LAPORAN HASIL PENELITIAN
PELAKSANAAN KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PETROKIMIA GRESIK
OLEH : TITIEK IREWATI (NIP : 920311) DINI WAHYUNI (NIP : 991144)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
JAKARTA AGUSTUS
2013
PELAKSANAAN KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PETROKIMIA GRESIK
Abstraksi
Perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibiity (CSR) secara menyatu tidak hanya sebagai kejadian temporer yang bersifat charity saja seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan Indonesia. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini untuk mengetahui pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik. Berdasarkan penelusuran dokumen dan fakta survei, diketahui pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik dijalankan dengan arah tujuan, visi dan misi perusahaan untuk memajukan ketahanan pangan sehingga mempunyai titik berat di sektor pertanian yaitu 54,78 % disalurkan melalui sektor agro. Prinsip pengembangan lingkungan dengan memanfaatkan sistem kelompok dan koperasi. Sistem kelompok ini memudahkan pembinaan dan pengawasan terutama karena sistem pembayaran kredit melalui “yarnen”/ bayar panen. Respons mitra binaan PT. Petrokimia Gresik tergolong baik dengan tingkat kolektibilitas 90,4% dan tumbuhnya kemampuan mitra untuk melakukan pengembnagan teknologi, sistem atau produk. Kata kunci : mitra binaan, kredit yarnen, CSR
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu
bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di sekitar usaha tersebut.
Kegiatan CSR dapat dilakukan perusahaan
pada berbagai bidang.
Konsep CSR sebagai bentuk tanggung
jawabperusahaan
dimulai
sudah
sejak
tahun
1970-an
namun
kegiatannya di Indonesia baru berkembang pesat pada dekade 2000an.
Pada saat ini diyakini pelaksanaan
CSR adalah bagian dari
pelaksanaan untuk mencapai status Good Corporate Governance (GCG) oleh suatu
perusahaan.
Di Indonesia
dilaksanakan dalam berbagai pendekatan amal
perusahaan
(philanthrophy),
(
relasi
charity),
kegiatan CSR
antara lain :
kedermawanan
kemasyarakatan
(public
pemberian perusahaan
relation)
pengembangan masyarakat (community development).
dan
Kegiatan
community development atau comdev merupakan kegiatan CSR yang banyak dilaksanakan oleh perusahaan sering
diidentikkan
dengan
community
di Indonesia
bahkan CSR
development.
Comdev dalam beberapa aspek sebenarnya
Kegiatan
bersifat “melakukan
sesuatu untuk nampak baik” dan bersifat sementara (Ambadar, 2008). Pada masa sekarang, selayaknya kegiatan CSR yang hanya bersifat sementara sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan implementasi CSR yang lebih bersifat jangka panjang sehingga akibat positif yang dirasakan masyarakat atau perusahaan akan lebih mapan. Penerapan CSR tidak lagi hanya dapat dianggap sebagai pengeluaran atau biaya semata melainkan menjadi investasi jangka panjang perusahaan yang bersangkutan.
Idealnya
memang
setiap
perusahaan
dapat
melaksanakan
kegiatan CSR secara keseluruhan pada setiap aspek serta tentunya kegiatan dapat memberikan dampak positif yang nyata untuk perbaikan dan kemajuan masyarakat.
Sayangnya tidak semua perusahaan
berwawasan untuk melakukan kegiatan CSR dan tidak semua perusahaan yang melaksanakan CSR dapat dianggap berhasil. Kondisi ini membuat pemerintah merasa perlu mengatur tanggung jawab sosial perusahaan melalui regulasi atau perundangan. Gagasan CSR itu terwujud secara eksplisit dalam bentuk UU no 25 / 2007 tetntang Penanaman Modal, UU no 40 tentang Perseroan Terbatas dan UU BUMN no 19/2003. Dunia usaha lebih menilai kegiatan CSR dari aspek bisnis. Kegiatan CSR ini juga masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang bersifat
sukarela
(voluntary)
yang
dilaksanakan
dalam
bentuk
kedermawanan (philanthrophy), kemurahan hati (charity) dan promosi perusahaan
yang
dikemas
dalam
bentuk
pemberian
bantuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suprapto dan Adiwoso (2005) terhadap 375 perusahaan di Jakarta menghasilkan kenyataan sebanyak 44,27 % perusahaan sampel tidak melakukan kegiatan CSR sedangkan sebanyak 55,79% dengan cara : a). Kegiatan kekeluargaan (misalkan :”Family Gathering”; 116 perusahaan / 30,9%). b). Sumbangan pada lembaga agama ( oleh 50 perusahaan / 13,33 %). c). sumbangan pada yayasan sosial (39 perusahaan / 10,4%) dan
d). pengembangan
komunitas (4 perusahaan / 1,07%). Pelaksanaan CSR tidaklah lepas dari dorongan internal perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi atau kategori perusahaan tersebut. Pada perusahaan kecil yang masih mengedepankan profit, pelaksanaan CSR menjadi sulit dilakukan dan hanya sebatas bila ada tuntutan
karyawan.
Bagi
perusahaan
menengah
atau
besar,
sewajarnya bila melakukan kegiatan CSR dengan motif keberlanjutan usaha. Penelitian oleh Young et al (2012) menyatakan bahwa pada perusahaan berskala besar, tekanan masyarakat supaya perusahaan melakukan CSR menjadi lebih kuat. Kepentingan ini terwakili oleh adanya direktur yang berasal dari pihak luar dalam dewan direksi. Walaupun perusahaan telah berskala besar, pelaksanaan CSR tidaklah
mudah. Deming (1994) menyatakan CSR berkaitan dengan iklim organisasi dan menunjukkan kualitas etis perusahaaan. Perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah, tentunya mempunyai kewajiban yang lebih kuat untuk melaksanakan kegiatan CSR secara terintegrasi. Pelaksanaan kegiatan CSR diharapkan tidak hanya karena terpaksa / diatur oleh perundangan ataupun untuk suatu pencitraan.
Pelaksanaan CSR berdasarkan ketulusan perusahaan
yang menyadari posisinya di lingkungan dan masyarakat bahwa tanpa dukungan lingkungan dan masyarakat, suatu perusahaan tidaklah berarti.
Gambaran dan pemahaman bagaimana pelaksanaan CSR
pada perusahaan-perusahaan BUMN dapat memberi inspirasi bagi perusahaan lain untuk dapat merancang strategi, melaksanakan
kegiatan
CSR
yang
berhasil.
konsep dan Hal
ini
menghindarkan perusahaan dari kegiatan CSR yang tidak sasaran.
akan tepat
Perusahaan yang baik pada hakikatnya harus bermanfaat
bagi masyarakat sehingga pelaksanaaan CSR yang sukses sangat berperan dalam pencapaian posisi Good Corporate Governence (GCG) perusahaan. 1.2. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini mengkaji dan memahami aktivitas CSR pada suatu perusahaan BUMN yaitu PT. Petrokimia Gresik. Kegiatan perusahaan yaitu menghasilkan pupuk dengan ragam terlengkap di Indonesia tentunya berada pada posisi mampu mempengaruhi lingkungan secara fisik maupun sosial. Pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah : 1). Apa sajakah kegiatan yang telah dilakukan perusahaan dalam aspek lingkungan dan kemasyarakatan / komunitas ? 2). Mengapa perusahaan melakukan kegiatan semacam itu ? 3). Bagaimana strategi, proses dan pengembangan ke depan kegiatan tersebut ? 4). Bagaimana persepsi dan penerimaan masyarakat atau stakeholder terhadap kegiatan tersebut, apakah sudah menimbulkan perubahan sosial ekonomi ?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Mengetahui jenis kegiatan dan kesungguhan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR pada aspek lingkungan dan kemasyarakatan.
