Spirit Publik Volume 10, Nomor 2 Halaman 153-170
ISSN. 1907-0489 Oktober 2015
MANAJEMEN PEMANFAATAN RUANG KOTA STUDI TENTANG DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG) THE CITY UTILIZATION MANAGEMENT CASE STUDY OF LAND USE DYNAMICS AND ECONOMIC GROWTH IN BANDAR LAMPUNG CITY BambangUtoyo S. Email:
[email protected] Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung Bandar Lampung ABSTRAK Di masa datang, wilayah perkotaan akan menjadi kawasan yang bertambah kompleks, diliputi oleh berbagai kepentingan sosial, ekonomi dan lingkungan yang muncul akibat dari pertumbuhan wilayah dan penduduk seiring dengan terjadinya dinamika globalisasi, demokratisasi maupun desentralisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan dan menganalisis dinamika penggunaan lahan dan pertumbuhan wilayah selama 1 (satu) dekade di wilayah Kota Bandar Lampung. Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif dengan menggunakan metode dokumentasi terhadap data sekunder yang bersumber dari BPS pada 2 (dua) titikwaktu yang berbeda (t0dan t1). Adapun model analisis yang digunakan untuk mengkaji focus penelitian menggunakan analisis kuantitatif Location Quotient (LQ) danShift-Share Analysis (SSA). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Selama satu decade di wilayah Kota Bandar Lampung telah terjadi penggunaan lahan untuk industri; permukiman dan jasa-jasa yang semakin meluas. Sedangkan penggunaan untuk lahan yang tidak diusahakan; rawa dan hutan cenderung semakin berkurang dengan laju; pola dan dampak yang beragam pada masing-masing bagian wilayah kota; (2) Selama hampir satu dekade pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung ditopang oleh sektor perekonomian di luar sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian. Sedangkan dalam jangka panjang competitiveness pertumbuhan ekonomi kota didukung oleh sektor pertanian; industri pengolahan non-migas; dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Dan (3) Faktor pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan kebijakan pemerintah dalam bentuk penataan ruang serta berlakunya mekanisme pasar merupakan faktor pemicu terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tercermin di wilayah perkotaan. Adapun saran dan rekomendasi serta tindak lanjut dalam implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, diantaranya adalah diperlukan berbagai insentif dan dis-insentif kebijakan dalam pengendalian perubahan penggunaan lahan, mengingat adanya opportunity cost yang dimiliki sumberdaya lahan, baik yang bersifat ekonomi maupun nonekonomi. Selain itu, dalam upaya mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, dibutuhkan perluasan akses masyarakat dalam penentuan alokasi pemanfaatan lahan dan penyediaan ruang publik yang semakin luas dan
153
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
berkualitas sebagai bentuk layanan yang diberikan oleh pemerintah kota kepada warga masyarakat. ABSTRACT In the future, the urban area will be the area that gets more complex, covered by a variety of social, economic and environment arising from population growth in the region and in line with the dynamics of globalization, democratization and decentralization. The purposes of this study isto describe and analyze the dynamics of land use and growth in the area for 1 (one) a decade inBandar Lampung. This research is a descriptive study using documentation for secondary data obtained from the BPS at two (2) different time points (t0 and t1). The analysis model used to assess the focus of research using quantitative analysis Location Quotient (LQ) and Shift-Share Analysis (SSA). The results showed that: (1) During a decade in Bandar Lampung has occurred the utilization land for industrial use; settlements and services were increasingly widespread. While the use of land that is not cultivated; swamps and forests tend to be diminishing at a rate; patterns and impact varied in each parts of the city; (2) For almost a decade of economic growth in Bandar Lampung supported by sectors of the economy outside agriculture and mining and quarrying. While in the long term competitiveness of economic growth in the citywas supported by the agricultural sector; Non-oil processing industry; and finance, leasing and services company. And the third (3) factors of economic growth, population growth and government policy in the form of spatial planning as well as the entry into force of the market mechanism was a trigger factor that reflected changes in land use in urban areas. The suggestions and recommendations as well as follow up on the policy implications that can be done in Bandar Lampung, including : changgingthe necessary incentives and dis-incentives policy in controlling land utilization, giving the opportunity cost that owned land resources, both economic and non economic. Additionally, in efforts to achieve sustainable urban development, expansion of public access required in determining the allocation of land use and the provision of public space is increasingly widespread and qualified as a form of services provided by the municipality to citizens.
Indonesia,
PENDAHULUAN Pembangunan perkotaan di Indonesia memberikan
disinyalir dampak
penduduk
yang
dipenuhi
yang
oleh
berurbanisasi
telah
memberikan banyak manfaat bagi
bagi
pemerintah,
maupun
bagi
masyarakat secara luas, baik yang
masyarakat. Manfaat dimaksud di
bersifat positif, maupun yang negatif.
antaranya
Disadari bahwa pembangunan di
Product Domestic Regional Bruto
kota-kota besar dan menengah di
(PDRB) memberikan lapangan kerja
154
dukungan
terhadap
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
yang
luas
bagi
masyarakat,
dengan permasalahan lahan. Seiring
penyediaan sarana dan prasarana
dengan
terjadinya
umum serta penyediaan sarana dan
wilayah
--termasuk di dalamnya
teknologi
pertumbuhan
untuk
peningkatan
pertumbuhan
kota--,
kebutuhan
pengetahuan dan kepentingan warga
(demand) akan sumberdaya lahan
masyarakat. Akan tetapi, disisi lain,
cenderung
pembangunan perkotaan yang terjadi
disisi lain ketersediaannya bersifat
juga
terbatas (in-elastic).
telah
negatif
melahirkan
yang
dampak
berupa
meningkat.
