LAMPIRAN 1 Pertanyaan Wawancara Surat Pernyataan Informan Coding (Open Coding, Axial Coding, Selective Coding)
PERTANYAAN WAWANCARA I. Ide Program Sexophone 1. Bagaimana sejarah program Sexophone? -
Kapan tanggal dan tahun program ini dibuat?
-
Siapa pencetus ide program sexophone pertama kali?
-
Apa alasan atau latar belakang program sexophone dibuat?
2. Mengapa program ini bernama Sexophone? Apa makna atau filosofinya? 3. Mengapa logo atau lambang program Sexophone seperti itu (wanita dan alat musik saxaphone)? Apa makna bentuk dan warna ungu pink pada lambang program Sexophone? 4. Siapa target audiens program Sexophone? (demografis dan psikografis) 5. Mengapa program ini ditayangkan setiap hari kamis jumat dan tengah malam? Apa alasannya? 6. Mengapa host nya Chantal? Apakah ada kriteria khusus untuk pemilihan host? 7. Mengapa program Sexophone masuk dalam kategori program News di TRANS TV? 8. Program ini adalah program dewasa yang membicarakan tentang fenomena seks, dan topik seks sangat sensitif berkaitan dengan etika, apa saja batasan untuk program ini terkait dengan etika jurnalistik?
9. Apa kelebihan liputan tertutup dalam investigasi program Sexophone? 10. Apa saja strategi promo untuk mempromosikan program ini supaya ditonton pemirsa? 11. Sejauh ini bagaimana respon pemirsa terhadap program Sexophone? Bagaimana rating dan share nya? 12. Apa pesan utama (tujuan program) yang ingin disampaikan dari program Sexophone kepada pemirsa? 13. Apa saja kendala dan tantangan bagi program Sexophone?
II. Pra Produksi 1. Apa saja yang dilakukan dan dipersiapkan secara berurutan pada tahap pra produksi sebelum liputan dan shooting? 2. Bagaimana strategi pemilihan tema setiap episodenya? 3. Darimana sumber ide atau tema untuk tiap episode muncul? 4. Bagaimana cara menemukan dan menembus narasumber? Apa strateginya? 5. Apakah ada kriteria pemilihan narasumber? 6. Apa yang dilakukan jika tidak berhasil menembus narasumber? 7. Bagaimana strategi dalam pemilihan lokasi shooting (untuk Chantal dan Zoya)? Apa kriterianya? 8. Apa saja yang dibicarakan dan dihasilkan pada rapat pra produksi? 9. Apakah ada riset? Apa saja yang diriset pada tahap pra produksi? Siapa yang bertanggung jawab?
10. Apakah ada pembuatan rundown dan time table untuk shooting? Jika ada, bagaimana prosesnya? 11. Bagaimana proses perencanaan budget untuk produksi program Sexophone? 12. Bagaimana proses penentuan SDM (kru) yang dibutuhkan? 13. Bagaimana proses penentuan jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan? 14. Apa saja kebutuhan dan perlengkapan/ properti yang dibutuhkan? Bagaimana prosesnya? (untuk mobil, wardrobe, make up, bunga, lilin, dst) 15. Mengapa setiap produksi selalu menggunakan bunga dan lilin? Apa alasannya? 16. Apa kriteria untuk pemilihan wardrobe atau baju, make up, dan tatanan rambut host? 17. Bagaimana proses mengurus kebutuhan legal masalah perizinan? Apa saja yang butuh perizinan? 18. Apa saja kendala dan hambatan selama tahap pra produksi? 19. Apakah ada strategi atau trik khusus dalam melakukan tahap pra produksi program Sexophone? 20. Apa peran dan tugas anda selama tahap pra produksi?
III. Produksi 1. Apa saja yang dilakukan dan dipersiapkan secara berurutan pada tahap produksi (liputan dan shooting)? 2. Bagaimana proses set up (pengaturan) penempatan dan install peralatan?
3. Apakah ada proses latihan atau reherasal sebelum pengambilan gambar? jika ada, bagaimana prosesnya? 4. Bagaimana proses pengarahan atau briefing sebelum shooting dilakukan? 5. Bagaimana proses koordinasi tim dan talent sebelum pengambilan gambar? 6. Bagaimana jenis lighting (warna lampu) yang digunakan untuk shooting? Apa alasannya? 7. Bagaimana proses setting ruangan atau spot untuk shooting Chantal dan Zoya? Mengapa ruangannya demikian? 8. Bagaimana proses pengambilan gambar dilakukan? Adakah trik, teknik atau strategi khusus yang digunakan? (untuk shooting dan liputan) 9. Apakah dilakukan evaluasi di sela-sela shooting? Bagaimana evaluasi dilakukan? 10. Apa yang dilakukan setelah selesai shooting? 11. Bagaimana proses dismantle? Siapa yang bertanggung jawab? 12. Bagaimana proses kebersihan di lokasi? Siapa yang bertanggung jawab? 13. Apa saja kendala dan hambatan selama tahap produksi? 14. Bagaimana strategi atau trik untuk melakukan proses produksi? 15. Apa peran dan tugas anda selama tahap produksi?
IV. Paska Produksi
1. Apa saja yang dilakukan dan dipersiapkan secara berurutan pada tahap paska produksi? 2. Bagaimana proses dan strategi pembuatan naskah program? 3. Bagaimana konsep editing nya? Apakah ada trik atau kriteria khusus? Karena ini adalah program investigasi. 4. Apakah hasil jadi editing di preview atau ditonton terlebih dahulu oleh tim? Jika ya, siapa saja yang terlibat dan bagaimana prosesnya? 5. Bagaimana proses Quality Control? 6. Setelah program sudah ditayangkan, kapan hasil rating dan share keluar? 7. Apakah ada evaluasi program secara keseluruhan? Jika ada, bagaimana prosesnya? Apa saja yang dibicarakan saat rapat evaluasi program ini? (evaluasi berdasarkan : rating dan budget) 8. Apa saja kendala dan hambatan selama tahap paska produksi? 9. Apa peran dan tugas anda selama tahap paska produksi?
V. Analisis SWOT Program : 1. Apa saja kekuatan dari program Sexophone? 2. Apa saja kelemahan dari program Sexophone? 3. Apa peluang yang dimiliki program Sexophone?
4. Apa ancaman bagi program ini (pihak luar seperti KPI dan narasumber)? Adakah program kompetitor yang sejenis atau yang jam tayangnya sama?
OPEN CODING
KODE CODING :
018 : Strategi Menemukan dan Menembus Narasumber
Ide Program
019 : Kriteria Pemilihan Narasumber
001 : Sejarah Sexophone
020 : Strategi Jika Tidak Berhasil Menembus Narsumber
002 : Nama Sexophone
021 : SDM (Kru)
003 : Logo Sexophone
022 : Peralatan
004 : Target Audiens
023 : Perlengkapan atau Properti
005 : Hari dan Jam Tayang
024 : Bunga dan Lilin
006 : Host (Pembawa Acara)
025 : Kriteria Make Up dan Wardrobe
007 : Kategori Program News
026 : Riset
008 : Batasan Etika
027 : Strategi Pemilihan Lokasi Produksi (Tapping)
009 : Kelebihan Liputan Tertutup
028 : Rundown
010 : Strategi Promo
029 : Time Table
011 : Respon Penonton
030 : Budget
012 : Tujuan atau Pesan Utama Program
031 : Legal (Perizinan)
013 : Kendala atau Tantangan Program
032 : Kendala dan Hambatan Pra Produksi 033 : Strategi atau Trik Untuk Melakukan Pra Produksi
Proses Pra Produksi
034 : Peran Informan di Pra Produksi
014 : Proses Pra Produksi secara Umum 015 : Rapat Pra Produksi
Proses Produksi
016 : Strategi Pemilihan Tema
035 : Proses Produksi secara Umum
017 : Sumber Tema
036 : Set Up dan Install Alat
037 : Setting Ruangan (Spot)
051 : Preview
038 : Lighting
052 : Quality Control
039 : Latihan (Rehearsal)
053 : Rating dan Share
040 : Pengarahan dan Koordinasi
054 : Evaluasi Keseluruhan
041 : Pengambilan Gambar
055 : Kendala dan Hambatan Paska Produksi
042 : Evaluasi Shooting
056 : Peran Informan di Paska Produksi
043 : Dismantle (Bongkaran) 044 : Kebersihan
Analisis SWOT
045 : Kendala dan Hambatan Produksi
057 : Kekuatan (Strenghts) Program Sexophone
046 : Strategi atau Trik Untuk Melakukan Produksi
058 : Kelemahan (Weakness) Program Sexophone
047 : Peran Informan di Produksi
059 : Peluang (Opportunity) Program Sexophone 060 : Ancaman (Threats) Program Sexophone
Proses Paska Produksi 048 : Proses Paska Produksi secara Umum
Profil Informan
049 : Strategi Penulisan Naskah
061 : Profil singkat Informan
050 : Trik Editing
PENELITI
: Aldita Ruslim
SUBYEK
: M. Noor Hidayat (Mas Memet) (Eksekutif Produser)
TOPIK
: Profil Program, Proses Produksi (Tahap Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi), dan Analisis
SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). TANGGAL
: Selasa, 9 April 2013, Pukul 18.26 WIB
TEMPAT
: Ruang meeting kaca sebelah kanan di Divisi News Gedung TRANS TV lantai 3, Jl. Kapten P. Tendean Kav 1214 A, Jakarta 1279.
SITUASI WAWANCARA
: Di ruang kaca sebelah kanan dengan suasana nyaman dan tenang, hanya ada peneliti dan Informan dalam ruangan. Suasana sekitar ruangan cukup ramai orang-orang lalu lalang, namun tidak menganggu jalannya wawancara karena ruangan kedap suara. Informan menjawab dengan kooperatif dan informatif, namun sedang sedikit batuk-batuk.
CATATAN
KODE
TRANSKRIP DATA
LAPANGAN
CATATAN JAWABAN INFORMAN
Informan
sambil
duduk Informan
P : Sore Mas Memet, iya ini aku mau wawancara buat skripsi aku.
sambil
melihat handphonenya
M : Skripsi mau ambil tentang Sexophone?
P : Iya. M : Apanya? Judulnya apa? P : Proses produksi, tentang strategi produksi program berita investigasi Sexophone di Trans TV. M : Oo yauda boleh. Mau nanya darimana? P : Saya mau tanya sejarah Sexophone ni Mas,
kapan
Sexophone pertama kali dibuat? Tanggal dan tahunnya Mas. Informan
batuk
sebelum
M : Kalo tanggal-tanggalnya saya lupa kayaknya ya. Tanggal pertama tayang ya?
menjawab P : Iya. Informan
sambil
M : Oo harus nanya kesini ni RCD ni.
RCD
adalah
menunjuk ruangan
kepanjangan
RCD
Research Creative and Development,
dari
adalah
sebuah bagian di Divisi News Trans TV yang bertugas melakukan
untuk riset
tentang audiens dan masyarakat
terkait
dengan program
programnews,
bertanggung
dan jawab
atas data-data rating dan news. P : hmmm. Informan setelah
batuk
001
selesai
M : Kapan pertama tayang lupa aku kalo kayak gitu-gitu lupa tanggal-tanggalnya. Kalo tahunnya baru ya ini 2012.
bicara P : Oo 2012? 001
M : Eh dua ribu, iya dua ribu dua belas. P : Kalo pencetus pertamanya siapa Mas?
001
M : Pencetusnya dari magazine Trans TV. Ee Mas Rizal, Mas Rizal itu ditugasi oleh atasan yang ga perlu disebut ya, untuk membuat program hmm tentang Zoya. Kamu tau Zoya ya? Zoya tu memang sudah punya nama lah diluar ya, ada di Kompas fotonya gede kan, lalu dia punya rubrik di detikcom. Idenya sih sangat ringan,
bikin tu Zoya untuk tampil di TV gitu. Nah
perintahnya emang seperti itu aja hanya kita menterjemahkan harus seperti apa ya Zoya akan dibikin. Nah ide kreatifnya
share
program
bermunculan. Akhirnya menuju pada format disitu ada band ya, dialog tentang pendidikan seks tapi disampaikan secara elegan tidak murahan, ngobrolnya harus ilmiah, harus seorang yang punya keahlian dan pakar di bidang seksologi. Dan penanyanya In
Bed
With
Zoya
pun harus pandai ya. Ternyata Zoya sama Chantal ini emang adalah video podcast klik mereka, karena punya program bareng di web hmmm yang
menampilkan
tema-tema
edukatif
Informan
namanya In Bed With Zoya.
mengeram
Nah kan tentu saja
sebelum
menampilkan mereka berdua, lalu kami kemas seperti itu. dan pembahasan lebih
menjawab
Pilihan band nya pun pilihan yang tidak seperti band-band yang dalam mengenai seks
Trans ga mau mentah-mentah ya seputar seks yang sehat
lain seperti band pop atau itulah. Band-nya itu kita pilih-pilih dalam keseharian. orangnya, jadi maunya itu kemasannya sangat AB ya, hmm kalangan menengah keatas maunya. Pembicaranya tidak vulgar, maunya tu elegan. Itu konsep awalnya Sexophone. Jadi mereka duduk berdua ditengah-tengah pemain band, kalo bisa pemain Informan
band-nya tu muter, jadi mereka dikelilingi pemain band. Ada
mengeram batuk
dan
interaksi antara host sama pemain bass, keyboard, sama
ditengah-
drummer ya (mengeram dan batuk) disekitarnya itu ada
tengah menjawab
penonton. Nah pada kenyataannya ternyata menghadirkan penonton itu juga tidak mudah ya, siapa ya penontonnya Sexophone yang harusnya mature, anak-anak muda kalo bicara
Sexophone
ya
pertanyaannya
ngambang-ngambang.