2). Memahami
dasar pemilihan kegiatan-kegiatan tersebut untuk
menjadi kegiatan pelaksanaan CSR 3).
Mengetahui
bagaimanakah
strategi,
proses
saat
ini
dan
perencanaan terhadap pengembangan ke depan kegiatan CSR tersebut. 4). Memahami penerimaan masyarakat dan stakeholder lainnya terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut sudah berhasil mengadakan perubahan sosial ekonomi pada masyarakat 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberi manfaat untuk semakin mengetahui teori kekuatan hubungan antara pelaksanaan aspek-aspek CSR dengan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bertahan hidup, adaptif dan diterima oleh lingkungannya dalam tata laksana usaha yang baik 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian berupaya dapat memberi manfaat kepada perusahaan yang diamati, yaitu : perusahaan dapat mengetahui bagaimana keberhasilan kegiatan CSR yang telah dilakukan selama ini, apakah sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan para stakeholder. Pengetahuan ini membuat perusahaan dapat menyusun strategi lebih baik dalam pelaksanaan CSR.
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Apakah Corporate Social Responsibility
itu
?
Ada
beberapa
definisi yang sampai saat ini pemahamannya masih berlaku. Ishikawa, seorang ahli manajemen kualitas menyatakan kepentingan utama suatu perusahaan adalah tercapainya kebahagiaan semua orang yang berhubungan
(pemangku
kepentingan
/
stakeholder)
dengan
perusahaan itu. Apabila para pemangku kepentingan itu tidak bahagia, pada hakikatnya perusahaan itu tidaklah ada ! (Deming, W.E., 1994). Definisi menurut Lingkar Studi Indonesia, bersungguh-sungguh
CSR
merupakan upaya
entitas bisnis meminimalkan dampak negatif
operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurut
Humble (1985), tanggung jawab sosial
merupakan bidang yang amat penting dan strategis karena menyangkut bidang-bidang pokok sasaran perusahaan yaitu ; - usaha - profitabilitas - pembaharuan - kedudukan pasar - produktivitas – sumber keuangan dan fisik - prestasi dan pengembangan manajer - tanggung jawab sosial. Pengertian terkini yang menjadi landasan pelaksanaan perusahaan adalah pengertian CSR dari ISO 26000. pertanggungjawaban organisasi
Perilaku CSR adalah
terhadap adanya dampak dalam
masyarakat atau lingkungan yang disebabkan keputusan atau aktivitas organisasi. Pertanggungjawaban ini dinyatakan dalam tindakan terbuka dan etis yang dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan kesehatan, kemakmuran, kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan
CSR ini dengan harapan dan keinginan pemangku kepentingan , sejalan dengan regulasi yang berlaku, konsisten dengan norma etis internasional dan terintegrasi secara menyeluruh dalam organisasi (Anonim, 2012).
2.2. ASPEK – ASPEK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY The United Nation Global Impact menyatakan 4 aspek bisnis beserta 10 prinsip utama sebagai penjabaran pelaksanaan CSR, yaitu : -
Hak Azasi Manusia : dengan prinsip :
1. Pelaku bisnis mendukung dan menghormati perlindungan terhadap hak azasi manusia yang diakui secara internasional. 2. Memastikan perusahaannya tidak terlibat dalam pelanggaran hak azasi manusia -
Ketenagakerjaan : dengan prinsip :
3. Pelaku bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan para karyawan untuk berserikat dan mengadakan perundingan. 4. Menghapus segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib 5. Menghapus secara efektif adanya pekerja anak 6. Menghapus diskriminasi yang terjadi pada pekerjaan dan jabatan -
Lingkungan : dengan prinsip :
7. Pelaku
bisnis
harus
mendukung
tindakan
pencegahan
terhadap
pengrusakan lingkungan 8. Memiliki inisiatif dalam promosi lingkungan 9. Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi yang ramah lingkungan -
Anti korupsi dengan prinsip :
10. Pelaku bisnis harus melawan korupsi dalam segala bentuk termasuk penyuapan dan pemerasan. Menurut ISO 26000, karakteristik CSR adalah kemauan organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan serta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat serta lingkungan tersebut. Dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh aspek utama yaitu : 1). Tata kelola organisasi : menyangkut kepatuhan pada hukum, transparansi, kode etik dan pengenalan profil pemangku kepentingan. Tata kelola
organisasi
yang
transparan
meningkatkan
kebanggaan dan loyalitas, moral kerja karyawan.
nilai
perusahaan,
2). Hak Asasi Manusia :
hal ini menyangkut jaminan kebebasan
dan
keamanan ekonomi, hak bekerja, pilihan pekerjaan, berada dalam kondisi yang aman, hak sosial budaya dan politik. 3). Ketenagakerjaan :
mencakup masalah pekerja dan hubungan antar
pekerja, kondisi kerja dan perlindungan sosial, dialog sosial, kesehatan dan keamanan kerja serta sumber daya manusia. 4). Lingkungan : menyangkut pencegahan polusi, konsumsi berkelanjutan, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terdapat usaha perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif yang terjadi di lingkungan, tindakan untuk mengurangi timbulnya polutan melalui peningkatan efisiensi penggunaan bahan mentah, energi, air atau sumber lainnya. 5). Praktek bisnis yang adil : anti korupsi dan anti suap, kompetisi yang fair. Biasanya korupsi dan penyuapan merupakan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan / organisasi. 6). Isu
konsumen
:
sistem pemasaran yang jujur, praktik perjanjian ,
perlindungan dan kesehatan konsumen, pengembangan produk yang memberi manfaat lingkungan dan sosial, layanan konsumen, penyelesaian perselisihan dan akses pada produk. 7). Keterlibatan dalam pengembangan masyarakat : melibatkan komunitas, kontribusi pada pengembangan ekonomi dan sosial. Kontribusi pada komunitas atau masyarakat sekitar merupakan salah satu bentuk partisipasi perusahaan dalam merespons dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang terjadi. Hal ini sebagai akibat proses operasional perusahaan di lingkungan masyarakat itu berada. Peran perusahaan adalah meningkatkan kinerja dan ekonomi
masyarakat
sekitar
dalam
membangun
usaha-usaha
yang
menguntungkan masyarakat dan lingkungannya. (Rachman, N.M., Asep Efendi, dan Emir Wicaksana, 2012). 2.3. PERANAN COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM CSR Apabila perusahaan melaksanakan kegiatan CSR, sangat dianjurkan perusahaan untuk melibatkan komunitas setempat sehingga kegiatan CSR tersebut menghasilkan
dampak positif tidak hanya untuk internal
perusahaan tetapi juga untuk kepentingan eksternal perusahaan (Dawkins
and Lewis, 2003). Kegiatan dengan pelibatan
secara langsung komunitas
atau masyarakat di sekitar perusahaan ini disebut Community development (Comdev). Pelaksanaan Comdev pada hakikatnya belumlah cukup dan perusahaan masih diharapkan untuk melakukan integrasi di pelbagai aspek sehingga CSR menjadi suatu sistem yang benar-benar menyatu dengan perusahaan (Anonim, 2012). Jadi pelaksanaan kegiatan CSR berkenaan dengan Comdev diharapkan lebih bersifat jangka panjang, terintegrasi dengan aspek – aspek yang lain dan terjadi pelibatan pihak masyarakat atau lingkungan secara aktif. 2.3.1 TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN dan COMDEV Kegiatan Community development (Comdev) atau pengembangan masyarakat
merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial warga masyarakat melalui adanya peran serta secara aktif warga. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa
dan kemandirian masyarakat itu sendiri.
