PENGARUH 2,4-DIKLOROFENOKSIASETAT (2,4-D) DAN BENZYL AMINOPURIN (BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS DAUN BINAHONG (ANREDERA PENGARUH 2,4-DIKLOROFENOKSIASETAT (2,4-D) DAN BENZYL AMINOPURIN CORDIFOLIA L.) SERTA ANALISIS KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL (BAP) TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS DAUN BINAHONG (ANREDERA CORDIFOLIALili L.)Sugiyarto, SERTA ANALISIS KANDUNGANKuswandi FLAVONOID TOTAL Paramita Cahyaningrum
Abstrak
Fakultas Matematika dan IlmuCahyaningrum Pengetahuan Alam UNY Lili Sugiyarto, Paramita Kuswandi Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam UNY e-mail:dan
[email protected] Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 e-mail:
[email protected]
Tujuan Abstrakpenelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh penambahan beberapa konsentrasi ZPT (zat pengatur tumbuh) pada media MS (Murashige and Skoog) terhadap Tujuan penelitian adalah untuk dan untukkadar mengetahui penambahan beberapa pertumbuhan kalusinidaun binahong flavonoidpengaruh total. Metode yang digunakan konsentrasi ZPT (zatkalus pengatur tumbuh) pada media MSbinahong (Murashige and Rancangan Skoog) terhadap dengan perbanyakan dengan sumber eksplan daun dengan Acak pertumbuhan kalus daun binahong dan kadar flavonoid total. Metode yang digunakan Lengkap (RAL). Eksplan daun ditanam pada media MS yang mengandung konsentrasi 2,4 dengan perbanyakan kalus dengan sumber eksplan binahong dengan D berbeda (1;2;3ppm), 0,5ppm IBA+0,5ppm BAP;daun 0,5ppm IBA+1,0 ppmRancangan BAP ; 1,0Acak ppm Lengkap Eksplan daun ditanam mediaParameter MS yang mengandung 2,4 IBA+0,5 (RAL). ppm BAP, masing-masing 15pada ulangan. yang diamatikonsentrasi adalah waktu D berbeda (1;2;3ppm), 0,5ppm IBA+0,5ppm BAP; 0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP ; 1,0 ppm muncul kalus, tipe kalus (warna dan tekstur kalus), persentase terntuknya kalus, diameter IBA+0,5 masing-masing ulangan.menunjukkan Parameter yang diamati adalah waktu kalus dan ppm kadarBAP, flavonoid total. Hasil 15 penelitian pertumbuhan kalus optimal muncul kalus,ke-3 tipeuntuk kalussemua (warnaperlakuan, dan tekstur kalus), persentase kalus, diameter pada minggu sedangkan memasukiterntuknya minggu ke-4 eksplan yang kalus dan kadar flavonoid total. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan kalus optimal muncul kalus mengalami penurunan dan ada yang stagnan (tetap). Kadar flavonoid total pada minggu ke-3 untuk semuadibandingkan perlakuan, sedangkan memasuki minggu ke-4 eksplan yang sampel daun segar lebih tinggi dengan sampel kalus. muncul kalus mengalami penurunan dan ada yang stagnan (tetap). Kadar flavonoid total Kata kunci BAP,tinggi pertumbuhan kalus,dengan daun binahong, kadar flavonoid total sampel daun: 2,4-D, segar lebih dibandingkan sampel kalus. Kata kunci : 2,4-D, BAP, pertumbuhan kalus, daun binahong, kadar flavonoid total Abstract The aim of this research was to study the effect of various concentration of Plant Growth Abstract Regulator in MS (Murashige and Skoog) media on callus growth of binahong leaf and total The aim ofcontent. this research was to used studyinthetheeffect of various Plant Growth flavonoid The method propagation of concentration callus was theofleaf explant of Regulator in MS (Murashige and Skoog) media on callus growth of binahong leaf and total binahong with a Completely Randomized Design (CRD). The leaf explants were planted on flavonoid The method in the propagation of callus was IBA+0,5ppm the leaf explant of MS mediacontent. with different 2,4-Dused concentrations (1;2;3 ppm), 0,5ppm BAP; binahong with a Completely Randomized Design (CRD). The leaf explants were planted on 0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP ; 1,0 ppm IBA+0,5 ppm BAP, each with 15 repetition. The MS media with different 2,4-D concentrations (1;2;3 ppm), 0,5ppm IBA+0,5ppm parameters observed in this research were initiation time, type, colour, diameter,BAP; the 0,5ppm IBA+1,0 ppm BAP ; 1,0 ppm IBA+0,5 ppm BAP, each with 15 repetition. The number of callus and total flavonoid content. The result showed that the optimum growth parameters thisafter research initiation time, type, colour, of callus is observed at 3 weeksin and that were it declined or stayed stagnant. Thediameter, result of the the number of callus and total flavonoid content. The result showed that the optimum analysis of variance (ANOVA) showed that there is no significant difference in thegrowth media of callus is research. at 3 weeks after that itcontent declined or stayed stagnant. The result the used in this Theand total flavonoid of fresh leaf sample is higher than of callus analysis of variance (ANOVA) showed that there is no significant difference in the media sample. used in this research. The total flavonoid content of fresh leaf sample is higher than callus Keywords: sample. 2,4-D, BAP, callus growth, binahong leaves, total flavonoid content Keywords: 2,4-D, BAP, callus growth, binahong leaves, total flavonoid content
PENDAHULUAN
tertarik untuk meneliti tanaman ini lebih
Binahong (Anredera cordifolia L.) PENDAHULUAN
mendalam, padahal berbagi khasiatinisebagai tertarik untuk meneliti tanaman lebih
merupakan tanaman obatcordifolia berpotensi Binahong (Anredera L.)