Sedangkan
urban
Persaingan penggunaan lahan
development pressures yang bersifat
dalam mekanisme pasar ditentukan
sosial (seperti: dis-harmoni sosial;
oleh land rent (nilai ekonomi lahan)
alienasi dan marginalisasi, dsb);
yang ditawarkan. Penggunaan lahan
ekonomi
yang menawarkan land rent tinggi
(kemiskinan;
maraknya
lingkungan kumuh, dsb) maupun
cenderung
akan
memenangkan
lingkungan (alih fungsi lahan; polusi
persaingan
dan pencemaran udara; kongesti;
melalui land rent cenderung hanya
degradasi sumberdaya alam, dsb).
melihat nilai lahan dari sudut kualitas
tersebut.
Penilaian
Oleh karena itu, berbagai
dan lokasi lahan dari pusat pasar.
sumberdaya yang tersedia di wilayah
Kedua komponen tersebut dalam
perkotaan yang berupa: sumberdaya
kenyataannya mudah dihitung dan
fisik dan lingkungan; sumberdaya
dilihat secara realistis dibandingkan
buatan (man-made) dan kelembagaan
dengan
harus
didayagunakan
mempengaruhi nilai lahan, seperti:
rupa,
agar
sedemikian
pembangunan
komponen
lain
yang
yang
sosial; politik; lingkungan maupun
dilaksanakan tersebut memberikan
estetika (yang merupakan komponen
manfaat yang sebesar-besarnya bagi
yang tidak terukur). Dengan sifat
penduduk dan wilayah perkotaan itu
yang
sendiri.
merupakan
menyebabkan lahan yang memiliki
sumberdaya alam yang amat penting.
nilai sosial; politik; lingkungan dan
Hampir semua aspek kehidupan dan
estetika tinggi, seringkali kalah --
pembangunan,
atau bahkan dikalahkan-- dalam
Lahan
baik
langsung
tidak
terukur
inilah
maupun tidak langsung berkaitan
155
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
persaingan
penggunaan
lahan,
khususnya di wilayah perkotaan.
Dengan
terjadinya
pertumbuhan wilayah, yang ditandai
Fenomena kebutuhan lahan
oleh perkembangan sektor industri,
yang terus meningkat merupakan
meningkatnya aktivitas dan ragam
resultan dari perkembangan ekonomi
spesialisasi di luar bidang pertanian
dan pertumbuhan penduduk (Sunsun,
serta pertambahan jumlah penduduk
1996)
yang antara lain disebabkan oleh
telah
melahirkan
gejala
persaingan penggunaan lahan, yang
adanya
sesungguhnya
mengakibatkan
merupakan
urbanisasi,
diduga
akan
tekanan-tekanan
manifestasi dari berlakunya hukum
terhadap lahan pertanian dan memicu
permintaan (demand) dan penawaran
terjadinya
(supply).
konteks
penggunaan lahan, terlebih-lebih di
pertumbuhan wilayah berdasarkan
wilayah perkotaan dan sekitarnya.
hipotesis Clark-Fisher (Adisasmita,
Kondisi tersebut pada gilirannya
2005), bahwa kenaikan pendapatan
mengakibatkan
erkapita
pertanian yang semula mendominasi
Dalam
akan
enurunan
dibarengi
dalam
oleh
proporsi
perekonomian
pergeseran
pola
peranan
sektor
wilayah,
telah
sumberdaya yang digunakan dalam
bergeser ke sektor industri, sehingga
sektor
dan
permintaan lahan meningkat (Anwar,
industri
1994). Lebih jauh oleh Saefulhakim,
manufaktur (sektor sekunder) dan
et.al (1990; 1996), dikemukakan,
kemudian dalam industri jasa (sektor
bahwa
tersier). Terkait dengan ketersediaan
merupakan
lahan,
perekonomian
pertanian
kenaikan
dalam
sektor
(primer) sektor
pertanian
yang
kegiatan
usaha
tercermin
dalam
pertanian
cenderung
penggunaan
masyarakat.
lahan
refleksi dan Karena
struktur preferensi struktur
memerlukan
perekonomian
lebih
luas
masyarakat ini bersifat dinamis yang
dibandingkan dengan penggunaan
orientasinya selalu berubah setiap
lahan
seperti:
saat sejalan dengan pertumbuhan
seperti:
penduduk
lahan
yang
relatif
non-pertanian,
perumahan,
infrastruktur
jalan, pabrik, kawasan pertokoan dan
pembangunan,
komersial lainnya.
