N/to/ Is,r
/lJ.,lao,,
lotT/q,^t1a
Wq qz
LAPORAN PENELITIAN KASI Beauueria bassiana vuil. DATAM MENGENDATIKAN UIAT JANTUNG KUBIS cro ci do I omi a b ino t ali s zell
Oleh
:
lr. Nadrawati, fuIP
#t"
!14N;i s\=;w;I E.iir'i:'r r. , T ,_.i
^ 1b
|.
,it_, I _ / -+'
Dibiayai Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Dengan S urat Perj anj ian Pelaksanaan peneliti an Nomor : 009/LIT/BPPK-SDM/Ify20At,Tanggal 15 Maret 2@l Direktorat Pembinaan Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
FAKUTTAS PBRTANIAN UNIVERSITAS BBNGKUTU
2001
IIALAN,IAN PENGESAEAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
a.
Judul
b.
Bidang Ilmu
:
Aplikasi Beauveria bassiana Vuill untuk mengendalikan ulat jantung kubis Crocidolomia b inotol is Zell Pertanian: Patologi Serangga/Pengendali an hayati
Kategori Penelitian Ketua Pelaksana a. Nama b. Jenis Kelamin c. Pangkat/Golongan A{ip d. Jahatan Fungsional e. Jabatan Struktural f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian Jumlah Anggota Peneliti a. Nama Anggota Peneliti Lokasi Penelitian Ke{asama dengan Instansi Lain a. Nama Irstitusi b. Alamat Lama Penelitian Biava vang Diperlukan a Sumber dari Depdiknas b. Sumber lain Jumlah
I : Ir. Nadrawati, MP : Perempuan : Penata TK Y iII d /13 rcArc64 . Dosen, Leklor Madya
:: PertanianlBudidaya Pertanian : Universitas Bengkulu
: 1 orang : Ir. Nadrawati : Tanah Patah Kodya Bengkulu
: 6 bulan : Rp.5.000.000,-
:
tidak ada
: Rp. 5.000.000--
(limajuta rupiah)
Bengkulu,
1
Nopember2001
Pertanian
nawarM.Sc. 916
Ir.
Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian
Drs. Syaiful Anwar, AB NIP. 131414019
ffi;-Em fut.
u.,"
A+",1 l'rF?ar
ABSTITACT
of Beatmeria bassiano to control cabbage-heart catelpilrar {crocidoktfuia binotal-ri). A' experiment has been conducbd during Mei to Nopeniber 200i in field farm:in Tanah palah to determined Aplication
the effect concentration of conidia of B. bassiana againts cabbage-heart caterpuillar. The experiment design was a Randornized BIock nesignlmol conidia concentration including control as treatnienti. Each treatment was replicated 3 tirnes. Result indiiated that the concentration of conidia of rg. bassiana were affected or controred to density poputution of cabbage-heart caterpillar and the crop fomed. The crop fonneh in. higest (75,56)'percent
witnTilf ;l
was achieved conidia/rnl.
in
concentration
lz,5
x ro 13 conidia/rii aan is'*'io-l1
RINGIftSAI\I crocidorontia binotaris Zerl merupakan hama utama pada tanaman kubis disarnping Puttelta xylos'relta curL. serangan hama tersebut
dapat rnenyebabkan kegagalan panen' usaha yang dilakukan untuk mengendalikan hama tersebut masih terSantung pada pcnggunaan inselcisida kirnia. Dalam usalra untuk rnengurangi darlpak negatif pcnggunaan insektisida kinria, uraka dilakukan penelitian tentang pengendalian hayati, yang merupakan komponen utama daram pengendalian hama terpadu' dengan menggunakan jamur patogen serangqa Bectuveria ba,ysiana
Tujuan penelitian bass'iana yang
vuill.
ini adalah untuk rnengetahui
dan mendapatkan konsentrasi efeklif nrengendalikan harna C. hinotalis
o\run .
