PENDAHULUAN
Latar Bela kang Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat strategis dan penting
bagi kelangsungan hidup manusia, karena menjadi masukan y ang dibutuhkan di
dalam setiap bentuk aktivitas manusia (Suparmoko, 1989). Penggunaan lahan di Indonesia, khususnya untuk sektor pertanian mengalami peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan globalisasi perdagangan internasional, sehingga berakibat pada prilaku penggunaan lahan yang kurang bijaksana untuk
jangka pendek. Lebih mernprihatinkan dan yang lebih mengkhawatirkan prilaku penggunaan Iahan yang tidak didasarkan pola prinsip-prinsip pelestarian sumber
daya Iahan, perilaku demikian tidak saja terjadi pada kawasan budidaya namun telah terjadi pada kawasan yang seharusnya dikonservasi seperti pada lahan hutan lindung dan taman nasional. Secara nasional fenomena ini telah merata terjadi di
seluruh propinsi di Indonesia.
Khususnya di daerah propinsi Lampung jurnlah lahan dengan status kawasan hutan (hutan suaka, hutan lindung dan hutan produksi) berjumlah 1-036.993 hektar, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa seluas 724.802,Z
hektar (70%) tidak lagi berhutan dan telah dihuni sekitar 96.025 kepda keluarga (1996). Sebagian besar lahan yang tidak berhutan dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian guna memenuhi kebutuhan akan pangan masyarakat. Pemanfaatan
kawasan hutan telah rnemicu timbulnya konflik penggunaan lahan yang berkepanjangan di propinsi Lampung, baik yang bersifat horizontal antara
kelompok rnasyarakat maupun secara vert ikai antara masy arakat dengan pemerintah, khususnya dengan aparat dinas atau instansi kehutanan di daerah.
antara pemerintah dan masyarakat yang berkepanjangan sehingga pada akhirnya
akan mempersulit pemerintah rnenjalankan program kehutanan di masa yang akan datang. Selain itu lahan dengan ketidakjelasan status penguasaannya atau dalam
kondisi konflik akan cenderung tergolong pada kondisi sumber daya alam dengan
status open access dan biasanya akan mempercepat degradasi sumber daya lahan itu sendiri.
Konflik penggunaan lahan yang terjadi di daerah Lampung dengan segala dampak sosial yang terjadi, mewajibkan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan konflik dengan kebijakan yang bersifat wiPl win solution, di mana kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya kepada petani di satu pihak dan di lain pihak negara dapat menjamin pulihnya fungsi lingkungan dan ekologi dari lahan yang berstatus kawasan hutan. Konflik penggunaan lahan antara rakyat (petani) d m pemerintah dapat diselesaikan
dengan suatu bentuk pola pengelolaan sumber daya lahan yang dapat memenuhi kepentingan masyarakat lokal, kepent ingan negara dan kepentingan komunitas
regional/global .
Pola penggunaan lahan di Propinsi Lampung,selain menunjukkan adanya prilaku yang cenderung dapat merusak kapasitas agronomis lahan dan degradasi lahan yang sulit dihindari, namun juga terdapat suatu bentuk pola pengelolaan
sumber daya lahan yang dapat memenuhi kepentingan kelompok masyarakat lokaf, negara dan masyarakat global. Pola penggunaan ini telah dikembangkan
sejak pertengahan abad 19 oleh masyarakat pesisir Krui Lampung Barat. Pola penggunaan lahan tersebut menurut perspektip masyarakat Krui dikenal dengan
repong damar. Repong damar adalah suatu bentuk penggunaan lahan yang terdiri
dari berbasai jenis tanaman (hutan dan pertmian), di mana pohon damar menjadi pohon utama yang rnenghasilkan getah damar. Ditinjau dari segi konservasi
hayati,
repong
damar
memberikan
kontribusi
yang
besar
terhadap
keanekaragaman hayati (Michon, 94). Sedangkan bila ditinjau dari perspektip ekonomi, penggunaan lahan dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi rnasyarakat luas (pemilik, pekerja dan pedagmg) serta
memberikan jasa linghngan yang dibutuhkan rnasyarakat global.
Memperhatikan pola pengelolaan lahan dengan sistem repong d a m sangat rnemungkinkan pola tersebut dapat diterapkan dm dijadikan kebijaksanaan
pernerintah untuk menyelesaikan konflik penggunaan lahan yang terns berkembang di propinsi Lampung.Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimanakah dapat mengaplikasikan pola tersebut ? Untuk menjawab pertanyaan itu diperlukan suatu kajian yang mendalam untuk rnengetahui faktor-War apa saja yang
mempengaruhi petani menetapkan pilihannya untuk menggunakan lahannya untuk repong darnar atau untuk pilihan yang lain.
Perurnusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perurnusan masalah pada penelitian ini adalah : 1 . Apakah faktor ekonomi, sosial budaya dan faktor fisik lahan memiliki
keterkaitan dengan pili han penggunaan lahan di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Barat.