penggunaan
156
dan
juga
dan
preferensi
dinamika
maka
struktur
lahanpun
bersifat
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
dinamis,
Bandar
Lampung
perubahan pola penggunaan lahan
sebagaiibukotaPropinsi
Lampung
tidak dapat terhindarkan. Bahkan
mengalami pertumbuhan yang relatif
dalam kerangka yang lebih luas,
pesat
fenomena
lahan
wilayah yang strategis. Hal tersebut
akan
antara
maupun
dan
dengan
demikian
pemanfaatan alih
guna
lahan
Kota
dan
karenanya
merupakan
lain
dikarenakan
memberikan implikasi yang cukup
kedudukannya sebagai wilayah/ kota
luas
transit
terhadap
perekonomian
keragaan
wilayah,
alokasi
bagi
pemakai
jasa
perhubungan antar pulau, yaitu Pulau
sumberdaya dan tenaga kerja serta
Jawa
struktur tata ruang wilayah.Dengan
wilayah ini juga merupakan pusat
demikian
pelayanan
perubahan
penggunaan
dan
Sumatera.
jasa
Selain
distribusi
itu
serta
lahan di suatu wilayah merupakan
“hinterland” bagi wilayah sekitarnya,
pencerminan upaya (tindakan) dan
seperti: Sumatera Bagian Selatan;
interaksi
dalam
Jawa Barat maupun DKI. Dengan
mengelola
demikian intensitas arus pergerakan
sumberdaya alam beserta kondisi
orang (tenagakerja), barang dan jasa
lingkungan
di
manusia
memanfaatkan
dan
yang
menyertainya.
wilayahini
cukup
tinggi.
Fenomena tersebut pada gilirannya
Fenomena tersebut pada gilirannya
akan berakibat pada perubahan mutu
telah menjadikan wilayah ini telah
lingkungan hidup dan peningkatan
berkembang dengan
nilai lahan. Peningkatan nilai lahan
antara
tersebut apabila dikaitkan dengan
perkembangan jumlah penduduk dan
wilayah urban (perkotaan) akan lebih
laju pertumbuhan ekonomi yang
banyak berhubungan dengan letak
cukup tinggi, bahkan tidak jarang
kestrategisannya
melebihi
(faktor
lokasi),
lain
pesat,
ditanda
angka-angka
yang ioleh
nasional.
sedangkan untuk wilayah perdesaan
Berdasarkan
penjelasan
yang
(rural),
dikemukakan
diatas,
dalam
peningkatan
nilai
lahan
tersebut lebih banyak disebabkan
penelitian ini akan dilakukan kajian
karena faktor kesuburan (kualitas)
terhadap pemanfaatan ruang kota
lahan.
terkait dengan pertumbuhan wilayah di wilayah Kota Bandar lampung.
157
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
untuk membandingkan pangsa suatu METODE PENELITIAN
wilayah untuk suatu aktivitas tertentu
Penelitian ini pada dasarnya adalah
dengan pangsa wilayah untuk suatu
Penelitian
basis atau fenomena agregat.
Deskriptif
(Lihat:
Singarimbun dan Effendi, 2008).
Nilai LQ untuk penggunaan lahan
Fenomena utama dalam penelitian ini
dihitung dengan persamaan berikut:
adalah perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan wilayah di Kota Bandar Lampung Propinsi Lampung.
(Aij :
Bj)
(Mi :
N)
LQij =
Kategori penggunaan lahan yang
keterangan:
digunakan bersumber dari Badan
LQij = nilai LQ penggunaan lahan ke-i di
Pusat Statistik (BPS) maupun Badan
kota-j
Pertanahan
Aij = luas penggunaan lahan ke-i di kota-j
luasan
Nasional. dari
Perubahan
masing-masing
penggunaan
tersebut
akan
dibandingkan dalam 2 (dua) titik
Bj Mi
= total luas lahan di kota-j = luas penggunaan lahan jenis ke-i di
Propinsi Lampung N
= total luas lahan di Propinsi Lampung
waktu yang berbeda (t0 dan t1) dan selanjutnya akan dianalisis secara
Sedangkan Analisis Shift-Share atau
kuantitatif.Olehkarenanya,
Shift-Share
teknikpengumpulan data utama yang
merupakan salah satu cara atau
akandigunakanadalahmetodedokume
tehnik
ntasi,
gambaran
tentang
ditunjangolehteknikobservasi.
terjadinya
pertumbuhan
Adapun model analisis yang akan
aktivitas tertentu pada suatu wilayah.
digunakan
mengkaji
Dalam hal ini dapat disebutkan
perubahan penggunaan lahan dan
terdapat 2 (dua) faktor utama yang
pertumbuhan
akan
mempengaruhi terjadinya perubahan
digunakan model analisis kuantitatif
komponen tersebut, yaitu: (1) Factor
Location Quotient (LQ) dan Shift-
Share dan (2) Factor Shift, yang
Share
meliputi:
yang
untuk
Analysis
wilayah
(SSA)
(lihat:
Blakelly; 1994). Formulasi Location Quotient (LQ) adalah suatu indeks
158
Analysis
yang
dapat
Proportional
Differential Shift.
