MAU JADI WIDYAISAWAR YANG HEBAT !!! BERFIKIR POSITIFLAH DENGAN PERKALAN NOMOR 3 TAHUN 2010
Hj. Irma Djanapa Bulow, M.Pd
Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan atau melatih Pegawai Negeri Sipil pada lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah. Widyaiswara merupakan sumber daya manusia yang ada di lembaga diklat. Disebut sumber daya karena widyaiswara mempunyai kompetensi dan integritas yang dapat didayagunakan untuk mencapai visi-misi dan tujuan lembaga diklat. Oleh sebab itu, setiap widyaiswara seharus dikembangkan kualitasnya. Ada berbagai alasan mengapa widyaiswara harus dikembangkan kualitasnya. Alasan tersebut antara lain: 1) Widyaiswara dituntut mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, 2) Widyaiswara harus mampu mengikuti perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi, 3) Widyaiuswara harus mengikuti perkembangan Kebijakan substansi diklat, 4) Widyaiswara harus dapat mempersepsi dan mengantisipasi perkembangan masyarakat dan permasalahan sosial, 5) Widyaiswara harus mampu beradaptasi dengan perubahan karakteristik peserta diklat. Ada berbagai cara untuk dapat mengembangkan kualitas widyaiswara: a) Pertama: Belajar Mandiri Jika ingin meningkat kompetensi dan integritasnya, maka Widyaiswara dapat melakukan secara mandiri (self-learning). Untuk dapat belajar mandiri, maka widyaiswara harus menyadari dengan pasti kompetensi dan integritas yang mana yang perlu ditingkatkan (yang dibutuhkan meningkat). Selanjutnya, dapat mencari cara sendiri bagaimana meningkatkannya. Misalnya dengan membaca,
mencari pengalaman, explore dan browsing internet, melakukan pengamatan, penelitian, dan sebagainya. b) Kedua: Pengembangan Melalui Kelompok Kelompok atau teman sekerja (internal dan eksternal organisasi) bisa menjadi nara sumber untuk meningkatkan kompetensi dan integritas widyaiswara. Dengan selalu berinteraksi dengan teman dalam kelompok, maka dapat dilakukan kebiasaan saling memberi dan menerima berbagai hal yang dapat meningkatkan kompetensi dan integritas widyaiswara. c) Ketiga: Mengikuti Kegiatan Ilmiah Kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, workshop, simposium, dan sejenisnya merupakan aktivitas yang dapat menambah dan meningkatkan kualitas widyaiswara. Dengan mengikuti kegiatan ilmiah, widyaiswara semakin tahu substansi yang baik dan aktual, teknik penulisan yang benar, presentasi yang menarik, memberikan argumentasi yang kuat, dan sebagainya. d) Keempat: Mengikuti Pembinaan Atasan atau pimpinan merupakan orang yang mempunyai berbagai kelebihan. Pembinaan atasan dapat dijadikan instrumen untuk meningkatkan kompetensi dan integritas widyaiswara. Untuk itu, widyaiswara perlu mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh unit organisasinya. Pembinaan yang sistematik,
berjenjang,
dan
berkesinambungan
akan
dapat
meningkatkankualitaswidyaiswara. e) Kelima:
Pengalaman Memberikan Pembelajaran. Pembelajaran merupakan area
utama (main field) kinerja widyaiswara. Melalui pembelajaran widyaiswara dapat banyak belajar meningkatkan dan memperbaiki kekurangannya. Respon peserta diklat yang kurang tertarik dan ngobrol sendiri, komunikasi yang kurang harmonis, dan nilai/ hasil prestasi belajar peserta yang rendah merupakan masukan-masukan yang dapat dijadikan pijakan widyaiswara untuk meningkatkan kualitasnya. Jadi, dengan memiliki jam terbang atau pengalaman yang tinggi dalam memberikan pembelajaran widyaiswara akan semakin meningkatkualitasnya. f) Keenam: Pelatihan Untuk meningkatkan kompetensi dan integritas, seorang widyaiswara perlu mengikuti pelatihan. Dengan mengikuti pelatihan, maka akan semakin meningkat pengetahuan, sikap-perilaku, dan keterampilan widyaiswara. ADA APA DENGAN PERKALAN NOMOR 3 TAHUN 2010? Sebagai orang baru yang baru bergabung di Profesi Widyaiswara ada pengalam yang sangat menarik yang saya rasa yaitu “Sambutan Selamat Datang” lewat penuturan teman-
