Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
LANDASAN MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Magdalena, M.Ag
Abstract This article explains the foundation or the fundament of Islamic educational modernity. It coused by several of aspects in education. There are the foundations of normative-theology, history, philosophy, sociology, phychology, and anthophology. The most aspects as the foundations of Islamic educational modernity is normative-theology and sociology. Both of them became the important aspecs that others.
Pendahuluan Modernisasi pendidikan Islam telah terjadi yang ditunjukkan dengan modernisasi dalam aspek kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, dan manajemen pembelajaran. Secara umum, meminjam klasifikasi modernisasi pendidikan Islam Fazlur Rahman bahwa ada dua ciri modernisasi pendidikan Islam. Pertama, pendidikan Islam menyerap sistem pendidikan Barat dan berusaha memasukkan konsep-konsep tertentu dari Islam sebagai bentuk untuk mengislamkannya. Kedua, pendidikan Islam mengambil bentuk pendidikan tinggi Islam melalui penggunaan perspektif Islam dalam mentransformasikan kajiankajian keilmuan baik muatan maupun orientasinya.1 Agaknya pembaharuan atau modernisasi pendidikan Islam di Mesir, Turki, 3 kerajaan besar setelahnya telah membawa kita bernostalgia dengan semangat modernisasi pendidikan Islam tersebut. Namun, muncul persoalan bahwa umat muslim masih berpuas diri dengan modernisasi yang telah terjadi, tanpa memperluas kesempatan untuk membuka diri dan mengembangkan pemikiran dalam aspek dan tempat lainnya. Fazlur RaHman,‛Islam dan Modernitas‛, dalam Charles Kurzman (Ed.), Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, (Jakarta: Paramadina, 2003), hlm. 1
520-550.
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
1
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Kesempatan modernisasi pendidikan Islam terbuka luas seiring dengan banyaknya persoalan pendidikan Islam. Persoalan tersebut memungkinkan lahirnya modernisasi dengan penggunaan landasan yang kuat dalam segala aspek. Adapun landasan yang dapat digunakan untuk melihat latar dan tujuan modernisasi seperti landasan normatif-teologi, historis, filosofis, sosiologis, psikologis, dan antropologis. Tulisan ini disusun untuk menggambarkan landasan modernisasi pendidikan Islam. Agar tulisan ini bermanfaat, disusun sistematika penulisan dengan urutan pendahuluan, pengertian landasan dan dasar, landasan modernisasi pendidikan Islam, dan penutup. Beberapa contoh memperkaya muatan tulisan ini, meskipun tidak di setiap pembahasan muncul. Karenanya, tulisan ini tetap konsisten dengan pembahasan utama landasan dan dasar modernisasi pendidikan Islam sebagai tema sentralnya. Pengertian Landasan dan Dasar Sebelum pembahasan berkenaan landasan dan dasar modernisasi pendidikan Islam, perlu mengemukakan pengertian landasan dan dasar. Secara bahasa, pengertian landasan dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti sebagai ‚alas, tumpuan, bantalan.‛ 2 Dengan demikian, landasan diartikan alas atau tumpuan. Sementara itu, berdasarkan sumber yang sama dasar dapat diartikan sebagai ‚alas, fondasi, pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan), azas.‛ Dasar dapat diartikan sebagai alas, fondasi, dan azas. Sumber yang sama untuk mencari makna kata landasan dan dasar menunjukkan bahwa pengertian landasan dan dasar memiliki kesamaan makna, yaitu alas, tumpuan, fondasi, dan azas. Dengan demikian, pengertian yang dituju dalam pembahasan landasan dan dasar modernisasi pendidikan Islam dapat dimaknai sebagai pengkajian tentang alas, tumpuan, fondasi, dan azas serta tujuan modernisasi pendidikan Islam. Dalam pembahasan ini dituntut pencarian tentang landasan dan tujuan yang mendasari kemunculan modernisasi pendidikan Islam.
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm.
2
245.
