LAPORAN KERJA PRAKTIK DI UNIT FUNGSI RETAIL FUEL MARKETING MARKETING OPERATION REGION V PT PERTAMINA (PERSERO) 19 Januari – 20 Februari 2016
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SERTA ANALISIS NEEDS AND WANTS KONSUMEN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PREMIUM, PERTALITE, DAN PERTAMAX UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PENINGKATAN PENJUALAN PERTALITE
Disusun Oleh: PRAYOGA DHARMA WAHYU ANDITYA PRATHAMA
NIM : 12/329831/TK/39073 NIM : 12/330288/TK/39465
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 i
12/329831/TK/39073
12/329831/TK/39073
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah PT Pertamina (Persero) pada Juli 2015 meluncurkan produk baru mereka, yaitu Pertalite. Salah satu tujuan diluncurkannya Pertalite adalah untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di masyarakat. Hal ini merupakan salah satu strategi PT Pertamina (Persero) dalam menanggulangi permasalahan terkait harga jual Premium yang cenderung lebih rendah dari biaya produksi dan distribusi Premium, serta harga jual Premium yang ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia sehingga PT Pertamina (Persero) tidak dapat langsung melakukan penentuan harga. Dengan diluncurkannya produk Pertalite, diharapkan kondisi ini dapat diperbaiki PT Pertamina (Persero) melalui pengurangan konsumsi, diikuti pengurangan produksi Premium dengan harapan pasar Premium sebelumnya dapat beralih ke Pertalite. Pertalite memang dapat mengurangi tingkat Penjualan premium, namun tidak menutup kemungkinan Pertalite juga akan mengurangi tingkat penjualan Pertamax di masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena harga dan kualitas dari Pertalite berada diantara Premium dan Pertamax. Ketika konsumen dari Premium berpindah ke Pertalite tentu saja merupakan keuntungan bagi PT Pertamina (Persero) karena Pertalite memberikan margin yang lebih baik. Selain itu karena nilai Research Octane Number (RON) Pertalite (90) lebih tinggi dari Premium (88) maka hasil pembakaran mesin kendaraan (gas buang) yang ada diharapkan akan lebih ramah lingkungan. Namun sebaliknya ketika konsumen dari Pertamax berpindah ke Pertalite, maka akan muncul risiko bahwa profit perusahaan berkurang dari sisi margin penjualan, dan karena nilai RON Pertalite lebih rendah dari Pertamax (92) maka hasil pembakaran mesin kendaraan (gas buang) yang ada akan lebih tidak ramah lingkungan. PT Pertamina (Persero) menugaskan unit fungsi Retail Fuel Marketing (RFM) untuk mengatasi hal ini. Unit fungsi Retail Fuel Marketing mendapatkan tugas
1
2
untuk memindahkan 30% konsumen yang mengkonsumsi premium menjadi mengkonsumsi pertalite dengan seminimal mungkin konsumen pertamax yang berpindah. Untuk menangani kasus ini, diperlukan Identifikasi karakteristik konsumen serta analisis needs and wants konsumen jenis Premium, Pertalite, dan Pertamax untuk dapat menentukan langkah dalam meningkatkan penjualan Pertalite.
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik konsumen jenis Premium, Pertalite, dan Pertamax? 2. Bagaimana needs and wants konsumen jenis Premium, Pertalite. dan Pertamax? 3. Bagaimana tindakan yang harus dilakukan untuk dapat mencapai target penjualan Pertalite?
1.3. Tujuan 1. Mendapatkan informasi karakteristik konsumen jenis Premium, Pertalite dan Pertamax. 2. Mendapatkan informasi needs and wants konsumen jenis Premium, Pertalite, dan Pertamax. 3. Dapat merencanakan strategi yang tepat untuk meningkatkan penjualan Pertalite.
1.4. Asumsi dan Batasan 1. Tidak ada / sangat kecil kemungkinan konsumen Pertamax Plus dan Pertamax Racing untuk terpangaruh kondisi diluncurkannya Pertalite 2. Analisis dan pengambilan data hanya dilakukan dalam wilayah operasional PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V (Jawa Timur-BaliNusa Tenggara). 3. Harga produk bahan bakar bensin yang digunakan dalam analisis merupakan harga bahan bakar pada bulan Februari 2016 di Region V (Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara).
3
4. Untuk segmen pelajar / mahasiswa, tidak semua memiliki uang saku yang dibatasi.
1.5. Manfaat 1. PT Pertamina (Persero)
Dapat memperoleh informasi needs and wants konsumen Premium, Pertalite, dan Pertamax
Dapat menentukan strategi rekayasa posisi atribut produk Premium, Pertalite, dan Pertamax supaya dapat mencapai target penjualan
2. Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan melalui berbagai mata kuliah di Program Studi Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dalam dunia kerja.
Memenuhi kewajiban dan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata-Satu (S1) di Program Studi Teknik Industri, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 atas keinginan Pemerintah Republik Indonesia yang mulai menginventarisasi sumber – sumber pendapatan negara, di antaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang – ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa. Pada tahun 1960 PT Pertamina direstrukturisasi menjadi PN Permina sebagai tidak lanjut dari kebijakan pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah negara. Pada tahun 1971, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan UU No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina sebagai satu – satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang – ladang minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas di seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu, untuk menghadapi dinamika perubahan di industri minyak dan gas baik nasional maupun global, pemerintah menerapkan UU No. 22 tahun 2001, dimana setelah penerapan UU ini, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya. ini membuat penyelengaraan kegiatan bisnis PSO akan diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar. Pada hari ulang tahun PT Pertamina (Persero) di tahun 2005, Pertamina membuat terobosan baru dengan mengubah logo perusahaan dari logo kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha perseroan.
4
5
2.2. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia. Untuk mendukung tercapainya visi perusahaan, PT Pertamina (Persero) memiliki beberapa misi, yaitu menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara reintegrasi, berdasarkan prinsip – prinsip komersial yang kuat. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, PT Pertamia (Persero) memiliki tata nilai, yang dikenal sebagai “6C”, sebagai berikut: 1. Clean (Bersih) PT Pertamina (Persero) dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menerima suap, serta menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Selain itu, PT Pertamina (Persero) berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. Competitive (Kompetitif) PT Pertamina (Persero) diharapkan mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi, membangun budaya sadar biaya, serta menghargai kinerja dari setiap elemen perusahaan yang ada. 3. Confident (Percaya Diri) PT Pertamina (Persero) berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta membangun kebanggaan bangsa Indonesia. 4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan) PT Pertamina (Persero) berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan. 5. Commercial (Komersial) PT Pertamina (Persero) menciptakan nilai tambah (value-addition) dengan orientasi komersial, serta mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6
6. Capable (Berkemampuan) PT Pertamina (Persero) dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta serta penguasaan teknis yang tinggi, dan berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
2.3. Unit Fungsi Retail Fuel Marketing Unit fungsi Retail Fuel Marketing merupakan salah satu fungsi yang ada di dalam direktorat pemasaran dan niaga yang menangani pemasaran Fuel Retail pada sektor transportasi dan rumah tangga. PT Pertamina (Persero) melakukan pemasaran Fuel Retail melalui lembaga penyalur retail bahan bakar minyak (BBM) maupun bahan bakar khusus (BBK) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terkhusus untuk PT Pertamina (Persero) MOR V dengan wilayah Jawa Timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pemasaran tersebut dilakukan melalui stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), agen Premium dan minyak solar (APMS), stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), serta Premium Solar Packed Dealer (PSPD).
2.4. Visi dan Misi Fungsi Retail Fuel Marketing Fungsi Retail Fuel Marketing memiliki visi “Menjadi Unit Pemasaran yang Unggul, Maju, dan Terpandang”, didukung dengan misi: 1.
Melakukan usaha dalam bidang BBM dan non-BBM yang menunjang bisnis perusahaan.
2.
Merupakan unit pemasaran yang dikelola secara profesional, kompetitif, dan berdasarkan tata nilai unggulan dan berorientasi laba.
3.
Memberikan nilai tambah bagi perusahaan, pelanggan, pekerja, dan masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi region V (wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
Dalam menjalankan visi dan misinya, fungsi Retail Fuel Marketing memiliki tugas pokok:
7
1.
Menyediakan dan menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerja fungsi Retail Fuel Marketing region V yang meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
2.
Memasarkan bahan bakar khusus (Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Dex, dan Pertalite) dan non-BBM (aspal dan petrokimia) di wilayah kerja unit Retail Fuel Marketing region V yang meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
2.5. Struktur Organisasi Unit Fungsi Retail Fuel Marketing Berikut merupakan struktur organisasi dari unit fungsi Retail Fuel Marketing:
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Unit Fungsi Retail Fuel Marketing
8
2.6. Proses Produksi Kegiatan yang ada di dalam PT Pertamina (Persero) MOR V, khususnya terkait dengan unit fungsi Retail Fuel Marketing, adalah pelayanan sales produk-produk dari PT Pertamina (Persero), untuk penjualan produk bahan bakar minyak bersubsidi (non-SPBU), maka pelayanan penjualannya mengikuti alur sebagai berikut:
Gambar 2.2. Alur Penjualan Bahan Bakar Minyak Bersubsidi dan Beralokasi
Untuk mekanisme penjualan tersebut, PT Pertamina (Persero) sudah menerapkan sistem terkomputerisasi secara otomatis dengan memanfaatkan program SAP (System Application and Product) untuk berbagai pihak yang terlibat dalam saluran distribusi bahan bakar minyak, seperti pihak depot (gudang minyak), Bank (sebagai partner layanan transaksi keuangan), berbagai unit fungsi dalam PT Pertamina (Persero), serta lembaga penyalur non-SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan, Solar Package Dealer Nelayan, Agen Premium dan Minyak Solar).
9
Alur pelayanan pembelian bahan bakar minyak oleh lembaga penyalur nonSPBU berjalan sebagai berikut: 1. Pembuatan schedulling agreement SPC (Share Processing Center, sebuah program otomasi pengelolaan data) berdasarkan Product Allocation yang disediakan oleh unit pemasaran PT Pertamina (Persero). 2. Dari SA yang dibuat oleh SPC, kemudian secara otomatis sistem akan membuat Delivery Order (DO) di Bank yang menjadi partner dari PT Pertamina (Persero). DO yang bersifat online dapat dicetak di Bank dan diberikan apabila diperlukan. 3. TD (Time-Driven) schedulling akan dibuat di depot oleh sistem, yang terhubung ke penentuan kendaraan dan sopir kendaraan yang dialokasikan untuk pendistribusian bahan bakar minyak yang telah dipesan. 4. Vehicle Master (data kendaraan dan sopir yang digunakan untuk pengantaran) akan disimpan dalam SAP. Jika data tidak ditemukan, maka sistem akan menggunakan dummy vehicle. Nomor kendaraan (vehicle number) akan dimasukkan pada TD shipment (perintah pengemasan dan persiapan distribusi). Driver Master tidak disimpan dalam SAP, sehingga akan dimasukkan pada kolom text pada TD shipment. TD schedulling selanjutnya dicetak di gate-in pada depot. 5. Pada saat proses pemuatan barang, TD Load Confirmation dan Delivery Confirmation (perintah pengiriman) akan diberikan bersamaan di depot, hingga selanjutnya muncul surat jalan di gate-out yang akan diberikan ke sopir. 6. Saat pengiriman mulai dilaksanakan (kendaraan pengangkut berangkat), billing (tagihan) akan otomatis dibuat oleh background program dan dikirimkan untuk dicetak di depot yang selanjutnya akan disampaikan ke konsumen (lembaga penyalur non-SPBU)
Sedangkan untuk alur penjualan bahan bakar minyak non-subsidi (ke SPBU) mengikuti alur yang sama, namun tanpa melalui proses pembuatan scheduling agreement.
