Mataram Binangkit Jilid 1
Agus S. Soerono
Mataram Binangkit Jilid 1
[email protected]
Mataram Binangkit Jilid 1
Penerbit CV Tistra Abadi MATARAM BINANGKIT Jilid 1 Oleh: Agus S. Soerono Copyright © 2014 by Agus S. Soerono
Penerbit CV Tistra Abadi
[email protected]
Desain Sampul: Ko Awang 2011
[email protected]
Mataram Binangkit Jilid 1
Perpustakaan Nasional ISBN 9-7860-2990-2914
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
[email protected]
Mataram Binangkit Jilid 1
1
Udara di dalam Istana Pajang malam itu terasa panas, sebagaimana biasanya kalau akan turun hujan. Namun udara yang panas itu tidak berlangsung lama. Perbedaan tekanan
udara mendorong angin bertiup dengan kencangnya. Membuat udara yang tadinya terasa panas karena mendung tebal bergelayut di langit, perlahan-lahan menjadi dingin. Awan pun terbang berarak-arak di atas langit. Mengikuti arah angin yang mendorongnya ke timur. Namun mendung itu makin lama semakin tebal. Perlahan-lahan uap air yang dibawa awan itu mengembun menjadi titik-titik air yang halus. Titik-titik air yang halus itu pun kemudian bergumpal menjadi butiran air hujan. Petir sambar menyambar di langit, bak cambuk api berwarna
putih
kebiruan
yang
membelah
langit.
Menerjang pepohonan yang tinggi, karena telah berani dengan congkaknya mendongak ke langit.
[email protected]
Mataram Binangkit Jilid 1
Kilat yang membelah kegelapan malam itu pun segera
ditingkahi
dengan
gemuruh
guntur
yang
menggelegar, seolah-olah menunjukkan pertanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Gemuruh geledek yang bersahut-sahutan bagaikan lampor 1 yang turun dari langit, membuat seorang ibu mendekap erat-erat anaknya yang menangis ketakutan. Kehangatan pelukan sang ibu membuat anak itu tenteram dan terbuai kembali ke dalam mimpinya. Hujan salah musim itu, terasa aneh. Karena biasanya hujan turun di musim penghujan, namun kali ini justru turun di saat musim kemarau Namun bagi petani, suara gemuruh geludug itu membuat mereka senang. Sebentar lagi sawah mereka akan menjadi basah, sehingga bisa diolah dan kemudian ditanami benih padi. Kemarau panjang yang terjadi sejak akhir tahun lalu, membuat mereka tidak bisa mengolah sawah mereka. Sawah itu
1
Jw: suara ramai dari makhluk halus yang berarak
[email protected]
Mataram Binangkit Jilid 1
menjadi retak-retak dan akhirnya merekah karena panas dan kekurangan air. .Udara yang dingin bersama turunnya hujan gerimis, yang ditingkahi dengan kilatan petir dan gemuruh suara geledek, ternyata membawa banyak orang ke alam mimpi. Bahkan ada pula yang menarik selimutnya tinggi-tinggi, sehingga menutupi seluruh tubuhnya. Udara dingin ini terasa aneh. Orang-orang yang sedang tertidur lelap, semakin pulas. Sedangkan orang yang sedang bangun pun menjadi terkantuk-kantuk. Seorang petugas pengawal Istana Pajang yang tadinya hilir mudik di halaman Istana, badannya terasa lemas dan kini terduduk. Ia menguap sebentar lalu menyandarkan tombaknya di dinding. Ia mengucak-ucak matanya yang terasa seperti dilem dengan tepung kanji yang pekat. Sulit sekali dibuka. Tubuhnya terasa menjadi lemas. Ia lalu menyandarkan dirinya di dinding, di sebelah tombaknya. Tulangnya
terasa
seperti
[email protected]
terlolosi.
Ia
pun
lalu
Mataram Binangkit Jilid 1
merebahkan dirinya, menggeletak di lantai, dan mulai terbawa ke alam mimpi. Sementara itu juru taman, juru masak, juru tebah2 dan pekatik3 yang berbaring di atas amben di dalam biliknya masing-masing, semakin terbuai ke alam mimpi yang dalam. Mereka pun tidak kuasa untuk mengusir rasa kantuk yang sangat berat.
2
abdi dalem yang bertugas merapikan kamar dan tempat tidur.
3
abdi dalem yang bertugas memelihara dan merawat kuda.
[email protected]