2. Faktor-faktor ekonomi apa saja dan bagairnanakah keterkaitan dengan pilihan
penggunaan lahan?
3. Faktor-faktor sosial budaya apa saja dan bagaimanakah keterkaitannya dengan pilihan penggunaan lahan? 4, Faktor faktor fisik lahan apa saja dm bagaimanakah keterkaitannya dengan
pilihan penggunaan lahan?
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan latar belakang masdah yang &an dikaji, maka penelitian ini mencakup beberapa tujuan, sebagai berikut : 1. Tujuan Umum
Sscara umum, penelitian mengkaji samapi sejauh mana keterkaitan factor ekonomi, sosial budaya dan factor fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan didaerah pesisir Krui dikawasan penyangga Taman Nasiod Bukit
Barisan Selatan Larnpung Barat. 2. Secara Spesifik a.
Mengkaji dan mempelajari beberapa faktor ekonomi yang berkaitan serta pengaruh dari faktor tersebut terhadap kecendrungan seseoranglpetani
dalarn menetapkan pilihan penggunaan lahan.
b. Mengkaji dm mempelajari beberapa faktor sosial budaya yang berkaitan serta pengaruh dari faktor tersebut terhadap kecendrungan seseorangl petani dalarn menetapkan pilihan penggunaan lahan.
c. Mengkaji dan mempelajari beberapa faktor fisik lahan yang berkaitan serta
pengaruh dari tersebut terhadap keputusan seseorang/petani dalam menetapkan pilihan penggunaan lahan
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian hi diharapkan memberikan manfaat untuk : 1 . Pemerintah, dimana hasil penelitian dapat menjadi masukan di dalarn rangka
penyusunan strategi dm kebijaksanaan penggunaan sumber daya Iahan di wilayah Pesisir Lampung Barat, khususnya di kawasan penyangga Taman
Nasional Buki t Barisan Selatan, untuk j angka pendek maupun j angka panjang dm secara umum dapat berguna untuk masukan dalarn upaya penyelesaian
konflik penggunaan lahan di kaw asan hutan yang telah dirambah masyarakat
di propinsi Lampung. 2. Perkembangan ilrnu pengetahuan, dimana basil penelitian yang dapat
menarnbah khasanah pengetahuan mengenai kmakteristik sosial budaya, sosial
ekonomi dan fisik lahan yang mempengaruhi pilihan penggunaan lahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan surnber daya lahan yang
berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan addah suatu bentuk carnpur tangan manusia terhadap
sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat material maupun spiritual (Vink, 1975). Pola penggunaan lahan bersifat
dinarnis bervariasi menurut waktu dan tempat (Komarsa, 2001). Keputusan
individu di dalam pilihan pengunaan lahan terkait dm dipengaruhi faktor fisik lingkungan sumber daya lahan dan kondisi surnber daya manusia (Silalahi, 1981).
Faktor fisik lahan biasanya meliputi kondisi alam, sumber daya lahan, bentuk lahan dan topografi serta karakteristik tanah. Beberapa karakteristik fisik
lahan ini akan dipengaruhi secara bersamaan dalam membatasi apa yang dapat
dan apa yang tidak dapat dilakukan pada sebidang lahan (Sys, 1991, Barlow, 1986, Oldeman, 1984). Di dalam penelitian ini faktor fisik lahan yang dikaji
dibatasi pada elevasi dan kemiringan lereng lahan. Peranan elevasi terkait dengan
iklim, terutarna dengan suhu dan curah hujan dan peluang untuk pengairan.
Ssdangkan kemiringan lahan terkait dengan kemudahan pengolahan dan kelestarian sumber daya lahan dan lingkungan.