10
2.7. Kontrol Kualitas di PT Pertamina (Persero) MOR V Kontrol Kualitas pada PT Pertamina (Persero) MOR V cenderung lebih difokuskan pada control performa para pegawainya, karena terkait bidang jasa penyediaan bahan bakar serta pemasaran yang ditangani. Secara umum terdapat 2 macam kontrol kualitas pada pegawai, yaitu kontrol kualitas performa dengan Key Performance Indicator (KPI) dan Sistem Manajemen Kinerja (SMK). Perbedaan dari dua sistem ini adalah KPI memiliki target performa spesifik dan biasanya digunakan untuk mengukur performa karyawan golongan tinggi, sedangkan SMK tidak memiliki target performa spesifik dan biasanya digunakan untuk mengukur performa karyawan golongan tidak tinggi. Berikut detail proses KPI dan SMK.
KPI Proses dari KPI pada PT Pertamina (Persero) sendiri yaitu :
1. Evaluee memilih nominee penilai 360o Evaluee (yang terevaluasi) memilih nominasi penilai 360o (menilai dari segala aspek). Disini penilai 360 dapat berasal dari fungsi yang sama dengan pangkat sederajat, maupun diatas dan juga lain fungsi namun yang pernah bekerja bersama. 2. Evaluator memilih penilai 360o Evaluator (pengevaluasi) kemudian memilih penilai 360o yang telah diusulkan sebelumnya. 3. Evaluee melengkapi Self Review dan Peer / Subordinates memberikan penilaian 360o 4. Evaluator mengisi LBS & Sintesis Evaluator Evaluator disini melakukan cross check mengenai kesesuaian self review yang telah dibuat oleh evaluee apakah sudah. 5. Diskusi People Review & Anchoring Disini Evaluator melakukan diskusi bersama evaluator lainnya mengenai hasil evaluasi self review setiap evaluee dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan nilai performa dari evaluee. 6. Evaluator mengisi Sintesis Evaluator Final
11
Disini evaluator mengisi sintesis performa berdasarkan diskusi proses sebelumnya. 7. Dialog day Pada dialog day, evaluee, nominee, dan evaluator berada di satu ruangan untuk secara bersama-sama mengetahui hasil evaluasi. Evaluator akan memberikan evaluasi terhadap setiap evaluee baik itu kekurangan, kelebihan, nilai performa mereka, serta perbaikan kedapannya untuk performa mereka.
SMK
1. Evaluee melengkapi hasil kerja 2. Evaluee melengkapi Self Review 3. Evaluator menilai menilai hasil kerja & kompetensi Disini penilaian hasil kerja dari evaluee tidak berdasarkan pada target spesifik tertentu. Penilaian dilakukan berdasarkan penafsiran evaluator terhadap performa evaluee pada aspek / jenis tugas tertentu. 4. Evaluator mengisis sintesis Disini evaluator menyimpulan sementara hasil kerja & kompetensi dari evaluee. 5. Diskusi People Review & Anchoring Seperti pada KPI, Disini evaluator melakukan diskusi bersama evaluator lainnya mengenai hasil evaluasi self review setiap evaluee dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan nilai performa dari evaluee. 6. Evaluator mengisis Rangkuman Final Disini evaluator mengisi sintesis berdasarkan diskusi proses sebelumnya. 7. Dialog Day Pada dialog day, evaluee dan evaluator berada di satu ruangan untuk secara bersama-sama mengetahui hasil evaluasi. Evaluator akan memberikan evaluasi terhadap setiap evaluee baik itu kekurangan, kelebihan, nilai performa mereka, serta perbaikan kedapannya untuk performa mereka.
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Produk Bensin PT Pertamina (Persero)
3.1.1. Premium Premium merupakan bensin jenis distilat yang memiliki warna kekuningan, jernih, dan terang. Premium memiliki RON 88, dimana merupakan kadar RON paling rendah di antara jenis bensin lainnya yang dipasarkan di SPBU Pertamina di Indonesia. Harga jual Premium ini sendiri ditentukan oleh Pemerintah Indonesia. Harga jual Premium sendiri per 14 Februari 2016 adalah sebesar Rp 7.050,00/liter di wilayah Surabaya.
3.1.2. Pertalite Pertalite merupakan salah satu bahan bakar jenis bensin yang baru diluncurkan pertamina di akhir Juli 2015 untuk memenuhi Surat Keputusan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 313 Tahun 2014 tentang spesifikasi BBM RON 90. Pertalite ini sendiri memiliki warna hijau, jernih, dan terang. Harga jual Pertalite sendiri per 14 Februari 2016 adalah sebesar Rp 7.600,00/liter di wilayah Surabaya
3.1.3. Pertamax Pertamax adalah bahan bakar jenis bensin yang mengandung zat aditif ecosave technology yang mampu melakukan pembakaran lebih sempurna dibandingkan jenis bensin Premium dan Pertalite, sehingga kinerja mesin lebih optimal. Pertamax memiliki ciri fisik berwarna biru, jernih, dan terang. Nilai RON pertamax sendiri adalah 92. Harga jual Pertamax sendiri per 14 Februari 2016 adalah sebesar Rp 8.250,00/liter di wilayah Surabaya.
12
13
3.2. Needs & Wants Konsumen Needs & wants dari konsumen sangat mempengaruhi keputusan pemilihannya terhadap suatu produk. Needs merupakan kebutuhan dasar dari konsumen, sedangkan wants merupakan keinginan dari konsumen terhadap suatu produk yang mereka butuhkan (Hitesh, 2011). Needs and wants dari setiap mungkin dapat berbeda tergantung dari latar belakang dari konsumen itu sendiri.
3.3. Uji Statistik
3.3.1. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan berdasarkan karakteristik data itu sendiri. Dalam hal ini karakteristik data dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : a. Data berupa Skala (contoh : Likert) Tayyari dan Smith (1997) mengatakan bahwa uji kecukupan data yang berupa skala dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
(1)
Keterangan : K : tingkat kepercayaan s
: derajat ketelitian
N : Jumlah data N’ : Jumlah data yang dibutuhkan x
: Data
b. Data berupa Proporsi (contoh : data defective item) Menurut Lwanga dan Lemeshow (1991), uji kecukupan data berupa proporsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
14
(2)
Keterangan : N : jumlah data yang dibutuhkan p
: proporsi tidak cacat
q
: proporsi cacat (1-q)
e
: limit dari error (0,1)
3.3.2. Uji Normalitas Sebelum menganalisis data menggunakan metode statistik, diperlukan uji normalitas untuk mendapatkan metode yang paling tepat dalam menganalisis data secara statistik. Terdapat banyak metode uji normalitas, salah satu yang dapat digunakan adalah Uji Kolmogorof-Smirnov (Conover, 1999). Bila P-value ≥ α, maka keputusan yang diambil adalah data mengikuti distribusi yang dihipotesiskan. Sebaliknya bila P-value < α, maka data tidak mengikuti distribusi spesifik yang dihipotesiskan.
3.3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas merupakan uji untuk mengukur apakah instrument penelitian yang digunakan akan menghasilkan data yang valid atau tidak. Valid tidaknya instrumen sendiri tergantung dari nilai korelasinya. Apabila nilai korelasi hitung kurang dari nilai korelasi tabel, maka instrument dinyatakan tidak valid, dan begitu pula sebaliknya (Raharjo, 2014). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan dari instrument penelitian itu sendiri. Nilai reliabilitas dapat dilihat dari besar Cronbach’s Alpha yang dihasilkan. Menurut George dan Mallery (2003), tingkat reliabilitas instrumen berdasarkan Cronbach’s Alpha adalah sebagai berikut: a. >0,80
: Sangat baik
b. 0,70-0,79
: Baik
c. 0,60-0,69
: Dapat diterima
d. 0,50-0,59
: Dipertanyakan
15
e. <0,50
: Tidak bisa diterima
Baik validitas maupun relibilitas dari instrumen harus melebihi dari standar yang ditentukan. Bila belum dapat memenuhi maka instrumen yang ada harus dikembangkan dan diperbaiki terlebih dahulu.
3.3.4. Uji Korelasi Uji korelasi merupakan uji untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara varibel satu daengan variabel lainnya. Untuk data parametrik (terdistribusi normal), dapat digunakan metode uji korelasi Pearson, Parsial, Semi Parsial, dan Ganda (Muhson, 2013). Sedangkan untuk data non parametrik dapat digunakan uji korelasi Rangk Spearman, Tau Kendall, dan Koefisien Kontingensi. Nilai korelasi yang dihasilkan di notasikan sebagai “rs”. Semakin besar nilai rs semakin kuat hubungan antara variabel yang ada, begitu pula sebaliknya. Untuk nilai positif dan negatif dari “rs” menunjukan arah hubungan yang ada. Bila rs bernilai positif, maka hubungan searah, dan bila negatif maka hubungan berkebalikan.
(3) 3.3.5. Rating Factor Metode rating factor digunakan untuk menilai alternatif berdasarkan faktorfaktor yang dipilih (Kumar & Suresh, 2009). Untuk melakukan metode ini diperlukan data bobot dari setiap faktor serta nilai atribut dari produk. Bobot setiap atribut dikalikan dengan nilai atribut dari alternatif menghasilkan skor. Hasil dari penjumlahan skor-skor yang ada akan menghasilkan total skor, total skor inilah yang menjadi nilai dari sebuah produk. Rating factor ini biasanya digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif. Alternatif dengan total skor lebih tinggi akan cenderung dipilih. Berikut contoh tabel yang digunakan dalam perhitungan rating factor:
16
Tabel 3.1. Contoh Tabel Rating Factor Produk A Produk B Atribut
Produk C
Bobot Nilai
Skor
nilai
skor
Nilai
skor
atribut 1 atribut 2 atribut ... atribut x Total Skor
total skor produk A
total skor produk B
total skor produk C
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah konsumen bahan bakar bensin yang diproduksi oleh PT Pertamina (Persero), yaitu konsumen Premium, Pertalite, dan Pertamax. Konsumen bahan bakar bensin tersebut merupakan konsumen yang berdomisili di area Surabaya selama bulan Januari - Februari 2016.
4.2. Data yang Dibutuhkan Data-data yang dibutuhkan selama penelitian kerja praktik ini sebagai berikut: a. Profil konsumen bahan bakar bensin PT Pertamina (Persero), yaitu usia, jenis kendaraan bermotor yang sering digunakan, profesi, pendapatan, dan pengeluaran untuk pembelian bahan bakar bensin per bulan. b. Preferensi konsumen bahan bakar bensin PT Pertamina (Persero). c. Penilaian konsumen terhadap atribut bahan bakar bensin PT Pertamina (Persero). d. Prioritas atribut bahan bakar bensin PT Pertamina (Persero)
4.3. Alat dan Bahan a. Kuesioner survey konsumen bahan bakar bensin PT Pertamina (Persero). b. Software Microsoft Excel sebagai pengolah data. c. Google Form sebagai media kuesioner online.
