1 ... LAPORAN PENELTAN STUO KEBUAKAN PENNGKATAN MU11J PENDDKAN ~ BERCR KHAS AG.6MA SLAV D OK JAKARTA. ' Oleh: ABOOLRO?AK NP. 150 m 689 FAKULTASTARBYAH...
... LAPORAN PENELITIAN •STUOI KEBUAKAN PENINGKATAN MU11J PENDIDIKAN
·~
BERCIRI KHAS AG.6MA ISLAIVI DI OKI JAKARTA
.
'
Oleh:
ABOOLRO?AK NIP. 150
m 689
FAKULTASTARBIYAH
INSTrrUT N3MM. ISLAIVI N83ERI
SVARIF HIDAYAlULLAH JAKARTA 1998/1999
.. LAPORAN PENELITIAN . S1UDI KEBUAKAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DA.SAR BERCIRI KHAS AGAMA ISIJlJVI DI OKI JAKARTA
.'
Oleh:
ABOOLRO?AK NIP.150277689
FAKULTASTARBIYAH INSTITUT N3MM ISIJlJVI NEGffil
SYARIF HIDAYAlULLAH JAKARTA 1998/1999
PEND!DIKAN
277689 MHAK
Pll:lU'UST AKAAN JAKARTA
PENDID¥AN OASAR BE~'G!Fi!
f(j{C,,S
AG4JvY\
fSLPJ'17
di!al;sanakan oleh :
Nam a
Nip. Pangkai:.!Goi
Fakultas
;"in. Ri:.:KTOR KEJ',CL<\ PUSAT
PE~!ELIT!AN
SYADA,l\ll.I\ 23"1 356
PENINGKATAN
M!Jf'IJ
DI DK/ JAXARTI\
: telah
STUDI KEBIJAKAN PENINGKATANMUTU PENDIOIKAN OASAR BERCIRI KHAS AGJWIA ISLAM DI OKI JAKARTA
Oleh : Alxlll Rozak
Peneiltian bertujuan untli<
men:Jeskripsikan perkembangan dan kemajuan Ml
Pernbangunan IAIN Jakarta, bentuk-bentli< kebijakan pendidikan rlalarn peningkatan mutu pendidikan dan proses pengambilan kebtiakan pendidika terseout. Penelit ian ini menggunakan modei penelitian kebijakan studi kasus yartu dengan mengambil fokus pada Ml Pembangunan IAIN Jakarta. Pendekatan dalam ini adalah pendekatan kualttatif. Karem ttu untuk memperoleh data lapangan digunakan teknik wa..varx:ara secara mendalam kepada kepala Ml dan kepala TU Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta sebagai data primer, sedargkan unluk data pelengkap digunakan tekrnk studi dokumertasi. Data yang terkumpul dianahsis dengan teknik desknptif. Hasu penelitian
menunjukkan
beberapa hal : perlBma. perkemban;ian rnadrasah
lblidaiyah sejak didirikan sampai saat ini tetah· mengalami perl<embargan dan kemajuan yang sangat pesal kebijakan
baik dalam aspek akademis maupun aspek non akademis; kedua. bentuk
pembinaan kesiw1aan, kurikulum dan pembinaan pegav-1ai
yarg diakukan
memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran dan ke0erhas1lan pendidilmn pada 111111 Pembangunan; keU;p, proses pergambilan kebijakan
yang ter)ad1 pada Mi
Pembangunan terdiri dari model eltt dan model kelembagaan. Unluk keb1jaka11 yang strategr; dan pokok digunakan model eJJn, sedangkan untui< kebijakan opeerasllJral digui-BKi!n model kelembagaan.
1
Kata Peng<:lll:ar
Bism illahirrahnanirrahim
Puji syuktr kehadirat Allah SVVT yang berkat taltik, hidayah dan inayah Nya penelttian idengan judul STUD/ KEBIJAKAN PENllVGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR BERG/RI Kf/AS AGA/11A /SLAM DI DK/ JAKARTA : dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada tokoh percerahan umat manusia, Muhammad S8\N. Penelilian ini men.(Jakan penelitian individual bagi dosen di
lingkur~an
IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun akademik 1998/1999. Penelitian ini pembiayaannya dibebankan dari DIKSJOLRK IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun anggaran 1998/1999. Terlaksananya penelitian dari awal hingga akhir tidak terlepas dari bantuan bertlagai pihak . Untuk
~u
peneliti
mengucapkan terina kasih, ten.lama kepada :
1. Dr. Dede Rosyada, MA (Kepaia Pusat Penelitian IAIN Syanf Hidayatullah Jakarta) 2. Dr. H. Abuddin Nata, MA (Konsultan Penelitian) 3. Ors. H. Masan AF (Kepala Madrasah lbtidaiyah Pembangumn IAIN Syart Hldayalullah Jakarta) danDrs.Rasi'in (l
DAFTAR ISi
Halanan
ABSTRAK ....................................................................................... . KATA PENGANTAR .......................................................................... .
ii
DAFTAR !SI ........................................: ............................................ .
1\1
BAB I. PENDAHULUAN ...... .............................. ....... ..
.. . . ......... .
1
A.
Latar Belakang Masalah Penelttian ................................... .
1
B.
ldentifikasi, Pembatasan dan Penrnusan Masalah Penelltian .. . 11
PENDAHULUAN A. Latar Be!akang Masalah Dalam UU No. 2 tahun 1989 ter1arg ¥istem Pendidikan Nasional, bab V pas al 12 ayat 1 menegaskan batwa 'jenjang pendidikan yang tennasuk jalur pendd1kan sekolah !erdiri alas. pendidikan dcisar, pendidikan menergah dan pendidikan 1inggi"1 . Der-gan kata lain jer~ang perdidikan Jalur sekolah di di Indonesia terdiri atas jenjang pend1dika11 dasar, pendidif'211 menerqah dan pendidikan tinggi. Selanjutnya dalam PP No 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, bab Ill pasal 4 ayat 3 menyatakan batwa sekolah dasar (SO) dan sekolah
lar~utan
rnenetgah tingkat pertama (SL TP) yarg berciri khas agama Islam yarg diselenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing disebut madrasah ibtidaiyah \Ml) dan madrasah
tsanaw~h
(fv1Ts).'
Dari kebijakan perdidikan tersebiJ di atas ada tiga hal, pertama, lembaga pendidikan Ml clan MTs termasuk je1~ang pendidikan dasar jalur sekolah atau jatur pendidikan formal. Kedua, Ml dan fV1Ts keberadaan dan posisinya dtlempatkan. sejaJar dengan lembaga pendidikan SD ·.
da11 SLTP yang berada di bav1ah naurgan Depdikbud. Keti;:Ja, Ml dan MTs disebut perdidikan
1
ArDnirn, UU Sistem Pendidikan Nasbnal dan PemturaJJ Pel3ksanaannya, (Jakarta : Sinar
Grafika, 1992), ral. 7 2
Ibid, rial 65
2
dasar berciri khas agama Islam yarg merupakan sl.b sistern perdidikan dasar dalarn sistern pendidikan nasional.