(SSA)
memberikan sebab-sebab
Shift
suatu
dan
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
Persamaan Shift Share Analysis,
berkurangnya
dapat dijabarkan sebagai berikut:
tertentu
dan
penggunaan ( Di/ Ci) - 1
SSA = ( Di/ Ci)
+
+
(Di/Ci) -
(Bi/Ai) - (Di/Ci)
luasan
lahan
meningkatnya lahan
untuk
penggunaan lainnya. Akan tetapi hal tersebut mempunyai kaitan
Keterangan:
erat dengan perubahan orientasi
Di
ekonomi,
sosial,
politik
masyarakat
= Nilai Penggunaan Lahan Propinsi
tahun t Ci
= Nilai Penggunaan Lahan Propinsi
merupakan
tahun t-1 Bi
= Nilai Penggunaan Lahan Kota tahun t
Ci
= Nilai Penggunaan Lahan Kota tahun
t-1
budaya
dan yang
cerminan
dari
berlakunya hukum pasar yang terus mengarah pada penggunaan lahan dengan land rent tertinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses konversi atau pergeseran
1. Perubahan Penggunaan Lahan
penggunaan
lahan
juga
lahan
berlangsung secara searah dan
sesungguhnya merupakan upaya
bersifat irreversible (tidak dapat
manusia
interaksinya
balik), seperti lahan-lahan hutan
dengan sumberdaya fisik lahan
yang sudah dikonversi jadi lahan
dalam
pertanian umumnya sulit untuk
Penggunaan
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dari data
dihutankan
yang berhasil dikumpulkan dalam
juga, sawah
penelitian ini selama satu dekade
menjadi perumahan atau kawasan
di wilayah Kota Bandar Lampung
terbangun (build-up area) lainnya
telah terjadi perubahan struktur
hampir tidak mungkin kembali
penggunaan lahan. Data yang
menjadi sawah. (Rustiadi, dkk,
dihimpun bersumber dari Biro
2009).
Pusat
tersebut berkait dengan terjadinya
Statistik
Pertanahan
dan
Nasional
Badan Propinsi
proses
kembali.
Perubahan
struktur
penggunaan
lahan
bukanlah
semata-mata
fenomena
fisik
semakin
yang terkonversi
Perubahan
transformasi
perekonomian
Lampung.
Demikian
yang
menurunnya
orientasi
struktur dicirikan pangsa
relatif sektor primer (pertanian dan pertambangan) dan semakin
159
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
meningkatnya sektor
pangsa
sekunder
(industri
dan
dan jasa).
relatif
tambah (value added) yang lebih
tersier
rendah
Dengan
dibandingkan
dengan
sektor sekunder dan tersier.Untuk
demikian pembangunan ekonomi
mengetahui
diarahkan
mengurangi
pergeseran struktur penggunaan
perekonomian
lahan di Kota Bandar Lampung
untuk
ketergantungan
suatu wilayah terhadap sektor
penggunaan
dan
dapat diketahui pada tabel 1.
primer yang mempunyai nilai Tabel 1.Penggunaan Lahan di Kota Bandar Lampung pada Tahun 1999 dan 2010 (dalamhektar) No
Penggunaan Lahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perkampungan Pertanian Hutan Rawa Perusahaan Industri Jasa-jasa Lainnya Tanah KosongTidakDigunakan Total Sumber: Data Penelitian 2012
Tahun 1999
Tahun 2010
4392.44 11727.21 784.1 9.75 406.3 253.3 367.85 1231.58 46.02 100
6325.19 10448.44 532.62 5.5 312.76 488.93 438.2 1150.64 19.72 100
Perub. 44 -10.9 -32.07 -43.58 -23.02 93.02 19.12 -6.57 -57.14
Dari data tabel diatas dapat
penggunaan bagi perkampungan/
diketahui, bahwa selama lebih
permukiman; industri dan jasa-
dari
jasa.
satu
dekade
di
Bandar
Lampung telah terjadi perubahan
Fenomena
terjadinya
struktur penggunaan lahan. Lahan
perubahan penggunaan lahan di
yang
mengalami
suatu wilayah dapat ditelusuri dari
pengurangan/ penciutan terbesar
teori land use. Teori land use
adalah penggunaan untuk rawa-
menjelaskan, bahwasanya kualitas
rawa; hutan; dan perusahaan serta
lahan yang tinggi secara alamiah
lahan
akan
cenderung
kosong
digunakan.
yang
tidak
menjadi
titik
awal
Sedangkan
pertumbuhan aktivitas manusia.
penggunaan lainnya cenderung
Tahap selanjutnya, dengan adanya
mengalami
perubahan
pertambahan, 160
perluasan/ terutama
untuk
dan
struktur
didorong
oleh
permintaan fenomena
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
spatial external economies of
penggunaan lahan di wilayah
agglomeration, maka pemusatan
yang bersangkutan.
aktivitas
perekonomian
akan
Faktor-faktor
yang
diduga
terjadi pada daerah yang kualitas
berpengaruh terhadap penggunaan
lahannya
(Saefulhakim,
lahan diantaranya jenis bahan
1996). Selain daripada itu, kondisi
induk yang menentukan tingkat
obyektif wilayah Kota Bandar
kesuburan lahan, yang selanjutnya
Lampung yang didukung oleh
menentukan
keterbukaan
lahan dan konsentrasi penduduk.
tinggi
wilayah
ditandai
oleh
aksesibilitas. akan
yang tingginya
Faktor
pola
lereng
penggunaan
dan
ketinggian
Kondisi
tersebut
tempat juga mempunyai peran
berimplikasi
pada
yang penting, selain itu yang erat
(tenaga
hubungannya dengan bahan induk
kemudahan
penduduk
kerja) untuk bermobilisasi dalam
dan
ruang guna melakukan aktivitas
kedalaman
perekonomian.
