207 LIT
TanahBumbu
LAPORAN AKllffi PENELITIAN
STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIQLOPSIASIS DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
PROVINSIKALlMANTANSELATAN TAHUN 20J2
oleh:
Annida dkk
BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
JI.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLJK INDONESIA Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Taoah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666, Telepon/Fax : 05186076049 Email:
[email protected], Website: http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id, 2013
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
STUDIKOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIOLOPSIASIS DAN PEMETAANNYA DIKABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROVINSIKALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012
oleh: Annida dkk
BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN .KESEHA TAN REPUBLJK INDONESIA JI. Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu ProvinsiKalimantan Selatan, Kotak Pos 666, Telepon/Fax : 05186076049 Email:
[email protected], Website: http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id, 2013 Bad:ln l'cne!Hian dan
Prngemtrn11g:; 11
he:-;ehulanl
PE RP USTAK.��; 1-..J
Tanggal
i�
:
No. Joduk :
No. Kiios
:
·
G
,
- .:o·f --% ..... .:;;. I T..L.J.L- ..
(') �
__ _ _
_
__
-�-------J ,_
- �--- · -
---
SUSUNAN TIM PENELITIAN
Nama
No
l
Annida, SKM, M.Sc
2
Lukman Waris, SKM, M.Kes
Kcahlian/
Kedudukan dalam
Kesarjanaan
Tim
Parasitologi Biomedis
Ketua Pelaksana/ Peneliti Utama
Epidemiologi
Peneliti
Penginderaan Jauh
_,
dr. Hijaz Nuhung, MSc
4
Budi Hairani, SKM
Biologi
·5
Syarif Hidaya� S.Si
Biologi
PeneJiti ·
Kesehatan Masyarakat
Pembantu Peneliti
'>
6
Deni Fakhrizal, SKM
7
Dian Eka Setyaningtyas, SSi
8
Juhairiab, SKM
Peneliti
(Geografi)
Pene1iti
Kimia
Pembantu Peneliti
Kesehatan Masyarakat
Pembantu Peneliti
9 IO
Erli Hariyati
Analis
Pembantu Peneliti
Sudayat Sudannawan
Analis
Sekretariat Peneliti
11
Risdah Wahyuni Waris, Spi
12
Dahlia
13
Anita Mariza
.1 4
Kepala Dinas Kesehatan HSU KepaJa Bidang PengendaJian
15
Penyakit dan Penyehatan Lingkuogan
16
Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit
Perikanan
Sekretariat Peneliti
Akuntansi
Sekretariat Peneliti
Keperawatan
Sekretariat Peneliti
Dokter
Koordinator Lapangan
Kesehatan Linglnmgan
Pembantu Lapangan
Keperawatan
Pembantu Lapangan
17
Surveyor
Wawancara
Petugas Smvei
18
Mariana
Administrasi
PengoJah Data
19
Ekonomi
M. lnvan. SE
PengoJab Data
--- - --
------
-= -=--
� ==----
-
-- -
-- =-
-
----
---====
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU NOMOR : HK.03.06/XVl/12012012 TENT ANG PEMBENTUKAN TIM PENELITI STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIOLOPSIASIS, GENETIKA POPULASI DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, PROVINS! KALIMANTAN SELATAN MENIMBANG a. Bahwa dalam rangka penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika f?opulasi dan E'emetaannya di Kabupaten I-lulu Sungai Utara E>rovinsi Kalimantan Selatan", perlu dibentuk tim peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut. b. Bahwa untuk mal<sud tersebut diatas dianggap perlu menunjuk tim peneliti yang terdiri dari Ketua Pelaksana/Peneliti Pertama, Peneliti, Pembantu Peneliti, Sekretariat Penelitian, Pembantu Lapangan, Petugas survei dan Pengolah Data. MENGINGAT 1. Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang k�sehatan. 2. Surat Keputusan Menkes RI No. 920/MENKES/PERN/2011 organisasi dan kedudukan Balai Litbang P282 Tanah Bumbu.
tentang struktur
3. Surat Keputusan Menkes Rl No. KP.04.04.3.1.03977 tentang pengangkatan dalam jabatan struktural di lingkungan Depkes RI.
4. Surat Keputusan Menkes RI No. KU.05.55.SK.111.0066 tentang penetapan atasan
langsung dan bendaharawan rutin. 5. Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Depkes Ri No. SE-050/PB/2004 tentang petunjuk teknis mekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN. MEMUTUSKAN MENETAPKAN Pertama
Menunjuk tim peneliti pada penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Populasi dan Pemetaannya dt Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan" sebagaimana terlampir.
Kedua
a. Bersangkutan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan dalam pene!itian sesuai
Ketiga
b. Pembagian tugas secara teknis diatur kemudian. Kepada f1m peneliti yang d"1tunjuk diber"1kan honorarium sebesar sesua·1 dengan
Keempat
Anggaran
Kelima
dengan tugas dan kedudukan masing-masing.
perundangan yang berlaku, sebagaimana terlampir.
tirn
peneliti
pada
penelitian
"Studi
Komprehensif
Epidemiologi
Fasciolopsiasis. Genetika Populasi dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan" di.transfer melalui rekening a.n. Bendahara Pengeluaran Balai Litbang P282 Tanah Bumbu Kalimantan Selatan No. Rek. 031-00-0651052-6 Mandiri Cabang Batulicin. Keputusan ini berlaku sejak tanggal clitetapkan clengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
: Tanah Bumbu : 16 Januari 2012
s�
ari
Susunan Tim Penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Populasi dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan
Tentang
HK.03.06/XVJ/120/2012
Nomor
16 Januari 2012
Tanggal
Nama
No 1
Annida, SKM, M. Sc
2
Lukman Waris, SKM, M.Kes
3
dr. Hijaz Nuhung, M.Sc
4
Budi Hairani, SKM
5
Syarif Hidayat, S.Si
6
Deni Fakhrizal, SKM
7 8 9
Erli Harivati
10
Sudayat Sudarmawan
11 12 13 14
Keahlian/ Kesar-:fanaan Parasitologi
Epidemiologi Penginderaan Jauh
(GeoQrafi) Biologi
Peneliti Peneliti Peneliti Peneliti
Kesehatan Masvarakat
Pembantu Peneliti
Kimia
Pembantu Peneliti
Kesehatan Masyarakat Analis
Analis Perikanan
Risdah Wahyu ni Waris, Spi
Dahlia
Anita Mariza
Ketua Pelaksana/ Peneliti Utama
Biologi
Dian �ka Setyaningtyas, SSi Juhairiah, SKM
Biomedis
K�dudukan dalam Tim
Pembantu Peneliti
Pembantu Pen eliti
Sekretariat Peneliti
Sekretariat Peneliti
Akuntansi
Sekretariat Peneliti
Keperawatan
Sekretariat Peneliti
Dokter
Koordinator Laoanqan
Kesehatan Lingkungan
Pembantu Lapangan
Keperawatan
Pembantu Lapangan
Wawancara
Petugas Survei
Ekon omi
Penqolah Data
Kepala Dinas Kesehatan HSU Kepala Bidang Pengendalian
15 16
17 18 19
Penyakit dan Penyehatan Unqkunqan l(epala SeKsfPemberantasan Penvakit Suhleyor
Administrasi
Mariana M.
lrwan, SE
Pengolah Data
iii
-
---==
� -
-
-- --
!�-
----
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terlaksananya penelitian "Stodi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis dan Pemetaannya di Kabopaten Holo Songai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahon 2012" oleh tim peneliti Balai
Litbang P2B2 TanahBumbu. Penelitian dilaksanakan di wilayah endemis fasciolopsiasis,. yaitu Desa Kalumpang Dalam dan Desa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik, dan Desa Telaga Mas Kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan, untuk menyampaikan
data
fasciolopsiasis
yang meliputi
angka
kasus,
hospes
perantara,
lingkungan dan sosial budaya masyarakat, serta pemetaannya. Laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap instansi kesehatan sebagai ruJukan kebijakan dalam pengendalian fasciolopsiasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara, serta sebagai dasar bagi penelitian di tahun-tahun selanjutnya. Penelitian ini dibebankan pada anggaran Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu yang semula be1:j: udul "Stodi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Popolasi dan Pemetaannya di Kabopaten Hulu Songai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahon 2�12'', namun karena terjadi keterbatasan dalam pelaksanaan dan hasil penelitian,
makajudul penelitian tersebut kami sesuaikan. Atas banyaknya kekurangan dalam pelaksanaan maupun penulisan laporan, maka kami memohon saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang. Tanah Bumbu, Januari 2013 Ketua Pelaksana
Mengetahui: itbang P2B2 T nah Bumbu
���
Annida, SKM. MSc
NIP. 19760129 200312 2 003
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis dan Pcmctaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Annida Kabupatcn Hu\u Sun ga\ Utara sebaga\ sa\ah satu kabupaten yang berada di wi\ayah
pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya
terdiri
dari
dacrah
rawa,
sehingga
sangat
ideal
bagi
perkembangan
Fasciolopsis buski hingga dapat menginfeksi penduduk setempat. Fasciolopsis
buski
ada\ah
cadng
trematoda
w ..enyebabkan
yang
penyakit
kecacingan fasciolopsiasis pada manusia. Pertama kali dikemukakan oleh Busk pada tahun 1843 ketika caci ng ini ditemttkan di dalam duodenum pe!aut India Timur yang telah
meninggal. Sebelum di Indonesia, fasciolopsiasis juga endemis di Cina bagian Selatan dan Tengah, Taiwan, Thai\and, Vietnam,
Malaysia,
Bengal,
Pakistan, Laos,
Kamboja,
Bangladesh, dan Jepang. Diperkirakan sejak tahun 1982 telah terjadi kasus fasciolopsiasis di
Kab. HSC!, meskipun pada beberapa sumber menyatakan pernah
jad i di suatu daerah
tei
sejak tahun 1920 namun tidakje!as dari daerah mana kasus tersebut berasaL
Fascio\opsiasis secara epidemio\ogis me\ibatkan adanya interaksi antara agen,
hospes, dan lingkungan. Sebagai agen, cacing F. buski memiliki stadium yang cukup kompleks dari bentuk telur, mirasidium, sporokista, redia, serkaria, hingga metaserkaria sebagai bentuk infektifnya. Manusia dan hewan mamalia merupakan hospes definitif pada trematoda ini, sedangkan keong air tawar dan tumbuhan air berperan sebagai hospes perantara. Lingkungan yang mendukung fasciolopsiasis adalah lingkungan fisik bcrupa dataran rendah berawa dan kondisi geologi yang mempengaruhi ketersediaan air beru pa pasang surutnya air rawa; lingkungan non-fisik adalah perilaku penduduk berupa kebiasaan makan t umb uh an air m entah dan kebiasaan buang air besar di rawa·' dan l i nokunaan ._, b b biologi dimana lingkungan air berfungsi sebagai reservoir agen bagi keong air tavvar dan tumbuhan air. Fasciolopsiasis terjadi
karena
memakan
tumbuhan
all' yang mengandung
metaserkaria, baik dimakan mentah atau dimasak kurang matang. Siklus hidup F. buski v
-
-
-
---==
=-
=
--=-
- -
-�-=�-=.:=--�=--===- -
==---,;;
=
_
=-
-==-
� - -======
--=
_ _
-
-
-
�
yang cukup kompleks harus melalui beberapa stadium yang sangat tergantung pada air, yaitu
memerlukan
media
air
untuk
perkembangannya.
Penderita
fasciolopsiasis
mengeluarkan tinja yang mengandung telur buski, dan di dalam air telur yang berlum berembrio tersebut berkembang
menjadi
telur berembrio hingga menetas
menjadi
mirasidium, kemudian memcrlt:1kan keong air tawar yang spcsifik untuk perkcmbangannya dari bentuk mirasidium menjadi sporokista, redia, dan kemudian menjadi serkaria. Serkaria yang matang akan segera keluar dari tubuh keong, berenang di air mencari tumbuhan air sebagai tempat enkistasinya, menempel pada tumbuhan air dan berkembang menjadi metaserkaria. Fluke muda atau metaserkaria yang melekat pada tumbuhan air terscbut jika dimakan mentah atau tidak dimasak dengan sempurna maka akan berkembang menjadi dewasa di usus halus dalam waktu 3 bulan. Penduduk biasa membuang tinjanya di air rawa disebabkan kondisi berawa yang menimbulkan kesulitan untuk jamban yang dilengkapi dengan septic tank tertutup. Sebagian penduduk mempunyai kebiasaan meminum air rawa mentah, namun sebagian Jainnya sudah mulai menggunakan air sumur pompa tangan sebagai air minum, walaupun sebagian lainnya masih mempunyai kebiasaan mencampur air mendidih dengan air mentah. Air rawa j uga digunakan penduduk untuk kebutuhan rumah tangga lainnya seperti mencuci bahan makanan dan alat makan/masak, mandi bahkan menggosok gigi dan berkumur. Penelitian
fasciolopsiasis
telah
senng
dilakukan
namun
belum
dikonfirmasi
mengenai jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua. Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
tujuan
menjawab
pertanyaan
tersebut,
serta
memberikan gambaran habitat dan pemetaan daerah endemis fasciolopsiasis yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan model penanggulangan fasciolopsiasis yang tepat guna di Kab. HSU, menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Kalumpang Dalam dan Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik, dan Desa Telaga Mas Kee. Danau Panggang Kab. HSU Provinsi Kalimantan Selatan, pada bulan Maret Desember 2012. Survei fasciolopsias meliputi survei tinja penduduk, survei tinja hewan ternak, survei keong air tawar, survei tumbuhan air, survei kualitas air, survei perilaku, dan pemetaan.
vi
-
-
--
-
---
-
=-
--=
-
-=--: - - _::_� __ �_---�---=-�-= - -==- �=- �=---=-� =-�.;�--
-
-
-
--
- - =-
��,,. -:::�� ::: -=-
-:__
� ----
Hasil survey fasciolopsiasis menunjukkan bahwa fasciolopsiasis masih berlangsung di Kab. HSU. Sebanyak 12 orang penduduk
(2,�%)
diketahui menderita fasciolopsiasis
dari 396 sampel tinja yang diperiksa. Dua orang penderita fasciolopsiasis yang berasal dari Desa
dalam
tinggal
Dalam
Kalumpang
1
sedangkan
rumah,
fasciolopsiasis di Dcsa Sungai Papayu berasal dari
2
9
orang
penderita
rumah tangga yang masing-rmising
terdiri dari 4 dan 5 orang penclcrita. Fasciolopsiasis terutama disebabkan karena masih acla kebiasaan BAB dan makan tumbuhan air yang tumbuh di air rawa pada penduduk di daerah endemis. Adanya serkaria pada beberapa keong air tawar saat survei keong mehunjukkan adanya kecurigaan kecacingan trematoda lainnya seperti echinostomiasis berdasarkan jenis serkaria Echinostomatidae
yang
ditemukan pada
keong Lymneae clan berdasarkan
morfologi telur cacing yang ditemukan pada hewan ternak itik yang mirip dengan telur
F. buski. Kecacingan trematoda yang terjadi pada unggas yang ada di Kab. HSU disebabkan karena sebagian besar penduduk memberi makan ternaknya dari cincangan tumbuhan air dan keong, sedangkan dalam siklus hidup trematoda baik tumbuhan air maupun keong dapat menjadi hospes perantara kedua yang mengandung metaserkaria dan bersifat infektif terhadap hospes definitifnya. Metaserkaria belum berhasil ditemukan pada survei tumbuhan air, namun adanya pendapat bahwa serkaria cenderung tidak memilih jenis tumbuhan air te11entu untuk serta waktu yang terbatas
menempel dan berenkistasi,
bagi
serkaria untuk segera
menempel pada tumbuhan air dalam waktu 24 jam, maka semua jenis tumbuhan air yang penduduk maupun hewan ternak hams tetap
biasa dikonsumsi
diwaspadai
sebagai
tumbuhan yang infektif mengandung metaserkaria F. buski. Demikian juga keong yang menjadi makanan temak dapat saja infektif mengandung metaserkaria jenis Echinostoma
sp. Saran yang dapat dijadikan rekomendasi bagi instansi kesehatan dalam program pengendalian fasciolopsiasis dan
cacing
trematoda
lainnya berupa:
I)
Peni ngkatan
kesadaran dan peran serta masyarakat di dalam memutus siklus hidup F. buski dan trematoda lainnya, dengan cara : a) Menghentikan kebiasaan BAB di air rawa;
b) Tidak
makan tumbuhan air secara mentah atau dimasak kurang matang; c) Tidak makan kcong, ikan, remis, tadpole secara mentah atau dimasak kurang matang; d) Menghentikan vii
-
--
= "'
-
-
--
-
= = -
==:=�---
-=-
---
--
-
-=-=--== -== --��--�=:::_
=-=--=-'°'-==--� --�
==
-
-
-
-
-
pemberian tumbuhan a1r secara mentah sebagai makanan ternak; dan e) Mengobati penderita kecacingan dan pemantauan secara rutin terhadap penduduk yang beresiko tinggi agar tidak te1:j adi reinfeksi dan penularan. 2) Pengendalian fasciolopsiasis dan kecacingan trematoda lainnya melalui program pengendalian fasciolopsiasis oleh instansi kesehatan bcrupa: a) Pcningkatan alokasi anggaran kcschatan tcrhadap program pcngcnclalian fasciolopsiasis dan kecacingan lainnya; b) Peningkatan sumber daya masyarakat dan sarana-prasarana utamanya di bidang promosi kesehatan dan perneriksaan m ikroskopis kecacingan; c) Pcnyuluhan mengenai fasciolopsiasis dan kecacingan lainnya terhadap masyarakat daerah endemis secara multisektor, yaitu di sekolah-sekolah, puskesmas, posyandu, pengajian, pertemuan masyarakat, di!; d) Melibatkan peran serta dan dukungan tokoh masyarakat dan pemuka desa yang d ihormati/diteladani dalam pengendalian fasciolopsiasis; e) Menggalang dukungan dan keterlibatan lintas sektor terhadap intervensi rekayasa lingkungan dan sosial budaya masyarakat.
viii
ABSTRAK
Fasciolopsiasis d i Indonesia hanya terdapat di sebagian wilayah Kabupaten H.ulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah endemis merupakan daerah air rawa yang hampir sepanjang tahun selalu tergenang air rawa sedalam 1-3 meter. Penelitian fasciolopsiasis yang disebabkan oleh infeksi cacing Fasciolopsis buski ini telah sering dilakukan namun belum bisa mengkonfirmasi siklus hiclupnya secara kompleks t-erutama mengenai hospcs perantara pertama dan hospes perantara kedua, serta hospes reservoir. Penelitian ini bcrtujuan untuk mengetahui adanya kasus fasciolopsiasis, konfirmasi hospes perantara pertama dan kedua, konfirmasi hospes reservoir, kualitas air rawa, perilaku penduduk yang mendukung penularan fasciolopsiasis, serta pemetaannya. Desain penelitian secara cross sectional, dan di laksanakan di Desa Kalurnpang Dalarn, Desa Sungai Papuyu, dan Desa Telaga Mas, pada bulan Maret-Desernber 2012. Hasil survei menunjukkan adanya fasciolopsiasis yang masih berlangsung sebesar 2,�% dari ,396 sampel tinja yang diperiksa. Telur trematoda mirip F. buski telah ditemukan melalui pemeriksaan tinja itik. Serkaria yang ditemukan pada keong Lymnea dan Jndoplanorbis bukanlah serkaria jenis Fasciolidae. Survei perilaku menunjukkan bahwa penderita fasciolopsiasis dan hampir semua penduduk masih mempunyai kebiasaan buang air besar di air rawa, dan makan tumbuhan air yang diambil di air rawa meskipun telah dimasak sebelumnya. Kualitas air rawa menunjukkan adanya pencemaran tinja hewan temak, namun masih dalam batas rendah sehingga masih ditemukan kehidupan keong dan tumbuhan air. Kata kunci
:
Fasciolopsis buski, fascio!opsiasis, keong air tawar, Hulu Sungai Utara
ix
-- -_ - -
�
-
= ===--� -
=� ==-
-- =-
-==__ -
-==--
- --=--=--�=-==-=--=---:;-
�
-
-
-
-
--�- --=-----= ��--�==__::;:=;, �-==-= � - � -
DAFTAR ISI
Susunan Ti1n Penelitian
......
.
.................. ......................................
.
.....
.
....
.
Surat Kcputusan Pcncl itian ......... .. .............. ..... .... ......... ................ .. . ........
11
Kata Pengantar .............. ........ .......... ......... ........... ....... .............................
iv
Ringkasan Eksekutif .............................. .......................... ........................
v
Abstrak
1x
. : . . . . . . ............. ........................... . . . . . . . . . . . . . ......................... . . . . . .........
Daftar Isi
. . .............
.
.........
.
.....
.
.........
.
........................ ..........
.
..
.
x
..... . . . . .. . . . . . .
Daftar Tabel .............................................................................................
xii
Daftar Ga1nbar .......................... ...............................................................
xiv
Daftar Lan1piran ......................................................................................
xv
1 . Pendahuluan .............................. ......................................................
..
Tujuan dan Manfaat
2.
a. Tujuan Umum b . Tujuan Khusus c. Manfaat
......
..
..
.
.
.
..................
6
. .. .... .. .................................. ......... ..... ..... .... . . ..
6
........
......
.
....
................. ................
.
...............
......
.................
.
........................
:....................
6
.....
8
a. Kerangka Pikir ......... ....................... ... ......................... .... . ..........
15
b. Te1npat dan Waktu
......
16
Tinjauan Pustaka 0 4. Metode
3.
c. Jen is Penel itian
...
d. Desain Peneliti an
................
.............................
. .
.
..
..
.....
.
...........
.
...
.
........
.
........
.
.. .
.
.. ....
....
.
...
.
.
. .
....
.......................................... ...........
16
....
. ............ .......... .......... .................. .... ...........
16
..
...
.....
.
e. Populasi dan Sampel .
.
.
. . .
.............. ......
I6
Variabel . .. ..... .. .... .. . . ................... ........ ...... ............... ... .. .. . .. .. .. ....
18
....
f.
.
....... ....................
.........
.....................
...
...
.
g. Instnimen dan Cara Pengumpulan Data h. Bahan dan Prosedur Ke1ja
....
.
. ..
..........
18
......................... .................. ...........
20
. . . . . . . . . . .......
....
...
i.
Definisi Operasional
......................... ......... .......... ........
29
J.
Manajemen dan Analisis Data ........................ ........................ ....
31
...............
5. Hasil a.
Gan1baran Un1u1n .....................................................................
b.
Survei Tinja Penduduk .......................................... ....................
32
..
34
.
x
-
-
-----
_ - ---
=-
---
-
-
---=--
---- �-=. -.=_�=-��-===---==;:.= -=--=- ���=-= - �
-- -- --
_,,_ -�==.��--=: --
-== --=--
-
c.
Survei Tinja Hewan Ternak .. . ....................................................
36
d . Survei Keong Air Tawar ........ ...... .......... .. . .. .. .. ..... . ... . .... . ............
39
e.
Survei Tumbuhan Air . . ... ........ ....................... .................. ...........
42
f.
Survci Lingkungan ...... ......... .. ................ ....... ......................... ....
43
g.