Konsep CSR erat
kaitannya dengan pengembangan masyarakat karena aspek ini merupakan bagian penting dalam proses pelaksanaan CSR. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan norma hukum yang harus dijalankan oleh perusahaan sebagaimana termaktub dalam pasal 74 UU no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Regulasi ini mengharuskan perusahaan untuk tunduk pada peraturan sektoral yang sudah ada. Pelaksanaan TJSL bersifat wajib dan pada pelaksanaannya perusahaan harus tunduk
pada semua peraturan perundangan dan
peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Antara lain UU no. 32 / 2009 tentang PPLH, UU no 18 / 2008 tentang pengelolaan sampah beserta PP yang berkaitan dengan pencemaran (PP no 82 / 2001 : Pengendalian Pencemaran Air
dan PP no 41 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara). 2.3.2 TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI dan CSR Inti dari pelaksanaan CSR adalah dorongan untuk berbagi dengan sesama,
bersama
untuk
maju
dan
saling
bekerja
sama
atau
berkolaborasi. Inti dari tanggung jawab sosial ini mempunyai bentuk, model, dan gaya tersendiri ketika memasuki dunia bisnis. Pandangan terbaru melihat bahwa antar tujuan bisnis dan tujuan sosial tidak
bertentangan atau saling terpisah. tersebut
saling bersinggungan.
Justru tujuan bisnis dan sosial
Arah CSR
ke masa depan adalah
maksimalisasi manfaat kehadiran perusahaan bagi para stakeholder. Hakikat dari transformasi adalah perubahan.
Menurut
Rachman,
Efendi dan Wicaksana (2012) kondisi yang semestinya bertransformasi adalah : -
Perilaku, strategi , cara berbisnis dan usaha masyarakat
-
Pertumbuhan lapis lapis ekonomi dalam masyarakat
-
Rangsangan komersialisasi usaha
-
Kondisi input usaha : modal, SDM, teknologi, bahan baku
-
Perilaku dan nilai sosial
Tahapan transformasi sosial ekonomi dalam masyarakat meliputi : -
Proses pemetaan atau riset sosial ekonomi
-
Proses perencanaan program penguatan kondisi ekonomi
-
Pembentukan lembaga pengawal strategi bersama
-
Proses asistensi, pendampingan, pelatihan, implemantasi program
-
Proses adopsi teknologi, inovasi dan penguatan bisnis serta mobilisasi sumber daya lokal
-
Proses monitoring, pelaporan, evaluasi program
2.4. Dinamika Pelaksanaan CSR 2.4.1 CSR dan Good Corporate Governance (GCG) Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif,
merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan
dengan
tujuan
agar
mencapai
kesetimbangan
antar
kewenangan yang diperlukan perusahaan untuk menjamin eksistensinya dan pertanggungjawaban pada stakeholder. Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat, yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan. Prinsip penerapan GCG (Tjager, 2002) sbb : -
Keadilan (fairness) : perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham
-
Transparansi
(transparency)
:
keterbukaan,
semua
stakeholder
memperoleh informasi atau fakta material yang ada. -
Akuntabilitas
(accountability)
:
pengelolaan
perusahaan
dengan
pedoman strategis perusahaan, berkaitan dengan tanggungjawab manajemen melalui pengawasan efektif -
Responsibility (responsibility) : pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Para ahli berpendapat GCG dan CSR bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Penekanan CSR adalah pada prinsip responsibility dan lebih mengarah
pada stakeholder sedangkan GCG lebih memberi
penekanan pada kepentingan pemegang saham.
Berpijak pada konsep
responsibility pada GCG maka terwujudlah gagasan CSR sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Pada konsep CSR, perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Line (TBL) yaitu aspek sosial , keuangan dan lingkungan.
Keberlanjutan perusahaan akan terjamin
apabila perusahaan memerhatikan dimensi sosial dan lingkungan tempat perusahaan melakukan aktivasi. 2.4.2 Pelaksanaan CSR pada Perusahaan-perusahaan di Indonesia Banyak perusahaan yang menyatakan sadar akan pentingnya CSR namun perusahaan-perusahaan mengimplementasikan CSR
dengan
metode yang berbeda-beda. -
Metode Charity :
perusahaan yang mempergunakan metode charity
hanya
sekedar
berusaha
memenuhi
kewajiban
,
menghabiskan
anggaran dan hakikatnya tidak mempedulikan kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya.
Model charity mendapat kritik karena model ini
hanya membuat masyarakat bergantung saja pada donasi perusahaan. -
Metode Community Development (Comdev)
: model ini dianggap
mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Banyak perusahaan (misalnya : Exxon, Holcim) dalam melaksanakan program CSR mendasarkan pada kebutuhan masyarakat. Program CSR yang berdasarkan Comdev juga memberikan nilai tambah kepada perusahaan yaitu adanya GCG serta memberikan citra positif pada perusahaan. -
Metode CSR saat ini adalah dengan adanya standar internasional dalam ISO 26000. Standar
ini memberikan arahan merespon hal-hal yang
berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan sehubungan dengan adanya : dampak akibat keputusan dan aktivitasnya pada masyarakat dan lingkungan melalui perilaku etis dan pemetaan kondisi berdasarkan tujuh aspek CSR. -
Pada hakikatnya pelaksanaan standar ini tidaklah mudah.
Umumnya
perusahaan hanya sanggup positif pada satu atau beberapa faktor penentu perubahan ekonomi. Sebuah studi di Kalimantan Timur dengan mengukur persepsi para stakeholder terhadap perusahaan melalui program Comdev yang dilakukan. Hasil yang diperoleh adalah adanya kegagalan proyek tersebut. Biaya Comdev yang besar tidak disertai dengan perubahan signifikan yang positif pada ekonomi masyarakat. -
Kondisi Kalimantan Timur tentu berbeda dengan Jakarta. Kegiatan CSR bidang lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan consumer”s good multinasional dengan salah satu programnya
“$$$ Green and
Clean” merupakan hasil identifikasi masalah tentang penanganan limbah domestik. Observasi menunjukkan program ini punya prospek yang baik dalam pengurangan jumlah sampah di tempat pembuangan akhir.
Evaluasi menyarankan perlunya rancangan lebih strategis dan
pemberdayaan masyarakat lebih kuat (Anonim, 2012) 2.5. Evaluasi Program CSR Evaluasi
merupakan
penampilan, efisiensi dan
penilaian
berkala
terhadap
relevansi,
dampak proyek di dalam konteks tujuan yang
sudah ditetapkan. Evaluasi biasanya mengambil dari konteks tujuan yang sudah ditetapkan,
mempergunakan perbandingan
yang membutuhkan
informasi dari luar proyek yaitu tentang waktu, daerah atau populasi. Beberapa bentuk evaluasi program CSR yaitu : -
Penilaian sosial dan lingkungan untuk keputusan investasi
-
Penilaian dampak sosial dan lingkungan proyek
-
Survey data dasar
-
Penilaian Kebutuhan Masyarakat
-
Pemetaan isu strategis dan pemangku kepentingan
-
Kajian kebijakan dan manajemen tanggung jawab sosial perusahaan
(Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2012)
Evaluasi adalah pengkajian informasi
terhadap kriteria kinerja CSR,
proses ini menilai relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak dan keberlanjutan penerapan sistem. Evaluasi CSR menjawab pertanyaan-pertanyaan : -
Relevansi : apakah sistem telah sesuai persyaratan ?
-
Efektivitas : apakah tujuan, sasaran dan program CSR telah tercapai ?
