MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM KESENIAN REOG
Danis Novita Pratiwi Abstract: Based on an appeal of the District Government and Reog Ponorogo Foundation, Jathilan dance is one of the dances that must be given as a local subject in Ponorogo. According to the results observations is conducted by researchers in the field that the State Junior High School (SMP Negeri 2) Bungkal is one of the schools which is always follows any dance festivals both inside and outside Ponorogo regency and earn any awards. The learning activity of Jathilan dance in SMP Negeri 2 Bungkal is implemented as extracurricular. Extracurricular activities are intended as the student personal development. Based on the reason above, the researcher uses Jathilan dance as a topic of the research. The problem of this study are (1) What is the form of Jathilan dance in Reog?, (2) What is the symbolic meaning of Jathilan dance in Reog?.
Kata kunci: Makna Simbolik Bentuk Penyajian Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog Ponorogo. Berdasarkan himbauan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Yayasan Reog Ponorogo. Tari Jathilan merupakan salah satu tarian yang wajib diberikan sebagai muatan lokal di wilayah Ponorogo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa SMP Negeri 2 Bungkal merupakan sekolah yang banyak mengikuti festival-festival tari baik yang di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Ponorogo dan banyak mendapat penghargaan. Kegiatan pembelajaran tari Jathilan di SMP Negeri 2 Bungkal dilaksanakan dalam ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler tersebut dimaksudkan sebagai kegiatan pengembangan diri bagi siswa dan siswi. Dari alasan tersebut di atas maka peneliti memilihnya sebagai topik penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?, (2) Bagaimanakah makna simbolik bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan data yang deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog Ponorogo. Pada penelitian ini peneliti sebagai instrumen atau alat pengumpul data utama. Dalam teknik pengupulan datanya, peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dirancang. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber.
METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog. Maka peneliti langsung terjun kelapangan dengan penelitian pada seorang guru seni budaya SMP dan seorang seniman pakar kesenian Reog Ponorogo, untuk mengetahui bagaimana makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003: 3). Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya.kehadiran peneliti merupakan hal yang mutlak dalam penelitian. Peneliti merupakan instrument yang menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana, pengumpul data, melakukan analisis, menafsirkan data sekaligus sebagai pelapor penelitian (Moleong, 1990: 34). Mengingat pentingnya kehadiran peneliti, sebagai penunjang data peneliti mendatangi secara langsung dan terjun langsung ke lokasi penelitian. Di lokasi penelitian tersebut peneliti akan mengumpulkan data-data dari guru seni budaya, seniman, dokumentasi kegiatan dan observasi. Peran peneliti di sini sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data karena peneliti secara langsung terjun ke lapangan sehingga dapat melihat secara langsung keadaan di lapangan sehingga menghasilkan data yang akurat. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Ponorogo yakni di salah satu SMP dan daerah Paju, Ponorogo. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog Ponorogo. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa materi ekstrakurikuler tari Jathilan dalam kesenian Reog diajarkan pada sekolah-sekolah di wilayah Ponorogo. Dalam pengumpulan data atau informasi tentang makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog tersebut, data diperoleh dari sumber data. Sementara sumber data yang dimaksud di sini adalah sumber asli yang memuat informasi data-data tertentu. Data tersebut merupakan data yang diproses langsung dari hasil observasi yang berupa hasil wawancara tentang makna simbolik tari Jathilan dengan informan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah Ibu Jarumi, S.Pd sebagai seniman dan sebagai pengajar SMP dan Sudirman, M.Pd selaku seniman pakar kesenian Reog Ponorogo. Teknik ini terdiri atas metode penelitian dan instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk mempermudah penggunaan metode dalam peneitian. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, serta observasi yang dilengkapi dengan dokumentasi. Ketiga metode ini saling melengkapi sebagai alat triangulasi data agar data yang diambil lebih akurat. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Untuk lebih jelasnya akan disampaikan pada ulasan di bawah ini, yaitu: a.
Observasi Observasi yang dilakukan di sini yakni dengan cara pengamatan secara langsung pada saat
kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mengetahui makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog. b.