obat telah diketahui. Bagiankhasiat dari tanaman mendalam, padahal berbagi sebagai
mengobati Di merupakan beberapa tanaman jenis obatpenyakit. berpotensi
binahong semuanya dapat obat telahhampir diketahui. Bagian daridimanfaattanaman
negara Eropabeberapa maupun Amerika tanaman ini mengobati jenis penyakit. Di
kan, mulai dari semuanya batang, akar, dan binahong hampir dapatbunga, dimanfaat-
cukup dikenal, tetapiAmerika para ahli belum negara Eropa maupun tanaman ini
daun, akan dari tetapi bagian banyak kan, mulai batang, akar,yang bunga, dan
cukup dikenal, tetapi para ahli belum
daun, akan tetapi bagian yang banyak 23 23
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
digunakan sebagai bahan obat herbal adalah
Karakteristik kalus sendiri tergantung pada
bagian daunsebagai (Manoi, 2009). digunakan bahan obat herbal adalah
komposisi khususnya Karakteristikmedia kalus pengulturan, sendiri tergantung pada
Teknik in vitro atau kultur jaringan bagian daun (Manoi, 2009).
zat pengatur tumbuh, dan jeniskhususnya eksplan. komposisi media pengulturan,
merupakan salah satu atau teknik yangjaringan dapat Teknik in vitro kultur
Kalus dengantumbuh, teksturdan kompak akan zat pengatur jenis eksplan.
digunakan untuk satu induksi daun merupakan salah teknik kalus yang dapat
menghasilkan metabolit sekunder yang lebih Kalus dengan tekstur kompak akan
binahong metabolit digunakan untuk untuk menghasilkan induksi kalus daun
banyak dibandingkan dengan menghasilkan metabolitkalus sekunder yangtekstur lebih
sekunder. kultur jaringan dalam binahong Kelebihan untuk menghasilkan metabolit
meremah. Metabolit sekunder yang dihasilbanyak dibandingkan kalus dengan tekstur
produksi dibandingkan sekunder. metabolit Kelebihansekunder kultur jaringan dalam
kan dari kultur kalus sekunder biasanya yang lebih dihasilbanyak meremah. Metabolit
dengan utuh adalah dibandingkan tidak adanya produksitanaman metabolit sekunder
jenisnya, karenakalus seringkali zat-zat kan dari kultur biasanyatimbul lebih banyak
keterbatasan iklim,utuh tidak memerlukan lahan dengan tanaman adalah tidak adanya
alkaloid senyawa-senyawa lainzat-zat yang jenisnya, atau karena seringkali timbul
yang luas, iklim, dan senyawa bioaktif lahan yang keterbatasan tidak memerlukan
sangat untuk pengobatanlain (Hendaralkaloidberguna atau senyawa-senyawa yang
dihasilkan yang luas,secara dan kontinyu senyawa dalam bioaktifkeadaan yang
yono Wijayani, 1994). sangatdan berguna untuk pengobatan (Hendar-
yang terkontrol dan Edward, 1998). dihasilkan secara(Collin kontinyu dalam keadaan
Flavonoid salah satu yono dan Wijayani, merupakan 1994).
Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh yang terkontrol (Collin dan Edward, 1998).
komponen fitokimia yang khas Flavonoid merupakan salah pada satu
beberapa faktor, antara lain ditentukan komposisioleh zat Keberhasilan kultur jaringan
tumbuhan dan biasanya ditemukan komponen hijau, fitokimia yang khas pada
pengatur sumberlain eksplan dan jenis beberapa tumbuh, faktor, antara komposisi zat
dalam bentuk senyawa Flavonoid tumbuhan hijau, dan campuran. biasanya ditemukan
tanaman. Zat pengatur tumbuh (ZPT) pengatur tumbuh, sumber eksplan dan yang jenis
merupakan yang terdiri dalam bentuksenyawa senyawapolifenol campuran. Flavonoid
sering dalam kultur jaringan tanaman.digunakan Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
dari 15 atomsenyawa Karbon dalam inti dasarnya dan merupakan polifenol yang terdiri
adalah auksin dandalam sitokinin sering digunakan kultur(Gunawan, jaringan
tersususun dalam konfigurasi C6-C3-C6, dari 15 atom Karbon dalam inti dasarnyayaitu dan
1992). adalah Auksin auksin (2,4 dan Dichlorophenoxyacetic sitokinin (Gunawan,
dua cincin dalam aromatik yang dihubungkan oleh tersususun konfigurasi C6-C3-C6, yaitu
acid), untuk menginduksi 1992).biasanya Auksin digunakan (2,4 Dichlorophenoxyacetic
satuan tiga aromatik karbon yang maupun tidak dua cincin yangdapat dihubungkan oleh
pembentukan (Suryowinata, 1996). acid), biasanya kalus digunakan untuk menginduksi
dapat satuanmembentuk tiga karboncincin yang ketiga dapat maupun tidak
Penelitian ini kalus bertujuan untuk mengetahui pembentukan (Suryowinata, 1996).