-
Efisiensi
-
Dampak : perubahan positif / negatif yang terjadi pada para stakeholder
-
Keberlanjutan program
: berapa besar sumber daya yang dikerahkan ? : apakah program dapat berlanjut
secara
mandiri ? Hasil utama dari evaluasi adalah pembelajaran. belajar tentang kelebihan dan kekurangann tersebut
Perusahaan dapat
program
serta mengetahui kendala dan tantangan
dan kegiatannya
dalam pelaksanaan
suatu program (Anonim, 2012). 2.5. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku dalam sistem perekonomian nasional, ikut berperan menghasilkan
barang atau
jasa yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Untuk itu diperlukan suatu penataan sistem
pengelolaan dan pengawasan melalui ketentuan perundangan tersendiri. Pemerintah mengemas keterlibatan BUMN dengan penegasan pada pasal 2 ayat 1 huruf e, UU no 19/2003 tentang BUMN : “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat” Hal tersebut diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Negara BUMN no PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Pasal 2 sbb : (1) Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. (2). Persero Terbuka dapat melkasanakan program kemitraan dan program bina linkungan dengan berpedoman pada peraturan ini berdasarkan RUPS Sumber dana berasal dari :
yang ditetapkan
a). Penyisihan laba setelah pajak, maksimal sebesar 2 % b). Jasa administrasi pinjaman / margin / bagi hasil dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional c). Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada Dana program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari : a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal 2 % b. Hasil bunga deposito atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN,
Dana Program Kemitraan
untuk : a). Pembiayaan modal kerja atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan. b). Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksana kegiatan Mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dan rekanan usaha Mitra Binaan. Sedangkan ruang lingkup bantuan bagi Program Bina Lingkungan dalam lingkungan BUMN meliputi : a. Bantuan korban bencana alam b. Bantuan pendidikan atau pelatihan c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan d. Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum e. Bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam Undang-undang dan Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut yang berkaitan dengan program kemitraan dan
bina lingkungan menegaskan
bahwa PKBL sebagai bagian dari CSR tidak lagi sebagai kegiatan yang bersifat voluntary tetapi menjadi kegiatan yang lebih bersifat mandatory atau sebagai keharusan bagi perusahaan. Kondisi keharusan ini membuat perusahaan BUMN memikirkan dan melaksanakan program CSR yang berkelanjutan.
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Metode / Pendekatan Penelitian Penelitian
mengenai implementasi CSR
ini mempergunakan
pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan memakai studi kasus 3.1.1 Penelitian Kualitatif Penelitian mendalam
kualitatif
dillakukan
untuk
memperoleh
pengetahuan
tentang obyek. Penelitian kualitatif membantu peneliti untuk
memahami dan menafsirkan memahami latar belakang
apa saja yang ada di balik kejadian,
serta bagaimana peletakan makna terjadi. Data
kualitatif membantu peneliti untuk mengikuti alur peristiwa secara kronologis (Miles and Huberman, 1992). Penelitian kualitatif membuat peneliti dapat memahami realitas sosial akibat usaha operasional dan kegiatan CSR perusahaan.
Penelitian ini ingin menangkap persepsi
dan pemahaman
masyarakat
serta stakeholder terhadap kegiatan CSR
perusahaan
sehingga harus melakukan observasi pada kondisi sesungguhnya dalam bentuk studi kasus. 3.1.2 Studi Kasus Studi kasus merupakan studi terhadap subyek dalam situasi alamiah, sebagai suatu studi yang berorientasi pada penemuan-penemuan yang dapat terjadi pada pengamatan. Pemakaian studi kasus pada penelitian ini memungkinkan peneliti
untuk lebih dapat melihat berbagai gejala dari
proses, peristiwa dan hasilnya dari segala yang berkaitan dengan kegiatan i perusahaan dan keterkaitannya dengan lingkungan, interaksi perusahaan dengan masyarakat dan segala harapan dan pandangan para pemangku kepentingan atau stakeholder. 3.2 Subyek Penelitian Pada penelitian pelaksanaan CSR oleh perusahaan BUMN , penulis mengambil subyek penelitian PT. Petrokimia Gresik, suatu perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang produksi segala jenis pupuk, berkedudukan di daerah Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. PT.Petrokimia berawal dari perusahaan dengan nama Proyek Petrokimia Surabaya (1954)
dan pada tahun 1971 menjadi bentuk Perum dan kini
dengan status perusahaan anggota holding company PT.Pusri (persero). Sampai bulan Maret 2013, PT Petrokimia Gresik (PKG) memproduksi 2,4 juta ton pupuk NPK, 400 000 ton Urea, 750 000 ton SP dan 700 000 ton ZA untuk
memenuhi
kebutuhan
pertanian.
Petrokimia
Gresik
telah
melakanakan program pembinaan pengusaha mikro dan kecil sejak tahun 1989 dan dengan daerah binaan yang luas , tidak hanya di daerah Gresik saja.
Aktivitas diharapkan sejalan dengan misi Petrokimia
yaitu
:
mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional dan berperan aktif dalam pengembangan masyarakat
dengan konsep
pemberdayaan jangka panjang. 3.3 Tahap Penelitian - Tahap Persiapan : peneliti menyusun daftar pertanyaan dan melakukan observasi awal. -
Tahap Pelaksanaan
:
peneliti melakukan serangkaian tanya jawab /
wawancara dengan mitra binaan dan perusahaan. Peneliti mengumpulkan dokumen yang mendukung penelitian.
- Tahap Laporan
:
semua data dari wawancara ataupun dokumentasi,
dipilah dan dikumpulkan untuk bahan pengambilan kesimpulan. 3.4. Teknik Pengumpulan Data -
Wawancara
: dilakukan secara berstruktur sehingga mudah dalam
pengelompokan dan analisis data - Teknik Observasi :
peneliti memakai metode non partisipan karena
adanya
dan tempat sehingga peneliti tidak dapat ikut
kendala waktu
berpatisipasi dalam kegiatan.
-
Studi dokumen
pemahaman perusahaan.
: dokumen
terhadap
struktur
yang tersedia memberikan perusahaan,
aktivitas
kemampuan
dan
kegiatan
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Faktor-faktor pentingnya CSR bagi perusahaan Keberhasilan usaha dalam peningkatan usaha yang dicapai perusahaan harus sejalan dengan pemenuhan aspek sosial yang dikemas
dalam
Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
Pertumbuhan perusahaan tidak hanya mengejar kepentingan internal tetapi juga memenuhi aspek sosial.
Kemanfaatan keberadaan
korporat tidak hanya dinikmati oleh internal – pemegang saham, pegawai, supplier, tetapi juga dinikmati oleh lingkungan sosial dan fisik. Motif yang mendasari suatu perusahaan melakukan tindakan CSR terutama adalah motif manajemen. Menurut Porter (2006), ada motif yang mendasari manajemen melakukan tindakan CSR yaitu : (1)
adanya
kewajiban
moral
yaitu
memperoleh
keberhasilan
komersial dengan menghormati nilai etika (2) keberlanjutan
yaitu
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan masa datang
(3)
reputasi perusahaan yaitu motif pelaksanaan CSR
didasarkan pada keinginan menaikkan merek dan reputasi dalam pandangan konsumen, investor dan karyawan. Pelaksanaan CSR karena
berkaitan
dalam perusahaan menjadi sangat penting dengan
pembangunan
reputasi
dan
citra
perusahaan, membina hubungan baik dengan stakeholder, memberi sumbangan kemajuan pada negara melalui upaya mendorong masyarakat mempunyai pemikiran yang inovatif,
membangun
kesempatan untuk mengikuti pasar masa depan. 4.2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Petrokimia Gresik Perusahaan dan lingkungan di sekitarnya merupakan bagian tak terpisahkan serta saling memengaruhi. harmonis di antara keduanya
Hubungan yang
tentu menjadi harapan bersama.
