FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA VII
MAKASSAR, 17 - 18 NOVEMBER 2015 DIPERSEMBAHKAN OLEH
FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA YAYASAN BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA
KONTRIBUTOR FOTO JENNY B. KARAY, DJUNAEDI UKO, DJUNAEDI ANG 2015 YAYASAN BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA
FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA VII
MAKASSAR, 17 - 18 NOVEMBER 2015
FESTIVAL FORUM KA ASAN TIMUR INDONESIA VII DP R
A KA
YAYASAN BURSA PENGETA UAN KA ASAN TIMUR INDONESIA DA FORUM KA ASAN TIMUR INDONESIA APKA R A KA A AR AR A K PADA P AK P AK A A D K R ARA A FESTIVAL FORUM KA ASAN TIMUR INDONESIA VII
Kalla Group
FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA VII INSPIRASI DARI TIMUR UNTUK INDONESIA
F
orum Kawasan Timur Indonesia (KTI) kembali menyuguhkan ide-ide cerdas dan solusi pembangunan di kawasan ini lewat Festival Forum KTI. Tahun ini merupakan perayaan yang keVII. Selama dua hari, 17 -18 November 2015, para pelaku pembangunan berkumpul untuk mendengar dan berbagi tentang pencapaian di daerah mereka masing-masing lewat Festival Forum KTI di Aston Hotel Makassar & Convention Center. Forum Kawasan Timur Indonesia (Forum KTI) dibentuk pada tahun 2004 untuk mengembangkan kemitraan para pihak dalam menjawab tantangan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Forum ini berupaya mendukung tercapainya efektivitas dan keberlanjutan pembangunan yang bertumpu pada pembangunan yang berbasis pengetahuan dan kerja sama antar pihak.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
1
Tujuan utama dari Pertemuan Forum KTI adalah untuk berbagi pengalaman dalam menciptakan perubahan positif serta solusi cerdas dalam mengatasi berbagai tantangan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Pengalaman dan solusi cerdas para pihak diharapkan mampu merangsang munculnya berbagai inovasi dalam mendorong kolaborasi para pihak yang lebih baik untuk pembangunan Kawasan Timur Indonesia yang lebih efektif. Pertemuan Forum KTI berkembang dari tahun ke tahun. Tahun ini adalah pertemuan ketujuh dan BaKTI selalu menyajikan pertemuan dalam kemasan yang berbeda dan berusaha menghantarkan lebih banyak peluang untuk saling belajar, berjejaring, dan membuat perubahan. Berbeda dengan Festival Forum KTI sebelumnya, tahun ini menghadirkan program side events yang diadakan selepas konferensi
2
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
untuk menambah wawasan terkait program inovasi kepemimpinan perempuan, peran pemuda dalam pembangunan, hingga film dan narasi pembangunan. Di Festival bertema Inspirasi dari Timur untuk Indonesia ini BaKTI menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif dari kawasan timur. Mereka telah menjawab tantangan di daerah masing-masing dan menghasilkan Praktik Cerdas yang layak untuk dicontoh dan dijadikan pelajaran bersama. Kawasan timur tak lagi identik dengan daerah tertinggal. Dari kawasan ini BaKTI banyak menemukan mutiara berharga yang mampu memancarkan kemilaunya kemanamana. Dari timur untuk Indonesia, kemilau para penggiat pembangunan ini akan memancar ke pelosok nusantara.
AR PERTAMA
R
A K
S
uasana khas terpancar dalam pembukaan Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII di Hotel Aston Makassar Convention Center, Selasa 17 November 2015. Sebelum acara dimulai, Royong Makassar dan Tarian tampil menghibur sekitar 600-an peserta yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia untuk mengkontribusikan ide dan mimpi demi kemajuan KTI. Festival Forum KTI VII dipandu oleh host dari BaKTI, una idya dan Yusran aitu a. Dengan gaya khas Pagadde-gadde (penjual warung) Luna bersama Yusran Laitupa memandu acara dengan konsep warung.Di warung itu ada cerita, ada jajanan khas KTI, bisa foto bareng, dan juga ngopi sambil menikmati kisah-kisah para praktisi Praktik Cerdas dan Inspirator.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
3
HARI KEDUA
FESTIVAL FORUM KTI Hari kedua Festival Forum KTI diawali oleh laporan Ketua Pokja Forum Prof. Dr. Ir. Hj Winarni Monoarfa, MS mengenai apa yang terjadi di hari pertama Festival Forum KTI VII.Mewakili Pokja Forum KTI dan Dewan Pembina Yayasan BaKTI, Prof. Dr. Ir. Hj Winarni Monoarfa, MS. mengungkapkan apresiasi atas kehadiran Menteri Perhubungan Republik Indonesia Ignasius Jonan bersama Ketua Komisi dan Anggota Komisi V DPR RI atas komitmennya terhadap pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Prof. Dr. Ir. Hj Winarni Monoarfa, MS. melaporkan, Festival Forum KTI sejak hari pertama telah menampilkan banyak inspirasi dan aspirasi yang telah ditampilkan. Diakui, banyak contoh dari para praktisi praktik cerdas dan inspirator dan solusi cerdas yang telah dicapai. Tahun ini berhasil dikumpulkan 6 praktik cerdas dari berbagai daerah di KTI. Semua itu memberi bukti bahwa di setiap sudut KTI kita masih menyaksikan betapa pengetahuan dan kekuatan serta kebersamaan berbasis masyarakat mewarnai komitmen dan cita cita bersama demi Indonesia lebih baik dan Indonesia bermartabat. Sejak 2009 hingga kini kita telah mencapai total kurang lebih 31 praktik cerdas. Kehadiran Bapak Menteri dan Komisi V DPR RI di Festival Forum KTI tahun ini dinilai bermakna strategis karena Pak Menteri dinilai bisa memberi arahan dan pokok
4
kebijakan yang relevan khususnya kebijakan yang relevan dengan konektivitas perhubungan di Indonesia. Ibu Winarni mengungkapkan, ada tiga isu pokok yang dijaring bersama teman-teman Kepala BAPPEDA Provinsi se-kawasan timur Indonesia. Isu pokok yang utama adalah masalah bandara yang kapasitas daya dukung landasan masih kecil, dimana lebih banyak bandara perintis.
Isu pokok kedua adalah pelabuhan, sebaiknya di setiap provinsi mempunyai pelabuhan utama dalam rangka untuk saling menukar komoditi strategis Ketiga, isu mengenai kereta api. Saat menjadi Kepala BAPPEDA Provinsi Gorontalo kurang lebih 5 tahun lalu, beliau bersama-sama dengan Bapak Gubernur Sulsel, memperjuangkan agar kereta api se Sulawesi jadi kebijakan nasional. Kini pembangunan kereta api se Sulawesi masuk dalam rencana tata ruang Pulau Sulawesi. Ibu Winarni memohon dukungan seluruh pihak agar mendukung kereta api Trans Sulawesi.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
HARI PERTAMA
informasi menampilkan pameran dari AgFor Sulawesi, Burung Indonesia, MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan), Program MAMPU-BaKTI, Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ), Prisma, Kopernik, UNFPA, British Council, Knowledge Sector Initiative, Australia Awards, SEDS (Sulawesi Economic Development Strategy) Project Humber Canada, Protarih, KOPEL, Program PEDULI, OXFAM, Pemerintah Provinsi Gorontalo, Pemerintah Kota Makassar, dan BaKTI. Side events Festival Forum KTI dilaksanakan dalam dua hari ini seusai kegiatan utama Festival yaitu mulai jam 4 sore dan jam 7 malam. Rangkaian acara terakhir adalah Pesta Rakyat yang didukung penuh oleh Pemerintah Kota Makassar.
SAMBUTAN
Caroline Tupamahu
DIREKTUR EKSEKUTIF YAYASAN BaKTI
M
ewakili Yayasan BaKTI selalu sekretariat Forum KTI, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Ibu Caroline Tupamahu, dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada peserta Festival Forum KTI VII di Kota Anging Mammiri. Beliau memaparkan, sebagai organisasi yang fokus pada pertukaran Pengetahuan, Yayasan BaKTI menganggap bahwa pertemuan dua hari tersebut sangat penting karena termasuk dalam salah satu pilar pertukaran pengetahuan yaitu event atau acara pertukaran pengetahuan. Terdapat 4 program utama dari rangkaian acara Festival Forum Kawasan Timur Indonesia yaitu Panggung Inspirasi, Galeri Informasi, Pesta Rakyat dan Side Events. Panggung inspirasi menampilkan 6 praktik cerdas dan 8 inspirator dari KTI. Galeri
Antusiasme terhadap Festival Forum Kawasan Timur Indonesia semakin hari semakin besar. Saat pertama kali diadakan, 7 tahun silam, Forum ini dihadiri oleh 29 orang dan jumlahnya terus bertambah hingga pertemuan ketujuh dengan jumlah sekitar 600 orang. Peserta Festival Forum KTI ini adalah Perwakilan Pemerintah Nasional, Pemerintah Daerah, anggota legislatif, akademisi, peneliti, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, pemuda, media, mitra pembangunan internasional, dan dari pihak swasta BaKTI berterimakasih dan mengapresiasi kepada para pihak yang telah berkontribusi sehingga Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII terselenggara: Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota Makassar, Knowledge Sector Initiative, UNFPA, KOMPAK, Oxfam Indonesia, Program MAMPU Indonesia, Prisma, AgFor Sulawesi, The Body Shop Indonesia, Telkomsel, Lintas Arta, Kalla Rent, Dewi Wisata Tour & Travel, Bank Mandiri, Percetakan Bintang, Visual Art, dan Aston Makassar Hotel & Convention Center. Di akhir sambutannya, beliau mengungkapkan, Yayasan BaKTI berkontribusi 60 persen dari total pendanaan untuk pelaksanaan Festival Forum Kawasan Timur Indonesia tahun ini. Kontribusi ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk tetap menghadirkan forum tukar pengetahuan, tukar solusi, dan inspirasi bagi Indonesia.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
5
HARI PERTAMA
SAMBUTAN
Winarni Monoarfa KETUA POKJA FORUM KTI
P
rosesi selanjutnya adalah sambutan dari Ketua Pokja Forum KTI, Prof. Dr. Ir. Hj Winarni Monoarfa, MS. Dalam sambutannya, Ibu Winarni mengungkapkan, Forum Kawasan Timur Indonesia adalah forum independen yang terbuka dan secara aktif mengembangkan kemitraan untuk mendorong inovasi sosial dalam menjawab tantangan pembangunan di KTI. Para pemangku kepentingan yang telibat mulai dari masyarakat di pesisir pantai dan pegunungan, akademisi hingga unsur pemerintahan daerah. Setiap tahun Forum KTI mengumpulkan berbagai praktik cerdas yakni upaya atau kegiatan yang berhasil dilakukan untuk menjawab tantangan yang dihadapi komunitas pada daerah tertentu. Festival Forum KTI ke VII tahun ini menampilkan 6 praktik cerdas; Menangani Bencana di Kaki Rinjani – Lombok Timur, NTB; Kedaulatan Pangan di Salassae – Bulukumba, Sulawesi Selatan; Anggaran Cerdas untuk Kesehatan di Sulawesi Utara; Kisah Kapal Kalabia di Raja Ampat, Papua Barat; Waktu Sama Dengan Uang di Adonara, Flores Timur, NTT. Beliau menuturkan, banyak dari Praktik Cerdas yang dibangun berbasis local wisdom direplikasi berbagai daerah lainnya. Sebagian bahkan menjadi pilot project untuk pengembangan selanjutnya seperti Malaria Center di Halmahera Selatan, Desa Mandiri Energi lewat Micro Hydro di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat; dan BUMDES Pengelolaan Air di Desa Lendang Nangka – Lombok Timur. Pilot Project tersebut menjadi pembelajaran dalam pengembangan sistem dan mekanisme Knowledge Centre (KC) yang dikembangkan oleh Direktorat Kerja Sama Pembangunan Internasional BAPPENAS.
6
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Ibu Winarni kemudian mengundang Bapak Lalu Supratman, praktisi praktik cerdas dari BUMDES Pengelolaan Air di Desa Lendang Nangka – Lombok Timur untuk membagikan pengalaman beliau setelah tampil di panggung Festival Forum KTI V tahun 2010 silam. Pak Supratman menyampaikan bahwa setelah tampil di Festival Forum KTI, banyak pihak yang datang belajar ke desanya dan telah direplikasi oleh empat desa di Lombok dan menghasilkan 4 BUMDUS (Badan Usaha Milik Dusun). Selain itu,beberapa penghargaan telah diperoleh diantaranya mendapatkan MDGs Awards 2013 sebagai Pelita Nusantara yang menghantarkan Pak Supratman bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2013, dan muncul di berbagai media termasuk KOMPAS. Ibu Winarni kembali melanjutkan sambutannya. Beliau juga menyampaikan bahwa Forum KTI membawahi 2 sub Forum yaitu: 1) JiKTI (Jaringan Peneliti KTI) adalah jaringan individu yang beranggotakan para peneliti yang concern terhadap pembangunan KTI. JiKTI berfokus pada upaya mendorong pengambilan kebijakan berbasis penelitian. Saat ini anggota
JiKTI: 1,056 (Laki-laki: 662, perempuan: 394). Pada tahun 2014-2015, JiKTI memberikan 15 research grant kepada anggota JiKTI dan menghasilkan 14 policy brief. Policy Brief ini ditampilkan pada Simposium Hibah Jaringan Peneliti KTI yang bertema “Penelitian untuk Rekomendasi Kebijakan” pada bulan April tahun 2015. 2) Forum Kepala Bappeda Provinsi Se-KTI adalah sebuah forum informal yang secara regular bertemu untuk membahas berbagai tantangan dan peluang kerjasama regional yang dapat diajukan sebagai usulan kepada perencanaan nasional. Forum Kepala Bappeda Provinsi Se-KTI telah memberikan masukan pada 2 RPJMN Buku III yaitu 2010-2014 dan 2015-2019. Beliau mengemukakan, KTI merupakan wilayah dengan banyak tantangan pembangunan yang masih perlu dibenahi. Salah satu yang penting dan utama adalah konektivitas. 12 provinsi dan kabupaten kota di KTI terus berupaya mengembangkan kebijakan strategis untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait isu konektivitas ini. Di Pulau Sulawesi, para gubernur dibantu BKPRS (Badan Kerja Sama Pembangunan Regional Sulawesi) telah membentuk Forum Gubernur se-Sulawesi yang terus berkomunikasi untuk memecahkan isu tersebut. Salah satu yang saat ini mengemuka adalah pembangunan jaringan kereta se-Sulawesi. Komunikasi intensif antara pemimpin daerah ini juga terjadi di bagian lain KTI seperti Maluku, NTT, dan Papua.
Beliau menilai isu konektivitas penting guna mendukung berbagai kebijakan dan program pemerintah seperti pengambangan berbagai koridor ekonomi dalam MP3EI. Pengembangan sistem dan jaringan transportasi di KTI penting untuk mendukung 3 koridor ekonomi di KTI; Koridor Sulawesi Maluku Utara, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua-Maluku. Isu ini didiskusikan terus menerus pada berbagai forum Kepala Bappeda yang hasilnya diberikan kepada Bappenas sebagai bahan referensi. Dituturkan, ke depan, konektivitas KTI terus dikembangkan menjadi lebih terintegrasi dengan mempertimbangkan aspek geografis agar mobilisasi barang dan jasa menjadi lebih optimal dan efisien. Hal ini merupakan dukungan terhadap konsep wilayah depan dalam sistem logistik nasional Konsep Tol Laut menuju negara Poros Maritim. Hal ini sangat relevan dengan kondisi KTI yang 70 persennya merupakan wilayah perairan. Ibu Winarni menutup sambutannya dengan mengajak seluruh peserta Festival Forum KTI VII untuk menundukkan kepala memberikan penghormatan kepada Almarhum Bapak Ivan Hadar, Pokja Forum KTI Wilayah Maluku Utara yang telah berpulang pada bulan Juni 2015 silam. Almarhum telah berjasa untuk Kawasan Timur Indonesia melalui tulisan-tulisan yang sangat bernas tentang penanggulangan kemiskinan dan pencapaian MDGs.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
7
KEDUA
Syahrul Yasin Limpo R
R
A
A A
Dalam sambutannya, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, KTI adalah masa depan Indonesia. Syahrul menuturkan, eksistensi kedaulatan Indonesia ke depannya berada di Kawasan Timur Indonesia. Syahrul menyebutkan dari 17.000 pulau di Indonesia, 9.000 di antaranya berada di kawasan timur. Selain itu, kawasan timur memiliki 5.000 sungai, 24 gunung tinggi. Di laut mau ambil ikan apa? Kurang apa kawasan timur Indonesia? Di Timur punya emas, nikel, tambang, gas, minyak, pertanian. Di dataran rendah mau beternak apa saja bisa. Puncak gunung, ada kopi. Belum lagi keindahan alam yang luar biasa, paparnya.
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Gubernur mengatakan, Indonesia masih peringkat empat terbelakang. Sudahkah kita antisipasi globalisasi yang kuat itu? Kami butuh infrastruktur. Kalau lemah, besok terjadi inflasi, ujarnya. Interkoneksi wilayah laut, darat, dan udara sangat diperlukan di kawasan timur Indonesia. Menurut Gubernur, interkoneksi itu harus diatur sedemikian rupa agar tak hanya ada ditempattempat yang menghasilkan, harus ada subsidi silang yang dikerjakan secara bersama sehingga interkoneksi itu bisa berjalan.