Survci Pcrilaku .. ... . . . ..... . . ....... . ....................................................
44
h . Pemetaan
47
6. Pembahasan a.
Survci Tinja Pcndudu k .... ....... ....................................................
48
b.
Survei Tinja 1-lcwan Ternak .. .... ... ........ ... ..... ........ .. .. . . ........ .......
48
c. Survei Keong Air Tawar .. .. .. . ..... . ... .. ....... .. . .. .. .................. .. ......
49
d . Survei Tumbuhan A i r ............ . ....................................................
52
e.
Survei Lingkungan .. . .... . ... . ..... ..... .................................... ......... ..
53
f.
Survei Perilaku .. . .......... ... . .... . ..... . .. ........... ... . ...... . ... .... ........ ....
57
g.
Anal is is Kasus .... .. . .. ......... .. . ..... .. . .. ................................ . ....... ..
58
.
.
.
.
.
.
.
.
.
7. Kesimpulan dan Saran a.
Kesimpulan .. . .. . . ........ .............. ......... ......... ....... ................ .. .. ......
60
b.
Saran ............................................... ............. ......... .....................
60
8. Ucapan Terima Kasi h ...... .. ....... ......... ....... .. ....... ......... ...... ..... .............
62
Daftar Kepustakaan . .. . . ...... .... ... . . ......... .. .. .. . ....... .................. ......... ......
63
I 0. Larnpiran ..... ......................... ......... ................ ....... ........... ..................
65
9.
xi
DAFTAR TABEL
Tabel l .
Kecamatan dan Desa/Kelurahan Kabupaten Hulu Sungai Utara
di
33
Tabel 2 .
Hasi\ Pemeriksaan Tinja Pen
35
Desa Kalumpang Dalam, Desa Sungai Papuyu, dan Desa Telaga Mas di Kabupaten
Hulu
Sungai
Utara Tahun
2012
Tabel 3.
TabeJ 4.
Hasil Pemeriksaan Keong Air Tawar di Desa Kalumpang Dalam d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012
37
Hasil
38
Pemcriksaan Keong
Air
Tawar di
Desa Sungai Papuyu d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 Tabet 5.
Hasil Pemeriksaan Keong Air Tawar di Desa Telaga Mas di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012
39
Tabel 6.
Hasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong A i r Tawar d i Desa Kalumpang Dalam di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun
40
2012
Tabel 7.
Basil Pemeriksaan Serkaria pada Keong di Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun
41
Air Tawar di Desa Sungai Papuyu
2012
Tabel 8.
I-lasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong Air Tawar di Desa Telaga Mas d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun
41
2012
Tabel 9.
Hasil Pemcriksaan Metaserkaria pada Tumbuhan
Air
di
Kabupaten
42
Hutu
Sungai Utara Tahun 2012 Tabel 10.
I-lasil Pemeriksaan Kualitas A i r d i Desa Kalurnpang Dalam Kecamatan Babirik di Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun
43
2012
Tabel I 1.
Hasi! Pemeriksaan Kualitas A i r di Desa Sungai Papuyu di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun
43
2012 xii
-
= � �:;--=� � - -
=
_---_
-
-____ = == =-== =
-
-
-""-
- --- � -=--=-=-
-
� -=-= ==--=== .::.;:::;: :.. -:.. = E:
_
� -=
-
-
:;; :. - "' §:.. ��---.: -
-_ _ -
_ _
Tabel 12.
1-Iasil Pemcriksaan Kualitas Air di Desa Telaga Mas Kecamatan Danau Panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012
Tabel 13.
Perilaku/Sosial Budaya Masyarakat yang Mendukung
1-asciolopsiasis
..............................
44
····························
45
di
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 Tabel 14.
Rekapitulasi Fasciolopsiasis Tahun 20052012 di Kabupaten Hulu St.mgai Utara
Tabel l 5.
Hasil
Pencarian
Cacing
Dewasa
pada
····························
48 49
Usus Unggas yang Positif Telur Trematoda Mirip F. buski di Desa Ka!umpang Da!am Kecamatan Babirik
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 Tabel 16.
Perairan Tingkat Pencemaran berdasarkan Nilai BOD dan DO
xiii
55
DAFTAR GAMBAl�
Gambar I.
Peta Fasciolopsiasis di Indonesia
Gambar 2.
Peta Kabupatcn I-lulu Sungai Uta
Gambar 3.
Hasil Survei Tinja di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 20 l 2
Gambar4.
Cacing Dcwasa dari Pcndcrita
ra
··············· · · · · ··············
8
··················· · · · · · · · · · · · · · ·
32
............................
34
· · · · · · · · · ······· · · · · · · · · · · ·······
35
.....
Faciolopsiasis Pasca Pengobatan di Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun 2012 Gambar 5.
Hasil Survei Tinja Hewan Ternak di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012
Gambar 6.
Keong Air Tawar yang Ditemukan di
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun
·································
36
.................................
40
2012 Gambar 7.
Serkaria yang Ditemukan pada Survei Keong Air Tawar di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012
Gambar &.
Suspect Echinostome Cercariae, .
·································
42
. ........... ............
50
. . . .................... ..
51
...... ...
Family Echinoslomatidae pada Keong Lymnaea
Gambar 9.
Susp ect Strigea Cercariae, Family Strigeidea dan Diplostomatidae pada Kcong Lymnaea
Gambar 10.
Suspect Obscuromicrocercous Cercariae, dari Family Brachylaifnida pada Keong Lymnaca
Gambar I J.
Sumber Air Utama pada Rumah Tangga P enderit a d i Desa Sung ai Papuyu Kecamatan Babirik Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun 2012
.... ... . .
..
......... .............
51
.................................
58
.. . ......
xiv
�
-
----;.
-
-
-
- �--
-
�----- _ �
=
=
- -
---= -=--=---=-=_ -
-=-=-==-=-==== -----=-= -
-=:=�
= -=--== �-
-_ -==-----=-
- -
==----
==----=--
-
-=== --
--
-
DAFTAR LAMPIRAN
Larnpiran l.
Lembar Pengesahan
Larnpiran 2.
Realisasi Anggaran Penelitian
Lampiran 3.
Persetujuan Etik
. ......
Lampiran 4.
Rekomendasi Pelaksanaan Penelitian
.. . .. ...................
Lampiran 5.
Informed Concent Pemeriksaan Tinja
.
Lampiran 6.
Informed Concent Wawancara Kuesioner PSP
Lampiran
Persetujuan Setelah Penjelasan
7.
Lampiran 8. Lampiran 9.
............................
.
. .... ........... ...... .
......
..
......
.. .... . .. ..
.
.
..
....
...... ... . .
. ...
.. . .
...
...
.. .
.....
..
.. ... .. ........ . ..... ..
...
.....
..
.. .... .
Kuesioner
...
Peta Survei Fasciolopsiasis Desa
.. . ..... ........
..... ...
...
. ...... .............. . ...
.
. ....
... .
. .
65 66
67 68 69 70
71
72 74
Kalurnpang Dalam Lampiran 10.
Peta Survei Fasciolopsiasis Desa Sungai
... ...
.
.. .....................
75
Papuyu Lampiran 11. .
Peta Survei Fasciolopsiasis Desa Telaga
. .... . . ..
..
. . ....... ..... ....
76
Mas
xv
- - -- -
-
- -
--
-
� --�--=-=== ---== === --=-=-=-
-
-
--- -
-�-
- :;_. --
---
- -- -
-
.=----=----::= -
-
_ -====- � -====
- �-�--=.. =...
-=='=
---
-
------
-
.. ·-�
1.
PENDAHULUAN
Fasciolopsiasis
adalah penyakit
kecacingan
yang disebabkan
oleh
Fasciolopsis buski yang sampai saat ini diperkirakan menginfeksi sekitar l 0 juta
orang di dunia, yaitu endem is di Cina bagian SeIatan dan Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bengal, Pakistan, Laos, l.,_amboja, 13an g lm.ksh, Jepang, dan Indonesia. 1·2·3•4 Fasciolopsiasis di
Indonesia sampai saat ini hanya ditemukan · di
Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Selatan. Scjak tahun 1 982 telah dilaporkan adanya fasciolopsiasis meskipun pada beberapa sumber rnenyatakan pernah terjadi sej ak tahun 1920 namun tidak jelas dari daerah mana kasus tersebut bcrasal5 . Wi layah endemis fasciolopsiasi s di Kab. HSU adalah Desa Sungai Papuyu dan Ka!umpang Dalam di Kecarnatan Babirik, Desa Putat Atas dan Padang Bangkal di Kecamatan Sungai Pandan, serta Desa Sarang Burung dan Telaga Mas di Kecamatan Danau Panggang, yang hampir setiap tahun selalu ditemukan kasus fasciolopsiasis di wilayah ini. Survei fasciolopsiasis pertama kali d ilaksanakan di Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik ( 1982) dengan infeclion rate 27% (148 positif fasciolopsiasis dari orang yang diperiksa), paling banyak menginfeksi anak sekolah (79, 1 %) dimana diare sebagai manifestasi kliniknya. 6 54.
Antara tahun 1991-2007 telah dilaksanakan berbagai survei dan penelitian di 20 desa di wilayah Kee. Babirik, Sungai Pandan dan Danau Panggang dengan angka prevalensi antara 0,3-27,0%. Persentase kasus fasciolopsiasis memiliki kecen derungan berfluktuasi m eski p un tidak pernah melebihi angka 10%, keadaan ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat, dan adanya program pemberian Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis yang cukup signifikan dalam menurunkan jumlah kasus. Pemberian Praz iquantel pada penderita fasciolopsiasis telah rnenjadi program Dinas Kesehatan Kab. HSU yang dilakukan sekali setahun, sejak tahun 1983
sampai sekarang. Meskipun penderita tidak pernah menolak pengobatan dan
tidak pernah mcngeluhkan efek samping setelah minum Praziquantel, mimun petugas kesehatan selalu mengawasi langsung saat penderita meminum obat tersebut agar bcnar-benar diminum oleh penderita.
--
-
-
-
- - - ----=-- --__:;__--=--==-=- - -==-- =- =-=- - - -
- -=
=---
-
- =-
-
-
-
� -===== �
-
___ __;;;:;:;, , , --#
__ '___���-:::_�
1.
PENDAHULUAN Fasciolopsiasis
adalah
Fasciolopsis buski yang sampai
penyakit
kecacingan
yang
disebabkan
saat ini diperkirakan menginfeksi ?ekitar
oleh
10 juta
orang di dunia, yaitu endemis di Cina bagian Selatan dan Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bengal, Pakistan,
Laos, Kamboja, Banglaucsh,
1 2 34 Jepang, dan lndonesia. • . · Fasciolopsiasis
di
Indonesia
sampai
saat
ini
hanya ditcmukan
di
Kabupatcn I l u l u Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Sclatan. Scjak tahun
1982
tclah dilaporkan adanya fasciolopsiasis meskipun pada bcbcrapa sumber
menyatakan pcmah te1jadi sejak tahun
1920
namun tidak jelas dari daerah mana
5 kasus tersebut berasa1 • Wilayah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU adalah Desa Sungai Papuyu dan Kalumpang Dalam di Kecamatan Babirik, Desa Putat Atas dan Padang Bangkal d i Kccamatan Sungai Pandan, serta Desa Sarang Burung dan Telaga Mas d i Kecamatan Danau Panggang, yang hampir setiap tahun selalu ditemukan kasus fasciolopsiasis di wilayah ini. Survei fasciolopsiasis pertama kali d ilaksanakan d i Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik
548 . orang
(1 982)
dengan
infection rate 27% (148
positif fasciolopsiasis dari
yang diperiksa), paling banyak rnenginfeksi anak sekolah
(79, l %)
6 dimana diarc sebagai manifestasi kliniknya. Antara tahun di
20 desa di
1991-2007 telah dilaksanakan bcrbagai survei
dan pcnclitian
wilayah Kee. Babirik, Sungai Pandan dan Danau Panggang dengan
angka prcvalcnsi antara 0,3 -27,0%. Persentase kasus fasciolopsiasis rnemiliki
kecenderungan berfluktuasi meskipun tidak pernah melebihi angka 10%, keadaan ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat, dan adanya program pemberian Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis yang cukup signitikan dalarn menurunkan jumlah kasus. Pcmberian
Praziquante!
pada penderita fasciolopsiasis telah menjadi
program Dinas Kesehatan Kab. H S U yang d i lakukan sekali setahun, sejak tahun
1983 sampai
sekarang. Meskipun penderita tidak pernah menolak pengobatan dan
tidak pernah mengeluhkan cfek samping setelah minum Praziquantel, namun petugas keschatan selalu mengawasi langsung saat penderita meminum obat terseb ut agar benar-benar diminum oleh penderita.
-
-
-
-
�
-
- �
--
;_ --_ _--
-
:_ � � � -
�-- -�--
�
Survei
fasciolopsiasis
yang d i laksanakan oleh
Pengembangan Kesehatan pada
Badan Peneliti an
dan
6 desa penelitian, yaitu Desa Sungai Papuyu,
Kalumpang Dalam, Sarang Burung, Telaga
Mas, Putat Atas dan Padang Bangkal
dan l desa non penel itian yaitu Desa Sapala-Bararawa, yang mcncakup 1 . 555 pc n duduk d i pcroleh angka prcvalensi scbesar 7,8°1.i. Survci !ltsciolopsiasis sc.iak
tahun 1 982 clilakukan terhadap seluruh penduduk di
karena prcvalensi tertinggi umumnya terjadi pada anak
.
d aerah
usia
endemis, namun
1 5 tah un ke bawah.
maka sejak 5 lah u n lerakhir yaitu scjak lah u n 2005, survei tinj a hanya dilakukan 73 terhadap anak sekolah di sckolah-sekolah dasar sete mpat. •
Fascio/opsis b11ski scbagai penyebab fasciolopsiasis merupakan cacing trcmatoda tcrbesar yang hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia sebagai hospes dcfinitifnya atau hewan sebagai hospes reservoirnya, bentuknya pipih seperti daun atau lintah (oleh penduduk setempat disebL1t dengan cacing
pacat). Fasciolopsis buski dalam siklus hidupnya juga memer l L1kan jenis keo ng air tawar yang scsuai sebagai hospes perantara pertama dan tumbuhan air sebagai
hospes perantara kedua, namun jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua pada fasc io lopsi asis di Kab. HSU i n i belum diketahui 1 23 49 dengan jclas. . . . .
Hewan yang tclah diketahui sebagai hospes reservoir di negara-negara endcmis fasciolopsiasis adalah ditemukan
dan
dipel ihara
babi,
oleh
anjing, kelinci, dan kerbau. Kcrbau rawa
penduduk
di
beberapa
daerah
endemis
fasc iolopsiasis di Kab . HSU, yaitu Desa Sapala, Bararawa dan Sungai Pandan, seh ingga dicurigai sebagai hospes reservoi r, namun di beberapa desa e ndemi s lainnya, hanya ditemukan itik alabio dan ayam yang 1 1o \ \ yang dipclihara penduduk. . . Scbagian
bcsar
w il ayah
Kab.
HSU
meru pakan
terutama
hewan ternak
daerah
endemis
fasciolopsiasis merupakan daerah dataran rendah berawa yang hampir sepanjang tahun tcrgcnang air dengan ked alarnan 2-3 meter, terutama pada puncak musim
hujan, sangat mendukung bagi kelangsungan hidup F. buski dalam siklusnya, dan bagi populasi keong air tawar dan tum b uh an a i r sebagai hospcs perantara pcrtama dan hospes perantara kedua. Keong air tawar yang ditem ukan berkembang biak dan d icurigai sebagai
hospcs perantara pe11ama di Kab. HSU adalah jenis Indoplanorbi.�, Lymneae.
2
Pomacea canaliculala (keong maslkalimbuai), dan Bellamya javanica (keong tut U!lhaliling).
Hospes perantara pertama dalam siklus hidup F. buski di beberapa 11egara adalah keong genus Segmentina, Hippeutis, Gyraulus, Planorbis spp, dan Troc:horhis troclwideus. Pcnclitian di Dcsa Sungai P<1puyu yang di lakukan okh
Handojo dan lsmulyowono ( 1 988) berhasil rnengidentifikasi serkaria dengan ekor tidak bercabang pada keong Indoplanorbis dan Anisus. 1 •2•3•5 Mirnsidium yang tclah mcnctas dari tclur F huski akan mencari kcong uir tawar yang sesuai untuk kemudian berkembang rnenjadi sporokista, red ia dan akhirnya setelah menjadi serkaria akan segera keluar dari tubuh keong untuk mencari turnbuhan air sebagai tempat enkistasinya. 1 •2•3•4•9 Serkaria yang berenang bebas di air akan segera berenkistasi menjadi metaserkaria dengan cara rnenempelkan diri pada tumbuh-turnbuhan air seperti buah beranganlwater chestnut (Eliocharis spp.), rebung/bamboo shoots, water
calthrop
(Trapa
Nymphoea
lotus
bicornis,
Trapa natans),
dan lpomoea) .
Eliocharis, Eichornia,
Penelitian yang d ilakukan
Zizania,
Handojo dan
lsmulyowono ( 1988) di Dcsa Sungai Papuyu hanya berhasil menernukan 2 ekor
metaserkaria pada akar tumbuhan lumbu (sejenis talas) dari 1 1 jenis tumbuhan air 9 yang diperiksa. 2'5 ' Fasciolopsiasis tezjadi karena memakan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria, baik dimakan mentah atau dimasak kurang matang, sementara serkaria tidak memiliki kecenderungan untuk memilih jenis tumbuhan air tertentu untuk berenkistasi dan berkembang rnenjadi metaserkaria. Tumbuhan air yang dicurigai sebagai hospes perantara kedua fasciolopsiasis adalah tumbuhan air yang tumbuh d i wilayah endemis d an biasa dikonsumsi penduduk, yaitu umbi dan batang teratai airlta tanding (Nymphaea alba dan Nymphaea lotus), susupan
(Mimosa spp.), kangkung (Jpomea aquatica), genj erlpatiul (Limnocharis ./lava),
ka/akai/pa k is (Stenochiaena palustris), sulur, taratilpalilak (Nymphaea), dan taluk
7
balun (s�jenis daun talas).
Anak-anak usia dibawah l 0 tahun merupakan penderita fasciolopsiasis yang paling banyak, ha! ini terjadi karena kebiasaan mereka memakan tumbuhan air mentah yaitu biji dan umbi teratai ai r/ta/anding (JVymphaea .sp.) dan umbi
3
teratai dan batang genjer biasa dimasak setengah
keladi air, sedangkan batang matang
11 7 oleh penduduk. • 10• Berdasarkan epidemiologisnya, basil penelitian d i Desa Kalumpang Dalarn
Kee.
Babirik Kab. HSU tahun 20 I 0, yang telah dikonfirmasi di Laboratorium
Parasitologi FK-UGM, dicurigai jenis
unggas yailu itik alabio (Anas platyrinchos
borneo) clan ayam (Gallus domesticus) sebagai hospcs reservoir fasciolopsiasis setelah d i temukan telur trernatoda yang rnirip dengan F buski pada tinja unggas tersebut. mcskipun dalam ukuran yang
relatif lebih kecil dibandingkan dengan
tclur F. buski yang menginfeksi manusia.
13entuk redia clan serkaria ditemukan
pada keong lndoplanorbis dan lymnea yang d i d uga merupakan hospes perantara pertama fasciolopsiasis, namun tumbuhan perantara kedua fasciolopsiasis
air yang berperan sebagai hospes
belum berhasil d i identifikasi. 12
Penduduk membuang tinjanya di air rawa disebabkan kondisi d i daerah endemis fasciolopsiasis yang merupakan daerah rawa, sehingga menimbulkan kesutitan dalam membangun jamban
yang d ilengkapi dengan septic tank tertutup.
Sebagian penduduk mempunyai kebiasaan meminum
air rawa mentah, namun
sebagian lainnya sudah mulai menggunakan air surnur pompa tangan
sebagai a i r
minum, walaupun sebagian lainnya masih mempunyai kebiasaan rnencampur a i r mei1didih dengan
air rnentah. A i r rawajuga digunakan penduduk untuk kebutuhan
rumah tangga lainnya seperti mencuci bahan makanan dan alat makan/masak, mandi bahkan menggosok gigi dan berkumur. Fasciolopsiasis yang berlanjut pada anak-anak merupakan masalah
serius,
terutama j ika d ikaitkan dengan kelangsungan generasi penerus bangsa. I nfeksi yang berat pada anak-anak sebenarnya d i sebabkan
menimbulkan oedema pada wajah dan badan yang
oleh
proses alergi,
anemia defisiensi
malabsorbsi yang menyebabkan hipoalbuminemia
8 1 2 dan
1 234 sekunder. , • •
a:tau
Walaupun
infeksi ringan um umnya tidak bergejala, namun apabila fasciolopsiasis dibiarkan ber!anjut
dan
tidak
segera
diobati dapat mengakibatkan penurunan tingkat
kesehatan dan daya tahan tubuh, sehingga pada akhirnya akan Selain
serta penurunan kualitas sumber daya manusia
rnengakibatkan lost generation.
tidak terputusnya pola transmisi pada fasciolopsiasis, kegagalan
pengobatan yang disebabkan adanya mutasi clan gene flow dapat menjadi sebab mengapa fasciotopsiasis masih ditemukan di Kab. HSU. Mutasi dan gen e /low
4
rnenyebabkan adanya variasi meskipun dalam satu spesies yang sama. Tingginya tingkat mutasi dalam populasi dan rendahnya gene }low antar populasi dapat rnenyebabkan suatu populasi berbeda dengan populasi lainnya. Adanya variasi tersebut memungkinkan terjadinya resistensi dalam pengobatan F. buski di satu daerah yang berefck pada F. buski di dacrah lain.13 Sistem taksonomi terdahulu hanya mengelompokkan makhluk hidup berclasarkan kesamaan ciri fisik tertentu, sehingga diperlukan sistem taksonomi bcrdasarkan gcnetik unluk mcrnbcrikan hasi I yang icbih akurat dibandingkan dengan hanya meiihat clari kesamaan fenotif. Selain akan memudahkai1 dalam rnengidentifikasi spesies, rnclalui Restriction Fragment Leng1h Polymorphism (RFLP) DNA F. buski juga dapat dipelajari kckerabatan F. huski dengan spesies lain dalarn family yang sama. Penelitian epidemiologi terhadap fasciolopsiasis sangat penting dilakukan untuk mengkonfinnasi jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua pada fasciolopsiasis melalui survei F. buski dalam beberapa stadium (telur, serkaria, metaserkaria clan cacing dewasa) serta mernberikan gambaran habitat dan pemetaan daerah enclemis fasciolopsiasis yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan model penanggulangan fasciolopsiasis yang tepat guna di Kab. HSU.
5
TUJUAN DAN MANFAAT
2.
a.
Tujuan Umum
Mengetahui epiderniologi fasciolopsiasis secara komprehensif di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. b.
