MANAJEMEN PELATIHAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI GURU Galih Purnama, Sonhadji, Achmad Supriyanto Manajemen Pendidikan Pascasarjana-Universitas Negeri Malang Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02 Pacitan Jalan Semarang 5 Malang. E-Mail:
[email protected] Abstract: This study aims to improve teachers' skills in making and using media technology-based learning in primary schools. The method used is action research school by the steps of: (1) an initial survey, (2) planning, (3) action, (4) observation, and (5) reflection. Data collection techniques by testing, observation, interviews and documentation. Data were analyzed by descriptive analysis techniques by comparing the skills of teachers to create and use instructional media before being given the action by teachers' skills to create and use instructional media after a given action by calculating the average value and the percentage of each action. The results showed the skills of primary school teachers in the making and use of technology-based learning media after the training given prasiklus increased from 0%, in the first cycle of 32.22%, and 48.88% in the second cycle. There was an increase in teachers 'skills in making and using technology-based learning media from the first cycle to the second cycle of 16.66% and an increase in teachers' skills in making and using of technology-based learning media prasiklus until the second cycle of 48.88%.Keywords: Media Learning, Training, Information and communication technology Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi di SD. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah dengan tahap-tahap: (1) survey awal, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi, dan (5) refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik análisis deskriptif yaitu dengan membandingkan keterampilan guru membuat dan menggunakan media pembelajaran sebelum diberikan tindakan dengan keterampilan guru membuat dan menggunakan media pembelajaran setelah diberi tindakan dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase setiap tindakan. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru SD dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi setelah diberi pelatihan mengalami peningkatan dari prasiklus sebesar 0%, pada siklus I sebesar 32,22%, dan pada siklus II 48,88%. Ada peningkatan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dari siklus I sampai siklus II sebesar 16,66% dan peningkatan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dari prasiklus sampai siklus II sebesar 48,88%. Kata kunci : Media pembelajaran, Pelatihan, Teknologi informasi dan komunikasi
Seluruh perangkat ide, metode, teknik dan material yang dipergunakan dalam suatu jangka waktu dan tempat tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhi kebutuhan manusia (Sonhadji, 2012:55). Manusia selalu berusaha mendapatkan seperangkat metode dan teknik untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara mudah. Perkembangan teknologi telah membawa perubahan dalam aktivitas keseharian masyarakat. Hal ini dapat dirasakan di tengah-tengah dinamika masyarakat yang berkembang saat ini.
Banyak hal di sektor kehidupan yang telah menggunakan keberadaan teknologi yang telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi termasuk dalam bidang pendidikan. Perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan–perubahan di sekolah dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah selalu ingin menemukan peralatan baru dan metode yang dapat memberikan motivasi belajar peserta didiknya. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Dalam sistem pembelajaran saat ini, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pesan (komunikan) tetapi bisa bertindak sebagai penyampai pesan (komunikator). Dalam kondisi seperti ini, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah bahkan komunikasi banyak arah (Susilana & Riyana, 2009:4). Dalam komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan atau kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber atau penyalur pesan lewat media tersebut. Media pembelajaran dibutuhkan guru dalam mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran kepada peserta didik. Perolehan pengetahuan peserta didik akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya peserta didik hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung didalam materi yang disampaikan oleh guru. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi peserta didik. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan memiliki pengalaman yang lebih konkrit dan penggunaan media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan guru dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar sering ditemukan kendala yang dihadapi oleh guru dalam hal komunikasi pembelajaran untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga apa yang dilakukan guru dapat berpengaruh pada peningkatan mutu hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk berusaha memberikan pembelajaran yang inovatif salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran sebagai instrumen yang efektif untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Guru berusaha untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat direspon dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan ke dalam ingatan (Hamalik, 1986:15). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan, dituntut untuk selalu tanggap dan peka terhadap berbagai pembaharuan yang terjadi di sekelilingnya. Tugas guru untuk selalu meningkatkan wawasan keilmuan dan meningkatkan kualitas pendidikannya. Dengan demikian, guru harus mampu mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Guru diharapkan dapat menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah dan tidak menutup kemungkinan alat-alat tersebut sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti komputer. Penggunaan komputer saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pekerjaan menjadi semakin mudah dan tanpa disadari manusia semakin tergantung pada komputer. Keuntungan pembelajaran menggunakan media komputer antara lain: (1) pembelajaran berbantuan komputer bila
dirancang dengan baik merupakan media pembelajaran yang efektif dapat memudahkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan siswa, (4) dapat digunakan sebagai penyampai balikan langsung, (5) materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan tanpa menimbulkan rasa jenuh (Krismanto, 2003:8). Di sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar sudah banyak tersedia sarana pendukung pembelajaran seperti komputer atau laptop, LCD, CD pembelajaran, internet, video, dan sebagainya, namun kemampuan guru untuk memanfaatkan media berbasis teknologi tersebut masih sangat terbatas sehingga media-media tersebut hanya digunakan oleh guru-guru tertentu saja. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang ada dengan memanfaatkan sarana pendidikan yang telah dimiliki. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat penting sehingga media pembelajaran tersebut benar benar bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pelatihan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektivitas sebuah sekolah. Pelatihan memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru yang mengubah perilakunya, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa (Jejen, 2011:61). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui media pembelajaran berbasis teknologi yang dapat diberikan pada pelatihan guru, (2) mengetahui persiapan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, (3) mengetahui pelaksanaan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, (4) mengetahui evaluasi pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, dan (5) meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakandan membuat media pembelajaran melalui pelatihan teknologi informasi dan komunikasi.
METODE . Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah dengan tahap-tahap: (1) survey awal, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi, dan (5) refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik análisis deskriptif yaitu dengan membandingkan keterampilan guru membuat dan menggunakan media pembelajaran sebelum diberikan tindakan dengan keterampilan guru membuat dan menggunakan media pembelajaran setelah diberi tindakan dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase setiap tindakan. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02 Pacitan dengan subyek penelitian adalah 6 guru yang terdiri dari 5 orang guru kelas dan 1 orang guru bidang studi. HASIL Dari data survey diketahui bahwa jumlah rata–rata guru di Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02 yang mampu
mengoperasikan komputer masih rendah
sebanyak
31,25%,
sebanyak 2 orang guru (33,33%) belum mampu mengoperasikan komputer, 1 orang guru (16,66%) mampu menguasai 75% aspek kemampuan dan 3 orang guru (50%) mampu menguasai 25% sampai dengan 50 % aspek kemampuan, dan tidak ada guru (0%) yang mampu menguasai 2 aspek kemampuan, yaitu kemampuan membuat presentasi materi pelajaran menggunakan
Microsoft Power Point dan kemampuan mempresentasikan