Nah
akhirnya jarang terjadi interaksi antara host dengan penonton. Nah kemudian mencoba menemukan bentuk yang baru ya diantaranya dibuat magazine. Magazine itu feature bentuknya penelusuran karena memang ada fenomena-fenomena yang ada disekitar kita yang hanya bisa ditelusuri lewat ya investigasi. Seperti kehidupan malam waria misalnya ya kita nyemplung kesitu, terus kehidupan yang plus-plus dan sebagainya. Ternyata yang investigasi itu malah menarik dan rating-nya bagus. P : Setelah diubah gitu ya? Informan
sambil
memukul
meja
ya. Kayaknya lagunya itu terus dialognya makin lama makin
untuk
mengulang ya Zoya ya, balik lagi muter lagi karena ga bisa
dua
kali
001
M : He eh lama-lama kok yang band itu agak stag, agak boring
menegaskan
jauh-jauh urusannya ranjang (sambil memukul meja), urusan
jawabannya
memuaskan (sambil memukul meja), dialog antar suami istri, itu begitu terus. Akhirnya kemasannya berubah menjadi investigasi. P : Oo sebenernya intinya alasan dibuat program ini karena mau buat acara untuk Zoya ya Mas Memet?
Informan
batuk
ditengah-tengah
001
M : Iya, intinya seperti itu karena memang dulu kita punya program namanya Fenomena. Fenomena pernah tau ga?
menjawab
(batuk), nanti buka my trans dot com. Fenomena itu hampir 6 tahun itu berjaya di jamnya dan menjadi bahan pembicaraan
Informan
lah orang-orang di Jakarta. Nah kita ingin menghidupkan lagi
menjawab sambil
kejayaan liputan dunia malam itu di Sexophone, belum lahir kali
bercanda
ya kamu? Tahun 2006. P : Hahaha ya udah lahir lah Mas.
Informan tertawa
M : Hahaha P : Kenapa sih dunia malam itu dianggap lebih menarik Mas?
Informan setelah
batuk
M : Oohh bagi penonton, penonton kan punya kategorisasi ya
selesai
punya jam-jam misalnya jam-jam sekian oo jamnya anak-anak,
menjawab
jam-jam sekian jamnya ibu-ibu, lalu jam-jam malam itu bapakbapak dan kalangan dunia malam tidak punya program sebetulnya. Tidak punya pilihan apa yang harus mereka lihat kecuali film, terus apa bola. Nah menurut saya sih ini sebuah varian untuk memenuhi kebutuhan pria dewasa aja, daripada mereka cari-cari diluar. Hak penonton untuk memperoleh program seperti itu. Tapi membuat program seperti itu ga mudah karena KPI itu, harus berhadapan dengan KPI. P : Terus Mas kenapa namanya Sexophone? Ada maknanya ga? 002
M : Oiya konsepnya mirip itu sih karena ada sex education sama musik, musiknya itu maunya jazz. Jazz itu kan identik sama
Saksophone ya, kalo kamu lihat lambang-lambang jazz itu huruf J nya selalu kadang-kadang ditulis pake Saksophone. Nah jadi unik ya namanya Sexophone. Sex and Saksophone. P : Iya Mas unik namanya. Nah itu kan bentuknya tadi uda Mas jelasin, kalo pemilihan warnanya Mas gimana? 003
M : Pemilihan warna? Warna sih bukan bidang saya, harusnya orang grafis sih. Warnanya apa ya Sexophone itu? P : Ungu sama pink gitu Mas.
Informan
003
M : Oo, mungkin karena supaya lebih wanita aja ya, wanita
menjawab sambil
elegan. Memang itu dunia laki-laki, tapi host nya kan cewe-cewe
tersenyum
semua cakep-cakep. P : Kalo target audiens program ini Mas siapa aja? 004
M : Audiensnya pasti male ya. P : Oh jadi utamanya cowo ya Mas?
004
M : Iya utamanya cowo, male mature, umurnya ya mungkin sekitar 21 keatas. Ga boleh ada kids yang bangun ya, tapi ternyata mungkin ada kids yang nonton, mungkin ada. Tapi mostly rata-rata male ya. P : Terus kalo kategori sosial ekonominya itu yang?
004
M : Kalo sosialnya sih maunya menengah keatas. P : AB ya Mas?
004
M : Iya, tapi akhirnya sih kita masuk ke semua ya, semua kalangan. P : Hmm kenapa jam tayangnya tengah malam Mas?
Informan
batuk
005
M : (batuk) Karena pembicaraannya kan tidak boleh diakses
sebelum
anak remaja, ga boleh diakses sama anak-anak, jadi memang
menjawab
harus jam 12 keatas. P : Kalau hari kenapa hari Kamis dan Jumat? 005
M : Hmm tadinya Jumat aja. Memang hari itu dipilih karena diujung hari kan ketika orang-orang uda cape kerja, pulang kerumah ingin rileks, bisa bangun malam karena besoknya hari libur kerja. P : Oo jadi karena hari terakhir kerja ya Mas?
005
M : Iya hari terakhir kerja orang-orang bisa rileks dan sanggup bangun malam karna besoknya libur. P : Nah kalo soal host-nya emang dari awal host-nya Chantal? Kenapa Mas?
006
M : Host-nya memang Chantal, karena Chantal terkenal. Dia punya apa sih web ya, punya rubrik membahas soal seks, tanya jawab soal seks. Tapi Chantal biasanya yang ga detail sedetail rubrik Zoya. P : Terus Mas, kenapa Sexophone ini Masuk kedalam kategori
news? Karena investigasinya tadi? Informan
batuk
007
M : (batuk) He eh menurut saya iya. Gini, yang pertama kenapa
sebelum
Masuk news sebenernya itu kan production type ya, ada band
menjawab
ada host, disitu kita menyelipkan liputan-liputan atau paketpaket video. Itu pengennya kita yang membuat dan mencari, jadi ada unsur news nya disitu. Lalu berubah menjadi investigasi ya benar-benar jadi news. P : Kalo boleh tau Mas ini kan programnya berbau seks gitu ya, pasti kan sangat sensitif berkaitan dengan etika jurnaliatik, dari pihak Sexophone nya sendiri ada batasan-batasan sendiri untuk produksi programnya?
Informan
008
M : Ada donk. Ya yang pertama kita ga bikin film porno ya, kita
menjawab sambil
hanya menampilkan gejala dan fenomena. Kemudian kita
mencondongkan
menampilkan gambar pun harus sesuai kaidah KPI. Wajah di-
tubuh ke depan
blur, suara disamarkan, gambar-gambar yang terlalu terbuka juga di-blur. Kemudian gambar-gambar yang seronok, itu sama sekali ga boleh. Memang susah membuat program begini tu sulit, tapi memang ada ruang-ruang yang masih bisa dibuat sedemikian rupa ketika kita memakai ilustrasi. Kalo susah kita pake ilustrasi, kita pake reka ulang, ketika gambarnya ga mungkin ditampilkan. Batasannya sih ga vulgar aja.
P : Trus ada ga sih strategi promo untuk promosi program ini? 010
M : Promo sih ada, tapi biasanya promonya naiknya malam juga sih ya jam 11 atau jam 12. Karna memang programnya kan dewasa ya, jadi promonya emang ga keliatan. P : Bentuk promonya seperti apa?
010
M : Bentuknya ini, ee apa kayak iklan gitu, iklan in house. Kalo Male
(Mata
sekarang promonya sih sama majalah Male dan detik tapi adalah online.
Lelaki)
program
Trans
7
merupakan dewasa
di yang
program
yang
berisi
persepsi sebagian lakilaki, mengenai segala hal
yang
menjadi
trend, segala hal yang ada di sekitar laki-laki, dan segala hal tentang wanita. Program Male juga memiliki majalah dengan
judul
yang
sama yaitu MALE. P : Sejauh ini respon penonton terhadap program ini gimana
Mas? 011
M : Responnya sih menurut saya sih cukup bagus ya karena rating-nya kan ada yang 12 sharenya ya. Lalu kadang-kadang 10, tapi ga yang jatoh banget ga ada penonton itu ga pernah, pasti ada penonton dan memang ga sebanyak kayak dulu ya fenomena tu penontonnya bisa 30 persen dari penonton TV pada saat itu. Tapi kalo sekarang sih ga yang hebat banget tapi ga yang rendah banget, cukup lah. P : Hmm , sebenernya tujuan utama dari program ini apa sih, maksdunya pesan utama yang mau disampaikan kepada penonton?
012
M : Seks edukasi ya, bagaimana memandang seks itu dengan Hedonis
adalah
benar, bagaimana melakukan hubungan suami istri itu harus pandangan hidup yang benar, dulu seperti itu waktu zamannya ada Zoya ada Chantal menganggap ada talkshow, kenapa ada pakar disitu maunya seperti itu. orang
akan
bahwa menjadi
Pendidikan seks yang tidak didapat disekolah, dibuku, tapi bahagia
dengan
langsung dari praktisi, disitu nanti kita menghadirkan mencari
kebahagiaan
narasumber, ada pelaku-pelakunya, ada narasumbernya, ada sebanyak
mungkin,
sharing pengalaman oleh model, artis, semuanya disitu. Bahwa dan sedapat mungkin yang sekarang bergeser ke investigasi sih menurut saya menghindari perasaanpenasaran bahwa dunia malam itu disekitar kita itu sangat perasaan
yang
hedonis ya sangat luar biasa.
menyakitkan. satu
yang
dianggap
kesenangan
atau
bahagia
adalah
kepuasan
badani
(seks). P : Jadi maksudnya jadi lebih ke menginformasikan gitu ya? 012
M : Iya informasi, ini sekedar menginformasi. P : Berarti yang investigasi sekarang ini bukan tujuannya bukan edukasi seks ya?
012
M : Ga lagi, karna yang sekarang yang terjadi kan kita emang investigasi ketidakbenaran, penyimpangan-penyimpangan lah, misalnya spa jadi ada spa plus-plus, lalu vila ternyata menyediakan psk. Ya cerita-cerita dibalik hal-hal yang biasa ternyata ada cerita terselubung yang kita ga tau. P : Oke Mas, kalo proses produksi nya gimana Mas dari pra produksi sampai paska produksi secara umum?
Informan
M : Biasanya kan kita rapat dulu menentukan tema, jadi
menjawab sambil
misalnya sebelum liputan kan kita ngobrol rapat mingguan
memainkan
biasanya ada rapat kemudian muncul ide-ide dari teman-teman,
handphone nya
apa sih yang sedang terjadi di ibukota atau dimana gitu.
Salah
Misalnya ni kita ambil contoh tentang hmm Alphard tadi ya, terus itu disepakati lalu rundown-nya seperti apa, bikin rundown dulu misalnya nanti segmen 1 ada gejalanya ya gambarnya seperti apa, kemudian segmen 2 harus ketemu dengan EO nya dulu misalnya. Kemudian aa nanti nyewa Alpahrdnya gimana ketemu sama ini Alphardnya gimana. Setelah itu dapet, terus aa psk nya siapa gtu, bisa ga nemuin psk nya, itu banyak hal yang dibicarakan disitu dirapat itu. P : Itu semua kru harus ada disitu? M : Semua kru hadir, iya semua kru hadir. Lalu ketika sudah muncul penugasannya, misalnya si reporternya jalan, survei, uda ketemu misalnya ketemu germo lah, ketemu EO nya kah, terus malem itu atau besoknya laporan lagi, perkembangannya seperti ini seperti ini seperti ini sudah ketemu germo biayanya sekian sekian misalnya biayanya menyewa Alphard itu harus sekian, terus ketemu psk nya biaya budget-nya sekian lalu kita breakdown budget-nya. Wah Alpahrd 15 juta misalnya , ya mau ga mau, gitu terus sampe misalnya disetujui semua udah jalanin, jalan liputan pada hari H, eksekusi mungkin sehari atau dua hari gambar cukup, reporter yanng ditugasi pulang sama campers-nya, lalu mulai menulis naskah, abis naskah, editor ee
Produser mengedit naskah, lalu melakukan visualnya. Kemudian ada pilihan-pilihan gambar untuk proses editing. Proses editing tu juga harus ee tepat ya, karna kan kita nge-blur muka, motong omongan-omongan yang gak sesuai, lalu ada QC dari saya, ada quality control terakhir harus diperiksa lagi apakah ini aman ditayangkan. Setelah aman, di-print dari editing, di-print bentuknya kaset, itu dibawa ke ruang bawah lantai dua namanya master control. Disitu ada bagian quality control, di quality control dites lagi, pertama tes content. Tes content, o aman ni o naik, oke naik. Kemudian teknis nya misalnya audionya sudah sesuai level-nya belum, audio-nya itu ada 4 level kalo ga salah. Lalu visualnya di-blur-nya sudah cukup belum. Kalo belum ada satu kriteria yang ga lolos, itu dibalikin ke kita, ke news dibalikin. P : Contohnya kriterianya? M : Misalnya audio-nya tidak sesuai standar Trans, misalnya Masih kurang ininya dibawah level itu dibalikin. Nge-print lagi, kita benerin nge-print lagi. Misalnya ada yang kok itu ga diblur, ini blur-nya kurang, balikin lagi. P : Antara liputan sama shooting yang Zoya dan Chantal itu kan beda ya. Jadi sebenernya program ini pas saat produksinya
shooting-nya itu 3 kali ya? M : Hmmm he eh, karna ada tapping-nya Chantal, ada liputannya, ada tapping-nya Zoya. P : Nah kalo kendala dan tantangan dari program ini ada ga Mas? Kan investigasi itu kan susah ya gitu pasti sebenernya. 013
M : Kendala nya ya kalo ga nembus narasumber aja. Kalo ga dapet narasumber ganti topik, ulang liputan lagi. Yang harusnya tayang minggu ini ga dapet. Ya susahnya itu. P : Hmm sebenernya yang paling susah yang ini ya yang dibagian liputan ya?
