PENGARUH LABA AKUNTANSI, LABA TUNAI, ARUS KAS BEBAS, ARUS KAS OPERASI, LEVERAGE DAN CURRENT RATIO TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014 Lusi Septriana, Prima Aprilyani Rambe, Hj. Asmaul Husna Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan Pengaruh Laba Akuntansi, Laba Tunai, Arus Kas Bebas, Arus Kas Operasi, Leverage dan Current Ratio Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling, yakni metode yang menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan sampel, yang menghasilkan 14 perusahaan selama 3 tahun pengamatan. Dan metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laba Akuntansi berpengaruh terhadap Dividen Kas, Laba Tunai berpengaruh terhadap Dividen Kas, Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap Dividen Kas, Arus Kas Operasi tidak berpengaruh terhadap Dividen Kas, Leverage tidak berpengaruh terhadap Dividen Kas dan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Dividen Kas secara parsial. Namun secara simultan Laba Akuntansi, Laba Tunai, Arus Kas Bebas, Arus Kas Operasi, Leverage dan Current Ratio berpengaruh terhadap Dividen Kas. Kata Kunci:
Dividen Kas, Laba Akuntansi, Laba Tunai, Arus Kas Bebas, Arus Kas Operasi, Leverage dan Current Ratio.
PENDAHULUAN
Salah satu alternatif perusahaan untuk memperoleh tambahan dana atau modal adalah dengan melakukan go public melalui pasar modal. Investor yang melakukan investasi berupa asset financial dapat menginvestasikan modalnya di pasar modal. Pasar modal adalah tempat diperjualbelikannya instrument jangka panjang seperti obligasi dan saham. Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia. Menurut Mentari & Abundanti (2016), pada awalnya bursa efek yang ada di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tahun 2007 BEJ dan BES bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia. Tujuan penggabungan kedua nama tersebut adalah untuk memperkuat pasar modal di Indonesia yang saat itu dinilai masih lemah oleh berbagai pihak. Bursa Efek Indonesia menawarkan berbagai jenis sekuritas yang dapat dipilih oleh investor sesuai dengan pertimbangan mereka. Salah satu sekuritas yang paling diminati investor adalah saham. Saham memiliki dua jenis return yaitu capital gain dan dividen. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan keuangan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan berupa informasi akuntansi. Prilaku ini sesuai dengan “Signaling Theory”
yang menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Prinsip signaling mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Misalnya, tindakan suatu perusahaan menaikkan pembayaran dividen per lembar saham dapat dipandang oleh investor sebagai perusahaan memiliki keyakinan yang tinggi pada kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang (Atmaja, 2008:6). Tujuan utama seorang investor di pasar modal adalah untuk memperoleh pendapatan, baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Laba yang diperoleh suatu perusahaan akan ditahan sebagai laba ditahan dan sisanya inilah akan dibayarkan kepada investor berupa dividen. Dividen yang biasa diperoleh para investor ada dua jenis yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas adalah dividen yang dibayarkan perusahaan pada investor dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan kepada investor dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu, misalnya dividen saham dan dividen aktiva (Wahyuni & Subagyo, 2013). Menurut Santoso (2009:202), walaupun dividen dapat dibayarkan dalam bentuk aktiva lainnya, namun jenis dividen kas yang paling sering digunakan. Sebab kenyataannya para investor lebih menyukai pembayaran dividen dalam bentuk uang tunai, karena dapat meminimalisir ketidakpastian atas investasinya pada suatu perusahaan. Tujuan pembagian dividen kas untuk memaksimumkan pemegang saham atau harga saham dan menunjukan likuiditas perusahaan. Dari sisi investor dividen kas merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar
modal. Dalam penetapan kebijaksanaan mengenai pembagian dividen kas, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Ada beberapa ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu, laba akuntansi, laba tunai, arus kas bebas, arus kas operasi, leverage dan current ratio. Menurut Harahap (2012:309), laba akuntansi secara operasional didefinisi sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Laba diakui sebagai suatu indikator dari jumlah maksimum yang harus dibagikan sebagai dividen kas dan ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Laba bersih diperoleh dari selisih antara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan dan beban-beban operasi perusahaan. Menurut Azfash (2014), selain menggunakan nilai laba akuntansi dalam menentukan besarnya dividen kas yang akan dibagikan, seringkali perusahaan juga mempertimbangkan laba tunai yang pada dasarnya merupakan laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas seperti penyusutan dan amortisasi. Faktor penurunan dan peningkatan laba akuntansi dan laba tunai termasuk faktor yang sangat penting dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian dividen kas. Menurut Arifin (2013), perbedaan antara laba akuntansi dengan laba tunai adalah
penggunaan
dasar
akuntansi
yang
diterapkan.