Disamping itu penggunaan lahan
Kegiatan
lereng
adalah tanah
perekonomian sendiri berkaitan
juga
erat dengan lahan, lahan dalam
aksesibilitas,
kerangka
ini
sebagai
barang
produksi
(solum).
dipengaruhi
oleh
jumlah
dan
penyebaran
penduduk,
tingkat
maupun
pendidikan,
tenaga
konsumsi.
Dengan
derajad
berkembangnya
kegiatan
masyarakat. Sebagaimana telah
perekonomian di dalam ruang
dikemukakan dimuka, bahwa teori
(space),
land
sudah
berlaku
barang
tentu
akan
adalah
kerja
dan
perekonomian
use
nampaknya
pemilihan lokasi yang strategis
mampu
baik untuk dikonsumsi maupun
terjadinya fenomena perubahan
berproduksi merupakan hal yang
penggunaan
penting. Kondisi demikian ini
penelitian.
pada
gilirannya
menimbulkan
untuk
cukup
lahan
menjelaskan
di
lokasi
akan
Sungguhpun demikian, faktor
semakin
kelembagaan yang dicirikan oleh
kompleksnya persaingan (konflik)
kebijakan
pertanahan
yang
berlaku serta sosial politik diduga
161
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
juga
ikut
perubahan
mempengaruhi
penggunaan
lahan,
‘spekulan
tanah’
dan
diketemukannya fenomena “rent
salah satunya adalah rencana tata
seeking”,
ruang wilayah. Baik yang bersifat
masyarakat maupun oknum aparat
makro maupun parsial, seperti
birokrasi. Hal ini dapat terjadi
rencana struktur tata ruang atau
karena
rencana
penguasaan informasi terutama
tata
ruang
wilayah,
baik
adanya
rencana detail tata ruang, maupun
menyangkut
rencana
atau
tehnis
tata
ruang.
gilirannya
telah
mampu
dikembangkan
memberikan
insentif
maupun
dibangunnya
disinsentif
bagi
penggunaan
Sebagaiinsentif, dikemukakan,
bahwa
ketimpangan
lokasi-lokasi
memperoleh
perubahan
level
kawasan-kawasan
Kelembagaan tata ruang ini pada
terjadinya
pada
yang
prioritas
untuk dengan
infrastruktur
pendukung. Selain itu, disinsentif
lahan.
juga terjadi pada penataan ruang
dapat
yang berbatasan dengan kawasan
dengan
lindung
maupun
disusunnya rencana tata ruang
kawasan
yang
wilayah dapat mengorganisasikan
dilindungi
aktivitas kehidupan masyarakat
ekosistem dan keberlangsungan
melalui
kualitas
pemanfaatan
dengan
lahan
mempertimbangkan
pantai dan lain-lain.
fungsional. Hal tersebut dapat dilihat
di
beberapa
pusat
kawasan
tersebar
ketersediaanya
propinsi.
Sedangkan
wilayah penataan
fenomena
tersebut antara lain karena lahan sebagai
seluruh
penyangga,
Munculnya
pertumbuhan atau kota-kota yang di
bagi
penunjang kehidupan manusia,
dalam
secara
menjaga
lingkungan
seperti:
wilayah
seharusnya
dalam
penyebaran fasilitas serta utilitas suatu
kawasan-
(tetap),
suatu
sumberdaya bersifat
sementara
fixed
disisi
lain
ruang juga menimbulkan dis-
permintaannya
insentif
semakin
meningkat
penggunaan lahan, hal tersebut
dengan
laju
dapat diamati dengan munculnya
penduduk maupun meningkatnya
162
bagi
perubahan
cenderung seiring
pertambahan
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
aktivitas
perekonomian
Fenomena
terjadinya
masyarakat. Implikasinya konflik
perubahan struktur penggunaan
pemanfaatan lahan menjadi tidak
lahan di Kota Bandar Lampung,
terhindarkan.
tidak
perlu
Oleh
diketahui
karenanya
kecenderungan
dipungkiri
juga
sangat
dipengaruhi
oleh
perubahan penggunaan lahan yang
jumlah
penduduk
terjadi. Sementara itu penggunaan
perkembangan ekonomi. Selama
lahan sangat menentukan cara-
satu
cara masyarakat berfungsi, karena
Bandar lampung telah tumbuh
itu penggunaan atau tata guna
sebesar 18.6%, dengan rata-rata
lahan yang baik akan menjamin
1.8% pertahun. Jika pada tahun
ekosistem
Oleh
2000 jumlahnya 743.109 jiwa,
penggunaannya
maka pada tahun 2010 telah
yang
stabil.
karena
itu
haruslah
direncanakan
secara
penduduk
dan
Kota
bertambah menjadi 881.801 jiwa
cermat agar dapat memberikan
(BPS,
manfaat yang sebesar-besarnya
halnya
bagi banyak
dekade,
pertambahan
2010).