Sebagai lernbaga pendidikan jalur sekolah, keberadaan Ml dan MTs rnempunyai andil
dan peran yang sargal besar dalam upaya mencerdaskan kehid1..pan bargsa dan peranaman nila~ni!ai
moral keagamaan pada masayarakat Indonesia khususnya pada masyarakat muslim
sebagai kornunrras mayorttas di negara lrrlonesia. Karena ttu, kehadiran k;rnbaga pendidikan rnadrasah (Ml dan rvlTs) dalam sistem pendidikan nasional tidak boleh diabaikan begttu saja. Jauh sebelum masa kemerdekaan, di lrdonesia telah berdiri clan be1'Kernbang pesal iemlJciga iemliaga pendidikan Islam yang disebut dergan perguruan agama Islam di betbagai pelosok penjuru wiayah lrdonesia, Seperti di Aceh berdiri dan beri\embarg lembaga pergu-uan
agama Islam yang disebut Rangkang, di Minangkabau berdiri dan berkembang lembaga perguruan agama Islam yang disebut St.rau dan di Jawa berdiri dan berkembang lembaga pc:rguran agama Islam yang disebut pesantren. Sebagaimana diakui oleh Zamakhsyarl Dhofier' batwa sLrnbangan lembaga pendid~:an Islam dalam upaya mencerdaskan kehidt.pan bangsa tetah ada s"belum Indonesia rnerdeka. Lembaga pendidikan Islam yang dmaksud adalah RA (Raudt·;atut AtfaO, Ml (Madrasal1 ltAlcla[yah), fv1Ts (M~drasal1 Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), Pondok Pesantren dan MD
(Maclrasah Diniyah). Sedangkan lembaga pendidikan tinggi Islam baru memanilrnn perannya
;1-z~~;~~kl;~;~-0-hofier, Pe1;~;faata11 Lembaga Pendkliki:t11
/sitm r!l1 t;,11
Rm;gl<..~
1/1/ajlb Be/ajar Pe11didikan Dasar, dalam bl.Ku Pe11yuksesan Progr&n Wa)b Bee;ar f'e11d1dil-&1 Dasar9 Ta/Jun, qvlalang, Tim PerLITius DiskusiPanel Universdas Maa119, 1993) ml 51
'
{_
:
setelar1 !l):Jonesia merdeka. Pendapat Dhotier dperkll3t oleh MasykLii Abdillah
4
bahNa
madmsah mempunyai andil yarg besar dalam perjalanan bargsa Indonesia, baik sebelum Indonesia merdeka maupun sesudal1nya. Seperti banfak diantara perxliri tanah air dari kelompok
sariri adalati produk lernbaga pendidikan madrasah. Begitu pula dalarn konleks keku1ian Ml dan MTs ditempatkan juga sebagai pelaksana program wajib belajar setingkat SD dan SL TP. Secara sosio-historis pendidikan Islam di Indonesia mulai merampakkan kemajuannya pada akhir abad l<e 19 atau awal abad ke 20, dimara pada masa
~u
terjadi upaya moderrnsasi
lembaga perdidikan Islam sehingga menemU
a~lrsyad,
Jamfatul Khair, MaH'ilaul
Ar;,var, Perti dan sebagainya der¥Jan melakukan pengadopsian sistem pendidikan ala Baral yarg dikembargkan oleh kaITTJ kolonialis Belan:la yarg menggunakan Sl'.>\ern pendidikan mcdern a\au klasikal. Seperti dikemlkakan oleh A. Malik Fadjar.~ persentuhan "global" der,gan plroal 1su~11 di
f-lammain memungkinkan para pelaku pendidikan Islam menhal s1stern pernbelaiaran yang ltcbfr1 terprogram. Maka !ITTJbuh dan berkembanglah pola pembelajaran pe1a1aran-pelaJaran Islam yarg
dir;eioia dergan sis_lem madrasi. Pengelolaan pendidikan Islam dengan sistern 11Ji:J(J/"iJSI memungkinkan cara pembelajaran secara klasikal. OerQan ~.ala 1au1 lahlrnya lernt•aga
'' ivlasykuri Abdillah, Peningkatan Kuall.as PendK.iiAan Madaisa/1. daiam JUfl-al Madrasar1 (Jakarta, PPIM IAIN Jakarta: 1997), vol. 2, hat. 14 s A Malik Fadjar, Madrasa/1 dan Tantangan Modernitas. (8m1':lung fv1van, 1998) nai ?2
4
pen:iidikan rnadrasat1 (madrasO sebagai wujud baru kelemtJaga;:.r. pe1.:J1d11\an is!am batTf
dipengaruhi oleh dua fak1or yaau
pendidll\al1 modern ke Nusantara ma1.pun karena fak1or irrteraksi global Islam d1 lr'donesia
dengan pusa! Islam di Haramain_ P8da masa awal pe1kembarga111ya, lembaga perld1d1f ;rn hiam 1cm1asu" ma(lra·can dikeiu!o uleh lembaga swadaya masyarakaL Hal nu
le1\.;.,1 Jc;, ~Jdi 1
,,e' >
it•1
pe11d1d!ka11 madrasah yang dilakli\an oleh masyarakal batk melak11 01garnsas1 sos1al >ea11rnn1w1 maupun alas inisiatif pribadi dari kalargan ulama karem !erdo1ong okih lar:ggtinJ
~1wab
rnu1nl
keagarnaan u11lLi< rnenyebarkan ctan mergembangkan a1aran Islam Ll:iaha pendrn111 lemt1aga pendidikan tersebut dilakukan baik secam perorargan malpun ,c:c;i;a kelemb,igaa11 rneialui orga11isas1 sosial keagamaan. Karena lembaga pe11d1dikan Islam rnercpakan >
transfonnasi
nila~ni!ai
keagamaan dan pembenlukan peradaban !'_,;am daiarn masyarafcaL
Penrfalikan yang dilakukan pada lernbaga rnadrasah diharapkan dapill d1Jad1kan setJagai lpilya rekons1ruf:s1
per~alaman-penga!aman
pela~:sanaan
tgas dan targgung jawabrl'ja sebagai khalifat fil ar d Baru pada taliun l 950an
Lrnat manusia secara bet1\elanJLrtan dalam rargf.a
pemenntah melalui Departernen 1\gama
me!akLJ
pengurusa1~
18rnbaga
p01xlidikari k'lam seperti madrasah agar !erus suvival dalarn percatcran nasional dan glolJi:iL Oalam perl\embangan
selai~trtnya,
terutama setelah masa kemerdekaan yattu sejak
dekade 1970-an peran dan kontrbusi ternbaga pendidikan
rnadrasah
dalam rangka
pengernbangan sunber daya manusia nasioral mendapat sorotan tajam yang ktrang mengembirakan dari berbagai lapisan sos/al masyarakat sebagai !c;mbaga pendidikan yang
5
sarat dengan sebutan "keterbe/akangan. kumu/1 dan miskin" >tr\a juluf.an lau1nya
)'ill'IJ
kesemuanya bermuara pada indikasi kelemahan dan rerdahnya mtAu perrl1dikan madrasat1. Rendahnya mtitu pendidikan maclrasali
me1~adika11
ketiad1rannya si,,'l. ,11)ili lernb
dalam percaiuran sistem pendidikan nasional nyaris l1dak mempunvi1 a111 dan s1cJ1ilii\am1 i1as1 umat lslilrn terl1adap
' lernbaga pen:iidikan madrasah berkorelasi posnif terhadap rendahnya aspirasi umal lslarn untuk menyekolaffian anaknya ke Jembaga madrasah. Realilas tersebut menjadikan posisi lembaga pendidikan rnadrasah sebaga1 Ifie second ci'iss
3
dalarn komtelasi sislem pendidikan nasional. MenurLrt Moch!ar 8Lr:horl -pakar
pendidikan- bahwa pendidikan Islam dewasa i111 memberikan kesan yang tidak mengembirakan karena dLE realitas. Pertama, dalam kenyataannya setiap kali ada murid dari lembaga Islam lennasuk !embaga pendidikan madrasah yarg 1l.rut serta dalam lomba cerdas cermat atau cepat lepal di TVRJ, biasanya kelompok ini mendapat nilai terendah. Kedua, partisipasi sisvva-siswi dari lembaga perdidikan Islam tennastJ< madrasah dalam kegiatan nas:onal seperti lomba karya i!iniah remaja sangat rendah bahkan separiang sepenge!ahuannya belum pernah ada juara iorniJa tersebul yang berasal dari lembaga pendidikan lsl;am tennasl.K madrasah. Pandangan fvl0cll.ar BtdiOfi yang diperolell dari pengamatannya di lapangan rneskpun tidak sepenutmya
'5
Pamlar~an Motri!ar Buctrni di atas clikutif dari Hujair AH. Sanaky daiam tuhsannya, Pendklikan
is.lam di /11c.Jo11esia. dalam J1.rnal Pendidikan Islam, (Yo\r;akarta, Fak. Tarbiyal1 UI : 1996), hal.
18-79.
7
kurikulum, masalah pernyediaan _bLku atau perpustakaan, laboratoriurn, :;upervisi pendidikan dan sebagainya Keseluruhan masalah lersebut saling lerkail dalam penentuan rnulu pendidikan madrasal1 yang rendah terulama bila dilihat prestasi akadernik secar'1 kwntitatiF. Sedangkan secara presiasi akademik secara kualilalif dalam aspek afek!if sampai k111i rnadrasah mas1i1 lebih
' d1i1ed~11i D1t;11
'ernbaga perlClidil\a11 dasar berciri khas agoirna Islam (Ml dan MTs) perlu d1laktj\a11
u1;2Jya cf·aya inovalif, leren:;ana, sislernatis dan
berkelai~1Mm
seria kebijakan-kebijakan
pe11i11i1f:.an yang slrategis. l<ebuakan pend1d1kan rnadrasah yang clia111tJ1I harus mengakornodasi
tiga f;ep0rrn-1gan. Kepenlingan fXJ1tama adalah bagai11am kebijakan pendidikan ilu pada dasarnya tiarus memt>erikan ruang geral< llfflbuh
yang warir ba91 aspirasi trnai Islam.
