LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS
Oleh : Pengendali EkosistemHutan
TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran dengan segala macam potensi alamnya merupakan aset yang sangat berharga bagi negara. Banyak hal yang menjadi pertimbangan mengapa kawasan Baluran ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan status menejemen taman nasional. Diantaranya yaitu keanekaragaman tipe ekosistem, kekayaaan flora dan fauna serta potensi ekowisata yang berpeluang untuk dikembangkan. Wisata alam merupakan salah satu cara memanfaatkan kawasan hutan secara lestari, dan dapat memberikan dampak manfaat ekonomi bagi masyarakat (disekitar hutan khususnya) maupun bagi pengelola kawasan, yang selanjutnya dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Suatu obyek wisata akan mempunyai akses pasar apabila dapat dikemas dalam suatu paket wisata bersama obyek – obyek lain di lokasi tersebut ataupun bersama obyek lain yang dapat dikaitkan menjadi satu kemasan / paket kunjungan bagi orang yang berwisata. Dengan dikemasnya beberapa obyek wisata, akan memudahkan bagi para penyelenggara kegiatan wisata (tour operators) maupun para wisatawan (tourist) untuk memilih membeli sesuai dengan waktu yang tersedia maupun persiapan yang dimiliki. Dalam
upaya
penyusunan
paket
wisata, pengelola suatu
kawasan
konservasi maupun kawasan hutan yang lain perlu terlebih dahulu mengidentifikasi dan menginventarisasi daya tarik maupun obyek wisata yang ada di wilayahnya. Hasil identifikasi dan inventarisasi tersebut kemudian disusun menjadi paket – paket wisata guna mempromosikan pemanfaatan kawasan beserta obyek yang ada di dalamnya, agar mendapat apresiasi dari masyarakat maupun dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan. Karangtekok merupakan salah satu bagian dari kawasan Taman Nasional Baluran yang pengelolaannya lebih ditekankan dalam hal pengamanan. Melihat akses yang cukup sulit dan permasalahannya yang kompleks (penyerobotan lahan) terasa bahwa potensi wisata di wilayah tersebut masih belum tergali dan dimanfaatkan secara optimal untuk menarik para pengunjung. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan potensi wisata di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya tanpa mengganggu prioritas dan menambah permasalahan baru dalam pengelolaannya.
Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi daya tarik wisata maupun obyek wisata di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Setiap kawasan taman nasional ( dan juga kawasan hutan yang lain, hutan produksi, hutan lindung, taman hutan raya, taman wisata, taman buru, suaka margasatwa),
ditunjuk
karena
mempunyai
potensi
yang
penting
untuk
pengembangan wisata serta potensi lain (untuk kepentingan ekologi / lingkungan, ilmu pengetahuan, pendidikan, pengembangan budidaya, budaya). Untuk kepentingan pengembangan wisata, potensi yang dapat dimanfaatkan biasanya berupa : 1. pemandangan indah 2. udara segar / sejuk 3. fenomena alam (air panas, air mineral dsb) 4. tumbuhan serta satwa liar yang mudah dilihat 5. peninggalan sejarah / obyek budaya 6. danau, sungai, air terjun, pantai dll. Letak obyek wisata (yang berupa pemandangan indah, fenomena alam, tumbuhan dan satwa liar) di dalam Taman Nasional dapat mengumpul di satu lokasi ataupun menyebar ke beberapa lokasi.
Setelah diketahui potensi, letak /
penyebaran obyek wisata, sarana dan prasarana apa yang ada guna memungkinkan pemanfaatan obyek – obyek wisata tersebut, baru dapat disusun kemasan / paket kunjungan wisata. Kemasan / paket dapat dibedakan berdasar segmen / pangsa pasar atau kelompok tertentu dengan bidang yang diminati, misalnya : (a) anak sekolah dasar sampai SMP; (b) anak sekolah lanjutan menengah atas; (c) mahasiswa; (d) kelompok – kelompok pecinta alam; (e) kelompok lanjut usia; (f) kelompok dengan keterbatasan fisik; (g) masyarakat umum; (h) wisatawan mancanegara dsb. Wisata alam sebaiknya adalah terbatas dengan memperhatikan prinsip – prinsip : • rekreasi • merupakan kegiatan pendidikan di alam • konservasi • memberdayakan perekonomian masyarakat setempat.
Di suatu tempat sering terjadi kunjungan wisata yang bersifat massal sejak lama dilakukan. Kegiatan tersebut biasanya merupakan kegiatan rekreasi di alam terbuka, massal. Kegiatan ini tidak dicakup dalam pedoman ini. Setelah obyek diketahui (jenis dan penyebarannya) serta prasarana dan sarana yang mendukung diketahui, dapat dirancang kemasan / paket wisata dengan beberapa informasi dan interpretasi secara umum mengenai obyek – obyek yang ada di dalam kawasan. Dalam pelaksanaan kegiatan wisata oleh para penyelenggara perjalanan wisata ataupun wisatawan sendiri, akan diperlukan interpreter baik yang berbahasa indonesia maupun yang berbahasa asing sesuai kebutuhan. Bagi yang berbahasa asing nantinya dalam melakukan interpretasi dapat bekerjasama Dengan
guide
dari
penyelenggara
perjalanan
wisata
atau
penterjemah.
Pembangunan sarana dan prasarana akan dilakukan oleh pengelola sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Berdasarkan bentuk kegiatannya, secara umum kegiatan wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan pelestarian alam, adalah sebagai berikut : 1. Wisata alam hutan (wisata hutan, mendaki, berkemah, photo hunting, dll) 2. Wisata laut (berenang, snorkling, diving, sailing, berkano, memancing, dll) 3. Wisata buru ( berburu satwa liar atau hasil penangkaran) 4. Wisata budaya (atraksi budaya tradisional, peninggalan sejarah, dll) 5. Wisata remaja (aspek lingkungan, ekologi, sosekbud, dll) 6. wisata konvensi (rapat, pertemuan, seminar, workshop, dll) 7. Wisata agro (pengembangan daerah penyangga untuk wisata alam).
Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan wisata alam, antara lain : 1. Kelayakan pasar dan kapasitas kunjungan yang layak, 2. Aksesibilitas dan kemungkinan pengembangan cukup baik, 3. Potensi kawasan menunjang aktivitas pariwisata alam, 4. Mendukung pengembangan wilayah bagi daerah setempat, 5. Dapat membuka peluang bagi pengembangan sosekbud setempat, 6. Saling mendukung dalam pengembangan kepariwisataan daerah, 7. Saling mendukung pengembangan pelestarian kawasan hutan bagi saerah setempat’ 8. Promosi dan informasi.
Pengembangan wisata alam di Taman Nasional dilakukan oleh para tenaga fungsional dan selanjutnya rencana / panduan pelaksanaannya akan ditetapkan oleh Kepala Taman Nasional atau pejabat struktural yang diberi kewenangan untuk itu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan paket wisata, adalah : 1. Identifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh Taman Nasional. 2. Identifikasi potensi obyek wisata yang terletak di sekitar Taman Nasional. 3. Identifikasi sarana penghubung antar obyek wisata baik yang di dalam maupun di sekitar kawasan Taman Nasional. 4. Inventarisasi sarana dan prasarana wisata alam yang tersedia, kondisi, dan berapa banyak yang mungkin dimanfaatkan. 5. Identifikasi segmen pasar sasaran, dengan mempelajari sumberdaya, karakteristik, selera dan kebutuhannya, sehingga dikenali wisatawan yang potensial, dan yang akan datang berkunjung. 6. Prakirakan proyeksi segmen pasar yang akan berkunjung, dengan proyeksi ini akan dapat diperkirakan produk wisata alam permintaan pasar. 7. Susun rancangan paket wisata, yaitu : a.
Paket wisata perjalanan, yaitu kemasan paket perjalanan untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata alam di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional. Dalam penyusunan paket wisata jenis ini perlu diperhitungkan antara lain : 1. Kepastian waktu yang diperlukan harus tepat, sehingga pengunjung dengan waktu terbatas dapat memilih paket yang tepat dengan ketersediaan waktu, 2. Obyek
yang
dikunjungi
tidak
sejenis,
sehingga
memberikan
pengalaman tersendiri dan tidak membosankan, 3. Perlu dikembangkan alternatif paket khusus, yaitu paket wisata yang disusun sendiri oleh pengunjung, untuk itu perlu disediakan prakiraan waktu untuk mengunjungi tiap obyek wisata, atau antar obyek wisata. 4. Perlu
diinventarisasi
fasilitas
penginapan
bagi
paket
yang
memerlukan bermalam untuk melakukan paket tersebut. 5. Perlu kejelasan dimana pengunjung dapat memulai perjalanan. 6. lakukan kerjasama dengan biro – biro perjalanan dan penginapan, 7. Siapkan pemandu – pemandu wisata alam yang terlatih 8. Siapkan buku interpretasi obyek wisata alam 9. Lakukan promosi wisata
b.