Demikian
dengan
pula
pertumbuhan
kehidupan
masyarakat
ekonomi wilayah kota, selama
dalam
kerangka
hampir satu dekade Kota Bandar
pembangunan yang berdimensi
Lampung
telah
spatial, integral dan berkelanjutan.
perkembangan
mengalami perekonomian
yang cukup signifikan. Secara 2. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pertumbuhan Wilayah
rinci pertumbuhan masing-masing sektor
perekonomian
dapat
diketahui pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2.Sektor Perekonomian di Kota Bandar Lampung pada Tahun 2000 dan 2008 (Atas dasar harga konstan dalam juta rupiah) No Sektor Perekonomian Tahun Laju 2000 2008 Per-th 6.52 1 Pertanian 162682.16 247576.76 2.65 2 Pertambangan & Penggalian 65056 78885.16 8.84 3 Industri Pengolahan Tanpa Migas 623509 1064499.8 0.49 4 Listrik & Air Bersih 37553.13 39050.24
163
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
5 6 7 8 9
Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Perswaan & Jasa Persh Jasa-Jasa PDRB
361044 803950 536588
445025.21 1037250.5 890120.9
296643 728002.01 3615027.3
1159261.3 840637.71 5802307.6
2.9 3.62 8.23 36.34 1.93 7.56
Sumber: BPS 2002; BPS 2010, data diolah
Tabel diatas memperlihatkan,
perekonomian
bahwa selama hampir satu dekade
sebesar
perekonomian
Sedangkan
Kota
Bandar
lainnya,
36.34% laju
yaitu
pertahun. pertumbuhan
lampung telah tumbuh rata-rata
paling kecil terdapat pada sektor
7% pertahun. Sedangkan laju
listrik
pertumbuhan
besarnya 0.49% pertahuan selama
sektor,
masing-masing
menunjukkan
bahwa
dan
air
bersih
yang
hampir satu dekade.
sektor keuangan, Persewaan dan
Secara
jasa perysahaan memiliki laju
perekonomian
pertumbuhan
paling
tinggi
pertumbuhan wilayah juga dapat
dibandingkan
dengan
sektor
diketahui pada tabel berikut ini.
kompetitif
sektor
penyumbang
Tabel3.Nilai LQ dan Shift-Share Sektor Perekonomian di Kota Bandar Lampung Tahun 2000 dan 2008 No
Sektor Perekonomian
Nilai LQ
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Perswaan & Jasa Persh Jasa-Jasa
2000 0.09 0.68 1.27 3.05 1.9 1.4 2.66 2.22 2.17
2008 0.1 0.56 1.35 1.81 1.54 1.12 2.39 2.52 1.89
Nilai Diff. Shift 0.14 -0.13 0.22 -0.57 -0.17 -0.2 -0.05 0.71 -0.07
Ket
Sumber: Data Penelitian, 2012
Tabel diatas menunjukkan, bahwa
mencerminkan
untuk
komparatif, selama hampir satu
164
nilai
LQ
yang
keunggulan
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
dekade tidak ada perubahan yang
suatu wilayah tidak terelakkan.
signifikan. Artinya, bahwa sektor
Oleh karenanya makin tinggi
perekonomian di Kota Bandar
tingkat
Lampung di luar sektor pertanian
menuntut
dan sektor pertambangan dan
lahan yang semakin berhasil guna
penggalian semuanya memiliki
dan berdaya guna. Tingginya
keunggulan komparatif, baik pada
tingkat
tahun
yang dapat dicirikan dari makin
2000
maupun
2008.
pertumbuhan alokasi
lengkap
shift
ketersediaan
mencerminkan
penggunaan
pertumbuhan
Sedangkan untuk nilai differential yang
wilayah
dan
wilayah
beragamnya
sarana
keuanggulan kompetitif, terlihat
pelayanan
bahwa perekonomian di kota ini
penduduk menyebabkan makin
dalam jangka panjang memiliki
pentingnya fungsi lahan. Kondisi
keunggulan di sektor pertanian;
tersebut
industri pengolahan non-migas
lahan
dan keuangan, persewaan dan jasa
(bersifat
perusahaan
menjadi lahan-lahan yang lebih
secara
relatif
dibandingkan dengan daerah lain dalam
skala
regional
Atas
atau
jumlah
mengakibatkan yang
kurang
ekstensif)
lahan-
produktif dialihkan
produktif (intensif).
atau
propinsi.
dan
prasarana
Seiring
dengan
terjadinya
pertumbuhan ekonomi di suatu dasar
hal
tersebut,
wilayah,
maka
perubahan
menjadi mudah dipahami jika
penggunaan
pertambahan jumlah
proses yang mempunyai laju, pola
dan
meningkatnya
penduduk aktivitas
dan
dampak.
lahan
Laju
merupakan
perubahan
pembangunan dan perekonomian
penggunaan lahan sebagai besaran
akan mengakibatkan permintaan
skala
terhadap
perubahan kecepatan dan dimensi
lahan
semakin
akan
dipengaruhi
meningkat. Luasan lahan yang
waktu.
