Liputan Utama Harap-harap Cemas Hasil Psikotest Ala Dosen PMK 215 Goyang STAN Wawancara Direktur STAN: Kalian Tidak Akan Ditelantarkan ISSN: 1829-6106
9777829 670602 9777829 670602
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
1
>>
Suara Bengkel Hampir dua bulan yang lalu, kami merencanakan penerbitan tabloid edisi ini. Seperti biasa: kami rapat, rapat, dan rapat. Kebetulan saat itu banyak isu yang harus diangkat. Namun, penggarapan tabloid yang dimulai pada awal Desember ini terpotong liburan akhir tahun. Mungkin karena itu, ada kekosongan yang terasa. Biasanya, pada bulan-bulan ini kami disibukkan dengan rutinitas bengkel yang padat –terutama karena adanya magang. Akan tetapi, kali ini fokus kami hanya tertuju pada produk redaksi. Maklum, proses magang berjalan tidak seperti tahun sebelumnya—yang membutuhkan tenaga ekstra karena jumlah peserta magang melampaui prediksi. Banyak faktor yang membuat magang kali ini berbeda. Salah satunya, tidak adanya penerimaan mahasiswa D3. Kami putuskan untuk tetap melakukan magang, berapapun pesertanya. Tak terlalu buruk. Ada beberapa lamaran yang
> seorang narasumber kami temui beberapa kali untuk verifikasi. Hasilnya, salah satu editor kami berkomentar, “Tulisan kali ini panjang-panjang ya!” Meskipun panjang-pendeknya tulisan bukanlah ukuran mutlak kualitas suatu berita, hal itu menunjukkan usaha reporter kami yang bertekad memberikan berita yang telah diverifikasi. Namun, kadang ada saja kesalahan yang luput dari perhatian kami. Sebab itu, kami tetap membutuhkan kritik dan saran. kami terima. Tentu kami berharap semangat kami terbarukan bersamaan dengan adanya sumber daya manusia yang baru. Liputan kami usahakan sedalam mungkin. Tak cukup satu, dua, atau tiga narasumber saja. Demi mendukung kualitas pemberitaan, kami mewawancarai semua pihak yang terkait dengan isu yang kami angkat. Tak jarang pula
Akhirnya, di saat hawa ujian sudah mulai terasa, kami mengucapkan selamat menempuh UAS Genap bagi para rekan, semoga kesuksesan dapat digenggam. Salam Pers Mahasiswa!
Editorial
Susunan Redaksi
Pemimpin Umum Aditya Hendriawan Sekretaris Umum Milki Izza Kepala Kesekretariatan Euis Kurniasih Staf Kesekretariatan Novia Fatma Ratwindayati Bendahara Umum Siti Armayani Ray Pemimpin Redaksi Reza Syam Pratama Redaktur Pelaksana Majalah Hanifah Muslimah Sekretaris Redaktur Pelaksana Majalah Tendi Aristo Redaktur Pelaksana Civitas Online Tri Hadi Putra Sekretaris Redaktur Pelaksana Civitas Online Ericha Putri Utami Redaktur Pelaksana Tabloid Irfan Syofiaan Sekretaris Redaktur Pelaksana Tabloid Muamaroh Husnantiya Editor Bahasa Sarah Khaerunisa Manager Art Center Annisa Fitriana Staff Art Center Grandis Pradana Muhammad ,Luthfian Hanif Fauzi Layouter Annisa Fitriana, Luthfian Hanif Fauzi Web Master Nadia Rizqi Cahyani Reporter Aditya Hendriawan, Annisa Fitriana, Euis Kurniasih, Ericha Utami P., Grandis P. M., Hanifah Muslimah, Irfan Syofiaan, Mila Karina, Milki Izza, Muamaroh Husnantiya, Nadia Rizqi Cahyani, Novia Fatma R., Reza Syam Pratama, Rizki Saputri, Salsabila Ummu S., Sarah Khaerunisa, Siti Armayani Ray, Tendi Aristo, Tri Hadi Putra, Tyas Trimur W.S.R. Kepala Penelitian dan Pengembangan Galuh Chandra Pengembangan Sumber Daya Manusia Salsabila Ummu Syahidah Pusat Data dan Riset Mila Karina Pimpinan Perusahaan Nuris Dian Syah Bendahara Perusahaan Rizki Saputri Manajer Produksi Tyas Trimur Wahyu SetyoRini Alamat Redaksi Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jl. Ikan Terbang No. 4, Jurangmangu Timur, Tangerang Selatan, Banten. Telepon : (021) 91274205, E-mail :
[email protected]
2
w w w Edisi . m No. e d18/Tahun i a cX/Minggu e n t eI/Februari/2012 rstan.com
Di lingkungan kampus, tugas pengawasan kami masih terus berjalan. Demi menjaga agar kuasa tak sampai kelewat batas, sistem kontrol perlu diterapkan. Kontrol yang dimaksud jelas tak hanya berupa audit atas laporan keuangan atau perbaikan pengendalian internal organisasi. Tapi perhatian terhadap kinerja hingga kesetiaan pada janji tak boleh luput dari perhatian. Maka, laporan tentang sebagian kabar kinerja lembaga kemahasiswaan kampus STAN jadi bagian dari tabloid edisi ini. Atas visi-misi kampanye yang masih belum terlaksana, kepengurusan BEM menuding kurangnya dana sebagai penyebabnya. Estimasi yang tak sesuai jadi awal permasalahan. Karena menggunakan data tahun sebelumnya, pihak BEM akhirnya harus menyesuaikan pembagian dana bagi badan otonom KM STAN. Di edisi ini, pembaca juga bisa menjumpai rangkuman perjalanan investasi BEM yang hingga kini belum juga rampung. Masalah ini sudah kami bahas sejak terbitnya Oven News terakhir kali, beberapa bulan lalu. Usaha melawan lupa ini penting. Sebab di masa depan, kita tak tahu bentuk masalah apa lagi yang bisa muncul terkait dengan hal serupa. Kabar awal mahasiswa D1 yang baru menyelesaikan kegiatan orientasinya juga masuk sebagai bagian dari
sajian kami. Yang baru dari dinamika tahun ini antara lain adalah adanya orientasi susulan. Ada juga kisah dari lingkungan sekitar kampus saat beberapa waktu lalu, mahasiswa lulusan 2011 disibukkan dengan pengurusan administrasi setelah kelulusan mereka. Di tengah kesibukan itu, muncul kabar yang menimbulkan hiruk-pikuk: PMK 215. Ini jadi penting menjadi perhatian lebih-lebih sebab kebijakan ini ternyata tak hanya berdampak pada mereka yang baru saja lulus, tapi juga mahasiswa setelahnya. Untuk itu, Civitas melakukan liputan untuk memperjelas kabar yang berkembang di kalangan mahasiswa STAN. Di lingkungan lain kampus, kabar terkait beberapa kegiatan kampus yang bulan ini luar biasa marak masuk dalam liputan kami. Memang tak semua terjangkau dan memenuhi kriteria penerbitan tabloid. Maka kami mencoba menyajikan apa yang benar-benar mampu kami pahami dan berada dalam jangkauan liputan kami. Akhirnya, lagi-lagi, di tengah persiapan ujian kita, kami mengucapkan selamat menempuh UAS semester ganjil tahun ini. Semoga usaha terbaik yang kita berikan, hingga hanya hasil terbaik yang kita dapatkan.
Keluarga Besar Media Center Mengucapkan
Selamat Menempuh UAS Ganjil , Semoga Sukses!
<<>
>>
>>
Surat Pembaca
Selalu Cek dan Ricek Pada dasarnya, kami menyambut baik kehadiran media-media yang beredar di lingkungan STAN. Dalam hal ini adalah media cetak, diantaranya Civitas, Warta Kampus, serta Hi-Magz. Dalam penerbitan media cetak tersebut, kami melihat bahwa mahasiswa STAN dapat mencurahkan keahliannya di bidang jurnalistik, sehingga kemampuan mahasiswa yang terlibat tidak kalah dengan jurnalis yang sudah level pro. Dalam menulis berita, terutama yang menyangkut isu-isu hangat mengenai STAN, setidaknya terlebih dahulu melakukan cek dan ricek kepada pihak terkait sebelum naik cetak. Jangan seperti pembuatan sinetron kejar tayang. Cek dan ricek dapat menghindari terjadinya salah pemberitaan—yang bukan tidak mungkin mengakibatkan pembaca salah paham.
Berita mengenai STAN dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya yaitu bertanya langsung kepada pihak-pihak yang terkait. STAN bersifat akuntabilitas dan transparan, bila terlebih dahulu dilakukan cek dan ricek, maka pekerjaan sebagai jurnalis akan lebih efisien dan beritanya juga akan lebih efektif. Semoga dengan adanya media cetak yang beredar di lingkungan STAN membawa manfaat bagi mahasiswa. Maju terus dunia jurnalistik mahasiswa STAN, semoga bisa lebih kreatif dan arif dalam menyajikan pemberitaan.
Kusmono Kepala Bidang Pembantu Akuntan
Lentera
Merdeka Mereka yang terbelakang tak bisa berpikir kecuali dengan logika senjata. Yang mensyukuri anugrah berupa akal akan berlelah-lelah mengupayakan kepuasan intelektual dan ketenteraman nurani.
Tiga ratus lima puluh tahun adalah waktu yang luar biasa panjang untuk sebuah negara terjajah dalam menikmati invasi di negerinya. Luar biasa, bangsa Melayu yang kini bertransformasi jadi negeri bernama Indonesia ini nyaris menyamai bangsa Yahudi dalam hal lama penjajahan. Ketika tiga setengah abad kita menderita menyangga tanggul dan meja makan bangsawan-bangsawan Belanda, bangsa Yahudi harus bersabar selama empat ratus tahun diinjak-injak dalam pembangunan peradaban Babilonia. Maka negara-negara semisal Libya harus berterima kasih pada orang-orang seperti Umar Mukhtar; sama halnya dengan Mesir dan Pakistan yang harus berusaha menghargai jasa Hasan al Banna dan al Maududi; tak beda dengan masyarakat Indonesia yang tak boleh lelah mengenang jejak juang Muhammad Natsir—sang pencetus konsep negara kesatuan. Para pelopor ini, dengan caranya masing-masing, membangun kesadaran bahwa kebebasan adalah hak tiap insan yang lahir tanpa dosa di dunia. Dan memang, orang-orang seperti ini, di mana pun, akan selalu dikenang bukan dengan luas negara taklukan mereka atau berapa ratus galon darah yang telah ditumpahkan. Tapi dikenang sebab menyadarkan. Mereka, para intelektual itu, senatiasa berpayahpayah untuk tiap suara kebenaran dan menghabiskan suara untuk tiap perilaku kejahilan. Mereka sedang memperjuangkan sebuah kepuasan intelektual dan ketenteraman nurani yang disebut keadilan; sesuatu yang nyaris utopis sebab—selain karena kita masih kebingungan berdebat mengenai definisi keadilan— nurani manusia tak selalu muncul jadi pengarah tindaktanduknya. Tapi tantangan kita di masa kini rasanya malah kian berat. Usaha menyadarkan jadi lebih rumit sebab kita tak lagi berperang melawan senjata-senjata yang terkokang. Kita, seperti Napoleon yang lebih mengkhawatirkan pena para jurnalis dibanding sebatalion pasukan bersenjata lengkap, sedang menghadapi kekuatan yang jauh lebih merusak: penyesatan opini. Sebab mata telanjang tanpa kekuatan nurani yang bersih akan mudah menolak pertumpahan darah, tapi tergagap menanggapi perlucutan moral dan nilai-nilai luhur manusia.
Penjajahan Belanda atas Indonesia memberikan contoh yang lengkap. Sebab selain mengarahkan moncong senjata mereka ke arah penduduk pribumi, mereka juga menjajah negeri ini—yang ketika itu masih berupa kerajaan atau kesultanan—dengan memperalat penguasanya; memanfaatkan kebodohan penguasa itu. Belanda memang tak mengarahkan moncong senjatanya pada Sultan Haji. Tapi bisakah disebut merdeka ia yang menuruti segala kehendak pihak penjajah setelah merebut kuasa dari ayahnya sendiri dengan bantuan kesepakatan ini-itu dengan Belanda? Ia memang akhirnya memangku jabatan sebagai penguasa Kesultanan Banten. Tapi toh selama itu pula ia harus tunduk pada tuntutan-tuntutan penjajah. Ia tak bisa bebas menggunakan kuasanya sendiri. Bertahap, ia harus menyerahkan pelabuhan di wilayah Lampung, monopoli perdagangan lada di daerah yang sama, sampai harus mengganti kerugian pihak Belanda akibat perang yang menaikkannya menjadi sultan.
penghasilan kesultanan demi penuhnya lumbung penjajah. Hingga akhirnya sejarah mencatat bahwa ini adalah masa senja dari Kesultanan Banten. Tak lama setelah itu, Daendels mengirimkan pasukan untuk menghancurkan Istana Surosowan. Ini perlu jadi pelajaran bagi kita. Bahwa meski tak ada lagi derita fisik kita akibat penjajahan, tapi tentu masih ada tanda-tanda penjajahan yang mungkin terlewat. Tak perlu jauh-jauh. Kita tanyakan saja pada diri sendiri: sudahkah hal-hal yang kita lakukan—terutama yang terkait dengan kepentingan banyak orang—sudah memenuhi standar ideal kita sendiri? Atau apakah ia malah berakhir memuaskan kepentingan diri sendiri atau pihak tertentu? Bila kita bertanya mengenai cara mereka dalam kerja memberi penyadaran itu, mari jawab dengan yakin: turut mengambil peran dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Dan memang begitulah latar belakang kebanyakan negara sebelum memproklamasikan kemerdekaannya. Seperti kata Soekarno, yang dikutip oleh Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir bertahun yang lalu, tak ada negara yang merdeka setelah seluruh masyarakatnya terdidik. Kaum terdidik lah—yang jumlahnya tak seberapa dibanding total masyarakat— yang mengobarkan semangat kemerdekaan dan merancang usaha-usahanya. Sementara kebanyakan masyarakat terjajah merasa terlalu lelah tersiksa secara fisik. Gabungan dua elemen ini akhirnya menciptakan kekuatan baru: pernyataan kemerdekaan. Jadi begitulah sepenggal sejarah tentang penjajahan. Bentuknya tak selalu sama. Selama sebuah negara, atau sekumpulan orang-orang dalam komunitas, tak lagi bebas memilih sikapnya terhadap sesuatu karena adanya tekanan dalam bentuk apa pun dari pihak lain, selama itulah komunitas itu tak bisa disebut merdeka. Sama seperti yang terjadi pada Sultan Haji. Setelah menduduki tampuk kepemimpinan di Banten, sebagai “tanda terima kasih”, diserahkanlah pelabuhan penting kesultanan ini. Terlepaslah salah satu sumber
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
3
>>
Liputan Utama
Psikotes Bukan Formalitas Mulai tahun 2o11, Kementerian Keuangan menyelenggarakan psikotes bagi lulusan STAN yang belum diangkat menjadi PNS. Pengumuman hasil psikotes yang tak kunjung terbit membuat lulusan STAN tahun 2011 terombang-ambing menunggu kepastian.
PP Nomor 98 Tahun 2000 yang telah diperbarui menjadi PP Nomor 11 tahun 2002 menyatakan bahwa setiap orang yang akan menjadi pegawai negeri harus melalui tahapan seleksi. Berangkat dari peraturan ini, mulai tahun 2011 dan seterusnya, lulusan STAN maupun sekolah kedinasan lainnya harus menjalani seleksi terlebih dahulu sebelum diangkat menjadi PNS. Berdasarkan keterangan Erma, Kepala Subbagian Rekrutmen SDM dari Biro SDM Kemenkeu, seleksi yang dimaksud berbeda dengan seleksi untuk masuk sekolah kedinasan.
pegawai Kemenkeu yang akan pensiun, bahkan akan ada penawaran pensiun dini. Selain itu, dalam setahun terakhir banyak pegawai yang mengundurkan diri. “Kemenkeu itu di satu sisi kelebihan pegawai mungkin dari segi kuantitasnya, tapi dari segi kualitas beberapa dari kita kekurangan pegawai,” ungkapnya. Adanya moratorium sedikit banyak memengaruhi pola penerimaan PNS yang biasanya dilakukan setiap tahun. Untuk lulusan yang bukan berasal dari sekolah kedinasan, psikotes merupakan hal yang biasa dalam tahap perekrutannya.
Bukan Formalitas Sebagai tindak lanjut dari PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, diadakan psikotes bagi lulusan STAN tahun 2011 pada 10 Desember 2011 lalu. Psikotes terdiri dari lima rangkaian tes, yakni tes pola gambar, tes analogi verbal dan korelasi makna, tes ketelitian (mencari kombinasi angka/ huruf yang sama), tes pauli, dan tes wartegg (membuat gambar dari suatu bentuk). Peserta diberikan waktu selama empat jam untuk mengerjakan soal-soal tes tersebut. Psikotes diadakan serentak di sebelas kota di seluruh Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Palembang, Medan, dan Yogyakarta. Di Jakarta sendiri, tes diadakan di kampus STAN, tepatnya di Gedung G, Gedung I, Gedung J, Gedung K, dan Student Center. Dari total 2.197 peserta, 1.544 di antaranya merupakan lulusan D3 Reguler. Tim penilai untuk semua lokasi tes merupakan rekanan pemerintah, yakni para psikolog dari Iradat (kantor konsultan independen). Adapun tujuan dilakukannya psikotes ini adalah untuk memetakan para calon pegawai sesuai dengan karakter masingmasing. “Psikotes ini dilakukan untuk profiling dan lain-lain. Karakter pegawai pun diketahui dan jadi catatan,” jelas Eko Prasetyo selaku Wakil Koordinator Pengawas Gedung I dari Pusdiklat Sub Pengembangan SDM. Erma tidak setuju jika tes ini dinyatakan sebagai bentuk formalitas untuk menaati peraturan. Kemungkinan peserta dinyatakan tidak lulus tetap ada. “Masing-masing unit eselon satu sudah mengajukan kebutuhan. Dirjen Pajak butuh berapa, Dirjen Anggaran berapa. Nanti (lulusan 2011) tinggal ditempatkan di situ. Dari hasil (psikotes) ini akan kita rekap, kita lihat hasilnya,” jelas Erma.
4
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Waktu Pelaksanaan Terkait Moratorium “Bulan-bulan akhir (2011) baru dilaksanakan (psikotes), karena terbentur moratorium,” tutur Erma. Kebijakan moratorium yang dimaksud merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan Nomor 02/ SPB/M.Pan-RB/2011, 800-632 Tahun 2011, 141/ PMK.01/2011 tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil. Peraturan yang ditetapkan sejak 24 Agustus 2011 tersebut menyatakan bahwa dalam rangka penataan PNS dan penghematan anggaran belanja pegawai, dilakukan penundaan sementara penetapan tambahan formasi untuk penerimaan CPNS, terhitung mulai 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Akan tetapi, ada pengecualian dalam peraturan tersebut. Kementerian/lembaga yang memiliki kebutuhan mendesak akan pegawai dengan kualifikasi tertentu diperbolehkan melakukan perekrutan. Pengecualian ini menggandeng beberapa persyaratan. Kementerian/lembaga yang ingin mengajukan perekrutan harus menyerahkan Analisis Beban Kerja (ABK), Peta Jabatan, serta rencana kebutuhan pegawai hingga tahun 2016 kepada Kementerian PAN & RB untuk selanjutnya diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Negara PAN & RB. Hingga akhir tahun 2011, Kemenkeu merupakan satu-satunya kementerian yang sudah menyerahkan segala persyaratan tersebut sehingga Kemenkeu diperkenankan untuk merekrut pegawai baru. Saat ditanya apakah kebijakan moratorium dilakukan karena terjadi kelebihan pegawai di Kemenkeu, Erma tidak membenarkan. Menurutnya masih banyak
Sudiyono, petugas dari Inspektorat Jendral Kemenkeu, menjelaskan perihal psikotes yang sudah-sudah, “Ada seleksi umur, psikotes juga. Jadi, bagi yang usianya melebihi dan hasil tesnya enggak bisa masuk, mereka ditempatkan di kanwil-kanwil.” Sementara itu, Erma menyatakan bahwa perlakuan terhadap lulusan sekolah kedinasan yang tidak lulus psikotes akan menjadi kewenangan Sekretariat Jenderal kementerian terkait. Rumor Denda Belum Pasti Perihal denda sebesar Rp 30 juta yang kabarnya akan diberlakukan bagi lulusan STAN yang tidak lulus psikotes, Erma belum bisa menjawabnya meskipun Danang Siswandono selaku Kasubbag Penempatan SDM Sekretariat Jenderal Kemenkeu pernah menyatakan bahwa hal tersebut akan dipertimbangkan. “Yang pasti kita tidak akan menyia-nyiakan temanteman yang sudah dididik karena kita juga sudah mengeluarkan biaya banyak untuk itu,” tegas Erma. Sudiyono menyatakan pemikiran positifnya terkait hal ini, “Pasti ada perencanaan yang baik dari pihak Kemenkeu.” Persoalan lain yang dirasakan oleh lulusan STAN tahun 2011 adalah tidak kunjung terbitnya pengumuman maupun follow up dari kegiatan psikotes ini. Saat ditanya mengenai hal tersebut, Erma menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu arahan lebih lanjut dari Menteri Keuangan. “Yang pasti teman-teman STAN tenang saja karena kami sedang berusaha mendapatkan formasi (penempatan),” pungkas Erma.
