LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Pendekatan Aspek Fungsional 4.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas
1. 2. 3. 4.
5. 6.
Pendekatan Pelaku kegiatan di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain: Mahasiswa : D3,S1 dan S2 Pimpinan Sekolah Tinggi dan Program Studi: terdiri dari seorang ketua sekolah tinggi dengan dibantu oleh ketus jurusan prodi beserta wakilnya. Staf Edukatif : terdiri dari dosen yang merangkap sebagai koordinator akademik atau kepala laboratorium Staf Non Edukatif : terdiri dari staf administrasi akademik, administrasi keuangan, staf perpustakaan, dan pengelola laboratorium yang terdiri dari kepala laboratorium, asisten (mahasiswa), dan laboran. Pelaksana Servis : terdiri dari petugas kantin, petugas fotokopi dan stationary, petugas kebersihan, keamanan, teknisi dan parkir. Tamu : terdiri dari tamu individu dan tamu kelompok.
Pendekatan Kelompok Aktivitas di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain : 1. Kelompok Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching and Learning Activities) Aktivitas belajar mengajar (teaching and learning activities) meliputi : a. Kegiatan kuliah : melibatkan dosen dan mahasiswa, terdiri dari kegiatan kuliah reguler dan kuliah bersama b. Kegiatan praktikum : melibatkan mahasiswa dan pengelola laboratorium. Meliputi kegiatan pelaksanaan praktikum dan kegiatan bimbingan mahasiswa. c. Kegiatan sidang/seminar : melibatkan mahasiswa dan dosen. Biasanya berupa kegiatan seminar dan sidang Tugas Akhir maupun Kerja Praktek d. Kegiatan perpustakaan : meliputi kegiatan baca atau peminjaman buku oleh mahasiswa atau dosen, dan kegiatan kerja staf perpustakaan. 2. Kelompok Aktivitas Non Belajar Mengajar (Non Teaching and Learning Activities) Aktivitas non-belajar mengajar (non-teaching and learning activities) meliputi : a. Kegiatan pimpinan Sekolah Tinggi dan Prodi: meliputi kegiatan kerja ketua dan sekretaris serta kegiatan penerimaan tamu b. Kegiatan kerja dosen: meliputi kegiatan kerja dosen di ruang kerja, penyimpanan arsip/dokumen, kegiatan bimbingan mahasiswa, dan kegiatan diskusi dosen c. Kegiatan administrasi: melibatkan staf administrasi akademik dan staf administrasi keuangan yang meliputi kegiatan pengolahan data administrasi akademik dan keuangan serta kegiatan pelayanan mahasiswa d. Kegiatan rapat program studi: melibatkan pimpinan program studi, staf edukatif, dan staf non edukatif untuk membahas hal-hal berkaitan dengan program studi 42 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
e. Kegiatan kelembagaan mahasiswa: meliputi kegiatan himpunan mahasiswa dan koordinasi dengan unit kegiatan mahasiswa lain yang meliputi : klub sketsa,klub fotografi,pecinta alam dan klub olahraga(Sepakbola dan Futsal) f. Kegiatan pertemuan: meliputi kegiatan kuliah umum (tiap tahun), seminar, simposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, pengenalan kampus, serta temu dosen-mahasiswa-alumni g. Kegiatan Istirahat: meliputi kegiatan mahasiswa menunggu waktu perkuliahan, ibadah (solat), dan kegiatan makan dan minum. 3. Kelompok Aktivitas Penunjang Aktivitas penunjang meliputi kegiatan sirkulasi, menggunakan toilet, penyimpanan barang, perawatan kampus, kegiatan petugas keamanan, serta kegiatan teknisi 4. Kelompok Aktivitas Luar Kelompok aktivitas luar meliputi kegiatan sosialisasi di ruang luar, kegiatan praktikum outdoor dan kegiatan parkir.
4.1.2 Pendekatan Kapasitas pengguna dan pengelola Analisa kapasitas pengguna dan pengelola disesuaikan dengan hasil observasi,standart arsitektural dan asumsi untuk kebutuhan luasan ruang yang memadai. Kapasitas mahasiswa yang hendak ditampung adalah 310 mahasiswa tiap angkatan. Dengan rincian sebagai berikut : 1. Jenjang Diploma 3 sebanyak 3 kelas 2. Jenjang Strata 1 sebanyak 4 kelas 3. Jenjang Strata 2 sebanyak 3 kelas
: @ 30 mahasiswa : @ 40 mahasiswa : @ 20 mahasiswa
Rasio Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Dalam sistem pendidikan perguruan tinggi,penentuan jumlah mahasiswa per kelas ditentukan berdasarkan jenis mata kuliah yang diberikan. Sekolah tinggi menerapkan sistem pembelajaran yang meliputi mata kuliah teori dan praktik. Berdasarkan aturan DIKTI tentang rasio jumlah mahasiswa per kelas,mata kuliah praktik dan teori memiliki perbedaan dalam kapasitas jumlah mahasiswa. Mata kuliah praktikum harus memenuhi standar Antara 10-120 mahasiswa per kelas. Sedangkan mata kuliah teori membutuhkan 30-40 mahasiswa per kelas.