Tujuan Khusu�
a) Mengctahui prcvalensi fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan SeIatan. b) Mernperolch konfirmasi hewan sebagai hospes reservoir fasciolopsiasis d i Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. c) Mempcroleh konfinnasi spesies keong air tawar sebagai hospes perantara pertama fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. cl) Memperoleh konfirmasi spesies tumbuhan air sebagai hospes perantara keclua fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. e) Mengetahui perbanclingan pola genetika F. buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. f) Mengetahui perilaku masyarakat di daerah endemis yang mendukung te�jadinya pcnularan fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan •
Selatan.
g) Memperoleh pemetaan daerah endemis fasciolopsiasis d i Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. h) Mengetahui kondisi biofisik daerah endemis fascio!opsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. c. Manfaat Hasil pcnelitian ini d iharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat, berupa: a) Konfirmasi hospes definitif� hospes perantara pertama clan hospes perantara kedua sebagai inforrnasi epidemiologi F. buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan. b) I 11 formasi epiclem iologi
F.
bahan acuan bagi
buski dapat rne1tjadi
penetapan model pengendalian fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Ka! imantan Selatan.
6
= � -
-
-=
-�=-�"'-- = -�=o==�� � � ==.-�o;;:;, = � :_ � -= � � = � ; =-- -
= =:��-��- -
� -
�
-
-
-
c) Pemetaan geografis dan hidrogeomorfologi daerah endemis fasciolopsiasis d i Kab. HSU menunjukkan karakteristik lingkungan sebagai habitat F buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.
d) Data dasar pcnelitian F. buski selanjutnya di Kab. HSU, Provinsi Kalimanlan Sclatan.
7
-��
-
-
_
-= �=� � =� =� = ---
=-
-=-
-
��-= =��- � � � � � � -= -
� =
�� :__: :=
-
=- -
-
=-
3.
TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten HSU adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah pemerintahan Provinsi KaJimantan Selatan. Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah rawa, maka daerah sangat memungkinkan endemis fasciolopsiasis, dimana pendL1duknya mudah terinfeksi F. IJ.uski.
Penyebaran Fasciolopsiasis di Indonesia
�t1 . A � ; : . · �./j'/ i � �� ""'� 1... C. l1 f'vrir_ � . . 21 'SJ" .P-=-o �' .;·V.l � o '-'· o . • f':'N fl� o�...,."A . .. ..'\ 1
('..
,
',�
� � f �'° ��� �;,· . Sf \0 �\ ',) 0 1' � ., ./'
'(
0
.....
�
•
Hanya di Kalimantan Selatan {Kab Hulu Sungai Utara.)
. • �"' : ·
;!
KAl..IMA�'FiN SEl..ATAN·. -
, ,.,..-
"
-
t
'
Sumber: Dal.a SekuJ'lder Peta Fasciolopsiasis di Indonesia
Gambar 1.
Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan usus yang d isebabkan oleh cacing jenis trematoda, yaitu Fasciolopsis buski. Pertama kali dikemukakan oleh Busk pada tahun 1843 ketika cacing ini ditemukan di dalam duodenum pelaut India Timur yang telah meninggal. Sebelum di Indonesia, fasciolopsiasis juga endemis d i Cina bagian Selatan dan Malaysia,
Bengal,
Pakistan,
Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam,
Laos, Kamboja, Bangladesh,
dan
Jepang.
Diperkirakan sejak tahun 1982 telah terjadi kasus fasciolopsiasis di Kab. HSU, meskipun pada beberapa sumber menyatakan pemah terjadi di suatu daerah sejak 13 tahun 1920 namun tidakjelas dari daerah mana kasus tersebut berasal. ' °t'
Perkembangan F. buski cukup kompleks karena harus melalui beberapa stadium yang sangat tergantung pada air, yaitu memerlukan media air untuk perkembangannya.
Penderita
fasciolopsiasis
mengeluarkan
tinja
yang
mengandung telur buski, dan di dalam air telur yang berlum berembrio tersebut berkembang menjadi
telur berembrio
hingga menetas menjadi mirasidium,
kemudian memerlukan keong air tawar yang spesifik untuk perkembangannya dari bentuk mirasidium rnenjadi sporokista, redia, dan kemudian menjadi serkaria.
8
-
==-=-=--
=
-
=-- -=-=-
.. = �=:...� -
--
-
--
_ :._ _ :: ,,,. .::: =-
--=� � -=¥ � = =;;: : -
===-=-=
-
-= ..;,. .= == � --
=---
--
-
�
-
-
-
= -
� · -
Serkaria yang matang akan segera keluar clari tubuh keong, berenang di air mencari tumbuhan air sebagai tempat enkistasinya, menempel pada tumbuhan air dan berkembang menjadi metaserkaria. Fluke muda atau metaserkaria yang melekat pada tumbuhan air tersebut j i ka dimakan mentah atau tidak dimasak dcngan scmpurna maka akan bcrkcmbang mcnjadi dcwasa di usus halus dalarn .
waktu 3 bulan . Siklus F. buski akan terputus jika dalam satu tahap kehidupannya . mengalami kondisi fisik lingkungan yang tidak rnemungkinkan atau tidak adanya kondisi biologis yang mendukung, misalnya tidak adanya lingkungan air, serta tidak tersedianya keong air tawar yang sesuai clan tumbuhan air sebagai hospes perantaranya. Survci fasciolopsiasis berupa pemeriksaan tinja pertama kali d ilaksanakan di Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik pada tahun I 982, sctelah tiba-tiba cliketahui seorang penclerita kronis memuntahkan caeing trematoda ini. Hasil survei menU1�j ukkan infection faseiolopsiasis
dari
rate
sebesar
27%,
dimana
148 orang terdeteksi menderita diperiksa, dan sebesar 79, 1 %
penduduk yang
548
penderitanya adalah anak sekolah. Sejak saat itu, survei tinja hampir secara rutin d ilaksanakan melalui berbagai penelitian, surveilans, clan program pengendalian F. buski di Dinas Kesehatan Kab. HSU. Wilayah endemis fasciolopsiasis berdasarkan basil survei tersebut aclalah desa-desa yang ada d i wilayah
3
keeamatan, yaitu Kee. Babirik,
Kee. Sungai Pandan, clan Kee. Danau Panggang. Faseiolopsiasis hampir selalu ditemukan di Desa Sungai Papuyu dan Desa Kalumpang Dalam (Kee. Babirik), Desa Putat Atas dan Desa Padang Bangkal (Kee. Sungai Pandan), seita Desa Sarang Burung clan Desa Telaga Mas (Kee. Danau Panggang). Tahun
1 985-1990
Dinas Kesehatan Kab. HSU melaksanakan survei tinja
d i 6 clesa, yaitu Desa Sungai Papuyu, Paj ukungan Hulu, Parupukan, Teluk Limabang, Murung Ku pang dan Luang Hilir dengan prevalensi Scdangkan has ii survei tinja antara tahun prevalence rate
3.8%
pada
8
1 9 9 1 -2001
5, 1 8-27%.
menunjukkan rata-rata
desa (Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu,
Pajukungan, Parupukan, Sungai Luang, Telaga Mas, Sarang Burung, Putat Atas) dimana pada tahun 200 I prevalensi di Desa Kai um pang Dalam, Telaga Mas clan Putat Atas sebesar 2.28%.
9
Angka prevalensi faseiolopsiasis pada tahun 1 9 9 1 -2007 di 20 desa yang ada di wilayah Kee. Babirik, Kee. Sungai Pandan dan Kee. Danau Panggang berkisar antara 0,3-27,0%. Surv·ei faseiolopsiasis oleh Sadan Litbangkes pada tahun 200 l -2002 di 7 desa (Desa Sungai Papuyu, Kai um pang Dal am, Sarang Burung, Telaga Mas, Putat Atas, Padang Bangkal dan Sarala-Rararawa) mencakup I.SSS penduduk dengan angka prevalensi sebesar 7,8%. 10 Di antara desa-desa yang ada di wilayah Kab. HSU, Desa Sungai Papuyu, Kalumpang Dalarn, Sarang Burung, Telaga Mas, Putat Atas dan Padang Bangkal merupakan 6 desa endemis fasc iolopsiasis yang hampir selalu ditemukan pcnderitanya saat pemeriksaan tinja. Persentase fasciolopsiasis cenderung berfluktuasi
meskipun
sangat jarang
melebihi
angka
I 0%,
keadaan
int
kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang mcningkat, pengetabuan (kecacingan buski)
dan
peneegahannya,
dan
adanya program
pernberian
Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis. Selain itu, program pembangunan jembatan pada desa yang .terletak di tengah rawa tampak j uga berperan dalam menurunkan prevalensi fasciolopsiasis. Survei faseiolopsiasis sejak tahun 1 982 dilakukan terhadap seluruh penduduk di daerah endemis, namun karena prevalensi tertinggi umumnya te1jadi pada anak usia 1 5 tahun ke bawah, maka sejak 5 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2005, survei tinja lebih banyak di lakukan pada anak sekolah di sekolah-sekolah dasar setempat. Hasil wawancara dan observasi pada berbagai penelitian diketahui bahwa anak-anak d i daerah endemis faseiolopsiasis mempunyai kebiasaan memakan biji bunga teratai dan umbi tumbuhan air seeara mentah, yang dilakukan saat mereka bermain atau berada di luar rumah. Hal ini yang bisa menjawab mengapa fa sciolopsiasis lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Balai Litbang P282 Tanah Bumbu pertama kali melakukan survei tinja fasciolopsiasis pada anak seko!ah di Desa Kalumpang Dalam, pada tahun 2006. Survei tinja d i lakukan sebanyak 2 kali, yaitu saat musirn hujan (April 2006) dan saat musim kemarau (Oktober 2006). Hasil survei saat musi 111 hujan menunjukkan 6.78% lasciolopsiasis dari 1 1 8 sampel, dan saat musim kemarau menunjukkan 8,91 % fasciolopsiasis dari 99 sampel. Kasus fasciolopsiasis menunjukkan adanya pcningkatan kasus saat musim kemarau. Masa inkubasi buski tei:jadi sete!ah tertelan metaserkaria hingga ditemukannya telur buski dalarn tinja penderita 10
-
-
�-
- .=;� = � -"" -"' _c ;;"' = � -=.: � _ =_ •
�
-
-
--
-=-
��� �-.:: �-- ...
-=
- -
"
' ' "
.
adalah 3 bulan, sehingga dapat dipastikan bahwa penularan terjadi pada saat musim hujan, dimana lingkungan rawa mengalami kctinggian air sedalam 2-3
meter, yang menunjang perkembangan F. buski stadium telur, mirasidium,
scrkaria hingga metascrkaria yang infektit: se11a perkcmbangbiakan keong dan 1R lumbuhan air sebagai hospcs percinlaranya. Tahun
2008 Balai Litbang P282 Tanah Bumbu kcmbali melakukan survei
kccacingan pada anak sekolah di Desa Kalumpang Dalam Kab. HSU dan Desa Hakurung Dalam Kab. Hulu Sun gai Sclatan (1- I SS) yang mempunyai wilayah bcrbatasan langsung dan mempunyai karakteristik hampir sarna. Hasil su rvei tinja f sciolopsiasis sebesar pada Dcsa Kalumpang Dalam mcnunjukkan adanya kasus a
2,25%
dari 133 sampel, scdangkan di Desa Hakurung Dalarn tidak ditemukan
kasus fasc iolopsiasis.
19
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi distribusi jenis trematoda ini adalah adanya keong air tawar yang cocok sebagai hospes perantara pertama, tumbuhan air tawar yang berperan sebagai hospes perantara kedua dan berperan penting dalam penularan, serta kebiasaan penduduk di daerah endemik memakan tumbuhan air mentah atau dimasak kurang matang. Adanya hospes reservoir merupakan sumber infeksi yang memperburuk keadaan. Sehingga tanpa faktor fakto r tersebut, fasciolopsiasis tidak dapat berlangsung di suatu daerah.3 Fasciolopsiasis secara epidemiologis mclibatkan adanya interaksi antara agcn, hospcs, dan lingkungan. Sebagai agen, cacing F. buski memiliki stadium yang cukup kompleks dari bentuk telur, mirasidium, sporokista, redia, serkaria, h ingga mctaserkaria sebagai bentuk infekti foya. Manusia dan hewan mamal ia mcrupakan hospes detinitif pada trematoda ini, sedangkan keong air tawar dan tumbuhan air bcrpcran sebagai hospes perantara. Lingkungan yang mcndukung fasciolopsiasis adalah lingkungan fisik berupa dataran rendah berawa dan kondisi geologi yang mempengaruhi ketersediaan air berupa pasang surutnya air rawa; lingkungan non-fisik adalah
perilaku
penduduk
bcrupa kebiasaan makan
tumbuhan air mentah dan kebiasaan buang air bcsar di rawa; dan lingkungan biologi dimana lingkungan air berfungsi scbagai reservoir agen bagi keong air tawar dan tumbuhan air. Dacrah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU merupakan daerah dataran rcndah bcrawa, yang hampir sepanjang tahun selalu tergenang air dengan 11
kedalaman 2-3 meter, kecuali pada puncak musim kemarau (2-3 bulan) air rawa menjadi surut bahkan keri n g. Kondisi geografis yang bcrawa ini ditumbuhi
air seperti teratai
tumbuhan
gondo k
(Nymphaea alba dan Nymphaea lotus),
(Echornia crassipes), k i amban g (Salvinia cuculla ta),
(Mimosa SfJJJ. ). kangkung
(lpo111ea aqua!ica),
gcn_jcr
enceng
putri malu air
(/,ymnocharis .flova), pak is .
. tenochiaea palustris), kayapu (Pistia stratiotes Linn), clan kcong air tawar jenis ()
keong mas (Pomacea canalic11/a1a) dan keong tutu! (Bellamya javanica) yang banyak
tcrdapat di
l ingkungan
air rawa tcrsebut.
Survci tinja penduduk di Desa Kalumpang Dalam
pada tahun
20 I 0,
men unj u kka n adanya kasus fasciolopsiasis sebesar 0,64% dari 3 1 4 sampel tinja pcnduduk. Scdangkan dari survei tinja hewan ternak ditem ukan m irip F. buski dcngan ukuran yang relatif lebih
telur trematoda
kecil, pada itik (Anas platyrinchos
borneo) sepesar 7,69%, sedangkan pada tinja ayam (Gallus domesticus) sebesar 7, 1 4%.12
Hospes reservoir utama pada fasciol opsias is adalah babi,
sclain
manusia,
anjing, kelinci dan kerbau dapat pula terinfeksi F. buski. Di beberapa desa endemis fasciolopsiasis
seperti Desa Sapala dan Desa Bararawa Kee. Danau
Panggang dapat ditemukan kerbau rawa (Buh alus bubalu�) yang diduga I 27
berpott:nst se baga1· f1ospes reservoir. , •
·
'
Jenis keong yang dinyatakan sebagai hospes perantara pertama dalam siklus hi du p
F.
buski di beberapa negara adalah keong Planorbis spp, Trochorbis
trochoideus, Segmentina hemisphaerula, Segmentina trochoideus,
Gyraulus
chinensis, Hippeutis canton", Polypylis hemisphaerula. Survei keong air tawar di Desa Kalumpang tunggal pad a
Dal am tahun 20 I 0 menemukan bentuk redia dan serkaria ekor
kcong jenis lndoplanorbis dan ly111naea, nam un sccara morfologi
bukan tennasuk serkaria dari fam i ly Fasciolidae.
1•2•3•12
Scrkaria berenkistasi menjadi metaserkaria dengan cara menempelkan diri pada tumbuh-tum buhan
spp.), rebunglbamboo
air seperti buah be ranganlwater
chestnut (Eliocharis
shoots, water calthrop (Trapa bicornis, Trapa natan.v),
water lily, Eliocharis, Eichoi-nia, Zizania, Nymphoea lotus, Ipomoea, Eleocharis tuberose, Salvinia natans, Lemna polyrhiza, dan Valisneria sv.1 •2•3•9
Penclitian fa sciol o ps ias is pada tahun 1 988 di Desa S ungai Papuyu menemukan se rk ari a dengan ekor tidak bercabang pada k eo ng Indoplanorbis dan 12
- -
--
-
�--=
� -=-== -
--
--= = .=._ :::: _
�
-� -=-
Anisus, dan metaserkaria pada akar tumbuhan lwnbu (sejenis talas). Sedangkan
basil survei tumbuhan air yang dilakukan di Desa Kalumpang Dalam tahun
2010
pada jenis Nymphaea alba dan Nymphaea lotus, lvlimosa spp., lpomea aquatica, Lymnocharis }lava, Stenochiaea pa!ustris, Pistia slratiotes Linn, clan ganggang,
bclum ditcmukan mctascrkaria.5 · 11 Meskipun belum jelas spesies keong dan tumbuhan yang rnenjadi hospes perantara bagi F. buski, namun berdasarkan siklus hidup dan stadium infektifnya, maka pcnccgahan fasciolopsiasis dapat diawali dengan melakukan pengobatan terhadap pendcrita. kemudian memperbaiki lingkungan dengan tidak niem buang kotoran manusia clan ternak d i air rawa, serta memasak tumbuhan air hingga benar-bcnar matang sebelum
dimakan, tennasuk mcmasak air rawa yang
dijadikan sumbcr air minum hingga mendidih. Praziquantel merupakan drug of choice pada fasciolopsiasis karena angka penyembuhannya yang mencapai
90-100%.
Pemberian
Praziquantel
pada
penderita fasciolopsiasis telah menjadi program Dinas Kesehatan Kab. HSU yang dilakukan sekali setahun, sejak tahun
1 983 sampai
sekarang. Meskipun penc!erita
tidak pernah menolak pengobatan dan tidak pernah mengeluhkan efek samping setelah minum Praziquantel, namun petugas kesehatan selalu mengawasi Iangsung saat-penderita meminum obat tersebut agar benar-benar diminum oleh penderita. Pada beberapa penderita ditemukan cacing F. buski dewasa pada tinjanya pasca pengobatan. Populasi keong air tawar sebagai hospes perantara dapat dikendalikan dengan pemberian molusida, meskipun untuk Iingkungan rawa yang luas seperti di wilayah Kab. HSU sangat tidak efektif. Kebiasaan buang air besar, pembuangan kotoran ternak dan cara pembudidayaan tumbuhan air untuk dikonsumsi
harus
diubah
dan
diperbaiki
demi
mencegah
meluasnya
fasciolopsiasis. Buang air bcsar yang dilakukan d i air rawa dimana terdapat populasi hospes perantara dapat menyebabkan siklus fasciolopsiasis yang terus menerus. Buang air besar harus dilakukan di jamban yang disalurkan secara tertutup ke tangki pembuangan kedap air. Bahkan di daerah endemik di beberapa negara, penduduk dilarang menggunakan pupuk tinja yang ridak disterilisasi untuk menyuburkan tanah. Narnun kondisi daerah rawa seperti di wilayah Kab. HSU
l3
-
---
-
-
-- ==-
=-
-== --=
--=_ _
-
__::: = :--- -==� _
_ -
--=
- -
-=- =----= =-==-- =------= �
-
---::;, - -----= ---=-= � - - - -� �
!l
memerlukan perencanaan yang kompleks, melibatkan pcran serta lintas sektor yang saling mcndukung.
14
--
� ----=-=
- -
--
-= -
_:____ -
-=-=�-
---
�� -, -
-
_ -
-
-�
4.
METODE
a.
Kerangka Konsep Hubungan
antar
variabel
penelitian
berdasarkan
epidemiologi
fasciolopsiasis dan alur pelaksanaan survei di garnbarkan dalam skema berikut ini:
r----------------------�
I
LINGKUNGAN BIOLOGI
I I
1••••••••'C>•1till•••••.e"'•'•OI••"""""':
Keong air
�
;.············
1 f
:
r················
Metode crushing
.
!"'••••r••••••••••..,,...,.,,..,,..•••.,,. :
�
�·••••·••.,•••••
� r·············:
Tumbuhan air
�
Hewan temak
;
;...............1..............:
;···············
Metode sedimentasi
Fonna/n-Ether i Technique
- - - - - - - - - - - - - - - - -- -- -- -- -- -- --
�oar==:>!J11 I nor==:> � c:::J
c:::J
=
'! -
D
D
,- - ,
I / \ \ \
............... ... ...............�
..
Penduduk
. . ···················•&·•·········..
I
�
Sampel AGENT Genetika Populasi
� - ·
Formalin-Ether Technique
\
\ 1) 1
./
i
� �De=/ I
I
��
Li gk ngan
fasciolopsiasis
<:==°
J
r - - - �- - - - r - - - -3- - - - � r - - -� - - - 1
I I
Llngkml!'..JUL fisik
I
Linglmngan non-fisik
Lingkungan bfologi
I L�es�o��..:.:1� �
( (sosial -budaya,,nonna, adat .istiadat} . Da:laran n."lldah berawa I · I - Kebi asaan makan tmnbuhan atr mell1ab . ------- - � l �e�n B�di��- - - - I (kondisi geografis, koudisi:logi)
I
Keterangan. : HD HR
HP I
HP II
= Hospes Dcfinitif = Hospes Reservoir =Hospes Pcrantara I = Hospes Pernntara .ll
Variabel Bellas
�
Variabel Tcrgantoog
=
L......J
D
_
Diteliti Tidak Diteliti
15
--
-
- _ -==
-
--
= � � ----==::: - ---=---===- ===' = =--
-�
-
--:::._-�- -_ -:_ =-==-- = =-� ----o:
--
-
-
-
-
-
------=---=----
--
=--
=-
= -=-=
- =-
=--
-
- _ -
b.
Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilakukan selama 9 bulan, Maret�Desember 20 l I di 3 desa endemis tertinggi faseiolopsiasis d i Kab. HSU, yaitu Desa Kalumpang Dalam dan Dcsa Sungai Papuyu di Kee. Babirik, dan Desa Telaga Mas di Kee. Danau Panggang Kab. HSU. Provinsi Kalimantan Sclatan. c.
Jenis Penclitian
Jenis penclitian ini adalah obscrvasional. . d. Dcsain Pcnclitian Penelitian ini rnerupakan studi cross sectional karena observasi atau pcngukuran variabel (variabel bebas dan variabel tergantung) (pengambilan sampel) dilakukan I kali pada saat lingkungan daerah penelitian masih dipenuhi air rawa setinggi l-3 meter, untuk rnelihat gambaran epidemiologi fasciolopsiasis. e.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan I)
5 unit analisis yarig berbeda, yaitu :
Populasi penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU yang dieurigai sebagai hospes definitif F. bu.ski yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, diambil sampel tinjanya untuk diidentifikasi telur cacmgnya. a) Kriteria inklusi adalah subyek penelitian yang berusia
1
tahun ke atas
tanpa menilai berat badan/status gizi, dan bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. b) Kriteria eksklusi adalah subyek penelitian yang tinggal menetap kurang dari 3 bulan d i lokasi penelitian. c) Besar
sampel
minimal
dihitung
berdasarkan 14 dikembangkan oleh Snedecor dan Cochran :
rumus
11
l + n/N
n
=
l /d2 dengan d n
=
=
5%, maka besarnya sampel menjadi:
1 10,0025 400 sampel =
16
yang
K etcrangan :
n p
=
besarnya sampel 1-p
= proporsi variabel yang dikehendaki
q
=
Za
= simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat
d
= kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi
kemaknaan
nk
N
=
a
bcsarnya
sampd sdd ah di korcksi
besarnya
populasi
d) Selain sampel tinja, data yang diambil dari penduduk adalah data
pcrilaku, yaitu kcbiasaan buang air besar (BAI3), kcbiasaan rnakan tumbuhan air, dan pengetahuan mengenai fasciolopsiasis, yang didapat melalui wawancara kuesioner dan pengamatan, untuk mengctahui perubahan perilaku yang te1jadi setelah studi intervensi sosial-budaya yang dilakukan da!arn penelitian A no rital , dkk, tahun 2002-2003 pada penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU, Kalimantan Selatan. 7· 10•1 1 2)
Semua jenis hewan ternak yang ada dan dipelihara d i dalam kandang olch penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU yang dicurigai sebagai hospes reservoir fasciolopsiasis. Hewan ternak diam bi I tinjanya per spesies dan per kandang untuk diidentifikasi telur cacingnya. Jurnlah sampel yang diambil adalah semua kandang ternak per spesies yang ada di setiap rumah tangga yang bersedia diambil sebagai sampel.