menggunakan LCD Proyektor. Peneliti dan kepala sekolah melakukan analisis kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02. Berdasarkan data survey, yaitu tidak ada guru (0%) yang mampu menguasai 2 kemampuan membuat presentasi materi pelajaran menggunakan Microsoft Power Point dan kemampuan mempresentasikan menggunakan LCD Proyektor serta berdasarkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dapat diketahui kebutuhan
Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02 adalah pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi yang dilakukan oleh guru di Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02. Untuk itu, peneliti dan kepala sekolah berencana mengadakan pelatihan pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran dengan tujuan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran yang difokuskan pada pelatihan penggunaan LCD Proyektor dan pengoperasian Microsoft Office Power Point untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pelaksanaan Kegiatan Siklus I adalah tahap perencanaan, pada tahap ini peneliti dan kepala sekolah menyiapkan kebutuhan pelatihan yang akan dilaksanakan, yaitu peneliti dan kepala sekolah menyusun materi pelatihan penggunaan LCD proyektor untuk pembelajaran dan materi pembuatan presentasi pembelajaran menggunakan Microsoft Office Power Point, peneliti membuat soal tes yang memuat tentang materi pelatihan yang terdiri dari soal pretest dan postest, peneliti membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktivitas pembelajaran selama proses pelatihan yaitu perilaku selama mengikuti pelatihan yang diamati terdiri dari aspek sikap, respon, keaktifan, dan keseriusan dan keterampilan guru dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi yang terdiri dari aspek persiapan (cara menggunakan LCD Proyektor dan komputer atau laptop), keterampilan menjelaskan (presentasi dengan materi yang akan diajarkan), dan penutup (mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, menyimpulkan materi, dan menutup pembelajaran), dan peneliti menyiapkan daftar pertanyaan untuk mengetahui tanggapan dari guru sesuai pedoman wawancara yang dipakai peneliti yang berkaitan dengan pelatihan, media pembelajaran, dan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan pelatihan pada siklus I dilaksanakan 2 sesi dengan penyampaian materi pada sesi I yaitu penggunaan LCD proyektor untuk pembelajaran dan sesi II yaitu pembuatan presentasi pembelajaran menggunakan Microsoft Office Power Point. Pelaksanaan pelatihan diawali dengan pengerjaan soal pretest untuk
mengetahui kondisi awal tentang pengetahuan penggunaan dan pembuatan media pembelajaran berbasis teknologi dengan hasil rata-rata sebesar 19,17%. Tugas yang diberikan sebagai tagihan dalam pelatihan ada 4 guru yang mengumpulkan tugas dan 2 guru tidak mengumpulkan tugas. Tahap pengamatan/observasi, berdasarkan hasil pengamatan perilaku pada siklus I dapat diketahui bahwa ada 2 guru yang selama pelaksanaan pelatihan memiliki perilaku baik, 3 guru memiliki perilaku cukup, dan 1 guru yang memiliki perilaku kurang. Hasil pengamatan pembelajaran pada siklus I dapat diketahui bahwa ada 4 guru yang memiliki keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan kategori cukup dan 2 guru yang memiliki keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan kategori kurang. Secara keseluruhan keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi pada guru SD Negeri Ngunut 2 dalam kategori rendah (32,22%). Tahap refleksi, dari pelaksanaan pelatihan pada siklus I didapat hasil refleksi sebagai berikut : (a) berdasarkan data hasil pretest diperoleh rata-rata dari 6 guru adalah 19,17%. Guru di SD Negeri 2 belum pernah mengikuti pelatihan sejenis sehingga masih kurang dalam memperoleh informasi mengenai media pembelajaran berbasis teknologi. (b) berdasarkan data observasi perilaku guru ada 2 guru yang memiliki perilaku baik, 3 guru memiliki perilaku cukup, dan 1 guru yang memiliki perilaku kurang selama mengikuti pelaksanaan pelatihan. Dalam mengikuti pelatihan perilaku guru masih dipengaruhi oleh penyelenggara pelatihan adalah teman sendiri, kelelahan setelah seharian bekerja, dan masih ada peserta didik yang belum pulang sehingga guru tidak bisa fokus dalam mengikuti pelatihan. (c) berdasarkan data tagihan pelatihan ada 4 guru yang mengumpulkan tagihan pelatihan dan 2 guru tidak mengumpulkan tagihan pelatihan. Faktor usia mempengaruhi kinerja guru dalam
