LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF FIKIH ISLAM Oleh: Fahmi Hamdi٭
Abstrak Konsep Fikih lingkungan pada hakikatnya adalah konsep aturan-aturan yang dirumuskan oleh Islam dalam rangka mengatur pemanfaatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Hubungan manusia sebagai khalifah di muka bumi terhadap lingkungan hidupnya harus berdasarkan atas asas pemanfaatan yang benar dan menghindarkan kerusakan. Kesadaran akan tata kelola lingkungan hidup sebagaimana yang sudah digariskan oleh fikih Islam perlu ditanamkan kepada setiap pribadi muslim, dan menjadi tanggung jawab bersama, lebih-lebih pemerintah sebagai pemegang regulasi dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan. Kata Kunci: Fikih, melestarikan, lingkungan, hidup.
A. Pendahuluan ٭ Dosen Fikih dan Masail Fiqhiyyah Al-Haditsah pada fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, Alumni S1 Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar dan S2 Universitas Emir Abdel Kader Constantine Al-Jazair konsentrasi Fikih Ushul Fikih.
75
76 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk hidup. Bencana alam seringkali menjadi berita di berbagai media massa. Secara nasional, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan merupakan fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Sementara itu, secara global telah terjadi perubahan drastis wilayah lingkungan hidup, mulai dari kerusakan lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan ekologi, dan sebagainya. Belakangan ditemukan pula banyaknya kasus daratan pulau yang lenyap dari peta dunia karena naiknya permukaan laut serta kasus kepunahan spesies binatang tertentu. Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41). Ayat ini, sejatinya menjadi bahan introspeksi manusia sebagai makhluk yang diberikan oleh Allah mandat mengelola lingkungan bagaimana tata kelola lingkungan hidup yang seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kerusakan alam semesta ini. Mengamini ayat di atas, Al-Qur’an sudah dengan tegas melarang manusia untuk melakukan kerusakan dalam bentuk apapun di muka bumi ini, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS. AlA’raf [7]: 56). Mengenai ayat ini, Thahir bin ‘Asyur dalam tafsir beliau yang monumental, At-Tahrir wa At-Tanwir menyatakan bahwa melakukan kerusakan pada satu bagian dari lingkungan hidup semakna dengan merusak lingkungan hidup secara
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
77
keseluruhan.1 Dalam ayat lain, dijelaskan bahwa melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup merupakan sifat orang-orang munafik dan pelaku kejahatan, Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 205) Dalam konteks ini, maka perumusan fikih lingkungan hidup menjadi penting dalam rangka memberikan pencerahan dan paradigma baru bahwa fikih tidak hanya berpusat pada masalahmasalah ibadah dan ritual saja, tetapi bahasan fikih sebenarnya juga meliputi tata aturan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama terhadap berbagai realita sosial kehidupan yang tengah berkembang.2 Realitas sosial saat ini telah membuktikan adanya kerusakan lingkungan. Penanganannya secara teknik-intelektual sudah banyak diupayakan, namun secara moral-spiritual belum cukup diperhatikan dan dikembangkan. Oleh sebab itu, pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya perlu diletakkan di atas suatu pondasi moral dengan cara menghimpun dan merangkai sejumlah prinsip, nilai dan norma serta ketentuan hukum yang bersumber dari ajaran agama. Singkatnya, upaya untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang kini sedang melanda dunia bukanlah melulu persoalan teknis, ekonomis, politik, hukum, dan sosial-budaya semata. Melainkan diperlukan upaya penyelesaian dari berbagai perspektif, termasuk salah satunya adalah perspektif fiqh. Mengingat, fiqh pada dasarnya merupakan "jembatan
1Muhammad Thahir bin Asyur, At-Tahrir wa At-Tanwir, (Tunisia: AsSadad At-Tunisiah Lin-Nasyr, 1984), Juz 8, h. 174. 2Sukarni, Fikih Lingkungan Hidup (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h. 45.