Laba
akuntansi
menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis) yang mewajibkan pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi dalam periode dimana peristiwa terjadi tanpa memandang kas diterima atau keluar,
sedangkan laba tunai menggunakan dasar akuntansi kas (cash basis) dimana pendapatan dicatat ketika kas diterima dan beban dicatat ketika kas keluar. Menurut PSAK No. 2 (2009), Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen kas dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Menurut Arieska & Gunawan (2011), aliran kas bebas adalah adanya dana yang berlebih, yang seharusnya didistribusikan kepada para pemegang saham, dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan manajemen. Kas biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Aliran kas bebas mencerminkan keleluasaan perusahaan dalam melakukan investasi tambahan, melunasi hutang, membeli saham treasury atau menambah likuiditas. Sehingga aliran kas bebas yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan yang tinggi. Kinerja dari perusahaan yang tinggi akan meningkatkan nilai pemegang saham yang diwujudkan dalam bentuk return yang tinggi melalui dividen, harga saham, atau laba ditahan untuk diinvestasikan di masa depan.
Menurut Isnaeni & Herdjiono (2015), pembayaran hutang kepada para kreditor akan berdampak pada jumlah dividen yang harus dibayarkan kepada para investor. Hal ini dikarenakan dana arus kas yang seharusnya dipergunakan untuk pembagian dividen tunai dialokasikan untuk membayar kewajiban perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kewajiban suatu perusahaan maka semakin kecil dividen kas yang dibayarkan dan semakin rendah kewajiban suatu perusahaan maka semakin besar dividen kas yang dibayarkan. Menurut Wahyuni & Subagyo (2013), likuiditas suatu perusahaan adalah suatu alat untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang lancarnya dan juga untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen kas bagi investor. Perusahaan berkepentingan untuk mendonasi ekspansi dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sementara di lain pihak investor, mereka mengharapkan adanya pembagian keuntungan atas laba yang diperoleh berupa dividen kas. Penilaian likuiditas perusahaan salah satunya dilihat dari jumlah kas yang tersedia, jadi semakin tinggi jumlah kas yang tersedia maka besarlah jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Penelitian mengenai kinerja akuntansi perusahaan yang berpengaruh terhadap besarnya pembayaran dividen kas kepada pemegang saham adalah penelitian yang dilakukan oleh Azfash (2014), yang menyimpulkan bahwa laba akuntansi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, sementara laba tunai
dan arus kas operasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap dividen kas. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ramli & Arfan (2011), yang menyimpulkan bahwa laba bersih, arus kas operasi, arus kas bebas
dan dividen kas tahun sebelumnya secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham, sementara secara parsial dapat disimpulkan semua variabel independen kecuali arus kas operasi berpengaruh positif terhadap dividen kas. Penelitian Suryani dkk (2012), menyimpulkan uji simultan menunjukan bahwa variabel profitabilitas, arus kas operasi dan arus kas bebas berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas, secara parsial profitabilitas dan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas, sedangkan arus kas bebas berpengaruh secara signifikan negatif terhadap dividen kas. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni & Herdjiono (2015), menyimpulkan bahwa secara simultan laba bersih, arus kas operasi, leverage dan dividen tahun sebelumnya berpengaruh terhadap dividen kas, secara parsial laba bersih, arus kas operasi, dan dividen tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas sedangkan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dkk (2012), menyimpulkan bahwa profitabilitas, financial leverage, dan acid test ratio secara simultan berpengaruh terhadap dividen tunai. Sedangkan secara parsial profitabilitas dan acid test ratio berpengaruh positif terhadap dividen tunai dan financial leverage berpengaruh secara negatif terhadap dividen tunai. Penelitian Astuti dkk (2014), meyimpulkan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas. Penelitian Wahyuni & Subagyo (2013), menyimpulkan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas, sedangkan arus kas operasional dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Sedangkan penenlitian Nugroho (2013), menyimpulkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap dividen tunai, leverage berpengaruh terhadap dividen tunai, harga saham berpengaruh terhadap dividen tunai, arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen tunai dan laba bersih berpengaruh terhadap dividen tunai. Terlihat bahwa perbedaan hasil penelitian yang ditemukan mengenai kinerja akuntansi perusahaan yang mempengaruhi dividen kas. Masih banyaknya perbedaan hasil penelitian menyebabkan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali beberapa kinerja akuntansi perusahaan yang dianggap berpengaruh terhadap besarnya pembayaran dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20122014. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Azfash (2014). Oleh karena itu peneliti akan mengambil judul “ PENGARUH LABA AKUNTANSI, LABA TUNAI, ARUS KAS BEBAS, ARUS KAS OPERASI, LEVERAGE DAN CURRENT RATIO TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014”.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Dividen Kas Menurut Santoso (2009:202), dividen kas adalah distribusi laba dalam bentuk uang tunai
oleh suatu perusahaan kepada para pemegang sahamnya.