Wawancara Wawancara atau kuisioner lisan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan komunikasi langsung dengan nara sumber data mengenai permasalahan yang dihadapinya secara lisan (Arikunto, 2002: 132). Wawancara disini dilakukan dengan cara tersruktur dan wawancara tak tersruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan (Moleong, 2009: 190). Pertanyaan yang akan diajukan peneliti pada guru seni budaya di sini berkaitan dengan kesenian tari Jathilan. Kemudian wawancara pada seniman pakar kesenian Reog berkaitan dengan kesenian Reog khususnya tari Jathilan. Wawancara tak tersruktur ini sangat berbeda dari wawancara tersruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya (Moleong, 2009: 191). Pertanyaan yang diajukan tidak terpaku pada lembar wawancara dan hal yang ditanyakan sudah keluar dari masalah penelitian. c.
Studi dokumen Studi dokumen digunakan untuk mengambil gambar atau foto-foto kegiatan siswa. Selama
proses kegiatan berlangsung dengan tujuan melengkapi data dari hasil penelitian yang dilakukan dan sebagai bukti nyata berlangsungnya kegiatan. Metode studi dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap, yang sengaja dilakukan untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai suatu peristiwa. Kebenaran hasil data peneliti dikuatkan oleh dokumen berupa dokumen observasi. Dalam studi dokumen di sini, selain menggunakan dokumen yang berasal dari subjek penelitian juga peneliti menggunakan dokumen milik sendiri yang berupa dokumentasi kegiatan. Pendokumentasian ini berupa foto kegiatan berlangsungnya penelitian baik foto-foto dengan nara sumber ataupun foto-foto struktur tari Jathilan. Untuk analisis datanya menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan memperhitungkan nilai-nilai secara ekplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Peneliti dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara datadata dikumpulkan dan bagian-bagiannya diuji. (Moleong, 2002: 6).
Sedangkan untuk pengecekan keabsahan datanya menggunakan teknik Triaggulasi sumber. Menurut Patton (dalam Moleong, 2002:178) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan mengunakan jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan kegiatan apresiasi dengan data hasil wawancara, dan yang ke (2) membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen terkait. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Dalam hal ini peneliti berusaha mencari informasi dari guru seni tari tentang makna simbolik tari Jathilan. Dalam hal ini penerapan trianggulasi sumber berkaitan dengan temuan peneliti, yang dilakukan dengan pengumpulan semua informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau subjek penelitian.
HASIL A.
Bentuk Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog Keberadaan Reog Ponorogo secara historis tidak dapat dipisahkan dengan budaya gemblak.
Gemblak adalah penari Jathilan laki-laki dalam kesenian Reog. Dahulu kehadiran gemblak dalam kesenian Reog Ponorogo sebagai penari Jathilan adalah untuk menarik minat masyarakat penontonnya.Seiring dengan perkembangan zaman penari Jathilan yang dilakukan oleh penari lakilaki semakin lama semakin berkurang. Dalam perkembangannya tari Jathilan yang dahulu hanya dipertunjukkan bersama dengan Kesenian Reog, sekarang sudah banyak kita jumpai tari Jathilan ditarikan di luar rangkaian pementasan kesenian Reog Ponorogo.
1.
Bentuk Gerak Tari Jathilan Seorang penari Jathilan sebagai media utama dalam pengungkapan gerak adalah tubuh. Gerak tari Jathilan dapat digali dari gerak tari yang sudah ada, disesuaikan dengan gerakan dan iringannya.
2.
Bentuk Busana Tari Jathilan Busana yang dipergunakan oleh penari Jathilan, menunjukkan busana seorang prajurit. Sementara itu secara struktur busana tari Jathilan antara lain: celana kepanjen, kain parang barong warna putih, bara-bara samir, sampur, epek, stagen cinde, baju hem lengan panjang, gulon ter, kalung kace, srempang, cakep, iket, binggel.
3.
Bentuk Properti Tari Jathilan Properti yang digunakan oleh penari Jathilan adalah Eblek atau Jaranan yang dikenakan penari sebagai alat bantu waktu menari.
4.