2
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam Berdasarkan topik pembahasan, ada beberapa landasan/dasar atau azas modernisasi pendidikan Islam tersebut, yaitu normatif-teologis, historis, filosofis, sosiologis, psikologis, dan antropologis. Pembahasan berkenaan dengan keseluruhan landasan dan dasar tersebut dikemukakan dalam pembahasan berikut. 1. Landasan Normatif-Teologis Penggunaan istilah normatif dikenal berasal dari kata norm yang dalam bahasa asalnya bahasa Inggris dimaknai sebagai ‚norma‛. Sementara itu dalam bahasa Indonesia, norma berarti ‚aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dl masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima‛ dan ‚aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu‛. 3 Dengan demikian norma merupakan ajaran, acuan, ketentuan baik dan buruk, yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kata norma ini lebih erat kaitannya dengan makna akhlak yang merupakan inti ajaran agama. Agama dipahami sebagai sistem kehidupan yang bersumber dari Allah yang diyakini memiliki kebenaran mutlak. Karenanya, agama seringkali disebut dengan norma yang bersifat mutlak yang diyakini para pemeluknya mengandung kebenaran yang pasti dan kewajiban untuk dilaksanakan dan keharusan untuk tidak dilanggar. Modernisasi pendidikan Islam sebagai suatu isyarat dalam ajaran Islam perlu dilakukan dengan landasan normatif. Landasan normatif merupakan landasan yang berorientasi bahwa Alquran dan Hadis sebagai sumber ajaran memuat ajaran utama dan asli dari Allah swt. tanpa ada sumbangan pemikiran manusia. Di dalamnya terkandung kebenaran yang diyakini mutlak oleh kaum muslim. Implikasinya terhadap modernisasi pendidikan Islam ialah bahwa muatan modernisasi termuat dalam Alquran dan Hadis sebagai suatu kebenaran dan kewajiban untuk dilaksanakan. Dalam modernisasi pendidikan Islam digunakan landasan normatifteologis. Landasan normatif dalam kajian modernisasi pendidikan Islam adalah landasan atau azas yang diperoleh dari teks-teks tertulis, baik nash Alquran maupun Hadis. Kedua sumber nash tersebut sekaligus menjadi sumber ajaran Islam. Maknanya bahwa landasan modernisasi pendidikan bersumber dan digali dari teks-teks atau nash Alquran dan Hadis sebagai sumber ajaran Islam atau aspek pendidikan salah satu yang ada di dalamnya. Ibid., hlm. 260. Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
3
3
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Alquran sebagai sumber ajaran Islam secara eksplisit banyak mendukung optimalisasi pembaruan atau modernisasi sebagai suatu keniscayaaan. Keharusan pembaruan dan perbaikan dari hari ke hari, dari generasi ke generasi merupakan kebajikan yang baik dan kontinu dalam muatan Alquran. Hal ini terbukti dari beberapa muatan Alquran tentang isyarat modernisasi, yaitu Q.S. ar-Ra’d ayat 11:
≠ Artinya: ‛Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.‛ Dalam menyahuti modernisasi, muatan Hadis yang berkenaan dengan semangat modernisasi ini adalah:
ِ ٍ َخبَ رنَا ابْن وْى يل بْ ِن يَِز َيد الْ ُم َعاِِ ِري َع ْن أَِِب ُّ َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاوَد الْ َم ْه ِر ُ َِخبَ َرِِن َسع ْبأ َ ُّيد بْ ُن أَِِب أَي َ ُ َ ْيأ َ وب َع ْن َشَراح ِ ِ ِ ِ ث ِِلَ ِذهِ ْاْل َُّم ِة َعلَى َرأ ْس ُكل ِمائَِة َسنٍَة َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق ُ ال إِ َّن اللَّ َو يَبْ َع َ َعلْ َق َمةَ َع ْن أَِِب ُىَريَْرةَ ِ َيما أ َْعلَ ُم َع ْن َر ُسول اللَّو 4 ِ ِِ ِ ِ يل َ ََم ْن ُُيَد ُد َِلَا ِدينَ َها ق َّ ال أَبُو َد ُاود َرَواهُ َعْب ُد َ الر ْْحَ ِن بْ ُن ُشَريْ ٍح ْاْل ْس َكْن َدَراِنُّ ََلْ َُيُْز بو َشَراح Artinya: ‛Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Al Mahri berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb berkata, telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Abu Ayyub dari Syarahil bin Yazid Al Mu'arifi dari Abu Alqamah dari Abu Hurairah yang aku tahu hadits itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap seratus tahun Allah mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini (dari penyimpangan)." Abu Dawud
Abu Daud, Sunan (Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1935), IV, hlm. 109.
4
4
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
berkata, "'Abdurrahman bin Syuraih Al Iskandarani meriwayatkan hadits ini, namun tidak menyebutkan Syarahil." Kedua sumber normatif di atas memberikan penegasan bahwa modernisasi merupakan cara pembaharuan yang tetap dimiliki oleh orang-orang beriman melalui patokan sumber Alquran dan Sunnah Nabi, ketimbang pengaruh khayalan semata. John O. Voil berpendapat bahwa modernisasi dipandang sebagai amanah melaksanakan cita-cita ajaran Islam secara ideal yang telah tersedia dalam sumbernya. Modernisasi tidak dimaknai sebagai penyempurna ajaran Islam, 5 karena jauh sebelumnya ajaran Islam telah sempurna melalui wahyu Allah kepada Nabi Muhammad. Islam normatif yang menjadi landasan modernisasi pendidikan Islam merupakan ajaran Islam berupa doktin-doktrin yang berdasarkan Alquran dan Hadis yang sifatnya mutlak dan abadi. Karenanya, penganut agama Islam diwajibkan tetap berpegang teguh terhadap ajaran Islam normatif, termasuk dalam aspek modernisasi pendidikan Islam. Sementara itu, Nabi Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul yang dianugerahi potensi intektual yang luar biasa telah diberi keistimewaan untuk mengetahui sesuatu dengan sendirinya tanpa bantuan sumber eksternal lainnya. Dalam hal ini wahyu berfungsi sebagai legitimasi terhadap hasil potensi intelektual maksimal nabi dalam mengajari dirinya sendiri. Di sinilah perbedaan seorang nabi dengan seorang manusia biasa, meskipun secara operasional mekanisme penalaran dan pemikiran keduanya sebagai manusia adalah sama. Hal ini merupakan hasil pemikiran filosofis al-Farabi ketika melihat fungsi akal dan wahyu bagi nabi.6 Istilah teologis merupakan kata sifat yang berasal dari kata teologi yang berarti ‚pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama berdasarkan pada kitab suci).‛ 7 Kata teologis ini lazim dipakai untuk menunjukkan pada hal-hal yang ‚berhubungan dengan teologi; berdasar pada teologi.‛8 Artinya bahwa landasan teologis yang digunakan dalam modernisasi pendidikan Islam bermaksud menelusuri kemungkinan adanya gagasan modernisasi berdasarkan pengetahuan ketuhanan dalam ajaran Islam itu sendiri. 5
John O. Voil, ‚Pembaharuan dan Perubahan dalam Sejarah Islam: Tajdid dan Islah‛, dalam John L. Esposito (Ed.), Dinamika Kebangunan Islam; Watak, Proses, dan Tantangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm. 24. 6 Fazlur Rahman, Kenabian dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 2003), hlm. 21. 7 Poerwadarminta, Kamus…, hlm. 260.