Walaupun dividen dapat dibayarkan dalam bentuk aktiva lainnya, namun jenis dividen kas yang paling sering digunakan. Dengan kenyataannya para investor
lebih menyukai pembayaran dividen dalam bentuk uang tunai, karena dapat meminimalisir ketidakpastian atas investasinya pada suatu perusahaan. Adanya pembagian dividen kas akan mengakibatkan berkurangnya saldo laba dan kas. Perusahaan dapat membayar dividen kas apabila memenuhi tiga syarat yaitu: 1.
Saldo laba yang mencukupi
2.
Tersedia uang kas yang cukup, dan
3.
Tindakan formal dari dewan komisaris.
Laba Akuntansi Menurut Sjahrial & Purba (2012:82), laba akuntansi (profit accounting) adalah laba bersih setelah pajak (earnings after tax) atau cukup disebut laba bersih (net income). Menurut Harahap (2012:309), laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Dalam metode biaya historis laba diukur berdasarkan selisih dari aktiva bersih awal dan akhir periode. Sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Menurut Belkaouhi (dalam Harahap, 2012:309), definisi laba mengandung lima sifat berikut: 1.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2.
Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
4.
Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama. Menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih yang didapat dari selisih antara penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan dan beban-beban operasi perusahaan. Laba Tunai Menurut Sjahrial & Purba (2012:82), laba tunai adalah laba bersih setelah pajak ditambah depresiasi atau penyusutan, mengapa penyusutan menambah laba bersih karena penyusutan adalah biaya tidak tunai atau hanya sebagai biaya catatan atau biaya akuntansi yang tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Sedangkan (Harahap dalam Arifin, 2013), menyatakan bahwa laba tunai merupakan laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas, khususnya beban penyusutan dan amortisasi. Menurut
Dunia
(2008:181),
penyusutan
merupakan
proses
mengalokasikan atau memindahkan harga perolehan atau biaya dari aset tetap ke akun beban selama jangka waktu pemakaian dari aset tetap tersebut. Sedangkan amortisasi merupakan alokasi periodik atas biaya atau harga perolehan dari aset tidak berwujud seperti paten, hak cipta, goodwill, hak merek, dan biaya riset dan pengembangan.
Menurut Arifin (2013), bila dilihat secara mendalam, laba tunai bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba yang sesungguhnya diperoleh perusahaan berdasarkan basis kas. Teknik perhitungan laba tunai dilakukan dengan menambahkan beban-beban non kas seperti depresiasi dan amortisasi ke laba akuntansi. Depresiasi dan amortisasi merupakan biaya non kas, artinya biaya tersebut tidak lagi memerlukan pengeluaran kas sekarang ataupun di masa mendatang. Pengertian Arus Kas Menurut PSAK 02 (2009), arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas tersebut. Arus Kas Operasi Menurut PSAK No. 2 (2009), Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen kas dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur
tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Menurut Hery (2012:181) Aktivitas operasi meliputi transaksi-transaksi yang tergolong sebagai penentu besarnya laba rugi bersih. Penerimaan kas dari penjualan barang atau pemberian jasa merupakan sumber arus kas masuk yang utama. Penerimaan kas lainnya berasal dari pendapatan bunga, dividen, dan penjualan sekuritas yang diperdagangkan. Sedangkan arus kas keluar meliputi pembayaran untuk membeli barang dagangan, membayar gaji/upah, beban pajak, bunga, beban utilitas, sewa, dan pembelian sekuritas yang diperdagangkan. Arus Kas Investasi Menurut PSAK No. 2 (2009), pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang di maksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Menurut Kieso et.al (2008), aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrik dan peralatan. Menurut Hery (2012:199), yang termasuk sebagai aktivitas investasi adalah membeli atau menjual tanah, bangunan dan peralatan. Di samping itu, aktivitas investasi juga meliputi pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang bukan untuk tujuan diperdagangkan (non trading securities), penjualan segmen bisnis, dan pemberian pinjaman kepada entitas lain, termasuk penagihannya.