hal permintaan tagihan pelatihan. Guru yang tidak mengumpulkan tagihan adalah 2 guru yang berusia 58 tahun. Berdasarkan data observasi keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi guru SD Negeri Ngunut 2 dalam kategori rendah. Menggunakan teknologi untuk pembelajaran masih menjadi hal yang baru bagi guru SD Negeri Ngunut 2. Guru di SD Negeri Ngunut 2 masih membutuhkan waktu untuk menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi sehingga menjadi sebuah kebiasaan. (e) berdasarkan wawancara dengan guru diperoleh berbagai tanggapan yang bersifat hambatan antara lain isi materi pelatihan kurang fokus terhadap pembelajaran di kelas, waktu pelatihan masih ada peserta didik yang belum pulang, mempunyai masalah pribadi, dan menambah pekerjaan atau diluar kebiasaan dalam hal pembelajaran di kelas. Hambatan-hambatan yang diperoleh dari tanggapan guru dijadikan bahan untuk memperbaiki pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan pelatihan pada siklus I diperoleh hasil bahwa keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran masih dalam kategori rendah maka direncanakan untuk melaksanakan pelatihan pada siklus II dengan melakukan perbaikan proses pelaksanaan pelatihan. Perbaikan untuk siklus II adalah sebagai berikut : (a) membuat tata tertib pelatihan untuk meningkatkan perilaku guru dalam mengikuti pelatihan. (b) memberikan reward bagi yang mengumpulkan tagihan pelatihan.(c) memperbaiki materi pelatihan lebih fokus ke pembelajaran di kelas. (4) waktu pelatihan sesuai jadwal atau setelah pulang sekolah sehingga guru bisa fokus mengikuti pelaksanaan pelatihan. (5) memberikan kesempatan kepada guru dalam menggunakan media pembelajaran di luar kepentingan pelatihan. Rencana perbaikan yang telah disusun tersebut kemudian diimplementasikan pada pelaksanaan kegiatan siklus II. Pelaksanaan kegiatan siklus II adalah tahap perencanaan, pada tahap ini peneliti dan kepala sekolah menyiapkan kebutuhan pelatihan yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu
membuat tata tertib pelatihan, menyusun materi pelatihan pengaturan kualitas gambar LCD Proyektor dan materi pembuatan presentasi pembelajaran menggunakan Microsoft Office Power Point, menyiapkan soal postest yang telah dibuat untuk diberikan kepada peserta pelatihan sesudah pelaksanaan tindakan, menyiapkan lembar observasi yang telah dibuat untuk digunakan untuk mengamati aktivitas pembelajaran selama proses pelatihan dan keterampilan guru dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, dan menyiapkan daftar pertanyaan untuk mengetahui tanggapan dari guru yang berkaitan dengan pelatihan, media pembelajaran, dan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas selama pelaksanaan siklus II. Tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan pelatihan pada siklus II dilaksanakan 2 sesi dengan penyampaian materi pada sesi I yaitu pengaturan kualitas gambar LCD proyektor dan sesi II materi pembuatan presentasi pembelajaran menggunakan Microsoft Office Power Point. Pelaksanaan pelatihan diakhiri dengan pengerjaan soal postest dengan hasil rata-rata sebesar 50%. Tugas yang diberikan sebagai tagihan dalam pelatihan ada 6 guru yang mengumpulkan tugas. Tahap pengamatan/observasi, berdasarkan hasil pengamatan perilaku pada siklus II dapat diketahui bahwa ada 3 guru yang selama pelaksanaan pelatihan memiliki perilaku baik dan 3 guru memiliki perilaku cukup. Hasil pengamatan pembelajaran pada siklus II dapat diketahui bahwa ada 1 guru yang memiliki keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan kategori baik, 4 guru yang memiliki keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan kategori cukup dan 1 guru yang memiliki keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dengan kategori rendah. Secara keseluruhan keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi pada guru SD Negeri Ngunut 2 dalam kategori cukup (48,88%).
Pada tahap refleksi, peneliti dan kepala sekolah melakukan evaluasi pelaksanaan pelatihan dalam mengambil kesimpulan terhadap hasil pelaksanaan pelatihan pada siklus I dan siklus II. didapat hasil refleksi sebagai berikut : (a) berdasarkan data hasil postest diperoleh rata-rata dari 6 guru adalah 50%. Ada peningkatan sebesar 30,83% dari perolehan rata-rata nilai pretest.
Gambar 1. Diagram hasil pretest dan postest
Berdasarkan data observasi perilaku guru ada ada 3 guru yang selama pelaksanaan pelatihan memiliki perilaku baik dan 3 guru memiliki perilaku cukup selama mengikuti pelaksanaan pelatihan. Perilaku yang ditampilkan pada siklus II meningkat daripada perilaku yang ditampilkan pada siklus I.
Gambar 2. Diagram data observasi perilaku guru selama pelaksanaan pelatihan
Berdasarkan data tagihan pelatihan ada 6 guru yang mengumpulkan tagihan pelatihan. Ada peningkatan dalam tagihan pelatihan sebanyak 2 guru.
Keterangan : 1 : Mengumpulkan 0 : Tidak Mengumpulkan
Gambar 3. Diagram data tagihan pelatihan
Berdasarkan data observasi keterampilan mengajar menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi guru SD Negeri Ngunut 2 dalam kategori cukup.