teman....diruang Widyaisawara Seperti : “ Sebaiknya Ibu harus berfikir secara jernih untuk memilih suatu Profesi, apalagi mau jadi Widyaiswara ....!!!!... Kemudian saya bertanya ada apa ? ... Profesi Widyaiswara itu kan sangat Mulia ... kenapa kita harus persoalkan..... Teman teman menjawab begini Bu : 1) Mulai tahun2012 Widyaisawara dan panitia tidak ada lagi honor, buat apa capek- capek mengajar dan jadi panitia kalau tidak ada lagi honor ???....Ibu dulunya kan
guru, kepala Sekolah, Pengawas yang
mendapat uang sertifikasi koq mau ya jadi Widyaiswara ???.. 2) Widyaiswara tidak mendapat fasilitas seperti pejabat struktural meskipun pangkat lebih tinggi fasilitas tetap minim, struktural tertentu mendapat mobil dinas, pejabat struktural dipindah untuk dipromosikan ke eselon lebih tinggi, namun widayaiswara tidak koq ibu mau jadi Widyaiswara???.....3) Apalagi kalu sudah mengurus angka kredit, pokoknya capek... sangat sulit.... setelah dikirim hasilnya tidak seperti apa yang kita harapkan, Pokonya Perkalan nomor 3 tahun 2010 sungguh berat jika tidak ada kegiatan diklat, mau nulis bingung ndak tau apa yang di tulis ndak tau dimulai dari mana.. pokoknya sulit jadi widyaswara saat ini...????.... Itulah sambutan hangat yang sampaikan teman –teman Widyaisawara kepada saya ...
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, minggu
berganti bulan bulan berganti tahun Saya melihat ada juga teman teman Widyaiswara yang Profesional mereka sangat Kompetetif, Prestasi Kerja mereka sangat luar biasa dan Widyaiswara ini menyambut baik
Perkalan nomor 3 Tahun 2010, Mereka begitu
semangatnya mempersiapkan perangkat mengajar, Begitu hebatnya mengajar , begitu rajinnya mengikuti seminar , begitu semangatnya menulis dan begitu khyusuknya mengumpul angka kredit , sementara kelompok Widyaiswara yang lain selalu berkeluh kesah tentang keberadaan Perkalan tersebut dan hal ini timbul pertanyaan dalam hati saya. “ Ada apa dengan Perkalan Nomor 3 tahun 2010 ???.....” Syukur Alhamdulillah Medio November 2011 Bunda Hj. Media Ekawati & tim berkunjung ke Balai kami untuk mensosialisasikan Petunjuk Tekhnis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya nomor 3 tahun 2010, Bunda Media memaparkan Mulai dari A sampai Z dan memberikan kesempatan kepada kami bertanya jawab interaktif tekhnik atau tips tips cara menyusun angka kredit bagi Widyaiswara dan beliaupun menjelaskan
secara
panjang lebar Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya sebagai payung kebijakan Jabatan Fungsional Widyaiswara, dan
kemudian disusul dengan Peraturan Bersama Kepala LAN dan BKN Nomor 1 dan 2 Tahun 2010 sebagai Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, LAN sebagai instansi pembina Widyaiswara menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Kepala LAN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan ini merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya (Peraturan Kepala LAN Nomor 1 Tahun 2006) yang bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas Widyaiswara agar lebih berdayaguna dan berhasilguna. Peraturan Kepala LAN Nomor 3 Tahun 2010 terdiri dari 6 (enam) bab yang meliputi: BAB I. Pendahuluan BAB II. Pengangkatan, Kenaikan Jabatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali dan Pemberhentian dalam Jabatan Widyaiswara BAB III. Unsur-unsur Kegiatan Jabatan Fungsional Widyaiswara BAB IV. Rincian Kegiatan dan Persyaratan BAB V. Angka Kredit dan Contoh Perhitungan BAB VI. Penutup Angka kredit pada jabatan