Bentuk Tata Rias Tari Jathilan
Bentuk tata rias tari Jathilan memakai tata rias wajah putra alus lanyap sesuai dengan peran prajurit, serta bentuk alisnya adalah alis gagah, memakai godheg (athi-athi) prajurit. Sudirman juga menegaskan bahwa tata rias tari Jathilan tidak menggunakan kumis. 5. Bentuk Iringan Tari Jathilan bentuk iringan tari Jathilan hanya menggunakan iringan gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing panaragan, namun seiring perkembangan saat ini tari Jathilan menggunakan tiga macam gendhing, yaitu gendhing sampak dan gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing panaragan.
B.
Makna Simbolik Bentuk Tari Jathilan
Tari Jathilan memiliki makna simbolik kepandaian dan ketangkasan seorang prajurit, yang bertemakan penggambaran ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang di atas kuda. Ketangkasan dan kepandaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan berbagai ekspresi (greget) oleh penari.
1.
Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog
Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan Pada Iringan Sampak dan Iringan Obyog No 1.
Nama Gerak Jalan Nyongklang
Jenis Iringan Sampak dan Obyog
Gambar
Uraian Gerak Kebyak sampur kedua tangan, disertai kaki kiri tanjak kaki kanan jalan nyongklang kedua tangan pegang kuda
Makna Simbolik Prajurit berkuda yang sedang melakukan perjalanan dan mengemban suatu tugas berat.
Lanjutan Tabel 3.1 Nama Gerak Jalan Drap di Tempat
Jenis Iringan Sampak
3.
Sembahan
Sampak
4.
Berdiri
Sampak
5.
Jalan Lenggang di Tempat
Sampak
No 2.
Gambar
Uraian Gerak Kedua kaki sejajar, mendak. Tolehan kearah kanan dan kiri. Diakhiri tanjak kaki kanan lalu duduk.
Makna Simbolik Prajurit yang selalu waspada dan melihat keadaan sekitarnya. Merasa tidak ada bahaya mengancam lalu prajurit melanjutkan perjalanan, karena bahaya yang selalu mengancam, semuanya ia serahkan kepada Tuhan. Sembahan Dalam keadamengangkat an apapun dan kedua tangan bagaimanapun dengan mem- seorang prajupertemukan rit meminta kedua telapak berkah dan tangan di de- perlindungan pan hidung. kepada Hyang Widi (Tuhan). Turun kedua Prajurit harus tangan, kedua siap menghatangan dapi resiko diletakkan yang ada dadipinggang, lam menjalantangan kiri kan tugasnya. diletakkan dilutut kiri. Tangan kiri Kewaspadaan. memegang Kuda sebagai kuda, tangan tunggangan, kanan sampur sebalembehan. gai senjata, sebelum meneruskan perjalanan, prajurit harus menyatakan aman.
Lanjutan Tabel 3.1
6.
Nama Gerak Edreg
Jenis Iringan Sampak
7.
Ogek Bahu
Sampak
Kaki tanjak kanan, kedua tangan memegang kuda menggerakkan bahu.
8.
Loncatan
Sampak
Loncatan 3x, kedua tangan memegang kuda disertai anggukan.
No
Gambar
Uraian Gerak Kedua tangan memegang kuda. Jalan ditempat memutar haluan kekanan, ketengah dan kekiri.
Makna Simbolik Kewaspadaan dalam perjalanan prajurit harus mengetahui daerah sekelilingnya, harus menyelidiki apakah didaerah tersebut ada musuh atau tidak. Dalam tugas yang berat sekalipun, kerilekan diperlukan oleh prajurit. Kecapean atau kelelahan yang berlebihan akan mengakibatkan kelalaian dan kurangnya kewaspadaan. Maka sedikit istirahat akan mengembalikan semangat. Menghindari melakukan masalah supaya tidak timbul masalah baru. Liku-liku kehidupan ataupun perjalanan prajurit memang berat, harus selalu waspada. Waspada dan berdo a merupakan jalan yang terbaik.
Lanjutan Tabel 3.1
9.
Nama Gerak Jalan Empat
Jenis Iringan Sampak
10.
Tebahan
11.
12.
No
Uraian Gerak Melangkah kaki kanan 4x. Melangkah kaki kiri 4x.Melangkah kaki kanan 4x diselingi jujugan kaki kiri, kanan, diakhiri tanjak kanan.