Seperti juga PT. Petrokimia Gresik dan masyarakat sekitar, keduanya sangat berkepentingan menjaga harmonisasi kondisi
tersebut.
Hal ini direalisasikan dalam bentuk program-program
kemitraan dan bina lingkungan. Bagi PT.Petrokimia Gresik,
Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) sudah merupakan kewajiban yang memang harus ditunaikan sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Program yang dijalankan tidak hanya sebgai charity tetapi berkembang menjadi konsep pemberdayaan jangka panjang berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN nomor PER 05 /MBU/2007 yang menginginkan PKBL berdimensi jangka panjang dengan melibatkan UKM sebagai fokus pemberdayaan masyarakat. Sebagai suatu perusahaan BUMN tentunya PT. Petrokimia Gresik harus memenuhi ketentuan tersebut
dan ketentuan tersebut
memang memenuhi kondisi logis adanya peranan BUMN dalam proses penguatan ekonomi nasional. 4.2.1 Kemitraan dengan Usaha Kecil Pada program kemitraan ini, PKBL
PT. Petrokimia
Gresik
menggunakan pola pembinaan sebagai berikut : A. -
Pola Pembinaan Langsung : terdiri sebagai Pola pembinaan murni : yaitu pengusaha kecil diberi pinjaman modal untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka meningkatkan usahanya.
-
Kemitraan : yaitu perusahaan bekerja sama dengan instansi / lembaga/ koperasi
yang dapat menampung
hasil produksi pengusaha kecil
sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang diberikan oleh perusahaan
kepada
pengusaha
kecil
dengan
prinsip
saling
menguntungkan. B. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina lainnya :
yaitu dengan pembentukan konsorsium, program ini
merupakan bentuk kerjasama antar BUMN dalam pembinaan terhadap mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersamaan. PT. Petrokimia Gresik menyalurkan dana sesuai keberlakuan yang tercantum dalam peraturan yaitu
dengan ketentuan sbb :
-
Garis besar kebijakan untuk penggunaan dana hibah program kemitraan yaitu : •
Pameran dan promosi di dalam dan di luar negeri, promosi produk mitra binaan
melalui media cetak, elektronik, penyediaan ruang
pamer, membantu/memfasilitasi mitra binaan untuk memperoleh akses pasar lokal, regional maupun internasional. •
Program pendidikan, pelatihan serta penelitian yang berupa : pendidikan dan pelatihan, studi banding, seminar, penelitian atau pengajian yang berkaitan dengan program kemitraan.
-
Pola kebijakan berkenaan peminjaman dana : •
Pola 1
: Kontrak perjanjian pinjaman
dengan sistem pelunasan
angsuran secara bulanan, yaitu : a). Mitra binaan tahap 1 , jangka waktu kontrak selama 24 bulan kecuali untuk sektor peternakan sapi perah dengan masa tenggang 6 bulan
b). Mitra binaan lanjutan ,
jangka waktu selama 24 bulan plus masa tenggang 3 bulan kecuali untuk sektor peternakan sapi dengan 30 bulan dan masa tenggang 6 bulan. •
Pola 2
:
Kontrak perjanjian pinjaman dengan sistem pelunasan
secara pembayaran sekaligus, yaitu : a). Untuk sektor usaha tani dengan pola panen sekaligus jangka waktu tertentu, jangka waktu kontraknya selama 1 tahun dalam dua musim tanam.
b). Untuk
pinjaman khusus, jangka waktu kontrak disesuaikan dengan sistem pembayaran pesanan antara mitra binaan dengan rekanan mitra binaan. Peraturan Menteri BUMN PER 05/MBU/2007 memberi patokan bahwa kategori mitra binaan adalah omzet milyar rupiah per tahun termasuk
tanah
penjualan per tahun maksimal 1
atau total asset Rp. 200 juta dengan tidak
dan bangunan
tempat
usaha.
Petrokimia Gresik
menggunakan dasar peraturan tersebut dalam memilih, menyeleksi dan membina mitra usaha kecil Pembinaan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Persoalan
dasar
bagi
usaha
kecil
umumnya
adalah
masalah
permodalan, pemasaran dan teknologi. Permodalan hanya salah satu aspek yang dibutuhkan oleh mitra binaan. Kebijakan pembinaan yang dilakukan oleh PT Petrokmia Gresik berwujud : pemenuhan kebutuhan
modal, kebutuhan informasi dan peluang pasar, kebutuhan pengelolaan untuk peluang usaha, kebutuhan informasi akan akses pada input usaha yang efisien.
4.2.2 Penyaluran Dana Pinjaman pada Mitra Binaan Pada tahun 2011, total dana yang disalurkan sebesar 41,7 milyar dan sebesar 54,78 % dialokasikan pada sektor agro, yaitu dengan memanfaatkan jaringan kios-kios usaha tani dan penyalur pupuk. PT Petrokmia Gresik mendukung pola distribusi dan penyebaran dana melalui koperasi dan kelompok tani. Distribusi pupuk juga dianggap memiliki infrastruktur dan organisasi yang memudahkan penyaluran dana kemitraan.
Kondisi ini menyebabkan konsentrasi
dana
peminjaman melalui ketua kelompok tani yang dapat dipercaya.
Tabel 4.1 Alokasi Total Pinjaman berdasarkan Sektor
Sektor
Jumlah (Rp)
%
Industri
19 362 297 521
10,1
Perdagangan
26 895 580 000
13,78
Pertanian
72 869 520 450
37,36
Peternakan
58 840 430 000
30,17
Perkebunan
4 879 825 000
2,50
Perikanan
7 447 330 000
3,82
Jasa
4 306 797 000
2,21
407 000 000
0,06
Lainnya
(Sumber : PKBL PT Petrokimia Gresik) A. Industri Industri
yang
dimaksud
adalah
usaha
yang
melakukan
perubahan bentuk, baik itu pengolahan massal ataupun kerajianan dengan produk akhir berbeda bentuknya dari masukan awal. Pada tahun 2011, PKBL telah menyalurkan dana pada 26 mitra binaan baru dengan jumlah total Rp. 692,5 juta.
Usaha industri
beragam antara lain bakery, sarung tenun, kerajinan tangan, mebel, konveksi, gerabah, makanan, batik, senapan, yang berlokasi di Gresik, Sidoarjo, Lamongan sampai Lombok.
B. Perdagangan Kategori perdagangan adalah usaha yang mendapatkan nilai tambah
dari perubahan tempat dan waktu.
Pada tahun 2011,
sebanyak 99 orang mitra binaan memperoleh alokasi dana dengan total Rp. 3,2 milyar. Jenis usaha yang mendapatkan pinjaman adalah jenis usaha dagang sembako, toko kelontong, tanaman hias, pewarna batik, kios
pertanian,
dll.
Wilayah
usaha
meliputi
Gresik,
Madiun,
Bojonegoro,Wonogiri, Pamekasan sampai Lombok Tengah.
Alokasi
pinjaman terbesar diarahkan untuk pendanaan kios pertanian, dengan mempertimbangkan hubungan bisnis PT Petrokimia dengan mitra binaan yang berstatus penyalur pupuk secara resmi.
Hal ini
memudahkan pemantauan dan sesuai dengan visi dan misi Petrokimia dalam pembangunan pertanian. C. Pertanian Pinjaman sektor pertanian diberikan PKBL Petrokimia pada 349 kelompok dengan cakupan 3466 mitra binaan.