78 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 penghubung" antara etika (prilaku manusia) dan norma-norma hukum untuk keselamatan alam semesta (kosmos) ini.3 Makalah ini mencoba mengantarkan pemahaman dan penggalian rumusan fikih tentang tata kelola lingkungan hidup. Bagaimana sebenarnya perspektif fikih terhadap lingkungan hidup, apa saja prilaku yang mesti dilakukan dan dihindari menurut konsep fikih demi terciptanya pemanfaatan dan kelestarian lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam. B. Pengertian Fikih Lingkungan Hidup Dalam bahasa Arab fikih lingkungan hidup dipopulerkan dengan istilah fiqhul bi`ah, yang terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi`ah. Secara bahasa “Fiqh” berasal dari kata Faqiha-YafqahuFiqhan yang berarti al-‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu) al-fahmu (pemahaman).4 Sedangkan secara istilah, fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil tafshili (terperinci)5. Adapun kata “Al-Bi`ah” dapat diartikan dengan lingkungan hidup, yaitu: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.6 Dari sini, dapat kita berikan pengertian bahwa fikih lingkungan adalah ketentuan-ketentuan Islam yang bersumber dari dalil-dalil yang terperinci tentang prilaku manusia terhadap
3Ahmad Syafi’i SJ.”Fiqih Lingkungan; Revitalisasi Ushul Al-Fiqh Untuk Konservasi Dan Restorasi Kosmos”, Paper disampaikan pada 9th Annual Conference of Islamic Studies, Surakarta 2 – 5 November 2009. 4Muhammad bin Ya’qub al-Fayrus Abadi, Al-Qamus Al-Muhith, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2005), cet. VIII, h. 1250. 5Jamaluddin Abdurrahim bin Hasan Al-Asnawi, Nihayatu As-Sul Fi Syarhi Minhaji Al-Wushul `ila ‘Ilmi Al-Ushul, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1999) cet. 1, juz 1, h. 16. 6Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
189
90 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
79
DAFTAR PUSTAKA Al-Asnawi, Jamaluddin Abdurrahim bin Hasan, Nihâyatu As-Sûl Fi Syarhi Minhâji Al-Wushûl `ila ‘Ilmi Al-Ushûl, Beirut: Dar Ibnu Hazm, cet. Ke-1, 1999. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughirah, Sahih Al-Bukhari, Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987. Al-Fayruzabadi, Muhammad bin Ya’qub, Al-Qâmûs Al-Muhîth, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, cet. Ke-8, 2005. Al-Qardhawi, Yusuf, Ri’âyatu Al-Bî`ah fi As-Syarî’ah AlIslamiyah, Kairo: Dar Al-Syuruq, 2001. As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy'ats, Sunan Abi Dâud, Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t. Sukarni, Fikih Lingkungan Hidup, Banjarmasin: Antasari Press, 2011. Syafi’i, Ahmad SJ.”Fiqih Lingkungan; Revitalisasi Ushul Al-Fiqh Untuk Konservasi Dan Restorasi Kosmos”, Paper disampaikan pada 9th Annual Conference of Islamic Studies, Surakarta 2 – 5 November 2009. Thahir, Muhammad bin Asyur, At-Tahrîr wa At-Tanwîr, Tunisia: As-Sadad At-Tunisiah Lin-Nasyr, 1984. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan hidupnya dalam rangka mewujudkan kemashlahatan dan menjauhkan kerusakan. C. Urgensi Lingkungan Hidup dalam Islam Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dengan sesama makhluk (termasuk lingkungan hidupnya) sebenarnya telah memiliki landasan normatif baik secara implisit maupun eksplisit tentang pengelolaan lingkungan ini. 1. Pelestarian Lingkungan dalam Al-Qur’an. 2. Melestarikan Lingkungan Hidup Merupakan Manifestasi Keimanan.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raf [7]: 85) 3. Merusak Lingkungan adalah Sifat Orang Munafik dan Pelaku Kejahatan.
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 205)
80 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
89
4. Alam semesta merupakan anugerah Allah untuk manusia
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (QS. Luqman [31]: 20)
Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS. Ibrahim [14]: 32-33) 5. Manusia adalah khalifah untuk menjaga kemakmuran lingkungan hidup
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am [6]: 165) 6. Kerusakan yang terjadi di muka bumi oleh karena ulah tangan manusia
G. Simpulan Dari paparan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal: Pertama, Konsep Fikih lingkungan pada hakikatnya adalah konsep aturan-aturan yang dirumuskan oleh Islam dalam rangka mengatur pemanfaatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Kedua, Hubungan manusia sebagai khalifah di muka bumi terhadap lingkungan hidupnya harus berdasarkan atas asas pemanfaatan yang benar dan menghindarkan kerusakan. Ketiga, Kesadaran akan tata kelola lingkungan hidup sebagaimana yang sudah digariskan oleh fikih Islam perlu ditanamkan kepada setiap pribadi muslim, dan menjadi tanggung jawab bersama, lebih-lebih pemerintah sebagai pemegang regulasi dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan.
88 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 menjaga kelestarian satwa
Fenomena penggundulan hutan dan sumber daya alam nabati
Pemanfaatan dan Pelestarian sumber daya kelautan.
-
-
Fikih islam melarang praktek ini karena berakibat pada kerusakan dan bencana yang mengancam makhluk hidup
Islam memberikan izin pemanfaatan sumber daya kelautan dengan tetap menjaga kelestariannya
mengikat kucing hingga mati karena lapar. ﺴﺘْﮭَﺎ َﺣﺘﱠﻰ َ َﺖ اﻣْ ﺮَ أَة ٌ ﻓِﻲ ھِﺮﱠ ةٍ َﺣﺒ ِ َﻋ ِﺬّﺑ ُ ﻗَﺎ َل ﻓَﻘَﺎ َل- َﻣَﺎﺗَﺖْ ﺟُﻮﻋًﺎ ﻓَﺪَ َﺧﻠَﺖْ ﻓِﯿﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎر ﺳﻘَ ْﯿﺘِﮭَﺎ َ َ وَ ﻻ،طﻌَﻤْ ﺘِﮭَﺎ ْ َﺖ أ ِ ﻻَ أَ ْﻧ- وَ ا ﱠ ُ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ْﺳ ْﻠﺘِﯿﮭَﺎ ﻓَﺄ َ َﻛﻠَﺖ َ ْﺖ أ َر ِ وَ ﻻَ أَ ْﻧ،ﺣِ ﯿﻦَ َﺣﺒَ ْﺴﺘِﯿﮭَﺎ ض ِ َْﺎش اﻷ َر ِ ﻣِﻦْ َﺧﺸ - Hadis-hadis tentang cara menyembelih yang benar dan baik - Hadis laknat bagi orang yang mengukir tato pada wajah keledai ﻣَﺮﱠ- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ﻰ أَنﱠ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ َ ﻟَﻌَﻦ:ََﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺣِ ﻤَﺎرٌ ﻗَ ْﺪ وُ ِﺳ َﻢ ﻓِﻰ وَ ﺟْ ِﮭ ِﮫ ﻓَﻘَﺎل ُ ﺳ َﻤﮫ َ َا ﱠ ُ اﻟﱠﺬِى و - Hadis melestarikan satwa: » -ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ِ ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ا ﱠ ﻟَﻮْ ﻻَ أَنﱠ ا ْﻟ ِﻜﻼَبَ أ ُ ﱠﻣﺔٌ ﻣِﻦَ اﻷُﻣَﻢِ ﻷَﻣَﺮْ تُ ﺑِﻘَﺘْ ِﻠﮭَﺎ « ﻓَﺎ ْﻗﺘُﻠُﻮا ﻣِ ْﻨﮭَﺎ اﻷَﺳْﻮَ دَ ا ْﻟﺒَﮭِﯿ َﻢ - QS. Saba: 15-17 - Hadis larangan menebang pohon yang mengganggu kepentingan orang lain: » - ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ِ ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ا ﱠ ﺳﮫُ ﻓِﻰ َ ْﻄ َﻊ ِﺳﺪْرَ ةً ﺻَﻮﱠ بَ ا ﱠ ُ رَ أ َ َﻣَﻦْ ﻗ ﺳﺌِ َﻞ أَﺑُﻮ دَاوُ دَ ﻋَﻦْ َﻣ ْﻌﻨَﻰ َھﺬَا ُ .« ِاﻟﻨﱠﺎر ﺚ ﻓَﻘَﺎ َل َھﺬَا ا ْﻟ َﺤﺪِﯾﺚُ ﻣُﺨْ ﺘَﺼَﺮٌ ﯾَ ْﻌﻨِﻰ ِ ا ْﻟ َﺤﺪِﯾ ُﻄ َﻊ ِﺳﺪْرَ ةً ﻓِﻰ ﻓَﻼَةٍ ﯾَ ْﺴﺘَﻈِ ﱡﻞ ﺑِﮭَﺎ اﺑْﻦ َ َﻣَﻦْ ﻗ َﻖ ٍ ّ ظ ْﻠﻤًﺎ ﺑِﻐَﯿْﺮِ ﺣ ُ َﺴﺒِﯿ ِﻞ وَ ا ْﻟﺒَﮭَﺎﺋِ ُﻢ َﻋﺒَﺜًﺎ و اﻟ ﱠ ِﺳﮫُ ﻓِﻰ اﻟﻨﱠﺎر َ ْﯾَﻜُﻮنُ ﻟَﮫُ ﻓِﯿﮭَﺎ ﺻَﻮﱠ بَ ا ﱠ ُ رَ أ - Kaedah-kaedah fiqhiyyah tentang larangan berbuat kemudharatan. - QS. Iberahim: 32 - QS. An-Nazi’at: 30-33
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
81
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syuura [42]: 30)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf [7]: 56) D. Pelestarian Lingkungan dalam Hadits-Hadits Nabawi Selaras dengan ayat-ayat di atas, Rasulullah saw melalui hadits-hadits beliau juga telah menanamkan nilai-nilai implementatif pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup ini, antara lain: 1. Penetapan Daerah Konservasi .َ ﻋﻤَﺮَ َﺣﻤَﻰ اﻟﺴﱠﺮَ فَ وَ اﻟﺮﱠ ﺑَﺬَة ُ وَ أ َنﱠ، ﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ َﺣﻤَﻰ اﻟﻨﱠﻘِﯿ َﻊ أ َنﱠ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ “Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan Naqi’ sebagai daerah konservasi, begitu pula Umar menetapkan Saraf dan Rabazah sebagai daerah konservasi”. ٧
2. Anjuran Menanam Pohon dan Tanaman ع زَ رْ ﻋًﺎ ﻓَﯿَﺄ ْ ُﻛ ُﻞ ُ َ أ َوْ ﯾَﺰْ ر، ﻣَﺎ ﻣِ ﻦْ ُﻣ ْﺴﻠِﻢٍ ﯾَﻐ ِْﺮسُ ﻏَﺮْ ﺳًﺎ:ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ا ﱠ ِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ٨ .ٌﺻﺪَﻗَﺔ َ أ َوْ ﺑَﮭِﯿ َﻤﺔٌ إِﻻﱠ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫُ ﺑِ ِﮫ، ٌ أ َوْ إِ ْﻧﺴَﺎن، ٌطﯿْﺮ َ ُﻣِ ْﻨﮫ Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam sebuah pohon atau sebuah tanaman, kemudian dimakan oleh 7Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughirah Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hadits 2370, (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987), Juz 5, h. 63. 8Ibid, Hadis 2320 (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987), Juz 3, h. 135.