8
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Kawasan timur butuh infrastruktur yang lebih baik. Walau KTI kaya dengan sumber alam yang melimpah jika infrastuktur lemah, jika terjadi inflasi tetap tak berdaya. ''Di Timur itu tak berdaya kalau tak didorong lebih kuat.'' Dituturkan, kawasan timur Indonesia membutuhkan riset yang lebih kuat, sains yang lebih dikerahkan dengan potensi yang ada, serta butuh pendekaan-pendekatan teknologi baru.
KEDUA
Ignasius Jonan R P
R P R K D
A
A
Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Ignasius Jonan, berpesan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten di kawasan timur Indonesia untuk menciptakan iklim yang baik untuk investasi swasta. ''Saran saya untuk rekan-rekan dari Kawasan Timur Indonesia, baik Pemda, Pemprov, Pemkab, kita wajib menciptakan iklim yang baik untuk investasi swasta," ujar Ignasius. Dalam Forum KTI, Ignasius Jonan mengungkapkan pentingnya penguatan pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang makmur. Menurutnya, Kawasan Timur Indonesia bisa maju atau tidak tergantung masyarakatnya. ''KTI alamnya indah, kekayaan alamnya banyak. Biasanya anak orang kaya itu susah maju,'' ujarnya mengingatkan. Dengan kondisi tersebut, KTI harus dikelola dengan baik, salah satunya dengan meningkatkan pendidikan masyarakat.
Ignasius Jonan juga membahas isu interkonektivitas. Dalam lima tahun ke depan, selain Kereta Api Trans Sulawesi, Kemenhub telah memprogramkan KA Trans Sumatera sepanjang 2500 km dari Aceh sampai Lampung. Jalur itu dibangun bersamaan dengan jalur Trans Sulawesi sepanjang 2.000 km dari Makassar ke Manado. Selanjutnya akan dibangun jalur Trans KA Papua dari Sorong ke Manokwari. Ignasius Jonan menyebutkan jumlah pelabuhan umum di Indonesia saat ini mencapai 1.241 pelabuhan. Sebanyak 112 di antaranya dikelola secara komersial oleh Pelindo I sampai IV.
Sementara bandara berjumlah 237 yang beroperasi, di mana 26 bandara besar di antaranya dikelola Angkasa Pura I dan II, 28 dikelola Pemprov/Pemkab, dan 183 dikelola Kemenhub. Ignasius Jonan menyebutkan tahun ini belanja modal pemerintah adalah salah satu yang paling besar dalam 10 tahun terakhir yaitu Rp. 276 triliun. Dari Rp. 276 triliun, khusus untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan serta Kementerian Perhubungan belanja modalnya sekitar Rp. 130 triliun.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
9
10
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Saya menyesal baru hadir pada Festival Forum KTI yang sudah dilaksanakan 7 kali ini. Saya sangat senang bisa menyaksikan inspirasi dari para pahlawan yang bekerja dalam sunyi yang tampil hari ini. Andy F. Noya
HARI PERTAMA
PRAKTIK CERDAS
PRESENTER ABDUL QUDDUS ALI DAN SAKINAH 12
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
R
injani kerap dipandang sebagai ibu yang menyediakan air dan berbagai hasil bumi bagi masyarakat Pulau Lombok. Namun, sebagai sebuah gunung api Rinjani hadir dengan wajah lain yang mengerikan bernama bencana. Dua pejuang penanggulangan bencana dari kaki Gunung Rinjani, Abdul Quddus Ali dan Sakinah, tampil bercerita tentang bagaimana
yang perlu dilakukan dalam tahap darurat bencana, dan mempersiapkan diri dengan mata pencaharian alternatif sekiranya bencana kembali menimpa desa mereka. Kejadian banjir bandang parah pada tahun 2006 menjadi pelajaran penting. Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) dibentuk. Kelompok Perempuan Tangguh dibentuk sebagai bagian dari TSBD. Berbagai pelatihan diadakan untuk membekali TSBD dan Kelompok Perempuan Tangguh, di antaranya terkait Pengurangan Risiko Bencana. Satu contoh yang diceritakan adalah, TSBD dengan mengenakan rompi oranye, ketika ada bencana langsung mengambil posisi masing-masing. Mereka langsung bergerak sesuai tugas masingmasing. Ada yang memukul kentongan, ada yang memandu masyarakat untuk bergerak ke tempat yang aman, dan sebagainya. Guru-guru pun diberi pengetahuan penanggulangan bencana. Guru mentransfer pengetahuannya kepada para murid sehingga begitu terjadi bencana, mereka langsung tahu harus menuju ke mana dan melakukan apa.
mengupayakan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana yang kerap melanda. Sejak masa nenek moyang warga Lombok telah terbiasa mengalami berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, gunung meletus, angin puting beling, dan belakangan ini banjir dan tanah longsor. Beberapa kali mengalami bencana banjir bandang, warga Sembalun dan Belanting menyadari bahwa mereka tidak hanya bisa dan berpaling dari bencana. Mereka akhirnya memilih mengenal lebih dekat penyebab bencana, mempelajari tindakan
Karena sudah terlatih menghadapi bencana, ketika terjadi bencana terakhir, banjir bandang, pada tahun 2015, tidak ada korban jiwa, bahkan korban hewan pun tak ada. Sakinah, Ketua Kelompok Perempuan Tangguh, sebagai orang yang pernah menjadi korban bencana, dia sangat paham pentingnya upaya yang dilakukannya. Pernah mendapatkan cemo'ohan, sekarang tidak lagi. Pendirian koperasi kini bisa membantu banyak rumah tangga di desanya. Ada dua hal yang menjadi pokok perhatian para anggota TSBD ini, kenali ancamannya, kurangi risikonya.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
13
HARI PERTAMA
PRAKTIK CERDAS
La Asiru, Saharuddin,dan Abas dari Komunitas Nelayan Tomia berbagi kisah tentang upaya warga Tomia menjaga laut dan melestarikannya. Para nelayan tak lagi menggunakan bom ikan dan berusaha menjaga terumbu karang agar ikan-ikan tetap lestari. Dahulu banyak warga Tomia yang menggunakan bom ikan dan racun demi tangkapan yang lebih banyak. Namun seiring berjalannya waktu, hasil tangkapan yang diperoleh semakin sedikit. Terumbu karang disekitar pulau mereka rusak dan tidak sedikit sesama nelayan yang menjadi korban bom ikan.
PRESENTER LA ASIRU, SAHARUDDIN DAN ABBAS
14
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Tak tahan dengan hasil tangkapan yang semakin sedikit, lingkungan laut yang rusak, dan semakin banyak korban
akibat bom, Komunitas Nelayan Tomia mencetuskan ide untuk menetapkan suatu wilayah di laut Tomia yang disepakati sebagai tempat dimana tidak boleh ada penangkapan ikan sama sekali. Wilayah laut itu diperuntukkan khusus sebagai tempat ikan berkembang baik, ikan bertumbuh dengan sokongan terumbu karang yang sehat. Tomia wilayah kepulauan, bagian dari Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawei Tenggara. Wakatobi singkatan dari 4 wilayah: Wangi-Wangi, Kalampeto, Tomia, dan Binongko. Bagian lautan dari Wakatobi mencakup 97% dari total luasnya, bagian daratan hanya 3%.
Usaha Komunto tak langsung ditanggapi positif oleh para nelayan dan warga setempat. Mereka bahkan didemo oleh para sarjana dan pengusaha besar. “Kami terbuka sepanjang bisa berlaku arif. Mulai dari memberi pemahaman yang sama bahwa tempat kita perlu dijaga. Tak perlu biaya dari luar,” ucap Pak Abas. Lama-kelamaan usaha positif yang dilakukan membuahkan hasil.
Mulanya, perairan kepulauan Tomia kaya dengan ikan. Namun karena ulah para nelayan yang datang dari berbagai penjuru termasuk dari Sulawesi Selatan yang memakai bom ikan dan bius ikan, secara perlahan, bukan hanya ikan yang berkurang, terumbu karang pun banyak yang rusak.
Komunto juga menjalankan semacam koperasi simpan pinjam uang. Komunto menekankan pentingnya melibatkan kaum perempuan dalam mengatur keuangan bagi rumah tangga masing-masing. Anggota yang meminjam dana harus menjaminkan pohon kelapa atau pohon jambu mete yang dimilikinya. Pada batang pohon distempel cap bertuliskan "3K (Kredit Konservasi Kulati)". Pohon dengan cap inilah yang menjadi jaminan pinjaman kepada koperasi. Selama belum melunasi pinjaman, pohon dan semua jaminan ini tidak boleh ditebang dan wajib dijaga.
Timbul keresahan akibat berkurangnya ikan di perairan Tomia. Jenis-jenis ikan yang dulu banyak, mulai berkurang. Tahun 2004 dibuat pengorganisasian dari dusun ke dusun, kampung ke kampung untuk membentuk komunitas nelayan. Tahun 2006 Komunitias Nelayan Tomia (Komunto) terbentuk, diikuti terbentuknya komunitas-komunitas nelayan lain di Tomia hingga akhirnya ada 27 komunitas nelayan di seluruh Tomia.
Tahun 2010, Komunto terpilih sebagai satu dari 25 pemenang Equator Prize 2010. Wakil Komunto menerima penghargaan pada bulan September di New York, Amerika Serikat. Wilayah konservasi di dalam bank ikan di Tomia menjadi terpelihara. Bank-bank ikan itu kini hasilnya bisa dinikmati warga Tomia. Ikan-ikan kembali melimpah. Desa ekowisata bisa diselenggarakan di Tomia, dengan modal dari hasil bank ikan.
Komunto melakukan penyadaran kepada para nelayan Tomia mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam di Tomia. Tak boleh lagi ada penangkapan ikan menggunakan bom ikan, bius ikan, dan cara-cara salah lainnya. Hanya boleh memakai cara alami.
“Tolong bantu dengan cara mengambil makanan secukupnya supaya nanti masih bisa ambil lagi,'' ujar Pak Abas menutup kisahnya. Pesan ini dimaksudkan agar kita arif memanfaatkan kekayaan alam. Kita harus ingat bahwa anak-cucu kita kelak juga membutuhkan alam yang terjaga. Bukan hanya kita yang butuh makan, anak cucu kita pun butuh juga.
Tiga wilayah berukuran kira-kira 100 meter x 100 meter ditetapkan sebagai bank ikan. Semua bank ikan terlarang untuk dieksploitasi oleh manusia. Seperti bank pada umumnya, isi bank ikan seolah menyimpan “modal” yang tak boleh diambil. Hanya “bunganya” yang boleh diambil. Ketika “tabungan” di bank ikan sudah banyak, ikan-ikan akan bertebaran ke wilayah-wilayah laut lainnya.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
15
HARI PERTAMA
"Berkomitmen untuk memperluas gerakan pembangunan organisasi tani dan pertanian alami (natural farming) terhadap 500.000 keluarga petani di Sulawesi Selatan" Armin Salassa
PRAKTIK CERDAS
sebagai pertanian organik, namun mereka enggan menyebutkan sebagai pertanian organik dan lebih memilih menamakannya pertanian alami. ''Kami ingin penduduk di Salassae bangga dengan pertanian alami seperti anak-anak yang membanggakan orang tua,'' kata Armin disambut tepuk riuh peserta Festival Forum KTI VII.
PRESENTER ARMIN SALASSA, ABDUL WAHID, PONNONG, M. NUR, HASMA DAN JUSMANI Armin Salassa, salah satu inisiator pertanian alami dari Bulukumba merasa bangga, karena petani di daerahnya bisa terbebas dari jerat penggunaan beragam bahan kimia. Petani di Salassae kini terbebas dari jerat penggunaan beragam bahan kimia melalui penyubur tanah, nutrisi tanaman, hingga vaksin. Petani Salassae telah mempraktikkan apa yang disebut
16
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Ancaman utama dalam praktik pertanian yang mengandalkan bahan kimiawi adalah dampak dari penggunaan pestisida. Sebagaian besar petani di Indonesia bukan hanya di Salassae, melakukan penyemprotan pestisida tanpa menggunakan masker penutup hidung ataupun kaos tangan untuk melindungi kulit dari bahan kimia. Anak-anak yang sedang bermain di kebun atau di pekarangan rumah berisiko menghirup pestisida yang disemprotkan ke tanaman oleh orangtuanya. Kelompok petani di Salassae sepakat bahwa praktik pertanian menggunakan bahan kimia terbukti berbahaya dan merusak.
Sebelumnya di Salassae, pertanian menggunakan bahan kimia dilakukan semua orang. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia ke lahan-lahan persawahan tanpa adanya kontrol. Seperti, jika rumput belum mati, maka dosis racun ditambahkan. Akibatnya, padi menjadi kurus dan tanah menjadi jenuh. Tahun 1980, warga mulai beralih menanam cengkeh dan karet. Ratusan hektar lahan sawah berubah fungsi. Sementara kebutuhan hidup semakin meningkat, musim panen cengkeh hanya setahun sekali. Atas dasar inilah, sebagian besar warga beralih mencari pekerjaan. Akhirnya puluhan anak muda yang hanya menamatkan SMA melakukan perjalanan yang panjang menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Menjadi buruh paruh waktu di perusahaan, ataupun buruh di perkebunan sawit. Dari kebun-kebun sawit inilah, para warga kemudian menemukan racun hama yang dikirimkan ke Salassae. Racun Malaysia, warga Salassae menamakannya demikian. Harganya hingga Rp1 juta per dua jerigen. “Paling ampuh dan bisa bunuh hama dengan seketika,” kata Armin. Tingginya penggunaan pestisida inilah yang membuat Armin gelisah. Pada 2011, dengan modal cerita dan pengalaman bekerja sebagai tenaga lapangan di beberapa NGO, ia membuka wacana pada beberapa petani. Selama enam bulan, Armin dan beberapa petani memulai diskusi. Setiap hari, dari pagi, siang hingga malam dari rumah ke rumah. Membangun mimpi secara bersama. Semangat yang menyatukan mimpi mereka berdasar pada kepercayaan bahwa Salassae adalah kampung yang sangat penting, jika Salassae rusak maka bumi akan bocor. Di Salassae, beralih ke praktik pertanian alami telah merangsang semangat belajar dan berinovasi para petani. Setiap buah dan tanaman memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Ekstrak buah papaya bila difermentasi akan menghasilkan unsur kalium. Begitu juga dengan cangkang telur yang disangrai dan difermentasi. Tak hanya itu tulang sapi yang dilarutkan bersama asam cuka pun menghasilkan unsur yang sama. Petani-petani di Salassae belajar mengelola pertanian alami termasuk mengatur 'pola makan' tanaman. Kapan tanaman-
tanaman mereka memerlukan nitrogen, fosfor dan kalium. Belajar dari berbagai dokumen yang bisa diperoleh di internet, petani-petani ini mengetahui setiap fase tumbuh tanaman membutuhkan asupan yang berbeda jenis dan kadarnya. Pengetahuan mengenai pola makan, masa tanam dan kecocokan tanam merupakan kearifan lokal yang hidup kembali di Salassae. Dalam proses pembuatan mikroba, kompos dan nutrisi yang dilakukan secara gotong royong semua bahan-bahannya diperoleh dari lingkungan sekitar, pun dengan gula merahnya. Gula merahnya sendiri diproduksi dengan cara alami di desa Salassae. Ekstrak buah berfungsi sebagai nutrisi tanaman. Para petani menyemprotkannya dengan campuran air tawar dari sumur. Untuk ukuran tangki 15 liter, penggunaan ekstrak sebanyak tiga sendok makan. Ekstrak buah sebanyak 20 liter bisa dipakai selama dua tahun. “Dalam satu kali siklus penanaman hingga panen, ada enam kali penyemprotan nutrisi yang berbeda. Sama saja dengan manusia, walaupun sate rasanya enak, tapi tidak dapat dimakan oleh anak yang baru lahir”, kata Armin. Selain bertani, warga desa Salassae juga hidup dari beternak sapi, ayam, dan kambing. Penggunaan bahan alami juga mereka terapkan dalam beternak. Vaksin kimia yang dahulu sering diberikan kepada ternak piaraan mereka, kini sudah diganti dengan vaksin alami. Bahkan untuk menghilangkan bau kotoran di kandang ternak mereka, petani Salassae mengandalkan mikroba! Ada bermacam-macam mikroba untuk beragam fungsi yang dikenal oleh petani Salassae. Ada yang digunakan untuk campuran bahan vaksin, ada yang digunakan sebagai bahan penyusun kompos, pupuk, dan sebagainya. Dalam memasarkan hasil dari praktik pertanian alami, petani Salassae membentuk Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (KSPS). Mereka juga membuat unit koperasi yang mereka sebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Di LKM ini, hasil produksi pertanian di kumpulkan dan disalurkan melalui jaringan. LKM membeli beras petani seharga Rp11 ribu per kilogram dan memasarkannya dengan harga Rp15 ribu per kilogram.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
17
HARI KEDUA
PRAKTIK CERDAS
Kalabia, sebuah kapal penangkap ikan yang dimodifikasi menjadi kapal bermuatan perpustakaan dan kelas yang dibina sekelompok anak muda dari kota Sorong, Papua Barat, laut adalah media pemersatu dan penghantar ilmu-pengetahuan bagi anak-anak di kepulauan Raja Ampat. Melalui Kapal Kalabia ini, anak-anak di sana jadi mengetahui, menyadari, dan mempraktikkan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Abraham Goram, Marina Kamousum, dan Lusiana Kareth mewakili anak-anak muda dari kapal Kalabia, menyampaikan hal-hal inspiratif di panggung inspirasi Festival Forum KTI di hari kedua.
PRESENTER ABRAHAM GORAM GAMAN, MARINA KAMOUSUN DAN LUSIANA KARETH
18
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Kalabia adalah jenis hiu yang endemik di Raja Ampat. Kata “kalabia” berasal dari bahasa Maya, suku tertua di Raja Ampat. Dibutuhkan 6 – 8 orang tenaga pendidik yang benar-benar memahami lingkungan sekitar untuk menjalankan kapal Kalabia. Selain tenaga pengajar, sedikitnya ada 5 orang yang bertindak
sebagai anak buah kapal (ABK) dan sejumlah tenaga pendamping lainnya untuk menjalankan organisasi, sebagai ketua, bendahara, manager program, dan tim kreatif. Kurikulum, alat bantu ajar, dan bahan ajar dengan tema pendidikan lingkungan hidup dan konservasi alam dari pulau ke pulau disiapkan dengan serius. Anak-anak itu diajar mengenai ekosistem pesisir, padang lamun, terumbu karang, hutan bakau, dan materi lain seperti jaring-jaring kehidupan, sampah, biota laut yang sudah dilindungi. Sekali jalan, kapal Kalabia bisa mengunjungi 5-7 kampung. Kegiatan dibuat aktif dan inovatif. Sasarannya adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6. Salah satu contoh pembelajarannya adalah, anak-anak diajak melihat sendiri terumbu karang, sebagai “rumah ikan”. Mereka diberi pengertian, kalau rumah tidak ada maka tidak ada pula ikan. ‘’Terumbu karang tempat makan ikan-ikan. Seperti rumah, jika rusak, mereka tidak punya tempat tinggal. Seperti itu juga ikan,’’ kata Marina memberi contoh saat mengajari anak mengapa mereka harus menjaga dan melestarikan terumbu karang. Biasanya, kegiatan di satu kampung berlangsung selama tiga hari. Pagi hingga sore anak-anak belajar di atas kapal, malam hari tim Kalabia melakukan pemutaran film dengan masyarakat yang ada di kampung. Film menceritakan tentangan pendidikan lingkungan hidup dan konservasi, bagaimana masyarakat menjaga mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana untuk masyarakat Raja Ampat ke depan. Dari situ ada perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat, awalnya mereka masih membuang sampah sembarangan, menanam pohon mangrove secara berlebihan, mengambil karang untuk bangunan, mencari ikan dengan alat yang tidak ramah lingkungan. Setelah Kalabia lakukan kegiatan di sana, masyarakat sendiri buat aturan kampung; tidak boleh buang sampah di laut, jangan mancing di dalam kampung, dan lain-lain. ‘’Bahkan anak anak yang kami didik sudah buat kelompok kelompok untuk menanam mangrove, penghijauan kembali di daerah yang sudah rusak,’’ kata Marina bangga. Marina menuturkan, masyarakat Raja Ampat hidup dari laut,
makan dari laut, makanya orang Raja Ampat harus jaga laut. Yang menarik, semangat belajar anak-anak di Kalabia sangat tinggi. ‘’Untuk belajar di Kalabia anak-anak SMP sampe menyamar pake baju ade-ade SD,’’ tutur Lusiana disambut gerai tawa peserta Festival Forum KTI. Selama belajar dengan Kalabia, Lusiana bercerita perubahanperubahan yang diperlihatkan anak- anak Raja Ampat. Dicontohkan, saat Festival Bahari 2014 lalu, banyak sampah berserakan di pesisir pantai. Karena sudah belajar sampah berbahaya bagi biota laut, mereka berlomba pungut sampah. Perubahan juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari mereka di rumah. Anak-anak sudah belajar tentang Teteruga atau penyu yang mulai punah. Pada suatu hari ada bapak yang tangkap penyu dan taruh di kurungan. Bapaknya pergi, anaknya buka kurungan dan lepas ke laut. Abraham Goram tak lupa mengungkapkan kebanggaannya di panggung inspirasi. ‘’Orang-orang luar negeri seperti Brasil, Fiji, Inggris datang belajar ke Kalabia. Kami bangga ini program satusatunya di Indonesia. Terima kasih kepada BaKTI sudah bisa tampilkan Kalabia untuk berbagi Praktik Cerdas. Terima kasih kepada Pelindo II yang dua tahun terakhir mendukung program Kalabia terus berjalan,’’ ujarnya. Program ini tidak dapat berjalan begitu saja tanpa ada orangorang yang mendukung. ‘’Tantangan pertama saat program ini diluncurkan adalah siapa pendidiknya, seperti apa programnya, apa masyarakat dapat menerima program ini?,’’ tambah Abraham mengenang ikhwal perjuangan tim Kalabia menjalankan program mereka. Dibantu Konservasi Internasional Indonesia dibuatlah program pengembangan kapasitas lokal untuk dididik jadi guru. Akhirnya mereka jadi pendidik yang tangguh. Sejak 2008 hingga saat ini, Program kalabia telah menghasilkan peserta didik lebih dari 7000 peserta. 95 persen masyarakat Raja Ampat terlibat dan jadi agen perubahan.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
19
HARI KEDUA
PRAKTIK CERDAS
PRESENTER NOLDY TUERAH DAN HENDRA TOREH
20
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Sulawesi Utara mengalokasikan anggaran sektor kesehatan dengan lebih masuk akal dan tepat sasaran. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sitaro kini telah meninggalkan pendekatan inkremental yang sebelumnya kerap digunakan dalam menyusun anggaran sektor kesehatan. Semua kebutuhan warga terkait sektor kesehatan telah diidentifikasi, termasuk jenis pelayanan kesehatan telah dipilah. Anggaran yang diajukan menjadi jauh lebih masuk akal dengan program-program yang telah matang direncanakan untuk hasil yang lebih tepat sasaran. Noldy Tuerah, Kepala Bappeda Sulawesi Utara 2010-2013, berbagi pengalaman bagaimana sebuah sistem di daerahnya direformasi. Bersama Dr Hendra Tore, Noldy Tuerah, menceritakan peran mereka dalam mengubah kebiasaan para birokrat menyusun anggaran.
Dalam menyusun anggaran kesehatan, para birokrat selama ini tak pernah berhitung tentang unit cost atau berapa yang dibutuhkan ibu hamil, mulai hamil sampai melahirkan. Biasanya yang dilakukan perencanaan program kegiatan tidak sepenuhnya didukung pembiayaan yang memadai. Biasanya akhir tahun kabupaten dan provinsi memiliki sisa lebih anggaran yang menandakan uang memadai. Tapi di sisi lain, indikator pembangunan seperti tingkat kematian ibu dan bayi makin tinggi, bukan turun. ''Dari situ kami berusaha menganalisa bahwa kemungkinan penganggarannya yang tidak cocok dengan program yang akan dilakukan untuk pencapaian indikator,'' kata Noldy. Dalam perencanaan dan penganggaran, umumnya mereka menaikkan 5,10,15 atau 20 persen tanpa menghitung secara detil. ''Bagaimana kita tahu bahwa berapa kebutuhan dana seorang ibu hamil di puskesmas untuk pelayanan kunjungan empat kali dan sampai melahirkan? Kita tidak pernah tahu itu,'' ujarnya. Kondisi ini membuat pencapaian indikator yang telah ditetapkan menjadi sangat sulit. Jadi, substansi masalahnya di situ. Pihaknya kemudian fokus kepada bagaimana meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan ibu, bayi, dan anak karena targetnya harus menurunkan tingkat kematian bayi, ibu, dan anak. Dengan kondisi tersebut, akademisi dari Universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Manado, ahli kesehatan, dinas kesehatan, dan Bappeda duduk bersama dan didukung oleh program BASIC untuk hasilkan konsep unit cost. ''Waktu itu kendalanya adalah kesalahan persepsi, dan kedua yang tak pernah saya sadari dari awal ternyata komponen biaya untuk kesehatan itu sangat banyak. Untuk pelayanan ibu saja, bayi dan anak ada 152 komponen biaya yang mesti dihitung.'' Dirinya tak pernah membayangkan untuk menghitung berapa biaya seorang ibu hamil sangatlah sulit karena harus mencari data yang benar, misalnya suntikan berapa harganya dan harus dicari di distributor yang benar harganya. Dr Hendra Toreh mengungkapkan unit cost itu anugerah dari Tuhan. Beliau mengungkapkan, selama ini orang-orang punya pemahaman yang keliru tentang penganggaran. ''Dengan adanya
I kami yang berada di garda depan ini miliki banyak kemudahan. Sebab apa yang menjadi jeritan hati kami, apa yang terjadi di sentra-sentra pelayanan puskesmasbisa terlayani,'' ujarnya bersemangat. Tahun 2012, awal mula perhitungan unit cost dirintis. Saat itu ada kejadian luar biasa, 14 orang bayi dan 3 ibu hamil meninggal. Kepala daerah kemudian mengumpulkan tokoh adat, tokoh agama, dan tenaga kesehatan untuk bicarakan solusinya. ''Dinkes kumpulkan kepala puskesmas dan bidan, khususnya mereka yang di puskesmas. Kami bertanya apa yang harus dibikin.'' Disitulah awal mula dengar pendapat. Beliau kemudian menyusun suatu sistem strategi pelayanan dengan adanya konsep keuangan yang baik. Menurutnya, ini kesempatan buat program yang ril buat masyarakat. Dengan anggaran efektif dan efisien, aparat bisa laksanakan pelayanan maksimal. Misalnya setiap petugas kesehatan wajib mendampingi ibu hamil. Petugas kesehatan kemudian membuat kegiatan posyandu total. Apa yang dirancang pemerintah sudah baik, tapi yang terjadi, kenapa petugas kesehatan tidak bisa melakukan secara prima karena mereka dilatih teknis bukan administrasi. ''Kami waktu disuruh melayani tidak diberi bekal paradigma pelayanan yang baik seperti apa,'' tambah Dr Hendra. Tidak meratanya tenaga kesehatan, juga jadi kendala. Banyak bidan dan dokter merangkap administrasi. Tidak ada pedoman seperti itu. Dibuatlah posyandu total, progam one one solution, dan pendampingan ibu hamil dimana tenaga kesehatan jadi kakak angkat ibu hamil. Lewat program one-one solution ada kedekatan ibu hamil dan puskesmas. Petugas membuat sistem kemitraan dukun dan bidan, membuat MOU, dan panggil stakeholder yang terlibat. Konsep mendatangkan dokter spesialis ke puskesmas juga dijalankan. Setiap seminggu sekali dokter spesialis ke puskesmas. Desa siaga selama in tidak dioptimalkan. Petugas kesehatan kemudian menciptakan kader dalam satu kampung. Masyarakat diberi vaksin gratis, memberikan pelayanan paling mendasar ke pulau-pulau.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
21
KEDUA
PRAKTIK CERDAS
KAM U TUPE
UMAT
Kamilus Tupen Jumat adalah mantan TKI selama 9 tahun di Malaysia. Kehidupan rantau yang tak ramah membuatnya memutuskan balik kampung dan berjuang di negeri sendiri. Di kampung ia menemukan fakta banyak koperasi simpan pinjam tapi manajemen keuangan dan administrasi mereka tak bagus sehingga bangkrut. Ia juga melihat lahan berhektar-hektar terbengkalai karena pemiliknya lebih memilih merantau ke negeri tetangga. Ia kemudian tergerak untuk membangkitkan semangat mengurus kebun dan ladang dikampungnya dengan membentuk kelompok simpan pinjam tenaga dengan menggunakan budaya gemohing (gotong royong). Kelompok Tani Lewowerang (KTL) adalah kawin campur koperasi dan budaya gemohing. Ide ini muncul dari Mama Tua. Kamilus melihat Mama Tua punya kebun, tapi setiap hari dia hanya jadi buruh tani. Jika memiliki kebun, Mama Tua semestinya bisa jadi majikan. ''Saya harus angkat dia jadi majikan. Akhirnya saya mulai laksanakan sistem itu, koperasi ini
22
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
seperti koperasi biasa tapi konsepnya simpan pinjam tenaga,'' ujar Kamilus. KTL tak hanya berfungsi menjadi simpanan dan digunakan untuk keperluan pertanian atau pembangunan rumah, melainkan dalam segala sektor, terutama untuk pendidikan. Setiap anggota kelompok yang membutuhkan dana untuk kepentingan anak sekolah, dapat meminjam uang secara tunai atau menabung melalui penggunaan tenaga jasa. Anggota KTL yang bekerja di luar kampung, seperti di Malaysia, dengan bahagia mengirimkan sebagian penghasilannya ke koperasi kelompok untuk menggunakan jasa tenaga dalam mengerjakan lahan. Di desa ini, ada ratusan warga yang menggantungkan hidupnya menjadi seorang TKI di Malaysia. Jadi mereka yang berada di Malaysia, konsentrasi bekerja. Setelah lahan mereka siap untuk panen mereka pulang, kata Kamilus. Jadi sekarang, di desa ini, hampir dipastikan tak ada lagi lahan tidur.
HARI PERTAMA
Dr. Juliana Chatarina Ratuanak berbagi cerita tentang kondisi memprihatinkan sejumlah ibu hamil di daerah terpencil. Sebelumnya, banyak ibu yang hamil besar terpaksa memilih mati saat problem kehamilan dan persalinan tak teratasi di desanya. Laut di sekeliling daerah kepulauan Wuarlabobar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada waktuwaktu tertentu ketinggian ombaknya bisa mencapai 3 – 5 meter. Menyeberanginya, dari pulau-pulau kecil menuju ibukota kabupaten: Saumlaki di pulau Yamdena menjadi tantangan besar. Ibu hamil dengan komplikasi yang tidak bisa ditangani di kampung, lebih memilih mati di kampung sendiri daripada mati di laut atau mati di Saumlaki. Mengongkosi jenazah kembali ke kampung halaman berat dirasakan. Demikian pula jika berhasil melahirkan dengan selamat di Saumlaki, biaya untuk memulangkan ibu dan bayinya tidak sedikit. Dr Juliana mengisahkan, ada tantangan besar yang dihadapi dalam menangani ibu melahirkan, yaitu tingginya angka kematian ibu dan bayi. Penyebabnya adalah terlambat dirujuk
REFLEKSI PRAKTIK CERDAS
Rumah Tunggu Secercah Harapan untuk Ibu Hamil di Maluku Tenggara Barat PRESENTER JULIANA RATUANAK 24
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
karena transportasi dan kondisi cuaca, dominasi tradisi dan biyang (dukun beranak), serta distribusi logistik yang tidak teratur. Masalah kemudian teratasi pada tahun 2007 dengan diadakannya Rumah Tunggu. Rumah Tunggu adalah rumah masyarakat yang disiapkan khusus untuk ibu-ibu yang (kehamilan/persalinannya) berisiko tinggi dari pulau-pulau. “Tujuh hari sebelumnya si ibu didatangkan ke Rumah Tunggu. Dia berada di sana hingga 7 hari setelah melahirkan,” ujar Dr. Jul. Kalau perlu tindakan operasi, dengan menggunakan pendekatan Gugus Pulau, ibu tak perlu dibawa ke ibukota kabupaten, cukup ke puskesmas yang sudah ditunjuk. Rumah Tunggu dipilih di antara rumah warga berdasarkan kriteria tertentu. Dengan demikian angka kematian ibu yang sebelumnya tinggi (di atas 20%), berhasil ditekan hingga menjadi 0. Rumah Tunggu kini sudah direplikasi di mana-mana dan berhasil menurunkan angka kematian ibu di daerah tempat diterapkannya.
HARI PERTAMA
Ismail Husen asal Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, mengatakan usaha yang dilakukannya adalah “Inovasi, mobilisasi untuk transformasi.” Ia membuka cara pandang bahwa KB bukan hanya untuk perempuan tetapi juga untuk lelaki. Setelah keluar-masuk kampung, memberi motivasi di kelompok ibu-ibu dan bapak-bapak, melampaui berbagai tantangan dan rintangan, ia berhasil mengajak 3.000 lelaki di Sulawesi Utara dan 22 lelaki di Ternate untuk vasektomi. Setelah jadi inspirator praktik cerdas di Festival Forum Kawasan Timur Indonesia tahun 2009, Ismail Husen dari Sulawesi Utara kembali hadir dalam refleksi praktik cerdas dalam Festival Forum KTI 2015 ini. Ismail bicara tentang kesetaraan. Menurutnya, jika perempuan ber-KB biasa, tapi jika laki-laki ber KB itu luar biasa. Tahun 2007, Ismail telah mengikuti KB Pria Vasektomi. Sejak saat itu, Ismail mencari bapak-bapak lain untuk ikut gerakan SUSI (Suami-suami Sayang Istri). Tahun 2009, Ismail mengaku
REFLEKSI PRAKTIK CERDAS
Berbagi Tanggungjawab dalam Keluarga Berencana di Sulawesi Utara
dipromosi lewat Festival Forum KTI. ''Sejak saat itu nama Ismail Husen top di mana-mana,'' ujarnya. Pasca tampil di Festival Forum KTI, Ismail mengaku bak selebriti di Provinsi Sulawesi Utara. Dari 15 kabupaten/kota di provinsinya, dia telah mengunjungi 13 kabupaten/kota untuk berbicara tentang vasektomi. Reputasinya makin berkibar setelah tampil di acara Kick Andy. '' Setelah tampil di Kick Andy saya bukan selebriti di Sulawesi Utara, tapi di seluruh Indonesia,'' ujarnya. Reputasinya sebagai motivator dan inspirator terus mendapat pengakuan. Oleh BKKBN RI, Ismail kemudian dianugerahi penghargaan sebagai motivator terbaik tingkat nasional oleh BKKBN RI dan mendapat penghargaan Wira Karya Kencana dari Presiden RI .