Makna Simbolik Prajurit harus selalu berpedoman, tanggap, dan harus bisa menjalankan tugas sebagai umat, saudara 4 (amarah, aluamah, mutmainah, sufiah) haruslah selalu dipegang untuk ridhonya dan keberhasilannya.
Sampak
Tebahan kanan trecet kekiri. Tebahan kiri trecet kekanan.
Janji seorang prajurit. Dalam setiap tugas yang diemban, prajurit harus memegang janji atau sumpah prajurit. Janji sakti prajurit bumi dan langit.
Gejugan
Sampak
Kedua tangan memegang kuda (mekak). Gejug kaki kanan kekiri, 2 hitungan jalan.
Kewaspadaan seorang prajurit. Melihat sekeliling adalah salah satu cara bersikap waspada.
Gejug Mundur
Sampak
Kaki kanan didepan, kedua tangan memegang kuda, tanjak kanan.
Prajurit dalam menjalankan tugasnya harus siap dan percaya diri.
Gambar
Lanjutan Tabel 3.1
13.
Nama Gerak Polah kaki
Jenis Iringan Sampak
14.
Ukel Karna
Sampak
15.
Bumi Langit
Sampak
No
Gambar
Uraian Gerak Kedua tangan memegang kuda, tanjak kekiri, gerak kaki kanan kekiri, kekanan. Diakhiri tanjak kanan.
Makna Simbolik Dalam peperangan, Raja maupun prajurit berstatus sama. Rela dan berani mati, tugas yang diemban seorang prajurit merupakan kewajiban yang harus diselesaikan. Prajurit harus mampu menjunjung tinggi tugas dan kewajiban. Tangan kaPrajurit dalam nan dimuka menjalankan dahi, tangan tugasnya harus kiri ukel trap mengetahui ditelinga, ke- situasi dan mudian seba- kondisi yang liknya disesedang ramai lingi olah dibicarakan janggan. orang. Harus selalu mencari kabar dan mendengarkan kabar terbaru. Bumi langit Dalam tangan kanan, menghadapi tangan kiri kondisi memegang apapun, mengkuda. hadapi perang (musuh), dalam perjalanan sekalipun sumpah sakti prajurit haruslah tetap dipegang.
Lanjutan Tabel 3.1 Nama Gerak Lawung
Jenis Iringan Obyog
17.
Penthangan Tangan
18.
19.
No 16.
Uraian Gerak Ukel dua tangan kesamping kanan dan kekiri.
Makna Simbolik Prajurit dalam menerima perintah dari Raja harus dicermati supaya nantinya tidak ada kesalahan tugas yang harus segera dilaksanakan.
Obyog
Tangan kanan lurus kesamping kanan, tangan kiri nekuk disamping / didepan pinggang.
Dalam menempuh perjalanan yang jauh, istirahat juga diperlukan oleh seorang prajurit. Namun dalam peristirahatan kewaspadaan tidak boleh kendor.
Trisik
Obyog
Kebyok sampur kanan putar kekiri, kebyok sampur kiri putar kekanan.
Dalam suatu perjalanan, senjata harus selalu dibawa dan tanggap terhadap keadaan sekitar.
Keplok Dara
Obyog
Menggerakka n kedua tangan kekiri, kanan, kepundak menthang disertai olah jangga.
Antara prajurit yang satu dengan lainnya harus terjalin persatuan dan kesatuan. Keadaan susah dan senang dijalani dengan lapang dada.
Gambar
Lanjutan Tabel 3.1 No 20.
21.
2.
Nama Jenis Gerak Iringan Pegangan Obyog Tangan Satu
Pegangan Kedua Tangan
Gambar
Obyog
Uraian Gerak Tangan kiri memegang kuda, tangan kanan ditepukkan saling menggengga m. Diakhiri trecet, kebyok sampur trisik.
Makna Simbolik Dalam medan perang, seorang prajurit harus mengenal siapa kawan dan lawan. Persatuan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam suatu Kedua tangan peperangan. berpegangan saling menggengga m, saling mendorong.
Makna Simbolik Busana Tari Jathilan
Makna simbolik busana penari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit. Jarumi juga menegaskan bahwa pada umumnya busana penari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo terdiri dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini mengandung arti dan karakteristik sendiri-sendiri misalnya: Warna hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi. Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter yang heroic. Warna putih berarti keberanian yang dilandasi dengan tujuan suci. Warna kuning berarti mempunyai cita-cita untuk memperoleh kebahagian dan kejayaan.
3.
Makna Simbolik Properti Tari Jathilan
makna simbolik property dari tari Jathilan adalah tunggangan prajurit berupa kuda yang gagah, lincah, dan gesit. Serta memiliki jiwa kesucian. 4.
Makna Simbolik Tata Rias Tari Jathilan
Makna tata rias wajah putra alus lanyap adalah gambaran seorang prajurit yang gagah dan pemberani. Pada tata riasnya tajam yang mengandung makna pemberani. Makna alis gagah
merupakan penekanan dari tata rias putra alus lanyap penggambaran keprajuritan. Sementara itu makna godheg (athi-athi) adalah penggambaran kematangan dan seseorang, kegagahan, kemampuan berilmu, jiwa kepemimpunan dan kewibawaan 5.
Makna Simbolik Iringan Tari Jathilan
makna simbolik iringan tari Jathilan adalah penggambaran seorang prajurit yang halus dan lemah lembut, namun memiliki jiwa yang kuat, tangguh, dan percaya diri.
PEMBAHASAN Dalam pelaksanaan pembelajaran tari Jathilan, siswa diajarkan mengenai pengetahuan tentang bentuk tari Jathilan tersebut beserta makna simbolik yang terdapat didalamnya dengan tujuan untuk memberikan dasar dan wawasan tetang seluk beluk tari Jathilan tersebut sehingga dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan pengetahuannya dalam gerakan, selain itu tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sikap dan kreatifitas siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk Tari Jathilan dalam Kesenian Reog Tari Jathilan merupakan tari berpasangan yang ditarikan oleh 2 orang penari atau kelipatannya, artinya antara penari yang satu dengan yang lain saling berhubungan. 2. Makna Bentuk Simbolik Tari Jathilan dalam Kesenian Reog a. Dari segi gerak tari Jathilan adalah ungkapan jiwa keprajuritan. Keprajuritan yang dimaksud berlatih perang di atas kuda. b. Dari segi busana tari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit. c. Dari segi properti yang digunakan penari Jathilan adalah Eblek atau yang biasa disebut Jaranan, yang dikenakan penari sebagai alat bantu waktu menari. d. Dari segi tata rias tari Jathilan menggambarkan simbolisasi seorang prajurit yang gagah dan pemberani, hal tersebut nampak pada alis dan godheg (athi-athi). Dari segi iringan tari Jathilan dalam gendhing sampak menggambarkan simbolisasi jiwa kesatria yang tangguh dan unggul, dan dalam gendhing obyog menggambarkan simbolisasi jiwa prajurit yang halus, lembut dan lemah gemulai.
Saran Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan saran dan masukan kepada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut: 1.
Bagi siswa sekolah tidak hanya bias menarikan tari Jathilan namun juga dapat memahami makna simbolik yang terkandung dalam tari Jathilan tersebut.
2.
Bagi guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar pembelajaran siswa di sekolah.
3.
Masyarakat penikmat seni dalam melihat suatu pertunjukan seni tidak hanya melihat saja, melainkan mencermati lebih dalam karena suatu seni banyak mengandung makna simbolik yang dalam.
4.
Makna simbolik suatu kesenian termasuk Jathilan banyak masyarakat yang tidak tahu, oleh karena itu instansi atau lembaga-lembaga perlu menanamkan kepada masyarakat sejak dini pentingnya makna simbolik suatu kesenian untuk diketahui.
5.
Dalam pelestarian tari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo diperlukan pembinaan disegala bidang, baik lewat jalur sekolah maupun dimasyarakat.
6.
Perkembangan yang terjadi diharapkan tidak menghilangkan ciri khas Tari Jathilan dalam Kesenian Reog.
Daftar Rujukan Moleong, J. Lexi, 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Moleong, J. Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Supriyono, 2011. Pengetahuan Komposisi Tari. Bayumedia Publishing: Malang. Sumandiyo, Hadi. 2007. Kajian Tari Teks Dan Konteks. Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.