Arus Kas Pendanaan Menurut PSAK No. 2 (2009), pengungkapan terpisah dari arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Menurut Kieso et.al (2008), aktivitas pembiyaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi (a) perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan (b) peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya. Menurut Hery (2012:202), aktivitas pembiayaan meliputi transaksi-transaksi yang dimana kas diperoleh atau dibayarkan kembali ke pemilik dana (investor) dan kreditor. Yang termasuk ke dalam aktivitas pembiayaan adalah meliputi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang maupun ekuitas (modal) perusahaan. Pembayaran utang lancar tidak tergolong sebagai aktivitas pembiayaan, melainkan aktivitas operasi. Arus Kas Bebas Menurut Arieska dan Barbara (2011), aliran kas bebas adalah adanya dana yang berlebih, yang seharusnya didistribusikan kepada para pemegang saham, dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan manajemen. Kas biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Menurut Ramli & Arfan (2011), banyak literatur yang mendefinisikan arus kas bebas (free cash flow), secara umum arus kas bebas merupakan arus kas yang
diperoleh
dari
operasi
perusahaan
yang
bebas
setelah
perusahaan
menginvestasikan kembali pada aktiva lain. Leverage Menurut Fahmi (2011:62), rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk kategori hutang ekstrem (extreme leverage) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban tersebut. Dengan demikian investor dapat mempelajari kewajiban perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasi berupa dividen kas di masa yang akan datang. Pembayaran dividen kas hanya akan dilakukan apabila saldo laba yang tersedia lebih banyak dari pada digunakan untuk mendanai modal investasi dan pelunasan atas hutang. Current Ratio Menurut Hery (2015:167), rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset yang tersedia. Rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Menurut Wahyuni & Subagyo (2013), likuiditas suatu perusahaan adalah suatu alat untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang lancarnya.
Kerangka Pemikiran Dari perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: H1 = Diduga laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. H2 = Diduga laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
H3 = Diduga arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. H4 = Diduga arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. H5 = Diduga leverage berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. H6 = Diduga current ratio berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. H7 = Diduga laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage dan current ratio berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. METODOLOGI PENELITIAN Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20122014. Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Dependen Menurut Sarwono (2012:12), variabel tergantung (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dividen kas dan diformulasikan sebagai berikut:
Variabel independen Menurut Sarwono (2012:12), variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Laba Akuntansi Laba akuntansi diformulasikan sebagai berikut:
Laba Tunai Laba tunai diformulasikan sebagai berikut:
Arus Kas Operasi Arus kas operasi dapat diformulasikan sebagai berikut:
Arus Kas Bebas Arus kas bebas diformulasikan sebagai berikut:
Leverage Leverage diukur dengan Debt to equity ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Current Ratio Current ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Metode Penentuan Populasi atau Sampel Menurut Sarwono (2012:18), Populasi merupakan kesatuan yang mempunyai karakteristik yang sama dimana sampel akan kita tarik. Sedangkan sampel ialah sebagian kecil dari populasi yang kita gunakan sebagai obyek riset kita. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Desember 2012 sampai dengan Desember 2014 yang berjumlah 133 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling adalah dilakukan dengan cara memilih sampel dari suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia, sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2014.
2.
Perusahaan manufaktur mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember selama periode penelitian dari tahun 2012-2014.
3.
Perusahaan manufaktur menggunakan satuan mata uang rupiah selama periode penelitian dari tahun 2012-2014.
4.
Perusahaan manufaktur membagikan dividen kas setiap tahun selama periode penelitian dari tahun 2012-2014.
5.
Perusahaan manufaktur memiliki arus kas bebas positif selama periode penelitian dari tahun 2012-2014.
Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data tersebut untuk menguji hipotesis atau menjawab berbagai permasalahan yang telah dibuat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu: 1.
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan yang tertulis dan berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang berkaitan dengan penelitian ini adalah laporan keuangan per 31 desember pada perusahaan manufaktur dari tahun 2012-2014.
2.
Peneliti juga melakukan studi pustaka dengan membaca buku-buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang diperoleh melalui internet yang mendukung penelitian ini.