013
M : Iya, di lapangan, karena mereka harus nembus-nembus narasumber kan susah, nembus germo, nembus psk ga gampang. P : Takut juga ya?
013
M : Iya ketahuan takut. P : Nah kalo buat Mas Memet sendiri, Mas Memet ini kan EP, itu dari ketiga tahapan pra, produksi, dan paska, itu Mas Memet perannya apa? M : Kalo sudah eksekusi teman-teman biasanya. Kalo saya sih policy, penentuan tema, penentuan narasumber. Kalo eksekusi dilapangan sih sudah teman-teman. P : Kalo di paska produksi kan ada yang namanya evaluasi ya
Mas, nah itu biasanya Mas yang pimpin evaluasinya? M : Iya, itu rapat itu evaluasi. P : Selalu ada Mas? M : Iya selalu. Evaluasi sama menentukan topik berikutnya. P : Hmm itu setelah program uda tayang uda keluar rating share nya gitu baru dievaluasi gitu ya? M : Iya P : Oh gitu Mas. M : Gimana? Udah? Masi banyak ga pertanyaannya? Kurang berapa? P : Hmm 4 pertanyaan Mas. Informan
sambil
bangkit
berdiri
berjalan
keluar
M : Oo Masi banyak ya, saya sholat dulu aja ya.
ruangan P : Oh iya gapapa Mas. Silakan. Informan sholat P : Kalo menurut Mas Memet, kekuatan dari program ini apa Mas? 057
M : Yang pertama itu host nya ya, Zoya itu kan Master psikologi untuk seksual. Jadi memang menurut saya dia satu-satunya
orang yang punya gelar Master di Indonesia. Yang bener-bener bisa ngomong seks ini Zoya. Kemudian kalo bentuknya investigasi seperti sekarang, menurut saya Trans punya pengalaman investigasi yang bisa dipertanggungjawabkan ya, kita punya reportase investigasi yang sangat terkenal. Kita juga dulu punya fenomena yang pernah membahas dunia malam dengan luar biasa bagus. Menurut saya, kelebihan-kelebihannya itu. P : Kalo dari segi content Mas? Kekuatan dari segi content? 057
M : Menurut saya sih tema ya. Temanya itu yang benar-benar baru yang menarik terjadi di masyarakat sekitar. Misalnya kayak fantasi car yang di Alphard, terus pemandu plus-plus. Jadi tema atau sesuatu yang belum diketahui oleh masyarakat tapi ternyata ada. P : Trus kalo program ini ada kekurangannya ga Mas?
Informan
batuk
058
M : Kekurangannya adalah (batuk) ketika bicara seks memang
ditengah
topiknya muter sekitar itu. Ketika bicara seksualitas kan
menjawab
urusannya badan, kepuasan, akhirnya komunikasi hubungan
pertanyaan
suami istri, nah rata-rata lama kelamaan apa yang dibicarakan narasumber kita itu ya itu, baliknya itu ke komunikasi suami istri, komunikasi lagi, terus seperti itu. Akhirnya ada
pengulangan-pengulangan yang kita aja udah tau jawabannya, penonton ga usah nungguin oh pasti jawabannya itu. Repetitif content
kali
ya.
Untuk
Sexophone
yang
investigasi
kekurangannya ya adalah Masalah gambar ya. Jadi ruang nya sangat terbatas ga bisa bebas karena etika. P : Kalo dari sisi oppurtunity-nya atau peluang untuk program ini tu apa Mas? 059
M : Ooh kalo menurut saya sih opportunity program ini untuk terus ya harus kreatif menciptakan ide, menciptakan tontonan, lalu mengemas investigasi menjadi sebuah tontonan yang menarik. Masih banyak oppurtunity untuk program ini. P : Kalo dari sisi penontonnya Mas, apa peluang program ini?
059
M : Kalo menurut saya dunia malam, dunia remang-remang pasti akan disukai banyak orang. Buktinya majalah Playboy aja dicari, namanya libido, seksualitas itu kan konsep paling mendasar pada manusia ya itu. Sejak jaman dulu Nabi Adam diturunkan ke dunia lalu ada Hawa disitu ada hawa nafsu,
Informan
anak-anaknya berebutan sampe bunuh-bunuhan itu karena
menjawab sambil
perempuan
tertawa
perempuan, jadi semua karena perempuan, hahaha gara-gara
ya,
perang
dunia
pertama
terjadi
karena
perempuan, karena seks, raja-raja semua, presiden semua
jatuhnya karena seksualitas. Karena merupakan kebutuhan mendasar manusia, lalu informasi. P : Kalo ancaman bagi program ini Mas ada? 060
M : Threat ya, threat itu banyak program sama. P : Oh gitu?
060
M : Antv udah bikin, lalu Trans 7 udah ada ya namanya Mata Lelaki. Artinya banyak program yang bisa juga mereka membuatnya. Terus yang kedua kalo di Trans ancamannya itu jamnya ga pasti, kadang jam setengah 1, jam 1, karena program bioskopnya maju mundur. Itu buat penonton males juga nunggunya. P : Nah terus kalo untuk menghadapi ancaman-ancaman kayak gitu gimana caranya Mas? M : Kalo yang jam maju mundur itu memang kita ga bisa karena itu wilayah programming. Yang bisa kita lakukan hanya ketika mendekati jamnya kita bikin running text Sexophone akan tayang sesaat lagi. Kalo untuk yang kompetitor itu diluar kendali kita, kalo kompetitor mau bikin apapun kan terserah mereka, kita ga bisa menghambat. P : Tapi program lain ga pake Zoya ya? M : Ga pake, karena Zoya kalo sudah muncul di program
seperti ini, dia ga boleh muncul di program lain yang mirip ya. P : Jadi itu sebenernya menjadi kekuatan yang paling besar ya di Sexophone? 057
M : Iya sebetulnya kekuatannya ada di Zoya. P : Suka kayak ada pihak yang nuntut gitu ga Mas yang jadi ancaman juga?
060
M : Oh nuntut ada, kemaren yang spa plus-plus, spa nya ga diblur tapi Masih ketahuan lokasi spa nya. Kalo ketahuan saat penelusuran,
kita
ga
teliti
ngeditnya,
lalu
ga
teliti
menyembunyikan apa identitas-identitas yang temennya saja tahu, misalnya kamu sering pake itu ya, kalo itu ga kita blur, temennya yang biasa yang kenal sama dia itu pasti akan ngerti kalo dia selalu pake itu, itu identitas yang harus disamarkan. P : Itu kan ancaman dari pihak narasumber, kalo dari pihak kayak KPI, FPI gitu ada Mas? 060
M : KPI kemaren nuntut tentang ini, nuntutnya uda dua kali. Yang pertama tentang three some, three some itu permainan tentang apa coba? P : Yang bertiga gitu ya?
060
M : Nah itu content-nya seperti mengajari orang yang tidak pernah.
P : Oh oke, sekarang mau tanya profil singkat Mas Memet, nama lengkapnya siapa mas? 061
M : Nama lengkap Muhammad Noor Hidayat. P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahir mas kapan?
061
M : Oh boleh, di Pekalongan, 20 Oktober 1968. P : Mas lulusan mana mas?
061
M : S1 Psikologi di UGM. P : Oh oke, boleh ceritain perjalanan karir kerja Mas Memet ga sampe sekarang di TRANS?
061
M : Sebelum di TRANS saya kerja di RCTI 4 tahun, tahun 2002 masuk ke TRANS TV jadi Associate Producer. Di bulan Oktobernya jadi Produser berita. Lalu Juni 2003 menjadi Produser di Jelang Siang, Januari 2004 jadi Produser program Fenomena. Terus Januari 2007 sampe sekarang jadi Eksekutif Produser. P : Oke, uda mas. M : udah bener?
\
P : Iya mas, makasi banyak ya Mas Memet.
PENELITI
: Aldita Ruslim
SUBYEK
: Ngesti Utomo (Mas Tom) (Reporter)
TOPIK
: Profil Program, Proses Produksi (Tahap Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi), dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).
TANGGAL
: Jumat, 12 April 2013, Pukul 14.30 WIB
TEMPAT
: Ruang meeting kaca sebelah kiri di Divisi News Gedung TRANS TV lantai 3, Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 1279.
SITUASI WAWANCARA
: Di ruang kaca sebelah kiri dengan suasana nyaman dan tenang, hanya ada peneliti dan Informan dalam ruangan. Suasana sekitar ruangan sepi, hanya sedikit orang lalu lalang. Informan menjawab dengan lancar, jelas, dna informatif. Informan bersikap sangat ramah dan kooperatif selama wawancara berlangsung.
CATATAN
KODE
TRANSKRIP DATA
LAPANGAN
CATATAN JAWABAN INFORMAN
P : Nah Mas Tom, pertama aku mau tanya soal profil program ya Mas Tom. Ee sejarahnya program Sexophone ini gimana Mas? Informan
001
menjawab melihat
T : Sexophone itu kalo ga salah bulan aa April atau Mei gitu pokoknya Bulletin
and
Current
sambil
tahun lalu, jadi mau satu tahun sekarang. Jadi Sexophone ini yang saya Affairs adalah kategori
arah
tahu itu adalah terinspirasi dari program Fenomena. Nah kan di news program news di Trans
ke
atas berpikir
Trans TV itu kan terbagi dua tuh ada bulletin and current affairs sama TV yang termasuk hard magazine and documentary. Nah sementara ini kan kalo yang keliatannya news yaitu program yang
emang news banget jurnalistik banget itu kan bulletin and current affairs. benar-benar informasi. Nah disatu sisi juga orang-orang magazine pengen donk punya satu program yang bener-bener ee kental akan nuansa jurnalistik khususnya Magazine investigasi. Nah makanya kan dulu-dulu banyak tuh magazine yang Documentary
and adalah
termasuk jurnalistik salah satunya Fenomena dulu tuh yang booming kategori program news di banget, dunia lain kayak gitu. Nah makanya sekarang juga pengen Trans TV yang termasuk nimbulin lagi, trus juga sekarang tuh trend nya tuh waktu kemaren aku soft news yaitu program perhatiin sih kenapa mulai lagi marak Sexophone trus Mata Lelaki, itu informasi yang memiliki karena ada pengulangan apa ya, pengulangan siklus. Misalnya lagi unsur
Informan menjawab
sambil
musim booming apa gtu jadi semua stasiun televisi bikin itu. Nah didalamnya.
memegang
sekarang tuh kayaknya balik lagi ke beberapa tahun yang lalu sekitar 6
handphone
tahun yang lalu, dimana dulu yang booming banget itu fenomena yang megang banget. Makanya ada peluang kesitu lagi nih karena waktu itu belum ada lagi tuh di stasiun-stasiun televisi lain yang programnya memuat seks tapi lebih ke unsur edukasi dan informasi dan berformat talkshow. Yang lainnya itu hanya berupa ee liputan tayangan-tayangan vt. Kalo Sexophone itu kelebihannya sama pembeda dari programprogram seks atau program-program dewasa tv lain itu talkshow nya itu dan menghadirkan si pakar seksologi. Nah tapi seiring berjalanya waktu, minat pasar, hasil rating dan share jadi sekarang mengarah ke bentuk investigasi penelusuran. Nah itu dimulainya investigasi penelusuran itu
hiburan
Handphone
pas saya masuk, karena saya yang pertama kali melakukan investigasi.
Informan
Hahaha. Itu bulan Desember. (tiba-tiba hp Mas Tom bunyi) Eh bentar ya.
berdering
dan
Informan menjawab telepon P : Iya gapapa Mas. T : Sorry ya. P : Iya gapapa Mas. 001
T : Nah itu bulan Desember liputan pertamanya adalah tentang gigolo, dan ternyata trend nya itu berhasil, positif, jadi semua penelusuran secara investigasi kayak gitu. P : Kalo boleh tau, yang pertama kali mencetuskan ide program ini itu siapa?
