MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
DIANA KARTIKA DEWI 17915/2010
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
i
ABSTRAK Judul
:
Penulis NIM/BP Jurusan Pembimbing
: : : :
MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANJEMEN KOTA PADANG Diana Kartika Dewi 17915/2010 Administrasi Pendidikan 1. Dr. Rifma, M.Pd 2. Lusi susanti, S.Pd, M.Pd
Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil pengamatan penulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang yang menunjukkan bahwa manajemen sarana pembelajaran belum terlaksana dengan efektif. Rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimanakah manajemen sarana pembelajaran yang ditinjau dari: 1) perencanaan kebutuhan, 2) pengadaan, 3) penyimpanan, 4) inventarisasi, 5) pemeliharaan, 6) penghapusan, 7)pengawasan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manjemen sarana pembelajaran, yang ditinjau dari: 1) perencanaan kebutuhan, 2) pengadaan, 3) penyimpanan, 4) inventarisasi, 5) pemeliharaan, 6) penghapusan, 7) pengawasan. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang yang bejumlah 120 orang. Jumlah sampel adalah 31 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket dalam bentuk skala Likert dengan alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP) yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan teknik analisa data meggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen sarana pembelajaran di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang maka didapat hasil sebagai berikut : 1) perencanaan kebutuhan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (31,71%) responden menyatakan perencanaan kebutuhan selalu dilakukan. 2) pengadaan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (37,73%) responden menyatakan pengadaan selalu dilakukan. 3) penyimpanan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (32,24%) responden menyatakan penyimpanan selalu dilakukan. 4) inventarisasi terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (31,44%) responden menyatakan inventarisasi selalu dilakukan. 5) pemeliharaan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (26,55%) responden menyatakan pemeliharaan selalu dilakukan. 6) penghapusan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (37,89%) responden menyatakan penghapusan selalu dilakukan. 7) pengawasan terlaksana kurang baik, yaitu pada persentase (29,83%) responden menyatakan pengawasan selalu dilakukan. Secara umum Manajemen Sarana Pembelajaran Di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang tidak terlaksana dengan baik, yaitu pada persentase (32,48%) responden yang menyatakan bahwa manajemen sarana pembelajaran selalu dilakukan.
i
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis aturkan kepada Allah SWT, yang maha besar, maha kaya, maha pemberi rezeki, maha pengasih lagi maha penyayang, sehingga berkat ridho dan izin dari Allah SWT jua lah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang”. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Penulisan skripsi ini terlaksana berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Padang 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan 3. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan dan Sekretaris Jurusan Administrasi Pendidikan 4. Ibu Dr. Rifma, M.Pd sebagai pembimbing I dan Ibu Lusi Susanti, S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing II yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen beserta pegawai Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang. 7. Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. 8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi kepada penulis baik materil dan moril dalam menyelesaikan studi S1.
ii
iii
9. Rekan-rekan angkatan 2010 yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. Serta kakak-kakak dan adik-adik keluarga besar Jurusan Administrasi Pendidikan. 10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT, mudahmudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, sekolah tempat penelitian, dan Jurusan Administrasi Pendidikan serta pembaca pada umumnya. Penulis telah berupaya dengan maksimal untuk menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari baik isi maupun penulisan masih belum sempurna untuk itu kepada pembaca, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Padang, April 2014
Diana Kartika Dewi NIM. 17915
iii
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6 C. Batasan Masalah ................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7 E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7 F. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 8 G. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8
BAB II
KERANGKA TEORI A. Manajemen Sarana Pembelajaran ....................................................... 10 B. Kegiatan Manajemen Sarana Pembelajaran ........................................ 16 C. Kerangka Konseptual .......................................................................... 33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian................................................................................. 34 B. Definisi Operasional Penelitian .......................................................... 34 C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 34 D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 36 E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 36 F. Teknik Analisa Data............................................................................ 39
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .......................................................... 40
iv
v
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 64 B. Saran.................................................................................................... 65 DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................................................................... 67 LAMPIRAN
v
vi
DAFTAR TABEL
1. Populasi Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang ................................................................................... 35 2. Sampel Penelitian ............................................................................................... 36 3. Perencanaan Kebutuhan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang .......................... 41 4. Pengadaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang ...................................................... 42 5. Penyimpanan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang ....................................................................................................... 44 6. Inventarisasi Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang ....................................................................................................... 45 7. Pemeliharaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang ....................................................................................................... 47 8. Penghapusan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang ....................................................................................................... 49 9. Pengawasan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang ....................................................................................................... 51 10. Rekapitulasi Persentase Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang ........ 53
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka konseptual Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang ...... 33
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................................... 68 2. Surat Angket Penelitian.................................................................................. 69 3. Petunjuk Pengisian Angket Penelitian ............................................................ 70 4. Angket Penelitian ........................................................................................... 71 5. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba .................................................................. 76 6. Uji Validitas Uji Coba Angket Penelitian ...................................................... 77 7. Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Penelitian .................................................. 79 8. Skor Mentah Hasil Penelitian ........................................................................ 83 9. Tabel nilai rho Spearman ............................................................................... 84 10. Tabel Nilai-Nilai Product Moment ................................................................ 85 11. Surat Izin Penelitian Jurusan .......................................................................... 86 12. Surat Izin Penelitian dinas Pendidikan ........................................................... 87 13. Surat Balasan Penyebaran Angket SMK 2 ..................................................... 88 14. Surat Balasan Penyebaran Angket SMK 3 ..................................................... 89
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya aktivitas pendidikan memiliki andil yang besar dalam pencapaian tujuan pendidikan melalui jalur formal, namun sekolah saja belum cukup. Pendidikan sebagai sistem dimana dalam mencapai tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling berkaitan dan saling memberikan kontribusi satu sama lain terhadap proses penyelenggaraan pendidikan yang akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan. Sarana pembelajaran merupakan instrumen penting dalam pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. begitu pentingnya sarana pembelajaran sehingga setiap institusi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tidak itu saja, kelengkapan sarana pembelajaran merupakan salah satu daya tarik bagi calon peserta didik. Sarana pembelajaran sebagai salah satu komponen instrumentall input pendidikan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dikatakan penting karena sarana pembelajaran merupakan fasilitas penunjang proses pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru yang handal sekalipun tidak akan mampu menjalankan proses pendidikan dengan efektif, tanpa didukung oleh sarana pembelajaran yang memadai. Penyelenggaraan proses 1
2
pendidikan sangat membutuhkan sarana pembelajaran untuk mendukung jalannya proses pendidikan. Mengingat pentingnya sarana pembelajaran dalam pencapaian tujuan pendidikan, maka sudah tentu sarana pembelajaran perlu mendapatkan perhatian yang khusus baik dari sekolah maupun pemerintah. Penting bagi pemerintah supaya lebih mempertimbangkan kebutuhan setiap sekolah untuk memperoleh fasilitas yang memadai, supaya proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif. Namun yang tak kalah pentingnya adalah manajemen sarana pembelajaran oleh sekolah tersebut. Sebanyak apapun pemerintah memfasilitasi sebuah sekolah dengan sarana pembelajaran yang bagus, tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal, apabila sekolah tidak dapat memanajemennya dengan baik. Sehubungan dengan pentingnya sarana pembelajaran, juga perlu dikelola dengan baik dan tepat sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan dapat bertahan lama. Sayangnya, sarana pembelajaran di sekolah tidak dikelola dengan pengetahuan yang cukup sehingga sering terjadi ketidaktepatan dalam pengelolaan. Ketidaktepatan pengelolaan sarana pembelajaran menyangkut perencanaan
kebutuhan,
cara
pengadaan,
penyimpanan,
inventarisasi,
pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Bahkan, banyak pengelola yang kurang memahami standar dari sarana pembelajaran yang dibutuhkan. Beberapa kasus membuktikan banyak sarana yang dibeli, padahal bukan menjadi skala prioritas utama suatu lembaga pendidikan. hal yang paling tragis dan sering terjadi dalam budaya kita adalah mampu membeli tetapi tidak mampu menjawab. 2
3
Kegiatan manajemen sekolah perlu dilengkapi sarana pembelajaran yang memadai. Ketersediaan sarana pembelajaran sangat membantu jalannya kegiatan ini, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya seperti komputer, kertas, tinta dan lain sebagainya. Seandainya sarana ini tidak ada, kegiatan manajemen sekolah tidak akan berjalan dengan efektif. Disamping itu, proses pembelajaran sebagai kegiatan kurikuler juga memerlukan sarana pembelajaran yang memadai. Sarana merupakan barang atau benda yang secara langsung menunjang terlaksananya proses pendidikan. Kelengkapan sarana sangat membantu ketercapaian tujuan pendidikan. Sarana yang memadai dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, seperti kursi, meja, papan, tulis, buku pelajaran dan media pelajaran. Seandainya sarana tersebut tidak ada atau tidak memadai proses pembelajaran tidak dapat berjalan efektif. Sebagai contoh siswa tidak memiliki buku pegangan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini bisa menyebabkan proses pembelajaran hanya berjalan satu arah, karena siswa kurang menguasai materi pelajaran dan mereka hanya menerima apa yang disampaikan guru. Begitu pula dengan penggunaan media pembelajaran sangat membantu tercapainya proses pembelajaran yang efektif. Namun cenderung guru tidak menvariasikan penggunaan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton, siswa mudah bosan dan pada akhirnya mereka sulit untuk menyerap materi pelajaran. Bukan hanya jenis sarana pembelajaran yang disediakan di sekolah, tapi manajemennya juga mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran. 3
4
Keterbatasan atau tidak memadainya sarana pembelajaran akan menghambat jalannya proses pembelajaran. Demikian pula manajemen yang kurang tepat akan mengurangi
kegunaan
sarana
pembelajaran
tersebut,
meskipun
sarana
pembelajaran tersebut dalam keadaaan baru. Manajemen sarana pembelajaran perlu mendapatkan perhatian yang lebih, karena dengan manajemen yang baik dan tepat, maka sarana pembelajaran yang ada dapat ditata, diatur dan difungsikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu perlunya manajemen sarana pembelajaran. Maksud manajemen di sini adalah bagaimana suatu sekolah berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sarana pembelajaran dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan. Manajemen sarana pembelajaran yang efektif dapat dilihat dari prosesnya, seperti adanya analisis dan penyususan rencana kebutuhan, pengadaan sarana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, anak didik dan guru yang akan memakainya. Penyimpanan sarana pembelajaran sesuai dengan prosedur dan fungsinya, sehingga dapat bertahan lama. Inventarisasi sarana pembelajaran yang baik dan pemeliharaannya sesuai dengan pedoman yang ada, seperti system pencatatan yang tepat sehingga mudah dikerjakan. Penghapusan yang baik serta pengawasan. Namun berdasarkan hasil pengamatan penulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang, terlihat manajemen sarana pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat dari beberapa fenomena, diantaranya :
4
5
1. Guru tidak diikutsertakan dalam penyusunan rencana kebutuhan akan sarana pembelajaran. Pengadaannya berdasarkan proyek dari pemerintah, sehingga sarana yang ada kurang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh guru seperti buku penunjang. 2. Masih ada sekolah yang memiliki sarana pembelajaran yang kurang memadai. Seperti media pembelajaran, peralatan, sumber belajar, dan buku-buku di perpustakaan. 3. Masih ada sekolah yang belum mempunyai tempat penyimpanan sarana pembelajaran sehingga penempatannya tidak beraturan. 4. Belum lengkap dan belum dimanfaatkan kartu inventaris barang. Hal ini dapat dilihat pada setiap ruangan (kelas, ruang majelis guru dan ruang tata usaha) tidak ada kartu inventaris barang. Tanpa kartu ini manajemen barang kurang efektif, karena dengan kartu ini dapat dilihat keadaan atau kondisi barang, sehingga akan mempermudah pengontrolan dan pengecekan kembali barang. 5. Masih ada sekolah yang telah memiliki sarana pembelajaran memadai tetapi pemanfaatannya belum efektif. 6. Masih ada sekolah yang memakai sarana pembelajaran yang seharusnya sudah dihapuskan. 7. Masih ada sekolah yang tidak melakukan terhadap sarana pembelajaran diamana belum objektif dan belum berorientasi pada tujuan serta belum berdasarkan standar yang efektif.