dapat membentuk cincin ketiga
pengaruh konsentrasi Penelitian penambahan ini bertujuanbeberapa untuk mengetahui
METODE PENELITIAN
ZPT (zat pengatur tumbuh) padakonsentrasi media MS pengaruh penambahan beberapa
Penelitian dilakukan di Laboratorium METODE PENELITIAN
(Murashige and tumbuh) Skoog) pada terhadap ZPT (zat pengatur media perMS
Kultur Jaringan, MIPA, Universitas PenelitianFakultas dilakukan di Laboratorium
tumbuhan kadar flavonoid (Murashigekalus anddanSkoog) terhadap total per-
Negeri Yogyakarta. Bahan yang Universitas digunakan Kultur Jaringan, Fakultas MIPA,
daun binahong flavonoid total. tumbuhan kalusdandankadar kadar flavonoid total
adalah daunBahan binahong, MS Negeri eksplan Yogyakarta. yang media digunakan
Karakteristik pada setiaptotal. kalus daun binahong dan kadar flavonoid
(Murashige anddaun Skoog), dan ZPT (2,4-D adalah eksplan binahong, media MS
berbeda-beda, terdapat pada kalus dengan Karakteristik setiap tekstur kalus
dan BAP dengan beberapadan variasi (Murashige and Skoog), ZPT konsen(2,4-D
lembut (soft), dan remahkalus (friable), keras dan berbeda-beda, terdapat dengan tekstur
trasi. Untuk sterilisasi digunakan bahandan BAP dengan beberapa variasi konsen-
kompak (Thomas dan(friable), Davey,keras 1975). lembut (soft), dan remah dan
bahan antaranya detergen, aquadestbahansteril, trasi. diUntuk sterilisasi digunakan
kompak 24
bahan di antaranya detergen, aquadest steril,
24
(Thomas
dan
Davey,
1975).
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.) Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
alkohol 70%, clorox 10%, dan tissue.
Tabel 1. Perlakuan Konsentrasi ZPT
Sedangkan untukclorox sterilisasi digunakan alkohol 70%, 10%,alatdan tissue.
No 1. Perlakuan Perlakuan Jumlah Tabel Konsentrasi ZPTEksplan 1 MS 15 No Perlakuan Jumlah Eksplan 2 MS+1 ppm 2,4 D 15 1 MS 15 3 MS+2 ppm 2,4 D 15 2 MS+1 ppm 2,4 D 15 4 MS+3 ppm 2,4 D 15 3 MS+2 ppm 2,4 D 15 MS+0,5 ppm 54 MS+3 ppm 2,4 D 15 IBA+0,5 ppm BAP MS+0,5 ppm 5 MS+0,5 ppm 15 6 IBA+0,5 ppm BAP 15 IBA+1,0 ppm BAP MS+0,5 ppm 6 MS+1,0 ppm 15 7 IBA+1,0 ppm BAP 15 IBA+0,5 ppm BAP MS+1,0 ppm 15 7 Total 105 IBA+0,5 ppm BAP Total 105
aluminium foil sterilisasi dan kertas payung. Sedangkan untuk alat digunakan Pembentukan kalus akan pada aluminium foil dan ditumbuhkan kertas payung. media MS yang mengandung 2,4 D dengan Pembentukan kalus akan ditumbuhkan pada konsentrasi berbeda (1;2;3ppm), media MS yang mengandung 2,4 D 0,5ppm dengan IBA+0,5ppm BAP; 0,5ppm IBA+1,0 ppm konsentrasi berbeda (1;2;3ppm), 0,5ppm BAP ; 1,0 ppmBAP; IBA+0,5 ppm IBA+1,0 BAP, masingIBA+0,5ppm 0,5ppm ppm masing BAP ; 1,015ppmulangan. IBA+0,5 Sebelum ppm BAP, ditanam, masingterlebih daun binahong masing dahulu 15 ulangan. Sebelumdisterilisasi ditanam, dengan mencuci menggunakan terlebih dahulu daunbersih binahong disterilisasi larutan selama 15 menit. Kemudian dengan detergen mencuci bersih menggunakan dibilas hingga selama bersih 15menggunakan air larutan detergen menit. Kemudian mengalir, dan kemudian dimasukkan air ke dibilas hingga bersih menggunakan dalam erlemmeyer sebelum dimasukkan dimasukkan ke mengalir, dan kemudian dalam erlemmeyer LAF. Sterilisasi eksplan dilakukan sebelum dimasukkan ke dengan menggunakan alkohol 70%,dilakukan dilanjutdalam LAF. Sterilisasi eksplan kan dengan larutan clorox Eksplan dengan menggunakan alkohol 10%. 70%, dilanjutdibilas menggunakan steril sebanyak kan dengan larutan aquadest clorox 10%. Eksplan 3dibilas kali. menggunakan Data diambil seminggu sekali selama aquadest steril sebanyak 43 kali. minggu. Data Variabel-variabel diambil seminggu yang sekali diamati selama waktuVariabel-variabel inisiasi kalus, morfologi kalus, 4adalah minggu. yang diamati diameter kalus,inisiasi persentase terbentuknya adalah waktu kalus, morfologi kalus. kalus, bobot persentase eksplankalus. yang diameterData kalus, persentase terbentuknya