Metode Analisis Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum dengan menggunakan program SPSS versi 21. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi perlu dilakukan pengujian klasik sebelumnya. Hal ini dilakukan agar data sampel yang diolah benar-benar valid dan mewakili populasi secara keseluruhan. Asusmsi klasik yang baik adalah data residual
berdistribusi
normal,
tidak
terjadi
autokorelasi,
tidak
terjadi
multikolinieritas, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel independen, maka untuk itu digunakan persamaan regresi linier berganda (Multyple Regression). Analisis ini memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah masingmasing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Persamaan regresi linier berganda diformulasikan sebagai berikut: Y = a + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + ε Keterangan: Y = Dividen Kas a = Konstanta X1 = Laba akuntansi X2 = Laba tunai
X3 = Arus kas operasi X4 = Arus kas bebas X5 = Leverage X6 = Current ratio Β1-β6 = Koofisien regresi = error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Unit Analisis/ Observasi Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2012-2014. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung diambil dari perusahaan atau data diperoleh dari pihak ketiga dalam hal ini www.idx.co.id Uji Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif dilakukan guna memahami karakteristik variabel penelitian dari segi nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi, maka di bawah ini disajikan data statistik deskriptif. Uji Asumsi Klasik Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik atau dengan melihat histogram dari residulnya. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa
penyebaran plot tidak mengikuti garis diagonalnya dan dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas, hasil uji normalitas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,007 < α= 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak yang berarti data tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2013), untuk menormalitaskan data dapat dilakukan dengan outlier, outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim. Outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang biasa disebut Z-Score. Berdasarkan tabel di atas, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,603 dan nilai (Asymp. Sig. (2-tailed) 0,861 > 0,05), maka H0 diterima yang artinya data residual berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance < 0,10. Hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik kurang menyebar secara acak dan tersebar dengan baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang menjamin keakuratan hasil. Menurut Priyatno (2010:84), salah satu uji untuk melihat apakah model regresi bebas dari heteroskedastisitas yaitu dengan melakukan uji spearman rho. Uji spearman rho adalah mengkorelasikan nilai residual (Unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independen, dengan ketentuan jika signifikansi korelasi > 0,05 maka model regresi bebas dari heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel di atas hasil uji spearman rho menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan model regresi bebas dari heterokedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW) sebagai berikut (Trihendradi, 2009:213): 1.
Jika nilai 1.65 < DW < 2.35 maka tidak terjadi autokorelasi.
2.
Jika nilai 1.21 < DW 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan.
3.
Jika nilai DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Durbin-Watson 2,253 berada
diantara (1.65 < DW < 2.35) yang berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas autokorelasi.
Uji Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari nilai koefisien korelasinya. Persamaan regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan SPSS Versi 21.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = -67,474 + 0,711(X1) – 0,115(X2) – 0,046(X3) – 0,124(X4) + 142,849(X5) + 17,532(X6) + ε Keterangan: 1.
Angka konstanta sebesar Rp -67,474 menyatakan bahwa jika nilai laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio sama dengan nol, maka dividen kas berkurang sebesar Rp 67,474
2.
Jika variabel laba akuntansi meningkat Rp 1, maka akan meningkatkan dividen kas sebesar Rp 0,711 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.
3.
Jika variabel laba tunai meningkat Rp 1, maka akan menurunkan dividen kas sebesar Rp 0,115 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.
4.
Jika variabel arus kas operasi meningkat Rp 1, maka akan menurunkan dividen kas sebesar Rp 0,046 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.
5.
Jika variabel arus kas bebas meningkat Rp 1, maka akan menurunkan dividen kas sebesar Rp 0,124 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.
6.
Jika variabel leverage meningkat Rp 1, maka akan meningkatkan dividen kas sebesar Rp 142,849 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.
7.
Jika variabel current ratio meningkat Rp 1, maka akan meningkatkan dividen kas sebesar Rp 17,532 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.