5
6
Kondisi tersebut, mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian tentang “Manajemen Sarana Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, penulis mendapatkan bahwa manajemen sarana pembelajaran kurang efektif dilakukan, hal ini dapat diidentiikasi sebagai berikut: 1. Perencanaan kebutuhan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 2. Pengadaan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 3. Penyimpanan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 4. Inventarisasi terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 5. Pemeliharaan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 6. Penghapusan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 7. Pengawasan terhadap sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 8. Tujuan sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 9. Jenis sarana pembelajaran yang ada di sekolah. 10. Klasifikasi sarana pembelajaran. C. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan ini karena masalah ini yang paling dominan, maka penelitian ini dibatasi hanya meneliti mengenai manajemen sarana pembelajaran yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. Manajemen sarana pembelajaran akan dilihat 6
7
dari:
perencanaan
kebutuhan,
pengadaan,
penyimpanan,
inventarisai,
pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang”. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang: 1. Perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 2. Pengadaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 3. Penyimpanan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 4. Inventarisasi sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 5. Pemeliharaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 6. Penghapusan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 7. Pengawasan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang
7
8
F. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 2. Bagaimana pengadaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 3. Bagaimana penyimpanan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 4. Bagaimana inventarisasi sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 5. Bagaimana pemeliharaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 6. Bagaimana penghapusan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? 7. Bagaimana pengawasan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang? G. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi : 1. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang sebagai masukan untuk peningkatan manajemen sarana pembelajaran di sekolah.
8
9
2. Semua guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen
Kota
Padang
untuk
lebih
dapat
meningkatkan
sarana
pembelajaran di sekolah agar dapat membantu pelaksanaan pembelajaran di sekolah. 3. Pengawas sekolah memberi pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru dalam manajemen sarana pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang.
9
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Manajemen Sarana Pembelajaran 1. Pengertian Manajemen Secara etimologis, manajemen dalam istilah bahasa Inggris berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut G.R Terry dalam Malayu (2001:2) Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sarana-sarana yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Kemudian Malayu (2001:3) mengemukakan bahwa “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Noviardi (2003:19) mengemukakan manajemen adalah suatu proses social yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia serta sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
10
11
Dari berbagai pengertian manajemen oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manjemen merupakan serangkaian kegiatan pengaturan yang dilakukan dan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pengertian Sarana Pembelajaran Sarana pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan ikut mendukung dalam keberhasilan proses pendidikan. Sarana pembelajaran dapat membantu dan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pengajaran di sekolah. Menurut Mulyasa (2002:49) sarana pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Menurut Hendayat Soetopo (1982:183) sarana pembelajaran meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan. Sedangkan menurut Depdiknas dalam Barnawi dan Arifin (2012:47), sarana pembelajaran adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa : setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi 11
12
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan sarana adalah benda/barang yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan yang menunjang secara langsung proses pembelajaran dan mencapai tujuan, contohnya dalam pelaksanaan pembelajaran adalah kursi, meja, papan tulis, buku pelajaran dan sebagainya. 3. Pengertian Manajemen Sarana Pembelajaran Mulyasa (2002:50) menyatakan manajemen sarana pembelajaran bertugas untuk mengatur dan menjaga sarana pembelajaran agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti ada jalannya proses pendidikan.
Ibrahim
Bafadal
(2002:9)
mengemukakan
manajemen
pembelajaran adalah sebagai suatu proses kegiatan dalam rangka mengatur, menata dan mengorganisir secara sistematik dan berdayaguna semua sarana pembelajaran yang ada menurut fungsinya masing-masing dalam rangka menunjang pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen fasilitas yang diperlukan pada kegiatan proses pembelajaran seperti meja, alat-alat dan media pengajaran agar tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.
12
13
4. Pentingnya Manajemen sarana Pembelajaran Manajemen sangat penting bagi suatu organisasi karena tidak ada satupun organisai yang tidak melakukan kegiatan manajemen, baik manajemen sumber daya manusia maupun manajemen pembelajaran. Depdiknas (2007:10) menyatakan bahwa sumber organisasi yang berupa manusia, sarana pembelajaran dan sebagainya harus diorganisasikan, diinteraksikan dan dikoordinasikan serta diarahkan demi tercapainya tujuan organisasi. Kemudian Handoko (1999:6) menguraikan bahwa ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen yaitu: a. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. b. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuantujuan, sasaran-sasaran, kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang saling berkepentingan dalam organisasi, antara bendahara dan sekretaris. c. Dengan adanya manajemen diharapkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi akan terwujud. 5. Tujuan Manajemen Sarana Pembelajaran Menurut Syahril (2008:5) , tujuan manajemen sarana pembelajaran adalah: a. Menunjang pembangunan nasional secara tepat dan berdayaguna. Pendidikan harus menjadi input yang baik bagi pembangunan. Hal ini sesuai dengan fungsi sarana dan prasarana sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan kegiatan. 13
14
b. Untuk melihat dan mengetahui kekayaan suatu organisasi dalam bentuk material atau barang-barang yang memungkinkan dapat dinilai dengan uang. c. Untuk melihat dan mengatahui inventarisasi barang-banrang milik suatu organisasi atau instansi dalam berbagai bentuk baik jenis, jumlah, keadaan maupun kualitasnya. d. Untuk mengetahui apakah barang-barang tersebut benar-benar sudah dimanfaatkan secara tepat. e. Untuk mengetahui efisiensi pendayagunaan keuangan Negara baik yang bersumber dari anggaran rutin, anggaran pembangunan maupun dari masyarakat. f. Untuk
bahan
masukan
dalam
pertimbangan
dalam
penyusunan
kebijaksanaan di bidang pendidikan dalam rangka pembangunan pendidikan pada tahun-tahun yang akan datang. Selanjutnya
Ibrahim
Bafadal
(2002:5),
menguraikan
tujuan
manajemen sarana pembelajaran sebagai berikut: a. Mengupayakan
pengadaaan
sarana
pembelajaran
melalui
sistem
perencanaan yang hati-hati dan seksama. b. Mengupayakan pemakaian sarana pembelajaran secara tepat dan efisien. c. Pengupayakan
pemeliharaan
dan
penyimpanan
sarana
sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan. Hanafi dikutip Mulyasa (2001:58) bahwa tujuan manajemen sarana pembelajaran adalah “untuk meningkatkan unjuk kerja dan proses 14
15
pembelajaran, menekankan pengeluaran biaya perbaikan dan perencanaan biaya secara efektif”. Jadi tujuan adanya manajemen terhadap sarana pembelajaran tersebut bermanfaat sekali terhadap sekolah dan pemakaiannya dalam upaya pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien. 6. Komponen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Standar
sarana
pembelajaran
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 mencakup : kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, Sarana pendidikan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi : a.
Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan.
b.
Alat peraga Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan objek atau materi pelajaran. Alat peraga dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Alat peraga sebenarnya 2) Alat peraga tiruan
15
16 c.
Media pendidikan Media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung pesan (message) komunikasi, merupakan saluran (perantara) komunikasi.
B. Kegiatan Manajemen Sarana Pembelajaran Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas, agar mempunyai manfaat yang tinggi diperlukan aturan yang jelas serta pengetahuan dan keterampilan personel sekolah dalam manajemen sarana pembelajaran tersebut. Pada pengertian manajemen sarana pembelajaran sebagaimana yang telah diuraikan, terkandung proses yang harus dilalui dalam melaksanakan manajemen sarana pembelajaran. Secara sederhana proses tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menujang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien. Namun demikian, beberapa ahli memberikan uraian teori tentang proses manajemen yang nampaknya berbeda-beda. Ibrahim Bafadal (2008:2) menyatakan bahwa proses atau fungsi-fungsi manajemen sarana pembelajaran pendidikan terdiri dari: (1) pengadaan, (2) pendistribusian,(3) penggunaan dan pemeliharaan, (4) inventarisasi, dan (5) penmghapusan. Berbeda dengan Ibrahim Bafadal, Suharsimi Arikunto (1993:81), menyatakan sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan, (2) pengadaan, (3)
16
17
pengaturan, (4) penggunaan, (5) penyingkiran, dan (6) dasar pengetahuan mengenai perpustakaan. Soetjipto dan Raflis Kosasi (2007:170), menyatakan bahwa kegiatan dalam manajemen sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan kebutuhan, (2) pengadaan,
(3)
penyimpanan,
(4)
inventarisasi,
penghapusan, dan (7) pengawasan. Sedangkan
(5)
pemeliharaan,
(6)
Ary Gunawan (2002:116)
menyebutkan bahwa kegiatan manajemen sarana pembelajaran meliputi: (1) perencanaan pengadaan barang, (2) prakualifikasi rekanan, (3) pengadaan barang, (4) penyimpanan, inventarisasi, penyaluran, (5) pemeliharaan, rehabilitasi, (6) penghapusan dan pemusnahan, dan (7) pengendalian. Dari proses manajemen sarana pembelajaran yang telah dikemukakan, penulis berpendapat sama dengan apa yang telah dikemukakan oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi bahwa proses manajemen sarana pembelajaran meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan, iventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan. Proses manajemen sarana pembelajaran tersebut di atas dipakai sebagai indikator untuk mengukur tingkat manajemen sarana pembelajaran di sekolah. Adapun penjelasan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah: 1. Perencanaan Kebutuhan Suatu kegiatan perlu direncanakan terlebih dahulu agar dapat berjalan dengan lancar. Begitu pula manajemen sarana pembelajaran perlu direncanakan apa yang akan dibutuhkan agar terhindar dari kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. 17
18
Philip H. Coomb yang dikutip oleh Gunawan (2002:118) berpendapat bahwa: Perencanaan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, adalah penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan itu lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan siswasiswa serta tujuan dan kebutuhan masyarakat. Dari pendapat di atas dapat dimaknai bahwa analisis kebutuhan perlu dilakukan agar sarana dan prasarana yang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi jenis barang maupun jumlahnya, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif. Perencanaan pembelajaran yang baik adalah menyususn daftar keperluan sarana pembelajaran yang dibutuhkan berdasarkan prioritas dan urgensi keperluannya serta perhitungan daftar perkiraan biaya untuk pemenuhannya berdasarkan prioritas. Kegiatan dalam penyusunan rencana kebutuhan meliputi: a. Analisis
kebutuhan
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
mengidentifikasi sarana pembelajaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
dengan
mempedomani
standarisasi
barang,
standarisasi
kebutuhan dan standarisasi harga. Analisi kebutuhan sarana pembelajaran mengacu kepada standarisasi sarana pembelajaran yang ditetapkan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan secara: 1) Analisis kebutuhan kualitatif dilakukan berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan
18
19
2) Analisis kebutuhan kualitatif dilakukan berdasarkan volume dan frekuensi b. Identifikasi data sarana yang ada dan masih dapat dipergunakan c. Penetapan skala prioritas d. Menyusun rencana kebutuhan berdasarkan skala prioritas Dalam perencanaan kebutuhan, menurut Gunawan (2002:130), direncanakan dalam urutan sebagai berikut: a. Menyusun daftar keperluan sarana pembelajaran berdasarkan analisis kebutuhan/kegiatan
masing-masing
satuan
organisasi,
sambil
memperhatikan sarana pengajaran/alat-alat yang masih ada dan masih dapat dipakai selama minimum satu tahun lagi. b. Menyusun daftar perkiraan biaya/harga sarana pembelajaran/alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. c. Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia serta urgensi kebutuhannya. Dapat disimpulkan perencanaan yang baik adalah perencanaan yang selalu memperhatikan analisa kebutuhan skala prioritas sesuai dengan dana yang tersedia dan adanya peran serta dari warga sekolah, seperti guru. Hal ini disebabkan guru lebih mengetahui sarana yang sesuai dengan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa (2002:82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