Informan menjawab
001
T : Kayaknya Mas Memet ya? pokoknya dari atasan gitu.
sambil
memegang kepala dengan
tangan
kanan P : Nah tadi Mas Tom bilang kan karena trend dan semacamnya, kenapa dari talkshow diganti ke investigasi gitu? T : Nah, waktu itu kan kita melihat yang namanya itu ee pergerakan
pemirsa yang bisa kita lihat di grafik share dan rating, ketika dilihat dari grafik kepenontonan pemirsa itu ketika ngobrol itu cenderung turun, jadi ketika talkshow itu ada beberapa pihak di kantor itu ee punya asumsi bahwa format ini membosankan lah boring lah gitu lah ya. Terus ee gimana ni pengen bikin gereget lagi gitu kan, yauda deh coba dengan satu konsep baru yang emang punya thriller tinggi, punya ketegangan, punya realitas lebih ini lagi, yauda coba, dan katanya berhasil. Ketika ada liputan tayangan-tayangan vt misalkan tentang multiple orgasme kalo ga masturbasi, kan itu ngobrolnya ada tu, tapi tayangannya ada ee ilustrasi. Nah ketika ilustrasi-ilustrasi itu selalu tinggi grafiknya, nah otomatis disimpulkan yauda aja isi gambar aja, jangan selalu isi ngobrol. P : Sip, nah yang kedua nih Mas. Informan
T : Ini bisa di pause ga sih?
memotong pembicaraan sambil
bangkit
berdiri P : Bisa, kenapa? Gapapa sih jalan aja Mas. T : 3 menit aja, mau ngasih ini ke orang. P : Oh iya gapapa Mas. Informan
sambil
T : Bentar ya.
berjalan
cepat
keluar ruangan P : Nah kenapa program ini namanya Sexophone? Ada filosofinya ga sih? T : Ada. P : Apa Mas? 002
T : Kan kalo Sexophone itu apa ya, disitu ada kata sex. Disitu bisa dijadiin sex on phone, bisa jadi saksophone. Karena dulu tu identiknya ada penampilan penyanyi jazz dan menggunakan alat musik saksophone, dan Sexophone itu biasanya identik dengan kegiatan bercinta. Kalo misalkan dalam film-film aja suara saksophone nya , jadi kalo misalkan
Informan
sambil
lagi adegan di film-film romantis itu misalkan kalo lagi dikamar musiknya
bersenandung
nananana (bersenandung) musik jazz. P : Terus kenapa logonya lambanganya kan ada gambar cewe sama saksophone? 003
T : Ya itu penggabungan dua makna itu, yang satu musik talkshow diiringi sama musik, dan alat musik saksophone itu identik dengan bercinta, dewasa, dan wanita. P : Nah tapi kan sekarang uda bukan talkshow, maksudnya ke investigasi, makna nya tetep sama?
002
T : Sebenernya beda, harusnya namanya mungkin, dulu tu sempet mau dikasih nama Sexophone The Journey gitu, tapi ga jadi, uda aja
Sexophone. Tapi kayaknya sekarang lebih ke brand awareness pemirsa, karena pemirsa juga udah ngeh sama Sexophone itu acara kayak gini, jadi jangan diganti, kalo diganti justru menimbulkan resiko yang lain kali ya. P : Terus warnanya, kenapa warnanya harus ungu-ungu ngepink gitu? Informan menjawab
003
T : Lambang cinta..hahaha.
sambil
tertawa P : Hahaha lambang cinta ya. 003
T : Selain pink itu kan ungu kan lebih elegan pasti. P: Oke, nah target audiens utamanya program ini tu siapa?
004
T : Kalo dari target audiens secara ekonomi pasti kalangan kelas A kelas B. Makanya musiknya musik jazz bukan musik dangdut gitu kan. Kalo secara usia pasti yang dinyatakan udah adult dewasa artinya diatas 18 tahun, dan lebih spesifiknya lagi yang sudah aa berpasangan suami istri. Kalo secara pendidikan pasti pendidikannya yang D3 S1 lah.
Tiba-tiba ada kru lain
datang
membuka ruang
kaca
mengajak
pintu dan
informan berbicara P : Kalo secara psikografis Mas? Informan menjawab
004 sambil
T : Untuk semua laki-laki cowo-cowo pecinta dunia malam (minum) dan senang dengan kehidupan hedonis.
minum P : Kenapa program ini tayang di hari Kamis? Alasannya apa? Informan menjawab
T : Satu itu adalah kebijakan programming. Yang kedua malam Jumat sambil
005
tertawa
adalah malam Sunnah Rasul hahahaha. Malam Jumat itu ya bagi sebagian umat agama tertentu malam Jumat itu identik dengan Sunnah Rasul dimana ketika melakukan hubungan suami istri itu akan mendapatkan pahala. P : Trus kenapa harus tengah malam?
005
T : Siang ga mungkin tayang sama KPI karena program dewasa. P : Kalo konsep program ini gimana Mas? T : Kalo konsep yang sekarang lebih simpel, acara hanya dibawakan oleh seorang host Chantal dan hanya lead in lead out. Tidak ada tanya jawab tidak ada percakapan gitu, hanya pemberi lead in lead out untuk vt, hanya cuman sebagai pengantar aja. Vt-vt nya sekarang full dikerjakan oleh tim liputan. Dan segmen Zoya yang menjadi ciri khas Sexophone, menghadirkan pakar. P : Terus kenapa host nya itu Chantal? Memang ada kriteria khusus gitu
buat pilih host? 006
Informan
T : Kalo Chantal itu punya beberapa kriteria. Satu dia mantan seorang
sambil
anchor, otomatis dia tanda kutip lebih cerdas dibandingkan dengan
meja
presenter-presenter pada umumnya, dia kan punya basic news. Yang
untuk menegaskan
kedua Chantal ini sering hadir jadi sosok apa wanita seksi, kadang-
jawabannya
kadang di majalah difoto apalagi dengan penambahan tato tato dimana-
menjawab memukul
mananya hehehe jadi keliatan seksinya. Cantik juga pasti.
P : Kenapa program Sexophone ini Masuk kategori program news? 007
T : Ya itu, karena didalamnya memuat informasi-informasi kalo sekarang seputar fenomena dunia seks yang berkembang di masyarakat secara nyata. P : Terus program ini kan program dewasa ya Mas ya, maksudnya berbau seks, dan seks itu kan sensitif banget sama yang namanya etika jurnalistik. Nah dari tim sendiri itu ada batasan-batasan tertentu ga sih buat program ini supaya jangan sampe ngelanggar etika?
008
T : Sebenernya gini, pelaksanaan investigasi atau intelligent dimanapun badan apapun pasti melanggar hukum pasti melanggar etika. Alasannya apa, ya karna untuk mendapatkan informasi-informasi akurat dan dapat dipercaya. Sebenernya investigasi kan bisa terbuka atau tertutup. Kalo misalkan terbuka otomatis etika bisa lebih terjaga, kita bisa minta ijin
dulu sebelum mengambil gambar, aa kita bisa minta ijin dulu mau di blur atau apakah tidak. Semua yang dilakukan dilapangan kita ngelakuin semuanya kita ga mikirin etika, terus terang aja saya dan kru-kru yang lainnya pun udah pasti deh bukan mungkin lagi pasti kurang paham juga dengan yang namanya poin-poin etika, yang jelas kita lakukan sesuai dengan apa yang kita rencanakan sebelumnya, trus dilapangan kita kupas kita gali sedalam mungkin seluas apapun. Nanti batasan-batasan etika biasanya kita langsung di itu di paska produksi di editing gitu. Kita masuk kedalam ruangan yang sebenernya ga boleh bawa makanan ga boleh bawa minuman ga boleh bawa kamera tapi tetep aja kita masuk bawa kamera. P : Oya mas, sebenernya kenapa investigasi tertutup itu nilai beritanya lebih kuat? 009
T : Investigasi tertutup nilai beritanya lebih kuat karena investigasi tertutup
dilakukan
secara
rahasia,
tersembunyi
dengan
tingkat
objektifitas yang sangat tinggi. Karena objek yang akan kita atau target yang akan kita ungkap yang akan kita datengin sama sekali ga kita kasih tau jadi sesuai dengan apa adanya mereka. Dari lokasi, dari jawaban, dari keterangan, dari proses atau aturan main mereka, ga ada yang sama sekali di manipulasi. Jadi ketika kita mendapatkan aa poin-poin itu uda bisa diyakini bahwa itu benar dan kita buktikan dengan gambar.
P : Terus, ada strategi promo nggak sih untuk mempromosikan pogram? 010
T : Ada, ke Male doank. Terus lewat jejaring sosial, terus kadang-kadang broadcast, terus promo on-air sudah ada di tv. Tapi selama ini penelusuran jarang pake off-air. P : Sejauh ini gimana sih respon penonton terhadap program ini? Rating share nya gimana?
011
T : Kalo average bisa dilihat sih di RCD yah. Kalo aku pikir sih dalam memenuhi ini yah, memenuhi target kan 12 yah, 12% perbulannya itu. Kalo menurut kita bulan ini aja 14%, berarti melebihi, fluktuatif ada yang drop tapi setelah penelusuran ini tidak terlalu drop lebih relaitf stabil lah. P : Terus Mas sebenernya tujuan atau pesan utama yang mau disampein Sexophone kepada permirsa?
012
T : Untuk menjelaskan, untuk membuka eee… pikiran permirsa, untuk membuka sikap permirsa sebenernya ingin menunjukan fenomena seperti ini ada loh sebenernya di sekitar kita. Nggak jauh-jauh siapa tau orang terdekat anda justru masuk kelingkaran fenomena seperti ini gitu. Eee…bisa jadi kalau misalkan orangnya bijak nontonya bukan ngandalin nafsu bisa menjadi mawas diri yah, lebih waspada sih. P : Nah, aku mau masuk tahap pra produksi nih Mas, apa aja sih yang dilakukan dan dipersiapin pada tahap pra produksi sebelum liputan?
014
T : Jadi kalo pra produksi ya, itu kan berkesinambungan maksudnya dari
atas kita liat jadwal tayang, kita ngeliat kesiapan kru siapa yang bisa berangkat sama kita itu kan panjang tu ya. Apa sih yang kita lakukan sebelum liputan pertama yaitu adalah pasti penentuan kru tim liputan dan tanggal liputan. P : O bukan tema dulu ya? 014
T : Apa ya, berhubungan ya, kadang-kadang kalo misalkan kita masukan tema dulu, suatu saat bisa berubah jangan liputan itu dulu deh, karena current isunya ini loh gratifikasi seks, tapi tim kita uda terbentuk. P : Oh oke Mas, jadi tema dan penentuan tim itu berkaitan dan bersamaan ya?
Informan menjawab
014 sambil
T : Iya, jadi pertama tu kita spare waktu, spare orang nah baru biasanya itu kita tentukan tema. Tema kira-kira apa nih tema-tema yang seksi gitu
mencondongkan
kan, tema-tema yang belum, yang orisinal. Kalo misalkan bisa dapetin
tubuh kedepan
yang orisinal lebih keren. Terus ee kalo tema bukan hanya tema aja tapi kita analisa tema itu kita kembangkan dari berbagai sudut pandang hingga kita bisa menuhin 5 segmen. Jadi kita berpikir tu kira-kira tema ini kuat ga ya untuk 5 segmen, trus kita lihat kita lebarin kesini, kita gali dalemin lagi kesini. Nah setelah itu kita buat semacam draft rencana rundown. P : Oo ada rundown nya? 014
T : Ada, aku sering buat tiap liputan aku pasti buat. Kita buat ya segmen
satu gini, opening nya seperti ini diisi gambarnya apa aja segmen dua dan seterusnya sampe closing seperti apa. Setelah itu selesai baru kita diskusikan oleh tim inti liputan beserta atasan kita, atasan kita bisa dari Asprod, Produser, EP, terserah. Diskusiin baiknya kayak gimana ketika ada Masukan ada perubahan, pengembangan kreatifitas dan sudut pandang. Terus nah setelah kita diskusikan, ok mateng paling nanti. Oya ada satu pertanyaan penting di pembahasaan tema itu, ini kita lakukan pure investigasi atau sudah ada narasumbernya. Otomatis pasti beda ke flow kerja kita ke liputan kita. Kalo yang sudah ada narasumber atau yang terbuka kita gampang nentuin jadwal liputannya, kita tinggal telepon Mba besok kita liputan arisan berondongnya jam segini ya di karaoke mana di kafe mana atau dirumah siapa, itu kita gampang terencana tu itu keuntungannya. Tapi kalo yang tertutup sama kayak waktu yang wisata seks, misalkan di beberapa tempat wisata pada nanya tu temen-temen, ini gimana narasumbernya uda ada belum, trus kita ngeliputnya apa aja disana ga tau. Kita hanya punya prediksi, kita hanya punya wawasan, kita hanya punya literatur bahwa disitu ada ini. Kita kesana buktiin aa gitu kan, trus narsum nya gimana, ya mau dua hari tiga hari kalo belum dapet ya disitu aja terus gitu kan. Tapi gimana caranya biar kita juga bisa mensiasati itu, jadi kita ga banyak buang waktu satu hari tapi kita dapet.
Nah setelah tema itu selesai barulah melengkapi semua prosedur ee adminstrasi , keperluan alat kita alat apa aja ni yang mau dibawa, siapin alat-alat logistiknya semua itu apa ee manajemen liputan lah ya. Terus ee perangkat-perangkat pendukung, mobil yang mau kita gunain harus ada, drivernya siapa, mobilnya jangan sampe ada yang logo-logo trans tv, mobilnya harus mobil biasa kacanya yang tertutup apa gelap gitu kan, trus driver yang bisa menguasai lokasi itu wilayah itu. Pokoknya kita harus bikin mateng dulu tu disitu, oke, kita berangkat ni. P : Itu kan yang liputan Mas Tom, kalo yang tapping? Sama aja persiapannya? Sebenernya pada dasarnya sama aja ya siapin alat, perlengkapan, mobil gitu-gitu segala macem. 014
T : Iya, konfirmasi semua pengisi acara , konfirmasi semua kru, dan sudah menentukan script. P : Nah aku mau tanya Mas buat investigasi terbuka sama tertutup berarti jenis peralatan yang dibutuhin juga pasti jadi beda ya? T : Beda. Tapi kita tetep bawa. Karena kalo misalkan pas kita liputan nih keluar nih misalnya dalam kota A enam hari kita ditentuin, otomatis enam hari itu ada yang tapping Zoya nya. Itu kan pake kamera standar tetep kita bawa, trus kamera-kamera hidden spy kita bawa juga. P : Oo tetep dibawa ya sekalipun terbuka ya. T : Iya.
P : Ok sip, ada strategi tersendiri ga buat pemilihan tema? 016
T : Ada, kalo aku ya. Kalo aku tu yang ya itu pengennya tu yang sebenernya pengen nyarinya yang orisinil, karna kalo orisinil itu orang pasti akan apa sih lebih tertarik. P : Emang ada yang ga orisinal gitu Mas? Maksudnya apa?
016
T : Banyak, kalo fenomena banci itu uda dari dulu ada. P : Oo yang orisinal itu maksudnya yang ga pernah didenger, ga pernah diketahui orang, ada ternyata gitu?
016
T : Iya,yang ga pernah diketahui, nah itu biasanya pake itu buka mata, buka telinga, jadi kita itu informasi bisa dari mana aja kan. Terus yang kemungkinan kuat, banyak aktivitasnya, yang ketiga itu ee bisa menimbulkan pengaruh pada penonton beraksi keren tu, terus ee seksi aja kali ya dibahas. P : Nah biasanya kalo ide atau tema itu darimana aja sih sumbernya? Tadi Mas Tom bilang kan harus buka mata buka telinga, itu darimana aja sumbernya?
017
T : Kalo saya kebanyakan dari saya sendiri, dari pengalaman dunia malam, kita ungkap lagi. oh dulu tu gua pernah one night stand. Kalo ga pengalaman sendiri pengalaman cerita-cerita dari temen, terus juga yang lebih ke kalo saya tuh
jarang dari internet, biasanya ambil tema
besarnya apa nih, baru cari di internet.
P : Hmm tapi sebenernya interner juga kepake kan kayak social media kayak facebook gitu-gitu kan jadi sumber juga? 017
T : Iya, dari pertemanan sumber juga nanya-nanya ke temen. P : Oke, trus gimana sih cara buat sampe akhirnya bisa nemu dan nembus narasumber tu gimana caranya? Itu kan hal yang susah ya, apalagi untuk yang tertutup.
Informan menjawab
018 sambil
T : Kalo yang terbuka gampang, kita ngasi kepercayaan negosiasi, kita komunikasi yang baik dan kita ngasi ee bayaran yang setimpal kalo bisa
menghempaskan
berlipat bayarannya. Kalo yang tertutup, keberanian pertama, insting,
tubuh ke belakang
intuisi, dan bisa apa ya ini ni target sebenernya kita disini ya kita tu
di kursi
belum tau ini tu dimana, ini siapa, ini bagaimana, tapi kita tau nih informasi dari sini nih nanya-nanya. Nah bisa apa ya bisa ngasi kepercayaan kepada orang yang kita temui supaya orang itu bisa mengantarkan kita masuk ke tujuan akhir kita. Jadi kalo misalkan pendekatan kita ya, susah ni nembus si ini gimana caranya ya, ngobrol lah sama tukang ojek, ngobrol lah sama orang-orang disekitar, orangorang situ pemuda disana, terus kita kasih pendekatan sesuai dengan kebiasaan mereka. Kalo misalkan mereka ngerokok ngerokok ya kita bawa rokok aja. Ngerokok bang, eh bang tau ga sih bang itu si cewe-cewe itu emang disini banyak ya. Wah akhirnya mereka disitu antusias, kita nanya-nanya padahal dalem hati kita, kita uda dapet ni. Trus asal bisa ini
juga sih jaga gesture jaga mimik. P : Nah itu yang susah ya..akting ya..bisa akting gitu. 018
T : He eh, jago berkilah, terus jago meyakinkan orang. P : Oke, terus aa ada kriteria tersendiri ga buat pilih narasumber?
019
T : Kalo tuntutan program ada. Harus yang cantik ya, seger dilihat. Tapi kalo dilapangan sendiri yang paling penting adalah orang yang cerewet dan blak-blakan. Ga peduli toh gambarnya juga di blur. P : Terus Mas, apa yang dilakuin jika ga berhasil menembus narasumber? Pernah ga sampe ga nembus? T : Di program ini? P : He eh.
020
T : Selama ini belum pernah. P : Oh belum pernah?
Informan mengelengkan kepala P : Yang bener Mas? Hebat banget, aku pikir ada gitu, kan ini bukan hal yang gampang ya. Terus kalo misalkan ketahuan atau ngaknya pernah ga? 020
T : Ngak. P : Dan belum pernah ketahuan?
020
T : Belum pernah.
P : Tapi yang hampir ada? 020
T : Oya yang hampir-hampir ada. Yang hampir-hampir itu menurut kita kali ya, tapi kalo menurut dia mungkin dia sebenernya ga curiga tapi menurut kita kan buset deh ini hampir ketahuan. Kayak jam apa, jam kamera yang jatuh terus diperbaikinnya sama si psk nya juga. Terus
Informan
tertawa
pernah dibilang nanya-nanya mulu kayak wartawan aja, dalam hati gue
setelah menjawab
emang gue wartawan hahaha. P : Hahaha iya bener-bener. 020
T : Ada kebocoran informasi dari fixer atau informan yang katanya orang Trans TV program Sexophone mau dateng kesini minta wawancara sama satu orang PL pemandu lagu. Akhirnya kita dateng kesana eksekusi seeet, pas ketika selesai liputan baru nyampe hotel jam empat subuh bangun jam delapan apa jam enam, tiba-tiba dia ada telepon lagi dimana nih gitu kan, buruan keluar dari kota ini karena rumah apa rumah saya didatengin sama si pemilik karaoke. Jadi ketahuan bukan dari kitanya tapi dari informasi yang dari informan itu. Akhirnya kita lari dari kota itu, emang pas kebetulan kita juga mau on the way ke Bandung waktu itu. Kita pergi keluar dari kota itu, dateng ke Bandung. Pokoknya semua liputan yang uda ada di tempat karaokenya dia ga boleh tayang katanya, kalo ngak bisa perang katanya gitu kan. Itu uda lebih ke masalah manusiawi ya hati nurani ya. Akhirnya kita ngalah walaupun uda keluar
berapa ya tujuh juta kalo ga salah untuk satu malam itu, tapi sama sekali ga ada yang bisa ditayangin gitu kan. Tapi kita ambil suaranya, gambarnya pake yang lain. P : Nah kalo untuk pemilihan lokasi, kayak untuk Chantal sama Zoya Mas ada kriteria tertentu ga buat milih lokasi buat mereka? Informan air
minum
027
sebelum
T : (sambil minum) Ada lah. Satu, yang luas bisa nampung semua kru dan peralatan shooting. Yang kedua, harus punya desain interior yang eye
menjawab
catching. Yang ketiga, kooperatif si pemilik tempatnya. Dah itu aja. P : Nah pas pra produksi ini biasanya ada rapat atau meeting gitu ga? Bersama dengan kru atau atasan-atasan. 015
T : Pra produksi? Ada. P : Biasanya rapatnya itu ngebicarain tentang apa?
015
T : Bicarain tentang tema, tentang kerjaan kita seperti apa, dan pasti proses kreatifnya seperti apa. P : Biasanya yang mimpin itu siapa Mas yang mimpin rapatnya?
015
T : Biasanya dilontarkan oleh si reporter jadi semacam persentasi dulu. Bahwa gua punya tema ini nih, saya kasihin draft atau rencana rundown dibagiin ke semua anggota rapat. Aku bagiin dibaca dulu, persentasi, gimana ada Masukan atau gimana. P : Oh berati ntar dijalanin atau ngak itu kesepakaatan bersama lah ya? T : Iya.
aku
P : Nah biasanya ada riset nggak sih sebelum tapping dan liputan? 026 Informan
tertawa
T : Tergantung, kalau misalkan lokasi itu dekat kita riset dulu riset lapangan, kayak waktu yang episode gigolo itu kita riset tapi tetep aja
setelah menjawab
dasar bandel-bandel ketika riset langsung ambil gambar aja. Hahaha. P : Oh jadi hari itu juga? 026
T : Hari itu juga. Walaupun sebenernya kita belum siap, tapi itu apa yang kita dapatkan hari ini belum tentu kita dapetin besok. Terus sekecil apapun itu moment kalo bisa terdokumentasikanlah gitu yah. Dan akhirnya bener terpakai semua dari awal sampai akhir P : Nah kalo yang buat naskah itu siapa? T : Aku juga. P : Naskahnya apa aja nih?
049
T : Voice over dan tapping Chantal dan bikin draft pertanyaan buat Zoya. P : Nah kalo misalnya buat naskah gitu, ada strategi tertentu nggak sih Mas? Bahasanya kah, atau panjang pendeknya? Kaya gitu-gitu.
049
T : Ada yah. Kalo teknis kalo bahasaku selalu pengen ngegunain bahasa yang gak biasa. Justru kalau misalkan bisa gitu sebenernya kan kalau misalkan di news itu gunakan bahasa yang mudah di cerna tidak berteletele dan hindari kalimat majemuk bertingkat. Kalo yang selama ini yang aku kerjain selalu menggunakan bahasa-bahasa yang justu orang kadang-kadang mikir apa sih ini. Karna aku melihat juga siapa sih target
audiens kita. Terus kadang-kadang aku ngeliat film-film kalo nggak dokumenter-dokumenter orang. Nah ini strategi aku juga nih aku sering perhatiin naskah-naskahnya liputan-liputan di tv-tv luar, channel-channel luar kayak national geography kan nggak ngerti bahasanya tapi keren. Langsung aku aplikasiin pokoknya kalo bisa tuh sering pake bahasa kiasan, bahasa orang yang harus mikir dua kali tapi sebenernya jelas. Sebenernya simpel gitu, cuma kata-katanya aja. Terus sama alurnya itu kita bisa main bolak-balik, nggak subjek objek predikat gitu terus nggak kalimat aktif. Tapi justru aku lebih banyak mainin kalimat pasif, justru mainin disitu. Kalo tulis naskah aku tuh nggak bisa diburu-buru harus tenang kadang-kadang malem. P : Nah itu berapa lama biasanya Mas? 049
T : 3 hari untuk satu naskah. Jadi strategi menulis naskah kalo bisa gaya bahasa struktur kalimat aktif itu diminimalisisr menjadi kalimat pasif, terus kalo alur itu mah sudah terbentuk dari awalnya kan. P : Terus ada ya ternyata rundown buat program? Ada proses pembuatannya, rundown disni Masksudnya apa?
028
T : Rundown itu kayak susunan acara, kalo di produksi namanya itu kayak skenario lah. P : Nah, ada pembuatan time table ga Mas?
Informan
029
T : Kadang-kadang ada, tapi sekarang kita uda tinggalin karena uda
menjawab
sambil
pada diluar kepala. Terus apa ya dan conditioning juga, kadang-kadang
menghentakan
dilapangan kalo kita sesuaiin sama time table juga yah tiba-tiba ujan ga
botol minum ke
jadi deh. Hari ini liputan ini ini jam sekian sekian, nanti materi yang kita
meja
ambil ini ini ini ambil gambarnya seperti ini, itu tetep uda ada dibuat. P : Terus kalo buat proses penentuan budget Mas? Masalah budget itu biasanya gimana sih? Budget program untuk setiap episode gitu. 030
T : Nah itu uda ada bagiannya Masing-Masing ya. Ee UPM unit UPM
adalah
Unit
production manager yang mengurus perencanaan budget. Perencanaan Production
Manager
budget itu biasanya dilontarkan oleh Produser karena Produser yang yang
mengurus
lebih paham tentang biaya apa aja yang dibutuhin, biaya untuk produksi perencanaan
budget
sekian, biaya untuk tapping sekian, biaya untuk bayar host sekian, aa sebuah program. UPM biaya untuk pembelian-pembelian alat sekian. Nah budget itu dirinci adalah
pihak
yang
terkalkulasi disampein ke UPM. UPM langsung ke BMA baru uangnya bertanggung jawab untuk dikeluarin itu pun dengan persetujuan atau tidak dengan persetujuan, memegang uang program karena kadang yang kita ajukan 50 juta ternyata yang disetujui 40 juta. dan Ya kita harus siap dengan kondisi 40 juta dengan meminimalisir biaya.
membuat
keuangan
laporan untuk
dipertanggung jawabkan kepada BMA BMA
adalah
Budget
Management Accounting yang bertanggung jawab
atas
keuangan
program. P : Nah terus proses penentuan jumlah dan siapa-siapa aja SDM atau kru nya itu gimana Mas? Ada list nya gitu ya? 021
T : Ada itu, ya itu Produser sama Asprodnya yang menentukan. P : Kalo penentuan jumlah dan jenis alat itu gimana Mas? Good request ya namanya?
022
T : Iya ada, nah itu pasti konfirmasi ke tim liputan, tim liputan butuh apa aja. Misalnya aku besok mau ada pengambilan di kolam renang, otomatis butuh kamera underwater kayak gitu. P : Hmm, biasanya kalo masalah-masalah ijin gitu Mas itu suka ada sih yang harus diurus dulu ijin untuk ini ijin untuk itu? T : Masalah perijinan? P : Iya Mas.
031
T : Kalo investigasi liputan ga ada karena diem-diem. Kalo tappingtapping itu butuh perijinan karena kita melibatkan space atau lokasi. P : Terus apa aja kendala atau hambatan di tahap persiapan pra produksi ini Mas?
032
T : Ada kendala jadwal tayang atau deadline. Harus segera tayang tapi kita belum punya tema. Terus kadang-kadang mau berangkat duitnya belum ada. Terus pas mau liputan A pas H min satu atau H min dua tiba-
sebuah
tiba sama atasan disuruh change tema. Terus, kalo kendala itu sih yang kayak kru partner kita sakit harus ganti kru lah. Terus mobil tiba-tiba ga ada pernah, malah sering. P : Nah selama tahap ini aa ada strategi-strategi khusus ga sih buat merampungkan tahap pra produksi ini? Maksudya supaya tahap ini berjalan baik. 033
T : Harus banyak ngobrol, terus sebenernya tu harus serba ideal ya. Banyak ngobrol sehingga kalo misalkan ada banyak diskusi jadi bisa nentuin solusinya bareng-bareng. Terus kalo bisa apa yang dimungkinkan akan terjadi ketika produksi sudah dipikirkan di pra produksi jadi kita bisa antisipasi, misalnya kalo narsum ga ada harus gimana, oh ternyata disekitar sana ada lagi tempat lainnya, itu sudah harus dipikirin. P : Peran Mas Tom di tahap pra produksi ini sebagai seorang reporter tu apa aja Mas?
034
T : Untuk persiapan liputan dan liputan. Kalo yang tapping biasanya siapin naskah tapping. Pokoknya kalo di kita ini reporter merangkap jadi UPM iya megang duit, jadi PR iya, terus jadi pegang naskah iya, kadangkadang jadi director juga iya, kadang-kadang megang gambar. P : Udah, terus sekarang masuk tahap produksi Mas. Apa aja yang dipersiapin dan dilakuin selama tahap produksi Mas?
035
T : Kalo di produksi, mulai berangkat dari kantor otomatis kerja
seoraang reporter itu ganda, multi ganda malah. Kita bisa manajemen budget sampe pulang duit itu cukup, mulai dari beli bensin, nyewa hotel, aa bayar uang saku anak-anak, bayar narasumber seperti ini, makan seperti ini, itu tugas reporter juga di produksi. Terus disisi konten, seorang reporter biasanya sangat berperan dalam penentuan timeline liputan. Timeline liputan ini seperti yang kamu bilang tadi time table. Hari ini kita ngapain aja, terus kita kemana aja, terus apa yang akan kita bahas. Itu dari hari pertama sampe hari terakhir reporter yang buat. Terus reporter itu yang biasanya sebagai ujung tombak di liputan, orang jadi penengah antara tim lainnya dengan narasumber. Terus kita yang menjadi saksi mata dari sebuah fenomena, kita nembus ke germo ini nembus ke germo itu, kita nembus ke pelaku ini pelaku itu, si reporter jadi ujung tombaknya karena informasi yang didapetin semua sama reporter itu yang akan menjadi bekal buatan naskah nanti. Ketika reporternya ga turun total ya kurang. Produksinya kita ngatur kan dari awal kita shooting konfirmasi ke semua pihak, selalu terbuka kalo gak kita konfirmasi ke pihak-pihak yang sekiranya menunjang materi liputan kita. Misalkan kan tertutup nih kita ga mungkin disana ada pesta ga ini ga mungkin, kita nanya ke siapa gitu pak kalo disana biasanya tempat yang nongkrong yang asik dimana pak ya? Banyak cewe-cewe geulisnya cantiknya ga? Disitulah kita menggali
informasi sampe ke yang deal dan segala macem sampe pembayaran narasumber, itu reporter semua. P : Kalo proses pengambilan gambar untuk liputan itu gimana Mas? 035
T : Kalo liputan biasanya pake kamera salah satunya kamera jam tangan yang aku pake, temen didalem mobil pake handycam, di mobil sendiri pake kamera Go Pro di supir. Proses perekaman gaMbar itu uda dimulai sejak awal sampe di lokasi, perjalanan menuju lokasi atau mencari target, pas chit chat atau transaksi dengan target, pas uda show atau mainnya dengan cewe-cewe. Kan kita itu menguak sebuah fenomena penelusuran gitu, jadi dari awal sampe akhir, dari awal di mobil kita kadang-kadang uda ngerekam, lagi saat nyari kita uda ngerekam, pokoknya pengungkapan fenomena investigasi ya harus total dari awal Masuk ke tempat itu ga bisa langsung putus ini akhirnya kayak gimana, harus berakhir terus sampe tujuan akhir mereka itu apa uang misalkan,
046
ya sampe kita serahin uangnya selesai. Kadang-kadang pas kita chit chat dia tu susah banget ngomongnya kayak gimana, kita sodorin uang sodorin uang. Biasanya kamu dibayar berapa, kita tanya gitu. Kayak di episode sex in the course, kalo ga salah si pelacurnya ga mau bilang pengennya langsung maen aja padahal aku ga pengen maen, aku pengen wawancara kan. Ngapain sih nanya-nanya kayak wartawan aja, trus aku langsung bilang ee ngeles aja ya aku sebelum maen biasanya pengen
ngobrol-ngobrol dulu biar nyambung, biasanya dibayar berapa, dibayar tiga ratus, yauda ini aku bayar enam ratus kita ngobrol-ngobrol dulu. Eh jadi semangat dia gitu kan. Ada teknik-teknik yang ga kita rencanain tapi kita temuin, wah tekniknya harus kayak gini nih di lapangan, sesuai dengan kondisinya. Kalo misalkan sama pelacur yang kayak gitu kita tawarin uang langsung mau, kalo misalkan sama yang tante-tante gigolo mereka kan justru yang bayar cowo kan, bukan kita. Kita justru ga bisa Informan menjawab
ee ngeliatin duit ke dia, tapi kita dandan lah sebelum liputan biar si sambil
tantenya semangat. Ya kayak gitu lah. Hahaha
tertawa P : Hahaha oke sip. Berarti strategi-strategi pada saat produksi liputan itu sebenernya ditentukan dari kondisinya ya ga bisa disamain ngadepinngadepin narasumbernya, itu sesuai siapa narasumbernya ya? 046 Informan
T : Iya, ga bisa disamain. Akan semakin terasah ketika sering melakukan itu. Kita jadi pandai berkilah, yang awalnya deg-degan sekarang uda
menjawab
sambil
memegang
dada
ngak.
nya dengan tangan kanan P : Nah itu kan liputan Mas, sekarang kalo yang tapping biasanya sebelum tapping itu ada set up dan install alat ga?gimana prosesnya?
Informan menjawab
036 sambil
T : Jadi kita datang ke lokasi, kita pilih spot yang sekiranya kamera bisa Blockingan adalah proses menghasilkan visualisasi gambar terbaik di satu tempat itu kan. Oke penentuan
dan
mengarahkan
kayaknya bagus nih disini, kamera ngadep situ, nanti objeknya ada disitu, pemgaturan posisi dan
tangan ke sebelah
yuk pasang, baru kamera dipasang. Nah tapi biasanya kita harus cerdas kedudukan objek yang
kanan dan kiri
juga ketika kita menentukan satu blocking an itu kita berpikir uda untuk akan diambil gambarnya nyampe berapa segmen, kalo misalkan sampe closing bisa disitu atau pada saat shooting. cuma bisa dua segmen aja, nanti dua segmennya ngadep sini dari arah lain. Kalo Chantal itu bisa pindah-pindah spot nya, tapi kalo Zoya satu spot aja dan diam. P : Trus yang aku perhatiin kemaren kan kalo misalkan uda nempatin alat kayak ada ngetes-ngetes alat gitu gimana Mas? 036
T : Iya, itu dites. Pertama dites cahaya, kedua dites pergerakan kamera, pergerakan kamera biasanya mengikuti pergerakan si host. Ketika si host gerak kesana, kamera nanti akan mengikuti gitu. Nah satu lagi mengatur ini framing, framing kita bagusnya disini dites dulu coba orang ada disana bagus ga, nanti kamera yang satunya laginya objeknya disebelah mana. P : Biasanya sebelum pengambilan gambar ada latihan ga sih?
039
T : Ga ada latihan, paling host nya ngafal naskah sendiri waktu make up, terus waktu kamera masih ngatur-ngatur gitu. P : Nah biasanya sebelum shooting gitu biasanya ada pengarahan atau
briefing dan koordinasi ga dari Produsernya ke kru dan ke talent juga? 040
T : Kalo sekarang pengarahan tidak berkumpul dalam satu waktu setelah itu baru tapping, ngak. Tapi sekarang lebih ke sambil beraktivitas sambil ngarahin. Kalo sekarang jadi tinggal jalan-jalan aja. Kan ada monitormonitor kan kamera ini bisa terlihat dalam monitor. Jadi si director di lapangan gampang untuk ngontrolnya, kamera ini angkat naik kurang atas kurang smooth gerakannya gini gini gini, ga usah datengin orangnya. Teriak aja, kalo ga teriak pake HT. P : Terus aku mau nanya deh, kenapa sih program ini selalu ada bunga sama lilin?
024
T : Sebenernya itu adalah, aku juga uda pengen bilang itu sebenernya. Bunga dan lilin emang objek yang bagus. Kalo bunga mungkin bisa menimbulkan efek indah, kalo lilin simbol malam hari, redup, terus ee dramatis. Kalo bunga buat mempercantik aja. P : Kalo jenis lampu kenapa sih lampunya warna yang kuning atau merah?
038
T : Itu lebih ke art, kita harus tetep kesan malemnya tetep dapet, kita ga terang benderang kayak sinetron. Makin redup makin misterius juga. P : Nah kalo untuk setting ruangan, itu prosesnya gimana? Harus ruangan yang kayak gimana sih yang dipilih?
037
T : Biasanya ruangan itu identik sama tema ya yang kita buat, kayak
waktu di spa itu kan temanya spa plus-plus. Terus kenapa ada bunga itu ga jauh larinya dari ini dari kreatifitas timnya, dari pada terkesan kosong, lenggang ga ada aksen apa-apa, ya kita tambah-tambahin, dan emang harus bener-bener enak dilihat. Makanya biasanya selalu ngedatengin anak art buat dekor. Tapi sekarang kita sendiri juga bisa. P : Untuk pengambilan gambarnya itu ada trik-trik khusus ga sih? Kayaknya tadi karna pake dua kamera jadi bisa dari dua angle gitu ya supaya ga bosen? 041
T : Ada lah pasti. Ketika yang satu master, satu kamera itu harus master. master itu biasanya itu ee luasan gambarnya seluruh badan dan seluruh ruangan itu terlihat. Yang satunya lagi buat gambar-gambar detil, gerakan tangan ee muka, langkah kaki itu diisi. Jadi biar gambar yang master tetep, tapi disela-sela omongannya dikasi gerakan bibir gitu, dan kalo bisa jangan kehilangan moment, jadi harus fokus cameraman nya. P: Nah kalo disela-sela shooting gitu suka dilakuin evaluasi ga sih? Disela-sela pengambilan gambar.
042 Informan menjawab
T : Sebenernya kalo denger Produser bilang take satu choose atau oke itu sebenernya evaluasi. Cut, Tom ee kameranya jangan terlalu atas nanti
“cut”
dan geser sambil memperagakan
pas ee out frame nya. Atau misalnya Mba Chantal geser kemana gitu, itu sudah evaluasi.
dengan
tangan
kanan P : Setelah selesai shooting nih, biasanya kan ada yang namanya dismantle Mas, pengumpulan alat ya, itu gimana prosesnya? siapa yang bertanggung jawab? Informan menjawab
043 sambil
T : Ada yang ngurus itu siapa aja yang ikhlas hahaha. Biasanya karna kan kalo Sexophone itu kamera dan audio itu uda ada petugas
tertawa
penanggung jawabnya dari rental. Jadi kita kalo selesai shooting tinggalin aja ke mereka. Kalo alat-alat yang dibawa dari kantor tanggung jawab si pengambil alat itu dari logistik biasanya cameraman. Jadi prosesnya itu dikumpulin, dikembalikan harus sama jumlah sama jenisjenisnya, sama yang di logistik dites lagi, audio dicek-cek dulu, kamera dicek dulu. Tapi kalo misalkan ada kerusakan tanggung jawab si cameraman. P : Kalo lampu Mas? 043
T : Kalo lampu juga sama, dari logistik juga. P : Terus kalo proses kebersihan selesai shooting itu tanggung jawab siapa saja?
