1
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERORIENTASI CASE STUDY UNTUK SISWA SMP
TIM PENELITI Dr. Syaiful, M.Pd: NIDN 0001065904 Dr. Asni Johari, M. Si: NIDN 0008116803 Dibiayai Oleh Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Jambi Tahun Anggaran 2015 Nomor: 042.04.2.400088/2015 tanggal 15 April 2015, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor: 489/UN21.6/PL/2015 Tanggal 23 Juli 2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS JAMBI NOVEMBER, 2015
2
RINGKASAN
Perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan maksimal dan dilaksanakan dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya meningkatkan kualitas pengajaran adalah dengan meningkatkan mutu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini merupakan acuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu berorientasi case study untuk siswa kelas VII SMP. Peningkatkan Profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran dengan perangkat pembelajaran yang berkualitas akan meningkatkan kreativitas siswa. Peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran sangat menentukan kreativitas siswa. Kreativitas siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatkan secara optimal. Salah satu upaya meningkatkan kreativitas siswa yaitu dengan menggunakan pendekatan case study. Pengembangan ini mengadopsi model pengembangan yang dikembangkan oleh Lee dan Owens (2004) dengan tahapan (1) analysis, (2) design, (3) development (4) implementation, dan (5) evaluation. Selanjutnya materi divalidasi oleh peneliti sendiri sebagai Dosen Program Magister Pendidikan IPA. Ujicoba dilakukan terhadap siswa pada kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang dan 20 orang siswa untuk mengetahui sejauh mana respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan (LKS, matei ajar sebagai sumber belajar). Uji coba juga dilakukan terhadap guru IPA terpadu dengan memberikan saran dan tanggapan terhadap perangkat pembelajaran yang dirancang yaitu RPP, LKS, materi ajar, dan kasus-kasus dengan pengisian angket.
3
Hasil penelitian ini berupa perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dirancang berorientasi case study. Pada tahap analisis kebutuhan diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang berbasis case study belum ada di lapangan (sekolah) baik itu dalam bentuk RPP, LDS, materi ajar maupun dalam bentuk kasus. Guru di sekolah menggunakan buku guru, buku siswa, dan buku penunjang lainnya yang belum berpusat pada case study. Begtu juga dengan LKS yang digunakan, para guru menggunakan LKS yang ada dalam buku guru dan buku siswa yang bernuansa Kurikulum 2013. Pada tahap Disain, perangkat pembelajaran didisain dengan menggunakan pendekatan case study. Pendekatan ini didisain dalam perangkat pembelajaran dengan memberikan kasus-kasus yang ada di lingkungan terutama kasus yang tengah marak di Provinsi Jambi. Kasus yang diangkat dalam mendisain perangkat pembelajaran ini seperti kebakaran hutan, kabut asap, penebangan hutan secara liar, dan kasus lainnya. Perangkat pembelajaran yang sudah didisain, diuji cobakan pada guru dan siswa. Uji coba ini dilakukan untuk melihat respon siswa dan guru terhadap produk yang dikembangkan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari hasil angket yang diperoleh diketahui respon guru dan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat tinggi. Artinya perangkat pembelajaran yang dikembangkan diterima dengan sangat baik oleh guru dan siswa. Perangkat pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dipergunakan oleh guru di sekolah dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan daya berpikir analitis, kreatif, dan kritis siswa, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari,. Disamping itu
4
juga akan meningkatkan kerja sama, kemandirian dan tanggung jawab siswa. Guru sebagai fasilitator akan dapat diwujudkan, sehingga proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa.