R.
dilakukan di desa Tanah patah Kodya Bengkuru dari buran Mei 2001'varietas kubis yang dipakai ..
adarah,. Raja yang dtsemaikan lebih\dahulu sebelum di tanam di petak percobaan. pernupukan ditakukan kaJdang yang disebarkan sebelum menanam tanaman kubis, sedangkan pupuk urea, TSfl dab KCl dibenkan dua kari yaitu pada saat tanam dan tanaman
11ou','
f\*oer
:":'nunuk
berumur 1 bulan
di lapang. sebagai perlakirkan adarah konsentrasi konidia R. bcssiana 7,5 x L0rr konidiMnr; r0 x r0 13 konidia/mr r2,5x 10 t5
x
10
r3
konidia/ml dan kontrol (tanpa perlakuan)
;
13
konidia/mr
;
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perrakuan jamur B. bassiqna dengan 13 entrasi 12,5 x 10 dan 15 x 10 13 konidia/mr mampu menekan popurasi ulat g kubis dan meningkatkanjumlah krop yang terbentuk (75,56) O.rr.rr. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendaram mengenai penggunaan jarnur bassiana tersebut dalam skala yang lebih luas, terutama di sentra pertanaman kubis. n dari hasil kajian tersebut dapat dibuat anarisis ekonominya.
TfiTA PSNGANTATT
Puji spkur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha I(uasa atas tersusunnya laporan penelitian ini. Laporan penelitian ini disusun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di desa Tanah Patah Kodya Bengkulu atas biaya
Dikti Tahun Ajaran
200012001. Pada kesempatan
ini
penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada penyaridang dana, dan semua pihak yang terkait dalarn pelalisanaan penelitian ini.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis selalu menanti kitik dan saran yang membangun.. Akhirnya
\
pen\is
berharap semoga Iaporan
ini
akan bennanfhat bagi siapa saja yang
rnerne\kannya. \ I
I Bengkulu, Nopember 200 1
Penulis
DAFTAR ISI f,{alaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRACT zuNGKASAN
ii
iii iv
KATA PENGANTAR DAFTAR lSI
vi
DAFTAR TABEL
vii
r. iI. \\
PENDAI-TULUAN
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
UI. \
METODOLOGI PENELITIAN
5
IV.
I{ASIL DAN PEMBAHASAN
7
J
KESIYPULAN DAN SARAN DAI?TAR PUSTAKA
9 10
DATTARTABEL Tabel
.,i
1-
Halaman
Rata-rata kepadatan populasi ulatjantung kubis setelah tiap
3
hari
perlakuan dongan berbagai konsentrasi konidia
(ekor ltanaman_)
2-
*
Rata-rata jumlah tanauran yang nre,r'bentuk krop setelah
aplikasi jam.ur B. baxianudengan berbagai perlakuan
"jumlah konsentrasi
\
-a
.t
T.
PINDAHUI,UAN
tllat jantung kubis Crocidolotnict binotalrs tanaman kubis. Serangan hama
ini akan
merupakan hama penting pada
menyebabkan kuantitas dan kgalitas hasil
nlenjadi rendah, pada Serangan berat tanaman tidak dapat membentuk krop sehingga panen menjadi gagal (Kalshoven, 1981). Untuk mclindungi tanaman dari serangan hama tesebut, pctani sangat tcrgantung pada penggunaan insektisida sintetik, baik dari dosis maupun frekuensinya; dari sekali seminggu sampai tiga kali serninggu hingga menjelang panen. Penggunaan insektisida sintetik yang terus tnenerus untuk pengendalian hama tidak sesuai dengan. pengendalian hama telpadu (pHT): Dalarn
PHT insektisida sintetik digunakan apabila cara pengendalian non-kirniawi tidak mampu lagi menekan populasi harna. Jika insektisida sintetik digunakan,
maka
insektisida tersebut harus selektif terhadapo jasad sasaran, dan aman bagi lingkungan. Penggunaan insektisida sintetik yang terus menerus akan menirnbulkan berbagai masglah, seperti tirnbunya resistensi hama, resurgensi, bahaya residu dan pencer naran
Iingkungan. Disarnping
itu
penggunaan in.sektiida sintetik secara terus menerus
menyebabkan biaya produksi tanaman menjadi tinggi (mahal).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka perlu dikembangkan cara pengendalian yang relatif murah, efektif terhadap hama sasaran dan aman bagi lingkungan. Beatneria bassiana merupakan salah satu jamur yang berpotensi untuk dikembangkan dalarn rangka pengendalian ulat jantung kubis. Hasil penelitian di Laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi B. bassianaT,5 x 10 e konidia / ml terbukti manjur untuk mengatasi ulat jantung kubis instar III. persentase
ulat pada
dosis tersebut sekitar 76 persen (Nadrawati dan Kazwaini, I99g).
