MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Studi Korelasi Di SMAN/SMKN DKI Jakarta
TESIS Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh: AZWAN FERI S NIM: 08.2.00.1.12.08.0042
Pembimbing Muhammad Zuhdi, M. Ed. Ph.D
SEKOLAH PASCA SARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Penulis: Azwan Feri S
Editor: Muhammad Zuhdi, M. Ed. Ph.D
Desain dan Lay-out: Djunaedi
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Azwan Feri S
NIM
: 08.2.00.1.12.08.0042
Tempat/Tgl. Lahir
: Lampung, 10 Nopember 1960
Pekerjaan
: Guru Pendidikan Agama Islam
Alamat
: Jl. Raya Bogor KM 31 Rt. 06/05 No. 58 Cisalak Pasar Cimanggis Depok Jawa Barat Kode Pos 16953
Email
:
[email protected]
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” adalah benar-benar karya asli saya, kecuali kutipankutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan saya bersedia dengan pencabutan gelar akademik Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta,
Azwan Feri S NIM. 08.2.00.1.12.08.0042
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” yang ditulis oleh Azwan Feri S dengan NIM: 08.2.00.1.12.08.0042 disetujui untuk dibawa ke sidang Ujian Promosi Tesis (Terbuka).
Jakarta, Promotor
Muhammad Zuhdi, M. Ed. Ph.D Tanggal:
SURAT PENGESAHAN
Tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” yang ditulis oleh Azwan Feri S dengan NIM: 08.2.00.1.12.08.0042 TELAH LULUS dalam Ujian Promosi Tesis pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2011 dan telah di revisi sesuai dengan saran tim penguji.
TIM PENGUJI 1. Prof. Dr.Azyumardi Azra, MA Ketua Sidang/ Penguji
(
)
2. Muhammad Zuhdi, M. Ed.Ph.D Pembimbing/ Penguji
(
)
3. Prof. Dr. Abuddin Nata, MA Penguji
(
)
4. Dr. Suparto, M.Ed Penguji
(
)
5. Prof. Dr. Suwito, MA Sekretaris Sidang
(
)
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
iv
v
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SINGKATAN YANG DIGUNAKAN
as.
=
‘alaihi al-salam
Cf.
=
bandingkan dengan
H.
=
Hijriyah
h.
=
halaman
H.R.
=
Hadis Riwayat
Ibid
=
ibidem
loc.cit
=
loco citito
M.
=
Masehi
No.
=
Nomor
op.cit.
=
opere citato
Q.S.
=
Alquran Surat
r.a.
=
radiallahu ‘anhu’ anha
saw.
=
sallallahu ‘ alaihi wa sallam
swt.
=
subhanahu wa ta’ ala
t.tp.
=
tanpa tempat penerbit
t.p.
=
tanpa penerbit
t.th.
=
tanpa tahun
cet.
=
cetakan
w.
=
wafat.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
ABSTRAK
A
zwan Feri S, “Manajemen ISO, Sikap Dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam” (Studi Korelasi Di SMAN/SMKN DKI Jakarta). Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini difokuskan pada korelasi manajemen ISO dan sikap manajerial guru pendidikan agama Islam terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta, dengan metode kuantitatif. Menggunakan analisis statistik validitas dan reabilitas instrument. Instrument utamanya adalah manajemen ISO 9001:2000, Sikap manajerial guru dan Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Sumber primernya yaitu angket instrument yang disebarkan kepada guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta, yang telah memberlakukan manajemen ISO. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positip antara sikap menejerial guru Pendidikan agama Islam pada Manajemen ISO 900:2000 Terhadap profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Tesis ini menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa ISO 9001:2000 merupakan program sertifikasi internasional untuk meningkatkan kualitas manajemen dan mutu pelayanan yang berkeAzwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
vi
vii
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
lanjutan. Terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, tersusunnya dokumen manajemen mutu. Pendukung pendapat ini antara lain: Satria Bangsawan dan pendapat Mulyono. Tesis ini menolak pendapat H.A.R Tilaar, yang mengkritisi penerapan manajemen ISO dengan alasan menyatakan sekolah bertaraf internasional biaya pendidikannya jauh lebih mahal. Pendapat Darmaningtyas, yang menyatakan bahwa Kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan manajemen sekolah adalah baik, tetapi tak harus dicapai dalam bentuk sertifikasi ISO 9001:2000 yang sarat kapital. Data-data yang terkumpul, diidentifikasi dan diolah dengan menggunakan pola deskriptif analitis lalu diuraikan secara sistematis. Kemudian dielaborasi dengan teori-teori yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan, khususnya berkaitan dengan manajemen pendidikan. Untuk pengujian hiopotisis digunakan statistik korelasi sederhana, parsial dan korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, Terdapat korelasi positif antara manajemen ISO dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam, yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 118,908 + 0,292X1. dan koefisien korelasi sebesar 0,407.
Kedua, Terdapat korelasi positif antara sikap manajerial guru pendidikan agama Islam pada manajemen terhadap manajemen ISO. yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷx1 = -8.422 + 0.983 X2 dan koefisien korelasi sebesar 0,987.
Ketiga, Terdapat korelasi positif antara sistem manajemen ISO, terhadap sikap manajerial guru PAI yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 11,953 + 0,990 X1 dan koefisien determinasi sebesar 0,974. Keempat, Terdapat korelasi
manajemen ISO dan sikap manajerial guru pada manajemen ISO secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 131,713 + 1,350X1 – 1,059 X2. dan koefisien korelasi ganda 0,571. Hasil penelitian ini berguna bagi guru PAI agar menjadi guru profesional yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
ABSTRACT
A
zwan Feri S, “ISO MANAGEMENT, ATTITUDE AND PROFESSIONALISM OF TEACHERS OF ISLAMIC EDUCATION” (a Correlational Study at SMAN/SMKN DKI Jakarta)
This research focuses on the professionalism of Islamic Education teachers at SMAN/SMKN DKI Jakarta, using quantitative method and statistical analysis on validity and reliability instruments. The main instruments are Management ISO 9001:2000, managerial attitude of teachers, and professionalism of Islamic Education teachers. The primary source is questionnaires distributed to the teachers of Islamic Education teachers at SMAN/SMKN DKI Jakarta that have applied ISO Management. This research shows that there is a positive correlation between the managerial attitudes of Islamic Education teachers on ISO 9001:2000 Management and professionalism of Islamic Education teachers. This thesis supports the idea saying that ISO 9001:2000 is an international certification program to enhance management quality and sustainable service quality. The raise of awareness of the management education units in rendering prime quality service results in the orderly documents of quality management. The proponents of this idea are among others: Satria Bangsawan and Mulyono. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
viii
ix
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
This thesis turns down the idea of H.A.R Tilaar who criticizes the application of ISO management seeing that it will only make the school fee at international class schools become more expensive. Darmaningtyas says that the Government policy in enhancing quality school management is a good intention but should not necessarily be accomplished through certification of ISO 9001:2000 which is capital intensive. Collected data are identified and processed using descriptive analysis technique and described systematically. Then they are elaborated using theories developed by experts in education, particularly those who are engaged in educational management. To test the hypothesis, a simple correlational statistic, partial and multiple regressions are applied. The results show that: Firstly, there is a positive correlation between ISO Management and professionalism of Islamic Education teachers. This is shown in the regression of Y = 118.908 + 0.292X1, with correlation coefficient of 0.407. Secondly, there is a positive correlation between managerial attitude of Islamic Education teachers in management and the ISO management. This is shown by equal regression of Yx1 = -8.422 + 0.983 X2, with a correlation coefficient of 0.987 Thirdly, there is a positive correlation between ISO management system and the managerial attitude of Islamic Education teachers as shown by equal regression of Y = 11.953 + 0.990 X1, with determination correlation of 0.974 Fourthly , there is a positive correlation between a composite of ISO management and teachers’ managerial attitude and professionalism of Islamic Education teachers as shown by equal regression of Y = 131.713 + 1.350 X2 and multiple correlation coefficient of 0.571. The result of the research can be useful for Islamic Education teachers in order that they become professional teachers who are able to enhance the quality of education.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
x
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
ﻣﻠﺧص اﻟﺑﺣث
ﻋزوان ﻓﯾري س .إدارة أﯾﺳو )ﻣﻧظﻣﺔ اﻟﻣﻘﺎﯾﯾس اﻟﻌﺎﻟﻣﯾﺔ( ،واﻟﻣوﻗف، وأھﻠﯾﺔ ﻣدرس ﺗﻌﻠﯾم اﻟﻌﻠوم اﻟﺷرﻋﯾﺔ )دراﺳﺔ اﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﺎﻟﻣدرﺳﺔ اﻟﺛﺎﻧوﯾﺔ اﻟﺣﻛوﻣﯾﺔ أو اﻟﻣدرﺳﺔ اﻟﺛﺎﻧوﯾﺔ اﻟﻣﮭﻧﯾﺔ اﻟﺣﻛوﻣﯾﺔ ﺑﺟﺎﻛرﺗﺎ اﻟﻌﺎﺻﻣﺔ(. ﺟﺎﻛرﺗﺎ :ﻛﻠﯾﺔ اﻟدراﺳﺎت اﻟﻌﻠﯾﺎ ﺟﺎﻣﻌﺔ ﺷرﯾف ھداﯾﺔ ﷲ اﻹﺳﻼﻣﯾﺔ اﻟﺣﻛوﻣﯾﺔ.2011 ، ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻳﺮﻛﺰ ﻋﻠﻰ أﻫﻠﻴﺔ ﻣﺪرس ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺑﺎﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﻳﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﻴﺔ أو اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺜﺎﻧﻮﻳﺔ اﻟﻤﻬﻨﻴﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﻴﺔ ﺑﺠﺎﻛﺮﺗﺎ اﻟﻌﺎﺻﻤﺔ ﺑﺎﺗﺒﺎع اﻟﻤﻨﻬﺞ اﻟﻜﻤﻲ،
وذﻟﻚ ﺑﺎﻻﻋﺘﻤﺎد ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ اﻹﺣﺼﺎﺋﻲ اﻟﻤﺘﻤﺜﻞ ﻓﻲ ﺻﺤﺔ اﻷدوات وﺛﺒﺎﺗـﻬﺎ .واﻷدوات
اﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ﻟﻬﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻫﻲ إدارة أﻳﺴﻮ )ﻣﻨﻈﻤﺔ اﻟﻤﻘﺎﻳﻴﺲ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﺔ( ،9001:2000وﻣﻮﻗﻒ اﻟﻤﺪرس اﻹداري وأﻫﻠﻴﺘﻪ أو ﻣﻬﻨﺘﻴﻪ ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﺘﻲ ﻗﺪ ﻃﺒﻘﺖ إدارة أﻳﺴﻮ .وﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻳﺪﻟﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺗﻮاﺟﺪ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻹﻳﺠﺎﺑﻴﺔ اﻟﺪاﻟﺔ إﺣﺼﺎﺋﻴﺎ ﺑﻴﻦ اﻟﻤﻮﻗﻒ اﻹداري ﻟﻤﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻓﻲ إدارة أﻳﺴﻮ 900:2011ﻣﻦ أﻫﻠﻴﺘﻪ ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ. ﺗﺆﻳﺪ ﻫﺬﻩ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ اﻟﻌﻠﻤﻴﺔ رأﻳﺎ ﻗﺎﺋﻼ إن اﻷﻳﺴﻮ ﻋﺒﺎرة ﺑﺮﻧﺎﻣﺞ إﺻﺪار ﺷﻬﺎدة دوﻟﻴﺔ ﻟﺘﺮﻗﻴﺔ ﺟﻮدة اﻹدارة واﻟﺨﺪﻣﺎت اﻟﻤﺘﻮاﺻﻠﺔ .وإن إﻧﻤﺎء اﻟﻮﻋﻲ اﻟﺴﻠﻴﻢ ﻓﻲ ﻧﻔﻮس اﻹدارﻳﻴﻦ اﻟﻤﻨﺴﻮﺑﻴﻦ إﻟﻰ اﻟﻬﻴﺌﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ ﻓﻲ ﺗﻘﺪﻳﻢ اﻟﺨﺪﻣﺎت اﻟﻔﻀﻠﻰ ﻟﻠﺰﺑﺎﺋﻦ ،وﺗﻮاﻓﺮ وﺛﺎﺋﻖ إدارة اﻟﺠﻮدة .وﻣﻦ أﻧﺼﺎر ﻫﺬا اﻟﺮأي ﺳﺎﺗﺮﻳﺎ ﺑﺎﻧﺠﺴﺎوان وﻣﻮﻟﻴﻮﻧﻮ. ﺑﻴﻨﻤﺎ ﺗﺮﻓﺾ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ رأي ﻫـ.أ.ر .ﺗﻴﻼأر اﻟﺬي ﻳﻨﺘﻘﺪ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﻷﻳﺴﻮ ﻗﺎﺋﻼ إن اﻟﻤﺪرﺳﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﺘﻮى اﻟﺪوﻟﻲ ﻏﺎﻟﻴﺔ اﻟﺮﺳﻮم اﻟﺪراﺳﻴﺔ إﻟﻰ أﻛﺒﺮ درﺟﺔ ﻟﻠﻐﺎﻳﺔ .ﻛﻤﺎ ﺗﺮﻓﺾ رأي دارﻣﺎﻧﻨﺠﺘﻴﺎس اﻟﻘﺎﺋﻠﺔ إن ﺳﻴﺎﺳﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﺪﻓﻊ اﻟﻤﺪارس إﻟﻰ ﺗﺮﻗﻴﺔ اﻹدارة اﻟﻤﺪرﺳﻴﺔ ﺻﺎﻟﺤﺔ وﺟﻴﺪة ،ﻏﻴﺮ أﻧـﻪ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ اﻟﻀﺮوري أن ﺗﺤ ﱠﻘﻖ ﻫﺬﻩ اﻹدارة ﺑﺘﻄﺒﻴﻖ إدارة اﻷﻳﺴﻮ اﻟﺤﺎﻓﻠﺔ ﺑﺎﻟﺮأﺳﻤﺎل.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ﻗﺎم اﻟﺒﺎﺣﺚ ﺑﺘﺸﺨﻴﺺ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﻢ ﺟﻤﻌﻬﺎ وﻣﻌﺎﻟﺠﺘﻬﺎ ﺑﺎﻧﺘﻬﺎج اﻟﻤﻨﻬﺞ اﻟﻮﺻﻔﻲ اﻟﺘﺤﻠﻴﻠﻲ ،ﺛﻢ ﺗﻔﺼﻴﻠﻬﺎ ﺑﺸﻜﻞ ﻣﻨﻈﻢ .وﺑﻌﺪ ذﻟﻚ ﻗﺎم اﻟﺒﺎﺣﺚ ﺑﺘﺒﻴﻴﻦ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت ﻣﻌﺘﻤﺪا
ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻈﺮﻳﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﻢ ﺗﻄﻮﻳﺮﻫﺎ ﻟﺪى ﺧﺒﺮاء اﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ،وﺑﺨﺎﺻﺔ ﻧﻈﺮﻳﺎت ﻣﺘﺼﻠﺔ ﺑﺎﻹدارة اﻟﺘﺮﺑﻮﻳﺔ .واﻋﺘﻤﺪ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻓﻲ اﺧﺘﺒﺎر ﻓﺮﺿﻴﺔ ﺑﺤﺜﻪ ﻋﻠﻰ اﻹﺣﺼﺎء اﻟﺘﺮاﺑﻄﻲ اﻟﺒﺴﻴﻂ اﻟﺠﺰﺋﻲ واﻟﺘﺮاﺑﻂ اﻟﻤﺰدوج .وﺗﻮﺻﻞ اﻟﺒﺤﺚ إﻟﻰ ﻧﺘﺎﺋﺞ وﻫﻲ أوﻻ أﻧﻪ ﺛﻤﺔ ﻋﻼﻗﺔ إﻳﺠﺎﺑﻴﺔ ﺑﻴﻦ إدارة اﻷﻳﺴﻮ وأﻫﻠﻴﺔ ﻣﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ،وﻫﺬﻩ اﻟﻌﻼﻗﺔ ﻣﺘﻤﺜﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﺴﺎوي ﻣﺘﻐﻴﺮ = Y 0,292 + 908،118ﻟﻤﺘﻐﻴﺮ 1Хوﻣﻌﺎﻣﻞ اﻟﻌﻼﻗﺔ ﻣﻘﺪارﻫﺎ .987 ،0
وﺛﺎﻧﻴﺎ أﻧﻪ ﺛﻤﺔ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻹﻳﺠﺎﺑﻴﺔ ﺑﻴﻦ اﻟﻤﻮﻗﻒ اﻹداري ﻟﻤﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻓﻲ
اﻹدارة وإدارة اﻷﻳﺴﻮ اﻟﻤﺘﻤﺜﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﺴﺎوي X2 983،0+ - 8.422 = Yx1وﻣﻌﺎﻣﻞ اﻟﻌﻼﻗﺔ ﻣﻘﺪارﻫﺎ .987،0 ﺛﺎﻟﺜﺎ أﻧﻪ ﺛﻤﺔ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻹﻳﺠﺎﺑﻴﺔ ﺑﻴﻦ ﻧﻈﺎم إدارة اﻷﻳﺴﻮ واﻟﻤﻮﻗﻒ اﻹداري ﻟﻤﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ اﻟﻤﺘﻤﺜﻞ ﻓﻲ ﺗﺴﺎوي ﺣﺴﺎب ﻣﺘﻐﻴﺮ 1Х 990،0 + 953،11 = Y وﻣﻌﺎﻣﻞ ﺣﺘﻤﻴﺔ ﻣﻘﺪارﻫﺎ .974،0
راﺑﻌﺎ أﻧﻪ ﺛﻤﺔ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻟﺪاﻟﺔ إﺣﺼﺎﺋﻴﺎ ﺑﻴﻦ ﺗﻄﺒﻴﻖ إدارة اﻷﻳﺴﻮ واﻟﻤﻮﻗﻒ اﻹداري ﻓﻲ
إدارة اﻷﻳﺴﻮ ﻋﻼﻗﺔ ﻣﺸﺘﺮﻛﺔ ﺑﺄﻫﻠﻴﺔ ﻣﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ اﻟﻤﺘﻤﺜﻠﺔ ﻓﻲ ﺗﺴﺎوي ﻣﺘﻐﻴﺮ = Y 2Х 059،1 – 1Х 350،1 + 713،131وﻣﻌﺎﻣﻞ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻟﻤﺰدوﺟﺔ اﻟﻤﺴﺎوﻳﺔ
.571 ،0
وﻧﺘﺎﺋﺞ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻧﺎﻓﻌﺔ ﻟﻤﺪرس اﻟﻌﻠﻮم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻟﻴﻜﻮن ﻣﺪرﺳﺎ ﻣﺆﻫﻼ ﻣﺘﻤﻜﻨﺎ ﻣﻦ
ﺗﺮﻗﻴﺔ ﺟﻮدة اﻟﺘﺮﺑﻴﺔ واﻟﺘﻌﻠﻴﻢ .واﷲ أﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮاب.
\ Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
xi
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
KATA PENGANTAR
uji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya dengan izin dan ridla-Nya, proses penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, shahabat dan keluarganya serta para umat yang mengikuti jejaknya. Penulisan tesis ini berjudul Manajemen ISO 9001:2000, Sikap dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta)”, merupakan salah satu tugas akademik penulis dalam menyelesaikan studi Program Strata dua (S2) di Universitas Negeri Islam (UIN) Syarih Hidayatullah Jakarta. Substansi dari temuan penelitian ini membuktikan bahwa Manajemen ISO 9001:2000 dan sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam terhadap manajemen ISO dapat memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sehingga berimplikasi dalam pembelajaran yang dapat memberikan kepuasan pada pelanggan. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak yang telah ikut mendukung baik secara moral, pengayaan gagasan serta metodologi penelitiannya. Oleh karena itu penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: Pertama, pejabat Kementerian Agama RI, dengan seluruh jajarannya, terutama Dr. H. Imam Tholkhah, MA selaku Direktur Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program beasiswa S2 PAI, dengan segala fasilitas pendukungnya, Kedua, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister (S2) di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, begitu pula Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, Direktur pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh pengelola lembaga ini terutama Prof.Dr. Suwito, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Dr. Yusuf Rahman, MA yang telah memberikan arahan, bimbingan dan penguatan metodologis bagi penyempurnaan tesis ini, Ketiga, Muhammad
P
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
xii
xiii
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Zuhdi, M.Ed. Ph D. selaku pembimbing penulisan tesis ini yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan arahan kepada penulis, hingga selesainya penulis tesis ini. Keempat, Kepala SMAN/SMKN DKI Jakarta, yang telah memberlakukan manajemen ISO beserta para guru Pendidikan Agama Islam sebagai obyek penelitian, yang telah membantu penyelesaian penelitian.Keenam, Ibunda tercinta Khairiah Alfian dan Ayahanda M.Syafe’i, yang merestui, mendoakan penulis, kakak dan adik semua yang telah mendukung dan mendoakan penulis, sehingga penulis berhasil dalam studi di Pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Begitu pula kepada bapak H. Dudu Dmyati dan Ibu Hj. Maisyuroh, selaku mertua penulis dan Nursahidah, isteri tercinta dan tersayang, beserta tiga buah hati tersayang (Shella Ferisa Alfian, Shendi Nuria Feriansyah dan Febrisha Tri Marchziani dan Wahid Hasyim selaku mantu), yang senantiasa memberikan dorongan dan doa demi keberhasilan penulis dalam menempuh studi. Ketujuh, Teman seperjuangan dan siapapun juga yang telah memberikan dorongan dan doa restu kepada penulis, sehingga selesainya karya tulis ini. Akhirnya, hanya kepada Allahlah penulis panjatkan doa semoga segala bantuan, dorongan maupun arahan serta bimbingan dari beliau-beliau di atas diterima oleh Allah SWT sebagai amal shalih, dan diberi pahala di sisi-Nya. Kemudian penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan tesis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam SMAN/SMKN khususnya di DKI Jakarta di masa yang datang setelah memahami manajemen ISO. Amin Ya Robbal Alamin. Jakarta, ............................................ Penulis Azwan Feri S
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................... iv SINGKATAN YANG DIGUNAKAN........................................... v ABSTRAK ................................................................................ vi ABSTRACT..................................... .Error! Bookmark not defined. ﻣﻠﺧص اﻟﺑﺣث...................................... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ............................................................... xii DAFTAR ISI ........................................................................... xiv DAFTAR TABEL.................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN ......................................................... 1 A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 Permasalahan ............................................................................ 20 Penelitian Yang Relevan .......................................................... 23 Metodologi Penelitian .............................................................. 25 Variabel dan desain penelitian................................................ 26 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................ 34 Sistematika Pembahasan.......................................................... 35
BAB II : KONSEP SISTEM MANAJEMEN ISO, SIKAP ROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM .... 37 A. B. C. D.
Manajemen ISO Sebagai Sistem Penjamin Mutu .................. 37 Tuntutan Manajemen ISO Bagi Sekolah ................................ 49 Penterapan Manajemen ISO 9001:2000 Di SMAN/SMKN . 63 Kontribusi Manajemen ISO Terhadap Sikap Guru dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam.................... 84
BAB III : HUBUNGAN SISTEM MANAJEMEN ISO DAN SIKAP GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM .................................................................... 114 A. B. C. D. E. F. G.
Deskripsi Data ........................................................................ 115 Pengujian Persyaratan dan Pengujian Hipotesis. ................. 124 Uji Hipotesis ........................................................................... 129 Uji Hipotesis 1 ....................................................................... 130 Uji Hipotesis 2 ....................................................................... 133 Hipotesis 3 .............................................................................. 136 Hipotesis 4 .............................................................................. 138
BAB IV: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................... 142 Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
xiv
xv
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. B. C. D.
E. F.
Korelasi Manajemen ISO dengan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam ....................................................... 143 Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Manajemen ISO. ...................... 146 Korelasi Sistem Manajemen ISO, Terhadap Sikap Manajerial Guru PAI ................................................................................. 150 Korelasi Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. ................. 152 Model Hasil Penelitian ........................................................... 156 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 158
BAB V : PENUTUP ............................................................... 160 A. B.
Kesimpulan ............................................................................. 160 Implikasi .................................................................................. 161
LAMPIRAN ........................................................................... 163 HASIL WAWANCARA .......................................................... 257 DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 259 DAFTAR INDEKS ................................................................. 267 GLOSARIUMS ...................................................................... 271 DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................. 275
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1. KISI-KISI INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 ..............................................31 TABEL 3.2KISI-KISI INSTRUMEN SIKAP MANAJERIAL GURU PADA MANAJEMEN ISO ..........................33 TABEL 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ..................33 TABEL 4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL HASIL MANAJEMEN ISO. ................................... 117 TABEL 4.2. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL SIKAP GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (X2) ................................................................................ 119 TABEL 4.3. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Y) .............................................. 121 TABEL 4.4. STATISTICS .......................................................... 122 TABEL 4.5 REKAPITULASI HASIL ANALISIS PENGUJIAN NORMALITAS SETIAP VARIABEL PENELITIAN ................................................................................ 126 TABEL 4.6 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2. .......................................................................... 128 TABEL 4.7 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X2 ATAS X1 DANY ............................................................... 128 TABEL 4.8 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2 DAN Y .............................................................. 129 TABEL 4.9 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ............ 130 TABEL 4.10 UJI REGRESI LINIER ANOVA (B) ....................... 132 TABEL 4.11 REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) ................ 133 TABEL 4.12 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ............ 134 TABEL.4.13 HIPOTESIS REGRESI LINIER ANOVA (B) ......... 135 TABEL. 4.14 REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) ................ 135
xvii
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL 4.15 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ............136 TABEL 4.16 Hipotesis Regresi linier ANOVA (b) .......................137 TABEL 4.18 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ............138 TABEL4.19 Hipotesis Regresi linier ANOVA (b) ........................140 TABEL.4.20 UJI REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) ..........141 TABEL 4.21 INSTRUMEN MANAJEMEN MUTU ISO 9001:200 ......................................................................................................164 TABEL 4.19 INSTRUMEN SIKAP ..............................................169 TABEL 4.20 INSTRUMEN PROFESIONALISME GURU PAIS 174
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
D
alam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen yang handal dan tenaga pendidik yang profesional. Penerapan manajemen ISO pada lembaga pendidikan, diharapkan mampu bersaing di dunia Internasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VIII Standar Pengelolaan Bagian Ketiga Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah pasal 61 ayat (1) Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.1 Kebijakan Pemerintah tersebut ditetapkan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, peranan pendidikan dan manajemen harus sejalan dengan semakin besarnya tantangan yang dihadapi setiap sekolah di era globalisasi. Hal ini sejalan dengan pandangan Azyumardi Azra tentang makna pendidikan. Menurutnya pendidikan adalah suatu prosesi belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus menerus 1
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Biro Hukum dan Organsasi Departemen Pendidkan Nasional, 2005).
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat. Pendidikan merupakan proses yang komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan untuk mempersiapkan mereka agar mampu mengatasi segala tantangan.2 Selain itu, prioritas kegiatan Pendidikan Islam hendaklah diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran Islam yang luas, menyeluruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan zaman.3 Tujuan Pendidikan Islam sebagaimana dikatakan Abuddin Nata adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk keperluan hidup di dunia dan pemberian bekal nilai-nilai akhlak, membina hati dan rohaninya sehingga dapat menjadi hamba Allah yang baik dan berbahagia di akherat.4 Oleh karena itu, melalui pendidikan manusia akan dapat berbudaya, sehingga mampu akan memenuhi tugasnya sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing dalam kehidupan berbangsa. Kemajuan dan kejaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangu\nan di bidang pendidikan. Pelaksanaan sistem pendidikan juga memerlukan kebijakan untuk perubahan atau peningkatan mutu di perlukan alat kebijakan yang langsung bersentuhan dengan keperluan peningkatan mutu sekolah, karena di dalamnya berkenaan dengan proses administrasi dan pembelajaran. Mutu pendidikan sebuah negara biasanya dijadikan sebagai tolak ukur bagi kemajuan suatu negara. Apabila mutu pendidikannya baik, maka berarti negara itu siap bersaing dengan dunia global. Sebaliknya mutu pendidikan rendah, menunjukkan bahwa negara tersebut berarti akan terpuruk dan makin tersingkirkan dari persaingan dunia global. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan manusia dan perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan kekayaan suatu bangsa yang paling berharga dengan pendidikan maka derajat dan martabat suatu bangsa terangkat. 2
Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: logos Wacana Ilmu, 1998), 4. 3 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007). 165. 4 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Studi Pemikiran Tasawuf Al Ghazali, Cetakan 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 21.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
2
3
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Komponenkomponen pendidikan itu antara lain: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses pembelajaran, pendidik, anak didik, manajemen pengelolaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, lingkungan dan lain sebagainya. Adanya perembangan zaman dan perubahan yang begitu cepat terjadi di masyarakat (era globalisasi) maka paradigma pendidikan pun mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan itu sendiri.5 Apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar seluruh komponen pendidikan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, tentu mutu dari pada pendidikan tersebut dengan sendirinya akan meningkat. Dari seluruh komponen pendidikan yang ada, maka gurulah komponen yang paling utama. Jika guru memilki kualitas yang baik, maka pendidikan akan baik pula. Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dalam bidang pendidikan harus berperan aktif dan dapat menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan zaman di era globalisasi. Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan diharapkan dapat melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Karena itu guru tentunya bertanggungjawab untuk menjadikan para anak didiknya ke arah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Guru tidaklah semata-mata sebagai tenaga pengajar yang hanya mentransfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang dapat memberikan arahan dalam belajar.Karena tugas seorang guru adalah mengajar dan sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru tidak bisa ditawar-tawar. Keteladanan merupakan sikap yang paling pondamen bagi seorang guru, karena dengan keteladanan bagaikan anak panah yang langsung mengenai sasaran. Keteladanan menjadi senjata ampuh yang tidak bisa dilawan 5
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), 16-25.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dengan kebohongan, rekayasa dan tipu daya.6 Guru yang baik adalah guru yang mampu menghidupkan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya. Kemampuan ini harus dikembangkan, harus ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Untuk ini guru harus menyisihkan waktu untuk mencernakan pengalamannya sehari-hari dan memperluas pengetahuaanya secara terus-menerus.7 Guru apabila mempunyai nilai kerja yang baik akan berdampak meningkatkan mutu sekolah karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung dengan para siswa melalui proses belajar mengajar. Sebaliknya bila seorang guru tidak memiki kemampuan dalam memahami manjemen, maka akan berdampak pula terhadap peningkatan mutu bahkan lembaga pendidikan yang bersangkutan akan lebih terpuruk yang akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa. Untuk memenuhi kelancaran terselenggaranya setiap kegiatan pada lembaga yang berbasis pada sistem manajemen mutu, maka lembaga tersebut hendaknya menyediakan sumber daya manusia yang cukup dan informasi yang jelas. Karena itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya mendapat perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan secara sistimatik dan terinci. Sistem manajemen mutu, ISO 9001:2000 mendefinisikan ”mutu” dalam nalar industri, yakni untuk kepuasan pelanggan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hakikat mutu dalam terminologi pendidikan, yang lebih substansial dan kultural. Mutu dalam pendidikan berbicara mengenai pembentukan karakter, pemahaman akan kehidupan, relasi sosial, dan pandangan dunia anak didik.8 Mutu, khususnya dalam konteks Total Quality Management (TQM) adalah hal yang berbeda. Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Total Quality Management (TQM) dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Esensi TQM adalah perubahan budaya (change of 6
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kratif dan Inovatif (Jogjakarta: Diva Press, 2009), 79. 7 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, 146. 8 Darmaningtyas, Pro Pendidikan Murah: Kasta dan ISO di Sekolah, http://darmaningtyas.blogspot.com/2010/06/kasta-dan-iso-di-sekolah.html. Diakses tanggal 3/12/2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
4
5
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
culture). Dampak-dampak TQM hanya akan dicapai jika semua pelakunya merasa perlu untuk terlibat.9 Peningkatan mutu pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan dari sumber daya manusia, harus dilakukan secara terancana, terarah, dan intensif, sehingga mampu menyiapkan bangsa Indonesia memasuki era globalisasi yang sarat dengan persahingan. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat dicapai, jika sekolah dengan berbagai keragamannya diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didiknya10. Menurut Deming bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Ada lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan, yaitu:11 Pertama, kurang konstannya tujuan. Kedua, pola pikir jangka pendek. Perubahan penekanan menuju sebuah visi jangka panjang dan pengembangan kultur perbaikan adalah sesuatu yang ia sangat anjurkan. Para ahli pendidikan yang sering menghadapi banyak perubahan arah dalam beberapa tahun akan merasa sangat akrab dengan penekanan terhadap perlunya strategi logis jangka panjang. Ketiga, berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan. Keempat, adalah rotasi kerja terlalu tiggi. Sekolah-sekolah yang mengalami tingginya tingkat pergantian guru mustahil mempertahankan konsistensi tujuan jangka panjang. Kelima, manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak. Sekolah-sekolah yang hanya berorientasi pada daftar hasil ujian, maka mereka juga akan merasakan bahaya yang sama. Sikap kerja guru juga dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan manajemen. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalahmasalah yang timbul pada suatu lembaga pendidikan. Kelemahan sistem pendidikan yang ada adalah karena lemahnya dalam manajemen pendidikan baik pada level makro, meso maupun mikro.12 Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas di negeri ini menghadapi 9
Edwar Sallis, Total Quality Management In Education , Ahmad Ali Riyadi (Terj.) (Jogjakarta: Ircisod, 2008), 33-34. 10 Departemn Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta, 2000), 47 11 Edwar Sallis, Total Quality Management In Education, 97-98. 12 Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama), 225.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
banyak kendala: Pertama, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah karena terlalu kuatnyadominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro penyelenggara pendidikan. Kedua, penggunaan sumber daya tidak optomal dan tidak efisien dikarenakan rendahnya anggaran pendidikan dan sistem pengelolaan anggaran yang terpusat. Ketiga, partisipasi masyarakat yang masih rendah padahal secara historis peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan di Indonesia sangat besar. Keempat, sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti perubahan politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat.13 Dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan sekolah hendaknya proaktif untuk mewujudkan sasaran mutu yang telah disepakati bersama antara pihak sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat peduli pendidikan sehingga terwujud apa yang diharapkan oleh para pelanggan. A.Malik Fadjar menyatakan bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia banyak kendala yang menghadang tidak hanya aspek internal melainkan benturan kebudayaan (clash of civilization). Sekurang-kurangnya ada tiga tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pertama, mempertahankan hasil yang telah dicapai. Kedua, mengantisipasi era globalisasi. Ketiga, melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.14 Pada pelaksanaan pendidikan secara formal umumnya memperoleh kritik dalam tiga hal, yaitu 1) biaya yang mahal, hal ini terkait dengan pelaksanaan program pendidikan formal waktu belajar yang lama dan terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, persyaratan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya yang profesional, dan penggunaan sumber daya secara intensif, 2) kurangnya relevansi dengan kebutuhan masyarakat, ini disebabkan oleh kurikulum yang lebih bersifat akademis, menyamaratakan peserta didik, lebih berorientasi pada kelembagaan tingkat atas dan cendrung terpisah dari kehidupan masyarakat sekitar, 3) rendahnya fleksibilitas pendi13
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 31-33. 14 A. Malik Fadjar, Holistik Pemikiran Pendidikan, Ahmad Barizi ed, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 64.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
6
7
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dikan formal, ini disebabkan bentuk dan isi programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-lebihan terhadap ominasi sekolah dan pengaruh pendidik dalam hal ini para guru, serta pengawasan yang seragam secara nasional.15 Mutu dapat juga digunakan sebagai suatu konsep yang relative artinya bahwa mutu bukan suatu atribut produk atau layanan, tetapi suatu yang dianggap bersal dari produk atau layanan tersebut.16 Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian) kematangan emosional, dan moral serta spritual.17 Guru memilki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak dalam melaksnakan program-program pendidikan di lembaga pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman: Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.18 pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, sertifikasi guru, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen.19 Mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun 15
Djudju Sudjana, Pendidikan Nonformal, (Bandung, PT. Imperial Bhakti Utama), 25. 16 Edward Sallis, Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Pendidikan, 53. 17 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 40. 18 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1989), 123. 19 Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 124.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
sebagian lainnya masih memprihatinkan. Sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata antara lain adalah: Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan Pendidikan Nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan pendidikan selama ini sangat minim.20 Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang dan pengembangan staf yang tidak memadai.21 Di sisi lain, sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah pahaman. Kegagalan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota individu staf yang yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.22 Mengelola sebuah lembaga pendidikan merupakan amanah kehidupan, yang harus dijalankan secara benar, terencana, terprogram, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan, dengan segala perangkat penata untuk memfasilitasi terselenggarannya interaksi eduktif antara siswa denga guru pada dasarnya berintikan 20
Departemen Pendidikan Nasioanal, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal, 2000), 3-4. 21 Edwar Sallis, Total Quality Management In Education, 103-104. 22 Edwar Sallis, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan, Ahmad Ali Riyadi (Terj.) (Jogjakarta: Ircisod, 2008), 103-104.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
8
9
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
proses pelaksanaan berbagai aktifitas yang syarat dengan penyelenggaraan fungsi manajemen. Agar proses tersebut terselenggara dengan baik maka diperluka suatu System Manajemen Mutu yang memenuhi Criteria atau persyaratan, terprogram dengan sasaran mutu yang smart (Specific, Meansurable, Reasonable, Time Bound). 23 Walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tampaknya belum dapat menunjukkan hasil yang optimal, atau bahkan permasalahan yang terkait dengan pendidikan cenderung meningkat. Karena itulah Britis Standards Institution (BSI) maupun International Standards Organization (ISO).24 dipandang sebagai alat untuk dapat mendorong tercapainya peningkatan mutu pendidikan secarara signifikan. Menurut Tilaar, kerisis pendidikan yang dihadapi Indonesia dewasa ini berkisar pada kerisis manajemen. Manajemen pendidikan dirumuskan secara sederhana sebagai mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.25 Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendekatan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan system informasi yang presntatif dan vailid. Perubahan sikap peserta didik merupakan salah satu sasaran yang terpen23
Diding Wahyudin, Peningkatan Mutu Pendidikan Dki Jakarta Melalui Implementasi Sistim Manajemen Mutu ISO 9001:2000 For Education, http://didingwk.wordpress.com/2009/03/05/peningkatan-mutu-pendidkan-dkijakarta-melalui-penerapan-iso/ di akses Minggu, 10/4/2011. 24 Sekalian sebelum tahun 1989, ISO ini belum menunjukkan ketertarikan terhadap dunia pendidikan.Mayoritas perusahaan yang terdaftar pada standar BS5775 adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk. Namun sekarang telah banyak Perguruan Tinggi dan sekolah mulai nenerapkan BS57750/ISO9000. Lihat Edwar Sallis, Total Quality Managament In Education Manajemen Mutu Pendidikan, 120. 25 Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, cetakan ketiga ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998).
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
ting dalam konsep pendidikan. Perubahan yang diharapkan tentunya perubahan kepada perbaikan. Dalam konsep pendidikan Islam, perbaikan tersebut diwujudkan dalam figur insan kamil, yaitu sosok manusia berprestasi dalam sisi intelektual dan berbudaya dalam sisi moral. Insaan kamil merupakan gambaran manusia yang memilki kesempurnaan dalam keseimbngan. Ia tidak hanya memilki etika relegius tetapi juga memilki pengetahuan yang tinggi dan luas.26 Pada lembaga pendidikan kepala sekolah adalah pemimpin. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu inti dalam manajemen pendidikan. Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinannya. Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, transparan, cerdas, memahami akan tugas dan kewajibannya, memahami anggotanya, mampu memotivasi dan berbagai sifat yang baik yang terdapat dalam diri seorang pemimpin. Ia harus menyadari bahwa seorang pemimpin itu harus mampu untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan dan nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang membawa suatu kebahagian dunia dan akherat.27 Kepemimpinan adalah manajemen puncak yakni Direktur Badan Usaha pada suatu perusahaan dan pada lembaga pendidikan disebut kepala sekolah sebagai Top Manajer yang harus menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu, memberikan arahan dan target, menciptakan suatu lingkungan yang harmonis dengan melibatkan seluruh staf dan karyawan dalam mencapai sasaran mutu. Berbekal pengalaman banyak negara yang sejak lama telah menaruh perhatian besar terkait dengan sumberdaya manusia antara lain adalah problem pendidikan di Hongkong yang mendorong timbulnya MBS adalah struktur dan proses manajemen yang tidak memadai, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak kurang dijabarkan secara jelas, kurang memadai alat pengukuran prestasi
26
Armai Arief, Reformasi Pendidikan Islam (Jakarta: CRSD Press, 2005),
27
Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan
77-79.