19
20
2. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan sarana pembelajaran yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugastugas sekolah. “Sutjipto dan Basori (2000:95), mengemukakan “pengadaan adalah kegiatan untuk menghadirkan perlengkapan di sekolah”. Sejalan dengan
pendapat
Ibrahim
Bafadal
(2008:30),
bahwa:
“Pengadaan
perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya”. Menurut Ary Gunawan (2002:135) pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana pembelajaran persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana pembelajaran merupakan salah satu fungsi operasional dalam manajemen sarana pembelajaran persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana pembelajaran persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
20
21
Depdiknas (2007:30), mengemukakan bahwa pengadaaan sarana dapat dilakukan dengan cara : a. Membeli yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengalihkankepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lainnya dengan cara menukar barang dengan uang. Kegiatan membeli dapat dilakukan melalui lelang, penunjukan langsung, dan pembelian. b. Hibah yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lain tanpa memberikan penggantian. c. Hadiah yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu pihak kepada pihak lain yang merupakan penghargaan atas tindakan yang dilakukan. d. Menyewa yaitu pemanfaatan barang milik orang/instansi lain selama jangka waktu tertentu dengan imbalan tertentu. e. Menukar yaitu pengalihan kepemilikan barang dari satu puhak kepada pihak lain dengan memberikan penggantian yang seimbang. f. Pinjam pakai yaitu pengalihan penggunaan barang dari satu pihak kepada pihak lain dalam jangka waktu tertentu tanpa memberikan imbalan tertentu. Hendayat Soetopo (1982) lebih lanjut mengemukakan tentang prinsip dalam pengadaan perlengkapan sekolah adalah : a. Semua orang yang ikut melaksanakan secara teratur mengenai peralatan tersebut haruslah ikut dilibatkan dalam proses pemilihan. b. Peralatan sekolah hendaknya sesuai dengan keadaan interest kebutuhan dan kematangan anak. 21
22
c. Ukuran peralatan hendaknya sesuai dengan keadaan murid, maka pengadaan peralatan berbeda tiap kelas. d. Lebih baik peralatan bervariasi artinya peralatan itu bentuk bentuk dan ukurannya berbeda sehingga lebih menarik dan mudah disesuaikan dengan kepentingan kelas. e. Semua kelas hendaknya tidak diberi peralatan yang sama persis, maka semakin berbeda tingkatannya maka berbeda pula peralatannya. f. Secara umum pengadaan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah dan menyewa. Menurut Ary Gunawan (2002:130) secara umum dalam membuat perencanaan pengadaan sarana pembelajaran tersebut harus melalui proses sebagai berikut: a. Menyusun daftar perencanaan pengadaan berdasarkan analisis kebutuhan dari masing-masing satuan organisasi. b. Menyusun daftar perkiraan biaya atau harga barang-barang atau alat-alat yang diperlukan berdasarkan standar yang telah ditentukan. c. Menetapkan skala prioritas pengadaannya berdasarkan dana yang tersedia serta urgensi kebutuhan. 3. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan atau gudang penyimpanan barang. Menurut Ary Gunawan (2002:139), menyatakan bahwa
22
23
menyimpan adalah kegiatan menampung atau mewadahi hasil penyimpanan barang-barang baik yang belum maupun yang akan didistribusikan. Menurut Ary Gunawan (2002:139) penyimpanan sarana pembelajaran adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru ataupun sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan aspek administratif. Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah yang diperlukan untuk menampung barang milik Negara berasal dari pengadaan. Aspek ini biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan menjadi: a. Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung barang hasil pengadaan yang terletak pada unit. Biasanya gudang pusat juga digunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan stok/persediaan. b. Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan. c. Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan d. Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barangbarang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan kegiatan.
23
24
Aspek administratif adalah hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dalam penyimpanan seperti: bendaharawan kepala gudang, urusan tata usaha, urusan penerimaan, urusan penyimpanan dan pemeliharaan, urusan pengeluaran serta struktur organisasi penyimpanan. Menurut Ary Gunawan (2002:140) adapun prosedur dan tata cara penyimpanan barang itu antara lain: a. Penerimaan, hal-hal yang dilakukan dalam penerimaan barang antara lain: 1) Menerima pemberitahuan pengiriman barang dari pihak menerima barang. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan barang. 2) Memeriksa barang yang diterima baik fisik maupun kelengkapan administrasi seperti surat kepemilikan. 3) Membuat berita acara penerimaan dan hasil pemeriksaan barang. b. Penyimpanan barang dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hal ini adalah: 1) Meneliti barang-barang yang akan disimpan 2) Menyiapkan barang-barang tersebut berdasarkan pengelompokanpengelompokan tertentu/harga 3) Mencatat barang tersebut ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan kartu stok 4) Membuat denah lokasi barang-barang yang disimpan agar dapat dikeluarkan secara tepat
24
25
5) Pengeluaran
barang
dilakukan
berdasarkan
surat
Perintah
Mengeluarkan Barang (SPMB) c. Penyimpanan sarana dapat dikatakan suatu kegiatan simpan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru maupun rusak dapat dilakukan oleh seorang atau beberapa orang ditunjuk pada suatu sekolah. d. Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Barang-barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan aman. 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau gudang. 3) Secara berkala atau incidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui apakah memenuhi kebutuhan. 4) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Kegiatan
penyimpanan
meliputi
menerima,
menyimpan,
dan
mengeluarkan barang di gudang. Gudang dibedakan menurut bentuknya menjadi: 1) Gudang terbuka adalah gudang yang tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai dan harus dikeraskan sesuai dengan berat barang-barang yang akan disimpan.
25
26
2) Gudang tertutup adalah gudang berdinding dan beratap yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang itu. Menurut Ary Gunawan (2002:140) cara menyimpan barang yang baik dan benar antara lain: 1) Barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat dan dijaga secara tertib, rapi dan aman. 2) Dibuat daftar nama tempat barang penyimpanan agar mudah ditemukan. 3) Barang yang mudah rusak dimasukkan ke dalam pelindung (lemari). 4) Barang-barang yang kecil seperti barang ATK disimpan dalam sebuah wadah yang mudah dijangkau dan ditemukan. 5) Barang-barang yang besar ditempatkan dengan aman dan nyaman. 6) Barang elektronik sebaiknya disimpan di ruangan yang lebih aman seperti besi teralis. 7) Barang yang terbuat dari kertas diusahakan jauh dari tempat basah, lembab, dan air. 8) Semua yang disimpan di lemari sebaiknya sering dibuka untuk menghindari penjamuran bila lembab. 9) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat yang bebas dari factor perusak seperti panas, lembab, dan lapuk. 10) Mudah ditemukan bila sewaktu-waktu diperlukan. 11) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dahulu digunakan. 12) Harus diadakan inventarisasi secara berkala. 26
27
13) Sebaiknya dilakukan control atau service terhadap barang-barang tertentu agar tidak mudah rusak. 14) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Barang-barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan barang jika sudah terealisasi sebaiknya langsung disimpan ke bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan dikeluarkan agar terlihat tertib dan rapi. Untuk sekolah-sekolah besar biasanya ada seorang yang ditunjuk sebagai petugas penyimpanan barang di gudang, baik barang yang baru direncanakan dalam pengadaan barang maupun yang sudah tidak diapakai atau rusak. Namun di sekolah yang sedang, biasanya dilakukan oleh beberapa warga sekolah diantaranya penjaga sekolah dan guru. 4. Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencatat dan menyusun daftar inventaris barang-barang milik Negara, daerah secara tertib, teratur, berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ary Gunawan (2002:141), inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun daftar barang-barang/bahan yang ada secara teratur menurut ketentuan yang berlaku. Ary Gunawan (2002:141) juga menambahkan kegiatan inventaris dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan, pengurusan dan pengawasan yang efektif. 27
28
Tujuan inventarisasi adalah: a. Menciptakan tertib administrasi barang milik organisasi b. Menghemat keuangan dalam pengadaan dan pemeliharaan barang c. Menghitung kekayaan organisasi dalam bentuk materil d. Memudahkan pengawasan barang Kegiatan wajib yang dilakukan dalam pelaksanaan inventaris adalah: a. Mencatat semua barang inventaris di dalam buku invetaris dan buku pembantu “buku golongan inventaris”. Buku induk inventaris adalah buku tempat mencatat semua barang inventaris milik/kekayaan Negara yang berada di lingkungan oraganisasi yang bersangkutan. Sedangkan buku golongan inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barangbarang inventaris golongan barang (diambil dari buku induk inventaris). b. Memberi kode pada barang-barang yang diinventarisasikan. c. Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang yaitu laporan tentang bertambah/berkurangnya barang yang terjadi selama triwulan yang bersangkutan. d. Membuat daftar isian/format inventaris, daftar ini diisi sekali setahun tentang keadaan barang. e. Membuat daftar rekapitulasi tahunan, daftar ini menunjukkan keadaan barang, mutasi selama satu tahun dan keadaan barang pada tahun anggaran berikutnya.
28
29
5. Pemeliharaan Ary Gunawan (2002:146), menyatakan pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar sarana pembelajaran tetap berada dalam keadaan baik. Pemeliharaan yang baik akan dapat membuat sarana pembelajaran tersebut berada dalam kondisi siap pakai, indah dipandang, dan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama serta terhindar dari kerusakan-kerusakan yang tidak diinginkan. Adapun fungsi pemeliharaan adalah: a. Menjaga agar barang dalam keadaan baik dan enak dipandang. b. Dapat menambah dan memperpanjang usia barang yaitu fisik barang dan usia administratif barang. Sutjipto dan Basori (2000:100) menyatakan kegiatan pemeliharaan barang inventaris meliputi: a. Perawatan Perawatan dapat dilakukan dengan membersihkan barang-barang yang kotor dan menempatkannya sesuai dengan sifat barang. b. Pencegahan kerusakan Pencegahan kerusakan dilakukan untuk mengalihkan dari adanya kerusakan barang. Hal ini dapat dilakukan misalnya pada kendaraan bermotor dengan mengganti oli sepeda motor sesuai dengan jarak tempuh yang sudah ditentukan. c. Penggantian ringan
29
30
Hal ini dapat dilakukan dengan menukar bagian-bagian barang (suku cadang) yang mengalami kerusakan karena pemakaian. Hendayat Soetopo (1982:212), merinci tentang kegiatan pemeliharaan alat-alat pelajaran yaitu: a. Menempatkan alat-alat yang baru dipakai hendaknya dapat tersusun dengan rapi pada tempat semula. b. Membersihkan dan menjaga alat peraga dari kotoran yang dapat merusak. c. Mengatur papan tulis, penggaris dan lain sebagainya. d. Menyimpan alat pelajaran di tempat yang mudah dilakukan. e. Membuat
daftar
alat
dan
tempat
untuk
mempermudah
dalam
pengembalian. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa barang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga barang agar tetap terpelihara dengan baik menurut kegiatannya masing-masing. 6. Penghapusan Penghapusan merupakan kegiatan mengeluarkan barang-barang milik sekolah dan daftar inventaris berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku sarana pembelajaran yang tidak dapat difungsikan dikelola dengan cara penghapusan sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut bahan ajar manajemen sarana dan prasarana penghapusan adalah proses kegiatan menghapuskan barang milik Negara dari daftar inventaris berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Syahril
30
31
(2008:94), menyatakan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penghapusan adalah sebagai berikut: a. Mencegah/mengurangi kerugian organisasi dan biaya yang dikeluarkan untuk pengamanan, pemeliharaan dan prosedur barang. b. Meringankan kerja pelaksana inventaris dalam pengurusan barang. c. Membebaskan ruang dari tumpukan barang yang tidak dipergunakan. d. Membebaskan unit kerja terhadap pengurusan dan pertanggungjawaban. Ary Gunawan (2002:151), menyatakan bahwa ada dua cara melakukan penghapusan barang inventaris Negara, yaitu: a. Menghapus dan menjual barang-barang melalui kantor lelang Negara, dengan prosedur sebagai berikut: 1) Pembentukan panitia penjualan oleh pimpinan unit utama yang bersangkutan. 2) Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang. 3) Mengikuti cara pelelangan yang berlaku. 4) Pembuatan naskah lelang oleh kantor lelang yang menyebutkan barang, harga barang, keadaan barang yang dilelang serta alamat dan nama pelelang dan harga jualnya. 5) Pembayaran uang lelang yang disetorkan pada kas Negara selambatlambatnya tiga hari kerja setelah hari lelang. 6) Biaya
lelang
dan
biaya
pembeli/pemenang lelang.
