Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Oleh: Dr. Erawadi, M.Ag1 Abstract Learning is a interaction process of learners with educators and learning resources in a learning environment. Learning is defined as well as twoway communication process, the teaching is done by educators while learning undertaken by learners. To achieve the effective and efficient in learning process required good management and leadership, because it is a learning management application management functions in learning activities in order to streamline and the learning process. In the process of learning the role of educators, as leaders, is crucial to the success of education and learning. There are some functions educators in learning: planning, which set goals of teaching and learning (teaching); organizing: linking or combining all the resources of learning pursue in achieving its objectives effectively and efficiently, leading: motivating learners to be ready to accept the subject matter; and supervising; overseesing the work or learning activities to achieve the teaching objectives. The process of teaching evaluation is needed to determine the output and outcome. Keywords: Manajemen, Pembelajaran, dan Kepemimpinan Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1
Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan e-mail:
[email protected]
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
1
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Manajemen atau pengelolaan (pembelajaran) berdasarkan penelitian Mortomore dan Sammons, sebagaimana dikutip Vern Jones dan Louise Jones, lebih penting daripada faktor latar belakang anak didik, seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial dan ras. Untuk membuat perubahan yang signifikan pada belajar dan perilaku anak didik, pendidik harus serius melihat pelbagai variabel dalam setting sekolah dan berusaha berperan aktif dalam mengubah perilaku pembelajaran dan pembentukan sekolah.3 Oleh karena itu, persoalan menajemen dan kepemimpinan dalam sebuah organisasi apapun, termasuk sekolah, madrasah, pesantren dan perpendidikan tinggi, sangat penting untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam artikel itu penulis berusaha mengungkapkan dan mendeskripsikan tentang ”Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan dalam Pendidikan”. Manajemen Pembelajaran 1. Pengertian Manajemen Pembelajaran Kata ”manajemen” berasal dari bahasa latin, yaitu kata ”manus” yang artinya ”tangan”, dan ”egere”yang artinya ”melakukan”. Kedua kata tersebut digabung menjadi ”managere”yang artinya ”menangani”. Managere dalam bahasa Inggris menjadi to manage, dengan kata bendanya management. Akhirnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.4 Manajeman, menurut George R. Terry, adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan dengan usaha-usaha manusia dan sumber daya lainnya.5 Mondy dan Premeaux mengemukakan manajemen adalah cara-cara atau aktivitas tertentu agar semua anggota dapat bekerja sesuai
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Ayat 1. 3 Vern Jones dan Louise Jones, Manajemen Kelas Komprehensif, Edisi ke-9, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 10-11. 4 Rauziah Ainun Ritonga, “Konsep Dasar Manajemen” dalam Syafaruddin dan Asrul (ed.), Manajemen Kepengawasan Pendidikan, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2014), hlm. 61; Lihat juga Husain Usman, Manajemen Teori, Prakteik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 3. 5 George R. Terry, The Principles of Management, (Illionis: Richard D. Irwin Inc., 1973), hlm. 4.
2
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
dengan prosedur, pembagian kerja dan tanggung jawab yang diawasi untuk mencapai tujuan bersama.6 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.7 Pembelajaran juga sebagai proses membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran diartikan juga sebagai proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.8Pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. 9 Dalam rumusan singkat dan lebih konkrit F. G. Knirk dan K. L. Gustafson menjelaskan bahwa pembelajaran ialah proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.10 Dari uraian-uraian tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa manajemen pembelajaran merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mengefektifkan dan mengefisiensikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peranan pendidik sangat penting untuk keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Dalam hal ini, Davis seperti dikutip Syarifuddin dan Irwan Nasution, mengemukana bahwa peranan pendidik/pendidik sebagai manajer dalam proses pembelajaran, sebagai berikut: a. Merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran). b. Mengorganisasikan, yaitu menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien. c. Memimpin, yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran.
Mondy R. Wayne & Premeaux Shane R., Management: Concepts, Pratices an Skills , (Massachussestts: Allyn and Bacon Inc., 1998), hlm. 4. 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Ayat 20. 8 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, Cet. V, 2007), hlm. 61. 9 Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 297. 10 F.G Knirk dan K.L. Gustafson, Intructional Technology: a Systematic Approach to Education, (New York: Rineart and Winston, 1986), hlm. 15. 6
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
3
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 d. Mengawasi, yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pengajaran. Karena itu harus ada proses evaluasi pengajaran sehingga diketahui hasil yang dicapai.11 2. Perencanaan Pembelajaran Dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan setiap pendidik pada saat setiap akan melaksanakan proses pembelajaran. Walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan (karena bisa terjadi kondisi kelas merefleksikan sebuah permintaan yang berbeda dari perencanaan yang sudah dipersiapkan, khususnya strategi yang sifatnya operasional), namun demikian pendidik diharapkan mampu menyusun sebuah perencanaan pembelajaran yang lebih sempurna sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan hal tersebut semua siswa dapat mengikuti proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapan. Semua siswa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan dan mereka akan memperoleh berbagai pengalaman baru dan menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka. Untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap pendidik harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik sebagaimana diungkapkan Hunt, dikutip Rosyada, antara lain: kebutuhan-kebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang dapat dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan kriteria evaluasi.12 Dalam penyelenggaraan pendidikan, perencanaan pembelajaran setidaknya meliputi hal-hal berikut: a. Merencanakan pengelolaan kelas. Kegiatan ini meliputi menentukan ruang kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menentukan cara pengorganisasian siswa agar setiap siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya: individual, berpasangan, kelompok kecil atau klasikal. b. Merencanakan pengorganisasian bahan. Kegiatan ini meliputi menetapkan bahan utama (pokok) yang akan diajarkan, menentukan bahan pengayaan untuk siswa yang lebih cepat, dan menentukan bahan remedial untuk siswa yang lamban.
Syarifuddin dan Irwan Nasution, Op. Cit., hlm. 75-103. Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, Cet. 1, 2004), hlm. 723. 11 12
4
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
c. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode mengajar, menentukan urutan/langkah-langkah mengajar, misalnya: pembukaan/apersepsi, kegiatan inti, penutup/evaluasi. d. Merencanakan penggunaan sumber belajar. Kegiatan ini meliputi menentukan sumber bahan pelajaran (buku paket, buku pelengkap dan sebagainya dan menentukan sumber belajar (misalnya globe, foto, benda asli, benda tiruan, lingkungan alam dan sebagainya. e. Merencanakan penilaian. Kegiatan ini meliputi menentukan bentuk penilaian (misalnya tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan), membuat alat penilaian (menuliskan soal-soalnya) dan menentukan tindak lanjut. 3. Pengorganisasian Pembelajaran Mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan pendidik dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara efisien. Dalam hal ini, Davis, sebagaimana dikutip Syafaruddin dan Irwan Nasution, menyatakan bahwa proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu memilih alat taktik yang tepat, memilih alat bantu belajar atau audio visual yang tepat, memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat), dan memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.13 4. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan (actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orangorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun dan direncanakan. Dalam pelaksanaannya, seorang pendidik juga harus mampu mengelola kegiatan belajar mengajar, sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien serta suasan belajar yang kondusif.Pendidik sebaiknya memiliki kecakapan memimpin, artinya dapat mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivatasi siswa agar dapat belajar dengan target prestasi tertinggi. Siswa belajar tanpa merasa diperintah. Mengajar merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih memahami dan menguasai sesuatu. Pendidik mendorong siswa terus
Syarifuddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 110. 13
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
5
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 belajar bagaimana seharusnya belajar yang efektif. Pendidik dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada kemampuan pendidik memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan. Mengajar memerlukan dukungan suasana yang kondusif dan proses yang baik untuk mengembangkan pengalaman siswa sehingga menjadi pengalaman yang produktif dalam interaksi sosial yang efektif. Pendidik dalam proses ini berfungsi sebagai pemimpin. Suasana belajar memberikan ruang yang luas untuk berkreasi karena hati dan pikiran siswa yang terbuka. Pembelajaran yang efektif memerlukan dukungan yang baik dari berbagai komponen, di antaranya kesiapan psikologis siswa atau grup untuk belajar pembelajar, suasana lingkungan yang mendukung siswa beraktivitas, fasilitas, tempat dan waktu pertemuan yang jelas, buku dan bahan materi lain untuk pembelajaran, serta prosedur yang rapi dan dipahami bersama (rutin dan terjadwal, atau bervariasi) yang menunjang kegiatan presentasi, diskusi dan evaluasi, pentahapan yang jelas sehingga pendidik dan juga siswa mengetahui bagaimana pembelajaran akan berlangsung dan apa target yang mereka hendak capai, dan seluruh bagian sumber daya diintegrasikan untuk mendukung pencapaian yang optimal, pemeran pengatur di sini adalah pendidik.14 5. Evaluasi Pembelajaran Pendidik selain harus memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan, kemampuan mengkondisikan keaktifan belajar siswa, pendidik diharuskan memiliki kemampuan mengevaluasi ketercapaian belajar siswa. Hal ini karena evaluasi salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar. Menurut Mehrens dan Lehmann seperti diuraikan Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.15 Dalam hal pembelajaran, evaluasi diartikan sebagai proses yang sistematis untuk melakukan pengumpulan analisis dan interpretasi terhadap informasi yang dapat menetapkan tingkatan pencapaian tujuan belajar dari pembelajar.16 Lebih spesifik penilaian seperti ini disebut dengan penilaian kelas Syarifuddin dan Irwan Nasution, Manajemen ...,hlm. 110. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.Ke-12, 2004), hlm. 3. 16 Norman E. Grounlud and Robert L. Inn, Manajemen and Evaluation in Teaching, (New York: Macmillan Publishing Company, 1990), hlm. 5. 14 15
6
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
yang diartikan sebagai proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh pendidik untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajanya sehingga di dapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.17 Seiring dengan hal di atas, secara teoritik evaluasi harus menjangkau 3 (tiga) ranah yang menjadi acuan pengukuran kompetensi hasil pembelajaran, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian standar tes sangat tergantung pada indikator kompetensi yang hendak dicapai dari proses pembelajaran yang dilalui oleh para siswa. Oleh sebab itu evaluasi yang dikembangkan pendidik selayaknya menjangkau ketiga ranah tersebut, walaupun menggunakan instrumen tes hanya terbatas untuk indikator-indikator kompetensi kognitif, sementara kompetensi lainnya bisa menggunakan instrumen nontes, misalnya pengamatan, pengukuran sikap, menggunakan anecdo-tal record atau dengan menggunakan data portofolio.18 Kepemimpinan dalam Pendidikan 1. Pengertian Kepemimpinan Makna kata “kepemimpinan”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ”perihal memimpin; cara memimpin”. Sedangkan ”memimpin” adalah mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dsb); memenangkan paling banyak; memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dsb); membimbing; memandu; melatih (mendidik, mengajari, dsb) supaya dapat mengerjakan sendiri.19 Dengan demikian, kata “kepemimpinan” atau ”memimpin” mengandung makna kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan.20 Dalam praktek organisasi, kata “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Betapa banyak arti yang terkandung dalam kata ”kepemimpinan” atau ”memimpin”, memberikan Mansur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 2008), hlm. 78. 18 Mansur Muslich, KTSP..., hlm. 191. 19 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indinesia,Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 17
Cetakan Pertama Edisi III, 2001), hlm. 874. 20 Wahjosumidjo, Praktek Organisasi, (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), hlm. 34.
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
7
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 indikasi betapa luas tugas dan peranan seorang pemimpin. Namun demikian, istilah kepemimpinan mempunyai batasan tertentu. Para pakar pendidikan memberikan pengertian kepemimpinan yang berbeda-beda. Untuk lebih memahami makna dari kepemimpinan, berikut dikemukakan beberapa pengertian dan defenisi tentang kepemimpinan menurut beberapa ahli pendidikan. Menurut Soepardi, sebagaimana dikutip Mulyasa, kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.21 Sedangkan Saiful Sagala menjelaskan bahwa kepemimpinan disamping sebagai suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi, ia juga salah satu penjelas yang paling populer untuk keberhasilan.22 Dari defenisi-defenisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut, pada dasarnya mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum. Pertama, dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang. Kedua, melibatkan proses mempengaruhi secara sengaja yang digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan. Disamping kesamaan asumsi yang umum, di dalam definsi tersebut juga memiliki perbedaan yang bersifat umum pula, seperti orang yang mempergunakan pengaruh, tujuan dari usaha untuk mempengaruhi, dan cara pengaruh itu digunakan. Kepemimpinan ini kemudian diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.23 Hakikat kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Intinya, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan sukarela dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam kepemimpinan itu terdapat unsur pemimpin (learder), anggota (follower), dan situasi (situation).24 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2002), hlm. 107. Saiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenagkan Persaingan Mutu, (Jakarta: Nimas Multima, 2005), hlm. 24. 23 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya , (Jakarta: Raja Grafindo Persana, Cetakan Keempat, 2006) , hlm. 17-18. 24 Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah…, hlm.16. 21 22
8
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
Terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan. 2. Pola Dasar Kepemimpian Dalam kepemimpinan memiliki 3 (tiga) pola dasar yaitu unsur tugas, unsur manusia dan unsur hasil yang dicapai.25 Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dalam rangka menjalankan kepemimpinannya menurut caranya sendiri. Cara atau teknik seorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan disebut gaya kepemimpinan. Kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat disebabkan oleh sifat-sifat pemimpin itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, tentu mengikuti prinsip-prinsip pendidikan yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia, yaitu: a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.26 Matutina, Kepemimpinan…, hlm. 67. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4, Ayat 1-6. 25 26
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
9
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
3. Fungsi Kepemimpinan Kepemimpinan mempunyai fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Terdapat beberapan pendapat tentang fungsi kepemimpinan ini, diantaranya: a. Menurut James A. F. Stoner Stoner, sebagaimana dikutip Wahjosumidjo, menyatakan bahwa kepemim-pinan mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yaitu: 1) Task related atau problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin memberikansaran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat. 2) Grup maintenance function atau social function, meliputi pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok.27 b. Menurut Selznick Selznick menyatakan bahwa ada 4 (empat) tugas penting seorang pemimpin, yaitu: 1) Mendefenisikan misi dan peranan organisasi (involves the definition of the institutional organizational mission and role). Untuk merumuskan misi dan peranan organisasi, seorang pemimpin tentu harus lebih dahulu memahami asumsi structural sebuah organisasi. 2) Merupakan pengejewantahan tujuan organisasi (the institutional embodiment of purpose). Dalam fungsi ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Tujuan suatu organisasi adalah untuk menghasilkan suatu barang atau pelayanan. Ia merupakan proyeksi dari apa yang diinginkan, dicapai, dihasilkan dan diraih oleh suatu organisasi. 3) Mempertahankan keutuhan organisasi (to defend the organization’s integration). Pemimpin mewakili organisasi kepada masyarakat umum dan para stafnya. Orang dan unit kerja saling bergantung satu sama lain untuk bekerja. Organisasi melakukan koordinasi dan control melalui 2 (dua) cara, yaitu, pertama, vertikal melalui otoritas, peraturan dan laterally, dan kedua, horizontal melalui pertemuan, task force, dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan. Dengan demikian, betapa pentingnya peranan seorang pemimpin untuk mempertahankan keutuhan organisasi. 27
10
Wahjosumidjo, Kepemimpinan …, hlm. 41.
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi (the ordering of internal conflict). Konflik dalam organisasi modern tidak dapat dihindarkan. Konflik timbul dapat bersumber dari faktor internal, seperti struktur organisasi yang tidak tepat, sumber daya manusia dan lainnya, dan juga factor eksternal, seperti adanya pelbagai perubahan dan perkembangan lingkungan, teknologi, organisasi, suasana politik dan kepemimpinan.28 c. Menurut Soekarto Indrafachrudi 1) Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerjasama mencapai tujuan itu. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi, supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberiharapan baik bagi sekolah yang dipimpin. Ia juga berfungsi membantu anggota kelompok dalam memberikan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan. 2) Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan. Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok. Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas belajar dan mengajar di sekolah. Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. d. Menurut Sondang P. Siagian Sondang P. Siagian mengemukakan 5 (lima) fungsi-fungsi kepemimpinan, yaitu: 1) Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan; 2) Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi; 3) Pimpinan selaku komunikator yang efektif; 4) Mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama menangani situasi konflik; 5) Pimpinan selaku integrator efektif, resional, objektif, dan netral.29 28 29
Wahjosumidjo, Kepemimpinan …, hlm. 42 - 47. Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),
hlm. 28.
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
11
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 e. Menurut Wahjosumidjo Wahjosumidjo menyatakan bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan mencakup membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan, mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain, menciptakan kepada perubahan secara efektif di dalam penampilan kelompok, dan menggerakkan orang lain, sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendakinya. 4. Tipe-Tipe Kepemimpian Tipe kepemimpinan, juga disebut dengan perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style), merupakan cara pimpinan dalam upaya menggerakkan dan memotivasi orang lain, agar melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan. Cara pimpinan tersebut merupakan pencerminan sikap serta gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dijalankannya. Dalam hal ini, seorang pemimpin dapat melakukannya dalam beberapa cara: a. Kepemimpinan Otoriter (Otokratik) Kepemimpinan Otoriter disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahkannya harus dilaksanakan secara utuh. Ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah, sehingga orang lain harus tunduk kepadanya. Pemimpin yang bersikap sebagai bos ini cenderung memberikan instruksi satu arah dan bawahan harus melaksanakannya. Pemimpin yang bersikap otoriter ini berkeyakinan bahwa dialah yang merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu, sehingga maju mundurnya lembaga yang dipimpinnya sangat tergantung kepada dirinya. Dengan demikian, anggota/personil tidak perlu berpartisipasi dalam pembuatan program kerja, pengambilan kebijakan atau keputusan kalau memang tidak diminta dan ditugasi. Dengan sendirinya personil atau pegawai haruslah bekerja keras dan penuh ketertiban dan ketelitian, serta tidak boleh berbuat atau bekerja yang menyalahi aturan atau pedoman yang telah digariskan oleh atasannya. Tipe kepemimpinan yang bersifat otoriter ini pun dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu otokratis keras, otokratis baik (lembut), dan otokratis inkompeten”. Untuk tipe otokratis keras ini mempunyai sifat: memegang teguh prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Ia tidak mau mendelegasikan wewenang dan tidak menyenangi inisiatif atau masukan dari bawahan. Untuk tipe otokratis baik, mempunyai sifat; ada beban pikiran untuk berbuat bertanggung jawab, baik terhadap bawahan atau karyawan, sedangkan tipe otokratis inkompeten mempunyai sifat: berusaha mendominisir orang lain, berusaha untuk berkuasa mutlak, tidak imbang jiwanya,
12
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
tingkah-lakunya tergantung emosi sesaat, dan memaksabawahan atau karyawan mematuhi semua perintahnya, tanpa mempertimbangkan kemampunan bawahan. b. KepemimpinanLaeissez-Faire Bentuk kepemimpinan Laeissez Faireini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini menitikberatkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin Laeissez-Faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya. Kepemimpinan Laeissez-Faire tidak dapat diterapkan secara resmi di lembaga pendidikan. Kepemimpinan Laeissez-Faire dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakukan tidak terarah, perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan tidak tercapai. Tipe kepemimpinan Laissez-Faire ini akan efektif apabila diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, seorang pendidik diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menggunakan strategi dalam proses pembelajaran. Gaya kepemimpinan ini tidak efektif, jika diterapkan kepada siswa untuk menentukan arah, jenis, dan kebijakannya dalam melaksanakan kegiatan kesiswaan (sesuai dengan alam dirinya). c. Kepemimpinan Demokrasi Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan manusia atau personilnya sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga menghargai dan hormat menghormati. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokrasi mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya. Kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Sekaligus bersikap supportif dan mendukung apa yang menjadi ide atau usul anggota, selama ide itu ditujukan untuk kemajuan lembaga. Untuk menumbuhkan iklim yang harmonis, pemimpin ini juga memperhatikan kebutuhan bawahan atau kesejahteraannya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan perkembangan organisasi pendidikan. Menurut Siagian ada 5 (lima) tipe kepemimpinan, yaitu:
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
13
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 a. Otokratis, menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi, mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, dan tidak mau menerima pendapat, saran dan kritik dari anggotannya. b. Militeristis, menggerakkan bawahan sering menggunakan cara perintah, senang bergantung pada jabatan, senang formalitas yang berlebih-lebihan, dan sulit menerima kritik dan saran dari bawahannya. c. Paternalistis, menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa, terlalu melindungi, jarang memberi kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan, hampir tidak pernah memberi kesempatan pada bawahan untuk berinisiatif sendiri dan mengembangkan kreasi dan fantasinya. d. Karismatis, memiliki daya penarik yang sangat besar, sehingga memiliki pengikut yang besar jumlahnya, pengikutnya tidak dapat menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaati pemimpinnya. Dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib, karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan atau ketampanan si pemimpin. e. Demokratis, dalam menggerakkan bawahan berpendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan, senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan. Pendidik sebagai Pemimpin Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perpendidikan tinggi.30 Seorang pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.31 Pendidik mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39. 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 42, Ayat (1).
14
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan 3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.32 Penutup Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran diartikan juga sebagai proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien diperlukan manajemen dan kepemimpinan yang baik, karena manajemen pembelajaran merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka mengefektifkan dan mengefisiensikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peranan pendidik, sebagai pemimpin, sangat penting untuk keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Setidaknya terdapat beberapa fungsi pendidik dalam pembelajaran, yaitu merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran), mengorganisasikan, yaitu menghubungkan atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar mengejar dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien, memimpin, yaitu memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran, dan mengawasi, yaitu mengawasi pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Proses evaluasi pengajaran diperlukan untuk mengetahui hasil yang dicapai. Pendidik, dalam kepemimpinannya, mempunyai kewajiban, di antaranya menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Referensi Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, Cet. 1, 2004. 32
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 40, Ayat (2).
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi
15
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Grounlud, Norman E. and Robert L. Inn, Manajemen and Evaluation in Teaching,New York: Macmillan Publishing Company, 1990. Husain Usman, Manajemen Teori, Prakteik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Jones, Vern dan Louise Jones, Manajemen Kelas Komprehensif, Edisi ke-9, Jakarta: Kencana, 2012. Knirk, F.G dan K.L. Gustafson, Intructional Technology: a Systematic Approach to Education, New York: Rineart and Winston, 1986. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.Ke-12, 2004. Mansur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pe-mahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III 2008. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Kencana, 2002. Saiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenagkan Persaingan Mutu, Jakarta: Nimas Multima, 2005. ........, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, Cet. V, 2007. Siagian, Sondang P., Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta.1994. Syafaruddin dan Asrul (ed.), Manajemen Kepengawasan Pendidikan, Bandung: Citapustaka Media, 2014. Syarifuddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Terry, George R., The Principles of Management, Illionis: Richard D. Irwin Inc., 1973. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indinesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan Pertama Edisi III, 2001. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persana, 2006. ……..............., Praktek Organisasi, Jakarta: Grafindo Persada, 2005. Wayne, Mondy R. & Premeaux Shane R., Management: Concepts, Pratices an Skills, Massachussestts: Allyn and Bacon Inc., 1998.
16
Manajemen Pembelajaran dan Kepemimpinan..................Erawadi