3)
Semua
jenis keong air tawar yang hidup dan ditemukan di daerah
endemis
perantara
fasciolopsiasis d i Kab. HSU, yang dicurigai sebagai hospes pertama
fasciolopsiasis,
diambil
dan
diperiksa
untuk
menernukan bentuk serkaria dengan metode crushing. 15 Jumlab sampel keong air tawar maksimal adalah 50 ekor per spesies per I titik.
4)
Semua
· jenis tumbuhan a i r yang biasa dikonsurnsi oleh penduduk dan
tumbuh di daerah endemis fasciolopsiasis di K.ab. HSU yang dicurigai sebagai hospes perantara kedua fasciolopsiasis, diambil dan diperiksa untuk menernukan bentuk metaserkaria. Jurnlah sampel tumbuhan air maksimal adalah 50 batang per spesies per I titik. 5)
Fasciolops1:1· b uski dan
baik dalam bentuk telur, serkaria, redia, metaserkaria
cacing dewasa yang diternukan melalui survei tinja, survei kcong air
ta war, dan survei tumbuhan air di mas i ng-m asing 3 desa endem is 17
=-
- -
-
-=-
-
-
--
_ -� -
-
- =-
=
=
= === -
: :::: =::: = -= ==� = -=-==--� = = -" � --
----==--= = --=-= ----
-
-
- - --
----=--=---
-:::-£: !__�=
-
----;:-
- -
-
di Kab. HSU,
fasciolopsiasis
dikurnpulkan
dan dibandingkan pola
genetikanya. 6)
Lingkungan pada daerab endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU, �ecara geogratis dan hidrogeomorfo!ogi, melalui pengukuran parameter air scbagai
media habitat
bagi F lmski
pada stadium tclur. 111irasidiu111,
serkaria, dan metaserkaria, sebagai media habitat hospes perantara pertarna
kcdua f.
(keong
tawar), dan sebagai media habitat hospes perantara
air
(turnbuhan air).
Variabcl I)
Variabel
independen,
yang terdiri da ri:
a) Agent (F. buski) b) Hospes definitif (penduduk) c) Hospes reservoir (hewan ternak) d) Hospes perantara pertama (keong air tawar) e) Hospes perantara kedua (tumbuhan air) t)
Perilaku (kebiasaan penduduk)
g) Lingkungan (geografis dan hidrogeomorfologi) 2) .
g.
Variabel dependen, yaitu fasciolopsiasis .
Instrumcn dan Cara Pcngumpulan Data
Data Primer dikumpulkan dengan cara: I)
Su rvci Tinja Cara perneriksaan
tinja yang d i pakai untuk mendeteksi telur
trernatoda pada tinja penduduk dan t i nja hewan ternak ini dilakukan dengan cara centriji1galitation method (Formalin Ether Technique), yang merupakan kombinasi dari jloatation method dan sedimentation method. Alat dan
bahan
2
yang digunakan dalam survei tinja dengan
Formalin Ether Technique i n i adalah: slide atau gelas
benda, spatula,
aplikator kayu, kasa, !idi, aquadest, garam fisiologis, formalin, dan larutan ether. Alat dan bahan yang penting lainnya untuk keperluan survei tinja i n i adalah compound microscope, centrifitge, kotak sampel tinja dengan gel as
tutupnya,
beaker
I 00
cc,
tabung reaksi
15
cc
bcserta
l8
_ -- - -
-
-
-
-
-��==��=--=:---�- -�-�.;�-�.::.;;,__§::"--::-� --
_ ;:
-
_ _
-- - �== -==== =--;;;;;; -
-=
-
� -==-: --
penutup/sumbat karet, pipet kapiler, hand�dnm, masker, sendok es krim, tissue, kapas, formalin I 0%, formulir pemeriksaan, alat tulis. 2)
Survei Keong Air Tawar
Cara pemeriksaan keong air tawar yang dipakai untuk rnendeteksi adanya scrkariu d i lak u k an dcngan mctodc crushing. 15 /\lat d;rn bahan .
yang dibutuhkan dalam survei keong air tawar ini adalah kantong sampel, petridish, jarum jara, pinset, mistar, sarung tangan karet, sepatu boot,
cidukan
bcrsaring,
dissecting
microscope
dan
compound
microscope, tissue, kertas label, aq uadest, fonnul i r pcmeri ksaan, alat tu l is. 3)
Survci Tumbuhan Air
Pcmeriksaan tumbuhan air dilakukan dengan metode sedimentasi 5 menggunakan larutan NaOH 0,2%. Alat dan bahan yang digunakan adalah kantong sampel, bejana, petYidish, alat pemotong (pisau/gunting), corong berkatup, centrifi1ge, tabung reaksi, kasa, pinset, pipet, slide, cover slide, sarung tangan karet, sepatu boot, dissecting microscope dan compound microscope, larutan NaOH 0,2%, tissue, kertas label, fonnulir pemeriksaan, alat tulis.
4) Su rvci Gcnctika
Untuk mengetahui pola genetika F. buski dapat dilakukan melalui
metoclc RFLP DNA F. buski jika berhasil dikumpulkan spesimen . .
F. buski dewasa, telur, serkaria dan rnetaserkaria. Restriction Fragment
Lenglh Polymorphism (RFLP) merupakan teknik cepat untuk mengetahui variasi genetik berdasarkan ukuran dari potongan-potongan DNA. Perbedaan pada susunan basa akan menyebabkan perbedaan pada titik potong (restriction site), sehingga menghasilkan po la potongan yang berbeda. Alat dan bahan yang digunakan adalah DNA extraction kit, Restriction Endonuclease (RE) I enzim restriksi, gel polyac1ylamide, ladder DNA, buffer TBE, DNA cleaning kit, centrifuge dingin, electrophoreses chamber, Nanodrop spectrophotometer, vortex mixer, pi pet.
19
5)
Survci Pcrilaku
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner clan pengamatan terhadap penduduk d i desa endemis fasciolopsiasis yang lerpilih sebagai lokasi penelitian. Data yang dikuinpulkan mengenai: kcbiasaan BAB, kebiasaan makan turnbuhan air, clan pcngetahuan mengena1 fasciolopsiasis. Survei ini rnenggunakan alat dan bahan kucsioncr. ATK clan dokumcntasi. 6)
Survci Lingkungan
Pcngambilan data li ngkungan dilakukan dengan melakukan: I ) Survei kualitas air, melalui pemeriksaan parameter air berupa suhu, pH, salin itas, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (CO D), Dissolved Oxygen
2) Survei
perairan,
melalui
(DO).
pengukuran
kualitas
clan
kuantitas
tumbuhan air, keong air tawar, penggunaan perairan, dll. 3) Survei geografis melalui pemetaan berdasarkan Jokasi endemis fasciolopsiasis menggunakan GPS. 4) Survei ini menggunakan alat clan bahan berupa: thermometer, kolorimeter, turbidimeter, pl-! meter, peta clasar wilayah, GPS. h. Bahan dan Proscdur Kerja I)
Idcntifikasi Fascio[opsiasis
Untuk mendapatkan data prevalensi
fasciolopsiasis melalui
pemeriksaan tinja penduduk. Sebclumnya dikumpulkan sccara lcngkap data Kcpala Keluarga (KK), alamat, nam a anggota ke!uarga, urnur dan jenis kelamin, kemudian dicatat dalarn formulir kuesioner clan diberi nomor urut. a)
Pcmbagian dan pcngumpulan kotak tinja ( I ) Pengumpulan tinja d ilakukan minimal l kali.
(2) Kotak tinja terlebih dahulu diberi label yang ditulis nama, nomor urut kepala kel uarga clan nomor urut sesuai dengan daftar formulir pemeriksaan tinja. (3) Kotak tinja kemudian dibagikan ke tiap-tiap pendud�ik atau me!alui kepala keluarganya untuk disampaikan kcpada anggota kel uarganya dan c!iminta untuk mengisi dengan tinjanya 20
±
masing-masing
sebesar ibu jari (3-5gr) dan kemudian
dikumpulkan hari berikutuya. (4) Setiap orang d ibagikan 1 kotak tinja. Kotak tinja jangan sampai tertukar dengan orang lain. h)
Pcmhuatan scdiaan atau prcparat tinja dc!1 ga11 For111ali11-/:..'t!ter
2 Tec/1 11ique :
( I ) Tinja diam b i I ±2 gr dan diemulsikan dengan l 0 cc larutan garam fisiologis (saline) atau kclipatannya. (2) Emulsi tinja tersebut disaring dengan menggunakan 2 lapis kasa basah ke dalarn tabung dengan volume l 5
cc.
(3) Tabung d isentrifugasi pada kecepatan 1 500-2000 rpm selama 2 men it, kemudian supernatant dibuang. (4) Sedimentnya diemulsikan dengan saline dan disentrifugasi lagi, kemudian supernatantnya dibuang (tinja dicuci sampai diperoleh sediment yang bersih dari kotoran). (5) Fonnalin 1 0% sebanyak 1 0 cc ditambahkan pada sediment dan dikocok clengan kuat, dan kemudian dibiarkan selama 5 menit. (6) Kemudian
3
cc
ether ditambahkan dan tabung disurnbat
dengan sum bat karet dan tabung dikocok dengan kuat. (7) Tabung d isentrifugasi lagi dengan kecepatan 1 500 rpm selama 2 menit. Dengan cara ini akan te1jadi 4 lapisan, dan telur cacing berada dalam lapisan terbawah. (8) Kotoran
·dari
dinding
tabung
dibebaskan
dengan
mempergunakan aplikator kayu, dan kotoran dibuang ke bejana lain. (9) Sediment yang ada dicampurkan dengan sedikit cairan yang mengalir kembali ke dasar tabung, kernudian disiapkan pewarnaan
iodium/lugol
atau
preparat
langsung
untuk.
diperiksa di bawah mikroskop. (1 0) Prcparat dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah. ( 1 1 ) Telur cacing F. buski yang teridentifikasi pada preparat akan menunjukkan bahwa subyek tersebut positif sebagai hospes 21
de fin iti f fosciolopsiasis.
Subyek j uga dinyatakan
positif
lasciolopsiasis jika dalam sampel tinja yang dikurnpulkan terdapat cacing dewasa F. huski. ( 12) Hasi I pcmcriksaan dimasukkan dalam formul ir pemeriksaan fasciolopsiasis. ( ! 3) Selanjutnya tclur dan cacing dewasa F. buski yang ditemukan di kurnpulkan untuk proses identifikasi pola genetika F. lnrski. 2)
ldcntifikasi Hospcs Reservoir a)
Pcncarian dan pengambilan sampcl hcwan ternak
Hewan ternak adalah hewan yang dipelihara oleh penduduk di lokasi pcnelitian, yaitu antara lain kerbau, ayam, itik alabio, dll. Hewan ternak per spesies diarnbil tinjanya per kandang per rumah tangga (RT), karena hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk umumnya dikumpulkan dalam I kandang per spesies. Tinja hewan ternak minimal diambil I kali. Ti nja dikumpulkan dalam l kandang clan diambil dengan menggunakan sendok es krim sebanyak ± 5 gr dan dirnasukkan dalarn
kotak tinja yang telah d i beri
label,
d ikelompokkan berdasarkan spesiesnya per kandang per RT. b)
Pelaksanaan kcgiatan d i Iaboratorium
( I ) Tcknik pembuatan dan pemeriksaan preparat tinja pada hewan ternak sama seperti yang dilakukan pada tinja manusia, narnun sebelurnnya
dcngan
cara
mengelompokkan
linjan)'.a
berdasarkan jen is masing-masing spesies per kandang per RT. (2) Telur cacing F. buski yang teridentifikasi pacla prcparat akan menunjukkan bahwa jenis hewan ternak tersebut positif sebagai hospes reservoir. Subyek juga clinyatakan positif sebagai hospes reservoir jika dalarn sampel tinja y.ang dikumpulkan terdapat cacing dcwasa F. huski.
(3)
Hasil pemeriksaan dirnasukkan dalam formulir pe111eriksaai1 hospes reservoir.
(4) Apabila di temukan sampel (per kandang per RT) yang positif fasciolopsiasis, maka dilakukan follow up dan pembedahan terhadap 5 - 1 0% hewan ternak di dalam I kandang. Hewan 22
ternak tersebut diambil secarn acak untuk menemukan bentuk cacing dewasa F. buski d i dalam usus hewan ternak tersebut.
(5)
Selanjutnya telur dan cacing dewasa F. buski yang ditemukan di kumpulkan untuk proses identifikasi po la genetika F. buski.
3)
ldcntifikasi 1-Iospcs Pcrnntara Pc1·ta111a a)
Pcncarian Kco n g
Air Tawar
( I ) Pencarian kcong air tawar dilakukan minimal l kali d i tiap dcsa cndcrn is Case iolopsiasis. (2) Keong yang diperiksa adalah semuajenis keong air tawar yang ditcmukan di lokasi penelitian saat d ilakukan pencarian. Pencarian keong air tawar dilakukan di titik-titik lokasi yang dicurigai sebagai habitat yang cocok untuk kehidupan keong. (3) Lokasi pencarian keong air tawar d ilakukan secara bersamaan dengan pencarian tumbuhan air yang biasa dikonsumsi penduduk dengan asumsi bahwa serkaria yang keluar dari keong akan mencari tumbuhan air yang terdekat sebagai tern pat enkistasi metaserkaria. (4) Bila ditemukan keong air tawar maka dilakukan pengambilan sampe! keong di lokasi tersebut. b)
Pcngambilan Sampel
Keong
( I ) Pengambilan keong air tawar dilakukan di sekitar rumah penduduk dengan jumlah sampel rnaksimal 50 ekor keong per spesies per I titik. (2) Keong
a1r
menggunakan
tawar saning
yang
ditemukan
tangan
dan
diambil
penciduk
dcngan bersaring,
kcmudian dimasukkan ke dalam kantong yang tclah d i beri label kemudian diikat. (3) Satu kantong hanya digunakan untuk satu spesies keong air tmvar per lokasi. (4) Kantong-kantong tersebut kernudian dikumpulkan dan d ibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
23
c)
Pelaksanaan Kegiatan di Laboratorium
( l ) Keong dalarn kantong-kantong dari Iapangan dipindahkan ke dalam pelridish yang diberi label sesuai label yang tertera pada kantong. (2)
Satu petridish
hanya untuk I spcsics per lili � lokasi.
(3) Selanjutnya diperiksa apakah keong mengandung serkaria dengan metode crushing 15, d i peri k sa di bawah dissecting microscope. dan hasilnya dirnasukkan ke dalam
formulir
terse but. (4) Pemeriksaan
serkaria
pada
keong
berdasarkan
metode
crushing ' 5:
Kcong diletakkan d i atas petridish yang bersih, kemudian cam.!kan � bnnva •
dipecahkan
secara
hati-hati
dengan
menggunakan pinset. Ditambahkan 1-2 tetes air pada setiap keong
yang
dipecahkan, kemudian
d iperiksa di
bawah
dissecting microscope. Tubuh keong dicabik-cabik dengan
rnenggunakan pinset dan jarum jara, dicari bentuk serkaria dalam tubuh keong tcrsebut. (5) Bentuk serkaria F. buski pada preparat menunjukkan bahwa jen is keong tersebut positif sebagai hospes perantara pertarna. (6) Hasil pemeriksaan dimasukkan dalam formulir pemeriksaan keong. (7) Apabila ditemukan keong air tawar yang positif, maka keong tersebut diidentifikasi berdasarkan taksonorni dan anatomi shell untuk mengetahui spesies keong.
(8) Selanj utnya serkaria dan redia F. bu.ski yang d itemukan di kumpulkan untuk proses identifikasi pola genetika F. buski. 4)
ldentifikasi Hospes Perantara Kedua a)
Pcncarian Tumbuhan Air
( I ) Pengambi !an turnbuhan air di lakukan minimal I kal i di t i ap desa endemis fasciolopsiasis.
24
(2) Tumbuhan air yang diambil merupakan tumbuhan yang biasa dikonsumsi oleh penduduk di lokasi penelitian dan d iternukan di lokasi penelitian. (3) Lokasi pengambilan tumbuhan air adalah d i titik-titik lokasi dimana pcnduduk biasa mcngambi � tumbuhan air untuk dikonsumsi. (4) Pcncarian dan pengambilan tumbuhan air di lakukan secara bcrsamaan saat dilakukannya pencarian sarnpel keong. (5) Petugas menggunakan sepatu boot, sarung tangan karet dan membawa peralatan berupa alat pemotong (pisau/gunting), kantong sampel, alat tulis dan label. b)
Pengambilan Sampcl Tumbuhan Air
( l ) Pengambi Ian tumbuhan air di lakukan
di
sekitar rum ah
penduduk dan biasa dikonsumsi dengan jumlah sampel maksimal 50 batang tumbuhan per spesies per I titik. (2) Tumbuhan air yang ditemukan diambil dengan menggunakan sarung tangan dan al at pemotong, kemudian d imasukkan ke dalam kantong yang telah diberi label kemudian diikat. (3) Satu kantong tumbuhan air hanya untuk satu spesies tumbuhan air per lokasi. (4) Kantong-kantong tersebut kemudian dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. c)
Pclaksanaan Kcgiatan di Laboratorium
( I ) Tumbuhan
air
dalam
kantong-kantong
dari
lapangan
di pindahkan ke dalam bejana yang telah diberi label sesuai dengan label yang tertera pada kantong. (2) Pemeriksaan
dilakukan
terhadap
masing-masing
jenis
tumbuhan air. Satu bejana hanya untuk satu jenis tumbuhan air per titik lokasi pengambilan. (3) Tumbuhan air d ipotong-potong pendek terlebih dahulu. (4) Potongan tumbuhan air d iletakkan di atas petridish yang bersih, ditetesi air dan selanjutnya d iperiksa di bawah dissecting
microscope
25
sambil
mem utar-mutar
potongan
tumbuhan
tersebut, metascrkaria5.
(5) Apabila belum
apakah
tumbuhan
air
rnengandung
berhasil menemukan metaserkaria, maka
pencarian metascrkaria dilakukan dengan cara merendam tumbuhan tcrsehut clalam lnrutan NaOH 0.2%, sclama ::1:2 .iam.
(6)
Air
hasil
rendaman
tumbuhan
air
tersebut
kcmudian
diendapkan dalam corong bcrkatup selama ±2 jam. Hasil cndapan disentrifugasi, kemudian sedimentasinya diambil ml!nggunakan pipet untuk diteteskan di atas slide· dan ditutup dengan cover slide. Prcparat diperiksa di bawah compound microscope. (9)
Bentuk m etaserkaria dari F. buski yang teridentifikasi pada preparat menunjukkan bahwa jenis tumbuhan air tersebut positif sebagai hospes perantara kedua.
( l 0) Hasil pemeriksaan dimasukkan dalam fonnulir pemeriksaan tumbuhan air. ( 1 1 ) Apabila ditemukan tumbuhan air tawar yang positit� maka tumbuhan tersebut diidentifikasi berdasarkan taksonominya untuk mengkonfirmasi spesiesnya.
(12) Selanjutnya
bentuk stadium F. buski yang ditemukan di
kumpulkan untuk proses identifikasi pola genetika F. buski.
5)
Pcrbandingan DNA F. buski a)
Pcngumpulan Sampel F. buski
( I ) Sarnpcl
F.
buski
yang
ditcmukan melalui
survei
tinja
penduduk, survei tinja hewan ternak, survei keong air tawar, dan survei tumbuhan air, dikumpulkan bcrdasarkan masing masing desa d i 3 Jokasi survei tersebut, kemudian disimpan dalam kotak sampel.
(2) Apabila sampel agent yang terkumpul sedikit dan masih dalam
rentang waktu penelitian yang memungkinkan, rnaka akan
dilakukan pengambilan ulang sampel.
26
(3) Kotak sampel diberi label yang berisi data tanggal dan lokasi survei, jenis stadium, dan asal sampe[ (tinja, keong air tawar, tum buhan air). b)
Pclaksanaan Kcgiatan di Laboratorium Proses RFLP DNI\ F. lmski Jilakukan mclalui proses ckstraksi DNA, dan e!ectrophoreses.
c)
Ekstraksi DNA
( I ) Sampcl dicampur dcngan lysis bz![fer dan clidiamkan dalam lemari pendingin selama I menit. (2) Sampel kemudian d i vortex beberapa saat dan disentrifugasi selama 3 rnenit, untuk kemudian supernatant dibuang.
(3) Pelle! d ilarutkan dengan lysis buffer dan ditarnbahkan Enzyme Mix dengan pipet agar Iarutan tercampur.
(4) Pellet cliinkubasi pada suhu 50°C selama J jam.
(5) Kemudian ditambahkan absolute ethanol dan simpan pada suhu minus 20°C selama 10 menit.
(6)
Pellet disentrifugasi dan kemudian supernatant dibuang.
(7) Pellet dicuci dengan ethanol 70% sebanyak 2 kali. (8) Ethanol dibuang dan d ikering-anginkan selama 5 menit.
(9) DNA clilarutkan clalam TE buffer (clisirnpan pada minus 20°C). ( I 0) Konsentrasi clan kemurnian DNA diperik.sa menggunakan Nanodrop �pectrophotometer.
(I I ) Panjang DNA diukur secara kasar dengan electrophoreses pada gel polyacrylamide dan clibandingkan dengan ladder DNA.
d)
Restriction Fragment Length Polymorphism
( l)
DNA hasil
(RFLP) DNA Total
ekstraksi diinkubasi dengan beberapa rnacam
enzyme restriksi dengan kondisi tertentu (sesuai spesifikasi enzyme). (2) Sampel
hasil
inkubasi
di
electrophoreses
pada
polyac1ylamide clan dibandingkan clengan ladder DNA.
27
gel
(3) Hasil
electrophoreses
pengukuran
didokumentasi agar memudahkan dalam
panjang
DNA
dan
rnembandingkan
pola
potongannya. (4) Pola potongan dibandingkan dcngan menandai ada-tidaknya (pre.1·e11<'<'-oh.1·e11C'i')
e)
dari band lcrtcntu.