31
lainnya
yang
dibebankan
pada
32
b. Pemusnahan Ary Gunawan (2002:152), menyatakan bahwa barang-barang yang diusulkan dihapus dengan surat keputusan untuk/harus dihapus dan dimusnahkan dilakukan dengan disaksikan oleh pejabat pemerintah daerah setempat serta mengikuti segala tata cara pemusnahan yang berlaku. Pemusnahan dapat dilakukan dengan dibakar, dikubur dan sebagainya. Jadi penghapusan merupakan kegiatan mengeluarkan sarana dan prasarana yang tidak berfungsi lagi, menurut ketentuannya. Dalam kegiatan penghapusan dilakukan agar barang-barang yang sudah tidak layak pakai dapat digudangkan, namun sarana yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan, dan dengan adanya penghapusan tersebut mengurangi tumpukan barang dan mengurangi biaya perawatan. 7. Pengawasan Ary Gunawan (2002:153), menyatakan pengawasan merupakan suatu hal mutlak dalam manajemen sarana pembelajaran, tanpa pengawasan manajemen sarana pembelajaran tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan Sutjipto dan Basori (2000:103), menyatakan pengawasan sarana pembelajaran adalah kegiatan pengamatan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana pembelajaran sekolah agar berjalan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku dan terhindar dari penyimpangan dan penggelapan. Tujuan pengawasan menurut Soetjipto dan Basori (2000:101) untuk menghindari penyimpangan, penggelapan, serta mengoptimalkan pemanfaatan 32
33
sarana pembelajaran serta agar hasil pekerjaan diperoleh secara berdaya guna yaitu hasil yang sesuai dan tepat dengan pengeluaran yang seminimal mungkin dan sesuai dengan rencana yang ditentukan. C. Kerangka Konseptual Keberhasilan proses pengajaran sangat ditentukan oleh sarana pembelajaran yang mendukung. Dengan sarana pembelajaran akan menentukan berlangsungnya proses pengajaran yang efektif. Untuk mewujudkan hal itu sarana pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar efektif, karena keberhasilan sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan ditentukan manajemen sarana pembelajaran yang efektif. Adapun manajemen sarana pembelajaran yang akan penulis amati dalam penelitian ini yaitu yang berhubungan dan berkaitan erat dengan proses belajar mengajar
yaitu
perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
pemeliharaan,
penghapusan dan pengawasan. Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manajemen Sarana Pembelajaran
1. Perencanaan kebutuhan 2. Pengadaan 3. Penyimpanan 4. Inventarisasi 5. Pemeliharaan 6. Penghapusasn 7. pengawasan
Meningkatkan Pelaksanaan Proses Belajar
Gambar 1 Kerangka Konseptual Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang
33
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskripif yaitu bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang terjadi sekarang, faktual dan merupakan masalah apa adanya. Dengan demikian penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang. B. Definisi Operasional Penelitian Manajemen sarana pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan manajemen sarana pembelajaran. Adapun indikator variabel penelitian yang akan diukur adalah: (a) perencanaan kebutuhan, (b) pengadaan (c) penyimpanan (d) inventarisasi (e) pemeliharaan dan pemanfaatan (e) penghapusan dan (f) pengawasan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sugiyono (2006:89) menyatakan populasi adalah wilayah generalis yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan ditarik kesimpulnnya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang pada tahun ajaran 2013/2014 yang bejumlah 120 orang yang tersebar pada 2 buah SMK sehingga dapat dilihat pada Tabel 1: 34
35
Tabel 1 Populasi Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1
SMK N 2
74 orang
2
SMK N 3
46 orang
Jumlah
120 orang
2. Sampel Melihat jumlah populasi yang cukup besar, maka perlu dilakukan pengambilan sampel dari populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Menurut Sugiyono (2005:93) mengatakan bahwa “Teknik ini digunakan bila anggota populasi dianggap homogen. Besarnya sampel dari populasi ditentukan berdasarkan pendapat Arikunto (2006:134) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupkan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Berpedoman kepada pendapat di atas dan adanya keterbatasan penulis terutama dari segi waktu, maka penulis mengambil sampel 25% dari jumlah populasi, dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dan pengambilan sampelnya dengan cara acak. Diambil 25% karena itu merupakan persentase terbesar supaya penelitian ini terwakili. Jadi besar sampelnya setelah digenapkan adalah 31 orang. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian sampel. Sehingga dapat dilihat pada Tabel 2:
35
36
Tabel 2 Sampel Penelitian No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
Sampel 25%
Pembulatan
1
SMK N 2
74 orang
18,5
19 orang
2
SMK N 3
46 orang
11,5
12 orang
Jumlah
120 orang
30
31 orang
D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang merupakan data primer yang diperoleh langsung dari responden. Data yang dimaksud berkenaan dengan
manajemen sarana pembelajaran di sekolah
menengah kejuruan negeri kelompok bisnis manajemen Kota Padang”. 2. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah guru – guru yang terpilih sebagai sampel penelitian sekolah menengah kejuruan kelompok bisnis manajemen kota padang yang berjumlah 31 orang. E. Instrumen Penelitian Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuesioner. Angket yang digunakan itu adalah angket tertutup yaitu jawabannya sudah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut, 5 pilihan jawaban yaitu selalu ( SL ), sering ( SR ), kadang – kadang (
36
37
KD ), jarang ( JR ), tidak pernah ( TP ), dengan memberi tanda ceklis(√). Adapun bobot jawaban positif itu akan diberi skor 5, 4, 3, 2, 1. Penyusunan angket ini dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: 1) Menentukan variabel yang akan diteliti, menentukan sub variabel dan indikator penelitian. 2) Membuat kisi – kisi berdasarkan indikator penelitian. 3) Menyusun butir – butir pernyataan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan. 4) Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing item yang dibuat. 5) Melakukan uji coba untuk melihat validitas dan reliabilitas angket. Uji coba dilakukan kepada 10 orang guru di luar sampel, uji coba dilakukan di SMK N 2 Padang pada tanggal 09 April 2014. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan dan keabsahan angket yang akan digunakan dalam penelitian, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut: a. Uji Validitas Uji validitas dapat digunakan rumus korelasi tata jenjang atau metode Spearman (Sudjana, 2004:144), seperti di bawah ini: 6Σ
1
1
Keterangan: ρ
= koefisien korelasi faliditas
37
38
∑d = jumlah beda (total range – total maksimal) N = jumlah sampel Kriteria dalam pengujian validitas adalah: “jika r hitung > r tabel berarti valid” “jika r hitung < r tabel berarti tidak valid” Dari hasil perhitungan uji coba diperoleh rho hitung = 0,739 dan rho tabel dengan taraf kepercayaan 95% dengan N = 10 adalah 0,648. Jadi rho hitung > rho tabel (0,739 > 0,648), dengan demikian instrument penelitian ini adalah Valid. b. Uji Reliabilitas Uji coba reliabilitas instrumen digunakan rumus:
11
1
1
Rn
= Reliabilitas yang dicari
∑
= Jumlah validitas butiran –
n
∑
= Varians total = Jumlah butir
“jika r hitung > r tabel berarti reliabel” “jika r hitung < r tabel berarti tidak reliabel” Dari hasil perhitungan uji coba diperoleh rho hitung = 0,783 dan rho tabel dengan α = 0,05 = 0,632. Dengan demikian dapat disimpulkan r
38
39
hitung > r tabel (0,783 > 0,632) bahwa instrument penelitian adalah Reliabel. F. Teknik Analisis Data Prosedur yang dilalui dalam teknik analisis data adalah : 1. Membuat tabel dan tabulasi data sesuai dengan indicator 2. Menghitung persentase masing – masing item yang tertera dalam tabel yang menggunakan rumus sebagai berikut : 100% Keterangan : P
= Persentase yang dicari
F
= Frekuensi / jumlah skor
N
= Jumlah responden
3. Menentukan gambaran secara kualitatif dalam hasil penelitian. Untuk menentukan gambaran secara kualitatif hasil penelitian dengan menggunakan kriteria menurut Arikunto (2010:269) : Kategori
Kriteria (%)
Baik Sekali
81 – 100
Baik
61 – 80
Cukup
41 – 60
Kurang Baik
21 – 40
Tidak Baik
0 – 20
39
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang dengan indikator perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Deskripsi data untuk masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada bagian berikut dan dilanjutkan dengan pembahasannya. 1. Perencanaan Kebutuhan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Perencanaan kebutuhan merupakan langkah awal dari manajemen sarana pembelajaran di sekolah. Perencanaan kebutuhan perlu dilakukan agar sarana pembelajaran yang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi jenis barang maupun jumlahnya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Hasil pengolahan data tentang perencanaan kebutuhan manajemen sarana pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3 :
40
41
Tabel 3 Perencanaan Kebutuhan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Sering
Aspek yang diteliti
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
1
Menanyakan buku-buku pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran
7
22,58
15
48,38
6
19,35
3
9,68
0
0
31
100
2
Menanyakan alat bantu/media pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran
15
48,38
14
45,16
2
6,45
0
0
0
0
31
100
3
Menanyakan alat labor/pratikum yang diperlukan dalam pembelajaran
11
35,48
18
58,06
2
6,45
0
0
0
0
31
100
4
Menanyakan jumlah buku-buku yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan buku yang tersedia
9
29,03
19
61,29
2
6,45
1
3,22
0
0
31
100
Menanyakan jumlah alat bantu/media yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan dengan alat bantu yang tersedia
8
25,80
9
29,03
9
29,03
2
6,45
3
9,68
31
100
Menanyakan jumlah alat labor/pratikum yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan dengan alat bantu yang tersedia
9
29,03
12
38,70
7
22,58
2
6,45
1
3,22
31
100
5
6
Persentase Rata-rata
31,71
46,76
15,05
4,3
2,15
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai perencanaan
kebutuhan
sarana
pembelajaran
adalah
kepala
sekolah
menanyakan alat bantu/media pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran dengan perolehan persentase (48,38%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari kepala sekolah menanyakan bukubuku pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran dengan persentase (22,58%) responden menjawab selalu. Secara umum perencanaan kebutuhan