Ibid.
8
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
5
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Dalam teologis dipahami bahwa ajaran Islam mengandung dua keyakinan terhadap ajaran Islam. Kedua keyakinan ini diformulasikan sebagai landasan teologis dalam setiap ajaran Islam dengan meminjam gagasan Achmad Jainuri,9 yaitu: Pertama, keyakinan bahwa Islam adalah agama universal. Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah li al-‘alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam. Kedua, keyakinan bahwa Islam adalah agama terakhir yang diturunkan oleh Allah swt., atau finalisasi fungsi kenabian Muhammad saw sebagai rasul Allah. Dalam paham teologis Islam memandang bahwa ajaran Islam merupakan ajaran yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Keharmonisan ketiga hubungan tersebut menciptakan harmoni kehidupan manusia sehingga terwujud kebahagiaan sejati baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini jelas terefleksi bahwa Islam merupakan ajaran yang relevan dengan kebutuhan dunia dan akhirat secara simultan. Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa nilai universalisme Islam tidak dibatasi oleh formalisme dalam bentuk apapun.10 Di samping itu, universalisme Islam menunjukkan bahwa ajaran Islam ideal untuk sepanjang waktu, tempat, dan kelompok manusia. Namun, perlu ditegaskan bahwa makna universalisme tersebut merupakan legitimasi ajaran Islam telah memberikan prinsip-prinsip dasar seluruh dimensi kehidupan sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Nisa’ (5): 3 dan Q.S. (14): 89. Keseluruhan prinsip tersebut tertuang dalam Alquran dan Sunnah yang membutuhkan interpretasi sesuai dengan tuntutan perkembangan sejarah dan peradaban manusia. Karenanya, interpretasi diberikan berdasarkan rasionalisasi terhadap ajaran Islam tersebut. Pemahaman ini yang memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan modernisasi terhadap ajaran Islam sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk dalam dimensi pendidikan Islam. Sehubungan dengan itu, teologi Islam menegaskan bahwa Islam merupakan ajaran akhir zaman, yang berarti tidak muncul ajaran lain sesudahnya. Hal ini bermakna wahyu yang diturunkan Allah melalui misi kenabian Muhammad Achmad Jainuri, ‛Landasan Teologis Gerakan Pembaruan Islam‛, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3, Vol. VI, Tahun 1995, hlm. 38, sebagaimana dikutip dari Fauzi, ‛Pembaharuan Islam (Memahami Makna, Landasan, dan Substansi Metode)‛, dalam Ibda’ Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol. 2, No. 1, Jan-Jun 2004, hlm. 27-42. 10 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaba, (Jakarta: Paramadina, 1992), hlm. 9
360-362.
6
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
juga terhenti seiring dengan terwujudnya kesempurnaan ajaran Islam tersebut. Keyakinan tersebut terpatri dalam lisan dan hati setiap muslim dalam syahadat primordial sebagai visi kehidupan manusia. Namun, wahyu dalam makna petunjuk Allah hanya terputus kepada Nabi Muhammad, dan dilanjutkan kepada umatnya terutama para ulama melalui ilham dan hidayah. Petunjuk inilah yang diinterpretasikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan memberikan peluang modernisasi, termasuk dalam pendidikan Islam. Wajah teologi Islam yang akomodatif dan insklusif mampu tampil sebagai kekuatan yang menawarkan konsep-konsep inti untuk modernisasi pendidikan Islam. Namun, kesempatan yang telah dibuka seluas-luasnya berdasarkan landasan normatif-teologis tersebut menjadi peluang sekaligus tantangan bagi umat Islam untuk memberdayakan modernisasi pendidikan Islam. Apalagi, kondisi umat Islam yang selalu terbuai dengan legitimasi landasan normatif-teologis tersebut tidak mampu bersifat dinamis dalam memanfaatkan peluang modernisasi tersebut melalui pemikiran maupun gerakan. Meskipun, tidak sedikit modernisasi pemikiran dan gerakan yang pernah muncul didasari oleh landasan normatif-teologis ini. Akhirnya, hal ini menjadi persoalan untuk segera diwujudkan umat Islam untuk melakukan modernisasi pendidikan Islam sesuai konteks masing-masing. Dengan demikian, terkandung kejelasan bahwa gagasan modernisasi telah diungkapkan Alquran dan Hadis sebagai landasan normatif-teologis. 2. Landasan Historis Sejarah merupakan fakta atau kejadian tentang peradaban manusia. 11 Lazimnya sejarah adalah hasil produk peristiwa peradaban manusia pada suatu masa. Dalam sejarah terkandung makna yang teramat besar bagi kehidupan umat manusia. Sejarah menawarkan deskripsi kehidupan manusia dalam setiap dimensi untuk dicermati sehingga membuahkan gambaran kekuatan dan kelemahannya. Di dalamnya sarat dengan nilai-nilai yang dapat diinterpretasi sesuai dengan konteks kekinian. Ajaran Islam yang diamalkan oleh penganutnya merupakan Islam historis atau Islam sebagai produk sejarah. Dalam potret sejarah Islam, tergambar kemajuan dan kemunduran, keunggulan dan kelemahan dalam setiap dimensi kehidupan yang disoroti sehingga sejarah dapat dijadikan landasan. Dalam kerangka operasional, sejarah Islam dapat dibagi menjadi beberapa periode.