Pcngukuran Panjang DNA
( 1 ) Untuk mcndapatkan hasi 1 pengukuran panjang DNA yang lcbih spesitik: ::;ctiap potongan DNA dari hasil RFLP diambil dengan cara mcmotong gel dirnana polongan itu berada. (2) Potongan ge I kemudian dibersihkan menggunakan ON A cleaning kif. (3)
Hasil
pembersihan
tersebut
di-electrophoreses
dengan
mernbandingkan pada ladder DNA dengan ukuran lcbih kecil. (4) Hasil pcrneriksaan RFLP didokumentasikan dan dimasukkan dalarn formulir pcmeriksaan. 6)
Identifikasi Pcrilaku
Data responden dikurnpulkan secara lengkap meliputi nama Kepala Keluarga, alamat, nama responden, umur, jenis kelamin, dicatat dalam formulir kuesioner dan diberi nomor urut. a)
Wawancara Kucsioncr
Wawancara kuesioner berisi pertanyaan tentang: 1 . Kebiasaan BAB: tempat/lokasi BAB dan jaraknya dari rurnah; 2. Kebiasaan makan tumbuhan air: jen is tumbuhan air yang biasa dikonsumsi, lokasi tumbuhan
tersebut diambil, bagian dari tumbuhan
dikonsumsi;
cara
mengkonsumsi
tumbuhan
air yang
tersebut:
apakah
tumbuhan air tersebut dikonsumsi mentah atau setcngah matang; 3. Pengetahuan:
pengertian
fasciolopsiasis,
penyebabnya,
akibat
fasciolopsiasis dan cara pencegahannya; 4. Hewan tcrnak: jenis hewan ternak yang dipelihara; jenis makanan yang dikonsumsi hewan ternak tersebut. b)
Observasi/Pcngamatan Pcrilaku
Pcrilaku penduduk diamati dan didokumentasikan, dicatat dalam fonn ul ir pengamatan pcri laku. 28
7)
Idcntifikasi Lingkungan
a)
Lingkungan yang diobservasi dan diukur adalah 3 desa endemis fasciolopsiasis, yang dikclahui melalui data sekundcr.
b)
Pcngukuran lingkungan dilakukan minimal I kali di seliap Jokasi.
c)
lJnluk
mcn gctah u i l i ngkungan yang
sesuai
1crhadap pcrkcmhangan
F. buski, dilalu k an analisis lingkungan berupa:
( I ) Survei k ual itas air, melalui pemeriksaan parameter air berupa suhu,
pH, salinitas. 1300, COD, DO.
(2) Survei perairan,
melalui pengukuran kualitas dan · kua n titas
tumbuhan air, keong air tawar, penggunaan perairan, dll. (3) Survei geografis melalui pemetaan berdasarkan lokasi endemis fasciolopsiasis menggunakan GPS. (4) Dokumentasi zona lingkungan. (5) Hasil pemeriksaan dirnasukkan dalam formulir pemeriksaan lingkungan. i.
Dcfinisi Operasional
I)
Fasciolopsiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing
F. buski.
Fasciolopsiasis ditegakkan melalui pemeriksaan tinja penduduk dengan ditemukannya telur dan atau cacing dewasa F. buski. 2)
ada!ah cacing trematoda yang ditcrnukan dalam
Fasciolopsis buski
berbagai stadium, rn elalui survei tinja pcnduduk, survei tinja hewan ternak,
survei
keong
air tawar, dan survci tumbuhan air. Perbandingan
pola genetika F. buski diketahui melalui proses elcktroforesis DNA F. buski, mela!ui teknik RFLP. A lat ukur adalah alat dan bahan survei
genctika. 3)
Hospcs definitif adalah penduduk sebagai subyek yang ditcmukan tclur
dan atau cacing dewasa F.
buski
pada tinjanya. Prevalensi fasciolopsiasis
adalah jurnlah penduduk yang positif ditcmukan telur dan atau dewasa F.
buski
cacing
dalarn tinjanya dibagi jumlah total sampel tinja
penduduk yang diperiksa, kernudian dikalikan I 00. Alat ukur adalah alat dan bahan survei tinja, dengan pemeriksaan rnelaf ui formalin ether technique.
29
4)
Hospcs reservoir adalah jenis hewan ternak (ayam, itik alabio, kerbau
di!)
ra'vva,
yang
positif te!ur
F.
buski pada tinjanya. Preva!ensi
fasciolopsiasis pada hospes reservoir adalah jumlah kandang hewan tcrnak per spesies yang positif tc!ur dan atau cacing dewasa Jibagi jumlah total ti nj a/kandang
F. buski
yang d i pcriksa, kcmudian dikalikan
.
I 00. A lat ukur yaitu a!at dan bahan survei tinja, dengan pemeriksaan melal ui finwa/in ether technique.
5)
Hospcs pcra11tara pcrtama adalah jcnis keong air tawar ya ng terdapat di wilayah penelitian
(keong mas!kali111b11ai, haliling,
dll) ya-ng positif
mengandung scrkaria dan atau redia F buski. Jnfection rate kcong air tawar adalah jumlah keong yang positif serkaria dibagi jumlah total keong
yang dipcriksa, kcmudian dikalikan I 00. Alat ukur yaitu alat dan
bahan survei keong air tawar.
6)
Hospcs
perantara
kcdua
pen dud uk
dikonsumsi airltatcmding,
adalah jenis
dan
tumbuh
di
tumbuhan wilayah
air yang
penel itian
biasa (teratai
kan gkung, genjer/pa1i11/, susupan, kalakai/pakis, sulur,
tarati/pali/ak, taluk balun, dll) yang positif metaserkaria F. buski. Infection rate tumbuhan air adalah jumlah tumbuhan air per spesies yang positif metaserkaria dibagi jumlah tumbuhan di tem u kan ,
air
per spesies yang
kemudian dikalikan I 00. A lat ukur yaitu alat dan bahan
survei tumbuhan air.
7)
Perilaku adalah kebiasaan penduduk yang mempunyai risiko te1:jadinya fasciolopsiasis. Kebiasaan tersebut adalah kebiasaan BAB (lempat/lokasi BAB dan j arakn ya
dari rumah); kebiasaan makan tumbuhan air (jcnis
tumbuhan air yang biasa dikonsumsi, lokasi tumbuhan terscbut diarnbil, bagian
dari
tumbuhan
tumbuhan tersebut:
atau
setengah
air
yang
dikonsumsi,
cara mengkonsumsi
apakah tumbuhan air tersebut dikonsumsi mcntah
matang);
pengetahuan
(pcngertian
penyebabnya, akibat fasciolopsiasis dun cara
fasciolopsiasis,
pencegahannya). Alat ukur
adalah kuesioncr.
8)
Lingkungan adalah kondisi geografis wilayah endemis fasciolopsiasis, dan
hidrogeomorfologinya
yang diukur melalui pen1etaan GPS dan
pengukuran kual itas air: suhu, pH, salinilas, BOD, COD, DO,
30
dan
kualitas pcrairan: kualitas dan kuantitas lingkungan biologi, penggunaan pcrairan. Alat ukur adalah alat dan bahan survci lingkungan.
j.
Manajcmcn dan Analisis Data Analisis data secara dcskriptif analitik d cngan mcnggambarkan distribusi frekucnsi
dari
prcvalensi
fasiolopsiasis
bcrdasark�m
•
hasil
survci
tinj a
penduduk, survei hospes reservoir, survei hospes perantara pertama, survei hospcs perantara kedua fasciolopsiasis, perbandingan genetika F.
buski,
gam baran pcri laku penduduk, dan pcmetaan dacrah encl em is fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimant�rn Selatan.
31
5.
BASIL
a.
Gambaran Umum Kahupaten HSU pasca pemekaran wilayah dengan Kah. Balangan memiliki luas seluruhnya 892,7 km2 atau hanya sekitar 2,38% dari luas Provinsi
Kalimantan
Selatan.
Secara umum Kah! HSU
terletak pada
koordinat 2-3° Lintang Selatan dan 1 15-1 16° Bujur Timur. Secara geografis, Kah. HSU mempunyai batas wilayah
sehagai
berikut: pada sehe.lah Utara herhatasan dengan Provinsi KaHmantan Tengah dan Kah. Tabalong, sebelah Selatan herhatasan dengan Kah. Hulu Sungai Selatan (HSS) dan
Kah.
Hulu
Sungai Tengah
(HST), sehelah Timur
herbatasan dengan Kab. Balangan, dan sebelah Barat berhatasan dengan Kah. Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Swnber: Dinas KesehatanHu/11 Simgai Utara Peta Kabupaten Hulu Sungai Utara
Gambar 2. Tahun
2008 Kah. HSU mengalami
pemekaran kecamatan dari
7 kecamatan menjadi l 0 kecamatan. Kecamatan yang merupakan hasil pemekaran adalah Kee. Haur Gading, Sungai Tahukan dan Paminggir yang terdiri dari
214
desa serta
5 kelurahan. Luas masing-masing kecamatan
sebagaimana terlihat pada tahel herikut.
32
Tabcl 1 .
Kccamatan dan Dcsa/Kclurahan di Kabupatcn Hulu Sungai Utara l b u kota
Kccamatan
No.
Amuntai
I.
Amuntai Tengah
3.
/\rmmtai Utarn
Tcluk Daun
Haur Gading
Haur Gading
..., ......
4.
5.
Amuntai Sclatan
Tdaga Silaba
Sungai Pandan
Sungai Pandan
6.
Sungai Tabukan
Sungai Tabl1kan
7.
Oanau Panggang
Danau Pang.gang
S. 9. 10.
Paminggir
Oesa /Kclurnhan 29
Babirik 13anjang
J um l a h
Lm1s
wilayuh {Km2}
56.99
·2u
45.09
18
34.15
30 33
183.16 45.00
16
224.49
7 23 20 219
4 1 .0 1 892.70
17
Paminggi r
Babirik
13anjang
Jumlah
29.24
156.13
77.44
S11111/x:r: UPS Kalmpaten Ilulu Sungui U1ara, 2009
Jumlah penduduk di Kab. HSU berdasarkan data dari BPS Kab. HSU tahun 20 1 1
sebanyak 2 1 6.653 jiwa dengan 54.976 rumah tangga yang
tersebar d i 1 0 kccamatan, 2 1 9 desa/kelurahan. Pada tabel berikut dapat d i l ihat penyebaran penduduk di Kab. HSU. Berdasarkan total luas wilayah yang ada di Kab. HSU, sebagian besar terdiri dari dataran rendah yang digenangi oleh
lahan rawa baik yang
tergenang secara monoton maupun tergenang secara periodik. Kurang Jebih
570 km
2
adalah
merupakan
lahan
rawa
dan
sebagian
besar
belum
temianfaatkan secara optimal. Kabupaten HSU berada pada ketinggian
0-7
meter di atas permukaan laut, sedangkan curah hujan per tahunnya rnta-rata antara
1.300 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan November ya itu
2.300 mm. Kondisi dataran rendah berawa di kabupatcn ini rnerupakan habitat yang sangat mendukung kelangsungan siklus h id up F. buski dan hospes-hospes
perantaranya,
yang
memungkinkan
fasciolopsiasis
di
Indonesia hanya tcrjadi di Kab. HSU. Pcnelitian dilakukan di 3 desa endemis fasciolopsiasis berdasarkan data sckunder dari Dinas Kesehatan HSU, yaitu Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas. Dcsa Kalum pang Dalam dan Desa Sungai Papuyu berada di wilayah Kee. Babirik, sedangkan Desa Telaga Mas merupakan dcsa yang bcrada di
33
wilayah Kee. Danau Panggang. Desa Kalumpang Dalam berbatasan langsung dengan Desa Telaga Mas Kee. Danau Panggang di sebelah Barat. Seeara geografis daerah endemis fasciolopsiasis merupakan dataran rendah berawa, dimana hampir sepanjang tah un air tergenang sedalam 1-3 r meter, sehingga penduduk setempat membangun umah panggung yang . didirikan di atas air setinggi 3-4 meter. Pada musim kemarau, yaitu sekitar bulan Agustus-November, air akan surut bahkan kering selama ± 3 bulan. Keadaan lingkungan tersebut memungkinkan penduduk seeara umumnya memiliki mata peneaharian sebagai penangkap ikan dan sebagian lagi sebagai petemak unggas (itik dan ayam), sedangkan pada musim kemarau penduduk mulai bertanam padi dan palawija di lahan-lahan kosong sekitar desa. b. Survei Tinja Penduduk
Melalui survei tinja penduduk di 3 desa endemis fasciolopsiasis, yaitu Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas telah didapatkan 396
sampel yang
berhasil
dikoleksi.
sebagaimana pada gambar 3, sebesar
Hasil
pemeriksaan kecacingan
2,Wlo menderita fasciolopsiasis dan
0,2�/o enterobiasis.
J96
sa�oel Tin;a
S11mber ; Datn Primer, Juni - Agustus 2012
Gambar 3.
Basil Sorvei Tinja di Kabupaten Hulu Suogai Utara Tahun 2012
34
Rincian pada masing-masing desa sebagaimana tabel berikut di bawah ini : Tabel 2.
Basil Pemeriksaan Tioja Penduduk di Desa Kalumpang Dalam, Desa Suogai Papuyu, dan Desa Telaga Mas di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 HasiJ
Jumlah Sampel
a
Des
Kalwnpang DaJatn
Telag-.:\ Mas
Total
buski
F.
E.
2 (1.46%) 9 (6.92%) 0
i31 130 129 _J96
Sungai Papuyu
J>emerjksaan Tioja Pendudul'
11
Sumber : Data Primer, .Jimi- Agustus 2012
vermicularis l
Q,:fl%)
0 (0.77°/o) 0
Caeing Jain
0 0 0
�
Hasil pemeriksaan dari 137 sampel tinja di Desa Kalumpang Dalam menemukan 2 orang
(1 ,46%)
yang positif fasciolopsiasis, dan diketahui
tinggal dalam l rumah. Pemerik.saan kecacingan pada 130 sampel tinja di Desa Sungai Papuyu berhasil mengidentifikasi
(6,92%)
9 orang penduduk
yang menderita fusciolopsiasis. Sembilan orang penderita fasciolopsiasis tersebut berasal dari 2 rumah tangga yang masing-masing terdiri dari
4 dan 5
orang penderita. Sedangkan pada pemeriksaan 129 sampel tinja di Desa •
Telaga Mas tidak berhasil menemukan adanya fascio1opsiasis. Pengobatan
dilakukan
pada
penderita
fasciolopsiasis
tersebut,
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. HSU melalui pemberian obat Praziquantel. Gambar 4 adalah cacing dewasa F. busld yang ditemukan pada tinja penderita pasca pengobatan.
Sumber : Data Primer, Oktober 2012 Gamlr.ar 4.
Cacing
Dewasa.
dari
Peoderita
Fasciolopsiasis
Pasca
Peogobatan di Kabupateo Hulu Sungai Utara Tahun 2012
35
Berdasarkan program pengendalian fasciolopsiasis, Dinas Kesehatan HSU juga telah melaksanakan survei tinja di 7 desa yang ada di wilayah Kee. Babirik, yaitu Desa Sungai Papuyu, Papurukan, Sungai Nyiur, Sungai Luang Hilir, Kalumpang Luar, Teluk Lim bung, dan Kalumpang Dalam, dengan total sampel sebanyak 700 sampel tinja. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya .
fasciolopsiasis pada 7 orang penduduk, yang kemudian diberikan pengobatan menggunakan Praziquantel. c.
Survei Tinja Hewan Ternak
Melalui survei tinja hewan ternak di Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas telah didapatkan 4 1 sampel tinja ayam dan 22 sampel tinja itik yang berhasil dikoleksi. Hasil pemeriksaan kecacingan sebagaimana pada gambar 5, sebesar 9.09% dari sampel tinja itik menderita kecacingan trematoda mirip F. buski dan 4,54% terinfeksi cacing Ascaridia galli. Sedangkan pada sampel tinja ayam sebesar 14,63% terinfeksi A. galli.
Trematoda miripbuski 9 09%
�
•
I
Ascaridia galli 4. 54%
\,1
Ascaridia galli 1 4. 63%
Sampel Tinja A]·am 41 Kancang
Sampel Tinja ltik 22 Kanoang
Sumber : Data Pri mer, Juni-Agustus 2012 Gambar 5.
Hasi1 Survei Tinja Hewan Ternak di Kabupaten Hulu Suogai Utara Tabun 2012
a) Desa Kalumpang Dalam
Survei tinja hewan ternak yang dilakukan di Desa Kalumpang Dalam berhasil mengumpulkan 9 sampel tinja ayam dan 1 2 sampel tinja itik. Hasil pemeriksaan sampel tinja adalah bahwa 1 sampel tinja ayam yang diambil dalam 1 kandang positif A. galli (1 1, 1 1 %), sedangkan pada sampel tinja itik ditemukan l sampel tinja yang positif telur trematoda mirip F. buski (8,33%) dan
l sampel
tinja yang
positif
2 jenis telur
cacing yaitu A. galli dan telltr trematoda mirip F. buski (8,33%). 36
Hasil pcrneriksaan tinja hewan lernak di Desa Kalurnpang Dalam .se bagairna na pada label berikut : Tabcl 3.
Hasil Pcmcriksaan Kcoug Air Tawar di Dcsa Kalumpang Dalam Kccamatan Babirik Kabupatcn Hult1 Sungai Utara Tahun 2012
Jcnis Hcwan Tcrnak
Kodc Sumpcl
Hi1sil Pcmcriksaan
l A K.D
Negatif
2A KD 3A KD
Ncgatif
4AKD
Ncgatif
5A KD 6A KO 7A KD
Negatif
Ayam
ltik
Negatif
8A KD 9AKD
Ncgatif Ascaridia galli Negatif N egatif
l l KD
Ncgatif
21 KD 31 KO
Ncgatif
41 KD
Negatif
5 1 KD 6f KD
Ncgatif Negatif
71 KD
Negatif
81 KD 91 KD
Negatif
IOI KD
Ncgatif
Negatif
.-1.scaridia galli, telur rrematoda mirip buski
1 l l KD
121 KD
Sumber : /)ala Primer, J1111i - Ag1L�lus 2012
Negati f
Tclur trcmatoda mirip buski
b) Dcsa Sungai Papuyu Survei
tinja hewan ternak yang dilakukan di Dcsa Su ngai Pnpuyu
telah berhas i l mcngumpulkan 1 1 sampel tinja ayam dan
4 sampel tinja
ilik. Hasil pem er i ksaan sam pe l tinja dilernukan bahwa 2 sampcl tinja
ayarn yang positi f A .
galli
( 1 8, 1 8%), sedangkan pada sampel tinj.a itik
tidak d i tcm u kan kccaci ngan . Hasil pcmeriksaan
tinja h ewan
scbagairnana pada tabel berikut :
37
ternak di Desa Sungai Pap uyu
Tabcl 4.
Hasil Pcmcriksaan Kcong Air T:1war di Desa Sungai Papuyu Kccamatan Ilabirik Kabupatcn Hulu Sungai Utara Tahun 2012
Jcnis Hcwan Tcrnak
Kodc Sampcl
Basil Pcmcriksaan
IA SP
Negatif
2A SP 3A SJ> 4A SP 5A SP GA SP
Ayam
7A SP 8A SP 9A SP I OA SP
Ncgat i r •
Ncgati r Negati f
Negatif
N cga1i r Negat if
Ascariclia gulli Ascaridia galli
_ NS, i2�i.f.
_ _ _ _ _ __
1 1 SP
Ilik
_______
Negatif Negatif
21 SP 31 SP
Negatif
41 SP
Ne >atif
S11111/x:r : Dara Primer. Juni -Agus111s 20I2
c) Dcsa Tclaga Mas Survei tinja hewan ternak yang dilakukan di Desa Telaga Mas telah mengumpulkan 2 1 sampel tinja ayam dan 6 sampel tinja itik. Hasil pemeriksaan sampel tinja ditemukan bahwa
3 sampel tinja ayam positif
A. ga!/i ( 1 4,29%), sedangkan pada sampel tinja itik tidak ditemukan kecacingan. Hasil
pcmeriksaan tinja hewan ternak di Desa Telaga
sebagaimana pada tabel bcrikut :
38
Mas
Tabcl 5.
Hasil Pemcriksaan Kcong Air Tawar di D csa Tclaga Mas Kccamatan Danau Panggang Kabupatcn Hutu Sungai Utara Tahun 2012
Jcnis Hewan Ternak
Kode Sampcl
Hasil Pcmcriksaan
I A TM 2A TM 3 1\ TM
Ncg
5ATM 6ATM
Negatif Ncgatif Negatif
8ATM
Ncgalif
9ATM
Negatif
!OA TM
Negati f
! ! A TM
Negatif
l 2A TM
Negatif
13A TM
Ncgatif
14A TM
Ncgatif
15ATM l6ATM 17A TM 1 8A TM 19ATM 20A TM
ltik
Ncgati r
4ATM
7A TM
Ay:1m
Ascaridia galli
Negat i f
Ncgati f
Ascaridia galli Ncgatif Ncgatif
Ascaridia galli
2 1 A TM
Negatif
II KD
Ncgatif
21 KD
Negati f
3 f KD 41 KO
Negatif Negatif
51 KD 61 KD
Sumber : Data Primer. Juni - .·Igustus 2012
Negatif
Ncgati f
d. Survci Kcong Air Tawar
Survei keong air tawar yang di laksanakan di Desa Kalurnpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas telah berhasil dikoleksi jenis keong Pomacea canaliculata
(keong maslkalimbuat), Bellamya javanica (keong
tututlhaliling), Jndoplanorbis, Lymneae, Segmentina
dan Melanoides. Hasi l
pcmeriksaan serkaria menunjukkan adanya scrkaria pada jen is k�ong lymneoe
dan redia pada lndop!anorbis.
39
P m lltll' A!fJ . '\
c
-
I
-� -
�
.
..
-
Swnber: Data Primer, .!uni -September 2012 Garn bar 6.
Keong Air Tawar yang Ditemukan di Kabupaten Hutu Songai Utara Tahon 2012
Rincian pada masing-masing desa sebagairnana tabel berikut di bawah ini : a) Desa Kalumpang Dalam
Hasil survei keong yang diarnbil di lingkungan Desa Kalumpang Dalam berhasil menemukan bentuk redia dan serkaria pada keong
Lymneae, dan redia pada keong Tabel 6.
lndoplanorbis.
Hasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong Air Tawar di Desa Kalumpang Dalam Kecamatan Babirik Kabopaten Holu Songai Utara Tahon 2012
Kode Sampel
Jenis Keong
: Lymneae_
l KD.
5
Bellamydjavanica
3
Lynineae
9
lndoplanorbs i
10
3 KD 4 KD
I
B(?.llamyajmw1ica.
1
Pomacea canaliculata
4
Lymneae.
Hasil Pemeriksaan
Negatif Negatif Negatif N egatif Serkaria, redia · redia Negatif
1
' Indoplanorbis Melanoides
2 KD
Jumlab
Negatif Negatif . Negatif
1
Bellam y ajavanica
2
Bellamyaja vanica.
2
Sllmber : Data Primer, Ju11i - September 2011
'
·
Negat!f
b) Desa Sungai Papuyu
Hasil survei keong yang diarnbil di lingkungan Desa Sungai Papuyu berhasil menemukan bentuk serkaria pada keong Lymneae.
40
Tabcl 7.
Hasil Pcmcriksaan Scrlrnria pada Keong Air Tawar di Ocsa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik Kabupatcn Hutu Sungai Utara Tahun 2012
Kodc Sam lei
J u m lah
Jcnis Kcong
24
Bellamyajavanica
I SP
3
l'omucea cunaliculuto Melanoides
4
Bellamyajavanica
2 SP
Pomacea ca11alic11!ata
I
.