Paket kegiatan wisata alam, yaitu kemasan paket kegiatan wisata di suatu obyek wisata alam. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan paket wisata jenis ini, antara lain adalah :
1. Prakiraan waktu yang diperlukan harus jelas, kalau perlu dapat dikembangkan paket dengan waktu yang berbeda untuk kegiatan yang sama. 2. Perlu kejelasan segmen pasar sasarannya, misalnya : • Segmen pasar pelajar (TK, SD, SMP, SMA), sesuai dengan tingkatan pendidikannya akan lebih menyenangi misalnya kegiatan
pendidikan
konservasi,
kegiatan
tantangan,
pendakian, berkemah, panjat tebing, dsb. • Segmen pasar perusahaan, mungkin memerlukan kegiatan seperti pendidikan kepemimpinan di alam terbuka (outbound training). • Segmen pasar mahasiswa, mungkin akan lebih menyenangi kegiatan pengamatan satwa liar, pendakian, panjat tebing, berkemah, pendidikan lingkungan dsb. 3. Rancang jenis – jenis kegiatan dan lokasi kegiatannya. 4. Kembangkan alternatif untuk setiap kegiatan dengan pertimbangan waktu yang diperlukan, tingkat kesulitan, tingkat tantangan dan bobot kondisi lapangan (ringan, sedang, dan berat). 5. Kembangkan permainan – permainan di alam terbuka. 6. Siapkan buku interpretasi obyek wisata alam. 7. Persiapkan pemandu – pemandu kegiatan yang terlatih, yang mampu menyesuaikan diri dengan segmen pasar yang dihadapi. 8. Siapkan sarana dan prasarana pendukung.
BAB III MATERI DAN METODE
A. Materi Materi yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : 1. Alat tulis 2. Tally sheet 3. Kompas 4. Altimeter 5. Binoculair
B. Metode Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah pengamatan dengan mencatat dan mengisi lembar tally sheet yang telah disediakan.
C. Data yang dibutuhkan 1. Jarak dari pintu gerbang / masuk kawasan menuju lokasi 2. Lama tempuh dari pintu gerbang ke lokasi (dengan jalan kaki, sepeda motor, perahu dll). 3. Tingkat aksesibilitas pada musim kemarau dan penghujan. 4. Kondisi jalan 5. Waktu yang tepat untuk berkunjung 6. Topografi menuju lokasi 7. Tipe ekosistem yang dilewati 8. Kondisi lokasi 9. Tipe vegetasi dominan di lokasi dan sekitarnya 10. Jenis satwa yang sering dijumpai di lokasi 11. Topografi lokasi 12. Kondisi spesifik yang dijumpai atau terdapat di lokasi (misalnya mata air, jenis vegetasi langka, tugu prasasti dll). 13. Sarana penunjang wisata alam yang tersedia 14. Sarana yang diharapkan tersedia di lokasi 15. Prakiraan luas lokasi 16. Alternatif kegiatan yang bisa dilaksanakan di lokasi
17. Lokasi lain (yang mempunyai daya tarik wisata alam) yang berada di sekitar lokasi • Jarak dari lokasi • Lama tempuh dari lokasi 18. Kondisi spesifik lain yang dijumpai di lokasi
D. Lokasi Pengamatan dilaksanakan di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok blok Jeding atas, Balai Taman Nasional Baluran.
E. Waktu Pengamatan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Agustus 2004
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil I.
GUNUNG MALANG
1.
Jarak dari pintu gerbang / masuk kawasan menuju lokasi : • Pintu Gerbang Pandean – Kantor Seksi Karangtekok = ± 22 Km • Kantor Seksi Karangtekok – Pelabuhan Ketapang = ± 3 Km Pelabuhan Ketapang – Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ± 1 jam • Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ± 12Km. • Pos Resort Labuhan Merak – Gunung Malang = ± 4 Km
2.
Lama tempuh dari pintu gerbang ke lokasi (dengan jalan kaki, sepeda motor, perahu dll). • Pintu Gerbang Pandean – Kantor Seksi Karangtekok = ± 30 menit. • Kantor Seksi Karangtekok – Pelabuhan Ketapang = ± 10 menit. Pelabuhan Ketapang – Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ± 1 jam • Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ± 30 menit. • Pos Resort Labuhan Merak – Gunung Malang = ± 1 – 1,5 jam (jalan kaki).
3.
Tingkat aksesibilitas pada musim kemarau dan penghujan. • Pada musim penghujan disarankan perjalanan lewat laut. • Pada musim kemarau perjalanan dapat dilakukan lewat laut atau darat.
4.