Pendidikan , 236
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
dalam
Ilmu dan Aplikasi
10
11
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
kurangnya kerangka tanggung jawab dan akuntabilitas.28 H.A.R. Tilaar memandang bahwa masyarakat yang maju di masa mendatang adalah masyarakat industri, yaitu masyarakat yang dapat menguasai dan memanfaatkan kemajuan iptek dalam menata dan mengembangkan masyarakatnya. Menurutnya, penguasaan, pengembangan, pemanfaatan iptek merupakan suatu proses pendidikan.29 Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini. Karena pentingnya, pendidikan harus selalu ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di republik ini. Pembaharuan demi pembaharuan selalu diupayakan agar pendidikan benar-benar dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagamana terdapat pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30 Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan pendidikan yang bermutu tinggi, dengan tenaga pengajar yang professional, manajemen yang handal serta sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum berbasis sekolah yang dikembangkan seseuai dengan kondisi sekolah sehingga dapat menjawab tantangan era globalisasi. Pendidikan bermutu tinggi tidak akan lahir begitu saja, tapi harus di minej dengan suatu sistem moderen. Pembaharuan pada dunia pendidikan adalah untuk menjaga agar apa yang dihasilkan dalam pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan dunia kerja, persyaratan bagi pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan harapan para pelanggan serta mampu menghadapi persaingan 28
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2003), 87. 29 H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Cet.VI (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003). 30 Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visi Media, 2008), 5
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
globalisasi dunia internasional. Kehadiran sistem standarisasi tak lepas dari pengaruh globalisasi. Penerapan sistem manajemen ISO dapat membantu suatu lembaga untuk menata diri sehingga mampu mencapai tujuan. Pada lembaga pendidikan penerapan sistem manajemen ISO diharapkan dapat memposisikan diri sebagai institusi yang menganut sistem yang terarah, terpola dan terkendali, kehidupan warga sekolah sangat dinamis dan penuh semangat menjani pekerjaan dengan suasana bersahaya dan ramah. Untuk mempercepat pencapaian mutu pendidikan, pemerintah RI menganjurkan penggunaan manajemen ISO sebagai oprasional pelaksanaan dan pengelolaan administrasi pendidikan di sekolah. Di dalam pelaksanaan manajemen suatu instansi atau lembaga memiliki delapan prinsip manajemen mutu yaitu : 1. Costumer Focus (Perhatian pada pelanggan) 2. Leadership (Kepemimpinan) 3. Involvement of People (Pelibatan orang) 4. Process Approach (Pendekatan system pada manajemen) 5. System Approach to Management (Pendekatan sistem pada manajemen) 6. Continual Improvement (Perbaikan berkelanjutan) 7. Factual Approach to Decision Marking (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) 8. Mutually Beneficial Supplier Relationships (Hubungan pemasok yang saling menguntungkan).31 Delapan prinsip manajemen mutu merupakan metode bagaimana cara memimpin, mengatur dan mengendalikan suatu organisasi atau Badan Usaha dalam hal ini pelaksana pendidikan. Dengan prinsip-prinsip manajemen itu Sistem Manajemen Mutu (SMM) dapat dioperasikan secara konsisten, sistematis dan transparan. Untuk memberikan kepuasan pada pelanggan, baik secara internal maupun eksternal maka proses pendidikan hendaknya menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen mutu secara terus menerus. Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh para penyelenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sistem manajemen kelembagaan persekolahan, yang meliputi: 1). birokrasi pendidikan persekolahan, 2). pembiayaan, 3). 31
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 306.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
12
13
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
reward dan punishment yang jelas, 4). budaya sekolah/akademik, 5). jaringan/jalinan sekolah (NW/WW), 6). teknologi imformasi pendidikan, 7). enterpreneurship kewirausahaan, 8). kemandirian dan 9). marketing. Bahkan transformasi dan inivasi sistem manajemen persekolahan sedapat mumgkin diarahkan pada penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.32 Beberapa SMAN/SMKN di DKI Jakarta yang telah melaksanakan manajemen ISO 9001,33 adalah SMAN 6, 8, 13, 26, 28, 39, 42, 68, 70, 71, 81, 82, dan 99, 112. Secara kwantitatif, implementasi ISO di SMAN/SMKN DKI Jakarta masih minim, hal ini terbukti dari 114 SMA Negeri dan 58 SMK Negeri di DKI Jakarta, baru 15 SMA Negeri dan 12 SMK Negeri di DKI Jakarta yang telah melaksanakan manajemen ISO. Sekolah yang telah memberlakukan manajemen ISO, semua guru, termasuk guru Pendidikan Agama Islam, harus melaksanakan sistem kerja dalam organisasi menjadi standar kerja yang terdokumentasi, bekerja secara efisien, memahami prosudur kerja serta termonitornya kualitas pelayanan. Pusat Standarisasi dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, mengemukakan bahwa manajemen ISO dapat memberi manfaat antara lain: Pertama, mampu membuat sistem kerja dalam organisasi menjadi standar kerja yang terdokumentasi. Kedua, meningkatkan semangat kerja karyawan, karena adanya kejelasan kerja sehingga tercapai efisiensi. Ketiga, dipahaminya berbagai kebijakan dan prosudur operasi yang berlaku di seluruh organisasi. Keempat, meningkatkan pengawasan terhadap pengelo-
32
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 305. 33 Sekolah yang mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yaitu, SMAN 6, SMAN 13, SMAN 39, SMAN 68, SMAN 70, SMAN 81, SMAN 112, SMA Al Azhar 1, SMKN 14, SMKN 20, SMKN 26, SMKN 28, SMKN 58, SMK Jayawisata II, SMK Bunda Kandung, SMK Paramita 1, SMK Paramita 2, SMK Sahid, SMPN 1, SMPN 19, SMPN 49, SMPN 11, SMP Al-Azhar 1, SMP Kafila Islamic Internasional School, SDN Menteng 01, SDN Kebon Jeruk 11, dan SLB Negeri1.Sedangkan tahun lalu, 15 sekolah yang memperoleh sertifikat ISO adalah, SMAN 8, SMAN 26, SMAN 28, SMAN 42, SMAN 71, SMAN 82, SMAN 99, SMAN 42, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 27, SMKN 30, SMKN 32, SMKN 33, dan SMK 57. (kim) lihat harian umum Pelita, Kamis 15 Juli 2010 http://www.hupelita.com/baca.php?id=65845 diakses 15 Juli 2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
laan pekerjaan. Kelima, termonitornya kualitas pelayanan organisasi terhadap mitra kerja.34 Dalam upaya penerapan sistem manajemen ini secara efektif, maka dituntut adanya suatu kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola seluruh proses kerja yang saling berhubungan dan berinteraksi baik secara intern maupun ektern. Selain dari pada itu perlu adanya kemampuan dalam meningkatkan secara terus menerus secara efektifitas dari proses sistem manajemen mutu,sehingga dapat menghasilkan proses yang maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itut perlu adanya suatu program yang berkesinambungan yang perlu didukung oleh semua personel yang terlibat dalam penerapan sistem manajemen ini. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif. Input manajemen yang dimaksud meliputi: 1) tugas yang jelas, 2) rencana yang rinci 4) sistimatis, 5) program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, 6) ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, 7) adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang talah disepakati dapat dicapai. Manajemen ISO merupakan salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme, tranparansi, rasa kebersamaan guna meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat demi kecerdasan dan kemajuan bangsa dan Negara, itulah sebabnya manajemen ISO yang semula digunakan di dunia industri, justru dapat diterapkan di sekolah dengan berbagai upaya penyesuaian. Penterapan manajemen ISO di lembaga pendidikan adalah baik, namun ada beberapa kendala yang sering terjadi petama, tugas pokok guru sebagai pendidik pada proses belajar mengajar yang seharusnya lebih banyak berada bersama siswa, sering terganggu dengan adanya tugas untuk mengisi lembaran prosedur kerja manajemen ISO yang harus dikerjakan dan tambahan aturan serta birokrasi yang hanya berfungsi untuk membuat anggota organisasi 'kelihatan' lebih sibuk. Kedua, adanya prosedur kerja yang telah ditetapkan sebelumnya, muncul permasalahan yang tidak sesuai lagi dengan prosedur yang telah ditetapkan disebabkan situasi dan 34
Pusat Standarisasi dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, Info Mutu, Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan, edisi Desember 2002.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
14
15
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
kondisi yang berbeda sehingga akan terkendala dalam mengambil keputusan. Dalam suatu lembaga pendidikan, manajemen sebagaimana dikemukakan oleh Omar Hamalik35 dan H.A.R. Tilaar36, menempati posisi yang sangat penting, karena melalui manajemen yang pofesional sejumlah hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan akan dirumuskan seperti tujuan, materi, proses belajar mengajar dan evaluasi. Manajemen Pendidikan dipandang salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada, karena kelemahan sistem pendidikan yang ada adalah lemahnya dalam manajemen pendidikan baik pada level makro, meso maupun mikro.37 Guru profesional sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan. Dalam melaksankan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar hasil yang dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pelanggan dalam hal ini khususnya para anak didik maupun orang tua. Guru profesional dituntut memilki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Kode Etik bersal dari dua kata, yaitu kode berarti tulisan (kata-kata, tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud tertentu (untuk telegram dan sebagainya; sedangkan etik, dapat berarti aturan tata susila, sikap atau akhlak.38 Berdasarkan pengetian tersebut, maka kode etik atau akhlak adalah tingkah laku yang memilki ciri sebagai berikut. 35 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 5. 36 H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003) Cet. VI h. 4 Bandingkan dengan Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), cet. III. 37 Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 225. 38 WJS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 514.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Pertama, tingkah laku yang diperbuat itu telah mendarah daging dan menyatu menjadi kepribadian yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Kedua, tingkah laku tersebut sudah dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran lagi. Ketiga, perbuatan yang dilakukan itu timbul atas tekanan dari orang lain. Keempat, perbuatan yang dilakukan itu berada dalam keadaan yang sesungguhnya. Kelima, perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena Allah.39 Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan menacari jalan keluarnya bersama peserta didik.40 Profesionalisme guru dalam melakukan proses mendidik pada lembaga pendidikan Islam atau pendidikan secara umum, menjadi sangat urgen, ia akan mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam pembelajaran dan perkembangan kualitas mutu pendidikan pada era globalisasi. Guru memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Guru membuat keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut.41 Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach ) pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager).42Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas guru bukanlah sekedar memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada anak didik, tetapi guru juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manger of learning), pengarah (director of learning), fasilitator, dan perencana (the
39
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, 136-137. 40 Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 48. 41 Buchari Alma, Guru Profesional Mengasai Metode dan Terampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 132. 42 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, 50.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
16
17
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
planner of future society)43 Oleh karena itu fungsi dan tugas guru dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:44 Petama, sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusunserta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan. Kedua, sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian sempurna seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. Ketiga, sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin , mengenalikan diri sendiri, anak didik dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen bab 1, pasal 1 ayat 4, profesional dirumuskan sebagai berikut:”Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.45 Istilah profesional yaitu orang yang menyandang suatu profesi. Sebagai profesional dia melakukan pekerjaan secara otonom, mengabdikan diri pada masyarakat, penuh rasa tanggung jawab. Profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan, dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melaksankan pekerjaan sesuai dengan profesinya.46 Profesionalisme guru dapat dipengaruhi oleh; sikap, motivasi, disiplin kerja, kecerdasan sosial, kematangan emosional, sumber daya manusia, kesejahtraan, kurikulum serta pemahaman terhadap manajemen pendidikan.
43
Tim Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: PPPAI-PTU, 1984), 149. 44 Rostiyah NK, Masalah-maslah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1982), 86. 45 Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 60-61. 46 Buchari Alma, Guru Profesional Mengasai Metode dan Terampil Mengajar, 134.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Sikap adalah suatu predisposisi atau kecendrungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap alam sekitarnya baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu. Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulis dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.47 Menurut Allport Vaughan dan Hogg, sikap merupakan suatu kesiapan mental yang diatur oleh pengalaman langsung, pengaruh dinamika respon individu-individu terhadap semua obyek dan situasi yang berhubungan dengan obyek tersebut.48 Sikap ini ditujukan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui area nettral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif dan negatif. Tuntutan profesi menghendaki agar guru selalu mengembangkan diri sehingga senantiasa berada dibaris terdepan dalam melaksanakan profesinya. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pada proses belajar dan mengajar. Peranan profesionalisme guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.49 Oleh karena itu profesionalisme guru sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan di sekolah. Adapun ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut: 1. Jabatan guru adalah tugas membimbing, mengajar, dan melatih dan lebih dari sekedar mencari nafkah. 2. Guru harus memilki kompetensi yang ditunjukkan oleh ijazah dari LPTK yang bersangkutan. 47
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 15 48 Graham Vaughan dan Michael Hogg, Introduction to Social Psychology (Sidney: Prentice Hall, 1995), 63. 49 Sucipto & Reflis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 2.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
18
19
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
3. Mengajar mempersyaratkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan. 4. Guru perlu meningkatkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan. 5. Guru harus memiliki kode etik yang disepakati.50 Guru harus mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya hingga pada saat proses kegiatan belajar mengajar peserta didiknya memilki wawasan yang luas sesuai dengan adanya kemajuan zaman. Guru ideal di era globalisasi seperti saat ini tidak hanya bertugas mengajar saja, tetapi ia harus tampil sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, inovator dan dinamisator secara sekaligus dan integral dalam mencerdaskan anak didiknya. Ada empat hal yang harus dijalankan oleh pendidik yang profesional. Pertama, mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku serta kepribadian peserta didik yang diharapkan. Kedua, memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Ketiga, memilih dan menetapkan metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan metode dan teknik pembelajaran ini berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran dan pengelolaan kelas. Keempat, menerapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan untuk dapat menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.51 Ke empat strategi pembelajaran tersebut adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dimilki oleh seorang guru profesional dalam rangka untuk mencapai tuuan proses belajar mengajar yang diharapkan.
50
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 293. 51
Sabda, M, http://tarbiyahSyaifuddin iainantasari.ac.id/artikel_detail.cfm?judul=146, diakses 7/6/2011. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
. B. Permasalahan 1.
Identifikasi Masalah
Uraian pada latar belakang di atas, menunjukkan bahawa banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan profesionalisme guru dalam melaksanakan profesinya. Manajemen ISO merupakan salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme, tranparansi, rasa kebersamaan guna meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat demi kecerdasan dan kemajuan bangsa dan Negara. Dari uraian di atas, terindentifikasi masalah sebagai berikut: Pertama, adakah korelasi Manajemen ISO yang diterapkan di sekolah dengan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Pengujian Normalitas a Pengujian normalitas data variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal b Pengujian normalitas data variabel Sikap Guru Pendidikan Agama Islam. Hipotesisi yang akan diuji adalah : Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal c. Pengujian normalitas data variabel Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hipotesisi yang akan diuji adalah: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji Hipotesis 1.Uji korelasi Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hububgan Uji Regresi H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dengan Profesionalime guru. H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dengan profesionalisme guru PAI. Kedua, bagaimana korelasi antara Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
20
21
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
. Uji Hipotesis 1. Uji korelasi Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Profesionalisme guru pendidikan agama Islam Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara sikap manajerial guru dengan Profesionalime guru PAI. H1 : terjadi hubungn linier antara sikap manajerial guru dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Ketiga, adakah Korelasi antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000. Hipotesis 1. Uji korelasi Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru pendidikan agama Islam. terhadap Manajemen ISO 9001:2000 Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000 H1 : terjadi hubungn linier antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agana islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Keempat, bagaimana Korelasi
Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hipoteis 1.Uji Korelasi Ganda Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan Hi terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi berganda Ŷ = a + bX1+ cX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen iso pais dan sikap guru Terhadap profesionalisme guru guru Pendidikan Agama Islam. H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dan sikap guru Terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.
Kelima, tugas profesi guru Pendidikan Agama Islam adalah mengajar, mendidik, melatih dan menilai/mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar sehingga dapat memuaskan para pelanggan, karena itu dalam melaksanakan tugasnya sudahkah sesuai dengan prosedur kerja yang memiliki standar ISO? 2.
Pembatasan Masalah
Mengingat begitu beragam dan kompleksnya masalah yang terdapat dalam identifikasi masalah di atas, tidak mungkin semuanya akan dikaji dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini akan diabatasi pada: 1. Manajemen yang dimaksud di sini adalah manajemen mutu ISO 9001:2000. 2. Sikap manajerial guru yang diteliti berkaitan dengan kognisi, afeksi dan konasi.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
22
23
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
3. Profesionalisme dalam hal ini meliputi: pertama, kemampuan mental, fisik dan motorik, kedua, kecakapan kerja dan keahlian, ketiga, kinerja standar, keempat, kompetensi dasar Pemilihan masalah tersebut di atas sebagai kajian pokok dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Manajeman ISO 9001:2000 mampu menghasilkan output yang bagus dan merupakan manajemen yang jarang diungkap dalam percaturan dunia pendidikan di Indonesia sehingga belum banyak yang memahami secara detail dan mendalam tentang manajemen ini. 3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan pokok dalam tesis ini adalah: “Bagaimana korelasi antara Manajemen ISO dengan Sikap manajerial Guru dan bagaimana keduanya mempengaruhi profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. C. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang manajemen pendidikan telah banyak dilakukan oleh ahli dan pakar pendidikan di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Satria Bangsawan, dalam karyanya, ia menjelaskan ISO 9001:2000 merupakan program sertifikasi internasional untuk meningkatkan kualitas manajemen dan mutu pelayanan yang berkelanjutan.52 Menurut Mulyono, manfaat yang dapat diambil dari penerapan prinsip manajemen ISO 9001:2000 di lembaga pendidikan adalah: (1) meningkatkan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, (2), terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, (3), terdidiknya pengelola lembaga pendidikan dalam menaati suatu yang telah disepakati, (4), tersusunnya dokumen manajemen mutu.53. Pendekatan sistem manajemen mutu dapat menanalisis persyaratan pelanggan, menetapkan proses yang mampu memberi sumbangan bagi penyelenggara pendidikan kepada para pelanggan dan 52
Satria Bangsawan, Unila Siap ISO 90012000, http://www.unila.asi.id/berita-depan/mm-unila-siapkan-iso 9001-2000.html, diakses 15 Juli 2010. 53 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 308.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
supaya konsisten dalakm menjaga kualitas pendidikan. Karena itu proses kegiatan belajar mengajar harus terkendali. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang mendukung proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa harus dapat memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.54 Masuknya manajemen ISO dalam pendidikan akan memberikan beban administratif yang berlebihan terhadap guru, padahal guru jelas berbeda dengan pegawai lain yang harus mengajar juga melaksanakan tugas administratif. Menurut Omar Hamalik, sekalipun tidak secara eksplisit mengemukakan tentang manajemen ISO, namun tidak menolak adanya penerapan ISO dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat diketahui adanya upaya dilakukan olehnya dengan menguraikan secara kongkrit dan aplikatif terkait dengan pentingnya manajemen bagi berlangsungnya penerapan sebuah kurikulum dalam lembaga pendidikan, agar terlaksana dengan baik.55 Begitu pula Nanang Fatah telah berhasil mengidentifikasikan berbagai hal yang menjadi landasan dalam manjemen pendidikan.56 Subhan Zaini, dalam tesisnya menyimpulkan: 1) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan madrasah yang memiliki kewenangan mengatur (otonomi) dalam berbagai aspek, di antaranya : pengetahuan, teknologi, kekuasaan, material, manusia, waktu dan keuangan. 2) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan salah satu sekolah unggulan di Indonesia, dikarenakan memiliki komitmen terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Iman dan Takwa (IMTAK), di antaranya dalam bidang kelembagaan. 3) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan suatu prototipe madrasah yang sudah melaksanakan
54
Jj. Hasibuan, Dip, Ed, dkk. Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 3 55 Omar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). 56 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004).
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
24
25
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan baik dan profesional.57 Dengan mengkaji beberapa penelitian tersebut di atas, maka penulis setuju bahwa ISO merupakan program sertifikasi internasional untuk meningkatkan kualitas manajemen dan mutu pelayanan yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan dan memberikan gambaran bahwa Manajemen ISO 9001- 2000 dapat memberikan pengaruh terhadap sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai guru. D. Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metodelogi diskriptif, digabung dengan penelitian korelasional (corelational research) yang mencari hubungan satu variable dengan variable yang lain untuk memahami suatu penomena dengan cara menentukan tingkat hubungan diantara variable-variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang menggunakan statistik dengan mencari validitas dan reabilitas istrumen dengan menggunakan tabel ANOVA yaitu untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata.58 Dalam proses pengumpulan data untuk melengkapi penelititan, maka digunakan tehnik angket. Angket adalah alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk kemudian dijawab secara tertulis tertulis pula oleh reponden.59 Pada penelitian ini, angket diberikan pada guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta yang sudah memberlakukan manajemen ISO untuk mencari data korelasi anatara manajemen ISO, sikap manajerial guru pada manajemen terhadap profesiona-
57
Subhan Zaini, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sebagai Upaya Menciptakan Madrasah Unggulan: Studi Kasus MAN Insan Cendikiawan Serpong, Tesis (Jakarta: PPs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). 58 Cornelius Trihendradi, Memecahkan kasus Statistik Deskriptif, Parametrik, dan Non-Prametrik dengan SPSS12 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 106. 59
S. Margono, Metode Penelitian Pedidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
167.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
lisme guru Pendidikan Agama Islam. Pengolahan data menggunakan seri program statistik (SPSS 12). Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan- hubungan antar variable sebagai berikut: 1. Hubungan antara skor variable Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (X1) dengan Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (Y). 2. Hubungan antara skor varibel sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam (X2) dengan manajemen mutu ISO (X1). 3. Hubungan antara skor variabel sitem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan sikap manajerial guru pada manajemen terhadap profesionalisme guru Pendidikan agama Islam. Waktu penelitian mulai tanggal 11 Oktober 2010 sampai dengan 28 Januari 2011. Uji coba instrumen diberikan pada 18 guru Pendidikan Agama Islam untuk menghasilkan item-item pernyataan yang vailid yang layak untuk dipergunakan, sedangkan item pernyataan yang tidak layak tidak dipergunakan. Item-item pernyataan yang vailid kemudian disebarkan pada 62 guru Pendidikan Agama Islam. Penelitian yang dilakukan penulis ini merupakan studi lapangan (field research) yaitu studi berdasarkan fakta yang terjadi dalam obyek penelitian. Meskipun studi lapangan, penelitian ini tetap melakukan kajian pustaka (library research) yang berfungsi sebagai sumber landasan teori, khususnya ketika mengkaji masalahmasalah yang memerlukan wawasan pustaka secukupnya, seperti pembahasan tentang manajemen. E.Variabel dan Desain Penelitian a.
Identifikasi Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu : Manajemen ISO 9000:2001 (X1), Sikap manajerial guru pada manajemen ISO (X2) dan Profesionalisme Guru (Y) dari ketiga variabel tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1. Variabel bebas adalah Manajemen ISO (X1) dan Sikap Manajerial guru PAI (X2) 2. Varibel terikat adalah Profesionalisme Guru (Y). Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
26
27
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
b.
Desain Penelitian
Penelitian ini mengungkapkan fakta melalui pengukuran gejala yang sudah ada pada responden yaitu terhadap variabel Manajemen Mutu (X1), Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Manajemen ISO (X2) dan Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (Y). Teknik analisis korelasional pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut:
X1 Y
X2
Gambar 1
: Model konstelasi Hubungan antara variabel X1, X2 dan Y Keterangan : X1 = Manajemen ISO X2 = Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Manajemen ISO Y = Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penelitian terhadap permasalahan ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Jenis Data Data yang dipilih dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur secara langsung dan dapat
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dihitung.60Data ini dapat diperoleh dengan menggunakan angket dan alat pengolah data yang analisisnya menggunakan rumus statistik. 2. Penentuan Jenis dan Sumber Data a. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data sumber, yaitu sumber primer. Sumber primer pada penelitian ini adalah meliputi sekolah yang menjadi obyek penelitian sebanyak 15 SMA Negeri dan 12 SMK Negeri di DKI Jakarta yang telah melaksanakan manajemen, ISO. b. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.61 Menurut Nazir populasi sebagai kumpulan dengan kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan dan menjadi perhatian dalam ruang dan waktu yang ditentukan.62 Sesuai dengan masalah yang diteliti maka direncanakan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN di DKI Jakarta yang sudah memberlakukan manajemen ISO. Sekolah yang dimaksud yaitu SMAN 6, SMAN 13, SMAN 14, SMAN 39, SMAN 68, SMAN 70, SMAN 81, SMAN 112, SMAN 8, SMAN 26, SMAN 28, SMAN 42, SMAN 71, SMAN 82, SMAN 99. Sedangkan SMK Negeri yaitu SMKN 14, SMKN 20, SMKN 26, SMKN 28, SMKN 58, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 27, SMKN 30, SMKN 32, SMKN 33, dan SMK 57.63 60
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial ( Bandung: Mandar Maju, 1996), 78. 61 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 118. 62 Moh Nazir, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 325 63 Sekolah yang mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yaitu, SMAN 6, SMAN 13, SMAN 39, SMAN 68, SMAN 70, SMAN 81, SMAN 112, SMA Al Azhar 1, SMKN 14, SMKN 20, SMKN 26, SMKN 28, SMKN 58, SMK Jayawisata II, SMK Bunda Kandung, SMK Paramita 1, SMK Paramita 2, SMK Sahid, SMPN 1, SMPN 19, SMPN 49, SMPN 11, SMP Al-Azhar 1, SMP Kafila Islamic Internasional School, SDN Menteng 01, SDN Kebon Jeruk 11, dan SLB Negeri1.Sedangkan tahun lalu, 15 sekolah yang memperoleh sertifikat ISO adalah, SMAN 8, SMAN 26, SMAN 28, SMAN 42, SMAN 71, SMAN 82, SMAN 99, SMAN 42, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 27, SMKN 30, SMKN 32, SMKN 33, dan SMK 57. (kim) lihat harian umum Pelita, Kamis 15 Juli 2010 http://www.hupelita.com/baca.php?id=65845 diakses 15 Juli 2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
28
29
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi. c. Sampel Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang diselidiki.64 Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi sampel yaitu guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN di DKI Jakarta yang telah memberlakukan Manajemen ISO. Dari teori di atas, dalam penelitian tidak ada ketentuan yang pasti mengenai berapa jumlah sampel yang paling ideal untuk mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini jumlah sampel ditetapkan berdasarkan kemampuan dan keterbatasan peneliti yaitu 80 guru pendidikan agama Islam, yang terdiri dari Uji coba instrumen diberikan pada 18 guru pendidikan agama Islam untuk menghasilkan item-item pernyataan yang vailid. Item-item pernyataan yang vailid kemudian disebarkan pada 62 guru Pendidikan Agama Islam. Ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian menurut pendapat Gay bahwa ” metode deskriptif korelasional, minimal sampel 30 subyek”.65 3.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam peneltian ini sebanyak tiga macam instrumen yang digunakan untuk memperoleh data setiap variabel, dengan alat pengumpulan data berupa angket yaitu instrumen Manajemen ISO 9001:2000, instrumen sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam dan instrumen profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Untuk menyusun instrumen penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menjabarkan variabel penelitian dalam dimensi dan indikator-indikatornya. 2. Indikator-indikator tersebut diperoleh dari teori yang mendukung masing-masing variabel. 64
Sugiyono, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Erlangga, 1990),
132. 65
Husen Umar, Riset Sumber Daya Manusia ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), 108.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
3.
Mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan masukan apakah indikator-indikator yang dikembangkan sudah logis dan rasional. Setelah itu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui kesahihan atau validitas dan realibilitas instrumen agar layak digunakan.
Pengembangan alat dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2000. a. Defenisi Konsep. Yang dimaksud dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 adalah sistem manajemen dengan pendekatan kepada kepuasan pelanggan.
b. Definis Operasional. Sistem manajemen ISO 9001:2000 meliputi struktur dan tanggungjawab, penelatihan, komunikasi, dokumentasi sistem manajemen lingkungan, pengendalian dokumen, pengendalian operasional serta persiapan dan tanggap darurat. Sistem manajemen ISO 9001:2000 dalam pendekatan proses, pendekatan sistem manajemen, penyempurnaan berkelanjutan, pendekatan faktual pada pengambilan keputusan dan hubungan dengfan pemasok yang saling menguntungkan. 4.
Kisi-Kisi Instrumen
1. Kisi-kisi instrumen Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi instrumen untuk mengukur Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala Likert, yang terdiri dari 35 item.
a) Variabel Sikap Managerial Guru Pendidikan Agama Islam. i. Definisi Konsep Sikap adalah derajat kepositifan seseorang terhadap suatu objek, yang bersama-sama dengan variabel situasional dan disposisional yang lain, Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
30
31
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
menentukan perilaku seseorang terhadap objek tersebut.
ii.
Definis Operasional Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas seseorang bersama-sama dengan faktor yang terdapat didalam diri seseorang pada situasi dan kondisi tertentu. Sikap Managerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Penelitian ini berdemensikognisi, afeksi dan konasi.
b) Variabel Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. i. Definisi Konsep. Yang dimaksud profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
ii.
Definisi Operasional. Profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
TABEL 3.1. KISI-KISI INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 TERHADAP PROFESIONALISME GURU PAI Indikator No
1.
Dimensi Fokus pada pelanggan
No Butir Soal ∑
Tanggung Jawab
Struktur
+
-
3
2
1,2,3
4
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
4
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
2.
Kepemimpinan
3
2
5,6,7
8
4
3.
Keterlibatan personel
3
2
9,10,11,1
13
5
4.
Pendekatan proses
3
2
14,15,16,
17
4
5.
Pendekatan sistem pada manajemen
3
2
18,19, 20
21
4
6.
Penyempurnaan berkelanjutan
3
2
22,23,24,25,
26
5
7.
Pendekatan faktual pada pengambilan keputusan
3
2
27,28, 29,
330
4
8.
Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan
3
2 31,32,33,34,
35
Jumlah
5
35
Kisi-kisi Instrumen Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen ISO Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi instrumen untuk mengukur Sikap Manajerial Guru pada Manajemen ISO. Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala Likert Yang terdiri dari 41 item.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
32
33
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL. 3.2 KISI-KISI INSTRUMEN SIKAP MANAJERIAL GURU PADA MANAJEMEN ISO Indikator No
Dimensi
No butir soal
Mengukur
Meningkatkan Hasil
Mengana lisa
∑ -
1
Kognisi
5
5
5
1,2,3,5,6,7,8, 10,11,12,13
4 9 14
2
Afeksi
5
5
5
15,16,1719, 20,2123,24,2
18 22 26
3
Konasi
5
5
5
27,28, 29,30, 32,33,34,35, 37,38,39,40
31 36 41
12
15
41
Jumlah
5.
Kisi-kisi Instrumen Profesionalisme Agama Islam.
Guru Pendidikan
Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi instrumen untuk mengukur Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala likert, yang terdiri dari 42 item. TABEL 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM No. Butir Soal No
Dimensi
∑
Indikator +
Kemampuan 1
14
-
Kemampuan mental
1,2,
3
Kemampuan fisik
4
5
Kemampuan motorik
6,7, 8,
9
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
9
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Kecakapan
Pengetahuan kerja
10,11,12
-
Sertifikasi keahlian
13, 14,
15
Identifikasi tugas
16,17,18
19
Kewajiban
20,21,22,
23
Jenis pekerjaan
24,25,26,
27
Kompetensi Paedagogik
28,29,30
31
Kompetensi Kepridian
32,33,34
35
Kompetensi Sosial
36,37,38
-
Kompetensi Profesional
39,40,41
42
2
6
Kinerja Standar 3
Kompetensi dasar
112
15
4
Jumlah
42
F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa serta membuktikan hipotesis tentang : 1) Hubungan antara manajemen ISO dengan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. 2) Hubungan antara sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam terhadap manajemn ISO. 3) Hubungan antara manajemen ISO dan sikap manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada manajemen ISO secara bersama-sama terhadap profesionalisme Guru Pedidikan Agama Islam. 2.
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Khususnya bidang manajemen pendidikan. Manfaat tersebut antara lain: Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
34
35
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1) Memberikan masukan pada pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan DKI Jakarta tentang pentingnya manajemen ISO dalam meningkatkan mutu pendidikan 2) Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang manajemen ISO dapat menjadikan guru profesional. 3) Memberikan masukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dan para pembaca tentang pentingnya manajemen ISO dalam peningkatan guru profesional. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan yang konstruktif bagi lembaga-lembaga pendidikan yang berafiliasi kepada Kementrian Pendidikan Nasional maupun Kementrian Agama untuk mengembangkan program pendidikan menjadi lebih baik supaya berdaya guna bagi kemajuan bangsa melalui perubahan dan perbaikan manajemen. Juga kepada guru Pendidikan Agama Islam agar dalam melaksanakan tugas profesinya menjadi guru yang profesional, yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan profesiona baik yang bersifat pribadi, sosial mapun akademis. Di samping itu, penelitian ini memberikan sumbangan kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, juga Departemen Agama. Studi ini tidak hanya sebagai sarana sosialisasi Manajemen ISO 9001–2000 yang diterapkan dalam dunia pendidikan, karena masih banyak yang belum memahami apalagi menguasai secara mendalam tentang Manajemen ISO 9001 - 2000. G. Sistematika Pembahasan Dalam tesis ini, sengaja penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab. Namun antara bab satu dengan bab berikutnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pada Bab pertama, dikemukakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran bagi keseluruhan tesis ini yang meliputi: Latar Belakang Masalah, permasalahan, Penelitian Terdahulu Yang Relevan, Metode Penelitian, Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian dan sistematika Pembahasan. Bab dua, membahas konsep sistem manajemen ISO, sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam, yang meliputi: Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
manajemen ISO sebagai sistem penjamin mutu, tuntutan manajemen ISO bagi sekolah, penerapan manajemen ISO 9001:2000 di SMAN/SMKN DKI Jakarta, kontribusi manajemen ISO terhadap sikap dan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam. Bab tiga, sistem manajemen ISO, sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam, deskripsi data hasil penelitian variabel sistem manejemen ISO variabel sikap guru pendidikan agama Islam terhadap ISO. variabel profesionalisme guru pendidikan agama Islam, hasil pengujian hipotesis sistem manajemen ISO, sikap manajerial guru terhadap ISO, profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Bab empat mengemukakan pembahasan hasil penelitian, korelasi sistem manajemen ISO dengan profesionalisme guru. korelasi sikap manajerial guru pendidikan agama Islam terhadap sistem manajemen ISO, korelasi sistem manajemen ISO, sikap manajerial guru terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam dan keterbatasan penelitian. Bab kelima merupakan bab terakhir atau penutup yang memuat kesimpulan dan implikasi penelitian yang berasal dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam rangka menjawab masalah pokok yang telah dirumuskan.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
36
BAB II KONSEP SISTEM MANAJEMEN ISO, SIKAP ROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Manajemen ISO Sebagai Sistem Penjamin Mutu 1.
Pengertian Manajemen ISO
Manajemen pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada, karena kelemahan sistem pendidikan yang ada adalah lemahnya dalam manajemen pendidikan baik dalam level makro, meso maupun mikro. Manajemen pendidikan merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan1 Manajemen adalah proses mengkordinasi dari berbagan aktivitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain.2 ISO (International Organization Standardization) yaitu Organisasi International untuk standarisasi, agensi International yang mengkhususkan dirinya dalam hal standarisasi yang dibentuk oleh badan-badan standar nasional.3 Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan misalnya, sejak beberapa tahun terakhir telah mencanangkan adanya satu identitas bagi sekolah-sekolah menengah kejuruan di seluruh Indonesia. Identitas yang dimaksud adalah sebagai sekolah bertaraf nasional atau bertaraf internasional. Salah satu ciri sekolah bertaraf nasional atau internasional adalah diterapkannya prinsip-prinsip manajemen ISO 9001:2000 di dalamnya.4 Sistem manajemen ISO 9001:2000 meliputi struktur dan tanggung jawab, pelatihan, komunikasi, dokumentasi sistem manajemen lingkungan, pengendalian dokumen, pengendalian operasional serta persiapan dan tanggap darurat. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem manajemen dengan 1
Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama), 225. 2 Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. Manajemen (Jakarta: 2007), 97. 3 Syahu Sugian O, Kamus Manajemen (Mutu) (Jakarta: Gremedia Pustaka Utama, 2006), 112. 4 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Arruzz Media, 2009), 305.
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pendekatan kepada kepuasan pelanggan. Pelanggan pada sistem manajemen mutu adalah pelanggan internal, pelanggan eksternal, pihak yang berkepentingan (interested parties). Standar sistem manajemen mutu ISO-9001 bertujuan untuk menjamin konsistensi organisasi dalam menghasilkan produk yang bermutu yang dapat memuaskan pelanggannya. Untuk tujuan tersebut, ISO-9001 berisi persyaratan-persyaratan bagaimana organisasi harus mengendalikan berbagai proses yang dapat mempengaruhi mutu, baik langsung maupun maupun tidak langsung. Persyaratan tersebut pada dasarnya adalah saduran dari praktek-praktes bisnis yang sudah diakui oleh dunia industri efektif dalam upaya penjaminan mutu. ISO-9001 juga memberikan persyaratan lain yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja secara berkelanjutan seperti penetapan sasaran mutu, analisa data (termasuk tingkat kepuasan pelanggan) dan audit internal. Persyaratan-persyaratan lain dalam standar sistem manajemen mutu ISO-9001 juga membawa manfaat masing masing. Persyaratan tentang tinajaun manajemen akan membuat pihak majemen mendapatkan informasi terbaru dengan mudah tentang kinerja organisasi secara keseluruhan. Persyaratan tentang dokumentasi akan membuat organisasi dapat mengendalikan dokumen-dokumen dengan lebih rapih dan membuat pengaturan pengaturan yang baku (bukan berarti tidak fleksibel). Persyaratan tentang kompetensi dan pelatihan akan membuat organisasi mempunyai sumber daya manusia yang handal yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi.5 Fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan. Fungsi perencanaan yang mencakup mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi, dan menyusun bagian-bagian rencana untuk mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. Fungsi pengorganisasian adalah fungsi yang mencakup menentukan apa yang perlu dilakukan, bagaimana cara melakukan dan siapa yang harus melakukannya. Fungsi kepemimpinan mencakup mengarahkan dan memotivasi seluruh pihak yang terlibat dan menyelesaikan konflik. Fungsi pengendalian mencakup
5
Imam Ibrohim, Standar sistem manajemen mutu SO-9001 Pengetahuan http://www.ibrosys.com/manajemen-mutu/58-standar-sistem-manajemenmutu-iso-9001-pengetahuan-dasar.html, Di akses Jum’at 15/4/2011.