[Euis Kurniasih]
>>
Liputan Utama
Beban Perkuliahan D1 Lebih Berat Dua puluh lima SKS dilahap dalam satu semester. Dua mata kuliah diujikan dalam satu hari. Beban perkuliahan bagi mahasiswa D1 Perpajakan lebih berat bila dibandingkan dengan perkuliahan D3 Reguler. Bagaimana tidak, mahasiswa D1 harus mempelajari sepuluh mata kuliah atau dua puluh lima SKS dalam satu semester. Jumlah tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan mahasiswa D3 Reguler yang ‘hanya’ mendapat jatah tujuh sampai delapan mata kuliah dalam satu semesternya. Tak ayal, setiap harinya mahasiswa D1 sibuk dengan kegiatan perkuliahan mereka. Hal tersebut diamini Chris Thapa Nugraha, mahasiswa 1E Perpajakan. “Menurut saya (kuliahnya) sangat padat, jadi tiap hari itu kita bisa kuliah dari jam delapan sampai jam lima sore,” ungkapnya. Dari segi materi, apa yang dipelajari oleh mahasiswa D1 tidak jauh berbeda dengan mahasiswa D3 Reguler untuk mata kuliah yang sama. “Sepanjang mata kuliahnya sama yang ada di STAN, garis-garis pokok pembelajarannya sama juga dengan reguler, hanya pemadatan di waktunya saja,” ungkap Kusmono, Kepala Bidang Pembantu Akuntan. Dalam menjalani perkuliahan D1 saat ini, Chris yang berlatar belakang dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih merasa kesulitan untuk beradaptasi, khususnya untuk mata kuliah Akuntansi dan pengantar Ekonomi. “Daya nalarnya untuk akuntansi harus tinggi mungkin, apalagi pelajaran Akuntansi itu di pertemuan terakhir. Jadi hanya menggunakan sisa-sisa energi kita, sehingga sulit mendapatkan feel-nya,” tutur Chris. Untuk mengatasi kendala tersebut, Chris menyiasatinya dengan belajar kelompok. Selain itu, ia juga berkomunikasi dengan kakak tingkat dari D3 Reguler untuk melakukan bimbingan belajar. Tak ketinggalan, pihak Sekretariat bidang Perpajakan sendiri memberikan program pendampingan yang bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Pajak (IMP). Program pendampingan ini dimaksudkan sebagai forum komunikasi antara mahasiswa, pihak sekretariat, dan para senior di spesialisasi perpajakan. Program ini diwujudkan dalam bentuk apel pagi yang
dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis pada pukul 07.15 – 08.00. Pada apel tersebut mahasiswa dapat menyampaikan kendala-kendala ataupun masalah yang dihadapi selama menjalani perkuliahan yang nantinya masalah tersebut akan dicarikan jalan keluar. Program ini dilaksanakan demi tercapainya tujuan Sekretariat bidang Perpajakan. “Tujuannya adalah zero DO. Kita dorong semuanya yang jadi mahasiswa untuk lulus semuanya, kita persiapkan mahasiswa untuk maksimal menghadapi ujian,” kata Kusmono.
seleksi-seleksi yang akan datang nanti tidak banyak lagi. Artinya itu bisa diterima kayak sekarang, cukup yang kurang tes apa. Nanti itu tesnya,” terangnya. Ia juga menambahkan bahwa tujuan tes tersebut untuk meningkatkan kualitas sehingga STAN betulbetul memperoleh orang yang berkualitas dalam segala aspek yang telah dipertimbangkan.
Tidak hanya perkuliahan, ujian tengah semester yang akan dihadapi mahasiswa D1 Juga terbilang cukup berat. Menurut jadwal, mereka harus mengerjakan ujian untuk dua mata kuliah dalam satu harinya. Artinya, 10 mata kuliah diujikan dalam waktu 5 hari.
[Galuh Chandra Adrianur/Siti Armayani Ray]
Walaupun demikian, Chris tetap optimis. Ia sudah mempersiapkan ujian sejak sekarang. “Yang akan saya lakukan (untuk menghadapi ujian) dari sekarang, mulai mengulang pelajaran yang sudah-sudah dari sekarang setiap mata kuliahnya. Dan tetap siapkan mental,” pungkasnya. Status mahasiswa D1 terkait PMK No.215 Bagaimana pengaruh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.01/2011 terhadap mahasiswa D1 setelah lulus dari STAN nanti? Ketika hal ini ditanyakan kepada Direktur STAN dan Kepala Sekretariat Pajak, kami mendapat tanggapan berbeda. Menurut Kusmono, PMK No.215 tidak berpengaruh pada mahasiswa D1 Perpajakan. Sebab, mereka telah mengikuti serangkaian tahapan ujian yang telah mereka ikuti di awal proses penerimaan mahasiswa STAN. Tes yang telah mereka ikuti berupa ujian tertulis (Tes Potensi Akademik dan Bahasa Inggris), tes kebugaran kesehatan, serta tes assesment. Kusmono menjelaskan,” Semua tes itu dalam rangka penerimaan CPNS. Jadi setelah lulus itu langsung diusulkan menjadi CPNS.” Namun menurut Kusmanadji, Direktur STAN, seleksi penerimaan awal D1 itu tidak ditujukan untuk tes penerimaan CPNS. “Enggak. Itu hanya sistem kita menyeleksi. Dan itu salah satu harapan supaya
Content
Harga:
9 paket soal bahas:
Cash (Tunai)
- soal bahas crash Program D1 BC 2009
1-30 buku = Rp18.000,00
- soal bahas USM STAN 2009-2010
31-50 buku = Rp15.000,00
- 5 paket prediksi soal bahas USM STAN 2012
> 51 buku = Rp13.000,00
- info-info penting STAN
Konsinyasi (min 51 buku) = Rp15.000,00
DP KONSINYASI HINGGA 0% KUALITAS TERBAIK, CONTENT TERLENGKAP,
Diproduksi oleh
HARGA BERSAING!!
DAPATKAN SEKARANG JUGA!!
CP: Tyas (085274121450), Didin (085755747308)
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
5
>>
Wawancara
>
Kusmanadji: “Jangan mengira Anda ditelantarkan” Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.01/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.01/2010 tentang Tata Cara Penyaringan dan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II Dari Lulusan Program Diploma I dan III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara masih hangat diperbincangkan di kalangan mahasiswa. Direktur STAN, Kusmanadji, angkat bicara soal ini. Berikut petikan wawancara kami pada 17 Januari lalu. Beliau memberikan gambaran mengenai keberlangsungan kampus Ali Wardhana dan sedikit cerita tentang nasib lulusan STAN pasca keluarnya PMK 215. Bagaimana Bapak menjelaskan PMK No.215? PMK 215 itu kan aturan, sudah dari dulu seharusnya peraturan itu ditegakkan. Peraturan yang berlaku mensyaratkan untuk melakukan tes itu tahun 2011. Karena kita tidak mungkin terus-terusan menunggu. Pada dasarnya itu hanya prosedur yang harus kita lalui. Kalau Anda baca pengumuman penerimaan, ‘dapat diangkat’ menjadi pegawai negeri di lingkungan Kementerian Keuangan, bukan ‘langsung diangkat’. Tentu saja harus lulus, namanya juga tes. Kalau nggak lulus ya tidak dapat diangkat. Ikatan dinas bagi kampus kita sebenarnya seperti apa? Ikatan dinas kalau nanti sudah dipekerjakan. Harus lulus dari semua tes, ketika diangkat jadi pegawai baru ada ikatan dinas. Mahasiswa yang telah lulus tapi belum diangkat jadi pegawai ya tidak ikatan dinas namanya. Bedanya, kalian adalah prioritas. Didahulukan. Saya belum bisa cerita banyak karena ini semua masih proses. Akan lebih kompherensif jika kita berbicara saat semuanya tuntas. Belum ada kontrak kerja, itu hanya pernyataan kewajiban kerja ketika kalian telah lulus. Bukan kontrak kerja. Ini semua ada kaitannya dengan moratorium dari pemerintah. Karena telah berbentuk peraturan, ya harus diikuti karena kalau tidak menyalahi (peraturan). Selama ini kita tidak taat prosedur, makanya tekanan buat kita untuk berubah lebih besar. Bisa saja kebijakan setiap tahun berubah, kita tunggu saja yang sekarang ini tindak lanjutnya bagaimana karena ini yang pertama. Arti dari sekolah kedinasan itu sendiri? Dulu memang ada bidang-bidang yang langka. Sulit untuk merekrut dari luar, maka diadakan sekolah khusus. Seleksinya harus ketat. Dalam perkembangannya, aturan dan semuanya perguruan tinggi umumnya bisa menyediakan. Regulasi juga sudah berubah. Kalau Anda ikuti, sekolah kedinasan sudah tidak ada. Sekolah kedinasan sebetulnya dalam segi aturan sudah tidak ada. Kita sebenarnya lebih pada posisi seperti perguruan tinggi. Sudah tidak murni sekolah kedinasan. Umum tapi dilaksanakan kementerian non-diknas. Menurut ketentuan, kementerian selain diknas bisa menyelenggarakan. Sekolah kedinasan sudah lama mau dibubarkan. Cuma sebetulnya kita masih ada kebutuhan walaupun belum tentu sebanyak yang diterima. Oleh karena itu, selalu dalam pengumuman
6
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
penerimaan kita mengatakan “bahwa dapat diangkat dengan ketentuan yang berlaku”. Anda tetap dibiayai pemerintah. Kita masih memberlakukan pola lama. Untuk rekruitmen sendiri tentu saja sesuai ketentuan yang berlaku. Berlaku itu ya bisa saja berkaitan dengan prosedurnya, bisa saja dengan ketentuan lain, seperti jumlah dan lain-lain. Kalau Anda baca di situ (PMK No 94--red), kualifikasinya harus dianalisis dan sebagainya. Dan lowongan yang tersedia itu tidak bisa ditetapkan sendiri oleh kemenkeu. Kemenkeu menghitung lalu diusulkan, nanti diverifikasi oleh tim. Informasi untuk sekarang ya mengenai moratorium. Kalau sekarang Anda tanya kapan, kita tunggu saja. Tapi yang pasti pihak-pihak yang berkaitan sudah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Bagaimana nasib lulusan tahun 2011? Saya tidak tahu mengenai pengumuman penempatan, sudah dilempar ke PSDM Setjen. Dengan ada moratorium, ada prosedur tambahan. Agak panjang. Pelajari itu. Pada intinya distop, kecuali kementerian yang punya sekolah kedinasan, tetapi tetap belum tentu. Prosedur penerimaan CPNS ini sama dengan prosedur penerimaan CPNS biasa. Jangan mengira Anda ditelantarkan. Itu sama sekali tidak benar. Kalau Anda tahu, mereka siang malam untuk menyiapkan segala sesuatunya dan bagaimana mereka memberlakukan melakukan yang terbaik yang mereka lakukan. Karena bola sudah tidak di kampus lagi, bola sudah di sana. Kita akan lebih baik menunggu. Karena setelah ada hasil, bisa dijelaskan dengan mudah. Sekarang agak sulit menjelaskannya. Saya tidak menjelaskan. Maksudnya? Ya nanti setelah diumumkan itu kan jelas, kenapa begini kenapa begitu. Kalau sekarang masih proses. Kita belum tahu persis kapan proses ini berakhir. Karena semuanya menunggu, bahkan termasuk unit-unit yang ingin segera mendapatkan (tambahan pegawai). Lamanya menunggu disebabkan proses (PMK No.215) atau karena moratorium (SKB Tiga Menteri)? Ya itu kan termasuk ada proses. Karena bagaimana pun ini adalah pengecualian dari moratorium. Seharusnya nggak ada, itu kan moratorium. Harus stop. Kecuali bla bla bla. Nah, untuk menulis pengecualian tentu harus mengikuti aturan. Bagaimanapun itu kebijakan nasional lho. Bisa saja ketentuan itu kok beda dengan yang lalu. Karena selama ini kita menganggap itu harus seperti itu terus. Kebetulan selama ini semuanya bisa direkrut. Jadi seolah-olah kita menganggap, “Ooo semuanya pasti”. Padahal ketentuannya saja nggak bilang begitu. Kita juga selalu mengatakan dapat diangkat, artinya bisa juga tidak kan? Harus sesuai dengan ketentuan. Kita selalu bilang begitu. Masyarakat kita menganggap bahkan yang semula hanya kemudahan yang diberikan dalam waktu darurat, tetap saja lanjut. Keadaan darurat seperti nggak selesai-selesai. Padahal ketika sudah tidak darurat, harusnya tidak dikasih lagi. Tetapi sudah
keenakan, lupa itu. Kita seperti itu juga. Selama ini boleh dikatakan semua bisa direkrut. Tapi jangan diartikan dengan demikian otomatis semuanya. Terus kedua, selama ini tidak pakai tes. Itu jangan salah juga, itu perjuangan yang tidak ringan. Tidak otomatis lho itu. Anda saja yang merasakan enak. Selama ini Anda tahu enaknya. Kita harus berkomunikasi dengan pihakpihak supaya bagaimana berjalan seperti itu. Jangan Anda kira itu berjalan otomatis ya. Tidak otomatis, kita saja merasakan otomatis. Enak saja kan, tidak peduli. Tetap saja harus ada usaha-usaha, ada langkahlangkah yang harus ditempuh. Tapi tidak selalu bisa. Satu lagi. Peraturan terus berubah , kita harus mengikuti. Taati aturan. Seperti moratorium, itu kan nasional. Nah, nanti Anda baca itu. Proses itu, ya memang harusnya intinya tidak ada. Kalaupun ada prosesnya pasti tidak mudah, ya kan? Kalau mudah, buat apa moratorium. Pengecualian tetap ada, tapi tetap harus kembali ke proses. Menurut Bapak, akan seperti apa masa depan STAN? Kita belum bisa mengatakan apapun. Tetapi yang jelas tahun ini apapun alasan seharusnya sudah melakukan perubahan. Karena bagaimanapun kita harus menyesuaikan dengan ketentuan. Bukan soal kedinasan atau bukan dari sekolah. Ini kita harus menyesuaikan juga sesuai dengan ketentuan. Sekarang semuanya dipikirkan, diproses seperti apa. Ketentuan umum tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi itu kan bisa diselenggarakan oleh diknas seperti PTN itu. Atau perguruan tinggi pemerintah tapi di bawah kementerian lain selain diknas. Jadi pemiliknya bisa Kementerian Keuangan. Sebenernya istilah perguruan tinggi kedinasan itu sebetulnya sudah tidak dikenal lagi. Yang ada pendidikan kedinasan. Pendidikan kedinasan itu tidak seperti dengan perguruan tinggi. Kalau perguruan tinggi itu ya perguruan tinggi negeri, PTN dalam diknas punya, atau kementerian lain. Tapi tetap bagian-bagian tertentu menjadi kewenangan diknas. Itu ketentuan. Kita harusnya mengarah ke sana juga. Ya seperti di tempat lain yang sekarang sudah ada, seperti Universitas Pertahanan Indonesia. Itu kan tinggal pengaturan pengolahannya. Jadi bisa saja menerima, tapi tidak mesti semuanya direkrut Kementerian Keuangan. Sesuai perkembangan yang terjadi kita sudah mencoba untuk mempersiapkan perubahan-perubahan itu. Tapi seperti apa, kita belum bisa mengatakan. Kan ini bukan semata-mata kita. Kita ini kan milik Kementerian Keuangan. Tentu saja di level Kementerian Keuangan ada semacam keputusan yang mempengaruhi kita. [Irfan Syofiaan]
>>
Ala Dosen
Balada PMK 215 Ini adalah PMK.Di Sekjen sendiri sudah ada para ahli yang merumuskan PMK ini sebelum keluar. Artinya,saya yakin, para “Kalau saya mahasiswa, saya tidak takut pembuat peraturan ini adalah dengan ujian. Kita yakin saja, kita pasti bisa ahli hukum dan isinya sudah melewatinya.Kalau saya tidak lulus, memang sesuai dengan aturan hukum bukan disitu tempat saya.” yang berlaku. Jadi, apabila ada mahasiswa yang merasa aturan ini melanggar ataupun kurang cocok, mereka bisa konsultasi juga dengan ahli hukum apakah ada hak-hak mereka yang dilanggar.
Iqbal Islami (Dosen Sistem Informasi Akuntansi)
Perubahan itu biasa dan bukan hal yang tabu lagi di Kementerian Keuangan ini. Kalau dulu, lulusan STAN memang otomatis diterima sebagai PNS. Akan tetapi, mungkin ada pihak berwenang lain yang berpikir bahwa hal ini bukan praktik yang baik sehingga saat ini lulusan STAN diperlakukan sama dengan CPNS yang lain. Saya berkeyakinan bahwa para pembuat PMK itu sudah melakukan berbagai tahap pengujian dan dasar hukumnya juga sudah kuat. Kalau untuk mahasiswa, ini hanya tes. Kalau mampu, kitamemang layak untuk masuk di Kementerian Keuangan. Yang tidak lulus berarti mereka tidak memenuhi persyaratan. Saya yakin mahasiswa STAN sudah sering mengikuti tes seperti
Santorry Saad, S.E., M.M. (Dosen Perencanaan Anggaran) “Peraturan dimaksud boleh jadi hanyalah formalitas belaka sebagai bentuk akuntabilitas institusi.” Peraturan Menkeu Nomor 215/PMK.01/2011 tanggal 14 Desember 2011 sah-sah saja mengatur tata cara penerimaan dan penyaringan CPNS di lingkup Kementerian Keuangan yang dalam hal ini khusus lulusan STAN.Namun perlu diingat bahwa ada peraturan lain yang mengatur pengecualian terhadap moratorium(penundaan sementara pengangkatan CPNS), yang berlaku bagi Kementerian Negara/Lembaga yang memiliki lulusan ikatan dinas seperti STAN, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bersama 3 Menteri (Menpan dan Reformasi Birokrasi, Mendagri, dan Menkeu) Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/2011, Nomor : 800-632 Tahun 2011, dan Nomor: 141/PMK.01/ 2011 tanggal 24 Agustus 2011. Peraturan dimaksud boleh jadi hanyalah formalitas belaka sebagai bentuk akuntabilitas institusi karena pada akhirnyaseluruh alumni STAN akan diproses dan diprioritaskan pengangkatan CPNS-nya walaupun ada kebijakan moratorium yang mulai diberlakukan mulai tanggal 1 September 2011 sampai dengan 31 Desember 2012. Secara pribadi, saya berpendapat ada pengaruh negatifatas terbitnya PMK tersebut:
Wendy Nurhayat (Dosen Sistem Informasi Akuntansi) “Alumni STAN sangat dibutuhkan dan itu tidak hanya di Kementerian Keuangan.”
Dulu alumni STAN dibebaskan untuk memilih instansi tempat mereka akan bekerja. Akan tetapi, hal itu berubah antara tahun 2006 dan 2007 karena perihal penempatannya dialihkan ke Sekjen. Ketika sekarang ada tes PNS, saya melihat ada dua sisi positif.
Yang pertama, tes ini digunakan untuk menyaring dimana mereka akan bekerja. Penentuan tempat bekerja tidak hanya dilihat dari segi teknis maupun akademis, tetapi juga dari etika,emosional,dan ketahanan. Kedua,anak STAN sudah dikenal oleh semua orang. Maksudnya, anak STAN di daerah sangat dibutuhkan di kantor-kantor pelayanan karena mereka sangat unggul dan siap bekerja. Sangat disayangkan apabila seandainya tidak ada pasokan anak STAN di daerah. Artinya, meski tidak ada tes CPNS sekalipun,citra alumni STAN sudah bagus karena memang dari awal saringan masuknya sudah sangat ketat. Ketika tidak dites saja sudah bagus, apalagi dites lagi. Ini akan menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang luar biasa. Alumni STAN sangat dibutuhkan dan itu tidak hanya di Kementerian Keuangan. Banyak cerita bahwa lulusan STAN sukses di tempat lain, tetapi ini bukan berarti mereka harus keluar dari Kemenkeu biar sukses. Misalnya Kemenkeu kelebihan kuota, banyak kementerian lain yang membutuhkan tenaga-tenaga lulusan STAN. Pada angkatan saya dulu, Mendagri mengambil lulusan STAN untuk ditempatkan di kementeriannya meskipun pada akhirnya alumni STAN itu kembali lagi ke Kemenkeu.Ketika PBB dialihkan ke daerah, Pemda juga meminta tenaganya untuk dididik di STAN.