41
42
sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase ratarata (31,71%) responden menjawab selalu. 2. Pengadaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Pengadaan sarana pembelajaran merupakan langkah kedua setelah perencanaan kebutuhan dalam manajemen sarana pembelajaran. Hasil pengolahan data tentang pengadaan sarana pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4 Pengadaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Kadangkadang
Sering
Aspek yang diteliti
Tidak Pernah
Jarang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
1
Membuat sendiri alat bantu/media yang digunakan dalam proses pembelajaran
12
38,70
11
35,48
7
22,58
1
3,22
0
0
31
100
2
Membuat sendiri alat labor/pratikum yang digunakan dalam proses pembelajaran
12
38,70
12
38,70
6
19,35
0
0
1
3,22
31
100
3
Membuat sendiri alat buku-buku panduan/modul yang digunakan dalam proses pembelajaran
13
41,93
11
35,48
5
16,12
2
6,45
0
0
31
100
4
Alat bantu/media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran dibeli oleh pihak sekolah
10
32,25
16
51,61
5
16,12
0
0
0
0
31
100
5
Pengadaan sarana pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran
7
22,58
20
64,51
4
12,90
0
0
0
0
31
100
6
Kepala sekolah membelikan alat praktek yang akan digunakan dalam praktek pembelajaran di kelas
16
51,61
10
32,25
3
9,67
1
3,22
1
3,22
31
100
7
Sekolah menerima bantuan sarana pembelajaran dari pihak swasta untuk menunjang pembelajaran di kelas
12
38,70
13
41,93
5
16,12
1
3,22
0
0
31
100
8
Meminta kepada kepala sekolah untuk membeli media pembelajaran sebagai alat bantu media pembelajaran di kelas
12
38,70
17
54,83
2
6,45
0
0
0
0
31
100
9
Membuat sendiri alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas
15
48,38
13
41,93
1
3,22
2
6,45
0
0
31
100
10
Membeli alat praktek yang akan digunakan dalam praktek pembelajaran di kelas
8
25,80
15
48,38
6
19,35
0
0
2
6,45
31
100
Persentase Rata-rata
37,73
44,50
42
14,18
2,25
1,28
43
Dengan memperhatikan Tabel 4 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai pengadaan sarana pembelajaran adalah kepala sekolah membelikan alat praktek yang akan digunakan dalam praktek pembelajaran di kelas dengan perolehan persentase (51,61%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari pengadaan sarana pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran dengan persentase (22,58%) responden menjawab selalu. Secara umum pengadaan sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (37,73%) responden menjawab selalu. 3. Penyimpanan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan baik yang belum maupun yang akan didistribusikan. Penyimpanan manajemen sarana pembelajaran merupakan langkah ketiga dari proses manajemen sarana pembelajaran. Hasil pengolahan data tentang penyimpanan sarana pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 5 :
43
44
Tabel 5 Penyimpanan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Sering
Aspek yang diteliti
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
1
Penyimpanan sarana pembelajaran diurus oleh guru yang bersangkutan
11
35,48
18
58,06
2
6,45
0
0
0
0
31
100
2
Alat labor/pratikum yang digunakan dalam pembelajaran disimpan oleh wakil bidang sarana sekolah
8
25,80
12
38,70
10
32,25
0
0
1
3,22
31
100
3
Menyimpan sarana pembelajaran setelah digunakan dalam proses kegiatan belajar
12
38,70
10
32,25
4
12,90
2
6,45
3
9,67
31
100
4
Mengatur penyimpanan sarana yang digunakan sekolah menurut aturan sekolah
9
29,03
10
32,25
11
35,48
1
3,22
0
0
31
100
5
Mengatur penyimpanan media/alat labor yang akan digunakan dalam pembelajaran
8
25,80
14
45,16
9
29,03
0
0
0
0
31
100
6
Meletakkan/menyimpan kembali dengan rapi buku-buku pelajaran yang telah digunakan pada tempat yang telah ditentukan
12
38,70
12
38,70
5
16,12
2
6,45
0
0
31
100
Persentase Rata-rata
32,24
40,85
22,03
2,68
2,14
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai penyimpanan sarana pembelajaran adalah menyimpan sarana pembelajaran setelah digunakan dalam proses kegiatan belajar dengan perolehan persentase (38,70%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari alat labor atau pratikum yang digunakan dalam pembelajaran disimpan oleh wakil bidang sarana sekolah dan mengatur penyimpanan sarana yang digunakan dalam pembelajaran dengan persentase kedua pernyataan itu sama yaitu (25,80%) responden menjawab selalu. Secara
44
45
umum penyimpanan sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (32,24%) responden menjawab selalu. 4. Inventarisasi Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Inventarisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencatat dan menyususn daftar inventaris barang-barang milik Negara, daerah secara tertib, teratur, berdasarkan ketentuan dan aturan yang berlaku. Hasil pengolahan data tentang inventarisasi sarana pembelajaran dapat diuraikan pada Tabel 6 : Tabel 6 Inventarisasi Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
1
2
3
4
Sering
Aspek yang diteliti
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
Ketika memakai sarana pembelajaran elektronik, wakil bidang sarana mencatat peminjaman alat-alat tersebut ke dalam buku peminjaman
7
22,58
15
48,38
9
29,03
0
0
0
0
31
100
Wakil bidang sarana memberi nomor kode/label pada setiap alat praktek pembelajaran di sekolah
9
29,03
13
41,93
7
22,58
2
6,45
0
0
31
100
Wakil bidang sarana pembelajaran membuat nomor kode/label barang inventaris berdasarkan klasifikasi barang pada sarana pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
13
41,93
9
29,03
8
25,80
1
3,22
0
0
31
100
Wakil bidang sarana pembelajaran memberi nomor kode/label pada setiap media elektronik yang digunakan dalam proses pembelajaran
10
32,25
14
45,16
6
19,35
1
3,22
0
0
31
100
Persentase Rata-rata
31,44
41,12
45
24,19
3,22
0
46
Berdasarkan Tabel
6 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi
mengenai inventarisasi sarana pembelajaran adalah wakil bidang sarana pembelajaran membuat nomor kode/label barang inventaris berdasarkan klasifikasi barang pada sarana pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan perolehan persentase (41,93%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari ketika memakai sarana pembelajaran elektronik, wakil bidang sarana mencatat peminjaman alat-alat tersebut ke dalam buku peminjaman dengan persentase (22,58%) responden menjawab selalu. Secara umum inventarisasi sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (31,44%) responden menjawab selalu. 5. Pemeliharaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana pembelajaran senantiasa dalam keadaan siap pakai dalam proses pembelajaran. Kegiatan pemeliharaan ini perlu dilakukan, agar setiap barang senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan atau hambatan, maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan berkelanjutan untuk menghindarkan adanya unsure-unsur pengganggu atau perusaknya. Pengolahan data tentang pemeliharaan sarana pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 7 :
46
47
Tabel 7 Pemeliharaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Sering
Aspek yang diteliti
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
Membersihkan debu dan kotoran yang menempel pada sarana pembelajaran setiap menggunakan sarana pembelajaran
9
29,03
18
28,06
3
9,67
1
3,22
0
0
31
100
Menyuruh siswa piket setiap hari untuk membersihkan debu yang menempel pada alat-alat praktek yang terdapat dilaboratorium
10
32,25
14
45,16
7
22,58
0
0
0
0
31
100
Kepala sekolah menanyakan untuk mengganti alat praktek berdasarkan kondisi kelayakannya
7
22,58
11
35,48
7
22,58
1
3,22
5
16,12
31
100
Menyuruh siswa menjaga setiap sarana pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran di kelas
10
32,25
18
58,06
3
9,67
0
0
0
0
31
100
5
Menggunakan alat praktek pembelajaran dengan baik saat praktek pembelajaran
8
25,80
16
51,61
7
22,58
0
0
0
0
31
100
6
Menggunakan media elektronik dengan benar saat pembelajaran
4
12,90
12
38,70
12
38,70
1
3,22
2
6,45
31
100
7
Kepala sekolah melakukan pengecekan pada setiap alat pembelajaran yang ada di sekolah
9
29,03
17
54,83
5
16,12
0
0
0
0
31
100
Meminta Kepala sekolah memperbaiki dengan cepat sarana pembelajaran yang rusak
8
25,80
15
48,38
6
19,35
2
6,45
0
0
31
100
1
2
3
4
8
Rata-rata
26,55
43,27
19,77
2,03
1,66
Dengan memperhatikan Tabel 7 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai pemeliharaan sarana pembelajaran adalah menyuruh siswa piket setiap hari untuk membersihkan debu yang menempel pada alat-alat praktek yang terdapat di laboratorium dan menyuruh siswa menjaga setiap
47
48
sarana pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran di kelas dengan perolehan persentase kedua pernyataan itu sama yaitu (32,25%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari menggunakan media elektronik dengan benar saat pembelajaran yang ada di sekolah dengan persentase (12,90%) responden menjawab selalu. Secara umum pemeliharaan sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (26,55%) responden menjawab selalu. 6. Penghapusan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Kegiatan penghapusan sarana pembelajaran juga perlu dilakukan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Sarana pembelajaran yang tidak dapat difungsikan dikelola dengan cara penghapusan sesuai dengan prosedur yang ada. Hasil pengolahan data tentang dapat dilihat pada Tabel 8 :
48
penghapusan sarana pembelajaran
49
Tabel 8 Penghapusan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Kadangkadang
Sering
Aspek yang diteliti
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
Melakukan pemusnahan terhadap sarana pembelajaran yang sudah tidak terpakai
15
48,38
7
22,58
6
19,35
3
9,67
0
0
31
100
2
Mengajukan pemusnahan untuk sarana pembelajaran yang rusak
7
22,58
17
54,83
5
16,12
2
6,45
0
0
31
100
3
Kepala sekolah menanyakan kepada untuk melakukan penghapusan sarana pembelajaran yang berlebih
8
25,80
15
48,38
7
22,58
1
3,22
0
0
31
100
Kepala sekolah melakukan musyawarah untuk melakukan penghapusan terhadap sarana pembelajaran
17
54,83
9
29,03
5
16,12
0
0
0
0
31
100
1
4
Persentase Rata-rata
37,89
38,7
18,54
4,83
0
Dengan memperhatikan Tabel 8 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai penghapusan sarana pembelajaran adalah kepala sekolah melakukan musyawarah untuk melakukan penghapusan terhadap sarana pembelajaran dengan perolehan persentase (54,83%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari mengajukan pemusnahan untuk sarana pembelajaran yang rusak dengan persentase (22,58%) responden menjawab selalu. Secara umum penghapusan sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (37,89%) responden menjawab selalu.