PRESENTER ISMAIL HUSEN LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
25
HARI KEDUA
REFLEKSI PRAKTIK CERDAS
Koperasi Perempuan untuk Perbaikan Kualitas Hidup PRESENTER WA ODE SABARIAH
Praktik Cerdas ini diangkat dalam Forum KTI tahun 2010. Wa Ode Sabariah berasal dari Sulawesi Tenggara. Ia adalah inisiator koperasi kelompok perempuan. Saat bentuk kelompok perempuan, beliau tak berpikir untuk bentuk koperasi, tapi bagaimana bisa berbuat positif dan menyekolahkan anak. Hingga tahun 1994 LSM Sintesa datang dan membantu bentuk Bina Usaha Kelompok Produktif (BUKP) Mata Mosobu. BUKP Mata Mosobu beranggotakan 156 orang. Awal mulanya koperasi ini memperoleh bantuan pinjaman dari LSM Sintesa sebsar Rp 1,5 juta dan hingga kini simpanan mereka telah
26
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
mencapai Rp 1 milyar. Kelompok ini tak saja membantu anggota yang kesulitan tapi juga telah mewujudkan impian sebagian ibu rumah tangga untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah dipromosikan oleh BaKTI lewat Festival Forum KTI dan berbagai media, tahun 2013 Wa Ode Sabariah mendapat penghargaan Tupperware She CAN. Pada 10 November kemarin, dirinya juga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan untuk Indonesia, sebuah program siaran yang diselenggarakan oleh stasiun televisi MNCTV.
Saya sangat senang mengikuti kegiatan inspiratif Festival Forum Kawasan Timur Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh BaKTI wajib diikuti oleh setiap orang yang ingin memanfaatkan potensi diri mereka di Kawasan Timur Indonesia. Pemahaman yang luar biasa mengenai proses hidup, kisah-kisah pribadi sukses penuh energi, sederhana, berkarakter kuat untuk berkarya yang dapat memotivasi kita semua dan secara akumulasi akan memajukan bangsa Indonesia. Selamat dan sukses untuk BaKTI dan Forum KTI yang dengan sangat hebat telah memotivasi peserta Festival. Jusuf Wally, Anggota DPRD Kota Ambon
HARI PERTAMA
INSPIRATOR Di panggung inspirasi, Abdul Malik bercerita tentang kisah sukses perusahaannya menarik turis ke wilayah KTI, ke daerah yang masih bisa disebut “perawan” karena masih sangat terpelihara sebab jarang dikunjungi manusia.
Go East, Be Inspired Abdul Malik, Co-Founder Kakaban Tour and Travel yang beroperasi di Balikpapan dan memiliki kantor cabang di Jakarta. Di saat kebanyakan biro wisata di Indonesia gencar menawarkan paket wisata ke luar negeri, Abdul Malik dengan keyakinan yang besar justru berfokus ke pelosok-pelosok indah di kawasan timur Indonesia.
Apa alasannya? Abdul Malik mengatakan, “Karena Indonesia timur penduduknya masih kurang tapi alamnya masih terjaga dan lebih banyak wisatawan mancanegara yang tertarik ke Indonesia Timur ketimbang orang Indonesia sendiri.” Empat tahun silam berwisata ke Pulau Derawan, Komodo, Flores, Togean, apalagi Lembah Baliem bukanlah tawaran yang menarik. Namun, foto-foto pantai yang eksotik, pemandangan bawah laut yang luar biasa, bentang alam hingga rumah adat dan budaya dari trip yang diselenggarakan Kakaban Tour and Travel menjadi viral di media sosial. Menyelam di antara terumbu karang yang indah, menikmati matahari terbit dan terbenam, menikmati libur di atas kapal phinisi, tidur di bawah hamparan bintang saat menjelajahi bukit dan pantai di pelosok timur Indonesia kemudian menjadi tren baru wisata diantara para profesional muda Indonesia. Pengalaman bersuka cita dan mencintai kembali Indonesia tertuang dalam berbagai blog dan laman media sosial dari mereka yang pernah mengikuti trip yang diselenggarakan Kakaban Tour dan Travel. Kakaban melibatkan masyarakat setempat. Di antaranya dengan menjadikan rumah mereka sebagai home stay dan menjadikan mereka tour guide. Bagaimana keadaan lokasi tujuan dan home stay, dikabarkan lebih dulu sebelum peserta berangkat. Jadi sudah harus bersiap jika misalnya home stay yang ditempati nanti tak memiliki kamar mandi. Kepada peserta tour, senantiasa dipesankan untuk menjaga lingkungan misalnya dengan membawa sendiri tempat minum dan tidak buang sampah sembarangan.
28
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Abdullah Majid yang akrab disapa Pak Dula adalah anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan 20092014. Beliau kemudian kembali dipercaya menjadi Wakil Rakyat untuk periode kedua (2014 - 2019). Setelah terpilih menjadi anggota DPRD periode 2009 – 2014, ia aktif mengupayakan peraturan daerah untuk penanggulangan malaria agar terjadi kesinambungan. Di masa itu Abdullah aktif mengambil inisiatiaf dalam upaya melahirkan peraturan daerah untuk menanggulangi malaria. Walaupun usulan Ranperda Malaria sempat tidak masuk dalam program legislasi.
HARI PERTAMA
INSPIRATOR
Pengabdian dari Bacan
Abdullah Majid tampil di panggung inspirasi Festival Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan menceritakan pengalaman beliau sebagai wakil rakyat yang sadar dengan tugas dan tanggung jawabnya dan melaksanakannya dengan baik. Beliau menceritakan kembali latar belakang mengerikan yang kemudian menghasilkan perubahan signifikan mengenai penanganan malaria di Halmahera SelatanKabupaten Halmahera Selatan mengalami Kejadian Luar Biasa akibat serangan malaria pada tahun 2003 hingga 2007. Pada masa itu daerah ini kehilangan 268 jiwa akibat penyakit malaria. Bahkan pada tahun 2005, Halmahera Selatan mengalami angka insiden tahunan malaria (Annual Malaria Incidents) tertinggi yakni 80,2 persen. Wilayah perairan Provinsi Maluku Utara lebih luas daripada daratan, luasnya meliputi 76,27% dari 140.225,32 km². Sebagian besar warganya bermukim di daerah pesisir ketimbang di pegunungan. Kebanyakan daerah pesisir yang mereka tempati, dulunya adalah bekas rawa dengan banyak genangan air, merupakan lokasi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk malaria. Khusus Halmahera Selatan, kabupaten ini terdiri atas 400
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
29
pulau yang dihuni oleh 200.000 orang. Sekitar 75 persen wilayahnya adalah laut. Selain masalah geografis di atas, sanitasi yang buruk, kemiskinan kronis, dan rendahnya tingkat imunisasi membuat masyarakat di kabupaten ini rentan terhadap wabah penyakit. Malaria adalah masalah kesehatan terbesar di daerah ini. Bupati Halmahera Selatan ketika itu, Dr. Muhammad Kasuba, bertekad membasmi malaria di daerahnya. Malaria Center didirikan. Bersama UNICEF Indonesia, Kasuba mengkampanyekan suatu gerakan antimalaria berbasis masyarakat sejak tahun 2007, bernama Deklarasi Labuha Gebrak Malaria. Targetnya, Halmahera Selatan mencapai “bebas malaria” atau eliminasi di tahun 2025. Pak bupati kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Bupati untuk menggunakan 40% dana ADD dalam pemberantasan malaria di desa guna mendukung gerakan ini. Program ini meliputi distribusi kelambu berinsektisida untuk wanita hamil dan anak-anak yang diimunisasi, pemantauan aktif oleh masyarakat, dan serangkaian pelatihan kader kesehatan. Hasilnya, jumlah kematian akibat malaria berhasil ditekan, dari 226 kasus pada tahun 2003 menjadi hanya 4 kasus pada 2008. Jika pada tahun 2005 angka insiden tahunan 80% maka pada tahun 2009 dipangkas menjadi 40,2%. Jika pada tahun 2003 malaria menekan korban 205, di tahun 2009 korban meninggal tinggal 1 orang. Kasus malaria ditekan dari 30 per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 9 per 1000 penduduk di tahun 2011. Dengan berhasilnya Halmahera Selatan menekan angka kematian akibat malaria terlihat upaya keras pemerintah dan dukungan masyarakat. Tak berhenti sampai di situ saja, Abdullah Majid aktif menginisiasi lahirnya peraturan daerah untuk menanggulangi malaria. “Harus menghasilkan sebuah perda sebagai upaya komprehensif dan menyeluruh dan melibatkan seluruh stakeholder dan masyarakat,” ungkapnya lantang dari atas panggung inspirasi.
30
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
“Biasanya selesai program, dilupakan lagi maka harus ada paksaan kepada pemerintah daerah agar itu menjadi sebuah kewenangan khusus. Maka siapa pun nantinya yang berada di dalam pemerintahan eksekutif dan legislatif, upaya pemberantasan malaria bisa tetap dilangsungkan,” ujar Abdullah Majid lagi. Usulan itu hampir tak berhasil namun berkat usaha yang sangat keras dengan melibatkan sesama anggota DPRD, dinas kesehatan setempat, dan Malaria Center, akhirnya lahirlah Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria. Dalam Perda ini terdapat penguatan-penguatan program pengendalian malaria, di antaranya pemberdayaan masyarakat, keterlibatan lintas sektor dan dunia usaha, strategi eliminasi malaria dengan pembebasan desa atau pulau dari malaria secara bertahap, perlunya renstra penanggulangan malaria, dan program malaria wajib dibiayai oleh APBD. Perda No. 8 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Malaria ini ternyata merupakan perda malaria pertama di Indonesia. “Tanggung jawab penanganan malaria kini menjadi tanggung jawab lintas sektoral di daerah kami. Semua dilibatkan. Dinas Pendidikan telah menjadikan ‘malaria’ sebagai ‘muatan lokal’ sehingga anak-anak kami dari mulai dari TK sampai SMA, diajarkan bagaimana mencegah penyakit malaria,” tambah Abdullah Majid disambut tepuk gemuruh peserta Festival Forum KTI VII. “Alhamdulillah, dari KLB itu kami berhasil menekan malaria sampai pada tingkat nol persen. Alhamdulillah Halmahera Selatan mendapatkan piagam penghargaan dari Kementerian Kesehatan tentang daerah yang berhasil menangani penyakit malaria,” lanjut Abdullah Majid. Halmahera selatan juga telah menjadi daerah studi banding para stakeholder dari dalam negeri hingga luar negeri. Mereka datang ke Halmahera Selatan untuk mempelajari strategi dan teknis yang dilakukan segenap komponen penduduk di kabupaten tersebut “Bagi kami itu bukan prestasi tapi itu tanggung jawab,” kata Abdullah Majid.
HARI PERTAMA
INSPIRATOR
Sepuluh tahun memandu Kick Andy, Andy mengaku belajar banyak dari orang-orang kecil. Sebenarnya setelah 5 tahun mengudara, terpikirkan olehnya untuk menghentikan tayangan Kick Andy. “Mumpung masih berada di puncak. Kalau dihentikan, orang masih terkenang,” ujarnya berkelakar. Namun niat itu diurungkan karena orang-orang di sekitarnya menegurnya, “Andy, jangan egois!” Kick Andy Foundation terbentuk, setelah terinspirasi Buyung Feri dan ibundanya Nila, asal Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat dan juga Sugeng asal Desa Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur.
Tendangan Andy Noya
Andy F Noya adalah wartawan dan presenter terkenal acara Kick Andy, sebuah acara edukatif yang memberikan banyak inspirasi kepada penontonnya. Pertama kali terjun sebagai reporter pada 1985, lelaki berdarah Ambon, Jawa, Belanda, dan Portugis ini membantu Majalah Tempo untuk Penerbitan Buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Beliau mengatakan menyesal karena baru hadir pada Festival Forum KTI yang sudah dilaksanakan 7 kali. Beliau mengaku senang bisa menyaksikan inspirasi dari para pahlawan yang bekerja dalam sunyi yang tampil hari itu.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
31
Andy menceritakan kembali perihal Buyung yang mengalami keterbatasan penglihatan yang hidup bersama ibunya yang lumpuh akibat penyakit asam urat. Setiap harinya mereka berdua menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer demi menjajakan sapu lidi. Hidup mereka penuh keterbatasan tetapi tidak pernah mengemis. Buyung yang harus menarik gerobak yang menampung ibunya dan berjalan menyusuri jalan-jalan kampung atas arahan ibunya pun tak pernah mengeluh capek. Buyung dan ibunya mendapat bantuan dari penonton Kick Andy, Fahmi Idris, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian, dan ibu Mufidah – istri Wapres Jusuf Kalla sebesar Rp. 150 juta.
32
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Sugeng, sang loper susu, kemudian menjadi inspirator terbesar sehingga Kick Andy Foundation membuat Gerakan 1000 Kaki Palsu Gratis. Kecelakaan saat di bangku SMA membuat Sugeng terpaksa kehilangan kaki kanannya. Ia membuat sendiri kaki palsunya dan memiliki bengkel kaki palsu di rumahnya.Uniknya, Sugeng tak pernah mau dibayar. Kalau ada yang memesan kaki palsu ia mengatakan, “Saya tidak jualan kaki palsu.” Sugeng giat menyempurnakan kaki palsu bikinannya. Ia merancang kaki palsu yang nyaman terasa bila ditekuk. Bahkan ia merancang kaki palsu yang bisa ditekuk saat shalat. Kini kaki palsunya sudah seri 8. Gerakan 1000 Kaki Palsu yang diusung Kick Andy Foundation membeli kaki palsu dari Sugeng. Kaki palsu
Searah jarum jam: Noldy Franklin Geng Motor iMuT, Hj. Rabiah sang Suster Apung, Henny Kristianus pendiri Tangan Pengharapan dan Ismail Husen motivator Vasektomi. Bawah: Noya membagikan buku.
dibagikan gratis kepada yang membutuhkan sampai akhirnya modal yang dipunyai Kick Andy Foundation habis. Setelah itu tak ada lagi kaki palsu yang dibagikan. Saat ditanyakan oleh Sugeng mengenai kelangsungan Gerakan 1000 Kaki Palsu. Andy hanya bisa menjawab, “Uangnya habis.” Sugeng langsung berangkat ke Jakarta, menyerahkan uang ratusan juta rupiah yang diberikan oleh Kick Andy Foundation untuk membeli kaki-kaki palsu yang sudah dibagikan itu. Uang tersebut masih utuh di tangannya, bahkan ia meminta supaya program kaki palsu gratis itu dilanjutkan kembali. Tak hanya bercerita tentang Buyung dan Sugeng, Andy juga membagikan kisah-kisah inspiratif lainnya, bahkan beberapa sosok inspiratif menemaninya di atas panggung inspirasi, membagikan kisah kepada hadirin di dalam ruangan. Beberapa orang hadir secara fisik, di atas panggung inspirasi. Beberapa yang lainnya disaksikan dari layar video yang diputarkan. Sebagian besar yang ditampilkan berasal dari Kawasan Timur Indonesia. Tak pernah ada niat untuk menjadi pahlawan dalam diri mereka. Hanya sekadar berbuat sebaik-baiknya untuk masyarakat sekitar, dengan apa yang mereka punyai: Hj Rabiah sang Suster Apung, Noldy Franklin Geng Motor iMuT, Henny Kristianus pendiri Tangan Pengharapan dan Ismail Husen sang motivator Vasektomi. Usai menampilkan sosok inspiratif yang pernah hadir dalam acara talkshow Kick Andy, Andy F Noya, mengundang 20 peserta Festival untuk naik ke atas panggung. Aba-aba ini membuat peserta berebut ke atas panggung, ada 30-an orang berdesakan mengikuti instruksi. Oleh Andy, peserta tersebut dihadiahkan buku biografi Andy Noya, Kisah Hidupku.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
33
HARI KEDUA
INSPIRATOR mengalami hambatan dan halangan karena banyak anggota reskrim yang tidak setuju. Sebab mereka berharap dengan banyak laporan polisi banyak kesempatan mendapat sesuatu. Tapi dengan RKS, laporan polisi turun.