Dasar,
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
38
39
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
memantau kegiatan guna meyakinkan bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang direncanakan. Manajemen jika dipandang sebagai proses kegiatan kerja sama manusia untuk mencapai tujuan tertentu.Urutan-urutan proses kegiatan ini dimulai dari planning, organizing, actuating dan controling. Sedangkan ditinjau dari sudut fungsional, manajemen adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemudian jika ditinjau dari sudut institusi, manajemen adalah suatu lembaga secara totalitas yang melakukan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan institusiyang telah ditetapkan bersama sebelumnya.6 Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagaicara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secarakuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses danhasil belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan.7 Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang 6
Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama), 226. 7 Ravik Karsidi, M.S., Profesionalisme Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, Makalah: Disampaikan Dalam Seminar Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan Kabupaten Wonogiri, 23 Juli 2005.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.8 Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Manajemen mutu adalah usaha untuk memuaskan pelanggan dengan melihat persyaratan yang diekspresikan pelanggan. Sedangkan ISO 9001:2000 adalah derajat pemenuhan seperangkat sifat dan karakteristik terhadap persyaratan. Dalam hal ini customer memperoleh sesuatu yang menyenangkan yang mereka tidak harapkan sebelumnya.9 Penetapan proses yang dilakukan dalam penterapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 ditetapkan pada: 1. Proses adalah suatu aktivitas dengan menggunakan sumber daya untuk mengubah input menjadi output. 2. Pemahaman dan pemenuhan persyaratan. 3. Pertimbangan akan nilai tambah yang diberikan oleh suatu proses. 4. Prolehan hasil atas kinerja proses dan keefektifannya. 5. Perbaikan berlanjut dari proses yang mengacu pada pengukuran yang objektif. 6. Pihak berkepentingan (interested parties) memainkan peran penting dalam menetapkan persyaratan sebagai masukan pada organisasi. 7. Pemantauan kepuasan pihak berkepentingan menghendaki penilaian informasi yang berkaitan dengan persepsi pihak berkepentingan tentang sejauh mana kebutuhan dan harapana mereka telah terpenuhi.10 Sistem manajemen adalah kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hubungannya dengan mutu. Dalam rangka meningkatkan sistem administrasi pada suatu lembaga atau instansi maka sektor manajemen merupakan hal yang harus diprioritaskan kondisi dan kehandalannya. Karena di dalam manajemen suatu lembaga atau perusahaan mencakup seluruh aspek 8
Umaedi, Manajemen Peningkatan MutuBerbasis Sekolah Sebuah Pendekatan baru dalam pengelolaan sekolahuntuk peningkatan mutu (Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999).http://www.ssep.net/director.html, diakses, jum’at, 8 Maret 2011. 9 Syahu Sugian O, Kamus Manajemen (Mutu) (Jakarta: Gremedia Pustaka Utama, 2006), 113. 10 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 312.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
40
41
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
yang berada di dalam lembaga tersebut seperti administrasi keuangan, kepegawaian, produksi dan seluruh sektor yang berkaitan dengan perusahaan atau lembaga tersebut. Pendekatan proses secara vertikal dalam sebuah sistem manajemen meliputi: 1. Tanggung Jawab Manajemen adalah menetapkan persyaratan 2. Manajemen Sumber Daya adalah menetapkan sumber daya yang diperlukan. 3. Realisasi Produk adalah menetapkan dan melaksanakan proses. 4. Pengukuran, Analisa dan Perbaikan adalah mengukur, menganalisa dan meningkatkan hasil. Sedangkan secara horizontal adalah mendemonstrasikan persyaratan masukan pelanggan yang dikonversi ke dalam output. Di dalam pelaksanaan manajemen suatu instansi atau lembaga memiliki delapan prinsip manajemen mutu yaitu : 1. Costumer Focus (Perhatian pada pelanggan) Leadership (Kepemimpinan) 2. Involvement of people (Pelibatan orang) 3. Process approach (Pendekatan system pada manajemen) 4. System approach to management (Pendekatan sistem pada 5. manajemen) 6. Continual improvement (Perbaikan berkelanjutan) Factual approach to decision marking (pengambilan keputusan 7. berdasarkan fakta) Mutually beneficial supplier relationships (Hubungan pemasok 8. yang saling menguntungkan).11 Fokus pada pelanggan meliputi memahami kebutuhan pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan, berusaha melebihi persyaratan pelanggan dan secara proaktif menetapkan level kepuasan pelanggan.12 Oleh karena itu sekolah harus memahami harapan dan kebutuhan pelanggan dan mencoba untuk melebihi harapan kebutuhan saat ini dan yang akan datang. Prinsip ini terkait dengan klausul-klausul ISO 9001:2000. Tujuannya untuk mengatur sistem mutu, kebijakan sasaran, perencanaan, kesadaran, monitoring, kepuasan pelanggan dan peningkatan yang berkelanjutan. Dalam bidang pendidikan 11
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 306. Nasution.M.N. Manajemen Mutu Terpadu (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004 ), 18. 12
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pelanggang utama adalah siswa dan orang tua siswa, Sehingga pemenuhan kepuasan pelanggan berorientasi pada keberhasilan siswa dalam belajar. Salah satu tujuan umum dalam pendidikan menurut M Ngalim Purwanto adalah pendidikan yang menjadi tujuan orang tua yang ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengn kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan sayara-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum tersebut.13 Setiap lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan pelayanan dengan baik kepada para pelanggan. Agar tugas ini terwujud maka lembaga tersebut perlu didukung oleh sistem manajemen yang baik pula. Ciri-ciri sistem manajemen yang baik adalah adanya pola pikir yang teratur (administratiive thingking) pelaksanaan kegiatan yang teratur (administrative behavior), dan penyikapan terhadap tugas-tugas kegiatan secara baik (administrative attitude). Kepemimpinan adalah Seorang pemimpin yang mengambil berbagai kebijakan meliputi menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi, mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya, menciptakan lingkungan kerja dimana semua personnel ambil bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi, komitmen “continual improvement” sistem manajemen mutu.14 Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakkan organisasi agar program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama akan tercapai. Demikian juga dengan gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuh kembangkan budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran kepemimpinan yang bermutu. Mutu merupakan suatu yang dinamis, mutu dalam percakapan sehari hari sebahagian besar dipahami sebgai suatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik dan beanar, merupakan suatu yang idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam difinisi yang absolut, suatu yang bermutu merupakan dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diunguli.15
13
M .Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Karya, 2002), 25. 14 Nasution.M.N. Manajemen Mutu Terpadu, 20. 15 Edwar Sallis, Quality Management In Education Manajemen mutu Pendidikan, Ahmad Ali Riyadi (Terj.), (Jogjakarta: Ircisod, 2008), 51 -52.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
42
43
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis sekolah, kepala sekolah sangat berperan dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah yang telah disepakati bersama melalui programprogram yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah hendaknya mampu meminej dan mampu mengambil inisiatif/prakarsa untuk meningkat mutu sekolah. mampu membangun citra sekolah, menjawab tantangan kemajuan ilmu dan teknologi di era globalisasi. Kepala sekolah sebagai Top manajer di sekolah memiliki tanggung jawab penuh untuk menjadikan sekolah sebagai pusat keilmuan, kebudayaan, dan kepribadian bangsa. Pada kegiatan belajar mengajar, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah yang dipimpin langsung oleh Top manajer, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai. Kepala sekolah atau manajemen puncak harus menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu, memberi arahan dan target yang ingin dicapai, menciptakan lingkungan yang harmonis dengan melibatkan para wakil, staf, guru dan karyawan dalam mencapai sasaran mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki kemampuan secara formal, sebagai penentu kebijakan, manajer, sebagai pendidik, staf sehingga mampu mengorganisisr segala bentuk prilaku organisasi di sekolah maupun lingkungannya. Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat dominan dalam maju mundurnya suatu sekolah. Kebijakan pimpinan sekolah barulah terang dan nyata, bila baik pendidikan di sekolah itu dan maju pengajarannya serta terpelihara disiplin dan teratur segal pekerjaan.16 16
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hida Karya Agung, 2006), 43.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Keterlibatan dari semua meliputi personnel semua level adalah inti organisasi: secara penuh harus ikut serta dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga mampu mengidentifikasi tanggungjawab dan wewenang mengidentifikasi kompetensi, kebutuhan, penyediaan dan mengevaluasi pelatihan serta memelihara catatan pelatihan, mengidentifikasi dan mengendalikan faktor manusia dan area kerja untuk mencapai kesesuaian produk yang dapat memberikan manfaat yang sangat luas. Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia pendidikan. Guru pendidikan agama Islam selain dari pada mengajar, ia juga merupakan pemimpin dihadapan para siswa maupun seluruh warga sekolah sebagai suri tauladan dan bertanggung jawab penuh untuk menanamkan nilia-nilai akhlakul karimah, Warga sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan. Komunikasi antar pihak senantiasa dilaksanakan dengan menciptakan lingkungan yang kondusip dan pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pendekatan proses (process approach) merupakan orientasi hasil yang efektif, sumber daya dan aktivitas dikendalikan sebagai proses, secara sistematis mengidentifikasi dan mengendalikan proses yang digunakan untuk memastikan kesesuaian produk.17 Pendekatan proses harus dipusatkan pada pengendalian masukan kedalam proses dan pencegahan ketidak sesuaian atau kesalahan dalam pekerjaan. Sistem manajemen mutu diterapkan berdasarkan pendekatan proses yang diawali dengan identifikasi dan penetapan kriteria yang akan menjadi kendali setiap tahapan proses. Keberhasilan pencapaian mutu sangat bergantung kepada konsistensi menjalankan proses yang lebih ditetapkan untuk menghasilkan kualitas mutu dan memenuhi persyaratan pelanggan. ISO-9001 mensyaratkan agar organisasi melakukan pendekatan proses dalam upaya menjamin mutu produk. Dengan pendekatan ini organisasi dapat melihat dengan mudah seluruh aktifitas yang dilakukan dalam organisasi sebagai rangkaian 17
Nasution.M.N. Manajemen Mutu Terpadu, 21.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
44
45
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dari proses-proses yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Organisasi dapat mengetahui dengan jelas output yang dihasilkan dari setiap proses, kemana output tersebut dialirkan dan apa yang diharapkan oleh penerima output tersebut. Ini menjadi dasar yang berguna untuk mengatur bagaimana sebuah proses harus dilakukan dan bagaimana mengukur keberhasilan suatu proses. Pendekatan sistem pada manajemen (system approach to management) sebuah proses mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan sistem dan interaksi antar proses untuk memberikan kontribusi pada efektifitas dan efisiensi organisasi, sehingga setiap pegawai mampu menetapkan sasaran mutu tiap proses, menetapkan interaksi dan rangkaian proses, memantau dan mengukur efektifitas tiap proses. Sekolah harus merencanakan cara memenuhi persyaratan pelanggan. Rencana meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan mutu dari hubung awal pelanggan hinga serah terima pekerjaan dan monitoring kepauasan pelanggan. Mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses yang saling berhubungan. Sebagai sebuah sitem yang berperan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien bagi sekolah. Pengendalian atas mata rantai dan interface proses yang terlibat adalah penting untuk manajemen yang baik. Penyempurnaan berkelanjutan (continual improvement) adalah sasaran tetap organisasi, memantau kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi terkait dan level, peralatan untuk melakukan internal Audit, tinjauan Manajemen, Corrective and Preventive Action, dan lain-lain18. Sebuah organisasi yang baik akan memperhatikan suaqtu perbaikan yang berlanjut, artinya bahwa organisasi secara menyeluruh hendaknya menjadikan perbaikan sebagai tujuan tetap bagi organisasi. Kekurangan atau kesalahan dalam melaksanakan suatu kegiatan bagi suatu organisasi adalah merupakana hal yang wajar, namun bagaimana organisasi dapat secara terus menerus memperbaikinya sehingga tidak ada sebuah kesalahan atau kekurangan yang sama terjadi berulang-ulang. Sistem mutu yang didokumentasikan akan menjadi dasar untuk perbaikan berkesinambungan. Pendekatan faktual (factual approach to decision making) pada pengambilan keputusan meliputi keputusan efektif berdasarkan, logika, analisa data (produk, proses dan sistem), informasi. Sekolah hendaknya dapat membangun paradigma dalam diri wakil, staf, guru 18
Nasution.M.N, Manajemen Mutu Terpadu, 22.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dan karyawan. Suatu keputusan tidak dapat dilakukan tanpa suatu analisis yang memadai. Setiap keputusan yang efektif harus berdasarkan analisis data dan informasi. Informasi dan data serta sistem harus dibuat. Informasi dikumpulkan dalam suatu data yang tidak bias dan bermakna satu, sehingga jalur komunikasi yang jelas adalah penting. Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan (mutually beneficial supplier relationships) dengan cara menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemasok, meningkatkan kemampuan kedua organisasi untuk lebih baik seleksi, meninjau dan mengevaluasi kinerja pemasok untuk mengendalikan produk yang dipasok. Organisasi dan para pemasoknya merupakan hubungan yang saling bergantung dan saling menguntungkan sehingga dapat memperkuat kemampuan keduanya. Sekolah harus mampu membangun hubungan dengan pelanggan yang saling menguntungkan bagi semua pihak, seperti peningkatan mutu, stabilitas dan konsistensi yang ditingkatkan. Hubungan dimulai dengan komunikasi yang jelas dan dibangun berdasarkan konsistensi tujuan dan kepercayaan. Organisasi dan pemasok adalah saling ketergantungan, dan hubungan yang saling menguntungkan akan menambah kemampuan kedua belah pihak untuk menciptakan nilai tambah. Pendidikan membutuhkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan penddidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.19 Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih mersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Dalam lingkungan sekolah juga telah ada kurikulum formal, yang bersifat tertulis. Guru-guru melaksanakan tugas mendidik secara formal karena itu pendidikan yang berlangsung disekolah sering disebut pendididikan formal. Dalam usaha memperoleh ISO, sekolah memerlukan peran yang sangat besar dari seluruh stake-holders baik itu guru, kepala sekolah, orang tua juga siswa sebagai salah satu komponen utama dalam pendidikan. Disamping itu proses pendidikan yang berlang19
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan praktek (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 200), 1.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
46
47
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
sung diusahakan agar dapat mencapai tujuan-tujuan-tertentu pada lembaga pendidiak tersebut. Manajemen Mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem manajemen kualitas yang berfokus pada proses dan pelanggan, maka pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan standar dari ISO 9001:2000 ini akan membantu organisasi dalam menetapkan sistem manajemen kualitas secara sistimatik untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customers’ satisfaction) dan peningkatan proses terus menerus (continuous proceses improvement). Persyaratan Manajemen Mutu secara Umum adalah: a. Mengidentifikasi proses yang dibutuhkan dalam system manajemen mutu dan memastikan penerapannya pada seluruh fungsi organisasi. b. Menetapkan urutan dan hubungan interaksi proses-proses tersebut. c. Menetapkan criteria dan metode yang diperlukan, sehingga dapat menjamin pengoperasian maupun pengendaliannya berjalan efektif. d. Menjamin tersedianya sumber daya dan imformasi yang diperlukan untuk mendukung pengoperasian dan pemantauan proses-proses tersebut. e. Mengukur, memantau dan menganalisa proses tersebut, dan f. Menerapkan tindakan-tindakan yang perlu untuk mencapai hasil yang telah direncanakan dan untuk upaya perbaikan proses secara terus menerus.20 Setiap pelaksanaan proses belajar dan mengajar pada lembaga pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan/sasaran yang telah disepakati, apakah berkenan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat peraga lainnya yang terkait dengan materi atau kegiatan yang sedang berlangsung. Sekolah yang telah menterapkan manajemen ISO diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, karena manajemen ISO sebagaimana Pusat Standarisasi 20
Vincent Gaspers, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement (Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 2006), 28.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, mengemukakan bahwa manajemen ISO dapat memberi manfaat antara lain: Pertama, mampu membuat sistem kerja dalam organisasi menjadi standar kerja yang terdokumentasi. Kedua, meningkatkan semangat kerja karyawan, karena adanya kejelasan kerja sehingga tercapai efisiensi. Ketiga, dipahaminya berbagai kebijakan dan prosudur operasi yang berlaku di seluruh organisasi. Keempat, meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan pekerjaan. Kelima, termonitornya kualitas pelayanan organisasi terhadap mitra kerja.21 Untuk menilai hasil proses pendidikan, juga diperlukan caracara dan alat alat penilaiain tertentu yaitu tujuan, bahan ajar, metode/alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budauya, ekonomi, politik dan religi. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah' terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya: NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin dicapai dan skenario bagaimana mencapainya.22 Seluruh komponen pendidikan tersebut hendaknya dipersiapkan dengan baik bagi suatu sekolah. Apabila sekolah tersebut berusaha untuk memdaptkan ISO dari suatu lembaga audit yang memilki standar internasional dalam proses audit pada sustu lembaga 21
Pusat Standarisasi dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, Info Mutu, Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan, edisi Desember 2002. 22 Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu (Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999), http://www.ssep.net/director.html, diakses, jum’at, 8 Maret 2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
48
49
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
pendidikan,dan memberlakukannya pada sekolah tersebut. maka berarti mutu sekolah tersebut sudah berstandarkan Internasional. B. Tuntutan Manajemen ISO Bagi Sekolah 1.
Manajemen ISO bagi Sekolah
Sistem manajemen mutu diperlukan untuk mengatur setiap proses kerja agar menghasilkan produk yang memenuhi spesipikasi teknis dan mendukung penerapan manajemen yang ada. Fungsi manajemen yang dijalankan oleh manajer pendidikan di sekolah diarahkan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan, baik pelanggan internal yaitu guru dan tenaga kepedidikan serta tenaga administratif, pelanggan eksternal yang primer yaitu peserta didik, yang sekunder yaitu pemerintah, orang tua atau masyarakat yang membiayai pendidikan.23 Manajemen ISO yang diterapkan disekolah antara lain bertujuan untuk membangun kesadaran mutu bagi seluruh jajaran manajemen pendidikan di sekolah, menumbuh kembangkan semangat membangun sekolah bermutu dan kepekaan bagi tiap pendidikan bahwa generasi bermutu bangsa hanya dapat dibangun oleh sekolah bermutu. “Manfaat bagi sekolah yang telah mendapatkan ISO 9001:2000 ini adalah orangtua siswa akan semakin percaya karena manajemen sekolah telah mempunyai sistem mutu yang jelas, serta sistem pengendalian proses pendidikan yang terkendali dan terukur serta penanganan komplain pelanggan yang efektif.”24 Menurut Mulyono, tujuan dari penerapan prinsip manajemen ISO 9001:2000 di lembaga pendidikan adalah: 1) Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan 2) Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima terhadap pelanggan 3) Mendidik diri sendiri (pengelola lembaga pendidikan) agar taat terhadap sesuatu yang disepakati. 4) Menyiapkan dokumen mutu.25 23
Muhammd Ali, Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Ilmu Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis (Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 343. 24 http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/sudah-42-sekolahbersertifikat-iso-90012000/di akses selasa, 1 Februari 2011. 25 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 307.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Proses peningkatan mutu agar tetap terjaga, harus ada standar yang disepakati secara Nasional untuk dijadikan indikator keberhasilan mutu tersebut.26 Bahkan berstandar internasional “The International Organization For Standardization ” (Organisasi Internasional Untuk Standarisasi) yang disebut dengan ISO. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggara pendidikan.27 Semua dokumen mutu organisasi dilengkapi dengan formulir sebagai tanda rekaman bahwa proses untuk menghasilkan produk sesuai kebutuhan pelanggan telah dipastikan dan distandarkan sehingga kualitasnya bisa dijamin dan dipastikan. Semua proses tersebut sesuai dengan pasal-pasal dalam ISO 9001:2000. Bukti fisik proses tadi digunakan sebagai alat untuk dilakukan audit baik internal maupun eksternal sehingga akan diketahui tingkat ketidaksesuaian produk dan sistem untuk perbaikan berkelanjutan. Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan 26
Departemen Pendidikan Nasioanal; Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: 2000), 47. 27 Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), 120.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
50
51
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.28 Total Quality Manajemen (TQM) biasanya digunakan untuk mendiskripsikan dua gagasan yang sedikit berbeda namun saling berkaitan. Pertama adalah filosofi perbaikan secara terus menerus. Kedua, untuk mendiskripsikan alat-alat dan teknik-teknik, seperti brainstorming dan analisa lapangan.29 Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan30 Konsep TQM dapat diaplikasikan pada dunia Pendidikan. Banyak pendidik percaya bahwa konsep TQM Deming's menyediakan prinsip-prinsip untuk perubahan: 1. TQM dapat membantu sekolah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada siswa. 2. Fokus kemajuan yang berkelanjutan dari TQM adalah jalan yang utama dalam memenuhi kebutuhan tanggung jawab biasa menjadi perubahan di bidang pendidikan. Menjalankan sistem tanpa-rasa-takut TQM dengan fokus pada pertumbuhan dan kemajuan yang berkelanjutan menawarkan lebih banyak semangat dan tantangan bagi siswa dan guru daripada apa yang dapat diberikan oleh lingkungan belajar yang ”cukup-baik”. Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: 28
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu (Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999), http://www.ssep.net/director.html, diakses, jum’at, 8 Maret 2011. 29 Edwar Sallis, Quality Management In Education Manajemen mutu Pendidikan, Ahmad Ali Riyadi (Terj.), 75. 30 Nasution. M. N.) Manajemen Mutu Terpadu (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), 18.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
1.
2.
3.
4.
Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun bersamasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep manajemen ini
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
52
53
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.31 2.
Usaha Yang dilaksanakan
Upaya mendapatkan manajemen ISO 9001:2000 pada sekolah hendaknya dapat mempersiapkan segala sesuatunya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan pada lembaga tersebut. Mutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh control yang lebih baik melalui usaha sendiri.32 Usaha yang dapat diterapkan untuk mendapatkan ISO salah satunya adalah dengan empat pilar peningkatan mutu pendidikan yang dikenal dengan konsep manajemen mutu terpadu (TQM). Di dalam artikel, "Revolusi mutu di dalam Pendidikan" Yohanes Burung jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percaya dapat merubah pendidikan. Ia menyebutnya " Empat pilar TQM yaitu: 1). Synergistic Relationships (hubungan Sinergi), 2). Perbaikan terus menerus dan Evaluasi Diri, 3). Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan, 4). Kepemimpinan.33
1. Synergistic Relationships (Hubungan Synergi). Menurut prinsip ini, suatu organisasi harus memusatkan, pertama kali, atas pelanggan dan para penyalur nya. TQM di dalam organisasi, semua orang adalah pelanggan dan penyalur. konsep ini menekankan pada" sistematis 31
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999), http://www.ssep.net/director.html, diakses, jum’at, 8 Maret 2011. 32 Edwar Sallis, Quality Management In Education Manajemen mutu Pendidikan , 45. 33 Ketut Juliantara, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di sekolah. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-total-quality-management-di-sekolah/ di akses 2809-2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pekerjaan yang alami di mana semua dilibatkan". Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah penting. sudah menjadi kebiasaan, pendidikan cenderung individual dan departemen yang terasing. Aplikasi dari pilar TQM yang pertama ke pendidikan menekankan hubungan yang synergistic antara "para suppliers" dan "pelanggan". Konsep sinergi menyatakan bahwa ketercapaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu. Di dalam kelas, guru dan murid adalah sebuah tim. Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan siswa, minat, dan karakter. Di dalam satu pengertian, siswa adalah pelanggan guru, sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Dalam pandangan ini, guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektifitas alat belajar, lingkungan dan sistem untuk siswa serta para pelanggan utama sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa. Dalam jangka panjang dengan pengajarannya yaitu bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkualitas dari mereka sendiri dan dari yang lain, dan bagaimana cara menanam modal yang kekal bagi mereka sendiri dan proses belajar dengan memaksimalkan peluang untuk pertumbuhan pada tiap-tiap aspek tentang hidup sehari-hari. Di dalam pengertian lain, siswa adalah juga seorang pekerja, produk yang sangat utama bagi kemajuan berkelanjutan dan pertumbuhan pribadi. Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa serta pemerhati sekolah. Tanpa mengenyampingkan peran dari unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan personil intern yang sangat
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
54
55
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Dari uraian diatas nampak bahwa peranan seluruh stake-holders di dalam suatu lembaga pendidikan sangatlah penting baik ia sebagai penghasil produk yaitu kepala sekolah, guru dan jajarannya, juga produknya yaitu siswa sebagai produk utama dalam lembaga pendidikan melalui proses belajar mengajar. Kesemuanya membentuk sebuah sinergi dalam menjaga mempertahankan mutu dan sekaligus peningkatan mutu pendidikan pada lembaga pendidkan tersebut dalam hal ini adalah sekolah. Jika terjadi ketimpangan pada salah satu stake-holders baik itu guru sebagai penghasil produk maupun siswa sebagai produk maka akan sangat mempengaruhi kondisi lembaga pendidikan tersebut yaitu sekolah sebagai salah satu bagian dari lembaga pendidikan yang paling utama dalam menghasilkan produk pendidikan. Keberhasilan sinergi seluruh stake-holders akan nampak adanya peningkatan prestasi belajar siswa baik melalui hasil belajar siswa yang tertuang hasil raport mereka atau dari hasil kelulusan para siswa setelah mereka belajar selama beberapa tahun disekolah tersebut.
2. Perbaikan terus menerus dan Evaluasi Diri. Pilar yang kedua aplikasi TQM dalam pendidikan adalah adanya perbaikan terus menerus, secara pribadi dan secara bersama-sama. Di dalam menyeting kualitas sekolah, administrator yang bekerja secara berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi puas. Upaya perbaikan terus menerus haruslah berprinsip pada hari ini karus lebih baik dari hari kemarin dengan prinsip yang demikian maka dapat dipastikan proses perbaikan terus akan berjalan dengan baik dan lancar. Namun sebaliknya apabila prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin kurang diterapakn maka proses perbaikan terus menerus disegala bidang baik itu bidang keuangan, admnistrasi perkantoran, kesiswaan dan sebagainya akan berjalan di tempat bahkan dapat mengalami kemunduran yang pada akhirnya akan berdampak pada sistim peningkatan mutu sekolah tersebut. Dasar untuk sistem ini adalah kekhawatiran, intimidasi, dan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah. Sesuatu yang terbaik untuk kita dalam mendorong potensi semua orang dengan cara peningkatan yang berkesinambungan kemampuan kita sendiri dan mereka dari orang-orang dengan siapa kita bekerja dan hidup. Total quality adalah, sangat utama, yang merupakan pendekatan yang terbaik dalam bekerja. Menurut Deming, tidak ada manusia pernah mengevaluasi manusia lain. Oleh karena itu, TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan berkelanjutan. Sebagai tambahan, prinsip ini juga berfokus pada pemusatan kekuatan siswa, gaya belajar individu, dan jenis kecerdasan yang berbeda. Dalam konteks evaluasi sebenarnya dapat dilakukan oleh pimpinan suatu lembaga pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin dapat mengevaluasi kerja para guru dan karyawannya namun proses evaluasi kembali berpulang kepada yang bersangkutan apakah dari hasil evaluasi diri ia akan berniat memperbaikinya atau sebaliknya ia akan tetap sepertti sebelumnya sehingga Apa yang dikatakan oleh Denning adalah penekanan pada evaluasi diri.
3. Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
56
57
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di sekolah adalah pengenalan organisasi sebagai sistem. Pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Implikasi yang utama dari prinsip ini adalah bahwa para guru dan para siswa adalah suatu system di sekolah. Peningkatan mutu akan tejadi apabila sistem pada sekolah tersebut berjalan dengan baik. Proses peningkatan mutu di dalam sebuah sekolah akan terganggu bila sistem dalam sekolah tersebut berjalan tersendat atau stagnan sehingga akan berdampak pada produk dari sekolah tersebut yaitu akan menghasilkan produk gagal. Hal ini dapat terlihat dari hasil yang di dapat dari siswa melalui hasil belajar atau kelulusan siswa. Apabila hasil belajar siswa kurang memuaskan maka dapat dipastikan bahwa terdapat gangguan dalam sistem pada sekolah tersebut. Karena sistem terdiri dari proses dalam usahanya peningkatan mutu, maka proses itu akan menentukan mutu untuk menghasilkan produk. Paradigma yang baru dalam pngajaran yaitu proses peningkatan pengajaran berkesinambungan atas hasil pelajaran yang didasarkan dari tingkat keberhasilan dalan hasil belajar dan tingkat kelulusan siswa sebagai produk dari sekolah. Dengan demikian organisasi sekolah hendaknya dipertahankan dengan sebaik-baiknya agar seluruh komponen yang mendorong keberhasilan kegiatan oraganisasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Disamping menjaga agar organisasi yang merupakan suatu sistem dapat berjalan dengan baik dan lancar juga proses kegiatannnya hendaknya berkesinambungan agar terjadi link antar kegiatan yang satu dengan yang lainnya. Proses berkesinanmbungan dalam kegiatan suatu organisasi patut di jaga dan dipertahankan. Hal ini sangat mempengaruhi proses peningkatan mutu pada suatu sekolah. Kegiatan yang berkesinambungan akan dapat mendeteksi setiap kegiatan yang mengalami gangguan atau kendala. Karena sebuah organisasi yang memiliki kegiatan yang berkesinambungan seperti halnya sebuah mata rantai.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Bila salah satu mata rantai terganggu maka akan cepat terlihat dari produk yang dihasilkannya dan dapat dengan cepat diantisipasi oleh para penghasil produk dalam hal ini guru atau kepala sekolah segagai pimpinan dalam sekolah tersebut, dengan demikian bila terjadi gangguan akan dapat diperbaiki sedini mungkin dengan adanya sistim yang berkesinambungan.
4. Kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompoknya.34 Kepemimpinan itu adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama menuju suatu tujuan tertentu sebagaimana diinginkan bersama. Maka di dalamnya tercakup aktifitas motivasi dan mengkordinasikan.35 Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang memilki vision (visi) yang jelas. Sifat kepemimpinan adalah ciri khas yang menunjukkan kepada sejumlah atribut individual, dengan indikator utama berupa aspekaspek kepribadian, kebutuhan dan motivasi, serta nilainilai positif yang akan membantu seorang pemimpin menuju keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya dan organisasinya.36 Misi yang dimilki pemimpin secara tidak langsung dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi nilai-nilai yang dianutnya situasi-situasi, etika dan budaya. Kepala Sekolah adalah pemimpin di sekolahnya, tetapi tidak seluruhnya kepemimpinan dipegang mutlak oleh seorang kepala sekolah dalam proses pembelajaran kendali proses belajar mengajar berada di pundak seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelas karena wewenangnya sudah sepenuhnya diberikan oleh 34
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Gremedia Widasarana Indonesia, 2003), 153. 35 Yan Orgianus, Islam Dan Pengetahuan Sains (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2008), 164. 36 Husaini Usman, Manajemen Teori Praktek & Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 285 – 286.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
58
59
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
kepala sekolah. Seorang gurupun manakala berada di dalam kelas harus dapat berfungsi sebagai administrator, manajer, evaluator, controler dan juga sebagai suri tauladan bagi siwa, sehingga proses belajar menagjar akan berjalan dengan baik dan lancar. Bila hal ini dapat diterapkan dan di jalankan oleh seluruh guru pada sekolah tersebut maka proses belajar mengajar akan berjalan baik dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai. Keberhasilan TQM merupakan tanggung jawab dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. Implikasi dari pilar ke empat ini adalah kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Aspek kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi pada sekolah tersebut harus mampu menjalankan fungsinya sebagai kepala sekolah dengan menjalankan prinsip manajemen sekolah yang modern dan berkembang dengan penuh inovasi dan perubahan kearah positif. Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, pemimpin formal di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Agar kemimpinan dapat berjalan dengan efektif seorang pemimpin hendaklah seorang yang dapat dipercaya oleh orang lain disamping dia juga seorang komunikator yang baik. Menjadi orang yang terpercaya, karenanya seorang pemimpin harus mempunyai sifat sidik, amanah, fathanah.37 Nurkolis mengemukakan bahwa pemimpin yang berhasil harus memiliki empat macam kualitas, yaitu, kejujuran 37
Yan Orgianus, Islam Dan Pengetahuan Sains, 169.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pandangan kedepan, mengilhami pengikutnya dan kompeten.38 Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara sekolah, orang tua peserta didik, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran –sasaran yang telah ditetapkan.39 Fungsi kepala sekolah sebagai administrator, manajer, evaluator, kontroler harus berjalan dengan baik sehingga sekolah tersebut dapat mempertahankan mutu sekolah. Bila fungsi kepala sekolah tidak dapat berjalan dengan baik maka dapat dipastikan proses peningkatan mutu akan terhambat bahkan akan berhenti sama sekali. Secara keseluruahan kendali sekolah berada pada kepala sekolah seorang pimipinan yang berfungsi sebagai menajer ia akan manegatur kerja seluruh guru dan karyawannya dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah. Salah satu caranya adalah dengan adanya pembagian kerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, soial kulutural, kemampuan dan menerapkan the right man on the rihgt place yaitu menempatkan seseorang berdasarkan atas kemampun dan latar belakang pendidikannya. Kepala sekolah akan mengatur seluruh kegiatan administrasi sekolah baik yang menyangkut keuangan, kesesiswaan, humas, sarana dan prasarana juga seluruh kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Dalam mengimbangi berbagai keadaan yang sering kali berubah, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang mapu menerapkan manajemen bermutu.40 Kegiatan pokok yang harus diemban oleh kepala sekolah itu ada tujuh, yaitu merencanakan, mengorganisasi, 38
NURKOLIS, Manajemen berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), 163. 39 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, 2000, 26. 40 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 145.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
60
61
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran, mengoordinasi, memantau dan menilai/evaluasi.41 Kepala sekolah sebagai top manajer berwenang untuk membagi kewenanagan kepada semua guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pembagian kerja karena sudah ada kewenangan masingmasing bagian dalam berkerja. Kepala sekolah juga berfungsi sebagai evalkuator yang diterapkannya dalam setiap pekerjaan yang telah diberikannya pada seluruh staf dan karyawannya. Eval;uasi hendaknya dilaksaskan tanpa memamndang sisapa yang mengerjakannya. Evaluasi yang dilakukan hendaknya merupakan evalauasi yang rutin agar ia dapat meilihat sejauh mana kinerja dari seluruh satf dan karyawannya. Evaluasi yang dilakukan dapat dilaksanakan setiap bulan, triwulan ataupun tahunan bahkan bila ada sesuatu hal yang sangat urgen, maka pada saat itu pula harus disampaikan agar dapat dideteksi sedini mungkin hal-hal yang dapat menghambat proses peningkatan mutu pada sekolah tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: 1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. 2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. 4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah 5) Bekerja dengan tim manajemen serta 6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuia dengan ketentuan yang telah ditetapkan.42 41
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan,147.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Fungsi kontroling dapat dijalankan oleh seorang kepala sekolah melalui kegaiatan kontrol yang dilakukakn setiap saat dalam area kerja yang kecil dan kontrol secara keseluruhan dalam area kerja yang lebih luas dan menyeluruh. Apabila ada kekeliruan atau kesalahan maka kepala sekolah harus menegur dan memberikan solusi atau jalan keluar agar pekerjaannya dapat kembali berjalan dengan baik dan benar. Denga memberikan teguran yang baik dan sekaligus memberikan solusi maka akan tejalin hubungan sinergi yang baik antara pimpinan dengan seluruh staf dan karyawannya. Hal ini akan berdampak pada kinerja organissasi secara keseluruhan dan akan mencipkan suasana kerja yang kondusif. Para guru disekolah harus menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara terbaik mencapai potensi mereka melalui kemajuan berkelanjutan yang diakibatkan oleh para guru dan para siswa yang bekerja sama. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.43 Manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan efisien. Dalam manajemen peserta didik di sekolah, dapat diambil poin-poin sebagai berikut: a. Peserta didik mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dedngan bakat, minat dan kemampuan. b. Memperoleh pendidikan agama sesuia dengan agama yang dianut. c. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidiklan tertentu yang telah dibakukan.
42
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 126. 43
Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visi Media, 2008), 4.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
62
63
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
d. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lainsesuai persyaratan yang berlaku; penerimaan siswa pada sekolah yang dikehendaki. e. Pindah sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuia dengan persyaratan penerimaan siswa pada sekolah yang hendak dimasuki. f. Memperoleh penilaian hasil belajarnya. g. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. h. Mendapat pelayanan khusus apabila menyandang kecacatan.44 C. Penterapan Manajemen ISO 9001:2000 Di SMAN/SMKN 1.