!-:J.•mneae
2
3 sr
Melanoidcs
__ _____
_ _ _
I
_ B el _ la _ � 1 n� \v � jc _ n _ ·a _ _ n_ i ca _ _ _ _ _ _ _ _ � �
2
Jndopfrmorhis
-t sr
S SP
H:isil Pcmcriksaan Negatif N...:gatif Neoatif Negati f Negatif Serka.ria
·-·
Ncgatir
�-Negatif
N egatif
Bellamyajavanica ly11111eaa
Negatif
Pomacca canalicuiata
Nerratil"
Ncg.atif
Lynmeae
Sumber : /Jata /'rimer, Juni ··· September 20I2
c) Dcsa Tclaga Mas
Hasil survei keong yang diambil di lingkungan Desa Kalumpang Dalam berhasil menemukan bentuk serkar"ta pada keong
Lymneae
dan
/ndoplanorbis.
Tabcl 8.
Hasil Pcmeriksaau Scrkaria pada Kcoug Air Tawar di Dcsa Tclaga Mas Kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hutu Sun gai Utara Tahun 2012
Kotlc
l TM
J u ml ah
Jenis Keong
Sam cl
Pomacea canaliculata
3
Bellamyajavanica lndo planorbis lndoplanorbis
2 TM
4
15 6
Bellamyaja\'Gnica
S TM
Negati f N cgat if
Serkaria Scrkaria Negati f
Scrkaria
L y mneaa
4 TM
Hasil Pemcriksaan
2
1\felanoides
5
Sev nentina lndoplcmorbis Bel/amvajavanica
Sumber : Daw Primer, J1111i - September 20I2
5
4
Negatif
Neoatif Negatif Negatif
Ada 3 bentuk scrkaria yang berhasil ditemukan pada pemeriksaan kcong
air
lawar jenis
Lymneae, ya itu
sebagaimana pada gambar d i bawah :
berupa serkaria yang bercabang tunggal (tidak bercabang), serkaria dcngan ckor bcrcabang, dan serkaria tidak berekor.
41
:
Sumber DaJa Primer, Juni -- September 2012
Gambar 7.
Serkaria yang Ditemukan pada Survei Keong Air Tawar di Kabupaten Hutu Sungai Utara Tahun 2012
e.
Survei Tumbuhan Air Survei tumbuhan air yang dilaksanakan di Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas dilakukan pada tumbuhan air yang biasa dikonsumsi oleh penduduk setempat jenis
•
Jpomoea aquatica (kangkung),
Pandanus amaryllifolius (pandan wangi), Nymphaea alba - Nymphaea lotus (teratai/tatanding), Mimosa spp. (putri malu airlsupan-supan), Limnocharis flava (gen.jer!patiul), dan Echornia crassipes (en.cen.g gondoklilung). Rincian pada masing-masing desa sebagairnana tabel
berikut di bawah
ini : Tabel 9.
Hasil Pemeriksaan Metaserkaria pada Tumbuhan Air di Kabupate:n Hulu Sungai Utara Tahun 2012 Desa
Kalumpang Dalain
Nama Tumbuhan Air , fpomoe� aqutitica
Pandanus amaryllifolius Nymphaea
Mimosa spp. Sungai Papuyu
(pomoea aquatica
Mimosa spp.
1Vymphaea ,
. Telagfl Mas
Limnocharisflava
Echorma crassipes Mim(JSCZ spp.
e
Hasil Pemeriksaan
lpomoea aquatica
Sumber : Dala Primer, Juni- A,,austus 2012
42
.
. .....
f.
Survci Lingkungan Survei
lingkungan endemis fasciolopsiasis di Desa Kalumpang
Dalarn, Sungai Papuyu, dan Telaga Mas dilakukan melalui pemeriksaan sampel air dengan parameter keasaman (pl-I), suhu air (0C), salinitas air, DO, BOIJ, dan COIJ ya ng tcrurai rada label basil pcmcrik�aan di bawah :
a) Dcsa Kalumpang Dalam Hasil pemeriksaan sampel air di Desa Kalumpang Dalarn mcnunjukkan
bahwa
air rawa bersifat asam dengan pH 6, suhu air 25°C,
dengan salinitas 0%o. Nilai DO berkisar antara 3.49 - 6.98 mg 02/L, BOD 0. 1 - 1 . 3 mg 02/L, COD 3. 0 1 6 - 1 8.096 mg 02/L. Tabcl 10.
Hasii Pemeriksaan Kualitas Air di Desa Kaiumpang Dalam Kecamatai1 Babirik Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun 2012 Parameter
Kodc SlHnpcl
pH
Suhu
{oq
DO
Salinitas
{9'00)
25
BOD
{mg02/L} (mg02/L)
coo
(mg02/L)
I KD
6
3.49
1.3
2 KD
6
25
0
3.57
l.l
3 KD
6
25
0
6.98
0.8
6.032
4 KD
6
25
0
3.69
0.1
3.016
5 KD
6
25
0
5.71
1.0
15.08
0
S11mh.::r : Data !'rimer, Juni -Agustus 2012
1 8 .096 1 8 .096
b) Desa Sungai Papuyu Hasil
pemeriksaan
sampel
air
di
Desa
Sungai
Papuyu
mcnunjukkan bahwa air rawa bersifat asam dengan pH 6, suhu air 25°C, dengan salin itas 0%o. Nilai DO berkisar antara 7.48 - 8.87 mg 02/L, BOD 0.05 - 0.95 mg 02/L, COD 7.68 - 2 1 .95 mg 02/L. Tabcl 1 1 .
Hasil Pemcriksaan Kualitas Air di Desa Sungai Papuyu Kccamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 Parameter
Kode Sampel
pH
Suhu
Salinitas
25
0
I SP
6
{oq
�%0)
2 SP
6
25
0
DO
BOD
COD
(m�02/L) (m�02/L) (mg02/L) 7.48
0.53
8.87
0.05
1 9.76 9.88
3 SP
6
25
4 SP
0
6
25
8. 1 1
0.95
6
25
8.24
7.68
5 SP
0 0
0.52
7.73
2 1 .95
0.49
20.85
Sumber : Data />rimer. J11ni -Agustus 2012
43
c) Desa Tclaga Mas Hasil pcmcriksaan sampel air d i Dcsa Tclaga Mas menunjukkan bahwa air rawa bersifat asam dengan pH 6, suhu air 25°C, dcngan salinitas 0%o. Nilai DO bcrkisar antara 6.2 1
-
7.54 mg 02/L, BOD 0.32 -
3.64 mg 02/L. COD 1 3 . 1 7 - 3 9 . 5 1 mg 02/1,.
Tabcl
Hasil Pcmeriksaao Kualitas Air di Desa Telaga Mas Kccamatan Danau Panggang Kabupatcn Hulu Sungai Utara Tahun 2012
12.
Parameter
Kotic Sampcl
pH
I TM 2 TM 3 TM 4 TM 5 TM
6 6 6 6 6
Suhu
(oq 25 25 25 25 25
Salinitas
{%2 o 0
0 0 0 0
DO
{mg02/L)
6.53 6.78 6.21
7.54 7.16
BOD
coo
�mg02/L} �mg02/L) l.02 39.51 35.12 0.54 35.12 3.64 0.32 15.37 13.17 2.1 l
Sumber : /)(lla Primer. Juni - ,Jgustus 2012
g. Survci Perilaku
Survci perilaku dilakukan terhadap 294 kepala keluarga yang tinggal di daerah endemis fasciolopsiasis d i Desa Kalumpang Oalam, Sungai Papuyu, ·
dan Telaga Mas melalui wawancara kuesioner sebagoimana pada tabel 1 3 di bawah .
44
Tabcl 13.
Pcrilaku I Sosial Budaya Masyarakat yang Mcndukung Fasciolopsiasis <.Ii Kabupatcn Hu t u Sungai Utara Tahun 2012
Nama Dcsa No
Kalumpang
Item Pcrt:rnyaan
Dalam N
( 1 00)
O/o
21
21
0
c. Akibat fosciolopsiasis d. Cara penccgahan
Pcngctahuan : a. Pengcrtian fasciolopsiasis
b. Cara penu!aran
Sungai N
(99)
3
b. Jarak dari rumah < ! O m
Kcbiasaan a.
c.
5
..,.., .., 1 9 .2
o;.,
0
62
62
33
33.3
0
0
45
100
JOO
97
9S
95
100
98
78
78.8
91
95.8
292 267
99.3
98
19 0
99
100
7
7.4
125
42.5
0
0
0
1
I.I
I
0.3
I 00
1 00
99
JOO
94
98.9
293
99.7
100
100
49
49.5
100
100
27
27.3
0 95
100
51 50
51
26
26.3
58
61.l
50
3
3
50
23
23
25
25.3
0
0
0 0
45 . 5
5
5.3
59
20.I
0
0
19
6.5
0
0 0
95 45
32.3 1 5 .3
0
90.8
makan tumbuhan air :
Diambil di sawah/air rawa
b. Dimakan mentah/sctcngah
4
N (294)
.).J • .J
Kcbiasaan BAB :
a BAB di jamban/air rawa
N (95)
4
33 19
fasciolopsiasis
2
%
Total
Tclaga Mas
Papuyu
19
matang
Dimasak sampai mcndidih
Sumbcr air bersih : a. Sungai
(air rnwa)
b. Dimasak sampai rnendidih
0
149
50.7
222
75.5
52.6
1 35 103
45.9 35.0
2
2.1
50
17
0
18
18.9
J8
6.1
0
0
0
I
0.3
Mcmelihara hcwan tcrnak :
a.
Ayam/iti k
b. Makanan lcrnak dari tumbuhan air
6
c. Makanan tcmak dari keong
Pcngobatan kccaci nga n
:
a. Terakhir 201 1 (filariasis)
b. Tahun 20 I 0 lebih
Sumber : Dat(I Primer, Juni ·• Agustus 2012
Dari hasil wawancara diketahui bahwa tumbuhan air yang seri n g
dikonsurnsi penduduk adalah je n is kangkung (!pomoea aquatica), kelakai (Stenochiaena pa/ustris), teratai/tetanding (Nymphaeae sp.), genjerlpatiul (Limnucharis }lava), susupan
(Mimosa spp. ), dan haliling (keo ng Be!/a111ya
javanica), scd angkan tumbuhan yang sering dicampur pad a makanan ternak
sclain kalimbuai (keong Pomacea ccma/iculata) ad ala h kayapu (Pistia
stratiotes
Linn), enccng gon doklilung (Echornia crassipes) dan ganggang.
Tumbuhan air diam bi I di l ingkungan se kitar, yang tumbuh di air rawa. a) Dcsa Kai um pang Dalam Scmua
responden ( I 00 kepala keluarga) di Desa Kai urn pang Oa lam
mcngatakan bahwa keJuarganya BAB di a i r rawa
45
Jingkungan sekitar
tcmpat tinggal dengan jarak kurang dari 1 0 meter dari rumah (98%). Scbanyak 1 9 rcsponden rnenyatakan mcngambil tumbuhan air di air rawa sekitar tempat tinggalnya untuk dikonsumsi, dan mema::;aknya hingga mcndidih sebelum dimakan ( l 00%). Dari 5 l rumah yang memelihara hc\van lcrnak (ayam/itik), sebanyak 23 rumah mcmbcri 111akar1 hcwan ternaknya dengan cincangan kcong dan sebanyak 50 rumah memberi makan hewan tcrnaknya dengan cincangan tumbuhan air. Sumber air bersih Jiambil dari air rawa ( l 00%), namun terlebih dahulu dimasak hingga mendidih m i n um
( I 00%).
obat cacing.
Semua responden mcngaku tidak pernah
kecuali I orang pada tahun 20 l 0.
l>) Dcsa Sungai Papuyu Sebanyak 97 kcpala keluarga yang tinggal di Desa Sungai Papuyu mengatakan bahwa kel uarganya BAB di air rawa lingkungan sekitar
I 0 meter dari
rumah dengan jarak kurang dari
rum ah (78%),
scdangkan 2
responden lainnya mengatakan BAB di WC umum dengan jarak 5 meter dan
15
meter dari
rumah.
Semua responden (99 kepala keluarga)
menyatakan rnengambil tumbuhan air yang dikonsumsinya dari air rawa sckitar ternpat tinggalnya dan
rnemasaknya tcrlcbih dahulu hi ngga
mendidih. Sebanyak 26 rumah responden memcilhara hewan ternak, dimana 25 rumah rnernberi makan keong pada ternaknya, dan pada 3 rumah juga memberi makan tumbuhan air. Sumber air bersih diambil dari air rawa oleh 49 kepala keluarga, dan hanya 27 rumah (27,3%) yang memasak air minumnya hingga mendidih. Tidak seorang pun responden yang mengaku pernah m inum obat cacing.
c) Desa Telaga Mas Responden dari Desa telaga Mas berj u m lah 95 orang kcpala keluarga, dirnana seluruhnya mengatakan mempunyai kebiasaan BAB
di
air rawa
d i l ingkungan sckitar tempat tinggalnya, dengan jarak kurang dari I O meter sebanyak
91
rurnah.
I-lanya 7
responden
yang
mengatakan
mengambi I tumbuhan air yang dikonsurnsi rumah tangganya dari air rawa lingkungan tempat tinggal, namun I keluarga rnengaku mernasak tumbuhan air tersebut setengah rnatang sebelum dimakan. Sebanyak 58 rurnah memelihara hewan ternak, dan memberi makan hewan ternaknya
46
dengan tumbuhan air (52,6%) dan keong (2, 1 %). Semua responden nH.:ngatakan mcngambil air bersih
Pcmctaan Pemetaan Dalam,
Desa
daerah
Sungai
endemis
Papuyu,
fasciolopsiasis
dan
Desa
Telaga
di
Desa
Mas
di
Kalumpang Kab.
HSU
merupakan gambaran pelaksanaan survei fasciolopsiasis yang meliputi data survei tinja penduduk, sur\tei tinja hewan ternak, survei keong air tawar, survei tumbuhan air, survei kualitas air, survei perilaku yang mendukung kejadian fasciolopsiasis yang
disajikan secara
pemetaan. Pemetaan terlampir.
47
bersamaan dalam
suatu
6.
PEMBAHASAN a. Survei Tinja Pcnduduk Fasciolopsiasis masih berlangsung di Kab. HSU. Sebanyak 12 orang pencluduk
(2 .:ft%)
diketahui menderita fasciolopsiasis dari 396 sarn pel tinja
yang di perik�;a. Dua orang pendcrita fosciolopsiasis yrtng bcrasu l dari Dcsa Kalumpang Dalam tinggal dalam 1 rumah, sedangkan 9 orang penderita fasciolopsiasis di Desa Sungai Papayu berasal dari 2 rumah tangga xang musing-masing terdiri dari
4 dan 5
orang pendcrita.
Rekapitu lasi fasc iolopsiasis Dinas Kesehatan Kab. HSU clan Balai Litbang
P282
Tanah
Bumbu
atas
survci
tinja
penduduk
yang
tclah
d ilaksanakan di Kab. HSU sejak tahun 2005-20 I 2 d i ketahui sebagaimana tabcl di bawah ini :
Tabel 14
No
Rekapitulasi Fasciolopsiasis Tahun 2005-2012 di Kabupatcn Hulu Sungai Utara Tahun/Desa
Jumlah Sam cl
fasciolopsiasis
O/o
Pclal<sana
2005
4843
62
1.28
Dinkes HSU
2
2006
5825
34
0.58
Dinkes HSU
3
2006/Kalumpang Dalam
227
19
0.39
Litbang Tanbu
4
2007
2067
6
0.29
Dinke s HSU
5
2008
1680
7
0.42
Oink.es HSU
6
2008/Kalumpang OaJam
161
3
2
7
2009
1680
7
0.42
8
20 I O/Kalumpang Dalam
9
201 1/Sungai Papuyu
314
2
0.64
83
14
. 6.87
Lilbang Tanbu Dinkes HSU
Litbang Tanbu
BBTKL Bjb
10
2012
700
7
LOO
Dinkcs HSU
1 I
2 0 1 2/Sungai Papuyu
130
9
6.92
Litbang Tanbu
l '.2
201 2/Kalumpang Dalam
130
2
1 .46
an�Tanbu Li t b
S11111ber: Di11as Kt·seh111u11 !lulu S1111gai Uwra, 2012; lJalai Litbang P282 Tarrah B11111h11, 2012.
b.
Survci Tinja Hcwan Tcrnak Hasil pemcriksaan tinja itik diketahui adanya kecacingan trernatoda dcngan tclur mirip F. buski scbesar 9.09% dari 22 sampel. Pengukuran ukuran mi kron dari telur cacing trematoda pada pemeriksaan i n i tidak dapat d i l ukukan karcna kctcrbatasan alat berupa kctiadaan mi kroskop electron. Tclur lrematoda yang hampir tidak dapat dibedakan adalah tclur trcmatoda dari jenis Fascia/a hepatica, Fascia/a gigantica, F. busk1� dan Echinostoma sp. Ketiga cacing ini dapat menginfeksi manusia dan sama-sama mcmilki
siklus
hidup
kompleks
48
yang
memerlukan
media
air
untuk.
pcrkembangannya dan keong air tawar spesifik yang diperlukan scbagai hospes
pcrantaranya, baik
perantara pertama pada F.
hospes
hepalicu,
F. gigantica dan F. buski, maupun sebagai hospes pcrantara pcrtama dan sckaligus scbagai hospes pcrantara kcdua pada Echinosloma .vp. Karena mcmpunyai siklus yang hnmpir sama, maka ketiga �ccncingan ini dapat te 1jadi secara bersamaan pada kondisi geografis seperti di Kab. HSU. Telur mirip F. buski juga pernah ditemukan pada tinja itik dan ayam dalam survci
fasciolopsiasis yang dilakukan
pada tahun
20 I 0
di
Desa
Kalumpang Dalam, namun dengan ukuran yang relatif lebih kccif dari tclur
F. buski yang ditenrnkan pada manusia. 1 2 Unggas yang telah ditemukan telur trematoda mirip F. buski d i Desa Kalumpang Dalam kemudian diarnbil sebanyak 5% dari jumlah unggas yang ada dalam untuk
I
kandang. ltik dibawa ke laboratorium dan dibedah ususnya,
rncncari
bcntuk
dewasa
dari
cacing
trernatoda,
namun
hasil
pembedahan negatif, tidak ditemukan cacing dewasa baik dari F. buski maupun trematoda lainnya (tabel 15).
Tabel 15
No
Hasil Pencarian Cacing Dewasa pada Usus Unggas yang Positif Tclur Trematocla Mirip F. bus/ii di Desa Kalumpang Dalam Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2 0 1 2 Kode Titik Sampel
1
61
3
62
2 4
Jenis Hewan Ternak
Hasil Pembedahan
ltik
Negatif
ltik
S11mher : lJ<11t1 Primer, September 2012
Negatif Negatif
Negatif
Echinostoma sp. sc bagai cacing trematoda yang dapat mengi nfeksi unggas, yaitu spesies Echinostoma revolutum yang d iketahui mengi nfeksi ayam dan itik sebagai hospes definitifnya. Cacing dewasa dapat ditemukan ::!' dalarn sckum dan rectum ayam dan itik melalui pcmbedahan. '
c.
Survei Kcong Air Tawar Sebagian bcsar moluska bukan rnerupakan pcrantara pcnyakit pada manusia. Hampir semua moluska yang berperan sebagai perantara adalah kcong, clan scbagian besar adalah keong air tawar.
49
Survei keong air tawar yang dilakukan di Desa Kalumpang Dalam, Sungai
Papuyu
dan
Telaga
Mas
menemukan
jenis
keong
Pomacea
canaliculata, Bellamya javanica, Melanoides, Lymneae, Indoplanorbis, dan Segmentina. Jenis keong yang berpotensi sebagai hospes _perantara pada cacing trematoda adalah jenis
Lymneae, Indoplanorbis, Melanoides, Pomacea dan
Segmentina. Lymneae dan Indoplanorbis mempunyai potensi sebagai hospes perantara pada cercarial dermatitis dan hospes
perantara
pada
intestinal fluke; Melarzoides sebagai
paragonimiasis
dan
intestinal fluke, Pomacea
canaliculata berpotensi menjadi perantara pada angiostrongyliasis dan trematoda usus; dan Segmentina berpotensi sebagai hospes perantara pada fasciolopsiasis. Berdasarkan pemeriksaan serkaria melalui metode ditemukan Serkaria
serkaria dan
dengan
ekor
redia pada keong tidak
bercabang
crnshing hanya
Lymneae dan Indoplanorbis.
yang
ditemukan
pada
keong
Indoplarzorb s i dan Lymneae diduga merupakan jenis Echinostome cercaria17, berdasarkan identifikasi morfologinya hampir sama dengan jenis serkaria dari •
family
Psilostomatidae namun dapat dibedakan dengan adanya spiny collar
pada jenis serkaria pada family
Echinostomatidae ini, sebagaimana pada
gambar di bawah.
/ Sumber : SEA CMM, 2012 Gambar 8.
Suspect Echinostome Cercaria, Family Echinostomatidae pada Keong Lymneae
50
Telur F. buski berbentuk bulat lonjong, panjang 130-140 µm dan lebar
80-85 µm, berwama coklat kekuningan, berdinding sel tipis bening dengan operkulum kecil pada satu ujungnya. Telur F. buski sukar dibedakan dengan
F. hepatica dan F. gigantica, serta pada Echinostoma sp. yang berukuran 3 relatif lebih kecil. Keong genus Indoplanorb s i secara taksonomi berasal dari fam ily Planorbidae
Ordo Basommatophora
Gastropoda
Phylum
Mollusca.
--
Subclass Pulmonata
Keong
ini
berperan
- Class
-
penting
dalam
kedokteran karena berpotensi menjadi perantara kecacingan trematoda usus, dan cercarial dermatitis. i7 Jenis cacing E. revolutum diketahui mempunyai hospes perantara dari keong jenis Lymneae ruhiginosa. Selain sebagai hospes perantara pertama, keong tersebut juga dapat sekaligus berperan sebagai hospes perantara kedua pada Echinostoma sp. Metaserkarianya dapat ditemukan pada ginjal dan kantung pericardia) keong.
26
Serkaria yang ditemukan pada keong Lymneae diduga merupakan Longifurcate-pharyngeate cercaria, yaitu Strigea cercaria dengan bercabang. Berkembang beroperkulurn,
seperti
dalam
sporokista
Lymneae.
Strigeidae dan Diplostomatidae.
Strigea
di
ekor
tubuh keong yang tidak
cercaria
merupakan
family
17
Sumber: SEAClvlM, 2012 Gambar 9.
Suspect
Strigea
Cercari a,
Family
Diplostomatidae pada Keong Lymneae
51
Strigeidea
dan
Serkaria tak berekor yang ditemukan pada keong merupakan
jenis
Microcercous cercariae,
Lymneae ini diduga
Obscuromicrocercous
yaitu
cercaria. Serkaria ini berasal dari family Brachylaimidae. 17
Sumber : SEACM.ii, 2iJii
Gambar 10.
Obscuromicrocercous Cercari a, Bracllylaimida pada Keong Lymneae Suspect
Keong
genus
Lymneae
superfamlly Lymneaidae class
Gastropoda
sama dengan
--
--
ordo
phylum
termasuk
dalam
Basommatophora
Mollusca.
dari
family
--
subclass
Family
Lymneaidae, Pulmonata
-
Keong ini mempunyai potensi yang
Indoplanorbis karena berpotensi menjadi perantara kecacingan
trematoda usus, dan cercarial dermatitis.