Gambar 4. Diagram data observasi mengajar menggunakan media pembelajaran
Berdasarkan wawancara dengan guru diperoleh berbagai tanggapan antara lain mulai merasa nyaman dengan media pembelajaran berbasis teknologi, penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi masih membutuhkan waktu untuk menjadi sebuah kebiasaan, peserta didik lebih antusias mengikuti pembelajaran dan tingkat keramaian di kelas menjadi lebih berkurang. Dari data diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi pada guru SD Negeri Ngunut II sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
PEMBAHASAN Pembahasan penelitian mendeskripsikan hasil penelitian yang difokuskan untuk menjawab beberapa masalah keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran berbasis teknologi yang diberikan pada pelatihan guru Dari data hasil survey awal dapat diketahui kondisi keterampilan guru bahwa jumlah rata–rata guru yang mampu mengoperasikan komputer masih rendah sebanyak 31,25%, sebanyak 2 orang guru (33,33%) belum mampu mengoperasikan komputer, 1 orang guru (16,66%) mampu menguasai 75% aspek kemampuan dan 3 orang guru (50%) mampu menguasai 25% sampai dengan 50 % aspek kemampuan, dan tidak ada guru (0%) yang mampu menguasai 2 aspek kemampuan, yaitu kemampuan membuat presentasi materi pelajaran menggunakan
Microsoft Power Point dan kemampuan mempresentasikan
menggunakan LCD Proyektor. Menurut Krismanto (2003:8) keuntungan pembelajaran menggunakan media komputer antara lain: (1) pembelajaran berbantuan komputer bila dirancang dengan baik merupakan media pembelajaran yang efektif dapat memudahkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan siswa, (4) dapat digunakan sebagai penyampai balikan langsung, (5) materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan tanpa menimbulkan rasa jenuh. Pelatihan pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran difokuskan pada pelatihan penggunaan LCD Proyektor dan pengoperasian Microsoft Office Power Point sesuai dengan data survey keterampilan guru dalam mengoperasikan media pembelajaran berbasis teknologi yang belum mampu menguasai 2 aspek kemampuan, yaitu kemampuan membuat presentasi materi pelajaran menggunakan
Microsoft Office Power Point dan kemampuan
mempresentasikan menggunakan LCD Proyektor.
Persiapan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi Menurut Handoko (2003:108) langkah-langkah pendahuluan dalam persiapan pelatihan, yaitu: (a) penilaian dan identifikasi kebutuhan, (b) Sasaran-sasaran pelatihan, (c) Isi Program, dan (d) prinsip-prinsip belajar. Persiapan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan peneliti dan kepala sekolah, yaitu: (a) peneliti melakukan survey pendahuluan dan mengajukan ijin, (b) peneliti dan kepala sekolah melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan, (3) peneliti dan kepala sekolah menetapkan sasaran pelatihan yaitu peningkatan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, (4) peneliti dan kepala sekolah menyusun program pelatihan yang terdiri dari pemberian materi, penugasan mandiri membuat media pembelajaran, dan praktik mengajar dengan hasil karya sendiri di kelas, dan (5) peneliti dan kepala sekolah menyusun pemberian umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan. Pelaksanaan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi Pelaksanaan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil tindakan dari siklus I belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II dengan perbaikan-perbaikan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan pada siklus I. Sebab-sebab kekurangan pada siklus I yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru-guru adalah sebagai berikut: (1) guru mengikuti pelatihan sejenis pada saat diadakan penelitian tindakan ini, (2) guru belum terbiasa melakukan pembelajaran menggunakan teknologi, (3) perlu penambahan waktu untuk pelaksanakan praktik menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi baik yang terjadwal maupun tidak, (4) tidak adanya .pelaksanaan pelatihan dengan kepentingan dinas membuat guru-guru tidak serius dalam mengikuti pelatihan, dan (5) waktu pelaksanaan pelatihan masih ada peserta didik yang belum pulang sehingga membuat sebagian guru tidak bisa fokus mengikuti pelatihan.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I tersebut maka diadakan perbaikanperbaikan pada siklus II antara lain sebagai berikut: (1) membuat tata tertib pelatihan untuk meningkatkan perilaku guru dalam mengikuti pelatihan, (2) emberikan reward bagi yang mengumpulkan tagihan pelatihan (3) memperbaiki materi pelatihan lebih fokus ke pembelajaran di kelas, (4) waktu pelatihan sesuai jadwal atau setelah pulang sekolah sehingga guru bisa fokus mengikuti pelaksanaan pelatihan, dan (5) memberikan kesempatan kepada guru dalam menggunakan media pembelajaran di luar kepentingan pelatihan. Dengan diadakan perbaikan-perbaikan maka keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi pada tindakan siklus II hasilnya dapat ditingkatkan. Dari hasil tindakan pada siklus I yang rata-rata keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi sebesar 32,22% atau dalam kategori rendah, pada tindakan siklus II memperoleh hasil rata-rata 48,88% atau berada dalam kategori cukup. Dengan demikian maka keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi pada guru dapat ditingkatkan walaupun masih berada pada kategori cukup, untuk itu perlu diadakan pelatihan berkelanjutan. Evaluasi pelatihan teknologi informasi dan komunikasi Menurut Hariandja (2002:190) evaluasi pelatihan dapat dilihat dari efek pelatihan yang dikaitkan dengan reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman pelatihan. Pada pelaksanaan evaluasi pelatihan teknologi informasi dan komunikasi ini, data reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan diperoleh dari pertanyaan yang diajukan peneliti kepada peserta tentang apa yang mereka dapat dari pelatihan teknologi informasi dan komunikasi. Peserta pelatihan yang menjawab mengetahui cara membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi (3 orang guru), menemui kendala dalam membuat media pembelajaran tetapi mengetahui cara menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi (2 orang guru), dan masih menemui kendala dalam
membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, (1 orang guru). Data pengetahuan yang diperoleh peserta melalui pengalaman pelatihan diperoleh dari hasil pretest dan post test. Hasil pretest rata-rata sebesar 19,17 (19,17%) dan hasil post test rata-rata sebesar 50 (50%). Ada peningkatan sebesar 30,83% dari perolehan rata-rata nilai pretest. Hasil evaluasi pelatihan menunjukkan ada peningkatan satu kategori setiap siklus dan penelitian ini dilaksanakan hanya dalam dua siklus mengingat keterbatasan waktu penelitian yang disebabkan oleh pekerjaan subyek penelitian sehingga subyek penelitian hanya bisa mengikuti penelitian tindakan sekolah dalam dua siklus dan kondisi awal keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran sebesar 0%. Dengan demikian, pelatihan berkelanjutan bagi guru masih diperlukan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Keterampilan guru dapat ditingkatkan melalui pelatihan TIK Jejen (2011:61) menyatakan bahwa pelatihan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektivitas sebuah sekolah. Pelatihan memberikan kesempatan kepada guru untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru yang mengubah perilakunya, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. Sebelum pelatihan, guru tidak dapat membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. Setelah diberi pelatihan melalui penelitian tindakan sekolah pada siklus I rata-rata keterampilan guru sebesar 32,22% dan meningkat pada siklus II sebesar 48,88%. Dengan demikian, keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pelatihan teknologi informasi dan komunikasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pembahasan yang dideskripsikan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis teknologi yang dapat diberikan pada pelatihan guru adalah pembuatan media pembelajaran menggunakan program microsoft powerpoint dan penggunaan LCD Proyektor, persiapan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi dengan melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan, mengurus perijinan, dan menyiapkan sarana prasarana pelatihan, pelaksanaan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi terdiri atas pemberian materi pelatihan, praktik membuat media pembelajaran berbasis teknologi, dan praktik mengajar dengan media pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus, evaluasi pelatihan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan bahwa pelatihan berkelanjutan bagi guru-guru di SD masih diperlukan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, dan pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. Saran Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pembahasan yaitu kepala sekolah diharapkan mendukung program, sarana, motivasi yang mengarah pada kemampuan penguasaan TIK guru untuk menjadi prioritas sekolah, guru diharapkan dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik harus ikut menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang ada agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan mengikuti perkembangan teknologi, Dinas Pendidikan diharapkan mengadakan pelatihan keterampilan mengoperasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi kepada guru khususnya guru sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan guru, Direktorat Pendidikan SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan dapat membantu pengadaan sarana
TIK untuk mempercepat upaya peningkatan mutu pendidikan, dan peneliti berikutnya diharapkan penelitian lebih ditujukan pada manajemen pelatihan untuk pengembangan media pembelajaran yang lebih lanjut dengan menggunakan program-program komputer yang mendukung penggunaan dan pembuatan media pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Hamalik, O. 1986. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Handoko, T.H. 2003. Manajemen.Cetakan Ke delapan belas.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Hariandja, M.T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo Jejen, M. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta : Kencana Krismanto, A.L. 2003. Beberapa Teknik, Model, Dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Sonhadji, A.K.H. 2012.Manusia, Teknologi, dan Pendidikan : Menuju Peradaban Baru. Malang : UM Press Susilana & Riyana. 2009. Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian.Bandung : CV. Wacana Prima