5
BAB I PENDAHULUAN
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan semakin termotivasi dan belajar, daya kreativitasnya akan semakin meningkat, semakin positif sikapnya, semakin bertambah jenis pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, dan semakin mantap pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Saat ini telah dikembangkan dan disosialisasikan dan diterapkan kurikulum 2013, yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi dalam berbagai mata pelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran IPA. Salah satu dari materi ajar IPA yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa
kelas VII
adalah
kompetensi
dasar kemampuan
mengembangkan
kemampuan kritis dan analitis yang sangat menentukan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Tuntutan kurikulum ini harus dapat dilaksanakan dalam pembelajaran IPA, sehingga perlu diterapkan dengan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa, mampu menganalisis dengan mengembangkan kemampuan bernalar. Sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat menjadikan siswa belajar secara aktif yaitu pendekatan studi kasus (case study). Pendekatan case study
6
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang bertujuan melatih siswa untuk berfikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap siswa. Pemberian pengalaman tentang case study terhadap guru-guru akan memberikan manfaat agar guru-guru dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktek pembelajaran mereka di kelas dan mebuka wawasan guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung (Alamsyah, 2008). Adapun alasan utama pendekatan case study diajukan dalam pengabdian ini adalah (1) pembelajaran memerlukan adanya ilustrasi kasus nyata dalam penerapan ilmu yang diperoleh dari proses belajar mengajar di kelas dan buku teks; (2) metode pembelajaran secara konvensional seringkali membuat siswa menjadi pasif; (3) proses belajar yang efektif adalah proses yang melibatkan refleksi. Menurut Mutmainah (2007)
pembelajaran
dengan Metode case study merupakan proses pembelajaran yang memungkinkan terjadinya Double-loop learning (pembelajaran dua putaran). Roestiyah (2001) menyatakan dengan pembelajaran case study, siswa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna tentang sesuatu gambaran yang nyata, yang betul-betul terjadi di dalam hidupnya, sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya. Dengan mengamati, memikirkan dan bertindak dalam menghadapi situasi tertentu, mereka lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan banyak cara untuk pengamatan serta pencarian jalan keluar situasi itu. Pengamatan seperti di atas akan membantu siswa mengembangkan daya berpikirnya secara sistematis dan logis, sehingga siswa mampu mengambil keputusan yang tepat.
7
Ketika siswa meneliti proses dan mengambil keputusan mengenai salah satu kasus, maka ia akan mendapatkan pengetahuan tentang dasar-dasar atau sebab-sebab yang melandasi timbulnya kasus tersebut. Dalam pembelajaran melalui case study ini dapat meningkatkan aktivitas dan kemandirian belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat menciptakan kasus sendiri atau kasus yang diberikan oleh guru dan dipecahkan bersama teman yang lain. Kasus-kasus yang dirasa dekat dengan kehidupan siswa yaitu kasus-kasus mengenai lingkungan seperti, pemalakan liar, pembukaan lahan hutan secara besar-besaran untuk kegiatan perkebunan sawit dan karet, pembukaan hutan untuk kegiatan tambang batu bara, adanya konflik manusia dengan hewan, kegiatan tambang emas secara ilegal, pendangkalan sungai, dan kasus-kasus lingkungan lainnya yang ada disekitar siswa. Kasus-kasus ini jika diangkat dan dijadikan salah satu topik untuk dipelajari, diyakini siswa akan tertarik untuk mengetahui bagaimana penyebab dan penyelesaian dari kasus tersebut. Oleh karena itu, implementasi lesson study terhadap guru sangat penting dilakukan. Menurut Alamsyah (2008) bahwa dengan case study guru akan menjadi lebih terbuka, lebih jujur, dan lebih berani mengungkapkan kegagalan yang dialaminya dalam pembelajaran. 1.1. Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa observasi yang dilakukan, dalam pembelajaran IPA, para guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Terutama pada materi yang sangat membutuhkan kemampuan berfikir kritis, analisis dan kemampuan peka terhadap masalah-masalah lingkungan baik secara nasional maupun lingkungan yang berada di sekitar siswa. Oleh karena itu, sangat
8
penting diimplementasikan kegiatan lesson study kepada guru-guru untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagaimana mengelola pembelajaran dalam upaya meningkatkan kreativitas siswa di dalam kelas. Harus dicari suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan case study. Pendekatan case study dirasa mampu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analisis siswa dalam pembelajaran. Memberikan kasus-kasus yang lagi santer diperbincangkan ataupun kasus-kasus yang terjadi di sekitar siswa merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis dan anlisis dalam belajar. Sehingga diharapkan nantinya siswa akan terbiasa menggunakan kemampuan berpikir kritis dan analitis dan memecahkan sesuatu masalah yang timbul. 1.2. Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada uraian terdahulu, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu berorientasi case study untuk siswa SMP. Disamping itu juga untuk mengetahui respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kreativitas dan Ciri-cirinya Menurut Semiawan dkk., (1987) kreativitas sebagai proses merupakan hal yang lebih esensial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini dengan cara menyibukkan diri secara kreatif. Definisi lain mengenai kreativitas diungkapkan oleh Amien (1980), yang mengatakan bahwa kreativitas merupakan pola pikir atau ide yang spontan atau imajinatif yang mencirikan hasil artistik, penemuanpenemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau relatif baru bagi individunya. Berdasarkan paparan mengenai beberapa definisi kreativitas di atas, dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti yang luas dan mempunyai tahapan yang diawali dengan suatu pemikiran atau ide kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif, sehingga tercipta hasil yang kreatif. Namun demikian, pada intinya terdapat persamaan antara definisi yang satu dengan yang lain, yaitu kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru atau relatif baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Ciri-ciri atau karakteristik kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan kemampuan kreatif dari seseorang menurut Guilford (dalam Kuncoro, 1992). Ciri-ciri kreativitas seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek dorongan atau motivasi. Aspek berpikir kreatif
10
ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti sikap, percaya diri, tidak konversional, dan aspirasi keindahan. 2.2. Pendekatan case study Pembelajaran case study atau case study pertama kali diperkenalkan pada tahun 1920-an oleh Christopher Columbuus Langdell , seorang Dekan Harvard Law School pada pendidikan hukum di sekolah yang dipimpinnya. Case study merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Pendekatan case study sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Menurut Yamin (2007) metode pembelajaran case study merupakan metode pembelajaran yang berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian atau situasi tertentu, kemudian siswa dicari alternative pemecahannya. Pembelajaran dengan case study menurut Backx (2008 dalam Cox, 2009) sama dengan pembelajaran berbasis masalah yang mendorong pengembangan berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran case study tertanam dalam teori konstruktivis dimana siswa membuat hubungan yang berarti antara pengetahuan mereka dengan kasus yang akan diselesaikan (Duncan et al, 2007 dalam Cox, 2009). Leedders dan Eskine (Jogiyanto, 2006) mendefinisikan metode case study sebagai suatu metode instruksi yang sama peserta didik berpartisipasi dalam diskusi langsung tentang kasus-kasus atau permasalahan-permasalahan. Kasus
11
yang akan dikaji bersama oleh seluruh peserta didik biasanya dalam bentuk narasi atau tulisan dan diangkat dari kehidupan nyata. Sebagaimana Jogiyanto (2006) mengemukakan bahwa metode case study merupakan pembelajaran yang menggunakan cerita naratif tentang dilema atau keputusan yang dihadapi seseorang, dimana peserta didik diberikan masalah dalam bentuk suatu kasus bebas open-ended (terbuka). Metode ini dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah atau yang disebut dengan Problem Based Learning. Lebih lanjut Jogiyanto (2006) mengemukakan beberapa kelebihan menggunakan metode case study dalam pembelajaran, sebagai berikut: 1) Siswa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna tentang suatu gambaran nyata yang benar-benar terjadi dalam hidupnya, sehingga mereka dapat
mempelajari
dengan
penuh
perhatian
dan
lebih
terperinci
persoalannya. 2) Dengan mengamati, memikirkan dan bertindak dalam menghadapi situasi tertentu, siswa lebih meyakini apa yang diamati, dan menemukan banyak cara untuk pengamatan dan pencarian jalan keluar itu. Pengamatan diatas akan membantu siswa mengembangkan daya berpikirnya secara sistematis dan logis sehingga ia mampu mengambil keputusan yang tepat. 3) Case study dapat memberikan pengetahuan dari
(knowledge of) yaitu
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang mereka kenal serta pengetahuan tentang (knowledge about) yaitu pengetahuan yang dapat diverifikasi tentang fenomena tertentu. 4) Mengembangkan keahlian memecahkan masalah; seperti memfokuskan permasalahan spesifik perasaan (sense) untuk batasan masalah yang tepat,
12
sensitifitas dalam membaca keterkaitan dan orientasi pengambilan keputusan. 5) Melatih keahlian-keahlian bekerja secara grup, berkomunikasi, dan keahlian di dunia nyata. 6) Mendorong siswa dalam mengembangkan sense of judgement, berpikir konstruktif, dan kemampuan sintesa dan evaluasi. Pendapat Purwanto (2009 dalam Anggraini, 2010) mengatakan bahwa case study memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari case study. Dengan cara membaca atau mendengar case study dan memikirkan mengenai skenario dan solusi-solusi yang dimungkinan, para peserta didik akan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan dalam menyelesaikan kasus-kasus yang dihadapi. Keterampilan yang diberikan mencakup : a. Mengidentifikasi masalah atau tantangan b. Memahami dan menginterprestasi data c. Menganalisis informasi d. Mengenali asumsi-asumsi dan menarik kesimpulan e. Berpikir secara analitis dan kritis f. Berlatih mengambil keputusan g. Menerima dan mempertahankan keputsan-keputusan h. Memahami hubungan-hubungan interpersonal i. Mengkomunikasikan ide-ide dan opini-opini.
13
Selain memiliki keunggulan, pendekatan case study memiliki kelemahan, yaitu: 1) Case study setidaknya yang dilakukan selama ini, agak kurang memberikan dasar yang kuat untuk melakukan suatu generalisasi ilmiah; 2) Kedalam case study yang dilakukan tanpa banyak disadari ternyata justru mengorbankan tingkat keluasaan yang seharusnya dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan pada keadaan yang berlaku umum. 3) Ada kecenderungan case study kurang mengendalikan bias subjektifitas peneliti. Kasus yang dipilih untuk diteliti, misalnya, cenderung lebih karena sifat dramatiknya, bukan karena sifat khas yang dimilikinya. Dengan demikian subjektivitas peneliti dikhawatirkan terlalu jauh mencampuri hasil penelitian. Ciri-ciri case study yang baik menurut Aries (2008), yaitu: 1) Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional. 2) Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasaan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaika oleh penelitiannya dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan. 3) Mampu mengantisipasi berbagai alternative jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda. 4) Case study mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip selektifitas.
14
5) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca. Metode
pembelajaran
case
study
sangat
tepat
dilakukan
untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik terutama dalam menyikapi berbagai masalah yang terjadi disekitarnya. Herawati (2012) mengemukakan keterampilan berfikir kritis yaitu kemampuan menganalisis terhadap berbagai persoalan
yang
menyangkut
mata
pelajaran,
memberikan
argumentasi,
memunculkan wawasan, dan memberikan interprestasi. Pembelajaran
case
study
sangat
penting
dikembangkan
dalam
pembelajaran, hal ini didasari bahwa dengan mengangkat isu-isu kontroversial atau kasus-kasus yang terjadi akan melatih pola pikir peserta didik, sehingga ia akan belajar bagaimana menyelesaikan masalah, mengemukakan pendapat, mengungkapkan pengalaman dan pengetahuannya, belajar berbeda pendapat, belajar menghormati pendapat sesuai dengan yang ia yakini berdasarkan alasan yang jelas. 2.3. Hakikat Case Study dan Manfaatnya bagi Guru Case study merupakan rangkuman pembelajaran yang ditulis guru dalam praktek pembelajaran di kelas. Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masala-masalah yang dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran. Gunanya adalah melalui pengkajian case study dalam pembelajaran dengan segala komponennya para guru dapat melakukan self evaluation, memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktek pembelajaran di kelas (Alamsyah, 2008). Kajian terhadap case study bagi guru akan dapat membuka
15
wawasan terhadap pembelajaran dan menanamkan konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung. Di samping itu, case study tentang pembelajaran dapat digunakan untuk membantu guru-guru dalam memahami hakikat pembelajaran. Case study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelajaran yang paling berkesan karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika. Manfaat yang dapat dipetik dari case study bagi guru adalah sebagai berikut (Alamsyah, 2008): 1. Sebagai evaluasi diri untuk dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktek pembelajaran mereka di kelas. 2. Sebagai pembuka wawasan guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung. 3. Guru dapat belajar dari kegagalan orang lain. 4. Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman 5. Dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang dunia siswa. 6. Guru menjadi lebi terbuka, lebih jujur, dan lebih berani mengungkapkan kegagalan yang dialami dalam pembelajaran. 7. Memberikan pengalaman dalam bentuk menulis narasi pembelajaran.
16
17
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and Development). Penelitian pengembangan merupakan suatu penelitian yang berorientasi mengembangkan dan menghasilkan produk yang efektif berupa material pembelajaran, media, strategi pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran (Gay, 1991). Pada penelitian ini yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran IPA terpadu (Rencana Program Pengajaran, Lembar Kerja Siswa, instrumen penilaian, modul pembelajaran). Pada penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan yang diadopsi model yang dikembangkan oleh Lee dan Owens (2004) dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gambar 1): (1) analysis, (2) design, (3) development (4) implementation, dan (5) evaluation. analysis
evaluation
implementation
design
development
Gambar 1. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran
18
Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap analysis a. Analisis kebutuhan Tahapan analisis kebutuhan yang dilakukan menganalisis kebutuhan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, materi ajar termasuk di dalamnya lembar kerja siswa, modul dan lain sebagainya. b. Analisis Inti Setelah analisis kebutuhan ditinjau dari perspektif siswa, maka selanjutnya dilanjutkan ke tahap analisis lanjutan yaitu: 1. Menganalisis peserta didik 2. Menganalisis sasaran yang ingin dicapai 3. Menganalisis kebutuhan teknologi 4. Menganalisis situasi lingkungan 5. Menganalisis berbagai sumber belajar 2. Tahap Design Pada tahap ini membuat perencanaan tentang spesifikasi perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Hal-hal yang akan dilakukan: 1. Membuat
dan
merancang
perangkat
pembelajaran
yang
akan
dikembangkan (Rancangan Program Pengajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Modul sebagai bahan ajar).
19
2. Menentukan spesifikasi produk perangkat pembelajaran yang berorientasi pendekatan case study 3. Membuat struktur isi mengikuti prinsip-prinsip mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, merumuskan
tujuan pembelajaran,
menyusun strategi pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan merancang instrumen evaluasi. 3. Tahap Development Kegiatan pada tahap ini yaitu membuat perangkat RPP yang berorientasi case study. Pengembangan RPP ini dimulai dari pembuatan kompetensi Inti, Kompetensi dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Media, Materi, Pendekatan, Kegiatan Belajar Mengajar, Evaluasi. Selanjutnya dikembangkan Lembar Kerja Siswa berorientasi case study, dan modul yang juga berorientasi case study. Setelah produk dikembangkan harus diuji terlebih dahulu keefektifannya bagi siswa dan guru sebagai pengguna. 4. Tahap Evaluation Pada tahapan evaluasi dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal diantaranya mengimplementasikan strategi evaluasi, penggunaan alat ukur dan cara mengukurnya. Menganalisis dan menentukan sistem penganalisisan data. Uji Coba Produk 1. Uji Coba Perorangan Uji coba produk berupa RPP dilaksanakan terhadap guru IPA terpadu. Selanjutnya produk LKS dan modul diujikan kepada siswa. 2. Uji Coba Kelompok Kecil
20
Uji coba produk LKS dan modul diujikan kepada siswa SMP. Sampel yang akan dijadikan ujicoba akan ditentukan kemudian secara acak. Teknik Analisis Data Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa respons siswa terhadap produk yang dikembangkan. Data ini diperoleh dengan cara memberikan angket kepada siswa. Selanjutnya dinyatakan dalam skor menggunakan skala likert dengan 5 kriteria sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kriteria penilaian Kriteria
Skor
Sangat baik
5
Baik
4
Cukup Baik
3
Tidak Baik
2
Sangat Tidak Baik
1
Untuk mengetahui prosentase penilaian yang diperoleh, digunakan rumus sebagai berikut: P = JS x 100 __ n
Keterangan: P = Persentase JS = Jumlah siswa (yang mendapat skor) N = Jumlah keseluruhan siswa
21
ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PRODUK YANG DIKEMBANGKAN Nama Siswa : Kelas : Petunjuk Pengisian a. Bacalah petunujuk pengisian yang diberikan b. Isilah data diri anda sesuai yang diminta c. Pada kuisioner ini terdapat 15 pernyataan d. Perhatikan keterangan pilihan jawaban sebelum menjawab pertanyaan 1. sangat tdak setuju 2. tidak setuju 3. setuju 4. sangat setuju e. Berilah tanda (V) pada kolom pilihan jawaban yang benar-benar sesuai dengan jawaban anda NO
PERTANYAAN 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
JAWABAN 2 3
Tampilan media menarik Penggunaan media mudah dan tidak rumit Media dapat dibaca dengan mudah Kasus yang diberikan sudah jelas Pertanyaan dalam media sudah jelas dan mudah dipahami Gambar yang disajikan menarik Kasus yang diberikan sesuai dengan topik pembelajaran Penulisan media sudah rapi Kesesuaian materi dengan gambar Ukuran tulisan dan warna tulisan dapat dilihat dengan jelas Ukuran gambar sudah sesuai Dengan penggunaan media ini anda jadi mengetahui kasus yang ada di Jambi Belajar dengan menggunakan media… dapat meningkatkan pemahaman siswa Belajar dengan menggunakan media… dapat membawa siswa pada suasana kreatif/bekerjasama Setelah menggunakan LKS anda termotivasi untuk mepelajari materi pembelajaran Responden,
(
)
4
22
ANGKET RESPON GURU TERHADAP PRODUK YANG DIKEMBANGKAN Petunjuk Pengisian Isilah kuisioner di bawah ini sesuai dengan pendapat/penilaian Bapak/Ibu dengan cara mengisi titik-titik pada kolom yang tersedia. Atas kesediaan Bapak/Ibu diucapkan terima kasih. 1. Kesesuaian dengan KI dan KD ……………………………………………………………………………… ……………………… Saran ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………… 2. Kesesuaian perangkat pembelajaran dengan kebutuhan bahan ajar ………………………………………….. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………. Saran ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………… 3. Kesesuaian perangkat pembelajaran dengan kriteria peserta didik ……………………………………………. ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 4. Kesesuaian materi dengan kebutuhan peserta didik …………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………..