Berdasarkan infonnasi tentang potensi B. bassiana dalammengend.alikan ulat
jantung kubis tersebut
di atas,
maka perlu dilakukan penelitian
mendapatkan dosis atau konsentrasi spora yang
efektif
di
lapang untuk
terhadap ulat jantung kubis
tersebut Ffusil penelitian diharapkan berfaedah dalam menrperkay a carapengendalian hama secara biologi, khususnya ulat jantung kubis.
T.utru+*r ,
tr TNJAU^{IY PIISTAKA Musuh alami dalarn hal ini patogen serangga merupakan komponen biotik yang mempengaruhi dinamika populasi serangga, tetapi populasinya cii lapangan sering rendah sehingga perkenrbangannya lebih lambal dari serangga inang (price, 1984). Rendahnya populasi musuh alarni sendiri atau bersama-sama dengan faldor lain sering menyebabkan ledakan populasi hama pada ekosistirn pertanaman (Altieri
dkk, L991). Pakar pengendali biologi selalu beqpikir bahwa populasi hama tanaman pertanian dapat ditekan apabila populasi musuh alami di iapangan dapat bekerja dengan baik.
Di dalam konsep PHT musuh alami
rnerupakan salah satu komponen yang
lrarus diutanamakan, sedangkan insektisida sejauh mungkin dikurangi atau ditinggalkan- Karena populasi musuh alami di lapangan sangat rendah maka usaha konservasi dan augmentasi harus dilakukan. Contohnya tabuhan Diadegma eucerctpltaga digunakan untuk mengendalikan populasi ulat daun kubi plutella s
xylostella Curt.
Dan
jamur B. bassiana sendiri banyak dimanfaatkan untuk
pengendalian hama Hypothenentus lrumpei padatanaman kopi (Haryo no rlkk, Lgg3) Khusunya untuk jamur R. bassiana sudah lama digunakan untuk pengendalian
hama dan mampu menimbulkan epizootik pada kepadatan inang atau host yang rendah maupun tinggi. Telah diketahuijamur R. bu.ssiana tersebut dapat rnenginfeksi
lebih dari 100 spesies serangga dari ordo yang berbeda. Secara umum inang utama B.
bassiana adalah ordo Lepidoptera, Coleoplera, Hemiptera, Diptera dan Hymenoptera (Tanada ciarr Harry, lgg3). Beberapa serangga inang B- bossiana adalahhama lanas
pada
ubi jalw (Cylas furnticarius)
(scotinrophoro coarcrala) (Rombach
(Burdeos dan Lia, 19g9); kepinding tanah
dkk, 19g6); hama kemiri (curculio
caryae)
(llarrison dkk, 1993); hama tanaman kapas (Anr,honomusgrandis) (wright
dan
Chandler, 1992); kumbang kentang (Leptinotarsa decemliniata), lalat rumah (Mttsca domestica). lalat ternak (Stomoxys calcitrans) (Watson dkk, 19g5). Selanjutnya hasil penelitian
Itji dkk (1993) B. bassiana
dengan dosis
I kg/ha pada awal pembungaan
dapat menekan serangan H. lwmpci ebih dari 60 persen dan dengan dosis 2 l
Pertumbuhan B. bassiana berupa koloni dengan bentuk yang tidak beraturan dan bem'arna pLitih. B' bassictna yang fertil mempunyai
konidiofor
dengan
percabangan berbentuk zigzag, pada ujung cabang terdapat spora berbentuk balat (Poinar dan Thomas, 1982). Flifa B. bossiana tidak berwarna (Flyalin), tetapi masa hifa dapat berwarna putih atau kuning pucat, kadang-kadang berwarna kemerahan (Steinhaus , 1949).