11
Zuhairin, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksar, 2010), hlm. 2.
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
7
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Atho Mudzhar membagi periodisasi sejarah Islam dalam 3 periode, yaitu masa klasik, masa pertengahan, dan masa modern.12 Periodisasi yang lengkap dengan interval waktu dapat dilihat dalam periodisasi yang ditawarkan Hasan Asari yaitu: pertama; Periode Klasik (622-1250 M), kedua; Periode Pertengahan (12501800M), dan ketiga; Periode Modern (1800 M hingga masa kini).13 Dalam konteks peradaban manusia, Badri Yatim14 membagi periodisasi sejarah peradaban Islam dan dikategorikan dalam: a. Masa Kemajuan Islam (650-1000 M) b. Masa Disintegrasi Islam (1000-1250 M) c. Masa Kemunduran Islam (1250-1500 M) d. Masa Kemajuan Tiga Kerajaan Besar (1500-1700 M) e. Masa Kemunduran Tiga Kerajaan Besar (1700-1800 M) f. Masa Modern (1800 M sampai masa kini) Pendidikan Islam sebagai hasil peradaban manusia tentu tidak terlepas dari periodisasi sejarah seperti tawaran di atas. Pendidikan Islam mengambil bentuk dalam kilas sejarah tersebut hingga masa kini. Kondisi peradaban manusia pada fase periodisasi tertentu member warna dan corak bagi pendidikan Islam saat itu. Keunggulan dan kelemahan pendidikan pada masa kemajuan Islam hingga masa modern sekarang ini berimpilikasi pada gambaran pendidikan Islam masa kini. Karenanya sejarah memberikan landasan dalam modernisasi pendidikan Islam. Demikian pula, dalam konteks pendidikan Islam, Zuhairini dkk. membagi periode pendidikan Islam yaitu: a. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571-632 M) b. Masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M) c. Masa Umawiyah di Damsyik (661-750 M) d. Masa Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M) e. Masa jatuhnya khilafah di Baghdad (1250 sampai sekarang)15 Tidak sedikit modernisasi melalui pemikiran dan gerakan pendidikan Islam yang mampu tampil ke depan seiring dengan gerak sejarah dalam periodisasi pendidikan Islam tersebut. Apa yang dapat terlihat dari fakta yang terjadi pada Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 23. 13 Hasan Asari, Modernisasi Islam; Tokoh, Gagasan dan Gerakan Kajian tentang Perkembangan Moderen di Dunia Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2007), hlm. 11. 14 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 35-171. 15 Zuhairini dkk., Sejarah…, hlm. 7. 12
8
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
masa Abbasiyah yang ditandai dengan kegemilangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Islam, terutama di Baghdad yang merupakan hasil modernisasi dari masa sebelumnya yaitu Umayyah. Agaknya ini satu hal menarik dari fakta sejarah sebagai salah satu landasan modernisasi. Dalam konteks Indonesia, sejarah pendidikan Islam dikategorikan dalam: a. Fase datangnya Islam ke Indonesia b. Fase pengembangan melalui proses adaptasi c. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam d. Fase penjajahan Belanda e. Fase penjajahan Jepang f. Fase kemerdekaan Indonesia g. Fase pembangunan16 Dalam hal ini, pendidikan Islam di Indonesia terbukti telah menggunakan sejarah sebagai landasan modernisasinya. Satu contoh dalam hal ini ialah modernisasi pada madrasah pada fase kemerdekaan Indonesia merupakan hasil kreasi berdasarkan sejarah pada fase penjajahan Belanda dan Jepang dalam pendidikan pesantren. Kemunculan modernisasi kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, dan manajemen pendidikan merupakan hasil modernisasi berlandaskan sejarah pendidikan Islam dengan konteks Indonesia. Kelebihan dan kelemahan pada masing-masing fase pendidikan Islam di Indonesia menjadi fondasi yang kuat dalam melaksanakan modernisasi pada fase berikutnya. Tentu hal ini menjadi keunikan bahwa kontinuitas sejarah menjadi rentetan cerita panjang yang dapat dibuka lembar demi lembar sebagai refleksi untuk melihat ke depan dalam memperbaiki kondisi sebagaimana terkandung dalam semangat modernisasi pendidikan Islam. Dalam pandangan Ibnu Burdah sejarah merupakan dimensi yang tidak terlepas dari agama Islam dan spiritual keagamaan penganutnya. Sejarah menjadi sisi penting melihat fenomena keagamaan, panggung tempat spiritualitas memperoleh bentuknya alam karya nyata keilmuan, pembangunan peradaban, sosial, peningkatan kualitas kemanusiaan, dan seterusnya. Karenanya, sejarah tersebut bermakna bagi kehidupan kini dan nanti. 17 Sejarah dengan karakter yang selalu berubah selaras dengan kehendak modernisasi pendidikan Islam yang juga menginginkan perubahan. Hal yang menarik adalah modernisasi selalu diilhami
Zuhairini dkk., Sejarah…, hlm. 7-8. Ibnu Burdah, Islam Kontemporer, Revolusi dan Demokrasi; Sejarah Revolusi Politik Dunis Islam dan Gerakan Arab dalam Arus Demokrai Global, (Malang: Instrans Publihing, 2014), hlm. 174-175. 16 17