fungsional Widyaiswara adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja pejabat yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan funngsinya, yaitu mengajar dan melatih serta pengembangan keprofesionalanya. Diharapakan pemberian angka kredit dalam jabatan fungsional Widyaiswara akan lebih mengakomodasi berbagai kegiatan yang layak atau potensial di transformasikan sebagai Widyaisawara. Dengan mengetahui jumlah angka kredit yang dimiliki dan akan dihasilkan maka seorang pejabat funsional Widyaiswara mampu mempredikikan karisrnya, Melalui angka kredit dapat juga diukur keberadaan formasi Widyaiswara, oleh karenanya instansi yang mengangkat pejabat fungsional widyaisawara bertanggung jawab untuk untuk menyediakan kesempatan widyaiswara untuk berkarya sesuai Tugas pokoknya sehingga karisrnya dapat terus terjamin, karena penganhkatan Pejabat fungsional Widyaiswara yang tidak berdasarkan perhitungan formasi yang tepat kelak akan mendatangkan kesulitan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Setelah mengikuti Sosialisasi dan membaca print out Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya mulai dari halaman 1 s.d halaman 101, ternyata Pada BAB III Unsur- Unsur Kegiatan Jabatan Fungfsional Widyaiswar yaitu
Pada Sub Pengembangan Profesi, adalah Pembuatan karya Ilmiah (KTI) yang banyak kali menjadi keluhan Widyaiswara, Saya mengutip pesan Bunda Ir. Roem Lintang Soeharto, DEA, bahwa “ Menulis karya ilmiah yang efektif tidaklah mudah. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebuah tulisan pada dasarnya adalah kumpulan kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat bermakna. dengan demikian pemahaman pembaca terhadap kata kata tersebut, Syarat mutlak dalam penulisan KTI adalah : a). Cara pembuatanya harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah; b) Diawali dari penentuan tema dan topik yang akan diangkat. Penentuan tema dan topik merupakan sebuah jalan masuk untuk dapat memperoleh judul, Yang jadi permasalahan , bagaimana caranya memperoleh ide –ide yang dapat diangkat menjadi sebuah topik penulisan “. Menurut Bunda Reom Lintang Suharto : “ ide untuk menulis atau mencari topik penulisan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan aktivitas pancaindera, yaitu Pancaindera penglihatan , pendengaran dan indera perasa. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan, dapat memberikan ide kepada kita. Setelah ide terfikirkan dan topik telah dipilih, maka tahap berikutnya adalah merenungkan 5 ( lima) pertanyaan mendasar yang harus dijawab dengan jujur yaitu : 1) Apa yang inginn kutulis ? 2) Mengapa aku ingin menulis itu ? 3) Apa tujuanku manulis itu?, 4) Siapa sasaran pembaca tulisanku ? dan 5) Apakah aku memiliki bahan/Referensi untuk menulisnya ?. Untuk menjawab lima pertanyaan secara jujurlah yang membuat kita harus merenung dan merenung. Jawaban yang jujur dan tepatlah yang membuat kita mudah untuk mengawali goresan pena atau ketukan keyboard Komputer”. Barangkali kata yang tepat yang saya sampaikan kepada diriku sendiri dan teman teman Widyaiswara adalah Yuuuuuk.... mari kita menulis Karya Tulis Ilmiah. Kita coba.. coba.. dan coba lagi... “Berusahalah jangan takut gagal !!!.....” melakukan sebuah usaha bukan semata-mata untuk meraih keberhasilan saja, melainkan merupakan satu upaya nyata yang konsisten untuk bisa menunjukkan kepada semua orang bila kermampuan yang dimiliki memang dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Hidup tidak untuk diratapi, melainkan untuk dijalani. Sepanjang kita masih mau berjuang dan bersyukur maka hidup kita menjadi lebih bermakna. Semuanya butuh proses, dan proses membutuhkan waktu, tenaga, pikiran dan juga pengorbanan.