Uji Hipotesis Uji t (Uji Parsial) Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan level of confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (n-k), dimana n adalah banyak sampel dan k adalah banyak variabel. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa: Menunjukkan laba akuntansi memiliki nilai t-hitung sebesar 17,212 > 2,069 (t-tabel α= 0,05, df = (30-7) = 23). Sedangkan nilai (p-value = 0,000 < α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa (H1) laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Menunjukkan laba tunai memiliki nilai t-hitung sebesar -6,137 < -2,069 (ttabel α = 0,05, df = (30-7) = 23). Sedangkan nilai (p-value = 0,000 < α = 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa (H2) laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Menunjukkan arus kas operasi memiliki nilai t-hitung sebesar -1,667 > 2,069 (t-tabel α = 0,05, df = (30-7) = 23). Sedangkan nilai (p-value = 0,109 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H3) arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Menunjukkan arus kas bebas memiliki nilai t-hitung sebesar -2,667 < 2,069 (t-tabel α = 0,05, df= (30-7) = 23). Sedangkan nilai (p-value = 0,014 < α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa (H4) arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Menunjukkan leverage memiliki nilai t-hitung sebesar 1,098 < 2,069 (ttabel α = 0,05, df = (30-7) =23). Sedangkan nilai (p-value = 0,283 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H5) leverage tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Menunjukkan current ratio memiliki nilai t-hitung sebesar 1,246 < 2,069 (t-tabel α = 0,05, df = (30-7) = 23). Sedangkan nilai (p-value = 0,225 > α = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H6) current ratio tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
Uji f (Uji Simultan) Uji simultan bertujuan untuk menguji pengaruh laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio secara bersama-sama terhadap dividen kas yaitu dengan membandingkan f-tabel dangan f-hitung dengan menggunakan level of confidence 95% (α = 0,05) dan degree of freedom (n-k) dan (k-1) dan melihat nilai probabilitas signifikansinya. Berdasarkan di atas diperoleh nilai f-hitung sebesar 130,112 > f-tabel 2,51 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,000 < α = 0,05, dan dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, maka (H7) yang artinya laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage dan current ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Uji Koefisien Determinan Dari hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0, juga dapat dilihat nilai koefisien determinasi. Bagian ringkasan model menunjukkan besarnya koefisien determinasi yang berfungsi untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkalikan Adjusted R Square dengan 100%. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,964 × 100% = 96,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 96,4% dividen kas dijelaskan oleh laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio. Sedangkan sisanya 3,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Pembahasan Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini disebabkan oleh faktor peningkatan dan penurunan laba akuntansi yang diperoleh dari laba bersih perusahaan dapat mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka dividen kas yang akan dibagikan juga semakin tinggi. Sehingga tinggi rendahnya laba akuntansi perusahaan akan mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Azfash (2014), Astuti dkk (2015), dan Wahyuni & Subagyo (2013) yang menyakatan laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini terjadi pada PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk dengan laba tunai yang tinggi, dividen kas yang dibagikan semakin rendah. Sebaliknya pada PT. Sepatu Bata Tbk dengan laba tunai yang rendah memberikan dividen kas yang tinggi. Laba tunai yang dihasilkan perusahaan manufaktur tidak memberikan kontribusi signifikan dalam pembayaran dividen kas. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur stabil dalam menerapkan laba tunai sebagai faktor utama dalam penentuan harga saham. Sehingga tinggi rendahnya laba tunai akan mempengaruhi jumlah dividen kas
yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Mahyojawirda (2011), yang menyatakan bahwa laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Berdasarkan hasil uji parsial variabel arus kas operasi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini disebabkan bahwa arus kas operasi belum mampu mengembalikan pinjaman kepada kreditor maupun membayar dividen kas. Dengan kondisi tersebut menjadikan investor tidak mempercayakan investasinya kembali pada perusahaan karena dari kondisi saldo kas tidak memiliki uang kas yang cukup dan perusahaan tidak memperoleh alternatif pembiayaan dalam jangka waktu yang singkat, maka perusahaan tidak dapat dengan leluasa menggunakan arus kas operasi dalam membayar dividen kas. Sehingga tinggi rendahnya arus kas operasi suatu perusahaan tidak mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Nugroho (2013) yang menyatakan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Berdasarkan uji parsial variabel arus kas bebas dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini disebabkan bahwa arus kas bebas perusahaan merupakan dana yang harus didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk pembayaran dividen atau pembelian kembali saham perusahaan. Namun manajer perusahaan cenderung
melakukan overinvest atas laba ditahan dengan mengambil projek yang memiliki NPV negatif dari pada membayar dividen kas kepada pemegang saham. Sehingga tinggi rendahnya arus kas bebas suatu perusahaan akan mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Suryani dkk (2012) yang menyatakan arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Leverage Terhadap Dividen Kas Berdasarkan uji parsial variabel leverage dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini disebabkan semakin tinggi leverage akan selalu diikuti dengan tingginya hutang perusahaan. Perusahaan memiliki hutang yang tinggi membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Manajer perusahaan lebih memilih mengalokasikan dana perusahaan terhadap pembayaran hutang dari pada membayar dividen kas. Sehingga tinggi rendahnya leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Isnaeni & Herdjiono (2015) dan Suharli (2006), yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Current Ratio Terhadap Dividen Kas Berdasarkan uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini dikarenakan likuiditas bukan digunakan untuk membayar dividen tetapi
dialokasikan pada pembelian aktiva lancar, guna memanfaatkan kesempatan investasi yang ada serta untuk biaya operasional perusahaan. Sehingga tinggi rendahnya current ratio tidak mempengaruhi jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Wahyuni & Subagyo (2013), yang menyatakan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Pengaruh Laba Akuntansi, Laba Tunai, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, Leverage, dan Current Ratio Terhadap Dividen Kas Berdasarkan hasil uji simultan, diketahui bahwa laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,964, yang berarti dividen kas dipengaruhi laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio sebesar 96,4%. Dengan demikian laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
43
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Laba akuntansi berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
2.
Laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2104.
3.
Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
4.
Arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
5.
Leverage tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
6.
Current ratio tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
7.
Laba akuntansi, laba tunai, arus kas operasi, arus kas bebas, leverage, dan current ratio secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014
33
5.2
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk peneliti selanjutnya agar mendapat hasil yang lebih baik yaitu: 1.
Periode pengambilan sampel pada penelitian ini relatif singkat yaitu periode 2012-2014, sehingga data yang diperoleh hanya sedikit.
2.
Banyak perusahaan yang memiliki arus kas operasi negatif.
3.
Banyak perusahaan yang memiliki arus kas bebas negatif.
5.3
Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini untuk
kesempurnaan penelitian selanjutnya adalah: 1.
Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda selain perusahaan manufaktur.
2.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
untuk
memperpanjang
periode
pengamatan lebih dari tiga tahun. 3.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah atau mengganti variabel independen dalam penelitian ini dengan variabel lain yang dianggap dapat memberikan hasil penelitian lebih akurat lagi, serta memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap dividen kas.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arieska, Metha dan Barbara Gunawan. 2011. Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan Investasi dan Dividen Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 13 no. 1, p. 13-23, ISSN: 1411-0288. Arifin, Bustanul. 2013. Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi dan Laba Tunai Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Astuti, Yuli., Kasmadi dan Kasmawati. 2015. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Inovasi, vol. 4 no. 1 , p. 1-19. Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Azfash, Ryezky Ramayandez. 2014. Analisis Pengaruh Antara Laba Akuntansi, Laba Tunai, dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Online Mahasiswa FEKON, vol 1 no.2, p. 1-15, ISSN: 2355-6854. Deni. 2015. Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Dunia, Firdaus A. 2008. Iktisar Lengkap Pengantar Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Panduan Bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2012. Teori Akuntansi Edisi Revisi, Cetakan ke-12. Jakarta: Rajawali Pers.
35
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan (Pendekatan Rasio Keuangan), Cetakan Pertama. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). --------------. 2012. Mengenal & Memahami Laporan Keuangan, Cetakan Pertama. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). Ifadah, Luluk Muhimatul dan Nia Kusumadewi. 2014. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasional, Investment Opportunity Set, dan Firm Size Terhadap Dividen Kas (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufakktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Jurnal Dinamika Akuntansi vol. 6, no. 2, p. 177-190, ISSN: 2085-4277. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2. Jakarta. Isnaeni dan Irine Herdjiono. 2015. Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Leverage dan Dividen Tahun Sebelumnya Terhadap Dividen Tunai. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu, p. 1-10, ISBN: 978-9793649-81-8. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., and Warfield, Terry D. 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi ke-12, Jilid 1, Alih Bahasa Emil Salim. Indonesia: Penerbit Erlangga. Mahyojawirda, Dian. 2011. Pengaruh Laba Akuntansi, Laba Tunai dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Melinasari, Maya. 2014. Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Dividen Kas (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20102013). Artikel Ilmiah Mahasiswa. Mentari, Ni Made Indah dan Nyoman Abundanti. 2016. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Pengumuman Cash Dividend Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Manajemen Unud, vol 5, no. 2, p. 1043-1073, ISSN: 2302-8912. Nugroho, Prasetyo Adi. 2013. Pemicu Harga Saham, Leverage, Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Serta Laba Bersih Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Dalam LQ 45 Di BEI Periode 2010-2013.