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
9
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
pengalaman sejarah masa lalu daripada desakan harapan utopia di masa depan. 18 Pelajaran terpenting dari sejarah bagi modernisasi ialah mengambil sisi baik dan membuang sisi buruk dari peristiwa sejarah tersebut untuk kemudian mewarnai semangat modernisasi yang dilakukan. Sejarah adalah landasan utama dalam kegiatan modernisasi pendidikan Islam yang cukup menonjol. Dari fakta historis klasik sampai modern sekarang ini, umat Islam mengembangkan pendidikan Islam melalui proses modernisasi yang jauh lebih banyak terjadi didasarkan pada sejarah dan dituangkan dalam gagasan modernisasi dalam bentuk pemikiran maupun gerakan. Modernisasi pendidikan Islam yang pernah muncul berlandaskan sejarah di Indonesia yang cukup menonjol jika dicermati dari kemunculan modernisasi gagasan dan gerakan yang tidak sedikit dalam hitungan jari. 3. Landasan Filosofis Filsafat menurut Poerwadarminta mengandung makna sebagai ‚pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asasasas, hukum, dan sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti ‚adanya‛ sesuatu.‛19 Dengan kata lain filsafat ialah sistem dalam berpikir yang bertujuan menemukan kebenaran. Senada dengan pengertian tersebut, Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata menyatakan bahwa filsafat merupakan berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.20 Sehubungan dengan filsafat sebagai cara kerja berpikir, tentu di dalamnya terkandung beberapa fungsi berpikir itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, ada beberapa fungsi dalam filsafat pendidikan yang digagas oleh Zanti Arbi, yaitu: a. Filsafat berfungsi inspirasi Filsafat dapat bertujuan menumbuhkan inspirasi bagi pendidik dalam melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Ide yang diperoleh pendidik melalui filsafat tersebut diarahkan untuk dapat diimplementasikan dalam aktivitas pendidikan. Filsafat sebagai sebuah sistem berpikir dapat menuntun pemiliknya untuk menemukan gagasan-gagasan yang bernilai kebenaran. Selanjutnya gagasan tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan terjadinya kesesuaian ide tersebut
18
John O. Voil, ‚Pembaharuan…,hlm. 24. Poerwadarminta, Kamus…, hlm. 280. 20 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 42. 19
10
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Kemudian ide tersebut berkembang ke arah munculnya teori. b. Filsafat berfungsi analisis Fungsi sebagai analisis dapat dipahami berdasarkan proses filsafat menuntut pemeriksaan secara teliti suatu objek pendidikan sehingga dapat diketahui hakikatnya. Ketelitian tersebut dituntut untuk dapat melahirkan suatu gagasan yang berkembang secara berangsur-angsur menjadi sebuah kebenaran. Pada giliran berikutnya, teori tersebut memunculkan konsep pendidikan Islam. c. Filsafat berfungsi preskriptif Fungsi preskriptif dapat diartikan sebagai upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Fungsi ini mengarahkan kepada aspek hakikat kebenaran, cara menemukan kebenaran, dan nilai kebenaran itu sendiri sebagai dimensi filsafat sesungguhnya. Keseluruhan kebenaran tersebut ditemukan melalui penggunaan rasional yang dilakukan secara logis dan radikal. d. Filsafat berfungsi investigasi Sementara itu, filsafat berfungsi investigasi bermakna untuk memeriksa atau meneliti kebenaran teori pendidikan. Teori pendidikan pada gilirannya berevolusi menjadi konsep yang perlu dibanding, dievaluasi, dan dikembangkan sehingga menjadi lebih kukuh. Namun, sebelumnya teori pendidikan yang digagas tersebut jangan begitu saja diterima sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap munculnya teori tersebut.21 Dengan menilik keseluruhan fungsi filsafat di atas, agaknya semakin jelas bahwa filsafat dapat menjadi landasan dalam melahirkan ide dan gagasan baru tentang pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Demikian pula, modernisasi pendidikan Islam melalui landasan filosofis tersebut diharapkan mampu tampil ide, gagasan, pemikiran, aliran, atau gerakan baru pendidikan Islam sebagai hasil penggunaan rasional maksimal. Senada dengan pendapat di atas, filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab masalah yang timbul dalam seluruh dimensi kehidupan, 22 termasuk pendidikan Islam. Sementara itu, modernisasi dibutuhkan dalam upaya mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni. Masalah pendidikan Islam muncul ketika terjadi ketimpangan antara ajaran Islam dengan pengamalannya, tidak lepas dari masalah pendidikan. Masalah pendidikan yang membutuhkan Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 86-88. 22 Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.4-29. 21