Alokasi dana yang
disalurkan sebesar Rp. 22,8 milyar untuk komoditas jagung, padi, cabe, dll. Dengan wilayah dari Nganjuk sampai
Blitar, Banjarnegara dan
Wonosobo. Pinjaman dana pada sektor pertanian lebih diarahkan pada pola penyaluran berkelompok dan pembayaran setelah panen (yarnen). Kebijakan
PKBL
memperoleh
dana
memang terbesar
menetapkan karena
sektor
berkaitan
pertanian dengan
pemanfaatan potensi dan komoditas dalam negeri.
harus
kebijakan
Kebijakan ini
dinyatakan dengan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Terkait dengan kebijakan pemerintah berupa swa sembada beras, PKBL Petrokimia mengadakan pembinaan khusus kepada kelompok tani yang membudidayakan tanaman padi dengan memberi dana pinjaman pengadaan benih.
untuk pengolahan tanah, pemupukan,
Penerima dana GP3K PT Petrokimia Gresik adalah para petani yang bergabung dalam kelompok tani yang sudah memenuhi ketentuan umum yaitu
terdaftar dalam
Gabungan
Kelompok Tani, dijamin oleh
distributor pupuk, membutuhkan dana untuk
pengadaan
saprodi,
bersedia menandatangani perjanjian pinjaman dan bersedia mengikuti petunjuk cara budidaya tanaman padi terutama dengan pemakaian pupuk berimbang. Metode pupuk berimbang yaitu pada 1 ha lahan dengan formula 5 : 3 : 2 ( Petroganik 500 kg : Phonska 300 kg : Urea 200 kg).
Sampai pada tahun 2011 , penerima dana pinjaman
pada petani dengan lahan seluas 27 054 ha di Jawa Timur dan 16 396 ha di Jawa Tengah. Sebagai sektor andalan, kinerja program GP3K harus selalu dipantau. Berdasarkan data sampai tahun 2011, tingkat produktivitas rata-rata para petani yang mengikuti program GP3K sebesar 7 - 8 ton
padi
memadai
per hektar. karena
Capaian
tersebut
merupakan
hasil
yang
di tahun tahun sebelumnya, Indonesia banyak
mengalami penurunan hasil pertanian karena mengalami perubahan cuaca yang ekstrim. Pembinaan klaster pertanian dengan cara GP3K dapat dijadikan model yaitu perlunya komponen penting dalam klaster : adanya kios pertanian,
distributor
saprodi,
petani, penyuluh
pertanian dan
lembaga pendana. Harus ada juga institusi Bulog sebagai penjamin pasar dan produsen pupuk sebagai penjamin saprodi. Pada
model
GP3K ini, hubungan antar titik pada klaster tersebut dapat dijelaskan sbb : •
PT. Petrokimia Gresik -- Binaan Kelompok Tani Pihak Petrokimia memberi pinjaman pada kelompok tani melalui
PKBL.
Pihak Petrokimia memberi pelatihan (kawalan teknologi dan
pembinaan). Pihak Petrokimia membeli gabah melalui K3PG (Koperasi Keluarga Besar Karyawan Petrokimia Gresik) untuk dijadikan benih Petroseed (produk benih unggul Petrokimia) dan bentuk beras untuk konsumsi karyawan
•
PT. Petrokimia Gresik -- Mitra Binaan Kios Pertanian Pihak
PT. Petrokimia Gresik memberikan pinjaman kepada
Kios Pertanian melalui PKBL dan menjamin penyediaan pupuk. Pihak Kios Pertanian melakukan demoplot
sistem pemakain pupuk untuk
memberikan contoh kepada para petani. D. Peternakan Pada tahun 2011, PKBL menyalurkan dana pinjaman pada 105 mitra kelompok (817 orang mitra binaan) untuk kegiatan peternakan sapi potong, perah, kambing dan ayam petelor dengan wilayah cakupan yang meluas sampai Ponorogo dan Magetan. Pendekatan pola kelompok juga dilakukan pada sektor ini.
Pinjaman dengan pola kelompok lebih
terkelola dengan baik. Risiko pinjaman bermasalah hanya terjadi bila ada perubahan kebijakan pemerintah terutama bila terjadi pelonggaran impor sapi bakalan, yang berdampak pada harga jual sapi lokal. Peternak belum mampu mengantisipasi perubahan harga karena pengelolaan masih terbatas (tumpangsari dengan sektor pertanian).
E. Perkebunan Usaha perkebunan yang dimaksud adalah usaha budidaya komoditi nonpangan dan non hortikultura.
PKBL lebih memberikan
pinjaman pada petani tebu dengan dasar untuk memperkuat komoditas gula yang sangat penting. kelompok petani tebu.
Pada tahun 2011, pinjaman pada 13
Pinjaman tersebut memberikan ruang pada
petani untuk memenuhi kebutuhan dananya agar mampu melakukan budidaya pertanian tebu secara tepat. Tingkat rendemen (kadar gula) yang tinggi hanya bisa dicapai bila petani tebu melakukan
budidaya
yang benar. Rata-rata rendemen tebu pada petani binaan sebesar 7,0. F. Perikanan Kebijakan
PKBL menyalurkan dana pinjaman pada sektor
perikanan darat karena diperlukan substitusi untuk perikanan laut. Produk perikanan laut terhambat oleh adanya over fishing dan cuaca
buruk. Pada tahun 2011, Petrokimia Gresik melalui program dana PKBL memberikan pinjaman pada 8
kelompok mitra binaan dengan nilai
pinjaman total Rp. 906,5 juta. Komoditas perikanan darat yang dibina meliputi jenis lele, bandeng, gurami dengan wilayah penyaluran Gresik, Lamongan, Nganjuk dan Tulung Agung.
G. Jasa Usaha jasa yang dibiayai PKBL PT Petrokimia Gresik pada tahun 2011 meliputi usaha perbaikan komputer, penyewaan sound system dan bengkel motor. Bila dibandingkan sektor lainnya, sektor jasa mendapat alokasi dana paling sedikit. penyebab kebijakan ini adalah
Beberapa pertimbangan yang menjadi : pembinaan secara individual belum
mampu dilakukan secara optimal karena keterbatasan SDM di unit PKBL PT. Petrokimia Gresik sendiri. Keterkaitan bisnis dengan PT.Petrokimia Gresik
akan
membantu
menurunkan
risiko
terjadinya
pinjaman
bermaslah dan usaha jasa pun masih relatif baru sehingga memerlukan waktu untuk mempelajari pola dan siklus usahanya.
4.2.4. Pola Angsuran Yarnen PKBL PT Petrokimia mengambil kebijakan pola angsuran pada pinjaman sektor pertanian yang disebut “Yarnen” (angsuran bayar panen). Pada sistem angsuran ini , debitur membayar angsuran ketika debitur menerima uang hasil panen. Pertimbangan pemilihan ini meliputi pertimbangan : a) Ekonomis : yaitu pertimbangan penyesuaian pola pendapatan debitur.
Sektor pertanian bersandar pada pendapatan musiman
yang pemasukan hanya diperoleh ketika panen.