Dan ternyata Petunjuk Tekhnis Jabatan Fungsional Widyaiswara Dan Angka Kreditnya Nomor 3 Tahun 2010 bukanlah hal yang menakutkan, Widyaiswara tidak perlu berkeluh kesah mari kita sambut, mari kita pelajari, mari kita ikuti petunjuk yang ada dalam Perkalan untuk menjadi Widyaiswara yang hebat dan profesional.
MENJADI WIDYAISWARA YANG HEBAT Saya adalah peserta Diklat TOT Calon Widyaiswara Angkatan II Tahun 2010 pada Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Masih segar dalam ingatan saya salah satau Widyaiswara terbaik LAN memberikan mataeri kepada kami yaitu Bunda Dr. Ajriani Munthe Salak, SS, M.Ed. beliau berpesan kepada kami :
“ Setelah membaca, mendengar dan mengamati widyaiswara yang hebat
saya semakin yakin bahwa Perjalan Panjang untuk menjadi Widyaiswara yang hebat itu tidak akan pernah berakhir, Mungkin ada Ups and downs, Saya tau bahwa saya tidak sendiri, Fisik saya mungkin semakin mengkerut tapi hati saya selalu ingin segar dengan pengalaman baru yang siap untuk saya bagi-bagi (share) dengan sesama kolega seperjuangan “. Untuk menjadi hebat bukanlah hadiah tetapi sesuatu yang harus diusahakan. Menurut Di Kamp dalam bukunya The Exellent Trainer, setidaknya ada empat keyakinan yang melekat pada Widyaiswra sehingga mereka menjadi hebat. Keyakinan ini merupakan konsep atau philosopihal guideline yang menjadi dasar dalam menjalankan peran sebagai Widyaisawara. Pertama, mereka mempunyai keyakinan terhadap dirinya sendiri, kedua keyakinan tentang pembelajaran, ketiga keyakinan tentang informasi yang muncul dalam kehidupanya, dan keempat keyakinan tentang bagaimana dunia ini bekerja dan beroperasi. WIDYAISWARA YANG HEBAT HARUS BERFIKIR PPOSITIF Peran Widyaiswara sangatlah mulia pada Balai Pendidikan dan Pelatihan sebagai, Fasilitator, Motivator, Moderator, Inspirator, Inovator, Dinamisator, Peneliti dan konsultasi dituntut menjadi seorang yang profesional. Keberadaan widyaiswara memang diperluakn untuk pembentukan PNS yang Profesional sesuai dengan tuntutan negara, Karena itu Widyaiswarapun dituntut dalam hal kwalitas di setiap Penyelenggaran Diklat. Eksistensi Widyaiswara sekarang sudah mulai mendapat perhatian. Upaya upaya perbaikan secara komprehensif telah dilakukan oleh institusi pembinanya, yaitu Lembaga
Administrasi Negara (LAN).
Kita harus yakin bahwa setiap kebijakan atau produk
hukum yang dikeluarkan lembaga Pemerintah tentunya masih perlu dierevisi kembali , kekurangan/ kelemahan dan meningkatkan kembali kelebihan kelebihan yang sudah ada. Demi meningkatkan kesejhteraan aparatur khususnya Widyaiswara .