Kompol Woro Susilo adalah Kapolsek Panakkukang sejak Mei 2015, sebelumnya beliau menjabat sebagai Kapolsek Tallo selama lebih dari dua tahun. Selama menjadi Kapolsek Tallo, beliau dinilai sukses dalam menerapkan sebuah program pendekatan kepada masyarakat dengan nama Ruang Konsultasi Solusi (RKS) yang diluncurkan 17 Oktober 2013 silam. Sebagai pemelihara keamanan, aparat penegak hukum, pelayan dan pelindung masyarakat tak membuat Woro Susilo terpaku dalam tugas pokok tersebut. Ia berusaha membuat sebuah inovasi dan ide lebih dari tugas yang dilakukan. Banyaknya kasus yang sering dihentikan tidak jelas merupakan fenomena yang kerap terjadi di kepolisian. ''Ini yang jadi landasan pemikiran saya, kemudian punya ide agar bagaimana mengubah mindset dan culture set bukan hanya di internal polisi saja tapi juga masyarakat khususnya dalam hal kamtibmas,'' ujarnya. Diakui ada empat hal yang harus dibenahi. Pertama, kriminalitas yang terjadi di wilayah Tallo sangat tinggi. Kedua, penyelesaian perkara yang ada di polisi tidak sebanding dengan SDM maupun jumlah kuantitas antara anggota dan aparat polisi yang masuk. Ketiga, banyak masyarakat yang komplain kepada polisi tentang pelayanan khususnya Reskrim. Keempat, kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah. Hal tersebut akan menimbulkan masalah di masyarakat. Sebagai aparat penegak hukum, Woro Susilo mengaku ingin mengatasi hal tersebut lewat Ruang Konsultan Solusi. Saat meluncurkan program itu dua tahun silam, Woro mengaku
34
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Ruang RKS ini untuk siapa? Untuk seluruh masyarakat yang punya masalah, mereka bisa datang untuk menyampaikan masalah, dianalisa permasalahannya dan diberikan solusi. RKS memiliki tiga model mekanisme. Pertama masyarakat datang langsung ke ruang RKS; kedua, masyarakat bisa menelepon dan petugas datang ke lokasi; ketiga, menyiagakan mobil mobile di tingkat kelurahan. Setelah RKS dijalankan sekitar 1 tahun 3 bulan, angka kriminalitas menurun. Sebab begitu masyarakat punya masalah, mereka datang ka kantor polisi dan melapor. Dari 325 kasus yang diterima, 280 diantaranya diselesaikan di RKS. Dalam setahun, dukungan pendanaan dari Pemerintah masih terbatas dalam mendukung penyelesaian 33 kasus untuk satu Polsek. Sementara kasus yang masuk dalam setahun di satu Polsek dapat mencapai sekitar 1.500. Dalam hal ini, kehadiran RKS bisa membantu Pemerintah dalam efisiensi anggaran. Jika pendanaan satu kasus adalah sebesar Rp 12.710.00 dikalikan 280 kasus, Woro mengaku Pemerintah dapat menghemat Rp. 3,5 milyar. Jika kehadiran RKS ini dapat direplikasi di 415 Kota/Kabupaten seIndonesia dengan asumsi dalam satu kota dapat terjadi minimal 1000 kasus, maka Pemerintah dapat berhemat sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan terobosan ini, biaya lidik dan sidik tak perlu biaya dan masalah selesai di RKS.
Eko Wagiyanto adalah Kapolres di Mamuju, Sulawesi Barat. Ia melakukan terobosan di wilayah kepolisian yang dipimpinnya dengan aktif menjalankan Gerakan Kembali Bersekolah. Kegiatan yang bertujuan mengembalikan anak-anak putus sekolah kembali ke sekolah dengan memberdayakan Babinkamtibmas (Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat). ''Mereka kami berdayakan untuk membantu pemerintah, khususnya masyarakat yang anak-anaknya putus sekolah untuk kembali ke sekolah,'' kata Eko Wagiyanto soal keterlibatan Babinkamtibmas atau Polisi Desa. Mengapa polisi ikut-ikutan tangani masalah pendidikan? Perwira polisi lulusan AKABRI tahun 1996 ini mengaku terinspirasi oleh seorang polisi bernama Ipda Kammali. Di awal jabatannya sebagai kapolres di Mamuju, Eko sering mendatangi kecamatankecamatan dan polsek-polsek di wilayahnya. Di suatu tempat bernama Kecamatan Tapalang ia menerima aspirasi masyarakat yang mengelu-elukan Ipda Kammali. ''Di sana nama Ipda Kammali harum sekali karena di desanya ia berhasil menyekolahkan kembali 12 anak-anak dengan upayanya sendiri,'' tutur Eko. Dari situ, Eko berpikir ternyata masih banyak polisi baik di negeri ini. ''Kalo Kammali bisa, kenapa saya tidak?'' ujar Eko. Ia pun mulai merintis kegiatan serupa, mengembalikan ke sekolah anakanak yang putus sekolah. ''Polisi merindukan dicintai masyarakat melalui kerja nyata kami.'' Usaha itu dimulai dengan mencari data. Berdasarkan data BPS Sulsel masih banyak anak-anak putus sekolah, sekitar 30 persen dari total 28 ribu. Data yang akurat diperoleh melalui kerja sama dengan LSM Karampuang dan pemerintah Kab. Mamuju lewat kegiatan pendataan SIPBM (Sistem Informasi Pembangunan
HARI KEDUA
INSPIRATOR Berbasis Masyarakat). Dari data itu, Eko kembali mengecek lagi apa ada desa yang bebas dari anak putus sekolah. Hasilnya, ternyata tidak ada desa yang bebas dari putus sekolah. Dengan realitas itu, Eko mulai berpikir untuk mengoptimalkan program pemerintah, program wajib belajar 9 tahun dan wajib belajar 12 tahun. Dalam program tersebut ada sejumlah fasilitas yang diberikan seperti bantuan operasional sekolah, ada bantuan siswa miskin, ada buku gratis dan fasilitas lainnya. Di sisi lain ada juga anak yang putus sekolah karena satu akses pendidikan yang terlalu jauh, atau tidak ada akses pendidikan misalnya di pulau atau di atas gunung. Ada karena kemiskinan, mereka membantu orang tua melaut, ada karena malu sehingga ketika tidak bersekolah seminggu dua minggu dia malas untuk kembali ke sekolah. Anak ini tidak pernah mencari fasilitas ini. Pemerintah juga belum mencari anakanak putus sekolah seperti itu. Di sinilah para babinkamtibmas diberdayakan untuk mendata dan memberikan pengertian agar mereka kembali ke sekolah. Dengan kembali bersekolah mereka akan mendapatkan fasilitasfasilitas pemerintah ini. Gerakan kembali bersekolah ini telah berlangsung dua tahun. Pada tahap satu tahun 2014, waktu itu masih trial by error untuk memastikan bahwa setiap desa tidak ada anak putus sekolah di 132 desa dengan 111 babinkamtibmas. Mereka ditarget 1 desa 1 anak . Pada tahap pertama ternyata bisa menjaring 178 anak SD dan SMP untuk kembali ke sekolah. Untuk mewujudkan itu, Eko membuat MoU dengan Bupati yang berisi jika Babinkantibmas berhasil mengajak kembali anak-anak bersekolah, pemerintah harus menerima tanpa syarat.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
35
KEDUA
INSPIRATOR
a o an a ga
an
Mama Agustina dari Kota Jayapura. Beliau anggota MSF (Multistakeholder Forum). Forum ini beranggotakan orang-orang biasa seperti ibu rumah tangga. ''Kami masyarakat kecil yang duduk dalam satu kelompok untuk bicara hak-hak kami sebagai warga dalam pelayanan kesehatan.'' Mama Agustina punya banyak cerita tentang layanan kesehatan di daerahnya. Salah satunya cerita kecil tentang ambulans. Di Kota Jayapura ada 5 distrik, Mama Agu tinggal di daerah paling pinggir dekat Papua Nugini (PNG). Puskesmas di distrik Mama Agu biasa pake mobil ambulans dan mobil jenazah secara terpisah, tapi saat itu mobil ambulans
rusak. Saat bersamaan ada warga dari Kampung di Koya Barat akan dilayani ke puskesmas, tapi petugas menggunakan mobil jenazah. '' Warga bilang, ini Pak Mantri bawa mobil jenazah bukan mo bawa orang hidup mo sehat, ini alamat dorang mo mati,'' kata Mama Agu sembari mendiskripsikan nada protes warga kala itu di panggung inspirasi. Kebiasan-kebiasaan seperti itu kemudian difasilitasi Mama Agu dan kawan-kawannya di MSF. Sejak tahun 2012, Mama Agu dan kelompoknya didampingi USAID Kinerja dan Yayasan Harapan Ibu. ''Kami, mamamama diajari, jadi teman dengan puskesmas untuk bicara tentang kebutuhan kami.Kami di dorong bicara di dinas, kami tulis-tulis. Kami diajarkan oleh USAID, dikasih ajar cara menulis dan bicara di dinas. Di dinas mereka punya hati. Mereka setuju kebutuhan itu, mereka kirim mobil ambulas,'' tambah Mama Agu. Awalnya, pihak dinas kesehatan mengatakan ambulans tersebut hanya dipinjamkan. Mama Agu tak setuju dan minta ambulans tersebut diberikan ke puskesmas. Kini, mobil ambulans mulai menjemput warga yang sakit hingga daerah perbatasan untuk dibawa ke puskesmas.
36
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Di panggung inspirasi, beliau juga bercerita tentang ibu-ibu rumah tangga yang duduk dalam MSF sudah melakukan banyak hal, seperti mendorong puskesmas yang belum didampingi. ''Kami punya 12 puskemas, dan baru 3 yang didampingi. Dengan adanya pengetahuan dari LSM dan pemerintah buka diri, sekarang kami mau menambah lagi ajak 9 puskesmas untuk bergabung,'' tambahnya. Beliau menuturkan, kesehatan bukan hanya milik dinas dan orang kaya, semua berhak bicara tentang kesehatan. Dengan keberadaan MSF, mama-mama ikut membantu pemerintah berpikir dan mencari solusi. Mama Agu optimis, segala sesuatu jika berbuat dengan hati akan berjalan lancar. Sebelum ada MSF, pelayanan belum optimal. Kini, masyarakat dan petugas kesehatan bergandengan. Mama-mama di MSF telah mendorong petugas kesehatan memberi pelayanan maksimal. Dokter spesialis juga kini telah turun hingga pos layanan kesehatan terdepan, Posyandu. Dokter-dokter kini datang hingga ke pelosok membantu warga. Model partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan ini diakui Mama Agu banyak membawa manfaat bagi lingkungannya. Mamamama kini tahu bicara jika layanan kesehatan tidak maksimal.
KEDUA
INSPIRATOR
DAN
Maluku Hip Hop Community terdiri dari beberapa group rapper. Komunitas ini didorong dari kecintaan yang besar terhadap Maluku. Mimpi mereka adalah mengharumkan nama Maluku di mata dunia lewat musik rap. Maluku Hip Hop Community tak terpisahkan dari semangat AmbonBergerak. Menyalurkan energi positif, empat anak muda Maluku tampil di panggung inspirasi. Mereka adalah Norman S hwars o Angwarmase, Mar ie, Yuliati oisuta, dan Burhanuddin Borut.
Norman Schwars kopf Angwarmase Norman bercerita, sejarah Maluku Hip Hop sebagai bahasa kaum muda. Mengapa anak muda memilih musik rap? Karena saat pecah konflik, rap adalah sarana mudah dan murah, anak muda Maluku bisa berkarya. Anak-anak muda kemudian mengungkapkan keluhan dan pesan lewat musik rap. Musik rap sendiri erat kaitannya dengan Maluku. ''Ada kappata, nasehat, mantra, yang leluhur sampaikan dengan sangat ritmis sehingga itu erat kaitannya dengan kultur hip hop, rap.''
Perjalanan hip hop di Maluku sejak 2006-2015 sekarang ini sangat panjang. Pada 2006 ada lima anak muda yang berdiskusi melalui media sosial, baru 1 Juli 2008 Maluku Hip Hop lahir. Dari 2006 hingga 2009 mereka akhirnya bisa bertemu dalam satu panggung, bertemu secara langsung dalam Ambon Jazz Festival di Ambon.
Mark Ufie Kolaborasi dan diskusi merupakan nafas anak-anak muda. Mark mengaku terkesan penggalan lirik yang dinilai paling manis; Beta kristen ala muslim markatong baku sayang sepanjang musim.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
37
Bicara produk kolaborasi, Mark mengungkapkan, pada tahun 2010-2011 begitu banyak hal yang dibuat oleh Maluku Hip Hop. Glenn Fredly tiba-tiba datang di Ambon Jazz II kemudian mengajak Maluku Hip Hop berkolaborasi. ''Dia bilang bagaimana budaya lokal ini kita angkat secara global. Jadi hip hop dijadikan bahasa di sini kemudian jadilah album Beta Maluku yang dijual di Belanda dan Indonesia,'' ujar Mark bangga. Bukan itu saja, masih dilanjutkan konser Beta Maluku di Taman Ismail Marzuki dan H-2 tiket sudah habis. Isinya di Taman Ismail Marzuki itu orang Jakarta semua, orang Ambon justru di luar. Oleh anak-anak muda, budaya Maluku dipromosikan lewat bahasa-bahasa kekinian. Di tahun yang sama Maluku Hip Hop berkolaborasi dengan musisi hip hop di Eropa dan menghasilkan dua album, Moluka Island 1 2. Satu single dari Album tersebut, Maluku Panggil Pulang digunakan sebagai theme song penyambutan G Fanny Fanbronkos, Kapten Timnas Belanda yang berdarah Maluku. ''Kita yang berkarya di ruang 3x3 meter di Ambon secara sederhana ini menjadi mewah karena hasil kita dinikmati secara internasional di Eropa,'' tambah Mark. Selain itu karya anak-anak muda ini, album Beta Maluku, dijadikan nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award. Kolaborasi anak-anak Maluku ini juga berhasil menggagalkan pembabatan hutan di Tanah Aru lewat kampanye sosial yang dinobatkan oleh change.org sebagai salah satu kampanye yang paling berhasil di 2014. Dalam bergerak, anak-anak muda ini tidak sendiri, mereka membuka diri dengan melakukan kolaborasi lintas komunitas. Ada Maluku Baronda,
38
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
komunitas photographer, teman-teman teater, seniman, dan lainnya bersatu dalam simpul gerakan bernama Ambon Bergerak.
Yuliati Toisuta Yuliati menuturkan, slogan berjalan, sambil membuka jalan adalah spirit anak-anak Maluku sebagai penerus. Kini Ambon Bergerak sudah bermetamorfosa jadi Paparisa Ambon Bergerak. Paparisa dalam bahasa maluku berarti rumah bersama, tempat dimana orang-orang berkumpul. Itu bisa di pantai, di depan rumah, di belakang rumah, dan di warung atau walang. Paparisa Ambon Bergerak adalah rumah bersama, simpul dan ruang interaksi antara anak muda di Ambon. Yuliati Toisuta merupakan satu dari 5 fasilitator di Paparisa Ambon Bergerak.
Dituturkan, ada tiga misi Ambon Bergerak. Menjembatani sinergi orang muda Ambon dengan cara mempertemukan komunitiaskomunitas kreatif orang Ambon. Menyediakan ruang interaksi orang muda, lewat ruang itu kemudian muncul ide dan kreatifitas. Paparisa Ambon Bergerak mendorong tumbuhnya industri kreatifitas di kalangan anak muda di Kota Ambon. Tak hanya menyediakan ruang alami untuk bertemu dan berkumpul, Yuliati menuturkan, tugas Paparisa Ambon Bergerak adalah bagaimana ruang itu dimanfaatkan sebagaimana mestinya. ''Di Paparisa, kami punya ruang perpustakaan dengan 600 buku yang disumbangkan komunitas, teman dari Belanda, Inggris. Perpustakaan terbuka untuk umum,'' kata Yuliati Selain perpustakaan dan ruang pertemuan, ada juga studio musik mini dan fasilitas lainnya. Bukan hanya fasilitas, Paparisa Ambon Bergerak juga melaksanakan kelas workshop, ruang diskusi, dan kelas regulasi dari Paparisa.
Burhanuddin Borut Bertemu dan berkumpul adalah elemen penting kampanye Ambon Bergerak. Burhanuddin mengatakan, kampanye dimulai dengan pertanyaan sederhana. ''Apa yang terjadi kalau orangorang muda kreatif di Ambon berkumpul? . Diakui, pertanyaan ini lazim di kota-kota mana saja yang berkembang. Tapi di Ambon, kota yang pernah di dera konflik sosial hampir lima tahun, pertanyaan seperti ini penting dan harus jadi tindakan. ''Kampanye Ambon Bergerak, salah satunya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan penting seperti ini,'' tambah Burhanuddin. Burhanuddin adalah salah satu fasilitator Ambon Bergerak. ''Sejak 2009, Saya, Muhammad Ramli, Maskati, Pirayawalai, dan beberapa anak muda lainnya memulai kampanye Ambon Bergerak.'’