Kadar
flavonoid
total
dianalisis
menggunakan VIS Kadar Spektrofotometer flavonoid total UV dianalisis berdasarkan yang dilakukan menggunakanmetode Spektrofotometer UVChang VIS et al. (2002). Dalam perlakuan in Chang vitro, berdasarkan metode yang dilakukan dibutuhkan et al. (2002).alat-alat Dalam berupa perlakuanbotol-botol in vitro, media dan tutup tahan panas atau botol-botol aluminium dibutuhkan alat-alat berupa foil. itu juga digunakan pinset, mediaSelain dan tutup tahanakan panas atau aluminium lampu bunsen, scalpel, foil. Selain itu juga akan petridish, digunakan beaker, pinset, magnetic stirrer, autoklaf, timbangan beaker, digital, lampu bunsen, scalpel, petridish, label, dan stirrer, almari Laminair flow (LAF). magnetic autoklaf, air timbangan digital, label, dan almari Laminair air flow (LAF). HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Kalus HASIL Munculnya DAN PEMBAHASAN WaktuMunculnya Munculnyakalus Kaluspada media 2,4-D
persentase eksplan yang munculData kalusbobot dianalisis varian pada menurut
1 ppm Munculnya adalah 3 hari tanam 2,4-D (hst), kalussetelah pada media
muncul kalus dianalisis varian pada menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis
diikuti 5 hst dan tanam 2,4D 3ppm, 1 ppm 2,4-D adalah2ppm 3 hari setelah (hst),
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s
sedangkan kalus pada5media kontrol diikuti 2,4-D 2ppm hst dan 2,4Dmuncul 3ppm,
dilanjutkan dengan uji jika DMRT Multiple Range Test) ada (Duncan’s perbedaan
pada 10 hstkalus dan pada mediamedia kombinasi dan sedangkan kontrolIBA muncul
Multiple Range Test) jika ada perbedaan antarperlakuan.
BAP 10 hst (Gambar 1). pada setelah 10 hst dan media kombinasi IBA dan
antarperlakuan.
BAP setelah 10 hst (Gambar 1).
25 25
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
serupa juga disampaikan oleh Pierik (1987), yang menyatakan bahwa 2,4-D (1987), dapat serupa juga disampaikan oleh Pierik menyebabkan elongasi sel, pembengkakan yang menyatakan bahwa 2,4-D dapat jaringan dan pembentukan Munculmenyebabkan elongasi sel, kalus. pembengkakan nya kalusdan padapembentukan media 2,4-D kalus. 1 ppm Munculadalah 3 jaringan hari setelahpada tanam (hst), diikuti 2,4-D 2ppm3 nya kalus media 2,4-D 1 ppm adalah 5hari hstsetelah dan 2,4D 3ppm, sedangkan kalus2ppm pada tanam (hst), diikuti 2,4-D media kontrol muncul pada 10kalus hst pada dan 5 hst dan 2,4D 3ppm, sedangkan media kombinasi IBA dan BAP10setelah 10 kontrol muncul pada hst dan hst. Senyawa 2,4-D salah satu media kombinasi IBAmerupakan dan BAP setelah 10 Gambar 1. Grafik Hubungan Medium Perlakuan dengan Hari Muncul Kalus (hst). Gambar 1. Grafik Hubungan Medium Perlakuan Keterangandengan gambar:Hari Muncul Kalus (hst). P0 : MS (kontrol) Keterangan gambar: P1 : MS+1ppm 2,4-D P0 : MS (kontrol) P2 : MS+2ppm 2,4-D P1 : MS+1ppm 2,4-D P3 : MS+3ppm 2,4-D P2 : MS+2ppm 2,4-D P4 : MS+0,5ppm IBA+0,5ppmBAP P3 : MS+3ppm 2,4-D P5 : MS+0,5ppmIBA+1ppm BAP P4 : MS+0,5ppm IBA+0,5ppmBAP P6 : MS+1ppmIBA+0,5ppmBAP P5 : MS+0,5ppmIBA+1ppm BAP P6 : MS+1ppmIBA+0,5ppmBAP Penambahan 2,4-D dalam media
jenis auksin 2,4-D yang merupakan sangat efektif hst. Senyawa salahuntuk satu menginduksi kalus seperti jenis auksin pembentukan yang sangat efektif untuk yang terjadi pembentukan pada induksi kalus kalus seperti daun menginduksi binahong ini. Walaupun auksinkalus yang daun beryang terjadi pada induksi peran utama, terkadangauksin sitokinin binahong ini. Walaupun yang juga berdiperlukan untukterkadang proliferasisitokinin kalus, namun peran utama, juga pada penelitian ini,proliferasi 2,4-D yangkalus, lebih efektik diperlukan untuk namun untuk menginduksi pada penelitian ini, kalus 2,4-Dlebih yangcepat. lebih efektik
kultur Penambahan akan merangsang dan 2,4-Dpembelahan dalam media