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
11
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
semangat modernisasi pendidikan Islam telah memperkokoh fungsi filsafat sebagai landasan dalam pendidikan Islam. Landasan filosofis ini mampu tampil dan diaplikasikan dalam modernisasi pendidikan Islam. Contoh sederhana ialah kemunculan teori fitrah dalam pendidikan Islam jelas menunjukkan bahwa sistem kerja filsafat diterapkan dalam hal ini. Namun, kelemahan dalam hal epistimologi Islam sebagai satu aspek dalam filsafat menyebabkan tidak banyak muncul teori-teori pendidikan Islam. Persoalan sama tetap mewarnai umat Islam karena tidak memaksimalkan rasional dalam interpretasi sumber ajaran Islam dan realitas. Hal ini bahkan menjadi bumerang dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Menurut Abuddin Nata, Islam sebagai agama rasional sudah dapat dipastikan membutuhkan filsafat sebagai landasan dalam pemahaman agamanya. Namun, landasan filosofis ini kurang mendapat respon dari kaum tradisionalis formalistis yang cenderung mengagungkan agama dari aspek pengamalan agama formal dengan standar ketepatan aturan pelaksanaan agama tersebut.23 Dalam modernisasi pendidikan Islam, filsafat yang mengutamakan fungsi rasional dijadikan fondasi sehingga tidak terjebak dalam aktivitas pendidikan Islam saja dengan mengabaikan filosofi pendidikan Islam itu sendiri. Dalam analisis sederhana terlihat pendidikan Islam dalam dunia muslim masih terbatas pada satu segi saja yaitu operasionalnya. Pendidikan Islam masih direduksi sebagai proses kegiatan pembelajaran tentang pendidikan agama Islam yang dilakukan pendidik kepada peserta didik. Secara jujur hal ini perlu mendapat perhatian terutama dalam modernisasi pemikiran. Filsafat sebagai landasan modernisasi tentu memberikan landasan ideal tentang hakikat pendidikan Islam, cara mendapatkan ilmu pendidikan Islam, dan nilai pendidikan Islam itu sendiri. Selanjutnya dimensi filsafat yang digunakan untuk meneropong pendidikan Islam tersebut memunculkan gagasan modernisasi pendidikan Islam yang memang sesuai dengan filsafat pendidikan Islam yang dianut. Pada gilirannya hal ini tentu memberikan arah pasti bagi modernisasi pendidikan Islam yang dilandasi filsafat tersebut. 4. Landasan Sosiologis Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mengkaji bagaimana manusia berhubungan satu dengan lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan 23
12
Abuddin Nata, Metodologi…, hlm. 46.
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
yang lain. Pengertian ini seperti diungkapkan Made Pidarta tentang landasan pendidikan.24 Sejak abad ke-20, sosiologi memegang peran strategis dalam dunia pendidikan seiring dengan kemunculan pemikiran-pemikiran tokoh tentang pendidikan sosial. Pendidikan yang dicita-citakan oleh pemikiran sosial ini ialah proses pendidikan yang dapat mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Dalam perwujudan cita-cita tersebut, sosiologi muncul memegang peran strategis tersebut. Konsep dan teori sosiologi memberikan arahan dalam aspek pendidikan untuk dapat mengembangkan pendidikan sesuai dengan konteks lembaganya. Menurut Made Pidarta, dalam dunia pendidikan, kelompok sosial dapat berbentuk kelompok personalia lembaga pendidikan, kelompok pendidik, kelompok peserta didik, kelas atau kampus, kelompok keluarga, kelompok masyarakat, dan sebagainya. Dalam teori Sosiologi dipahami bahwa setiap kelompok memiliki karakter dan sifat asli bawaannya yang dikenal dengn dinamika kelompok. Dinamika kelompok ini bermanfaat bagi setiap kelompoknya untuk memajukan kelompoknya.25 Dalam perkembangan dinamika kelompok, terdapat dua teori tentang ini, yaitu: a. Teori Struktural Fungsional Teori Struktural Fungsional ini memanfaatkan struktur dan fungsi untuk meningkatkan produktivitas kelompok. Struktur dimaksud merupakan bagianbagian kelompok dengan peranan dan posisinya masing-masing. Jika struktur disempurnakan dan fungsinya ditingkatkan atau diintensifkan, maka berimplikasi pada peningkatan produktivitas kelompok.26 Dalam hal ini, agaknya yang menarik adalah struktur dan fungsi dalam kelompok merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan dalam penentuan produktivitas kelompok tersebut. Karenanya, dinamika kelompok jelas harus memperhatikan kedua komponen dalam kelompok tersebut sehingga dapat berimplikasi positif terhadap dinamika kelompoknya. Teori ini berevolusi menjadi Teori Pluralis, artinya bahwa masing-masing bagian kelompok diberi kebebasan lebih besar dari semula untuk berinisiatif dan berkreasi dan dimusyawarahkan dan disaring dalam kelompok. Teori ini dikenal efektif dalam meningkatkan dinamika kelompok dalam produktivitasnya.
Made Pidarta, Landasan…, hlm. 151. Ibid., hlm. 158-159. 26 Ibid., hlm. 160. 24 25
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
13
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
b. Teori Konflik Dalam teori ini dikenal adanya konflik atau prinsip-prinsip pemaksaan sebagai alasan untuk melakukan perbaikan atau perubahan dalam kelompok. Hal ini tentu memunculkan dinamika dalam kelompok. Teori ini mengajak kelompok untuk menciptakan dinamika kelompoknya melalui konflik atau pemaksaan secara radikal. Dalam hal ini, pemegang kekuasaan untuk melakukan perubahan ialah kelompok kecil elit yang ada dalam kelompok itu sendiri, sehingga diperlukan upaya konflik secara radikal untuk memaksa munculnya perubahan. Teori ini untuk selanjutnya dikembangkan menjadi Teori Radikal.27 Dalam konteks modernisasi pendidikan Islam, kondisi sosiologis masyarakat atau kelompok masyarakat perlu diperhatikan. Sosiologi menjadi fondasi kuat dalam menciptakan modernisasi dikarenakan struktur, fungsi, dan tekanan dalam masyarakat itu sendiri yang memunculkan terjadinya gerakan perubahan yang lebih baik atau modernisasi. Agaknya, suatu keunikan dalam sosiologi bahwa masyarakat sebagai penentu perubahan dalam masyarakat itu sendiri, meskipun didorong oleh efektivitas struktur dan fungsi maupun tekanan dan konflik dalam masyarakat itu sendiri. Artinya keinginan melaksanakan modernisasi pendidikan Islam muncul dipicu oleh kondisi masyarakat terhadap pendidikan Islam itu sendiri. Sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu landasan modernisasi pendidikan Islam. Banyak contoh kasus modernisasi pendidikan Islam yang terjadi didasari oleh landasan sosiologis ini. Mulai modernisasi pendidikan Islam pada masa klasik, pertengahan, sampai masa modern, baik di dunia Islam maupun Indonesia. Kasus modernisasi kurikulum dan metode pembelajaran di Universitas al-Azhar menjadi contoh penting modernisasi yang terjadi dengan landasan sosiologi perubahan masyarakat dengan pemahaman tradisional yang telah mapan selama ini menjadi masyarakat dengan pemahaman disesuaikan nilai-nilai Barat.28 Selain itu, modernisasi yang terjadi di Turki yang berubah dari sistem khilafah menjadi sistem republik yang dilandaskan pada kondisi sosiologi masyarakat Turki juga membawa perubahan terhadap modernisasi pendidikan Islam. Modernisasi pendidikan Islam yang muncul di Turki untuk menjadikan Barat sebagai model pendidikan ideal memaksa Turki untuk mengadopsi sistem pendidikan barat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Modernisasi pendidikan Islam terpenting yang terjadi di Turki ialah penutupan terhadap
27
Ibid.
HLM.A.R. Gibb, Aliran-aliran Moderen dalam Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 71. 28
14
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
madrasah-madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dan diganti dengan lembaga pendidikan sistem pendidikan modern gaya Barat. Keseluruhan modernisasi ini mengakibatkan Islam kehilangan institusi pendidikan Islam yang sebelumnya menjadi penopang khilafah Turki yang telah lama menjadi pemeluk agama Islam. Tentu saja gagasan sekularisasi dan westernisasi atau Nasionalisme Turiki ini sekaligus menjadikan Turki berubah menjadi mirip atau sama dengan negara modern yaitu Barat seperti dalam cita-cita Mustafa Kemal.29 Pentingnya landasan sosiologi dalam melaksanakan modernisasi pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas dapat ditelusuri karena banyak sekali gagasan dan gerakan modernisasi pendidikan Islam yang didasari oleh masalah sosial kemasyarakatan. Besarnya porsi sosiologi sebagai landasan ini selanjutnya mendorong kaum modernis untuk memahami sosiologi sebagai dasar memahami modernisasi. Hampir sama dengan memahami agama, modernisasi pendidikan Islam dapat dipahami dengan landasan sosiologi karena agama diturunkan untuk kepentingan sosial30 dan demikian pula dengan pendidikan Islam itu sendiri. Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial, dinamika sosial dalam modernisasi pendidikan Islam menuntut pembaharuan sistem pendidikan Islam memberi akses ke arah tersebut. Pendidikan tidak hanya sekadar menjadi wahana pemenuhan kewajiban menuntut ilmu belaka, namun memberikan peluang kepada seluruh peserta didik untuk mendapatkan akses bagi peningkatan sosial dalam seluruh dimensi kehidupan. 5. Landasan Psikologis Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa individu melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku individu yang teramati terjadi karena didasari oleh kondisi kejiwaannya termasuk keyakinan yang dianutnya.31 Sebagaimana agama yang dapat dipahami dengan landasan psikologi, termasuk pendidikan. Modernisasi pendidikan Islam banyak terjadi didasari oleh kondiri kejiwaan dari tokoh pelakunya. Melalui psikologi dapat diketahui alasan modernisasi yang dilakukan dari perspektif kejiwaan tokoh pelakunya tersebut. Di samping itu, psikologi sekaligus dapat menjadi dasar atau alat untuk melaksanakan modernisasi pendidikan Islam. Dengan demikian, psikologi dapat menjadi fondasi untuk menjelaskan fenomena
Hasan Asari, Modernisasi…, hlm. 133. Abuddin Nata, Metodologi…, hlm. 41. 31 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 76. 29 30
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
15
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
modernisasi pendidikan Islam, selain juga dapat mendasari terjadinya modernisasi pendidikan Islam. Ketercapaian pendidikan Islam yang sesuai dengan kebutuhan psikologi penganutnya menuntut munculnya modernisasi baik gagasan maupun pemikiran untuk memperbaharui pendidikan Islam sehingga menyahuti kebutuhan psikologi umat Islam. Pendidikan Islam tidak dilaksanakan untuk memuaskan psikologi peserta didik saja, namun kemungkinan untuk melanggengkan kesehatan jiwa bagi seluruh peserta didik. 6. Landasan Anthropologis Antropologi yaitu ‚ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau.‛ 32 Wilayah cakupan Antropologi adalah kebudayaan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil daya cipta dan kreasi manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya. Di dalamnya terangkum pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Keseluruhan ruang lingkup antropologi tersebut dapat digunakan sebagai landasan melaksanakan modernisasi pendidikan Islam. Asumsi-asumsi yang bersumber dari teori-teori antropologi dapat dijadikan landasan dasar dalam modernisasi pendidikan Islam. Di satu sisi, modernisasi pendidikan Islam mengambil bentuk penyesuaian dengan masyarakatnya yang berbeda sesuai dengan konteks sosialnya.33 Di sisi lain, modernisasi pendidikan Islam yang menimbulkan perubahan kultural menuntut sistem pendidikan Islam untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi kehidupan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa modernisasi pendidikan Islam didasari oleh berbagai landasan seperti normatif-teologis, historis, filosofis, sosiologis, psikologis, dan antropologis. Modernisasi dapat dipahami dari berbagai perspektif sehingga kaya dengan beragam dimensi dalam meneropongnya. Modernisasi tidak hanya dapat terwujud dengan dasar landasan normatif-teologis, namun juga sebagaimana juga landasan lain sebagaimana disebutkan di atas.
Poerwadarminta, Kamus…, hlm. 34. John O. Voil, ‚Pembaharuan,…, hlm. 26.
32 33
16
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Penutup Ketika wajah pendidikan Islam kini telah muncul sebagai hasil modernisasi pendidikan Islam tersimpul dalam benak kita bahwa posisi modernisasi memegang posisi strategis. Modernisasi pendidikan Islam terealisasi dalam wujud gagasan dan gerakan. Pemikiran demi pemikiran, perubahan demi perubahan silih berganti muncul di belahan dunia Islam sampai Indonesia dari masa klasik sampai kontemporer sebagai hasil modernisasi pendidikan Islam. Penegasan kembali untuk disimpulkan bahwa modernisasi tersebut muncul melalui landasan yang kuat dalam berbagai aspek. Modernisasi adalah wujud kreasi pemikiran dan gerakan tokoh tertentu dalam memperbaiki kondisi pendidikan Islam ke arah lebih baik. Landasan normatif-teologis sebagai landasan ideal, landasan historis, filosofis, sosiologis, psikologis, dan antropologis sebagai landasan operasional dalam melahirkan modernisasi pendidikan Islam. Dengan demikian, agaknya terlihat jelas bahwa landasan modernisasi pendidikan Islam tersebut menjadi fondasi kuat dalam membangun kerangka pendidikan Islam. Modernisasi ini bertujuan memberdayakan pendidikan Islam sehingga mampu menyahuti persoalan pendidikan Islam sesuai dengan konteks zaman. Referensi
Abu Daud, Sunan, Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1935. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010. Achmad Jainuri, ‛Landasan Teologis Gerakan Pembaruan Islam‛, dalam Jurnal Ulumul Alquran, No. 3, Vol. VI, Tahun 1995, h. 38, sebagaimana dikutip dari Fauzi, ‚Pembaharuan Islam (Memahami Makna, Landasan, dan Substansi Metode)‛, dalam Ibda’ Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol. 2, No. 1, Jan-Jun 2004. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena
17
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 01 Januari 2015
Fazlur Rahman, ‛Islam dan Modernitas‛, dalam Charles Kurzman (Ed.), Wacana
Islam Liberal; Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, Jakarta: Paramadina, 2003. Fazlur Rahman, Kenabian dalam Islam, Bandung: Pustaka, 2003. H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Moderen dalam Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996. Hasan Asari, Modernisasi Islam; Tokoh, Gagasan dan Gerakan Kajian tentang Perkembangan Moderen di Dunia Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2007. Ibnu Burdah, Islam Kontemporer, Revolusi dan Demokrasi; Sejarah Revolusi Politik Dunis Islam dan Gerakan Arab dalam Arus Demokrai Global, Malang: Instrans Publihing, 2014. Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan; Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012. John O. Voil, ‚Pembaharuan dan Perubahan dalam Sejarah Islam: Tajdid dan Islah‛, dalam John L. Esposito (Ed.), Dinamika Kebangunan Islam; Watak, Proses, dan Tantangan, Jakarta: Rajawali Pers, 1987. Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1992. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1987. Zuhairin, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksar, 2010.
18
Landasan Modernisasi Pendidikan Islam.......Magdalena