044
T : Biasanya OB, ada juga helper itu kayak pembantu umum. P: Nah biasanya ada kendala ga sih Mas selama tahap produksi ini? Hambatannya apa? Untuk yang tapping.
045
T : Kendala banyak. Kadang-kadang pengisi acara baik host maupun bintang tamu terlambat, mati lampu, ruangan ternyata ga sesuai dengan standar shooting. Ternyata pas kita kesana dari sudut pandang cameraman atau Produser ga pas. P : Peran dan tugas Mas Tom selama tahap produksi itu apa Mas selain untuk liputan? Untuk yang tapping apa?
047
T : Bebas, kadang-kadang dijadiin director nya, aku kadang-kadang jadi clapper, aku juga yang ngeset ruangan itu, masang asesoris disitu, masang asesoris disini aku yang masang, terus mengarahkan ini Chantal buat naskah sama mengarahkan untuk nanti ketika dia lupa atau kalo dia agak kesulitan baca naskah kita, nanti akan diganti sama kalimat yang lebih mudah. P : Oke, sip Mas. Nah sekarang masuk ke paska produksi ni Mas. Apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap paska produksi?
048
T : Paska produksi yang biasa dikerjain adalah selesai liputan reporter Verbatim adalah proses memberikan materi liputan. Materi liputan itu dari hasil rekaman lalu memindahkan melakukan verbatim. Verbatim itu aa memindahkan data hasil rekaman percakapan menjadi tulisan. Semua materi itu kita tulis. P : Nah itu gunanya buat apa ya Mas?
048
T : Buat naskah. Waktu verbatim itu kita menulis semua detail percakapan, kita menulis time code nya. Nah terus setelah verbatim
hasil dalam
rekaman menjadi tulisan.
selesai biasanya dua hari ditulis tangan abis sampe berapa lembar gitu, akhirnya nanti tulisan tangan itu aku Masukin lagi ke ketikan. Nah setelah itu selesai, baru si reporter membuat naskah, naskah liputan. Naskah liputan harus sebaik mungkin karena semua hasil yang kita lakukan di lapangan berawal dari baik tidaknya sebuah naskah. Nah naskah langsung disetor ke Produser, langsung di edit. Hasil gambar liputan disimpan buat dimasukin nanti ke komputer untuk editing langsung dikasih ke editornya. Jadi setelah verbatim kita merangkai naskah membuat naskah, kalo naskah itu kan gabungan antara tulisan verbatim ya percakapan dengan aa tulisan kita interpretasi kita. Itu dikasihin ke Produser, Produser ngedit naskah itu, naskah yang udah diedit langsung di dubbing. Nah setelah di dubbing itu kan berupa kaset ya berupa vo di capture Masuk ke buat ng-editing sreett. Nah barus diprosesnya sama editor. Tugas reporter, tugas Asprod, tugas Produser adalah supervisi menemani editor. Tapi jarang reporter yang nemenin editing, biasanya Asprod atau Produser. Tapi kalo buat aku itu Masih tanggung jawabku. Pokoknya di naskah itu hanya berupa ini loh, di naskah itu kita uda membentuk orang kepalanya seperti ini ada di file ini, sedemikian rupa sudah digambarkan di naskah untuk memandu editor. Udah dijelasin harus gambar dan suara apa aja di tulisan naskah itu. Setelah selesai editing terus preview sama kalo ada yang kurang diedit
lagi, kalo uda oke langsung di print, kita serahkan ke QC quality control. Setelah QC sudah oke, langsung siap tayang. Setelah QC aman, biasanya paska produksi itu promo. Kita ngurusin promonya dengan bikin running text. Kita bikin kalimat ketikannya, trus kasih ke bagian promo. Kita yang tentuin mau ditayangin kapan dan dimana, misalnya ditayangin di bioskop Trans TV. P : Ohh oke oke. Terus biasanya setelah hasil jadi editing, ada preview nonton sama-sama setelah sudah layak tayang gitu ga? 051
T : Kadang-kadang nonton. Kalo misalkan episode aku, aku selalu care ya dengan editing aku, karna itu tanggung jawab bagus dan ngaknya kan maunya kita ya. Kalo uda selesai biasanya nawarin aja mau liat ga hasilnya, kalo yang mau ya nonton bareng. P : Nah, misalnya programnya uda tayang ni, terus rating sama share keluarnya pada saat kapan?
053
T : Besoknya, cuman belum ada yang seluruh kota, tapi baru cuman tiga kota aja. P : Kalo uda keluar gitu rating share nya uda tayang, ada evaluasi program secara keseluruhan ga?
054
T : Ada evaluasi. Cuman itu sih aa emang gaya kita pada selengean kali ya ga selalu harus dituangkan dalam meja rapat. Kadang-kadang kalo ngobrol-ngobrol biasa juga uda sambil evaluasi. Siapa aja bisa buka
pembicaraan buat evaluasi. Nah enaknya di kita itu ya itu ga terlalu formal, kecuali ada hal-hal yang substansial yang berhubungan dengan konsep, yang berhubungan dengan kebijakan itu biasanya kita tentukan di meja rapat. P : Oke. Oya, konsep editing nya Mas? Ada ga sih strategi atau trik-trik khusus buat editing nya? 050
T : Trik-trik khusus? Trik yang paling benar adalah tim liputan menjaga editing. Jadi kita paham benar maksud dari tulisan naskah itu seperti apa dan alurnya itu seperti apa. Ketika kita kasih tanda panah editing dibuat misterius, misteriusnya itu harus kayak gimana, tim liputan disini yang lebih tahu. Terus trik-trik editing nya itu paling blur-blur gambar, kita harus jaga identitas baik suara, gambar, terus kerahasiaan lah. Udah. P : Terus selama tahap paska produksi ini ada hambatan atau kendala gitu ga Mas? Apa aja?
055
T : Kadang-kadang ketika kita nungguin editing tapi kita terbentur sama jadwal liputan harus liputan. Terus kadang-kadang urusan manusiawi lagi capelah, kalo uda cape itu kadang-kadang males pengen istirahat aja, jadi editing diserahin ke editor nanti aa ketika finishing kita baru dateng. Terus alat kadang-kadang rusak, kadang-kadang ilang. P : Nah, aku mau tanya soal Analisis SWOT program ini ni Mas, yang pertama apa sih kekuatan atau kelebihan program ini dibanding program
lain? 057
T : Bisa dibagi-bagi, secara durasi ini program paling panjang di antara program sejenis satu jam terus dikemas secara, eee… program lain itu yang sejenis nggak ada unsur investigasinya, mereka lebih ke life style. Kelebihan dari program ini ada informasi dari pakar psikologi seks. Kalau sekarang tergali aktivitas jurnalistik investigasinya ketika penggambaran tim atau seorang reporter saat menelusuri sebuah fenomena, mulai dari riset komputernya aja itu udah ada gambarnya, mulai dari nelpon-nelpon narasumber. Kalau dulu Fenomena itu langsung kedaging-dagingnya, karena kan cuma setengah jam terus nggak ada pakar. P : Nah kalo kelemahannya ada nggak Mas?
058
T : Kelemahannya banyak kayaknya yah. Satu kenyamanan penonton saat menonton itu kayaknya minim yah soalnnya banyak gambar yang di blur, banyak gambar yang gelap, gambar yang bagus justru kita rusakin untuk menyembunyikan identas. Terus si penonton tuh, tapi ini juga jadi strategi sih, harus ngebaca subtitle karena suara disamarkan dan dirusak. Itu sebenernya kalau secara strategi kita menguntungkan karena bisa menahan penonton untuk stay di program kita. P : Ooo… jadi mau nggak mau mereka baca yah?
058
T : Iya, terus kadang-kadang kita kasian juga yah sama narasumber-
narasumber yang kita explore itu kali yang disebut etika, tapi kita sebisa mungkin kita biar ngga sampai ketahuan. P : Terus ada lagi Mas kelemahannya? 058
T : Jam tayang kali malem banget. Jam tayangnnya ngga tentu. Oh ya negatif nya lagi bisa ini menginspirasi orang yang tadinya ngga tau disatu tempat itu ada lokalisasi kadang-kadang menginspirasi. Itu sih ngga bisa diatur sama kita yah. soalnya kan tergantung sikap dari penontonnya sendiri P : Nah cara tim untuk meminimalisir kelemahannya itu gimana?
058
T : Untuk gambar yang dirusak dan jam tayang itu nggak bisa dihindarin. P : Kalo yang tadi yang menginspirasi orang?
058
T : Nah itu kalo itu bisa. Kita jadi tuh larinya hati tim liputan masingmasing yah, jadi kadang-kadang ada beberapa liputan beberapa episode yang seolah-olah proses transaksi dilakukan secara mendetail. Nah sekarang kita menghindari sedetail mungkin, misalkan cara ketemu panggil striper itu gimana sih, udah aja langsung ke intinya. Kalo dulu tuh mendetail banget jadi orang lain itu yang dulunya awam bisa belajar dengan gampang, kalo sekarang dibikin susahlah. P : Nah apa sih peluang yang dimiliki program ini untuk bisa terus tayang?
059
T : Adalah pasti. Kita nyuri penonton yang masih melek jam segitu yang
Tiba-tiba
salah
kebanyakannya laki-laki. Jadi ketika dikasih sodorin acara dia pasti
satu kru masuk ke
nonton.
ruangan
Kalo dilihat di profil audiens penonton, kalo jam segitu itu emang
dan
mengajak
penonton yang potensial atau penonton dominan itu laki-laki. Siapa sih
informan berbicara
laki-laki yang ngga suka dikasih tontonan berbau seks begitu kan, terbukti dalam dau bulan ini ada empat episode yang tembus target yang rating nya tinggi. P : Kalo kompetitor untuk program ini Mas ada nggak? 060
T : Kalo di yang aku perhatin kalo di SCTV itu FTV, kalo di RCTI itu Film. Tapi kan nggak sebagus di bioskop kan, terus di TV lain itu berita. Kalo saya jadi penonton saya tetep milih Sexophone juga. P : Terus selain itu ada nggak sih ancaman dari pihak luar? Biasanya sih kalo program kaya gini tuh KPI, gitu-gitu Mas?
060
T : Kalo KPI mah pasti sering. Ancaman itu bisa ke program itu sendiri otomatis ke stasiun tv sama ancaman keselamatan. P : Nah maksudku juga itu Mas, kan bertaruh nyawa.
Informan menjawab
060 sambil
menggaruk kepala
T : Gimana yah. Hehehe. Kalo ancaman tetep kita harus waspada sih yah kita juga yah. Eee. Mau liputan kita harus mikirin dulu nih tingkat keselamatannya nih kaya gimana, kita lihat dulu medannya seperti apa di lapangan. Kalo nanggepin ancaman sekarang pasti ada, kayak rasa kecemasan begitu takut ketahuan. Nah makanya aku itu kalo misalkan
sekarang ngga pernah mau datang kesatu tempat itu dua kali. Keselamatan lah nomor satu. Tapi kita minimalisir dengan nomor telepon ganti, nomor telepon tiap liputan itu pasti beda. P : Kalo ancaman dari narasumber ada nggak sih? Ya nuntut lah kan itu jadi salah satu ancaman. 060
T : Ada terakhir-terakhir kan dari ini tempat spa itu, mereka mengenali bahwa itu adalah tempat mereka, tapi klo sebenernya kalo kita lihat dilayar itu nggak kelihatan apa-apa kok. P : Terus itu nyelesaiannya?
Informan menjawab
T : Di diemin aja hahaha. sambil
tertawa P : Hahaha. Apa aja sih kendala dan tantangan program ini? 013
T : Kendala program eeee fenomena seks emang banyak tapi kalo misalkan digali secara terus menerus pasti abis. Kita paling pengembangan tema pengembangan sudut pandang dalam satu fenomena. Terus kalo yang tantangan itu memang susah pengerjaannya ya, lama, ngga bisa diburu-buru.. Terus eee apa tadi tema terbatas, proses pengerjaannya lama, penuh tantangan resiko kalo dilapangan. P : Nah sekarang aku mau tanya profil singkat mas ya, nama lengkapnya siapa mas?
061
T : Ngesti Utomo. P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahirnya mas kapan?
061
T : Hmmm Cilacap, 16 November tahun 82. P : Mas lulusan mana?
061
T : Aku lulusan Ilmu Keolahragaan UPI Bandung. P : Bisa ceritain ga mas perjalanan karir kerja mas?
061
T : Aku mulai masuk Trans tanggal 4 Mei 2006 sebagai Research Creative and Development. Tahun 2007 sebagai PA dan RCD, terus tahun 2008 sampai sekarang jadi reporter News Magazine and Documentary. P : Oke. Uda selesai Mas. Makasi banyak ya Mas Tom. T : Iya sama-sama.
PENELITI
: Aldita Ruslim
SUBYEK
: Rezki Rangkuty (Production Assistant)
TOPIK
: Proses Produksi (Tahap Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi) dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).
TANGGAL
: Senin, 15 April 2013, Pukul 15.55 WIB
TEMPAT
: Salah satu meja kerja Unit Talent di Ruang Sekre di Divisi News Gedung TRANS TV lantai 3, Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 1279.