17
Pencarian keong air tawar sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan atau saat air rawa berada pada kedaJaman 1-3 meter. Berbeda saat dilakukan pencarian keong air tawar di musim kemarau, keong agak sulit didapatkan. d.
Survei Tumbuhan Air Metaserkaria tidak ditemukan pada pemeriksaan jenis tumbuhan air yang biasa dikonsumsi penduduk. Bentuk metaserkaria yang mengkista, dan berwama agak bening menimbulkan kesulitan tersendiri saat d i lakukan pemeriksaan pada tumbuhan air yang diambil di lokasi penelitian. Wama tumbuhan itu sendiri juga mempersulit pemeriksaan. Serkaria mempunyai
kecenderungan untuk
tidak memilih jenis
tumbuhan air tertentu untuk menempel dan tumbuh menjad i metaserkaria 3 yang berbentuk kista, sehingga semua jenis tumbuhan air yang biasa dikonsumsi penduduk
maupun
hewan
harus
tetap
tumbuhan yang infektif mengandung metaserkaria F.
52
diwaspadai
buski. 12
sebagai
c.
Survci Lingkungan Pemcriksaan parameter air rawa bcrtujuan untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia lingkungan air yang mendukung perkembangan F. buski di wi layah endcmis fasciolopsiasis tersebut. Parameter air rawa yang diukur ada!ah suhu, pl I. salinilas. DO, ROD, dan COD. Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH mcnggambarkan seberapa bcsnr tingkat kcasarnan atau kebasaan suMu perairan. Pcrairan denga11 nilai
pH 7 adalah netral; nilai pH <7 dikatakan bersifat asam; sedangkan jika pH 20 >7 maka dikatakan balnva kondisi perairan bersifat basa. Salin itas perairan mcnggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah bcrbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Umumnya salin itas disebabkan oleh adanya 7 ion utama yaitu natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (S04) dan bikarbonat (HC03). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00).20 Hasil pengukuran suhu air pada semua titik pengambilan sampcl d i . Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, dan Tclaga Mas adalah sama yaitu 25°C. Dcrajat keasaman air rawa pada 3 desa tersebul cenderung netral yaitu 6,0, disebabkan air rawa yang ada di wilayah tersebut merupakan air rawa ta war. Rawa air tawar adal ah rawa yang airnya tawar karena letaknya yang berada di
sepanjang
pinggiran sungai. Nilai salinitas di semua titik
pengarn bilan sampel didapatkan hasil 0%o, ha! ini disebabkan air rawa tersebut tidak dipengaruhi pasang surut air Iaut, di samping curah hujan yang tinggi schingga salinitas air menjadi rendah. Kebutuhan oksigen biologis (BOD) adalah untuk memecah bahan . baungan di dalam air oleh m ikroorganisme. Kebutuhan oksigen biologis didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme ·
pada saat pcmecahan bahan organik, pada kondisi acrobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.20 Oksigcn terlarut (DO) yang sering juga discbut dengan kebutuhan oksigen (oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
53
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (02) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air Lersebul memiliki kual ilas yang bagus. Sebaliknyajika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa
air tcrscbut Lelah Lcrccma r Pengukuran DO juga bcrt �1juan mclihat scjauh .
mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan, keong dan
makhluk hidup lainnya di air, serta mikroorgan isme. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga di tentu ka n oleh banyaknya oksigen dalam air. Oksigen pcrnafasan.
tcrlarut
proses
dibutuhkan
metabolismc
mcnghasilkan encrgi
oleh
atau
semua
pe11ukaran
makhluk zat
hidup
yang
untuk
kemudian
untuk pertumbuhan dun pembiakan. Oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam . pcra1ran tersebut.1\ Keberadaan oksigen terlarut di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, " salin itas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin mcningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya tckanan 21 atmosfer. Penyebab utama bcrkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
air
disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat
pencemar tersebut terutama terdiri dari
bahan-bahan organik dan
anorganik yang bcrasal dari berbagai sumber, seperli kotoran manusia, kotoran hcwan, sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri dan rumah tangga. Kandungan oksigen terlarut minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
normal
dan
tidak
terccrnar
oleh
senyawa
beracun
(toksik).
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organ ism.23 Idealnya, kandu ngan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari
I ,7
ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar
70%.24
54
Nilai BOD dan DO untuk tingkat pencemaran perairan, sebagaimana pad a abel t di bawah ini Tabel
16.
:
Tingkat Penccmaran Pcrairan berdasarkan Nilai BOD clan DO
Tingkal Pcnccmaran
0 - JO 1 0 -20
Rcndah Scd:rng
25
gi
Tin
S11111hcr: Wirns11rjono. 197-1
>5
0 ·- 5 0
Kcbutuhan oksigcn kimia (COD) adalah untuk proses rcaksi oksidasi tcrhadap bahan buangan di dalam air. Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigcn dengan elemcn aditif n i trogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam lim bah air dikonsumsi oleh mikroorganisrne untuk mendegradasi senyawa organik. Semakin ti nggi konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan scnyawa organik tinggi tidak dapat terdegradasi secara b iologis. ,
a) Desa Kalumpang Dalam Berdasarkan data parameter DO, BOD, dan COD dari Dcsa Kalumpang Dalam bahwa nilai DO yang rendah teijadi pada air rawa yang diambil di dekat kandang ternak itik dan ayam, sehingga ai r yang ada di sekitar kandang tersebut tercemar o!eh kotoran ternak tersebut. Umurirnya air lingkungan yang telah tercemar akan menyebabkan kandungan oksigen di air menjadi sangat rendah. Hal i n i disebabkan oksigcn yang terlarut di dalam air akan d i serap oleh m ikroorganisme yang bcrtugas memecah atau mendegradasi bahan buangan organik, sehingga menjadi bahan yang mudah menguap, yang ditandai dcngan adanya bau busuk. Se!ain itu, bahan buangan organikjuga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, schi ngga scmakin sedikit sisa kandungan oksigcn yang tcrlarut di d::.ilamnya. Scdangkan nilai DO yang lebih tinggi te1:jadi pada sampcl yang diarnbil pada air rawa yang agak jauh dari kandang ternak, sehingga: oksigcn yang terlarut dalam air tidak terpakai untuk memecah bahan organik dari kotoran hewan ternak. 55
Pcnguraian bahan organik sccarn biologis di alam rnel ibalkan bcrmacam-macam organismc dan rncnyangkut rcaksi oksidasi dcngan hasil akhir C02 dan H20. pcmeriksaan BOD dianggap sebagai sualu proscdur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk mcnguraikan bahan organik mcnjadi C02 dan I 120. Rcaksi .
oksidasi
selama perneriksaan BOD rnerupakan hasil dari aktivitas
biologis dengan kecepatan reaksi yang bcrlangsung, sangat d i pcngaruhi olch jumlah
populasi
dan suhu. Nilai
BOD yang
relatif tinggi
rncnunjukkan bahwa nilai oksigcn yang dibutuhkan oleh organ isme di perairun tersebut untuk memccah bahan organik lebih besar. Sampcl air yang nilai BODnya lebih tinggi ini diambil pada tempat pengambilan sampcl keong air, yaitu Lymneae dan lndoplanorbis yang positif ditemukan stadium serkaria dan redia dari jenis trematoda. Sampel air yang diambil di dekat kandang ternak mempunyai nilai COD yang relatif lebih besar dibanding sampel yang diambil jauh dari kandang ternak. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen kimia yang diperlukan untuk memecah bahan organik yang ada di tcmpat pengambilan sampel air tersebut disebabkan karena bcsarnya cemaran dari kotoran hewan ternak di perairan tersebut. Pada tingkat pencemaran tersebut ternyata masih ditemukan beberapa jenis keong yang hid up dan berpotensi menjadi hospes perantara trematoda, termasuk F. buski, yaitu keongjenis Lymnea, lndoplanorbis, Bellamya, Melanoides.
b) Desa Sungai Papuyu Hasil pengukuran parameter sampel air yang diambi[ pada perairan di Dcsa Sungai Papuyu diperoleh nilai DO di atas 5mg/L. Hal i n i mcnunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut di pcrairan tersebut relatif tinggi. Sampel air diambil pada titik lokasi yang tidak terlalu banyak kandan ternak atau agak jauh dari kandang ternak sehingga kandungan oksigen yang tcrlarut dalam air masih tinggi. Nilai BOD pada sampcl air yang diambil di Desa Sungai Papuyu relatif rendah, yaitu di bawah nilai l mg/L, yang menunjukkan bahwa kcbutuhan oksigen untuk memecah bahan organik pada perairan terscbut jl1ga rcndah. 56
Nilai DO yang tinggi (8,87mg/L), nilai BOD yang rendah (0,05mg/L), dan nilai COD yang rendah (9,88mg/L) kemungkinan disebabkan pencemaran oleh bahan organik wilayah tersebut rcndah. Kondisi terscbut mcmungkinkan ditemukannya jenis keong Lymnea, Jndoplanorhis.
Po11wcea,
/Jella111ya.
dan
Melanoides
rada wi lnyah
.
terse but. Keong yang ditemukan mengandung si.adium serkaria dari jenis trematoda d i Desa Sungai Papuyu ini adalah keong jenis
Lymnea
dan
Be//olnya.
c) Desa Tclaga Mas Hasil pemeriksaan air yang diambil pada wilayah Desa Telaga Mas didapatkan nilai DO dialas Smg/L, yang menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut di wi layah tersebut relatif tinggi. Nilai BOD rclatif rendah, di bawah 5mg/L. sedangkan nilai COD relatif tinggi, diatas 35mg/L, mengindikasikan banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk memecah polutan organik yang tidak dapat d idegradasi oleh organ isme di wilayah tersebut. Pada tingkat pencemaran tersebut, keong air masih dapat hidup, hali ini diketahui dengan ditemukannya keong jenis Lymnea. Jndoplanorbis, Pomacea, Bellamya, lvfelanoides,
d i sekitar titik
pengambilan sampcl air. Kcong yang ditemukan mengandung stadium serkaria dari jenis trematoda di Desa Telaga Mas ini adalah keong jenis Indop lanorbis
f.
.
Survei Pcrilaku
Penderita fasciolopsiasis yang te 1jadi
di Kab. HSU sebanyak 12 orang
penduduk yang tinggal di Desa Kalumpang Dalarn dan Desa Sungai Papuyu. Dua orang pendcrita fasciolopsiasis di Desa Kalumpang Dalam berasal dari I rumah, yang terdiri dari ibu dan anak, sedangkan 9 orang penderita fasciolopsiasis di Desa Sungai Papayu berasal da:·i 2 rumah tangga yang masing-masing terdiri dari
4 dan 5 orang penderita.
Berdasarkan survei peri laku (sosial budaya) keluarga penderita rnemang tidak mengerti rnengenai fasciolopsiasis, baik dari
cara
penularan,
akibat, maupun cara pencegahannya. Penderita mempunyai kebiasaan BAB di jamban/rawa sekitar 2,5
-
5
meter dari rumah. Penderita mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi air rawa yang diambil di sekitar rumah, dan 57
mengkonsumsi tumbuhan air berupa kangkung, bunga teratai/ tatanding, dan susupan, namun menurut mereka baik air maupun tumbuhan tersebut dimasak hingga rnendidih baru dikonsumsi. Penderita tidak pernah minum obat cacing sebelumnya. Pada saat musim kemarau terlihat sumur yan_g menjadi sumber air utama untuk kebutuhan minurn, masak dan mandi, pada rumah tangga penderita di Desa Sungai Papuyu, sebagaimana gambar di bawah.
Swnber: Data Primer, Sep1ember 2012 •
Gambar 1 1
Sumber Air Utama pada Rumah Tangga Penderita di Desa Sungai
Papuyu
Kecamatan
Babirik
Kabupaten
Hulu
Sungai Utara Tahon 2012 g.
Analisis Kasus Berdasarkan hasil survei fasciolopsiasis secara komprehensif yang meliputi survei tinja penduduk dan hewan ternak, survei keong dan tumbuhan air, survei kualitas air rawa, dan perilaku penduduk setempat menunjukkan bahwa fasciolopsiasis masih berlangsung di Kab . HSU, terutama karena kebiasaan BAB dan makan tumbuhan air yang tumbuh di air rawa. Adanya
serkaria
pada
beberapa
keong
air tawar menunjukkan
kemungkinan adanya kecacingan trematoda lainnya, seperti echinostomiasis yang dicurigai berdasarkan jenis serkaria Echinostomatidae yang ditemukan pada keong Indoplanorbis, dan berdasarkan morfologi telur cacing yang ditemukan pada hewan ternak itik yang mirip dengan telur F buskf. Spesies Echinostoma merupakan parasit utama pada burung dan mamalia (tikus, burung, anjing, manusia), utamanya di Asia. Sebanyak 50 spesies lebih telah dilaporkan menginfeksi manusia. Echinostomiasis yang
58
disebabkan oleh Echinostoma sp. ini ditemukan di Indonesia, RRC, Taiwan, India, Jcpang, dan Philipina. Echinostuma yang tclah ditemukan di Palu adalah spcsies £.
lindoensis, dan di Pulau Jawa adalah g
Echinostoma ilocanwn,
F:.
rec11rvat11m,
F:.
E.
111elis.
malayanw11
1�·.
dan
iloclll'// 1111.27
E. revolutu111 di Thailand;
revolut11111 di Taiwnn ;
H.
fll(//(�\lm11011 d i
Philippines; dan Echinochas11111s <.mgustitestis, Echinochasmus fitjilanensis,
Echinochasmus /iliputanu.1· di Calcuta, lndia. 25 Siklus hidup Echinostoma sp. stadium telur.
mirasidium,
Namun berbcda pada
spo rok ista
hampir ,
F. buski da!am
sama dengan
redia, serkaria,
dan
metaserkaria.
hospes perantaranya, dimana pada saat scrkaria keluar
dari tubuh kcong, ia dapat kernbali menginfoksi kcong yang sama ataupun hcwan lain
seperti
keongjenis lain, remis, ikan, atau kecebong sebagai hospes
perantara kedua untuk berkembang menjadi metaserkaria. Sehingga jika manusia atau burung, dan mamalia lain memakan hospes perantara kedua dalam keadaan mentah atau kurang matang, dapat berkembang menjadi cacing Echinostoma dewasa. Hospes perantara pertama diketahui dari spesies Hippeutis umbilicalis, Gyrau/us convexiusculus (Philipina dan Pulau Jawa), dan Gyra11!11s prashadi. Sedangkan hospes perantara kedua canica (Philipina) dan Viviparusjavanica (lndonesia).
dari
spcsies Pila
27
Hewan ternak yang ada di Kab. HSU sebagian besar dibcri makan dari cincangan tumbuhan air dan keong, sedangkan dalam sikulus hidup trematoda baik tumbuhan air maupun kcong dapat menjadi hospes pcrantara kedua yang mengandung metaserkaria dan bersifat infektif terhadap hospes dcfinitifnya. Kecacingan yang terjadi pada unggas lebih menunjukkan status filogeninya. Adanya pendapat bahwa scrkaria cenderung tidak memilih jcnis tumbuhan air tertcntu untuk menempel dan bcrenkistasi, serta waktu yang terbatas bagi serkaria untuk segera menempel pada tumbuhan air dalam waktu 24 jam, maka semua jenis tumbuhan air yang biasa dikonsumsi penduduk maupun hewan ternak harus tetap diwaspadai sebagai tumbuhan yang i n foktir mcngandung mctascrkaria F. buski. Demikian juga keong yang menjadi makanan ternak dapat saja infektif mengandung mctascrkaria jcnis Echinosloma sp.
59
7.
KESIMPULAN DAN SARAN u.
Kcsimpulan a) Fasciolopsiasis masih berlangsung di Desa Kalurnpang Dalam dan Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik Kab. HSU. b) Tcn.lap
hcwa11
lcrnak yang rncn
kccacing;rn lrc111atoda di.:11ga11
diidentifikasinya jenis telur trematoda yang serupa dengan telur F. buski mclalui pcmeriksaan tinja hewan tcrnak. c)
Kcong air
tawar
yang bcrpotensi sebaga i hospcs
trematoda tcrmasuk F. buski adalah
keong
perantara
pada cacing
jenis Jndoplanorbis dan
ly11111eoe.
d) Pcmcriksaan tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua belum bcrhasil, karena tidak ditemukannya bentuk metaserkaria. e) Perbandingan pola genetika F. buski tidak bisa di laksanakan karena hanya di Desa Sungai Papuyu diperoleh cacing buski dewasa. f)
Melalui survei I ingkun gan d i ketahui data parameter fisik dan kimia li ngkungan air yang mendukung pertumbuhan bagi trernatoda termasuk F.
buski dan hospes perantaranya, antara lain suhu air permukaan 25"C,
pH air 6, dan salinitas 0%o.
g) Pemetaan dilakukan terhadap pelaksanaan survei tinja penduduk, survei tinja hewan ternak, survei keong, survei tumbuhan air, survei kualitas air, penderita fasciolopsiasis dan pengobatannya. h) Penduduk
terutama
penderita
fasciolopsiasis
masih
mempunyai
kebiasaan BAB di air rawa lingkungan sekitar tempat tinggal, dan sebagian besar makan tumbuhan air dan air minum yang diambil di air rawa yang sama. b.
Saran Saran yang bisa diaj ukan berdasarkan hasil dan pcmbahasan dalam pcnclitian ini adalah: I ) Pcngcndalian fasciolopsiasis dan kccacingan trematoda lainnya ml.!lalui peningkatan kcsadaran dan peran scrta masyarakal d i dalam mcmutus siklus hidup F. buski dan trematoda lainnya, yaitu : a) Menghentikan kebiasaan BAB di a i r rawa;
60
b) Tidak makan turnbuhan air secara mentah atau dimasak kurang matang; c)
Tidak makan keong, ikan, remis, tadp o l e
secara mentah
atau
dimasak kurang matang; d) Mcnghcntikan pcinbcrian tumbuhan air
sccara
incntah scbagai
makanan ternak; dan e)
Mcngobati
pcnderita
kecaci ngan dan pemantauan secara rutin
terh ada p pcndud u k yang bcresiko tinggi agar tidak te1:jadi rein feksi
dan pcnu l ara n .
2) Pcngcn da l i an fasc i o l op s i asi s dan kecacingan
trematoda lainnya mclalui
program pengcndalian fosciolopsiasis oleh instansi kcsehatan berupa: a
)
Pen ingkatan
anggaran
alokasi
keschatan
terhadap
pro gram
pcngendalian fasciolopsiasis dan kecacingan lainnya; b)
Pen i ngkatan utamanya
sum ber
daya
bidang
di
rnasyarakat
promosi
dan
kesehatan
sarana-prasarana
dan
perneriksaan
m i k rosko p i s kecacingan; c)
Penyuluhan
mengenai
fasciolopsiasis
dan
kecaci ngan
lainnya
terhadap masyarakat daerah endemis secara m ultisektor, yaitu di sekolah-sekolah,
puskesmas,
posyandu,
pengaj ian,
pertemuan
masyarakat, dll; d)
Melibatkan peran serta dan dukungan tokoh masyarakat dan pemuka dcsa yang dihormati/diteladani dalam pengenclalian fasciolopsiasis;
e)
Menggalang
d uk u ngan
dan
keterlibatan
l i n tas sektor terhadap
intcrvensi rckayasa l ingkungan dan sosial b udaya masyarakat.
3) Pene l i t ian
fasciolopsiasis dan kecacingan trcmatoda lainnya secara lebih
lanjut dan mcndalam dari berbagai aspek, yaitu agent, hospcs peranlara pertama, hospes perantara kedua, hospes
definit i 1:
hospes reservo ir,
l ingkungan geografis dan hidrologis, sosial budaya masyarakat, dan aspek pengobatan. I
61
8.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alas tcrlaksananya pcnclitian ini kami mcnyampaikan tcrima kasih yang
sebcsar-besamya kepada Kepala Badan Penelitian dan Penge111bangan Kesehatan Kcmenterian Keschatan RI dan Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidcmiologi Klinik yang tclah mcmhcrikan kcst.:mpatan da�1 kcpcn.:;1yaa 11 untuk melakukan penelitian ini. Juga
ucapan
tcrima kasih yang tak terhingga kepada Kcpala
Dinas
Kesehatan Provinsi Kali mantan Selatan. Kepala Dinas Kesehatan Kab. HSU, Pimpinan Puskcsrnas Oabirik dan Puskesmas Danau Panggang, dan Kepala Desa Kalumpang
Dalam,
Desa
Sungai
Papuyu,
Desa Te l ag a
Mas
dan
seluruh
masyarakat yang berpcran scrta dalam penelitian. Serta rekan -rckan dan scjawat lainnya yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini. Scmoga dengan terlaksananya penelitian ini dapat memberikan manfaat dari d i perolehnya data fasciolopsiasis dan hospes perantara!1ya. Semoga pula hasil penelitian ini menjadi dasar bagi penelitian yang lebih Janjut dan rnendalam tcrhadap F.
buski dan pcngendaliannya.
62
9.
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1.
2. 3.
4.
5.
Garc ia LS, Bruckner DA. Oiagnostik Parasitologi Kedokteran. Jaka11a: Buku Kedokteran EGC. J 996. Sandjaja, Bcrnardus. Parasitologi Kedokteran: Buku 2, He/111in1/wlogi Kedokteran. Prestasi Pustaka, Jakarta. 2007. ldcham B, Pusarnwati S. Hclminthologi Kcdoktcrar1. Surabaya: /\.irlangga
University Press. 2002. Zulkoni, Akhsin. Parasitologi. Nuha Medika, Yogyakarta. 20 1 0.
!-landojo 1, l.smulyuwono B. Pencarian dan Pencmuan Bentuk M etase rkaria pada Tumbuhan Ai r yang Bcrperan sebagai Inang Perantara I l Fasciolopsis buski di Kabupatcn Hulu Sungai Utara Profinsi Kalimantan Selatan. Jakarta: Lcn1baga Pcnc\i\ian Univcrsila5 lndonesia. I 988.
6. 7.
Oem ijati S. The Current Situation of Parasitic In l'cctions in I ndoncsia. 8uletin Penclitian Kcschatan. 1989; 1 7(2): 1 2-2 1 . Anorital. Penyakit Kecacingan Buski (Fasciolopsiasis) di Kabupaten Hulu
Sungai Utara Kalimanlan Selatan, Analisis dari Aspek Epidcmiologi dan Sosial Budaya. Jakarta: Pu sat Penelitian dan Pengembangan Biomed is dan Farmasi,
\3adan
Pene\i\ian
dan
Pengcmbangan
Kcschatan
Depatcmen
Kesehatan RI. 2008. 8. Tj itra E. Pcnelitian-penelitian fasciolopsiasis di Indonesia. Cermin Dunia 9.
Kedoktcran. I 994;97:22-5.
Handqjo, Imam, dan Gandah usada, Srisasi. Fasciolidae. Dalam Buku Ajar Inge Sutanto, dkk. PP. 55-8. Fakultas Kcdokteran Universi\as lndoncsia, Jakarta. 2008. A nor ital, Ompusunggu S, Dewi RM, Kasno d i harj o . Model Penanggulangan
Parasilologi Kedokteran, Edisi Keempal, Eds: 1 o.