Mari kita simak ungkapan Dr. Ibrahim Elfiky dalam “ Buku Best seller Terapi Berfikir Positiff “ Berfikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan, Disebut sumber kekuatan karena membantu anda memikirkan solusi sampai mendapatkanya. Dengan begitu anda bertambah mahir, percaya dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena denganya Anda akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik”. Buat teman temanku Widyaiswara di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonesia , Janganlah kita berkelu kesah dan berfikir negatif pada Perkalan nomor 3 tahun 2010, Saya mengajak kepada teman-teman mari kita menelusuri sifat-sifat kepribadian positif dan bagaimana kita bisa menggunakanya dalam kehidupan kita sehari-hari,
Ada sepuluh sifat utama yang menjadi ciri khas
kepribadian positif. Sifat-sifat itu akan membantu kita mewujudkan cita-cita, serta memberi kebahagiaan,ketenangan dan ketentraman jiwa sebagai Widyaisawar yang hebat yakni : 1)Beriman, memohon bantuan dan tawakal kepada Allah, 2)Nilai Nilai luhur, 3)Cara Pandang Yang jelas, 4)Keyakinan dan proyeksi positif, 5)Selalu mencari Jalan keluar dari berbagai masalah, 6)Belajar dari masalah dan kesulitan,7) Tidak membiarkan masalah dan kesulitan mempengaruhi kehidupanya, 8) Percaya diri, Menyukai perubahan dan berani menghadapi tantangan, 9)Hidup dengan cita-cita, perjuangan, dan kesabaran, 10)Pandai bergaul dan suka membantu orang lain. Seringkali satu peristiwa merupakan awal sejarah baru dan awal harapan baru bagi seseorang, baik orang cacat atau orang normal. Hellen Keller berkata, “ Ada orang yang mendengar tetapi tidak memperhatikan, melihat tetapi tidak menangkap makna yang dilihat, dan merasakan tetapi tidak menghayati. Maka aku menyadari bahwa orang buta adalah orang yang buta mata hatinya, bukan buta penglihatanya”..... Kata kata ini merupakan pesan bagi orang-orang sehat tapi sering menghabiskan waktu mereka dengan berkelu kesah.....
Semoga kutipan kata bijak diatas menjadi motivasi dan pembelajaran
bagi kita widyaiswara di lingkunan Kementereian Agama untuk tidak perlu bekeluh kesah pada Perkalan nomor 3 tahun 2010 tapi mari kita sambut, mari kita pelajari dan ikuti
petunjuk yang ada, mari kita beramai-rami menyusun angka kredit beserta lampiranya sesuai aturan yang ada dan mari kita rubah cara berfikir positif kita untuk Mau Menjadi Widywara Yang Hebat.... REFERENSI : 1. Ajriani Munthe Salak, Menjadi Widyaiswara Yang Hebat, Mau ? Majalah Interaktif IWI ( Referensi Dunia Widyaiswara Indonesia) Edisi Oktober 2007 2. Ibrahim Elfiky, 2009, Terapi berfikir positif, penerbit Zaman, Jakarta 3. Media Ekawati & tim,
Sosialisasi
Petunjuk Tekhnis Jabatan Fungsional
Widyaiswara dan angka kreditnya Nomor 03 tahun 2010, Medio November 2011 berkunjung ke Balai Diklat Keagamaan Manado 4. Peraturan bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tetang Petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya Nomor 01 dan Nomor 02 Tahun 2010 5. Rivai, Lintang Suharto, 2011, Rambu Rambu Karya Tulis Ilmiah Widyaisawara cetakan ke-2. Indie Publishing, Jakarta 6. Rivai, Lintang Suharto, 2010, Materi “ Tekhnik Penulisan Karya Tulis Ilmiah” Diklat Calon Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Administrasi, Ciputat - Jakarta Penulis adalah Widyaiswara Muda Pada Balai Diklat Keagamaan Manado