Penerapan Manajemen ISO
Untuk memenuhi kebutuhan akan peningkatan kualitas mutu, sekolah akan berusaha untuk meningkatkan mutu dengan meningkatan berbagai faktor yang menunjang kegiatan belajar. Hal ini dapat menjaga stabilitas sekolah tersebut dalam menjaga survival atau kelangsungan hidup sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Juran tentang mutu ia berpendapat mutu adalah kemampuan yang digunakan untuk fitness for use.45 Sekolah yang mampu bertahan merupakan sekolah-sekolah dengan mutu yang baik dan terjamin. Saat ini masyarakat dapat menilai sekolah secara langsung tanpa dapat ditutupi oleh pihak sekolah bungkusan promosi yang gencar tanpa memperhatikan mutu sekolah. Dengan hanya mengandalkan pemberitaan saja tanpa memeperhatiknan faktor mutu maka lama-kelamaan sekolah tersebut akan mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu tuntutan mutu bagi sekolah merupakan hal yang mutlak bagi sekolah utnuk dipertahankan bahkan harus ditingkatkan dari tahun ketahun. Untuk menghasilkan mutu dan kualitas pendidikan, diperlukan kerja sama yang baik antara pihak sekolah, pemerintah maupun masyarakat sebagai pelanggan eksternal. Sebab, dalam sistem pendidikan peningkatan mutu dan kualitas bukan semata-mata tanggungjawab sekolah dan pemerintah, tetapi merupakan sinergi antara berbagai komponen 44
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 178. Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), 37. 45
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
termasuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus dapat bekerja sama dengan pihak sekolah khususnya dapat memberikan masukan-masukan kepada pihak sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, diperlukan kegiatan yang sistematis dan terencana dalam bentuk manajemen mutu. Manajemen mutu dalam pendidikan merupakan cara dalam mengatur semua sumber daya pendidikan, yang diarahkan agar semua warga sekolah dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja yang telah disepakati sehingga menghasilkan kualitas mutu yang sesuai denga harapan pelanggan. Mutu suatu sekolah merupakan hal yang wajib diusahakan bagi sekolah yang menerapkan manajemen ISO 9001-2000 dalam rangka memperkenalkan kepada mayarakat sebagai konsumen dalam dunia pendidikan. Bila suatu sekolah telah menerapkan manajemen ISO 9001-2000 maka sekolah tersebut selangkah lebih maju dalam program manajemen mutu baik sektor keuangan, prestasi, kesiswaan, kegiatan sekolah, lingkungan sekolah maupun sarana-dan prasarana yang kesemuanya merupakan tuntutan dari setiap orang tua murid yang akan menyekolahkan anaknya pada sekolah yang bersangkutan. Pada saat menerapkan dan mengelola serta mengembangkan manajemen mutu, badan usaha dalam hal ini sekolah harus mempertimbangkan prinsip-prinsip manajemen mutu46 Keunggulan sekolah yang menerapkan ISO 9001:2000 adalah penetapan visi dan misi serta kebijakan mutu lembaga pendidikan didukung dengan penetapan target berkala (Quality Objektive) di semua bagian departemen, Standarisasi mekanisme kerja baik bidang akademik maupun non akademik, Pengukuran efektifitas dan efesiensi aktifitas belajar mengajar (Statistical), pengukuran kepuasan pelanggan (siswa, orang tua, perguruan tinggi dan dunia kerja), Penyiapan personil yang berkualitas dan pendidikan berkala bagi para pelaksana pendidikan dan lain-lain. Monitoring, kontrol dan pengendali bidang unit. Jika kita mengamati proses sesuai dengan ISO maka segala sesuatu yang kita kerjakan akan bisa terukur dan mudah dalam penilaian atau pengukuran keberhasilannya, hal ini akn
46
Sulistijo Sidarto Mulyo (dkk) Rayendra L Toruan (editor), Panduan Penerapan Manajemen ISO 9001:2000 Bagi Jasa Pelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Kontruksi (Jakarta: Gramedia, 2005), 40.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
64
65
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
sangat cocok untuk kita terapkan khususnya di Bidang Pendidikan47 Panduan penyelenggaraan pendidikan itu disusun dalam suatu Sistem untuk menjamin proses penyelenggaraan pendidikan melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Sistem ini banyak diterapkan dalam dunia usaha dan industri untuk memastikan mutu produk yang mampu menjaga dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Dan pada lembaga pendidikan diharapkan mampu menjamin kualitas mutu. Sistem ini juga konsisten dalam manajemen, ada sistem pengendalian dan pencegahan, dan ada sistem untuk peningkatan secara berkelanjutan. Penerapan SMM ISO 9001:2000 dalam pendidikan diharapkan mampu menjamin dan memastikan mutu tamatan pendidikan sehingga bisa hidup mandiri, diserap di dunia usaha dan dunia industri serta mampu bersaing di dunia global yang berarti menggambarkan pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh penyelenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sitem manajemen kelembagaan persekolahan, yang meliputi: (1) birokrasi pendidikan persekolahan, (2) pembiayaan, (3) reward dan punishment yang jelas, (4) budaya sekolah/akademis, (5) jaringan/jalinan sekolah, (6) teknologi informasi pendidikan, (7) enterpreneurship (kewirausahaan), (8) kemandirian dan (9) marketing. Bahkan transformasi dan inovasi sitem manajemen persekolahan sedapat mungkin diarahkan pada penerapan sistem manajemen mutu ISO 90001:2000.48 Mutu adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.49. Berdasarkan pendapat diatas maka peningkatan mutu diusahakan agar tidak mengeluarkan biaya yang sangat besar yang akan mempengaruhi pembiayaan kepada siswa sebagai salah satu stake-holders utama dalam pendidikan. Saat ini banyak sekolah yang akan melakukan peningkatan mutu sekolah dengan membebankan seluruh biaya kepada orang tua siswa dengan biaya yang relatif besar. Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan 47
Diding Wahyudin, Peningkatan Mutu Pendidikan Dki Jakarta Melalui Implementasi Sistim Manajemen Mutu ISO 9001:2000 For Education, http://didingwk.wordpress.com/2009/03/05/peningkatan-mutu-pendidkan-dkijakarta-melalui-penerapan-iso/ di akses Minggu, 10/4/2011. 48 Mulyono,.Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 305. 49 Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar, 38.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pendapat tori diatas dimana peningkatan mutu memang memerlukan biaya namun biaya tersebut diusahakan dengan biaya yang relatif kecil yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kemampuan orang tua. Peningkatan mutu pada lembaga pendidikan haruslah sesuai dengan persayaratan yang berlaku secara internasional seperti menggunakaan lembaga audit yang kredibel didalam proses peningkatan mutu sekolah dalam rangkan mendapatkan status sekolah seperti mendapatkan program ISO 9001-2000. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Crosby tentang mutu, mutu menurut Crosby adalah sesuai dengan persyaratan (conformance to = requirements).50 Guna pemenuhan kepuasan pelanggan, dikenal delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu: 1. Customer Focus (Perhatian pada pelanggan 2. Leadership (Kepemimpinan) 3. Involvement of people (Pelibatan orang) 4. Process approach (Pendekatan Proses) 5. System approach to management (Pendekatan sistem pada manjemen) 6. Countinual improvement ( Perbaikan berkelanjutan) 7. Factual approach to decision making (Pengambilan keputusan berdasarkan fakta) 8. Matually beneficial suplier relationships (Hubungan pemasok yang saling menguntungkan).51 Kedelapan prinsip tersebut hendaknya diusahakan agar seluruhnya dapat terpenuhi agar apa yang diharapkan yaitu sekolah tersebut akan tercapai yaitu dalam rangka mendapatkan program peningkatan manajemen mutu melalui ISO 9001-2000. Peningkatan mutu yang di dapat akan merangsang peningkatan kinerja seluruh stake-holders pada sekolah tersebut, antara lain penigkatan kinerja guru sebagai penghasil produk pendikan maupun siswa sebagai produk dari sekolah. Sistem akreditasi dan setifikasi ISO 9001 merupakan pengakuan atas konsistensi standar sitem manajemen mutu ISO 9001:2000. Tangung jawab dan wewenang pemberian 50
Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 306. 51
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
66
67
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
akreditasi dan sertifikasi secara internasional dilakukan oleh suatu badan dunia, yaitu International Accredition Forum (IAF). IAF merupakan badan dunia federasi badan akreditasi nasional lebih dari 30 nagara di dunia termasuk Indonesia.52 Setiap kegiatan yang dilakukan guru akan berdasarkan pada prinsip manajemen mutu antara lain mendokumentasikan seluruh kegiatan yang akan atau yang telah dilaksanakan. Dengan adanya dokumentasi setiap kegiatan terpantau seluruh kegiatan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Kekurangan yang terjadi yang terpantau melalui dokumentasi akan dapat segera ditangani dan diperbaiki dengan demikian akan terjaga mutu dari sekolah tersebut. Dalam sistem pendidikan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas dan manajemen pendidikan tidak hanya berada di tangan sekolah melainkan juga di tangan masyarakat. Namun demikian, melibatkan masyarakat luar kedalam proses pendidikan menjadi tantangan tersendiri. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan hubungan kerja sama yang lebih harmonis. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyrakat perlu mengetahui dan memilki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diimformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid.53 Komite sekolah, para orangtua, dan warga masyarakat seringkali tidak menyadari adanya kesempatan untuk berkontribusi dalam pengembangan sekolah. Hal ini memerlukan kerja keras dari berbagai pihak dalam mengupayakan peranan seluruh komponen penunjang pendidkan tersebut. Sehigga aktifitas mereka sangat menunjang peningkatan sistem manajemen yang ada pada lembaga pendidikan. Untuk memenuhi standar internasional, SMAN/SMKN menetapkan 52
Sulistjo Sidarto Mulyo (tim penyusun), Paduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Bagi JasaPelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Konstruksi, 33. 53
E.Mulyasa,
Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan
Implementasi, 51.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dan mengimplementasikan suatu sistem manajemen mutu yang mengacu kepada suatu standar internasional yaitu ISO 9001:2000. Apabila di sekolah telah memberlakukan manajemen mutu ISO 9001:2000, maka segenap guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam, staf dan karyawan memilki tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan segala sesuatu yang telah ditetapkan yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. Sehingga peningkatan kualitas layanan kepada para pelanggan akan terwujud. Pelanggan atau customer dalam hal ini adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima layanan jasa atau barang dari produsen.54 Kometmen dalam melaksanakan manajemen ISO jauh lebih penting dari sekedar penyampaian betapa pentingnyanya manajemen mutu. Seluruh komponen memilki peranan yang sangat besar bagi peningkatatan manajemen mutu di sekolah. Para anggota komite sekolah amat penting bagi peningkatan hubungan antara sekolah dengan masyarakat. Oleh karena posisi dan kedudukan mereka yang unik di dalam masyarakat yaitu sebagai wirausaha setempat, tokoh agama dan orangtua di dalam masyarakat tersebut. Masing-masing komite akan berperan sesuai dengan kedudukannya. Bila seseorang sebagai tokoh di dalam masyarakat, ia akan menggunakan pengaruhnya kepada anggota masyarakat lain karena ketokohannya yang memilki pengaruh yang sangat besar didalam sebuah masyarakat. Begitu juga jika ia seorang wiraswasta ia akan membantu sektor keuagan demi berhasilnya pendidikan putra-putri di sekolah. Dengan demikian akan terjadi sinergi positif antara pihak sekolah dengan pihak komite yang seluruhnya dalam rangka peningkatan sistem manajemen sekolah. Sekolah-sekolah yang menerima pelatihan secara terbuka memampang anggaran sekolah di ruang kantor sekolah. Perbincangan-perbincangan mengenai anggaran yang sebelumnya hanya dilakukan antara kepala sekolah dan ketua komite menjadi terbuka untuk umum. Obsevasi terhadap proses penganggaran pendidikan di Indonesia tidak memadai.55 Apabila sekolah menghadapi tantangan yang sama mereka tidak mampu untuk menanganinya sendiri-sendiri. Karena itu Kepala sekolah, guru beserta komite sekolah membentuk sebuah forum 54
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 309. Tim Pengembang Pendidikan FIP-UPI, Ilmu Aplikasi Pendidikan, Dalam Nanang Fattah, Ekonomi Pendidikan, 310. 55
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
68
69
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
untuk mendorong upaya penyelesaian masalah secara bersama-sama, sehingga permasalahan yang ada akan cepat terselesaikan dengan keputusan hasil musyawarah bersama. Oleh karena itu tanggung jawab manajemen merupakan persyaratan yang harus dilakukan oleh Direksi Badan Usaha (di sekolah Kepala Sekolah/top manajer). Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 ini lebih bersifat Top down, prakarsa dan kometmen terhadap penerapan Sistem Manajemen Mutu harus ditetapkan oleh Direksi dan karyawan di bawahnya harus taat dan turut berperan dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu.56 Selain komite sekolah orang tua juga memilki peranan yang sangat penting Orang tua juga sebelumnya tidak dilibatkan dalam kinerja akademis anak-anak mereka, dan menyalahkan para guru atas rendahnya prestasi akademis anak-anak mereka. Tetapi begitu mereka memperoleh informasi mengenai peran orang tua dalam meningkatkan mutu sekolah diharapkan orang tua dapat memberikan kontribusi pemikiran, dalam mendukung terlaksananya mutu pendidikan anak-anak mereka, mereka mulai mengamati dan memberikan solusi akan tantangan-tantangan yang dihadapi para guru, sehingga para orangtua ini menjadi lebih berempati dan suportif. Sebagai contoh, orangtua mulai berpartisipasi dalam forum-forum bersama baik secara formal diundang oleh pihak sekolah dalam forum musyawarah sekolah ataupun memberikan masukan kepada pihak sekolah walau tidak dalam forum musyawarah secara formal sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kontribusi masyarakat kepada sekolah. Kesadaran yang meningkat mengenai sumber daya finansial yang aktual dan kajian kebutuhan yang akurat berdampak pada penggunaan dana yang lebih efektif dan kontribusi masyarakat yang lebih besar. Sebagai contoh, sekolah mulai memasukkan bahanbahan pelajaran kelas dan lebih banyak kegiatan ke dalam anggaran sekolah. Warga masyarakat menyumbang lebih banyak dana untuk sumber daya sekolah, dan memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai hak serta kewajiban pendidikan mereka, dengan mengam56
Sulistjo Sidarto Mulyo (tim penyusun), Paduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Bagi JasaPelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Konstruksi, 51.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
bil tanggun jawab untuk mengawasi kualitas pendidikan dan menetapkan prioritas anggaran. 2.
Manfaat Sistem Manajemen Mutu
Para Guru Pendidikan Agama Islam akan membentuk sikap positif apabila dalajm melaksanakan tugas profesinya menterapkan manajemen ISO. Karena dalam manajemen ISO dapat memberikan manfaat sebagaimana yang dikemukan oleh Mulyono yaitu: (1) meningkatkan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, (2), terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, (3), terdidiknya pengelola lembaga pendidikan dalam menaati suatu yang telah disepakati, (4), tersusunnya dokumen manajemen mutu.57. Setelah memahami fungsi dan manfaat penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, tahapan selanjutnya adalah berlanjut ke tahap perencanaan untuk melakukan adopsi dan penerapan pada sistem manajemen di lembaga pendidikan. Tahapan untuk melakukan proses penerapan tersebut ada langkah yang harus dipersiapkan, yaitu: 1) Langkah 10 Tahap Implementasi Prinsip SMM ISO 9001:2000. 2) Penjabaran 10 Langkah Menjadi Aktivitas dan Program. 3) Penyusunan Interaksi Proses Diklat di Sekolah dengan Prinsip ISO. Kesepuluh Langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Komitmen Manajemen. 2. Penetapan Tim Pengembang yaitu Wakil Manajemen Mutu dan Tim Kerja. 3. Pemetaan bisnis Proses organisasi (proses kerja dari tupoksi organisasi sekolah) 4. Pelatihan Kesadaran Mutu/Pemahaman Mutu. 5. Pengembangan sistem dan Pelatihan Penyusunan Dokumentasi Mutu. 6. Implementasi Sistem dan Dokumentasi Mutu 7. Pelatihan Internal Audit 8. Internal Audit
57
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 308.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
70
71
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
9. Tinjauan Manajemen adalah suatu pertemuan antara WMM, Tim Pengembangan, dan unsur-unsur terkait disekolah. 10. Preaudit dan Audit Sertifikasi oleh Badan Setifikasi.58 Untuk memenuhi kebutuhan akan peningkatan kualitas mutu, sekolah akan berusaha untuk meningkatkan mutu dengan meningkatkan berbagai faktor yang menunjang kegiatan belajar. Hal ini dapat menjaga stabilitas sekolah tersebut dalam menjaga survival atau kelangsungan hidup sekolah. Oleh larena itu tuntutan mutu bagi sekolah merupakan hal yang mutlak bagi sekolah utnuk dipertahankan bahkan harus ditingkatkan dari tahun ketahun. Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Mutu suatu sekolah merupakan hal yang wajib diusahakan bagi sekolah yang menerapkan manajemen ISO 9001-2000 dalam rangka memperkenalkan kepada mayarakat sebagai konsumen dalam dunia pendidikan. Bila suatu sekolah telah menerapkan manajemen ISO 9001-2000 maka sekolah tersebut selangkah lebih maju dalam program manajemen mutu baik sektor keuangan, prestasi, kesiswaan, kegiatan sekolah, lingkungan sekolah maupun sarana-dan prasarana yang kesemuanya merupakan tuntutan dari setiap orang tua murid yang akan menyekolahkan anaknya pada sekolah yang bersangkutan. Pada saat menerapkan dan mengelola serta mengembangkan manajemen mutu, badan usaha dalam hal ini sekolah harus mempertimbangkan prinsip-prinsip manajemen mutu59 Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh penyelenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sitem manajemen kelembagaan persekolahan, yang meliputi: 1). birokrasi pendidikan persekolahan, 2). pembiayaan, 3). reward 58 59
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, 314-318. Sulistijo Sidarto Mulyo (dkk) Rayendra L Toruan(editor), Panduan
Penerapan Manajemen ISO 9001:2000 Bagi Jasa Pelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Kontruksi (Jakarta: Gramedia, 2005), 40.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
dan punishment yang jelas, 4). budaya sekolah/akademis, 5). jaringan/jalinan sekolah, 6). teknologi informasi pendidikan, 7). enterpreneurship (kewirausahaan), 8). kemandirian dan 9). Marketing. Bahkan transformasi dan inovasi sitem manajemen persekolahan sedapat mungkin diarahkan pada penerapan sistem manajemen mutu ISO 90001:2000.60 Mutu adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. Berdasarkan pendapat diatas maka peningkatan mutu diusahakan agar tidak mengeluarkan biaya yang sangat besar yang akan mempengaruhi pembiayaan kepada siswa sebagai salah satu stake-holders utama dalam pendidikan. Saat ini banyak sekolah yang akan melakukan peningkatan mutu sekolah dengan membebankan seluruh biaya kepada orang tua siswa dengan biaya yang relatif besar. Dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan pendapat tori diatas dimana peningkatan mutu memang memerlukan biaya namun biaya tersebut diusahakan dengan biaya yang relatif kecil yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kemampuan orang tua. Peningkatan mutu pada lembaga pendidikan haruslah sesuai dengan persayaratan yang berlaku secara internasional seperti mengggunkaan lembaga audit yang kredibel didalam proses peningkatan mutu sekolah dalam rangkan mendapatkan status sekolah seperti mendapatkan program ISO 9001-2000. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Crosby tentang mutu, mutu menurut Crosby adalah sesuai dengan persyaratan (conformance to = requirements).61 3. Kendala Yang Dihadapi Pada hakekatnya, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan. Sebab-sebab rendahnya mutu pendidikan secara umum disebabkan oleh beberapa sumber yang mencangkup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, system dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang 60
Mulyono,.Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 305. 61 Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. 38.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
72
73
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
srampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Kendala yang dihadapi dalam penterapan manajemen ISO disebabkan Guru kurang memahami klausul-klausul ISO yang dituangkan dalam prosedur kerja atau Standar Oprasional Proses (SOP).62 Di sisi lain sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang yang tidak diikuti atau ditaati.63 Kendala Yang perlu di antisipasi terlebih dahulu dalam menerapkan ISO adalah lemahnya manajemen sekolah yang meliputi: tidak lengkapnya sarana dan prasarana sekolah, kurangnya ketelitian para anggota manejemen sekolah, dalam melakukan tindakan dan kebijakan sekolah sering tidak tertulis dan tidak ada surveillance audit internal di sekolah. terbatasnya pemahaman Program ISO 9001:2000 yang hanya sebatas pada implentasinya saja dan sering terjebak pada ekstra paper work. Permasalahan pendidikan dapat didekati dengan pendekatan macrocosmics dan microcosmics. Pendekatan macrocosmics berarti permasalahan guru dikaji dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain di luar guru. Hasil pendekatan ini adalah bahwa rendahnya kualitas guru dewasa ini di samping muncul dari keadaan guru sendiri juga sangat terkait dengan faktor-faktor luar guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas guru, antara lain: a) penguasaan guru atas bidang studi, b) penguasaan guru atas metode pengajaran, c) kualitas pendidikan guru, d) rekrutmen guru, e) kompensasi guru, f) status guru di masyarakat, g) manajemen sekolah, h) dukungan masyarakat, dan, i) dukungan pemerintah. Penguasaan guru atas bidang studi yang akan diajarkan kepada para siswa merupakan sesuatu yang mutlak sifatnya. Sebab, dengan materi bidang studi tidak saja guru akan mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi lebih daripada itu, dengan materi bidang studi itu guru akan menanamkan disiplin, mengembangkan critical thinking, mendorong kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan itu sendiri pada diri siswa. Penguasaan kemampuan guru di bidang metodologi pengajaran, juga 62
Wawancara pribadi dengan Hasian Purba, Wakil Manajemen SMAN 99 Jakarta, 2 Maret 2011. 63 Edwar Sallis, Quality Management in Education Manajemen mutu Pendidikan (Jogajakarta: Penerbit Ircisod, 2008), 103 - 104.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
penguasaan materi bidang studi inilah kelemahan guru sangat menonjol. Rendahnya penguasaan guru pada bidang studi tidak lepas dari kualitas pendidikan guru dan rekrutmen colon guru.64 Oki Dermawan mengemukakan kegagalan kualitas pendidikan ini disebabkan antara lain; masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat, penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahliannya (termasuk didalamnya pengangkatan kepala madrasah / sekolah yang kurang professional bahkan hanya mengutamakan nuansa politis dari pada profesionalisme), penanganan masalah bukan pada ahlinya, pemerataan kesempatan, keterbatasan anggaran yang tersedia.65
a.
Masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat. Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya adalah mempelajari tentang prilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen. Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat 64
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Http://Pakguruonline.Pendidikan.Net/ Wacana_Pdd _Frameset.Html, Diakses Kamis, 14/4/2011. 65 Oki Darmawan, Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam. http://okidermawan.multiply.com/journal/item/1 di akses Jum’at , 24/12/2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
74
75
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil seorang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan karena senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Namun kelembutan tersebut tidak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tidak pilih kasih.66 Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain: 1) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna (PAKEMB); 2) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; 3) Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manjer); 4) Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; 5) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan tiori tentang proses dan tugas administrasipendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manjer atau konsultan manajemen pendidikan); 6) Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu disebabkan oleh manajemennya.67 Sekolah yang hancur dan tidak berkembang dengan baik akibat manajemen yang buruk di dalam pengelolaan pendidikannya seperti 66
Buah Pikiran Ihsan, home-pendidikan Manajemen Menurut Islam beserta Pengertian dan Tingkatan Manajemen dan Manajer. http://ruang-ihsan.blogspot.com/2009/09/manajemen-menurut-islam-beserta.html, diakses Rabu 13 /4/2011. 67 Husaini Usman, Manajemen Teori Praktek & Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 10.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
sektor keuangan, sumber daya manusia maupun pengelolaan aset sekolah yang merupakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Dengan pengelolaan manajemen pendidikan yang kurang tepat maka akan meronggrong kondisi sekolah yang pada akhirnya akan menyebabkan kebangkrutan sekolah yang bersangkutan.
b. Penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahliaannya. Penempatan tenaga yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya di sekolah terutama tenaga pengajar atau guru. Guru yang mengjar matematika bukanlah di berikan oleh guru yang berasal dari lulusan sarjana matematika dan sebagainya sehingga akan mempenagruhi keberhasilan hasil belajar siswa. Termasuk didalamnya pengangkatan kepala madrasah atau kepala sekolah yang kurang professional bahkan hanya mengutamakan nuansa politis dari pada profesionalisme. Apabila terjadi hal semacam ini maka sekolah tersebut tidak akan berkualitas.
c. Penanganan masalah bukan pada ahlinya. Di dalam perjalanannya proses pendidikan banyak sekali masalah yang timbul baik itu masalah internal seperti keuangan, kesiswaan, kekurangan sarana dan prasarana, mupun masalah eksternal seperti hubungan baik dengan komite dan instansi terkait. Masalah-masalah di atas seyogyanya diatasi dan ditangani oleh ahlinya,. Masalah keuangan diatsi oleh bendahara dan kepala sekolah, kesiswaan oleh wakil kesisiwaaan beserta stafnya, sarana prasarana ditangani oleh oleh wakil sarana- prasarana beserta stafnya sehingga seluruh masalah dapat teratasi dengan baik dan lancar sehingga tidak mengganggu kondisi sekolah secara keseluruhan. Namun apabila suatu masalah diserahkan pada bukan ahlinya, tunggu akan kehancurannya. Karena itu para pemimpin, bila mendelegasikan pekerjaan/tanggung jawab kepada bawahannya maka pilihlah yang ahli yang memiliki kompetensi dalam bidang pekerjaannya tersebut, atau bekalilah dulu seseorang yang akan diberi tugas dengan ilmu yang diperlukan, sehingga hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan.
d. Pemerataan kesempatan,.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
76
77
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Lembaga pendidikan merupakan salah satu tempat untuk meniti karir bagi seluruh karyawan dan guru terutama bagi yang memilki kemampuan/kompetensi yang sesuai dengan jenis kegiatan yang dikerjakannya, sehingga mereka berharap memilki kesempatan yang sama untuk menduduki jabatan tertentu seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, staf dan sebagainya sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama dalam berkarir. Jika hal ini berjalan dengan baik maka akan terjadi hubungan yang kondusif antara seluruh stake-holders di sekolah tersebut.
e. Keterbatasan anggaran yang tersedia. Dengan keterbatasan anggaran yang ada pada suatu lembaga pendidikan akan sangat mempengaruhi seluruh aktifitas pada lembaga tersebut. Seperti sekolah yang kekurangan dana anggaran operasional maka ia akan berjalan dengan terseok-seok bahkan tidak menutup kemungkinan akan tutup. Oleh kerena itu sekolah yang merupakan suatu lembaga hendaknya berusaha untuk mendapatkan dana dari berbagai pihak baik dari orang tua murid, pemerintah, lembaga sosial dan sebagainya. Sekolah yang kekuragan anggaran biaya pendidikan maka akan menyebabkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan secara signifikan. Seluruh kendala yang terdapat hendaknya disadari benar oleh sekolah, sehingga kendala-kendala tersebur dapat di atsi dengan cepat dan terorganisisr dengan baik. Dengan demikian tujuan pendidiakn nasional dalam rangka mencerdaskan anak bangsa akan tercapai dengan baik. Menurut Sidi, telah diupayakan tidak kurang 12 strategi pembangunan pendidikan nasional, antara lain 1) menerapkan perencanaan berbasis kompetensi lokal, 2) meningkatkan pemerataan pendidikan, 3) menetapkan sistem manajemen mutu secara menyeluruh, 4) meriview kurikulum secara pereodik serta mengembangkan implementasi kurikulum secara kontinyu, 5) merancang proses penerapan pendekatan dan metode serta isi pendidikan yang memberi kesempatan luas kepada peserta didik dan warga belajar untuk mengembangkan potensi kemampuannya secara luas, 6) meningkatkan system manajemen sumber pendidikan yang lebih adil dan
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
memadai serta mendayagunakan dan memobilisasi sumber dana secara efisien, 7) menyusun rambu-rambu kebijakan pengembangan program pendidikan yang luwes, 8) membuat peraturan perundangan yang mengatur perimbangan peran pemerintah dan non pemerintah dalam pendidikan secara komprehensif, 9) mengurangi unit birokrasi yang dipandang kurang bermanfaat, 10) mengupayakan secara konsisten dukungan dana yang memadai terutama untuk prioritas program pendidikan sebagai public goods, 11) menjaga konsistensi dan berkelanjutan internalisasi nilai-nilai pendidikan nasional diantara tiga pusat pendidikan; yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, dan 12) mengkaji pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada life skill. 68 1). Menerapkan perencanaan berbasis kompetensi lokal. Dengan menerapkan perencanaan berbasis lokal maka proses pendidikan akan berjalan dengan baik dan lancar karena seluruh proses pendidikan disesuaikan dengan kemampauan dan sumber daya alam dan kondisi alam yang ada pada daerah tersebut. Dengan demikian hasil produk yang dihasilkan tidak dapat dimanfaatkan secara langsung bagi kepentingan daerah tersebut. Kita mengambil contoh sekolah yang berada ditepi pantai maka keterampilan yang diberikan hendaknya yang berhubungan proses pengelolaan hasil laut dengan berbagai aspeknya. Bagi sekolah yang berada dipegunungan mereka diusahakan agar dalam bertani karena kondisi pegunugan sangat cocok bagi lahan pertanian. Dengan perencanaan pembangunan lembaga pendidikan berbasis lokal akan berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari seluruh masyarakat disekitarnya karena bagainapun sekolah harus mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Dalam sistem pendidikan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas dan manajemen pendidikan tidak hanya berada di tangan sekolah melainkan juga di tangan masyarakat. Namun demikian, melibatkan masyarakat luar kedalam proses pendidikan menjadi tantangan tersendiri. Komite sekolah, para orangtua, dan warga masyarakat seringkali tidak menyadari adanya kesempatan untuk berkontribusi dalam pengembangan sekolah. 68
Oki Darmawan, Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam. http://okidermawan.multiply.com/journal/item/1. Jum’at, 4/12/2010.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
78
79
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Seluruh kompoenen diatas memiliki peranan yang sangat besar bagi peningkatatan manajemen sekolah. Para anggota komite sekolah amat penting bagi peningkatan hubungan antara sekolah dengan masyarakat, karena dengan ikut berperannya masyarakat dalam suatu lembaga pendidikan akan dapat memberikan informasiinformasi yang berharga dalam rangka menuju sasaran mutu yang berkualitas. Penggalangan dana manajemen keuangan, diharapkan adanya kerja sama dalam rangka pelaksanaan kegiatan program sekolah yang telah disepakati. Tetapi apabila anggota komite sekolah yang tidak aktif dan tidak memiliki informasi mengenai peran dan tanggung jawab mereka serta perkembangan di era globalisasi yang sangat cepat membuat orang tua atau komite sekolah ketinggalan imformasi sehingga sasaran mutu yang akan dicapai akan mengalami hambatan. Keharusan masyarakat dalam menangani masalah-masalah pendidikan, tercantun dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada bab I, ketentuan umum, pasal 1, butir 16 misalnya menyatakan Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.69 2). Meningkatkan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidiakn sebaiknya tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan yang penuh dengan fasilitas pendidikan. Daerahpun hendaknya diberikan kesempatan untuk mendapatkan pemerataan pendidikan bagi masyarakatnya dengan berbagai fasilitas pendidkan. Saat ini dengan adanya sistem desntralisasi pemerintahan, diharapkan pemerintah daerah masing-masing dapat meningkatkan pendidikannya. Kewenangan atau kemandirian otonomi daerh terkait dengan pendidikan, sangat berpeluang untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang mengarah peningkatan kualitas mutu yang di kondisikan dengan keadaan darah itu sendiri. Sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga 69
Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ( Jakarta: Visi Media, 2008), 4.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
sekolah untuk menuju tujuan yang telah disepakati bersama, baik mengenai sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu maupun melaksanakan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu. Yang di sesuai dengan peraturan perundangan pendidikan nasional yang berlaku. 3). Menetapkan sistem manajemen mutu secara menyeluruh. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya menerapkan Total Quality Managament (TQM). Salah satu bentuk wujud professional dan usaha peningkatan kualitas pendidikan modern ialah mengembangkan system Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sedang dikembangkan saat ini oleh pemerintah maupun pihak swasta dalam mengelola pendidikan. Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “shool-based management”.70 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dengan kemandiriannya, maka: 1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, sehingga dia dapat mengoptimalkan sumber daya yan g tersedia untuk memajukan lembaganya. 2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua pesertadidik, dan masayarakat pada umumnya, sehinga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. 4. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekoilahsekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
70
Armai Arief, Azyumardi Azra (pengantar), Reformulasi Pendidikan Islam (Jakarta: CRSD PRESS, 2007), 68
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
80
81
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
upaya-upaya inovatif denga dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerahy setempat.71 Penerapan sistem manejemen mutu ISO 9001:2000 di berbagai sektor akan sangat menunjang keberhasilan pada suatu lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan dengan adanya sistim manajemen mutu yang menyeluruh akan tersentuh seluruh sektor-sektor yang menunjang keberhasilan pendidikan baik sektor keuangan, manajemen administrasi, hubungan masyarakat maupun sarana prasarana. 4). Meriview kurikulum secara pereodik serta mengembangkan implementasi kurikulum secara kontinyu. Pendidikan diselenggarakan untuk membantu anak didik mengembangkan minat dan bakatnya. Oleh karena itu pendidikan tidak terlepas dari kehidupan anak didik. “Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan pada siswa sebagai sumber isi kurikulum. Segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum tidak boleh terlepas dari kehidupan siswa sebagai peserta didik”.72 Para ahli pendidikan merumuskan bermacam-macam desain kurikulum seperti yang yang dikemukakan oleh Keneth T. Hanson yang dikutif Dede Rosyada, menyatakan bahwa secara teoritis pengorganisasian atau desain kurikulum dalam dunia pendidikan dapat dikembangkan menjadi tiga yaitu: subje centered curriculum, broad field dan core currikulum. Dede Rosyada juga mengklasifikasikan perbedaan kurikulum dari segi fungsi antara written curriculum dengan hidden curriculum, yakni antara desain program pembelajaran dengan lingkungan dan budaya sekolah yang didesain untuk sebuah lingkungan pendidikan. Diakui atau tidak bahwa lingkungan atau budaya sekolah memiliki pengaruh yang nyata terhadap perkembangan pola pandang sikap dan kebiasaan peserta didik.73 Proses pembelajaran yang berlangsung di
71
Departemen Pendidikan Nasioanal Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah, 5. 72 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 45. 73
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Cet III. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), 42.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
sebuah sekolah menggunakan kurikulum yang sudah ditentukan oleh pemerintah dengan seluruh perangkatanya. 5). Merancang proses penerapan pendekatan dan metode serta isi pendidikan Pendekatan ini akan memberikan kesempatan luas kepada peserta didik dan warga belajar untuk mengembangkan potensi kemampuannya secara luas. Dengan demikian proses pencapaian tujuan pendidikan akan lebih tercapai karena siswa akan memngembangkan kemamapuannya semaksimal mungkin demi pengembangan bakat dan potensi dirinya. 6). Meningkatkan system manajemen sumber pendidikan yang lebih adil dan memadai serta mendayagunakan dan memobilisasi sumber dana secara efisien. Peningkatan sumber pendidikan degan baik dan adil serta mendaya gunaka seluruh potensi yang ada pada lembaga pendidikan tersebut akan dapat mempercepat proses keberhasilan dalam proses pembelajaran, khususnya siswa akan lebih tenang dalam belajar tanpa memikirkan hal lain yang dapat mengganggu konsentrasi belajarnya. Kesadaran yang meningkat mengenai sumber daya finansial yang aktual dan kajian kebutuhan yang akurat berdampak pada penggunaan dana yang lebih efektif dan kontribusi masyarakat yang lebih besar 7). Menyusun rambu-rambu kebijakan program pendidikan yang luwes.
pengembangan
Kebijakan pengembangan program pendidikan yang luwes dan berpihak pada semua stake-holders akan dapat meningkatkan kinerja seluruh stake-holders sekolah tersebut dengan demikian apa yang diharapkan sekolah dalam rangka peningtan manajemen mutu akan tercapai dan dapat dipertahankan serta dikemabangkan kearah yang lebih baik. 8). Membuat peraturan perundangan yang mengatur perimbangan peran pemerintah dan non pemerintah dalam pendidikan secara komprehensif. Perundang-undangan yang berlaku dalam proses pengembangan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah maupun non Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
82
83
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
pemerintah yang komprehensif akan sangat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini disebabkan karena seluruh kebijakan yang akan diambil dalam kebijakan proses pendidikan harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku dalam pendidikan. 9). Mengurangi unit birokrasi yang dipandang kurang bermanfaat. Hubungan lembaga pendidikan dengan pemerintah dihubungkan unit birokrasi pemerintah melalau Departemen Pendidkan Nasional. Dengan birokrasi yang efisien dan efektif maka akan menunjang dalam proses pendidikan di sekolah sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan lancar. Sebaliknya jika birokrasi pemerintahan yang ada pada kementerian pendidikn berbelit-belit dan kurang bermanfaat akan menghambat jalan proses pendidikan secara langsung dan sanagat memmepengaruhi ketercapaian tujuan pendidikan secara Nasional. “Sistem sentralisasi membuat segala kegiatan pendidikan selalu menunggu petunjuk atau komando dari atas. Setiap interprestasi, setiap upaya dan usaha inovasi dianggap sebagai kegiatan yang menghambat kemajuan. Akibatnya sistem cendrung sangat kaku dan tidak ada tempat untuk improvisasi dan mengembangkan fitrah dan kreativitas yang dimilki oleh setiap potensi pendidikan.74 10). Mengupayakan secara konsisten dukungan dana yang memadai terutama untuk prioritas program pendidikan sebagai public goods. Saat ini banyak lembaga pendidikan yang sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam rangka menghasilkan pendidiakn yang baik. Dengan adanya dukungan dana yang memadai dari pemerintah maka akan cepat tercpapai tujuan pendidiak Nasional dengan hasil pendidikan yang dapat dibanggakan di ajang Nasional maupun Internasional.
74
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Angkasa, 2003), 43.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
11). Menjaga konsistensi dan berkelanjutan internalisasi nilainilai pendidikan nasional diantara tiga pusat pendidikan ; yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga pendidikan akan berhasil dengan baik apabila mendapat dukungan dari tiga pilar penunjang proses pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan mayarakat. Ketiga akan bersinergi dengan baik apabila adanya konsistensi peranan seluruh komponen yang menunjang pendidikan tersebut baik itu keluarga sekolah maupun masyarakat. Diantara tiga penunjang peranan pendidikan diatas maka peranan keluarga memilki peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan putra-putrinya dalam belajar. 12). Mengkaji pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
life skill. Tuntutan perkembangan zaman menuntut adanya kemampuan hidup atau life skill dari hasil produk pendidikan yaitu kemampuan hidup para lulusan sekolah dari sutau lembaga pendidikan. Dengan bekal life skill yang baik maka setiap lulusan akan dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupannya di masa depan. Siswa yang memiliki life skill yang tinggi akan dapat bertahan dan survive dibandingkan dengan siswa yang tidak memilki kemampuan diri. Dengan diberlakukannya sistem globalisasi maka tidak mustahil lulusan sekolah Nasional akan kalah bersaing dengan lulusan dari luar negri atau sekolah yang berkolaborasi dengan pihak asing. D. Kontribusi Manajemen ISO Terhadap Sikap Guru dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam 1.
Kontribusi Manajemen ISO Pendidikan Agama Islam.
terhadap
Sikap
Guru
Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia, pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang mutu pula. mutu adalah penilaiain subjektif dari para custumer atau pelanggan75. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terinte75
Soewarso, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi, 1996), 43.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
84
85
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
grasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar,serta pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru76. Manajemen Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan bagi setiap pelanggan, baik yang terorganisir dalam suatu lembaga pendidikan, maupun orang tua/wali murid, sangat berharap agar murid dan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yangb ermutu agar kelak dapat bersaing dalam menjalani kehidupan di era globalisasi. Guru menempati posisi strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan.” Guru menempati kedudukan sentral sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah”.77 Para Guru Pendidikan Agama Islam akan membentuk sikap positif apabila dalam melaksanakan tugas profesinya menterapkan manajemen ISO yang telah diberlakukan di sekolahnya. Sikap merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan sikap yang baik terhadap faktor penunjang belajar diharapkan akan menghasilkan sikap yang positif terhadap hasil belajar. Sebagaimana beberpa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang sikap. Antara lain adalah dari Shaw dan Wright, yang menyatakan bahwa sikap adalah derajat kepositifan seseorang terhadap suatu objek, yang bersama-sama dengan variabel situasional dan disposisional yang lain menentukan perilaku seseorang terhadap objek tersebut.78
76
http://guruvalah.20m.com/motivasi_mutu_kinerja1.pdf di akses tgl. 24 Agustus 2010. 77 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1988), 1. 78 Shaw ME and Wriht JM, Scale for Measurement of attitude (New York: Mc Graw-Hill Book Company, 1967), 10.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Dari difinisi tersebut dapat diketahui bahwa sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas seseorang bersamasama dengan faktor lain yang terdapat didalam diri seseorang pada situasi dan kondisi tertentu. Sejalan dengan Shaw dan Wright di atas, Witherington memandang sikap sebagai penentu respon seseorang terhadap objek dan pengalaman tertentu.79 Apabila seseorang mendapatkan suatu respon yang datang padanya maka seseorang akan mengambil sikap tertentu terhadap respon tersebut ia akan memiliki sikap positif maupun sikap negatif terhadap respon tersebut sangat tergangtung pada jenis respon yang dialami oleh orang. Sedangkan Oppenheim dan Nunnaly menyatakan bahwa sikap berkaitan dengan perasaan seseorang. Seseorang bersikap terhadap suatu objek-objek seperti: objek fisis, tipe manusia, orang-orang tertentu, lembaga sosial, kebijakan pemerintah dan lain-lain, serta suatu keadaan kesiapan, suatu kecenderungan bertindak terhadap suatu rangsangan tertentu.80 Pendapat ini akan terlihat berabagai macam respon dan objek yang dapat mempengaruhi sikap seseorang sehingga sikap merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk melakukan suatu kegiatan. Lain halnya pendapat Allport Vaughan dan Hogg, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan mental yang diatur oleh pengalaman langsung, pengaruh dinamika respon individu-individu terhadap semua objek dan situasi yang berhubungan dengan objek tersebut.81 Sikap dan tingkah laku seorang pendidik hendaknya mencerminkan nilai dari apa yang diajarkannya baik lisannya maupun perbuatannya. Dalam pergaulannya dengan anak didik hendaknya menghiasi dan memelihara dirinya dengan akhlak mulia. Definisi sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat ditarik pengertian, bahwa sikap pada dasarnya merupakan derajat kepositipan atau kenegatipan seseorang terhadap suatu objek sikap, yang didasarkan adanya kepercayaan atau pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap objek tersebut.
79
Whitherington, Teory nad Social Psychology (Kogasusha: Mc Graw Hill ltd, 1982), 52. 80 Oppenhein, Social Psychology ( Prentice Hall ltd, 1981), 75. 81 Graham Vaughan dan Michael Hogg, Introduction to Social Psychology (Sidney: Prentice Hall, 1995), 63.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
86
87
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sikap dapat digunakan untuk meramalkan suatu prilaku seseorang. Allport yang dikutip Mar’at mengatakan bahwa sikap memiliki tiga aspek yaitu (1) komponen kognitif, (2) komponen afektif, dan (3) komponen perilaku82. Berdasarkan batasan tersebut maka pengetahuan dan perasaan merupakan bagian dari sikap yang menentukan tingkah laku seseorang. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: ketika seseorang menghadapi suatu objek, maka komponen kognitifnya adalah pertama-tama yang berfungsi, di mana komponen kognitif tersebut melukiskan dan sekaligus mengkaitkan objek tersebut dengan objek yang lain di sekitarnya. Hal ini berarti, bahwa terdapat penalaran (reasoning) pada diri seseorang terhadap karakteristik objek yang dimaksudkan. Hasil dari penalaran ini kemudian dievaluasi. Dan berdasarkan hasil evaluasi ini maka komponen afektif akan berperan dalam penilaian emosional, sehingga timbul perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka, setuju-tidak setuju atau secara umum berupa positip atau negatip terhadap objek tersebut. Sebagai akibat dari keputusan afektif akan dihasilkan pola tingkah laku tertentu yang dapat diamati. Shaw dan Wright, membatasi konstrak teoretis sikap pada komponen afektif berdasarkan hasil evaluasi dari proses-proses kognitif dan mendahului terbentuknya tingkah laku83. Evaluasi diartikan sebagai reaksi perasaan yang memutuskan rasa senangtidak senang, rasa baik-buruk atau positip-negatip terhadap sifatsifat/ciri-ciri dari objek yang bersangkutan. Diantara faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.84 Menurut teori konsistensi internal seseorang tidak akan mau mengubah sikapnya terhadap suatu objek tertentu. ”Apabila sikap yang semula stabil kemudian menghadapi perubahan yang dibawa oleh suatu kekuatan eksternal yang berpengaruh pada salah satu 82
Mar’at, Sikap manusia perubahan serta pengukuran ( Jakarta: PT Ghalia, 1962), 45. 83 Shaw ME and Wriht JM, Scale for Measurement of Attitude (New York: Mc Graw-Hill Book Company, 1967), 12. 84 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 30.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
komponen afektif dan kognitif maka akan terjadi tekanan yang menghendaki perubahan pada komponen yang tidak terpengaruh. Sedangkan menurut pendekatan teori fungsi yang dikemukakan oleh Katz mengatakan bahwa untuk memahami bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat dari dasar motivasional sikap itu sendiri.85 Individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya apabila akan mendatangkan suatu keuntungan bagi dirinya, namun sebaliknya bila hal-hal yang dirasakan akan menyebabkan merugikan bagi dirinya, maka akan munul sikap negatif. Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap tidak sama dengan nilai tetapi keduanya saling berhubungan dan sikap memilki tiga komponen yaitu pengertian, keharuan dan prilaku. Sikap guru professional adalah guru yang bekerja dengan kemampuan, kecakapan atau kompetensi dasar dan kinerja standar. Tuntutan profesi menghendaki agar guru selalu mengembangkan diri sehingga senantiasa berada di depan dalam melaksanakan profesinya. Sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaan-nya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesionalisme yang tinggi.86 Kinerja standar adalah merupakan perwujudan dari tanggung jawa professional. Guru yang mempunyai nilai kinerja baik tentu akan berdampak dengan hasil kegiatannya terutama berkaitan dengan proses belajar mengajar, dimana output akan meningkat baik secara mutu maupun kuantitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara peningkatan kinerja guru karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung dengan siswa melalui kegiatan 85 86
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, 52- 53. Mukahmad Vip N, Peran Guru Profesional Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan, http://mukhamadaviv.wordpress.com/2010/06/20/peran-guru-profesiona Di akses Jum’at, 14/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
88
89
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
proses belajar mengajar. Sekolah juga telah mengenal konsep manajemem mutu pendidikan terpadu yang tentu mereka laksanakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 2.