Pada saat itu
kemampuan membayar pinjaman terwujud (sistem “matching” antara pola pemberian pinjaman, pola angsuran, pola usaha yang dijalankan debitur). b) Sosiologis : saat panen adalah titik penting dalam kehidupan petani atau peternak. Kecenderungan konsumsi berlebihan akan berkurang karena timbulnya kewajiban membayar angsuran.
c) Administrasi : sistem Yarnen menyebabkan pencatatan lebih mudah. Administrasi pembukuan PKBL akan mencatat angsuran pokok dan bunga / jasa administrasi pinjaman secara sekaligus. Pola angsuran ini terkesan sederhana tetapi tetap memerlukan pendukung kuat yaitu : -
Kelompok tani yang kuat dan mantap, memiliki komitmen usaha untuk menanggung beban secara bersama
-
Orang yang mampu memimpin, memotivasi kelompok secara baik
-
Pola monitoring harus langsung di lapangan
-
Pola komunikasi yang baik antara ketua kelompok dengan PKBL
-
Pola manajemen program yang handal dan sistematis
4.3. Evaluasi Program Kemitraan PKBL PT Petrokimia Gresik 4.3.1 Kinerja Program Pembinaan usaha kecil merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian nasional. Struktur ekonomi yang kuat apabila didukung oleh usaha kecil yang tangguh mandiri. Program kemitraan PT Petrokimia berusaha melaksanakan hal itu dengan : - memberi dasar bagi pembinaan berkelanjutan dengan posisi sektor
pertanian sebagai sektor utama sesuai visi misi perusahaan
-
kegiatan pembinaan non penyaluran dana pinjaman juga telah diarahkan untuk pengembangan ketrampilan, informasi dan pengetahuan mitra binaan dalam bentuk pelatihan. Pelatihan juga diarahkan untuk membentuk jejaring bisnis antar mitra binaan. PT. Petrokimia Gresik selama tahun 2011 telah menyalurkan dana pinjaman sebanyak Rp. 41 704 446 000. Dana hibah pameran dan pendidikan sebesar
Rp. 4
941 177 600. Kinerja keuangan program kemitraan
tahun 2011 terhitung sbb :
-
Efektivitas penyaluran dana sebesar 99,43 % (skor 3)
-
Tingkat kolektibilitas sebesar 90,04 % (skor 3)
-
Jumlah mitra binaan yang direalisasi pada tahun 2011 : 593 unit usaha ( pada tahun 2010 : 531 unit usaha) sehingga jumlah keseluruhan mitra binaan : 4 720 unit usaha.
4.3.2 Kinerja UKM berbekal Inovasi Usaha Inovasi mempunyai ciri baru dan manfaat, artinya ada proses perbaikan, pengembangan teknologi, produk atau sistem yang memberikan dampak perubahan nyata.
Era persaingan usaha membuat setiap usaha harus
dapat menjalankan QCDS (quality, cost, delivery, service) yang harus diterapkan secara bersamaan. Pada implementasinya, pelaku usaha akan memilih
aspek
yang
memperoleh
bagian
inovasi.
Perubahan
cara
berbisnisyang inovatif lebih banyak dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi yang ada di sektor UKM itu. Banyak praktek inovatif yang dilakukan UKM dan telah memberikan hasil usaha yang lebih baik. Respons Para Pelaku UKM dengan praktek inovatif Modernisasi Toko Toko Otak-otak Bandeng khas Gresik milik keluarga
Bu Muzanah
tadinya adalah toko sederhana di depan tempat produksi. Keikut sertaan pada program kemitraan membuat toko ini membuka tempat penjualan di lahan yang lebih luas dan memakai konsep toko modern yaitu dengan sistem swalayan. Tidak hanya berhenti pada pembenahan toko,
pengelola
usaha juga melakukan banyak inovasi produk seperti pembuatan abon duri yang berasal dari limbah duri bandeng. kemampuan untuk menjaga kualitas
Berbagai inovasi produk dan
membuat para konsumen semakin
loyal dan berkembang jumlahnya. Toko pertanian modern yang dikelola Faikul Muzakin saat ini juga merupakan suatu hasil kerja inovatif. Berbekal satu toko yang diwariskan oleh ibunya, Faikul mengembangkan toko yang diwariskan oleh ibunya , Faikul mengembangkan tokonya menjadi 5 toko di bawah kendalinya. Toko utamanya hanya berlokasi di desa Ngronggot, Nganjuk. Ciri khas toko yang dikelola Faikul punya resep sederhana mengembangkan toko pertaniannya yaitu mencontoh toko eceran modern yang sedang menjadi trend. Beberapa hal yang menjadi fokus Faikul saat mengembangkan toko pertaniannya menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya adalah : branding, pengelolaan barang dagangan, konsep layanan , strategi harga, pengelolaan pelanggan, promosi agresif, berjaringan, dan pemakaian teknologi informasi.
Suwono yang mengusahakan Kios Tani Mulyo juga mengakui keleluasaannya untuk berusaha dan berinovasi akibat pengaruh binaan kemitraan Petrokimia Gresik. Pinjaman lunak yang diperolehnya dari PKBL PT. Petrokimia Gresik dipergunakan untuk merenovasi toko dan membangun gudang sehingga memungkinkan perputaran stock lebih baik. Menurut Suwono, semenjak bergabung menjadi mitra binaan PT. Petrokimia Gresik, banyak diperolehnya kemudahan terutama dari sisi permodalan, pembibitan serta pembinaan. “Rasanya berbeda sekali sebelum dan sesudah menjadi mitra. Waktu saya masih berdiri sendiri, jika butuh apa-apa tidak ada perantara. Kini saya merasa didukung serta diberi ilmu tanpa henti oleh PKBL Petro”, demikian komentar Suwono. Suwono merasa ia dapat semakin mantap melaksanakan pertanian organiknya yang dirintis selama ini. Suwono memang tidak hanya menjual produk / sarana produksi pertanian tetapi juga membuat demoplot pengelolaan pertanian hijau dan memperkenalkan pupuk cair nabati pada masyarakat.
Kiprah di Sektor Industri Ibu Hartono sebagai pengusaha batik “Sari Kenongo” di Sidoarjo merasakan banyak keuntungan dengan kesertaannya pada mitra PKBL PT Petrokimia Gresik. Modal awal yang diperoleh dipergunakan untuk membeli bahan kain (sutera, prima, katun) dan obat batik. Keikut sertaan dalam pelbagai kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh PKBL PT Petrokimia Gresik juga mampu membuka pasar bagi produk batik “Sari Kenongo”. Pengembangan pasar membuat ibu Hartono dapat semakin menampilkan desain-desain, corak dan motif batik kreasinya. Inovasi desain yang selalalu baru membuat para pelanggan tetap setia padanya. Tidak berbeda dengan sang juragan batik Ibu Hartono” , Ibu Kholifah sebagai pimpinan UD Ahida yang memproduksi sarung juga menceritakan pengalamannya berbagi suka duka selama menjadi mitra binaan PKBL PT. Petrokimia Gresik. Usaha produksi sarung dimulai dengan “ modal kenekatan”, 1 pegawai dan 1 mesin tenun pinjaman. Kreativitas dan ketekunannya mengerjakan sarung membuat permintaan pasar terhadap produksinya meningkat. Adanya pinjaman modal dari PKBL membuat ibu Kholifah semakin lancar memenuhi pesanan rekanan dan pelanggan. Ibu Kholifah senantiasa berusaha melakukan terobosan dan inovasi tertentu dalam proses pembuatan sarung. “Mutu, warna dan desain harus selalu berbeda dibandingkan pesaing”, demikian ibu Kholifah menjelaskan. Saat ini ibu Kholifah telah mempunyai 150 karyawan dan 7 cabang ... inovasi dan kreativitas membuat usaha terus maju. Tidak berbeda dengan ibu Kholifah, ketekunan bapak Nurul sebagai pengrajin juga membuatnya mampu menjadi pengusaha yang membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Jatuh bangun dalam menjalankan usaha telah dialaminya berkali-kali dan akhirnya pada saat membuat aksesoris anak-anak seperti tas, dompet dan boneka, usahanya mulai