KefYJ11tit19m1 kecJua adalah bagarnana kebijakan pendidikan itu memperielas dan memperkt:kuh
kebemclaan rnadrasah sebagai iljang membina warga negara yaru cercJas, berpengetahuan, be11<ep11bacl1an yang bem10ral dan produktlf serta sejajar clengan ,rstcm seko!al1 di bawa11 penibin8an Depdikbud. Kepentingan kett,;a adalah bagarnana
keb1ja~a11
pendklikim
rne1~aci1~a11
madrasah mampu merespon tunttrtan masa depan. Keli9a kepentingan lersebut di alas bila
diakornodas1 Oalarn proses pergarnbian
kebijakan penciidikan dapat rnernngkatkan rnliu pendidikan rnadrasah,
seh111ggil (Japat
rnen9e1nbal1kan peran strategis Jernbaga perdidkan madrasa11 sebav;11 iembaga
fAH>,jKJikilll
exeilence daiarn perca!uran s1stern pendidil\an nasronal yang 111;w1,1·u meniawil!.> !un!JP(Jd" zaman clan tuntutan rnasa depan. Karena di rnasa t1epan ada
ke,u11(leflH1)31l f;e1'11:)fzdlan
8
semangat spnlul3itas dan relegiusitas masyarakat post industrial atau pasca modern yang merLpakan salah satu medan tu;ias lembaga pendidilformasi keilnuan juga diharapkan terjadi transform a~1
nila~nilai
rn oral keagarnaan. 9
Sebagaimana dikemli
'
rnasa depan n1en.1-;akan abad kebangknan agama terutarna agama agama samawi. Agama mL1lai dirujuk kemabali sebagai pedoman hidup karena mempunyai 11ria1 kebenaran absolLrt dan moralilas yang kuf;uh, sementara ideologi buatan manusia semak»1
l~vJak
marnpu merghadapi
perubahan. Senada dengan Soejatmoko, Atvin Tovter seorang futumlog dalam
buktHiya
Mega
Tenld 2000 menyebutkan bah-Na menjelang abad XX.I terjadi kebangl\nan sprltualitas a<Jaina 1'! Beg1lu pula pandangan Schumacher yang dikliif oleh Peter
L
Herger, balwa masalai»
masalah zarnan ini tak dapat dipecahkan dergan organisasi admuvoli as1 at au saya t~k rnemban1ah bahiva itu semua pentinQ. Kita saat irn mernlerrt.a [.1Cnya1'1t
lklilJ
wati'P"'
metaf1:,~,a
rrnw.a
oba!nya juga !urus metatlsika. 11 Dengan demikian dari beberapa p<mddruan par .i rn011unjukkan adanya kecenderungan revitalisasi peran ag
~el 1dup
r::cn y<11 <1'.al
modem.
" Pandangan Soejatmoko diklrtif dari A. Malik Fad jar, Opcit., tial 4'.> ·o [),:'.:darn i1;:-i:Y.iaP.gan l\.ivin To\1ier k_utJctr~t.ilan aga1na
atat1
·:i1x1!L~1,1'._,._
·1h;i
u0:1d th.11,. "~ga ii end dalam rnilernuin Ill abu abad XXI.
·' F'eter L Berger, Piramida Kurban Manusia Etika
LP3ES. 19B2), 57
Po,~1k
c!an Pcwba/ian Sostal ;Jakar1a
10
diindikasikan dengan adanya suasana kompetitif dia1iara para r,rang Ui ten,1arna me1eka yan;J
beriatar belakang kultur modern dalam menyekolattan pLrtar·plAi!nya
nya !\arena lembaga pendidikan ini (Ml Pembaogunan IAIN Jaka11a) temyata mar11pu bcfKornpelisi rnenarik minat rnasyarakat ibu kola dari kelornpok kelas mer:engah. Deruan
derMdan fvll Pembargunban IAIN Jakarta merupakan sebuah !cmbaga yang tx·rnda da!am
Keberlangsungan mLtu lembaga pendidikan pada madrasah pembangunan IAIN JaKaii<1 litJak terlepas dari manajemen perdidil\an yang diterapkan olell para pengella lembaga tersebut. Sebagai suatu organisasi , maka madrasah pembagurnn
juga memiliki sejumlah
kc:bijakan ywlJ dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melak<;anakan program-program kerja rnat1rasah. Dalam kattan ttulah, penellti tertarik untuk megl<<1Ji secara ieb1t1 menc1alam l011!a11\J pl\i:>ils kebljakan ya!YJ berlaku dalarn lemba9a pe111:Jirlik2,n rnadrasc;h pembangunan
11
B_ !dentiflkasl, Peml>atasan dan Penm.isan Masalah Penelltl
Upaya peningkatan mutu pendidikan madrasah merupakan
kegiatan peningkatan
bernbagai aspek atau komponen yarg terkalt dengan kegiatan perdidikan di madrasah. Komponen-komponen tersebut meliputi : aspek kelembagaan, ktrikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, manajemen madrasah dan supervisi pendidikan madrasah. Alas dasar pemikiran di atas, dapat didentitlkasl masalah-masalah penelltian tertarg kebijakan peningkatanmutupendidikanmadrasah yaltu: 1. masalah kelembagaan; 2. masalah klrikulum; 3. masalah tenaga kependidikan; 4. masalah sarana dan prasarana; 5. masalah pembiayaan, 6. masalah manajemen madrasah; 7. masalah supervlsi pendidikan madrasah. Dari identifikasi pennasalahn pene!Hian di alas, maka foks uama dalam penelltian ini adalah masalah kebijakan peningkatan mutu pendidikan pada Ml Pembangunan yang berkaltan dengan kesiswaan, kurikulum dan tenaga kependidikan. Dengan demikian penelltian ini harrya membahas ketiga masalah tersebul. Karena .nu masalah penelltian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagainana tingkat perkembargan perjalanan Ml Pembangunan IAIN Jakarta sejak berdiri sampai saat ini? 2. Bagarnana bentuk kebijakan peningkatan mulu pendidikan pada Ml Pembangunan JAIN Jakarta yang terkalt dengan a. masalah kesiswaan; b. masalah kurikutum; c. masalah tenaga kependidikan; 3. Bagainana proses pergambilan kebijakan tersebut?
12
c.
Tujuan Penelltlan Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan tentang:
1. Tingkat perkembangan perjalaran Ml Pembanguran IAIN Jakarta sejak berdiri sampai saat ini. 2. Bentuk kebijakan peningkatan mutu perdidikan pada Ml Pembargunan IAIN Jakarta yang terkait dengan a. masalah kesiswaan'. b. masalah kurikulum; dan c. masalah teraga kependidikan; 3. Proses pet'jJambilan kebijakan pendidikan dalam peningkatan mutu perdidikan pada Ml IAIN Jakarta.
D. IVl'1rtaat Penelltlan Secara prak!is penelitian ini memberikan nilai manfaat terutama: 1. Bagi pengelola dan prak!isi penddikan di Ml Pembangunan IAIN Jakarta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai in-put
dalam proses, inplemerlasi dam evaluasi kebijakan
perdidikan yarg selama ini dilaksanakan. 2. Bagi para peminat dan pengkaji dunia pendidikan Islam memperoleh informasi obyeklif dan empirik tentarg proses, implementasi dan evaluasi kebijakan perdidikan teruama yang terjadi peada Ml RembarYJunan IAJN Jakarta. 3. Sebagai tambahan khazanah kepustakaan yang diperoieh dari sumber empirik. Sedangkan secara teoritls temuan di lapangan dapat diajdikan sebagai .bahan dalam melakukan suatu formulasi kebiajakan pendidikan.
dan knostruksi teoritik khususllfcl dalam bidarg kaJian anafisis
13
E. Sistematika Pen.ilisan
Penulisan laporan penelttian ini secara sistematis disajikan dalam lirna bab. Pada setiap bab terdiri dari uraian-uaraian yarg merupakan isi dari bab tersebut. 'Bab I. Pendahuluan. Bab ini yang mengambarkan tentarg latar bekalarg masalah peneli!ian, identifikasi, pembatasan dan r'i.musan masalah peneiitian, tujuan dan manfaat peneltt ian serta sistematika penulisan laporan hasii peneltt ian. Bab II. Telaah Kepustakaan. Bab ini berisi kajian teorik tentang variabel penelltian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teoritil< dalam penel!ian ini sepertl kajian teorttik tentang kebijakan pendidikan, mutu pendk:likan dan perdidikan dasar berciri khas agama Islam. Bab Ill. Metodologi penelttian. Bab lni membahas tentang walltu dan tempat peneman, subyek penelltian, pendekatan penelitian, teknik pergumpul data, lnst[Ul1en pergumpul data dan teknik analisa data. Bab IV. Temuan Hasil Penelttian dan Pembahasan. Bab int temuan-temuan data lapargan tentang
menjelaskan tentang
yang berkalan dengan rnasaiah
tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan ke daam suatu
per~llian.
Data
pemabahasan secara
deskriptif -analltis. Bab V Kesi'npulan dan Rekomendasi atau Saran. Bab
1111
menyajikan ter1ang
kesimpulan akhir yang penulls kemukakan dalam laporan inl sebagal jawaban pemiasalahan penelitian. Sedangkan rekomendasi atau saran merupakan gagasan kepada pihak terka« un!uk perbaikan di masa berikulllfil dalam melakukan kebjakan pendidikan di masa depan.
"
BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN A. Kebijakan Pendldlkan
lstilah kebijakan perdidikan men.pakan bentui< kata jadian terdiri dari kata
kebijakan dan pendidlkan. 'Dalam
yang secara etmolog1s
kepustakaan berbahasa Indonesia
di!emukan dm kata yang berbeda yattu kebijakan dan kebijaksB11aa11' sebaga1 teriemahan dari kata lnggris polty. Kedua kata tersebut digunakan dalam dunia ilrnu sosial. Kata poltcy ttu serdiri secara elimologis berasal dari beberapa kata yaitu polltia (Latr1) y1lfl'J berartl riegara
polis (YunanO berarti negara kota, pur (Sari
1
Menurut
lndrafatx:rudi
penulis buku yang llequdul KebljaAsa11iJf111
Para ilmuNan sosial Indonesia teroagi dalam dua kebmpok dalam menterjematl;an kata
policy. Pertama mereka yang menterjemahkan kata policy melljadi keblfilkall dai:lm bert:>aga1 tulisannya antara lain : Prof. Hadari NawaNi, Prof. HAR. Tilaar, Ac8 Suryadl, Prof. Aris Pongtuluran, Sudaiwan Danim, Prof. Sutan Zanli Ami. Kedua mereka yarg men1erien1at"Kan kata policy me1~adi kebijaksanaan diNakili oleh Prof. Amir Santoso, Ali lmron, Soetppto, Prof. Sondang P. Siagian, SolichinAbdut Salam, M. lrfan lslamy, Prof. Ahn ad Sanusia dan Sl.lJardi. Lebih
lai~ul
Kebija,~an
tertang kedua kelompok ini dapat dbaca pada tulisan Abdul Rozak, Analisis
Pendidikan Sebagai Bidang /inu Kepelldkiikan : Suatu Pengantar, (Jakarta :
fvlakalah Diskusi Kependidikan, 1998), hal. 5 2
Ali lmron, Kebijaksanaan Pelldklik8ll di Indonesia: Proses, ProdJ.Jk dan Masa oepannya,
(Jakarta : Buni Aksara, 1995), hal. 12. Uhat pula pada tulisan S4Jandi dan Ahnad Sanusi,
Kebijaksa11aa11 dan Keputusan Pelldklikan, (Jakarta: Proyrk LPTK Depdikbud, 1988), ral. 11
15
Pendidikan di Indonesia mengambil sebagainana dikulif oleh Ab Im ron mengamb1I slf.ilf.l teg;~s tentang kata kebijakan dan kebijaksanaan. la mellJebul
kata keblJilkan 1rnmpakan
terjemahan dari kata wisdom, sedangkan kebijaksanaan lerjemahan oan kata policy Dengan derni
setJaga1
terjernahan dari kata policy. Tinjauan etimologis terhadap kata poucy tersebut d1 atas mer9tias11ka11 kata poitc. 4
polty dan po fee yarg mempunyai makna berbeda dan lapangan yang berbeda pula. Poln 1c bera1ti se1ii atau oiinu peemrintahan (the art and science of govmrnenl i Polley lleia11i l1ai· 1·ial mer:genai kebJjakan pemerinlah. Polici berkenaan dengan aparatur pengamanan
pemenntahan. Secara terminologis pergertian kebijakan yang dikemiJ\akan oleh berbagai ilmwvan berbeda-beda yang oleh Ali lmron disinpulkan dalam empat kategori. Pertama, mereka yang mendefinisikan kebijakan sebagai suatu proses; kedila, mereka yang memardarg dari pelaksanaan, ketig:l mereka yang memandang kebijakan dari segi produk dan keempat mereka yang memamang kebijakan dari sudut seni 5.
'Ibid, hal. 16 4
Ibid
",Ali lmron, opcit, hal. 15
16
Kelompok pertama seperti dikemukakan olah Anderson
5
,
bahNa kebijakan adalah
serangkaian tindakan yang. mempunyai tujuan tertertu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah. Begttu pula menurut Friedrick 'ball.Iva kebijakan adalah serangkaian ti11daka11 yang diajukan oleh seseorang,
gro~
dan pemerintah
da!am Jingkungan tertentu dengan mencantumkan kerdala-kerdala yang dihadapi serta
'
kesempatan yang memungkinkan pelaksanaan usulan tersebLI
dalam
~aya
rnerK:apai
tujuan. Kelompok kedta dfhiakili oleh Lasswell, Helco dan Budiardjo. Menurut Lasswell, keebijakan adalah program pencapalan tujuan, Selar~utnya
nila~nilai
dan p.-aktik-praktik terarah.
menuru1t Helco, kebijakan adalah cara bertindak yarg sergaja dilaksanakan untuk
rnenyelesaikan masalah . Sedangkan dalam pandangan Miriam 8tK11arclJO, keb1Jakan adalah se\(lrnpulan \\eputusan yang d1ambil oleh seorang pelaku atau kelompok poltt1k dalam memilrh
cara-cara untuk mencapai tujuan 8 . Kelompok keliga dwakill oleh Eulau dan lrdrafachnx!i. Menurut Eulau, kebijakan adalall keputusan yar~ tetap, dicirikan oleh lindakan berkesi11ambLU-gan pada mereka yarg rnernbuat dan melaksanakan kebijakan. Sedangkan menurut lndrsfachn.x:H, kebijaksanaan
6 Ibid, r.111. 13 7 Ibid 8
Ibid, llai 13-14
18
l<ebijakan pendldikan yang lebih operasional sebagal Sl.Etu proses perLJ11usan keterluan. ketentuan pokok dan operasional yang dijadikan dasar, pegangan dan arahan dalam melal\ukan suatu tindakan melalui cara, teknik dan strategi tertentu da0m pencapaian suatu
' Jujuan pendidikan. Menurut Soetjipto, cir~ciri kebijakan ialah sebagai berikut : a. harus dapat meme11uhi danmerealisasikan kebutuhanmanusia, b. bersifat umum, c. rnen.pakan petunjuk arah serta petunjuk penyusunan program, d. sebagai landasan oprasional dan perdekatannya bersifat operasional
12
. Selain
ttu menurut Supardi dan Prof. Ahmad Sanusi unsur-unsur kebijakan
anlara lain meliputi : a. ak1or; b. keadaan spesifik yang mungkin terjadinya sualu tindakan; c. tujuan yarg akan dicapai 13 • Kebijakan pendidikan merupakan suatu pedoman untuk bertindak , pembatas prilaku dan bantuan bagi pengambil kepuusan. Kebijakan perdidikan mempurtjai dua bagian dasar yilitu prinsip-prinsip yang memerintah dan aturan-aluran opernsional yarlJ menu111ukkan pnns1p-pnns1p umrn dapat mlaksanakan. Dengan kata lain set1ap kebijakan pendid1kan di dabrnnya terdapa! kebijakan umun dan kebijakan operasional. Dilihat dari sudut prodi.l\ kebijakan
pendidikan merupakan
hasil
dari
keputl.l3an
yang
diambil
derliJan
rnernperti'nbangkan kaltan pendidikan dengan komponen sosial lainnya.
17
Soeijiplo, Anal~~ Kebijaksanaan Pendidikan: Suatu Pengantar, (Jakarta : Proyek LPTK
Depdikbud, 1988), hal. 3 13
St.pandi dan Ahmad Sanusi, Kebijaksanaan den Keputusan PendKJtan, (Jakarta : Proyek
LPTK Depdikbud, 1988), hal. 14
19
Kebijakan pendldlkan dllihat darl proses kerja men.pakan s1Jatu slstem yang terdlri dari unsur proses perunusan, mplementasi, dampak dan evaluasi kebijakan. Dalam men.muskan suatu kebijakan pen::lidikan diperlukakan largkah-lar-gkah sebagai berikut : a. menemukakan masalah,
b. mengidentiflkasi dan men1nuska11 rnasalah, c. perryusunan
agenda kebijakan, d. rnerunuskan tujuan, e. cara-cara yang akan digunakan, f. siapa yang akan men.rnuskan, g. media clan sarana ya'ng digunakan dan per~arnbilan kebijakan. fvlenurut Brewer dan De Leon seperti dikutif William Dunn tarapan-tahapan dalam proses kebijakan menjadi enam tahap
ya~u
: 1. Tahap inisiasi; 2. Tahap estmasi; 3. Tarap
seleksi;4. Tahap implementasi; 5. Tarap evaluasi; 6. Tahap terminasi H Sedangkan menurut Prof. Bintoro Tjokroaminoto, tahaparrtahapan dalam pembenh.l\kan kebijakan adalah sebagai berikut : 1. Tahap penyusunan konsep (policy germination); 2. Tahap rekomendasi (policy recommendation); 3. Tarap analisis kebijakan (policy analysis); 4. Tahap formulasi (policy formulation); 5. Tahap per~ambilan keputusan (policy decision); 6. Tahap pelaksanaan (policy implementation); 7. Tahap evaluasi (poltcy evaluation) 15 . Sedangkan menurut Yehezkel Dror, model pembwlan kebiJakan lerdiri : pure ratu1ally model, economically rational model,
model, extra rational model dan optinal model rn Selaln model tersebut, menurut Tromas R Dye ada model lain dalam pembuatan kebijakanyaitu instttulional model, elit model dan intrest group model u Pembuatan kebijakan model kelembagaan mery;gaskan batwa dalam pembuatan kebijakan sangat terkait dergan garis struktural organisasi, karena itu kebijakan hanya ada pada mereka yang secara organisatoris-kelembagaan mempunyai kewenargan dalam pernbua!an kebijakan. Begitu pula 'model kelembagaan juga memandang masalah kebijakan adalah masalah organisasi, karena itu dalam proses penn11.1San kebijakan model ini barryak melibatkan unsur-unsur dalam organisasi. Model lainnya adalah model elit. Menuru model ini rnasalah perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan ha1¥J menjad1 m1l1k kaum elit, sementara kelompok massa adalah mereka yang dipardarg tidak berdaya dalam proses kebijakan. Mereka hanya menjadi sasaran atau obyek perdenta daiam pross l\ebijakan tersebut. Dalam model elit, kelompok elit saja yarg terlibat baik dalam struktur organisasi formal maupun informal dalam proses kebijakan. Model lain dai
keb~akan
adalah model kepentingan kelompok (Interest grOL.p). Model lni berpandangan bawah dalam proses kebijakan terdapal kelompok-kelompok kepentingan yang rnendomms1 tiaik dakim pemnusan, pelaksaan dan evaluasi kebijakan.
16
Untuk pe1~elasan lebih lanjul tentang model pembuatan kebiial\an !hat tulisan Yat-e::l\el
Dror, P11b/k; Po/k;y Making Reexamined. ( Scarnton Pa PaClian::Jler
Pubils~
1970!
hal. ·12-17 17
Thomas R. Dye, Understanding Publt Polty, (Englewood : Cltfs Prantice Haal 1978),
hal3
22
yang bersifat umun yang terdapat pada runusan kebijakan. Dengan kata lain Keb1jilkan yar'g telah ditetapkan perlu diterjemahkan ke dalam rum us an operasionai Sebagai suatu prosedur kerja implementasi kebijakan terdu1 clan unsur·unsur al-.1or peaksana dan arena, proses administrasi, komunikasi dan kepatuhan tataran praksis
'"3
Sementara 4u dalam
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh bebernpa rnl
,:.ertama.
kompleksitas kebijakan yang telah dputuskan; kedua. nmusan anernatt kebi)
~eem~
keahlian pelaksana kebijakan; kelima, dukungan dari khalayak sasat
24
.
Dengan demikian keberhasilan dan kegagalan
implementasi kebijakan sargat terkatt dengan sinergttas keenam faklor tersebul. Begitu pula sebaliknya inplementasi kebijakan akan mengalami kegagalan bila keenam
fa~1or
tidak
bekerja secara sinergis. Lebih lanjul Casley dan Kumar seperti dikutif Samodra Wbi'NVa dkk. menunjukkan langkah-largkah dalam inplementasi kebijakan yattu : identiflkasi masalah, mengunpulkan data kuanlttatif dan kualfiatif, mengkaji hambatan dalam pembuatan keputusan,
solus~solusi
alternatif, solusi yang paling baik dan pemantauan umpan balik 25 . Unsur ketiga dalam sistem kebijakan dalah evaluasi kebijakan. Evaluasi merupakan ta ha pan penting dalam setiap kegiatan termasuk dalam kebijakan, karera tarpa evaluasi tidak ----··------')'J
akan dapat diketahui apakah kebijakan yang telah diputuskan dan diirnp\emen!asikan berhasil dan berjalan sesuai dengan _aluran alau tidak. Selain itu evaluasi kebqakan juga dlfllakst.dkan sebagai tµaya melakukan penilaian terhadap suatu proses perm1usan dan implementasi kebi_iakan. Beberapa hal yarg perlu. dijawab dalam kegialan evaluasi termasLJ\ evaluasi kebijakan menurut Ripley 26 adalah sebagai berikut : a. Kelornpok dan kepentinga n mana yang memlliki akses dalam pembualan kebijakan ? b. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi prosedtr? c. Apakah program kegiatan didesain secara logis ? d. Apakah sumber daya yang menjadi input clkup memadai untuk mencapai tujuan? e. .i-\pakah program yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip efesiensi ?
f.
Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan seperti yang didesain ?
g. /'.1.pal\ah program memberikan dampak kepada kelompok sasara11 dan kepada kelompok non sasaran ? h. Ba gain ana bentuk dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan program i.
26
Apakah tindakan sesuai dengan desain?
Randall B. Ripley, Poittal Analjsis in Poittal Science, Chicago : N:l;son Hall, 1985), ha!.
143, 165, 174
24
Pandangan Ripley di_ atas dapat dljadikan sebagai suatu acuan bagi seorarxi evaluator kebijakan. Selanjutnya Kasley dan Kumar 27 menambatl
tindakan kebijakan mempengaruhi mereka.
Sedangkan menurut Samoedra Wibawa, terdapat empat aspek daJam evaluasi kebijakan yaltu
: 1. Proses pembuatan kebijakan; 2. Proses rnplemertasi kebiiakan; 3. Komekuensi kebijakan; 4. Efektivltas dalam kebijakan
28
.
Selanjutnya evaluasi keb~akan dapat dilakiJ<:an
sebelum dan sesudah kebijakan dilaksanakan yang oleh William Dunn disebut evaluasi Formatif dan sumatif dalam kebtiakan 29 . B. l\/Uu Pendldlkal
Ciri yang sangat penting dalam GBHN 1993 adalah penekanan yang sangat kuat pada pengembangan SLJTiber daya manusia (PSDM). Penekanan pada PSDM dalam semua sektor dan slb sektor pembargunan nasional merupakan wujud dari komltmen kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya sumber daya manusla (SOM) unggul dan bel1
27
Denis J Kasley clan Khrisna Kumar, Pmject Monloring and Evak.!lfibn in Agncuture,
(London : The Joon f-bpkins University Press, 1987), ha!. 52
w Samoedra Wibawa dkk., opcit, ha!. 9 29
Wlliam Dunn, Opcit, hal. 358
25
Penekanan yang san911t kll3t pada PSDM dilakukm1 oleh bangsa lrdonesia untlk melahirkan manusia unggul dimaksu::Jkan agar dalam memasuki abad XXI, profil manusia tersebut diharapkan dapat me1~awab tangan dan tuntutan zaman yang semakin komplek. Seperti dikatakan oleh Prof. Wardman Djodjonegoro, diantara tantangan yar~ dihadapi dalarn upaya PSDM ada!al1 : 1. Tantangan penlingll'Ja orientasi 111!ai 1ambah; 2. Tantangan perubari:in
:
'
3. Pengaruh proses globalisasi m.
Dalarn rangka upaya PSO'vl
tersebul, pendidikan khususnya pendidikan dasar
berperan saroat strategis dan merdasar dalam meleta.kkan dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterarnpilan pendidikan
la:~utan
warga negara secara keseluruhan
sebagai bekal untuk
mengikuti
mat.pun dalam memasuki kehidupan sosial. Untlk menciptakan manusia
unggul melalui jalur sekolah yang dinulai dari jenjang perdidikan dasar sampai jenjang perxlidikan tinggi, pemerintah menetapkan empat tema pokok pembargunan pendidikan nasional yartu : a. pemerataan kesempatan pendidikan; b. relevans1 pendidikan dengan pembangunan;
c. penu1gkatan kuallas pendidikan; d. peningkatan efesiemi pengelolaan
pendidikan 31 . Peningkatan pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk merciptakan dinara setiap orang berkesempatanyang sama dari berbagai strata sosial dalam rnergi\uti pendldikan pada semua jenis, jalur dan
agar proses dan hasil pendidikan mempunyai kerterkattan dengan dunia pasar kerja, sehingga tidak akan
menimbulkan pengangguran 1erdidik.