49
50
7. Pengawasan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Pengawasan sarana pembelajaran adalah kegiatan pengamatan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana pembelajaran sekolah agar berjalan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku dan terhindar dari penyimpangan dan penggelapan. Hasil pengolahan data tentang pengawasan sarana pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 9 :
50
51
Tabel 9 Pengawasan Sarana Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Selalu No
Sering
Aspek yang diteliti
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
N
%
Kepala sekolah melakukan pemeriksaan kondisi sarana pembelajaran yang digunakan pada saat proses pembelajaran
12
38,70
15
48,38
3
9,67
0
0
1
3,22
31
100
2
Memeriksa kembali sarana pembelajaran setelah menggunakannya
6
19,35
15
48,38
9
29,03
1
3,22
0
0
31
100
3
Setiap selesai menggunakan media elektronik, selalu memeriksa keadaan barang tersebut
17
54,83
13
41,93
1
3,22
0
0
0
0
31
100
4
Memantau siswa dalam menggunakan alat pembelajaran
8
25,80
13
41,93
10
32,25
0
0
0
0
31
100
5
Kepala sekolah memantau penggunaan sarana pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
12
38,70
8
25,80
8
25,80
2
6,45
1
3,22
31
100
6
Kepala sekolah langsung menegur bapak/ibu yang kedapatan merusak sarana pembelajaran
3
9,67
17
54,83
10
32,25
1
3,22
0
0
31
100
7
Kepala sekolah langsung memberikan sanksi kepada Bapak/Ibu yang berulang kali menyalahgunakan sarana pembelajaran 5
16,12
13
41,93
12
38,70
1
3,22
0
0
31
100
7
22,58
15
48,38
6
19,35
3
9,67
0
0
31
100
15
48,38
14
45,16
3
9,67
0
0
0
0
31
100
11
35,48
18
58,06
2
6,45
0
0
0
0
31
100
1
8
9
10
Bapak/Ibu langsung menegur siswa yang kedapatan merusak sarana pembelajaran
Memberikan sanksi kepada siswa yang kedapatan berulang kali merusak sarana pembelajaran
Kepala sekolah memberikan sanksi baik kepada Bapak/Ibu maupun siswa yang menyalahgunakan alat pratikum pada saat pembelajaran
Rata-rata
29,83
44,61
51
22,03
2,95
0,80
52
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa, persentase tertinggi mengenai
penghapusan
sarana
pembelajaran
adalah
setiap
selesai
menggunakan media elektronik, selalu memeriksa keadaa barang tersebut dengan perolehan persentase (54,83%) responden menjawab selalu. Sedangkan persentase terendah terlihat dari kepala sekolah langsung menegur bapak/ibu yang kedapatan merusak sarana pembelajaran dengan persentase (9,67%) responden menjawab selalu. Secara umum pengawasan sarana pembelajaran terlaksana dengan kurang baik dengan persentase rata-rata (29,83%) responden menjawab selalu. 8. Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Dengan memperhatikan semua tabel persentase jawaban responden diatas, maka secara umum rekapitulasi hasil pengolahan data tentang manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 10 :
52
53
Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Manajemen Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kota Padang No
Indikator Sarana Pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7
SL(%)
SR(%)
KD(%)
JR(%)
TP(%)
JML(%)
31,71
46,76
15,05
4,3
2,15
100
Perencanaa kebutuhan Pengadaan
37,73
44,50
14,18
2,25
1,28
100
Penyimpanan
32,24
40,85
22,03
2,68
2,14
100
Inventarisai
31,44
41,12
24,19
3,22
0
100
Pemeliharaan
26,55
43,27
19,77
2,03
1,66
100
Penghapusan
37,89
38,7
18,54
4,83
0
100
Pengawasan
29,83
44,61
22,03
2,95
0,80
100
32,48
42,83
19,39
3,18
1,14
100
JUMLAH
Tabel 10 menyatakan bahwa, perencanaan kebutuhan
terlaksana
dengan kurang baik yaitu dengan perolehan persentase rata-rata (31,71%) responden menjawab selalu. Kemudian, pengadaan terlaksana kurang baik, hal ini dapat ditunjukkan perolehan persentase rata-rata (37,73%) responden menjawab selalu. Selanjutnya perolehan penyimpanan terlaksana kurang baik, yaitu perolehan persentase rata-rata (32,24%) responden menjawab selalu. Sementara itu persentase rata-rata (31,44%) responden menjawab selalu untuk inventarisasi juga terlaksana kurang baik. Kemudian, pemeliharaan terlaksana kurang baik, hal ini dapat ditunjukkan perolehan persentase rata-rata (26,55%) responden menjawab selalu. Selanjutnya perolehan penghapusan dapat dikategorikan kurang baik, yaitu perolehan persentase rata-rata (37,89%)
53
54
responden menjawab selalu. Sementara itu persentase rata-rata (29,83%) responden menjawab selalu untuk pengawasan terlaksana kurang baik juga. Sehingga dari ketujuh rata-rata persentase indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana dengan Kurang Baik, ini ditunjukkan oleh jumlah rata-rata dari ketujuh indikator tersebut adalah (32,48%) responden menjawab selalu. B. Pembahasan Hasil Penelitian Dengan bertitik tolak pada hasil penelitian diatas, maka dapat dikatakan bahwa manajemen sarana pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang dilihat dari indikator perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan terlaksana kurang baik. Untuk lebih jelasnya, pembahasan ini akan diuraikan berdasarkan tujuh indikator yang sudah ditetapkan, yakni perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan . 1. Perencanaan Kebutuhan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran merupakan salah satu proses kegiatan dari manajemen sarana pembelajaran yang perlu dilakukan kepala sekolah dengan sebaik-baiknya, karena dengan perencanaan sarana pembelajaran akan memberikan data-data lengkap mengenai analisa perencanaan dan proses perencanaan tersebut.
54
55
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa manajemen sarana pembelajaran oleh kepala sekolah dilihat dari aspek perencanaan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang termasuk terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (31,71%) responden menjawab selalu. Lebih jauh hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan sarana pembelajaran oleh kepala sekolah pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang belum terlaksana dengan efektif. Hal ini menunjukkan adanya keseriusan dan kesungguhan dari kepala sekolah untuk perencanaan sarana pembelajaran dengan sebaik-baiknya, baik dalam melakukan analisa perencanaan dan proses perencanaan. Perencanaan sarana pembelajaran sangat penting dilakukan kepala sekolah dalam manajemen sarana pembelajaran secara keseluruhan, karena dengan adanya sarana pembelajaran tersebut, kepala sekolah akan bekerja sama dengan majelis guru, bendaharawan sekolah, orang tua siswa dan komite sekolah
untuk
menentukan
dari
mana
saja
sumber-sumber
sarana
pembelajaran ini didapatkan dan untuk apa saja digunakan, sehingga dengan demikian pengadaan sarana pembelajaran nantinya tepat sasaran sesuai dengan fungsi dan tujuannya dan yang paling penting adalah menghindari terjadinya pemborosan atau penyimpangan dalam pengadaan sarana pembelajaran. Pentingnya perencanaan sarana pembelajaran, karena sebagaimana diketahui bahwa sekolah merupakan inti pelaksana teknis mempunyai 55
56
program yang harus didukung oleh rencana atau alokasi pengadaan sarana pembelajaran yang memadai. Hal tersebut harus dituangkan ke dalam program atau rencana pengadaan sarana pembelajaran yang selanjutnya dapat disebut sebagai anggaran pengadaan sarana pembelajaran. Sehubungan dengan itu Sumosudarjo (1982:20) mengatakan bahwa: ”Anggaran yang diserahkan merupakan pedoman, batasan sekaligus program kerja sekolah dalam melaksanakan tugas dari segala lapangan, selain itu berperan sebagai penggerak
dalam
mengurus
keuangan
dalam
pengadaan
sarana
pembelajaran”. Selanjutnya Nawawi (1983:68) mengemukakan pula sebagai berikut: “Suatu rencana keuangan yang disusun untuk mewujudkan kegiatan usaha kerjasama guna mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu yang biasanya untuk satu tahun”. Demikian
pula
halnya
dengan
sarana
pembelajaran,
dimana
perencanaan sarana pembelajaran dimaksudkan untuk menentukan suatu anggaran yang dapat membiayai kegiatan-kegiatan dalam pengadaan sarana pembelajaran di sekolah. Di samping itu perencanaan sarana pembelajaran ini harus dilakukan untuk satu tahun anggaran, sehingga setiap kegiatan yang dibiayai
oleh
sarana
pembelajaran
dapat
disusun
alokasi
sarana
pembelajarannya sejak awal tahun anggaran. 2. Pengadaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Rekapitulasi dalam pengadaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang 56
57
terlaksana Kurang Baik, terlihat pada data rekapitulasi pengadaan sarana pembelajaran dengan persentase rata-rata (32,24%) responden menjawab selalu. Hasil penelitian tentang pengadaan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang tergambar dari sekolah membelikan alat praktek yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah perlu menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan pihak swasta apabila sekolah membutuhkan bantuan, pihak tersebut dengan senang hati bias membantu. Depdiknas (2007:30), mengemukakan bahwa pengadaan sarana dapat dilaksanakan dengan cara: 7. pembelian, adalah proses pengadaan barang (menukarnya dengan uang) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Membuat sendiri, yaitu barang yang dapat dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan, misalnya alat-alat peraga yang dibuat guru atau murid. 9. Penerimaan hibah/bantuan, yaitu penerimaan dari pihak lain yang harus dilakukan dengan berita acara serah terima. 10. Penyewaan, yaitu barang yang disewa dari pihak lain untuk kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian sewa menyewa. 11. Pinjaman, yaitu barang yang disewa dari pihak lain untuk kepentingan pendidikan. 12. Guna susun (kanibalisme) yaitu suatu usaha pengadaan barang dengan cara pemanfaatan beberapa barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang berguna dan bermanfaat. Skor terendah (22,58%) dalam hal proses pengadaan, terlaksana kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari proses pengadaan telah dilaksanakan
57
58
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan cara pengadaan belum terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bafadal (2008:29) langkah-langkah pengadaan sarana sekolah sebagai berikut: menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan setiap unit kerja atau menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah, menyususn rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu semester atau satu tahun ajaran, memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumnya, memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia, memadukan rencana kebutuhan yang urgen dengan anggaran yang tersedia, dan menetapkan rencana pengadaan akhir. 3. Penyimpanan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Dari
hasil
penelitian
ini
didapat
bahwa
manajemen
sarana
pembelajaran dalam penyimpanan sarana pembelajaran belum dilakukan, hal ini ditandai dengan persentase rata-rata (32,24%) responden menjawab selalu. Terlaksana Kurang Baik. Menurut Gunawan (2002:139) menyatakan bahwa menyimpan adalah kegiatan menampung atau mewadahi hasil penyimpanan barang-barang baik yang belum maupun yang akan didistribusikan. Oleh
karena
itu
diharapkan
kepada
kepala
sekolah
agar
memperhatikan tempat penyimpanan serta bagaimana penyelenggaraan sarana pembelajaran ini.
58
59
4. Inventarisasi Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Adapun aspek yang dilihat dari manajemen sarana pembelajaran dalam hal inventarisasi dapat dilihat dari aspek pelaksanaan inventarisasi. Berdasarkan
tabel
rekapitulasi
tentang
manajemen
sarana
pembelajaran dalam aspek inventarisasi sarana pembelajaran terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (31,44%) responden menjawab selalu dan sering. Hal ini tergambar dari pengelola sarana pembelajaran belum mencatat sarana yang dimiliki sekolah ke dalam buku inventaris menurut tanggal penerimaannya, dan memberi kode atau label pada setiap alat praktek pembelajaran di sekolah. 5. Pemeliharaan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Berdasarkan rekapitulasi manajemen sarana pembelajaran tentang pemeliharaan sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik, dengan persentase rata-rata (26,55%) responden menjawab selalu. Dalam hal waktu pemeliharaan dan kegiatan pemeliharaan, terlihat membersihkan debu dan kotoran yang menempel pada sarana pembelajaran setiap menggunakannya walaupun belum secara rutin dilaksanakan, tujuannya untuk menjaga sarana pembelajaran bias digunakan untuk waktu yang lama dan usaha yang dilakukan adalah membuat daftar piket untuk siswa membersihkan sarana pembelajaran tersebut.
59
60
Fungsi pemeliharaan menurut Syahril (2008:61) adalah a) Menjaga barang agar barang dalam keadaan baik dan enak dipandang, b) Dapat menambah dan memperpanjang usia barang yaitu fisik barang dan usia administrative barang. Sujipto dan Basori (2000:100), menyatakan kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan melalui kegiatan pencegahan dan perbaikan, pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari adanya kemungkinan kerusakan pada sarana pembelajaran. Untuk mencegah kerusakan pada sarana pembelajaran dapat dilakukan dengan membersihkan sarana sebelum atau sesudah menggunakannya, sedangkan upaya perbaikan terhaddap sarana yang ada dapat dilakukan dengan perawatan rutin dan berkala sesuai dengan kondisi barang. Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan kapan saja sesuai kondisi sarana pembelajaran yang ada. 6. Penghapusan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Dari
hasil
penelitian
ini
didapat
bahwa
manajemen
sarana
pembelajaran dalam pelaksanaan penghapusan sarana pembelajaran belum dilakukan, hal ini ditandai dengan persentase rata-rata (37,89%) responden menjawab selalu. Penghapusan sarana pembelajaran yang dilakukan belum optimal. Hal ini terlaksana Kurang Baik. Penghapusan merupakan kegiatan mengeluarkan barang-barang milik sekolah dan daftar inventaris berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan sarana yang tidak dapat difungsikan dikelola dengan cara penghapusan sesuai dengan prosedur yang ada.