4.4. Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data melalui survey dilakukan pada hari Rabu, 3 Februari 2016 hingga hari Jumat, 5 Februari 2016, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
17
18
Tabel 4.1. Waktu dan Tempat Pengambilan Data Responden Hari Rabu Kamis Jumat
Tanggal Tempat 3 Februari 2016 SPBU 51.601.65 Jemursari 4 Februari 2016 SPBU 51.601.77 Dr. Soetomo SPBU 51.601.118 Pakuwon City 5 Februari 2016 SPBU 51.601.77 Dr, Soetomo
Gambar 4.1. SPBU 51.601.65 Jemursari
Gambar 4.2. SPBU 51.601.77 Dr. Soetomo
Gambar 4.3. SPBU 51.601.118 Pakuwon City
19
Selain itu, survey langsung juga diadakan di kawasan umum di kota Surabaya, yaitu di salah satu restoran di sekitar Waru (perbatasan Surabaya – Sidoarjo) dan Tunjungan Plaza pada tanggal 6 Februari 2016. Pengambilan data juga dilakukan melalui penyebaran kuesioner online yang dibuka pada tanggal 3 – 5 Februari 2016. Kuesioner online disebarkan secara terbatas melalui komunitas sosial media yang anggotanya berdomisili di area Surabaya.
4.5. Tahapan Penelitian 1. Observasi permasalahan yang ada di lingkungan unit fungsi Retail Fuel Marketing. 2. Penyusunan kuesioner penelitian dan konsultasi konten kuesioner dengan staff di unit fungsi Retail Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya. 3. Pengurusan izin pengambilan data di SPBU COCO (dibawah pengawasan langsung PT Pertamina (Persero)) melalui pembimbing, SE Surabaya, dan manager Retail Fuel Marketing PT Pertamina (Persero). 4. Pengambilan data melalui survey dan kuesioner online. 5. Pengolahan data secara statistik menggunakan software Microsoft Excel. 6. Penyusunan laporan hasil penelitian. 7. Presentasi hasil analisis.
4.6. Jadwal Penelitian Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kerja Praktik Kegiatan Observasi Permasalahan Perencanaan Penelitian Penyusunan Kuesioner Pengambilan Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan Presentasi Hasil Penelitian
1
2
Minggu Ke3
4
5
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Responden Dalam penelitian ini dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian. Jumlah responden pada survey pendahuluan adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Jumlah Responden pada Survey Pendahuluan untuk Tiap Jenis Bensin Jenis Bensin
Jumlah Responden
Premium
102
Pertalite
74
Pertamax
92
Responden dalam penelitian yang ada sendiri diambil melalui beberapa sumber berikut: 1. 179 responden didapatkan melalui penyebaran kuesioner di 3 SPBU COCO Surabaya. 2. 59 responden didapatkan melalui penyebaran kuesioner secara online. 3. 30 responden penyebaran kuesioner pada beberapa fasilitas umum di Surabaya.
5.2. Kecukupan Data Berdasarkan variasi jawaban responden pada setiap point kuesioner yang digunakan untuk menentukan kecukupan jumlah responden, berikut dapat dihitung kecukupan data masing-masing responden pengguna jenis bensin tertentu pada setiap pointnya.
20
21
Tabel 5.2. Kecukupan Data Jumlah Responden untuk Poin Pertanyaan Survey RESPONDEN
POIN 1
POIN 2
POIN 3
PREMIUM
36
36
27
PERTALITE
33
37
PERTAMAX
42
49
POIN 4
POIN 5
POIN 6
53
39
100
32
33
34
71
42
68
50
79
Dari Tabel 5.2. dapat diketahui jumlah responden pada survey pendahuluan sudah mencukupi sebagai bahan penelitian. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan relibilitas pada keenam point pertanyaan diatas untuk mengetahui apakah instrument yang ada sudah valid dan reliable.
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
5.3.1. Uji Validitas Untuk melakukan uji Validitas, dilakukan uji distribusi terlebih dahulu untuk menentukan metode uji validitas yang sesuai. Pada uji distribusi didapatkan nilai p-value sebagai berikut: Tabel 5.3. P-value untuk Uji Validitas Responden Point 1 Point 2 Point 3 Point 4 Point 5 Point 6 Premium
0
0
0
0
0
0
Pertalite
0
0
0
0
0
0
Pertamax
0
0
0
0
0
0
Dengan menggunakan nilai α = 0,05, dapat disimpulkan bahwa semua distribusi yang ada tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu akan digunakan uji Spearman-Rho untuk mengetahui validitasnya. Berikut nilai validitas dari setiap poin pertanyaan untuk setiap jenis responden:
22
Tabel 5.4. Validitas Kuesioner Jenis Responden
Premium
Pertalite
Pertamax
Poin 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Nilai R 0,615 0,647 0,354 0,719 0,671 0,457 0,689 0,669 0,565 0,692 0,654 0,366 0,652 0,582 0,473 0,657 0,693 0,504
R-tabel 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,1927 0,2257 0,2257 0,2257 0,2257 0,2257 0,2257 0,2028 0,2028 0,2028 0,2028 0,2028 0,2028
Kesimpulan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tabel 5.4. dapat diketahui bahwa kuesioner yang ada valid untuk digunakan.
5.3.2. Uji Reliabilitas Berikut nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap jenis responden yang ada:
Tabel 5.5. Reliabilitas Kuesioner Jenis Responden
Cronbach's Alpha
Kesimpulan
Premium
0,619
Reliable
Pertalite
0,663
Reliable
Pertamax
0,602
Reliable
23
Dari Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa kuesioner yang ada reliable untuk digunakan. Pada survey pendahuluan didapatkan bahwa responden yang ada telah cukup dan kuesioner yang ada telah valid dan reliable. Dengan demikian data pada survey pendahuluan langsung dapat digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut.
5.4. Profil Responden Berikut merupakan profil responden yang datanya digunakan dalam analisis penelitian: 5.4.1. Usia Berikut profil usia dari responden yang ada: Tabel 5.6. Usia Responden Usia (tahun) 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 - 39 40 - 44 45- 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64
Jumlah (orang) 18 101 46 28 21 18 13 16 3 4
24
5.4.2. Pekerjaan Berikut profil pekerjaan dari responden yang ada: Tabel 5.7. Pekerjaan Responden Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar / Mahasiswa BUMN TNI / POLRI Pensiunan Ibu Rumah Tangga
Jumlah 10 134 24 81 10 2 4 3
5.4.3. Penghasilan / Uang Saku Responden Berikut profil penghasilan / uang saku responden dari responden yang ada: Tabel 5.8. Penghasilan / Uang Saku Responden Pendapatan < Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 - Rp 4.999.999,00 Rp 5.000.000,00 - Rp 9.999.999,00 Rp 10.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 > Rp 20.000.000 5.4.4. Jumlah pengguna Premium Pertalite Pertamax Tabel 5.9. Jenis Bensin yang Digunakan Jenis Bensin Premium Pertalite Pertamas
Jumlah 102 74 90
Jumlah 102 125 32 7 2
25
5.5. Karakteristik Pengguna, Premium, Pertalite, dan Pertamax
5.5.1. Pekerjaan a. Komposisi Pekerjaan Berdasar Pengguna Jenis Bensin Untuk menghitung komposisi pekerjaan berdasar pengguna jenis bensin ini dilakukan dengan tidak menggunakan data yang didapat dari 3 SPBU saja untuk menjaga komposisi dari pekerjaan yang ada secara random. Berikut komposisi pekerjaan Berdasarkan Jenis Bensin yang digunakan: Tabel 5.10. Komposisi Pekerjaan Berdasarkan Pengguna Jenis Bensin Jenis Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar / Mahasiswa BUMN TNI / POLRI Pensiunan Ibu Rumah Tangga Total
Premium Pertalite Pertamax n =51 n = 67 n= 60 4% 4% 5% 71% 63% 57% 8% 10% 15% 4% 12% 15% 6% 6% 5% 0% 1% 2% 4% 1% 2% 4% 1% 0% 100% 100% 100%
Dari Tabel 5.10. dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis bensin, komposisi jenis pekerjaan cukup beragam. Untuk jenis pekerjaan PNS, BUMN, TNI/POLRI serta pensiunan, persentase pengguna ketiga jenis bensin tidak terlalu berbeda. Sedangkan untuk pegawai swasta, wiraswasta, pelajar / mahasiswa, serta Ibu rumah tangga menunjukan perbedaan yang signifikan. Namun komposisi berdasarkan jenis bensin ini juga memungkinkan terbaur dengan populasi jenis pekerjaan secara umum di Surabaya, sehingga perlu dilakukan penghitungan komposisi pengguna jenis bensin berdasar jenis pekerjaannya.
26
b. Komposisi Pengguna Pengguna Jenis Bensin Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.11. Komposisi Pengguna Jenis Bensin Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Pelajar / Mahasiswa BUMN TNI / POLRI Pensiunan Ibu Rumah Tangga
n 10 134 24 81 10 2 4 3
Premium Pertalite Pertamax 30% 30% 40% 40% 32% 28% 21% 33% 46% 42% 16% 42% 30% 40% 30% 0% 50% 50% 50% 25% 25% 67% 33% 0%
Total 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan komposisi diatas terlihat komposisi pengguna premium dominan pada jenis pekerjaan swasta, pelajar / mahasiswa, pensiunan, dan ibu rumah tangga. Komposisi pertalite dominan pada jenis pekerjaan BUMN dan TNI/POLRI. Komposisi pengguna Pertamax dominan pada PNS, Wiraswasta, Pelajar /mahasiswa, dan TNI/POLRI. Berdasarkan komposisi tersebut, terlihat bahwa potential market untuk Pertalite dapat ditingkatkan terutama dari jenis pekerjaan swasta, pelajar / mahasiswa, pensiunan, dan ibu rumah tangga.
5.5.2. Penghasilan / Uang Saku Untuk penghasilan / uang saku, identifikasi dibagi menjadi dua yaitu non pelajar / mahasiswa dan pelajar / mahasiswa. Pemisahan ini sendiri dilakukan karena pelajar / mahasiwa memiliki karakteristik yang berbeda dari jenis pekerjaan yang lainnya. Sebagian besar pelajar / mahasiswa mendapatkan uang bulanan dari orang tua mereka, sedangkan yang lain berdasarkan usaha mereka sendiri. Hal ini nantinya tentu akan mempengaruhi pertimbangan terkait jenis bensin yang akan mereka beli.
27
a. Non Pelajar / Mahasiswa Tabel 5.12. Persebaran Pendapatan Jenis Pekerjaan Non Pelajar / Mahasiswa untuk Setiap Jenis Bensinnya Pendapatan < Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00-Rp 4.999.999,00 Rp 5.000.000,00-Rp 9.999.999,00 Rp 10.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 > Rp 20.000.000
Premium Pertalite Pertamax n = 68 n = 61 n = 58 28% 16% 9% 59% 62% 59% 7% 20% 26% 6% 2% 3% 0% 0% 3%
Dari tabel 5.12. terlihat bahwa besarnya pendapatan cukup mempengaruhi preferensi pembelian bahan bakar tertentu. Untuk memastikannya, dilakukan uji korelasi apakah dengan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula preferensi masyarakat untuk membeli BBM berkualitas bagus. Berdasarkan uji korelasi menunjukan nilai p-value = 0,001 dengan menggunakan nilai α = 0,05 maka didapatkan bahwa terjadi korelasi yang signifikan antara besarnya pendapatan dan tingginya kualitas jenis bensin yang dibeli.