relatif tetap di satu pihak dan
diartikan sebagai perkembangan
permintaan
lahan
terus
atau
meningkat
di
lain,
Artinya,
yang pihak
menyebabkan alih guna lahan di
Dimensi
waktu
oleh
pertumbuhan
berkembang
disini
wilayah.
wilayah
akan
seiring
dengan
165
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
waktu, dengan asumsi bahwa
dengan kegiatan yang sudah ada
komponen perkembangan wilayah
sebelumnya.
berkembang
akan menimbulkan kesan kegiatan
sejalan
dengan
Dengan
demikian
perkembangan wilayah. Dengan
perekonomian
perkembangan wilayah --terutama
berjalan sendiri-sendiri. Bahkan
di pusat-pusat pelayanan-- diduga
tidak jarang, kegiatan yang lebih
akan menjadi faktor potensial
menjanjikan secara sepintas akan
yang mempengaruhi kecepatan
menekan kegiatan yang lebih
perubahan
inferior. Kondisi tersebut apabila
penggunaan
lahan
selama kurun waktu tertentu. Pengembangan
yang
terjadi
tidak dicermati secara lebih dini,
yang tidak
diduga
karakteristik
permasalahan-permasalahan baru
wilayah secara seksama, baik di
di masa yang akan datang. Proses
kawasan budidaya maupun non-
perubahan
budidaya
selain
memperhatikan
cenderung
akan
akan
menimbulkan
penggunaan
lahan
ditentukan
oleh
menimbulkan dampak yang tidak
perkembangan atau pertumbuhan
diharapkan
akan
wilayah (Hanafiah, 1985), juga
mempengaruhi pada sustainability
sangat ditentukan oleh nilai land-
(keberlanjutan)
rent,
yang
pembangunan
terutama
di
pusat-pusat
wilayah itu sendiri khususnya
pelayanan (pertumbuhan). Proses
yang berkaitan dengan ekosistem
konversi
lingkungan. Hal tersebut antara
mengarah pada land rent yang
lain
lebih tinggi. Terlebih lagi, dalam
tercermin
fenomena,
dari
adanya
pencemaran
dan
era
cenderung
globalisasi
akan
dewasa
pendangkalan
DAS,
konversi
kekuatan
lahan sawah,
abrasi
air laut
semakin menguat. Seiring dengan
hidro-
semakin menguatnya mekanisme
maupun
terganggunya
orologis.
pasar,
Kondisi demikian, antara lain dapat
ditelusuri
dari
adanya
tinggi. melahirkan
tidak
persaingan
166
kurang
berkaitan
cenderung
maka
pemanfaatan
aktivitas perekonomian baru yang atau
pasar
ini
tanah
intensitas semakin
Kondisi konflik pemanfaatan
tersebut dan tanah
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
juga
cenderung
semakin
pengelolaan
dan
meningkat. Dalam konteks pasar,
lahan
persaingan terhadap kebutuhan
masyarakat maupun lingkungan
akan lahan untuk berbagai jenis
hidup di masa-masa yang akan
penggunaan
oleh
datang.Atas dasar itu, apabila
besarnya sewa ekonomi lahan
tidak dilakukan regulasi yang
(land
tepat
ditentukan
rent).
Pada
umumnya
bagi
pemanfaatan kesejahteraan
dapatlah
dikemukakan,
kegiatan yang memberikan land
bahwa mekanisme pasar gagal di
rent yang tertinggi biasanya akan
dalam
memenangkan
secara optimal ditinjau dari titik
kompetisi
yang
berlangsung tersebut.
mengalokasikan
pandang
Dengan demikian, nilai pasar
masyarakat
keseluruhan.
lahan
secara
Kegagalan
lahan selalu lebih rendah dari nilai
mekanisme pasar tersebut sangat
lahan yang sebenarnya (shadow
merugikan
price) bagi masyarakat. Bahkan
sedang dilaksanakan di negara
yang terjadi adalah setiap anggota
berkembang
masyarakat
kekuasaan
Indonesia), terutama jika ditinjau
yang dimiliki, terutama kapital
dari perspektif jangka panjang
berusaha
dan
karena opportunitas penggunaan
memanfaatkannya bagi sebesar-
sumberdaya lahan relatif sangat
besarnya
memenuhi
besar
terkadang
penggunaan tanah yang bersifat
dengan
memiliki
lahan
untuk
kebutuhannya
yang
lebih luas dan lebih besar apabila ditinjau
dari
sudut
pandang
pembangunan
yang
(termasuk
terutama
perubahan
irreversible. Fenomena
menarik
yang
masyarakat secara keseluruhan.
didapatkan, bahwa dari data yang
Apa yang hendak dikemukakan
diperoleh
disini adalah, bahwa discount rate
diketahui dalam beberapa tahun
individu lebih besar daripada
terdapat proses perluasan lahan
discount
masyarakat.
sawah (baik yang ditanami satu
Sehingga pada gilirannya dapat
atau dua kali dalam setahun),
mengancam
keberlanjutan
namun ironisnya disisi lain ada
(sustainability)
di
mekanisme pasar dan kebijakan
rate
dalam
secara
time
series,
167
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
yang
cenderung
mengikuti
built-up area, dapat dipandang
mekanisme
pasar
yang
membiarkan
lahan
sawah
kolaborasi negara dan swasta
terkonversi ke non-sawah dan ini
dalam menentukan dinamika tata
banyak
ruang ekonomi wilayah, yang
terjadi
di
wilayah
sebagai
indikasi
pinggiran kota (urban sprawl). Hal
tercermin
tersebut menunjukkan, bahwa di
pemanfaatan lahan.