Tuntutan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
1. Ciri-ciri Guru Profesional Profesionalisme berasal dari kata profesi artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.87 Sedangkan Sikun Pribadi menjelaskan bahwa profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.88 Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills mengatakan bahwa profesi adalah sebuah pekerjaan atau jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan secara khusus.89 Istilah profesi berasal dari bahasa Inggris ”profession” yang berakar dari bahasa Latin ” Profesus” yang
87 Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tiak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesi seseorang yang mendalami hukum adalah ahli hukum, seperti jaksa, hakim dan pengacara. Profesi seseorang yang mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu, seseorang yang menggeluti dunia pendidikan (mendidik dan mengajar) adalah guru.Guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Seorang guru professional dituntut dengan persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi memadai, memilki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memilki kemampuan berkomunkasiyang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan kometmen yang tinggi terhadap profesinya, dan selalu melaukan pengembangan diri secara terus menerus ( continuous improvement)melalui organisasi profesi,, internet , buku, seminar dan semacamnya. Kunandar, Guru Profesional Implementasi kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 45. 88 Sikun Pribadi dalam Syafruddin Nurdin, Guru Profesional Implementasi Kurikulum, Kuantun Teaching (Jakarta: 2005), 13. 89 Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills dalam Asrorun Ni’am Sholeh , Membangun Profesionalitas Guru (Jakarta: el. SAS, 2006), 102.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
berarti mengakui atau menyatakan mampu atau ahli dalam satu bidang pekerjaan.90 Kriteria Guru profesional berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan Dosen, sebagaimana terdapat pada BAB III pasal 7 yang mengatur tentang prinsip profesionalitas, pada ayat (1) dinyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 91 Seorang guru dikatakan sebagai seorang profesioanal yang sejati apabila dia dapat berperilaku sejalan dengan kode etik profesi serta dapat bekerja dengan standar yang tinggi. Beberapa produk hukum kita sudah menggariskan standar-standar yang berkaitan 90
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 134. 91
Undang-Undang Republik Indonesianomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm, Di akses Selasa 12 /4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
90
91
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dengan tugas guru. Guru profesional yang sejatinya tentunya tidak hanya sanggup memenuhi standar secara minimal, tetapi akan mengejar standar yang lebih tinggi. Termasuk dalam kriteria yang kelima adalah membangun rasa kesejawatan dengan rekan seprofesi untuk bersama-sama membangun profesi dan menegakkan kode etik profesi. Dalam lembaga pendidikan peranan guru professional sangatlah dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan guru-guru saat ini diharapkan bisa melakukan peningkatan profesionalitasnya dikarenakan banyak guru yang kurang professional dalam mendidik sehingga kemajuan mutu pendidikan kurang tercapai dengan maksimal92 Berdasarkan difinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Oleh karena itu keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh guru dan apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan guru, maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
ِ ِ ِِ ( ) ُرَواﻩُ اﻟْﺒُ َﺨﺎ ِر ْي.ُﺎﻋﺔ َ إِذَا ُوﺳ ًﺪاْ ﻷ َْﻣ ُﺮ إِ َﱃ َﻏ ِْﲑ أ َْﻫﻠﻪ ﻓَﺎﻧْـﺘَﻈ ُﺮ اﻟ ﱠﺴ ”Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.93
92
Mukahmad Vip N, Peran Guru Profesional Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan, http://mukhamadaviv.wordpress.com/2010/06/20/peran-guruprofesiona. Di akses Jum’at 15/4/2011. 93 ,Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Bin Mughiroh Bardizah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shahih Bukhori, Juz 1, (Beirut-libanon: Dar-al kutub al- Ilmiyyah, 1992), 26. http://Mizan-poenya.co.cc/konsep-kompetensiprofesional-guru.htmDi akses Jum’at 15/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama dalam sistem pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita umumnya. Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran (SP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.94 Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Adapun ciri-ciri guru profesional adalah: 1. Jabatan guru adalah tugas membimbing, mengajar dan melatih dan lebih dari sekadar mencari nafkah. 2. Guru harus memilki kompetensi yang ditunjukkan oleh ijazah dan LPTK yang bersagkutan. 3. Mengajar mempersyaratkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan. 4. Guru perlu meningkatkan dirinyasetiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan.
94
Abdul Kamil Marisi, Profesionalisme Guru Di Abad Kebangkitan Bangsa, http://lpmpjogja.diknas.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=28&Itemid=84, di akses Rabu 13/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
92
93
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
5.
Guru memiliki kode etik yang disepakati.95
Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efesien serta berhasil guna.96 Profesi terkait dengan profesional, kalau profesi berkaitan dengan bidang keahliannya maka profesional berkenaan dengan tingkat kemampuan kecakapan atau kompetensi dan cara kerjanya, Suatu profesi harus dikerjakan secara profesional walaupun mungkin saja seseorang mengerjakan secara tidak profesional, Suatu peofesi tidak dikerjakan secara profesional mungkin karena memang yang mengarjakannya tidak memiliki kemampuan, kecakapan atau kompetensi profesional. Dapat juga terjadi seseorang telah memiliki kemampuan, kecakapan atau kompetensi professional tetapi kinerja atau cara kerjanya tidak profesional. Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan kompetensinya namun juga dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan peranannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optimal. Pegawai merupakan tolak ukur kemajuan perusahaan dari mulai level tertinggi sampai terendah. Oleh karena itu hendaknya sebuah perusahaan mengangkat atau merekrut pegawai sebaiknya pegawai yang professional pada bidangnya masing-masing. ”Pegawai yang professional adalah pegawai yang bekerja dengan kemampuan, kecakapan atau kompetensi dasar dan kinerja standar. Kinerja standart merupakan perwujudan dari tanggung jawab profesional”.97 Tanggung jawab profesional bukan bekerja secara rutin dan mekanistis bukan puka hanya sekedar melaksanakan apa yang tercantum dalam rumusan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), bekerja secara prosfesional adalah bekerja secara berencana dan sistematis bekerja secara cerdas efisien dan efektif. Tanggung jawab profesi 95
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 293. 96 Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 46. 97
Nana Syaodih Sukmadinata, Ilmu dan Aplikasi dan Pendidikan ( Jakarta: Imtima, 2007), 391.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
juga menyangkut masalah etika. Pelaksanaan suatu tugas profesi berpegang teguh dan dilaksanakan sejalan dengan etika. Pengembangan tanggung jawab profesi dan pemilikan etika profesi membutuhkan pelatihan dan praktek yang relatif lama dan cukup intensif. Bekerja secara profesional bukan semata-mata bekerja untuk mendapatkan penghasilan walaupun dalam pelaksanaannya tugas profesi ini para profesional mendapatkan penghasilan. Dalam pelaksanaan pembangunan pegawai professional sangat dibutuhkan baik bidang administrasi maupun bidang lainnya. Administrasi pembangunan menghendaki peranan elite administratif yang bersifat menunjang bagi pembangunan demikian pula birokrasi pemerintahan terutama segi kepegawaian karena merekalah pada akhirnya yang menjadi pelaksana-pelaksana kegiatan usaha pemerintahan. Untuk iru tujuan yang banyak dikemukakan oleh para ahli adalah membina suatu sistem karier kepegawaian yang didasarkan atas prestasi dan kemampuan kerja. 3. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektf. 98 Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam mengusai materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi menurut Usman Uzer, adalah ” Gambaran hakekat kualitatf dari prilaku guru yang tampak sangat berarti.99 Pengertian ini mengandung makna kompetensi digunakan dalam dua 98
Kompetensi guru tersebut meliputi pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat prilaku yangt berkaitan dengan dengan kemamam[pua individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mendiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri dan pemahaman diri, mengelola diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. Keempat, kompetensi social, yaitu perangkat prilaku tertentu yang merupakan dasardari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan social secara efektif. Kompetensi social meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan social. Kelima, kompetensispritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaedah-kaedah keagamaan. Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 55-56 99 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1997), 14.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
94
95
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Konteks, pertama, sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kedua, sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, efektif dan psykomotor. Charles E.Johnson, memberi pengertian kompetensi dengan prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.100 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada bab IV pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pada bab II Pasal 2 ayat (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik..101 Sedangkan Abd al-Rahman al-Nahlawy, seorang ahli pendidikan Islam mengemukakan bahwa seorang guru perlu memiliki beberapa jenis kompetensi yang merupakan syarat bagi seorang guru yang baik, yaitu: a) iman yang kuat, b) ikhlas, c) sabar, d) jujur, mampu menguasai materi, f) mampu menguasai dan menyayangi siswa dengan tidak berlebih-lebihan, g) memahami psikologi anak dan perkembangannya, h) mampu mengetahui situasi kontemporer dan i) berlaku adil.102 Kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.103 Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
100
Charles E. Johnson dalam W. Robert Houston, Exploring Competency Based Education (California: Unversity of California, 2008), 299. 101 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Dep. Nas, 2006), 11. 102 Abd al –Rahma}-n al Nahla-wy, Ushu- l al Tarbiyah al al-Islāmiyah wa asa- libiha- fi al Bait wa al –Madrasah wa al – Mujtama’ (Suriah: Dar al-Fikr, 1999), 171-176. 103 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 14.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.104 Pada dasarnya makna kompetensi merupakan pilarnya kinerja suatu profesi, oleh sebab itu dalam melaksanakan tugasnya, guru dituntut untuk dapat berperan melalui Kinerja guru yang profesional. Kinerja merupakan kemampuan melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu hasil pelaksanaan dari suatu proses kerja seseorang. Kinerja dapat dikenali dari prilaku, hasil, dan keefektifan suatu organisasi. Kinerja merupakan suatu hasil kerja organisasi atau individu yang berguna bagi pengukuran efektivitas tujuan pelaksanaan rencana. Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional. Kompetensi guru erat kaitannya dengan profesionalisasi guru. Profesi keguruan merupakan jabatan yang dilandasi oleh berbagai kemampuan dan keahlian yang bertalian dengan keguruan. Oleh karena itu untuk memahami tugas pekerjaan guru, maka dapatlah dilakukan pengenalan terhadap kompetensinya. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14 /2005: pasal 10). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai oleh guru, termasuk guru pendidikan agama Islam. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen pembelajaran. Guru adalah sebagai sosok yang bertugas melakukan pengajaran dan sekaligus tokoh panutan (contoh) bagi para peserta didik. Oleh karena itu guru tidak sekedar dituntut mampu dalam penguasaan materi yang diampukan, tetapi juga penguasaan metode pengajaran, dan juga sebagai tokoh panutan yang diteladani oleh para peserta didik.105 104
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 55. 105
Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,
Kompetensi Guru Madrasah (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), 286.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
96
97
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan prestasi akademik. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang mujahadah, yakni usaha sunggu-sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah, dengan niat ibadah tentunya.106 Kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauhjauh agar tidak mencemarkan nama baik guru. Dengan demikian kompetensi kepribadian adalah kemampuan seorang guru untuk mewujudkan pribadinya yang mantap, memilki akhak mulia, prilaku arif dan berwibawa serta menjadi contoh bagi peserta didik dalam kesehariaannya. Oleh karena itu guru pendidikan agama Islam selain dari pada mengajar, ia juga merupakan suri tauladan bagi para siswa dan bertanggung jawab penuh untuk menanamkan nilia-nilai akhlakul karimah, yang sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW kepada ummatnya. Sebab pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
106
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Remaja Rosdakarya, 2008), 130.
(Bandung:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
PT
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
ِ ِ ُﺳ َﻮةٌ َﺣ َﺴﻨَﺔٌ ﻟِ َﻤ ْﻦ َﻛﺎ َن ﻳَـ ْﺮ ُﺟﻮ اﻟﻠﱠ َﻪ َواﻟْﻴَـ ْﻮَم اﻵَْ ِﺧَﺮ ْ ﻟََﻘ ْﺪ َﻛﺎ َن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﰲ َر ُﺳﻮل اﻟﻠﱠﻪ أ ِ ( 21:اب ْ َﺣَﺰ ْ )اَﻷ.َوذَ َﻛَﺮ اﻟﻠﱠ َﻪ َﻛﺜ ًﲑا ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Qs. Al-Ahzab ayat 21).107 Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar. Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Hampir sulit ditemukan munculnya guru yang memiliki keinginan buruk terhadap muridnya. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan murid, bukan sebaliknya justru menjerumuskannya. Djamarah dalam bukunya “ Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif108 Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Tampa melihat bidang studi yang diampukan-dipandang oleh masyarakat sebagai
107
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahan ( Mekar Surabaya, 2002), 595. 108 Rifai Ahmad, Kompetensi Kepribadian Guru, http://tanbihun.com /pendidikan/kompetensi-kepribadian-guru/di Akses Jumat 14/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
98
99
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
tokoh yang menegetahui tentang masalah agama (Islam). Oleh karena itu sering guru dijadikan alat untuk memobilisasi sosial. 109 Guru dalam lingkungan sekolah harus mampu berkomunikasi dengan siswa, sesama guru, dirumah guru sebagai orang tua, pendidik bagi anak-anaknya, dimasyarakat guru harus bisa bergaul dengan mereka, dengan cara saling membantu, tolong menolong, tentunya dalam hal kebaikan, sebagaimana firman Allah Qs. Al-Maidah ayat 2.
ِْ َوﺗَـ َﻌ َﺎوﻧُﻮا َﻋﻠَﻰ اﻟِْ ﱢﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘﻮى َوَﻻ ﺗَـ َﻌ َﺎوﻧُﻮا َﻋَﻠﻰ... اﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان َواﺗﱠـ ُﻘﻮا َ
ِ ﻳﺪ اﻟْﻌِ َﻘ ( 2: )اَﻟْ َﻤﺎﺋِ َﺪ ْة.ﺎب ُ اﻟﻠﱠ َﻪ إِ ﱠن اﻟﻠﱠ َﻪ َﺷ ِﺪ "........Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-NYA".(Qs. Al-Maidah: 2). 110 Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar didalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. Guru yang berkualifikasi profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkan, dapat mengembangkan silabus yang ada. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Untuk melaksanakan kompetensi seseorang memerlukan pengetahuan khusus, keterampilan dan sikap. Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain, baik kompetensi pedagogik, kompetensi kerpibadian, kompetensi sosial maupun kompetensi 109
Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,
Kompetensi Guru Madrasah, .287. 110
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan ( Mekar Surabaya, 2002 ), 141.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
profesional. Kompetensi profesional memerlukan kreatifitas, kecakapan menyesuaikan keadaan yang berbeda-beda yang kesemuanya dituntut tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam, karena kualitas dan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam akan berdampak signifikan terhadap kualitas pendidikan tersebut. Pada dasarnya tingkat kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah. Tugas guru pada dasarnya adalah mendidik para siswa agar dapat mengembangkan potensi para anak didiknya baik yang menyangkut kognitif, efektif maupun psykomotornya, guru dikatakan profesional apabila mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi belajar yang baik. itulah sebabnya Islam memandang guru sangat mulia, karena itulah Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan manusia lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Muja-dilah [58]:11).
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
100
101
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. al-Muja-dilah [58]:11).111 Guru Pendidikan Agama Islam yang profesional peranannya tidak lagi terbatas pada pada tugas/memberikan pembelajaran kepada para siswa di dalam kelas, tetapi lebih dari pada itu Ia harus dapat memikul tanggung jawab yang lebih banyak, yaitu dapat bekerja sama dengan pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Guru yang profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Guru memilki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memilki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas.112 Untuk itu guru Pendidikan Agama Islam harus lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah tempat bertugas dengan tidak mengabaikan tugas pokok di sekolah, misalnya: Keikutsertaan dalam forum ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya ditingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat nasional baik sebagai peserta maupun pemakalah. Bukti fisik yang dilamapirkan berupa makalah dan sertifikat serta piagam bagi nara sumber atau peserta. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas. Guru Pendidikan Agama Islam yang profesional berusaha mengembangkan kemampuan dalam bidang tehnolgi terutama yang terkait dengan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam, juga diharapkan memiliki jiawa kreatif, inovatif dan bisa mencari solusi dari suatu permasalahan yang terkait dengan profesinya. Dalam pendidikan Islam, guru memilki arti dan peranan yang sangat 111
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Juz 1-juz 30,
793. 112
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 132.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
penting, hal ini disebabkan guru memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai guru. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari orang-orang yang tidak berilmu.113 Ibnu Shanun mengatakan bahwa seorang guru adalah manusia pilihan diantara Bani Adam yang telah diberi kemuliaan dan keistimewaan oleh Allah SWT berupa ilmu dan hikmah, karena dengan ilmu, Allah SWT mengangkat derajat suatu kaum sehinga Allah SWT menjdikan mereka panutan dalam kebaikan (uswah hasanah), sebagai pemimpin (imam) yang diikuti jejaknya, tindak tanduk mereka teladani dan pemikiran mereka selalu dijadikan pegangan.114 Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang mulia diantara kamu adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya (HR.Bukhari).115 Guru yang profesional dalam bidangnya mengajar dan mendidik, maka keteladanan dari seorang guru tidak bisa ditawar-tawar. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru disamping harus menguasai pengetahuan yang akan dijarkannya kepada murid, juga harus memilki sifat-sifat tertentu yang dengan sifat-sifat ini diharapkan apa yang diberikan oleh guru kepada muridnya dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik. Guru hendaknya bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayangkepada para muridnya untuk membimbing dan mengarahkan merekamencapai kepribadian yang baik. Apabila ada diantara anak didik yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama maka guru harus tegas untuk memberikan sangsi sesuai dengan tingkat kesalahan. Menurut Hamka, seorang guru tidak hanya dituntut memilki ilmu yang luas, lebih dari itu , mereka hendaknya seorang yang beriman, berakhlak mulia, sungguh-sungghuh dalam melaksanakan tugas profesinya, serta menerima tanggung jawab profesinya sebagai bagian dari amanat yang diberikan Allah SWT kepadanya mesti 113
Allah SWT berfirman yang artinya” Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Lihat Q.S al-Mujadilah ayat 11. 114 Ibnu Shahnun, ‘Adab al Muallimin, Thahqiq: Mahmud Abd al Maula (Al-Jazair: Syirkah al Wathaniyah Li an- Nashr wa at Tauzi, 1969) 45. 115 Imam Bukhari, Al-Jami’ al-Shaheh lil Bukhari ( Kairo: Thabaqah Mishr, 1894) Bab Ilmu, 102
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
102
103
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
dilaksanakan dengan baik.116 Untuk terciptanya kondisi yang demikian, seorang guru dituntut untuk memperluas wawasan keilmuan, memperluas budi pekertinya, memperluas pengalamannya, bijaksana, tenang dalam memberikan pengajaran tidak cepat bosan dalam menjelaskan materi yang kurang dimengerti oleh murid, serta memperhatikan kondisi baik psikhis maupun fisik murid.117 Hal ini menunjukkan bahwa betapapun segala rencana telah disiapkan dan biaya serta perlengkapan sarana pendidikan disediakan, namun semuanya tidak akan berarti apapun jika guru yang berada didepan murid tidak dapat dipatuhi dan diteladani. Guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang dominan selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach ), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manger). Moh Uzer Usman mengemukakan tiga tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. (1) mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, (2) mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, (3) melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa.118 Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing danmembina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Fungsi dan tugas guru dalam pendidikan dapat disimpulkan tiga bagia yaitu:119 Pertama, sebagai pengajar (intruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan. Kedua, sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian sempurna seiring dengan tujuan Allah menciptakannya. 116
Hamka, Pandangan Hidup Muslim (jakarta: Bulan Bintang, 1992), 270. Hamka, Lembaga Hidup (Jakarta: Djayamurni, 1962), 190. 118 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , 7. 119 Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta:Bina Aksara, 1982), 86. 117
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
Ketiga, sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin mengendalikandiri sendiri, anak didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan. Guru yang berfungsi sebagai pengajar maupun berfungsi sebagai pendidik merupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi dan mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik terutama dalam proses belajar dan mengajar,yang diawali dengan pembuatan rencana program pengajaran, pelakasanaan pembelajaran sampaimelaksanakan evaluasi. Guru yang baik diharapkan untuk menjadikan dirinya secara profesional, dan untuk mendapatkan guru yang profesional merupakan suatu keharusan. Karena itu sebaiknya profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di dasari oleh nilai-nilai Islam, yaitu: 1. Jujur 2. Tanggungjawab 3. Komunikatif 4. Cerdas 5. Bersikap positif 6. Silaturrahim 7. Disiplin waktu dan menepati janji 8. Efektif dan efesien 9. Memberikan upah secara tepat dan cepat.120 1. Sifat kejujuran (shiddiq). Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling pentinguntuk membangun profesionalisme. Hampir semua bentuk uasha yang dikerjakan bersama menjadi hancur, karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat 120
Syarifudin, Profesionalisme Dalam Islam, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:n2AJ5QU8XkJ:www.scribd.com/doc/31032103/Profe sionalisme-DalamIslam+profesionalisme+dalam+Islam&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=opera&source=www.google.co.id. Di akses Selasa, 12/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
104
105
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
wajib bagi Rasulullah SAW.Dan sifat ini pula yang selalu di ajarkan oleh Islam melalui al-Qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan didunia organisasi, perusahan dan lembaga modern saat ini sangatditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangatditentukan oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya. Ketika parapemimpinya tidak jujur dan korup, maka negara itu menghadapi problem nasional yang sangat berat, dan sangat sulit untuk membangkitkan kembali. 2.
Sikap bertanggung jawab (amanah)
Juga merupakan sifat akhlak yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang di namakan hak. Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka semuanya akan menjadi tidak menentu. Contohnya saja adalah jika seorang ayah tidak melakukan tanggungjawabnya mencari nafkah, maka keluarganya akan sengsara. Bagaimanapun juga tanggung jawab menjadi nomor satu di dalam kehidupan seseorang. Dengan kita bertanggung jawab, kita akan dipercaya orang lain, selalu tepat melaksanakan sesuatu, mendapatkan hak dengan wajarnya. Seringkali orang tidak melakukan tanggung jawabnya, mungkin di sebabkan oleh hal hal yang membuat orang itu lebih memilih melakukan hal di luar tanggung jawabnya. Sebagai contohnya, eorang pelajar mempunyai tanggung jawab belajar, sekolah, tapi karena ada game/ajakan teman yang tidak baik untuk bolos sekolah, maka seorang anak itu bisa saja melalaikan tanggung jawabnya untuk bermain/bolos sekolah. Jika kita melalaikan tanggung jawab, maka kualitas dari diri kita mungkin akan rendah. Maka itu, tanggung jawab adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan,karena tanggung jawab menyangkut orang lain dan terlebih diri kita. Suatu perusahaan/organisasi/lembaga apapunpasti hancur bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak amanah. Tanggung jawab seorang guru pada pendidikan, menggunakan sarana dan penunjang kesusksesan harus diadakan dengan penuh kesadaran sebagai wujud profesionalisme dan kompetensi secara umum. Guru memilki tanggung jawa mewariskan Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
nilai-nilai instrinsik dan ekplosit pendidikan sehingga terjadi transformasi dalam diri siswa. Bahkan lebih jauh siswa dapat menciptakan nilai-nilai dan tradisi baru dalam merespon perkembangan zaman. Dalam konteks ini, pendidikan mampu menciptakan, memodifikasi dan mengkontruksi nilai-nilai baru berdasarkan kompetensi.121 3.
Sifat komunikatif (tabligh).
Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akna dapat menjalin kerjasama dengan orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukankerja sama atau melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan, kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanyadan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.
4.
Sifat cerdas (fathanah).
Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalm memahami problematika yang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapatdipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran. 5.
Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan).
121
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 39.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
106
107
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Berpikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalammenghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut, seseorang akan lebih lebih bersikapobjektif dan optimistik. Apabil ia berhasil dalm usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putusasa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagl merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan yanglebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT. 6.
Memperbanyak Silaturahhim
Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda keimanan. Silaturahim merupakan sebuah ajaran yang sangat dianjurkan agama Islam kepada para umat Islam. Namun dalam dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi, rapat dengan para dewan guru, para wakil kepala sekolah beserta staf, baik awal tahu, ssatu minggu sekali atau satu bulan sekali. Hal ini dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi kinerja para guru atau ada suatu permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti permasalahan tersebut yang sifatnya berkaitan dengan para pelanggan. 7.
Disiplin waktu dan menepati janji.
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Qur’an menegaskan makna waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah Demi Waktu. Begitu juga menepati janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan penting lainnya. Disiplin waktu menjadi salah satu jargon yang sering kali dilanggar di Indonesia. Karena seringnya, tidak jarang orang-orang Indonesia yang berusaha disiplin dan menepati waktu justru dianggap aneh dan langka. Bahkan seorangseorang yang senantiasa disiplin waktu, menepati janji sesuai Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
waktu yang ditentukan dan tidak pernah telat dalam setiap kali acara, dianggap sebagai ‘bukan orang’ Indonesia. Disiplin waktu malah menciptakan sebuah budaya ‘khas’ di Indonesia; jam karet. Saya yakin penggunaan istilah ‘karet’ bukan bagian dari promosi Indonesia yang pernah berjaya sebagai pengeksport karet terbesar di dunia. 8.
Bertindak efektif dan efisien.
Efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Bertindak efektif artinya merencanakan, mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien. 9.
Memberikan upah secara tepat dan cepat.
Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas-malas karena dia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak dihargai. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
108
109
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya. Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contohnya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memilki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memilki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan kometmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continuous imprpvement)melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar dan semacamnya.122 Dengan konsep semacam ini maka guru hendaklah dapat menciptakan suasana kelas yang kondusip sehingga terjadi komunikasi dua arah secara demokratis antara guru dengan siswa yang diharapkan akan mampu menggali potensi yang ada pada siswa. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, 122
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru , 50.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.123 Guru merupakan kunci keberhasilan pada lembaga pendidikan, karena berpengaruhnya sangat kuat dalam menentukan keberhasilan kualitas sekolah. Karena itu, pihak sekolah harus berusaha untuk memberdayakan guru. Upaya ini perlu dilakukan dalam rangka menuju suatu kepuasan kepada para pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Berdasarkan prinsip ini, maka agar guru mampu menyandang predikat sebagai seorang professional serta dapat melaksanakan fungsinya keprofesionalannya, maka harus mempunyai ciri-ciri, yaitu mempunyai penguasaan ilmu yang harus diajarkan kepada peserta didik. memiliki kemampuan mengajar, meliputi perencanaan, pelaksanaan mengajar dan efisiensi, guru perlu menciptakan suasana belajar yang memungkinkan peserta didik mau belajar, dengan cara membina hubungan kepercayaan satu sama lainnya, dan mengembangkan minat mengajarkan ilmunya kepada peserta didik. Ia harus selalu mengembangkan diri agar profesionalismenya mampu menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang setiap saat terus berubah karena tuntutan masyarakat dan perubahan global. Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan disadari satu kebenaran fundamental, yakni bahwa kunci keberhasilan mempersiapkan dan menciptakan guru-guru 123
Rifai Ahmad, Kompetensi Kepribadian Guru, http://tanbihun.com/pendidikan/kompetensi-kepribadian-guru/ Di akses Jumat, 15/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
110
111
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
yang profesional, yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk merencanakan pendidikan di masa depan. Sudah barang tentu dapat dikemukakan bahwa pelatihanpelatihan yang dilaksanakan oleh guru telah berhasil meningkatkan kemampuan kognitif guru, tetapi belum berhasil meningkatkan kinerja guru artinya bahwa guru tersebut belum professional. Pengembangan kualitas guru harus dikaitkan dengan perkembangan karir guru sebagai pegawai, baik negeri maupun swasta. Gambaran yang ideal adalah bahwa pendapatan dan karir, dalam hal ini jenjang jabatan dan kepangkatan merupakan hasil dari peningkatan kualitas seseorang selaku guru. Urutan proses di atas menunjukkan bahwa jenjang kepangkatan dan jabatan yang tinggi hanya bisa dicapai oleh guru yang memiliki kualitas profesional yang memadai. Sudah barang tentu alur pikir tersebut didasarkan pada asumsi bahwa peningkatan jenjang kepangkatan dan jabatan guru berjalan seiring dengan peningkatan pendapatannya. Proses dari timbulnya kesadaran untuk meningkatkan kemampuan profesional di kalangan guru, timbulnya kesempatan dan usaha, meningkatnya kualitas profesional sampai tercapainya jenjang kepangkatan dan jabatan yang tinggi memerlukan iklim yang memungkinkan berlangsungnya proses di atas. Iklim yang kondusif hanya akan muncul apabila di kalangan guru timbul hubungan kesejawatan yang baik, harmonis, dan obyektif. Hubungan tersebut bisa dimunculkan antara lain lewat kegiatan profesional kesejawatan. Dengan demikian, untuk pembinaan dan peningkatan profesional guru perlu dikembangkan kegiatan professional kesejawatan yang baik, harmonis, dan obyektif.124 Dalam memajukan jabatan guru sebagai jabatan profesional, kita belum sepenuhnya menganut pendidikan profesional seperti yang dianut oleh jabatan profesional lainnya yang lebih tua seperti dokter. Namun dengan adanya Direktorat Jendral peningkatan mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan yang khusus menagani urusan mutu pendidikan dan keguruan, peluang untuk menuju ke arah profesionaltas jabatan guru dan 124
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Http://Pakguruonline.Pendidikan.Net/ Wacana_Pdd _Frameset.Html, Diakses Kamis, 14/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta
pengelolaan pendidikan semakin terbuka.125 jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului dengan professional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota secara permanent, mengikuti standar baku mutu tersendiri, lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan mencari keuntungan sendiri, dan memiliki suatu organisasi professional yang kuat dan dapat melakukan control terhadap anggota yang melakukan penyimpangan. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, karena memerlukan persiapan yang harus ditempuh melalui jenjang pendidikan dan latihan khusus (advanced education and special training) agar ia memilki keahlian tertentu. Profesi seseorang yang mendalami ilmu kedokteran, maka adalah dokter. Dokter adalah profesi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada sumber daya manusia yang merupakan tenaga penggerak dalam menjalankan pembangunan. Tidak bisa dibayangkan akibatnya jika dokter tidak memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Sementara itu seseorang yang mendalami ilmu kependidikan (mendidik dan mengajar), maka adalah guru, dan berbagai profesi lainnya. Guru adalah profesi yang mempersiapkan anak didiknya sebagai sumber daya manusia untuk menyongsong pembangunan bangsa. Profesi guru merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan kehidupan seharihari, profesi guru harus di sesuaikan dengan standar nasional, semua komponen lebih memperhatikan kembali dengan 125
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru , 49.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
112
113
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
memprioritaskan program-program pengembangan profesi guru, pola pengembangan profesi dalam jabatan hendaknya diprioritaskan untuk meningkatkan profesionalisme dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang professional adalah guru yang memilki kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dan siap untuk memberikan bimbingan nurani dan akhlak yang terpuji kepada muridnya, sehingga diharapkan para murid dapat menterapkan akhlak terpuji tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan dana bimbingan yang diberikan bersumber dari ketulusan hati, maka guru benar-benar siap sebagai spiritual patner bagi muridnya. Guru yang ideal sangat merasa senang bersama dengan muridnya, ia selalu berinteraksi kepada muridmuridnya. Guru profesional akan selalu memikirkan bagaimana memacu perkembangan pribadi anak didiknya agar tidak mengalami kendala yang berarti yang dapat menghambat perkembangan potensi anak didik, karena itu guru selain ia trampil mengajar, juga harus memilki pengetahuan yang luas terutama pada bidangnya, bijak dan dapat bersosialisasi dengan baik terutama pada para siswanya. Dengan demikian bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari secara terus menerus dan kemudian di aplikasikan bagi kepentingan umum.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
BAB III HUBUNGAN SISTEM MANAJEMEN ISO DAN SIKAP GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM uru profesional sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan. Profesionalisme guru dapat dipengaruhi oleh; sikap, motivasi, disiplin kerja, kurikulum, kesejahteraan serta ketidak mengertian terhadap manajemen pendidikan. Tuntutan profesi menghendaki agar guru selalu mengembangkan diri sehingga senantiasa berada dibaris terdepan dalam melaksanakan profesinya. Penterapan Manajemen ISO apakah berkolerasi terhadap sikap dan profesionalisme guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian pada sekolah yang telah memberlakukan manajemen ISO di DKI Jakarta yaitu: SMAN 6, SMAN 8, SMAN 13, SMAN 14, SMAN 26, SMAN 28, SMAN 39, SMAN 42, SMAN 68, SMAN 70, SMAN 71, SMAN 81, SMAN 82, SMAN 99, SMAN 112, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 14, SMKN 20, SMKN 26, SMKN 27, SMKN 28, SMKN 30, SMKN 32, SMKN 33, SMK 57, dan SMKN 58.
G
115
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
E.
Deskripsi Data
Data penelitian ini berhubungan dengan tiga variabel , yaitu satu variabel terikat (Y) dan dua variabel bebas (X). Variabel terikat (Y) adalah profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, sedangkan variabel bebas (X) terdiri dari Manajemen ISO 9001:2000 (Xi) dan sikap Guru terhadap Manajemen ISO (X2). Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metodelogi diskriptif, digabung dengan penelitian korelasional (corelational research) yang mencari hubungan satu variable dengan variable yang lain untuk memahami suatu penomena dengan cara menentukan tingkat hubungan diantara variable-variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang menggunakan statistik dengan mencari validitas dan reabilitas istrumen dengan menggunakan tabel ANOVA yaitu untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata.1 Pengambilan data dari guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta yang telah memberlakukan manajemen ISO, sumber data diperoleh dari instrument penelitian yang terkait dengan manajemen ISO, sikap dan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Untuk menyusun instrument penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah 1) menjabarkan variable penelitian dengan menentukan indikatornya. 2) Indikator-indikator tersebut diperoleh dari teori yang mendukung masing-masing variable. 3) mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan masukan indikator-indikator yang dikembangkan dalam instrument. Waktu penelitian mulai tanggal 11 Oktober 2010 sampai dengan 20 Januari 2011. Uji coba instrumen diberikan pada 18 guru Pendidikan Agama Islam untuk menghasilkan item-item pernyataan yang vailid yang layak untuk dipergunakan, sedangkan item pernyataan yang tidak layak tidak dipergunakan. Item-item pernyataan yang vailid kemudian disebarkan pada 62 guru Pendidikan Agama Islam. Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala liket yaitu jawaban guru sangat setuju (SS) dengan skor 5, setuju (S) 1
Cornelius Trihendradi, Memecahkan kasus Statistik Deskriptif, Parametrik, dan Non-Prametrik dengan SPSS12 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 106
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
dengan sekor 4, Tidak Berpendapat (TP) dengan skor 3, tidak Setuju TS) dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1. H. Pengambilan data variable X1 dilakukan dengan setiap guru agama Islam mengisi instrumen penilitian berupa aktivitas manajemn ISO di sekolah masing masing dalam bentuk skala linkers.Hasilnya berupa penjumlahan skor setiap indikator pada semua guru agama Islam yang menjadi sample. Pengambilan data variable X2 dilakukan dengan setiap guru agama Islam mengisi instrumen penilitian berupa sikap guru agama islam terhadap manajemn Iso di sekolah masing mwsing dalam bentuk skala linkers. Hasilnya berupa penjumlahan skor setiap indikator pada semua guru agama islam yang menjadi sample. Pengambilan data variable Y dilakukan dengan setiap guru agama Islam mengisi instrumen penilitian berupa profesioonalisme guru di sekolah masing msingdalam bentuk skala linkers.Hasilnya berupa penjumlahan skor setiap indikator pada semua guru agama islam yang menjadi sample.Untuk mengetahui gambaran data dari variabel yang diteliti penulis menyajikan dengan mengunakan alat bantu SPSS seri 12. Statistik parametrik digunakan oleh penulis untuk mendeskriftipkan data dalam penelitian ini. 1.
Sistem Manajemen Mutu ISO
Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala Likert yaitu jawaban guru Pendidikan Agama Islam, yang terdiri dari 35 soal untuk Sistem Manajemen ISO. Skor nilai responden pada variabel ini menyebar antara 92 sampai dengan 175. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata skor 126, 92, median 127, dan simpangan baku 15,77. Modus dan median mendekati skor ratarata. Oleh karena itu nilai responden cenderung berada dalam distribusi normal.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
116
117
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL 4.1. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL HASIL MANAJEMEN ISO. Statistics Sistem Manajemen Iso N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
62 0 126.9194 127.0000 136.000 15.77745 92.00 175.00
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dinyatakan bahwa jumlah data pengamatan adalah 62 dan semua nya valid. Mean, rata-rata hitung hasil sistem manajemen ISO = 126.9194. Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar = 127. Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil = 136. Standar Deviation adalah nilai simpangan baku = 15.77745. Minimum adalah nilai yang terkecil dari data = 92. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data = 175. Untuk jelasnya penyebaran frekwensi dan histogram data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1 dan gambar histogram 1.1 sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Asal Sekolah:No. Responden: Asal No. Responden: Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
HISTOGRAM 1.1 Responden 15
Frekuensi Frequency
12
9
6
3
Mean = 126.9194 Std. Dev. = 15.77745 N = 62 0 100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Sistem Manajemen ISO
2. Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Sistem Manajemen ISO Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala Likert Yang terdiri dari 41 item. Skor jawaban responden pada variabel ini menyebar antara 103 sampai dengan 188. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata skor 137,64, median 1136,00 dan simpangan baku 15,83. Penyebaran data menunjukkan bahwa responden terhadap variabel Sikap Guru pendidikan Agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000 cenderung berdistribusi normal. Untuk jelasnya penyebaran frekuensi dan histogram data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4. 2. dan gambar histogram 1. 2 sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
118
119
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL 4.2. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL SIKAP GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (X2) Statistics Sikap Guru PAIS N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
62 0 137.6452 136.0000 136.000(a) 15.83221 103.00 188.00
Multiple modes exist. The smallest value is shown Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dinyatakan bahwa jumlah data pengamatan adalah 62 dan semua nya valid. Mean, rata-rata hitung hasil sistem manajemen ISO = 137.6452 Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar = 136. Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil = 136. Standar Deviation adalah nilai simpangan baku = 15.83221 Minimum adalah nilai yang terkecil dari data = 92.103 Maximum adalah nilai yang terbesar dari data = 188. Untuk jelasnya penyebaran frekuensi dan histogram data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.2. dan gambar histogram 1.2. sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Asal Sekolah:No. Responden: Asal No. Responden: Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
120
HISTOGRAM 1.2 14
12
Frekuensi Frequency
10
8
6
4
2 Mean = 137.6452 Std. Dev. = 15.83221 N = 62 0 100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Sikap Guru PAIS
3.