36
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 6 no.2, p. 140-166, ISSN: 1411-0288. Priyatno, Duwi. 2010. Paham Ananlisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Com. Puspitawati, Lilis dan Herlas Tia Dekayani. 2013. Pengaruh Laba Bersih dan Current Ratio Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ramli, Muhammad Ridha dan Muhammad Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas Yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, vol. 4. no. 2, p. 126-138, ISSN: 1693-3397. Santo, Resi Asmoro. 2008. Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas (Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia) Periode 2004-2006. Santoso, Iman. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting) Buku Dua, Cetakan Pertama. Bandung: PT Refika Aditama. Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuntitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sjahrial, Dermawan dan Djahotman Purba. 2012. Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media. --------------.2013. Analisis Laporan Keuangan Cara Mudah & Praktis Memahami Laporan Keuangan Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. Suharli, Michell. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Harga Saham Terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Maksi, vol. 6, no. 2 , p. 243-256, ISSN: 1412-6680. Suryani, Emmi., Muhammad Arfan dan Muslim. A. Djalil. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi dan Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
37
Periode 2005-2009. Jurnal Akuntansi, vol. 1 no.1, p. 30-42, ISSN:23020164. Susanti, Eva., Islahuddin dan Muhammad Arfan. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Acid Test Ratio Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Jurnal Akuntansi, vol. 2 no.1, p. 53-63, ISSN: 2302-0164. Trihendradi, Cornelius. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Wahyuni dan Subagyo. 2013. Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasional dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Pembayaran Dividen Kas. Cahaya Aktiva, vol. 03 no. 01, p. 57-64. www.idx.co.id www.sahamok.com
38
LAMPIRAN Hasil ouput SPSS 21 sebelum outlier N Laba_Akuntansi Laba_Tunai Arus_Kas_Operasi Arus_Kas_Bebas Leverage Current_Ratio Dividen_Kas Valid N (listwise)
Descriptive Statistics Minimum Maximum 42 42 42 42 42 42 42 42
35 169 -7176 8 .16 .51 17
10818 15691 11078 9718 3.03 6.15 10651
Mean 1813.19 3755.05 247.29 1142.86 .5163 3.3003 1153.12
Std. Deviation 2950.935 5407.975 2991.306 2275.491 .55822 1.57233 2407.402
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
42 .0000000 418.28259016 .258 .258 -.225 1.675 .007
39
Hasil Output Sesudah Outlier Descriptive Statistics Minimum Maximum
N Laba_Akuntansi Laba_Tunai Arus_Kas_Operasi Arus_Kas_Bebas Leverage Current_Ratio Dividen_Kas Valid N (listwise)
30 30 30 30 30 30 30 30
35 169 -1344 8 .21 1.17 17
2121 3996 497 1640 .81 5.68 990
Mean 396.23 975.27 -173.93 192.10 .3534 3.6193 199.83
Std. Deviation 556.328 1133.947 383.105 298.017 .13681 1.25844 263.596
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters Most Extreme Differences
a,b
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
30 .0000000 44.59269244 .110 .110 -.104 .603 .861
40
Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -67.474 96.958 Laba_Akuntansi .711 .041 1.500 Laba_Tunai -.115 .019 -.496 1 Arus_Kas_Operasi -.046 .028 -.067 Arus_Kas_Bebas -.124 .047 -.140 Leverage 142.849 130.040 .074 Current_Ratio 17.532 14.071 .084 a. Dependent Variable: Dividen_Kas
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.164 .190 .774 .450 .273 .276
Correlations
Unstandardized Residual
Laba_Akuntansi
Laba_Tunai
Spearman's Arus_Kas_Operasi rho
Arus_Kas_Bebas
Leverage
Current_Ratio
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Unstandardized Residual 1.000 . 30 .086 .653 30 -.001 .997 30 -.014 .941 30 .265 .158 30 -.114 .549 30 .052 .784 30
6.106 5.251 1.291 2.223 3.661 3.627
41
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a 1 .986 .971 .964 50.072 2.253 a. Predictors: (Constant), Current_Ratio, Laba_Tunai, Arus_Kas_Operasi, Arus_Kas_Bebas, Leverage, Laba_Akuntansi b. Dependent Variable: Dividen_Kas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -67.474 96.958 Laba_Akuntansi .711 .041 1.500 Laba_Tunai -.115 .019 -.496 1 Arus_Kas_Operasi -.046 .028 -.067 Arus_Kas_Bebas -.124 .047 -.140 Leverage 142.849 130.040 .074 Current_Ratio 17.532 14.071 .084 a. Dependent Variable: Dividen_Kas
t
-.696 17.212 -6.137 -1.667 -2.667 1.098 1.246
ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Regression 1957335.428 6 326222.571 130.112 1 Residual 57666.738 23 2507.249 Total 2015002.167 29 a. Dependent Variable: Dividen_Kas b. Predictors: (Constant), Current_Ratio, Laba_Tunai, Arus_Kas_Operasi, Arus_Kas_Bebas, Leverage, Laba_Akuntansi
Sig.
.493 .000 .000 .109 .014 .283 .225
Sig. .000b
Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .986a .971 .964 50.072 a. Predictors: (Constant), Current_Ratio, Laba_Tunai, Arus_Kas_Operasi, Arus_Kas_Bebas, Leverage, Laba_Akuntansi