Ini berarti tingginya penghasilan akan mempengaruhi tingginya
kualitas bensin yang dibeli. Berdasarkan komposisi beserta uji korelasi dimana dengan kualitas ditengah, maka pertalite sangat mungkin untuk menjadi bensin yang digunakan pada masyarakat berpenghasilan mulai dari yang berpenghasilan cukup besar (> Rp 2.000.000.00). Oleh karena berdasarkan pendapat masih terdapat kemungkinan kecil dari 59% pengguna premium yang berpindah, kemungkinan sedang dari 7% yang pindah, dan kemungkinan besar dari 6% yang pindah.
28
b. Jenis Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Tabel 5.13. Persebaran Uang Saku jenis Pekerjaan Pelajar / Mahasiswa untuk setiap Jenis Bensinnya Uang Saku < Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 - Rp 4.999.999,00 Rp 5.000.000,00 - Rp 9.999.999,00 Rp 10.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 > Rp 20.000.000
Premium n = 34 79% 21% 0% 0% 0%
Pertalite n = 13 92% 8% 0% 0% 0%
Pertamax n = 34 85% 15% 0% 0% 0%
Dari tabel 5.13. terlihat bahwa semakin tingginya uang saku, tidak berpengaruhi pada semakin tingginya kualitas bensin yang mereka pakai. Untuk memastikannya, dilakukan uji korelasi apakah dengan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula preferensi pelajar / mahasiswa untuk membeli BBM berkualitas bagus. Berdasarkan uji korelasi menunjukan nilai p-value = 0,805, dengan menggunakan nilai α = 0,05 maka didapatkan bahwa tidak terjadi korelasi yang signifikan antara besarnya uang saku dan tingginya kualitas jenis bensin yang dibeli. Ini berarti besarnya uang saku tidak mempengaruhi secara signifikan tingginya kualitas bensin yang dibeli.
5.5.3. Komposisi Asal Pengguna Pertalite Konsumen Pertalite berdasarkan hasil kuesioner berdasarkan dari Premium dan Pertamax saja. Berikut komposisi asal besin yang digunakan oleh konsumen Pertalite: a. Pendekatan Kuesioner Tabel 5.14. Komposisi Asal Bensin yang digunakan Konsumen Pertalite Bahan Bakar Asal Premium Pertamax Total
Jumlah Persentase 59 80% 15 20% 74 100%
29
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar (80%) konsumen Pertalite dulunya merupakan konsumen Premium, sedangkan sebagian kecil (20%) merupakan konsumen Pertamax. Hal ini menunjukan kebijakan pengeluaran Pertalite sudah hampir tepat sasaran, yaitu menggeser market share dari Premium untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, konsekuensi mengambil market share Pertamax walau dengan berdasar jumlah BBM yang terjual pada bulan desember 2015, bila dikembalikan ke persentase asal yang pindah, persentase konsumen Premium yang berpindah 8% sedangkan Pertamax 10% dari komposisi awal. Terdapat beragam alasan konsumen untuk berpindah menggunakan Pertalite. Berikut rekapitulasi alasan pindah konsumen jenis Pertalite: Tabel 5.15. Alasan Pindah Konsumen Jenis Pertalite Alasan Penggunaan BBM Jenis Kendaraan Kenyamanan Mesin Mesin Bersih, Awet Irit Ramah Lingkungan Promo Coba-coba Harga Terjangkau
Asal Premium Pertamax 5% 20% 75% 67% 61% 60% 22% 20% 2% 0% 3% 7% 5% 7% 20% 47%
Berdasarkan tabel 5.15. diketahui bahwa dominasi alasan pindah dari pengguna Pertalite yang berasal dari Premium adalah kenyamanan mesin serta mesin bersih dan awet. Sedangkan konsumen yang berasal dari Pertamax pindah karena harga dari Pertalite yang lebih terjangkau namun dengan kenyamanan mesin serta mesin bersih dan awet yang cukup baik. Untuk alasan yang bertendensi untuk kembali lagi ke jenis BBM yang dikonsumsi di awal seperti adanya promo, coba-coba dan harga terjangkau berdasarkan hasil kuesioner cukup baik bagi perusahaan. Promo dan coba-coba memiliki persentase yang kecil sehingga kalau konsumen pertalite kembali ke jenis bensin yang dikonsumsi sebelumnya tidak terlalu berdampak signigikan.
30
Sedangkan untuk harga, cukup berpengaruh bagi jumlah pengkonsumsi pertalite, oleh karena itu, sebaiknya perusahaan sangat berhati-hati-hati dalam menentukan harga ini.
5.5.4. Alasan Pemilihan Bahan Bakar Bensin Berdasarkan kuesioner, berikut komposisi alasan pemilihan bensin yang digunakan untuk setiap jenis konsumen bensin: Tabel 5.16. Komposisi Alasan Pemilihan Jenis Bensin untuk setiap Jenis Konsumen Bensin Premium Pertalite Pertamax Alasan Penggunaan BBM (n = 102) (n = 74) (n = 92) Jenis Kendaraan 6% 7% 21% Kenyamanan Mesin 2% 72% 58% Mesin Bersih, Awet 2% 59% 50% Irit 5% 20% 29% Ramah Lingkungan 0% 1% 1% Promo 0% 4% 0% Coba-coba 0% 5% 0% Harga Terjangkau 78% 26% 1% Kebijakan Perusahaan 10% 0% 0% Ta npa Subsidi 0% 0% 2% Ketersediaan 2% 0% 0% Kebiasaan ("Budaya") 10% 0% 2% Tidak Antre 0% 0% 2% Jarak Tempuh 1% 0% 3%
Dari tabel 5.16 diketahui bahwa untuk konsumen Premium, alasan yang paling dominan adalah harga terjangkau, diikuti dengan kebijakan perusahaan dan kebiasaan (“budaya”). Untuk alasan harga terjangkau memiliki komposisi yang sangat besar, karena Premium sudah memiliki “label” sebagai bensin dengan harga paling terjangkau. Selain itu, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat yang beralasan harga terjangkau mengetahui bahwa bensin Pertalite lebih irit dibandingkan Premium.
31
Tabel 5.17. Pengetahuan Konsumen Premium yang Memilih Premium karena Harga Terjangkau Pengetahuan Mengetahui Pertalite lebih irit Tidak mengetahui Pertalite lebih irit Pertalite dan Premium sama saja setelah mencoba
n = 80 47% 43% 10%
Dari tabel 5.17 dapat diketahui bahwa hampir separuh konsumen yang memilih Premium karena harga terjangkau tidak mengetahui Pertalite lebih irit, sehingga mereka hanya membandingkan harga bensin per liternya. Bahkan untuk sebagian kecil (10%) masyarakat beranggapan setelah mencoba Pertalite dan Premium sama saja hematnya, sehingga mereka cenderung lebih memilih Premium saja. Selain itu pada pengguna Premium juga terdapat 10% konsumen yang beralasan mengkonsumsi Premium karena adanya kebijakan perusahaan dan kebiasaan mereka. Untuk konsumen jenis Pertalite dan Pertamax, terlihat terdapat dominasi alasan yang sama, yaitu kenyamanan mesin, mesin bersih dan awet, serta lebih irit. Untuk Pertalite, terlihat juga alasan harga terjangkau juga cukup mengambil komposisi yang besar. Terlihat juga isu yang penting saat ini, yaitu ramah lingkungan, hampir tidak menjadi alasan masyarakat untuk mengkonsumsi bensin yang berkualitas bagus.
5.5.5. Pengetahuan Konsumen tentang Produk Pertalite Tidak seluruh konsumen bensin mengetahui adanya bensin Pertalite saat ini. Komposisi terbesar berada pada konsumen bensin jenis Premium. Berikut selengkapnya mengenai komposisi konsumen yang mengetahui dan tidak mengetahui adanya bensin jenis Pertalite berdasarkan jenis yang dikonsumsinya.
32
Tabel 5.18. Pengetahuan Konsumen Ada Tidaknya Bensin Jenis Pertalite Jenis Jumlah Bensin Responden Premium 102 Pertalite 74 Pertamax 92
Persentase Mengetahui Tidak Mengetahui 85% 15% 100% 0% 93% 7%
Lebih mendalam, untuk konsumen jenis Premium, dari 85% responden yang mengetahui adanya produk Pertalite, 12% diantaranya tidak mengetahui harga Pertalite, sedangkan untuk konsumen jenis Pertamax, dari 93% yang mengetahui, 2% diantaranya tidak mengetahui harga dari Pertalite. Pengetahuan mengenai pertalite mereka dapatkan dari berbagai macam sumber. Berikut sumber informasi dari responden yang ada: a. Sumber informasi pada seluruh jenis pekerjaan Tabel 5.19. Sumber Informasi Seluruh Jenis mengenai Pertalite (n = 268) Sumber Informasi SPBU Operator SPBU Media Sosial Media Cetak Internet Iklan TV Kampanye Promosi Teman Bengkel
Persentase 62% 11% 10% 11% 10% 31% 5% 16% 1%
Terlihat bahwa sumber informasi utama bagi para konsumen adalah informasi mengenai Pertalite di SPBU (melalui spanduk, poster, baliho), setelah itu diikuti dengan iklan TV, teman, operator SPBU, media cetak, media sosial, internet, dan bengkel. Operator SPBU yang berhubungan langsung dengan konsumen melalui pengisian bensin ini menghasilkan hasil yang kurang efektif, karena hanya mencapai 11% saja, sementara menurut standar pelayanan bagi operator SPBU seharusnya operator yang dapat menawarkan serta menjelaskan produk-produk bahan bakar dari PT Pertamina (Persero).
33
Selanjutnya untuk mengetahui lebih detail apakah setiap metode memiliki dampak yang sama setiap jenis pekerjaan, dilakukan breakdown untuk setiap jenis pekerjaan konsumen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui metode mana yang efektif untuk setiap pekerjaannya.
b. Sumber informasi dari setiap jenis pekerjaan PNS Tabel 5.20. Sumber Informasi PNS mengenai Pertalite (n = 10) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Media Sosial Iklan TV Orang Lain
Persentase 80% 10% 50% 10%
Pegawai Swasta Tabel 5.21. Sumber Informasi Pegawai Swasta mengenai Pertalite (n = 134) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Operator Pengisian Media Sosial Media Cetak Internet Iklan TV Kampanye Promosi Orang Lain
Persentase 65% 10% 3% 10% 3% 31% 1% 7%
Wiraswasta Tabel 5.22. Sumber Informasi Wiraswasta mengenai Pertalite (n = 24) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Operator Pengisian Iklan TV Kampanye Promosi Bengkel
Persentase 67% 13% 58% 8% 4%
34
Pelajar / Mahasiswa Tabel 5.23. Sumber Informasi Pelajar / Mahasiswa mengenai Pertalite (n = 81) Sumber Informasi Produk Pertalite
Persentase
SPBU
47%
Operator Pengisian
14%
Media Sosial
27%
Media Cetak
20%
Internet
27%
Iklan TV
21%
Kampanye Promosi
9%
Orang Lain
38%
BUMN Tabel 5.24. Sumber Informasi BUMN mengenai Pertalite (n = 10) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Operator Pengisian Iklan TV Kampanye Promosi Orang Lain
Persentase 80% 20% 10% 30% 20%
TNI / POLRI Tabel 5.25. Sumber Informasi TNI / POLRI mengenai Pertalite (n = 2) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Iklan TV
Persentase 100% 100%
35
Pensiunan Tabel 5.26. Sumber Informasi Pensiunan mengenai Pertalite (n = 4) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Operator Pengisian Iklan TV
Persentase 100% 25% 50%
Ibu Rumah Tangga Tabel 5.27. Sumber Informasi Ibu Rumah Tangga mengenai Pertalite (n = 3) Sumber Informasi Produk Pertalite SPBU Media Cetak Iklan TV
Jumlah 67% 33% 67%
Berdasarkan data pada tabel-tabel tersebut, terlihat bahwa untuk profesi non-pelajar / mahasiswa selain pekerja BUMN, metode pemberian informasi Pertalite yang efektif adalah melalui SPBU secara langsung dan iklan TV. Sedangkan untuk pelajar / mahasiswa, media pemberitahuan informasi Pertalite media sosial, cetak dan internet cukup memberikan pengaruh yang signifikan.