kuatnya
dalam
perubahan
wilayah Kota Bandar Lampung, fenomena
konversi
lahan
pertanian
menjadi
areal
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
uraian
dan
perumahan berkembang sangat
pembahasan yang dilakukan, dapat
pesat. Hal ini dapat terjadi karena,
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
land rentpenggunaan perumahan
1. Selama satu dekade di wilayah
yang
jauh
lebih
penggunaan
tinggi
tanaman
dari
Kota
Bandar
Lampung
telah
pangan,
terjadi penggunaan lahan untuk
sehingga penggunaan perumahan
industri; permukiman dan jasa-
dapat
jasa
dengan
mudah
yang
semakin
meluas.
memenangkan arena kompetisi
Sedangkan
penggunaan tanah tersebut. Lebih
lahan yang tidak diusahakan; rawa
jauh
juga
dan hutan cenderung semakin
bahwa,
berkurang dengan laju; pola dan
secara
ditemukan kuatnya
empiris
fenomena, pola
perkembangan
dampak
penggunaan
yang
untuk
beragam
pada
perumahan yang linear mengikuti
masing-masing bagian wilayah
perkembangan
kota;
jalur
prasarana
perhubungan.
Dengan
kedekatannya prasarana
dengan
perhubungan,
pergerakan
antar
ruang
ditekan.
Tingginya
jalur biaya
2. Selama
hampir
pertumbuhan
satu
dekade
ekonomi
Kota
Bandar Lampung ditopang oleh
bisa
sektor
perekonomian
peran
sektor
pertanian
luar sektor
aksesibilitas lokasi terhadap pusat
pertambangan
pemerintahan dalam mendorong
Sedangkan dalam jangka panjang
perkembangan
competitiveness
168
perumahan
dan
&
dan
di
penggalian.
pertumbuhan
BambangUtoyoS :ManajemenPemanfaatanRuang Kota (StudiTentangDinamikaPenggunaanLahan Dan PertumbuhanEkonomi Di Kota Bandar Lampung)
ekonomi
kota
didukung
oleh
pemanfaatan lahan dan penyediaan
sektor
pertanian;
industri
ruang publik yang semakin luas dan
pengolahan non-migas; dan sektor
berkualitas sebagai bentuk layanan
keuangan,
yang diberikan oleh pemerintah kota
persewaan
&
jasa
perusahaan. 3. Faktor
kepada warga masyarakat.
pertumbuhan
pertambahan kebijakan bentuk
ekonomi,
penduduk pemerintah
penataan
berlakunya
ruang
mekanisme
merupakan
faktor
dan dalam serta pasar pemicu
terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tercermin di wilayah perkotaan. Adapun rekomendasi dalam
saran serta
implikasi
dan
tindak
lanjut
kebijakan
yang
dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, diantaranya
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Raharjo. 2005. DasarDasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu. Edisi Pertama. Yogyakarta Anwar, Affendi. 1994. Proses Pembentukan Sistem Kota-Kota Dan Analisis Ekonomi Kawasan Perkotaan. Pengantar Mata Kuliah Analisis Sistem Urban dan Regional. PS-PWD Program Pascasarjana IPB. Bogor Blakely, Edward J. 1994. Planning Local Economic Development: Theory and Practice Second Edition. Sage Publication. California
adalah diperlukan berbagai insentif dan dis-insentif kebijakan dalam pengendalian perubahan penggunaan lahan, mengingat adanya opportunity cost yang dimiliki sumberdaya lahan, baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi.
Selain
itu,
dalam
upaya mewujudkan pembangunan perkotaan dibutuhkan
yang
berkelanjutan,
perluasan
akses
BPS, 2002. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2001, Kerjasama BAPPEDA Kota Bandar Lampung Dengan BPS ____, 2010. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2008, Kerjasama BAPPEDA Kota Bandar Lampung Dengan BPS ____, 2002. Propinsi Lampung Dalam Angka 2001, Kerjasama BAPPEDA Kota Bandar Lampung Dengan BPS
masyarakat dalam penentuan alokasi ____, 2010. Propinsi Lampung Dalam Angka 2008, Kerjasama
BAPPEDA Kota Bandar Lampung Dengan BPS
169
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.153-170
Hanafiah, T. 1985. Kutub dan Pusat Pertumbuhan Dalam Pembangunan Wilayah. Pusat Pengembangan Wilayah Pedesaan-Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat IPB. Bogor Rustiadi, Ernan, dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 2008. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Cetakan Ke-19. Jakarta, Saefulhakim, Sunsun. et.al. 1990. Preference Pattern of Land Use Under Various Land Quality Categories: Physical Approach Using Multinomial Logit Model. Indon.J.Trop.Agric.Vol 2(1):2029. Bogor Saefulhakim, Sunsun. 1996. Efektivitas Kelembagaan Pengendalian Alih Guna Tanah. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jur. Tanah Faperta IPB Bogor
170