Jamur patogen umumnya rnengadakan penetrasi integurnen pada baEan diantara kapsul kepala dengan torak dan diantara ruas-ruas anggota badan. Mekanisme penetrasi patogen <Jimulai dengan pertumbuhan konidia pada kutikula serangga dan pernbentukan badan seperti apresoria (vey dan Fargues, 1977). Selanjutnya jamur tersebut mengeluark an enz;wkhitinase,
lipase dan protease (Huber 1958 dalam Benz 7963) serta men[adakan penetrasi kutikula yang berlangsung 12 sampai 24 jam' Didalam epidermis miselia B. bassiana tumbuh secara radialdimulai dari pusat infeksi, akhinrya hifa dapdt mencapai hemocoel dalam 1 s6pai 2 hari. Di dalam hemocoel badan hif,p patogen tersebar dan berkembang dalarn hemolim.
Selanjutnl'a hemocit dirusak patogen sehirrgga darah serangga host menjadi lebih kental dan pucat' Pada saat yang sama peredaran darah serangga yang diinfeksi menjadi lebih lambat dan akhinnya tepjadi paralisis dan akhirnya
mati (Steinhaus,
194e).
Kematian host merupakan akhir fase parasitik dari perkembangan patogen [amur)' Setelah host mati miselia turnbuh saprofitik menembus's.*ra jaringan dan berkompetisi dcngan bakteri internal. Kematian host terjadi 5 sampai infeksi @artlen dan Jaronski, 19gg).
7
ha:isetelah
Tanda dan gejala serangan host yang terinfeksi jaqrur ditunjukkan dengan perubahan perilaku, perubahan ekstemal dan internal, dan perubahan boki,oiu. Gejala
perilaku yang paling awal yaitu kehilangan nafsu makan dengan gerakan yang tidak terkendali' Tanda eksternal umumnya berupa perubahan host yang mati clengan tubuh
'---
ffiT ,
i
i
.{
i -j
I
_
yang berwsrna putih (Steinhaus, g49). 1
Seperti agerl pengendali biologi lainnyq jarnur bessianamempuuyai aman bagi lingkungan dan biaya pembuatanrr, ,.i,n *ndar1 gurangi biaya produksi' oleh karena ifu pemakaian jamur bassianamerupaka B. YanB P,tensial untuk dimampulasi pe,gendariunrrurr*'l;:::bagi kepenfingpn
B.
I,ffi'T-il[:"t
m.
MBTODE PBNELITIAN
Penelitian ini dilakukan di daerah Tanah Patah Kodya Bengkulu sejak bulan Mei sarnpai awal Nopember 2001. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak I(elonrpok dengan 5 perlakuan berbagai konsentrasi jamur lJ. buss'iana tenaasuk kontrol. perlakuan tcrsebut adalah jamur lJ. bas:,ianu dengan konsentrasi 7,5 12,5
x 1013/rnl;
15
x l0tl/ml; l0 x
10r3/m1;
x t0r3/rnl. Masing-rnasing perlakuan diulang 3 kali.
Aplikasi jamur dilakukan setelah tanaman berumur 34 hai, dengan interval penyemprotan 7 hari. Volume senrprot yang digunakan adalah 600llhauntuk tanaman
berumur 1 bulan, 800 lAa untuk tanaman 2 bulan dan 1000 I/ha untuk tanaman
3
bulan.
Uji
beda nyata antara setiap perlakuan dosis jamur dilakukan dengan
uji F dan
uji lanjut DMRT. Pelaksanaan penelitian
1.
ini mencakup
:
Fembibitan dan pembuatan petak percobaan Benih kubis disemai pada bedengan ukuran Zxl m, yang tanahnya diberi pupuk kandang- Pengolahan tanah untuk percobaan diiakukan agar tanah rnenjadi gembur, kemudian dilakukan pemetakan petak/plot percobaan sebanyak 15 petak dengan ukuran masing-masing 2x0,5 m dengan jumlah tanaman 6 rumpun per petak.Jarak antara petak 0,75 m sedangkan jarak antara ulangan
I
m. Penanaman
dilakukan setelah bibit berumur 1 buJan, dan pupuk kandang diberikan 1 minggu
sebelum tanam, sedangkan pupuk urea, T$p dan
KCI diperikan pada saat
tanaman dengan dosis berturut-turui 100, 50 dan 50 kg/. pemupukan ke dua
dilakukan setelah tanaman berumur
27 han.
penyrr4mall dan penyiangan
dilakukan bila diperlukan.
2.
Perbanyakan jamur. Isolat jamur
B. bassiana diperoleh dari ulat jantung kubis yang terinfeksi
B.
bassiana di lapangair. Perbanyakan isolat adalah dengan menggunakan media jagung dan beras dengan cara: beras, jagung dicuci bersih, dikukus 30 menit,
kemudian didinginkan dan dikemas dalam botol, selanjutnya disterilkan. Setelah
dingin media tersebut diinokulasi dengan jamur yang sebelurnnya
telah
dimumikan. 3.
Penyiapan suspensi tionidia B. ba,y:;iana. Biakan jamur pada media beras dan jagung dicampur dengan air (sesuai dengan perlakuan), diremas-rimas, disaring dan kemudian ditambahkanzatpsrata 0.2%. Selanjutnya siap untuk disemprotkan ke tanaman.
4. Pengamatan Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:
a.
Populasi ulat C. binotaLis yang dilakukan setiap 3 hari setelah penyemprotan.. Karena ada kemungkinan kematian ulat secara alami pada petak kontrol, maka
kematian uiat pada petak perlakuan dikoreksi dengan menggunakan rumus Abbot sebagai berikut
P:
P"-C
x100%
100_c P
: Persentse kematian terkoreksi
P":
Persentase kematian pengamatan
C:
Persentase kematian pada petak kontrol
b. Jurnlah tanaman yang membentuk krop atau
herusakan tanaman,
diamati pada akhir pengarnatan dengan rnenggunakan rulnus:
P : Ax
100%
N P (%)
A N
!
1;.
: Intensitas kerusakan : jumlah titik turnbuh
atau krop yang terserang
: Jumlah titik tumbuh atau krop yang diamati
n/. Berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMEAHASAN
uji
konsentrasi konidia
kubis C. binotalis pada pengamatan
B bassiana
terhadap ulat jantung
3 hari setelah tiap kali penyernprotan
nienunjukkan variasi kepadatan populasi ulat jantung kubis. pada Tabel 1. pengamatan ke I (37 irari setelah tanam) tampak pada petak kontrol kepadatan populasi ulat tcrtinggi kcmudian diikuti pacla perlakuan 15 x l0 i3 koli{ialrrl;7,5 x lO t3;12,5 x I0 13 sedangkan pada perlakuan 10 x 10 13 kepadatan popuiasinya adalah
0. Begitu juga pada pengamatan kc 2 dan ke.3 tarnpak adanya variasi kepadatan populasi ulat jantung kubis, yang mana perlakuan dengan r2,5
x
10
13
dan 15 x 10
13
per ml menunjukkan kepadatan populasi ulat jantung kubis terendah. Adanya va.riasi kepadatan populasi uiat jantung kubis setelah aplikasi
B. bassisana disebabkan
karena jumlah konidia yang diperlakukan berbeda-beda, semakin banyak jurniah korudia maka semakin besar kemungkinan konidia yang menempel pada kutikula ulat dan tentunya akan semakin banyak pula enzym-enzyl1l yang dikeluarlcan oleh jarnur
tersebut sehingga mempermudah penetrasi pada kutikula tersebut, yang sudah pasti pada akhirnya jamur berkernbang dengan cepat dan merriasuki pernbuluh darah ulat.