5.6. Analisis Needs and Wants Needs dan Wants dari setiap konsumen jenis bensin diidentifikasi dari hasil pernyataan kesetujuan konsumen terhadap atribut produk serta tingkat prioritas atribut yang ada pada bensin. Berikut rekapitulasi dari prioritas atribut setiap jenis konsumen:
36
5.6.1. Pernyataan terhadap Atribut Bensin a. Membuat Performa Kendaraan Lebih Baik Tabel 5.28. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut “Membuat Performa Kendaraan Lebih Baik” Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Premium Pertalite Pertamax 39% 35% 50% 60% 65% 49% 1% 0% 0% 0% 0% 1%
Berdasarkan Tabel 5.28, konsumen jenis Pertalite dan Premium tidak memiliki perbedaan yang signifikan untuk atribut performa kendaraan
(hanya
sebatas
memperhatikan
performa
mesin),
sedangkan untuk produk Pertamax memiliki hasil yang cukup berbeda, dimana pernyataan “sangat setuju” mecapai 50% dari responden keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas konsumen Pertamax sangat menginginkan bensin yang membuat performa mesin baik.
b. Ramah Lingkungan Tabel 5.29. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut Ramah Lingkungan Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Premium Pertalite Pertamax 35% 35% 46% 64% 64% 50% 1% 1% 4% 0% 0% 0%
Berdasarkan Tabel 5.29, konsumen jenis Pertalite dan Premium memiliki pernyataan yang sama persis untuk ramah lingkungan, dimana sebagian besar hanya “sangat setuju”, sedangkan untuk Pertamax komposisi untuk “setuju” dan “sangat tidak setuju” hampir
37
sama. Ini menunjukan konsumen Pertamax lebih memikirkan dampak untuk lingkungan dari pada konsumen lainnya.
c. Harga Terjangkau Tabel 5.30. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut Harga Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Premium Pertalite Pertamax 72% 20% 21% 27% 77% 75% 1% 3% 3% 0% 0% 1%
Berdasarkan Tabel 5.30 terlihat bahwa konsumen Premium lebih sensitif terhadap harga dari pada konsumen Pertalite dan Pertamax. Hal ini ditunjukan oleh komposisi konsumen Premium yang lebih dari 70% “sangat setuju” terhadap atribut harga terjangkau. Sedangkan untuk konsumen Pertalite dan Pertamax dapat dikatakan tidak terlalu sensitif, terlihat dari komposisi terbesar pada level “setuju”.
d. Tidak Perlu Antre / Pelayanan Cepat Tabel 5.31. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut Pelayanan Cepat Pernyataan Premium Pertalite Pertamax Sangat Setuju 42% 34% 36% Setuju 53% 66% 53% Tidak Setuju 4% 0% 10% Sangat Tidak Setuju 1% 0% 1% Berdasarkan tabel 5.31, terlihat bahwa semua konsumen menginginkan supaya mereka dapat mengisi besin tanpa antre dan di layanan dengan cepat. Komposisi untuk konsumen jenis Pertalite dan Premium sama, dimana masih ada sebagian kecil yang tidak mempermasalahkan lamanya pelayanan, namun untuk jenis Pertalite, semua konsumen menginginkan pelayanan yang cepat / tanpa antre.
38
e. Mudah Didapatkan di Sekitar Tabel 5.32. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut “Mudah Didapatkan di Sekitar” Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Premium Pertalite Pertamax 43% 28% 28% 55% 71% 66% 2% 1% 4% 0% 0% 1%
Berdasarkan tabel 5.32, terlihat secara keseluruhaan untuk tiap jenis konsumen menginginkan bensin yang ada mudah didapatkan disekitar terutama untuk konsumen jenis Premium, karena hampir setengah responden menyatakan “sangat setuju” dan setengahnya “setuju”, sedangkan untuk Pertalite dan Pertamax, sekitar 25% responden menyatakan “sangat setuju”, dan 75% menyatakan “setuju” saja.
f. Adanya Promo Tabel 5.33. Pernyataan Konsumen terhadap Atribut “Adanya Promo” Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Premium Pertalite Pertamax 5% 1% 2% 41% 41% 37% 52% 58% 61% 2% 0% 0%
Berdasarkan Tabel 5.33, terlihat bahwa secara keseluruhan, untuk tiap jenis konsumen tidak terlalu mempertimbangkan ada tidaknya promo bensin sebagai alasan dia untuk memilih/menggunakan bensin yang ada.
39
5.6.2. Prioritas Pemilihan terhadap Atribut Bensin Tabel 5.34. Rekapitulasi Atribut Prioritas Konsumen Premium Kriteria Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo
1 25% 18% 42% 4% 8% 3%
2 25% 22% 22% 16% 16% 1%
Prioritas Ke3 4 25% 15% 25% 14% 19% 6% 12% 41% 19% 20% 1% 5%
5 6 9% 1% 20% 3% 8% 4% 23% 5% 36% 2% 5% 85%
Berdasarkan Tabel 5.34, terlihat konsumen Premium sangat memprioritaskan harga jauh dari pada yang lain. Kemudian setelah itu diikuti dengan atribut membuat performa kendaraan lebih baik dan ramah lingkungan. Selanjutnya untuk atribut mudah didapatkan disekitar, pelayanan cepat/tidak perlu antre, dan adanya promo tidak terlalu diprioritaskan konsumen jenis premium.
Tabel 5.35. Rekapitulasi Atribut Prioritas Konsumen Pertalite Kriteria Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo
1 54% 18% 16% 4% 8% 0%
2 22% 34% 26% 4% 14% 1%
Prioritas Ke3 4 15% 4% 19% 15% 30% 12% 18% 38% 16% 27% 3% 4%
5 6 3% 3% 12% 3% 15% 1% 30% 7% 30% 5% 11% 81%
Berdasarkan Tabel 5.35, terlihat konsumen Pertalite sangat memprioritaskan atribut membuat performa kendaraan baik jauh dari pada yang lain. Kemudian setalah itu diikuti dengan atribut harga dan ramah lingkungan. Selanjutnya untuk atribut mudah didapatkan disekitar, pelayanan cepat/tidak perlu antre, dan adanya promo tidak terlalu diprioritaskan konsumen jenis Premium.
40
Tabel 5.36. Rekapitulasi Atribut Prioritas Konsumen Pertamax Prioritas KeKriteria 1 2 3 4 5 6 Membuat Performa Kendaraan Baik 64% 12% 13% 4% 5% 1% Ramah Lingkungan 15% 43% 11% 13% 15% 2% Harga 12% 16% 29% 16% 20% 7% Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre 4% 15% 24% 30% 23% 3% Mudah didapatkan di sekitar 3% 12% 18% 34% 30% 2% Adanya Promo 1% 1% 4% 2% 7% 85% Berdasarkan Tabel 5.36, terlihat konsumen Pertalite sangat memprioritaskan atribut membuat performa kendaraan baik jauh dari pada yang lain. Prioritas atribut tersebut pun jauh lebih tinggi dari ranking oleh konsumen Pertalite. Kemudian setalah itu diikuti dengan atribut harga dan ramah lingkungan. Selanjutnya untuk atribut mudah didapatkan di sekitar, pelayanan cepat/tidak perlu antre, dan adanya promo tidak diprioritaskan konsumen jenis Premium. Kemudian, dapat dilihat prioritas atribut bensin dari setiap jenis konsumen adalah sebagai berikut: Tabel 5.37. Prioritas Atribut untuk Setiap Jenis Konsumen Prioritas Ke1 2 3 4 5 6
Premium Harga Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo
Jenis Konsumen Pertalite Membuat Performa Kendaraan Baik
Pertamax Membuat Performa Kendaraan Baik
Ramah Lingkungan
Ramah Lingkungan
Harga Mudah didapatkan di sekitar Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Adanya Promo
Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo
Terlihat konsumen Premium memiliki urutan prioritas yang berbeda dibandingkan konsumen produk lainnya, dimana harga berada pada posisi
41
nomor 1. Untuk konsumen Pertalite dan Pertamax memiliki prioritas atribut yang hampir sama, hanya berbeda pada atribut “mudah didapatkan di sekitar” dan “pelayanan cepat / tidak perlu antre”. Juga terlihat adanya promo terletak pada prioritas yang paling rendah untuk setiap jenis konsumennya.
5.6.3. Nilai Performa Objektif Bensin untuk Setiap Konsumen Nilai performa produk untuk setiap konsumen dilakukan dengan menggunakan metode rating factor. Bobot yang didapatkan pada rating factor untuk setiap atribut didapatkan dari data prioritas (ranking), dengan atribut prioritas ke-1 mendapat bobot 6, prioitas ke-2 mendapat bobot 5, prioritas ke-3 mendapat bobot 4, prioritas ke-4 mendapat bobot 3, prioritas ke-5 mendapat bobot 2 dan prioritas ke-6 mendapat bobot 1. Berikut hasil perhitungan bobot yang ada: Tabel 5.38. Perhitungan Bobot Per Kriteria untuk Setiap Produk Bensin Konsumen Premium Pertalite Pertamax Kriteria % % % Jumlah Jumlah Jumlah Bobot Bobot Bobot Membuat Performa Kendaraan Baik 449 21% 379 24% 379 25% Ramah Lingkungan 403 19% 312 20% 312 20% Harga 482 23% 305 20% 305 17% Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre 329 15% 218 14% 218 16% Mudah didapatkan di sekitar 340 16% 242 16% 242 15% Adanya Promo 139 6% 98 6% 98 6% 2142 100% 1554 100% 1456 100% Total Untuk skor pada setiap setiap atribut jenis bensin sendiri diperoleh berdasarkan expert judgment:
Membuat Performa Kendaraan Baik Penilaian untuk atribut ini dilakukan oleh montir yang memiliki kompetensi untuk memberikan judgement terhadap performa yang diberikan oleh bensin jenis Premium, Pertalite dan Pertamax. Berdasarkan expert didapatkan nilai 70 untuk Premium, 80 untuk Pertalite, dan 95
42
untuk Pertamax. Hal ini didasarkan pada pengaruh bensin terhadap akselarasi dan torsi yang dapat dihasilkan saat pembakaran.