Rasio Jumlah Dosen-Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Secara kasar kebutuhan tenaga dosen dapat dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa yang terdaftar dalam tiap kelas,misalnya jika dosen menginginkan perbandingan 1:10,maka untuk mengasuh 150 mahasiswa diperlukan 15 orang dosen.Namun terdapat perbedaan Antara rasio jumlah dosen pada mata kuliah teori dan praktik.Untuk keperluan perhitungan beban kerja dosen dalam tugas-tugas pengajaran pada berbagai jenjang pendidikan (S0,S1,S2,S3) digunakan dasar perhitungan menurut SK Dirjen Dikti No.48/DJ/kep/1983 sebagai berikut : 43 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
Tabel 4.1 Beban Kerja (dalam sks) untuk melaksanakan kuliah/praktikum Sumber: www.evaluasi.com
44 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang No 1
Pelaku Mahasiswa
Aktivitas Belajar
Gelar Karya Sosialisasi
2
Dosen
Asistensi Menunggu Dosen Makan dan Minum Kegiatan Administrasi Keperluan metabolisme tubuh Beribadah Membaca Menghadiri Seminar Olahraga Memarkir Kendaraan Mengajar
Asistensi Mahasiswa
Makan dan Minum Keperluan metabolisme tubuh
Kebutuhan Ruang Ruang kuliah Studio Gambar Laboratorium Struktur Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban design Laboratorium Komputer Ruang Audio Visual Perpustakaan Ruang Terbuka Hijau Ruang workshop Ruang Pameran Kantin Masjid Ruang Terbuka Hijau UKM Hall/Auditorium Lapangan Olahraga Ruang Dosen Ruang Tunggu Kantin Ruang Administrasi KM/WC Masjid/Mushola Perpustakaan Ruang Seminar Lapangan Tempat Parkir Ruang kuliah Studio Gambar Laboratorium Komputer Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban Design Laboratorium Struktur Ruang kuliah Kantor Ruang Dosen Ruang Dosen Kantin KM/WC 45
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
Penelitian
3
4
5
6
Kepala Sekolah Tinggi
Kepala Jurusan Prodi dan Wakil
Karyawan
Petugas Perpustakaan
7
Petugas Kantin
8
Petugas Kesehatan
Membaca Beribadah Menghadiri Seminar Memarkir Kendaraan Bekerja Makan dan Minum Beribadah Sosialisasi Menemui Tamu Keperluan metabolisme tubuh Memarkir Kendaraan Bekerja Makan dan Minum Beribadah Sosialisasi Menemui Tamu Keperluan metabolisme tubuh Memarkir Kendaraan Melayani mahasiswa,dosen,dan kepala Makan dan Minum Beribadah Memarkir Kendaraan Melayani Penitipan Mengatur Sirkulasi Buku Makan dan Minum Menaruh barang bekas Keperluan metabolisme tubuh Beribadah Memarkir Kendaraan Menghidangkan makanan Memasak Keperluan metabolisme tubuh Menaruh barang bekas Melayani pembayaran Memarkir Kendaraan Memeriksa
TUGAS AKHIR 127/49
Kantor Laboratorium Perpustakaan Masjid/Mushola Ruang Seminar Tempat Parkir Ruang Kepala Ruang Kepala Kantin Masjid/Mushola Hall/Auditorium Ruang Tamu KM/WC Tempat Parkir Ruang Kepala Ruang Kepala Kantin Masjid/Mushola Hall/Auditorium Ruang Tamu KM/WC Tempat Parkir Ruang Administrasi Kantin Masjid/Mushola Tempat Parkir Perpustakaan Kantin Gudang perpustakaan KM/WC Masjid/Mushola Tempat Parkir Kantin Dapur KM/WC Gudang Kasir Tempat Parkir Klinik 46
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
Memberi Obat Makan dan Minum Keperluan metabolisme tubuh Memarkir Kendaraan 9
10
Cleaning Service
Keamanan
Menjaga Kebersihan Makan dan Minum Memarkir Kendaraan Keperluan metabolisme tubuh Menjaga Keamanan Keperluan metabolisme tubuh Memarkir Kendaraan
TUGAS AKHIR 127/49
KM/WC Tempat Parkir Seluruh Ruangan, Ruang Terbuka Hijau Kantin Tempat Parkir KM/WC Pos Satpam KM/WC Tempat Parkir
Tabel 4.2 Pendekatan Kebutuhan Ruang Sumber: Hasil Analisa
4.1.4 Pendekatan Besaran Ruang Dasar perhitungan ruang yaitu standar ruang perkuliahan menurut sumbersumber literatur sebagai berikut : Architect’s Data (AD) Architect’s Handbook (AH) Human Dimension and Interior Spaces (HD) Metric Handbook Planning and Design Data (MH) Time Saver Standard for Building Types (TS) Studi Banding (SB) Asumsi (AS) Kepmendiknas No.234/U/2000 (Kepmen) Sedangkan Standar Sirkulasi / Flow Area yang digunakan berdasarkan standar dari Time Saver Standard for Building Types, 3rd Edition (1981), sebagai berikut: 5%-10% : Standar minimum sirkulasi 20% : Standar Kebutuhan keleluasaan sirkulasi 30% : Tuntutan kenyamanan fisik 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis 50% : Tuntutan spesifik kegiatan 70%-100% : Terkait dengan banyak kegiatan