82 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 burung, manusia, atau binatang, melainkan ia akan mendapat pahala sedekah”. 3. Larangan Melakukan Pencemaran ﻋ ِﺔ َ َﺎر ِ اﺗﱠﻘُﻮا ا ْﻟ َﻤﻼَﻋِﻦَ اﻟﺜﱠﻼَثَ ا ْﻟﺒَﺮَ ازَ ﻓِﻰ ا ْﻟﻤَﻮَ ِار ِد وَ ﻗ:ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ا ﱠ ِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ٩ ﻈ ِّﻞ ّ ِ ﻖ وَ اﻟ ِ اﻟﻄ ِﱠﺮﯾ
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam Melakukan penghijauan dan penanaman pohon
Rasulullah saw bersabda: “Takutilah tiga perkara yang menimbulkan laknat; buang air besar di saluran air (sumber air), di tengah jalan dan di tempat teduh.
-
-
4. Berlaku Ihsan Terhadap Binatang ﻖ ا ْﺷﺘَﺪﱠ ٍ ﺑَ ْﯿﻨَﻤَﺎ رَ ُﺟ ٌﻞ ﯾَ ْﻤﺸِﻰ ﺑِﻄ َِﺮﯾ:َﻋَﻦْ أَﺑِﻰ ھُﺮَ ﯾْﺮَ ة َ أ َنﱠ رَ ﺳُﻮ َل ا ﱠ ِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗَﺎل َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ا ْﻟﻌَﻄَﺶُ ﻓَﻮَ َﺟﺪَ ﺑِﺌْﺮً ا ﻓَﻨَﺰَ َل ﻓِﯿﮭَﺎ ﻓَﺸ َِﺮبَ ﺛ ُ ﱠﻢ ﺧَﺮَ َج ﻓَﺈِذَا َﻛﻠْﺐٌ ﯾَ ْﻠﮭَﺚُ ﯾَﺄ ْ ُﻛ ُﻞ اﻟﺜ ﱠﺮَ ى ﻣِ ﻦ َ َ ﻓَﻨَﺰَ َل ا ْﻟﺒِﺌْﺮ.ا ْﻟﻌَﻄ َِﺶ ﻓَﻘَﺎ َل اﻟﺮﱠ ُﺟ ُﻞ ﻟَﻘَ ْﺪ ﺑَﻠَ َﻎ َھﺬَا ا ْﻟ َﻜﻠْﺐَ ﻣِ ﻦَ ا ْﻟﻌَﻄ َِﺶ ﻣِ ﺜْ ُﻞ اﻟﱠﺬِى ﻛَﺎنَ ﺑَﻠَ َﻎ ﻣِ ﻨِّﻰ ﻗَﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ رَ ﺳُﻮ َل،ُﺸﻜَﺮَ ا ﱠ ُ ﻟَﮫُ ﻓَﻐَﻔَﺮَ ﻟَﮫ َ َﺴﻘَﻰ ا ْﻟ َﻜﻠْﺐَ ﻓ َ َﻰ ﻓ َ ﺴ َﻜﮫُ ﺑِﻔِﯿ ِﮫ َﺣﺘ ﱠﻰ رَ ِﻗ َ ﻓَ َﻤﻸ َ ُﺧﻔﱠﮫُ ﻣَﺎ ًء ﺛ ُ ﱠﻢ أ َ ْﻣ . ٌ◌١٠طﺒَ ٍﺔ أ َﺟْﺮ ْ َ ﻓِﻰ ُﻛ ِّﻞ َﻛﺒِ ٍﺪ ر:َا ﱠ ِ وَ إِنﱠ ﻟَﻨَﺎ ﻓِﻰ َھ ِﺬ ِه ا ْﻟﺒَﮭَﺎﺋِﻢِ ﻷ َﺟْ ﺮً ا ﻓَﻘَﺎل Abu Huruairah ra. meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang dalam perjalanan, ia kehausan. Ia masuk ke dalam sebuah sumur itu, lalu minum di sana. Kemudian ia keluar. Tiba-tiba ia mendapati seekor anjing di luar sumur yang sedang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah lembab karena kehausan. Orang itu berkata, ‘Anjing ini telah merasakan apa yang baru saja saya rasakan.’ Kemudian ia kembali turun ke sumur dan memenuhi sepatunya dengan air lalu membawanya naik dengan menggigit sepatu itu. Sesampainya di atas ia minumi anjing tersebut. Karena perbuatannya tadi Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kalau kami mengasihi binatang kami mendapatkan pahala?” Beliau bersabda, “Berbuat baik kepada setiap makhluk pasti mendapatkan pahala.” 9Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t.), Juz 1, h. 11. 10Ibid, Hadis 2363 (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1987), Juz 3, h. 146.
Pelestarian sumber daya alam hewani
-
-
-
-
-
Diperintahkan dan dianjurkan Melakukannya mendapatkan pahala Pemerintah berhak untuk menentukan tempat tertentu untuk dijadikan sebagai wilayah konservasi Islam memerintahkan pemilik tanah yang tidak mampu menggarap tanahnya sendiri agar digarap oleh orang lain. Pemanfaatan binatang: Hukum Islam melarang untuk melakukan pembunuhan hewan kecuali untuk kepentingan konsumsi. Syariat juga menggariskan bahwa hewan yang berhak untuk dibunuh adalah hewan-hewan yang berbahaya saja. Manusia dituntut untuk berbuat baik tidak hanya kepada sesama, melainkan lebih luas meliputi makhluk hidup di sekitarnya, baik binatang maupun tumbuhan. Melakukan penyiksaan terhadap binatang merupakan perbuatan dosa Syariat juga memerintahkan untuk
87
ُ أَوْ ﯾَﺰْ رَ ع،ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ُﻣ ْﺴﻠِﻢٍ ﯾَ ْﻐﺮِ سُ ﻏَﺮْ ﺳًﺎ ْ أَو، ٌ أَوْ إِ ْﻧﺴَﺎن، ٌطﯿْﺮ َ ُزَ رْ ﻋًﺎ ﻓَﯿَﺄ ْ ُﻛ ُﻞ ﻣِ ْﻨﮫ ٌﺻﺪَﻗَﺔ َ ﺑَﮭِﯿ َﻤﺔٌ إِﻻﱠ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫُ ﺑِ ِﮫ :ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮ ُل ﷲِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ْ أَو، ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﮫ ُ أَرْ ضٌ ﻓَ ْﻠﯿَﺰْ رَ ْﻋﮭَﺎ .ِﻟﯿَﻤْ ﻨَﺤْ ﮭَﺎ أَﺧَﺎهُ ﻓَﺈِنْ أَﺑَﻰ ﻓَ ْﻠﯿُﻤْ ﺴِﻚْ أَرْ ﺿَﮫ ﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ َﺣﻤَﻰ أَنﱠ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ َﻋﻤَﺮَ َﺣﻤَﻰ اﻟﺴﱠﺮَ ف ُ وَ أَنﱠ، اﻟﻨﱠﻘِﯿ َﻊ َوَ اﻟﺮﱠ ﺑَﺬَة ، ٌﺖ اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔُ وَ ﺑِﯿَ ِﺪ أَ َﺣ ِﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓَﺴِﯿﻠَﺔ ِ إِنْ ﻗَﺎ َﻣ ﺳﮭَﺎ َ ِع أَنْ ﻻَ ﯾَﻘُﻮ َم َﺣﺘﱠﻰ ﯾَﻐْﺮ َ ﻓَﺈِنْ ا ْﺳﺘَﻄَﺎ ْﻓَ ْﻠﯿَ ْﻔﻌَﻞ
-
-
-
-
- QS. An-Nahl: 5, 66, 80 - Hadis larangan membunuh burung dan binatang lainnya bukan untuk dikonsumsi atau dimanfaatkan: ُ ﺳَﻤِ ﻌْﺖ: ﻗَﺎ َل، ﻋَﻦْ ﻋَﻤْ ﺮِ و ﺑْﻦِ اﻟﺸﱠﺮِ ﯾ ِﺪﺻﻠﱠﻰ َ ِ ﺳَﻤِ ﻌْﺖُ رَ ﺳُﻮ َل ﷲ:اﻟﺸﱠﺮِ ﯾﺪَ ﯾَﻘُﻮ ُل ﺼﻔُﻮرً ا ْ ﻋ ُ ﻣَﻦْ ﻗَﺘَ َﻞ:ﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَﻘُﻮ ُل َ َا ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و ﯾَﺎ:َﻋﺒَﺜًﺎ َﻋ ﱠﺞ إِﻟَﻰ ﷲِ ﯾَﻮْ َم ا ْﻟ ِﻘﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ﯾَﻘُﻮ ُل رَ بّ ِ إِنﱠ ﻓُﻼَﻧًﺎ ﻗَﺘَﻠَﻨِﻲ َﻋﺒَﺜًﺎ وَ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﻘﺘ ُ ْﻠﻨِﻲ .ٍِﻟ َﻤ ْﻨﻔَﻌَﺔ :ﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎ َل َ َﺻﻠﱠﻰ ا ﱠ ُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و َ ِﻲ ّ ِ ﻋَﻦِ اﻟﻨﱠﺒﺼﻔُﻮرً ا ﻓَﻤَﺎ ﻓَﻮْ ﻗَﮭَﺎ ْ ﻋ ُ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ إِ ْﻧﺴَﺎنٍ ﯾَ ْﻘﺘ ُ ُﻞ ﺳﺄَﻟَﮫُ ا ﱠ ُ ﻋَﺰﱠ وَ َﺟ ﱠﻞ َﻋ ْﻨﮭَﺎ َ ﺑِﻐَﯿْﺮِ َﺣ ِﻘّﮭَﺎ إِﻻﱠ وَ ﻣَﺎ، ِ ﯾَﺎ رَ ﺳُﻮ َل ﷲ:ﯾَﻮْ َم ا ْﻟ ِﻘﯿَﺎ َﻣ ِﺔ ﻗِﯿ َﻞ َ َﺣﻘﱡﮭَﺎ أَنْ ﯾَ ْﺬﺑَ َﺤﮭَﺎ ﻓَﯿَﺄ ْ ُﻛﻠَﮭَﺎ وَ ﻻ:َﺣﻘﱡﮭَﺎ ؟ ﻗَﺎ َل ﻲ ﺑِ ِﮫ َ ِﺳﮭَﺎ ﻓَﯿَﺮْ ﻣ َ ْﻄ َﻊ رَ أ َ ﯾَ ْﻘ - Hadis jenis binatang yang boleh dibunuh: ُ أَﻧﱠﮫ- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ﻰ ِّ ِﻋَﻦِ اﻟﻨﱠﺒ ﻗَﺎ َل » ﺧَﻤْ ﺲٌ ﻓَﻮَ اﺳِﻖُ ﯾُ ْﻘﺘَﻠْﻦَ ﻓِﻰ اﻟْﺤِ ِّﻞ ُ وَ ا ْﻟﺤَﺮَ مِ ا ْﻟ َﺤﯿﱠﺔُ وَ ا ْﻟﻐُﺮَ ابُ اﻷ َ ْﺑﻘَ ُﻊ وَ ا ْﻟﻔَﺎرَ ة « وَ ا ْﻟ َﻜﻠْﺐُ ا ْﻟﻌَﻘُﻮرُ وَ ا ْﻟ ُﺤﺪَﯾﱠﺎ - Hadis tentang seseorang yang dimasukkan ke dalam surga karena memberi minum anjing. - Hadis seorang wanita yang masuk neraka karena
86 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 Pembangunanny a harus di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. 2. Berusaha melakukan inovasi teknologi untuk mengurangi dampak pencemaran yang ditimbulkan 3. Fungsi kontrol harus dilakukan oleh pemerintah secara ketat agar tidak menimbulkan dampak yang berbahaya. - Air merupakan fasilitas umum yang harus dijaga kemaslahatan dan kemanfaatannya
ﺳﺌِ َﻞ ( َﻋﻤﱠﺎ ﺟَﺮَ تْ ﺑِ ِﮫ ا ْﻟﻌَﺎدَة ُ ﻣِﻦْ َﻋ َﻤ ِﻞ ُ ) ث ِ ْاﻟﻨﱠﺸَﺎدِرِ ﺧَﺎرِ َج ا ْﻟﺒَﻠَ ِﺪ ِﻷ َنﱠ ﻧَﺎرَ هُ ﯾُﻮﻗَﺪُ ﺑِﺎﻟﺮﱠ و ﺼ َﻞ َ طﻔَﺎ ُل دُﺧَﺎﻧَﮫُ َﺣ ْ َ ﺷﻤﱠﺖْ ْاﻷ َ وَ ا ْﻟ ِﻜﻠ ِْﺲ ﻓَﺈِذَا ﺐ وَ رُ ﺑﱠﻤَﺎ ِ ﻟَ ُﮭ ْﻢ ﻣِ ْﻨﮫُ ﺿَﺮَ رٌ ﻋَﻈِ ﯿ ٌﻢ ﻓِﻲ ا ْﻟﻐَﺎ ِﻟ ﻀ ُﮭ ْﻢ ﻣِ ْﻨﮫُ ﻓَﻌَﻤِ َﻞ ﺷَﺨْﺺٌ َﻣ ْﻌ َﻤ َﻞ ُ ﻣَﺎتَ ﺑَ ْﻌ َﻧَﺸَﺎدِرٍ ﻓِﻲ وَ ﺳَﻂِ ا ْﻟﺒَﻠَ ِﺪ وَ أَوْ ﻗَﺪَ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑِﻤَﺎ ذُﻛِﺮ ﺿﯿ ٌﻊ ﻓَﻤَﺮِ ضَ ﻣَﺮَ ﺿًﺎ ِ َﺸ ﱠﻢ دُﺧَﺎﻧَﮫُ طِ ْﻔ ٌﻞ ر َ َﻓ ُاﻹﯾﻘَﺎدُ ﺣَﺮَ ا ٌم ﻓَﯿَﺄْﺛَ ُﻢ ﺑِ ِﮫ وَ ﯾُﻌَﺰﱠ ر ِ ْ ْﺷﺪِﯾﺪًا ﻓَﮭَﻞ َ ُاﻹ ْﻧﻜَﺎرُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ ﯾُﻤْ ﻨَ ُﻊ ﻣِ ْﻨﮫ ِ ْ َُﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ ﯾَﺠِ ﺐ ﻀﻤَﻦُ ﻣَﺎ ﺗَﻠِﻒَ ﺑِﮫِ؟ )ﻓَﺄَﺟَﺎبَ ( ﺑِﺄَﻧﱠﮫُ ﯾَﺤْ ﺮُ ُم ْ َوَ ﯾ ظﻨِّ ِﮫ َ اﻹﯾﻘَﺎدُ ا ْﻟ َﻤ ْﺬﻛُﻮرُ إذَا َﻏﻠَﺐَ َﻋﻠَﻰ ِ ْ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ُﺗَﻀَﺮﱡ رُ ا ْﻟﻐَﯿْﺮِ ﺑِ ِﮫ ﻓَﯿَﺄْﺛَ ُﻢ ﺑِ ِﮫ وَ ِﻟ ْﻠﺤَﺎﻛِﻢِ ﺗَﻌْﺰِ ﯾﺮُ ه ُﺴﺒَﺒِ ِﮫ وَ َﻣ ْﻨ ِﻌ ِﮫ ﻣِ ْﻨﮫ َ ِاﻹ ْﻧﻜَﺎرُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ﺑ ِ ْ َُﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ ﯾَﺠِ ﺐ ﻄﻠَﻘًﺎ ْ ﺴﺒَﺒِ ِﮫ ُﻣ َ ِﻀﻤَﻦُ ﻣَﺎ ﺗَﻠِﻒَ ﺑ ْ َوَ ﯾ
-
- Lihat dalil-dalil di atas - Ayat-ayat dan hadis-hadis tentang thaharah - Hadis lain: ﻧﻈﯿﻒ ﯾﺤﺐ،إن ﷲ طﯿﺐ ﯾﺤﺐ اﻟﻄﯿﺐ ﺟﻮاد ﯾﺤﺐ، ﻛﺮﯾﻢ ﯾﺤﺐ اﻟﻜﺮم،اﻟﻨﻈﺎﻓﺔ اﻟﺠﻮد - Kaedah fikih: ﻻ ﺿﺮر وﻻ ﺿﺮار ﺗﺼﺮف اﻹﻣﺎم ﻣﻨﻮط ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ -
1.