Ramah Lingkungan Penilaian untuk atribut ini dilakukan oleh pegawai PT Pertamina (Persero) yang berkompeten untuk memberikan judgement terhadap tingkat keramahan zat sisa pembakaran terhadap lingkungan baik itu bensin jenis Premium, Pertalite dan Pertamax. Berdasarkan expert, didapatkan nilai untuk ramah lingkungan dari masing-masing jenis bensin adalah 90, karena ketiga jenis bensin sama-sama mengandung timbal namun dibawah ketentuan dari SKK Migas, dan dalam jumlah yang sama.
Harga Penilaian untuk atribut ini dilakukan oleh seorang profesional dibidang ekonomi yang berkompeten untuk memberikan judgement terhadap atribut harga bensin jenis Premium, Pertalite dan Pertamax berdasarkan kondisi ekonomi masyarakat saat ini. Berdasarkan expert didapatkan nilai 90 untuk Pertamax, 80 untuk Pertalite, 70 untuk Premium. Hal ini didasarkan expert pada kemampuan masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Surabaya terhadap harga bensin setiap kilometernya.
Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Penilaian untuk atribut ini dilakukan oleh pegawai PT Pertamina (Persero) yang berkompeten untuk memberikan judgement terhadap tingkat kecepatan pelayanan / rendahnya antre yang terjadi baik untuk bensin jenis Premium, Pertalite dan Pertamax. Berdasarkan expert didapatkan nilai 25 untuk bensin jenis Premium, 50 untuk Pertalite dan 70 untuk Pertamax. Hal ini didasarkan expert pada adanya program yang ada (red carpet, pemisahan dispenser setiap jenis bensin), jumlah nozzle,
43
jumlah konsumen, serta kondisi aktual yang terjadi di SPBU wilayah Surabaya.
Adanya Promo Penilaian untuk atribut ini dilakukan oleh pegawai PT Pertamina (Persero) yang berkompeten untuk memberikan judgement terhadap tingkat adanya promo baik untuk bensin jenis Premium, Pertalite dan Pertamax. Berdasarkan expert didapatkan nilai 0 untuk Premium, 60 untuk Pertalite, dan 70 untuk Pertamax. Premium mendapatkan 0 karena memang tidak pernah diadakan kegiatan promo untuk Premium, sedangkan nilai untuk Pertalite dan Pertamax didapatkan expert berdasar intensitas promosi yang diadakan. Setelah mendapatkan bobot dan nilai atribut dilakukan perhitungan
performa pada setiap atribut berdasarkan jenis konsumen dengan mengalikan bobot dimata setiap jenis konsumen dan nilai atribut aktualnya. Berikut perhitungan nilai selengkapnya:
Performa Setiap Jenis Bensin oleh konsumen Premium Tabel 5.39. Rating Factor Performa Produk oleh Konsumen Premium Kriteria
Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo Total
Skor Premium Pertalite Pertamax 20,96% 14,67 16,77 19,91 18,81% 18,81 18,81 18,81 22,50% 20,25 18,00 15,75 15,36% 3,84 7,68 10,75 15,87% 15,87 9,21 13,97 6,49% 0,00 4,54 5,19 100,00% 73,45 75,01 84,39 Bobot
Berdasar Tabel 5.39, terlihat bahwa performa produk Premium bagi konsumen premium sebenarnya masih berada dibawah Pertalite dan Pertamax. Hal ini dapat terjadi karena adanya missperceptual-mapping, dimana konsumen salah menilai produk yang mereka gunakan
44
dibandingkan yang lainnya, karena keterbatasan pengetahuan produk itu sendiri.
Performa Setiap Jenis Bensin oleh Konsumen Pertalite Tabel 5.40. Rating Factor Performa Produk oleh Konsumen Pertalite Kriteria
Bobot
Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo Total
24,39% 20,08% 19,63% 14,03% 15,57% 6,31% 100,00%
Skor Premium Pertalite Pertamax 17,07 19,51 23,17 20,08 20,08 20,08 17,66 15,70 13,74 3,51 7,01 9,82 15,57 9,03 13,70 0,00 4,41 5,05 73,89 75,75 85,55
Berdasar Tabel 5.40, terlihat bahwa performa produk Pertalite bagi konsumen Pertalite sebenarnya masih berada di bawah Pertamax walaupun sudah berada di atas Premium. Hal ini dapat terjadi karena adanya missperceptual-mapping, dimana konsumen salah menilai produk yang mereka pakai dibandingkan yang lainnya, karena keterbatasan pengetahuan akan produk itu sendiri.
Performa Setiap Jenis Bensin oleh Konsumen Pertamax Tabel 5.41. Rating Factor Performa Produk oleh Konsumen Pertamax Kriteria
Membuat Performa Kendaraan Baik Ramah Lingkungan Harga Pelayanan Cepat / Tidak Perlu Antre Mudah didapatkan di sekitar Adanya Promo Total
Skor Premium Pertalite Pertamax 24,84% 17,39 19,88 23,60 20,19% 20,19 20,19 20,19 17,39% 15,65 13,91 12,17 16,10% 4,02 8,05 11,27 15,11% 15,11 8,77 13,30 6,37% 0,00 4,46 5,09 100,00% 72,37 75,25 85,62 Bobot
45
Berdasar Tabel 5.41, terlihat bahwa performa produk Pertamax bagi konsumen Pertamax sudah berada diposisi paling tinggi. Untuk mendapatkan pandangan
lebih
luas
mengenai
performa
produk
ini,
dilakukan
penggambaran produk dalam bentuk bar chart dari setiap produk untuk setiap konsumennya. Berikut bar chart mengenai hal tersebut:
Performa Produk
Perbedaan Performa Produk pada Setiap Jenis Konsumen 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Produk Premium Produk Pertalite Produk Pertamax
Premium
Pertalite
Pertamax
Konsumen
Gambar 5.1. Perbedaan Performa Produk pada Setiap Jenis Konsumen Berdasarkan Gambar 5.1, terlihat untuk setiap jenis konsumen, urutan performa produk Premium, Pertalite, dan Pertamax dapat dikatakan sama, dimana performa paling baik terdapat pada Pertamax, diikuti oleh Pertalite dan Premium. Premium dan Pertalite memiliki performa yang tidak jauh berbeda, hanya terpaut nilai 1,56 untuk konsumen Premium dan 1,86 untuk konsumen Pertalite. Untuk produk Pertamax dengan Premium memiliki selisih performa yang cukup jauh, yaitu rata-rata nilai 10 untuk setiap jenis konsumennya. Sedikitnya selisih antara Pertalite dan Premium ini juga dilihat kembali disebabkan oleh skor Pertalite yang rendah pada atribut “mudah didapatkan di sekitar” dan “harga”. Atribut “mudah didapatkan di sekitar”
46
menyumbang selisih yang lebih besar dibandingkan dengan harga, dikarenakan memang jumlah ketersediaan Pertalite masih lebih sedikit dibandingkan dengan ketersediaan Premium, terutama untuk SPBU di wilayah Surabaya. Sedangkan untuk harga, tidak terlalu memberikan selisih yang terlalu besar karena selisih harga Pertalite dan Premium sedikit per liternya, serta Pertalite lebih irit untuk dikonsumsi. Sedikitnya selisih antara Pertalite dan Premium ini merupakan sesuatu yang harus di-manage dengan baik, karena seiring waktu akan muncul risiko bahwa masyarakat akan menganggap dua produk ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan, dan dapat berakibat masyarakat pengguna Premium enggan untuk beralih ke produk Pertalite. Terlebih untuk Pertalite juga masih terdapat nilai dari atribut yang bersifat sementara dan memerlukan biaya, yaitu “adanya promo” rata-rata sebesar 4,5 untuk konsumen Premium dan Pertalite. Maka akan muncul risiko ketika masa promosi sudah ditiadakan, penilaian / rating dari produk Premium di masyarakat akan menjadi lebih tinggi dari Pertalite, dan sangat memungkinkan konsumen yang sudah beralih ke Pertalite akan kembali menggunakan Premium.
5.7. Identifikasi Potential Market
5.7.1. Akar Permasalahan Masih Rendahnya Konsumen Pertalite Analisis akar permasalahan terkait masih rendahnya minat masyarakat dalam menggunakan produk Pertalite dilakukan dengan menggunakan diagram Ishikawa (fishbone) berdasarkan data-data yang ada di kuesioner beserta analisisnya. Berikut diagram fishbone yang dihasilkan:
47
Gambar 5.2. Diagram Fishbone untuk Analisis Akar Permasalahan Konsumen Pertalite Rendah Berdasarkan diagram fishbone tersebut, ditemukan 6 permasalahan utama, dimana 3 di antaranya memiliki sub permasalahan. Enam permasalahan tersebut yaitu: 1. Dorongan masyarakat untuk pindah Pertalite kurang kuat. 2. Sumber informasi / metode penyampaian informasi mengenai Pertalite yang kurang efektif.
Sumber informasi kurang terpercaya.
Penyampaian informasi kurang menjual.
Review produk kurang.
Tidak ada kontrol persepsi.
3. Tidak adanya program yang membedakan Pertalite dan Premium.
Belum ditemukan model pelayanan ekstra lainnya.
4. Masih sedikitnya SPBU yang menjual Pertalite.
Tidak ada program yang mendorong pembukaan SPBU pertalite baru
Pemilik SPBU kurang yakin.
48
5. Belum adanya kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan lain mengenai jenis bensin yang digunakan perusahaan lain tersebut. 6. Belum adanya kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dengan bengkel.
5.7.2. Penentuan Strategi Peningkatan Jumlah Pengguna Pertalite Berdasarkan diagram fishbone, dapat diketahui rendahnya penjualan produk Pertalite disebabkan oleh beberapa akar permasalahan. Selanjutnya untuk menentukan langkah yang paling efektif dilakukan pembobotan penyelesaian setiap solusi berdasarkan alasan kenapa konsumen premium memilih premium, karena tujuan awal dari peningkatan penjualan pertalite sendiri adalah pengurangan konsumen premium. Berikut Perhitungan selengkapnya
1. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan produk pertalite Penyelesaian
masalah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikan beberapa alasan pemilihan konsumen premium, yaitu kenyamanan mesin (2%), mesin bersih dan awet (2%), Irit (5%), (78%) harga terjangkau. Sehingga total yang akan diselesaikan sebesar 87% permasalahan. 2. Tidak adanya kerjasama dengan bengkel Penyelesaian
maslaah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikaan beberapa alasan pemilihan konsumen premium, yaitu jenis kendaraan (6%), kenyamanan mesin (2%), mesin bersih dan awet (2%). Sehingga total yang akan diselesaikan sebesar 10% 3. Tidak ada program yang membedakan premium dan pertalite Penyelesaian
masalah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikannya alasan pemilihan konsumen premium yang mengkonsumsi premium karena kebiasaan, yaitu sebesar 10%.