47 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
No Jenis Ruang 1 Ruang Kuliah Paralel
Kapasitas 40 org/kls
Jum lah 9
2
Studio Gambar prodi arsitektur bangunan
25/meja gambar
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studio Gambar prodi tata kota Lab.Struktur Ruang Pamer Lab.Perancangan Lab.Tata Kota Lab.Komputer Ruang Audio Visual Ruang Workshop Toilet Hall Kecil
25/meja gambar 1 ruang 3 ruang 3 ruang 1 ruang 3 ruang 2 ruang 3 ruang 1 orang 150 orang
4 stud io 4 stud io 1 3 3 1 3 2 3 6 1
13
Hall Besar/Auditorium
600 orang
1
14
Ruang Sidang/Seminar
20 orang
2
15
Gudang Ruang Kuliah
1 ruang
1
16
Loker
17
Ruang Pelayanan dan Administrasi
18
Ruang Koleksi
Standar 1 m² sirkulasi 40% 0.16 m²/meja gambar 0.16 m²/meja gambar 128 m² 96 m² 128 m² 128 m² 128 m² 128 m² 64 m² 1.5 m² 1 m² sirkulasi 40% 1 m² sirkulasi 40% 1 m² sirkulasi 40% 15 m²/ unit
Perpustakaan 20 loker 20 0.6m²/ loke unit r 3 orang 1 16.3/unit Sirkulasi 25% 5000 1 1.2 koleksi m2/200 buku buku Sirkulasi 25%
Sum ber AH
TUGAS AKHIR 127/49
Luas (m²) 56
Jumlah Luas (m²) 504
AD
80
320
AD AS SB AS SB SB AS SB AS AH MH
80 128 96 128 128 128 128 64 1.5 210
320 128 288 384 128 384 256 192 9 210
AH MH
840
840
AH MH
28
56
AD
15
15
AS
12
12
MH
20
20
AD
31.2 5
31.25
MH
MH 48
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
TUGAS AKHIR 127/49
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
19
20
Ruang Baca
100 orang
Gudang Perpustakaan
1
1 ruang 1 Subtotal Sirkulasi 30 % Total Dibulatkan
2.5 m2/2 orang Sirkulasi 25% 9 m²
AD
156
156
MH AS
9
9 4262.25 1278.675 5540.925 5550
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Kegiatan Pokok) Sumber : Hasil Analisa, 2014
No 1
Jenis Ruang
2 3
Ruang Ketua Sekolah Tinggi dan 2 Kaprodi Ruang Sekretaris Jurusan Ruang Tunggu Tamu
4
Toilet Direksi
5
Ruang Kerja Dosen
6
Ruang Bimbingan (Asistensi)
7 8
Ruang Diskusi Dosen Ruang Tunggu Dosen
9
Toilet Dosen
10
Ruang Staf Administrasi Akademik
11
Ruang Staf Administrasi Keuangan
12
Loket Pelayanan Mahasiswa
Kapasit Juml as ah Standar Ruang Pimpinan Sekolah Tinggi 1 3 20 m² 1 4 1
2 1
20 m² 9 m2/unit
2 1.5 m² Ruang Dosen 40 1 2 m² Sirkulasi 40 % 6 1 11.2 m2/unit 8 1 12.7 m² 15 1 0.7 m² Sirkulasi 30% 1 4 1.5 m² Ruang Administrasi 3 1 4 m² Sirkulasi 50% 2 1 4 m² Sirkulasi 50% 10 1 0.7 m² Sirkulasi
Luas( m²)
Jumlah Luas (m²)
AD
20
60
AD AH
20 9
40 9
AS
1.5
3
AD MH
100
100
MH
11.2
11.2
MH MH
12.7 13.65
12.7 13.65
AS
1.5
6
Kepmen MH
18
18
Kepmen MH
12
12
MH MH
9
9
Sumber
49 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
TUGAS AKHIR 127/49
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
13
Ruang Rapat
50
1
14
Ruang Himpunan
20 orang
1
15
Mushola
30
1
16
Pantry
3 orang
17
Area Makan
60 orang
18
Dapur
3 Pegaw ai
19
Stationary dan Fotokopi
20
Hot Spot Area
21
Ruang UKM
1 pegaw ai 4 orang/ meja 20 orang
30% 1.9 m² Sirkulasi 30% 1 m²/orang Sirkulasi 40% 0.85 m² Sirkulasi 30% 9 m²
AD TS
133
133
AH MH
28
28
AD TS
44
44
1 Kantin 1 3 m2/4 kursi Sirkulasi 25% 1 0.17m²/kur si Sirkulasi 25% 1 -
AS
9
9
AD
56
56
13
13
SB
30
30
8
9 m² Sirkulasi 30% 1 m²/orang
HD MH
93.6
93.6
AH
28
84
sirkulasi 40%
MH
3
MH MH MH
Subtotal Sirkulasi 30 % Total Dibulatkan Tabel 4.4 Kelompok Kegiatan Aktivitas Non Belajar Mengajar Sumber : Hasil Analisa,2014
785.15 235.545 1020.695 1021
50 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
No 1 2 3 4 5 6 7
No
1 2 3
4
Jenis Ruang Ruang Genset Ruang Panel Ruang Pompa Ruang Teknisi Pos Satpam Gudang Janitor
Jenis Ruang Lapangan Basket Lapangan Futsal Parkir Mahasiswa
Parkir Dosen dan Karyawan
Kapasitas 1 ruang 3 orang 1 ruang 1 ruang 2 orang
Jumlah Standar Sumber 1 - SB 3 - SB 1 - AS 1 - AS 1 - AS 1 15 m²/ unit AD 3 - AS Sub Total Sirkulasi 30 % TOTAL Dibulatkan Tabel 4.5 Kegiatan Aktivitas Penunjang Sumber : Hasil Analisa, 2014
Kapasitas
1 Lapangan 1 Lapangan 300 motor
Jumlah Standar Area Lapangan 1 280 m² Lapangan 1 364 m² Lapangan Area Parkir 1 2 m2/unit 2/