Sistem Manajemen IS0, Sikap Manajerial Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Instrumen untuk variabel ini adalah angket dengan skala likert, yang terdiri dari 42 item. Skor jawaban responden pada variabel ini menyebar antara 129 sampai dengan 180. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata skor 155,96, median 157,00, dan simpangan baku 11,32. Penyebaran data menunjukkan bahwa responden terhadap variabel Kemampuan mengajar guru cenderung berdistribusi normal. Untuk jelasnya penyebaran frekuensi dan histogram data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.3 dan gambar histogram 1. 3 sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
121
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL 4.3. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Y) Statistics Profesionalisme N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
62 0 155.9677 157.0000 150.00(a) 11.32030 129.00 180.00
Multiple modes exist. The smallest value is shown Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dinyatakan bahwa jumlah data pengamatan adalah 62 dan semua nya valid. Mean, rata-rata hitung hasil sistem manajemen ISO = 155.9677 Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar = 157. Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil = 136.150. Standar Deviation adalah nilai simpangan baku = 11.32090 Minimum adalah nilai yang terkecil dari data = 129. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data = 180. Untuk jelasnya penyebaran frekuensi dan histogram data tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.3 dan gambar histogram 1.3 sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Asal Sekolah:No. Responden: Asal No. Responden: Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
122
HISTOGRAM 1.3
12
F r e qFrekuensi uency
10 8 6 4 2 0
Mean = 155.9677 Std. Dev. = 11.3209 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00 180.00 N = 62
Profesionalisme
Secara keseluruhan hasil pengolahan data dari ketiga variabel penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: TABEL 4.4. STATISTICS Sistem Manajemen ISO N
Sikap Guru PAI
Profesionalisme
Valid
62
62
62
Missing
1
1
1
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
123
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sistem Manajemen ISO
Sikap Guru PAI
Profesionalisme
Mean
126.9194
137.6452
155.9677
Median
127.0000
136.0000
157.0000
Mode
136.00
136.00(a)
150.00(a)
Std. Deviation
15.77745
15.83221
11.32090
Minimum
92.00
103.00
129.00
Maximum
175.0
188.00
180.00
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dinyatakan bahwa jumlah data pengamatan adalah 62 dan semua nya valid.. Mean, rata-rata hitung hasil sistem manajemen ISO = 126.9194. Mean, rata-rata hitung hasil sikap guru Pendidikan Agama Islam = 137.6452. Mean, rata-rata hitung hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 155.967. Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar hasil sistem manajemen ISO = 127.0000. Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar hasil sikap guru Pendidikan Agama Islam = 136.0000. Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 157.0000. Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil hasil sistem manajemen ISO = 136.00. Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil hasil sikap guru Pendidikan Agama Islam = 136.00(a). Mode adalah nilai yang sering muncul. Apabila terdapat beberapa nilai yang diambil nilai terkecil hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 150.00(a).
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Standar Deviation adalah nilai simpangan baku hasil sistem manajemen ISO = 15.77745 Standar Deviation adalah nilai simpangan baku hasil sikap guru Pendidikan Agama Islam = 15.83221. Standar Deviation adalah nilai simpangan baku hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 11.32090. Minimum adalah nilai yang terkecil dari data hasil sistem manajemen ISO = 92.00. Minimum adalah nilai yang terkecil dari data sikap guru Pendidikan Agama Islam = 103.00. Minimum adalah nilai yang terkecil dari data hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 129.00. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data hasil sistem manajemen ISO = 175.00. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data sikap guru Pendidikan Agama Islam = 188.00. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data hasil Profesionalisme guru Penidikan agama Islam = 180.00. F. Pengujian Persyaratan dan Pengujian Hipotesis. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa analisis data dalam rangka pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda, serta korelasi sederhana, parsial dan ganda. Penggunaan analisis tersebut menuntut harus dipenuhinya beberapa syarat antara lain: a. Data berasal dari sampel yang dipilih secara acak, b. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal; c. Kelompok data mempunyai varians yang tidak berbeda secara nyata, atau variasi yang ada diantara kelompok kelompok populasi homogen. Prosedur pemilihan sampel secara acak telah dilakukan dengan menggunakan teknik "Random Sampling". Melalui cara demikian diperkirakan bahwa sampel yang dipilih, secara statistik telah memenuhi syarat dan dapat mewakili populasi penelitian. Selanjutnya pengujian normalitas populasi dilakukan berdasarkan data penelitian. Hasil pengujian data tersebut adalah:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
124
125
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengujian Normalitas Untuk menentukan apakah teknik analisis parametrik dapat digunakan atau tidak, diadakan pengujian normalitas distribusi populasi berdasarkan pengolahan data. Uji normalitas diadakan pada data ketiga variabel penelitian dengan menggunakan teknik One-Sample KolmogorovSmirnov Test. Hasil pengolahan data setiap variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pengujian normalitas data variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan hasil pengolahan data mengunakan statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh taraf siqnifikan untuk variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, kenormalan dipenuhi jika hasil uji tidak siqnifikan untuk suatu taraf siqnifikan (0,05). Pada hasil pengolahan data diperoleh taraf asimp Sig 0,372 > 0,05 maka H0 diterima, untuk variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru dengan demikian, data nilai manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam berasal dari populasi yang berdistribusi normal, pada taraf siqnifikan 0,05.
b. Pengujian normalitas data variabel Sikap Guru Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh taraf siqnifikan untuk variabel sikap guru Pendidikan Agama Islam sebesar 0,187. Hipotesisi yang akan diuji adalah: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, kenormalan dipenuhi jika hasil uji tidak siqnifikan untuk suatu taraf siqnifikan (0,05). Pada hasil pengolahan data diperoleh taraf asimp Sig 0,437 > 0,05 maka H0 diterima, untuk variabel sikap guru terhadap manajemen ISO, dengan demikian, data sikap guru Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Pendidikan Agama Islam berasal dari populasi yang berdistribusi normal, pada taraf siqnifikan 0,05.
c.
Pengujian normalitas data variabel Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh taraf siqnifikan untuk variabel profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sebesar 0,082. Hipotesisi yang akan diuji adalah: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, kenormalan dipenuhi jika hasil uji tidak siqnifikan untuk suatu taraf siqnifikan (0,05). Pada hasil pengolahan data diperoleh taraf asimp Sig 0,987 > 0,05 maka H0 diterima, untuk variabel profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dengan demikian, data profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam berasal dari populasi yang berdistribusi normal, pada taraf siqnifikan 0,05. Dari ketiga distribusi data yang meliputi data Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru, sikap guru Pendidikan Agama Islam, dan profesionalisme guru ternyata semuanya menunjukkan bahwa distribusinya berasal dari distribusi normal. Dengan demikian persyaratan kedua untuk analisis pengujian hipotesis sudah dapat terpenuhi. Hasil perhitungan uji normalitas terhadap setiap variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: TABEL 4.5 REKAPITULASI HASIL ANALISIS PENGUJIAN NORMALITAS SETIAP VARIABEL PENELITIAN One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sistem Manajemen ISO 62
N Normal Parameters (a,b)
Mean
126.9194
Sikap Guru PAI
Profesionalis me
62
62
137.6452
155.9677
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
126
127
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute
Positive Negative Kolmogorov – simirnoz Z Asump. Sign (2-Tailed)
Sistem Manajemen ISO 15.77745 .116 .116 -.089 .916 .372
Sikap Guru PAI
Profesionalis me
15.83221 .110
11.32090 .057
.110 -.075 .869 .437
.042 -.057 .450 .987
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas data pada penelitian ini dilakukan pada varians data Y(profesionalitas guru PAIS) atas X1(manajemen mutu ISO) dan X2(Sikap guru agama terhadap manajemen mutu ISO) . Pengujian homogenitas data dilakukan dengan “test of Homogenity of variance”, yaitu rata-rata varians kelompok. Dengan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Ho : varians pada tiap kelompok sama (homogen) Hi : varians pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen). Adapun kriteria pengujian yang harus dipenuhi adalah Ho diterima bila jika probobilitas > 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya jika Ho ditolak bila probobilitas < 0,05. Pada hasil pengolahan data , diperoleh taraf siqnifikan 0,000 untuk varians Y atas X1 dan varians Y atas X2 taraf siqnifikan 0,000 . Dengan demikian, varians sampel kelompokY atas X1 dan X2 adalah sama atau kedua kelompok sampel tersebut homogen, lihat tabel 4.6.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
TABEL 4.6 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2. Test Of Homogeneity Of Variances Levene Statistic
Df1
Df2
Sig.
Keputusan
Sistem Manajemen ISO
5.123
16
26
.000
Homogen
Sikap Guru PAIS
5.825
16
26
.000
Homogen
Pada varians data X2 (Sikap guru PAI terhadap Manajemen Mutu ISO) atas X1(manajemen mutu ISO) dan Y(Profesioanisme Guru PAIS) . Pengujian homogenitas data dilakukan dengan “test of Homogenity of variance”, yaitu rata-rata varians kelompok. Dengan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Ho : varians pada tiap kelompok sama (homogen) Hi : varians pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen). Adapun kriteria pengujian yang harus dipenuhi adalah Ho diterima bila jika probobilitas > 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya jika Ho ditolak bila probobilitas < 0,05. Pada hasil pengolahan data , diperoleh taraf siqnifikan 0,000 untuk varians Y atas X1dan X2 taraf siqnifikan 0,000 . Dengan demikian, varians sampel kelompok, X2 atas X1 dan Y adalah sama atau kedua kelompok sampel tersebut homogen, lihat tabel 47. TABEL 4.7 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X2 ATAS X1 DANY Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic Sistem Manajemen ISO Sikap Guru PAIS
Df1
Df2
Sig.
Keputusan
31.292
16
33
.000
Homogen
1.376
16
33
.213
Homogen
Pada varians dataX1 atas X2(Sikap Guru Pais terhadap manajemen mutu ISO) dan Y (Profesioanisme Guru PAI). Pengujian homogenitas data dilakukan dengan “test of Homogenity of
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
128
129
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
variance”, yaitu rata-rata varians kelompok. Dengan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Ho : varians pada tiap kelompok sama (homogen) Hi : Varians pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen). Adapun kriteria pengujian yang harus dipenuhi adalah Ho diterima bila jika probobilitas > 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya jika Ho ditolak bila probobilitas < 0,05. Pada hasil pengolahan data , diperoleh taraf siqnifikan 0,000 untuk varians X1atas varians Y taraf siqnifikan 0,000 . Dengan demikian, varians sampel kelompok, X1 atas X2 dan Y adalah sama atau kedua kelompok sampel tersebut homogen, lihat tabel 48 TABEL 4.8 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2 DAN Y Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
Df1
Df2
Sig.
Keputusan
Sistem Manajemen ISO
8.977
9
33
.000
Homogen
Sikap Guru PAIS
2.321
9
33
.038
Homogen
G. Uji Hipotesis Seperti telah dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu Manajemen ISO (Xi), Sikap Guru Pedidikan Agama Islam terhadap manajemen ISO (X2), dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (Y). Setelah persyaratan pengujian hipotesis terpenuhi, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian. Analisis pengujian hipotesis ini adalah pemeriksaan hubungan antar variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, pencarian bentuk hubungan, dan sumbangan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk kepentingan hal tersebut digunakan teknik analisis regresi dan korelasi dalam mencari bentuk dan kekuatan hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan untuk mencari konstribusi dilakukan dengan menghitung koefisien diterminasi. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
H. Uji Hipotesis 1 Uji korelasi Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hububgan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Prfofesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Pengujian ini dimulai dengan analisis korelasi untuk mengetahui bentuk dan kekuatan hubungan serta besarnya sumbangan variabel manajemen ISO (X1) terhadap profesionalisme guru (Y). Hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus Pearson diperoleh koefisien korelasi manajemen ISO 9001:2000, sikap dan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam seperti tabel 4.9 berikut ini: TABEL. 4.9 KORELASI PEARSON CORRELATIONS Sistem Manajemen ISO 1
Sistem Manajemen ISO
Profesionalisme
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) . N 62 Profesionalisme Pearson .407(**) Correlation Sig. (2-tailed) .001 N 62 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2.
.407(**) .001 62 1 . 62
Koefisien Determinasi
Selanjutnya, dari hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi antara Sikap Manajerial pada manajemen terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam didapat rX1 Y = 0,407 dan koefisien derminasi sebesar r2X1Y= 0,164, artinya sumbangan efektif yang diberikan manajemen ISO terhadap profesionalisme sebesar 16,6%, dengan perkataan lain 83,4% varians profesionalisme guru dipengaruhi oleh factor lain.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
130
131
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
3.
Uji Signifikan Kofisien Korelasi
Ho : py2 = 0 Hi : P y2 >0 Uji signifikan kofisien korelasi dilakukan dengan uji “t” dari hasil analisis diperoleh harga t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf Signifikan 0,987 yaitu 2,719 > 1,6759. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen mutudenga profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam ditolak karena tidak teruji kebenarannya dan Hi diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara variabel manajemen ISO dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam pada taraf nyata kepercayaan 97.41%. 4. Uji hipotesis persamaan regresi linier Persamaan regresi yang dilihat dalam penelitian ini meliputi variabel profesionalisme guru (Y) atas variabel manajemen ISO (X1) dan atas variabel sikap guru Pendidikan Agama Islam (X2), berdasarkan pengolahan data mentah hasil penelitian didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: 2.1 Ŷ = a + bX1, H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dengan Profesionalime guru H1: terjadi hubungan linier antara manajemn ISO dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dan bentuk hubungan yang terjadi, apakah hubungan tersebut berbentuk prediktif atau tidak, dilakukan analisis regresi sederhana Y atas Xl.dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini;
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
TABEL 4.10 UJI REGRESI LINIER ANOVA (B) Model
Sum of Squares
Df
Mean Squares
F
Sig.
1
Regression
1294.662
1
1294.662
11.908
.001 (a)
2
Residual
6523.273
60
108.721
3
Total
7817.935
61
a Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO b Dependent Variable: Profesionalisme Berdasar tabel di atas f hitung (11,908) > f tabel ( 2,000) maka H0 ditolak H1 diterima. Sehingga persamaan regresi berikut ini signifikan. Hasil dari perhitungan mendapatkan model regresi linear sederhana Ŷ=118,908+0,292X1, Model persamaan regresi yang diperoleh mengandung arti apabila manajemen terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam sehari-hari ditingkatkan sebesar 1 (satu) unit, maka akan terjadi peningkatan pada profesionalisme guru sebesar 0,292 pada konstanta tetap 118,908. Karena model yang diduga berbentuk model regresi, maka perlu dilakukan pengujian signifikansi dan linearitas atas model yang dipakai. Adapun taraf signifikannya adalah 0,001, seperti terlihat dalam tabel 4.11
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
132
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
133
TABEL 4.11 REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Oefficients
Std. Error
(Constant)
118.908 10.821
Sistem Manajemen ISO
.292
.085
t
Sig.
10.989
.000
3.451
.001
Beta
.047
a Dependent Variable: Profesionalisme I. Uji Hipotesis 2 1.
Uji korelasi Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara sikap guru agama islam tergadap manajemen ISO 9001:2000, dengan prfofesionalisme guru pendidikan agama Islam. Pengujian ini dimulai dengan analisis korelasi untuk mengetahui bentuk dan kekuatan hubungan serta besarnya sumbangan variabel sikap guru PAI pada manajemen ISO (X2) terhadap profesionalisme guru (Y). Hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus Pearson diperoleh koefisien korelasi manajemen ISO 9001:2000, sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam seperti tabel 4.12 berikut ini:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
TABEL 4.12 KORELASI PEARSON CORRELATIONS Sikap Guru PAIS
Profesionalisme
Sikap Guru PAIS
Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) . N 62 Profesionalisme Pearson .362(**) Correlation Sig. (2-tailed) .004 N 62 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.362(**) .004 62 1 . 62
Koefisien Determinasi Selanjutnya, dari hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi antara sikap manajerial pada manajemen terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam didapat rX1 Y = 0,407 dan koefisien derminasi sebesar r2X1Y= 0,164, artinya sumbangan efektif yang diberikan manajemen ISO terhadap profesionalisme sebesar 16,6%, dengan perkataan lain 83,4% varians profesionalisme guru dipengaruhi oleh factor lain. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara sikap guru pais dengan Profesionalime guru H1 : terjadi hubungan linier antara sikap guru pais dengan profesionalisme guru. Pendidikan Agama islam. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dan bentuk hubungan yang terjadi, apakah hubungan tersebut berbentuk prediktif atau tidak, dilakukan analisis regresi sederhana Y atas X2 . dapat dilihat dari tabel. 4.13 berikut ini;
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
134
135
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TABEL.4.13 HIPOTESIS REGRESI LINIER ANOVA (B) SUM OF MEAN MODEL DF F SQUARES SQUARES 1 REGRESSION
1024.195
1
1024.195
2
RESIDUAL
6793.740
60
113.229
3
TOTAL
7817.935
61
9.045
SIG. .004 (A)
a Predictors: (Constant), Sikap Guru PAI b Dependent Variable: Profesionalisme Berdasar tabel di atas f hitung (9,045) > f tabel ( 2,000) maka H0 ditolak dan H1 diterima.Sehingga persamaan regresi berikut ini signifikan. Selanjutnyahubungan sikap guru pendidikan agama Islam atas profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, menunjukkan hasil perhitungan model regresi linear sederhana Ŷ = 120,343+0.259X2., Model persamaan regresi yang diperoleh mengandung arti apabila manajemen terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sehari-hari ditingkatkan sebesar 1 (satu) unit, maka akan terjadi peningkatan pada profesionalisme guru sebesar 0,259 pada konstanta tetap 120,259. Karena model yang diduga berbentuk model regresi, maka perlu dilakukan pengujian signifikansi dan linearitas atas model yang dipakai. Adapun taraf signifikanny adalah 0,004, seperti terlihat dalam tabel 4.14 TABEL. 4.14 REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) UNSTANDARDI STANDARDIZ ZED ED COEFFICIENTS OEFFICIENTS MODEL T STD. BETA B ERROR 10.09 (CONSTA 1 120.343 11.992 NT) 4 SIKAP .259 .086 .362 3.008 GURU PAI a. Dependent Variable: Profesionalisme
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
SI G. .00 0 .00 4
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
J. Hipotesis 3 1.
Uji korelasi Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap guru agama Islam terhadap manajemen ISO 9001:2000. Pengujian ini dimulai dengan analisis korelasi untuk mengetahui bentuk dan kekuatan hubungan serta besarnya sumbangan manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agama islam tergadap Manajemen ISO 9001:2000). Hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus Pearson diperoleh koefisien korelasi manajemen ISO 9001:2000, sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam seperti tabel. 4.15 berikut ini: TABEL 4.15 KORELASI PEARSON CORRELATIONS Sikap Guru PAIS Sistem Manajemen ISO
Sikap Guru PAIS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Profesionalisme
1
.987(**)
. 62 .987(**)
.000 62 1
.000 62
. 62
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 2.
Koefisien Determinasi
Selanjutnya, dari hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agama Islam terhadap manajemen ISO 9001:2000. didapat rX1X2= 0,987 dan koefisien derminasi sebesar r2X1Y= 0,974, artinya sumbangan Manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
136
137
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
manajerial guru agama Islam terhadap manajemen ISO 9001:2000). Sebesar 97.4% dengan perkataan lain 2.6% varians sikap guru agama Islam terhadap manajemen ISO 9001:2000 dipengaruhi oleh factor lain. 3.
Uji Regresi Linier
Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000 H1 : terjadi hubungan linier antara manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dan bentuk hubungan yang terjadi, apakah hubungan tersebut berbentuk prediktif atau tidak, dilakukan analisis regresi sederhana Y atas X2 . dapat dilihat dari tabel. 4.16 berikut ini;
1
TABEL.4.16 HIPOTESIS REGRESI LINIER ANOVA (B) SUM OF MEAN D MODEL SQUARE SQUARE F F S S REGRESSIO 2206.05 14885.344 1 14885.344 N 5
2
RESIDUAL
404.850
60
3
TOTAL
15290.194
61
SIG . .000 (A)
6.747
a. Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO b. Dependent Variable: Sikap Guru PAIS Berdasar tabel di atas f hitung (2206,05) > f tabel ( 2,000) maka H0 ditolak H1 diterima. Sehingga persamaan regresi berikut ini signifikan. Selanjutnya hubungan manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap guru agama Islam terhadap manajemen ISO 9001:2000, menunjukka hasil perhitungan model regresi linear sederhana Ŷ = 11.983+0..987 Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
138
X2., Model persamaan regresi yang diperoleh mengandung arti apabila manajemen ISO 9001:2000, dengan sikap manajerial guru agama Islam tergadap manajemen ISO 9001:2000 sehari-hari ditingkatkan sebesar 1 (satu) unit, maka akan terjadi peningkatan pada sikap guru agama Islam tergadap Manajemen ISO 9001:2000 sebesar 0..987 pada konstanta tetap 11.983. Karena model yang diduga berbentuk model regresi, maka perlu dilakukan pengujian signifikansi dan linearitas atas model yang dipakai. Adapun taraf signifikanny adalah 0,000, seperti terlihat dalam tabel 4.17 TABEL 4.17 REGRESI LINIER COEFFICIENTS(A) UNSTANDARDI ZED COEFFICIENTS STD. B ERROR
MODEL
1
STANDARDI ZED OEFFICIENTS
T
SI G.
4.445
.00 0
46.96 9
.00 4
BETA
(CONSTAN 11.983 2.696 T) SISTEM MANAJEM .990 .021 .987 EN ISO a Dependent Variable: Sikap Guru PAIS K. Hipotesis 4 Uji Korelasi Ganda Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan TABEL 4.18 KORELASI PEARSON CORRELATIONS Sistem Manajemen ISO
Sistem Manajemen ISO
Sikap Guru PAI
Pearson Correlation r tabel
1
Sig. (2-tailed)
.
Profesionalis me
3987(**)
.407(**)
0,259 .000
0,259 .001
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
139
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sikap Guru PAIS
Profesional
N Pearson Correlation r tabel Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation r tabel
Sistem Manajemen ISO 62 .407(**) .001 62 .407(**)
Sig. (2-tailed) N
.001 62
Sikap Guru PAI
Profesionalis me 62
. 362(**) 0,259 .004 62 . 362(**) 0,259 .004 62
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Determinasi Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien determinasi R y l.2 = 0,571 dengan koefisien determinasi R² y 1.2 = 0,326 hal ini berarti sumbangan manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru sebesar 0,326 , dengan perkataan lain 32,6% varians profesionalisme guru dipengaruhi oleh manajemen mutu dan Sikap Manajerial terhadap Profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Signifikan Koefisien Korelasi Ganda Uji signifikansi korelasi ganda dilakukan dengan uji F. Dari hasil analisis diperoleh Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf siqnifikansi 0,05. Yaitu 8,552>2,003. Hal ini berarti Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak. Hi diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara variabel manajemen mutu dan sikap sikap manajerial pada manajemen terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
1 . 62 1 . 62
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Uji Regresi berganda Ŷ = a + bX1+ cX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen iso pais dan sikap guru Terhadap profesionalisme guru guru Pendidikan Agama Islam. H1: terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dan sikap guru terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dan bentuk hubungan yang terjadi, apakah hubungan tersebut berbentuk prediktif atau tidak, dilakukan analisis regresi sederhana manajemen ISO dan sikap guru terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari tabel. 4.19 berikut ini; TABEL 4.19 HIPOTESIS REGRESI LINIER ANOVA (B) SUM OF MEAN MODEL DF F SQUARES SQUARES 1 REGRESSION
1757.002
2
878.501
2
RESIDUAL
6060.934
59
102.728
3
TOTAL
7817.935
61
8.522
SIG. .001 (A)
a. Predictors: (Constant), Sikap Guru, Sistem Manajemen ISO b. Dependent Variable: Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Berdasar tabel di atas f hitung (8,552) > f tabel ( 2,003) maka H0 ditolak dan H1 diterima.Sehingga persamaan regresi berikut ini signifikan. Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk hubungan yang terjadi, apakah hubungan tersebut sikap guru terhadap profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam, menunjukkan hasil perhitungan model regresi berbentuk prediktif atau tidak, dilakukan analisis regresi sederhana manajem iso dan linear sederhana : Ŷ = 131,713+1,350 X1- 1,059X2., Model persamaan regresi yang diperoleh mengandung arti apabila manajemen mutu dan sikap giri terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sehari-hari ditingkatkan sebesar 1 (satu) unit secara bersama, maka akan terjadi peningkatan pada profesionalisme guru sebesar 1,350 kali manajem mutu dan penuruAzwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
140
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
141
nan 1,059 kali peningkatan sikap guru pada konstanta tetap 131,713 Karena model yang diduga berbentuk model regresi, maka perlu dilakukan pengujian signifikansi dan linearitas atas model yang dipakai. Adapun taraf signifikannya adalah 0,000, seperti terlihat dalam tabel 4.20 TABEL.4.20. UJI REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A)
MODEL
1
(CONSTAN T) SISTEM MANAJEM EN ISO SIKAP GURU PAI
UNSTANDARDI ZED COEFFICIENTS STD. B ERROR 131.71 12.127 3
STANDARDI ZED OEFFICIENTS
T
SI G.
10.86 1
.00 0
BETA
1.350
.505
1.882
2.671
.01 0
-1.069
.504
-1.949
2.121
.03 8
a. Dependent Variable: Profesionalisme
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
H
asil pembahasan secara statistik, dapat mengeluarkan angka-angka untuk membuktikan benar- tidaknya Tesis yang peneliti lakukan. Kebenaran Tesis tersebut dapat dilihat dari jawaban hipotesis yang diajukan. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, ditinjau dari perhitungan persamaan regresi linier sederhana maupun berganda dan dari koefisien korelasi antar variabel dan juga koefisien determinasi serta koefisien berganda dan parsial antar variabel. Pada penelitian ini berhubungan dengan tiga variabel, yaitu satu variabel terikat (Y) dan dua variabel bebas (X). Variabel terikat (Y) adalah Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam swedang variabel bebas (X) terdiri dari Manajemen ISO 9001:2000 (X1) dan sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui gambaran
143
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
data dari variabel yang diteliti penulis menyajikan dengan menggunakan alat bantu SPSS seri 12 For Windows. Pengujian Normalitas a Pengujian normalitas data variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal b Pengujian normalitas data variabel Sikap Guru Pendidikan Agama Islam. Hipotesisi yang akan diuji adalah : Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal c. Pengujian normalitas data variabel Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hipotesisi yang akan diuji adalah: Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. A. Korelasi Manajemen ISO dengan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam . Uji Hipotesis 1.Uji korelasi Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hububgan 2. Uji Regresi H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dengan Profesionalime guru H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dengan profesionalisme guru PAI. Memperhatikan persamaan regresi linier sederhana antara manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 118,908 + 0,292X1. Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ke duanya. Dikaitkan dengan kajian teori bahwa koefisien antara dua variabel berukuran positif. Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sebesar 0,407 ini menunjukkan Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
bahwa keeratan hubungan kedua variabel yang positif dan cukup kuat. Semakin baik manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam semakin baik pula profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam atau sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil koefisien determinasi antara kedua variabel sebesar 16,6. Angka ini menjelaskan bahwa kualitas profesionalisme dipengaruhi oleh variabel manajemen ISO 16,6% sedangkan selebihnya yakni 83,4 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Mohamad Surya, mengatakan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja profesional guru adalah “kepuasan kerja” Kepuasan kerja ini dilatarbelakangi oleh faktor-faktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar pribadi, (4) lingkungan kerja dan (5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri. BPPN tahun 1999 menyatakan bahwa kesejahteraan guru merupakan aspek paling crucial dalam dunia pendidikan. Tingkat kesejahteraan guru tergolong rendah, bahkan amat rendah, tidak setara dengan pengabdian yang diberikannya. Kesejahteraan guru yang rendah berdampak tidak menguntungkan terhadap motivasi guru, status sosial profesi keguruan, dan dunia pendidikan secara keseluruhan. Gaji merupakan aspek utama dan paling pokok dalam kesejahteraan guru. Selain gaji, kesejahteraan guru juga meliputi kelancaran dalam kenaikan pangkat, rasa aman dalam menjalankan tugas, kondisi kerja, kepastian karier sebagai guru, dan hubungan antar pribadi.1 Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang dan pengembangan staf yang tidak memadai. Di sisi lain, sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah pahaman. Kegagalan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota individu staf yang yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru
1
Irvan Dedy, Kualitas Guru, http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/11/kualitas-guru/ di akses tagngal 27/3/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
144
145
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
atau manajer pendidikan.2 Walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tampaknya belum dapat menunjukkan hasil yang optimal, atau bahkan permasalahan yang terkait dengan pendidikan cenderung meningkat. Pada tataran Kurikulum atau bahan pelajaran. Guru hendaklah dapat mengembangkan kurikulum yang diterapkan di sekolah dengan berorientasi pada prinsip-prinsip pengembangan. Sebagaimana dikemukakan Oemar Hamalik bahwa prinsip-prinsip pengembangan dalam penyusunan kurikulum sebagai berikut3: (a) berorientasi pada tujuan, kurikulum merupakan upaya dalam pencapaian tujuan pendidikan, (b) relevansi, penyampaian kurikulum harus relevan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, (c) efesiensi dan efektifitas, pengembangan kurikulum mempertimbangkan segi efisiensi dan efektifitas dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia, (d) fleksibilitas, kurikulum bersifat luwes dan mudah disesuaikan, diubah dan dilengkapi, (e) kesinambungan, kurikulum disusun secara berkesinambungan secara materi dalam jenjang pendidikan, (f) keseimbangan, dalam penyusunan kurikulum mempertimbangkan proporsionali dan fungsional antara berbagai program, pelajaran, prilaku yang ingin dikembangkan, (g) keterpaduan, pelaksanaan kurikulum melibatkan seluruh komponen sekolah, dan (h) prinsip mutu, pengembangan kurikulum berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan sehingga para pelanggan merasa puas. Dalam proses pendidikan, Guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian, tanggung jawab dan jiwa yang rela memberikan layanan sosial sesuai dengan tuntutan jabatan guru. Oleh karena itu tujuan program pendidikan akan dapat tercapai oleh guru yang mempunyai sikap profesional yang positif. Prosfesional adalah bekerja secara berencana dan sistematias bekerja secara cerdas efisien dan efektif. Tanggung jawab profesi juga menyangkut masalah etika. Pelaksanaan suatu tugas profesi berpegang teguh dan dilaksanakan sejalan dengan etika. Pengembangan tanggung jawab profesi dan pemilikan etika profesi membutuhkan pelatihan dan praktek yang relatif lama dan cukup intensif kesejahtraan guru yang 2
Edwar Sallis, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan, Ahmad Ali Riyadi (Terj.) (Jogjakarta: Ircisod, 2008), 103-104. 3
Omar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. V (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 30-32.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dan sesuai dengan teori-teori penelitian terdahulu, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel manajemen ISO terhadap sikap dan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. B. Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Manajemen ISO. Sikap pada dasarnya merupakan derajat kepositipan atau kenegatipan seseorang terhadap suatu objek. Sikap manejerial guru Pendidikan Agama Islam pada manajemen dapat menentukan pelaksanaan manajemen yang diberlakukan. Proses timbulnya sikap yaitu sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh terhadap sikap yang ada pada diri seseorang. Sementara itu reaksi yang diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Sikap yang diambil pada diri individu dapat diikuti dalam bagan berikut ini: • Keyakinan • Proses Belajar • Cakrawala • Pengalaman • Pengetahuan • Objek Sikap • Persepsi • Faktor- Faktor lingkungan yang berpengaruh • Kepribadian • Kognisi • Afeksi • Konasi • Sikap.4 4
Fuddin Van Batavia, Sikap Dan Perilaku Guru Yang Profesional, http://fuddin.wordpress.com/2009/01/19/sikap-dan-perilaku-guru-yang-profesional/ diakses Rabu, 13/4/2011.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
146
147
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Efek positif yang kuat dan stabil terhadap suatu objek, tentu akan membawa suatu keyakinan bahwa efek positif itu akan membawa kearah yang lebih baik. Begitu pula efek negatif yang kuat terhadap suatu objek maka akan terjadi suatu keyakinan bahwa efek negatif tersebut membawa suatu hambatan dalam mencapai sejumlah nilai-nilai yang penting. Apabila sikap yang semula stabil kemudian menghadapi perubahan yang dibawa oleh suatu kekuatan eksternal yang berpengaruh pada salah satu komponen afektif dan kognitif maka akan terjadi tekanan yang menghendaki perubahan pada komponen yang tidak terpengaruh. Oleh karena itu, untuk menimbulkan perubahan sikap manusia perlu diberikan tekanan-tekanan yang menggiring perubahan sikapnya ke arah yang dikehendaki secara kuat dan terus menerus sedemikian rupa sehingga terjadi inkonsistensi yang kuat diantara komponen afektif dan komponen kognitif sikap individu yang bersangkutan.5 Mengukur sikap bukan suatu hal yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan pendapat, atau pendirian seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya, dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Dalam penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Perlu diperhatikan metode yang berhubungan dengan pengukuran sikap, bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur sikap. Saifuddin Azwar menjelaskan bahwa, metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu: 1. Observasi perilaku, Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang) misalnya tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia tidak menyukai film Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih, bukankah dia memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu bahkan kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. 2. Pertanyaan langsung, Asumsi yang mendasari metode pertanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu 5
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 52.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
mengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. 3. Pengungkapan langsung, suatu metode pertanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respondennya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang diberikan pada objek. 6 Uji Hipotesis 1. Uji korelasi Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Manajemen ISO. Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara sikap guru dengan Profesionalime guru PAI. H1 : terjadi hubungn linier antara sikap guru pais dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Memperhatikan persamaan regresi linier sederhana antara Sikap guru dengan Profresionalisme guru Pendidikan Agama Islam. ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷx 1 = -8.422 + 0.983 X2 6
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, 90 – 93.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
148
149
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ke duanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara sikap guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Manajemen ISO. sebesar 0,987. ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua variabel yang positif dan cukup kuat. Semakin baik sikap guru, semakin baik pula manajemen atau sebaliknya apabila sikap guru kurang baik maka Profresionalisme guru Pendidikan Agama Islam kurang baik. Diperoleh pula hasil koefisien determinasi antara kedua variabel sebesar 0,9741. Angka ini menjelaskan bahwa profresionalisme guru Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh variabel sikap guru 97,41 %, sedangkan selebihnya yakni 2,59 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dan sesuai dengan teori-teori penelitian terdahulu, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel sikap guru dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Para Guru Pendidikan Agama Islam akan membentuk sikap positif dan profesional apabila dalam melaksanakan tugas profesinya menterapkan manajemen ISO. Karena dalam manajemen ISO dapat memberikan manfaat sebagaimana yang dikemukan oleh Mulyono yaitu: 1. Meningkatkan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, 2. Terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, 3. Terdidiknya pengelola lembaga pendidikan dalam menaati suatu yang telah disepakati, 4. Tersusunnya dokumen manajemen mutu.7 Guru profesional sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan. Dalam melaksankan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar hasil yang dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pelanggan baik secara internal maupun secara eksternal dalam hal ini khususnya para anak didik maupun orang tua. 7
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 308.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
C. Korelasi Sistem Manajemen ISO, Terhadap Sikap Manajerial Guru PAI Manajemen ISO merupakan salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme guru, tranparansi, rasa kebersamaan guna meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat demi kecerdasan dan kemajuan bangsa dan negara. Sistem manajemen mutu diperlukan untuk mengatur setiap proses kerja agar menghasilkan produk yang memenuhi spesipikasi teknis dan mendukung penerapan manajemen yang ada. Guru profesional sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan. Korelasi Sistem Manajemen ISO, Terhadap Sikap Manajerial Guru PAI Hipotesis 3 1. Uji korelasi Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000 Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000 H1 : terjadi hubungn linier antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap guru agana islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000. Memperhatikan persamaan regresi linier sederhana antara manajemen ISO terhadap sikap guru ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 11,953 + 0,990 X1 Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara ke duanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara manajemen ISO terhadap sikap guru Pendidikan Agama Islam sebesar 0,987. ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua variabel yang positif dan cukup kuat. Semakin baik sikap guru terhadap manajemen semakin baik pula profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam atau sebaliknya apabila sikap guru kurang baik terhadap manajemen Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
150
151
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ISO maka nilai profesionalisme guru Pendidikan agama Islam kurang baik. Diperoleh pula hasil koefisien determinasi antara kedua variabel sebesar 0,974 Angka ini menjelaskan bahwa sikap guru dipengaruhi oleh variabel manajemen ISO 97,4%, sedangkan selebihnya yakni 2,6 % dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya Sumber Daya Manusia atau kemampuan guru pendidikan agama itu sendiri dalam memahami dan melaksanakan manajemen ISO. Top Manajer dalam hal ini Kepala Sekolah terkadang separoh hati dalam melaksanakan manajemen ISO. Apabila dilihat dari hasil prosentasi korelasi diatas maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel manajemen ISO dengan sikap guru. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dan sesuai dengan teori-teori penelitian terdahulu, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Iman dan Takwa (IMTAK), di antaranya dalam bidang kelembagaan akan meningkat apabila sudah melaksanakan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan baik dan profesional.8 Dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kinerjanya bila berkaitan dengan guru, menjadi guru profesional. Sasaran mutu merupakan persyaratan yang sifatnya sangat strategis untuk menilai kinerja Sistem Manajemen Mutu (SMM). Kriteria bagi sasaran mutu adalah kegiatan apa saja yang terukur atau dapat dijadikan terukur yang kuat dengan sistem manajemen mutu. Sasaran mutu hendaknya dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah agar mereka dapat memberikan kontribusi untuk pencapaiannya yaitu kepuasan pelanggan. Penanggung jawab penyebarluasan sasaran mutu dilakukan oleh faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membuat sasaran mutu adalah: 1. Simple, yaitu sederhana dan mudah untuk dimengerti 2. Measureable, yaitu dapat diukur pencapaiannya 3. Applicable, yaitu dapat diaplikasikan sesuai dengan kemampuan Badan Usaha 4. Reasonable, yaitu mempunyai alasan yang jelas kenapa sasaran itu digunakan/diterapkan. 8
Subhan Zaini, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sebagai Upaya Menciptakan Madrasah Unggulan: Studi Kasus MAN Insan Cendikiawan Serpong, Tesis (Jakarta: PPs. UIN Syarif Hidayatullah) Jakarta, 2008).