untuk menginduksi kalus lebih cepat. Morfologi Kalus (Tipe Dan Warna)
pembesaran pada eksplan sehingga dapat kultur akan sel merangsang pembelahan dan
PadaKalus umur(Tipe 4 minggu setelah tanam, Morfologi Dan Warna)
memacu pembentukan dan sehingga pertumbuhan pembesaran sel pada eksplan dapat
dengan Pada konsentrasi dan 2 tanam, ppm), umur 4 2,4-D minggu(1setelah
kalus sertapembentukan meningkatkan kimia memacu dansenyawa pertumbuhan
kalus yang terbentuk 2,4-D berwarna putih2bening, dengan konsentrasi (1 dan ppm),
alami flavonoid (Bekti dkk., 2003). kimia Hal kalus serta meningkatkan senyawa
berair danterbentuk kompak, sedangkan pada kalus yang berwarna putih bening,
alami flavonoid (Bekti dkk., 2003).
berair
Hal
dan
kompak,
sedangkan
Tabel 2. Morfologi Kalus yang Terbentuk
26 26
Media Tekstur kalus Tabel 2. Morfologi Kalus yang Terbentuk MS (Kontrol) kompak Media Tekstur kalus MS + 1 ppm 2,4-D kompak MS (Kontrol) kompak MS + 2 ppm 2,4-D kompak MS + 1 ppm 2,4-D kompak MS + 3 ppm 2,4-D remah MS + 2 ppm 2,4-D kompak MS + 0,5 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak MS + 3 ppm 2,4-D remah MS + 0,5 ppm IBA + 1 ppp BAP kompak MS + 0,5 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak MS + 1 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak MS + 0,5 ppm IBA + 1 ppp BAP kompak MS + 1 ppm IBA + 0,5 ppm BAP kompak
Warna kalus Putih bening, berair Warna kalus Putih bening, berair Putih bening, berair Putih bening, berair Putih bening, berair Putih Putih bening, berair Hijau Putih Hijau Hijau hijau Hijau hijau
pada
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.) Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
konsentrasi 3 ppm kalus yang muncul
minggu ke-4, kemudian memasuki minggu
berwarna remah.yang Berdasarkan konsentrasiputih 3 susu ppmdankalus muncul
ke-5 kalus berubah mingguwarna ke-4, kemudian memasukiwarnanya minggu
tekstur komposisi kalus dapat berwarnadan putih susu dan selnya, remah. Berdasarkan
menjadi coklatkalusmuda dan warnanya akhirnya ke-5 warna berubah
dibedakan kalusselnya, yang kompak dan tekstur danmenjadi komposisi kalus dapat
kehitaman setelah muda di subkultur. Hal ini menjadi coklat dan akhirnya
remah. Kalus kompak tekstur dibedakan menjadi kalusmempunyai yang kompak dan
disebabkan adanya dimetabolisme kehitaman setelah subkultur. senyawa Hal ini
padat keras, yang tersusun dari tekstur sel-sel remah.dan Kalus kompak mempunyai
fenol yang berlebihan pada jaringan yang disebabkan adanya metabolisme senyawa
kecil sangatyang rapat, sedangkan kalus padat yang dan keras, tersusun dari sel-sel
mulai terbentuk. Warna kalus yang fenol yang berlebihan pada jaringan
remah mempunyai dan tersusun kecil yang sangattekstur rapat, lunak sedangkan kalus
kecoklatan terdapat Warna pada hampir mulai terbentuk. kalus semua yang
dari dengan ruang antar yang remahsel-sel mempunyai tekstur lunak dansel tersusun
perlakuan terbentuk dan semua sering kecoklatan yang terdapat pada kalus hampir
banyak. Perbedaan dari sel-sel denganstruktur ruang kalus antar menimbulsel yang
terangsang akibat sterilisasi S. perlakuan yang terbentuk kalus eksplan dan sering
kan adanya perbedaan kemampuan membanyak. Perbedaan struktur kalus menimbul-
Andaryani (Indaheksplan dan Ermaterangsang (2010) akibat dalam sterilisasi S.
produksi metabolit sekunder. Pada media kan adanya perbedaan kemampuan mem-
vitalini, Andaryani2013). (2010)Pada dalampermukaan (Indah dan bawah Erma-
kombinasi IBA dansekunder. BAP, menghasilkan produksi metabolit Pada media
kalus juga2013). terlihatPada jaringan yang berair, hal vitalini, permukaan bawah
kalus yang IBA kompak hijau. kombinasi dan dan BAP,berwarna menghasilkan
ini karena bawahyang langsung kalus juga permukaan terlihat jaringan berair,berhal
Warna kalus kompak yang hijau kalus yang dandisebabkan berwarna adanya hijau.