25 mobil
30 motor 15 mobil
1
Jumlah Luas (m²) 35 6.75 12 16 2 15 4.5 91.25 27.375 118.625 99
Luas( m²)
Jumlah Luas (m²)
AS
280
280
AD
364
364
1950
1950
570
570
Sumber
AD
15 m units
AD
Sirkulasi 100%
TS
2 m2/unit
AD
2/
Luas(m²) 35 2.25 12 16 2 15 1.5
TUGAS AKHIR 127/49
15 m units
AD
Sirkulasi 100%
TS
Sub Total Sirkulasi 20 % TOTAL Dibulatkan Tabel 4.6 Kegiatan Aktivitas Penunjang Luar Ruangan Sumber : Hasil Analisa, 2014
3164 632.8 3796.8 3797
51 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
Rekapitulasi Luas Ruang
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi hasil program ruang Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta No 1 2 3
4
Jenis Ruang Luas (m2) Kelompok Kegiatan Belajar 5550 Mengajar (Pokok) Kelompok Kegiatan Non Belajar 1021 Mengajar Kelompok Kegiatan Aktivitas 99 Penunjang Total 6670 Kelompok Kegiatan Aktivitas 3797 Penunjang Luar Ruangan Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Luas Ruang Sumber : Hasil Analisa, 2014
4.1.5 Pendekatan Hubungan Ruang Pendekatan hubungan kelompok ruang diklasifikasikan menjadi dua jenis : 1. Hubungan Kelompok Ruang Makro Hubungan kelompok ruang makro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatannya secara makro yaitu zona belajar mengajar, zona non belajar mengajar dan zona penunjang. Zona Belajar Mengajar Zona Non Belajar Mengajar
Keterangan ; Erat Kurang Erat
: :
Zona Penunjang
Gambar 4.1 Hubungan Kelompok Ruang Makro Sumber :Hasil Analisa,2014
52 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
2. Hubungan Kelompok Ruang Mikro Hubungan kelompok ruang mikro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatan mikro pada masing-masing kegiatan makro, misalnya ruang kuliah dan ruang studio gambaryang tergolong ke dalam kelompok ruang belajar.
Ruang kuliah
Ruang Dosen dan Administrasi Area servis
Studio Gambar
Ruang Himpunan
Perpustakaan, Laboratorium
Keterangan ; Erat Kurang Erat
Kantin, Mushola, Ruang Komunal
: : Gambar 4. 2 Hubungan Kelompok Ruang Mikro Sumber :Hasil Analisa, 2014
4.1.6 Pendekatan Sirkulasi Pendekatan sirkulasi pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta dilakukan berdasarkan analisa kegiatan para pelaku yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan. Berikut analisa pola sirkulasi pelaku pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta: 1. Kelompok Mahasiswa Kegiatan belajar mengajar: R.Kuliah,Studio Gambar, Laboratorium, R.Bimbingan, Perpustakaan, Sidang, Seminar ME
Kantin Mushola
Parkir Kegiatan non belajar mengajar : Loket Pelayanan mahasiswa, R.Himpunan,R.UKM
Toilet
Gambar 4.3 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Mahasiswa Sumber : Hasil Analisa,2014
53 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
2. Kelompok Staff Administrasi
ME
Parkir
Ruang Administrasi Akademik dan Keuangan, Loket Pelayanan
Kantin Mushola
Ruang Rapat Toilet
Gambar 4.4 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Staff Administrasi Sumber : Hasil Analisa, 2014
3. Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi R. Kuliah, R. Kerja, R. Bimbingan, Ruang Sidang/Seminar ME
Kantin
Parkir Mushola Ruang Rapat,, R.Tamu Toilet
Gambar 4. 5 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi Sumber : Hasil Analisa, 2014
4. Kelompok Staf Perpustakaan Perpustakaan ME
Kantin
Parkir Mushola
Ruang Rapat, R.Fotokopi Toilet
Gambar 4. 6 Sirkulasi Kegiatan Staf Perpustakaan Sumber : Hasil Analisa,2014
5. Kelompok karyawan servis Kantin
ME
Area Parkir, Pos Satpam, Janitor, R.Genset, R. Panel, R. Mesin
Parkir
Mushola Toilet
Gambar 4.7 Sirkulasi Kegiatan Karyawan Servis Sumber : Hasil Analisa,2014
54 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual 4.2.1 Pemilihan lokasi
Faktor hubungan dengan daerah sekitar (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan,maka bangunan yang direncanakan harus terletak pada lokasi yang nyaman untuk kegiatan pembelajaran nantinya. Lokasi perencanaan hendaknya terletak jauh dari bangunan industri atau daerah perdagangan dan jasa yang biasanya memiliki tingkat kebisingan dan kepadatan tinggi.
Faktor aksesibilitas (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan, maka
bangunan yang direncanakan harus mudah
tercapai oleh pengguna bangunan tersebut. Ketentuan titik akses paling tidak terdapat 2 titik perencanaan untuk kebutuhan pengembangan. Kemudahan pencapaian bagi pengguna kendaraan maupun pejalan kaki perlu diperhatikan. Kenyamanan lalu lintas juga penting dipertimbangkan untuk jalur pedestrian, mobil, bus, sepeda dan kendaraan servis.
Faktor kondisi tapak (20%)
Kondisi tapak sebaiknya mampu mendukung perencanaan dan perancangan, seperti kondisi topografi yang tidak terlalu curam, pada tapak tidak ada genangan air diam dan terdapat luasan area yang memungkinkan sesuai dengan pendekatan besaran ruang serta terdapat fasilitas dan utilitas lingkungan yang lengkap
Faktor potensi pengembangan (20%)
Sebagai bangunan pendidikan, diharapkan nantinya dalam perkembangannya tidak mengganggu eksistensi maupun pengembangan bangunan sekitarnya agar tetap tercipta keselarasan dalam penataan komposisi bangunan dengan sekitarnya.
55 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.2.2 Pemilihan tapak 4.2.2.1 Alternatif Tapak 1
Gambar 4.8 Alternatif Tapak 1 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
Lokasi : Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Luas : ± 9048 m2 Batas-batas Utara : Lahan Kosong Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman
56 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.2.2.2 Alternatif Tapak 2
Gambar 4.10 Alternatif Tapak 2 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
Gambar 4.11 Ukuran Alternatif Tapak 2 Analisis pribadi, 2014
Lokasi : Jalan Pangeran Mangkubumi, Kecamatan Jetis, Yogyakarta Luas : ± 10.701,89 m2 Batas-batas Utara : Kantor PLN Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman 57
AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.2.2.3 Alternatif Tapak 3
Gambar 4.12 Alternatif Tapak 3 Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
156,4 m 108 m 150,2 m 121,8 m
Luas Tapak 1 = 13.113 m2
Lokasi : Jalan Lingkar Utara, Kecamatan Ngaglik,Kabupaten Sleman Luas : ± 13.113 m2 Batas-batas Utara : Jalan Lingkar Utara Timur : Lahan Kosong Selatan : Kawasan Permukiman Barat : Kawasan Permukiman
58 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
TUGAS AKHIR 127/49
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
Alternative tapak 1
Alternative tapak 2
Alternative tapak 3
KDB : 50%
KDB : 80%
KDB : 50%
KLB : 0,8-2
KLB : 3,9
KLB : 1,2-2,0
Lantai maksimal : 4 lantai
Lantai maksimal : 5 lantai
Lantai maksimal : 4 lantai
Pencapaian mudah
Pencapaian mudah
Pencapaian mudah
Topografi tidak berkontur
Topografi tidak berkontur
Topografi tidak berkontur
Lingkungan merupakan yang padat
sekitar Lingkungan sekitar Lingkungan sekitar permukiman didominasi kawasan merupakan permukiman perdagangan yang padat yang tidak terlalu padat
Utilitas kota tersedia
Utilitas kota tersedia
Utilitas kota tersedia
Arus lalu lintas tidak padat
Arus lalu lintas cukup Arus lalu lintas padat padat
tidak
Dekat dengan fasilitas Dekat dengan fasilitas Dekat dengan fasilitas pendukung yang lain, a.l: pendukung, seperti pendukung yang lain, a.l : industri,permukiman perdagangan dan jasa permukiman,pendidikan Sumber : Analisa, 2014
No
Kriteria
Bob ot
Alternative tapak 1
Alternative tapak 2
Alternative tapak 3
Kondisi
N
B.N
Kondisi
N
B.N
Kondisi
N
B.N
1.