Peningka!an kua!itas pendklikan
dimaksudkan agar proses pendidikan berlangsung secara efek1if dan bermakna pada diri pese1ta didik sehingga pendidikan dimaksudkan
menjadi manusia unggul.
Peningkatan efesiemi pengelolaan
agar penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan secara
optimal . Keempat tema program pembangunan pemidikan kesemwnya berrnU3ra pada upaya peningka1an
mu1u pendidikan yang pada akhirnya akan rnelahlrkan
manusia
berkualitas. Diantara para pakar pemidikan masih berbeda pemapal lentang pengert1an mllu pendidikan ttu serdiri. Oleh karena lu indikator yang mereka gu1-.ikan juga berbeda dalam melihat dan menentukan mu1u pendidikan. Seperti dikatakan oleh Brnce oleh Boediono bat"wa "corx:eption of educational qwlly appears to .
??
oo
Ft~ler
different H11ngs lo
different people""-.Perbedaan pendapat dalam menentukan mulu pend1dikan
juga disebabkan oleh pertJedaan dalam
memahami konsep
sepe111 dikult
saran satunya
111t1u Un!tk rtu, dalam
memahami mutu pendidikan, diparx.lang perlu meninjau lerleb1h dal\l.Jlu pen;1e1tia11 konsep mmutu". Dalam pandangan masyarakal apa yang dikatakan berrmlu saar 1ni, bf.la Jad1 tldak bermlAu pad a saat yang lain. Begttu ptAa sesuatu dipandarg berrnulu n1e11urut salu Kelon1pok, teiapi tidak berrnutu menurul kelompok lain. Dengan deml\ian konsep
Sa!ils' 1 berperdapat batwa mutu diartikan dalam konsep absou dan konsep relatlf
Misalnya dalam pergertian absolut, mutu dapat disamakan dalam lingkungan seper11 cantlk, baik, ideal yarg tdak ada bardingannya dan lerpercaya. Sedangkan tl:iri pengertian relatif. konsep mulu yang digunakan dalam bidang manajemen rmdu lerp,idu . dman.1
mu1u
bukanlah sesuatu produk atau pelayanan, melainkan sesuatu yanJ lierhubunJan der"gan pengukt.rnn. l\!1utu
adalah kepuasan yang· paling baik dan
0<:>m1 dengan ~ebi.iulia11
peanggan. Pengertian secara trnum, mutu diartikan dergan ktalnas., :.ualu gaml.ia1an yang mertjeiaskan tentang baik-btruknya hasil yarg dicapai oleh seseorarg dalarn melakukan seuatu ak1ivttas. Bila konsep mutu dtterapkan dalam dunia pendidikan rnal\a muu pen:lldil-..an diartikan sebagai gambaran terhadap bad< bun.knya hasil yang diperole.i peserta dldlk selelar1 mengikuti program perdidikan. Edward Deming Deming
mer'detinisikan
mengakui bai'"!Na tidaklah mudah untl.k mutu menurut
konteks, persepsi
men:Jefinisikan mutu
costtmer, i(ebuturan dan
kernman costm10r. l\!1utu lidak dapal didefinisikan apabila lidak dikallkan dengan sesmtu kon'.eks lertentu. Mutu adalah sesuatu karakteristik atau atribut dari sesuatu l\!1utu adalah penilaian sL.tyek1if customer. Penilaian ini didasarkan pada persepsi customer 1erl1adap
33
EcrNard Sallis, Total Quafl.y Manag;ment in Educatbn, (Lordon,: Kogan Page, 1993),
ha/. 22-23
28
produk danjasa. Persepsi dapa1 ben.bah karena pergaruh ekstem;:\ ML.tu MJ3 c!lertukan pada apa yang dikeherdaki dan dibu!uhkan oleh customer
14
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, mutu rnerupakan sesuatu yang
sangat
kon:lisional dan kontekstual, karena •u rnakna mutu sangal relalrve SelanJtAnya Deml"KJ mensyaratkan bagi sesuatu yang bennL.tu yattu : pertama, pmpu'an purcak tldak hanya berkewajiban untuk rnenentukan kebuluhan' customer sekararg saja, tetapi harus JUga unttJ\ mengantisipasi untuk kebutuhan customer masa depan ; kedua, customer baik customer eksternal
rna~un
internal; ketiga ,
mutu dttenlll<:an oleh
perlu diupayakan adanya
indikator-indikator unttk menilai efeldtvttas guna mernenuhi customer; keempat, kebuluh3n dan kemauan customer han.s diperhltungkan dalam desain prodll<: dan jasa; ke!irna, kepuasan customer mertpakan syaral yang perlu bagi mutu dan selalu menjadi tujuan proses untuk merghasilkan prodll<: atau jasa; keenam, mutu juga harus dapal menentukan tiarga produk dan jasa
35
.
Sela1~utnya pergertian mutu menurut pandargan Wasktto
Tjiptosasmrto mengandurg dua rel yattu kualttas dan taraf. Kuainas adalah srntu deskripsi tentang sifal baik buruknya suatu hal. Sedangkan faraf terkatt dengan kedudlkan sesuatu
berdasarkan skala 36 .
·;,: Sc,e·Narso f lardjosoedarrno, Dasar-Dasar Total Qua/it; /Vla11agemr~nt, (Yogyakarta : Ardi 01rs0l. i997) i1a1. 7-8
·,a Nurhasan, !ndikator Cara Pe11gukura11 dan Faktor-Faktor Yang Mempenga1ufli Mutu Pendkliknn, dalam /(11rikulum Untuk Nasbna/ Abad XX/, (Jakarta: Grasindo, 1994), hal. 391
29
Dengan demikian konsep ml1LJ yang dikemlkakan para f)
Perdidikan
dika!akan bermutu berdasrkan konsep di atas adalah apabila proses penyeler~garaan dan out pli pendidikan dapat melahirkan kepuasan bagi orang tua sebagai customer jasa pencliclikan. Selain ttu, pendidikan dikatakan berrmiu apabila secara kualttalif menunjukkan nila~nilai
yang posttif dari segi afeksi, sedangkan secara l
nilai nominal yang tinggi. Jadi variabel penglkuran mutu suatu perdidikan dapat digunakan secam kualrtatif dan kuarttlalif. 1 Keduarrya tidak dapat dipisat«an dalam menenllkan mutu per'dictikan suatu lembaga pendidikan. Menurul Jtyono, mwu pendidikan diartikan sebagai gambaran sejauh mana lembaga perK.i!ctikan berhasit mergubal1 lingkah laku anak didik , bila d1kaitkan dengan tujuan perdidikannya 37 . Tingkah laku arak didik sebagai hasil pendidikan seperli dikemukakan oleh Be1~amin
S. Bloom dkk. terdiri dari prilaku kognltif, afektif dan psikomotorik. Begrtu pula dalam
panctangan Krattmol1I yang menyebunya sebagai prilaku kognit if dar, non kognit tr sebagai
WltiUd ilasil pendidikan. Jadi has ii perdidikan persekolahan dapat be1bentuk J
37
Ibid, ral. 390
31
Program belajar sepanjang hayat (life bng learning = 3 L ·s; sejalan dengan hasil studi komisi Uf\ESCO yang dikeluai oleh Jacques Delors
41
.
Laporan komisi Jacques
Delo rs merekomendasikan em pat soko guru penddikan abad XXI. Keempat soko gu-u iersebu! adalah 1. Learning to know; 2. Learning to do; 3. Learning to be; 4. Learning to live togeli1er. Leaming to ktl(J.l'J adalah proses pembelajaran yarg dapat menciptaf'JJn kompetensi kognitif dan rnendorong rasa ingin taJ;u yar;;i · tinggi pada siswa. Leaming to do adalah proses pembelajaran yang dapal mendororg siswa untuk melakukan sesuatu aktivltas berdasarkan kognttif yarg dimilikinya. Dengan kata lain learning to do adalat1 pembelajaran yang rnene!\anl<.an pada aspek psikomotorik. Leaming
to
be adalah proses pembelajaran yang
dapal rnenciptakan adanya internalisasi secara kognnif dan afeklif terhadap materi yang dipelajari. Sedargkan learning to Ive togJt/Jer adalah proses pembelajaran yarg dapat menumbuhkan sikap adaptif siswa dalam lingkungan sosial dan an.i> penbalkln zaman. Dengan demikian pendidikan dikatakan bermutu bila dalam proses pembelaJ
dengan
kf)ernpat soko gtru sebagainana disebukan terdahulu., sehitigga diharapkan dapal rnelat1irkan out-pul pendidikan yang adaptif dengan pen.tJamn dan t
Komisi yang diketuai oleh Jacques Delors terdiri alas 14 pa1.ni clan d1ben!tt; t'enlri>ari<:rn
kepu!usan sid
ur-tsco bulan Nopember 1991
Komr.:>1
1111
t."'' u liel.ei ia 1a1,111 19\JJ.