sentuhan dengan media berperan ini karena permukaan bawah dan langsung ber-
konsentrasi (BAP) dalam adanya media. Warna kalussitokinin yang hijau disebabkan
sebagai penyerapan kalus sentuhanareadengan mediamedia. dan Foto berperan
Sitokinin ditambahkan mengkonsentrasiyang sitokinin (BAP) mampu dalam media.
pada ke-8 dapat dilihat pada sebagaiminggu area penyerapan media. Foto kalus
aktifkan proses-proses metabolisme dan Sitokinin yang ditambahkan mampu meng-
Gambar 2. pada minggu ke-8 dapat dilihat pada
sintesis yang mampu menghambat aktifkan protein proses-proses metabolisme dan
Gambar 2.
perombakan butir-butir klorofilmenghambat Wattimena sintesis protein yang mampu
Rerata Diameter Kalus
(1991) dalam butir-butir (Wardani, 2004). perombakan klorofilPenampakan Wattimena
diameter RerataRerata Diameter Kalus tertinggi selama 8
kalus 2,4-D (1 Penampakan dan 2ppm), (1991) pada dalammedia (Wardani, 2004).
mingguRerata pada media 2,4-D 1 ppm mencapai diameter tertinggi selama 8
awalnya berwarna putih (1 bening hingga kalus pada media 2,4-D dan 2ppm),
2,07 cm,pada diikuti 3 ppm dan1 ppm 2 ppm sekitar minggu media 2,4-D mencapai
awalnya berwarna putih bening hingga
2,07 cm, diikuti 3 ppm dan 2 ppm sekitar
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Gambar ppm 2,4-D; (B) 2 ppm (A)2. Morfologi Kalus (B) dengan Mikroskop (C) Stereo (A) 1 (D) (E) 2,4-D; (C) 3 ppm 2,4-D; (D) 1 ppm IBA+0,5 ppm BAP; (E) 0,5 ppm IBA+0,5 ppm BAP Gambar 2. Morfologi Kalus dengan Mikroskop Stereo (A) 1 ppm 2,4-D; (B) 2 ppm 2,4-D; (C) 3 ppm 2,4-D; (D) 1 ppm IBA+0,5 ppm BAP; (E) 0,5 ppm IBA+0,5 ppm BAP 27 27
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
1,8 cm, sedangkan pada media kombinasi
kalus mengalami penurunan dan ada yang
diameter kalus kurang darimedia 0,3 cm. Hal ini 1,8 cm, sedangkan pada kombinasi
stagnan (tetap). Persentase kalus kalus mengalami penurunan danyang adarendah yang
menunjukkan bahwa darisenyawa 2,4-D diameter kalus kurang 0,3 cm. Hal ini
pada eksplan binahong stagnan (tetap).daun Persentase kaluskebanyakan yang rendah
sebagai ZPT tunggal menginduksi menunjukkan bahwamampu senyawa 2,4-D
pada eksplan daun binahong kebanyakan
kalus binahong paling banyak sebagai daun ZPT tunggal mampu menginduksi
Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang Muncul Kalus Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang Muncul Kalus
dibandingkan kombinasi dan kalus daun yang binahong paling IBA banyak BAP. Konsentrasi 2,4-D yang digunakan, 1 dibandingkan yang kombinasi IBA dan ppm optimal2,4-D dibandingkan dengan 21 BAP.lebih Konsentrasi yang digunakan, dan ppm3.lebih optimal dibandingkan dengan 2 dan 3.
Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang Muncul Kalus Gambar 4. Grafik Persentase Eksplan yang Muncul Kalus terkontaminasi oleh bakteri, yang menghambat tumbuhnya kalus, sehingga perlumenglebih terkontaminasi oleh bakteri, yang hati-hati dan meningkatkan kebersihan dan hambat tumbuhnya kalus, sehingga perlu lebih kesterilan bekerja pada waktu di dalam LAF. hati-hati dan meningkatkan kebersihan dan Gambar 3. Grafik Rerata Diameter Kalus Selama 8 Minggu Gambar 3. Grafik Rerata Diameter Kalus Selama 8 Minggu Persentase Kalus yang Muncul
kesterilan bekerja pada waktu di dalam LAF. Kadar Flavonoid Total
Persentase kalus Muncul yang muncul terPersentase Kalus yang
(2,4-D 2 ppm) diperoleh 0,0019%,kompak sampel kalus daun binahong bertekstur
tinggi Persentase pada medium ppm muncul 2,4-D dan kalus1 yang ter-
kalus remah (2,4-D0,0019%, 3 ppm) sampel sekitar (2,4-Dtekstur 2 ppm) diperoleh
kombinasi 0,5 medium ppm IBA+0,5 ppm2,4-D BAP yang tinggi pada 1 ppm dan
0,0017%, dan remah sampel(2,4-D daun sekitar kalus tekstur 3 ppm)0,015%. sekitar
mencapai 100%, diikuti 2ppmppm kombinasi 0,5 ppm IBA+0,5 BAP2,4-D yang
Dari hasil dan analisis ternyata 0,0017%, sampel daun kadar sekitarflavonoid 0,015%.