23
5. Kebenaran substansi materi pelajaran……………… ………………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 6. Kejelasan substansi materi pelajaran……………… ………………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 7. Cara penulisan dalam produk.……………… ……………………………………………………………………………… ……. Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 8. Penggunaan ejaan dan tanda baca……………… ………………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 9. Kejelasan substansi materi pelajaran……………… ………………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 10. Keluasan dan kedalaman materi ……………………………………………………………………………… ……………….. 11. Kejelasan bahasa yang digunakan……………… …………………………………………………………………………
24
Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 12. Menumbuhkan analisis siswa…………..……………… ………………………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 13. Mempermudah siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran……………….……………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………. Saran ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………….. 14. Bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan siswa………………………………………………………. ........................................................................................................................ ................................ Saran ……………………………………………………………………………… …………………………………………………………… 15. Menambah kemandirian siswa……………………………………………………………………… …………………………….. Saran ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………
Responden,
(
)
25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengembangan Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis case study meliputi pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi (RPP), Materi Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Media pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berorientasi pada pendekatan case study. Pada perangkat pembelajaran berorientasi case study yang dikembangkan tersebut ada 14 kasus yang dikemukakan. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu: I. Tahap Analisis a. Analisis kebutuhan Tahapan analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan tersebut sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Dari hasil observasi ke beberapa SMP diperoleh informasi bahwa RPP, materi ajar, LKS dan media yang digunakan dalam pembelajaran belum memuat berbagai kasus. Baik kasus yang terjadi secara luas maupun kasus yang terjadi di daerah Jambi sendiri. Sehingga pengetahuan yang diperoleh anak belum tercukupi hanya dengan informasi secara retorika saja. Hal tersebut akan menjadikan anak tidak mengetahui dan tidak terbiasa menghadapi kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya sendiri. Kemampuan berpikir kritis dan analisis anak tidak berkembang secara optimal. Anak-anak tidak terlatih berpikir baik secara kritis, kreatif, maupun analitis. Beberapa permasalahan yang perlu
26
dicarikan solusi dalam materi yang dikembangkan adalah siswa belum benarbenar memahami konsep secara menyeluruh karena materinya yang banyak mengandung konsep yang abstrak, dalam pembelajaran yang lebih ditekankan pada uraian saja, siswa kurang terlatih dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, serta siswa kurang termotivasi dalam mempelajari materi yang dikembangkan yang selama ini hanya menekankan pada definisi dan uraian secara monoton dan jarang diberikan studi kasus. Oleh karena itu perangkat pembelajaran berbasis case study sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan. b. Analisis Inti Setelah analisis kebutuhan ditinjau dari perspektif siswa, maka selanjutnya dilanjutkan ke tahap analisis lanjutan yaitu: 1) Menganalisis peserta didik; peserta didik sangat membutuhkan hal-hal yang bersifat kasus dan kejadian-kejadian yang perlu analisis dan pembahasan. Pemberian study kasus akan menjadikan pembelajaran akan lebih menarik dan lebih menantang siswa untuk mencari penyelesaiannya, b) Menganalisis sasaran yang ingin dicapai; pembelajaran berbasis kasus sama dengan pembelajaran berbasis masalah yang mendorong pengembangan
berfikir
kritis
dan
kemampuan
memecahkan
masalah.
Pembelajaran case study tertanam dalam teori konstruktivis dimana siswa membuat hubungan yang berarti antara pengetahuan mereka dengan kasus yang akan diselesaikan, c) Menganalisis kebutuhan teknologi; Pemberian studi kasus dalam pembelajaran dapat menggunakan teknologi informasi (IT) gambar-gambar yang dijadikan dalam kasus dapat bersumber dari kejadian-kejadian di lingkungan secara luas maupun issu-issu di lingkungan sendiri yang dapat menggunakan IT.
