Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari erosi yang diperbolehkan mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pengendali tata air, media pertumbuhan tanaman yang nantinya akan berpengaruh pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan bertambahnya jumlah penduduk maka terjadilah konversi lahan. Hutan yang dulunya sebagai penyangga air di rombak menjadi lahan pertanian. Ironisnya, laju konversi lahan pertanian tidak bisa dikurangi, bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun yang menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan. Penebangan pohon serentak secara legal atau ilegal, akibatnya sama saja yaitu terbukanya permukaan tanah pada saat yang sama. Pada musim kemarau terik sinar matahari mengenai permukaan tanah secara langsung, akibatnya terjadi percepatan proses-proses reaksi kimia dan biologi, salah satunya adalah penguraian bahan organik tanah (dekomposisi). Dan seterusnya, air hujan yang jatuh selama musim penghujan tidak ada yang menghalangi sehingga memukul tanah secara langsung, berakibat pada pecahnya agregat tanah, meningkatnya aliran air di permukaan dan sekaligus mengangkut partikel tanah dan bahan-bahan lain termasuk bahan organik (erosi) (Widianto, dkk., 2002). Daerah yang potensi erosinya tinggi dengan kemiringan lahan > 40 % idealnya tertutup oleh vegetasi hutan, sehingga kemungkinan terjadinya erosi yang cukup tinggi dapat dicegah. Hal ini dikarenakan keberadaan vegetasi akan melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan, menekan aliran permukaan
Universitas Sumatera Utara
yang dapat menggerus tanah, meningkatkan resapan air dan perakaran vegetasi hutan mampu menjadi pengikat agregat batuan dan tanah sehingga tidak mudah longsor. Rata-rata intensitas curah hujan yang relatif tinggi dan di dukung kondisi topografi yang berbukit-bukit di sebagian besar daerah di Indonesia menjadi salah satu pemicu timbulnya proses erosi. Bahaya erosi ini akan semakin mengkhawatirkan, apabila di dalam mengelola sumberdaya alam tanpa memperhatikan kaidah konservasi sumber daya alam khususnya sumber daya tanah, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelestarian kemampuan fungsi lingkungan (Nur’saban, 2006). Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi tanah dari kerusakan sifat fisiknya, terutama kerusakan akibat aliran permukaan. Adanya tanaman akan menyebabkan air hujan yang jatuh tidak menghantam permukaan tanah melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman, dan proses ini disebut intersepsi (Utomo, 1989). Besamya intersepsi hujan oleh tajuk daun tanaman juga sangat ditentukan oleh populasi dalam hal ini berhubungan dengan jumlah dan kerapatan tanaman (lebar tajuk). Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dan pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah karena akar akamya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk butirbutir air hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur
Universitas Sumatera Utara
tanah yang baik maupun peningkatan porositas yang dapat meningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi (Kartasapoetra, 1998). Berbeda dengan lahan hutan, lahan tanaman pertanian lebih rentan terhadap kerusakan tanah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya vegetasi atau tanaman semak sebagai penahan hujan, rendahnya bahan organik yang berasal dari seresah tanaman, sehingga hujan lebih mudah memecah butiran tanah (Islami dan Utomo, 1995). Indonesia sendiri menghadapi ancaman erosi, yaitu perubahan bentuk tanah atau batuan yang dapat disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat atau organisme hidup. Proses erosi terutama dapat mengakibatkan penipisan lapisan tanah dan penurunan tingkat kesuburan, karena butiran tanah yang mengandung unsur hara terangkut limpasan permukaan dan diendapkan di tempat lain. Erosi juga merusak daerah-daerah aliran sungai dan menimbulkan pendangkalan palung sungai serta bendungan-bendungan yang ada, dan dengan demikian mempengaruhi fungsi dan usia bendungan. Menurut BNPB (2010) risiko erosi tinggi di Indonesia tersebar di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku serta Papua. Simalungun adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang merupakan penghasil kelapa sawit, karet dan kakao. Kabupaten tersebut merupakan bagian hulu DAS Padang yang memegang peranan penting pada bagian ekosistem DAS. Pengelolaan lahan pada daerah hulu DAS dapat menentukan baik buruknya daur hidrologi. Tutupan hutan di daerah ini semakin berkurang karena alih fungsi lahan menjadi perkebunan, baik yang dikelola oleh swasta maupun masyarakat. Konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian atau
Universitas Sumatera Utara
perkebunan menimbulkan berbagai macam masalah diantaranya penurunan kesuburan tanah, erosi, banjir, kekeringan, kepunahan flora dan fauna. Berdasarkan data yang dihasilkan LTEMP (Lake Toba Ecosystem Management Plant) pada tahun 2009, Simalungun merupakan wilayah perhatian kawasan yang mempunyai potensi erosi tinggi pada DTA danau toba (dengan kelerengan > 40%) setelah Kabupaten Tobasa di provinsi Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik juga menambahkan terdapat alih guna lahan di empat kecamatan yang diteliti. Tapian Dolok yang memiliki komoditas kelapa sawit luas areal yang dimiliki meningkat dari 294,13 Ha (2005) menjadi 333,78 Ha (2009). Dengan komoditas yang sama, Bandar Marsilam juga mengalami peningkatan luas areal dari 2.659,45 Ha (2005) menjadi 2.830,86 Ha (2009),
Dolok Batu Nanggar
228,50 Ha (2005) menjadi 232,50 Ha (2009). Berbanding terbalik dengan luas areal komodi kopi di Raya, luas lahan kopi 1.064,45 Ha (2005) mengalami penurunan menjadi 605,11 (2007) dan 578,1 (2008-2009). Permasalahan utama DAS Padang yang paling mendesak untuk ditangani adalah banjir akibat luapan Sungai Padang yang terjadi secara rutin setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut penulis ingin mengkaji erosi tanah pada beberapa kemiringan dan vegetasi di empat Kecamatan Kabupaten Simalungun.
Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi tanah pada beberapa kemiringan dan vegetasi di empat Kecamatan Kabupaten Simalungun.
Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan tingkat erosi tanah pada empat Kecamatan Kabupaten Simalungun. Kegunaan Penelitian 1. Mengetahui tingkat erosi tanah pada beberapa kemiringan dan vegetasi di empat Kecamatan Kabupaten Simalungun. 2. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara