LAPORAN PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM SUPERVISI MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN
( Penelitian pada Kepala Sekolah di Wilayah Binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang )
OLEH : Dra. INDIATI, M.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2013
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
2. Kategori Penelitian 3. Peneliti 1. Nama Lengkap 2. Jenis Kelamin 3. NIP 4. Disiplin Ilmu 5. Pangkat Golongan 6. Jabatan 7. Fakultas / Jurusan 8. Alamat Kantor 9. Telepon 4. Lokasi Penelitian 5. Kerjasama dengan Institusi 6. Jumlah Biaya yang Diperlukan 1. Mandiri 2. Sumber Lain
: Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Program Supervisi Melalui Pelatihan dan Pendampingan : Pendidikan : : Dra. Indiati, M.Pd : Perempuan : 196003281988112001 : KTP / BK : Penata / IIIc : Lektor : FKIP UMM / Bimbingan dan Konseling : Jl. Tidar 21 Magelang : 0293 362082 : Wilayah Binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang : : Rp. 4.000.000,00 : Rp. 4.000.000,00 : -
Magelang,20 September 2012 Menyetujui, Dekan FKIP UMM
Peneliti
Dr. Muhammad Japar, M.Si
Dra. Indiati, M.Pd
Mengesahkan Ketua LP3M UMM
Dr. Suliswiyadi, M.Ag
IDENTITAS PENELITIAN 1. Judul
2. Peneliti 1. Nama Lengkap 2. NIP 3. Disiplin Ilmu 4. Pangkat Golongan 5. Jabatan 6. Fakultas / Jurusan 7. Alamat Kantor 8. Telepon 4. Obyek Penelitian 5. Masa pelaksanaan penelitian 1. Mulai 2. Berakhir 6. Anggaran yang diusulkan 7. Lokasi Penelitian 8. Hasil yang ditargetkan
: Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Program Supervisi Melalui Pelatihan dan Pendampingan : : Dra. Indiati, M.Pd : 196003281988112001 : KTP / BK : Penata / IIIc : Lektor : FKIP UMM / Bimbingan dan Konseling : Jl. Tidar 21 Magelang : 0293 362082 : Kepala SD di Wilayah Binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang : : September 2012 Januari 2013 : Rp. 4.000.000,00 : Kabupaten Magelang : Bukti empris adanya peningkatan kemampuan melaksanakan program supervisi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.
Data Diri Peneliti Nama
: Dra. Indiati, M.Pd
Tempat Tanggal Lahir
: Magelang, 28 Maret 1960
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat Rumah / Telepon
: Perum Griya Banjar Permai B12, RT II RW XII, Pirikan, Magelang / (0293) 369738 / 085643049616
Pekerjaan
: Dosen FKIP UMM / Program Studi BK
Kantor
: Jalan Tidar No. 21 Magelang
Riwayat Pendidikan
:
1.
Pendidikan S1 UNY Tahun 1984
2.
Pendidikan S2 UNY Tahun 2004
Pengalaman Pekerjaan 1.
:
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling UMM sejak tahun 1988 - sekarang
2.
Kepala BAAK sejak tahun 1992 - 2002
3.
Pembantu Dekan 1 sejak tahun 2004 - 2008
4.
Kepala UPT PMB sejak tahun 2008 - sekarang
Pengalaman Penunjang 1.
:
Pengawas Independen SMS/SMK/MA Tingkat Kota Magelang pada Pelaksanaan Ujian Nasional pada Tahun 2007-2012
2.
Terlibat dalam berbagai diskusi, seminar regional, seminar nasional dan workshop tahun 2002 sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Reformasi manajemen pendidikan dimulai dengan diberlakukannya School Based Manajement atau Manajemen Berbasis Sekolah yang bertujuan tercapainya mutu pendidikan melalui adanya otonomi sekolah yang pada kenyataannya belum mampu menghadapi kendala birokasi pendidikan yang keropos, arogan tidak profesional dan penuh dengan intrik politik. Kesulitan sekolah untuk berkembang terutama sekolah sekolah milik pemerintah lebih banyak disebabkan oleh adanya resistensi Kepala Sekolah dalam menghadapi perubahan yang kian gencar dan sulit dielakkan. Dilain pihak, adanya komite sekolah yang belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar menyebabkan upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah menjadi mandeg dan macet. Berbagai perubahan yang merupakan tantangan yang cukup berat dicapai para Kepala Sekolah saat ini, menuntut kesiapan baik fisik maupun mental serta kesiapan ilmu pengetahuan yang relevan dalam mengembangkan sekolah. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kepemimpinan yang baik yang menyangkut bagaimana melaksanakan administrasi pendidikan dengan baik dan benar. Kepemimpinan Kepala sekolah dalam rangka implementasi Manajemen Berbasis Sekolah menyangkut bagaimana merencanakan, menggerakkan dan mengevaluasi program-program sekolah dengan cara bagaimana memotivasi guru dan siswa serta bagaimana menjalin kemitraan
dengan Komite Sekolah dan Stokeholder pendidikan lainnya agar mutu pembelajaran disekolah lebih baik. Dalam kenyataannya para Kepala Sekolah di wilayah binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang belum sepenuhnya dapat melaksanakan program supervisi dengan benar. Sehubungan dengan hal tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Program Supervisi Melalui Pelatihan Dan Pendampingan. 2.
Identifikasi Masalah. Identifikasi permasalahan yang dapat dilihat dari latar belakang yang ada yaitu : 1. Belum semua Kepala Sekolah dapat melaksanakan supervisi kepada para gurunya. 2. Perlunya Pelatihan dan Pendampingan tentang pelaksanaan supervisi untuk Kepala Sekolah.
3.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah melalui pelatihan dan pendampingan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan program supervisi.”
4.
Tujuan Penelitian Tujuan pendampingan
penelitian dalam
ini
adalah
meningkatkan
melakasanakan program supervisi.
untuk
menguji
kemampuan
pelatihan Kepala
dan
Sekolah
5.
Manfaat Penelitan Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan program supervisi.
BAB II LANDASAN TEORI
1.
Pelatihan dan Pendampingan
1.
Pengertian Pelatihan dan Pendampingan Pelatihan atau training adalah proses perubahan suatu perilaku tertentu dalam suatu arah, guna meningkatkan keterampilan-keterampilan tertentu. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana peserta memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku. Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan-penyediaan keahlian khusus atau mereka mengoreksi kelemahan-kelemahan mereka. Pelatihan juga berarti serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman-pengalaman ataupun perubahan sikap seseorang. Pelatihan mempunyai fokus yang agak sempit dan harus memberikan keahlian-keahlian yang bakal memberikan manfaat bagi kehidupan pribadi maupun kelompok. Pelatihan terdiri atas programprogram yang dirancang untuk meningkatkan kepuasan individu. Diagnosa aspek-aspek situasi lingkungan dan organisasional dan juga analisis mengenai aktifitas atau perilaku merupakan langkah pertama dalam menyususn program program pelatihan. Pelatihan menurut Fajri ( dalam Poncowidodo, 2007 : 35 ) adalah proses belajar dan membiasakan diri agar pandai, trampil dan mampu melakukan sesuatu.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses pemberian informasi dan pengembangan individu berkenaan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku melalui kegiatan pembelajaran. Pendampingan adalah proses membimbing
peserta didik dalam
rangka menguasai suatu keterampilan tertentu. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu peserta didik mampu menyusun suatu program kegiatan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pendampingan adalah pemberian informasi sekaligus pembimbingan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka peningkatan kemampuan pesertanya. 2.
Program Supervisi
1.
Pengertian Program Supervisi Program supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya didalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan
dalam
pendidikan
dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistimatis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya.
Program supervisi menurut Ngalim Purwanto ( 2007 : 76 ) adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/ pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai patner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan didalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Sesuai dengan uraian diatas, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi adalah sebagai berikut : 1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. 2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik. 3. Bersama
guru-guru
berusaha
mengembangkan,
mencari
dan
menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar yang lebih baik
4. Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah lainnya. 5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice training, atau up grading. Dalam penelitian ini yang dimaksud program supervisi adalah program kegiatan pembinaan untuk membantu guru dalam menyusun program tahunan, program smester yang akan dituangkan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajar, kegiatan pembelajaran dan ketrampilan melaksanakan hubungan pribadi dengan
siswa
dan
menilai
aktifitas
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran. 6.