Peruntukan Lahan
30%
Kawasan pengembang an pendidikan dan permukiman
9
2,7
Kawasan pengembangan perdagangan dan jasa
7
2,1
Kawasan pengembangan pendidikan dan permukiman
9
2,7
2.
Atmosfer lingkungan pendidikan
20%
Dekat dengan permukiman tidak padat penduduk
8
1,6
Dekat dengan pusat perdagangan dan jasa
6
1,2
Dekat dengan permukiman padat penduduk
7
1,2
59 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
3.
Aksesibilitas kendaraan pribadi
20%
Padat, merupakan jalur padat kendaraan
7
1,4
Sangat padat, merupakan jalur padat kendaraan
6
1,2
Padat, merupakan jalur padat kendaraan
7
1,4
3.
Fasilitas Penunjang
10%
Dekat dengan fasilitas pendidikan
9
0,9
Dekat dengan pusat perdagangan dan jasa
7
0,7
Dekat dengan fasilitas pendidikan
9
0,9
5.
Jaringan utilitas kota
10%
Tersedia jaringan utilitas
9
0,9
Tersedia jaringan utilitas
9
0,9
Tersedia jaringan utilitas
9
0,9
6.
Topografi dan 10% Kondisi Tapak
Lahan tidak berkontur,Lu as ± 9048 m2
7
0,7
Lahan tidak berkontur,Luas ± 10.701,89 m2
8
0,8
Lahan tidak berkontur,Luas ± 13.113 m2
9
0,9
Jumlah
100 %
8,20
6,90
8,00
Sumber : Analisa, 2014
Berdasarkan penghitungan di atas maka terlihat bahwa tapak yang lebih potensial adalah tapak alternatif 1. Berikut rincian peraturan penggunaan tapak:
Luas Tapak
: ± 9048 m2
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
: 23 m
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
: 50 %
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
: 0,8-2,0 % (4 lantai)
Luas bangunan
: ± 6670 m2
Luas area Luar
: ± 3797 m2
Luas area yang boleh dibangun
: 50% x 9048 = 4524 ≈ ± 4524 m2
Lahan yang tidak boleh dibangun
: ±4524 m2 ≈ ± 4524 m2
Untuk memenuhi ketentuan tersebut maka pembangunan Sekolah Tinggi Arsitektur direncanakan setinggi 3 lantai, sesuai batas maksimal jumlah lantai pada Fakultas Teknik dengan luas lantai dasar bangunan 2214,3 ≈ ± 2214 m2 . Sisa lahan sebesar 6834 m2 digunakan untuk kebutuhan ruang luar, parkir, dan taman.
60 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.3 Pendekatan Aspek Kinerja 4.3.1 Sistem Pencahayaan Sumber pencahayaan dibagi menjadi 2, yaitu:
Pencahayaan alami - Tergantung iklim dan waktu - Dapat dimanfaatakn secara maksimal pada bangunan dengan memperhatikan besar lubang ventilasi - Menggunakan atap penutup tembus pandang untuk penerangan/pencahayaan di atrium/hall - Pemanfaatan cahaya matahari langsung Pencahayaan buatan - Tidak tergantung iklim dan waktu - Merupakan media untuk mendapatkan cahaya yang merata didalam ruangan - Dapat menambah kesan khusus pada interior bangunan - Pencahayaan dapat diatur sesuai kebutuhan Keuntungan : efek cahaya dapat diatur, tidak tergantung cuaca. Kerugian : mata mudah lelah karena retina yang selalu berubah, cenderung mengubah citra warna dari suatu obyek (pada tujuan tertentu hal ini menjadi keuntungan).
4.3.2 Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang Dalam suatu ruangan diperlukan adanya aliran udara sehingga ruangan akan selalu mendapat pergantian udara yang segar. Untuk mencapai kondisi yang diinginkan dapat dilakukan pengaturan penghawaan ruang, antara lain dengan cara:
Penghawaan alami Dengan menggunakan system silang (cross ventilation) pergerakan hawa udara akan lancar sirkulasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bukaan dinding pada sisi yang berhadapan. Penghawaan buatan Dengan menggunakan AC penghuni dapat mengatur suhu ruangan yang diinginkan. Exhaustfan dapat juga digunakan, dengan prinsip menarik keluar udara dari dalam ruangan atau sebaliknya. 4.3.3
Sistem Jaringan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dibangunan sekolah adalah 75 liter/orang/hari, dengan sumber air bersih berasal dari PAM dan sumur artesis. Penggunaannya untuk lavatory, sevice, kantin dan pemadam kebakaran. 61 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
Air bersih diperoleh dari sumber PAM dan sumur artesis dengan 2 metode ditribusi: a. Up Feed Distribution Dari sumber air dialokasikan kedalam reservoir, lalu dipompa ke atas untuk dikonsumsi. Lantai 3
Sumber Air Bersih
Ground Reservoir
Pompa
Lantai 2 Lantai 1
Gambar 4.13 Sistem Distribusi air bersih 1 Sumber : Analisa, 2014
Keuntungan tidak membutuhkan tangki penyimpanan diatas bangunan, namun kerugiannya aliran air tidak dapat mengalir bila listrik padam, dibutuhkan beberapa poma tekan otomatis kekuatan tinggi dan umumnya pada daerah teratas kekuatan air relatif kecil.
b. Down Feed Distribution Dari sumber air dipompa keatas, ditampung dalam roof tank, lalu dikonsumsikan di level bangunan dibawahnya. Keuntungannya adalah kelangsungan air terjamin meskipin listrik padam dan kekuatan air disetiap lantai sama.
