yang lagi hamil 2 bulan, jam 8 gempa dengan 8, 6 skala Richter ayah lagi tangkap ikan di empang tambak udang. Kami empat orang abang tiga orang. Pas kencang kali gempa kami lari sama mamak ayah terbawa tsunami sampai Peunayoung setelah dua hari setelah kejadian tsunami ayah meninggal, Oz merasa sedih ayah gak ada lagi biasanya mandi di empang sama ayah. Oz merasa cemas setelah tiada ayah lagi karena sebelumnya Oz pengen bahagiain Orang tua terutama ayah tapi sekarang ayah sudah tidak ada lagi. Kalau aku sedih suka teringat ayah sampai terbawa mimpi ayah minta tolong”. Berdasarkan dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa remaja yang mengalami bencana tsunami di LPI Al-Ishlah Al-Aziziyah, dapat berdampak pada kecemasan mereka dalam menghadapi masa depan dan merasa sangat
kehilangan orang tua serta keluarga terdekat
lainnya. Berbagai tekanan psikologis yang terjadi membuat luka dalam yang memerlukan pemulihan jangka panjang. Terlebih kejadiannya begitu mendadak dan mereka menyaksikan keluarga meninggal secara langsung. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli psikologi yang mengartikan kecemasan dari segi dzatnya, yaitu suatu perasaan yang tajam tentang adanya bahaya dan sensitivitas yang menyebar dengan mengandung rasa takut dan khawatir. Dia
mempunyai tanda–tanda ketidakinginan, misalnya cepatnya denyut nadi dan naiknya tekanan darah (Al–Aqshari, 2007; 27). Sebagaimana yang pernah diteliti oleh Hidayat (2008; 38) tentang hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada survivour gempa bumi DIY. Yaitu terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan. Hal ini menjelaskan bahwa ketika seseorang yang memiliki masalah dalam kehidupan akan merasa lebih mudah untuk menyelesaikannya bila memiliki religiusitas tinggi. Begitu juga pada individu yang pernah mengalami bencana tsunami, mereka akan lebih bisa tenang dalam menjalani hari-harinya apabila mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi. Religiusitas adalah ruh dan doktrin yang hendaknya setiap remaja menanamkan ruh keagamaan dan menginternalisasikan pada jiwa sehingga mereka termotivasi untuk menyelesaikan masalah dunia yang mereka hadapi (Yayan Nurbayan, 2007; 60). Banyak pengaruh yang terjadi akibat tsunami yang melanda masyarakat Banda Aceh khususnya mengenai kecemasan menghadapi masa depan karena menurut peneliti kecemasan menghadapi masa depan secara psikologis mempunyai efek yang sangat besar pada remaja itu sendiri. Terutama bagaimana cara pandang remaja itu ketika memecahkan masalah sehingga kecemasan menghadapi masa depan yang berkepanjangan tidak selamanya tertanam dalam diri mereka. Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada remaja korban tsunami di LPI Al-Ishlah Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa depan pada remaja korban tsunami di LPI AlIshlah Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh?
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan religiusitas dengan
kecemasan menghadapi masa depan pada remaja korban tsunami di LPI Al-Ishlah Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pamahaman dalam
bidang psikologi, khususnya dalam psikologi agama dan klinis. 2.
Secara praktis a. Diharapkan dapat menjadi acuan dan memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat umumnya dan remaja khususnya dalam mengatasi masalah yang ada. b. Jika penelitian ini diterima diharapkan dapat membantu memberikan informasi yang berguna terhadap guru dan remaja yang ada di LPI Al-Ishlah Al-Aziziyah Lueng Bata.
Memberi motivasi untuk remaja subyek penelitian agar senantiasa selalu berpikir positif untuk mengahadapi masa depan
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, A. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Agus. B. 2006. Agama Dalama Kehidupan Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Al-Aqshari. 2007. Apakah Anda Cemas akan Masa Depan. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim. Ali, M dan Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ali, M.D. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Andisti, A.M. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal.Jawa Barat: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, J, P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Departemen Agama RI. 2009. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Penerbit CV Pustaka Al-Kautsar. DIBA, 2011. Data Korban Tsunami Aceh. http://acehpedia.org/.com. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012. Gunarsa, S. 2008. Psikologi Keperawatan. Jakarta. : BPK Gunung Mulia. Hawari, 2011. Pendekatan Psikoreligi Pada Trauma Bencana. Jakarta: FKUI. Hurluck, E.B. 2009. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jalaluddin, 2001. Psikologi Agama (edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ________. 2005. Psikologi Agama (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada.
________. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kurniawan, H. 2008. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional (Studi Kasus pada Siswa Kelas VI Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Aceh). Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Marsal,H. 2008. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Survivour Gempa Bumi DIY. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Maslim. R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: PT Nuh Jaya.
Nevid, S. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Nurbayan. 2007 Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: Refika Aditama. Pieter. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana. Nasir.2012. Tragedi Tsunami Aceh Paling Hebat di Dunia pada Abad ke-21. Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ diakses pada tanggal 25Feb-2012, 15:53:03 WIB. Rahman, F. 2001. Gelombang Perubahan Dalam Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Ramai’ah, S.2003. Kecemasan. Jakarta. : Pustaka Populer Obor. Saputra. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara. Safrilsyah, dkk. 2009. Motivation Du comportement pro-social des Bénévoles de l’acheness pour aider les Victimes de la catastrophe du tsunami. Journal Canadian Social Science Vol.5 No.3. ________. 2009. Pendidikan Nilai Tingkah Laku Prososial Dalam Agama: Upaya Meminimalisir Konflik Sosial Dalam Masyarakat Plural (Refleksi Pelaksanaan Pendidikan Damai di Nanngroe Aceh Darussalam). Surakarta: Annual Conference on Islamic Studies (ACIS). Santrock, J.W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga. Sudarjo, A, W.2009. Pengantar Abnormal. Bandung : Refika Aditama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryabrata. S. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers. Johannes. 2005. Kerusakan Akibat Tsunami dan Gempa Northen Sumatra 26 Desember 2004 Terhadap Banda Aceh dan Sirombu Nias Barat. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli. Thoules, R.H. 2000. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Press. Tomb. D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran. Triyono. J.A. 2010. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XI SMK Negri 1 Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan) Semarang: Universitas Diponegoro Semarang. . Yanti, H. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Religiusitas dengan Kemampuan Penyesuaian diri pada Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.