Tipe-tipe supervisi Menurut Burton dan Brueckner mengemukakan ada lima tipe supervisi sebagai
berikut:
1. Supervisi sebagai inspeksi Dalam
bentuk
ini,
supervisi
diartikan
sebagai
kegiatan
menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Inspeksi dijalankan dimasudkan untuk mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan apa-apa yang sudah diinstruksikan dan ditentukan oleh atasan atau tidak. Untuk menentukan kondite baik atau buruknya guru atau bawahan dilihat semata-mata dari sampai dimana ketaatan dan
kebaikannya menjalankan tugas-tugas atasan tersebut. Inspeksi merupakan tipe kepengawasan yang otokratis. 2.
Laissez faire Kepengawasan laissez faire membiarkan guru-guru/bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberikan petunjuk dan bimbingan. Guruguru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka inginkan dan dengan cara yang mereka kehendaki masing-masing. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing tanpa petunjuk atau saran-saran, tanpa adanya koordinasi.
3.
Coercive Supervision Kepengawasan Coercive supervision bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. Dalam hal ini pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan atau dipertimbangkan. Yang penting guru harus tunduk dan mematuhi petunjuk-petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu sendiri.
4.
Supervisi sebagai latihan bimbingan Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre service di sekolah guru. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melatih dan memberi bimbingan kepada guru-guru tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru.
5.
Supervisi yang demokratis Supervisi bersifat demokratis ada dalam kepemimpinan yang demokratis pula. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat keahlian, dan kecakapannya masing-masing. Dalam supervisi yang demokratis diusahakan adanya iklim dan suasana
sehingga orang-orang merasa diakui dan dihargai sebagai anggota kelompok yang sama penting. Dalam penelitian ini tipe supervisi yang dimasudkan adalah supervisi yang demokratis yaitu adanya kerja sama dalam merencanakan pekerjaanpekerjaan, terutama dalam merumuskan tujuan-tujuan dan menentukan prosedur-prosedur pelaksanaannya. 6.
Kemampuan Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, Kepala Sekolah hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya, sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor. Kepala Sekolah sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor
hendaknya
mampu
mengaplikasikan
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian, pengordinasikan, pengawasan ke dalam pengelolaan sekolah yang dipimpinnya. Adapun tugas Kepala Sekolah adalah sebagai berikut : 1.
Membuat Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap Kepala Sekolah paling tidak harus membuat rencana
tahunan
yang
mencakup program pengajaran,
kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan. 2.
Menyusun organisasi sekolah Kepala Sekolah sebagai administrasi pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah yang dipimpinnya, dan melaksanakan pembagian tugasnya serta wewenangnya kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama
3.
Bertindak sebagai koordinator dan pengarah. Adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, seperti tergambar didalam struktur organisasi sekolah, memerlukan adanya koordinasi serta pengenalan dari pimpinan sekolah. Adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara bagian atau antar personal sekolah, dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan.
4.
Melaksanakan pengelolaan kepegawaian.
Pengelolaan kepegawaian yang dalam ilmu administrasi biasa disebut manajemen merupakan tugas dan tanggungjawab Kepala Sekolah yang sangat penting karena manajemen merupakan inti keseluruhan kegiatan administrasi. Pengelolaan kepegawaian yang menjadi tanggungjawab Kepala Sekolah meliputi penerimaan, penempatan, dan pemberian tugas guru dan pegawai sekolah, usaha dan peningkatan kesejahteraan guru-guru dan pegawai sekolah, baik yang bersifat material, jasmani dan rokhani dan peningkatan mutu profesional serta pengembangan karier mereka. 5.
Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Program Supervisi Melalui Pelatihan dan Pendampingan. Kepala Sekolah, disamping sebagai administrator yang pandai mengatur dan bertanggungjawab tentang kelancaran jalannya sekolah seharihari, juga adalah seorang supervisor. Kepala Sekolah sebagai supervisor harus dapat melakukan supervisi yang bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja. Selain itu supervisi juga harus bersifat preventif, korektif dan kooperatif. Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang negatif, mengusahakan memenuhi syarat-syarat sebelum terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan. Korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Kooperatif berarti mencari
kesalahan-kesalahan
atau
kekurangan-kekurangan
dan
usaha
memperbaikinya dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang diawasi. Teknik yang digunakan dalam melaksanakan supervisi oleh Kepala Sekolah terhadap guru-guru dapat dilakukan dengan teknik perseorangan dengan kegiatan berupa menilai rencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, ketrampilan melaksanakan hubungan pribadi dengan siswa, dan melihat aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam melaksanakan beberapa kegiatan tersebut dibutuhkan adanya instrumen penilaian beserta kriterianya. Untuk menyusun instrumen penilaian tidaklah mudah, dituntut adanya suatu pengetahuan yang cukup dan ketrampilan yang memadai. Salah satu untuk menambahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan program supervisi khususnya supervisi pengajaran adalah dengan pelatihan dan pendampingan. Melalui pelatihan dan pendampingan para Kepala Sekolah mendapat kan pengetahuan sekaligus pembimbingan dalam melaksanakan program supervisi Diharapkan dengan pelatihan dan pendampingan tentang pelaksanaan program supervisi, para Kepala Sekolah kemampuannya akan meningkat sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai supervisor 6.
Kerangka berfikir Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut :
Kemampuan Supervisi Rendah Pelatihan dan Kepala Sekolah
Pendampingan
Kemampuan Supervisi Meningkat
7.
Hipotesis. Menurut Arikunto ( 2005: 45 ) hipotesis adalah kebenaran yang masih berada dibawah
( belum tentu benar ) dan harus diangkat menjadi suatu
kebenaran jika memang telah disertai bukti-bukti. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Kemampuan Kepala Sekolah dalam Melaksanakan Program Supervisi akan meningkat melalui Pelatihan dan Pendampingan.
BAB III METODE PENELITIAN 1.
Identifikasi Variabel Penetapan variabel-variabel penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam metode penelitian karena dalam variabel-variabel tersebut mengandung aspek yang akan diteliti atau akan mengacu pada suatu model penelitian yang digunakan. Menurut Sugiyono ( 2005: 90 ) variabel adalah obyek yang menjadi sasaran dalam penelitian yang akan menunjukkan variasi nilai baik dalam jenis maupun tingkatannya. Dalam penelitian ini klasifikasi variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut : 1.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pelatihan dan pendampingan.
2.
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan program supervisi.
3.
Definisi Operasional Variabel
1.
Pelatihan dan pendampingan adalah pemberian informasi sekaligus pembimbingan tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam rangka peningkatan kemampuan
2.
Kemampuan Kepala Sekolah melaksanakan program supervisi adalah dapat dan tidaknya Kepala Sekolah melaksanakan program supervisi meliputi menyusun program supervisi, menyusun instrumen supervisi,
melaksanakan supervisi, mengevaluasi hasil supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi. 3.
Subyek Penelitian
1.
Populasi Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diteliti ( Hadi: 23 ) populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah di wilayah binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang berjumlah 12 orang.
2.
Sampel Sampel adalah sebagaian atau wakil dari populasi yang diselidiki, menurut Sugiyono
( 2005: 73 ) sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang
akan diteliti tersebut. Adapun yang dijadikan sampel penelitian ini adalah Kepala Sekolah di wilayah binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang yang berjumlah 12 orang 3.
Tehnik Pengambilan Sampel/Sampling Manurut Hadi ( 2000: 222 ) teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
4.
Metode Pengambilan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah menggunakan cara observasi
( pengamatan ). Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data,
pengisian berdasarkan pengamatan langsung terhadap kemampuan Kepala Sekolah dalam hal menyusun program supervisi, menyusun instrumen
supervisi, melaksanakan supervisi, mengevaluasi hasil supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi. 5.
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam observasi adalah unsur-unsur kemampuan melaksanakan program supervisi yaitu sebagai berikut : Penilaian NO
6.
UNSUR
1
Menyusun Program Supervisi
2
Membuat Instrumen Supervisi
3
Melaksanakan Supervisi
4
Mengevaluasai hasil Supervsisi
5
Menindaklanjuti Supervisi
1
2
3
4
Rancangan Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode One Group Pretest-Postest Design. Dalam rancangan One Group Pretest-Postest ini digunakan satu kelompok subyek. Pertama, dilakukan pengukuran awal, lalu di kenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut ( Suryabrata, 1992: 39 )
5
Gambar 3.1 The One Group Pretes- Posttest Design Pretest
Treatment
T1
Postest
X
T2
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan memberikan
pelatihan
dan
pendampingan
kepada
Kepala
Sekolah.