mencapai 80%, 100%,3 perlakuan diikuti 2 media ppm dengan 2,4-D
total daun masih relatif tinggi Dari sampel hasil analisis ternyata kadarlebih flavonoid
ZPT yang mencapai 60%, dan terakhir kontrol mencapai 80%, 3 perlakuan media dengan
dibandingkan dari masih dua sampel kalus.tinggi Dan total sampel daun relatif lebih
yang hanya 20%. 60%, Persentase kaluskontrol yang ZPT yang mencapai dan terakhir
dari dua sampel kalus berbeda tekstur dibandingkan dari duayang sampel kalus. Dan
muncul optimal20%. pada minggu ke-3,kalus sedangkan yang hanya Persentase yang
juga tidak berbeda et al. dari dua sampel kalusnyata. yang Robbins berbeda tekstur
memasuki minggu ke-4 eksplan yang muncul muncul optimal pada minggu ke-3, sedangkan
(1992) dalamberbeda (Bekti dkk., juga tidak nyata.2003), Robbins et al.
memasuki minggu ke-4 eksplan yang muncul 28
(1992) dalam (Bekti dkk., 2003),
28
flavonoid Kadar Kadar Flavonoid Total total dari sampel kalus daun Kadar binahong flavonoid bertekstur total dari kompak sampel
Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.) Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (Lili Sugiarto dan Paramita C.K.)
Tabel 3. Kadar Flavonoid Total Kalus Daun Binahong Tabel 3. Kadar Flavonoid Total Kalus Daun Kadar flavonoid Binahong Sampel total %) Kadar flavonoid Kalus media 2,4D 2 0,0019 Sampel total %) ppm (kompak) Kalus media 2,4D 2 0,0019 Kalus media 2,4D 3 0,0017 ppm (kompak) ppm (remah) Kalus media 2,4D 3 0,0017 Daun 0,015 ppm (remah) Daun 0,015 menyatakan bahwa untuk menghasilkan fenol secara inbahwa vitro, tidak hanya dibutuhkan menyatakan untuk menghasilkan zat tumbuh juga fenolpengatur secara in vitro, tidaksaja, hanyatetapi dibutuhkan diperlukan lain saja, seperti zat pengaturunsur tumbuh tetapi kasein juga hidrolisis, amino, NH4NO3 kasein untuk diperlukan asam unsur laindan seperti membantu pertumbuhan kalus dan produksi hidrolisis, asam amino, dan NH 4NO 3 untuk senyawa kimia. membantu pertumbuhan kalus dan produksi senyawa kimia. KESIMPULAN Waktu inisiasi pembentukan kalus KESIMPULAN daun binahong media 2,4-D 1 ppmkalus dan Waktu pada inisiasi pembentukan 2daun ppmbinahong relatif lebih yaitu 3 dan 5 (hst). padacepat media 2,4-D 1 ppm dan Penambahan 2,4-Dcepat (1 dan 2 ppm relatif lebih yaitu2 3ppm) dan 5dalam (hst). media dapat2,4-D menginduksi kalus dalam daun Penambahan (1 dan 2 ppm) binahong bertipe kompak dan berwarna media dapat menginduksi kalus daun putih bening dan kompak berair, dan pada binahong bertipe dankalus berwarna media 2,4-D dan 3 ppm bertipe dan putih bening berair, dan remah kalus pada berwarna putih. Sedangkan media 2,4-D 3 ppm bertipe pada remahmedia dan kombinasi IBA Sedangkan dan BAP, pada kalus media yang berwarna putih. muncul bertipe kombinasi IBAkompak dan dan BAP,berwarna kalus hijau. yang Rerata tertinggidan selama 8 minggu muncul diameter bertipe kompak berwarna hijau. pada 2,4-Dtertinggi 1 ppm mencapai cm, Reratamedia diameter selama 8 2,07 minggu diikuti 3 ppm dan1 2ppm ppm sekitar 2,07 1,8 cm, pada media 2,4-D mencapai sedangkan padadan media kombinasi diikuti 3 ppm 2 ppm sekitar diameter 1,8 cm, kalus kurang darimedia 0,3 cm. Persentase kalus sedangkan pada kombinasi diameter kalus kurang dari 0,3 cm. Persentase kalus
yang muncul tertinggi pada medium 1 ppm 2,4-D dan kombinasi ppmmedium IBA+0,5 yang muncul tertinggi0,5 pada 1 ppm BAP mencapai 0,5 100%, 2 ppm 2,4-D yang dan kombinasi ppm diikuti IBA+0,5 2,4-D mencapai 80%,100%, 3 perlakuan BAP yang mencapai diikuti 2media ppm dengan ZPT yang mencapai dan terakhir 2,4-D mencapai 80%, 3 60%, perlakuan media kontrol yangyang hanya 20%. Pertumbuhan kalus dengan ZPT mencapai 60%, dan terakhir optimal padahanya minggu untuk semua kontrol yang 20%.ke-3 Pertumbuhan kalus perlakuan, sedangkan memasuki minggusemua ke-4 optimal pada minggu ke-3 untuk eksplan yang muncul kalus minggu mengalami perlakuan, sedangkan memasuki ke-4 penurunan dan muncul ada yangkalus stagnan (tetap). eksplan yang mengalami Kadar total flavonoid lebih(tetap). tinggi penurunan dan ada sampel yang daun stagnan dibandingkan dengan sampel daun kalus.lebih tinggi Kadar total flavonoid Perlu dengan dilakukan dibandingkan sampelpenelitian kalus.