Roof Tank
Sumber Air Bersih
Ground Reservoir
Pompa
Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1
Gambar 4.14 Sistem Distribusi air bersih 2 Sumber : Analisa, 2014
4.3.4
Sistem Pembuangan Air Kotor Air buangan ada tiga jenis, yaitu :
a. Air kotor yang berasal dari kamar mandi, wastafel, dan kantin. b. Air hujan yang jatuh keatap bangunan atau tapak bangunan dapat dibuang ke saluran kota. c. Air kotor yang berasal dari buangan WC, urinoir dan air buangan tanaman (yang mengandung tanah) diairkan dulu ke septictank kemudian ke sumur peresapan. 62 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
Air Kotor
TUGAS AKHIR 127/49
Peresapan Saluran Pembuangan Kota
Air Hujan
Bak Kontrol
Gambar 4.15 Sistem Distribusi air kotor Sumber : Analisa, 2014
4.3.5
Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penunjang kegiatan belajar, sebagai sumber penerangan buatan, pompa, AC dan peralatan mekanikal elektrikal lainnya. PLN sist.nan Trafo
Automatic Transfer Switch
Main Distribution Panel
Sub Panel
Ruang Ruang
Genset et
4.3.6
Gambar 4.15 Sistem Distribusi Listrik Sumber : Analisa, 2014
Sistem Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah harus memperhatikan sifat, jumlah dan sistem pembersihan, frekuensi dan waktu pengumpulan, alat, serta jalur pengumpulan. Sistem pembuangan sampah, dengan pengelompokkan jenis sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering yang kemudian ditampung dalam bak sementara yang selanjutnya dibuang ke TPA kota.
4.3.7
Sistem Pencegahan Kebakaran
a. Alat Pendeteksi Kebakaran (fire alarm) Heat Detector, yaitu alat untuk mendeteksi panas dalam ruangan. Apabila panas / suhu dalam ruangan telah melampaui ambang 57O, maka heat detector akan mengirimkan sinyal tanda bahaya di papan kontrol di ruang kontrol engineering.
63 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
Smoke Detector, yaitu alat pendeteksi asap dalam ruangan. Apabila asap yang ada di dalam ruangan melampaui konsentrasi (kepekatan) yang disyaratkan maka smoke detector akan mengirimkan sinyal ke papan kontrol di ruang panel. Manual Alarm, yaitu berupa tombol bunyi tanda bahaya. Apabila terdapat tandatanda kebakaran (terjadi kebakaran), tombol dapat ditekan untuk membunyikan tanda bahaya. b. Alat Pemadam Kebakaran Sprinkler, yaitu alat pemadam kebakaran otomatis, yang bekerja karena pengaruh panas dalam ruangan. Panas / suhu ruangan yang telah melampaui ambang akan dapat melelehkan penutup spuyer (ozle), sehingga air dapat menyembur keluar untuk memadamkan api. Air sprinkler berasal dari roof reservoir yang dialirkan dengan prinsip gravitasi atau air dapat berasal dari ground reservoir yang dialirkan dengan pompa secara langsung. Hydrant Box, yaitu berupa selang yang tergulung rapi dalam box. Panjang selang maksimum 25 m dan diletakkan pada tempat-tempat tertentu di dalam bangunan. Selang akan dapat mengalirkan air setelah kran (valve) dibuka. Fire Extinguisher, alat pemadam kebakaran yang menggunakan bahan kimia (karbondioksida) dalam bentuk cairan berbusa sebagai bahan pemadamnya. Alat ini bisa dijinjing (portable) dan tidak dihubungkan dengan sistem jaringan. Biasa diletakkan ditempat-tempat yang strategis. Hydrant Pile, yaitu tiang hydrant yang diletakkan diluar bangunan. Hydrant pile dapat dipakai untuk memadamkan api kebakaran dari luar dengan menggunakan selang. Air hydrant Box dan hydrant pile berasal dari ground reservoir yang dialirkan secara langsung oleh pompa. Dalam keadaan tertentu, air kolam renang bisa dialirkan ke hydrant.
4.3.8
Sistem Komunikasi
Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis : Komunikasi Internal Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain intercom, handy talky (untuk penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola/bagian keamanan Komunikasi Eksternal Komunikasi dari dan ke luar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon maupun faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi penghuni.