49
4. Minimnya regulasi untuk membuat masyarakat mencoba Pertalite Penyelesaian
masalah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikannya alasan pemilihan konsumen premium yang mengkonsumsi premium karena kebiasaan yaitu sebesar 10%. 5. Tidak adanya kerjasama dengan perusahaan lain mengenai jenis bensin yang digunakan untuk keperluan operasional Penyelesaian
masalah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikannya alasan pemilihan konsumen premium yang mengkonsumsi premium karena kebijakan perusahaan, yaitu sebesar 10%. 6. Minimnya jumlah SPBU penyedia Pertalite Penyelesaian
masalah
ini
nantinya
akan
menyebabkan
terselesaikannya alasan pemilihan konsumen premium yang mengkonsumsi premium karena ketersediaan disekitar, yaitu sebesar 2%. Tabel 5.42 Pembobotan Akar Permasalahan
No
1 2 3
Akar Permasalahan Rendahnya pengetahuan masyarakat akan produk Pertalite Tidak adanya kerjasama dengan bengkel Tidak ada program yang membedakan Premium dan Pertalite
Bobot Berdasar Alasan Pemilihan
Normalisasi Bobot
87%
67%
10%
8%
10%
8%
4
Minimnya regulasi untuk membuat masyarakat mencoba Pertalite
10%
8%
5
Tidak adanya kerjasama dengan perusahaan lain mengenai jenis bensin yang digunakan untuk keperluan operasional
10%
8%
6
Minimnya jumlah SPBU penyedia Pertalite
2%
2%
129%
100%
Total
50
Berdasarkan normalisasi bobot permasalahan, langkah selanjutnya membuat diagram pareto untuk menentukan masalah mana yang akan diselesaikan.
Pareto Penyelesaian Akar Masalah 100% 90% 80%
Axis Title
70% 60% 50% 40%
Jenis Permasalahan
30% Akumulasi Permasalahan
20% 10% 0%
Gambar 5.3 Pareto Penyelesaian Akar Permasalahan
Berdasarkan diagram pareto tersebut, masalah yang akan diselesaikan adalah rendahnya pengetahuan masyarakat akan produk pertalite. Diputuskan untuk hanya menyelesaikan permasalahan ini karena dengan
usaha
yang
relatif
sedikit
(menyelesaikan
17%
jenis
permasalahan) dapat menyelesaikan jumlah masalah yang besar (menyelesaikan 68% jumlah) permasalahan. Tidak diputuskan untuk menyelesaikan permasalahan lagi karena usaha yang harus dilakukan tidak sebanding dengan yang didapat. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan produk Pertalite disini karena masyarakat belum mengerti informasi mengenai produk pertalite. Informasi yang dimaksud disini adalah informasi mengenai adanya
51
produk Pertalite, harga produk Pertalite, dan kualitas produk Pertalite. Ketiga informasi tersebut dilakukan dalam 1 paket. Untuk mendapatkan hasil yang efektif dalam menyampaikan informasi, diusulkan strategi Layar Edukasi di SPBU. Strategi ini menggunakan Layar di SPBU yang berisi tayangan mengenai informasi adanya produk Pertalite, harga Pertalite, dan kualitas dari Pertalite itu sendiri dibandingkan dengan Premium. Efektivitas dari metode ini diekspektasikan akan mendekati 100%, karena ketika konsumen akan mengisi bensin di SPBU, konsumen cenderung tidak melakukan aktivitas apapun selain menunggu. Adanya Layar edukasi ini akan mengincar konsumen Premium yang memiliki alasan memilih Premium karena harganya yang terjangkau dan merasa performa Premium lebih baik serta irit. Konsumen Premium yang memiliki karakteristik ini berjumlah 72%. Berikut perhitungan kemungkinan konsumen yang pindah dari BBM jenis Premium ke Pertalite.
Tabel 5.43. Perbandingan Keiritan Bensin Jenis Premium dan Pertalite
Mobil Sepeda Motor
Premium Pertalite (km/L) (km/L) 13,4 13,6 40
41,167
Irit Jarak 1,49% 2,92%
Tabel 5.44. Perhitungan Keiritan Pertalite Jenis Komposisi Kendaraan (n=72) Mobil 10,00% Sepeda 90,00% Motor Total Irit
Irit Jarak 1,49%
Irit Gabungan 0,15%
2,92%
2,63% 2,78%
52
Tabel 5.45. Perbandingan Harga Aktual Pertalite dan Premium Jenis Harga/L Bensin Premium Rp7.050 Pertalite Rp7.600
Total Irit Acuan 2,78%
Harga/L actual Rp7.050,00 Rp7.388,80
Kemudian dengan menggunakan asumsi potensial konsumen akan berpindah secara linier terhadap penurunan harga, maka didapatkan bahwa konsumen yang akan berpindah sebanyak 28 orang atau setara dengan 28% dari populasi. .
BAB VI PENUTUP
1.1. Kesimpulan Karakteristik konsumen Premium, Pertalite, dan Pertamax berbeda satu dengan lainnya baik dari segi jenis pekerjaan, penghasilan / uang saku, serta pengetahuan terkait produk Pertalite.
1.1.1. Jenis Pekerjaan Komposisi jenis pekerjaan berdasar jenis bensin yang digunakan berbedabeda. Perbedaan paling jelas terlihat pada jenis pekerjaan pegawai swasta, ibu rumah tangga, wiraswasta, dan pelajar / mahasiswa. Komposisi pegawai swasta dan ibu rumah tangga sangat besar di Premium, kemudian semakin mengecil pada Pertalite dan Pertamax dan sebaliknya untuk wiraswasta dan pelajar / mahasiswa. Untuk komposisi jenis bensin yang digunakan berdasarkan jenis pekerjaan berbeda-beda. Sebagian besar pegawai swasta (40%), pensiunan (50%), dan ibu rumah tangga (67%) mengkonsumsi Premium, sebagian besar pegawai BUMN (40%) mengkonsumsi Pertalite, dan sebagian besar PNS (40%) mengkonsum Pertamax. Sedangkan untuk pelajar / mahasiswa, komposisi konsumen Premium dan Pertamax sama besar (42%) dan untuk TNI / POLRI 50% mengkonsumsi Pertalite dan sisanya Pertamax.
1.1.2. Penghasilan Bagi pelajar / mahasiswa, besarnya uang saku tidak mempengaruhi jenis bahan bakar yang mereka beli. Namun untuk selain pelajar / mahasiswa, besarnya penghasilan mempengaruhi jenis bensin yang mereka beli. Semakin tinggi penghasilan, maka semakin tinggi pula kualitas bensin yang mereka beli.
53
54
1.1.3. Informasi tentang Pertalite Baru 85% konsumen Premium dan 93% konsumen Pertamax mengetahui adanya Pertalite. Pertalite umumnya diketahui oleh responden dari SPBU dan adanya Iklan di TV. Lebih spesifik, bila dilihat dari jenis pekerjaannya, untuk pelajar / mahasiswa, banyak dari mereka yang mengetahui Pertalite melalui media sosial, internet dan orang lain.
Lebih detail mengenai konsumen Pertalite, 80% konsumen Pertalite berasal dari Pertamax dan 20% berasal dari Premium. Untuk konsumen yang berasal dari Pertamax, mereka berpindah karena mereka memperhatikan Pertalite memiliki harga lebih terjangkau dari Pertamax dengan tetap memperimbangkan kualitas dari BBM itu sendiri. Sedangkan untuk konsumen dari Premium, mereka berpindah karena Pertalite dipandang memberikan kualitas yang lebih dari Premium dengan tetap mempertimbangkan harga. Needs and Wants dari pengguna Premium, Pertalite, dan Pertamax cukup berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berikut urutan prioritas needs and wants dari ketiga jenis konsumen itu. Untuk pengguna Premium needs paling dominan dari BBM sendiri adalah harganya yang terjangkau. Sedangkan untuk konsumen Pertalite dan Pertamax sendiri needs yang paling dominan adalah membuat performa lebih baik. Ketiga jenis konsumen ini sama-sama tidak membutuhkan adanya promo. Bila needs and wants yang ada dikonversikan kedalam bentuk angka, dan digunakan untuk mehitung performa produk dengan penilaian produk berasal dari expert judgement, ditemukan bahwa baik bagi konsumen Premium, Pertalite, maupun Pertamax, urutan produk dari yang terbaik adalah Pertamax, Pertalite, dan Premium. Berdasarkan karakteristik dan needs & wants yang ada serta alasan pemilihan konsumen premium dalam memilih bahan bakar yang mereka gunakan, diusulkan strategi Layar edukasi di SPBU. Strategi ini nantinya diestimasikan mampu untuk membuat 28% konsumen premium berpindah ke pertalite.
55
1.2. Saran 1. Perlu diteliti besarnya penilaian konsumen terhadap atribut jenis bensin tertentu, untuk mengetahui penilaian subjektif konsumen terhadap Premium, Pertalite, Pertamax, sehingga dapat menentukan strategi marketing ke depannya. 2. Perlu diteliti lebih lanjut elastisitas demand konsumen Premium, Pertalite, dan Pertamax terhadap harga, agar hasil perhitungan komposisi konsumen yang akan berpindah dengan harga tertentu dapat dihitung dengan pendekatan yang lebih representatif. 3. Sebisa mungkin untuk mengembil data dilakukan pada satu waktu yang sama untuk mencegah adanya bias karena adanya kejadian tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Conover, W.J., 1999, Practical Nonparametric Statistics, 3rd Ed., John Wiley & Sons, Inc., New York. George, D & Mallery, P 2003, SPSS for Windows step by step: A simple guide and reference. 11.0 update, 4th Ed., Allyn & Bacon, Boston. Guilford, JP & Benjamin, F 1956, Fundamental Statistic in Psychology and Education, 5th Ed., Mc-GrawHill, Tokyo. Hitesh,
B., 2011, Needs Wants and Demands, Marketing 9,
, diakses pada 16 Februari 2016.
Kumar, S.A., Suresh., 2009, Operations Management, New Age International, New Delhi. Momot, I.C., Laksono, T., 2015, Pertalite VS Premium, Siapa Lebih Baik?, Autobild,
, diakses pada 16 Februari 2016. Muhson, A., 2013, Analisis Korelasi, Universitas Negeri Yogyakarta, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ali%20Muhson,%20S. Pd.,M.Pd./08%20ANALISIS% 20KORELASI%202013.pdf>, diakses pada 16 Februari 2016 Pertamina,--, Produk dan Layanan, PT Pertamina (Persero) , diakses pada 15 Februari 2016.
,
Pradopo, D., 2015, Test Bensin Pertalite bag.3, Bandingkan Power dan Torsi Dengan Premium, Otomotifnet, , diakses pada 15 Februari 2016. Raharjo, S., 2014, Uji Validitas Product Momen SPSS, SPSS Indonesia, , diakses pada 15 Februari 2016.