UTS dan UAS . Jadi,tes psikologi ini tidak usah dikhawatirkan lagi. Lagipula hidup itu tidak terlepas dari tes. Nanti kalau sudah jadi PNS-pun masih ada tes prajab, penyesuaian ijazah,dan lainlain. Kalau kita logikakan,yang lolos USM STAN jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan pendaftarnya. Misalnya saja yang mendaftar 50.000 dan yang diterima sekitar tiga ribuan, itu artinya kita adalah orang-orang pilihan. Tidak mungkin dari tiga ribu itu akan banyak yang tidak lulus saat tes psikologi. Kemampuan akademis mereka juga tidak dapat diragukan lagi.Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri. Kalau kita tidak belajar, itu sama saja artinya kita mengiyakan ketidaklulusan. Jadi, ujian itu biasa saja. Yang penting yakin kalau kita memiliki skill dan kompetensi. Kalau kita tidak punya kompetensi,biasanya kita menginginkan privillige. Kalau saya mahasiswa, saya tidak takut dengan ujian. Kita yakin saja, kita pasti bisa melewatinya.Kalau saya tidak lulus, memang bukan disitu tempat saya. [Grandis P.M./Novia F.R.]
1.
2.
Berkurangnya minat siswa SMA/sederajat untuk mendaftar ke STAN ke depannya.STANtidak akan dianggap “menarik”lagi karena tidak menjanjikan masa depan yang “cerah”.Hanya lulusan D1 atau D3, dengan golongan yg relatif rendah, yakni II/a atau II/c. Para alumni STAN akan merasa “tertekan” dan “tidak dihargai” karena tetap wajib mengikuti ujian penerimaan CPNS sesuai ketentuan yg berlaku. Mereka disamakan dengan peserta tes CPNS lain, padahal lulusan STAN sudah mengorbankan begitu banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses seleksi yang sangat ketat, baik saat di bangku kuliah maupun seleksi CPNS.
Namun demikian, ada juga pengaruh positifnya: 1. Meningkatkanakuntabilitas dan objektivitas proses penyaringan/penerimaan CPNS di lingkup Kementerian Keuangan; 2. Memperoleh CPNS yang berkualitas dan memiliki profesionalitas yang tinggi karena sudah melalui proses seleksi yangg ketat; 3. Membangkitkan “potensi terpendam” alumni STAN.Mereka tidak hanya bisa berkarier sebagai PNS di Kementerian Keuangan, tetapi juga bisa merambah ke dunia kerja yang lain karena begitu lulus STAN tidak ada kewajiban bekerja di Kementerian Keuangan dan tidak perlu membayar gantirugi atas penyelenggaraan pendidikan kedinasan yang telah ditempuh. Promod Brata, seorang motivator ulung berkata, ”Jika Anda ingin melihat pelangi yang indah, Anda mesti bersabar menanti redanya hujan.” Ayolah, perlihatkan mental baja. Jangan mudah menyerah dan sikapi hidup dengan optimis.Itu akan membuat kita menjadi tegar, sabar,dan penuh pengharapan. Mari jemput dan nantikan pelangi impian Anda. [Grandis P.M./Novia F.R.]
Saya rasa, persentase ketidaklulusan itu sangat kecil. Akan tetapi, menurut saya, tidak ada kata lulus dan tidak lulus dalam tes ini,tetapi ada standar. Contohnya di instansi perbendaharaan. Ketika membuka kantor perbendaharaan, KPPN Prima memakai standar integritas,analisis, dan semangat kerja yang tinggi untuk calon pegawainya. Jadi, psikotes membuat hasil SDM yang didapatkan lebih bagus dibandingkan sistem yang dulu. Bagi mahasiswa yang belum mengikuti psikotes ini, janganlah galau karena sumberdaya yang berasal dari STAN sangat dibutuhkan Kemenkeu. Kedua,bagi mahasiswa yang belum lulus psikotes, tetaplah belajar dan memperkaya diri. Kalian pasti akan bekerja meskipun kenyataan di lapangan masih belum diketahui. Lagi pula, ada kebijakan untuk yang tidak lulus. Negara tidak akan mengambil biaya kuliah sebesar Rp 30 juta yang telah diberikan karena tidak ada ketentuan seperti itu saat mahasiswa menandatangani kontrak ikatan dinas saat awal kuliah dulu.Mereka hanya tidak mendapatkan penempatan seperti yang diinginkan. Saat ini Kemenkeu memang sedang kelebihan pegawai dan akan menerapkan moratorium untuk pengurangan pegawai. Bagi mahasiswa yang tidak lulus, kalau ada kesempatan mengulang, ulangilah dengan baik.Kalau tidak bisa dan akhirnya bekerja di tempat lain, bawalah nama STAN dengan baik. [Grandis P.M./Novia F.R.]
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
7
>>
Selidik
STAN Masih Ikatan Dinas? Munculnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.01/2010 tentang Tata Cara Penyaringan dan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dari Lulusan Program Diploma I dan III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tentunya menimbulkan pengaruh sendiri terhadap mahasiswa STAN yang saat ini masih menjalani masa kuliah. Hal yang menjadi perhatian dalam perubahan PMK tersebut terdapat dalam pasal 5 ayat 3 yang menyebutkan bahwa mahasiswa yang dinyatakan lulus dari Prodip I dan III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara wajib mengikuti ujian penerimaan CPNS sesuai ketentuan yang mengatur mengenai pengadaan Pegawai Negeri Sipil, padahal PMK sebelumnya menyebutkan bahwa mahasiswa yang dinyatakan lulus dari Prodip I dan Prodip III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dipersamakan dengan peserta yang lulus ujian penerimaan CPNS. Selidik kali ini membahas mengenai seberapa banyak pengetahuan mahasiswa STAN tentang status kedinasan STAN serta tanggapan mereka terhadap PMK tersebut. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai landasan hukum dan status kedinasan STAN serta PMK Nomor 215 Tahun 2011. Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa yang 9% di antaranya berasal dari program D1 Pajak. Dari 210 kuesioner yang diedarkan sejak Jumat (13/1) hingga Selasa (17/1), 186 kuesioner yang sudah berisi jawaban berhasil dihimpun kembali. Sebelum mengetahui tanggapan mahasiswa STAN mengenai PMK tersebut, Selidik perlu mengajak mahasiswa untuk menengok kembali tentang landasan hukum berdirinya STAN. Berdasarkan data yang terkumpul, banyak mahasiswa yang tidak mengetahui secara pasti landasan hukum berdirinya STAN. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang menjawab tidak tahu landasan hukum berdirinya STAN, yaitu sebanyak 74,73%. Dari sekian banyak mahasiswa yang menjawab kuesioner, hanya satu mahasiwa yang menyebutkan landasan hukum berdirinya STAN, yakni Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1967 dan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 1/PMK/1977.
Beberapa mahasiswa meyakini bahwa STAN merupakan perguruan tinggi yang memiliki ikatan dinas dengan alasan adanya surat pernyataan bermeterai berisi pernyataan bersedia ditempatkan di instansi mana pun yang ditandatangani saat melakukan daftar ulang. Apabila melihat jawaban mahasiswa program D1 Pajak, dari sampel yang diwakili oleh sembilan belas mahasiswa dari dua kelas, seluruhnya menjawab bahwa mereka mengetahui STAN sebagai perguruan tinggi yangmemiliki ikatan dinas. Sementara itu, persentase mahasiswa D1 Pajak yang mengetahui landasan hukum berdirinya STAN dibanding yang tidak mengetahui adalah 47:52. Berdasarkan hasil survei, mayoritas mahasiswa STAN telah mengetahui terbitnya PMK Nomor 215 Tahun 2011. Mahasiswa yang tidak mengetahui hanya berjumlah 20,97% dari jumlah sampel. Mereka mengaku belum membaca isi PMK tersebut. Tanggapan mahasiswa atas munculnya PMK ini bermacam-macam. Dari sekian banyak mahasiswa yang mengetahui PMK Nomor 215 Tahun 2011, sembilan belas di antaranya menanggapi dengan sikap biasa saja. Sisanya menjawab dengan tanggapan kekecewaan dan keraguan. Selain tanggapan-tanggapan tersebut, ada pula mahasiswa yang beranggapan bahwa PMK 215 justru memperjelas status STAN. Hal ini diungkapkan oleh Tri Ongko Bayu Sadewo, mahasiswa tingkat II Kebendaharaan Negara, “Dari awal saya masuk, saya tidak tahu & tidak diberi tahu peraturan tentang ikatan dinas STAN. Dengan adanya PMK itu berarti ya saya telah diberi kejelasan.”
Menilik apakah mahasiswa mengetahui bahwa STAN adalah perguruan tinggi kedinasan, sebanyak 90,32% mahasiswa menjawab bahwa mereka mengetahuinya.
Tanggapan mahasiswa: STAN jadi terkesan seperti bukan sekolah kedinasan lagi, karena lulusannya harus
[Salsabila Ummu S.]
Mengetahui STAN memiliki ikatan dinas
ngikutin tes.
(I Made Murdawarsa Febriyanto, 2A PBB)
Ya harusnya tidak ada tes CPNS lagi. Lah wong dulu sudah kontrak ikatan dinas (bermeterai pula).
>
(Alfian Surya, 2A PBB)
Meragukan, tapi optimis ada.
Mengetahui landasan hukum berdirinya STAN
(M. Abu Bakar, 3J Akuntansi)
Jika seseorang ingin jadi PNS, memang harus melalui jalan yang sama seperti PNS-PNS yang ada di departemen lain.
(Galih, IB Pajak)
Karena enggak jadi PNS bukan akhir segalanya.
(Heri Suanda Siregar, 2E Akuntansi)
Kan berarti peraturannya tumpang tindih kan ya, antara spesialis sama generalisnya?
(Satria, 2E Kebendaharaan Negara)
8
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Mengetahui PMK Nomor 215 Tahun 2011
>>
>>
Liputan Khusus
Pelajaran Berharga dari Meja KPK Optimisme dan peran strategis mahasiswalah yang menjadi titik awal pemberantasan korupsi, bukan KPK. Rabu, 14 Desember 2011 pukul 11.45 WIB, tiga buah metromini berangkat dari kampus STAN dengan membawa 99 peserta dan 6 orang panitia Speak Goes to KPK ke markas KPK yang terletak di bilangan Jakarta Selatan, tepatnya Jalan H.R. Rasuna Said Kaveling C1. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Speak Anniversary (Sany). Di halaman gedung KPK, peserta sempat menunggu beberapa saat sebelum akhirnya dipersilakan masuk ke aula pertemuan. Rombongan disambut oleh Harismoyo Retnoadi, perwakilan Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK. Harismoyo membuka sesi pertama sekaligus menjadi pembicara dalam sesi tersebut. Pembicaraan dilanjutkan dengan Asep Chaerullah dari Direktorat Pencegahan Deputi Gratifikasi sebagai narasumber kedua. Alumni STAN Antikorupsi Dalam kesempatan tersebut, Harismoyo memaparkan kondisi terkini mengenai korupsi di Indonesia dan perbandingannya dengan kondisi di negara lain. Ia pun menjelaskan upaya KPK yang juga turut membentuk komunitas-komunitas yang peduli akan pemberantasan korupsi. Dalam penyampaiannya, Harismoyo sempat menyinggung perihal alumni STAN yang ditempatkan di daerah. Menurut pandangannya, banyak alumni STAN yang masih menjaga idealismenya di dunia kerja. “Ini siapa sih, kok auditor enggak mau dikasih apaapa? Oh, ternyata lulusan STAN,” ujarnya. Sementara itu, Asep Chaerullah menyampaikan materi kedua mengenai pencegahan korupsi dari sisi psikologis. Ia mengemukakan konsep “selesai dengan diri sendiri” sebagai perisai dalam memerangi korupsi. Konsep ini mengajarkan bahwa mereka yang “selesai dengan diri sendiri” adalah mereka yang mampu menemukan kebahagiaan dari dalam dirinya, bagaimanapun kondisi lingkungannya. Orang-orang semacam itu tidak akan terdorong untuk menemukan kebahagiaan di luar dirinya, apalagi dengan cara-cara ilegal seperti korupsi.
Diawali Mahasiswa
untuk diperhatikan adalah optimisme masyarakat.
“Sebetulnya upaya penyadarannya itu bisa (dengan) membangun budaya baru antikorupsi mahasiswa. Misalnya, enggak titip absen lagi, mahasiswa tepat waktu datangnya, mahasiswa enggak nyontek lagi, mahasiswa enggak tukang bohong lagi, mahasiswa enggak tukang meres lagi ke adik-adiknya, enggak malakin lagi. Jadi budaya ini juga harus dipelopori oleh mahasiswa,” tegas Harismoyo saat berkomentar mengenai gerak serta mahasiswa dalam memerangi korupsi.
“Optimisme adalah harta yang paling mahal buat negeri ini. Kita harus punya harapan. Yang kita bangun adalah harapan untuk mengajak masyarakat bisa berubah. Dengan harapan itu, mudah - mudahan banyak aksi. Jangan hanya mengandalkan KPK,” pungkasnya.
Ia juga menambahkan, dengan ditumbuhkannya budaya baru tersebut, seharusnya kampus bisa berfungsi sebagai pihak yang menghentikan pasokan koruptor ke pasar kerja. Senada dengan Harismoyo, Asep Chaerullah menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga peran strategis yang dimiliki mahasiswa terkait dengan pemberantasan korupsi. Dua peran pertama adalah membentuk budaya integritas di kampus dan menjalin komunikasi dengan alumni yang sudah terjun di dunia kerja. Harapannya, lewat komunikasi tersebut, seruan antikorupsi dapat disampaikan secara langsung. Mengkritisi pemerintah, baik dengan demonstrasi atau cara lainnya, merupakan peran strategis mahasiswa yang ketiga. Dalam pelaksanaannya, ketiga peran ini harus menjadi perhatian bersama. Jangan Hanya Mengandalkan KPK Mengenai kondisi KPK yang saat ini banyak menuai komentar-komentar miring, Asep mengatakan bahwa berita miring tidak dapat ditolak kedatangannya karena KPK sendiri bukan kumpulan malaikat. KPK hanya kumpulan manusia biasa yang di dalamnya ada kecenderungan kepada yang baik dan yang buruk. “Yang paling penting, kalau ada kritik, kita tetap ada penguatan kembali, pembinaan pengawasan internal,” tuturnya.
Kelanjutan Touring KPK Muhammad Irfan Maulana, Penanggung Jawab Speak Goes to KPK, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah agenda rutin Speak yang biasa diadakan ketika menjelang hari ulang tahun Speak. Tujuan dilaksanakannya Speak Goes to KPK adalah memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai KPK secara menyeluruh. “Kita pengin ngajak mahasiswa-mahasiswa (supaya) tahu lebih jelas, gimana sih cara kerja KPK, lingkungan KPK, ruang kerja KPK seperti apa,” ungkapnya. Selain itu, Irfan juga menyampaikan bahwa kuliah umum tentang antikorupsi yang selama ini rutin diadakan di kampus kurang peminat. Speak Goes to KPK sendiri sebetulnya merupakan kuliah umum antikorupsi yang dikemas berbeda sehingga materi dapat disampaikan dengan cara yang tidak membosankan. Harapannya, dengan diadakannya Speak Goes to KPK ini, mahasiswa bisa lebih aktif mengikuti kuliah umum antikorupsi. “Untuk pendanaan, alhamdulillah, kita surplus dan bener-bener enggak ada tambahan dana lain selain pendaftaran peserta,” ujar Irfan ketika ditanya soal pendanaan. Surplus tersebut dipakai untuk menutupi kekurangan dana pada rangkaian kegiatan Sany yang lain. Sebagai kelanjutan dari kegiatan ini, Irfan menginformasikan bahwa ia dan rekan-rekannya di Speak sedang dalam proses penyusunan kegiatan pelatihan bersama KPK.
Asep juga mengungkapkan bahwa pemberantasan korupsi butuh proses, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain itu, hal yang juga penting
[Novia F.R./Tri Hadi P.]
Opini
Integritas dalam Definisi Integritas bukan kata asing buat kita. Kata ini juga sudah banyak dipakai dalam jargon-jargon lembaga pemerintah dan swasta, disebut-sebut dalam kampanye politik, sampai dijadikan salah satu dari nilai-nilai Kemenkeu. Hanya saja kita perlu sepakat tentang apa sih integritas itu.
Dan jika kita mahasiswa, teriakan antikorupsi yang selama ini kita gaungkan akan menjadi saklar onoff integritas kita. On ketika kita jujur dan jauh dari korupsi, dan bisa jadi off selamanya ketika kita sekali saja curang, culas, dan korup. Karena air yang sudah tumpah akan sangat sulit dikumpulkan lagi.
Mungkin akan ada yang menyarankan untuk membuka KBBI. Boleh juga. Tapi, sepertinya akan menyenangkan kalau belajar dari permisalan.
Begitulah integritas yang selama ini saya pahami. Saya diberitahu seorang kawan definisi
Jika seorang pengajar menyampaikan nilai-nilai kejujuran sambil mengajar, maka ketika dia juga mengamalkan nilai-nilai itu, boleh kita sebut dia berintegritas. Mencuri, memalak, dan menodong itu dilarang oleh hukum, kata Pak Polisi. Maka polisi yang berintegritas adalah polisi yang tidak pernah mencuri, memalak, dan menodong.
sederhananya, “menyelaraskan perbuatan dengan perkataan”. Lalu, bagaimana dengan gembong perampok yang secara konsisten melaksanakan misinya. Atau sekelompok koruptor yang dengan rapat saling menutupi kejahatan mereka? Sepertinya kata integritas terlalu bagus untuk disematkan pada mereka. Layaknya kita enggan menyematkan gelar pahlawan pada orang yang sejatinya menyengsarakan. Saya menemukan istilah singkat untuk melengkapi definisi sederhana integritas ini, kata Billy Boen, “walk the talk”. Ah, sederhana dan singkat sekali.
[Julianda Rosyadi]
Begitupula para hakim dan jaksa yang bertugas menyidang kasus penyuapan. Selama mereka tidak bisa disuap dan bisa bertindak adil, selama itu pula mereka berintegritas.
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
9
>>
Liputan Khusus
Catatan Ekspedisi Elbrus Oleh: Eko Santoso Jika orang mengatakan “experience is the best teacher”, maka pengalaman kami September lalu adalah mahagurunya. Awalnya adalah sebuah rencana ekspedisi pendakian ke luar negeri yaitu Gunung Elbrus di Rusia oleh organisasi pecinta alam STAN, STAPALA. Gunung ini memiliki ketinggian 5.642 m dan merupakan bagian dari pegunungan Alpen. Setelah persiapan pencarian dana, seleksi calon atlet, perizinan, dan lain-lain, berangkatlah empat pemuda yang telah berbulan-bulan ditempa, yakni Eko Santoso (Gokong), Prabu Kusuma (Kus-Kus), Frassetto Dahniel (Gaek), dan yang paling muda Hifzil Lahuda (Ijil). 4 September 2011 Pada dini hari, kami lepas landas menggunakan pesawat Fly Emirates kelas ekonomi menuju Moskow. Setelah menempuh perjalanan selama delapan jam, kami transit di bandara Dubai. Bandara yang katanya mewah ini memang benar adanya. Bisa dibilang ini bukan bandara, tapi mal yang super besar. Barang-barang merk internasional ada disini, pun dengan kulinernya, mulai dari masakan orang hitam, orang mancung, orang geleng-geleng, hingga orang sipit pun ada. Oh ya, kami sempat melihat
Timnas senior Indonesia sedang bersantap di salah satu restoran bandara. Mereka juga transit di Dubai usai laga tandang di Iran. Setelah makan di restoran yang disediakan maskapai, kami melanjutkan penerbangan ke Moskow. Pemandangan yang terlihat dari jendela pesawat hanyalah hamparan padang pasir yang luas. Kadang terlihat pula oase yang dikelilingi permukiman kecil. Pemandangan mulai berubah satu jam menjelang pesawat mendarat. Kami tiba di Дomoдэдoвo аэропорт (Bandara Domodedovo) pada pukul 15.00 waktu Rusia (selisih tiga jam dengan WIB). 6 September 2011 Pagi yang istimewa, sebab pihak hotel menyediakan nasi sebagai menu sarapan. Pada pukul 08.00, kami sudah bersiap menuju Emmanuel Glade, basecamp 1 pendakian Gunung Elbrus jalur utara. Pak Dimitri, supir kami, sudah menunggu di mobil semi off-road. Ia berpakaian ala militer. Saat Pak Dimitri menata barang kami di mobil, ia menunjukkan Elbrus dari kejauhan. Wow, gunung yang selama ini hanya bisa kami lihat di gambar sekarang sungguh nyata. Sudah tidak sabar rasanya ingin berjalan di atas salju. Mari berangkat! Ups, saat membuka pintu depan, ternyata kemudi ada di sebelah kanan.