64 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
4.3.9
TUGAS AKHIR 127/49
Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya) Ada beberapa sistem instalasi penangkal petir, antara lain : Sistem Konvensional/Franklin Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas. Namun demikian sistem ini merupakan penangkal petir non radioaktif sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar Sistem sangkar Faraday Sistem ini merupakan sistem penangkal petir yang biasa digunakan di Indonesia. Bentuknya berupa tiang setinggi 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke ground. Memiliki jangkauan yang luas. Sistem Radioaktif atau sistem Thomas Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan perlindungan yang cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu tempat penangkal petir. Namun sifat menolak petir membahayakan lingkungan sekitar.
4.3.10 Sistem Transportasi Vertikal Kemungkinan jumlah lantai yang tercipta adalah lebih dari 1 lantai, maka alternatif sistem transportasi vertical yang digunakan adalah:
Otomatis : Escalator
: - Tidak efektif untuk orang cacat - Tidak membutuhkan ruang yang luas
Moving Slide Walk
: - Lebih efektif untuk orang cacat - Membutuhkan ruang yang luas
Lift
: - Tidak efektif untuk bangunan 2 lantai - Sangat efektif intuk rang cacat
Manual : Tangga/Ramp
: - Murah, perawatan mudah dan murah
65 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
4.4 Pendekatan Aspek Teknis 4.4.1 Sistem Struktur Pendekatan sistem struktur berdasarkan pertimbangan: 1. Kondisi pada lingkungan sekitar. Karena letaknya di daerah pinggir kota yang merupakan kawasan pengembangan kota, yang akan dipadati bangunan pada tahun mendatang, maka bangunan sekolah dituntut memiliki kekuatan struktur dan fisik bangunan, meliputi: kekakuan, kestabilan, tahan gempa, angin, petir dan lain sebagainya. 2. Tuntutan terhadap fungsi bangunan itu sendiri. 3. Pertimbangan material struktur yaitu: ekonomis, perawatan mudah, dan daya tahan terhadap cuaca. 4. Pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dapat menahan gaya vertikal dan horisontal dengan daya tekan besar. Pondasi ini juga memiliki waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat daripada pondasi tiang pancang. 5. Middle structure menggunakan sistem rangka kaku (rigid frame system) dengan bahan beton bertulang. Konstruksi ini dipilih karena kuat dan dapat diaplikasikan dalam desain bangunan bentang lebar. Konstruksi ini juga tahan api, air dan cuaca.
4.4.2
Sistem Modul
Modul merupakan angka (ukuran) baku yang menjadi patokan untuk menentukan ukuran-ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen-elemen ruangan atau bangunan misalnya: lebar koridor, tinggi lantai, jarak kolom, dan lain sebagainya. Terdapat bermacam-macam penentuan modul, diantaranya dari pemakai dan aktifitasnya, utilitas yang ada dan hal-hal yang bersifat khusus pada obyek perencanaan. Secara garis besar dikelompokkan menjadi : 1. Modul vertikal Yang dimaksud adalah jarak antara dua elemen penyusun ruang, yaitu antara lantai dengan plafond atau lantai dengan lantai yang ada di atasnya. Jarak atau tinggi antar lantai terdiri dari: a. Tinggi lantai ke plafond Jarak ini dihitung dari permukaan lantai ke permukaan bawah dari plafond. Jarak ini merupakan tinggi efektif ruangan. 66 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041
LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR 127/49
b. Jarak plafond dengan lantai yang ada diatasnya. Ruang antara plafond dengan lantai yang ada diatasnya, biasanya digunakan untuk tempat jaringan utilitas bangunan. Jaringan utilitas itu seperti: ducting AC, pipa-pipa plumbing, kabel-kabel listrik, kabel telepon, sound system dan lain-lain. 2. Modul horizontal Yang dimaksud adalah menyangkut ukuran-ukuran panjang dan lebar. Ukuran-ukuran tersebut akan menentukan luas ruangan. Hal-hal yang menentukan luas ruangan diantaranya adalah: a. Aktifitas yang dilakukan dalam ruangan tersebut. b. Perlengkapan (perabot) yang dipakai. 4.5 Pendekatan Aspek Visual Arsitektural Pendekatan arsitektural pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur ini didasarkan prinsip arsitektur modern sebagai berikut: 4.5.1
Penampilan Bangunan
a. Bentuknya yang asimetris, atap datar, bentuk kotak, sudut lengkung dan halus. b. Pencitraan bangunan sebagai bangunan pendidikan dengan penciptaan ruang-ruang yang mengutamakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar c. Penciptaan tampilan bangunan simple,tanpa banyak ornament sehingga menjadikan fasad bangunan tersebut bersih d. Fasad bangunan biasanya mengekspos struktur yang digunakannya utuk mempertegas keberadaan bangunan e. Pemilihan material bangunan yang biasanya banyak didominasi dengan kaca yang bias juga berfungsi sebagai struktur bangunan
4.5.2
Orientasi Bangunan
a. Orientasi bangunan diarahkan agar tetap berkomunikasi dengan bangunan b. Orientasi bangunan diarahkan untuk memanjang pada lintasan matahari yaitu arah timur-barat sehingga permukaan yang lebih luas berorientasi ke utara-selatan dimana efek radiasi panas lebih sedikit.
67 AYUTA LESTARIANI - 21020110120041