Fenomena sampah
-
-
Memelihara kebersihan adalah perintah agama yang harus dilaksanakan Dilarang untuk membuang sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan mudharat bagi lingkungan sekitar baik karena penyakit maupun menimbulkan bau yang tidak nyaman. Pemerintah berhak memberikan sangsi terhadap pembuang tidak pada tempatnya
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
83
Tentunya, masih banyak ayat dan hadits seumpama di atas yang kesemuanya memuat pesan akan pentingnya kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. E. Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Fikih Sebagai disiplin ilmu yang mengatur hubungan manusia terhadap Tuhannya, hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan manusia terhadap sesama manusia, hubungan manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, maka tidak diragukan bila fikih memiliki peran yang krusial dalam merumuskan tata kelola lingkungan hidup yang sesuai dengan hukum-hukum syara’. Dalam bukunya yang berjudul Ri’ayatul Bi’ah fi Syari’atil Islam, Dr. Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa fikih sangat concern terhadap isu-isu lingkungan hidup ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembahasan-pembahasan yang terdapat dalam literatur fikih klasik, seperti: pembahasan thaharah (kebersihan), ihya al-mawat (membuka lahan tidur), al-musaqat dan al-muzara’ah (pemanfaatan lahan milik untuk orang lain), hukum-hukum terkait dengan jual beli dan kepemilikan air, api dan garam, hak-hak binatang peliharaan dan pembahasanpembahasan lainnya yang terkait dengan lingkungan hidup yang ada di sekitar manusia.11 Beliau juga menegaskan, bahwa pemeliharaan lingkungan merupakan upaya untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Hal ini sejalan dengan maqāsid al-syarī’ah (tujuan syariat agama) yang terumuskan dalam kulliyāt al-khams, yaitu: hifzu al-nafs (melindungi jiwa), hifzu al-aql (melindungi akal), hifzu al-māl (melindungi kekayaan/property), hifzu al-nasb (melindungi keturunan), hifzu al-dīn (melindungi agama). Menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut beliau, merupakan tuntutan untuk melindungi kelima tujuan syari’at tersebut. Dengan demikian, segala prilaku yang mengarah kepada pengrusakan 11Yusuf
Al-Qardhawi, Ri’ayatu Al-Bi`ah fi As-Syari’ah Al-Islamiyah, (Kairo: Dar Al-Syuruq, 2001), h. 39.
84 Ta’lim Muta’allim, Vol. III Nomor 05 Tahun 2013 lingkungan hidup semakna dengan perbuatan mengancam jiwa, akal, harta, nasab, dan agama.12 Prilaku pengrusakan terhadap lingkungan hidup dan membuat kemudharatan bagi orang lain bertentangan dengan kaedah-kaedah yang telah dirumuskan oleh para fuqaha (alQawaid al-Fiqhiyyah), antara lain: - Kaedah: ( ﻻ ﺿﺮار وﻻ ﺿﺮارTidak boleh melakukan kemudharatan terhadap diri sendiri dan orang lain). - Kaedah: ( اﻟﻀﺮر ﯾﺰال ﺑﻘﺪر اﻹﻣﻜﺎنKemudharatan harus dihilangkan semampunya). - Kaedah: ( اﻟﻀﺮر ﻻ ﯾﺰال ﺑﻀﺮر ﻣﺜﻠﮫKemudharatan tidak bisa dihilangkan dengan sesuatu yang mendatangkan mudharat yang sama). - Kaedah: ( ﯾﺘﺤﻤﻞ اﻟﻀﺮر اﻷدﻧﻰ ﻟﺪﻓﻊ اﻟﻀﺮر اﻷﻋﻠﻰBoleh melakukan mudharat yang lebih ringan untuk mengatasi mudharat yang lebih besar). - Kaedah: ( ﯾﺘﺤﻤﻞ اﻟﻀﺮر اﻟﺨﺎص ﻟﺪﻓﻊ اﻟﻀﺮر اﻟﻌﺎمMelakukan mudharat yang khusus demi mencegah mudharat umum). - Kaedah: إذا ﺗﻌﺎرض ﻣﻔﺴﺪﺗﺎن روﻋﻲ أﻋﻈﻤﮭﻤﺎ ﺿﺮرا ﺑﺎرﺗﻜﺎب أﺧﻔﮭﻤﺎ (Apabila terjadi pertentangan dua hal yang membahayakan, maka boleh melakukan yang lebih ringan bahayanya). - Kaedah: ( درء اﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻣﻘﺪم ﻋﻠﻰ ﺟﻠﺐ اﻟﻤﺼﺎﻟﺢMenolak kerusakan lebih diutamakan dari mengharapkan kemaslahatan). Dalam konteks pelestarian lingkungan ini, Yusuf Qardhawi bahkan menegaskan penerapan hukuman sanksi berupa kurungan (At-Ta’zir) bagi pelaku pengrusakan lingkungan hidup yang ditentukan oleh pemerintah (Waliyyul amr), seiring dengan hukum yang terkandung dalam hadits Rasulullah saw:
Fahmi Hamdi, Lingkungan Hidup dalam Perspektif Fikih Islam
Perumpamaan orang-orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang melakukan pelanggaran, adalah laksana suatu kaum yang sedang menumpang sebuah kapal. Sebagian dari mereka menempati tempat yang di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Maka orang-orang yang bertempat di bawah, jika hendak mengambil air mereka harus melewati orang yang ada di atas mereka. Maka berinisiatif untuk membuat lobang pada bagian mereka, agar tidak akan mengganggu orang yang ada di atas. Jika kehendak mereka itu dibiarkan saja, pastilah akan binasa seluruh penumpang kapal, dan jika mereka dicegah maka merekapun selamat dan selamatlah pula orang-orang lain seluruhnya.14 F. Tata Kelola Lingkungan dalam Perspektif Fikih Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengemukan beberapa contoh konsep fikih lingkungan dalam bentuk tabel berikut ini:15 TINDAKAN Melakukan pencemaran lingkungan
14Yusuf
h. 44. 13Lihat Shahih Bukhari, hadits no. 2493.