Rancangan pelatihan dan pendampingan yang diberikan berupa cara menyusun program supervisi, menyusun instrumen supervisi, melaksanakan supervisi, mengevaluasi hasil supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi. Adapun modul pelaksanaan pelatihan dan pendampingan disajikan pada tabel berikut : Tabel 3.1 Modul Pelatihan dan Pendampingan
Waktu
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Materi
Tujuan
Menyusun program
Kepala Sekolah mampu
supervisi
menyusun program supervisi
Menyusun istrumen
Kepala sekolah mampu
supervisi
menyusun instrumen supervisi
Melaksanakan supervisi
Kepala Sekolah mampu
melaksanakan supervisi
7.
Mengevaluasi hasil
Kepala sekolah mampu
supervisi
mengevaluasi hasil supervisi
Menindaklanjuti hasil
Kepala Sekolah mampu
supervisi
menindaklanjuti hasil supervisi
Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis data agar menjadi satu fakta yang dapat ditarik kesimpulan atas dasar fakta tersebut dengan menggunakan program statistik, yakni cara ilmiah menganalisis data yang berujud angka. Adapun tehnik analisisdata dengan menggunakan analisis paired sample te-test dengan menggunakan program SPSS versi 13.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang
selama tiga bulan dari bulan September sampai dengan bulan Nopember 2012. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 12 kepala sekolah di wilayah binaan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. Subyek penelitian diberikan pretest tentang kemampuan pelaksanaan program supervisi. Dari hasil pretest tersebut diketahui subyek penelitian mempunyai kemampuan supervisi yang rendah. Selanjutnya diberikan pelatihan dan pendampingan pelaksanaan program supervisi. Setelah selesai pemberian pelatihan dan pendampingan pelaksanaan program supervisi subyek penelitian diberikan posttest. Hasil pretest, posttest dan analisis data ada dalam lampiran.
2.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis One Group
Pretest-Postes Design yang dilakukan untuk mengukur keefektifan kegiatan penelitian dan pendampingan dalam usaha peningkatan kemampuan Kepala sekolah dalam melaksanakan program supervisi diperoleh T-tes = 33.846 Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan Kepala sekolah dalam menyusun program supervisi, menyusun instrumen, melaksanakan kegiatan supervisi, mengevaluasi hasil supervisi dan
menindaklanjuti hasil supervisi, setelah diberikan pelatihan dan pendampingan, dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima. Melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan para Kepala Sekolah langsung memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan sekaligus bimbingan dalam menyusun instrumen supervisi meliputi lembar penilaian rencana pembelajaran, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran, lembar penilaian keterampilan melaksanakan hubungan pribadi dengan siswa dan lembar penilaian aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu Kepala Sekolah juga dapat melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan yang direncanakan, mengevaluasi hasil dari kegiatan supervisi sekaligus dapat menindaklanjutinya. Dengan kegiatan pelatihan dan pendampingan yang terus menerus dan sistimatis para Kepala sekolah dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang sering dijumpai dalam melaksanakan kegiatan supervisi, dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan program supervisi.
BAB V PENUTUP
1.
Kesimpulan.
Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan Kepala sekolah dalam melaksanakan program supervisi meningkat setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan, hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya perubahan kemampuan dari para Kepala Sekolah dalam menyusun program supervisi, menyusun instrumen supervisi, melaksanakan kegiatan supervisi, mengevaluasi hasil supervisi, dan menindaklanjutinya. 2.
Saran. Diharapkan para Kepala Sekolah secara rutin mendapatkan kegiatan pelatihan
dan
pendampingan
dalam
bidang-bidang
lain
sehingga
kemampuannya dalam bidang-bidang yang lain juga akan meningkat. Bagi para Kepala Sekolah hendaknya dapat selalu memanfaatkan kegiatan pelatihan dan pendampingan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan kemampuannya sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi S, 2000. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset Mel Silberman, 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta : PT Indeks Ngalim Purwanto, 2007. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset
Piet A. Sahertian, 2000. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta