MAKNA KONTEKSTUAL TUTURAN BERPEMARKAH ZO DAN ZE DALAM WACANA PERCAKAPAN BAHASA JEPANG ( TINJAUAN PRAGMATIK )
PANDU IMAN SANTOSO NPM 180610060079
UNIVERSITAS PADJAJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA JATINANGOR AGUSTUS 2012
MAKNA KONTEKSTUAL TUTURAN BERPEMARKAH ZO DAN ZE DALAM WACANA PERCAKAPAN BAHASA JEPANG
Penelitian ini membahas tentang makna kontekstual pada tuturan dalam wacana percakapan Bahasa Jepang yang memiliki shuujoshi zo dan ze. Telaah mengenai zo dan ze dalam memberikan pemaknaan pada tuturan dengan memperhatikan konteks, situasi dan peristiwa tutur yang ada saat penuturan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan baik pemarkah zo dan ze, terdapat penegasan dalam penyampaian topik, bentuk penguatan ekspresi serta tekad penutur, nuansa akrab-tidak akrab dan rasa persuasif juga paksaan dalam tuturan berdasarkan konteks-konteks tertentu.
Kata Kunci : Shuujoshi zo, Shuujoshi ze, Makna Kontekstual, Pragmatik, Percakapan Bahasa Jepang.
THE CONTEXTUAL MEANING OF A SPEECH IN JAPANESE CONVERSATION WITH ‘ZO’ AND ‘ZE’ AS FINAL PARTICLE
This research was focus on the contextual meaning of a speech in Japanese conversation with ‘zo’ and ‘ze’ as final particle. The research about ‘zo’ and ‘ze’ which imply more meaning to some speech by considering the contexts, conditions and speech event depicted during the occurrence of speech. And result of this research, author found both ‘zo’ and ‘ze’, imply an assertion contained in providing a topic, a form such strength in committing speaker’s will, giving familiar-unfamiliar atmosphere, and not only persuasive but also sound forceful in some speech based on specific contexts. Keywords : Final Particle ‘zo’, Final Particle ‘ze’, Interpretation Meaning, Pragmatics, Japanese Conversation. Pandu Iman Santoso, NPM 180610060079; Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, sidang dan lulus pada 12 Juli 2012
Pendahuluan Saat berkomunikasi, seorang dapat bertindak sebagai pembicara dan juga sebagai pendengar. Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi pendengar, dari pendengar menjadi pembicara, begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa yang wajar, bagi para pakar atau ahli dalam bidang linguistik dan pengajaran bahasa, yang menganalisis suatu peristiwa bahasa atau a language event yang terjadi (Tarigan, 4: 2009). Dan setiap bahasa, terdapat banyak kata dan ekspresi yang referensi-referensi seluruhnya didasari oleh keadaan dan dapat dipahami apabila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih membahas pengaruhnya shuujoshi zo dan ze dalam mempengaruhi makna penyampaian tuturan. Karena dalam percakapan lengkap, shuujoshi kadang diikutsertakan, terutama dalam keberadaan zo dan ze, yang arti dari keduanya sama namun sedikit berbeda makna yang dipengaruhinya bila memperhatikan konteks yang dibawanya, maka peneliti lebih melakukan pengkajiannya dari sudut penelitian pragmatik yang menggunakan unsur luar bahasa dalam menagkap interpretasi makna.
A. Pembatasan Masalah 1. Apa makna kontekstual yang diimplikasikan oleh zo dan ze pada tuturan dalam wacana percakapan Bahasa Jepang. 2. Bagaimana peristiwa tutur yang berpengaruh pada tuturan berpemarkah zo dan ze dalam wacana percakapan Bahasa Jepang.
B. Kerangka Pemikiran Sebagai kerangka pemikiran dalam analisis ini digunakan beberapa teori. 1. Teori pragmatik dari Levinson (1983) digunakan sebagai landasan untuk mengetahui hubungan bahasa dengan konteks. 2. Teori konteks dari Leech (1983) digunakan sebagai landasan untuk mengetahui latar belakang, situasi sebuah ujaran dari data yang berupa wacana percakapan.