-
-
ﻀ ُﮭ ْﻢ ُ ﺳﻔِﯿﻨَ ٍﺔ ﻓَﺄَﺻَﺎبَ ﺑَ ْﻌ َ ﻋﻠَﻰ َ ﻋﻠَﻰ ُﺣﺪ ُو ِد ﷲِ وَ اﻟْﻮَ اﻗِﻊِ ﻓِﯿﮭَﺎ َﻛ َﻤﺜ َ ِﻞ ﻗَﻮْ مٍ ا ْﺳﺘ َ َﮭﻤُﻮا َ َِﻣﺜ َ ُﻞ ا ْﻟﻘَﺎﺋِﻢ ﻋﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻓَﻮْ ﻗَ ُﮭ ْﻢ َ ﻀ ُﮭ ْﻢ أ َ ْﺳﻔَﻠَﮭَﺎ ﻓَﻜَﺎنَ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻓِﻲ أ َ ْﺳﻔَ ِﻠﮭَﺎ إِذَا ا ْﺳﺘَﻘَﻮْ ا ﻣِ ﻦَ ا ْﻟﻤَﺎءِ ﻣَﺮﱡ وا ُ أ َ ْﻋﻼَھَﺎ وَ ﺑَ ْﻌ َﺼﯿﺒِﻨَﺎ ﺧَﺮْ ﻗًﺎ وَ ﻟَ ْﻢ ﻧُﺆْ ِذ ﻣَﻦْ ﻓَﻮْ ﻗَﻨَﺎ ﻓَﺈ ِنْ َﯾﺘْﺮُ ﻛُﻮ ُھ ْﻢ وَ ﻣَﺎ أ َرَ ادُوا َھﻠَﻜُﻮا ِ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮا ﻟَﻮْ أَﻧﱠﺎ ﺧَﺮَ ْﻗﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻧ ١٣ . ﻋﻠَﻰ أ َ ْﯾﺪِﯾ ِﮭ ْﻢ ﻧَﺠَﻮْ ا وَ ﻧَﺠَﻮْ ا ﺟَﻤِ ﯿﻌًﺎ َ ﺟَﻤِ ﯿﻌًﺎ وَ إِنْ أ َ َﺧﺬُوا
12Ibid,
85
KONSEP FIKIH Pencemaran lingkungan disebabkan oleh perusahaan dan prilaku yang menyebabkan pencemaran secara nyata membahayakan lingkungan hidup, hukumnya haram. Adapun apabila pencemaran tersebut memiliki tingkat yang rendah dibanding maslahat yang diperoleh, maka hukumnya dibolehkan dengan catatan:
LANDASAN HUKUM - Ayat yang menyatakan larangan berbuat kerusakan (QS. Al-A’raf [7]: 56) - Hadis-hadis tentang larangan buang hajat di tempat yang umum dan mengakibatkan pencemaran, antara lain: ﻻ ﯾﺒﻮﻟﻦ أﺣﺪﻛﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺎء اﻟﺪاﺋﻢ اﻟﺬي ﻻ.ﯾﺠﺮي ﺛﻢ ﯾﻐﺘﺴﻞ ﻓﯿﮫ اﻟﺒﺮاز ﻓﻲ: اﺗﻘﻮا اﻟﻤﻼﻋﻦ اﻟﺜﻼﺛﺔ.اﻟﻤﻮارد وﻗﺎرﻋﺔ اﻟﻄﺮﯾﻖ واﻟﻈﻞ - Kaedah fiqhiyyah: ﻻ ﺿﺮار وﻻ ﺿﺮار اﻟﻀﺮر ﯾﺰال ﺗﺼﺮف اﻹﻣﺎم ﻣﻨﻮط ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ- Dalam kitab fatwa Imam Ramli disebutkan:
Al-Qardhawi, op.cit, h. 40-42. ini dibuat, hanya untuk memberikan gambaran konsep kepedulian fikih terhadap lingkungan hidup. 15Tabel