lebih
lanjut dengan variasi konsenPerlu menggunakan dilakukan penelitian lebih trasi yangmenggunakan berbeda untukvariasi menghasilkan lanjutZPT dengan konsenkalus yangyang kandungan flavonoid totalnya trasi ZPT berbeda untuk menghasilkan lebih daun segar.flavonoid totalnya kalus tinggi yangdari kandungan lebih tinggi dari daun segar. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR Bekti, R.,PUSTAKA Solichatun, E. Anggarwulan. 2003. Pengaruh asam 2,4-diklorofenokBekti, R., Solichatun, E. Anggarwulan. siasetat (2,4-D) terhadap pembentukan 2003. Pengaruh asam 2,4-diklorofenokdan pertumbuhan kalus serta kandungan siasetat (2,4-D) terhadap pembentukan flavonoid kultur kalus acalypha indica dan pertumbuhan kalus serta kandungan L. Biofarmasi. Vol. 1, No. 1, ISSN: flavonoid kultur kalus acalypha indica 1693-2242. L. Biofarmasi. Vol. 1, No. 1, ISSN: 1693-2242. Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M., Chern, J.C. 2002. Estimation of total Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M., flavonoid, content in propolis by two Chern, J.C. 2002. Estimation of total complementary colorimetric methods. J flavonoid, content in propolis by two Food. Drug Anal.Vol. 10, 178-182. complementary colorimetric methods. J Food. Drug Anal.Vol.S.10, 178-182. Collin, H.A. & Edward, 1998. Plant cell culture. UK: BIOS Scientific Publisher. Collin, H.A. & Edward, S. 1998. Plant cell culture. UK: Scientific Publisher. Gunawan, L.W.BIOS 1992. Teknik kultur
jaringan tumbuhan. Bogor: PAU IPB. Gunawan, L.W. 1992. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Bogor: PAU IPB. 29 29
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014
Hendaryono, D.P.S & Wijayani, A. 1994. Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: Hendaryono, D.P.S & Wijayani, A. 1994. Kanisius. Teknik kultur jaringan. Yogyakarta: Kanisius. Indah, P.N. dan Ermavitalini, D. 2013.
Induksi kalus daun nyamplung (caloIndah, P.N. dan Ermavitalini, D. 2013. phyllum inophyllum Linn) pada Induksi kalus daun nyamplung (calobeberapa kombinasi konsentrasi 6phyllum inophyllum Linn) pada benzylaminopurine (BAP) dan 2,4beberapa kombinasi konsentrasi 6dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). benzylaminopurine (BAP) dan 2,4Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D). No. 1, 2337-3520. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, No. 2337-3520. Manoi, F.1,2009. “Binahong (Anredera cordifolia) sebagai obat”. Warta Penelitian Manoi, F. 2009. “Binahong (Anredera corddan Pengembangan Tanaman Industri. ifolia) sebagai obat”. Warta Penelitian Vol. 15, No. 1, 3-5. dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 15, No. 1, 3-5.
30 30
Pierik, R.M.L. 1987. In vitro culture of higher plants. Martinus Nijhoff Publishers. Pierik, R.M.L. 1987. In vitro culture of higher Dordrecht. The Netherlands. p71. plants. Martinus Nijhoff Publishers. Dordrecht.M.The Netherlands. p71. Suryowinata, 1996. Pemuliaan tanaman secara in vitro. Yogyakarta: Kanisius. Suryowinata, M. 1996. Pemuliaan tanaman secara vitro. Yogyakarta: Kanisius. Thomas, E.indan Davey, M.R. 1975. From
single cell to plant. London: Wykehan Thomas, E. dan Davey, M.R. 1975. From Publisher ltd. single cell to plant. London: Wykehan Publisher Wardani, D.P.,ltd.Solichatun, dan Setyawan,
A.D. 2004. Pertumbuhan dan produksi Wardani, D.P., Solichatun, dan Setyawan, saponin kultur kalus talinum paniculatum A.D. 2004. Pertumbuhan dan produksi gaertn pada variasi penambahan asam 2,4saponin kultur kalus talinum paniculatum diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan kinegaertn pada variasi penambahan asam 2,4tin. Biofarmasi. Vol. 2. No. 1, 35-43. diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan kinetin. Biofarmasi. Vol. 2. No. 1, 35-43.