56
LAMPIRAN
1. Uji normalitas distribusi sampel Premium One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
premium1 102 3,3824
premium2 102 3,3431
premium3 102 3,7059
premium4 102 3,3627
premium5 102 3,4118
premium6 102 2,4902
,50823
,49742
,47903
,60997
,53312
,62529
,382 ,382 -,280 ,382
,402 ,402 -,260 ,402
,446 ,270 -,446 ,446
,302 ,302 -,273 ,302
,349 ,349 -,296 ,349
,323 ,323 -,253 ,323
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
2. Uji normalitas distribusi Sampel Pertalite One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pertalite1 N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
74 3,3514
pertalite2 74 3,3378
pertalite3 74 3,1757
pertalite4 74 3,3378
pertalite5 74 3,2703
pertalite6 74 2,5000
,48065
,50415
,44899
,47620
,47678
,52993
,416 ,416 -,263 ,416
,397 ,397 -,257 ,397
,449 ,449 -,321 ,449
,423 ,423 -,256 ,423
,431 ,431 -,272 ,431
,341 ,341 -,314 ,341
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
3. Uji normalitias distribusi Sampel Pertamax One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
pertamax1 92 3,4783
pertamax2 92 3,4239
pertamax3 92 3,1522
pertamax4 92 3,2391
pertamax5 92 3,2174
pertamax6 93 2,4194
Tpertamax 92 18,9348
,56410
,59731
,51216
,66909
,57083
,53816
2,00441
,322 ,302 -,322 ,322
,305 ,305 -,289 ,305
,410 ,410 -,340 ,410
,281 ,281 -,252 ,281
,366 ,366 -,297 ,366
,384 ,384 -,258 ,384
,180 ,180 -,135 ,180
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
,000c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
4. Uji validitas dan Reliabilitas Konsumen Premium
Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,619
N of Items 6
Uji Validitas
Spe arm an's rho
premiu m1
premiu m1 1,000
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 102 premiu Correlation Coefficient .555** m2 Sig. (2-tailed) ,000 N 102 premiu Correlation Coefficient ,044 m3 Sig. (2-tailed) ,659 N 102 premiu Correlation Coefficient .257** m4 Sig. (2-tailed) ,009 N 102 premiu Correlation Coefficient .340** m5 Sig. (2-tailed) ,000 N 102 premiu Correlation Coefficient ,065 m6 Sig. (2-tailed) ,516 N 102 Tpremi Correlation Coefficient .615** um Sig. (2-tailed) ,000 N 102 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations premiu premiu m2 m3 .555** ,044 ,000 ,659 102 102 1,000 ,132 ,186 102 102 ,132 1,000 ,186 102 102 .335** ,136 ,001 ,174 102 102 * .217 ,085 ,029 ,398 102 102 ,149 -,094 ,135 ,347 102 102 .647** .354** ,000 ,000 102 102
premiu m4 .257** ,009 102 .335** ,001 102 ,136 ,174 102 1,000 102 .477** ,000 102 .254** ,010 102 .719** ,000 102
premiu m5 .340** ,000 102 .217* ,029 102 ,085 ,398 102 .477** ,000 102 1,000 102 .334** ,001 102 .671** ,000 102
premiu m6 ,065 ,516 102 ,149 ,135 102 -,094 ,347 102 .254** ,010 102 .334** ,001 102 1,000 102 .457** ,000 102
Tpremium .615** ,000 102 .647** ,000 102 .354** ,000 102 .719** ,000 102 .671** ,000 102 .457** ,000 102 1,000 102
5. Uji validitas dan Reliabilitas Konsumen Pertalite Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,663
N of Items 6
Uji Validitas Correlations Spearman's rho
pertalite1
Correlation Coefficient
pertalite1 1,000
Sig. (2-tailed) N pertalite2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pertalite3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pertalite4
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pertalite5
pertalite4 ,372**
pertalite5 ,314**
pertalite6 ,010
Tpertalite ,689**
,000
,001
,001
,006
,933
,000
74
74
74
74
74
74
74
,583**
1,000
,409**
,376**
,321**
-,117
,669**
,000
,001
,005
,322
,000
74
74
74
74
74
1,000
,241*
,181
,127
,565**
,038
,123
,280
,000
74
74
74
74
1,000
**
-,047
,691**
,000
,692
,000
,000 74
74
,370**
,409**
,001
,000
74
74
74
**
**
*
,372
,001
,376
,001
,241
,038
,686
74
74
74
74
74
74
74
,321**
,181
,686**
1,000
,101
,654**
,006
,005
,123
,000
,392
,000
74
74
74
74
74
74
74
Correlation Coefficient
,010
-,117
,127
-,047
,101
1,000
,366**
Sig. (2-tailed)
,933
,322
,280
,692
,392
74
74
74
74
74
74
74
,689**
,669**
,565**
,691**
,654**
,366**
1,000
,000
,000
,000
,000
,000
,001
74
74
74
74
74
74
N
N Tpertalite
pertalite3 ,370**
,314**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
pertalite6
pertalite2 ,583**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,001
74
6. Uji validitas dan Reliabilitas Konsumen Pertamax
Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,602
N of Items 6
Uji Validitas Correlations Spearman's rho
pertamax1
Correlation Coefficient
pertamax1 1,000
Sig. (2-tailed) N pertamax2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pertamax3
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pertamax4
pertamax5 ,369**
pertamax6 ,030
Tpertamax ,652**
,000
,006
,051
,000
,777
,000
92
92
92
92
92
92
92
,506**
1,000
,201
,183
,265*
,052
,582**
,055
,081
,011
,620
,000
92
92
92
92
92
,167
,255*
,224*
,473**
,111
,014
,032
,000
92
92
92
92
1,000
**
*
,657**
,030
,000
,000 92
92
,287**
,201
,006
,055
92
92
1,000 92
,183
,167
Sig. (2-tailed)
,051
,081
,111
Correlation Coefficient N
,494
,000
,226
92
92
92
92
92
92
92
,369**
,265*
,255*
,494**
1,000
,253*
,693**
,000
,011
,014
,000
,015
,000
92
92
92
92
92
92
92
,226*
,253*
1,000
,504**
Correlation Coefficient
,030
,052
,224*
Sig. (2-tailed)
,777
,620
,032
,030
,015
92
92
92
92
92
93
92
,652**
,582**
,473**
,657**
,693**
,504**
1,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
92
92
92
92
92
92
N Tpertamax
pertamax4 ,204
,204
Sig. (2-tailed) pertamax6
pertamax3 ,287**
Correlation Coefficient N
pertamax5
pertamax2 ,506**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,000
92
7. Hubungan penghasilan dan jenis BBM yang dikonsumsi untuk jenis pekerjaan pelajar / mahasiswa Tabel Uji normalitas Data JenisBBM N
UangSaku
81
81
Mean
2,0247
1,1605
Std. Deviation
,96145
,36935
Absolute
,276
,508
Positive
,276
,508
Negative
Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
-,265
-,332
Test Statistic
,276
,508
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000c
,000c
Tabel Uji Korelasi Data Correlations Spearman's rho
JenisBBM
Correlation Coefficient
JenisBBM
UangSaku
1,000
-,028
Sig. (2-tailed) N UangSaku
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
,805 81
81
-,028
1,000
,805 81
81
8. Hubungan penghasilan dan jenis BBM yang dikonsumsi untuk jenis pekerjaan pelajar / mahasiswa Tabel Uji normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Penghasilan N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute
BBM
187
187
2,0963
1,9465
,76996
,82131
,330
,239
Positive
,330
,239
Negative
-,268
-,210
,330
,239
,000c
,000c
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
Tabel Uji Korelasi Data Correlations Penghasilan Spearman's rho
Penghasilan
BBM
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
1,000
BBM ,245** ,001
187
187
,245**
1,000
,001 187
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
187
Kuesioner Bahan Bakar Minyak Pilihan Masyarakat Responden yang terhormat, Kami adalah mahasiswa Teknik Industri Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan kerja praktek di PT Pertamina (Persero) MOR V. Kami sedang melakukan penelitian terkait jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menjadi pilihan masyarakat Indonesia saat ini. Jenis BBM yang dimaksud adalah jenis bensin (Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax Racing). Kuesioner ini akan digunakan dalam menjaring informasi mengenai jenis BBM seperti apa yang dipilih oleh masyarakat, sehingga nantinya dapat diketahui minat masyarakat terhadap jenis BBM tertentu. Kami memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan sejujur-jujurnya. Segala informasi terkait data diri akan kami jamin kerahasiaannya. Atas partisipasi Anda dalam pengisian kuesioner ini kami ucapkan terima kasih. Contact Person: Prayoga (+62 853 2505 7332) / Anditya (+62 838 0851 8504) Biodata Diri Usia : ......... tahun
Pekerjaan : Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar / Mahasiswa Lainnya .....................................................
Kendaraan Bermotor Utama : Sepeda Motor Mobil
Penghasilan / Uang Saku per bulan : < 2 juta rupiah 2 – 5 juta rupiah 5 – 10 juta rupiah 10 – 20 juta rupiah > 20 juta rupiah
Pengeluaran untuk pembelian BBM per bulan: < Rp 100.000 Rp 100.000 – Rp 250.000 Rp 250.001 – Rp 500.000 Rp 500.001 – Rp 1.000.000 > Rp 1.000.000
PRODUK & PELAYANAN PEMBELIAN BBM
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda (X) pilihan jawaban dan/atau mengisi jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda 1.
Apa jenis BBM yang Anda gunakan? a. Pertalite b. Premium c. Pertamax d. Lainnya .....................................................
Mengapa Anda memilih jenis BBM tersebut? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................
2. Apakah Anda mengetahui ada BBM jenis Pertalite? a. Ya b. Tidak Bila “Ya”, darimana Anda mengetahui BBM jenis Pertalite? SPBU (baliho, spanduk, media visual lainnya) Operator pengisian di SPBU Media Sosial (Line, BBM, Whatsapp, Instagram, Path, dll) Media Cetak (Baliho, Spanduk, Poster, Koran) Internet Iklan TV Kampanye Promosi Lainnya (.....................................................) 3. [Pengguna Pertalite] Mengapa anda beralih ke Pertalite? Produk apa yang anda gunakan sebelumnya? [Pembeli Premium] Mengapa anda tidak memilih pertalite? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ Berikan tanda centang ( ) pada kolom yang paling sesuai dengan kondisi anda. (SS = sangat setuju
S = setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju)
Pertanyaan Produk BBM Saya lebih memilih BBM yang membuat performa kendaraan baik Saya lebih memilih BBM yang ramah lingkungan Saya lebih memilih BBM dengan harga terjangkau Pelayanan Pembelian BBM Saya lebih memilih BBM yang pelayanannya cepat (tidak perlu antre) Saya lebih memilih BBM yang mudah didapatkan di sekitar saya Saya lebih memilih BBM dengan promosi tertentu (mendapat pulsa, undian, kupon, dan lain-lain)
SS
S
TS
STS
Urutkan faktor terkait BBM berikut dari yang menurut Anda paling penting (1 paling penting – 6 paling tidak penting) Produk BBM Pelayanan Pembelian BBM (....) Membuat performa kendaraan baik (....) Pelayanan cepat / tidak perlu antre (....) Ramah Lingkungan (....) Mudah didapatkan di sekitar (....) Harga (....) Adanya Promo _ FASILITAS PENDUKUNG DI SPBU Menurut anda, fasilitas tambahan apa yang sebaiknya disediakan di SPBU? Minimarket Jasa Lap Mobil / Motor Restoran
Cuci Mobil / Motor
Café
Pengisian Angin Ban
Drive-thru’ Makanan
Pengisian Air Aki
Drive-thru’ ATM
Lain-lain :
General Checking Kendaraan
………………………………………………………
Apakah anda mengetahui tentang “Red-Carpet” bagi pengguna Pertamax Series? Ya
Tidak
Jika anda pernah melakukan pengisian bahan bakar di jalur “Red-Carpet”, manfaat apa yang anda rasakan? .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. Ekspektasi untuk Program “Red-Carpet”: Tidak perlu antri
Jasa lap kendaraan
Dapat menggunakan e-money
Point reward
Pelayanan tambahan (ex: welcome
Lain-lain:
drink)
………………………………………………………
Bagaimana pendapat anda terkait pelayanan SPBU Pertamina saat ini? .................................................................................................................................................. .................................................................................................................................................. ..................................................................................................................................................
Terima Kasih