60
61
Diharapkan kepada kepala sekolah agar mengetahui cara-cara penghapusan yang baik sebelum melakukan penghapusan tersebut. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena penghapusan sarana bertujuan untuk mencegah atau sekurang-kurangnya
membatasi
kerugian
atau
pemborosan
biaya
pemeliharaan sarana yang kondisinya semakin buruk dan tidak dapat digunakan lagi, membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak digunakan lagi serta membebaskan barang dari tanggungjawab pengurus kerja. 7. Pengawasan Sarana Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Dari
hasil
penelitian
ini
didapat
bahwa
manajemen
sarana
pembelajaran dalam pelaksanaan pengawasan sarana pembelajaran belum dilakukan, hal ini ditandai dengan persentase rata-rata (29,83%) responden menjawab selalu. Pengawasan sarana pembelajaran yang dilakukan belum optimal, terlaksana Kurang Baik. Sudjipto (2000:103) menyatakan pengawasan sarana pembelajaran adalah kegiatan pengamatan, pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi sarana pendidikan sekolah agar berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku dan terhindar dari penyimpangan dan penggelapan. Diharapakan kepada kepala sekolah bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian sarana pendidikan, adapun salah satu tujuannya
61
62
adalah untuk melakukan pengawasan dan koreksi terhadap kondisi sarana pembelajaran. Dapat juga mengatasi hambatan-hambatan, penyimpanganpenyimpangan terhadap penggunaan sarana pembelajaran. 8. Rekapitukasi Manajemen Sarana Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang Berdasarkan tabel rekapitulasi persentase rata-rata jawaban responden terhadap sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang dikelola Kurang Baik, dengan persentase rata-rata (32,48%) responden menjawab selalu. Hal ini dikarenakan manajemen sarana pembelajaran dilakukan belum optimal, baik dari segi perencanaan
kebutuhan,
pengadaan,
penyimpanan,
inventarisasi,
pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan sarana pembelajaran. Sehigga manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang masih perlu ditingkatkan lagi, agar sarana pembelajaran dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Persentase tertinggi berada pada penghapusan sarana pembelajaran dengan persentase rata-rata (37,89%) responden menjawab selalu. Berada terlaksana Kurang Baik. Hal ini terlihat dalam pengadaan sarana pembelajaran menampung usulan dari guru dan melibatkan guru dalam pengadaan sarana pembelajaran. Selain itu pengadaan sarana pembelajaran disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan Sedangkan persentase terendah berada pada pemeliharaan sarana pembelajaran, dengan persentase rata-rata (26,55%) responden menjawab
62
63
selalu, terlaksana Kurang Baik. Hal ini terlihat dari waktu pemeliharaan yang belum sesuai dengan prosedur. Seperti penjagaan sarana yang kurang baik, disebabkan karena minimnya pengetahuan manajemen tentang cara pemeliharaan. Untuk kepala sekolah sebagai pengendali perlu melakukan tindakan seperti memberikan pelatihan kepada guru dan pengelola bagaimana pelaksanaan dan cara pemeliharaan sarana pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik. Baik dari segi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Dari hasil penelitian diharapkan dapat tercapainya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran tanpa ditunjang oleh sarana pembelajaran yang ada tidak akan berjalan dengan baik, untuk itu diperlukan manajemen sarana pembelajaran. Karena apabila manjemen sarana pembelajaran dilakukan dengan baik, maka akan menujang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
63
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, mengenai manajemen saran pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manjemen Kota Padang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (31,71%) responden menjawab selalu. 2. Pengadaan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (37,73%) responden menjawab selalu. 3. Penyimpanan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (32,24%)
responden menjawab
selalu. 4. Inventarisasi sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (31,44%) selalu.
64
responden menjawab
65
5. Pemeliharaan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (26,55%) responden menjawab selalu. 6. Penghapusan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (37,89%) responden menjawab selalu. 7. Pengawasan sarana pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (29,83%) responden menjawab selalu. 8. Secara
umum
dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen
sarana
pembelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang terlaksana Kurang Baik dengan persentase rata-rata (32,48%) responden menjawab selalu. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
yang
telah
dikemukakan
diatas,
dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk perencanaan kebutuhan sarana pembelajaran hendaknya kepala sekolah melibatkan unsure-unsur penting di sekolah, seperti wakil kepala sekolah, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah untuk analisis perencanaan dan proses perencanaan. 65
66
2. Untuk pengadaan sarana pembelajaran agar sekolah tidak kekurangan buku pelajaran, sekolah dapat menerbitkan buku sendiri tanpa biaya percetakan, sekolah dapat membentuk tim penyusun buku dan hasilnya dapat diterbitkan dengan cara membuat kerja sama dengan pihak penerbit buku. 3. Untuk penyimpanan sarana pembelajaran agar kepala sekolah dan wakil bidang sarana mempersiapkan tempat penyimpanan. Diharapkan pada
guru
menempatkan
yang pada
telah tempat
menggunakan penyimpanan,
sarana dan
pembelajaran apabila
akan
mengambil/mengeluarkan sarana pembelajaran harus berdasarkan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 4. Untuk inventarisasi sarana pembelajaran kepala sekolah perlu adanya ketegasan kepada wakil sarana akan pentingnya pendataan dan pendaftaran sarana pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan. Untuk itu perlu dibuat daftar inventaris dengan baik dan benar. 5. Untuk pemeliharaan sarana pembelajaran karena permasalahannya pengrusakan yang disengaja dilakukan oleh para siswa sendiri, pengrusakan juga membebani anggaran sekolah karena harus menambah jumlah pengeluaran yang seharusnya tidak terjadi. Untuk itu diharapkan dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan rasa memiliki pada seluruh siswa, mendisiplinkan siswa dengan cara yang efektif dan diterima dengan baik oleh semua siswa, memupuk rasa
66
67
tanggung jawab pada seluruh siswa untuk menjaga dan memelihara sarana pembelajaran yang ada. 6. Untuk penghapusan sarana pembelajaran kepala sekolah agar dapat membentuk
panitia
penghapusan
dan
mempertimbangkan
penghapusan tersebut. 7. Untuk pengawasan sarana pembelajaran agar kepala sekolah melakukan pengawasan berorientasi pada tujuan, harus objektif, harus berorientasi terhadap peraturan yang berlaku, harus menjamin sumber daya dan hasil guna, harus berdasarkan atas standar yang objektif, dan harus dilaksanakan secara menyeluruh serta hasil pengawasan harus dapat
memberikan
umpan
balik
terhadap
perbaikan
dan
penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan datang.
67
67
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Bumi Aksara . 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Barnawi dan M. Arifin. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Depdiknas. 2007. Pendidikan dan Pelatihan: Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal PMPTK, Depdiknas. Edi, Noviardi. 1997. Bahan Ajar Psikologi Manajemen. Gunawan, H Ary. 2002. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). Jakarta: Rineka Cipta. Handoko, T. Hani. 1999. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga. Hasibuan, Malayu. SP. 2001. Manajemen (dasar, Pengertian dan Masalah). Jakarta: Bumi Aksara. Hendayat Soetopo dan Wasty Sumatry. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Ibrahim, Bafadal. 2008. Manajemen Perlengkapan Sekola: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sudjana, Nana. 2004. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Bina aksara. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & . Bandung: alfa Beta. Sutjipto dan Basori Mukti. 2000. Administrasi Pendidikan. Departemen P dan K Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidik. Sutjipto dan Raflis Kosasi. 2007. Organisasi dan Administrasi (Pendidikan Teknologi dan Kejuruan). Jakarta: Grafindo Persada. Syahril. 2008. Bahan Ajar Manajemen Sarana dan Prasarana. Padang: UNP Press.
68
Lampiran I KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Variabel
Sub Variabel
Indikator
1. Perencanaan kebutuhan
2. Pengadaan
a. Analisis perencanaan b. Proses perencanaan
a. Proses pengadaan b. Cara pengadaan
No. Item 1–3
4-6
7 – 11
12 – 16
MANAJEMEN SARANA PEMBELAJARAN DI SMKN KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN KOTA PADANG
3. Penyimpanan
4. Inventarisasi 5. Pemeliharaan
6. Penghapusan
7. Pengawasan
a. Proses penyimpanan b. Cara penyimpanan Pelaksanaan inventarisasi
17 – 19
20 – 22 23 – 26
a. Waktu pemeliharaan b. Kegiatan pemeliharaan
27 – 29
a. Proses penghapusan b. Cara penghapusan
35 – 36
a. Pemeriksaan b. Pemantauan c. Tindak lanjut
39 – 42
30 – 34
37 – 38
43 – 44 45 – 48
69
Lampiran II KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, terlebih dahulu saya mendo’akan semoga Bapak/ Ibu selalu dalam keadaan sehat wal’afiat dan sukses dalam melaksanakan tugas sehari-hari, amin... Kiranya dalam kesibukan Bapak/ Ibu melaksanakan tugas sehari-hari sudi meluangkan waktu untuk dapat mengis angket ini. Angket yang saya berikan kepada Bapak/ Ibu bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang “Manajemen Sarana Pembelajaran di SMK Negeri Kelompok Bisnis Manajemen Kota Padang” yang akan digunakan untuk penyusunan skripsi dalam rangka penyelesaian proses studi saya di Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Data dan informasi yang diperoleh hanya untuk kepentingan akademik dan tidak ada maksud lain yang dapat merugikan Bapak/Ibu, oleh sebab itu sudilah kiranya Bapak/Ibu memberikan infomasi sesuai dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Selanjutnya data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiannya. Demikianlah harapan saya, atas kesediaan dan bantuan yang Bapak/Ibu berikankan telebih dahulu saya aturkan terima kasih. Hormat saya, Diana Kartika Dewi 17915/2010
70
Lampiran III PETUNJUK PENGISIAN ANGKET Angket ini dibuat dalam bentuk pertanyaan dan masing-masing pertanyaan disediakan 5 (lima) pilihan jawaban. Pilihan jawaban tersusun dalam bentuk : Selalu, Sering, Kadang-kadang, jarang dan Tidak Pernah. Kepada Bapak/Ibu diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap cocok dengan memberikan tanda cek (V) pada tempat/kolom yang sudah disediakan. Unttuk memudahkan Bapak/Ibu menentukan pilihan, diberikan pedoman sebagai berikut : Selalu
: 80 – 100% bila hal yang dinyatakan dirasakan
Sering
: 60 – 79 % bila hal yang dinyatakan dirasakan
Kadang-kadang
: 40 – 59 % bila hal yang dinyatakan dirasakan
Jarang
: 20 – 39 % bila hal yang dinyatakan dirasakan
Tidak Pernah
: 0 – 19 % bila hal yang dinyatakan dirasakan
Contoh : JAWABAN NO
PERNYATAAN SL
1.
Saya membersihkan sarana pembelajaran yang saya gunakan
SR
KD
JR
TP
V
Jika Bapak/Ibu ingin mengganti pilihan maka lingkari (O) ada jawaban yang keliru tersebut, selanjutnya pilihlah alternatif lain yang tersedia dengan memberi tanda (V). Atas Perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu mengisi angket penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
71
Lampiran IV ANGKET PENELITIAN JAWABAN NO
PERNYATAAN SL
1.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu buku-buku pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran
2.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu alat bantu/media pelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran
3.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu alat labor/pratikum yang diperlukan dalam pembelajaran
4.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu jumlah buku-buku yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan buku yang tersedia
5.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu jumlah alat bantu/media yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan dengan alat bantu yang tersedia
6.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu jumlah alat labor/pratikum yang perlu diadakan dengan membandingkan kebutuhan dengan alat bantu yang tersedia
7.
Bapak/Ibu membuat sendiri alat bantu/media yang digunakan dalam proses pembelajaran
8.