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
5. Timely, yaitu waktu pencapaian jelas/batas waktunya ditentuk.9 Sistem manajemen mutu adalah suatu organisasi harus memastikan penetapan proses-prosesnya, bagaimana proses tersebut saling berinteraksi, sumber daya apa yang diperlukan untuk menyajikan produk dan bagaimana prosesnya diukur serta ditingkatkan. Jika halhal tersebut telah ditetapkan, diperlukan penetapan suatu sistem pengendalian dokumentasi bersama pedoman mutu dan pengendalian terhadap catatannya.10 D. Korelasi Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Guru adalah sebagai sosok yang bertugas melakukan pengajaran dan sekaligus tokoh panutan (contoh) bagi para peserta didik. Oleh karena itu guru tidak sekedar dituntut mampu dalam penguasaan materi yang diampukan, tetapi juga penguasaan metode pengajaran, dan juga sebagai tokoh panutan yang diteladani oleh para peserta didik.11 Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi memerlukan ijtihad yang mujahadah, yakni usaha sunggusungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah, dengan niat ibadah tentunya.12 Untuk melaksanakan kompetensi seseorang memerlukan pengetahuan khusus, keterampilan dan sikap. Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain, baik kompetensi pedagogik,
9 Sulistijo Sidarto Mulyo, Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Bagi Jasa Pelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Kontruksi,
Rayendra L. Toruan (editor) (Jakarta: PT Elek Media Kompotindo, 2005), 44. 10 Syahu Sugian O, Kamus Manajemen (Mutu) (Jakarta: Gremedia Pustaka Utama, 2006), 114. 11 Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Kompetensi Guru Madrasah (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), 286. 12 Mulyasa, Standa dan daya intelektual yang tinggi.r Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 130.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
152
153
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
kompetensi kerpibadian, kompetensi sosial maupun kompetensi profesional. Kompetensi profesional memerlukan kreatifitas, kecakapan menyesuaikan keadaan yang berbeda-beda yang kesemuanya dituntut tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam, karena kualitas dan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam akan berdampak signifikan terhadap kualitas pendidikan tersebut. Guru profesional adalah mereka yang memilki kemandirian tinggi ketika berhadapan dengan birokrasi pendidikan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya. Mereka memilki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan dan pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian pada masyarakat, dan kegiatan penunjang lainnya. 13 Guru profesional hakekatnya adalah guru yang pada saat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, yaitu melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan atau birokrasi pendidikan, menguasai kompetensi secara komperhensif. Guru profesioanal diyakini mampu mengantarkan peserta didik dalam pembelajaran untuk menemukan, mengelola dan memadukan perolehannya, dan memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan nilai maupun keterampilan hidup. Guru profesional juga diyakini mampu memungkinkan peserta didik berpikir, bersikap dan bertindak kreatif.14 Korelasi Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hipoteis 4 1.Uji Korelasi Ganda Ho: yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan Hi: terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan 13
Sudarwan Danim, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 23. Imam Tholhah, dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 222. 14
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi berganda Ŷ = a + bX1+ cX2 H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dan sikap manajerial guru terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam. H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dan sikap manajerial guru Terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Memperhatikan persamaan regresi linier sederhana antara manajemen ISO dan sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 131,713 + 1,350X1 – 1,059 X2. Model persamaan regresi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel manajemen ISO dan sikap manajerial guru Pada Manajemen ISO secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian. Hasil pengolahan data koefisien korelasi ganda 0,571 menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif antara manajemen ISO dan sikap guru Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama dengan variabel profesionalisme dan diinterprestasikan bahwa korelasi kuat. Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien determinasi R y l.2 = 0,571 dengan koefisien determinasi R² y 1.2 = 0,326 hal ini berarti sumbangan manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru sebesar 0,326, dengan perkataan lain 32,6 % varians profesionalisme guru dipengaruhi oleh manajemen mutu dan Sikap Manajerial Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Uji signifikansi korelasi ganda dilakukan dengan uji F. Dari hasil analisis diperoleh Fhitung lebih besar dari F tabel pada taraf siqnifikansi 0,05. Yaitu 8,552>2 ,003. Hal ini berarti Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara variabel manajemen mutu dan sikap
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
154
155
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Sikap Manajerial pada manajemen terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian ini merupakan penelitian kependidikan yang terjadi di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai Tesis (pemikiran umum) sebagai berikut: Profesionalisme dapat ditingkatkan melalui peningkatan manajemen ISO dan sikap menejerial guru pada manajemen ISO serta keduanya secara bersama-sama, sehingga mampu menyiapkan guru profesional terutama pada era globalisasi yang sarat dengan persahingan, agar dapat mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu tetap terjaga, hendaknya ada standar yang disepakati untuk dijadikan indikator keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Standar internasional ISO 9001:2000 yang diterapkan disekolah haruslah sesuai dengan persayaratan yang berlaku secara internasional seperti mengggunkaan lembaga audit yang kredibel didalam proses peningkatan mutu sekolah dalam rangkan mendapatkan status sekolah seperti mendapatkan program ISO 9001-2000. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Crosby tentang mutu, mutu menurut Crosby adalah sesuai dengan persyaratan (conformance to = requirements).15 Guna pemenuhan kepuasan pelanggan, dikenal delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu: 1. Custumer Focus (Perhatian pada pelanggan 2. Leadership (Kepemimpinan) 3. Involvement of people (Pelibatan orang) 4. Process approach (Pendekatan Proses) 5. System approach to management (Pendekatan sistem pada manjemen) 6. Countinual improvement ( Perbaikan berkelanjutan) 7. Factual approach to decision making (Pengambilan keputusan berdasarkan fakta) 8. Matually beneficial suplier relationships (Hubungan pemasok yang saling menguntungkan). 16
15
Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 16
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Kedelapan prinsip tersebut hendaknya diusahakan agar seluruhnya dapat terpenuhi agar apa yang diharapkan yaitu sekolah akan tercapai yaitu dalam rangka mendapatkan program peningkatan manajemen mutu melalui ISO 9001-2000. Jika kita mengamati proses sesuai dengan ISO maka segala sesuatu yang kita kerjakan akan bisa terukur dan mudah dalam penilaian atau pengukuran keberhasilannya, hal ini akan sangat cocok untuk kita terapkan khususnya di Bidang Pendidikan. Peningkatan mutu yang di dapat akan merangsang peningkatan kinerja seluruh stake-holders pada sekolah tersebut, antara lain peningkatan kinerja guru sebagai penghasil produk pendikan maupun siswa sebagai produk dari sekolah. Penterapan manajemen ISO pada sekolah dapat memberikan manfaat. Meningkatkan kepercayaan pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal terhadap kualitas mutu pendidikan. Sehingga orang tua akan semakin percaya kepada sekolah yang telah memberlakukan manajemen ISO, karena manajemen ISO bagi sekolah telah mempunyai sistem mutu yang jelas, serta sistem pengendalian proses pendidikan yang terkendali dan terukur serta penanganan komplain pelanggan yang efektif. ISO 9001: 2000 sesungguhnya sangat tepat dipergunakan sebagai standart manajemen yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan sekolah dan senantiasa dilakukan penyempurnaan kinerja guru pendidikan Agama Islam secara terus menerus. E.Model Hasil Penelitian Penelitian ini mengungkapkan fakta melalui pengukuran gejala yang sudah ada pada responden yaitu terhadap variabel Manajemen Mutu (X1), sikap manajerial guru (X2) dan Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam (Y). Teknik analisis korelasional. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut:
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
156
157
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
X1
Ŷ = 118,908 + 0,292X1.
Y=131,713 + 1,35X1- 1,059X2
X2
Y
Ŷ = 120,343 + 0,259 X2
Gambar1: Model konstelasi Hubungan antara variabel X1,X2 dan Y Keterangan : X1 = Manajemen ISO X2 = Sikap Y = Profesionalisme Guru Hubungan antara variabel manjemen ISO 9001:2000, sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam dan Profesionalisme Guru Pendidikan agama Islam: 1. Dari persamaan Y = 118,908 + 0,292 X1, maka perkiraan nilai Y tanpa adanya pengaruh X1 sebesar 118,908 (nilai maximum Y adalah 42 x 5 = 210). Setelah ada kegiatan, Manajemen ISO X1 akan mendapatkan nilai Y sebesar 0,292 dari setiap satu kegiatan. Jika menginginkan nilai maximum maka diperlukan kegiatan X1 sebanyak (210118,908 : 0,292 = 311,9589. 2. Dari persamaan Y = 120,343 + 0,259 X2, maka perkiraan nilai Y tanpa adanya pengaruh (nilai maximum Y adalah 42 x 5 = 210). Setelah ada kegiatan, sikap manajerial X2 akan mendapatkan nilai Y sebesar 0,259 dari setiap satu kegiatan. Jika menginginkan nilai max imum maka diperlukan kegiatan X2 sebanyak ( 210 – 120,343: 0,259 = 346,16602. 3. Dari persamaan Y = 131,713 + 1,35X1- 1,059X2, maka perkiraan nilai Y tanpa adanya pengaruh (nilai maximum Y adalah 42 x 5 = 210). Setelah ada kegiatan, Manajemen ISO X1dan X2 secara bersama-sama akan mendapatkan nilai Y sebesar 1,35X1- 1,059X2 = 0,291 dari setiap satu kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada prosedur manajemen ada yang tidak dilaksanakan. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
F. Keterbatasan Penelitian Sebagai sebuah karya ilmiah, penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan metode dan prosedur penelitian ilmiah. Atas dasar keterbatasan tersebut, banyak faktor yang sulit dikendalikan pada waktu penelitian berlangsung. Beberapa keterbatasan yang dapat diamati dan mungkin terjadi dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Walaupun guru Pendidikan Agama Islam telah diberikan penjelasan tentang cara mengisi angket, namun diduga masih ada diantara mereka yang mengisi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Hal ini mungkin akibat pengetahuan, ataupun pengalaman yang mereka miliki. 2. Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengisi angket mungkin ada yang tidak melakukan secara sungguh-sungguh sehingga hasilnyapun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dimungkinkan karena ketidak seriusan dalam mengisi angket. 3. Insrumen yang digunakan adalah instrumen inventori dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 pilihan. Pada instrumen inventori ini ada kemungkinan responden menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang dialami oelh responden itu sendiri.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
158
159
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
BAB V PENUTUP G.
Kesimpulan
B
erdasarkan data penelitian dan hasil analisis statistik yang telah dilakukan dan diuraikan pada bab IV, dengan semua persyaratan analisis data yang meliputi uji normalitas, uji homoginitas, uji linearitas serta keberartian regresi telah terpenuhi, maka dapat disimpulkan pada penelitian ini yang sesuia dengan hasil pembuktian hipotisis yang telah dilakukan yaitu: Pertama, terdapat hubungan yang positif antara sistem manajemen mutu dengan profesionalisme guru Pendidikan agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari kofisien korelasi 0,407 dan regresi y = 118,908 + 0,292 X1. Selanjutnya berdasarkan angka kofisien korelasi, diperoleh determinisasi (r2y1) sekitar 0,166. Hasil perhitungan tersebut mengandung makna bahwa kontribusi manajemen ISO 9001:2000 dan sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam adalah 16,6%. Selebihnya 83,4% di pengaruhi faktor lain. Kedua, terdapat Korelasi yang positif antara sikap guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dengan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap system manajemen mutu yang berlaku di sekolah, akan semakin baik pula guru tersebut sehingga menjadi guru professional.Kofisiensi korelasi antara variable X2 dan Y (ry2) adalah sebesar 0,987 dan regresi Y = -8.422 + 0,983X2. Hasil kofisien determinasi
161
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
antara kedua variabel sebesar 0,9741. angka ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru pendidikan agama Islam dipengaruhi oleh variabel sikap manajerial guru 97,41 %, selebihnya 2,59 % dipengaruhi faktor lain.. Ketiga, Terdapat korelasi positif antara sistem manajemen ISO, terhadap sikap manajerial guru PAI yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 11,953 + 0,990 X1 dan koefisien korelasi sebesar 0,987. Hasil kofisien determinasi antara kedua variabel sebesar 0,974 ini menunjukkan bahwa sikap manajerial guru dipengaruhi oleh manajemen ISO 97,4% selebihnya 2,6% dipengaruhi oleh faktor lain.
Keempat,terdapat Korelasi yang positif antara system manajemen mutu 9001:2000 dan sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama terhadap profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan kofisien korelasi 0, 357 dan determinasi 0, 326 serta regresi Y = 131, 713 + 1, 35 X1- 1, 059 X2. Hal ini berarti profesionalisme guru pendidikan agama Islam dipengaruhi oleh manajemen ISO dan sikap manajerial guru pada manajemen secara bersama-sama 32,6 % selebihnya 67,4 dipengaruhi faktor lain. Kesimpulan tersebut mengandung arti bahwa makin kuat pelaksanaan manajemen mutu dan sikap manajerial guru terhadap manajemen mutu akan semakin tinggi hubungannya dengan tingkat profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sikap manajerial guru pendidikan agama Islam pada manajemen mutu ISO 9001:2000 terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. H. Implikasi Berdasarkan data yang diperoleh, tampak bahwa manajemen ISO 9001:2000 telah dinyatakan baik, dapat diterapkan pada lembaga pendidikan agar kepuasan pelanggan terpenuhi. Kurang kuatnya tingkat hubungan antara sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sikap guru pada manajemen mutu ISO 9001:2000 dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan misalnya: guru disibukkan dengan pengisisan fom sehingga waktu untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pelanggan terabaikan.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Kepala Sekolah sebagai Top Manajer di lingkungan sekolah menjadi kunci kedua setelah manajemen sistem. Dalam mengimbangi berbagai keadaan yang sering kali berubah, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen bermutu. Masalah yang ditimbulkan oleh sistem hanya bisa diatasi oleh mereka yang bisa mendesain ulang sebuah sistem. Sebagian besar permasalahn mutu disebabkan oleh manajemen yang lemah atau tidak mencukupi. Kegagalan pada manajemen mutu adalah tugas bersama untuk memperbaikinya. Oleh karena itu perlu adanya usaha yang terus menerus baik dari pimpinan (manajemen) yang merupakan konci utama dalam memperbaiki kegagalan mutu, maupun dari guru serta warga sekolah lain yang terkait dengan peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
162
163
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LAMPIRAN I PETUNJUK PENGGUNAAN ANGKAT a. Bapak/Ibu Mohon dengan hormat bantuan kesediaan untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. b. Jawaban dilakukan dengan memberikan tanda ceklis (V) pada tempat yang sesuai dengan alternative jawaban. c. Ada lima (5) alternative jawaban yang berbeda yaitu: 1. SS
= Berarti Anda Sangat Setuju dengan isi pertanyaan tersbut
2. S
= Berarti Anda Setuju dengan isi pertanyaan tersebut
3. TP
= Berarti Anda Tidak Berpendapat dengan isi pertanyaan tersebut
4. TS
= Berarti Anda Tidak Setuju dengan isi pertanyaan tersebut
5. STS = Berarti Anda Sangat Tidak Setuju dengan isi pertanyaan tersebut Atas kesediaan dan kejujuran Bapak/Ibu dalam menjawab instrument dalam bentuk Skala ini kami mengucapkan terima kasih.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
164
No. Responden: ........................ Asal Sekolah: ................................
TABEL 4.21 INSTRUMEN MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 TERHADAP PROFESIONALISME GURU PAI PILIHAN No
PERTANYAAN SS
1.
Dalam rangka menjaga manajemen mutu sekolah saya akan mengjajar PAI dengan baik sebagai rasa tanggunag tawab.
2.
Sebagai seorang guru PAI yang bertanggung jawab, saya akan berusaha meningkatkan hasil belajar PAI kepada siswa.
3.
Tanggung jawab keberhasilan dalam proses pembelajaran PAI bagi saya merupakan hal yang wajib ditanamkan dalam diri setiap guru.
4.
Bagi saya tanggung jawab mengajar PAI bukanlah hal yang penting dalan mengajar
5.
Sebagai guru PAI saya akan memepertanggung jawabkan seluruh kinerja saya kepada kepala sekolah sebagai pimpinan.
6.
Sebagai guru PAI saya akan berusaha bekerja dengan baik agar dapat mempertanggung jawabkan seluruh kinerja dalam mengajar kepada kepala sekolah
S
TP
TS
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
STS
SKOR
165
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
7.
Sekecil apapun kegiatan mengajar akan saya pertanggungjawabkan kepada pimpinan sekolah.
8.
Saya sesekali saja melaporkan kinerja kepada pimpinan sekolah
9.
Dalam rangka kebersamaan disekolah saya akan ikut serta dalam setiap kegiatan sekolah sebagai rasa tanggung jawab sebagai guru PAI.
10.
Sebagai guru PAI saya akan berpartisipasi dalam setiap kegiatan keagamaan yang diadakan oleh sekolah dalam rangka ikut bertanggung jawab atas kemajuan sekolah
11.
Bagaimanapun kondisi kepala sekolah sebagai guru PAI saya akan mendukung seluruh kegiatan keagamaan di sekolah
12.
Walaupun saya bukan kepala sekolah saya tetap menjaga mutu sekolah
13.
Sebagai seorang guru PAI saya tidak akan ikut serta dalam setiap kegiatan keagamaan sekolah sekalipun kegiatan tersebut mendukung manajemen mutu sekolah
14.
Saya sebagai guru PAI akan mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan mengajar saya selama berjalannya proses peningkatan mutu
15.
Apapun aktifitas saya sebagai guru PAI dalam proses peningkatan mutu juga menjadi tanggung saya
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
16.
Sebagai guru PAI selama proses peningkatan mutu di sekolah berjalan saya akan turut betabggung jawab dengan cara mengajar dengan baik.
17.
Saya sebagai guru PAI siap memperrtanggung jawabkan seluruh aktifitas mengajar saya kepada pimpinan sekolah meskipun saya sedang mengajar
18.
Saya akan mempertanggung jawabkan mutu pengajaran PAIS untuk menjaga peningkatanan manajemen mutu sekolah
19.
Sebagai bagian dari sebuah tim guru PAI di sekolah saya akan berusaha mengajar secara professional guna mempertahankan manajemen mutu sekolah
20.
Saya akan meningkatkan mutu pengajaran PAI di sekolah dengan cara mengajar dengan baik dalam rangka pertanggungjawaban saya terhadap pimpinan sekolah
21.
Saya siap dmintai pertanggungjawaban dalam mengajar PAI oleh kepala sekolah
22.
Sebagai guru PAI saya akan beusaha tetap mengajar dengan baik agar proses manajemen mutu sekolah tetap stabil
23.
Kemampuan mengajar yang baik akan mempertahankan kelangsungan dan kestabilan manajemen mutu sekolah
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
166
167
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
24.
Kestabilan manajemen mutu sekolah juga merupakan tangung jawab saya sebagai seorang guru PAI
25.
Walaupun saya seorang guru PAI saya membantu menuangkan pikiran dalam rangka memeprtahankan manajemen mutu sekolah
26.
Kelangsungan manajemen mutu sekolah menurut saya sebgai guru PAIS hanya tanggung jawab kepala sekolah
27.
Sesama rekan kerja guru PAI dalam sekolah saya akan membantu bila ada teman yang mengalami kesulitan dalam membuat program pengajaran
28.
Sebagai seorang guru PAI saya akan mengajar dengan baik dalam rangka sumbangsih saya kepada sekolah
29.
Saya yakin dengan mengajar PAI dengan baik proses manajemen mutu akan terjaga
30.
Apapun aktivitas saya dalam mengajar PAI akan saya pertanggung jawabkan kepada pimpinan sekolah
31.
Dalam menjalankan tugas mengajar menurut saya tidak perlu dipertanggumngjawabkan kepada pimpinan sekolah
32.
Agar orang tua dapat puas dengan proses pendidikan di sekolah saya mengajar PAI dengan baik dan benar.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
33.
Saya akan membangun suasana belajar yang kondusif di dalam kelas agar terjadi hubungan yang harmonis dengan orang tua sebagai salah satu pelanggan sekolah
34.
Sebagai guru PAI saya akan berusaha menjaga hubungan dengan baik orang tua dengan cara meningkatkan hasil belajar siswa
35.
Menurut saya hubungan baik dengan orang tua hanya dapat dilakukan oleh pimpinan sekolah saja.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
168
169
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden: ........................ Asal Sekolah: ............................... TABEL 4.19 INSTRUMEN SIKAP MANAJERIAL GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU PAI PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
1.
Dalam rangka menjaga mutu sekolah saya akan melakukan kalibrasi penilaian dalam pelajaran PAI secara tepat dan cepat.
2.
Saya akan mencatat setiap penilaian pelajaran PAI dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa
3.
Saya akan menggunakan alat ukur yang baik dalam menilai hasil belajar PAI agar tidak terjadi penurunan mutu hasil belajar siswa.
4.
Sebagai seorang guru PAI dan sekaligus sebagai surveyor saya akan sesekali saja memeriksa dan mencatat validitas hasil belajar siswa yang telah dikerjakan
5.
Dengan pengetahuan manajemen PAI yang saya miliki maka saya akan manfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
6.
Untuk meningkatkan hasil belajar PAI saya akan menjaga mutu dengan meningkatkan kinerja dalam pembelajaran PAI. Upaya peningkatan hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab seluruh stakeholders sekolah
7.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
S
TP
TS
STS
SKOR
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
170
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
8.
Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran PAI saya akan mengerahkan seluruh kemampuan mengajar yang terbaik yang saya miliki.
9.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI saya akan berusaha untuk mengatur pelaksanaan test dengan sekehendak saya saja.
10.
Saya akan menganalisis seluruh hasil belajar PAI
S
TP
TS
siswa dengan cara menganalisis soal-soal ulangan umum 11.
Dari data hasil belajar PAI saya akan menganalisanya dalam rangka menjaga mutu pembelajaran
12.
Hasil ulangan umum PAI siswa akan saya analisa dengan menggunakan alat yang sesuai agar benar-benar valid.
13.
Saya akan menganalisa pencapaian PAI sasaran hasil belajar PAI dalam rangka menjaga stabilitas mutu pembelajaran
14.
Adapun tujuan analisa hasil belajar PAI yang saya lakukan adalah dalam rangka hanya menjaga kepuasan siswa sebagai mitra sekolah
15.
Saya merasa senang jika saya dapat mengukur keberhasilan saya dalam mengajar PAI.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
STS
SKOR
171
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
16.
Saya merasa bersedih jika tidak dapat mengukur keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran PAIS
17.
Saya senantiasa merasa bersalah jika hasil belajar PAIS yang dihasilkan tidak sesuai apa yang saya harapkan.
18.
Saya biasa-biasa saja jika validasi yang saya lakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran PAI.
19.
Saya akan senang jika saya dapat meningkatkan mutu hasil belajar PAI.
20.
Saya merasa sedih jika saya tidak dapat meningkatkan mutu belajar PAI siswa setiap semester
21.
Saya akan bergembira apabila hasil belajar PAI yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya
22.
Saya tidak optimis hasil belajar PAI akan dapat meningkatkan mutu kelulusan siswa tahun ini
23.
Saya merasa senang pada saat saya menganalisa kembali kegiatan mengajar saya sebelum diinformasikan kepada orang tua siswa.
24.
Saya merasa sedih apabila hasil analisa kepala sekolah terhadap kinerja mengajar PAIS saya berada di bawah standar
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
S
TP
TS
STS
SKOR
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
172
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
25.
Saya akan senang sekali jika hasil analisis saya tepat sesuai dengan petunjuk prosedur analisis pelajaran PAI yang ditetapkan oleh sekolah
26.
Saya tidak ada perasaan apa-apa jika hasil audit analisis kepala sekolah terhadap kegiatan mengajar saya kurang baik
27.
Saya akan menggerakkan badan saya agar dapat bertindak cepat dalam proses validasi atau pengukuran hasil belajar PAI.
28.
Jika saya mengukur hasil belajar PAI saya akan menggunakan kecepatan tangan saya sesuai prosedur ruang yang telah ditetapkan.
29.
Dalam mengukur hasil belajar PAI saya akan menggunakan kemampuan otak saya dalam berpikir dengan memperhatikan tingkat ketelitian yang telah ditetapkan oleh standart penilaian
30.
Saya akan mengukur tingkat keberhasilan belajar PAI dengan baik dan benar dengan memanfaatkan kecepatan tangan saya dalam proses penghitungannya
31.
Saya akan mengukur hasil belajar PAI dengan duduk saja
32.
Saya akan mengajar maksimal dengan cara bergerak kearah siswa untuk meningkatkan hasil belajar PAI
33.
Saya akan berusaha berdiri dalam mengajar untuk meningkatkan hasil
S
TP
TS
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
STS
SKOR
173
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS belajar PAI.
34.
Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan belajar PAI dalam belajar akan saya sesuaikan dengan posisi badan saya dan kondisi kelas dalam mengajar
35.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI saya rela badan saya banyak bergerak untuk mengajar.
36.
Saya akan mengerahkan sebagian badan saya saja untuk meningkatkan hasil belajar PAI sekolah.
37.
Saya akan menganalisis hasil belajar PAI dengan memanfaatkan kemampuan kecepatan tangan saya.
38.
Analisis hasil belajar PAI yang saya lakukan dengan cara menggerakan seluruh anggota tubuh saya agar tidak terjadi kelelahan
39.
Saya akan menganalisis seluruh kegiatan mengajar PAI dengan cara bergerak aktif agar tidak jenuh
40.
Saya tidak mungkin hanya duduk saja dalam mengannalisis hasil belajar PAI.
41.
Saya tidak akan menggerakan tangan saja dalam menganalisis hasil belajar PAI.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
S
TP
TS
STS
SKOR
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
174
No. Responden: ...................................... Asal Sekolah: ............................
TABEL 4.20 INSTRUMEN PROFESIONALISME GURU PAI PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
1.
Dalam rangka menjaga profesionalisme mengajar saya akan berusaha mengajar PAI sesuai dengan RPP
2.
Saya akan memperhatikan faktor mental dalam melaksanakan mengajar PAI disamping faktor fisik
3.
Ketika mengajar PAI saya akan berusaha secepat mungkin walaupun akan menghasilkan hasil yang kurang memuaskan.
4.
Tubuh yang sehat, saya yakin akan mempengaruhi ketika saya mengajar PAI.
5.
Saya hampir tidak pernah memperhatikan kesehatan badan karena saya menganggap kesehatan badan tidak mempengaruhi proses mengajar PAI.
6.
Saya berusaha tidak akan duduk saja dalam mengajar karena saya yakin dengan bergerak akan membantu dalam proses pembelajaran PAI.
7.
Pada saat saya mengajar PAI saya akan berusaha cekatan dalam mengajar
8.
Ketika saya mengajar PAI, duduk santai bukanlah kebiasaan saya dalam mengajar.
S
TP
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
TS
STS
SKOR
175
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
9.
Walaupun dalam mengajar PAI menghasilkan hasil yang kurang memusakan saya tetap akan mengajar dengan santai saja
10.
Saya akan memanfaatkan pengetahuan mengajar secara maksimal untuk menghasilkan hasil belajar PAI yang baik
11.
Dengan ilmu yang saya miliki maka saya akan berusaha meciptakan suasana mengajar PAI yang kondusif dan menyenangkan.
12.
Saya yakin dengan ilmu mengajar yang cukup akan menghasilkan hasil belajar PAI yang optimal.
13.
Saya akan berusaha sekuat tenaga mendapatkan sertifikasi mengajar PAI untuk menunjang kegiatan pembelajaran..
14.
Sertifikasi mengajar PAI sangat saya butuhkan untuk memperlancar proses pembelajaran.
15.
Bagi saya tidak memliki sertifikasi mengajar PAI sama saja dalam melaksanakan proses pembelajaran.
16.
Sebagai guru PAI saya akan mengidentifikasi program pengajaran berdasarkan skala prioritas
17.
Seluruh kegiatan mengajar PAI yang akan saya kerjakan saya anggap adalah tugas
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
S
TP
TS
STS
SKOR
No. Responden: Asal Sekolah:No. Responden: Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
176
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
S
TP
yang penting
18.
Saya akam mengajar PAI dengan skala prioritas yang mudah diserap lebih dahulu oleh siswa
19.
Saya akan mengajar PAI semau saya walaupun bertentangan dengan skala prioritas mengajar
20.
Mengajar dengan baik merupakan kewajiban saya sebagai guru PAI
21.
Bagi saya mengajar PAI sesuai dengan kurikulum PAI merupakan kewajiban setiap guru
22.
Walaupun banyak kewajiban lain tetapi bagi saya mengajar di dalam kelas merupakan kewajiban yang paling utama
23.
Mengajar PAI bukan merupakan kewajiban yang harus dikerjakan melainkan sekedar pekerjaan yang harus dilaksanakan.
24.
Program pembelajaran PAI yang diberikan kepada saya, akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya.
25.
Suka tidak sukaProgram pembelajaran PAI yang diberikan kepada saya, tetap akan saya laksanakan dengan baik.
26.
Saya tidak pernah memilah-milah program pembelajaran PAI yang diberikan kepada
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
TS
STS
SKOR
177
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS saya.
27.
Saya akan memlih program pembelajarn PAI yang saya sukai saja pada saat mengajar walaupun semuanya merupakan kewajiban
28.
Dengan kompetensi pedagogik yang saya miliki saya yakin akan saya gunakan untuk menunjang kemampuan saya dalam mengajar PAI.
29.
Saya menganggap semua guru PAI wajib memiliki kompetensi pedagogik dalam mengajar PAI.
30.
Dalam kegiatan pembelajaran kompetensi dasar pedagogik bagi saya harus di aplikasikan dalam mengajar PAI.
31.
Walaupun saya tidak memiliki kompetensi pedagogik saya tetap akan mengajar PAIS
32.
Bagi saya kompetensi kepribadian positif harus dimiliki oleh setiap guru PAI .
33.
Kompetensi kepribadian yang baik akan saya tanamkan kepada seluruh siswa dalam pembelajaran PAI.
34.
Dengan kepribadian baik yang dimiliki seorang guru PAI saya yakin akan mempengaruhi hasil belajar siswa
35.
Menurut saya kompetensi kepribadian tidak mempengaruhi proses mengajar guru
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
S
TP
TS
STS
SKOR
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
178
PILIHAN NO
PERTANYAAN SS
S
TP
PAI. 36.
Kompetensi sosial bagi seorang guru menurut saya wajib dimilki agar ia dapat nerinteraksi dengan baik kepada siswa pada saat pembeajaran PAI.
37.
Dengan kompetnsi yang dimiilki seorang guru saya yakin akan membantu proses pembelajaran PAI.
38.
Sebagai seorang guru PAI saya akan berinteraksi dengan baik kepada siswa pada saat pemebalajaran.
39.
Profesionalisme seorang guru PAI merupakan kompetensi yang wajib dimilki oleh setiap guru.
40.
Dengan kompetensi profesionalisme yang dimiliki oleh seorang guru PAI akan membantu kegiatan belajar mengajar.
41.
Saya yakin kompetensi profesinalisme yang dimiliki seorang guru PAI akan menghasilkan hasil belajar yang maksimal.
42.
Tanpa kompetensi profesionalismepun guru PAI dapat mengajar dengan baik.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
TS
STS
SKOR
179
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LAMPIRAN 2
Descriptives Descriptive Statistics N VAR000 01 Valid N (listwise)
Minimum 62
Maximum
92.00
175.00
Mean 126.9194
Std. Deviation 15.77745
62
Frequencies Statistics x1 N
x2
Valid Missing
Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum
62 1
62 1
126.92 127.00
137.65 136.00
15.777 92
15.832 103
175
188
Frequency Tabel X1 Frequency Valid
92 96 108 109 110 111 113 115 116
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
1.6 3.2
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
4.8 6.5
9 3
14.3 4.8
14.5 4.8
21.0 25.8
1 2 2
1.6 3.2 3.2
1.6 3.2 3.2
27.4 30.6 33.9
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Frequency 119 122 123 125 126 127 128 129 130 135 136 137 144 147 149 151 152 154 155
Missing Total
175 Total System
Percent
Valid Percent
180
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
35.5
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
37.1 38.7
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
41.9 43.5
7
11.1
11.3
54.8
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
58.1 59.7
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
61.3 62.9
10
15.9
16.1
79.0
4 1
6.3 1.6
6.5 1.6
85.5 87.1
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
88.7 90.3
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
91.9 95.2
1
1.6
1.6
96.8
1 1 62 1
1.6 1.6 98.4 1.6
1.6 1.6 100.0
98.4 100.0
63
100.0
X2 Frequency Valid
103 109 118 119 120 122 123 124 125
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
1.6
1 1 4
1.6 1.6 6.3
1.6 1.6 6.5
3.2 4.8 11.3
4 2
6.3 3.2
6.5 3.2
17.7 21.0
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
24.2 29.0
2
3.2
3.2
32.3
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
181
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequency 129 134 135 136 137 141 143 144 145 146 147 148 149 151 156 159 161 163 164
Missing Total
188 Total System
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
33.9
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
37.1 41.9
6 2
9.5 3.2
9.7 3.2
51.6 54.8
1
1.6
1.6
56.5
2 2
3.2 3.2
3.2 3.2
59.7 62.9
6 3
9.5 4.8
9.7 4.8
72.6 77.4
1
1.6
1.6
79.0
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
80.6 83.9
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
85.5 87.1
1 3
1.6 4.8
1.6 4.8
88.7 93.5
1
1.6
1.6
95.2
2 1 62 1
3.2 1.6 98.4 1.6
3.2 1.6 100.0
98.4 100.0
63
100.0
Descriptives Descriptive Statistics N x1 Valid N (listwise)
62 62
Minimum
Maximum
92.00
175.00
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Sum 7869.00
Mean 126.9194
Std. Deviation 15.77745
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
182
183
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequencies Statistics x1 N
Valid Missing
62 1 126.9194 127.0000
Mean Median Mode
136.00 15.77745
Std. Deviation Minimum
92.00 175.00
Maximum
x1 Frequency Valid
92.00 96.00 108.00 109.00 110.00 111.00 113.00 115.00 116.00 119.00 122.00 123.00 125.00 126.00 127.00 128.00 129.00 130.00 135.00 136.00 137.00 144.00 147.00 149.00 151.00
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
1.6 3.2
1
1.6
1.6
4.8
1 9
1.6 14.3
1.6 14.5
6.5 21.0
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
25.8 27.4
2
3.2
3.2
30.6
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
33.9 35.5
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
37.1 38.7
2 1 7
3.2 1.6 11.1
3.2 1.6 11.3
41.9 43.5 54.8
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
58.1 59.7
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
61.3 62.9
10
15.9
16.1
79.0
4 1 1 1
6.3 1.6 1.6 1.6
6.5 1.6 1.6 1.6
85.5 87.1 88.7 90.3
1
1.6
1.6
91.9
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Frequency 152.00 154.00 155.00 175.00 Missing
Total System
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
3.2
3.2
95.2
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
96.8 98.4
1 62
1.6 98.4
1.6 100.0
100.0
1
1.6
63
100.0
Frequencies Statistics Sistem Manajemen ISO N
Valid Missing
62 1 126.9194
Mean Median
127.0000
Mode
136.00 15.77745
Std. Deviation Minimum
92.00 175.00
Maximum
Sistem Manajemen ISO Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
92.00
1
1.6
1.6
1.6
96.00
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
3.2 4.8
1 9 3 1
1.6 14.3 4.8 1.6
1.6 14.5 4.8 1.6
6.5 21.0 25.8 27.4
2
3.2
3.2
30.6
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
33.9 35.5
1
1.6
1.6
37.1
108.00 109.00 110.00 111.00 113.00 115.00 116.00 119.00 122.00
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
184
185
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequency 123.00 125.00 126.00 127.00 128.00 129.00 130.00 135.00 136.00 137.00 144.00 147.00 149.00 151.00 152.00 154.00 155.00 175.00 Total Missing Total
System
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
38.7
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
41.9 43.5
7 2
11.1 3.2
11.3 3.2
54.8 58.1
1
1.6
1.6
59.7
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
61.3 62.9
10 4
15.9 6.3
16.1 6.5
79.0 85.5
1
1.6
1.6
87.1
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
88.7 90.3
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
91.9 95.2
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
96.8 98.4
1
1.6
1.6
100.0
62 1 63
98.4 1.6 100.0
100.0
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
186
Graph 15
Frequency
12
9
6
3
Mean = 126.9194 Std. Dev. = 15.77745 N = 62 0 100.00
120.00
140.00
160.00
Sistem Manajemen ISO
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
180.00
187
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequencies Statistics x2 N
Valid
62 1
Missing Mean
137.6452 136.0000 136.00(a)
Median Mode Std. Deviation
15.83221 103.00
Minimum Maximum
188.00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown
x2 Frequency Valid
103.00 109.00 118.00 119.00 120.00 122.00 123.00 124.00 125.00 129.00 134.00 135.00 136.00 137.00 141.00 143.00 144.00 145.00 146.00 147.00 148.00 149.00 151.00 156.00
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
1.6
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
3.2 4.8
4
6.3
6.5
11.3
4 2
6.3 3.2
6.5 3.2
17.7 21.0
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
24.2 29.0
2
3.2
3.2
32.3
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
33.9 37.1
3 6
4.8 9.5
4.8 9.7
41.9 51.6
2 1 2
3.2 1.6 3.2
3.2 1.6 3.2
54.8 56.5 59.7
2 6
3.2 9.5
3.2 9.7
62.9 72.6
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
77.4 79.0
1
1.6
1.6
80.6
2 1 1
3.2 1.6 1.6
3.2 1.6 1.6
83.9 85.5 87.1
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Frequency 159.00 161.00
Missing
System
Total
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
88.7
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
93.5 95.2
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
98.4 100.0
62
98.4
100.0
1 63
1.6 100.0
163.00 164.00 188.00 Total
Percent
Frequencies Statistics Sikap Guru PAI a. Multiple modes exist. The smallest value is shown N
Valid Sikap Guru PAI Missing
Mean
137.6452 136.0000
Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
62 1
136.00(a) 15.83221 103.00 188.00
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
188
189
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequency Valid
Cumulative Percent
1
1.6
1.6
1.6
109.00
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
3.2 4.8
4 4
6.3 6.3
6.5 6.5
11.3 17.7
2
3.2
3.2
21.0
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
24.2 29.0
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
32.3 33.9
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
37.1 41.9
6
9.5
9.7
51.6
2 1 2 2
3.2 1.6 3.2 3.2
3.2 1.6 3.2 3.2
54.8 56.5 59.7 62.9
6
9.5
9.7
72.6
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
77.4 79.0
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
80.6 83.9
1 1 1
1.6 1.6 1.6
1.6 1.6 1.6
85.5 87.1 88.7
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
93.5 95.2
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
98.4 100.0
62
98.4
100.0
1 63
1.6 100.0
120.00 122.00 123.00 124.00 125.00 129.00 134.00 135.00 136.00 137.00 141.00 143.00 144.00 145.00 146.00 147.00 148.00 149.00 151.00 156.00 159.00 161.00 163.00 164.00 188.00 Total Total
Valid Percent
103.00 118.00 119.00
Missing
Percent
System
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
190
Graph 14
12
Frequency
10
8
6
4
2 Mean = 137.6452 Std. Dev. = 15.83221 N = 62 0 100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Sikap Guru PAIS
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
191
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequencies Statistics N
Valid Missing
62 1
Mean
155.9677 157.0000
Median Mode
129.00 180.00
Maximum
Frequency 129.00 133.00 135.00 136.00 138.00 140.00 142.00 143.00 144.00 145.00 146.00 148.00 149.00 150.00 151.00 152.00 153.00 154.00 155.00 156.00 157.00 158.00 159.00 160.00
Profesionalisme
150.00(a) 11.32090
Std. Deviation Minimum
Valid
Profesionalisme a Multiple modes exist. The smallest value is shown
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1 1 1 2
1.6 1.6 1.6 3.2
1.6 1.6 1.6 3.2
1
1.6
1.6
9.7
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
11.3 12.9
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
14.5 16.1
2 1 1
3.2 1.6 1.6
3.2 1.6 1.6
19.4 21.0 22.6
1 4
1.6 6.3
1.6 6.5
24.2 30.6
1 3
1.6 4.8
1.6 4.8
32.3 37.1
1
1.6
1.6
38.7
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
43.5 45.2
2 3
3.2 4.8
3.2 4.8
48.4 53.2
1
1.6
1.6
54.8
4 2
6.3 3.2
6.5 3.2
61.3 64.5
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
1.6 3.2 4.8 8.1
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Frequency 161.00 164.00 165.00 166.00 167.00 168.00 169.00 170.00 171.00 173.00 174.00 180.00 Total System
Missing Total
Percent
Valid Percent
192
Cumulative Percent
4 2
6.3 3.2
6.5 3.2
71.0 74.2
2 2 1
3.2 3.2 1.6
3.2 3.2 1.6
77.4 80.6 82.3
2 2
3.2 3.2
3.2 3.2
85.5 88.7
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
90.3 93.5
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
96.8 98.4
1 62 1
1.6 98.4 1.6
1.6 100.0
100.0
63
100.0
Graph 12
Frequency
10 8 6 4 2 0 130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
Mean = 155.9677 Std. Dev. = 11.3209 180.00 N = 62
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
193
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequencies Statistics a Multiple modes exist. The smallest value is shown
N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
Sistem Manajemen ISO 62
Sikap Guru PAIS 62
Profesiona lisme 62
1 126.9194
1 137.6452
1 155.9677
127.0000 136.00
136.0000 136.00(a)
157.0000 150.00(a)
15.77745 92.00
15.83221 103.00
11.32090 129.00
175.00
188.00
180.00
Frequency Tabel Sistem Manajemen ISO Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
92.00 96.00
1
1.6
1.6
1.6
1
1.6
1.6
3.2
108.00
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
4.8 6.5
9 3
14.3 4.8
14.5 4.8
21.0 25.8
1
1.6
1.6
27.4
2 2
3.2 3.2
3.2 3.2
30.6 33.9
1 1 1
1.6 1.6 1.6
1.6 1.6 1.6
35.5 37.1 38.7
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
41.9 43.5
7 2
11.1 3.2
11.3 3.2
54.8 58.1
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
59.7 61.3
1 10
1.6 15.9
1.6 16.1
62.9 79.0
109.00 110.00 111.00 113.00 115.00 116.00 119.00 122.00 123.00 125.00 126.00 127.00 128.00 129.00 130.00 135.00 136.00
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Frequency 137.00 144.00 147.00 149.00 151.00 152.00 154.00 155.00 175.00 Missing
Total System
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
6.3
6.5
85.5
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
87.1 88.7
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
90.3 91.9
2
3.2
3.2
95.2
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
96.8 98.4
1 62
1.6 98.4
1.6 100.0
100.0
1
1.6
63
100.0
Sikap Guru PAI Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
103.00 109.00
1
1.6
1.6
1.6
1
1.6
1.6
3.2
118.00
1 4 4 2
1.6 6.3 6.3 3.2
1.6 6.5 6.5 3.2
4.8 11.3 17.7 21.0
2
3.2
3.2
24.2
3 2
4.8 3.2
4.8 3.2
29.0 32.3
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
33.9 37.1
3 6 2
4.8 9.5 3.2
4.8 9.7 3.2
41.9 51.6 54.8
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
56.5 59.7
2 6
3.2 9.5
3.2 9.7
62.9 72.6
3
4.8
4.8
77.4
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
79.0 80.6
119.00 120.00 122.00 123.00 124.00 125.00 129.00 134.00 135.00 136.00 137.00 141.00 143.00 144.00 145.00 146.00 147.00 148.00
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
194
195
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Frequency 149.00 151.00
3.2
3.2
83.9
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
85.5 87.1
1 3
1.6 4.8
1.6 4.8
88.7 93.5
1
1.6
1.6
95.2
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
98.4 100.0
62 1
98.4 1.6
100.0
63
100.0
161.00 163.00 164.00
Missing Total
System
Cumulative Percent
2
156.00 159.00
188.00 Total
Valid Percent
Percent
Profesionalisme
Valid
129.00 133.00 135.00 136.00 138.00 140.00 142.00 143.00 144.00 145.00 146.00 148.00 149.00 150.00 151.00 152.00 153.00 154.00 155.00 156.00 157.00 158.00
Frequency 1 1
Percent 1.6 1.6
Valid Percent 1.6 1.6
Cumulative Percent 1.6 3.2
1
1.6
1.6
4.8
2 1 1 1
3.2 1.6 1.6 1.6
3.2 1.6 1.6 1.6
8.1 9.7 11.3 12.9
1
1.6
1.6
14.5
1 2
1.6 3.2
1.6 3.2
16.1 19.4
1 1
1.6 1.6
1.6 1.6
21.0 22.6
1 4 1
1.6 6.3 1.6
1.6 6.5 1.6
24.2 30.6 32.3
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
37.1 38.7
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
43.5 45.2
2
3.2
3.2
48.4
3 1
4.8 1.6
4.8 1.6
53.2 54.8
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
159.00 160.00 161.00 164.00 165.00 166.00 167.00 168.00 169.00 170.00 171.00 173.00 174.00 180.00 Missing
Total System
Total
4 2 4
6.3 3.2 6.3
6.5 3.2 6.5
61.3 64.5 71.0
2 2
3.2 3.2
3.2 3.2
74.2 77.4
2
3.2
3.2
80.6
1 2 2 1
1.6 3.2 3.2 1.6
1.6 3.2 3.2 1.6
82.3 85.5 88.7 90.3
2
3.2
3.2
93.5
2 1
3.2 1.6
3.2 1.6
96.8 98.4
1 62
1.6 98.4
1.6 100.0
100.0
1 63
1.6 100.0
NPar Tests Chi-Square Test Frequencies Sistem Manajemen ISO 92.00 96.00 108.00 109.00 110.00 111.00 113.00 115.00 116.00 119.00 122.00 123.00 125.00 126.00 127.00 128.00 129.00
Observed N
Expected N
1
2.1
-1.1
1 1 1
2.1 2.1 2.1
-1.1 -1.1 -1.1
9 3
2.1 2.1
6.9 .9
1 2
2.1 2.1
-1.1 -.1
2
2.1
-.1
1 1
2.1 2.1
-1.1 -1.1
1 2
2.1 2.1
-1.1 -.1
1
2.1
-1.1
7 2
2.1 2.1
4.9 -.1
1
2.1
-1.1
Residual
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
196
197
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
130.00 135.00 136.00 137.00 144.00 147.00 149.00 151.00 152.00 154.00 155.00 175.00 Total
1 1 10
2.1 2.1 2.1
-1.1 -1.1 7.9
4 1
2.1 2.1
1.9 -1.1
1
2.1
-1.1
1 1 2 1
2.1 2.1 2.1 2.1
-1.1 -1.1 -.1 -1.1
1
2.1
-1.1
1 62
2.1
-1.1
Sistem Manajemen ISO Chi-Square(a) df Asymp. Sig.