Kondisi jalan • Pintu Gerbang Pandean – Kantor Seksi Karangtekok = aspal (jalan provinsi). • Kantor Seksi Karangtekok – Pelabuhan Ketapang = aspal dan tanah (jalan desa) Pelabuhan Ketapang – Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = laut pesisir. • Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = jalan setapak / trail. • Pos Resort Labuhan Merak – Gunung Malang = menanjak berbatu – batu.
5.
Waktu yang tepat untuk berkunjung • Awal musim kemarau • Awal musim penghujan
6.
Topografi menuju lokasi • Pintu Gerbang Pandean – Kantor Seksi Karangtekok = datar berkelok – kelok. • Kantor Seksi Karangtekok – Pelabuhan Ketapang = datar. • Pelabuhan Ketapang – Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) • Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = datar bergelombang. • Pos Resort Labuhan Merak – Gunung Malang = menanjak berbatu – batu.
7.
Tipe ekosistem yang dilewati • Pintu Gerbang Pandean – Kantor Seksi Karangtekok = hutan jati
• Kantor Seksi Karangtekok – Pelabuhan Ketapang = pemukiman penduduk. • Pelabuhan Ketapang – Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang. • Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ekosistem gebang, mangrove, savana, hutan pantai. • Pos Resort Labuhan Merak – Gunung Malang = savana (undulating). 8.
Kondisi lokasi Berada di ketinggian ± 200 – 300 meter dpl. Berupa bukit dengan tebing curam yang menghadap savana ………………… Ketinggian tersebut memungkinkan untuk menikmati pemandangan ke arah lembah – lembah dan gunung Baluran serta pemandangan ke arah laut.
9.
Tipe vegetasi dominan di lokasi dan sekitarnya Ekosistem savana yang didominasi oleh rumput Merakan, pohon ketapang dan mimbo.
10. Jenis satwa yang sering dijumpai di lokasi Berbagai jenis burung, antara lain : derkuku, raja udang, elang dll. 11. Topografi lokasi Datar dengan batu – batuan besar. 12. Kondisi spesifik yang dijumpai atau terdapat di lokasi (misalnya mata air, jenis vegetasi langka, tugu prasasti dll). Selama perjalanan mendaki pemandangan ke arah laut sangat indah. Kontasnya warna antara birunya laut, hijaunya hutan dan kuningnya savana memberikan panorama yang mempesona. Aktivitas nelayan juga dapat teramati dengan menggunakan binocular. Pohon – pohon besar yang terdapat dilokasi dapat digunakan sebagai tempat berteduh sambil menikmati pemandangan ke arah lembah. 13. Sarana penunjang wisata alam yang tersedia • Perahu penduduk yang dapat disewa sewaktu – waktu meskipun dengan jumlah perjalanan yang terbatas. • Pos Resort Labuhan Merak dapat menjadi tempat istirahat (halamannya dapat digunakan untuk berkemah) dan sekaligus sumber air tawar. 14. Sarana yang diharapkan tersedia di lokasi • Papan petunjuk • Penataan batu – batuan untuk duduk - duduk 15. Prakiraan luas lokasi ±300 m2 16. Alternatif kegiatan yang bisa dilaksanakan di lokasi • Hiking • Bird Watching • Photo hunting 17. Lokasi lain (yang mempunyai daya tarik wisata alam) yang berada di sekitar lokasi • Jarak dari lokasi • Lama tempuh dari lokasi 18. Kondisi spesifik lain yang dijumpai di lokasi 19. Pangsa pasar pengunjung Pelajar, mahasiswa dan pecinta alam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Kegiatan pengamatan untuk menggali peluang potensi obyek wisata alam ini dilaksanakan meliputi lokasi : Jeding atas. 2. Tingkat aksesibilitas ke masing-masing lokasi cukup tinggi akan tetapi dipengaruhi oleh musim. 3. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata alam di lokasi pengamatan masih sangat minim. 4. Alternatif aktivitas obyek wisata alam yang ada berupa : • Perjalanan darat : Hiking, Photo hunting dan Bird watching. • Perjalanan perairan : Snorkeling, Diving, Kanoing, Photo Hunting dan Bird watching. 5. Pangsa
pasar
yang
dituju
adalah
:
Kelompok
pecinta
alam,
pelajar/mahasiswa, wisatawan minat khusus dan lain-lain.
Saran 1. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terhadap peluang potensi obyek wisata alam di Karangtekok tersebut. 2. Melakukan penataan obyek dan penentuan jalur-jalur/lokasi yang secara khusus dikembangkan untuk tujuan wisata alam. 3. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang kegiatan wisata alam di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. 4. Mengadakan uji coba/simulasi kegiatan wisata alam untuk mengetahui kelayakan suatu lokasi menjadi suatu obyek wisata alam.