berkembang pesat. Walaupun permintaan tinggi, bapak Nurul tetap menjaga kualitas mutu dan menciptakan desain yang selalu berbeda. Bapak Nurul rajin memantau dan mencari tahu perkembangan trend yang sedang mewabah di kalangan konsumennya. “Kita harus selalu tampil beda, mencoba berbagai terobosan baru setiap saatnya ...”, tutur Nurul akan kunci suksesnya. Kiprah Inovasi di Sektor Perikanan Kabupaten Gresik sebagai daerah pesisir mempunyai banyak usaha perikanan, salah satunya adalah Bapak Suparto yang mempunyai usaha budidaya tambak bandeng, vannamei dan nila. Budidaya ikan tidaklah mudah, Suparto harus menghadapi serangan hama penyakit namun Suparto tidak putus asa tetapi berusaha terus dengan mengembangkan sistem perikanan terpadu, mina padi. Ternyata sistem mina padi lebih menguntungkan karena menurutnya : -
Tidak perlu memakai pestisida beracun pada perairan karena ikan dapat berfungsi sebagai predator hama tanaman Sawah tetap dalam keadaan berair dan sumber air tidak tercemar
Suparto menyatakan, dukungan dana dan pengetahuan selama ia bergabung sebagai mitra pinjaman lunak PKBL PT Petrokimia Gresik sangat berarti baginya untuk senantiasa mengembangkan inovasi dan eksperimen yang ada dalam benak pemikirannya. Kemitraan PKBL tidak hanya untuk kabupaten Gresik tetapi meluas juga ke daerah lain seperti kemitraan dengan kelompok Mina Lestari, desa Malang sari, kec Tanjung Anom, Kab Nganjuk. Kelompok pembudidayaan ikan air tawar ini selalu melakukan inovasi berusaha, baik dalam teknik perikanan ataupun pengolahan hasil. Kelompok yang beranggotakan 13 pembudidaya ikan ini menyatakan banyak keuntungan yang didapat selama usaha berkelompok ini. Secara ekonomis dan secara manajerial berkelompok memang lebih baik daripada individu, hal ini juga yang menyebabkan PKBL Petrokima Gresik lebih melakukan pembinaan dan kemitraan dalam bentuk kelompok. Budaya Jawa yang secara sosiologis suka berkelompok lebih memungkinkan transfer pengetahuan dan dukungan gotong royong. Kiprah Inovasi Kelompok Sektor Peternakan Di desa Bareng, Kec. Sawahan, Kab. Nganjuk terdapat peternak sapi yang menjadi binaan PKBL Petrokimia Gresik, peternak-peternak ini tergabung dalam kelompok LMDH Makmur Jaya. Bapak Purwoko selaku ketua kelompok LMDH Makmur Jaya dan juga lurah desa Bareng selalu berusaha agar anggota kelompoknya lebih makmur dengan cara meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya hidup. Purwoko melihat pemanfaatan kotoran sapi dapat menjadi alat menurunkan biaya hidup. Hal ini dikemukakannya pada PKBL Petrokimia dan mendapatkan sambutan
pembinaan teknis sehingga dapat dibangun reaktor biogas. Pada saat ini instalasi biogas diletakkan di dekat kandang sapi dan dapat memasok energi untuk 15 rumah tangga. Pemanfaatan limbah kotoran sapi ternyata signifikan mengurangi pengeluaran untuk energi dan pupuk pertanian.
Kiprah Inovasi Sektor Pertanian dan Perkebunan Sebagai BUMN yang berada di sektor pertanian, tentu banyak kelompok pertanian yang berada dalam binaan PKBL Petrokimia Gresik. Salah satu kelompok tani itu adalah kelompok Mekar Sari di Kepanjen, kab. Malang yang berfokus pada bagaimana menghasilkan tebu dengan kuantitas lebih berat untuk pemenuhan standar penerimaan tebu yang akan disalurkan pada PG Kebon Agung dan PG Krebet. Tanaman tebu adalah tanaman yang sangat menginginkan banyak air, angin (penjagaan kelembaban) dan api (sinar matahari untuk fotosintesis). Adanya kelompok tani sangat penting untuk membantu memenuhi kebutuhan budidaya dengan menjadi penghubung antara petani dengan pihak lembaga penyedia dana yaitu PKBL PT Petrokimia Gresik. Pertanaman tebu yang sangat intensif modal memang memerlukan dukungan lebih dulu dalam penyiapan lahan dan saprodi. Salah satu kunci sukses program kemitraan PT. Petrokimia Gresik adalah peran kios pertanian sebagai penjamin para petani. Salah seorang pemilik kios pertanian yang sukses adalah Bapak Sarno. Bapak Sarno yang berlatar belakang Sarjana Pertanian pula menyatakan ada beberapa pertimbangan yang harus dipahami untuk melaksanakan metode ini. -
-
-
Perlu adanya efisiensi lahan dan saprodi : umumnya para petani mempunyai luas lahan kurang dari 1 ha sehingga untuk memudahkan pembinaan dan penyaluran saprodi, harus dilakukan berkelompok. Pembinaan yang efektif : pada pola pembinaan harus menempatkan petani sebagai subyek, harus memberikan bukti dan tidak menggurui. Proses inovasi bidang pertanian akan lebih mudah terjadi apabila ada kelompok yang mendukung. Perubahan dalam cara budidaya pertanian akan lebih menarik minat petani apabila petani memperoleh sumbangan pikiran, nasehat dan perhatian rekan sekelompok.
BAB V.
KESIMPULAN
Pada pelaksanaan kegiatan secara lingkungan dan komunitas : -
-
CSR
oleh
PT. Petrokimia Gresik
Kemitraan dan pembinaan usaha kecil , yaitu dengana secara langsung kemitraan terhadap usaha kecil / individu dan melalui penjamin (kelompok atau koperasi) Pola konsorsium : bantuan pendidikan dan pelatihan serta upaya bantuan pemasaran melalui pameran
Garis kebijakan penggunaan dana hibah program kemitraan berkenaan dengan visi dan misi PT Petrokimia Gresik sebagai produsen pupuk terlengkap dan BUMN yang bertanggungjawab untuk masalah ketahanan pangan berkaitan dengan sistem kontrak peminjaman yang memakai sistem pelunasan sesuai masa panen / tuai hasil (yarnen/bayar panen). Efektivitas dana peminjaman terlihat secara kuantitatif dari kemajuan usaha yaitu tingkat pengembalian yang 90% serta kemampuan para mitra binaan untuk terus berinovasi dalam sistem teknologi, perdagangan dan produk sehingga keberhasilan peminjaman dana tersebut tidak berhenti hanya ketika pinjaman berhasil dilunasi. Relasi antara PKBL Petrokimia dan para mitranya diupayakan sangat baik sehingga dapat terus memotivasi pengusaha mitra binaan PT Petrokimia untuk selalu berkembang dan meningkatkan kualitas produk / usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia : Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Elexmedia Komputindo, Jakarta. Anonim, 2012. Pedoman CSR untuk Bidang Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup Anonim, 2012. Laporan Tahunan 2011. Program Kemitraan, PKG Petrokimia Gresik.
Cahyadi, Rahman dan Rosita. 2012. Melangkah Maju Berbekal Inovasi. PKBL PKG, PT. Petrokimia, Gresik.
Humble, 1985. The CSR Auditing (terjemahan oleh LPPM), LPPM, Jakarta. Porter, M .E. 2006. Manajemen Strategik. John Willey sons, NY. Rachman, N. M,, Asep Efendi dan Emir Wicaksana, 2012. Panduan Lengkap : Perencanaan CSR . Penerbit Swadaya, Jakarta. Suprapto dan Adiwoso, 2005. Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Jakarta. Tjager, I. N. 2004. Kebijakan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada BUMN. Kompas, Jakarta Young, K.C., Jae C.J., Won Y O dan Jeong Y L. 20 2. Firm Size, and Corporate Social Perform the Mediating Role. Journal at Leadership and Corporation Studies. November 2012 ****************************************