Proses kematian ulat akan dipercepat dengan dihasilkannya toksin beauverisin, beauverolit dan bassianolit oleh jamur tersebut.
Hasil pengamatan terhadap jumlah tanaman yang tidak membentuk krop (Tabel 2), menunjuklian bahrva pada petak kontroi tanaman yang membentuk krop
sekitar dengan
44,46 persen, sementara pada tanaman yang diperlakukan dengan jumur
juinlah konidia
12,5
x 10 13 konidia/ml dan
15
x 10 t3 konidia/ml menuqjukan
jumlah tanaman yang membentuk krop tertinggi yaitu sekitar 75,56 persen. (Walaupun sebenamya kalau dihitung-hitung hal tersebut masih kurang menguntungkan secara ekonomi). Hal ini sejalan dengan jumlah kepadatan populasi yang rendah menyebabkan jumlah krop yang terbentuk reiatif banyak (Tabel 1).
E
F
f II t ".
i
Tabel 1' Rata-rata kepadatan populasi ulat jantung kubis setelah tiap 3 hari perlakuan Dengan berbagai tors"ntrasi konidia B. bassiana
I :,
tuu@
Perlakuan
Rata-rata kepadatan populasi ulat jantung
t(onidia/ml
pcrlakuan dengan berbagai konsentrasi konidia B. bussiana
i (ckoritanaman) Pengarnatan ke-1
7,5 x
l0
13
10x1013 i2,5 x 10
15x
13
1013
Pengamatan
ke-2 I
Pcngamatan ke-
4,17 a
7.33 a
3,33 a
1,33 b
2,67 b
1,89 b
0.00 c
1,11c
1,33 b
0,23 c
0,66 c
1,89 b
i,8g
0,56 c
1,11b
b
Keterangan: Nilai rata sekolom yant berbeda tidak nyata pada uji DNMT 0,01 Tabel 2.Rata-tatajumlah tanaman yang membentuk krop setelah aplikasi jamur B. ' basiana dengan berbagai p-erlakuan jumtah konidia. Perlakuan
(Konidia/ml)
t
75,56
15x1013 i2,5 x 10
13
10x1013 7,5
x
10
13
a
75.56 a 66,67 b 66,67 b 44,46 c
Keterangan: Nilai rata sekolom . berbeda tidak nyata pada uji DNMT 0,01
Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan penyebaran populasi hama di lapangan tidak merata,yangmana pada pengamatan pad.a ulangan-ulangan tertentu populasi tinggi sementara pada ulangan yang lain malah tidak ditemukan ulat jantung kubis' Disamping itu curah hujan yang terlalu tinggi sglam penelitian ini berlangsung menyebabkan kurang berpengaruhnya perlakuan jamur tersebut, walau secara statistik kita melihat masih tetap berbeda nyata.
V. I{BSIMFIJI,AI{ DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian aplikasi jamur B. bassiana untuli mengendalikan
ulat jantung kubis
di
lapngan dapat diambil kesimpulan bahwa B. hassiana yailg diperlakukan dengan konsentarsi konidia 72,5 x 10 r'ldan 15 x 1013 per ml dapat menekan kepadatan populasi ulat jantung kubis dan jumlah krop kobis yang terbentuk
relatif tinggi (75,56) persen.
Dari hasil penelitian ini masih perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai penggunaan jarnur R. ba,y.yiana dalarl skala yang lebih luas, terutama di sentra pertanaman kubis (Curup) kabupaten Rejang Lebong. Dari hasil
kajian tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk analisis elconoili tanaman lcubis.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri, M-A.; P.B. Martin, dan w.J. Management 7:91_101.