10
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Semakin menjauhi kota, jalanan mulai tidak beraspal, lalu tampak padang rumput yang luas nan hijau yang merupakan surga bagi para penggembala. Ya, mayoritas penduduk setempat bekerja sebagai peternak domba. Banyak domba yang gemuk-gemuk. Senang sekali melihatnya. Domba dan kuda yang sedang asyik makan rumput tidak merasa terganggu dengan kehadiran mobil semi off-road kami. Dua puncak Gunung Elbrus mulai kelihatan secara keseluruhan. Cantik sekali. Sungguh luar biasa besar. Jauh lebih besar dari gunung-gunung tropis yang selama ini saya daki. Saljunya berkilauan memantulkan sinar matahari. Awan tipis bagai kapas sesekali membelai puncak kembar itu. Melihat kami takjub melihat indahnya Elbrus, Pak Dimitri sengaja berhenti dengan maksud agar kami sejenak menikmati Elbrus. Setelah menyebrang gletser, kami sampai di Emmanuel Glade, di sana banyak sekali camp-camp para pendaki dari beberapa agen perjalanan. Mata saya tertuju pada seekor hewan yang di tambatkan tidak jauh dari area camp. Dari bentuk tubuhnya mirip sapi, tapi agak besar sedikit. Sekujur tubuhnya dilapisi bulu tebal. Ya, itulah yang namanya Yak. Ketika keluar dari mobil, brrr… alamak dinginnya. Ketinggian 2500 meter saja sudah sedingin ini. Kami disambut oleh para pemandu kami: Daniel, Ramon, dan Ana –yang nantinya menjadi koki selama perjalanan. Semuanya masih muda dan ramah. Sayangnya, di antara mereka bertiga hanya Ana yang lancar berbahasa Inggris. Siang itu kami makan sup tomat yang rasanya enak sekali. Sup itu masakan Bu Liana, juru masak di basecamp. Usai makan, kami diberi pengarahan sebagai bekal perjalanan besok menuju basecamp 2. Kami disarankan untuk berjalan-jalan di sekitar camp. Kami langsung menuju sungai gletser, ingin tahu bagaimana dinginnya air dari es yang mencair itu. Ternyata, mencelup ujung jari saja rasanya sudah beku, tapi bila meminum airnya terasa segar. Meskipun demikian, ada bule yang nekat mencebur sungai itu tanpa pakaian. Pasti tulangnya terasa seperti ditusuk-tusuk. Benar saja, ia segera naik dan menggigil kedinginan. Tapi tak berapa lama kemudian ia mencebur lagi. Dasar wong edan. Malam ini, kami makan –entahlah apa namanya—tapi masih bersahabat di lidah kami. Usai makan, kami diberi pengarahan lagi. Besok pukul 08.00, kami start menuju basecamp 2. Malam itu, kami semua tidur di satu tenda. Di tengah malam, saya terbangun. Termometer menunjukkan angka minus dua. Embun yang menempel di rerumputan berubah menjadi es, begitu pula yang ada di tenda kami.
7 September 2011 Pagi hari sarapan sudah siap. Snack yang akan kami bawa juga sudah terbungkus rapi. Usai pemanasan kami berangkat, beban yang kami bawa rata-rata dua puluh kg per orang. Jalur menuju basecamp 2 masih berupa tanah dan batuan. Tidak ada pohon sama sekali, yang ada hanya tanaman merambat dan rerumputan. Sepatu yang kami pakai masih sepatu trekking biasa. Setelah melewati dua bukit terjal, kami sampai di padang yang luas—saya lupa apa sebutan untuk daerah tersebut. Katanya, tempat itu adalah lokasi latihan prajurit Uni Soviet ketika Perang Dunia. Di kejauhan terlihat ada tebing yang tampak seperti patah, itupun katanya dulu karena dibom oleh tentara Jerman. Tampaknya memang orang-orang Rusia paham betul dengan sejarah negaranya. Medan selanjutnya lebih menantang. Jalur lebih terjal dan udara terasa dingin walaupun matahari begitu terik. Di jalur inilah kali pertama saya melihat yang namanya salju. Salju masih belum banyak, hanya ada beberapa di pinggiran jalur. Salju yang pertama saya lihat langsung saya genggam, lalu saya injak-injak hingga berantakan. Hahaha, senang rasanya.Kemudian, tiap kali bertemu salju, saya tusuk-tusuk memakai skipole atau terkadang membuat tulisan di atasnya. Kesan saya pada jalur ini berbeda dengan Mas KusKus dan Ijil. Jalur inilah yang membuat Mas KusKus mengalami kram di betis kanannya sehingga barangnya dibawakan Ramon—yang sengaja menjemput kami yang kelelahan setelah dia sampai terlebih dahulu di basecamp 2. Ijil juga kelelahan, saya menjemput dan membantu membawakan barang-barangnya meskipun jarak tempuh ke basecamp kedua tinggal lima belas menit. Inilah yang disebut basecamp 2, berada di ketinggian 3.800 mdpl. Jika kami mengambil batu lalu kami lempar ke arah selatan, batu itu akan mendarat di hamparan salju putih yang menjulang ke atas hingga ke puncak kembar Elbrus yang cantik. Di sinilah perbatasan antara tanah berbatu dengan hamparan salju abadi. Di sini terdapat beberapa tenda dan dua box bekas
>>
muatan truk sedang sebagai bunker. Tenda tempat kami tidur terbagi menjadi dua, satu tenda untuk dua orang, sedangkan pemandu kami tidur di tenda yang bersebelahan dengan tenda dapur yang besar. Saat makan siang, kami diberipengarahan lagi mengenai agenda besok, yaitu aklimatisasi (penyesuian diri dengan iklim, lingkungan, kondisi atau suasana baru) ke Lenz Rock di ketinggian 4600 mdpl. Kami di sarankan untuk istirahat cukup, padahal saya ingin sekali membuat boneka salju seperti di film. Kami juga sempat bertanya bagaimana dengan performa kami di perjalanan tadi. Mereka bilang kami berjalan lambat. Menempuh enam jam itu sudah termasuk lama, normalnya mereka bilang tiga jam. Saya pikir, nggak mungkin tiga jam. Mungkin, tiga jam itu normal untuk
ukuran pemandu atau bagi pendaki biasa yang menggunakan jasa porter. Malam ini usai makan kami langsung tidur. Saya setenda dengan mas Kus-Kus. Gaek setenda dengan Ijil. Bisa dibilang Jawa dan Sumatera tendanya terpisah. Kami tidur sudah memakai downjacket, kaos kaki tebal serta balaclava (masker ninja), tapi tetap saja kedinginan. 8 September 2011 Cuaca sangat cerah. Langit biru tanpa awan. Dan yang paling menggembirakan, tidak ada angin yang berhembus. Mengisi energi sebelum perjalanan, kami
sarapan sereal gandum coklat dengan susu yang sudah agak dingin. Pukul delapan kami memulai perjalanan, memakai doubleboots dan crampon (besi plat dengan paku, dikenakan pada sepatu untuk mendaki di atas es), seperti yang sudah diajarkan sehari sebelumnya. Tak lupa juga memakai harness (tali pengikat untuk keselamatan) dan memasang carabiner (cincin kail yang dipasang pada harness sebagai pengaman). “Okay guys, go up and step slowly,” kata Daniel, pemandu utama kami. Kami mulai melangkah. Crak, crak, bunyi crampon ketika menginjak es yang keras. Terkadang saya menginjak salju yang lembut, terkadang juga perlu tenaga untuk menancapkan crampon bila bertemu batu es. Kami berjalan di jalur setapak, penandanya adalah jejak pendaki lain yang telah melewati jalur ini sebelumnya. Selain itu ada juga penanda berupa bekas rangka fiber yang di tancapkan di kiri atau kanan jalur. Berjalan di atas es tidak begitu sulit, tapi cukup menguras tenaga. Tangan juga harus bekerja untuk memantapkan langkah kami menggunakan skipole. Setelah berjalan sekitar satu jam, kami mulai memasang tali untuk ‘moving together’, yaitu berjalan menggunakan tali yang saling terpasang satu sama lain. Ini berguna apabila salah satu jatuh, maka yang lain menjadi backup dan menahan agar yang jatuh tidak meluncur ke bawah. Saat Daniel memasang simpul di harness saya dia menunjuk ke sebelah kanan, menunjuk sebuah cekungan salju berjarak 15 meter dari jalur. Mungkin inilah alasan mengapa kami mulai berjalan dengan cara ‘moving together ‘ selain karena jalur yang memang mulai menanjak. Baru beberapa menit berjalan, Ijil yang berada di urutan kedua dari belakang tiba-tiba berhenti. Dia mengeluh kepalanya pusing, tampaknya dia terkena gejala mountain sickness. Lalu katanya dia masih sanggup, setelah minum air hangat, kami mulai melangkah lagi. Lagi-lagi Ijil berhenti. Hal ini terjadi beberapa kali sehingga diputuskan agar dia berhenti dan menunggu. Kami berempat melanjutkan
perjalanan dan berhenti di batu pertama sebelum Lenz Rock. Kemudian kami pun turun. Ijil tampaknya masih pusing. Sesampainya di basecamp 2 dia muntah-muntah. Kemudian dia tidur tanpa makan siang karena memang sudah tidak ada selera makan. Kami semua juga tidur siang saat itu karena kelelahan. Malam ini cuaca agak berangin, padahal besok dini hari kami memulai Summit Attack, saat-saat yang selama ini kami tunggu. Usai makan malam kami diberi pengarahan tentang Summit Attack. Ijil diputuskan untuk tidak ikut karena kondisinya tidak memungkinkan. Apabila dia naik, kemungkinan besar akan mengalami hal yang sama dengan hari ketika aklimatisasi dan itu akan merugikan tim. Sebab, pemandu diperlukan hingga sampai ke puncak. Apabila ada pendaki yang drop, kami akan kehilangan salah satu pemandu. Dalam pengarahan juga disampaikan adanya kemungkinan pemisahan tim. Maksudnya, apabila ada anggota tim yang kondisinya kurang fit, maka ia akan di bawa ke puncak Timur, ditemani Ramon—asisten pemandu. Sementara anggota yang masih fit akan di bawa ke puncak Barat, puncak tertinggi. Kami setuju dengan rencana tersebut. Satu hal lagi, kami meminta agar telepon satelit dibawa. Rencananya, kami akan menelepon teman-teman di Indonesia setibanya di puncak. Mantap, gan!
Sumber foto dan cerita: STAPALA
>>
Liputan Khusus
JANGAN LEWATKAN CERITA SELENGKAPNYA DI WWW.MEDIACENTERSTAN.COM
Ragam Mahasiswa
Fun Walk Berhadiah Blackberry Adakah acara dengan anggaran awal nol yang dapat meningkatkan rasa kebersamaan mahasiswa? Dua D Anggaran menjawabnya lewat FWD, Fun Walk with Dua D.
Minggu (15/01) pagi itu, sekitar pukul 06.00 WIB, Bundaran STAN ramai. Sebab, dihelat acara Fun Walk with Dua D (FWD) yang diprakarsai oleh mahasiswa kelas 2D Kebendaharaan Negara. Acara jalan sehat yang dilatarbelakangi oleh tugas dosen Akuntansi Pemerintahan ini cukup menarik minat massa. Rute jalan sehat dimulai dari gerbang STAN Bintaro, kemudian menuju taman yang terletak di Sektor 7 Bintaro, dan akhirnya berakhir pada garis finish yang berada di Kampus. Selepas jalan sehat, peserta tidak bubar begitu saja, sebab berbagai macam hiburan dan hadiah telah dipersiapkan. Adanya baazar makanan serta iringan lagu yang dibawakan band ‘asli’ mahasiswa STAN, turut menambah suasana meriah. Nampaknya, hadiah utama berupa Blackberry memang menjadi daya tarik tersendiri bagi acara tersebut. Buktinya 750 tiket habis terjual sebelum hari H, ditambah dengan 50 tiket yang terjual di
tempat, dimana setiap peserta boleh membeli lebih dari satu tiket yang berisi nomor undian untuk memperoleh hadiah utama. Pada hari pelaksanaan, sekitar 500 peserta ikut berpartisipasi dalam acara ini. Dosen Akuntansi Pemerintahan yang memberi penugasan, Supriyadi, juga turut serta. Surplus! Delapan juta rupiah dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan acara ini. Jumlah tersebut dapat terkumpul dari berbagai sumber, antara lain iuran mahasiswa, sumbangan orang tua mahasiswa, hasil penjualan tiket, dan hasil mengamen. Dari dana tersebut, panitia kemudian mengantongi surplus sebesar Rp 1,8 juta.
Bona Nathanael Gatot, koordinator pelaksana, mengapresiasi keberhasilan tim danus dalam mencari sumber dana. “Saya salut sama anak danus kami, bisa nyari untung gede,” katanya. Bona mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah publikasi. Sebab, saat itu banyak acara dari organisasi lain yang sedang diselenggarakan karena itu panitia harus mengemas acara secara menarik. Ia berharap agar kegiatan yang ada di STAN tidak hanya yang bersifat memberikan sesuatu kepada mahasiswa, tetapi juga melibatkan mahasiswa itu sendiri. Secara keseluruhan acara berjalan lancar, meski di sela waktu pengumuman pembagian doorprize hujan tiba-tiba mengguyur.
[Rizki Saputri/Salsabila Ummu S.]
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
11
>>
Ragam Mahasiswa
Menagih Laporan Triwulan “Harusnya kan transparansi itu nggak hanya kepada BLM aja, (tapi) diumumkan secara terbuka. Dalam tiga bulan misalnya, berapa uang yang dikeluarkan oleh BEM, untuk kegiatan apa saja, untuk pos-pos yang mana saja. Kalaupun BEM itu melakukan pengeluaran lain, mungkin melakukan investasi untuk keuangan yang akan diambil akhir tahun, itu juga harus dikasih tahu kepada teman-teman. Jika investasi, berapa gain-nya.” “Di sini ya kami merasa tiga bulan itu waktu yang paling ideal. Laporan tiga bulanan ini tidak seperti laporan keuangan tahunan menyeluruh, tapi dari realisasi anggaran dan kinerja. Intinya ini akan saya gunakan (sebagai Presma) untuk memonitor, sebagai bahan untuk manajemen, selama tiga bulan ini apa saja yang sudah kami capai, berapa uang yang sudah kami kelola, apakah menyalahi proker yang dari awal, dan nanti juga pertanggungjawaban kepada BLM.” Aang-Ajay (Oven News, Edisi No.7/Tahun VI/Minggu II/Mei 2011) Berjalan satu semester sejak dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden BEM STAN 2011/2012 terpilih, Teguh Hartato dan Fajar Nugraha, satu per satu janji kampanye mulai dipertanyakan. Mampukah BEM kali ini menyajikan transparansi bagi mahasiswa mengenai keuangan dan kinerja BEM STAN? Setelah lebih dari tiga bulan masa kepengurusan Aang-Ajay di BEM STAN, wacana yang tertuang dalam visi misi mereka mengenai laporan keuangan triwulan belum terdengar kabarnya di kalangan mahasiswa. Minggu, 30 Oktober 2011, bertempat di ruang D104, beberapa perwakilan elemen kampus berkumpul guna memenuhi undangan dari BLM. Dalam undangan yang disampaikan via SMS itu, tertulis bahwa agenda pertemuan tersebut adalah penyampaian laporan keuangan triwulan BEM. Namun ternyata tak ada satu pun perwakilan BEM yang datang kecuali sepucuk surat soft copy yang berisi permohonan maaf BEM kepada BLM karena belum mampu menyampaikan laporan keuangan triwulan pertama.
menyebabkan dana KM STAN harus disesuaikan dan beberapa ratus juta dianggap hilang. “Contohnya ya, jatah kita (KM STAN) harusnya sampai delapan ratus juta, kita cuma bisa pakai sampai enam ratus juta saja,” jelas Alex. Sementara itu, BEM dan BLM baru mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) KM STAN pada 10 Oktober. Satu minggu setelah disahkannya APB KM STAN, BEM menyusun Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan baru pada 27 Oktober, laporan keuangan triwulan BEM selesai dibuat. Laporan tersebut masih harus diaudit Badan Audit Internal (BAI). Proses audit sendiri baru selesai pada minggu kedua bulan November sehingga pada tanggal yang ditetapkan BLM (30/10/11), BEM belum bisa menyampaikan laporan keuangan triwulannya. Di tengah proses audit BAI, BLM terus menagih laporan keuangan triwulan pertama. Karena agenda UTS untuk D3 Reguler dan UAS untuk D4 sudah semakin dekat, akhirnya Alex menyerahkan laporan keuangan triwulan dalam bentuk soft copy. Ia akui laporan tersebut masih banyak kekurangan dengan alasan ada beberapa kegiatan yang masih berjalan. Peran BLM
Aditya Hendriawan, Pemimpin Umum Media Center yang ketika itu memenuhi undangan, mencoba meminta file yang berisi permohonan maaf BEM atas batalnya penyampaian laporan triwulan tersebut. Akan tetapi, Abdul Ghafur selaku Ketua BLM menolak permintaan itu dengan alasan surat tersebut ditujukan kepada BLM, bukan untuk umum. Civitas mengonfirmasi batalnya penyampaian laporan keuangan triwulan ini kepada Romatan Alex Younaedi, Menteri Keuangan BEM STAN 2011/2012. Ia pun melontarkan beberapa penjelasan terkait keterlambatan laporan keuangan triwulan tersebut. Terganjal Piutang Menurut Alex, keterlambatan penyampaian laporan keuangan triwulan disebabkan oleh kondisi keuangan KM STAN yang carut-marut terkait investasi dan piutang pada periode-periode terdahulu. Saat ia meninjau laporan keuangan tahun sebelumnya, banyak uang yang bermasalah. Alex menuturkan bahwa dana yang tercatat jumlahnya banyak, tetapi kas di tangan atau bukti transfer maupun surat perjanjiannya tidak ada. Hal ini menyebabkan BEM dan BLM memerlukan waktu lebih lama dalam menentukan jumlah dana yang siap digunakan untuk tahun berjalan dan tahun berikutnya. Penyusunan anggaran yang seharusnya dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2011 harus molor karena pada bulan Juli BEM dan BLM masih dalam proses penentuan jumlah dana. Ketidakjelasan kondisi keuangan tahun sebelumnya
Nur Kholifah, Ketua Komisi II BLM yang bertugas secara khusus di bidang keuangan, menjelaskan bahwa tugas BLM sebenarnya hanya berkisar pada kewajiban BEM dalam menyajikan laporan pertanggungjawaban semester. Hal ini memang diatur dalam Pasal 27 Anggaran Dasar KM STAN poin ke-8. Mengenai laporan keuangan triwulan, tidak ada aturan formal yang mengikat hal tersebut, baik dalam bentuk AD/ART maupun ketetapan khusus dari BLM. Meski begitu, Kholifah mengatakan bahwa penagihan atas laporan keuangan triwulan ini adalah bagian dari pengawasan terhadap program kerja BEM. Saat wawancara pada 21 Desember 2011, diperoleh keterangan dari Kholifah bahwa pihaknya terus mendesak BEM untuk menyampaikan laporan keuangan triwulan tersebut. Namun jawaban yang didapat adalah BEM akan menyampaikan laporan keuangan triwulan bersama dengan laporan keuangan semester, yakni pada bulan Januari 2012. Dikonfirmasi mengenai hal ini, Alex mengaku bahwa setelah laporan triwulan selesai diaudit BAI, yakni sekitar minggu kedua November, pihaknya langsung terfokus pada persiapan laporan keuangan semester yang di-cut off BLM pada 25 Desember. “Dan memang sejujurnya saya lupa untuk menyampaikan laporan keuangan tertulis (cetak) triwulan keuangan satu,” aku Alex. Akibatnya, BEM baru bisa menyampaikan laporan keuangan triwulan dalam bentuk cetak bersamaan dengan laporan keuangan semester, yakni pada 10 Januari 2012. Kholifah menilai, sesungguhnya esensi laporan keuangan triwulan menjadi tidak pas bila baru disampaikan bersamaan dengan laporan semester. “Kan sebenernya laporan tiga bulanan lebih kayak (pengawasan), mereka udah ngelakuin apa aja selama tiga bulan ini,” ujar Kholifah. [Tri Hadi Putra]
KAMI MENANTANG ANDA! untuk berkarya di Tabloid Civitas
-> opini, wacana, artikel, surat pembaca, cerpen, karikatur, dll
12
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
kirim ke
[email protected] dan hubungi 085258724441 (Reza) Bagi karya yang terpilh dan akan dimuat di produk selanjutnya, akan dihubungi lebih lanjut
>>
Ragam Mahasiswa
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
13
>>
Ragam Mahasiswa
>
Apresiasi Hari Anti Korupsi Lewat SANY Berantas korupsi. Semangat yang tak pernah mati. Dihadirkan lebih dekat kepada mahasiswa lewat rangkaian acara SANY.
dengan mencetak CFE (Certified Fraud Examiner), yakni pemimpin komunitas anti-fraud. Di Indonesia, ACFE sudah mencetak CFE di beberapa organisasi terkemuka di sektor publik dan swasta seperti KPK, BPK, BPKP, Kementerian Keuangan, serta beberapa perusahaan besar terkemuka.
Hari Anti Korupsi yang jatuh pada 9 Desember lalu diperingati SPEAK (Spesialisasi Anti Korupsi) dengan menggelar SANY (SPEAK Anniversary). SANY sendiri merupakan rangkaian acara yang berlangsung selama dua minggu dan dikemas secara menarik. Beragam acara digelar, mulai dari seminar hingga tur ke kantor Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Tema yang diusung kali ini adalah Proaksi (Propaganda Antikorupsi).
Optimisme melawan korupsi diungkapkan Yustamar Koco Hatmanto, Koordinator Pelaksana SANY. “Anak STAN harus jadi generasi pengubah, kalau kata KPK, kita bukan generasi penerus tapi kita generasi pelurus. Kita ingin tunjukkan kalau kita bisa bareng-bareng berantas korupsi!” tegasnya.