Sikap Guru PAIS
75.516
25.935
28 .000
28 .577
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Sikap Guru PAI Test Statistics a 29 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 2.1.
T-T
103.00 109.00 118.00 119.00 120.00 122.00 123.00 124.00 125.00 129.00 134.00 135.00 136.00 137.00 141.00 143.00 144.00 145.00 146.00 147.00 148.00 149.00 151.00 156.00 159.00 161.00 163.00 164.00 188.00 Total
Observed N
Expected N
1 1
2.1 2.1
-1.1 -1.1
1 4
2.1 2.1
-1.1 1.9
4
2.1
1.9
2 2
2.1 2.1
-.1 -.1
3 2 1
2.1 2.1 2.1
.9 -.1 -1.1
2 3
2.1 2.1
-.1 .9
6 2
2.1 2.1
3.9 -.1
1 2
2.1 2.1
-1.1 -.1
2 6 3
2.1 2.1 2.1
-.1 3.9 .9
1 1
2.1 2.1
-1.1 -1.1
2
2.1
-.1
1 1
2.1 2.1
-1.1 -1.1
1 3
2.1 2.1
-1.1 .9
1 2
2.1 2.1
-1.1 -.1
1
2.1
-1.1
Residual
62
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
198
199
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
62
Mean 126.9194
Std. Deviation 15.77745
Std. Error Mean 2.00374
62 62
137.6452 155.9677
15.83221 11.32090
2.01069 1.43776
N Sistem Manajemen ISO Sikap Guru PAIS Profesionalisme
Est One-Sample Test Test Value = 0
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Sistem Manajemen ISO Sikap Guru PAIS Profesionalisme
Upper
63.341
61
.000
126.91935
122.9126
68.457
61
.000
137.64516
133.6245
108.480
61
.000
155.96774
153.0928
130.926 1 141.665 8 158.842 7
NPar Tests
N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
Sistem Manajemen ISO 62 126.9194
Sikap Guru PAIS 62 137.6452
Profesiona lisme 62 155.9677
15.77745
15.83221
11.32090
.116
.110
.057
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
.116
.110
.042
-.089
-.075
-.057
.916 .372
.869 .437
.450 .987
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Oneway Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic 5.123
Sistem Manajemen ISO Sikap Guru PAIS
df1 16
df2 26
Sig. .000
5.825
16
26
.000
Sum of Squares
df
ANOVA
Sistem Manajemen ISO
Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
Sikap Guru PAIS
Mean Square
F .827
.704
.782
.754
7998.430
35
228.527
7186.167
26
276.391
15184.597
61
7842.694
35
224.077
7447.500
26
286.442
15290.194
61
Oneway Test of Homogeneity of Variances
Sikap Guru PAIS Profesionalisme
Levene Statistic 8.977 2.321
df1 9
df2 33
Sig. .000
9
33
.038
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Sig.
200
201
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ANOVA Sum of Squares Sikap Guru PAIS
Between Groups
Profesio nalisme
F
15156.086
28
541.289 4.064
Within Groups Total
Mean Square
df
134.107
33
15290.194
61
4878.173
28
174.220
2939.763
33
89.084
7817.935
61
Between Groups Within Groups Total
Sig.
133.196
.000
1.956
.033
Oneway Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic 5.825
Sikap Guru PAIS Sistem Manajemen ISO
df1
5.123
16
df2 26
Sig. .000
16
26
.000
ANOVA Sum of Squares Sikap Guru PAIS
Sistem Manajemen ISO
Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F .782
.754
.827
.704
7842.694
35
224.077
7447.500
26
286.442
15290.194
61
7998.430
35
228.527
7186.167
26
276.391
15184.597
61
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Sig.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
202
Partial Corr Correlations Correlations Sistem Manajemen ISO Pearson Correlation
Sistem Manajemen ISO
Sig. (2-tailed) N Sikap Guru PAIS
Profesionalisme
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sikap Guru PAIS
Profesionalisme
1
.987(**)
.407(**)
.
.000
.001
62 .987(**)
62 1
62 .362(**)
.000 62
. 62
.004 62
.407(**)
.362(**)
1
.001 62
.004 62
. 62
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Correlations Sistem Manajemen ISO Kendall's tau_b
Sistem Manajemen ISO
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Sikap Guru PAIS
Profesionalisme
1.000
.912(**)
.302(**)
. 62
.000 62
.001 62
Sikap Guru PAIS
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.912(**)
1.000
.249(**)
.000 62
. 62
.005 62
Profesionali sme
N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.302(**)
.249(**)
1.000
.001 62
.005 62
. 62
N
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
203
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Correlations Correlations
Sistem Manajemen ISO
Sistem Manajemen ISO
Sikap Guru PAIS
Profesionalism e
1
.987(**)
.407(**)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.
.000
.001
62
62
62
.987(**)
1
.362(**)
.000
.
.004
62
62
62
.407(**)
.362(**)
1
.001
.004
.
62
62
62
N Sikap Guru PAIS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Profesionalisme
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Regression Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered Sistem Manajemen ISO (a)
Variables Removed
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Profesionalisme
Model Summary Model 1
R .407(a)
R Square .166
Adjusted R Square .152
Std. Error of the Estimate 10.42695
a Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
204
ANOVA (b) Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1294.662
Mean Square 1294.662
df 1
6523.273 7817.935
60 61
F 11.908
Sig. .001(a)
108.721
a Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO b Dependent Variable: Profesionalisme
Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model 1
(Constant)
118.908
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
10.821
Sistem Manajemen .292 ISO a Dependent Variable: Profesionalisme
.085
.407
10.989
.000
3.451
.001
Regression Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Sikap Guru PAIS(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Profesionalisme
Model Summary Model 1
R
R Square
.362(a) .131 a Predictors: (Constant), Sikap Guru PAIS
Adjusted R Square .117
Std. Error of the Estimate 10.64091
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
205
ANOVA (b) Model 1
Sum of Squares
Regression
df
1024.195 6793.740
Residual Total
1 60
Mean Square 1024.195 113.229
F
Sig.
9.045
.004(a)
7817.935 61 a Predictors: (Constant), Sikap Guru PAIS b Dependent Variable: Profesionalisme
Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model
Standardized Coefficients
t
Std. Error
Beta
B 1
(Constant)
120.343 11.922 Sikap Guru .259 .086 PAIS a Dependent Variable: Profesionalisme
10.094
.000
3.008
.004
.362
Regression Variables Entered/Removed (b) Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Sistem Manajemen ISO(a)
Method . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Sikap Guru PAIS
Model Summary Adjusted R R Square Square .987(a) .974 .973 a Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO Model 1
R
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
Sig.
Std. Error of the Estimate 2.59759
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
206
ANOVA (c) Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
Mean Square
df
14885.344
404.850 15290.194 a Predictors: (Constant), Sistem Manajemen ISO b Dependent Variable: Sikap Guru PAIS Total
1
14885.344
60 61
6.747
F
Sig.
2206.055
Coefficients (a) Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Std. Error
Beta
B 1 (Constant)
11.983 2.696 Sikap Guru .990 .021 PAIS a Dependent Variable: Sikap Guru PAIS
.987
4.445
.000
46.969
.000
Regression Variables Entered/Removed(b) Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 Sikap Guru PAIS, Sistem Manajemen ISO(a)
.
Sig.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Profesionalisme
Model Summary Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate .474(a) .225 .198 10.13547 a Predictors: (Constant), Sikap Guru PAIS, Sistem Manajemen ISO Model 1
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
.000(a)
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
207
ANOVA (b) Model 1
Sum of Squares
Regression
1757.002 6060.934
Residual Total
Mean Square
df 2 96
878.501 102.728
F
Sig.
8.552
.001(a)
7817.935 61 a Predictors: (Constant), Sikap Guru PAIS, Sistem Manajemen ISO b Dependent Variable: Profesionalisme
Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model
B 12.127
1
(Constant) 131.713 Sistem Manajemen 1.350 .505 ISO Sikap Guru -1.069 .505 PAIS a Dependent Variable: Profesionalisme
Standardized Coefficients
t
Std. Error
Beta
10.861
.000
1.882
2.671
.010
-1.494
-2.121
.038
Curve Fit MODEL: MOD_1. Independent: x1
Dependent Mth
Rsq
d.f.
x2
.974
60 2206.06
LIN
F
Sig.
Sigf .000 11.9827
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
b0
b1 .9901
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
208
Sikap guru PAIS
Sikap Guru PAIS
Observed
200.00
Linear
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00 80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Sistem Manajemen ISO
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
180.00
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
209
Curve Fit MODEL:
MOD_2.
Independent: x1 Dependent Mth
Rsq
d.f.
F
Sigf
y
.166
60
11.91
.001 118.908
LIN
b0
b1 .2920
Profesionalisme
Observed
180.00
Linear
170.00
160.00
150.00
140.00
130.00
120.00 80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Sistem Manajemen ISO
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
180.00
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
210
Curve Fit MODEL:
MOD_3.
Independent:
x2
Dependent
Rsq LIN
Mth Y
d.f. .131
F 60
Sigf 9.05
b0 .004 120.343
b1 .2588
Profesionalisme
Observed
180.00
Linear
170.00
160.00
150.00
140.00
130.00
120.00 100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
Sikap Guru PAIS
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
211
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Curve Fit MODEL:
MOD_4.
Independent: Dependent Mth x1 x2
y Rsq d.f. LIN .166 LIN .131
F 60 60
Sigf 11.91 9.05
b0 .001 38.4643 .004 58.6973
b1 5671 5062
Sistem Manajemen ISO
Observed
180.00
Linear
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00 120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
Profesionalisme
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
170.00
180.00
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
212
Sikap Guru PAIS
Observed
200.00
Linear
180.00
160.00
140.00
120.00
100.00 120.00
130.00
140.00
150.00
160.00
170.00
Profesionalisme
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
180.00
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
213
Correlations Correlations Manajemen ISO Manajemen ISO
Pearson Correlation
Sikap Guru PAI 1
.987(**)
62
.000 62
Sig. (2-tailed) Sikap guru PAI
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.987(**) .000
1
62
62
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Regression Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Sikap guru PAI(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Manajemen ISO
Model Summary Adjusted R R R Square Square .987(a) .974 .973 a Predictors: (Constant), Sikap guru PAI Model 1
Std. Error of the Estimate 2.58861
ANOVA (b) Sum of Squares
Model 1
Regression Residual Total
14782.543 402.054
df 1 60
Mean Square 14782.543 6.701
15184.597 61 a Predictors: (Constant), Sikap guru PAI b Dependent Variable: Manajemen ISO
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
F 2206.055
Sig. .000(a)
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
214
Coefficients (a) Model
Unstandardized Coefficients B
1 (Constant) -8.422 2.900 Sikap Guru .983 .021 PAIS a Dependent Variable: Manajemen ISO
.987
Standardized Coefficients
t
Std. Error
Beta
Sig.
-2.904
.005
46.969
.000
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
215
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LAMPIRAN 3
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
216
217
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
218
219
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
220
221
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
222
223
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
224
225
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
226
227
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
228
229
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
230
231
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
232
233
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
234
235
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
236
237
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
238
239
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
240
241
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
242
243
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
244
245
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
246
247
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
248
249
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
250
251
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
252
253
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
254
255
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LAMPIRAN 4
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
256
257
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HASIL WAWANCARA
Nara Sumber : Drs. Hasian Purba Jabatan : Wakil Manajemen SMA 99 Jakarta Waktu : 02 Maret 2011 Pertanyaan. 1. Bagaimana pendapat Bapak tentang penerapan Manajemen ISO di lembaga pendidikan. Jawaban: Penerapan ISO di dalam Indsustri produk yang dihasilkan merupakan suatu barang, tetapi di dalam pendidikan produk yang dihasilkan dalam sistem pendidikan yang lebih baik. Maka penerapan ISO untuk bidang pendidikan sangat dibutuhkan agar semua stake-holder dan konsumen dipuaskan. Pertanyaan. 2. Menurut pendapat Bapak. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan Manajemen ISO di sekolah Bapak. Jawaban: Kendala yang dihadapi adalah: 2.1. Top Manajer kadang separo hati dalam melaksanakan ISO, karena ada rasa sungkan kepada para wakil kepala Sekolah jika ISO murni digunakan. 2.2. Guru kurang memahami klausul-klausul ISO yang dituangkan dalam prosedur kerja atau standar operasional proses (SOP) walaupun sudah dilaksanakan sosialisasi beberapa kali mereka menganggap sudah paham ternayata belum.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Pertanyaan. 3. Bagaimana menurut Bapak bila ditemukan pelanggaran prosedur kerja. Jawaban: Dalam sistem Manajemen ISO pelanggaran prosedur kerja dapat diperoleh dari: 1.1. Komplen dari stake-holder 1.2. Hasil Audit 1.3. Pengukuran Kepuasan pelanggan 1.4. Pengukuran Statistik Dari ke empat sumber diatas, jika temuan tersebut dapat langsung diselesaikan dengan pembicaraan antar MR dengan para wakil Kepala Sekolah temuan tersebut dapat ditutup (closed). Jika temuan tersebut membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya maka diterbitkanlah format permintaan koreksi dan pencegahan yang ditanda tangani oleh wakil yang bersangkutan dan MR (Manajemen Representatif) dan ditetukan bentuk penyelesaian dan tanggal verifikasi. Pada tanggal verifikasi yang ditentukan MR (Manajemen Representatif) wajib memverifikasinya. Jika sudah dapat diselesaikan maka temuan tersebut di close dan jika tidak terselesaikan maka temuan tersebut dimintakan tanggal verifikasi berikutnya atau jika tidak dapat lagi diselesaikan karena suatu hal misalnya dana, maka temuan tersebut Inprogress (di prioritaskan pada anggaran yang akan datang).
Jakarta, 02 Maret 2011 Pewawancara
Yang diwawancara
Drs. Hasian Purba Manajemen Representatif
Azwan Feri S
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
258
259
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAFTAR PUSTAKA
al-Abrashi, Muhaammad Athiah. al-Tarbiyah al-Islāmiyah wa Falasifatuha, Mesir: Isa al-Bab, 1975. Abd al –Rahma}>n al Na>hlawy, Ushu>l al Tarbiyah al-Islā miyah wa asa> libiha> fi al Bait wa al –Madrasah wa al – Mujtama’ Suriah: Dar al-Fikr, 1999. Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Bin Mughiroh Bardizah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shahih Bukhori, Juz 1, (Beirutlibanon: Dar-al kutub al- Ilmiyyah, 1992. Ahmad, Rizali dkk, Dari Guru Konvensional Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Grasindo, 2009. Rozikun, Strategi Perencanaan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Ditingkat Menengah, Jakarta: PT. Lista
Ahmad
Fariska Putra, 2008. al-Ahwani, Ahmad Fuad al-Tarbiyah fi al- Islām, Dar al-Maarif, Mesir. Amin Widjaja Tunggal. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar, Jakarta : Rineka Cipta 1993. Arifin, Anwar Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas, Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Attas, Syed Muhammad Al-Naquib. Aims and Objectives of Islamic Education, Jeddah: King Abdul Azis University, 1979. --------, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1988. Azra, Azyumardi Buku Esai-Esai Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1998.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta: Kompas, 2006).
---------,
---------, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002. Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Ballacey, Individual in Societya textbook of Social Psychology, Aucland, Mc Graw Hill, 1962. Robert Houston, Exploring Competency Based Education, California: Unversity of California, 2008.
Charles
E.
Johnson
dalam
W.
Connell, Helen. Reformasi Pendidikan, penerjemah Solicha Ahmad Syahid, Jakarta: Logos Wicana Ilmu, 2003. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, 1992.
Jakarta: Bumi Aksara,
Daud, Wan Mohd Nor Wan The Educational Philosophy and Practice of Syed Muh}ammad Naquib Al-Attas, Kuala Lumpur: ISTAC, 1998. Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Kompetensi Guru Madrasah, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta, 2000. --------, Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006. Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, (Safiria Insania Press, Yogyakarta, 2003). ----------, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta, 2000. ----------, Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Dep. Nas, 2006. Dinata, Iskandar. Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal: ISO 9001:2000, Bandung: Alfabeta, 2006. Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
260
261
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fadjar, A. Malik. (kordinator), Platform Reformasi Pendidikan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia, Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani Kelompok Pendidikan dan Pengembangan SDM, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Isla>m Departemen Agama RI, Logos Wacana Ilmu, 1999. Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Feire, Paulo Pendidikan Kaum Tertindas, terj. Otomo Dananjaya dkk, Jakarta LP3ES, 2000. ---------, Pendidikan sebagai Proses: Surat Menyurat Pedagogis dengan Para Pendidik Guinea-bissau, terj. Yogyakarta: Pustakan Pelajar, 2000.
Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan Pembebasan, terj. Agung Prihantono dan Fuad Fudiyartanto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
---------,
dan Arif
ISO 9001:2000 And Continual Quality Improfment, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Gaspersz,Vincent
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, , 2006). Heryanto, Eko. BN Marbun (Penyunting), Pengendalian Mutu
Terpadu (TQC) Antologi Tentang Asal Usul Penerapan SukaDuka Praktek Pengendalian Mutu Terpadu, Jakarta, Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) dan PT Binaman Pressindo, 1993. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills dalam Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: el. SAS, 2006. International Workshop, Quality Management Systems–Guidelines gor the Aplication of ISO 9001: 2000 in education. Jegaut, Vinsensius F. “Posisi Pendidikan Nasional Kita Pada Komunitas Global”, Pelangi Pendidikan, Edisi IX/Juni 2008. Jurnal Komunikasi Dunia Perguruan Madrasah, Vol. 7, No. 1, Jakarta: Pusat Pengkajian Islam dan Mayarakat (PPIM) UIN Jakarta, 2006.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Khaldun, Ibn. Muqaddimah, terj. Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001. Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. ----------, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Langgulung, Hasan, Kreatifitas Dalam Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992. Mar’at, Sikap manusia perubahan serta pengukuran, Ghalia, 1962.
Jakarta: PT
Mahmud Yunus, Poko-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hida Karya Agung, 2006. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, 1997.
Jakarta: Rineke Cipta,
Martinis,Yamin. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Ciputat: Gaung Persada, Press, 2007. Miftachul Choiri, M. “Peran Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah di SMU Plus Muthahhari Bandung”, Tesis PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2003. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Mulyasa, Menjadi Guru Rosdakarya, 2007.
Profesional, Bandung: PT Remaja
---------, Standar Kompetensi dan Setifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyasa, Enco. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Aruzz Media, 2008. Munawir, Sjadzali, Pendidikan Agama dan Pengembangan Pemikiran Keagamaan , Departemen Agama, Jakarta, 1984.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
262
263
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1988. Nana Sya’odih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan praktek, Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2000. Nata, Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Angkasa, Jakarta, 2003. ----------, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Pernada Media Group, 2007. ----------, Pendidikan Islam di Era Global, Pendidikan Multikultural, Pendidikan Multi Iman, Pendidikan Agama, Moral & Etika, Jakarta: UJN Press 2003. ----------, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkas, 2003. Nazir, Moh. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005. Nasution.M.N.) Manajemen Indonesia, 2004.
Mutu
Terpadu,
Jakarta:
Ghalia
Ngalim M, Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung Remaja Karya, 2002. Nugroho, Riant & H.A.R. Tilaar, Kebijakan Pendidikan Pengantar
Untuk Memahmi Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. Nurdin, Diding, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, FIP-UPI, Imperial Bhakti Utama, 2007. Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003. Orgianus Yan, Islam Dan Pengetahuan Sains, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2008. Oppenhein, Social Psychology, Prentice Hall ltd,1981. Patterson, James G., ISO 9000 Standar Kualitas Seluruh Dunia, Marianto Samosir (Terj.), Jakarta: PT Indeks, 2010.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Pusat Standarisasi dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, Info Mutu, Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan, edisi Desember, 2002. Raharjo, Sri. Mutu Berawal dan Berakhir dengan Pendidikan: Kumpulan Publikasi Populer, Pusat Studi Pangan dan dan Gizi, Universitas Gajah Mada, 2004. Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.. Manajemen. Jakarta: 2007. Sallis, Edwar, Quality Management In Education Manajemen mutu Pendidikan, Jogajakarta: Penerbit IRCiSod, 2008. Satria Bangsawan, Unila Siap ISO 9001:2000, http://www.unila.asi.id/berita-depan/mm-unila-siapkan-iso 9001-2000. Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Shaw ME and Wriht JM, Scale for Measurement of attitude, New York: Mc Graw-Hill Book Company, 1967. Sidarto Mulyo, Sulistijo (dkk), Rayendra L Toruan (editor), Panduan
Penerapan Manajemen ISO 9001:2000 Bagi Jasa Pelaksana Kontruksi dan Jasa Konsultasi Kontruksi, Jakarta: Gramedia, 2005. Sikun
Pribadi
dalam
Syafruddin
Nurdin,
Guru
Profesional
Implementasi Kurikulum, Kuantun Teaching, Jakarta: 2005. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, (ed), Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989. Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Kompas Media Nusantara, 2008 .
PT
Sonhadji, Ahmad ”Pendidikan Multikultural”, Republika, tanggal 24 Januari 2003. Sonhaji, Khoirul Umam. Madrasah Merespons Tantangan Dunia Global, dalam Subakir, Supriono dan Achmad Sapari,
Manajemen Berbasis Sekolah; Suatu Upaya Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Pemberdayaan
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
264
265
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Masyarakat, Otonomi Sekolah dan Belajar yang Menyenangkan dan Efektif, Surabaya: SIC, 2001. Sudarwan, Danim. Visi Baru Manajemen Sekolah; Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006. Sugian, O. Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta : Gramedia, 2006. Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1994. Soewarso, Total Quality Management, Yogyakarta: ANDI, 1996. Tafsir, Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bandung: Rosdakarya, 1992 . Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Tim Pengembang Pendidikan FIP-UPI, Ilmu Aplikasi Pendidikan, Jakarta,PT. Imperial Bhakti Utama, 2007. Trihendradi Cornelius, Memecahkan kasus Statistik Deskriptif, Parametrik, dan Non-Prametrik dengan SPSS12 Yogyakarta: Andi Offset, 2004. Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandnung: PT Remaja Rosdakarya, 2001. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Vincent Gaspers, ISO 9001:2000 And Continual Quality Improvement, Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 2006. Waki, Ahmad “Pengaruh Etos Kerja Guru dan Kemandirian Santri
Terhadap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah Bogor”, Tesis, Jakarta: PPs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Whjo, Sumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Whitherington, Teory nad Social Psychology, Kogasusha, Mc Graw Hill ltd, 1982. Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1994. Zaini, Subhan. “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sebagai Upaya Menciptakan Madrasah Unggulan: Studi Kasus MAN Insan Cendekia Serpong”, Tesis, (Jakarta: PPs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Zainuddin, Reformasi Pendidikan Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jakarta, Bigraf Publishing. Zuhrawaty, Panduan dan Kiat Sukses Menjadi Auditor ISO 9001 , Yogyakarta: Med Press, 2009.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
266
267
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAFTAR INDEKS A A.Malik Fadjar ...................................... 6 Abdul Rachman Shaleh................. 18, 89 Abuddin Nata .................... 2, 3, 4, 15, 80 Action................................................. 41 administratiive thingking .................... 38 administrative attitude ....................... 38 administrative behavior ...................... 38 administrator.............. 52, 55, 56, 57, 154 afektif.............................. 35, 83, 84, 141 akademis . 7, 28, 31, 35, 48, 61, 65, 68, 88 akhlak. 2, 15, 71, 83, 86, 93, 95, 100, 105, 108, 146 Allah..................2, 15, 17, 97, 98, 99, 102 Allport .......................................... 18, 83 Allport Vaughan ............................ 18, 83 Applicable......................................... 145 Armai Arief .................................. 10, 77 Azyumardi Azra............................... 2, 77
B benchmarking..................................... 44 Britis Standards Institution .................... 9 broad field .......................................... 78 Buchari Alma ................. 8, 16, 17, 86, 96
C change of culture .................................. 5 clash of civilization ................................ 6 continual improvement ................. 38, 41 Continual Improvement ...................... 12 continuous proceses improvement ...... 43 core currikulum................................... 78 Cornelius Trihendradi ..................22, 110 Corrective ........................................... 41 Corrective and Preventive Action ......... 41 Costumor Focus ........................... 12, 37 counselor ..................................... 16, 98
Crosby................................... 62, 69, 148 crucial .............................................. 138 customers’ satisfaction ....................... 43
D Darmaningtyas ..................................... 4 Dede Rosyada .................................... 78 Deviation ... 112, 114, 116, 118, 119, 122, 171, 173, 174, 175, 178, 179, 182, 184, 190 Diding Nurdin ................ 6, 10, 15, 33, 35 Diding Wahyudin ............................ 9, 61 direct assessment ............................. 142 director of learning ............................. 16 Djudju Sudjana..................................... 7
E educational production function ........... 8 educator .......................... 17, 57, 99, 154 eduktif ................................................. 9 Edwar Sallis .... 5, 8, 9, 39, 47, 49, 69, 139 ekstra paper work .............................. 69 enterpreneurship ..................... 13, 61, 68 evaluasi ...5, 10, 15, 17, 44, 48, 52, 53, 57, 76, 81, 83, 84, 93, 99 evaluator....................................... 55, 56
F factual approach to decision making ... 41 Factual Approach to Decision Marking12 fathanah ..................................... 56, 102 filosofi ............................................. 4, 47 fitness for use ..................................... 59 fleksibel ........................................ 34, 40
G global ...................................... 2, 61, 106
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
globalisasi1, 3, 5, 6, 12, 16, 39, 75, 81, 82, 148 Graham Vaughan................................ 18 Guru.... 2, 3, 4, 7, 8, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 27, 28, 29, 31, 35, 42, 58, 66, 69, 72, 76, 81, 82, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 104, 105, 107, 108, 110, 113, 114, 115, 117, 120, 121, 123, 124, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 138, 139, 140, 141, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 150, 151, 153, 154, 179, 184, 185, 188, 189, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 204, 205, 248, 250, 251, 252, 253, 255, 256, 265, 266
H hidden curriculum ............................... 78 hipotesis....... 32, 119, 121, 122, 123, 124, 126, 137 Hogg............................................. 18, 83 Howard M. Vollmer dan Donald L.86, 252 husnuzh zhan ................................... 102
I Imam Ibrohim..................................... 34 Indra Djati Sidi..................................... 6 institusi .............. 4, 12, 35, 48, 49, 84, 88 instruksional ....................................... 16 intangible ........................................... 35 intensif ..................... 5, 6, 28, 88, 90, 140 interested parties ......................... 34, 36 interface ............................................. 41 International Standards Organization .... 9 intruksional .................................. 21, 99 Involvement of people ..... 12, 37, 62, 148 ISO .. 1, 4, 9, 11, 13, 14, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 36, 37, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 49, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 77, 81, 82, 109, 110, 111, 112, 113, 114,
116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 140, 142, 143, 144, 145, 147, 148, 149, 150, 153, 154, 156, 175, 184, 187, 188, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 204, 205, 248, 249, 251, 252, 254, 255, 256, 257
J Jamal Ma’mur Asmani ......................... 4 Jj. Hasibuan ....................................... 21
K Kartini Kartono.................................. 25 Katz.................................................... 84 Kepala Sekolah ...7, 55, 65, 144, 154, 249, 253, 257, 266 Kepemimpinan . 10, 12, 28, 37, 38, 39, 50, 54, 57, 62, 71, 148, 257 kewirausahaan ........................ 13, 61, 68 Koefisien Determinasi........ 125, 129, 131 kognitif.... 35, 44, 83, 84, 91, 96, 106, 141 komprehensif ............................ 2, 74, 79 kontinyu........................... 18, 74, 78, 107 kontroler ............................................ 56 KORELASI PEARSON CORRELATIONS. 125, 129, 131, 133 Kunandar . 7, 16, 86, 89, 91, 92, 105, 107, 253
L Leadership .................................... 12, 37 learning manager ............................... 16 life skill .......................................... 74, 81 luwes ............................... 40, 74, 79, 139
M macrocosmics .................................... 69 Mahmud Yunus ........................... 40, 253
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
268
269
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
makro.................................. 6, 15, 33, 47 managerial ................................... 17, 99 manger of learning ............................. 16 marketing ..................................... 13, 61 MBS ................... 10, 21, 57, 76, 144, 257 Mean.. 112, 114, 116, 118, 121, 127, 130, 132, 135, 171, 173, 174, 175, 178, 179, 182, 184, 190, 191, 192, 195, 196, 197, 198, 204 meansurable ........................................ 9 Measureable .................................... 145 Median112, 114, 116, 118, 171, 174, 175, 178, 179, 182, 184 mentransfer of knowledge .................... 3 meso ......................................... 6, 15, 33 metodologi ................................ 4, 35, 70 microcosmics...................................... 69 mikro................................... 6, 15, 33, 47 Mode . 112, 114, 116, 118, 174, 175, 178, 179, 182, 184 Moh Nazir .......................................... 25 monitoring .............................. 10, 38, 41 Mulyono12, 13, 20, 33, 36, 37, 45, 46, 57, 59, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 143, 148, 253 mutually beneficial supplier relationships ...................................................... 42
Mutually Beneficial Supplier Relationships ................................. 12
N Nanang Fatah ..................................... 21 Nurkolis .......................... 11, 54, 56, 254
O Observasi ......................................... 141 Omar Hamalik........................ 14, 21, 139 One-Sample Kolmogorov .. 120, 121, 190 Oppenhein ...................................83, 254
P Preventive .......................................... 41 process approach ............................... 40 Process Approach ............................... 12 profesional . 1, 3, 6, 15, 16, 17, 18, 21, 31, 85, 86, 87, 89, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 99, 101, 102, 104, 106, 107, 108, 109, 138, 140, 141, 143, 144, 146, 148 psikomotorik ...................................... 35 public goods .................................. 74, 80 punishment ............................. 13, 61, 68
Q Q.S.al-Muja-dilah................................ 96 quality culture .................................... 38 quality movement .............................. 38
R Ravik Karsidi, M.S............................. 35 Reasonable ................................... 9, 145 reasoning ........................................... 83 regresi linier 126, 137, 138, 142, 144, 147 REGRESI LINIER ANOVA ............. 127, 130 REGRESI LINIER COEFFICIENTS .. 128, 130, 136 relevansi ....................................... 6, 139 reward .................................... 13, 61, 68 Robbins....................................... 33, 255
S S. Margono ................................... 22, 25 Saifuddin Azwar ............ 18, 84, 141, 142 Sardiman.............................................. 7 Satria Bangsawan ........................ 20, 255 self assesment .................................... 48 sentralistik ........................................... 6 Shaw ME and Wriht JM ........ 82, 84, 255 shilaturahhim ................................... 102 Simple .............................................. 145 Smirnov Test..................... 120, 121, 190
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
SMM ............................... 12, 61, 66, 145 Specific................................................. 9 Subhan Zaini ................................21, 144 subje centered curriculum ................... 78 Sugiyono .....................................25, 256 surveillance audit internal ................... 69 Syahu Sugian O ..................... 33, 36, 145 Synergistic Relationships............... 49, 50 system approach to management ....... 41 System Approach to Management ...... 12
Top Manajer................. 10, 144, 154, 248 Total Quality Management ..4, 5, 7, 8, 47, 50, 81, 139, 256 TQM .. 4, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 76
T
Vincent Gaspers .......................... 43, 256 vision ................................................. 54
tabligh .............................................. 101 tangible.............................................. 35 teacher ......................................... 16, 98 test of Homogenity of variance.. 122, 123, 124 The International Organization For Standardization.............................. 46 the planner of future society ............... 16 the right man on the rihgt place .......... 56 Tilaar, H.A.R................................ 9, 256 Time Bound .......................................... 9 Timely .............................................. 145
U Umaedi ..............................36, 44, 47, 49
V
W Whitherington............................. 82, 257 WJS Poerwadarminta ......................... 15 WMM ................................................ 67 written curriculum .............................. 78
Y Yan Orgianus ................................ 54, 56
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
270
271
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
GLOSARIUMS
Costumor Focus yaitu fokus pada pelanggan. Continual improvement yaitu perbaikan berkelanjutan. Data bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan imformasi atau keterangan. Data kuantitatif jenis data yang dapat diukur secara langsung dan dapat dihitung. Factual approach to decision marking adalah pengambilan keputusan berdasarkan fakta. Involvement of people Pelibatan orang. IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. ISO (International Organization for standardization) Organisasi International untuk standarisasi. Kompetensi seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi Guru Seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi Profesional adalah kemampuan guru dalam mengusai materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
Kompetensi Kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi Sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang menggunakan statistik. Leadership yaitu Kepemimpinan. MBS adalah Manajemen Berbasis Sekolah. Maximum adalah nilai yang terbesar dari data. Mean yaitu rata-rata hitung hasil. Median nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari kecil ke besar. Minimum adalah nilai yang terkecil dari data. Mode adalah nilai yang sering muncul. Mutu adalah suatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Mutually beneficial supplier relationships yaitu hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Manajemen adalah proses mengkordinasi dari berbagai aktivitasaktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
272
273
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Process Approach yaitu pendekatan system pada manajemen. Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang diselidiki. SDM adalah Sumber Daya Manusia. Sikap merupakan suatu kesiapan mental yang diatur oleh pengalaman langsung, pengaruh dinamika respon individu-individu terhadap semua obyek dan situasi yang berhubungan dengan obyek tersebut. Standar Deviation adalah nilai simpangan baku. System Approach to management manajemen.
yaitu pendekatan sistem pada
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahehan sesutu instrumen.
MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
275
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Diri Nama Tempat Tanggal Lahir Pendidikan Pekerjaan Alamat
E. Mail II. Keluarga Bapak Ibu Bapak Mertua Ibu Mertua Istri Anak
Mantu Cucu
: Azwan Feri S : Lampung, 10 Nopember 1960 : S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Guru Pendidikan Agama Islam : Jl. Raya Bogor KM 31 RT.06/05 no. 58 Cisalak Pasar Cimanggis Depok Jawa Barat Kode Pos 16953 :
[email protected]
: M.Syafe’I Ismail : Khairyah Alfian : H. Dudu Dimyati : Hj. Siti Maesyuroh : Nursahidah : 1. Shella Ferisa Alfian 2. Shendi Nuria Feriansyah 3. Febrisha Tri Marczhiani : Wahid Hasyim : Fasanda Hashel Kotama
III. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 1 Kedondong Lampung Selatan Lulus 1974 2. SMP Negeri Gadingrejo di Kedondong Lampung Selatam Lulus 1977 3. PGA Negeri Tj. Karang Bandar Lampung Lulus tTahun 1981. 4. Sarjana Muda IAIN” SYAHID” Jakarta Lulus Tahun 1984. 5. Sarjana Lengkap IAIN “SYAHID” Jakarta Lulus Tahun 1987. 6. S-2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
No. Responden:
Asal Sekolah:Studi Korelasi di SMA/SMKN DKI Jakarta
IV. Riwayat Pekerjaan 1. Guru MI Fatahillah Cisalak Cimanggis Depok (19831987) 2. Guru SMP Fatahillah Cisalak Cimanggis Depok (1987-2007) 3. Madrasah Aliyah Nasy’atul Khair Cimanggis Depok (1988Sekarang) 4. Guru PAI SMA Negeri 6 Jakarta Selatan (1989) 5. Guru PAI SMA Negeri 99 Jakarta Timur (1990-Sekarang) 6. Asisten Kesiswaan SMA Negeri 99 Jakarta (2006-2010) 7. Pembina ROHIS SMA 99 Jakarta. 8. Wakil Kepala Sekolah MA Nasyatul Khair (1999-2004) V. Organisasi Pendidikan dan Sosial 1. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Jabatan Departemen Kesiswaan. 2. Ketua Koperasasi Guru dan Karyawan SMA 99 Jakarta (2001-2003).. 3. Pengurus Daerah ICMI ORDA Kota Depok Priode 20112016 Sekretaris Bidang Pendidikan Kepemudaan dan Pengembangan SDM.
Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042
276