Selain faktor fisik lahan, faktor sosial ekonomi, sosial budaya akan mempengaruhi penggunaan lahan (Barlow, 1986). Ketiga faktor tersebut termasuk
di dalam domain dari sumber daya manusia (Silalahi, 1981). Faktor sosial ekonomi adalah rnenjadi suatu persyaratan di dalam pengarnbiIan keputusan untuk menetapkan pilihan penggunaan lahan. Hal ini penting karena penggunaan Iahan
harus didukung oleh kondisi sosial ekonomi dari suatu masyarakat dm layak secara ekonomi, sehingga penggunaan lahan dapat dirasakan oleh individu atau
masyarakat atau dapat memberikan hasil yang Iebih besar dari modal yang
dikorbankan (Barlow, 1986). Karakteristik sosial ekonomi meliputi status strategi penguasaan rumah, kondisi bangunan rumah, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan lahan hutan, ketersediaan modal usaha, permintaan hasil komoditas,
lokasi, tempat penjualan hasil produksi persepsi terhadap komoditas yang
dihasilkan, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga secara keselunrhan dan
produktif, jar& lokasi lahan ke rumah, kondisi jalan ke lokasi lahan atau lokasi
pemasaran, dan luas lahan yang dimiliki. Peranan faktor sosial budaya masyarakat tidak kalah pentingnya di dalarn pengambilan keputusan individu atau masyarakat untuk menentukan pilihan
penggunaan lahan. Biasanya penggunaan lahan di suatu wilayah tidak akan bertentangan dengan kondisi sosial budaya, kebiasaan, tradisi atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat seternpat (Komarsa, 2001). Karakteristik sosial
budaya meliputi tingkat pendidikan, umur,jenis pekerjaan utama dan sarnpingan, suku, rnotivasi dan tujuan penguasaan lahan, sikap terhadap sistem pewarisan lahan, sumber perolehan lahan, penguasaan pengetahuan dan teknologi budidaya. Partisipasi di dalam kegiatan kemasyarakatan di tengah masyarakat, motivasi di dalam bekerja dan ketergantungan dengan pihak lain dalam bekerja, status penguasaan lahan dan sikap terhadap manfaat kawasan repong darnar. Sebagaimana telah diurailcan sebelumnya tentang peranan faktor sosial
ekonomi, sosial budaya d m faktor fisik terhadap pilihan penggunaan lahan, maka penelitian ini mengkaji keterkaitan dari beberapa karakteristik faktor susial
ekonorni, sosial budaya, fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan di kawasan
penyangga atau wilayah Pesisir Barat Tarnan Nasional Bukit Barisan Selatan di kabupaten Lampung Barat. Pilihan penggunaan lahan yang dilakukan oleh
masyarakat dapat dikelompokkan pada 3 (tiga) pilihan. Pilihan pertarna adalah penggunaan lahan untuk repong damar. Dalam perspektif ilmu modem, repong damar dapat dikelompokkan pada penggunaan lahan dengan pola Agriforest yyag lebih kompleks dan bersifat sequential sistem (Wijayanto, 2001), dengan pohon
damar sebagai tanaman inti. Pilihan kedua adalah penggunaan lahan oleh petani
dengan pola monokultur yang digunakan untuk kornoditas perkebunan seperti
kopi, lada, kelapa, jeruk, melinjau dan tanaman pangan seperti padi dan tanaman
jagung dan kacang-kacangan. Dalam penelitian ini dikelompokkan dalam
penggunaan lahan non repong damar. Sedangkan pilihan ketiga, petani menggunakan lahannya sebagian untuk repong damar dan sebagian lagi untuk perkebunan dan tanaman pangan yang bersifat monokultur atau non repong
damar. Pengkajian keterkatian antara karakteristik faktor sosial ekonomi, sosial budaya, fisik lahan dan terhadap pilihan penggunaan lahan repong damar, non repong darnar atau kedua-duanya digunakan alat analisis model mullinom logrr. Di
dalam kajian ini diasumsikan penggunaan lahan untuk repong damar adalah suatu bentuk penwnaan lahan yang memperhtikan prinsip-prinsip kelestarian.
Penggunaan lahan yang berdasarkan prinsip kelestarian sumber daya lahan dapat
sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga, bai k secara fisik maupun ekonomi, pada akhirnya dapat mempertahankan keleststrian Taman Nasiond Bukit Barisan Selatan. Secara teoritis, penggunaan Iahan yang tidak mernperhatikan prinsip kelestarian akan mengakibatkan kerusakan sumber daya lahan bahkan dapat memperluas daerab perambahan kawasan Taman Nasional sehingga pada akhirnya mengancam keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Hubungan keterkaitan antara faktor sosial ekonomi, sosial budaya, fisik lahan
disajikan pada Gambar 1 .
Kebrlanjutan Pengeldaan sumber daya lahan
Gambar 1. Kerangka pemikiran keterkaitan faktor ekonorni, sosial budaya dan faktor fisik lahan dengan pilihan penggunaan lahan di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
EIPOTESIS
Berdasarkan pada latar belakang, kerangka pemikiran, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, diajukan hipotesa penelitian sebagai beri kut : 1.
Penggunaan lahan dipengeruhi dan terkait dengan faktor ekonomi, sosial
budaya dan karakteristik fisik lahan. 2. Faktor ekonomi yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi: 1)
Luas lahan, 2) Persepsi petani terhadap kesediaan lahan hutan, 3) Kondisi jaringan pernasaran, 4) Persepsi petani terhadap lahan usaha repong damar
dan lahan non repong, 5 ) Jumlah anggota keluarga yang produktif, 6) Kondisi jalan menuju lahan, 7) Pendapatan keluarga pertahun. 3.
Faktor sosial budaya yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi : 1) Jenis suku, 2) Motivasi penguasaan lahan, 3) Asal perolehan lahan, 4)
Pernahaman teknik budidaya repong damar, 5) Frekwensi kegiatan gotong
royong, 6 ) Sikap petani terhadap kelembagaan pewarisan lahan repong damar dan lahan non repong, 7) Status penguasaan lahan, 8) Persepsi terhadap repong darnar sebagai lambang status sosial. 4.
Faktor fisik lahan yang terkait dengan pilihan penggunaan lahan meliputi : 1) Kemiringan, 2) Ketinggian lahan dari pemukaan laut.