27
Kasus-kasus yang diberikan juga dapat diberikan dalam bentuk narasi ataupun deskripsi tidak bergantung dengan alat IT yang canggih, d) Menganalisis situasi lingkungan; Situasi lingkungan siswa sangat terkait dan sangat mendukung terhadap kasus yang dikemukakan. Dengan adanya lingkungan yang mendukung, baik lingkungan rumah siswa maupun lingkungan sekolah akan lebih mendukung pembelajaran berbasis case study, e). Menganalisis berbagai sumber belajar. Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap sumber belajar yang digunakan baik oleh guru maupun siswa akan sangat mendukung pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi case study. 3. Tahap Design Pada tahap ini membuat perencanaan tentang spesifikasi perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1). Menentukan spesifikasi produk perangkat pembelajaran yang berorientasi pendekatan case study. Spesifikasi produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu berupa perangkat pembelajaran cetak ukuran kertas A4 yang didalamnya terdiri dari Rencana Program Pengajaran, LKS, Materi Ajar, dan Media Pembelajaran. Masing-masing perangkat tersebut dikembangkan berorientasi pada case study. Kasus yang dimuat dalam perangkat pembelajaran berasal dari issu-issu secara luas di lingkungan dan lebih ditekankan issu-issu di lingkungan wilayah Jambi. 2). Membuat dan merancang perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan (Rancangan Program Pengajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Materi ajar sebagai bahan ajar).
28
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 4 Pokok Bahasan yang masing-masing terdiri dari materi: 1. Energi dalam sistem kehidupan a. Transformasi energi dalam sel dan metabolisme sel b. Respirasi c. Pencernaan makanan d. Fotosintesis 2. Suhu dan perubahannya a. Skala suhu b. Pemuaian c. Pemuaian pada zat cair 3. Kalor dan perpindahannya a. Kalor dan perubahan suhu b. Kalor dan perubahan wujud c. Perpindahan kalor d. Radiasi 4. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya a. Interaksi dalam ekosistem membentuk suatu pola b. Bentuk-bentuk saling ketergantungan c. Perubahan lingkungan dan pencemaran d. Pemanasan global. 3). Membuat struktur isi mengikuti prinsip-prinsip mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan merancang
29
instrumen evaluasi. Pengembangan dilakukan dengan berpedoman kepada kurikulum yang digunakan di lapangan. 2. Tahap Development Kegiatan pada tahap ini yaitu membuat perangkat RPP yang berorientasi case study. Pengembangan RPP ini dimulai dari pembuatan kompetensi Inti, Kompetensi dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Media, Materi, Pendekatan, Kegiatan Belajar Mengajar, Evaluasi. Selanjutnya dikembangkan Lembar Kerja Siswa berorientasi case study dengan dan materi ajar yang juga berorientasi case study. Produk yang dikembangkan untuk satu topik sebagai contoh dapat dilihat pada lampiran laporan ini. Setelah produk dikembangkan harus diuji terlebih dahulu keefektifannya bagi siswa dan guru sebagai pengguna. Ujicoba dilakukan terhadap siswa dan guru IPA SMPN 7 Kota Jambi. Hasil uji coba tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan disajikan pada uraian berikut ini. Jumlah siswa yang dijadikan subjek uji coba sebanyak 20 orang. Dari 15 item yang diberikan kepada siswa, rata-rata memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju terhadap produk yang dikembangkan. Hal ini dapat ditegaskan bahwa produk yang dikembangkan mendapat respon yang tinggi dari siswa. Respon siswa terhadap produk yang dikembangkan dapat dikelompokkan kedalam aspek: 1. Kemenarikan 2. Kemudahan keterbacaan 3. Kejelasan kasus yang disajikan 4. Tingkat pertanyaan yang diajukan 5. Kesesuain dengan topik pembelajaran
30
6. Produk dapat meningkatkan pemahaman siswa 7. Kejelasan gambar yang disajikan 8. Meningkatkan kreativitas siswa 9. Memotivasi siswa untuk belajar lebih 10. Penyajian produk jelas dan menarik Hasil ujicoba respon siswa terhadap produk yang dikembangkan dapat dilihat dalam lampiran laporan ini. Ujicoba terhadap guru IPA SMPN 7 Kota Jambi yang dijadikan responden penelitian ini sebanyak 6 orang. Hasil analisis tanggapan guru terhadap produk yang dibuat sangat tinggi. Rata-rata guru merespon positif
produk yang
dikembangkan. Hasil analisis angket yang terdiri dari 15 item tersebut rata-rata diisi dengan sesuai dan sangat sesuai dengan indikator yang dikemukakan. Aspek yang dikemukakan dalam angket dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kesesuaian dengan KI dan KD 2. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar 3. Kesesuaian dengan kriteria peserta didik 4. Kesesuaian penulisan, ejaan 5. Kejelasan materi 6. Kejelasan substansi materi 7. Keluasan materi 8. Menumbuhkan berpikir analisis siswa 9. Mempermudah siswa memahami materi 10. Menambah wawasanan kemandirian siswa.