Burhanuddin menambahkan mimpi yang cukup besar, membangun Indonesia dari timur itu dimulai dari kota kelahirannya, Ambon. Ambon Bergerak adalah youth social movement alias gerakan sosial anak muda. ''Katong harus jadi anak Maluku utuh, meniadakan sekat-sekat,'' kata Burhanuddin tentang ikhwal berkumpulnya orang-orang muda kreatif Ambon. Menurutnya, tidak mudah menemukan anak-anak muda lakukan hal-hal kreatif di ruang publik. Burhanuddin kemudian googling di internet dan mencari semua anak-anak muda Ambon, Maluku, yang kreatif. ''Untungnya adalah ketika kami menemukan satu orang, saya misalnya ketemu dengan Hayata dari Maluku Hip Hop Community. Kemudian Hayata punya seorang teman Maskati, Ketua Blogger Maluku. Dari situ kemudian kita mendapatan teman semakin luas. Satu orang membawa satu orang yang lain kemudian menjadikan gerakan ini semakin luas dan berdampak yang lebih besar.'’ Tahun 2009, anak-anak Blogger Maluku memulai proyek gerakan melawan kerusuhan Ambon di Google. Tujuannya sederhana menghapus tentang Ambon yang rusuh. Pada masa itu, ketika mengetik kata Ambon atau Maluku, google mengarahkan; apakah yang anda maksud kerusuhan Ambon? Kampanye pengkayaan konten itu, kata Burhan, kemudian diperkuat oleh anak-anak Maluku Baronda melalui kampanye Ayo ke Maluku. Selama 5 tahun setiap tanggal 15 hingga kini anak-anak Maluku Baronda dan komunitas lain di instagram dan sosial media seperti twitter dan facebook menggunakan foto-foto yang diproduksi oleh Maluku Photographer untuk menginformasikan kepada dunia bahwa Maluku itu indah, Maluku layak dikunjungi, dan Maluku aman. Selain kampanye di media sosial, Burhanuddin menuturkan, masih banyak kegiatan lainnya seperti kegiatan kampanye bersih pantai, kampanye sejarah, kelas-kelas diskusi dan lain sebagainya.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
39
HARI PERTAMA
C
urah ide merupakan ajang sharing peserta Festival Forum KTI VII. Di sesi ini, setiap peserta duduk berkelompok berdasarkan tema yang mereka pilih. Ada lima tema yang diangkat dalam forum diskusi sesuai capaian-capaian inisiator Praktik Cerdas di Forum KTI VII. Kelima tema tersebut adalah; Menemukan Potensi Desa, Penanggulangan Risiko Bencana, Membangun Indonesia dari Kepulauan, Kedaulatan Pangan, dan Reformasi Sistem. Setiap peserta kemudian menggali potensi di daerah mereka terkait tema yang mereka pilih. Dari potensi itu, peserta mengidentifikasi cita-cita yang mereka harapkan dan strategi apa yang digunakan agar cita-cita itu bisa terwujud. Terakhir, setiap peserta menuangkan komitmen mereka dalam papan komitmen yang dibuat dari bahan daur ulang dan dibawa pulang untuk menjadi pengingat akan komitmen masing-masing.
40
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
1 MENEMUKAN POTENSI DESA
CITA-CITA Desa sebagai daerah percontohan pendidikan Meningkatnya kapasitas desa melalui desa percontohan Generasi muda berdaya, terciptanya lapangan kerja, sustainability lingkungan dan sumber daya alam Bumdes - Model - Wirausaha Sosial Mewujudkan desa alami dan bersih ,pemuda aktif dalam berkreasi Mereplikasi sistem Unit Cost (Anggaran Cerdas) yang telah dilakukan di Sulawesi Utara dan dilakukan pada setiap desa agar dana desa yang telah ada dapat tpat sasaran Memberdayakan para pemuda desa agar para pemuda desa tidak lagi berpikir untuk ke kota untuk mencari penghasilan Pemetaan potensi sumber daya desa baik sumber daya alam maupun manusianya Anak-anak desa bangga dengan desanya, bangga dengan dirinya sebagai anak desa. Berkesempatan meraih pendidikan sampai ke ujung bumi, tapi kembali ke desa untuk membangun Masyarakat desa (semua komponen/unsur) terlibat dalam membangun visi bersama tentang desanya dan rencana pembangunan desanya dengan bebas, tanpa intervensi kepentingan politik & ekonomi kapitalis.
POTENSI Lahan yang luas, sumber mata air pernah ada Ibu rumah tangga usia produktif, remaja putus sekolah, kondisi alam yang lumayan baik Sarana prasarana jalan sudah terbangun infrastruktur Memanfaatkan kader yang sudah ada Memanfaatkan kelompok perempuan yang sudah mau untuk bekerja sama Memanfaatkan ibu-ibu penenun yang masih nganggur, biayai hasil kerja mereka Cari bibit tanaman produktif untuk dibudidayakan bersama Pengelolaan air bersih berbasis masyarakat melalui Bumdes : 1. Air bersih 2. SDM 3. Anggaran memadai Pengembangan pertanian alami : 1. Lahan yang luas 2. Sumber daya manusia 3. Bahan-bahan alami untuk pembuatan pestisida dan pupuk alami yang berlimpah 4. Air yang tersedia melimpah
STRATEGI Mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat dan kader, guru, PKK, rohaniawan dll. untuk membangun visi bersama tentang anak-anak desa. Peningkatan kapasitas SDM tentang pengelolaan air bersih berbasis masyarakat (Bumdes) dan pengembangan pertanian organik/alami Berbagi kisah sukses dari orang lain/tempat lain yang sudah berhasil sebagai motivasi Pendampingan untuk pengelolaan air bersih dan kelompok tani alami Merivitalisasi sumber air Mendorong pemerintah desa untuk membebaskan lahan di darat/hulu/sumber air untuk menjadi hutan desa Memastikan / meningkatkan nilai-nilai cinta desa/kampung dalam kegiatan sekolah, pengajian dll.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
41
POTENSI
CITA-CITA 3 Sumber daya alam desa dapat di kelola secara mandiri namun berwawasan ekologis (harmoni) oleh masyarakat desa. 1. Pemetaan potensi dan masalah lewat social mapping. 2. Pembuatan peta desa untuk bisa mengetahui sumber potensi dan masalah. 3. Pemberdayaan masyarakat desa untuk melakukan pendataan dan pemetaan. Kemandirian energy Memanfaatkan hasil perikanan menjadi beberapa makanan yang siap saji yang dikerjakan dan diproduksi oleh Ibu-ibu setempat Semua orang yang hidup di desa memahami potensi desa, pemahaman kolektif, pemahaman yang sama, dan rencana aksi yang sama untuk mengelolah secara berkelanjutan.
2 CITA-CITA Kedaulatan pangan di tingkat rumah tangga untuk memastikan kedaulatan gizi anak Semoga pertanian alami bisa menjadi solusi bagi kaum tani untuk menjadi petani berkelanjutan Mewariskan tanah/lahan untuk generasi penerus kita. Tanah yang sehat dan subur
42
STRATEGI
LSM/organisasi yang peduli pada pengembangan desa Keaneka ragaman pangan yang sangat bervariasi dan banyak menjadi potensi pangan termasuk kekayaan alam
KEDAULATAN PANGAN POTENSI
STRATEGI
Lahan yang masih luas Jumlah petani yang banyak Sumber aneka hayati yang banyak yang bisa menjadi benih-benih unggul local Melimpah sumber bahan alami untuk pertanian yang belum banyak dimanfaatkan
Menyiapkan aneka pangan local tiap ada kegiatan di RHD Menyelamatkan lebih banyak ragam pangan lokal untuk edukasi dan konservasi Menyebarkan benih pangan lokal mempromosikan manfaat Berbagi ilmu tentang pertanian alami
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
CITA-CITA Berharap adanya tindakan kecil menanam tanaman pangan disetiap halaman rumah dilahan kota Sumber daya manusia dari petani ditingkatkan Jual beli online hasil pertanian di daerah termasuk hasil olahan dari produk pertanian dijual online UKM yang menggunakan bahan baku produk pertanian berkembang dari masyarakat untuk masyarakat. Ingin agar petani berdaulat atas pangannya sendiri dimana mulai dari pupuk sampai benih tidak bergantung pada perusahaan Pengorganisasian kelompok tani yang kuat Bagaimana supaya petani dinegeri ini bertani yang lebih selaras dengan alam Sumber aneka hayati yang tetap dijaga Indonesia Swasembada pangan mulai tahun 2020 Mewujudkan makanan yang yang bersumber non beras menjadi makanan utama Mewujudkan makanan yang yang bersumber non beras menjadi makanan utama
POTENSI Sarjana pertanian yang banyak Akses informasi mudah Melihat potensi lingkungan di Indonesia khususnya di Indonesia Timur sangat baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, terlebih lagi iklim yang baik untuk mengembangkannya. Potensi diri yang memiliki pendidikan pertanian menjadi salah satu kunci untuk mewujudkannya Adanya komunitas yang bergerak dibidang berkebun Adanya nelayan yang mencari tanpa bom dan bius Negara Agraris Mayoritas pekerjaan adalah sebagai petani Pangan adalah sumber utama kehidupan Hak akses pangan adalah hak dasar dan human security Provinsi kami punya potensi lahan untuk sawah maupun lahan untuk jagung dan sagu yang bisa dikelola
STRATEGI Menyediakan lahan yang bagus dan memenuhi standar yang di inginkan agar dapat menghasilkan dan membantu masyarakat untuk menyediakan pangan Memotivasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil produksi pertanian mereka sendiri dan tidak tergantung dari bahan-bahan impor Pembuatan pupuk secara alami Diadakan pelatihan mengenai pertanian alami Memanfaatkan lahan yang sempit yang ada di sekitar kita Pengenalan diversifikasi pangan Pemwilayahan komoditi Memaksimalkan kampanye melalui media tentang benefit mengkonsumsi produk lokal Memaksimalkan peranan stakeholder terkait Mendorong masyarakat untuk mengelola lahan tidur Penyebarluasan informasi tentang pemenuhan pangan untuk peningkatan gizi Meriplikasi praktik cerdas dari sallasae Penentu kebijakan melakukan langkah-langkah pendekatan kepada masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan didaerah yang menghambat kedaulatan pangan Membangun kerjasama dengan instansi terkait dalam melakukan pengelolaan lahan sampai pada penanaman dan pemakaian pupuk secara alami.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
43
3
PENANGGULANGAN RESIKO BENCANA
CITA-CITA Mewujudkan pemerintah dan masyarakat yang bergandengan tangan dalam meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur untuk mencegah serta menangani bencana Terwujudnya ketangguhan masyarakat terhadap bencana melalui pengurangan ancaman, pengurangan kerentanan dan peningkatan kapasitas pada semua tingkatan Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan contoh : penanaman pohon, meninggalkan kebiasaan pembukaan lahan baru untuk penanaman tanaman (kebun)
44
POTENSI Kearifan local Kelompok pemuda Semangat gotong royong Infrastruktur dasar pemerintah Tokoh adat/tokoh agama/pemuka masyarakat Kelompok gereja dan pengajian Program pemerintah dan regulasi Alat-alat komunikasi dan pusat informasi Guru yang berperan memberikan pendidikan sejak dini kepada anakanak pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Dukungan kampus, LSM dan Swasta
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
STRATEGI Pelatihan masyarakat untuk penanganan bencana Pembentukan tim siaga atau tim tangguh Pemetaan potensi bencana local Pemanfaatan data digital Pemetaan potensi social ekonomi masayarakat Tersedianya jalur dan alat evakuasi (dan dipelihara!) Pemetaan sumber daya masyarakat (contoh :sumber daya air, lumbung pangan) Penanganan psikolog pra dan pasca bencana Bank data orang-orang yang punya keahlian penangan bencana Pembuatan lumbung siaga bencana kebutuhan primer (tikar, tenda, pembalut, peralatan pembuat shelter, permainan anak, peralatan masak, peralatan medis) Membangun partisipasi pro aktif masyarakat untuk penanganan bencana Memperluas dan memperkuat pengurangan resiko bencana berbasis komunitas Mengarusutamakan PRB dalam perencanaan dan implemtasi pembangunan Memperkuat kemitraan multipihak (masyarakat, pemerintah dan swasta) untuk PRB Melakukan penyuluhan kesetiap daerah yang rawan bencana Perlindungan sumber daya alam, pendidikan lingkungan (sadar bencana)
Kesan pertama saya begitu memasuki area Festival Forum KTI VII adalah acara ini terasa sekali direncanakan dengan matang dan detail. Ini terasa dari konsep visual, audiovisual, dan pameran yang mengasyikkan. Ini pertama kali saya datang ke Festival Forum KTI, tapi terasa bahwa di acara ini rekan-rekan penyelenggara berusaha menampilkan praktik baik dengan cara yang lebih segar, inovatif, dan kreatif. Inovasi pada penyajian praktik baik ini menjadi penting bukan karena media yang berubah saat ini, tapi juga sebagai lembaga yang memfokuskan diri pada penyediaan Knowledge Management di Indonesia Timur, BaKTI membuktikan dirinya. Lebih dari pada itu, Festival Forum KTI VII juga membuka mata saya bahwa dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan (community development and development programs), KTI bukan lagi hanya sebagai obyek yang menerima program dan bantuan semata, tapi juga adalah subyek yang memiliki kapasitas dan potensi luar biasa untuk memberdayakan diri sendiri dan mengelola potensi masyarakat dan alam lingkungannya. Dan Festival kemarin menyuarakan itu dengan cara yang menyenangkan. Wildan Setiabudi, WASH Programme Officer, UNICEF Makassar Field Office
FESTIVAL FORUM KTI VII
46
Galeri informasi adalah pameran yang menampilkan kisah-kisah sukses hasil kerja berbagai badan pemerintah, mitra pembangunan internasional, LSM lokal, nasional dan internasional, CSR sektor swasta dan kelompok-kelompok masyarakat, antara lain dari AgFor Sulawesi, Burung Indonesia, MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan), Program MAMPU-BaKTI, Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ), AIP Prisma, . Kopernik, UNFPA, British Council, Knowledge Sector Initiative, Australia Awards, SEDS (Sulawesi Economic Development Strategy) Project Humber Canada, Protarih, KOPEL, Program PEDULI, OXFAM, Pemerintah Provinsi Gorontalo, Pemerintah Kota Makassar, dan BaKTI.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Sebagai bagian rangkaian Festival Forum Kawasan Timur Indonesia galeri informasi ini juga terlihat menarik perhatian pengunjung. Selama Festival berlangsung, sekitar 500-an pengunjung memadati areal ini. Aneka brosur, newsletter, dan media informasi lainnya terlihat menghiasi stand-stand pameran. Selain menyuguhkan aneka informasi program, ada juga yang membawa alat peraga seperti Kopernik. Lembaga yang intens membantu perempuan di daerah tertinggal dengan teknologi tepat guna ini membawa alat sederhana seperti penyaring air sederhana dan lampu tenaga surya. Lain lagi dengan AIPJ, mereka mengajak pengunjung bermain SEMAI. AIPJ dengan gerakan SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) menghadirkan permainan SEMAI dimana pengunjung bisa ikut bermain.
48
Stand Pemerintah Kota Makassar menghadirkan televisi layar sentuh berisi informasi seputar Kota Makassar, Oxfam menggelar doorprize untuk pengunjung, PRISMA membawa contoh komoditi pertanian yang didampingi, dan lainnya. Sejumlah produk kerajinan lokal dan jajanan khas hasil karya kelompok dampingan peserta pameran juga terlihat menghiasi stand pameran. Antusiasme pengunjung terlihat sangat tinggi. Setiap sesi break, pengunjung memadati areal pameran. Nada puas juga tergambar dari pelaksana pameran. Sitti Sahraeny, dari Australia Awards mengaku senang karena bisa berinteraksi dengan pengunjung Festival. "Pameran sangat bagus, karena diatur dengan baik dan memberi waktu yang cukup untuk kami berinteraksi dengan pengunjung. Panitia sangat mendukung dalam proses kami menyiapkan stand pameran hingga selesainya acara. Pengunjung juga sangat antusias dan semangat"
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
"Attending the 7th Eastern Indonesia Festival Forum is another great opportunity for a program like the Knowledge Sector Initiative (KSI) to learn from new development smart practices, share KSI's program and activities, and to expand our network in Eastern Indonesia. We were surprised by the interest and enthusiasm of the Forum's guests and participants to contribute and collaborate with a program like KSI. We welcome the opportunities, particularly since together with BaKTI and UCLG-ASPAC, KSI is supporting the establishment of a knowledge center under the Ministry of National Development Planning (Bappenas)." Widya Sutiyo, Senior Program Officer, Knowledge Sector Initiative
Selasa, 17 November 2015
Inovasi Sosial Dari Perempuan Desa: Inspirasi dari NTT dan Maluku Didukung oleh: Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) On 20 Cafe & Dining Lt 20 Aston Makassar Hotel & Convention Center
Perempuan miskin selalu dilihat dari sisi kelemahannya, selalu dipandang bahwa mereka harus dibantu. Tapi pernahkah kita belajar dari kekuatan mereka? Didukung oleh Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) bersama Konsorsium Global Concern (KGC) dan Komite Pemantau Legislatif (Kopel), sesi ini menampilkan perempuan miskin dan tokoh adat yang telah berhasil menjawab tantangan di daerah mereka dengan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakatnya. Sesi diskusi ini dihadiri kurang lebih 110 orang. Inovasi Sosial dari Perempuan Desa menampilkan dukun bayi tradisional Mama Maria Aran (70) inisiator pendiri Posyandu yang telah membantu menurunkan tingkat kematian ibu dan anak di Desa Pailelang, Kab Alor, NTT, dan Raja dari Ambon Johan Jay Marten, yang telah berhasil mangakomodir perempuan duduk dalam dewan adat lewat sebuah peraturan negeri. Keduanya berjuang untuk mengangkat dan memberdayakan perempuan di daerah masing-masing. Mama Aran dikenal sebagai Mama Tua bagi warga Desa Pailelang, khususnya bagi kaum ibu yang akan melahirkan di desanya. Di usia yang senja, Mama Aran, terus semangat tanpa pamrih
50
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
waktu, dia selalu mengarahkan pasiennya untuk melahirkan di Puskesmas. "Kalau air ketuban sudah pecah, melahirkannya di rumah. Kalau belum saya antar ke Puskesmas, nanti disana kerja sama dengan bidan," ujarnya. Apa yang dilakukan Mama Aran, yakni memulai kemitraan dengan kader dan bidan desa, sudah dilakukannya jauh sebelum Kementerian Kesehatan memperkenalkan program kemitraan tersebut. Mama Aran sigap membantu memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan mengantarkan mereka ke bidan atau Puskesmas pada saat kelahiran. Tak sampai di situ, pasca melahirkan, Mama Aran mengantar pasangan suami istri ke BKKBN dan mengarahkan mereka untuk mengatur jarak kehamilan lewat KB.
membantu proses persalinan dan kelahiran di Pailelang. Tahun 1982, ia terpanggil untuk mendirikan Posyandu di desanya karena prihatin melihat banyak ibu-ibu hamil yang tidak dapat memeriksakan kesehatan secara rutin karena tak ada Posyandu. ‘’Sejak tahun 1982 saya bekerja sukarela, bekerja secara gratis,’’ ujarnya penuh semangat. Di Desa Pailelang, Mama Aran cukup terkenal. Setiap pasangan suami istri yang akan memiliki anak, pasti mencarinya saat menjelang masa kelahiran, karena dia satusatunya dukun beranak di desa itu. Ilmu turun temurun yang didapatinya dari sang ibu, disempurnakan dengan mengikuti pelatihan dukun yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat pada tahun 1982. "Kalau ada suaminya yang datang ketuk pintu, saya tidak bisa tolak. Mereka bilang tidak punya uang, saya tetap harus bantu, tidak bisa menolak," ujarnya. Posyandu yang didirikannya pun atas biaya mandiri. Mama Aran senantiasa bekerja sama dengan bidan Puskesmas. Jika pasien datang ke rumahnya dalam kondisi sudah mendekati persalinan atau pecah ketubah, tak ada jalan lain, Mama Aran pasti turun tangan. Namun jika masih bisa ada
Di sesi ini tokoh adat dari Ambon, Maluku, Johan Jay Marten yang biasa disapa John, juga berbicara bagaimana program penguatan kapasitas perempuan melalui penguatan kelembagaan dan pembuatan regulasi di tingkat negeri dilaksanakan di wilayahnya. Didukung oleh Lembaga Walang Perempuan, raja yang tinggal di Pegunungan Sirimau ini mengaku kini perempuan di negerinya sudah bisa duduk dalam dewan adat. ‘’Di Negeri Hukurila, budaya patriarki sangat kuat. Perempuan tidak punya hak apa-apa, bersuara pun tidak. Perempuan berkewajiban melaksanakan hak tapi tidak punya hak bicara tentang adat, kondisi itu berlangsung sampai 2014, bahkan hingga awal 2015 ini,’’ kata John. Negeri Gubrila berada di sebelah selatan Pulau Ambon terutama di Kec. Leitimur Selatan. Awalnya, saat Walang Perempuan datang sosialisasi, John mengaku dirinya salah satu tokoh adat yang duduk di dewan adat menolak mentah-mentah program pemberdayaan perempuan, karena tak setuju adat diubah. Namun kondisinya berubah saat Walang Perempuan gunakan pendekatan baru lewat pelatihan-pelatihan untuk kelompok perempuan dan lakilaki. Hingga pada akhirnya, lewat penguatan pelatihan mereka membuat regulasi peraturan negeri yang mengizinkan perempuan duduk dalam dewan adat. Kini kedudukan laki-laki dan perempuan di negerinya sama, perempuan diberi peluang mengikuti kegiatan adat di negeri Hukurila.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
51
Selasa, 17 November 2015
Apakah Bukti Bisa Digunakan dalam Penyusunan Kebijakan? Pembicara: Arnaldo Pellini Didukung oleh: Knowledge Sector Initiative Olympus Restaurant Lt I Aston Makassar Hotel & Convention Center
52
Knowledge Sector Initiative (KSI) adalah program bantuan pemerintah Australia kepada pemerintah Indonesia dalam rangka penguatan penggunaan hasil riset dalam penyusunan kebijakan. KSI berfokus dan bermitra dengan aktor pengetahuan yaitu produsen pengetahuan seperti para peneliti, perguruan tinggi, lembaga think tank dan lain sebagainya. KSI juga bermitra dengan pemerintah sebagai pengguna pengetahuan itu sendiri. KSI juga bekerjasama dengan perantara pengetahuan seperti BaKTI dan media, yang punya kepentingan dalam mentransfer dan menterjemahkan hasil penelitian atau bukti dalam pembuatan kebijakan. KSI juga melihat secara keseluruhan apa saja tantangan yang ada dalam dunia research di Indonesia. Jadi mulai dari isu pengadaan research dan juga isu pendanaan research. Beberapa tantangan seperti interest yang berbeda-beda dari para aktor seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan, peneliti, dan perantara kebijakan dalam policy cycle. Setiap actor mau mempengaruhi actor lainnya dalam agenda setting. Bagaimana bukti bisa mempengaruhi kebijakan di tengah kompleksitas tersebut. Pembuat kebijakan tidak punya pengetahuan mendalam untuk semua isu, sering keputusan dibuat dalam pintu tertutup. Sebaliknya peneliti perlu waktu lama dalam penelitian mendalam dan membutuhkan open space karena hasil riset perlu dipublikasikan, didiskusikan, dan
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
dikomunikasikan. Ada gap antara pembuat kebijakan dan peneliti. Pada kesempatan tersebut, Arnaldo Pellini juga berbagi mengenai hasil survey tahun 2014 yang dilaksanakan di Australia. Dalam survey tersebut dilakukan interview dengan pembuat kebijakan dan peneliti tentang akses terhadap hasil penelitian. Hasilnya sebagai berikut: 94% pembuat kebijakan mendapatkan bahwa bukti lewat internet, mereka tidak bertanya langsung ke peneliti. 16% pembuat kebijakan merasa penelitian dari universitas punya pengaruh dalam pengambilan kebijakan. 81% pembuat kebijakan berpendapat bahwa budget adalah faktor utama dalam kebijakan, bukan riset atau penelitian. 73% peneliti berpendapat bahwa publikasi di jurnal akademis lebih penting daripada policy influences untuk karir mereka. 84% peneliti berpendapat tidak ada motivasi atau insentif untuk mempengaruhi kebijakan. 81% peneliti berpendapat bahwa tidak ada waktu untuk koordinasi atau networking untuk policy influence.
Di Indonesia belum ada study terkait hal ini. Arnaldo memberikan beberapa saran seperti harus tetap optimis, ada kesempatan. Untuk evidence-based policy making: perlu riset dengan kualitas yang bagus, analisis, diseminasi, komunikasi, data dan statistik. Perlu produksi penelitian dari univeristas, think thank, LSM. Perlu permintaan bukti dari pemerintah.Perlu perantara/aktor-aktor yang menghubungkan peneliti dan pemerintah: media, lembaga masyarakat sipil. Perlu juga sistem untuk peraturan dan regulasi yang menghubungkan pembuat kebijakan, peneliti dan perantara. Diakhir sesi disimpulkan bahwa kita bisa menggunakan bukti dalam penyusunan kebijakan, tapi tidak mudah. Ada beberapa catatan buat para peneliti seperti: Peneliti bukan pekerjaan sampingan dan harus menjadi pangggilan jiwa, peneliti jangan bekerja sendiri-sendiri karena banyak hal yang harus dilakukan kalau kita mau berhasil dalam mempengaruhi kebijakan, peneliti harus pintar-pintar memilih jalan masuk untuk mempengaruhi kebijakan.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
53
Selasa, 17 November 2015
Film & Narasi Pembangunan Pembicara: Arfan Sabran, Kadek Baruna Antartika, dan Rendra Almatsier Didukung oleh: Yayasan BaKTI On 20 Cafe & Dining Lt 20 Aston Makassar Hotel & Convention Center
Side Event ini menampilkan tiga dokumentaris yang kerap mendokumentasikan program pembangunan: Arfan Sabran, Kadek Baruna Antartika, dan Rendra Almatsier. Mereka berbagi cerita bagaimana pembangunan dinarasikan dalam sebuah film dokumenter. Di tangan merekalah lahir film-film Praktik Cerdas Kawasan Timur Indonesia. Arfan Sabran adalah pemenang Eagle Award Metro TV tahun 2006 silam lewat film dokumenter Suster Apung. Awalnya ia membuat film dokumenter lewat workshop, sehingga lahir
54
Suster Apung. Meski begitu sebelumnya, dia telah aktif membuat film pendek baik fiksi maupun dokumentasi perjalanan sejak 2004. Lain lagi dengan Kadek Baruna yang berlatar belakang dari media TV nasional. Ia tertantang membuat film dokumenter karena sering menangkap sisi-sisi lain dari sebuah cerita seperti bagaimana kehidupan pencari rumput, petambang ilegal, risiko penambang emas, dan lainnya. Sementara Rendra Almatsier selain pembuat film dokumenter juga seorang produser. Di tangannya telah lahir sejumlah dokumenter pembangunan khususnya film-film Praktik Cerdas yang didokumentasikan oleh BaKTI. Di mata Rendra, dokumenter berfungsi untuk knowledge sharing, berbagi pengetahuan. Bagaimana seharusnya pembangunan dinarasikan, apakah harus negatif? Di mata Arfan, film dokumenter pembangunan tak harus menangkap sisi negatif saja. Menurutnya, salah satu bagian film itu adalah konflik. Konflik tidak harus berkelahi, tonjok-tonjokan, tidak harus perdebatan, tidak harus negatif. Tapi, konflik dalam sebuah film bisa tentang cinta, bagaimana seorang laki-laki mendapatkan cinta seorang perempuan.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
proyeknya belum buat apa-apa karena proyeknya belum selesai. Bagi saya, pembangunan itu proses, tidak perlu sampai selesai proyek. Misalnya pembangunan infrastruktur tak perlu selesai, tapi prosesnya itu yang harus direkam.’’ Bagi Rendra, mendokumentasikan proses itu penting. Salah satu misi pribadinya, ingin mendokumentasikan Indonesia dari sisi baik. ‘’Bagi saya penting mengangkat sesuatu yang baik bukan mengabaikan masalah, tapi kalau orang punya semangat masalah bisa diselesaikan.’’
‘’Ini soal kemasan, bagaimana mengemas berita, mengemas sesuatu yang harus kita kritisi. Bagaimana kita membuat itu menjadi sangat dinamis,’’ ujar Arfan. Arfan Sabran dan Kadek Baruna menceritakan bahwa apa yang membuat mereka mendokumentasi sesuatu dimulai dari hal-hal yang terasa tidak adil. Dalam menarasikan pembangunan ke film dokumenter, Arfan berusaha menampilkan secara dinamis. ‘’Saya mencoba tentang kota kelahiran saya, Makassar. Bagaimana dia berkembang. Jadi pembangunan menurut saya adalah sebuah keseimbangan, dan saya merasa Makassar sudah kehilangan itu dan saya merekamnya,’’ ujar Arfan. Sementara Kadek Baruna menilai, pembangunan adalah sebuah rasa. Pembangunan itu harus sifatnya lebih positif. Di contohkan film dokumenter praktik cerdas Kapal Kalabia Raja Ampat yang dibuatnya itu bentuk dari sebuah pembangunan dimana anak muda berkumpul, sehati, merangkul adik-adiknya mengenal pendidikan. ‘’Dan hal paling mendasar ketika mereka bersamasama menjaga dan merawat pulaunya untuk kemajuan Raja Ampat ke depan.’’ Rendra Almatsier menilai pembangunan itu adalah sebuah proses menuju sesutu yang lebih baik. ‘’Ketika diminta buat dokumentasi film, kadang yang beri pekerjaan itu bilang
Soal dokumenter harus kritis tergantung sudut pandang, itu adalah pilihan. Rendra secara pribadi menilai dokumenter fungsinya untuk knowledge sharing, untuk membagikan ilmu. Jadi, jika bicara pembangunan sedianya di share. Peran sebuah film dokumenter bagaimana mendokumentasikan sebuah pencapaian dengan sejumlah tantangan sehingga bisa jadi ilmu bagi orang lain. Misalnya, soal pendidikan di daerah terpencil yang pendidikannya baik. Dokumentasi itu harus dishare sehingga nantinya bisa memancing sebuah diskusi. ‘’Suatu film dokumenter bisa memancing sebuah diskusi itu berarti tujuan dokumenter tersebut telah tercapai,’’ tambah Rendra. Dalam merekam kemiskinan, Arfan berpesan agar pembuat film jangan terjebak romantisme kemiskinan. Pembuat film kerap terjebak romantisme, ketika bicara pembangunan ada kemiskinan. Kemiskinan tak harus digambarkan dengan kesedihan, menangis, dan derita. Tapi, bagaimana belajar dari mereka, bagaimana mereka tetap berjuang tertawa seperti yang dilakukan Suster Apung. Masyarakat Indonesia adalah orangorang yang kuat, orang-orang yang terus bergerak dan mampu beradaptasi. Film dokumenter merekam kehidupan, tak selalu sedih, tidak semua berhasil. ‘’Jangan mendokumentasikan program berhasil semua. Apa dampaknya ketika ditonton dan penonton tidak percaya. Penonton kita penonton cerdas,’’ pesan Arfan. Sebelum membuat film dokumenter, pembuat film harus tahu jika penontonnya adalah orang orang cerdas. Banyak yang buat film hanya untuk laporan akhir. Padahal film itu terbagi-bagi, ada pra produksi, produksi, dan distribusi. Sebelum membuat film harus ada desain, film itu akan dibawa kemana.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
55
Selasa, 17 November 2015
Mengatasi Kemiskinan Melalui Peluang Bisnis Didukung oleh: AIP Prisma (Rural Income Through Support for Markets in Agriculture) Tempat: Langkai I & 2 Lt 16 Aston Makassar Hotel & Convention Center
56
Didukung oleh Prisma (Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture), Reslian Pardede dari AIP Prisma (Rural Income Through Support for Markets in Agriculture) tampil memaparkan bagaimana Prisma secara tak langsung meningkatkan pendapatan petani lewat peluang bisnis. AIP Prisma merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia (Bappenas) dan Pemerintah Australia (DFAT) yang fokusnya pada pertanian. Program ini bertujuan untuk mengurangi kemiskinan khususnya 300 ribu petani miskin di 5 provinsi di Indonesia Timur: Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan Papua Barat dengan indikator peningkatan pendapatan minimal 30 persen. Untuk mencapai peningkatan pendapatan petani, Prisma melakukan beberapa cara seperti bekerjasama dengan pelaku pasar di sektor pertanian. Prisma tidak berhubungan langsung dengan petani tapi dengan pelaku pasar. ''Prisma berusaha mencapai sustainability, kami tak ingin petani bergantung pada Prisma, kalau Prisma tak ada lantas program berhenti, kami berharap program terus berdampak bagi petani.'’
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Dengan orientasi tersebut, Prisma berusaha memahami insentif para pelaku pasar. Mengapa mereka ingin bekerjasama? Pemahaman insentif pelaku pasar tersebut jadi dasar desain Prisma agar sustainability program bisa berjalan di masa mendatang. Prisma bisa bekerjasama dengan berbagai pelaku pasar tergantung isunya. Jika benih berkualitas kurang, Prisma bisa menjalin kerjasama dengan penyedia Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) Jika tak ada pedagang datang ke desa, Prisma bisa kerjasama dengan pengumpul. ''Prisma tidak langsung melakukan pendampingan ke petani tapi kami melakukannya melalui para pelaku pasar. Kami bisa diskusi dengan penyedia keuangan, perusahaan penyedia bibit, toko saprotan sebagai penyedia informasi, dan seterusnya, tidak pernah langsung ke petani.'’
Dalam menjalankan intervensi, Prisma melakukan beberapa tahapan, terstuktur dan studi assesment. Misalnya komoditi apa di satu provinsi yang cocok dengan berbagai kriteria atau dari peluang yang ada. Prisma memiliki empat kriteria dalam menentukan mengapa memilih komoditi tertentu di sebuah wilayah, misalnya mengapa memilih jagung di Jawa Timur atau kedelai di NTT. Kriteria tersebut adalah: Jumlah petani, bagaimana potensi pertumbuhannya/demand, ada atau tidaknya sektor swasta yang tertarik dengan komoditas tersebut, dan hal lain seperti lingkungan. Hingga Juli 2015, Prisma di Jawa Timur telah bekerja di sektor komoditas kelapa, mangga, jagung, kedelai, singkong, kacang tanah, bawang merah, sapi, dan budidaya ikan kerapu. Di NTB ada komoditas kelapa, mangga, jagung, bawang merah, dan kacang mete. Di NTT menggarap komoditas babi, jagung, kopi, singkong, rumput laut.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
57
Rabu, 18 November 2015
Masyarakat Berdaya Alam Lestari Didukung oleh: AgFor, OXFAM, dan Kopernik Tempat : Olympus Restaurant Lt 1 Aston Makassar Hotel & Convention Center
Tiga lembaga AgFor, OXFAM dan Kopernik tampil di sesi ini yang dihadiri kurang lebih 80 peserta.Ketiga lembaga ini memaparkan bagaimana aktivitas mereka dalam memberdayakan masyarakat namun alam tetap lestari dan lingkungan terjaga.
AgFor Sulawesi Awaluddin dari AgFor berbicara bagaimana ia memfasilitasi petani dalam memasarkan produk Agroforestry. AgFor Sulawesi merupakan proyek yang didesain selama lima tahun bekerjasama dengan masyarakat lokal, pemerintah, perguruan tinggi dan
58
pemerhati lingkungan dalam mengembangkan sistem agroforestry bagi masyarakat petani di lokasi-lokasi sasaran AgFor. Proyek ini didanai oleh Pemerintah Canada sejak tahun 2011. Agfor bekerja di 10 kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Gorontalo. AgFor bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani Agroforestry dan kehutanan secara adil dan berkelanjutan di Sulawesi. Proyek ini memiliki tiga komponen: mata pencaharian/livelihood, tata kelola atau governance, dan lingkungan. Lewat komponen-komponen ini masyarakat dibekali sejumlah pengetahuan, mulai bagaimana mengelola kebun dengan baik sehingga menghasilkan produk agroforesty yang bermutu, bagaimana memasarkan produk, hingga memfasilitasi pemasaran produk agroforestri. Di forum ini, Fatmawati, petani dari Jennetallasa Kabupaten Jeneponto tampil memaparkan bagaimana Agfor memperkenalkan dirinya ke eksportir kopi. Fatmawati bertani kopi sejak tahun 1998. Sebelum Agfor masuk ke desanya, Fatmawati belum pernah melakukan penjualan langsung dari hasil kebunnya. Sejak mengenal Agfor Desember 2013 silam, ia
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
diajar bagaimana manajemen kopi, menangani hama dan penyakit, meningkatkan kualitas kopi dan hasil produksi kopi yang lebih baik. ''Alhamdulillah dengan Agfor kami bisa sampai ke eksportir di Makassar,'' ujarnya.
''Saya dipercaya jadi ibu dusun, saya panggil masyarakat untuk infokan produk lampu, saringan air minum, dan kompor api. Pemakaian lampu sangat sederhana, ramah lingkungan dan hemat,'' ujarnya.
KOPERNIK
OXFAM
Jika AgFor memfasilitasi petani, Kopernik memberdayakan kaum perempuan di daerah pelosok kawasan timur Indonesia. Kopernik bergerak dalam teknologi sederhana. Kopernik memperkenalkan teknologi sederhana ke daerah-daerah terpencil. ''Kami bergerak di teknologi sederhana karena saat ke daerah-daerah terpencil, perempuan yang punya tanggung jawab besar untuk memasak, memastikan bahan bakar untuk tungku api ada, mencari bahan bakar, dan membeli,'' ujar Noni.
OXFAM bergerak dalam membangun ketahanan ekologi dan ekonomi di Sulsel. Program Oxfam Indonesia ada tiga fokus utama: keadilan ekonomi, keadilan gender, penanggulangan risiko bencana.
Menurutnya, perempuan dan anak di daerah terpencil yang paling merasakan dampak teknologi yang tak ramah lingkungan. Teknologi sederhana, tepat guna, dan bersih sebenarnya ada tapi tidak sampai masuk ke daerah-daerah terpencil di Indonesia karena perusahan-perusahaan yang membuat teknologi ini tak mau masuk ke daerah-daerah karena biaya sangat tinggi. Disinilah Kopernik berperan agar teknologi ini tersedia di masyarakat. Melalui Program Ibu Inspirasi, Kopernik melakukan program pemberdayaan perempuan. Mengapa perempuan? Karena perempuan yang paling dekat dengan kebutuhan teknologi ini. Mereka yang selalu menggunakan sehari-hari. Perempuan paling bisa mengatur dan mengolah keuangan dalam keluarga. Ibu Inspirasi Kopernik ini menjual teknologi sederhana ke masyarakat mereka. Harganya terjangkau dan teknologi yang diberikan ke Ibu Inspirasi itu dijadikan modal untuk berjualan. Sejauh ini Kopernik telah mendistribusikan 6.800 teknologi ramah lingkungan dan membina 216 Ibu Inspirasi di kawasan timur Indonesia, khususnya NTT dan NTB. Carovina alias Ibu Nona salah satu Ibu Inspirasi binaan kopernik bercerita bagaimana program Kopernik telah membantu dirinya dan masyarakat lingkungannya. Petani dengan dua anak ini mengaku sangat senang dengan konsep pengelolaan keuangan dan hidup mandiri yang diajarkan Kopernik sehingga hidupnya berubah.
Tahun 2010 OXFAM memulai program pembangunan kembali mata pencaharian masyarakat di daerah pesisir di Sulsel. OXFAM bekerjasama dengan empat pemerintah daerah: Kabupaten Maros, Takalar, Pangkep, dan Barru. OXFAM selama ini berfokus pada tiga isu: pengembangan ekonomi ramah lingkungan, rehabilitasi lingkungan terkait dengan mangrove, dan isu kesetaraan laki laki dan perempuan. Isu kesetaraan itu terintegrasi dengan kegiatan lain yang terkait dengan pengembangan ekonomi maupun lingkungan. Salah satu penerima manfaat dan mitra program Oxfam, Ibu Sitti Rahmah dari desa Pitusunggu, Kabupaten Pangkep adalah penerima penghargaan pemerintah Republik Indonesia sebagai pelaku pembangunan ketahanan pangan pada 2014 silam. Bersama kelompok Pitaaksi Rahmah memulai dan mendorong pengembangan pertanian organik. Kini lahan tidur miliknya dan kelompoknya seluas delapan hektar yang bertahun-tahun terlantar telah hijau dengan tanaman sayuran dan padi organik. Buah dari hasil panennya kini telah meningkatkan penghasilannya. Capaian dari program Oxfam di pesisir Sulawesi Selatan seperti terbentuknya delapan forum masyarakat pesisir sebagai sebagai salah satu fasilitas publik untuk menyalurkan aspirasi yang membangun dan berpihak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sejumlah 1200 Kepala Keluarga dengan sekitar 5400 jiwa mendapatkan manfaat langsung. Empat ratus hektar kawasan bakau ditata kembali, termasuk 1600 hektar kawasan pasang-surut hingga kondisi ekologisnya dapat menopang penghidupan masyarakat pesisir.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
59
Rabu, 18 November 2015
Peranan Pemuda dalam Pembangunan Didukung oleh: UNFPA On 20 Cafe & Dining Lt 20 Aston Makassar Hotel & Convention Center
Anak muda jangan selalu jadi obyek tapi mereka harus jadi subyek. Anak muda memegang peranan penting sebagai generasi penerus di masa depan. Didukung United Nations Population Fund (UNFPA), side event Peranan Pemuda dalam Pembangunan ini menampilkan sejumlah anak muda yang aktif mengajak dan mempromosikan kegiatan positif di lingkungan mereka. Empat anak kreatif tampil dalam sesi ini. Mereka adalah Johan Albert (Vice) berbicara tentang kesehatan reproduksi, Muhammad Ami tentang kesiapan diri anak muda menghadapi bonus demografi, Burhanudin Borut tentang komunitas anak muda yang tergabung dalam Ambon Bergerak, dan Abdi Karya berbicara tentang seni budaya Sulawesi Selatan.
Johan Albertito Yuni (Vice) Johan yang akrab disapa Vice ini aktif bergerak di komunitas kepemudaan khususnya isu kesehatan reproduksi dan remaja di Jayapura. Beliau mengaku tertarik dengan isu kesehatan reproduksi karena merupakan sebuah kebutuhan bagi remaja. Keterlibatan anak
60
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Muhammad Ami Ami tampil berbicara tentang bagaimana kesiapan anak muda menghadapi bonus demografi. Pemuda yang aktif di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, ini mengupas inovasi anak muda yang bisa dilakukan menyambut bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025.
asli Papua dalam isu tersebut masih sedikit. ''Itulah mengapa saya ingin melibatkan diri dan memberi dampak yang sangat besar khusus isu kesehatan reproduksi bagi teman-teman sebaya saya,'' katanya tentang aktivitasnya tersebut. Beliau mengaku bicara soal kesehatan reproduksi yang terkait dengan seksualitas masih cukup tabu dibicarakan. Masih banyak yang menganggap ketika bicara kesehatan reproduksi itu bicara seksual. ''Bicara seks itu sedikit tabu dan perlu memberikan tambahan pengetahuan bagi remaja,'' ujar Vice. Untuk membahas kesehatan reproduksi, Vice melibatkan anakanak remaja yang telah dibina terlebih dahulu. Vice tak pernah melibatkan akademisi seperti professor atau dokter. Vice menggunakan teknik teman sebaya guna menjangkau kelompok anak muda. Selain itu, Vice juga berbicara dalam forum seminar dan talkshow rutin di stasiun radio setiap Jumat. Talkshow tersebut cukup mendapat respon pendengar terbukti banyaknya tanggapan lewat sosial media, telepon, dan SMS.
Menurutnya, bonus demografi sebenarnya adalah jumlah usia produktif jauh lebih banyak dan di Indonesia diproyeksikan akan terjadi pada tahun 2025. Bonus Demografi yang dimaksud yaitu ketika Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah penduduk keseluruhan. Menurut Ami, mereka yang berusia produktif 15-65 tahun itu harus mempersiapkan diri dan merencanakan kapasitas diri mereka. Sebagai perpanjangan tangan UNFPA, Ami mengaku pihaknya disarankan untuk meniingkatkan partisipasi anak muda di daerah. Jelang bonus demografi nanti, anak muda tak bisa berpangku tangan dan hanya mengandalkan pemerintah. Menurutnya tiga elemen di negeri ini harus bersinergi: pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Ketiga elemen tersebut semuanya harus berjalan dan tak boleh saling menyalahkan. Cara paling sederhana bagaimana anak muda menghadapi bonus demografi menurut Ami adalah berkomunikasi dengan benar, mengembangkan diri bersama-sama, dan berkolaborasi. GoJek diungkapkan sebagai salah satu inovasi anak muda yang kreatif. Inisiatif tersebut merupakan solusi atas permasalahan sosial
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
61
yang ada di kota-kota besar di Indonesia berupa kemacetan.
Margareta Sitanggang Margareta dari UNFPA menjelaskan bahwa UNFPA adalah bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. UNFPA ada di Indonesia sejak 1972 dan bermitra dengan Bappenas. UNFPA mempunyai mandat untuk memastikan setiap kehamilan itu adalah kehamilan yang diinginkan dan persalinannya berjalan dengan lancar. UNFPA punya lima program besar: 1. Memungkinkan adanya advokasi berbasis bukti untuk kebijakan yang komprehensif dan pembangunan, investasi dan implementasi ; 2. Mempromosikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif; 3. Membangun kapasitas untuk pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi (termasuk pencegahan, perawatan, dan kepedulian)4. Berusaha menjangkau remaja-remaja yang susah terjangkau dan termaljinalkan; dan 5. Mempromosikan kepemimpinan dan partisipasi pemuda.
Burhannuddin Borut Awalnya gerakan berupa kampanye di sosial media untuk menggugah kelompok-kelompok komunitas di Kota Ambon, Maluku. Ambon Bergerak yang kini bermetamorfosa jadi Paparisa Ambon Bergerak mengajak kelompok-kelompok anak muda kreatif untuk saling bersinergi, berkolaborasi, dan saling bantu dalam hal positif. Burhan dari Paparisa Ambon Bergerak mengungkapkan, pasca konflik, berkumpul adalah hal yang agak sulit bagi anak-anak muda di Ambon. Bertahun-tahun mereka terbiasa hidup terpisah di lingkungan masing-masing. ''Komunitas-komunitas ini tidak bisa bertemu karena banyak faktor termasuk segregasi pasca konflik. Untuk bertemu itu sulit karena orang tinggal di rumahnya masing-masing,'' ungkap Burhan bercerita ikhwal Ambon Bergerak mencari anak-anak muda kreatif di kotanya. Beliau menambahkan, Ambon kota kecil dengan penduduk sekitar 300 ribu. Anak mudanya mungkin sekitar 25-30 persen dari populasi. Untuk melacak anak-anak muda kreatif yang terhimpun dalam kelompok komunitas, Ambon Bergerak tak
62
patah semangat. Mereka memanfaatkan teknologi. Lewat sosial media, kelompok-kelompok tersebut dilacak satu persatu. ''Kami cukup mengetik kata Ambon atau Maluku setelah itu kami bertemu dengan mereka,'' kata Burhan. Dari satu komunitas, satu orang membawa orang lain. Demikianlah seterusnya, hingga Ambon Bergerak ini menghimpun kelompok-kelompok komunitas untuk sama-sama bergerak membangun Kota Ambon. Tantangan di awal gerakan selalu ada. Pasca konflik, rasa curiga masih kerap mewarnai. Begitupula saat Ambon Bergerak menghubungi kelompok komunitas lain. Namun, anak-anak muda ini akhirnya berkumpul dan berkolaborasi bersama. Banyak hal yang sudah dilakukan kelompok ini, dimulai hal dengan hal-hal kecil. Misalnya, saat dukungan pemerintah kurang terhadap musisi lokal, kelompok ini bersama-sama menyediakan ruang untuk tampil bersama. ''Kalau tidak ada yang mau bikin panggung buat kita, kita bikin panggung sendiri,'' kata Burhan.
Abdi Karya ''Saya selalu percaya bahwa pemuda adalah harapan bangsa,'' kata Abdi Karya memulai pembicaraannya. Abdi adalah seniman yang berusaha mendorong seni budaya lokal lebih diapresiasi seperti lewat cerita klasik Sawerigading. Abdi aktif mempromosikan seni budaya Sulawesi Selatan di dalam dan di luar negeri dengan menjadi pengajar untuk performing arts di Universitas Muhammadiyah di Makassar dan aktif terlibat dalam International Summer Program-Watermill Center di New York yang digagas oleh Robert Wilson, Artistic Director. Dalam mengemas cerita klasik, Abdi menuturkan, dirinya selalu melakukan dua pendekatan, pendekatan tradisi dan pendekatan modern ''Saya selalu percaya tulang punggung pembangunan ada pada pemuda. Tapi saya lebih percaya lagi bahwa pembangunan itu bisa lebih maju terutama anak-anak mudanya lebih percaya diri,'' kata Abdi. Beliau juga mengaku percaya bahwa lewat pintu kesenian seperti kesenian tradisional dirinya bisa bertemu banyak hal, banyak orang, dan banyak peristiwa.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
TEMPAT ANJUNGAN PANTAI LOSARI 18 NOVEMBER 2015
64
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
Panggung Inspirasi Side Event, dan Galeri Informasi Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII telah usai, meski begitu kemeriahan Festival Forum KTI masih terasa. Langit mendung dan rinai hujan yang mendinginkan sejenak Kota Makassar tak menyurutkan semangat peserta FestivalForum KTI untuk ikut bergabung dalam Pesta Rakyat yang digelar oleh Pemerintah Kota Makassar di Anjungan Pantai Losari. Atraksi Gandrang Bulo, tarian khas penyambutan yang dimainkan oleh anak-anak, membuka Pesta Rakyat malam itu. Tarian Empat Etnis dan Sepak Raga juga tampil menghibur peserta Festival. Tarian dan permainan khas Sulawesi Selatan ini merupakan bagian dari pementasan seni budaya yang disuguhkan Pemerintah Kota Makassar. Dalam Pesta Rakyat ini, warga kota Makassar menjadi bagian dari proses interaksi regional yang terjadi di Forum Kawasan Timur Indonesia dalam semangat kebersamaan dan kebanggaan untuk terus berkarya membangun Indonesia. Dipandu Petta Puang, kelompok teater khas Bugis Makassar, Pesta Rakyat membawa peserta forum dalam sebuah romantika percintaan terlarang, 'Silariang' atau kawin lari. Humor dan guyonan bernuansa pesan ditampilkan dalam teatrikal Petta Puang. Pada Pesta Rakyat ini tampil juga Melismatis Band, Urban Ethnic dan Musik Bambu Tana Toraja. Acara Pesta Rakyat ditutup dengan penampilan Molucca Hip Hop Community.
LAPORAN KEGIATAN FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA ”INSPIRASI DARI TMUR UNTUK INDONESIA”
65
Sekretariat Forum Kawasan Timur Indonesia A
a
an
o
,
ba t o
a a a ,
,
a
bat a n o om
atan
n on
a