dan dalam sidang umun Ul\ESCO tanggal 3 Nopember 1995 dllaporkan msi yang disebti dergan Laporan Komisi de1'(Jan judul Lear11111CJ . ft113 lrr1as11re
~,!HjJ kom~;1
Wt/111
fohun
1972 kimisi yang diketuai oleh Edgar Faure melahi!kan konsep 1"a1111{11;; to be Lebf1 Janp.A liilat lulisan HAR. Tilaar, Pe11gembangan 8DMda/am Era Gbl>affe.1sa01
32
Unick dapat menurnbuhkan kem ampuan belajar sepanjang hayat, para siswa di sekolah Iida" seharusnya mempelajari suatu satuan pengetahuan sernata-mata, tetapi mereka harus belajar cara-cara untU\ mempelajari pergetahuan yarlJ diperlukan. Jika seorang siswa terlalu mengandalkan pergetahuan yarg diperoleh di sekolah, mak<1 secara tidak d1sadari ia
te!ah '.!:'x:ntuk mer~ndi orang yang komervat!f. Bila srkap konserv<.llif :111 yarg terJadr pacla ciln siswa i:Jerar Ii fJerxldikan tersebut lidak bennulu. Sebaliknya bila kernarnpuan rnenyesuaikan diri luiusan
cl!rniliki, berarti ia dapat menyesuaikan dengan
pentnt1an
sehingga dapat
mernperoleh informasi baru dengan cara-cara yarg pernah d1ketati1.mya, berartr pendKlikan yang diterirna siswa selama
mergikuli pendidikan di sekolah dapat dikatakan l1emlllu
bem1L.1u. Mulu pendicJikan sekolah merupakan kemampuan se1'ola1; nail\ kemarnpuan teknis profesional maupun kemampuan pengelolaan- sebagai suatu
s1sl~:1:
fJr1J >e'_ai,i e:es1e1:
mendtl\ung proses belajar siswa agar dapat mercapai prestas1 bela111 secara
l~Jlrn,;i
pengertian tersebu!, mLlu perdidikan sekolah dapat dUihat dari beberc'pa indiY,ator
Darr
a hasil
belajar siswa setinggi mur"'gkin; b. proses belajar sisvva yallg rner•J<Jilrnbari\an ld.iungan den;ian berbagai strnber belaJar; c kemampuan teknis profesronal yang menggar:>barkan kemarnpuan kepala sekolah dalarn melakukan peranannya dan l\ei11amplklll pe1ueiok-u11 yang menggarnbarkan masti
"" Ace Suryadi, opcil, hat. 72
33
lndikator lain
yarg dija.dikan sebagai lolak U\ur lertmdap mutu pendidilkan menurut
Nurt1asan adalah : raw in-put, instrumental in-put (lujuan pendiidkan, kur ikuttrn. fas111tas dan media pendidikan, sistem administrasi pendidikan, sistem penyampaian maten, tenaga pergajar, sislem evaiuasi, birnbingan dan penyuluhan), lingkungan (keluarga, sekolah dan masyaral>:at), hasil langsur'(:J pendidiKan dan hasil akhir perdld1kan yang beker)a sccarn sirnul!ai{'. Pandangan tersebut melthat pendidikan sebagai sualu '"lern. ka1em liJ 1miu pen.iidil\an persekolahan sangat tergantung pada kualitas dar1 aspev. :ispel\
per1dKl~.an
setiap aspek pendidikan berkualttas tinggi dapat diduga akan menghasilkan
rnuu perdKlika11
Bila
yarg berkualltas tinggi pula. Jadi mliu pendidikan sangat te1kad clengan ktl31rtas berbaga1 asrek dalam bidang pendidikan. Berikut iii teriar'(:J mutu perdidll"<sr1 persekolarian dalam
1.
rnlrtu pengelolaan
2. mulu siswa
4. mutu proses pem belajaran
5. kemampuan belajar/
hasil belajar
n Nurhasan, loctt, hal. 391-393 44
Ibid
3. mllu guru
34
dan mer.;iolah informasi dengan mererapkan cam-earn
belaJ~ll '/all,) tesl1 meiel~i
rn1l1),1
keiika sekolah. l<emampuan lersebut dikenal dengan istilah '111e essentia11earrnng ,,11·, · " f\11ulLJ pendidikan yang didasarkan pada korsep "kemampwn bela;ar" me111adikar1 ujian (measurenert) hanya sebalas kendali mutu (qual~y con!ro/i, i<.;lfena ntiai yarlJ ll~Jerok1l1
siswa 1·1asll Lijian bLl\an merupakan 1ndll\ator mtrtu pend1d1kan
.~.in
JUga but"1n aktlx.l!
langsung proses pendidikan yang diciptakan sekolah. Jadi tu1gg1 ren;;ahnya mu1u pe11d:011-Jm persekolahan diukur dengan besarriya perrgaruh sekolah tertiadap t1mbuhrrya kern3rnpmn dan keinginan belajar secara sisternatis dan kontinyu. Mutu guru dapat dtkenali dalarn tiga ciri pokok yaitu kemampuan profest0ral, upaya profesional dalam mergaj:lr dan
waktu yarg digunakan dalam kegiatan profesional secara
rnaksrnaL Berdasarkan konsep tersebut, gLru bermutu adalah btla rnemiltki kemarnpmn profsional yang tinggi seperti intelegensi, sikap dan pengmsaan materi. Sedangkan mutu siswa dikenali dengan cirkiri seperti intelegensi, aspirasi, ciri fisik dan kesehatannya secara perorangan. Dalam istilah Selowstd mutu sisv;a disebut quality of entering siudent, sedangl
yar~
clemikian kemampuan manajerial kepala sekolah sangal memberikan per;;iaruh
besar
ter~edap
mliu pembelajaran
perKiirlikan persekolahan. 1 "'
Ibid
yar~
berinplikasi langsung terbadap mLiu
35
Secara klasik sistem peii'.lidikan persekolahan ditmg1
flH!llJihli
yattu : l1asil belajar, proses pembela)aran dan masukan pendidikan
yang tc:!·diri dan mutu pengelolaan sekola!i, rmrtu siswa dan rnutu guru.
Kellga faklor tersebut berkartan satu der"Gan Jainnya dan beker1a secara sinergis, seliingga
seringkali dijadikan sebagai ukuran (falam menertul
.,a,_.., ,;1,;!ern rnuw pend1Ci1l
mur~f;in
siswa be/ajar
yang pada gilirannya akan rneningkatkan mutu hasil belajarnya. lni!a!1
yang dirnaksud dengan konsep kernarnpuan belajar (capacny lo le.1rn) yang dikernlkakan olet1 1\fareine E. Loc!
beojm ialal1 keinginan murid untuk selalu terlibat secara aktif dalam rnempelapri konsep lermaslJ< peru!)atiari:perubalian yang lerjadi dalarn konsep tersebti Karena ilu keinginan
beiaj
berl\elat~utan
36
Dalam pandangan Prof. Tilaa~ 15 • mliu perdidikan dapa1 dil1hat ;1ari segi lingf;al efesiensi prngelo!aan penrJidiknn, preslasi iM1clemik iian i111gkal H:sua1an !apangan kerJa. Suatu program perdidikan
dikatakan efesien dfian::lai
'''''"''Jil d('rgan dengan pola
[Jenjebaran dan pendayaguraan sumber-sll'nber perdidikan yari;i sudah dilala secara efesien. Progr3m pendidikan yang efesien ialah yar¥J mampu menciptar-an kesernbangkan an1ara penyediaan dan kebU:uhan akan ::n.rnber-sunber pendidikan sehingga pen(;apaian tujuan peI1cf!dikan tidak rnendapatkan flambatan. BegRu pula prestusi akademi!( yrn1g tinggi
s«carn 1YJ1ninal morupakan indikalor mutu pencliclikiln Seclanghan adaiah dimana setiap lulusan dapat tiekerja
iapil119a'r1 kerja
lapangan ke;ja dan dapat
kesesuaian
dengan
se,rnai dengan ketJulut1an
rnelanjutkan ke lembaga pondidikan yang
lebil1 ti11ggi dan
berkulaitas tinggi pula_ Lebil1 lanjLrt Prof.Tilaar dan Ace Surya di
41
,
mengatakan batwa kuamas sekolal1
sangilt diienlukan oleh dua hal yartu kuamas konteks pendidikan dan kebijakan pendidikan. Yang tertGl!I dergan konteks perdidikan adalah besamya kelassekolah, faktor guru, bli
per~Jidikan
dan fak!or keluarga murid.