Leu,is
.
rgg3.A Guest for Ecologically
Based
Ilaftleet' M'c' dan S.f.. Jaronski. I998. Mass Production of Entomogenous Fungi for Biologicar conrror. i-rar. 6i g5. Duto, e 1,. Burges (Ecl). Fungi in Biolo-sical contror Syste'r. Manchester university press. London. Benz'
G'
1963' Pliysiopathology and lJystochemistry. Dalant E.A. Steinhaus (Ed); Insect phatorogy an Advanced rieatice. vor I. Acaa.rri" pi.r;;;;;"r.
Burdeos, A.T. dan Lina. 19g9. camparative pliatogenec ity of Metarrhiziurt anisopliae, Beatperia bal;,ciana on ia.ua it tt Importd Ant soreornp.si,r rechteri. Juornal of Invertebrate phatologi 55g" g7_91 :
I-Iarrison, D'R'; wtyne dan Danny 1993. Relative suscebtibility of pean weevil Fourth Instars and Aduls to Selected Isolates uf-B.oou".ia bassiana. Journal of Biological Control 3:34_3g.
Haryono, S-Nuraini dan Ryanto. i993. Prospek Penggunaan Beatneria bassia,a untuk Pengendalian Hama Tanarnan Perke6i,nan. Siniposium r -- ---^^ patologi serangga yogl,akarta. Targgar 12-13 oktober g harainan.
Ilii'
Annie dan Mery- 1993. Efek-tivitas Lima Konsentrasi suspensi spora Beauveria bassiana Vuill,Terhadap Mortalitas Tiga instar Darna Catenana Snellen (Lepidopte.1,^ -a' --Serangga !irl"odidae). simposiuri patorogi -^*^'t'tf,* vogyakarta. ' "t Tanggal lz-13 okober 9 haiarnan.
Kalshoven, L'G.E. 198 i. The Pest of Crop in lndonesia. pT Ichtiar Baru. Jaka rta. 701 halaman.
Nadrawati dan Kazwaini. 1998. Efektivitas Beatneria bassiana dan Mrtarrhiziunt .anisopliae Ulat Jantung Kubis Crociclolontia binotalis. Abstrak -terhadappeneliti Penelitian Lembaga an Lrfrrln. B engkulu. Price, P.w. 1984. Insect Ecology. Jorrn wirey & sons. New york.
Rombach, M'C,; R.M. Aguda;B.M. Shepard, dan D.W. Roberts. 19g6. Entomological fungi (Deuterornicotina) in tt. control of the Black Bug of Rice, Scotinophora coarctata (Hemiptera: Pentatornidae). Juornal of Invertebrate Phatologi. 48 : 174-179.
t0
Steinhaus, E'A- 1949. principre of Insect phatorogy. Mc Graw. H1r. New york.75T halaman. Tanada,, Yoshinora dan H.K. Kaya. 1993. Insect phatology. Academic press. 666 nalaman.
Vey dan Fargus. 1977. I{istological and Ultra Structural Studies of Beauyerict bassiana Infection in l-eptittotarsa decenliniata Lawae During ilJ;; Journallnver. path. (30). llal.ZOT _217.
watson, D
w.;
c.J.Geden; S.J.Long dan D.A.Rutz. rgg5, Eff'Lcacy of Reauvaria basssianu lor Controlling the i-Iouse Fly and Stable Fly (Dipiera; Mgscidae). Jounal of Biological Control (5): a05 _ 4lI
Wikardi, E'A. 1993- Laporan Evaluasi Perkembangan dan Penggunaan Cenclawan Beauverict b.assiana sebagai InseLtisida Mikroba di perGbunan Tugu Sari Balai Penelitian dan Perketiunan Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 12 halaman.
Wrigh,J.E. dan L.D' Chandler. 1992. Development o1'a Biorational Mycoinsecticide Beaweria bassiana formuiation and lts Aplication againt Boll Weevil Population (Coleoptera: Curculionidae). Journal of Economic Entomologi Vol. 8s(6): I i31-1135
1t