11.
Fasciolopsis buski di Kafimanlan Selatan dengan Pendekatan Sosial Budaya
(Tahun Perrama). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit, Badan Litbangkes Depkes Rl. 2002. Anorital, Ompusunggu S, Oewi RM, Kasnodiharjo. Model Penanggulangan
Fasciolopsis buski di Kalimantan Selatan dengan J>endeka1an Sosial Budaya (!alum Kedua) . Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan
Penyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Keschatan Rf. 2003. 12. Annida. Epidemiologi Fasciolopsiasis di Desa Kalumpang Dalam Kecamatan Babirik Kabupaten Hutu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Yogyakarta: Univcrsitas Gadjah Mada. 2 0 1 0 . 13. MacDonald, Andrew S., Araujo, Maria I., Pearce, Edward J . Im muno logy o f Parasitic Hcltninth Infections. Infection and immunity, February, 70(2). PP. 427-33. 2002. 14. Budi arto, Eko. Metodologi Pene/itian Kedokteran: Sebuah Pengantar. EGC, Jakarta. 2003. 15. Ditjen P2MP&LP. Petunjuk Teknis Pemberanlasan Schistoso111iasis. Sub Dit Filariasis dan Schislosomiasis, Ditjen P2MP&LP, Jakarta. 1 989. 16. Surat Keputusan Mentcri Kcsehatan Nomor: 424/MENKES/SK/VI. I'edoman I'engendafian Cacingan. Dcpartcmen Keschatan, Jakarta. 2006. 17. Southeast Asian Center fo r Medical Malacology (SEACMM). A Formal Course on Medical Malacologyfor Southeast Asian Countries. Department of Social and Environmetal Medicine, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangko k. 2012. 63
1 8 . Annida, dkk. Penanggulangan Fasciolopsiasis melalui Pemberian Oba/ 2 Kali Seta/11111 di Kab. HSU. Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Sadan
Penclitian dan Pengcrnbangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2006. Waris, Lukman, dkk. Distribusi Parasitik Inteslinal (Kecacingan) di Prov. Kalimantan Selatan. Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Penelitian dan Pengcrnbangan Kcschatan Oepartemen Kesehatan RI. 2008. 20. Pcscod, M. D. Jnvesligation of Ralional F..[ f/uen and Stream Stondards .for . . . fropicul Countries. PP. 59. A . l .T, Bangkok. l 973. 2 1 . Salmin. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Gaba, Muara Karang da11 Teluk Ban/en. Dalam Foraminifera sebagai Bioindikator
19.
Pencemaran. Ha.�il Studi di Perairan Estuarin Sungai DadCIJJ, Tangerang,
Eds: Djoko P. Prascno. Ricky Rositasari dan S. l lndi Riyono. PP. 42-6. P30 LIPI. 2000. 22. Jeffries, M, D. Mills. Freshwater Ecolog y, Princ1jJ/es and !lpp/ic:alion. John Willey and Sons. Ch icestcr UK. l 996. 23. Swingle, 1-1. S. Standardi=ation of Chemical Ana�vsis for Water and Pond Mud1-. PP. 379-406. F.A.O. Fish, Rep. 44, 4. 1968. 24. Huet, H. B. N . Water QualiJy Criteria for Fish Life Biological Problems in Water Pollution. PP. 1 60-7. PHS Pub!. 1 9 70. 25. Hasecb, M.A., Eveland, L.K. Echinostome as Experimental lvfodels for Biological Research. Eds: Fried, Bernard, Graczyk, T.K. PP. 50. Diakses tanggal 20 Januari 2 0 1 3 , jam 05.35. 26. Estuningsih. Studi mengenai Siklus Hidup dan Taksonomi dari Echinostoma revo/utum di Dalam Lymneae rubiginosa di Jawa Baral. Journal Penyakit Hewan. 24(43). PP. 1 8-22. 1 993. 27. Natadisastra, Djaenudin, Agoes, Ridad. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dpri Organ Tubuh yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran, Jaka1ta. 2009.
64
l'-.
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Januari 2013 Disetujui,
i Litbang P282 Tanah
.
;
Ketua Pelaksana
Bumbu
-
Annida, SKM, M.Sc
Waris, M.Kes
tfa122219g3031 002
Panitia
NIP. 1 97601 292003122003
Menyetujui, Pembina llmiah PTTKEK Ketua,
65
r:-
REALISASI ANGGARAN LAPORAN PENELITIAN TAHUN 2012
Judul Penelitian
Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012·
No I I
i I
I
Ketua Peneliti
Annida, SKM, M.Sc
Pagu Penelitian
Rp. 400,000,000,-
Uraian Realisasi (R
Realisasi Total (Rp) 399,997,000
Honor Tetap 66,900,000
Belanja Bahan 148, 1 59,000
BNO 1 1 ,300,000
Perjadin 1 72,398,000
I; : :'
,, ,
/
66
-
-
Belanja Makanan 880,000
PERSETU.JUAN ETIK PENELITIAN
KEMENTERIAN l�ESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGl�MBANGAN KESEMATAN
.lalan Pcrcc·takan Negara No. 29 Jakarta I 0560 Kotak Pos 1226 Tckpon_ (021) ..J.2<>1088 Fak�imifc: t02 l) l'.!< · H9J:I
1,·-muil:
[email protected] id. ll'l!h.�ilc. http-//wwwlitbang depke!' go id
PERSETUJUAN ETIK
(ETHICAL APPROVAL )
Nomor : \'
1�sot .2o1i
Yang bertanda tangan di bawah ini. Ketua Komisi Etik Penehlian Kesehatan Badan lilbang Kesehatan. setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian. dengan ini memutuskan protokol penelitian yang oerjudul :
"Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Populasi, dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012"
yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian, dengan Ketua Pelaksana I Peneliti Utama :
Annida, SKM., M.Sc. dapat disetujui pelaksanaannya. Persetujuan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai
dengan batas waktu pelaksanaan penelitian seperti tertera dalam protokol.
Pada akhir penelitian, laporan pelaksanaan penelitian harus diserahkan kepada KEPK
BPPK.
Jika
ada
perubahan
protokol
dan
I atau
perpanjangan
penelitian,
mengajukan kembali permohonan kajian etik penelitian (amandemen protokol).
Jakarta,
13
harus
April 2012
Ketua
Komisi Etik Penelitian Kesehatan
I
..
.
Sadan Litbang Kesehatan,
i , Ii - .
" \•" ' '\ . '·
Prof.
D�.- M. Sudomo /
67
REKOMENDASI PELAKSANAAN PENELITIAN
PEMERINTAH PROVINS! KALIMANTAN SELATAN
SADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH ( BALITBANGDA ) Ja1an 0.1. Panjaitan No. 34 Tetp. (0511) 3352982, 3355127, 3363288 Banjarmasin
REKOMENDASI PELAKSANAAN PENELITIAN Nomor On I 0 5 ·Bid.2.1 / Balitbangda
M�mbaca
Surat dan Bal.JI P�'fl<:IJl1Jn dan Pengembangao Pc:ngcodalran Penyallll 6cr5umber Brnaiang Kernentrmn tanggal 06 Pebruari 2012 Nomor LB.01 03/XVl/011212012
Kesehatan 1
Peraturan Mcntcn Oalam Negen No 33 T�hun 2007 lcntang Pedoman Pcnyclcnggaraan Penel1tran d<1n
Pengembangan d1 hngkungan Oeparterr.en Dalom t4egefi dan pemermtah Daerah ,
2 Keputusan Mcritcn Dalarn Negen Nomo.- 9 lahun lfl83 lentang Pedoman Pcrlddln;m Sumber oai Po1cns1 ?embangu!lan , ah Pr�• Ka!:mantart Scl3ta� Nomor. 6 tallun 2008 tentang Pembentukan Organisas1 dan 3. Peraturan Daer TataKcria Petangkat Daerall Pr
utusan Gubcmur K.al•mantan Seialan Nornot 091 B tahun 2001 1an99al 3 April 2001 tenlang Ta1a l.al<sana Pemberran lz1n Bagi Se11ap 1ns1ans1 PemcnntJh MJupun Non Pemenntah Ym1g A�an Melakukan Pendataan I Peneltuan, Survey Membenkan Rekomcndas1 Pendataan I Pencil\ian r survey kepada ·
Nama
Anmda SKM M Sc
': ian can Pengembangar. PengendJan Penyabt Bersumber S.nala�g l<ement�an Kesehatan d1 aa:ai pen e Ka!sel
Tanah Sumbu Prov Alamat Penel1bao
JI
Kawasan Pcrkantoran Pemda Tanal1 6unitiu Gunun9 Trngg1 Batuitcin Kalsel
" Studi Komprohonsif Epidemiologi Fasciolopsiasls, Genctika Populasi, dan Pcmct;iannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara ProvHisi Kalimantan Selatan Tahun 2012" Kaisci
1 Maret s.d 31 �lei 2012 De:igan Ke:enluan Terteblh dahuh1 mcncmulimelaporkan dtn kcpada peiahat Pemenntah setcmpat (Bupab I WaJ1kota Daerah) unluk mendapatkan petun1uk sepeilunya 2.
3 4
5
6
WaJib mcn1aga tata tcrtrb dan mentaat1 kelontuan·kc:tentuan yang berlaku sctcmpat. Wai1b membcnkon laporan hasil pemil1ttan/ pendat�an/ survey terseb�I kopadn Kepala Balitbangda Provinsi Kaltmantan Selatan. Rekomcndas1 rni hdak d1salahgunal
<ejlt!rluan 1l1111ah Rekomendas 1111 dapal dlaJOkan lagi untuk mcnd.ipat perpaniangan Re.-tomendas• llll dapat dlbatalkan scwai
Kemudan oihacap para Peiabat I PimpK:an lnslansr Pemenntah f Swastil setcmp11t dapat membenkan banluan scpcrlunya
Tembosan 1111 �sam p a1kan �e p ada 1
2
"l.
Gl.bemur Katunantan seia� � ( Seb.r,,a1 laporan ) s�pa� �paten Bani
V;a.rlf'l �;mrtl;;11i:m
68
untuk
Naskab Pcnjelasan dan Formulir Persctujuan Setelah Penjelasan (Pemeriksaan Tinja) NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK DAN FORMULffi PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Fasciolopsiasis adalah kecacingao yan& disebabkan oleh cacing
p;asciolopsis buski.
saat ini fasciolopsiasis di Indonesia hanya ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai
Utara
Sampai
(HSU)
Provinsi Kalimantan Selatan. Semua umur dapat terinfeksi cacing ini, namun apabila fasciolopsiasis terjadi pada anak-anak maka akan menimbulkan masalah serius. Tnfeksi yang berat pada anak-anak menirnbulkan pembengkakan pada wajah dan badan yang sebenarnya disebabkan oleh proses alergi, kekurangan vitamin B12 dalam darab, dan atau gangguan penyerapan makaoan yang menyebabkan kekurangan albumin dalam darah. Kami meminta anda untuk turut mengambil bagian dalam penelitian yang berjudul "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis di Kabupaten Hutu Sungai Utara, Provinsi Kalimant:an Selatan". Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data men�enai kasus kecacingan
yang disebabkan oleh cacing
Fasciolopsis buski dan
epidemiologinya di Kahupaten Hulu Sungai
Utara Provinsi Kalimantan Selatan yang dilaksanakan pada bulan Maret s/d Desember 20 12.
PEMERIKSAAN TINJA
Pemeriksaan tinja dilakukan sebanyak 1 (satu) kali. Kami akan membagikan pot/wadah tertutup 1 hari sebelumnya. Anda diminta untuk memberikan 5 gram (sebesar ibu jari) tinja dengan meletakkannya pada potlwadah tertutup formalin untuk mengawetkan tinja. Tinja akan dik:umpulkan pada keesokan harinya dan 3 hari selanjutnya. Tinja akan diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan telur cacing buski. KERAHASIAAN
Untuk menjaga kerahasiaan sampel dikenali dengan memberikan nomor identitas pengganti nama dan data yang dihasilkan tidak diberikan kepada pihak ketiga. PERTANYAAN-PERTANYAAN
Apahila ada pertanyaan mengenai penel itian ini, mengenai bak-hak anda, anda dapat menghubungi Annida, SKM, M.Sc (081392646060); Lukman Waris, SKM, M.Kes (081 349696688); dr.
Nuhung, M.Sc
Hijaz
(085248957020); Dian Eka S" S.Si (085233024778); Deni Fakhrizal, SKM
(08565342177); atau
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, d/a. Jalan Lokalitbang Kawasan
Perkantoran Pemkab Tanah Burnbu, Ds. Gunung Tinggi, Kalimantan Selatan, Telp/Fax.(051 8)6076049,
Kee.
Batulicin, Kab. Tanah Bumbu, Prov.
email:[email protected], [email protected]. KEIKUTSERTAAN SUKARELA DAN HAK UNDUR DTRI
Keikutsertaan anda bersifat sukarela, setiap waktu anda dapat mengundurkan diri tanpa dikenai sanksi atau bayaran. Sebagai tanda terima kasih kami akan memberikan bahan kontak berupa makanao instan. KEUNTUNGAN
Dapat men&etahui apakah anda menderita kecacin&an atau tidak tanpa harus membayar. Pen�obatan
kecacingan dilakukan oleh petugas puskesmas setempat terhadap peoderita yang diketahui positif menderita kecacingan, dibarengi dengan pemberitahuan tentang cara pencegahan terhadap kecacin�an. 67
LEMBAR PERSETUJUAN TANDATANGAN
Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telah diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarak:an proyek penelitian ini dengan anggota tirn penelitian. Saya memahami maksud, risiko, waktu dan prosedur peneHtian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, sa;ya menyatakan keikuts�rtaan saya secara sukarela dalam penelitian ini.
Nama Responden
Tanggal/bulan/tahun
Tanda tangan/cap jempol
Nama Orangtua/Wali
Tanggal/bulan/tahun
Tanda tangan/cap jempol
Nama Saksi
Tanggal/bulan/tahun
Tanda tangan/cap jempol
Keterangan:
Persetujuan dan tanda tangan responden diwakili orang tua/wali
Nama saksi diwakili oleh ketua RT/RW
atau Lurah setempat
/
68
Naskah Penjelasan dan Formulir persetujuan setelab penjelasan (Perilaku) NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK DAN FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (JNFORMED CONSENT) Fasciolopsiasis adalah kecacingan yang disebabkan oleh cacing Fasciolopsis buski. Sampai saat ini fasciolopsiasis di Indonesia hanya ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Selatan. Semua umur dapat terinfeksi cacing ini, namun a:pabila fasciolopsiasis terjadi pada anak-anak maka akan menimbulkan masalab serius. Infeksi yang berat pada anak-anak menimbulkan pembengkakan pada wajah dan badan yang sebenarnya disebabkan oleh proses alergi, kekurangan vitamin B12 dalam darah, dan atau gangguan penyerapan makanan yang menyebabkan kekurangan albumin dalam darah. Walaupun infeksi ringan lllllumnya tidak bergejala, namun
apabila fasciolopsiasis dibiarkan berlanjut dan tidak segera diobati dapat
mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan dan daya tahan tubuh, serta penurunan kualitas sumber daya manusia. Kami meminta anda untuk turut mengambil bagian dalam penelitian yang berjudul "Studi Komprebeusif EpidemioJogi Fasciolopsiasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan". Penelitian ini bertujuan untuk memperoleb data mengenai perilaku/kebiasaan
yang menyebabkan terjadinya kecacingan di Kabupaten Hulu Sungai Uta:ra Provinsi Kalimantan Selatan yang dilaksanakan pada bulan Maret s/d Desember 2012. WAWANCARA
Dalam penelitian ini kami mengharapkan partisipasi dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner
mengenai perilaku anda mengenai kebiasaan yang mendukung terjad:inya penularan fasciolopsiasis.
Hasil d'!ri wawancara ini akan dianalisis secara deskriptif sehingga memperoleh data pendukung dan penghambat keberhasilan program penanggulangan fasciolopsiasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. KERAHASIAAN Untuk menjaga kerahasiaan sampel dikenali dengan memberikan nomor identitas pengganti nama dan data yang dihasilkan tidak diberikan kepada pibak ketiga. PERTANYAAN-PERT ANYAAN
Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda dan anak anda, anda dapat
menghubungi
Annida,
SKM,
M.Sc
(081392646060);
Lukman
Waris,
SKM,
M.Kes
(081 349696688); dr. Hijaz Nuhung, M.Sc (085248957020); Dian Eka S., S.Si (085233024778); Deni Fakhrizal, SKM (08565342177); dan atau
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, d/a. Jalan
Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemkab Tanah Bumbu, Ds. Gunung Tinggi, Kee. Batulicin, Kab. Tanah
Bumbu,
Prov.
Kalimantan
Selatan,
Telp/Fax.(05 18)6076049,
email:
[email protected]. KEIKUTSERTAAN SUKARELA DAN RAK UNDUR DIRl Keikutsertaan
bapak/ibu/saudara
bersifat
sukarela,
mengundurkan diri tanpa dikenai sanksi atau bayaran.
69
setiap
waktu
bapak/ibu/saudara /
da:pat
LEMBAR PERSETUJUAN
TANDA TANGAN
Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan proyek penelitian ini dengan anggota
tim penelitian. Saya memahami maksud, risiko, waktu dan prosed� penelitian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawab ini, saya menyatakao keikutsertaan saya secara sukarela
dalam penelitian ini.
Nama Responden
TanggaVbulan/tahun
Tanda tanga11/cap jempol
Nama Orangtua/Wali
TanggaVbulan/tahun
Tanda tangan/cap jempol
Nama Saksi
Tanggal/bulan/tahun
Tanda tangan/cap jempol
Keterangan: Responden yang boleh menandatangani tahun
in.formed consent
Bagi responden yang berusia kurang dari 1 5
tahun,
syah.
adalah mereka yang telah
informed consent ditandatangani oleh wali yang
Nama saksi diwakili olch k ctua RT/RW atau Lurah sctcmpat
70
berusia �15
KUESIONER STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIOLOPSIASIS, DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, PROVINSI K.ALIMANTAN SELATAN TAHlJN 2012 No Kepala Keluarga (KK) : Nama K..K : Umur : Pek eriaan: Aiamat Rumah:
I
.
tahun
I I
I Jenis Kelamin(Jl( : I UP
nggal menetap di Desa KalumpangDalam sejak:
Ti
Ani ?:• ota Keluar ga: No
Kode Sampel
Nama
I
Umur
bulan
I
JK (LIP)
I Hubungan dg
KK
1ahun
I
--
Ketergn
I 2
" .)
4 5 6 7 8 9 10 PENGETAHUAN Pengertian fasciolopsiasis: Cara Penularan fasciolopsiasis:
Akibat fasciolopsiasis:
Cara pencegahan fasciolopsiasis: KEBJASAAN BUANG AIR BESAR
lBAHERA)
Jaraknya jamban/tempat BAB dari rumah: KEBIASAAN MAKAN TUMBUHAN AJR
Jenis/nama sayuran yang biasa dimakan keluarga: ·-
Dimana biasanya sayuran didapat/diambil/dipetik: Apakah sayuran tsb dimak:an mentah?: Sayuran dimasak setengah matang atau sampai mendidih? :
71
SUMBER AIR BERSIH Sumber air minum diambil dimana?: Apakah air minum dimasak sampai mendidih? :
HEWAN TERNAK
Jika ada, sebutkan jenis binatang temaklpeliharaan di rumah:
.
Apakah bahao makanan binatang tersebut dari tumbuhan air? Sebutkan nama tumbuhan tsb:
PENGOBATAN KECAC INGAN
Kapan terakhir minum obat cacing? Nama Obat cacing:
Dari mana mendapatkan obat cacing? HSU,
2012
Kepala Keluarga,
(
)
....................................................
(Tanda Tangan/Paraf/CapJempol) Pewawaacara:
.
(.. . .. .... ...... .. . .
72
.
.
.
.
.
..
. . .
......
..
..
)
.............
//'
..
;
PETA �U VEI FASCIOLOPSIASIS
D I DESA KELUMPAN(� DA
M KEC. BABIRIK KAH. HULU SUNGAI UTARA 2012
--------· ··�----·-+----- ---- ·
I
! LOKP.SI P: �J E UTIAN t
'
I
I
E
Kab. Hulu Sungai Utara
/
/ E @ ·,·,••N· t ' h". ... '\
S ; w• ;:r: 1::k; il1\' Us: . ... : �·�.s H
Prov. Ka liri1anta ri Selata n KETERANGAH Kat. HSU
3
Tlr.l PE MELITI BA.LA.I UTHANGKES P282 TANA.H BUMBU 2012
.
·r--
. -·
.:;���; �rn:el a:r @) ��rmf_�r;
4-
.
=::·:.�a ==-a.s:;:c"J.�ps :- 3
w11t:.;r: 1 FIOU RB:' H �u � Bai;p:;:M IH.U
PETA su �1 FAsc10LoPsiAsf s
'\
DI bESA SUNGA! PAPuyU KE \
.
BABIRIK KAB.
HULU..StlNGAI UTARA 2012
----
---
.
I
--
___,,,... ,,, -
LO K.ASl PE!� E LfflAtl
------ ----
Kab. Hulu Sungai Utara
\
I
I'
\
\ \ .........
\
....-·.'" .-
__
_______ _ ___ -....... . ..
·-,
--.
---
-·-..... . --·- · - ·-
.
I
.......
\
'\.
-\
----- ---
·· ---- ------
\
I I
\
I
I
' \
I
,,...... . ,,..... ----• .
.•
, ,,,. ./
-----
_,,..
----r-· I lI I
\ KETERAt�GAtl
,._._r{
- .�a-
Prm· Kalirnantan Selatan
� =-""�
t
·�
Tlr.l PE tiELITI B.A.Ll\I UTBA.IJGKES P2B2 TA,Nt.. H 8Uh1 BU 2012
� (!) +
=-=.� 1 J?I_� •
:..E'"'l.:€1C��-=
S�"l::>:'i:..T:l. ·;· s_11_· = -:-- c �r-::=_
=�=�t �=s�::..:.
;.;T.�r:
1 P-;ot.! RB H �u 2 e.!p� H�U
PETA SURVEI FASCIOLOPSIASIS DI DESA TELAGA MAS KECAMATAN DANAU PANGGANG KABUPATEN HULU SUNGA! UTARA TAHUN 2012 115
PETA S U RVEI FASCI060PSJ. SIS
m :OESA T£l.AGA MAS -.r.c. OANAU PANGGANG KA'B. HULU
Kah. Hulu Sungai Utara
r � wi. Fr\lrel:s' rni
·o.t.. '!I ,w�s H �n: ; il: S
115 Prov. Kalimantan Selatan KETERAMGAN
�
( +\
\��;
-- $1tp:l_air
Tt�A PENEUTI
BALAI UTB.l\.NGKES P2B2 T.;NAH BUJ:\BU 2012
• "'�l_le>lrg • """"''-"'"n'�"" 8
Ei'iJ1lEJ_tr. ja_h�·'6'.J IJ .!<..,...-: 1. ?ob RB! !13U l- &�1'3"!l!SU
Sumber : Data Primer (Balai Lilbang P2B2 Tmrah Bumlm), 2013
76