Sedari;ikan yang terkarl derl\,jan
kebipkan pendiclikan adalati bagai'nana proses, inplementasi dan evaluasi kebijal\an yang
Karena itu menurul f\:1Lrsell sebagah1a11a dikutif oleh l'Juri1asa11"' u11luk mernperbaiki mulu pendidika11 dapat clilakuknn dengan cara membina guru sebaga1 organisaloris yang baik, mempe1taiki pola pengajaran yang ko1wansio11al, rnen:;ari 01ga1~isasi yang lebih baif;
dan berusal'G mernecatllan p101Jlem-problern yang muncul sekolal1
sangat berperY,Jaruti dalam menc1ptakan mutu
Jou1
keb1jaka11 penciidikan
pen:t1cJ1kan, d1mana
kebijakan
clijadikan :-;ebagai salah salu ca1a clalam rnen::ari solusi lerr·1adap fAOblema ya1>:J rnu1CLJ pada organisasi sekolah. C. Pendidif;an Dasar Bercili VJ'ktS Agana Islam Dalarn sistern pendk11kan 11as1onal dikeml dengan 1sl1lai1
pern:lidikan. Saluan
pen:Jidir~1n
nas:onal te1diri dari JJlu1 fodi<'.1,;11,an 00kot.i!1 ,1,.11 ,dkJ
pe11ci1l11kan iuar sekolah yang a1kenal dengan sebula11Jillur1om1c11 ,Id
pe1yj\d 1J;an
satlBll 01111 JC!lJill'iJ
non fonnal adalal1 Ja!ur pendidikan yang
1d''" "'111 \1 n1 ,,
cl1!a~s:n1k:m
:,,,,
clcl1 >cl,i:Jci :l,; ·
masyarakat (ialam bentuk kLESLt>-kursus. Sedangkan Jalur pe1(!10;,:a1: f(1m1a1
1Je1keiai~uta11 ·'". Dengan de1rnk1a11 bcrdas'3rkan ketentuan 1Je1u111d 'Jill terst'.1Y1A :l1lat11 n perdiclikan jaiur sekolah dan pendid1kan ialur luar sekolah lidak dapal d:P•:>aill,ar: ,,eu11 a
'\(' /
,).)t.j
· /l,1Y.JJ:i:l1, ~;\na1
(JLi tentang Ststern r>e11cfr.f1ADn l\Jas.onal cfan F)c:aturun
C3rat;ka 1992): fin\. 5
/~:JI, sar:aannyL·. (.J3r\3t'i3
38
didik sert3 l;aluasan dan kedalaman bah311
per~aja1an.
Selanjulnya cJiltan1 pasal 1'.' UUSI 'f I
ayai ·(' dilegaskan bat1wa jenp11g pe11diclikan yang ten11;w,k 1a1ur F'''rKl1ll1ka11 seholaii leruu1 alas per'Ciidikan dasar, pendidikan 111e11engah dan perr1id1ka11 t111gg1 Dcrgan kata !atn Je11;ang .,
pendiciikan jalur sekolah dalw11 sistern pendidikan nasicmil Ier du i cl<:in 1e111ang pen:Jidikan dasar, pemlic!ikan menengah dan pendidikan tinggi. Pemliclikan clasar diselenggarakan un!Lk mengernbangka11 s1kap clan kemarnpuan serta memllerikan pengetahuan clan keteramrilan dasar yang diper!ukan untti< r1idup dalam rnasyarakat serta mempersiapkan poserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikLrti
,.,
pendid1kan me11engar1 ". [Jengan demikian tugas yang diernban oleh pendklikan dasar adalah m·~nyiapkan
peserta didik dalam mem asuki hidup bermasyarakat dan mernpersiapf;an mereka
d
d:c
Kekura111
berhasilan
pada jertjang pertJidikan dasar berrnplik
sosial kemasyarakatan maupun clalarn struk!ur jenjang pendidikan. Lebil1
lanjt~
berdasarkan UUSPN (pasal 3 jo pasal 13) dan PP NJ. 28 /1990 (pasal
'! jo pasal 3) ditegaskan batwa esensi pendidikan dasar
Si
\bi(!
setlngai beriktrt
pertama,
29
pe:kiidikan dasar merupaka11 pendidikan um Lill (general educa!Jo11). artiriya perdid:kan dasar
men..pakan pendidikan rninrnum yang wajb diikuti olet1 setiap warga negara tarf)a kecuali;
kedua. perdidikan dasar berlangsung 9 tahun yaitu 6 tal1un di SD1MI dan 3 tal1un di SL TPAViTs;
ketiga, pendidikan dasar bersrrat uniform; keempat. pendidikan dasar dapat
dilaksanakan rnelalui jalur sekolah dan luar sekolah; ke!ima. lulusan pendidikan dasar baik jalur sekolah dan lucir sekolah pada dasarnya setara dan sedernjal, karena rnernpunyai kesempiltan untul\ rnela1~utka11 pe11diclika11 pada jenjang yarg lebih tinggi. Beniuk satuan pencliclikan cJasar berdasarkan peraturan Pemerinlah (PP) No. 28 \ahun W90 pasal 4 ayat 1 tlan 2 terdiri dari sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjtrtan tingkat
p2rtama (SLTP) dengan lama belajar masing-masing 6 tahun unluk SD dan 3 tahun untuk SL IP•,·; Selanjtrtriya dalam ayat 3 pasal 4 PP No. 28/1990 clrtegasfGill barirva sekolah clasar
dan sekolah lanjutan lingkat pertama berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Depnricrnen
Agama
rnilsin9-masi11g rlisebui
mar1rnsal1 /l>iirlarV
fxH: Lf'1im1 di aia' dapat !a1 :~ beberapa kesi1r1pula11 . /YJtrmmt, is1ilar1 pendidikan tiasar berc1ri khas agama Islam merupakan istilah teknis unttK lembaga penc1id1kan Ml c1an MTs; kockm, kedudukan clan lama beliljar di Ml cJan 1\11Ts setarar cJe:'gan SD dan SLlT';
keH;,B. Ml dan MTs
aclalah lembaga pendidikan
yang mer'gernban tugas sebagai
penyelenngara vvajib pendidikan clasar sernbilan tahun sebagairnana pada SD dan SL TP;
02 '·j
Ibid, Ila!. 64--65
Ibid, fial. 55
40
keempal; 1\1\! uan f\flTs sebagai sa!uan pen:.lidikan jenjang pendidika11 dasar rnernpunyai ciri kh
11ila~nilai
lslami
yai19 nampak dalam prilaku, cara berpikir, bersikap posrtif yang berc,LITllt)er dari 111la~nilai
kel!enaran, Ke!natan meloksannkan i!Jaclall Selain ttu juga dapa! clilaf;L.Kn11 melalui q;aya per;e;apa1·1 Jan penyai
nila~nilai l~/ami
pada berbagai keyialan macimsah
pE:rniJe!ajrn an dengan cara menu11JUl(ka11 ketela
Ji luar
berprilaku,
BAB Ill
METOOOLOGI PENELfflAN
A.
~1b..1':I
Pene!itian
Penelilian ini rnengacu pada model penelttian kebijakan sos1al yang d1kembangka11 oleh Mayer dan c1ree1wood
1
.
Model penelrtian Mayer dan Gree1wood sebagai berikL! ·
Penentuan Tujuan
--
.J, Penelusuran Kebutu/ian Speslfikas1 luJuan
J,
I
Rancnngan Alternatlf Tindakan
1...,c-------
L
Metode • Deskrptif _
Taks1ran Al\lbal AltemalJf T1ndaka11
I
Um pan Balik
.I.. Pernil1llan A.<~it1 TU1daKcin
J. implemerncb1
-
""
Evaluas1
' Mayer dan GreenNood, F:anca!lgan Pene ft011 KebiJ8.Aan Sos B: ( Ja c,;rtd fZa;a"'
96
19$11. ",al
42
Dari model peneJnian kebijakan di alas, peneliti mengadaptasikan model tersebut ke rJaiam peneiitian kebijakan pendidikan yang sedang penelrt1laksanakan1ni adalar1 aspek-aspek yang ber1'aitan dengan latar belakarg kebijakan, kebijakan,
Prof. Aris Pongtuluran batwa pendekatan yang lebih sesua1 daiam mengama11 dan me:-gkaji ke!iijakan adalah pendekatan kualtlalif ". Pendekatan krnlilatir digunakan untli\ memahami persoala11 secara mendalam
clan
tuntas '!. Sehubungan dengan nu penelilian ini juga rne~gwBkilll n1e10de 1,er-eirt1an >iu:lr kdsus
yartu mengkaji secara kl1usus tentang kebijakan peno;ikatan ·m..1l: Pembar.gunan IAIN Jakaita. fvlelode sit.di kasl/3 dilakukan u1hn.