Curhat Langsung Basmi Korupsi (CLBK) di Gedung F pada Sabtu (10/12), menjadi acara yang mengawali rangkaian SANY. Dalam forum ini, peserta bebas ‘curhat’ mengenai korupsi. Hadir dalam acara ini Mairizal Chaidir, aktivis Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang juga merupakan alumnus STAN. Dalam ulasannya, Mairizal menjelaskan bahwa korupsi merupakan hasil akumulasi dari monopoli dan diskresi yang dikurangi dengan akuntabilitas. Oleh karena itu, salah satu langkah untuk mengurangi tindakan korupsi adalah dengan memperbesar faktor pengurangnya, yakni akuntabilitas.
Dana SANY Tahun ini BEM memangkas anggaran untuk belanja SPEAK. Meski begitu, BEM mengalokasikan dana sebesar 1,8 juta khusus untuk acara CLBK. Menteri Keuangan BEM, Romatan Alex Younaedi, membenarkan kalau dana tersebut dialokasikan secara khusus lantaran adanya kerja sama dengan Departemen Advokasi dan Relasi BEM.
Sesi berikutnya dibuka oleh Harismoyo Retnoadi, Fungsional Direktorat Pendidikan dan Layanan Masyarakat Deputi Pencegahan KPK. Materi yang ia bawakan mengenai “Pencegahan Korupsi dalam Gerakan Mahasiswa”. CLBK ini kemudian ditutup dengan materi “Menebar Virus Antikorupsi” yang dibawakan oleh Refki Saputra, peneliti Legal Indonesian Roundtable (LIR). “Acara seminar seperti ini saya rasa sudah cukup, karena memberikan mahasiswa STAN mindset untuk anti korupsi, jadi enggak hanya ngomong doang,” tutur M. Panji Anugerah, salah satu peserta CLBK. Melepas ‘Gayus’ Lepas hari pertama, esok paginya, Minggu (11/12), sekitar lima puluhan orang siap memulai long march di gerbang STAN. Long march pagi itu dibarengi pembagian suvenir kepada masyarakat dan aksi tanda tangan bersama sebagai dukungan memberantas korupsi. Tak hanya mahasiswa STAN, beberapa mahasiswa perwakilan dari Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI) juga tampak, antara lain Akademi Meteorologi dan Geofisika, Sekolah Tinggi Sandi Negara, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, dan Sekolah Tinggi Perikanan. Uniknya, di ujung rute yaitu Taman Bintaro sektor 7, long march diakhiri dengan melepas ‘Gayus’ ke udara. Tentu hal ini dilakukan secara simbolis melalui foto mafia pajak, Gayus Tambunan yang diikat pada balon gas. Simbolisme ini dimaksudkan melepas citra buruk Gayus yang sempat mencoreng nama STAN.
melek dengan kondisi korupsi terkini di Indonesia melalui pembicara Harismoyo Retnoadi dari Direktorat Pendidikandan Pelayanan Masyarakat KPK. Pada sesi selanjutnya, Asep Chaerullah dari Direktorat Pencegahan Deputi Gratifikasi mengisi acara tersebut dengan materi “Pencegahan Korupsi dari Sisi Psikologis”. M. Irfan Maulana, Penanggung Jawab Acara, mengakui bahwa acara sejenis Touring KPK lebih diminati mahasiswa dibanding kuliah umum rutin di Kampus. Sebelum rangkaian SANY berakhir, SPEAK membuat Pelatihan, Penelitian, dan Penulisan (P3) khusus bagi pengurus internal SPEAK pada Sabtu (17/12) di gedung F. “Diharapkan para pengurus dapat bekal untuk melakukan penelitian dan dapat di follow-up ke tulisan,” kata Yustamar Koco Hatmanto selaku Koordinator Pelaksana SANY.
Touring KPK Tak berhenti disitu, pada Rabu (14/12) sembilan puluh sembilan mahasiswa diboyong panitia untuk mengunjungi kantor KPK di bilangan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Dalam kunjungan itu, para mahasiswa diajak untuk lebih dekat mengenal KPK. Peserta dibuat
Tak mau kalah, Hari Setianto yang menjabat sebagai Secretary of ACFE Indonesia, mengupas kejahatan dalam organisasi-organisasi besar di Idonesia. Dalam ulasannya, Heri memaparkan keinginan ACFE membantu mengurangi korupsi secara mendunia
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Dari dana untuk CLBK tersebut, ada lebih sebesar 641 ribu. Dari jumlah tersebut, uang sejumlah 431 ribu dikembalikan kepada BEM dan sisanya digunakan untuk acara SANY lainnya. Pengembalian itu dimaksudkan sebagai pengendalian dana anggaran dari yang dialokasikan BEM untuk acara CLBK. “Itu adalah pengendalian dana anggaran yang tidak bisa dimanfaatkan. Jadi, dikembalikan,” kata Alex. Menurut Iksan, asalkan kreatif, acara minim dana dapat terselenggara sukses. “Kalau bisa lebih kreatif. Biasanya kita mencari kegiatan yang ada hubungannya dengan instansi, misalnya SPEAK dengan ACFE. Ada pengisi dari mereka, mereka support dana. Kemudian, cari pembicara yang gratis, misalnya dari KPK. Berdayakan alumni, kalau mau ngadakan seminar, alumni STAN kan banyak. Kita undang aja mereka, nggak usah bayar,” tutup Iksan.
Rekening Gendut PNS Muda SPEAK menutup rangkaian acara SANY lewat Pusat Kajian pada Minggu (18/12) di gedung F. Acara ini isu rekening gendut PNS muda. M. Rofie Herianto dari Pendidikan Pelayanan Masyarakat KPK, menjelaskan bahwa ada beberapa modus yang mungkin ditempuh, antara lain pemindahan dana APBN/APBD ke rekening pribadi, pengadaan proyek fiktif, gratifikasi, suap, sampai pencucian uang.
14
Dampak dari pemangkasan dana ini belum terasa pada jalannya rangkaian SANY, seperti dilontarkan Aulia Iksan, Ketua SPEAK, “Kalau pengaruh belum kelihatan, cuma kemarin beruntung aja ada back up-an dana dari ACFE dan lain-lain.” Dana untuk pelaksanaan SANY sendiri diperoleh SPEAK dari uang registrasi acara, donasi dari anggota SPEAK, serta dukungan dana dari ACFE.
[Tendi Aristo/Nadia Rizqi C.]
>>
Ragam Mahasiswa
Keterbatasan Dana Ganjal Visi Aang-Ajay Dana sebagian UKM “disunat” secara signifikan. Di tengah keterbatasan dana dan tanggung jawab keberlangsungan organisasi, UKM diharapkan mandiri. Janji kampanye pun terhenti sebelum direalisasi. Dana segar yang biasanya mengucur ke pundi KM STAN tersendat di tahun 2011. Hal ini disebabkan jumlah mahasiswa baru berkurang secara signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Saya kan membawa, di visi-misi saya nomor 2, ada pembagian adil dan proporsional. Untuk konkretnya nanti, UKM akan memiliki dua jenis dana, yang pertama dana operasional yang tidak terikat dan harus diambil dalam satu bulan, terserah buat apa. Yang kedua, jika Anda ingin melakukan kegiatan dan proposal anda sudah kami setujui, akan kami beri dana.” “Makanya saya juga nggak mau penjatahan per tahun, (harusnya) per bulan, dan itu tidak terikat.” “… untuk skala nasional minimal lima juta, untuk skala kampus range-nya antara satu sampai tiga (juta).”
Tahun ini, mahasiswa baru D1 membayar iuran KM STAN sebesar Rp 550 ribu untuk mahasiswa Pajak, sedangkan Rp 975 ribu untuk Bea Cukai. Dari rincian tersebut, dana yang mengalir ke KM STAN untuk periode 2011/2012 hanya diperoleh dari mahasiswa D1 Pajak, sementara dana mahasiswa D1 Bea Cukai dialokasikan ke Korps Mahasiswa Bea Cukai (KMBC). Rencana Subsidi ke BO Jumlah mahasiswa D1 Pajak yang membayar lunas berjumlah 242 orang. Dari Rp 550 ribu tersebut, BEM STAN dijatahi sebesar Rp 90 ribu, tetapi tidak semuanya lari ke BEM. Romatan Alex Younaedi, Menteri Keuangan BEM STAN 2011/2012, mengatakan, “Dari pembicaraan yang saya dengar kemarin (antara BEM dan BLM), dua puluh ribu akan dialokasikan untuk Badan Otonom.” Namun transfer ke Badan Otonom (BO) ini masih harus menunggu pengesahan APB yang baru dan persetujuan BLM terhadap proposal BO. Sementara dana senilai Rp4.840.000,00 direncanakan mengalir ke BO tahun ini, beberapa UKM mengalami penurunan jatah secara signifikan. Sharia Accounting Finance Forum (SAFF) yang tahun lalu dijatahi Rp 5 juta, tahun ini hanya menerima Rp 1 juta. Selain itu, Spesialisasi Antikorupsi (Speak) yang sebelumnya mendapat jatah Rp 5 juta, kini hanya kebagian Rp 1,8 juta. Itu pun sudah dialokasikan untuk dana kegiatan Speak Anniversary (Sany) dan termasuk sisa sebesar Rp 400 ribu yang akhirnya dikembalikan ke BEM. Dana per Bulan Tak Terealisasi Pada masa kampanye, pasangan Aang-Ajay menjanjikan pembagian dana yang adil dan proporsional. Seperti dikutip dari Oven News, Edisi No.7/Tahun VI/Minggu II/Mei 2011, pasangan ini menjanjikan “penjatahan” yang tidak per tahun. Saat ini, pada kenyataannya, dana UKM tetap dijatah per tahun. Mengenai jumlah, ada kriteria tertentu yang menjadi pertimbangan BEM dalam pengalokasian dana, yakni jenis UKM. Untuk UKM seni dan olahraga mendapat alokasi paling sedikit, yakni berada di kisaran Rp 500 ribu. Sementara itu, UKM yang berbasis sosial serupa KSR, mendapat Rp 2 juta. “Lihat urusannya gitu, apa dia sosial, apa dia profit,
???
Aang-Ajay (Oven News, Edisi No.7/Tahun VI/Minggu II/Mei 2011) apa bisa apa. Seumpama olahraga, kan bisa ikut lomba-lomba ya, sehingga kalo lebih kreatif tuh (UKM) olahraga bisa dapet sumber dana yang lebih banyak dari UKM-UKM lain. Dan (UKM) seni pertimbangannya sama seperti (UKM) olahraga,” jelas Alex. Lima Juta Hanya Rencana? Civitas sempat menanyakan pernyataan Aang-Ajay di masa kampanye yang akan memberikan dana senilai Rp 5 juta untuk kegiatan-kegiatan berskala nasional. Hal ini terkait juga dengan konsep pembagian dana dengan dua ketegori: dana operasional dan dana proyek yang dapat diperoleh dengan melakukan pengajuan proposal kepada BEM. Akan tetapi, hal itu tidak terealisasi untuk acara garapan SAFF yang “dijual” panitia dengan label nasional, yakni Universal 2012 yang terselenggara pada 21 Januari lalu. Untuk label nasional tersebut, jika ditinjau dari penjualan tiket, sekitar tiga ratus tiket Universal 2012 memang sudah terjual hingga ke Unpad dan IPB. Mukhlis selaku Direktur SAFF mengatakan bahwa pihaknya telah datang ke BEM untuk mengajukan dana kegiatan. Namun ia mendapat penjelasan dari Bendahara Departemen PPSDM BEM STAN bahwa pihaknya harus mengajukan proposal terlebih dahulu. Oleh sebab itu, ia mengajukan dua proposal sekaligus, yang salah satunya adalah proposal Universal 2012. Namun dana yang ia terima hanya senilai Rp 700 ribu yang bukan sebagai respon atas pengajuan proposal Universal 2012. Dana sebesar Rp 700 ribu tersebut merupakan dana yang memang menjadi alokasi bagi SAFF selama satu periode. Mengenai hal ini, Alex berpendapat bahwa di masa kampanye, bisa saja data yang digunakan adalah data yang lalu, yang masih mengacu pada penerimaan mahasiswa baru tahun sebelumnya. Untuk merealisasikannya dalam kondisi yang sangat berbeda seperti tahun ini, banyak sekali variabelvariabel yang harus dipertimbangkan. Selain itu, Alex juga berdalih bahwa sampai pada waktu wawancara (20/1), tidak ada satu pun proposal yang masuk dengan kategori kegiatan berskala nasional selain National Accounting Challenge
(NAC). Padahal NAC sendiri direncanakan baru akan digelar pada periode kepengurusan Himas tahun depan. “Bagi kami tidak masalah jika proposal kami tidak di-support dari BEM,” ujar Mukhlis. Hanya saja ia berharap agar segala informasi terkait pembagian dana disosialisasikan secara jelas, mengenai prosedurnya dan kriteria kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari BEM.
“Apa pun itu, kita enggak perlu bersuuzan karena memang mungkin BEM mampunya segitu. Mungkin juga karena penerimaan (maba) kita yang cuma D1,” imbau Mukhlis kepada semua elkam. UKM Diharap Mandiri Terlepas dari penggunaan dana KM STAN sebagai dana operasional ataupun dana proyek bagi UKM, intinya dana tersebut harus digunakan untuk kegiatan yang “bermanfaat”. “Jangan sampai nanti dipakai misalnya untuk makrab, makan-makan,” ujar Alex. Di akhir periode, seluruh UKM diharuskan membuat laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan BEM untuk memberikan rekomendasi bagi BEM berikutnya mengenai kelayakan UKM terkait jatah dana di tahun tersebut. “Karena kebiasaannya UKM-UKM itu berpikirnya juga sama kayak anak STAN. Biasanya ya, gratisan gitu,” tukas Alex. Alex menambahkan, seharusnya UKM itu bisa lebih mandiri dengan anggota yang dapat didayagunakan. Aulia Ikhsan, Ketua Speak periode 2011/2012, mengungkapkan nada sepakat dengan Alex. “Kalau bisa lebih kreatif aja,” ujar Aulia, “ngadain acara kan enggak harus mahal, bisa lebih hemat. Biasanya kita mencari kegiatan yang ada hubungannya dengan instansi, ada korelasi. Misalnya Speak dengan ACFE. Ada hubungannya dengan certified, ada pengisi dari mereka, mereka nyuport dana, temanya juga bermanfaat.” Hal lain yang menurut Aulia dapat dijadikan solusi adalah dengan memberdayakan alumni. “Berdayakan alumni kalau mau mengadakan seminar, pembicara-pembicara. Alumni STAN kan banyak, kita undang aja mereka, enggak usah bayar,” pungkasnya.
[Tendi Aristo/Tri Hadi Putra]
Beriklanlah dengan Cerdas melalui Tabloid Civitas yang mempunyai jangkauan pembaca yang luas HOTLINE PEMASANGAN IKLAN: 08571615950 (NURIS) Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
15
>>
Ragam Mahasiswa
Mengulas Dinamika 2011 Terbatasnya sumber daya manusia menjadi salah satu kendala dalam kepanitiaan Dinamika 2011. Waktu pelaksanaan yang bentrok dengan jadwal UTS mahasiswa D3 Reguler menyebabkan sebagian besar panitia Dinamika 2011 berasal dari mahasiswa D3 Khusus dan D4.
Dana dari Lembaga
Erikson Wijaya, Koordinator Pelaksana Dinamika 2011, mengutarakan pendapat tentang proyek garapannya, “Yang jelas berbeda, ya. Perbedaan ini dilihat dari berbagai sisi, kepanitiaan dan konsep pelaksanaan. Dari sisi kepanitiaan, lebih banyak diisi D4 danD3 Khusus, maka SDM terbatas.”
Selain iuran dari mahasiswa baru, Dinamika 2011 juga mendapatkan dukungan dana dari Lembaga. Dari total anggaran yang mencapai Rp156.364.000,00, Lembaga menanggung sebanyak 28%. Sisanya ditanggung oleh panitia melalui iuran mahasiswa baru.
Daftar Ulang Tak Jadi Kepanitiaan Tersendiri Pada tahun-tahun sebelumnya, daftar ulang KM STAN selalu menjadi satu kepanitiaan tersendiri. Namun pada tahun 2011, daftar ulang hanya menjadi salah satu bidang dalam kepanitiaan besar Dinamika. Alasan mendasar adanya penggabungan tersebut adalah minimnya waktu persiapan dan keterbatasan sumber daya manusia. “Itu jadi kesulitan tersendiri. Karena biasanya kan yang semangat ikutan kepanitiaan anak D3 Reguler, sedangkan anak D4 sama D3 Khusus udah pada males. Itu jadi hambatan terbesar kita dalam mencari panitia,” tutur Reza Raditya, Kepala Bidang Daftar Ulang. Masih menurut Reza, stafnya di bidang daftar ulang hanya terdiri dari lima orang. Untuk mengakomodasi peserta daftar ulang yang cukup banyak, dilibatkan pula panitia Dinamika 2011 dari bidang lain. Pada hari pertama, jumlah mahasiswa baru yang melakukan daftar ulang melebihi setengah dari jumlah keseluruhan. Hal ini menyebabkan proses daftar ulang harus selesai lebih lama dari jadwal yang telah ditentukan. Daftar ulang yang rencananya ditutup pukul lima sore, harus molor hingga pukul sembilan malam.
panitia menghadirkan Ketua Teater Alir untuk mengisi acara. Mengenai out bound yang rencananya dilaksanakan pada hari kelima, acara tersebut akhirnya diganti dengan ceramah motivasi oleh Kepala Pusdiklat PPSDM. Ketika dikonfirmasi kepada pihak Lembaga, Denyl mengatakan bahwa pembatalan tersebut terkait informasi yang disampaikan secara mendadak oleh Kepala BPPK. Saat Dinamika 2011 sudah berjalan empat hari, Kepala BPPK baru menginformasikan bahwa Kepala Pusdiklat PPSDM akan mengisi ceramah umum pada hari kelima Dinamika. Pendelegasian Kepala Pusdiklat PPSDM tersebut berkaitan dengan batalnya ceramah umum yang seharusnya diisi oleh Kepala BPPK pada hari ketiga Dinamika. “Karena semula (ceramah umum) dibatalkan, Rabu enggak bisa, tanpa ada penggantian. Tapi, ketika hari Kamisnya ternyata (Kepala BPPK) minta diganti. Akhirnya kita masukkan dengan menggeser (acara). Yang paling mungkin digeser adalah out bound,” jelas Denyl. Melibatkan Kopasus
“Kita pertimbangkan hal lain, mereka udah jauh-jauh kemari. Hal yang seharusnya bisa diselesaikan satu hari, kalo mereka harus kembali esok hari, sangat enggak bijaksana,” tutur Reza.
Keterlibatan Kopasus dalam pelaksanaan Dinamika 2011 tak lepas dari peran Lembaga. Hal ini disampaikan oleh Denyl.
Proses daftar ulang yang berlangsung pada 23 hingga 25 November 2011 tersebut bisa dikatakan cukup lancar. Dari 422 mahasiswa baru yang melakukan daftar ulang di Lembaga, seluruhnya melakukan daftar ulang kemahasiswaan.
“Direktur (STAN) meminta untuk ada tenaga pelatih. Apa pun, tidak harus Kopasus. Untuk apa? Untuk melatih kedisiplinan mereka, menyiapkan mental mereka karena mereka dari SMA dan masuk ke dalam kampus yang ke depannya punya proyeksi untuk masuk ke dalam birokrasi,” tuturnya.
Konsep Acara Berubah-ubah Konsep acara Dinamika 2011 berubah-ubah karena setidaknya harus mengakomodasi tiga kepentingan: panitia, BEM, dan Lembaga. Terkait hal tersebut, terdapat dua kegiatan rancangan panitia yang ditolak oleh Lembaga, yakni pengenalan Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI) dan out bound. Erikson menjelaskan bahwa rencananya pihak panitia dan BEM akan mengadakan pengenalan FMKI dengan melibatkan PTK dan universitas lain. Namun Lembaga menolak rancangan kegiatan ini dengan alasan pemberdayaan sumber daya yang dimiliki. Menurut Chairul Denyl Setiawan, PIC Orientasi Studi, Direktur STAN memberi imbauan agar Dinamika 2011 sebaiknya melibatkan pihak internal saja. Sebagai gantinya,
16
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Pelatihan ini lebih menekankan pada pelatihan mental, bukan pelatihan fisik. Dalam pelaksanaannya pun tak ada hukuman yang secara khusus diberikan oleh Kopasus. Bicara tentang hukuman, Denyl menegaskan bahwa tidak ada hukuman fisik yang diterapkan selama Dinamika 2011. Alasannya, hukuman fisik itu sendiri tidak akan diterapkan pada proses perkuliahan. Bentuk pelatihan dari Kopasus di antaranya berupa latihan baris-berbaris, latihan upacara, dan penanaman wawasan yang memberikan motivasi terkait dengan pembentukan mental. Tak luput dalam pelatihan tersebut adalah penanaman sikap yang baik dan benar ketika menghadapi atasan, senior, ataupun orang yang lebih tua.
Penganggaran dana oleh Lembaga yang dikhususkanuntuk orientasi studi mulai tahun ini berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Anggaran dana tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi orientasi studimahasiswa yang berkuliah di kampus STAN Jakarta—Bintaro dan Rawamangun—tetapi juga untuk mahasiswa yang berkuliah di balai diklat daerah. Menurut Chairul Denyl Setiawan, anggaran dana dari Lembaga untuk orientasi studi tahun 2012 bisa jadi lebih tinggi nominalnya dibandingkan tahun 2011. “Kenapa? Karena orientasi bukan cuma (di) Jakarta, kan? Ada sebelas lokasi lain yang harus dibiayai. Tahun ini, dengan orientasi sama-sama satu minggu, di daerah hanya dapet jatah sekitar lima juta,” tutur Denyl menyebutkan alasan rencana kenaikan anggaran tersebut. Dana dari Lembaga tersebut dialokasikan ke beberapa pos, yakni biaya pembicara, konsumsi panitia, sertifikat peserta, dan akomodasi bagi mahasiswa D1 Kepabeanan dan Cukai ketika harus mengikuti rangkaian acara di Pusdiklat Rawamangun. Sementara itu, Dana Dinamika 2011 yang berasal dari iuran mahasiswa baru digunakan untuk kepentingan kesekretariatan, daftar ulang, penilaian dan evaluasi, acara, konsumsi, perlengkapan, pendampingan, medis, humas, dan dokumentasi. Nasikhudin menjelaskan,“Anggaran Dinamika tahun 2011, total sebesar Rp 156.364.000,00. Saya tidak tahu pasti anggaran Dinamika tahun sebelumnya. Hanya saja kalau saya baca LRA tahun lalu, total anggaran itu sekitar Rp 194 juta-an. Berarti tahun ini anggaran Dinamika mengalami penurunan.” Menilik jumlah peserta Dinamika 2011, mahasiswa baru yang melaksanakan daftar ulang berjumlah 422orang. Jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan jumlah peserta Dinamika 2010 yang tak kurang dari 3000 mahasiswa. Nasikhudin menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa baru yang tidak sebanyak tahun sebelumnya memang mengurangi pengeluaran yang sifatnya variabel. Namun untuk pengeluaran yang sifatnya tetap, jumlah mahasiswa sama sekali tidak berpengaruh. Hal ini menyebabkan selisih anggaran Dinamika 2010 dengan Dinamika 2011 tidak terlalu signifikan meskipun ada selisih yang yang cukup banyak antara jumlah mahasiswa baru tahun 2010 dan tahun 2011.
[Ericha U.P./Mila K./Novia F.R.]
>>
Ragam Mahasiswa
Absen Orientasi Wajib Susulan Mulai tahun 2011, mahasiswa baru yang tidak mengikuti orientasi studi sesuai jadwal yang telah ditetapkan wajib mengikuti orientasi susulan.
Dari 254 mahasiswa baru D1 Pajak, tercatat 65 orang harus mengikuti orientasi susulan. Sementara itu, untuk mahasiswa baru D1 Kepabeanan dan Cukai yang berjumlah 168 orang, yang harus mengikuti orientasi susulan berjumlah tak kurang dari 40 mahasiswa. Orientasi susulan sendiri wajib diikuti oleh mahasiswa baru yang tidak mengikuti rangkaian Dinamika 2011 secara penuh. “Jadi, kemarin itu ada kebijakan bahwa mahasiswa, berapa pun jumlah tidak hadirnya, apa pun alasannya, itu harus ikut ulangan,” tutur Chairul Denyl Setiawan, PIC Orientasi Studi. Masalah Attitude Orientasi susulan ini diselenggarakan bukan tanpa dasar. Saat melakukan daftar ulang, mahasiswa baru tahun 2011 harus menandatangani surat pernyataan yang memuat tiga kewajiban: tidak menikah selama masa pendidikan, menaati tata tertib dan menjaga ketenteraman, serta mengikuti rangkaian orientasi. “Mereka baca. Ada tiga item yang mereka tanda tangan di atas meterai. Nah, mereka tidak ikut (orientasi), itu attitude-nya. Kita tidak bisa bilang kalo dia enggak akan lulus. Mana mungkin kita enggak meluluskan orang karena orientasi. Tapi ini masalah sikap,” tutur Denyl. Masih menurut Denyl, rangkaian acara Dinamika 2011 sudah disusun dengan menerapkan rangkaian acara yang rasional. Panitia Dinamika 2011 hanya memberikan bentuk-bentuk penugasan yang masuk akal dan tidak menerapkan hukuman fisik sama sekali. “Enggak ada yang perlu ditakutkan. Kalo enggak dateng, itu (terkait) orangnya. Entah kemakan (omongan) kakak kelas atau memang dianya males, itu yang perlu kita bidik,” tegas Denyl. Hingga kini baru dilaksanakan orientasi susulan bagi mahasiswa baru D1 Pajak. Untuk mahasiswa D1 Kepabeanan dan Cukai, hal tersebut belum dilaksanakan terkait sulitnya koordinasi dengan penyelenggara pendidikan Kepabeanan dan Cukai yang tidak berlokasi di kampus STAN Bintaro. Dalam orientasi susulan bagi mahasiswa baru D1 Pajak yang dilaksanakan pada 29 dan 30 Desember lalu, masih saja ada peserta yang tidak hadir tanpa keterangan. Empat mahasiswa baru yang absen tersebut dipastikan wajib mengikuti orientasi susulan sesi kedua. Namun, waktu dan bentuk orientasinya sampai saat ini belum ditentukan.
Lebih Sederhana Berbeda dengan Dinamika yang memakan waktu tak kurang dari enam hari, orientasi susulan berlangsung lebih singkat. Orientasi susulan bagi mahasiswa D1 Pajak hanya berlangsung selama dua hari, sebulan setelah penyelenggaraan Dinamika 2011. Di samping untuk menghindari kegiatan yang diadakan pada hari perkuliahan aktif, pemilihan tanggal tersebut juga ditujukan sebagai bentuk hukuman karena ketidakhadiran pada Dinamika 2011. “Ya istilah kami hukuman, ya. Dia (maba) tidak ikut sebelumnya, kan? (Maka) liburnya dipotong dengan dua hari ikut orientasi susulan,” jelas Denyl. Bentuk orientasi susulan ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan Dinamika 2011. Panitia pun seluruhnya dari Lembaga dan tak lebih dari tiga orang. Pada orientasi susulan ini, peserta wajib hadir pada mulai pukul 07.30 WIB untuk selanjutnya mengikuti rangkaian acara yang berakhir tak lebih dari pukul 12.00 WIB. Acara yang terdapat dalam orientasi susulan ini di antaranya pemberian informasi akademis dari bidang Pembantu Akuntan dan pelatihan motivasi dari Sinergi Training Center. Dalam orientasi ini tidak ada penugasan bagi peserta. “Kita melihatnya bukan kontennya apa, (tetapi) apa yang harus mereka capai. Mereka punya iktikad untuk datang. Intinya, kita buat bahwa mereka harus berubah, mereka sadar bahwa kita punya aturan,” tutur Denyl.
Orientasi studi mahasiswa baru D3 Khusus serta D4 Khusus dan Reguler 2011/2012 dilaksanakan pada 2 hingga 6 Januari 2012. Peserta orientasi tersebut terdiri dari 121 mahasiswa baru tahun 2011 dan 24 mahasiswa baru tahun 2010 yang belum mengikuti orientasi studi. Dari 121 mahasiswa baru yang diwajibkan hadir, dua di antaranya tidak dapat hadir dengan alasan kondisi kesehatan yang tidak mendukung. Dua mahasiswa ini nantinya juga akan mengikuti orientasi susulan, tetapi saat ini belum dapat dipastikan bentuknya. Sementara itu, dari 24 mahasiswa baru tahun 2010 yang wajib mengikuti orientasi susulan, empat orang kembali mangkir. Mengenai hal ini, Lembaga juga belum dapat memastikan apakah akan mengadakan orientasi susulan lagi atau menerapkan sanksi akademis lain. Ketika dikonfirmasi mengenai ada tidaknya orientasi susulan bagi mahasiswa D3 Reguler, Denyl menyebutkan bahwa orientasi tersebut kemungkinan tidak diselenggarakan. Alasannya, mahasiswa D3 Reguler tidak menandatangani surat pernyataan wajib mengikuti orientasi studi di atas meterai. Selain itu, Surat Edaran Direktur STAN yang mewajibkan orientasi studi bagi mahasiswa D3 Reguler juga belum ada. “Kebetulan SE itu baru berlaku untuk D4 tahun kemarin (2010). Yang D3 (Reguler) belum kena. Yang kena kan baru D1 yang sekarang (2011) karena ada tanda tangan di atas meterai kalo mereka wajib ikut,” tutur Denyl.
Tak Hanya Mahasiswa D1 Orientasi susulan ini tidak hanya berlaku bagi mahasiswa D1 Pajak dan Kepabeanan dan Cukai, tetapi juga untuk mahasiswa D3 Khusus serta D4 Khusus dan Reguler. Kewajiban mengikuti orientasi bagi mahasiswa D1 tertera dalam surat pernyataan di atas meterai, sedangkan kewajiban bagi mahasiswa D3 Khusus serta D4 Khusus dan Reguler secara jelas disebutkan dalam Surat Edaran Direktur STAN.
[Ericha U.P./Mila K./Novia F.R.]
Tersebut dalam surat edaran itu bahwa kegiatan orientasi studi wajib diikuti oleh mahasiswa baru. Pasalnya, orientasi studi merupakan kegiatan wajib dalam rangkaian kegiatan akademis yang harus diikuti sampai mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan lulus. Bersandar pada surat edaran tersebut, mahasiswa D3 Khusus serta D4 Khusus dan Reguler dapat dikenakan sanksi akademis apabila tidak mengikuti rangkaian orientasi studi.
www.mediacenterstan.com
“Temukan Kebebasan Pemberitaan Tanpa Intervensi” 17 Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
>>
Ragam Mahasiswa
Sanksi Mendidik bagi yang Mangkir PPMB Dari 254 mahasiswa baru D1 Pajak, 99 di antaranya tidak mengikuti orientasi spesialisasi.
Satu-satunya Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS) yang mengadakan orientasi bagi mahasiswa baru tahun 2011 adalah Ikatan Mahasiswa Pajak (IMP). Orientasi spesialisasi yang berlabel Penyambutan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (PPMB) ini dilaksanakan di Student Center pada 18 Desember 2011 lalu. Salah satu tujuan dilaksanakannya PPMB adalah untuk mengakrabkan para peserta, baik dengan peserta lain maupun dengan alumni dan Lembaga. Pasalnya, waktu perkuliahan para mahasiswa baru ini terbilang singkat, yakni hanya satu tahun. “Sebenarnya kita lihat PPMB itu kan (untuk) anak D1 ya. Itu kan satu tahun, sedangkan kalo diestimasi dari Direktur (STAN) sendiri hanya sekitar tujuh sampai delapan bulan. Waktu yang sangat singkat kan buat mereka. Jadi kita pengin mendekatkan mereka meskipun hanya tujuh sampai delapan bulan,” jelas Satrio Utomo, Koordinator Pelaksana PPMB. Materi yang diberikan saat PPMB menitikberatkan pada pentingnya komunikasi, idealisme, dan makna sukses bagi para peserta. Harapannya, ketika nanti peserta masuk ke dunia kerja, yang melekat pada
diri mereka adalah sifat mahasiswa, bukan lagi tabiat siswa. Chairul Denyl Setiawan, PIC Orientasi Studi, menjelaskan bahwa Lembaga hanya memiliki andil untuk orientasi studi yang diadakan oleh BEM, yakni Dinamika. Untuk orientasi spesialisasi, dalam hal ini PPMB, seluruh kegiatannya diserahkan kepada IMP. “Kalau yang ngadain HMS, itu mereka sendiri yang ngurusin, Lembaga enggak ikut andil lagi,” tutur Denyl. Sanksi Mendidik Berbeda dengan Dinamika 2011 yang menerapkan orientasi susulan, PPMB menerapkan sistem sanksi bagi mahasiswa baru yang tidak mengikuti rangkaian acaranya. Sanksi tersebut berupa penugasan untuk menulis UU KUP. Mengenai hukuman ini, panitia tidak main-main. Mahasiswa yang mangkir PPMB dan tidak menulis UU KUP akan diberikan tugas tambahan, yakni menulis UU PPh.
alasan pemilihan sanksi tersebut disebabkan UU KUP dan PPh merupakan sarana pembelajaran yang berhubungan dengan mata kuliah peserta. Satrio menambahkan, mahasiswa yang tidak mengikuti PPMB dan juga tidak menjalani kedua sanksi tersebut akan diberikan pembinaan oleh Sekre Pajak. George Lie Engelbert Giovanni, mahasiswa 1G D1 Pajak yang tidak hadir dalam acara PPMB karena mengikuti kepanitiaan lain, menuturkan bahwa ia sendiri sebenarnya tetap ingin mengikuti PPMB agar bisa berperan aktif dalam segala rangkaian acara di STAN. Mengenai sanksi, George berpendapat, “Mungkin itu bukan hanya sekadar hukuman, tapi juga ingin mendekatkan kita tentang seberapa pentingnya mata kuliah itu. Jadi, kita, walaupun hanya menulis, ada beberapa yang terserap dari Undang-Undang KUP dan PPh.”
[Ericha U.P./Novia F.R.]
Satrio mengutarakan bahwa sanksi yang mulai diberlakukan seminggu setelah PPMB berlangsung ini sudah dikonsultasikan dengan Lembaga. Adapun
National Accounting Challenge: Yang Penting Tahun 2012 Karena tidak kunjung mendapat korlak, pelaksanaan NAC diundur hingga kepengurusan Himas periode mendatang.
National Accounting Challenge (NAC), lomba Akuntansi antar universitas se-Indonesia, yang rencananya diadakan pada triwulan awal tahun 2012 diundur waktu pelaksanaannya. Pasalnya, panitia NAC belum berhasil menemukan mahasiswa D4 sebagai koordinator pelaksana NAC. Alhasil, NAC diundur pelaksanaannya pada triwulan akhir tahun 2012, yaitu antara Oktober dan Desember. Kabar ini dikonfirmasi oleh oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himas) periode 2011/2012, Achmad Noor Ichsan. “Dari awal kita sudah bergerak. Untuk korlak, kebetulan sedang banyak kegiatan yang membutuhkan D4, seperti dinamika atau wisuda. Jadi, terkendala pencarian korlaknya,” ucap Ichsan. Sebenarnya tersedia opsi lain, yakni memilih korlak dari mahasiswa D4 yang diterima pada Januari. Namun, opsi tersebut tidak diambil karena akan berimbas pada minimnya persiapan acara. Jika NAC dihelat pada April, waktu persiapan akan terpotong oleh UAS dan libur pasca-UAS. Dengan pertimbangan tersebut, Ichsan bermusyawarah dengan timnya dan memutuskan bahwa pelaksanaan NAC ditunda hingga kepengurusan Himas mendatang –bukan pada masa kepengurusan ini. Mengenai hal tersebut, Ichsan mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi soal. Alasannya,
18
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
NAC menitikberatkan pada masalah dwitahunan, bukan masalah kepengurusan. Karena NAC terakhir kali dihelat pada 2010, acara selanjutnya akan digelar pada tahun 2012. “Jadi, judulnya tetap dwitahunan,” jelasnya. Posisi korlak menjadi sangat penting di NAC sebab “Ini acara besar dan melibatkan stakeholder luar. Lembaga, kementerian dan sponsorship yang tidak kalah besar,” kata Ichsan. Oleh karena itu, mahasiswa D4 diutamakan karena memiliki lebih banyak pengalaman. “Lembaga juga lebih percaya kalau korlaknya yang sudah kerja seperti D4,” tambahnya. Sebagai kompensasi ketiadaan NAC pada kepengurusan ini, Himas mengembangkan program andalan lainnya. Misalnya, Communication Skill Training yang rencananya menghadirkan Pandji Pragiwaksono oleh bidang Huminfokom Himas dan Auditing Software Seminar oleh bidang PSDM Himas. Tentang NAC Kegiatan NAC pertama kalinya diselenggarakan Himas pada 2007. Gagasan untuk mengadakan acara ini secara dwitahun muncul pada 2008. Saat itu, Himas telah bekerjasama dengan BEM STAN.
“Karena butuh menyebarluaskan dalam hal proker, jangkauan diperluas. Diperbaiki di tahun 2008 dengan bekerjasama dengan BEM. Itu NAC kedua,” jelas Ichsan. Mengenai latar belakang diadakannya NAC, Ichsan belum mengetahuinya secara pasti. Alasannya, para penggagas NAC di tahun 2007 tidak mewariskan Laporan Pertanggungjawaban (LPj) kepada generasi berikutnya. Ia melanjutkan, “Tetapi, jelas mereka ingin STAN eksis, secara khusus dari Himas.” Lomba Akuntansi antar universitas se-Indonesia ini mampu menarik minat banyak peserta. Berdasarkan data terakhir pada 2010, peserta yang turut andil mencapai seratus lima puluh tim –melampaui ekspektasi panitia. Pada acara NAC 2010, tim STAN berhasil mengungguli tim-tim lawan. Hasil saat itu, juara pertama dan kedua diraih oleh tim STAN, sementara juara ketiga diraih oleh UNNES. Rencananya, NAC 2012 akan mengusung tema syariah. “Kami mengangkat tema ini karena perkembangan ekonomi syariah sangat pesat,” tutup Ichsan. [Galuh Chandra/Tendi Aristo]
>>
Ragam Mahasiswa Warna Baru Heritage Organda Expo Heritage Organda Expo atau biasa disingkat HOE kini berubah nama menjadi Festival Budaya Nusantara (Fesbudnus). Konsep acara Fesbudnus sendiri tidak jauh berbeda dengan konsep acara yang diusung HOE. Koordinator Pelaksana Fesbudnus, Dede Permana, mengatakan bahwa selain untuk menghindari penggunaan bahasa asing, perubahan nama juga dimaksudkan agar festival kebudayaan ini tidak hanya mentok pada organisasi kedaerahan (organda) yang ada di STAN. ”Memang targetnya bukan cuma anak STAN saja, tapi juga dari luar. Karena acara Festival Kebudayaan Nusantara, ya semuanya harus muncul,” terang Dede. Festival Budaya Nusantara kali ini akan mengangkat tema “Kebersahajaan Budaya Nusantara”. Untuk maskot, panitia sepakat mengusung kebudayaan Indonesia bagian timur, tetapi ini bukan berarti kebudayaan lain dikesampingkan. “Kan enggak (banyak) ada (mahasiswa) Indonesia timur. Ya kita munculkan gitu lah,” ungkap Dede. Menurutnya, Fesbudnus merupakan acara yang dapat menghimpun massa dari seluruh elemen kampus. Anggapan bahwa mahasiswa STAN itu pasif, apatis, dan lain sebagainya bisa luntur ketika melihat partisipasi dan semangat dari mahasiswa yang membawa nama organda masing-masing. Open Bidding Koordinator Pelaksana Berbeda dengan HOE, Koordinator Pelaksana (Korlak) Fesbudnus tidak ditunjuk oleh Mensenbud BEM STAN. Pemilihan korlak untuk program tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Seni dan Budaya BEM STAN ini menggunakan sistem open bidding. Salah satu tahap seleksi yang harus dilewati pendaftar open bidding Korlak Fesbudnus adalah melakukan public hearing yang dihadiri oleh beberapa perwakilan organda dan elkam. Dede Permana selaku korlak terpilih mengaku bahwa BEM
terlihat benar-benar berniat menyukseskan acara ini. Datya Angga Purwanda, Korlak HOE 2011, menilai bahwa masing-masing cara pemilihan memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. “Kalau kelebihannya, yang ditunjuk dari Mensenbud itu orang-orang yang sudah tahu lah, sudah pernah terjun langsung di HOE. Kebetulan saya juga tiga tahun berturut-turut ikut HOE. Pas tingkat satu jadi staf acara, tingkat dua kabid humspon, tingkat tiga korlak,” ujarnya. Pendanaan Minim Dede menyatakan bahwa dari segi konsep acara, Fesbudnus tidak jauh berbeda dengan HOE. Hanya ada sedikit tambahan detail dan ide-ide lainnya. Ini terkait dengan dana yang terbatas dari BEM. “Jadi ya kita cari kegiatan-kegiatan yang bisa mengeksplor kegiatan kebudayaan, tapi tetap dengan dana yang minim,” tambahnya. HOE 2010 menghabiskan dana yang cukup banyak dalam pelaksanaannya. Dalam realisasi belanja proyek BEM STAN 2009/2010, tercatat dana yang dikucurkan untuk HOE sebesar Rp10.236.000,00. Tahun 2011, dana yang dikucurkan melonjak dua kali lipat menjadi Rp 20,5 juta. Meski begitu, Dede tidak terlalu berharap banyak mengenai anggaran dari BEM untuk tahun ini.
HOE pertama kali dilaksanakan pada tahun 2008. Sebagai pelopor, acara ini masih memiliki banyak kekurangan. Menurut Datya, pelaksanaan HOE 2009 dianggap lebih baik dari tahun sebelumnya. Ia juga mengungkapkan bahwa tanggapan mahasiswa pada tahun 2009 luar biasa. Sementara itu, pada tahun 2010 terjadi penurunan animo mahasiswa karena konsep HOE yang diusung tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. “Karena konsepnya hampir sama dengan 2009 tanpa adanya peningkatan yang cukup signifikan. Jadi orang cenderung bosen,” ungkapnya. HOE 2011 menghadirkan suasana segar dengan menghadirkan Didik Nini Towok sebagai bintang tamu. Acara puncak yang diselenggarakan malam hari juga menjadi daya tarik tersendiri. “Berarti tahun ini tahun kelima, kalau besok ini terselenggara. Tapi kan namanya bukan HOE ya, jadi kemarin ini (HOE) yang terakhir,” tutur Datya. Datya menyampaikan harapan positifnya mengenai Fesbudnus kali ini. Ia berharap panitia dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas acara. Di lain kesempatan, Dede juga menyampaikan harapannya. “Dari panitia sendiri penginnya Fesbudnus ini jadi acara paling besar, momen paling indah yang nantinya akan kita kenang setelah kita lulus dari STAN ini,” tutup Dede.
“Ya pastinya dana dari BEM enggak seperti tahun lalu. Jadi kalau (acaranya) tidak seperti tahun lalu, ya mohon dimaafkan. Tapi dari kami sendiri tetep bersemangat. Meskipun dananya minim, tapi tetep harus bagus,” ujar Dede.
[Aditya Hendriawan]
HOE 2011, HOE Terakhir
Menilik Persiapan STAN Expo 2012 STAN Expo 2012 mengusung tema “Green Attitude for Living and Economy”. Menurut rencana, acara yang termasuk tiga besar program kerja BEM STAN selain Dinamika dan Wisuda ini akan dilaksanakan pada 17 Maret hingga 1 April mendatang. STAN Expo yang sebelumnya dikenal dengan nama STAN Fest masih diformat dalam bentuk beberapa rangkaian acara, di antaranya STAN Awards, Book Fair, Career Day, dan Animaku no Hibi. Perbedaan mendasar antara STAN Expo dan STAN Fest terletak pada konsep awalnya. “Di STAN Expo lebih ditekankan pada fungsi koordinasinya. Sponsorship dan danus dipusatkan untuk menghindari penumpukan proposal pada satu perusahaan. OR dilakukan secara bersamaan. Tata tertib STAN Expo sebagai blue print-nya telah dibuat dan disepakati bersama, sehingga aturan mainnya jelas. Insya Allah dengan langkah-langkah itu, pelaksanaan STAN Expo bisa lebih rapi,” papar Koordinator Pelaksana STAN Expo 2012, Muhammad Ditya Ariansyah yang akrab disapa Rian. Rian menambahkan, belajar dari kepanitiaan STAN Fest, dari tahun ke tahun banyak proposal yang masuk ke pihak sponsor dengan mengusung acara yang sama. Hal itu menurutnya dapat menimbulkan citra yang buruk di mata sponsor. Oleh karena itu, panitia STAN Expo 2012 ingin mengubahnya dengan menerapkan sistem sponsor dan danus terpusat.
Terkait hal tersebut, Rian mengaku bahwa waktu untuk mempersiapkan acara terbilang mepet. Hal ini berimbas pada waktu pengumpulan dana yang sebentar, padahal jumlah yang dibutuhkan cukup besar. Selain itu, Rian mengatakan bahwa kendala juga ada pada sumber daya pelaksana. “Jadi di periode bulan Maret sampai April ini banyak acara di STAN. Banyak SDM berkualitas yang sudah bergabung ke sana sehingga untuk kebutuhan- kebutuhan yang spesifik kami kekurangan. Namun bukan berarti SDM STAN Expo 2012 kurang,” ujarnya. Malam Puncak STAN Expo 2012 Acara malam puncak program kerja garapan Departemen Advokasi dan Relasi (Devosi) BEM STAN ini selalu menjadi acara yang ditunggu-tunggu. Terkait hal tersebut, panitia masih merahasiakan konsep acara malam puncak dan perkembangan persiapannya. Hingga kini, perkembangan persiapan STAN Expo 2012 secara keseluruhan telah mencapai 30%. Rian sendiri optimis bahwa acara akan berjalan dengan sukses. Di samping itu, ia juga mengharapkan partsipasi dari mahasiswa STAN terhadap penyelenggaraan STAN Expo 2012. “STAN Expo 2012 adalah acara milik semua mahasiswa STAN sehingga kami mengharapkan partisipasi teman-teman,” pungkasnya.
[Annisa Fitriana]
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
19
>>
Lintas Kampus
Kasak-kusuk Studi Lapangan Persiapan studi lapangan (stulap) untuk mahasiswa tingkat III sudah semakin matang, khususnya bagi spesialisasi Akuntansi.
Kamis, 22 Desember 2012, bertempat di Gedung G, Sekretariat STAN dari Bidang Pengembangan dan Pendidikan Ajun Akuntan mengadakan pertemuan dengan seluruh mahasiswa tingkat III spesialisasi Akuntansi. Pertemuan ini merupakan salah satu persiapan stulap yang rencananya akan dilaksanakan mulai 11 Juni hingga 6 Juli mendatang. Kuota per Instansi Dalam pertemuan tersebut, pihak sekretariat yang diwakili oleh Budi Waluyo menjelaskan perubahan mekanisme stulap dalam hal penetapan kuota per instansi. Dinas Pendapatan Daerah (DPD) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hanya boleh dimasuki lima orang, begitu pula dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan instansi alternatif. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat menerima delapan orang dengan beberapa kemungkinan kombinasi antara mahasiswa Akuntansi, Pajak, dan PBB. Dari kapasitas berjumlah delapan tersebut, jatah untuk Akuntansi hanya empat orang. Empat lainnya untuk Pajak dan PBB, tetapi masih ada kemungkinan tambahan kuota untuk kedua spesialisasi tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan kegelisahan, khususnya bagi mahasiswa Akuntansi yang awalnya sudah adem ayem. Pasalnya, kabar yang beredar sebelumnya menyebutkan bahwa tidak ada pembatasan kuota per instansi sehingga mereka bebas memilih instansi mana yang diinginkan, baik itu di daerah asal maupun daerah lain. Sebagian besar dari mereka bahkan telah melakukan survei sekaligus “pesan tempat” ke instansi yang bersangkutan. Mengenai masalah ini, Budi menuturkan bahwa hal itu sudah diperhitungkan dengan matang, baik dari proporsi jumlah mahasiswa maupun instansi yang kemungkinan mau menyediakan tempat stulap. Lebih lanjut lagi Budi menambahkan, tujuan utama stulap adalah menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penyusunan laporan keuangan dan memberikan kontribusi ke pemerintah daerah. Oleh karena itu, penentuan kuota sebisa mungkin dilakukan secara merata ke semua daerah. FKK Sebagai Koordinator Selama ini, pihak yang berperan sebagai sumber resmi mengenai informasi stulap untuk mahasiswa Akuntansi adalah Forum Ketua Kelas (FKK). Berangkat dari pernyataan Budi yang dimuat di Civitas edisi ke-17 yang menyatakan bahwa FKK memegang kendali penuh atas penentuan lokasi instansi stulap, FKK secara otomatis mengambil peran sebagai pemegang mandat langsung dari Lembaga untuk mengoordinasikan stulap ini. Proses penunjukan FKK berawal dari pertemuan rutin ketua kelas yang diadakan Sekretariat. Di salah satu pertemuan rutin tersebut, Kamis (27/10), Sekretariat menyelipkan satu agenda khusus, yakni sosialisasi stulap. Namun pertemuan tersebut hanya membahas garis besarnya saja, belum menyangkut ke hal-hal yang detail. Pembahasan hanya mengenai latar belakang perubahan kurikulum untuk mahasiswa tingkat III Akuntansi serta pilihan instansi yang kemungkinan bisa menerima mahasiswa yang ingin melaksanakan stulap. Dengan pertimbangan bahwa ketua kelas merupakan koordinator yang mampu mengakomodasi seluruh pendapat dan kebutuhan kelas, akhirnya FKK ditunjuk sebagai perpanjangan tangan Sekretariat untuk menyampaikan informasi dan mempersiapkan segala hal mengenai stulap.
20
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
“Kita diinstruksikan untuk menjalankan mekanisme atau yang terkait stulap secara individu. Itu semua diserahkan ke kita. Lembaga hanya menerima list nama mahasiswa berikut instansi yang bisa dimasuki saja. Kita diberi kebebasan oleh Pak Budi,” papar Nur As’ad Ali Al Malik, Ketua FKK 2011. Terkesan Mendadak Banyak pertanyaan mengenai langkah Sekretariat yang terkesan mendadak terkait penyampaian info stulap. Sebelum ada pertemuan antara Sekretariat dan FKK, mahasiswa Akuntansi hanya mengetahui bahwa ada perubahan kurikulum untuk mahasiswa tingkat III spesialisasi Akuntansi, yakni proyek KTTA diganti dengan stulap. “Kemudian ada info kalau dua minggu setelah UTS (harus) sudah ada list-nya. Itu kan waktu yang cepat dan belum ada kejelasan dari sekretariat. Makanya kita harus bergerak cepat karena kita tidak punya database, terutama pemda. Kalau KPP bisa minta (ke) Sekre Pajak, namun belum di-update,” papar Ali. Ketika ditanya mengenai langkah Sekretariat yang terkesan mendadak tersebut, Budi mencoba menjelaskan, “Sebenarnya tidak ada deadline dari Lembaga untuk menyampaikan list dua minggu setelah UTS, tapi Lembaga lebih senang kalau bisa disampaikan secepatnya karena membantu pekerjaan mereka untuk surat dan perizinannya.” Struktur FKK Mengenai struktur FKK, awalnya belum terbentuk susunan organisasi yang resmi. Pasalnya, pembentukan FKK pada awalnya hanya berfungsi sebagai media koordinasi para ketua kelas terkait jadwal perkuliahan. Ditambah lagi ada asumsi bahwa akan dibentuk Persatuan Solidaritas Akuntansi (PSAK) yang berperan dalam proses penggarapan Karya Tulis Tugas Akhir (KTTA) seperti tahun-tahun sebelumnya. Ali pun sudah membahas hal ini bersama dengan para ketua kelas dan Ketua Himas, Achmad Noor Ichsan. “Kita sudah koordinasi dengan para ketua kelas apakah perlu membuat PSAK mengingat sekarang tidak ada ujian komprehensif dan KTTA. Sebenarnya saya sudah lama menanyakan ke Ichsan sebagai Ketua Himas, ‘Kapan nih PSAK terbentuk?’ Hasil kesepakatan FKK, kita belum perlu membentuk PSAK karena masalah stulap masih bisa di-handle FKK,” tutur Ali.
dilempar ke Makassar dan tidak ada sanak saudara. Bagaimana akomodasinya selama sebulan? Masalahnya cukup banyak kalau saya ceritakan satu per satu,” tegas Ali. Sampai berita ini diturunkan, persiapan stulap sudah masuk tahap pengumpulan data dari para penanggung jawab organda. Sejak 9 Januari, data dari 63 organda berhasil dihimpun. Dengan kata lain, progres pengumpulan data sudah mencapai 90%. Dengan data tersebut, FKK dapat memetakan mahasiswa ke instansi-instansi sesuai dengan kualifikasinya. “Database mahasiswa fungsinya kita rencanakan agar ketika mahasiswa (melakukan) input nama dan NPM, (akan) langsung keluar instansi yang dituju. Hanya terdiri dari nama, NPM, dan domisili,” tutur Ali. Langkah selanjutnya, FKK akan mengadakan pemungutan suara terkait pemilihan instansi untuk mahasiswa Akuntansi. Pemungutan suara ini dimaksudkan untuk memastikan pilihan mahasiwa atas instansi yang dipilih setelah melalui diskusi dan rekomendasi penanggung jawab organda. Setiap mahasiswa Akuntansi diminta mengumpulkan fotokopi tanda pengenal (KTP, SIM, dll.) sebagai bukti penunjuk domisili mereka. Ini dilakukan untuk meminimalisasi adanya bentrok kuota di salah satu daerah. Koordinasi dengan pihak Sekretariat serta Tim Optimalisasi Penilai (TOP) dan Tim Peduli Pajak (TPP) juga segera dilakukan. “Mungkin Pak Budi ingin tahu progres kita sampai apa. Yang jelas kalau dari spesialisasi Akuntansi, progresnya sudah lumayan cepat dibanding spesialisasi lain. Tapi kita bareng lah. Hasil survei kita bisa dipakai mereka (TOP dan TPP),” ungkap Ali. Rekonsiliasi akhir atas data mahasiswa Akuntansi akan dilakukan pada Februari. Proses ini berupa penyesuaian data kuota instansi yang tersedia dengan pilihan instansi mahasiswa. Sementara itu, rekonsiliasi akhir untuk semua spesialisasi akan dilakukan pada Maret mendatang. Untuk ini, semua tim sukses spesialisasi sudah harus berkoordinasi, terutama FKK dan TPP yang memiliki tujuan instansi yang sama. Pemungutan suara mengenai tema stulap akan dilakukan pada April nanti, setelah data mahasiswa berikut instansi pilihannya sudah ditetapkan.
Setelah menghasilkan keputusan bahwa tidak dibentuk PSAK untuk tahun ini, FKK pun segera merumuskan struktur dan bidang-bidang yang dibutuhkan beserta deskripsi kerjanya terkait pelaksanaan stulap. Ada empat bidang yang dibentuk, yakni pengolahan data informasi, hubungan mahasiswa, perlengkapan, dan pendidikan.
Kabar Organda
Progres dari FKK
Mengenai hal ini, ia sempat menyayangkan perihal perubahan kuota, “Harusnya dari awal Sekre udah ngasih tau, dari awal tingkat III sudah ada penjelasan mengenai stulap. Dulu aja masalah kuota masih belum fix, apakah lima atau bisa lebih. Dulu Pemda sama Pemkot Magelang bisa menerima semua, sekarang masih harus dibahas lagi dengan anak-anak IKMM.”
FKK sendiri tidak mengharapkan ada gesekan yang terjadi terkait pemilihan tempat stulap. Namun jika kemungkinan terburuk terjadi, FKK akan mengutamakan asas domisili untuk menyelesaikan perselisihan. Untuk itulah diperlukan penanggung jawab organda sebagai penengahnya karena pihak organda lebih mengetahui kondisi daerah masing-masing. Semua hal terkait stulap harus melalui penanggung jawab organda yang memiliki wewenang teknis atas pemetaan mahasiswa. “Saya berasumsi, misalkan orang Jakarta harus
Berdasarkan keterangan dari Amsik Fatoni, mahasiswa 3A Akuntansi sekaligus penanggung jawab Ikatan Keluarga Mahasiswa Magelang (IKMM), diketahui bahwa tempat stulap di Magelang lebih sedikit daripada jumlah mahasiswa Magelang.
Untuk mahasiswa spesialisasi Akuntansi yang berjumlah 27 orang, di Magelang hanya bisa menerima dua belas mahasiswa. Pemkab dan Pemkot Magelang masing-masing bisa menerima lima orang, sedangkan KPP hanya bisa menerima
>>
Lintas Kampus dua orang. Untuk KPP sendiri sebenarnya bisa menerima lebih, tetapi Amsik masih menunggu keputusan dari TPP. Dengan begitu, lima belas mahasiswa Magelang harus melakukan stulap di luar Magelang. Amsik mengaku sudah menghubungi penanggung jawab organda lain yang terdekat dengan Magelang guna mendata daerah mana saja yang bisa menerima lima belas mahasiswa stulap asal Magelang. Organda tersebut antara lain Temanggung, Salatiga, Wonosobo, dan Solo. “Dalam waktu dekat, saya mau nyusun kuesioner untuk nanyain alternatif (tempat) selain di Magelang dan alasannya apa. Misalnya ada saudara di daerah ini, atau teman, dan lain-lain,” ungkap Amsik. Berbeda dengan Magelang yang kekurangan tempat stulap, Bandung yang daerah cakupannya cukup luas sanggup menerima semua anggota
Keluarga Mahasiswa Bandung (Kembang) yang ingin melaksanakan stulap. Okky Rizky Pratama, mahasiswa 3B Akuntansi yang juga penanggung jawab Kembang, menyatakan bahwa pembagian instansi untuk mahasiswa Bandung dilakukan secara merata. Tidak ada mahasiswa yang harus melaksanakan stulap di luar Bandung. Bahkan masih banyak instansi yang kosong sehingga Bandung bisa menerima mahasiswa stulap yang bukan berasal dari Bandung.
masih kekurangan orang. Sekarang mereka sedang mencari satu mahasiswa asal Riau lain yang belum bergabung dengan Rumah Riau. “Deadline minggu depan nyari. Kalau belum ketemu juga, kami pasrah kepada FKK untuk menempatkan kami di mana saja,” tuturnya.
[Milki Izza/Tyas T.M.W.S.R.]
Lain lagi halnya dengan Rumah Riau, organda asal Riau. Rumah Riau justru kekurangan personel untuk ditempatkan di Riau. Pasalnya, mahasiswa spesialisasi Pajak enggan melaksanakan stulap di daerah asal. Sementara itu, mahasiswa spesialisasi Akuntansi hanya berjumlah empat orang. Wawan Hadinata, mahasiswa 3I Akuntansi selaku PJ Rumah Riau menyatakan bahwa mereka berencana untuk melaksanakan stulap di BPKP. Survei sudah dilakukan, tetapi belum bisa dipastikan karena
Sisfokampus Wujudkan Transparansi Nilai Terkait kepentingan akademis, sisfokampus dapat digunakan mahasiswa untuk mengakses nilai ujian secara pribadi.
Sisfokampus yang merupakan kependekan dari sistem informasi kampus adalah salah satu langkah peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh Lembaga. Dengan sisfokampus, mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi seperti jadwal dan ruangan kuliah, acara-acara yang diadakan Lembaga maupun mahasiswa, serta nilai ujian. Untuk nilai ujian, mahasiswa tetap memiliki privasi karena diperlukan password untuk mengaksesnya. Hal ini merupakan salah satu wujud transparansi nilai yang dijanjikan oleh Lembaga. Wujud sisfokampus dapat dilihat dari terpampangnya beberapa komputer dan satu layar monitor besar di beberapa titik di tiap gedung perkuliahan kampus STAN. Komputer-komputer tersebut nantinya akan digunakan untuk mengakses informasi akademis, sedangkan layar monitor berfungsi untuk menampilkan jadwal kuliah dan ruangan yang digunakan. Acara-acara kampus, baik yang diadakan Lembaga maupun elemen kampus, juga bisa ditampilkan di layar monitor tersebut. “Kalau aku sih seneng ya, soalnya kan emang harus ada fasilitas seperti ini. Biar lebih privasi kalau mau lihat nilai, daripada ditempel di papan, kan malu juga. Terus biar enak juga kalau lupa jadwal kuliah, enggak harus bingung nanya temen. Tapi ya harus disosialisasikan dengan baik ke mahasiswanya agar kita bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan yang penting lagi, mahasiswa bisa menjaga dengan baik, kan itu fasilitas milik negara,” ungkap Dinda Ayuningtyas, mahasiswi 3E Kebendaharaan Negara. Pihak penyedia sisfokampus pun mengharapkan adanya kontribusi yang baik dari semua elemen kampus. Agung Nugroho, Ketua Tim Teknis Aplikasi Sisfokampus, mengatakan, “Kami juga mengharapkan adanya kerja sama dengan elemen kampus, karena ini kan untuk kepentingan mahasiswa juga.”
Semester Depan Siap Digunakan Sisfokampus sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2010. Namun proyek sisfokampus baru bisa dimulai tahun 2011 karena dana yang dianggarkan baru diturunkan pada tahun tersebut. Sebagai langkah awal, tahun lalu sudah diadakan survei pendahuluan, studi banding, dan kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Lembaga pun telah melakukan sosialisasi mengenai sisfokampus kepada
widyaiswara, perwakilan media kampus, dan perwakilan kelas dari masing-masing spesialisasi sejak Desember 2011.
Untuk dosen, sosialisasi baru diadakan pada bulan Januari 2012. Pada waktu tersebut juga telah dilakukan uji coba portal akademik oleh staf Tata Laksana Bidang Akademis. Proses uji coba meliputi input presensi dosen dan mahasiswa STAN. Lembaga menggandeng Gama Techno dalam membangun sisfokampus ini. Sisfokampus juga terintegrasi dengan layanan internet sehingga memungkinkan terjadinya under maintenance. Untuk mengatasi hal tersebut, tim penyedia sisfokampus sudah menyiapkan beberapa server tambahan. Sistem dan aplikasi sisfokampus yang direncanakan memang sudah rampung. Hanya saja masih perlu dilakukan pemasangan infrastruktur dan pengonversian data sehingga penggunaan sepenuhnya baru bisa dilakukan pada bulan Maret. Jadi, mulai semester depan, para mahasiswa dan dosen sudah bisa memanfaatkan fasilitas ini. Terkait masalah keamanan, Ali Tafriji selaku Ketua Tim Sosialisasi dan Impelementasi Sisfokampus berharap nantinya sisfokampus dapat ditunjang dengan penyediaan CCTV di setiap gedung perkuliahan. Hal ini berguna untuk pemantauan perangkat sisfokampus karena tidak semua gedung perkuliahan dijaga oleh satpam. Mengenai adanya kemungkinan STAN tidak membuka penerimaan mahasiswa baru pada tahun depan, sisfokampus dapat dipastikan tidak akan menganggur. “Sistem ini sudah kompatibel kok dengan perguruan tinggi. Jadi, kalau mau dilarikan ke perguruan tinggi tinggal mengubah isi dan parameternya saja,” tutur Agung. [Nadia Rizqi C.]
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
21
>>
Lintas Kampus
Program Diploma Terbaru STAN Sejak September lalu, Gedung J kehadiran wajah-wajah pegawai pemda yang berpenampilan serupa dengan mahasiswa STAN. Mereka adalah pegawai tugas belajar yang akrab dengan sebutan mahasiswa D1 Pemerintah Daerah (Pemda). Program D1 Pemda yang terdiri dari konsentrasi Penilai Bumi Bangunan Pedesaaan dan Perkotaan (PBB P2) dan Operator Console Penilai Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (OC PBB P2) ini dimaksudkan untuk membantu pemda dalam pelaksanaan administrasi PBB P2 yang akan diserahkan dari pemerintah pusat ke pemda di seluruh Indonesia. Diperlukan sumber daya manusia yang benar-benar siap untuk melaksanakan adminstrasi PBB P2 karena hal tersebut berkaitan erat dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Pada mulanya banyak pemda yang meminta pegawai DJP yang ada di KPP untuk pindah ke pemda, tetapi hal tersebut tidak dikabulkan oleh DJP. Karena tidak semua pegawai pemda mampu melaksanakan administrasi PBB P2, muncul permintaan agar diadakan pelatihan bagi pegawai pemda. Akhirnya dibukalah program D1 Pemda di lingkungan kampus Ali Wardhana. Ini merupakan salah satu program STAN yang memang memiliki peran sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Persiapan penyelenggaraan program D1 pemda ini telah dimulai sejak awal tahun 2011 dan memakan waktu yang cukup lama dalam perencanaannya. Perencanaan tersebut meliputi penyusunan kompetensi profil mahasiswa dan lulusan yang diinginkan, penentukan kurikulum yang akan digunakan, hingga pengonsepan bahan ajar yang dibantu DJP dalam hal pembinaan. Setelah prosesproses tersebut usai, barulah diadakan sosialisasi program D1 Pemda. Lampaui Target Awal Mahasiswa D1 Pemda berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya ada yang lulusan SMA, tetapi ada juga yang sudah bergelar S1, bahkan S2. Untuk golongan PNS juga bervariasi, mulai dari golongan II, III, dan seterusnya. Program D1 Pemda ini berhasil menarik 124 orang yang berasal dari 39 pemda yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 76 orang terbagi menjadi tiga kelas PBB P2 dan sisanya mengambil konsentrasi OC PBB P2 yang terbagi menjadi dua kelas. Jumlah ini diakui telah melebihi target awal. “Waktu itu target dari atasan saya langsung sih. Paling enggak kita bisa buka tiga kelas, sembilan puluh orang lah. Nyatanya lebih,” ujar Dan Dharmindra mewakili pihak Sekretariat D1 Pemda. Dharmindra mengakui bahwa sebenarnya sosialisasi program D1 Pemda ini kurang efektif akibat waktu yang molor sehingga banyak pemda yang belum mengetahui. Hal tersebut menyebabkan timbulnya permintaan dari banyak pemda agar dibuka program D1 Pemda gelombang kedua. Menurut rencana, gelombang kedua ini akan diadakan pada Mei mendatang. Biaya Pendidikan Ditanggung Pemda Agar pegawainya dapat mengikuti program D1 Pemda, pemerintah daerah harus membiayai dana pendidikan sebesar Rp 29,7 juta untuk setiap pegawai tugas belajar yang dikirim. Dana tersebut sesuai dengan PMK Nomor 208 Tahun 2010 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum STAN. Anggaran yang digunakan pemda berasal dari APBD tahun anggaran 2011 atau 2012, bergantung pada kebijakan daerah masing-masing.
22
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
Selain dana pendidikan, dibutuhkan pula biaya untuk modul pembelajaran senilai Rp 3 juta dan biaya hidup mahasiswa. Pihak STAN telah memberikan referensi biaya yang dibutuhkan ke pemda. Biaya untuk tempat tinggal berada di kisaran Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta per bulan, sedangkan biaya hidup berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan. Mengenai hal ini, sebagian mahasiswa merasa bahwa uang yang mereka terima terlalu rendah untuk memenuhi kebutuhan. Mereka pun akhirnya mengajukan usul revisi referensi biaya kepada pihak STAN. “Referensi biaya dari STAN untuk uang kos, uang makan, dan biaya hidup, biayanya terlalu rendah,” papar Sartono, mahasiswa asal Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah yang juga merupakan ketua kelas C konsentrasi PBB P2. Menanggapi hal ini, Dharmindra menyatakan, “Kami hanya memberikan gambaran. Kan memberikan gambaran harus apa adanya. Memang standarnya seperti itu.” Syarat dan Ketentuan Ada beberapa syarat yang ditetapkan oleh STAN dalam penerimaan mahasiswa D1 Pemda, di antaranya mahasiswa harus ditugaskan langsung oleh pemda yang bersangkutan, pendidikan terakhir minimal SMA, dan usia maksimal empat puluh tahun. Selain itu, calon mahasiswa D1 Pemda tersebut juga harus menempuh seleksi terlebih dahulu di daerah masing-masing. “Bisa lewat testing, bisa dari kepercayaan atasan kepada staf. Kalau testing, materi testing-nya yang normatif saja. Itu pun sesuai dengan bidang kita. Paling tidak dia (calon mahasiswa) tahu tentang masalah PBB, pajak daerah, dan pajak pusat,” papar Sartono. Pihak sekretariat pun menambahkan bahwa semua pegawai yang telah lulus seleksi di pemda masingmasing akan diterima sebagai mahasiswa STAN D1 Pemda. Setelah resmi diterima, para mahasiswa tersebut harus melalui placement test untuk menetukan kelas yang akan ditempati. Seperti halnya program diploma reguler, mahasiswa D1 Pemda ini juga menjalani masa orientasi yang sebagian besar diselenggarakan oleh Lembaga. Orientasi tersebut meliputi pengenalan kampus, sosialisasi sistem pembelajaran, serta sosialisasi peraturan kedisiplinan. Kusmono selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu Akuntan menuturkan bahwa peraturanperaturan yang berlaku untuk mahasiswa reguler juga diberlakukan untuk mahasiswa D1 Pemda. Peraturan tersebut meliputi ketentuan UTS dan UAS, aktivitas, kehadiran, termasuk perihal DO. “Karena kami ingin menjaga kualitas. Quality controlnya disitu, sesuai pedoman yang ada,” tegasnya. Sistem Perkuliahan Sistem perkuliahan D1 Pemda hampir sama dengan program D3 Reguler. Perkuliahan yang seluruhnya dilakukan di Gedung J diakui Sartono menggunakan sistem pembelajaran yang bervariasi, bergantung pada masing-masing dosen. Ada yang menggunakan metode presentasi mandiri, ceramah dengan media infocus atau proyektor, pembelajaran metode manual, maupun pembelajaran aktif.
SKS yang harus ditempuh dalam setahun berjumlah 50, 26 SKS untuk semester pertama dan sisanya untuk semester kedua. Dalam satu semester, sepuluh hingga sebelas mata kuliah harus dipelajari. Untuk mempermudah proses penyerapan materi, mata kuliah-mata kuliah tersebut dibagi dalam dua tahap, setengah mata kuliah dipelajari di tengah semester pertama, sisanya dipelajari di akhir semester. Setelah lulus dari program D1 Pemda, para mahasiswa tugas belajar tersebut akan mendapat ijazah dan nantinya akan ditempatkan di Dinas Pendapatan Daerah di daerah asalnya sebagai pelaksana administrasi PBB P2. “Status kepegawaian setelah mereka kembali menjadi kebijakan pemda yang bersangkutan. Kalau yang sarjana sudah golongan tiga, yang mereka kejar bukan ijazahnya, tapi kompetensi yang ditawarkan oleh program diploma ini,” tutur Kusmono. Terapkan Adult Learning Principle Persyaratan program D1 Pemda menyebutkan bahwa usia maksimal mahasiswa adalah empat puluh tahun, tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa mahasiswa yang usianya di atas angka tersebut. Contohnya saja kelas C konsentrasi PBB P2 yang usia mahasiswanya berkisar antara 28 hingga 42 tahun. “Waktu itu ada beberapa pemda yang bener-bener pengin. Cuma karena SDM-nya enggak ada yang dikirim, akhirnya ada beberapa orang yang kami bolehkan,” jelas Dharmindra mengiyakan bahwa ada beberapa orang yang berusia di atas empat puluh tahun diizinkan untuk mengikuti program D1 Pemda karena keterbatasan SDM di daerah asalnya. Meskipun tidak ada kendala yang berarti, kesulitan dalam memahami materi kuliah terkadang dihadapi oleh para mahasiswa D1 Pemda tersebut. Hal ini dipertegas oleh Karyadi, salah satu dosen Statistika yang menyataan bahwa selama proses pembelajaran ia harus sering mengulang-ulang materi. “Yang ini sudah lama enggak belajar. Setelah lama bekerja, untuk kembali belajar lagi mereka perlu ngulang lagi. Banyak sekali yang mereka lupakan, ilmu-ilmu dasar banyak yang lupa,” tutur dosen dari Politeknik Swadharma tersebut. Pihak sekretariat telah mengantisipasi kendala ini sebelum proses perkuliahan dimulai. Dharmindra memaparkan bahwa para pengajar telah diberi pengarahan sebelum masa perkuliahan dimulai. Selain itu, proses perkuliahan dilaksanakan dengan menggunakan sistem Adult Learning Principle (ALP) yang lebih mengedepankan metode interaktif. Pemilihan dosen pengajar pun melalui beberapa pertimbangan, misalnya dari hasil evaluasi dosen beberapa waktu terakhir. “Ada berbagai macam cara supaya mereka bisa, contohnya dosennya harus butuh effort lebih dalam mengajar. Terus nanti ada asisten dosennya juga dan ada mahasiswa pendamping dari tingkat III PBB. Dengan kayak gitu, ya kami usahakan biar semuanya lulus. Mungkin nanti kalau ada mata kuliah yang enggak lulus akan diwacanakan untuk mengulang lagi mata kuliah yang sama,” jelas Dharmindra. Mengenai kedisiplinan, kepatuhan mahasiswa D1 Pemda terhadap peraturan ternyata sangat tinggi, terbukti dari persentase kehadiran dan ketepatan waktu yang tinggi. “Waktu itu gambaran saya kan orang kerja mungkin sudah enggak tertib atau apa. Ternyata mereka tertib. Dari orientasi awal itu mereka hadir semua,” tutur Dharmindra.
[Muamaroh H./Nuris D.S.]
>>
Opini
Ketika Kebijakan Mengaburkan Status Mahasiswa Kedinasan Menjadi seorang mahasiswa kedinasan, bagi mayoritas khalayak dianggap sebagai cara untuk mendapatkan zona nyaman yang diidamkan. Bagaimana tidak, seiring tingginya angka pengangguran, tentu ikatan dinas dari perguruan tinggi kedinasan merupakan tawaran yang menggiurkan. Namun, apa reaksi yang seharusnya muncul dari seorang mahasiswa kedinasan bila dihadapkan pada suatu kebijakan yang dinilai mengancam status kedinasannya? Mengacu pada Anggaran Dasar Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia, Mahasiswa kedinasan didefinisikan sebagai “mahasiswa yang menempuh pendidikan dalam perguruan tinggi kedinasan yang diampu langsung oleh kementerian atau lembaga terkait selain Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama”. Pada hakikatnya, mahasiswa kedinasan memiliki fokus yang cukup spesifik, yaitu mempersiapkan diri dengan berbagai macam materi yang diberikan selama masa pendidikan agar dapat mengampu tugas tertentu sebagai birokrat dalam instansinya masing-masing. Hal inilah yang menjadi tujuan dan prioritas utama yang harus diperjuangkan oleh mahasiswa kedinasan. Dalam proses tersebut, banyak kendala yang pasti dialami oleh mahasiswa kedinasan baik secara personal maupun kelompok, mulai dari permasalahan ringan sampai yang cukup substansial yaitu termasuk isu faktual perihal status kedinasan mahasiswa kedinasan. Ketidakpastian status kedinasan pun dirasakan oleh mahasiswa STAN. Hal ini diakibatkan tidak adanya penerimaan mahasiswa Diploma III tahun 2011 dan diterbitkannya PMK Nomor 215 (dimana terdapat bagian yang menyatakan bahwa mahasiswa yang dinyatakan lulus dari Prodip I dan III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara wajib mengikuti ujian penerimaan CPNS sesuai ketentuan yang mengatur mengenai pengadaan Pegawai Negeri Sipil).
>>
Peningkatan Kualitas Isu mengenai jumlah PNS yang terlalu banyak sehingga menjadi tidak efektif, melatarbelakangi munculnya kebijakan moratorium PNS saat ini. Saat keputusan moratorium diambil, spontan menjadi kabar yang hangat diperbincangkan khalayak. Namun di kalangan mahasiswa kedinasan, hal ini menjadi pembahasan serius.
sesuai kewenangan yang dimiliki, dan sudah barang tentu seluruh elemen harus dapat melaksanakan porsinya masing-masing dengan baik, tak terkecuali mahasiswa kedinasan.
Merupakan kewajiban bagi kita sebagai mahasiswa kedinasan untuk mempersiapkan diri menjadi birokrat yang baik melalui upaya-upaya peningkatan nilai. Hal tersebut harus dilakukan dengan semangat tinggi untuk membuktikan bahwa bangsa ini membutuhkan kita. Jaya Mahasiswa Kedinasan Indonesia!
Bila ditelusuri, moratorium PNS secara garis besar dilatarbelakangi oleh inefisiensi pemanfaatan sumber daya manusia. Hal ini tercermin dari penggelembungan PNS golongan II yang secara langsung menyebabkan beban anggaran belanja pegawai meningkat signifikan. Maka, pengambilan kebijakan moratorium merupakan solusi rasional. Yang menjadi soal adalah tanggapan kita terhadap kebijakan tersebut. Tanggapan berlebihan membuat kita lupa pada fokus utama yang seharusnya kita perjuangkan, yaitu peningkatan kualitas dan nilai— hal yang menjadikan mahasiswa kedinasan layak mendapat status kedinasan.
Michael Simbolon Ketua FMKI Pusat 2011-2012 Mahasiswa Tingkat tiga STAN
Proses pengembangan diri baik hardskill maupun softskill selama menempuh masa pendidikan adalah indikator utama hasil pengembangan nilai. Sikap untuk tetap memprioritaskan tugas utama sebagai mahasiswa kedinasan, mampu mengembangkan diri lebih memenuhi harapan, menjadi insan berkapabilitas dan berkomitmen tinggi dalam mengabdi. Sungguh, itulah yang seharusnya menjadi fokus utama di saat mental mahasiswa kedinasan digoyahkan dengan kebijakan dan instrumen formal yang telah ada—yang sepintas dinilai sebagai ‘teguran’ akan status kedinasan. Masa transisi dalam penerapan suatu kebijakan memang berdampak cukup signifikan bagi sebagian pihak. Namun, loyalitas atas tiap kebijakan yang diambil institusi harus dipegang erat oleh seluruh elemen yang terikat. Kebijakan apapun yang diambil oleh institusi pastilah memperhatikan tujuan institusi, tanpa mengabaikan dampak yang mungkin dialami oleh pihak-pihak terkait. Ada porsi tersendiri
Klithik & Civikom
<<
Psikotest kapan pengumuman? >>Maret, April, Juni, Oktober. Apa? Oktober?
Mahasiswa STAN gak bakal ditelantarin
>>Kami kan bukan gelandangan
PMK 215: Status lama STAN goyang >>Siaga satu kawan-kawan!
Ada yang ikut Dinamika susulan
>>Ngapain, perlu gak perlu tuh
Pemda kirim mahasiswa ke kampus STAN >>Pak, Bu, kita sekarang teman ya
Akuntansi ikut PKL
>> Ayo rebutan tempat!
Fesbudnus format baru: Jelajah Nusantara >>Uhuk-uhuk, ayo cuci mata Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012
23
>>
v
Perspektif Mahasiswa
<<
Memberi dan Menunggu Diberi Seorang teman pernah bercerita tentang pengalamannya mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di suatu desa yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia harus menempuh KKN tersebut untuk melengkapi jumlah SKS agar dapat menyusun skripsi. Ia (berasal dari fakultas pertanian) dan teman-teman satu timnya (yang berasal dari berbagai jurusan) membuat rencana awal dan perkiraan lokasi di mana mereka akan ditempatkan. Rencana itu disusun sedemikian rupa supaya masyarakat desa nanti dapat menerima ide mereka. Desa yang dimaksud terletak di lembah pegunungan. Kendaraan hanya bisa menjangkau hingga tiga kilometer sebelum desa. Setelahnya, harus ditempuh dengan berjalan kaki. Jalan yang dilintasi pun tak mudah; licin dan berbahaya—sebab terdapat banyak lintah. Di kanan dan kirinya terdapat tebing terjal. Setibanya di desa, bangunan yang berdiri di sana hanyalah sebuah tempat ibadah dan rumah-rumah yang jumlahnya tidak lebih dari dua puluh. Jarak antar rumah mencapai puluhan meter. Ladang kakao menyela di antara setiap rumah. Teman saya dan timnya berencana membuat sebuah alat pengering biji kakao yang sumber tenaganya berasal dari air dan matahari.Di laboratorium teknis sudah didesain sedemikian rupa agar mudah dioperasikan oleh warga. Alat itu akan menghemat konsumsi bahan bakar minyak yang membebani warga setiap musim panen. Biasanya, bila musim panen tiba, warga harus turun gunung dan pergi ke desa lain untuk mengeringkan biji kakao. Perakitan alat tersebut tidak mudah. Banyak warga yang tak percaya alat itu akan bekerja. Ditambah lagi kesulitan mencari bahan baku karena jauh dari desa terdekat. Ditambah lagi, ada warga yang sengaja mengganggu proses perakitan alat tersebut karena tak rela cara lama diganti dengan cara yang ‘tidak jelas keberhasilannya’.
Hampir satu bulan tim KKN tersebut berdomisili di desa itu. Selama masa itu, mereka berusaha merakit dan memperkenalkan alat tersebut. Juga berupaya mengubah cara pikir warga yang masih enggan meninggalkan cara tradisional. Lebih lagi, berbesar hati atas stereotip dari sebagian warga—bahwa mereka hanyalah mahasiswa dari kota yang tidak mengerti kehidupan desa.
ideal. Kesalahan dan kegagalan adalah warna dibalik perjuangannya.
Mungkin mereka melakukan KKN demi persyaratan skripsi. Mungkin juga tidak. Terlepas dari berbagai motivasi, mereka telah melakukan suatu hal untuk warga desa. Mereka mencoba membantu warga walau rintangan di depan mata. Cerita teman itu membuat saya bertanya pada diri sendiri.
Mahasiswa harus bergerak. Mahasiswa harus berani. Apalah jadinya jika kita takut tidak akan diangkat langsung jadi PNS. Kenyamanan yang selama ini diberikan membuat terlena dan membuat kita tidak siap dengan kemungkinan terburuk.
Tak harus mendaki gunung dan pergi ke desa terpencil seperti seorang teman itu. Perjuangan bahkan dapat dimulai dari kamar sempit dengan ideide cemerlang. Lakukan bersama rekan dan jadilah berguna untuk orang di sekitar.
Apakah saya telah melakukan sesuatu? Apakah saya cukup berguna untuk membuat hal lebih baik? Apa manfaat yang bisa saya berikan? Lihatlah sekeliling. Sejujurnya, selama ini terselip rasa angkuh bahwa kita telah berbuat sesuatu dan membanggakan hal itu di depan semua orang. Padahal apa yang ingin kita perbuat tidaklah berarti selama itu tidak pernah dilakukan. Kita belum memberikan apa-apa tetapi sudah banyak mengeluh. Mahasiswa harus memberi. Mahasiswa harus peka. Mahasiswa tidak harus menjadi malaikat penolong, tapi mahasiswa dapat menjadi tanda bahwa malaikat penolong akan datang.
Maksud saya, seharusnya kamu lebih khawatir saat kamu belum memberikan apa-apa ketimbang saat kamu takut untuk tidak diberikan sesuatu.
Masyarakat butuh mahasiswa karena daya pikir intelektualnya. Masyarakat butuh mahasiswa untuk menjadi pelecut. Mahasiswa harus mengabdi kepada masyarakat. Merasa sulit ketika nanti melakukan kuliah lapangan dan terbebani dengan tugas-tugas akan membuat diri kita tak berarti. Protes atas ketidaknyamanan yang selama ini diberikan adalah pengecut. Harus berani dan terbuka dengan tantangan. Mencoba hal baru dan tidak takut berkontribusi. Mahasiswa ideal tak harus selalu
>>
Bidik
Irfan Syofiaan Redaktur Pelaksana Tabloid Civitas
<< ak dunia Berangkat asaku menaklukkan punc alam dan ragam ang tent ang Memperluas sudut pand diri guji Menabur nyali dan men Dunia kan mendongak ‘tuk menatap iwi Akui saja, akulah kebanggaan ibu pert
Sumber Foto: STAPALA - Eksped isi Elb
rus
24
Teks: Annisa Fitriana
Edisi No. 18/Tahun X/Minggu I/Februari/2012