Bapak/Ibu membuat sendiri alat labor/pratikum yang digunakan dalam proses pembelajaran
9.
Bapak/Ibu membuat sendiri alat buku-buku panduan/modul yang digunakan dalam proses pembelajaran
SR KD
JR
TP
72
10.
Alat bantu/media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran dibeli oleh pihak sekolah
11.
Kepala sekolah melakukan pengadaan sarana pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran
12.
Kepala sekolah membelikan alat praktek yang akan digunakan Bapak/Ibu dalam praktek pembelajaran di kelas
13.
Sekolah menerima bantuan sarana pembelajaran dari pihak swasta untuk menunjang pembelajaran di kelas
14.
Bapak/Ibu meminta kepada kepala sekolah untuk membeli media pembelajaran sebagai alat bantu media pembelajaran di kelas
15.
Bapak/Ibu membuat sendiri alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas
16.
Bapak/Ibu membeli alat praktek yang akan digunakan dalam praktek pembelajaran di kelas
17.
Penyimpanan sarana pembelajaran diurus oleh guru yang bersangkutan
18.
Alat labor/pratikum yang digunakan guru dalam pembelajaran disimpan oleh wakil bidang sarana sekolah
19.
Bapak/Ibu menyimpan sarana pembelajaran setelah digunakan dalam proses kegiatan belajar
20.
Bapak/Ibu mengatur penyimpanan sarana yang digunakan sekolah menurut aturan sekolah
21.
Bapak/Ibu mengatur penyimpanan media/alat labor yang akan digunakan dalam pembelajaran
73
22.
Bapak/Ibu meletakkan/menyimpan kembali dengan rapi buku-buku pelajaran yang telah digunakan pada tempat yang telah ditentukan
23.
Ketika Bapak/Ibu memakai sarana pembelajaran elektronik, wakil bidang sarana mencatat peminjaman alat-alat tersebut ke dalam buku peminjaman
24.
Wakil bidang sarana memberi nomor kode/label pada setiap alat praktek pembelajaran di sekolah
25.
Wakil bidang sarana pembelajaran membuat nomor kode/label barang inventaris berdasarkan klasifikasi barang pada sarana pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran
26.
Wakil bidang sarana pembelajaran memberi nomor kode/label pada setiap media elektronik yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran
27.
Bapak/Ibu membersihkan debu dan kotoran yang menempel pada sarana pembelajaran setiap menggunakan sarana pembelajaran tersebut
28.
Bapak/Ibu menyuruh siswa piket setiap hari untuk membersihkan debu yang menempel pada alat-alat praktek yang terdapat dilaboratorium
29.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu untuk mengganti alat praktek berdasarkan kondisi kelayakannya
30.
Bapak/Ibu menyuruh siswa menjaga setiap sarana pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses pembelajaran di kelas
31.
Bapak/Ibu menggunakan alat praktek pembelajaran dengan baik saat praktek pembelajaran
74
32.
Bapak/Ibu menggunakan media elektronik dengan benar saat pembelajaran
33.
Kepala sekolah melakukan pengecekan pada setiap alat pembelajaran yang ada di sekolah
34.
Bapak/Ibu meminta Kepala sekolah memperbaiki dengan cepat sarana pembelajaran yang rusak
35.
Kepala sekolah bersama dengan Bapak/Ibu melakukan pemusnahan terhadap sarana pembelajaran yang sudah tidak terpakai
36.
Bapak/Ibu mengajukan pemusnahan untuk sarana pembelajaran yang rusak
37.
Kepala sekolah menanyakan kepada Bapak/Ibu untuk melakukan penghapusan sarana pembelajaran yang berlebih
38.
Kepala sekolah melakukan musyawarah dengan Bapak/Ibu untuk melakukan penghapusan terhadap sarana pembelajaran
39.
Kepala sekolah melakukan pemeriksaan kondisi sarana pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan pada saat proses pembelajaran
40.
Bapak/Ibu memeriksa kembali sarana pembelajaran setelah menggunakannya
41.
Setiap selesai menggunakan media elektronik, Bapak/Ibu selalu memeriksa keadaan barang tersebut
42.
Bapak/Ibu memantau siswa dalam menggunakan alat pembelajaran
43.
Kepala sekolah memantau penggunaan sarana pembelajaran yang digunakan Bapak/Ibu dalam pembelajaran
44.
Kepala sekolah langsung menegur Bapak/Ibu yang kedapatan merusak sarana pembelajaran
75
45.
Kepala sekolah langsung memberikan sanksi kepada Bapak/Ibu yang berulang kali menyalahgunakan sarana pembelajaran
46.
Bapak/Ibu langsung menegur siswa yang kedapatan merusak sarana pembelajaran
47.
Bapak/Ibu langsung memberikan sanksi kepada siswa yang kedapatan berulang kali merusak sarana pembelajaran
48.
Kepala sekolah memberikan sanksi baik kepada Bapak/Ibu maupun siswa yang menyalahgunakan alat pratikum pada saat pembelajaran
76
Lampiran V
77
78
Lampiran VI HASIL UJI VALIDITAS ANGKET PENELITIAN
A. Uji Validitas Angket dengan Menggunakan Rumus Korelasi Tata Jenjang: RANK
SKOR
RANK
TOTAL
MAX
MAX
186
2,5
85
B
179
5
C
173
D
RESPONDEN
TOTAL
D
D2
A
1
1,5
2,25
35
7
-2
4
6
60
2,5
3,5
12,25
172
7
40
6
1
1
E
180
4
60
2,5
1,5
2,25
F
155
9
30
8
1
1
G
186
2,5
45
5
-2,5
6,25
H
156
8
20
10
-2
4
I
144
10
25
9
1
1
J
187
1
50
4
-3
9
Jumlah
43
Uji Validitas Angket dengan menggunakan Rumus Korelasi Tata Jenjang Spearman oleh Arikunto (2006:278): 1
6∑ 1
1
6∑ 43 1 10 10
1
258 10 99
79
1
258 990
1
0,261
0,739 Jadi dari hasil perhitungan validitas di atas dapat diperoleh r hitung = 0,739 sedangkan r tabel dengan N = 10 pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,648. Jadi r hitung > r tabel (0,739> 0,648). Ini menandakan angket penelitian ini Valid.
80
Lampiran VII UJI RELIABILITAS ANGKET PENELITIAN
Uji reliabilitas angket dengan rumus Alpha, Arikunto (2006:196), yaitu : Keterangan: = Reliabilitas instrument
2 ⎡ k ⎤⎡ Σ − σ i ⎤ − 1 r11 = ⎢ ⎢ ⎥ σ t2 ⎦ ⎣ k − 1 ⎥⎦ ⎣
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal.
∑
= Jumlah varians butir = Varians total
1.
Langkah pertama Mencari varians masing-masing items, dengan rumus : ∑
∑
Keterangan:
σ 2
= Varians yang dicari
X
= Skor jawaban masing-masing item
N
= Jumlah responden
Contoh mencari item : 1
29 10 10
91
91
Masing-masing varian item: 1.
1
,
,
0,69
84,1 10
6,9 10
0,69
81
2.
2.
2
,
,
0,64
3.
3
,
,
0,69
4.
4
,
,
0,81
5.
5
6.
6
,
7.
7
,
8.
8
,
,
1,21
9.
9
,
,
1,05
10.
10
,
0,96 … dst
1,4 ,
1,41
,
,
0,76
Menjumlahkan semua hasil varians semua item 1
2
3
4
5………….
48
0,69 + 0,64 +0,69 + 0,81 + 1,4 + 1,41 + 0,76 + 1,21 + 1,05 + 0,96 + 0,64 + 1,64 + 0,61 + 0,76 + 1,01 + 1,45 + 0,61 + 1,61 + 0,76 + 1,44 + 1,24 + 0,85 + 0,64 + 1,05 + 0,96 + 1,04 + 0,76 + 0,64 + 1,45 + 0,81 + 0,76 + 0,85 + 0,96 + 1,21 + 1,44 + 1,24 + 1,29 + 1,36 + 1,61 + 0,69 + 0,76 + 0,64 + 1,4 + 1,04 + 1,21 + 0,69 + 0,64 + 0,69 = 48,07
82
3.
Langkah ketiga, menggunakan rumus Varians Total ( ∑
∑
297212 10 217825 217825
1718 10
2951524 10 10 295152,4 10
2059,6 10 205,96 4.
Langkah keempat Dengan menggunakan rumus Alpha guna melihat reliabilitas: 11
1
1
48,07 205,96
48 48 1
1
48 47
0,233
1
∑
1,021 0,767 = 0,783 Dari hasil perhitungan reliabilitas di atas diperoleh rho hitung = 0,782 dan rho table dengan taraf kepercayaan 95%, dengan N = 10 adalah 0,632 (N=10).
83
Jadi rho hitung > rho table (0,782 > 0, 632), dengan demikian instrument tersebut adalah Reliabel.
84
Lampiran VIII
85
Lampiran IX Table Critical Values for Spearman’s Rho (ρ) Two-tailed level of significance (p) n
.10
.05
.02
.01
4
1.000
–
–
–
5
.900
1.000
1.000
–
6
.829
.886
.943
1.000
7
.714
.786
.893
.929
8
.643
.738
.833
.881
9
.600
.700
.783
.833
10
.564
.648
.745
.794
11
.536
.618
.709
.755
12
.503
.587
.671
.727
13
.484
.560
.648
.703
14
.464
.538
.622
.675
15
.443
.521
.604
.654
16
.429
.503
.582
.635
17
.414
.485
.566
.615
18
.401
.472
.550
.600
19
.391
.460
.535
.584
20
.380
.447
.520
.570
21
.370
.435
.508
.556
22
.361
.425
.496
.544
23
.353
.415
.486
.532
24
.344
.406
.476
.521
25
.337
.398
.466
.511
26
.331
.390
.457
.501
27
.324
.382
.448
.491
28
.317
.375
.440
.483
29
.312
.368
.433
.475
30
.306
.362
.425
.467
35
.283
.335
.394
.433
40
.264
.313
.368
.405
45
.248
.294
.347
.382
50
.235
.279
.329
.363
60
.214
.255
.300
.331
70
.190
.235
.278
.307
80
.185
.220
.260
.287
90
.174
.207
.245
.271
100
.165
.197
.233
.257
86
Lampiran X Tabel Nilai-nilai r Product Moment N 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Taraf Signifikansi 5% 1% 0.997 0,999 0,950 0,990 0,878 0,959 0,811 0,917 0,754 0,874 0,707 0,834 0,666 0,798 0,632 0,765 0,602 0,735 0,576 0,708 0,553 0,648 0,532 0,661 0,514 0,641 0,497 0,623 0,482 0,606 0,468 0,590 0,456 0,575 0,444 0,561 0,433 0,549 0,423 0,537 0,413 0,526 0,404 0,515 0,396 0,505 0,388 0,496 0,381 0,487 0,374 0,478 0,367 0,470 0,361 0,463 0,355 0,456 0,349 0,449 0,344 0,442 0,339 0,436 0,334 0,430 0,329 0,424 0,325 0,418
N 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Taraf Signifikansi 5% 1% 0,320 0,413 0,316 0,408 0,312 0,403 0,308 0,398 0,304 0,393 0,301 0,389 0,297 0,384 0,294 0,380 0,291 0,376 0,288 0,372 0,284 0,368 0,281 0,364 0,279 0,361 0,266 0,345 0,254 0,330 0,244 0,317 0,235 0,306 0,227 0,296 0,220 0,286 0,213 0,278 0,207 0,270 0,202 0,263 0,195 0,256 0,176 0,230 0,159 0,210 0,148 0,194 0,138 0,181 0,113 0,148 0,098 0,128 0,088 0,115 0,080 0,105 0,074 0,097 0,070 0,091 0,065 0,086 0,062 0,081
87
Lampiran XI
88
Lampiran XII
89
Lampiran XIII
90
Lampiran XIV