31
Dari hasil pengamatan saat melakukan ujicoba produk terhadap siswa SMPN 7 Kota Jambi dapat dideskripsikan bahwa produk yang dikembangkan dapat meningkatkan antara lain kemampuan analisis siswa, kerjasama siswa, kemandirian siswa, keterampilan siswa, tanggung jawab siswa. Disamping itu juga dapat meningkatkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Deskripsi ini dapat terlihat dari hasil dokumentasi penelitian sebagai berikut (Gambar 4.1) dan pengambilan data terhadap guru Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Produk yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analisis, kerjasama, pemahaman, tanggung jawab, kemandirian siswa.
32
Gambar 4.2. Suasana pengambilan data tanggapan guru terhadap produk yang dikembangkan
33
BAB V KAJIAN DAN PEMANFAATAN PRODUK
5.1. Kajian Produk Produk ini telah dikembangkan dengan menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh ADDIE. Prosedur yang dilalui tesrebut yaitu; tahap analisis, disain, pengembangan, implementasi, dan tahap evaluasi. Analisis kebutuhan diperoleh data bahwa perangkat pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil pengembangan ini juga telah dilakukan ujicoba di SMPN 7 Kota Jambi untuk melihat respon siswa dan guru terhadap perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan. Dari hasil ujicoba tersebut didapatkan data bahwa siswa merespon positif perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Hampir semua sabjek ujicoba mengatakan setuju dan sangat setuju terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Begitu juga dengan hasil ujicoba terhadap guru-guru IPA SMPN 7 Kota Jambi. Guru-guru tersebut sangat merespon positif perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Hampir semua guru IPA tersebut memberikan tanggapan sesuai dan sangat sesuai terhadap isi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Ditinjau dari aspek pedagogik, perangkat pembelajaran sangat membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan melatih siswa berpikir kreatif, analisis, kritis, mandiri, dan bertanggung jawab. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap pembentukan watak, karakter, dan sosial siswa.
34
5.2. Saran Pemanfaatan Hasil atau produk pengembangan ini dapat dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan guru untuk; Meningkatkan daya berpikir siswa, meningkatkan kreativitas siswa, meningkatkan kemandirian siswa, meningkatkan tanggung jawab siswa, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Oleh karena itu disarankan kepada guru-guru untuk menggunakan perangkat pembelajaran yang berbasis case study dalam pembelajaran.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah T. 2008. Case Study dalam Pembelajaran. Universitas Syiah Kuala. Amien, M. 1980. Peranan Kreativitas dalam Pendidikan.Depdikbud: Analisis Kebudayaan Jakarta. Anggarini, S. 2010. Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Case study Terhadap Prestasi Belajar Penggunaan Partograf Mahasiswa Akademi Kebidanan di Surakarta. Tesis Progam Studi Megister Kedokteran Keluarga. Universitas sebelas Maret; Surakarta. Aries,
E. 2008. Metode Penelitian Case study. http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitianstudi-kasus. Diakses tanggal 22 September 2013.
Cox, S. 2009.Learning And Teaching Guides; Case studes for Active Learning. Birmingham City University Herawati. 2012. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. 3(1):60-72. Jogiyanto, H.M. 2006. Folosofi Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Case study untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset Kuncoro, S. A. 1992. Nilai-nilai Keagamaan dan Mengembangkan Kreativitas Anak (Suatu Tantangan bagi Kehidupan Modern) Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta. Mutmainah. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Berbasis Kasus Yang Berpusat Pada Mahasiswa teradap Efektifitas Pembelajaran Akuntansi Keprilakuan. Jurnal Akuntansi FE UNDIP Semiawan, C, Munandar,A. S. dan Munandar, S O U. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia. Yamin, M. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. PT.Gaung Persada Press: Jakarta.
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54