3. Teori unsur-unsur tuturan dari Hymes (1996) digunakan sebagai landasan untuk mengetahui hubungan konsep peristiwa tutur dengan situasi dan konteks. 4. Teori jenis dan tujuan tuturan dari Searle (1979) digunakan sebagai landasan untuk membagi tuturan berdasarkan tujuan dituturkan. 5. Teori perbedaan fungsi partikel Jepang atau joshi dari Chino (2005) digunakan sebagai landasan untuk pemahaman ragam joshi sesuai fungsifungsinya dan situasi penggunaannya.
C. Metode dan Teknik Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan pengumpulan data dan penelitian. Peneliti menggunakan metode desktriptif, yaitu metode yang bertujuan membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, sesuai dengan fakta-fakta mengenai data dan sifat-sifat hubungan fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan penelitian, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data.
D. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wacana percakapan yang di dalamnya terdapat tuturan berpemarkah zo dan ze. Data diambil dari komik Touch volume 6, 7 dan 8; K-On! volume 1; dan Kateikyo Hitman Reborn! volume 1. Penggunaan komik sebagai sumber data ini dijadikan contoh acuan nyata kehidupan berbahasa masyarakat Jepang dalam aplikasi tuturan seruan pada wacana percakapan. Komik Touch dan Kateikyo Hitman Reborn! memberikan gambaran lingkungan remaja tingkat SMA dalam kegiatan sekolah dan pergaulan di sekitarnya, terutama adanya interaksi antar individu yang berbeda tingkat umur, senior-junior dan keluarga. Komik K-On! memberikan gambaran alternatif dalam lingkungan remaja sedikit berbeda dari Touch dan Kateikyo Hitman Reborn! yaitu menampilkan lingkungan sekolah
yang hanya untuk murid perempuan saja, namun terdapat penggunaan zo dan ze dalam percakapan antara perempuan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2 jenis, data jenis yang pertama tuturan yang menggunakan shuujoshi zo dan data jenis yang kedua tuturan yang menggunakan shuujoshi ze.
E. Tahap Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode simak dan teknik catat. Metode simak adalah metode yang digunakan dengan menyimak bahasa untuk memperoleh data. Teknik catat merupakan teknik lanjutan penerapan metode simak. Setelah bakal data terkumpul, dilakukan proses reduksi data, pelacakan, pencatatan, pengorganisasian data yang relevan untuk masing-masing fokus masalah yang diteliti (Mahsun, 2005). Untuk mendapatkan data yang akan diteliti, peneliti melakukan 2 tahap. Tahap 1, peneliti melakukan metode simak dan teknik catat pada sumber data 1 yaitu komik Touch vol. 6, 7, dan 8, dengan bakal data tuturan berpemarkah zo sebanyak 39 buah dan ze sebanyak 23 buah; sumber data 2 yaitu komik K-ON! vol. 1, dengan bakal data tuturan berpemarkah zo sebanyak 9 buah dan ze sebanyak 9 buah; dan sumber data 3 yaitu komik Kateikyo Hitman Reborn! vol. 1, dengan bakal data tuturan berpemarkah zo sebanyak 20 buah dan ze sebanyak 6 buah. Tahap 2, peneliti melakukan reduksi pada bakal data yang masih berupa tuturan menjadi sebuah wacana dengan detil situasi dan konteks yang ditemukan, juga untuk memisahkan tuturan berpemarkah zo dan ze yang ada dalam 1 wacana yang sama dengan yang berbeda wacana. Tujuannya untuk mempermudah langkah analisis dalam mengidentifikasi tuturan yang menjadi data penelitian. Dalam tahap ini, peneliti menetapkan 39 wacana sebagai data penelitian, terdiri atas 12 wacana dengan tuturan berpemarkah zo dan 11 wacana dengan tuturan berpemarkah ze dari sumber data 1; 4 wacana dengan tuturan berpemarkah zo dan 5 wacana dengan tuturan berpemarkah ze dari sumber data 2; 6 wacana dengan
tuturan berpemarkah zo dan 1 wacana dengan tuturan
berpemarkah ze dari
sumber data 3.
F. Tahap Analisis Data dan Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Untuk analisis data, akan dilakukan dengan metode analisis kontekstual, yaitu dengan cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan datadata yang didapat dan mengaitkan konteks-konteks yang ada (Rahardi, 2005: 16). Dalam tahap analisis data peneliti melakukan 2 tahap untuk memudahkan analisa. Tahap 1, peneliti melakukan pembagian kembali 39 data ke dalam 2 kelompok dan memberikan kode, pada 22 data wacana percakapan yang memiliki tuturan berpemarkah zo dengan kode XO dan 17 data wacana percakapan yang memiliki tuturan berpemarkah ze dengan kode XE. Tahap 2, peneliti mengidentifikasi masing-masing XO dan XE dengan melihat dan menangkap tujuan tuturan sesuai penjabaran Searle, yang dilakukan untuk memudahkan penarikan simpulan dari penelitian. Pada XO ada 4 macam jenis tuturan dalam wacana yang terbagi atas 7 wacana XO 1, 4 wacana XO 2, 5 wacana XO 3 dan 6 wacana XO 4; pada XE juga ada 4 macam jenis tuturan dalam wacana yang terbagi atas 4 wacana XE 1, 3 wacana XE 2, 4 wacana XE 3 dan 6 wacana XE 4. Pada akhir tahap penelitian, simpulan didapat dengan menelaah XO dan XE dengan identifikasi konteks yang ada dan memperhatikan faktor-faktor peristiwa tutur yang ada.
Pembahasan A. Tuturan berpemarkah zo dalam wacana percakapan Bahasa Jepang
(XO) 1.
Tuturan berpemarkah zo yang mengimplikasikan penekanan rasa yakin akan informasi (XO 1)
Dalam analisis XO 1,
peneliti
mengambil
jenis tuturan
だんげんてき
「
,断言的」 dari sumber data. Contoh analisis:
representatif
Kazuya
:(7)あれ?先に帰ってるはずだよ。(8)いっしょに帰ろう としたんだけど、(9)新聞社のインタビューにつかまっち ゃってさ。 Are? Saki ni kaetteru hazu yo. Issho ni kaerou to shitan dakedo, shinbunsha no intabyuu ni tsukamacchatte sa. Lho? Sudah pulang duluan seharusnya. Tadi sudah kuajak pulang bersama, tapi terjebak diwawancara oleh wartawan.
Tatsuya
:(10)まだ、帰ってねえぞ。 Mada, kaettenee zo. Belum, belum pulang.
Kazuya
:(11)あ、そう? A, sou? Oh, masa? (Touch vol.6, 1983: 164)
Wacana di atas, terjadi di toko milik keluarga Asakura, melibatkan Tatsuya dan Kazuya, mereka sangat akrab karena saling bersaudara. Zo pada (10), penutur, Tatsuya menanyakan tentang Minami kepada lawan tutur, Kazuya, dalam waktu yang singkat Tatsuya memastikan keberadaan Minami di sekitar tempat tersebut dan menerima informasi dari Kazuya. Karena meragukan pernyataan Kazuya, Tatsuya percaya akan apa yang ia tahu kemudian menolak informasi dari Kazuya dengan sebuah pernyataan baru dan berharap Kazuya memberikan informasi baru lagi kepadanya.
2.
Tuturan berpemarkah zo yang mengimplikasikan penekanan serius akan peringatan (XO 2)
Dalam analisis XO 2, peneliti mengambil jenis tuturan deklaratif 「 juga komisif 「 Reborn
げんめいてき
,言明的」 dari sumber data. Contoh analisis: :(69)撃ってもいいけど、死ぬぞ。 Utte mo ii kedo, shinu zo.
せんげん
,宣言」
Bisa saja sih aku tembak, tapi mati nanti. Tsuna
:(70)へ!? He!? Hah!? (Kateikyou Hitman Reborn! vol.1, 2006: 67)
Wacana di atas, terjadi di lorong kelas sekolah, melibatkan Tsuna dengan tutornya dalam bidang mafia, Reborn. Zo pada (69), memberikan tekanan sebagai peringatan akan apa yang mungkin terjadi jika penutur, Reborn menembakkan shinukidan 「死ぬ気弾」 pada Tsuna, lawan tuturnya, karena Reborn merasa Tsuna belum memahami cara kerja alat milik Reborn tersebut.
3.
Wacana berpemarkah zo yang mengimplikasikan rasa persuasif pada permintaan dan saran (XO 3)
Dalam analisis XO 3, peneliti mengambil jenis tuturan direktif 「
しじてき
,指示的」
dari sumber data. Contoh analisis: Tatsuya
:(81)和也、おまえもはやく寝たほうがいいぞ。 Kazuya, omae mo hayaku neta houga ii zo. Kazuya, sebaiknya kamu cepat tidur.
Kazuya
:(82)うん。 Un. Baiklah. (Touch vol.6, 1983: 181)
Wacana di atas, terjadi di ruang tengah rumah keluarga Uesugi, melibatkan Kazuya dan Tatsuya yang merupakan satu keluarga, dengan Tatsuya sebagai kakak kembar dari Kazuya. Zo pada (81), penutur, Tatsuya memberikan saran dengan mengharapkan hal tersebut sebagai yang terbaik bagi lawan tuturnya, Kazuya, yang memang tidak memiliki alasan untuk menolak saran tersebut. Hal itu karena besok harinya adalah hari yang merupakan titik penting penentu tim Kazuya untuk dapat mencapai Koshien.
4.
Tuturan berpemarkah zo yang mengimplikasikan penekanan emosi pada ucapan yang menaik dan menurunkan perasaan lawan tuturnya (XO 4)
Dalam
analisis
XO
4,
peneliti
mengambil
jenis
tuturan
ekspresif
ひょうしゅつ
「
,表出」 dari sumber data. Contoh analisis: Tatsuya
:(88)冗談だよ、冗談!(89)シャレのわからねえやろうだ な! Jyoudan yo, jyoudan! Share no wakaranee yarou da na! Bercanda kok, bercanda! Dasar orang yang tidak bisa diajak bercanda ya!
Kotaro
:(90)うるせえ!やっていいことと悪いことがあるんだ ぞ! Urusee! Yatte ii koto to warui koto ga arun da zo! Diaam! Ada hal yang baik dilakukan, ada juga yang tidak boleh! (Touch vol.7, 1983: 179)
Wacana di atas, terjadi di lorong kelas, melibatkan Tatsuya (saudara kembar Kazuya), Minami (teman masa kecil Kazuya dan Tatsuya) dan Kotaro (sahabat baik Kazuya yang telah meninggal). Zo pada (90), menekankan suasana hati penutur, Kotaro yang sempat kaget serta kecewa karena Tatsuya menjahilinya dengan berpenampilan mirip Kazuya, terutama hal yang membuat Kotaro tidak sabar adalah sifat dari Tatsuya yang tidak bisa baca keadaan itu tidak pernah hilang. Tuturan yang dituturkan Kotaro, merupakan bentuk tekanan dari tidak terima dirinya atas tindakan Tatsuya.
B. Tuturan berpemarkah ze dalam wacana percakapan Bahasa Jepang (XE) 1.
Tuturan berpemarkah ze yang mengimplikasikan rasa sombong akan sebuah pengetahuan dan informasi (XE 1)
Dalam
analisis
XE
1,
peneliti
mengambil
jenis
だんげんてき
「
,断言的」 dari sumber data. Contoh analisis:
tuturan
representatif
Minami
:(146)原田くん、やめさせて!(147)ムリよ、相手になら ないわ! Harada-kun, yamesasete! Muri yo, aite ni naranai wa! Harada-kun, hentikanlah! Mustahil lho, lawannya tidak sebanding!
Harada
:(148)反射神経と目のよさだな。 Hansha shinkei to me no yosa da na. Reflek (badan) dan ketajaman mata ya.
Minami
:(149)え? E? Hah?
Harada
:(150)まもとにくれったパンチは一発もねえよ。(151)そ う
のうち相手のほうが ,打ち疲れるぜ。 Mamoto ni kuretta punch ha ippatsu mo nee yo. Sono uchi aite no hou ga uchi tsukareru ze. Pukulan-pukulan yang dilancarkan tersebut tak satupun yang masuk lho. Lambat laun lawannya pun akan kepayahan. (Touch vol.8, 1983: 58) Wacana di atas, terjadi di dalam ruang klub tinju, melibatkan Harada yang tenangtenang saja dan Minami yang menonton dengan cemas akan keadaan Tatsuya. Ze pada (151), penutur, Harada menegaskan alasan ketenangannya kepada lawan tuturnya, Minami yang mengharapkan pertandingan dihentikan, karena Harada yakin akan kemampuan Tatsuya, dengan menjelaskan apa yang ia lihat dari tindakan Tatsuya, ia jelaskan dan ingin membuat Minami sedikit percaya pada Tatsuya.
2.
Tuturan berpemarkah ze yang mengimplikasikan penekanan tekad akan suatu keputusan (XE 2)
Dalam analisis XE 2, peneliti mengambil jenis deklaratif 「 komisif 「
せんげん
,宣言」 juga
げんめいてき
Tsuna
,言明的」 dari sumber data. Contoh analisis: :(174)じゃ...やってもいいかな... Ja…yatte mo ii ka na… Kalau begitu… tidak ada salah melakukannya…
Murid 1
:(175)まじ!!?センパイを倒したヒーロー加入してく れれば怖いものなしだぜ! Maji!!? Senpai wo taoshita hiiroo kanyuu shite kurereba kowai mono nashi da ze! Serius!!? Kalau jagoan yang berhasil mengalahkan senpai ikut jadi anggota tak ada lagi yang ditakuti!
Tsuna
:(176)わかった、まかしとけって! Wakatta, makashi to kette! Mengerti, serahkan padaku. (Kateikyou Hitman Reborn! vol.1, 2006: 64)
Wacana di atas, terjadi di lorong kelas, melibatkan Tsuna (yang baru saja terkenal setelah menang dari seniornya dalam pertandingan kendo diluar dugaan semua temannya) dengan seorang anggota tim voli sekolahnya. Ze pada (175), membawa kesan penutur memuji lawan tuturnya, Tsuna sehinga sulit untuk menolak permintaan penutur.
3.
Tuturan berpemarkah ze yang mengimplikasikan kekuatan perintah dan permintaan dengan paksaan (XE 3) しじてき
Dalam analisis XE 3, peneliti mengambil jenis tuturan direktif 「
,指示的」
dari sumber data. Contoh analisis: Yui
:(190)うわ―っ。人いっぱいいるよぉ~... Uwa-. Hito ippai iru yoo~… Uah-. Banyak orang lhoo~…
Ritsu
:(191)よーし今こそ練習の成果を見せる時だぜ!!
Yo-shi ima koso renshu no seika wo miseru toki da ze!! Baik-lah sekaranglah saatnya menunjukkan hasil dari latihan!! :(192)うんっ!!
Yui
Un!! Ya!! (K-On! vol.1, 2008: 67) Wacana di atas, terjadi belakang panggung festival sekolah, melibatkan Ritsu (kapten klub K-On) dengan Yui (anggota klub K-On yang baru pertama pertunjukkan di atas panggung). Ze pada (191), ditujukan kepada lawan tuturnya, Yui yang baru pertama bermain untuk dilihat orang banyak, untuk menaikkan semangat
dan
mengajak
teman-temannya
untuk
mengeluarkan
semua
kemampuannya untuk pertunjukkannya yang pertama itu, Ritsu merasa sudah seharusnya dirinya melakukan hal demikian demi timnya juga.
4.
Tuturan berpemarkah ze yang mengimplikasikan penekanan emosi dalam pikiran penutur (XE 4)
Dalam
analisis
XE
4,
peneliti
mengambil
jenis
tuturan
ekspresif
ひょうしゅつ
「
,表出」dari sumber data. Contoh analisis: Minami
:(196)しかし...本当になんとかなるのかしら? Shikashi…hontou ni nanto ka naru no kashira? Namun…benarkah akan teratasi begitu saja?
Tatsuya
:(197)さあ...どうかなァ。 Sa…dou ka naa. Hmm…Bagaimana yaa.
Minami
:(198)あれ?弱気ね。 Are? Yowaki ne. Hah? Semangatnya lemah ya.
Tatsuya
:(199)そりゃ...和也を合格ラインにされたんじゃ、 だれだってきついぜ。
Sorya…Kazuya wo goukaku rain ni saretan jya, dare datte kitsui ze. Soalnya…Untuk dapat sampai tingkatan Kazuya, siapa pun pasti kesulitan. Harada
:(200)なにも...上杉和也になるこたァねえだろ。 Nanimo…Uesugi Kazuya ni naru kotaanee daro. Tak ada…yang memintamu menjadi seperti Uesugi Kazuya kan. (Touch vol.8, 1983: 106)
Wacana di atas, terjadi di ruang ganti klub bisbol, melibatkan Tatsuya (yang menginginkan pendapat Minami tentang latihannya), Minami (sebagai menejer klub dan teman Tatsuya) dan Harada (teman Tatsuya dari klub tinju). Ze pada (199), menekankan keluhan yang dirasakan Tatsuya ketika latihan, dimana rekan timnya mengharapkan dirinya untuk dapat sehebat Kazuya (adik kembarnya) dalam menjadi pitcher.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai makna kontekstual tuturan berpemarkah zo dan ze dalam wacana percakapan Bahasa Jepang, peneliti menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Makna kontekstual yang diimplikasikan oleh zo dan ze pada tuturan dalam wacana percakapan Bahasa Jepang adalah: Pemarkah zo mengimplikasi nuansa yakin penutur dalam menyampaikan tuturan bentuk informasi kepada lawan tuturnya. Pemarkah zo mengimplikasi nuansa serius dalam tuturan peringatan. Pemarkah zo mengimplikasi nuansa ajakan yang lebih persuasif pada tuturan perintah, saran dan permintaan. Pemarkah zo mengimplikasi nuansa emosi penutur ketika marah, senang mau pun emosi pada tuturannya. Pemarkah ze mengimplikasi nuansa yakin penutur dalam menyampaikan tuturan bentuk informasi kepada
lawan tuturnya,
namun juga
memberikan kesan penutur berada pada posisi yang berbeda dari lawan tuturnya. Pemarkah ze menambah kesan maskulin pada penuturnya. Pemarkah ze mengimplikasi kekuatan tekad penutur dalam bertutur tentang keinginannya. Pemarkah ze mengimplikasi kesan serius namun kasar dalam tuturan peringatan dan tuturan komentar. Pemarkah ze mengimplikasi kesan paksaan pada tuturan perintah, saran dan permintaan. Pemarkah ze mengimplikasi nuansa sombong penutur pada tuturan bentuk komentar, terutama terasa lebih kasar jika penutur dan lawan tutur tidak memiliki hubungan yang kurang akrab.
2. Peristiwa tutur yang berpengaruh pada tuturan berpemarkah zo dan ze dalam wacana percakapan Bahasa Jepang adalah: Penutur yang menggunakan pemarkah zo dalam tuturannya untuk memberikan perasaan setara, rasa akrab pada lawan tuturnya yang ditandai dengan hubungan antar penutur yang cukup dekat atau setidaknya saling kenal, namun tidak diucapkan kepada yang lebih tua. Tuturan berpemarkah zo ada dalam tuturan yang tujuannya memberi pendapat dan perintah atau saran, karena lebih memberikan rasa persuasi, dituturkan dengan nada yang tinggi untuk menunjukkan semangat dan rendah untuk menyatakan kesan nasihat yang halus kepada lawan tuturnya untuk memberikan rasa akrab dan mengharapkan rasa berterima dari lawan tuturnya. Penutur yang menggunakan pemarkah ze dalam tuturannya untuk
menggerakan, meraih perhatian dan memperlihatkan superioritas kepada lawan tuturnya, dengan melihat data yang penutur memang memiliki posisi lebih tinggi dan ingin dirinya terlihat di tingkat yang berbeda dengan sekitarnya.
Tuturan berpemarkah ze lebih sering dituturkan dengan nada lantang yang ditandai dengan tanda seru (!) saat menuturkan sesuatu dengan penuh perasaan dan tekad, namun ada juga yang nada pelan yang ditandai dengan adanya titik-titik (…) saat menunjukkan kurang antusias atau rasa kurang setuju atas sebuah topik.
Daftar Sumber 1. Adachi, Mitsuru. 1983. TOUCH. Tokyo: Shogakukan. 2. Amano, Akira. 2004. Kateikyo Hitman Reborn!. Tokyo: Shueisha. 3. Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 4. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 5. Chino, Naoko. 2005. How to Tell the Difference Between Japanese Particles. Tokyo: Kodansha International. 6. Kakifly. 2008. K-On!. Tokyo: Houbunsha. 7. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (terjemahan M.D.D Oka). Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press). 8. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. 9. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.