SITUASI WAWANCARA
: Situasi wawancara tidak terlalu nyaman dan tenang, karena wawancara dilakukan di salah satu meja kerja Unit Talent. Orang-orang mondar-mandir disekitar Peneliti dan Subyek, terdengar suara orang-orang bicara dan suara televisi. Informan menjawab setiap pertanyaan dengan lancar, bersikap kooperatif dan ramah. Namun beberapa kali terusik karena panggilan dari teman-teman informan yang bercanda padanya.
CATATAN
TRANSKRIP DATA
KODE
INFORMAN
LAPANGAN P : Mas Rezki, kita mulai yah wawancaranya. Informan menjawab
CATATAN JAWABAN
R : Oke. sambil
duduk P : Aku mau nanya mulai dari proses pra produksi Sexophone, apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama proses pra produksi sebelum
akhirnya dilakukan liputan dan tapping? 014
R : Emm. Liputan dulu yah. Jadi kalo liputan dulu berarti. eee… Kita harus riset dulu nih, menyiapkan satu tema. Kalo misalnya temanya dirasa udah cocok, kita coba riset tentang tema itu. Nanti kita persentasiin ke Produser, kalo Produser oke kita persentasiin ke eksekutif Produser sampai ke Kepala Departemen, kalo misalkan mereka udah oke dengan tema itu terus nanti ada rundown nya juga segment satu seperti apa, segment dua, segment tiga, sampai segment lima seperti apa. Udah disusun dan udah di acc sama prouser sampai EP dan Kadep, baru kita nanti ada proses liputan. Nah sebelum proses liputan, kalo masalah teknis kita siapin sendiri juga, mulai dari kamera apa yang mau digunain gitu, terus eee… Lampu nya seperti apa, spec nya yang digunain, teruss eee… Mau kita harus eee.. nyamar, atau tetep dengan membawa nama Trans TV. Baru deh proses liputan. Proses liputan nanti berlangsung sih tergantung negosiasi dengan narasumbernya seperti apa. P : Kan itu ada wawancara yang terbuka dan tertutup, nah itu tetep sama proses pra produksinya?
014
R : Eee. Beda. Beda jadi kalo misalnya dari awal untuk narasumber yang mau kita wawancarain kita bilang kalau misalnya kita, dan program ini. Kalo misalnya dia oke nanti untuk ditayangkan di tv oke. Eee… Ada juga sih yang investigasi kan, kalo misal investigasi berarti kita langsung
terjun kelapangannya. Eeee.. Kita nggak bilang kalo misalnya kita eee… Tetep menyamar sebagai pengunjung biasa. P : Eee. Ada strategi tertentu nggak sih buat milih tema tiap episode gitu? Temanya harus yang kaya gimana gitu buat tiap episode? 016
R : Heemm.. Kita cari yang menarik, yang paling menarik yang mungkin eee… Fenomena di masyarakat seperti apa, terus itu berada di kelas apa gitu, apakah kelas sosialita, misalnya berada di golongan ABG. Banyak tergantung eee… Sebesar apa ada dimasyarakat. Eemm…Kalo tema itu sih sebenernya bisa kita angkat semuanya, cuma kita memang tidak mencari yang agak dibawah, lebih menengah ke atas. P : Nah biasanya tema atau ide tiap episode itu datengnya dari mana sih?
Ditengah
017
menjawab,
R : Dari setiap reporter ada, dari setiap kru semuanya mengajukan eee. Mengajukan ke Produser udah disetujui baru dijalanin.
informan
tertawa
sambil
melihat
teman-temannya yang
bercanda
mengusik dia P : Biasanya tuh ngumpul dulu sama-sama brain storming atau gimana? 017
R : Eee. Biasanya sih ada meeting bulanan yah, sebulan oke mau angkat temanya apa gitu nanti masing-masing ngajuin, nanti kalo disetujuin sama
EP nya oke, siapa yang ngejalanin. P : Terus Mas gimanan sih caranya bisa nemuin dan nembus narasumber? Strateginya gimana? 018
Informan menjawab melihat
ke
R : Aa banyak lah caranya, eee… Ya memang pinter-pinter sih ya. Satu
sambil
komunikasi dengan telpon eee… Atau mungkin pertama cari by online
arah
dulu yang Googling dulu ada nggak di internet gitu kan temen-temen dari mana mungkin dari komunitas-komunitas apa gitu, by Facebook atau
atas berpikir
Twitter. Eee.. Media sosial lainnya. Kalau misanya nggak ada, mungkin kita punya kenalan dimana kita coba jalan-jalan keliling-keliling Informan
ketempat-tempat hiburan gitu nanya-nanya dari eee… dari temen-temen
tertawa
setelah menjawab
yang ada dilapangan juga ya dari pergaulan lah. Hahaha. P : Ada kriteria tersendiri nggak sih buat milih narasumbernya? 019
R : Eee. Harus kompeten dibidangnya yah. Di tema itu harus mengetahui benar-benar eee.. Mulai dari eee… Awal, misalnya transaksinya seperti apa eee… Apa sih namanya, sampai prosesnya itu jadi bener-bener harus mengerti dan ada pra interview juga sebelum kita liputan. P : Pra interview itu maksudnya gimana Mas? R : Jadi sebelum, eee.. Kita eksekusi dilapangan nanti kita akan coba interview dulu, bener nggak sih mungkin jawaban-jawaban dia dari pengalaman-pengalaman dia. Kalau misalnya dirasa eee… Benar gitu oke baru kita, kan ada juga yang bohong-bohong gitu kan, cuma sekedar
Informan
tertawa
ngasih eee.. hahaha (tertawa karena diusik teman) Informasi yang nggak
melihat
teman-
bener, gitu yah harus hati-hati.
temannya mengusik dia
P : Terus apa sih yang biasanya dilakuin kalo nggak berhasil nembus narasumber? Pernah nggak sebelumnya? 020
R : Pasti pernah yah, kalau misalnya nggak berhasil yah diganti aja sama yang lain. Dari pada resiko ke kita akan lebih besar eee. Kita cari narasumber lain. P : Kalo untuk yang tepping Mas? Untuk yang Chantal dan Zoya itu ada strategi tertentu nggak sih untuk milih lokasi?
027
R : Oh iya dong.. Lokasi shooting itu ya kalo bisa sih yang menarik yah eee… Kalo temanya misalnya yang romantis kita cari mungkin kafe-kafe yang suasananya romantis gitu, tapi klo temanya mungkin yang temanya penelusuran kita cari mungkin yang beda aja dari sebelum-sebelumnya. Terus yang unik eemm.. Banyak varian didalamnya selain spot nya juga banyak klo bisa sih yang agak mewah gitu. P : Biasanya apa aja sih yag dibicarain kalo rapat pra produksi?
015
R : Pada rapat pra produksi biasanya tema yah.. Tema terus eee… Proses liputan di lapangan itu apa harus candid atau tetep seperti biasa.
P : Nah kan pasti ada riset yah Mas, riset apa aja yang dilakuin sebelum shooting? 026
R: Eeemm… Pasti kalo tema sih masing-masing udah pasti riset yah. Misalnya, tema episode ini. Si reporternya pasti udah riset kan, udah riset apa dan dimana harus shooting, narasumbernya siapa, terus lokasinya dimana, apakah ada penjebakan atau misalnya eee.. Semacam wawancara doang. Ada juga riset lokasi, dimana lokasi tapping untuk Chantal dan Zoya. Kalau untuk riset lokasi itu dilihat dari bagus nggaknya terus luasnya cukup nggak, misalnya dari gambar mungkin catchy nggak dilayar. P : Terus gimana sih proses pembuatan naskahnya? Buat yang Chantal dan yang voice over.
Tiba-tiba
meja
disebelah
tempat
049
R : Kalo naskah liputan sih yang tim liputan yang bikin naskah biasanya reporternya langsung bikin naskah, nanti di edit sama Produsernya. Kalo
wawancara
yang untuk Chantal untuk lead yah, untuk lead itu biasanya dibikin sama
menyalakan musik
reporternya , nanti tetep di edit oleh Produsernya. Sebelum shooting sudah harus jadi. P : Nah ada rundown nggak sih di program ini Mas? 028
R : Ada, rundown itu.. Kalo untuk liputan kan uda jelas gitu ada rundownnya, segment satunya mau dibikin gambar apa, trus di segment duanya itu gambarnya seperti apa, dan seterusnya.
P : Ada time table ga Mas? Gimana pembuatan time table kayak penjadwalan shootingnya? 029
R : Emm ada, ada ada. Yang bikin Produsernya, tentang jadwal shooting kapan-kapan aja sampe editing. P : Terus proses perencanaan budget buat program ini kayak gimana Mas?
030
R : Kalo masalah budget sih ada unit production manager yang menangani khusus budget ya eee. Budgetnya per episode ya, misalnya per episode berapa. Biasanya sih selalu habis dengan nominal yang tidak
Informan
sambil
sama. (melihat ke arah teman-temannya)
tertawa melihat ke
Mungkin episode ini lebih kecil, episode yang satunya lagi lebih besar,
sebelah kanannya
selalu fluktuatif tergantug aaa. Berat atau ngaknya narasumber yang mau
ke
teman-
dituju. Biasanya sudah disebutin liputan-liputannya seperti ini, biasanya
yang
dia sudah menganggarkan budget per bulan di awal bulan dia
bercanda mengusik
menganggarkan budget untuk tiap episode. Walaupun ditetapkan dari
dia
awal tapi masih bisa naik turun, cuman mungkin kalo udah melebihi dari
temannya
aaa. Budget yang ditetapkan sama unit produksinya aaa. Mungkin harus ada keterangan lebih ya. P : Nah biasanya sebelum liputan dan tapping itu kan ada nentuin jumlah kru terus siapa aja yang ikut, nah itu gimana Mas? Gimana proses penentuan kru atau sumber daya manusianya? 021
R : Eee. Tergantung kebutuhan hmm. Produksi ya. Mungkin kita butuh
lighting man berapa orang, terus butuh audio man berapa orang. Biasanya sih PA nya yang menentukan. Ada request kru namanya yang harus diisi, jadi kru-kru yang kita butuhkan nanti kita minta berapa. Lighting nya berapa, audio berapa, enginer nya berapa gitu. Trus nanti kru yang mau dipakai diluar tim Sexophone nanti ditelepon. P : Terus kalo proses penentuan jenis dan jumlah peralatan yang digunain itu gimana Mas? 022
R : Hmm. Jadi biasanya sih ada survei dulu, mungkin maunya dibikin seperti apa. Di rapat operasional biasanya dibahas ya, jadi di rapat itu ditentuin maunya cahayanya yang seperti apa, nanti ketika eee. Ketahuan kontennya mau dibikin seperti apa baru kita tentuin alat yang mau digunain seperti apa. P : Biasanya perlengkapan atau properti yang dipersiapkan itu seperti apa Mas?
023
R : Aaa. Kalo properti sih menyesuaikan lokasi ya, mungkin kita bawa bunga gitu, sebenernya untuk mengisi yang kosong juga dia area sana. Kalo misalnya bunga biasanya untuk menutupi kayak komputer-komputer
Informan menjawab
seperti ini ni (sambil menunjuk komputer), sesuatu yang kurang indah gitu sambil
ya dilayar. Kalo untuk meja biasanya sih uda ada di lokasinya, kalo untuk
menunjuk
peralatan shooting nya lumayan banyak ya, kalo untuk shooting take host
komputer
nya itu pasti ada kamera porta sama kamera yang biasa yang tripod gitu
yang ga moving, satunya lagi yang moving yang mini porta jib. Terus ada lampu juga, peralatan audio juga. Lumayan banyak ya. P : Ooo. Gitu Mas. Ohya, aku mau nanya penasaran deh, kenapa setiap tapping selalu ada properti bunga dan lilin? Dan selalu host nya pasti sambil minum wine gitu, itu apa alasannya Mas? Oya Mas minum dulu pasti haus kan hahahaha. Informan
tertawa
024
lalu minum
R : Hahahaha iya (sambil minum). Hmm. Ga harus bunga atau lilin sih sebenernya, cuman itu yang paling simple ya, dan biasanya itu di kafe pasti ada bunga, ada lilin dan ada wine gitu. Karna kalo misalnya kita berada di kafe aaa. Kalo di tampilan makanan kan biasanya besar dan aa kurang menarik ya, yang menarik itu kayak wine gitu. Kalo bunga dan lilin sebagai hiasan aja sih dan karna elegan. Kar’na itu yang biasa umum di kafe-kafe ya. P : Terus ada kriteria gitu ga sih Mas buat pemilihan baju, make-up, tatanan rambut gitu terutama buat host ya?
025
R : Hmm, kalo make-up ya menyesuaikan ke baju biasanya ya, bajunya warna apa, kalo biasanya sih kita minta bajunya warna-warna cerah, seksi, elegan gitu kan. Seksinya ga norak tapi elegan masih pantas dipake. P : Terus sebelum produksi itu di program ini ada proses mengurus masalah izin gitu ga Mas? Masalah perijinan gitu gimana prosesnya dan siapa yang mengurus?
031
R : Ya biasanya sih saya yang ngurus sendiri kalo masalah ijin ya. Aaa. Bikin surat perjanjian kerja sama sama mereka pemilik kafe. Misalnya, aaa. Nanti kita kirim by email suratnya, kalo mereka setuju untuk shooting disana kompensasinya seperti apa? Apa kita harus bayar atau aaa.. Ada kerja sama. Kerja sama nya itu apakah ada penulisan nama lokasi dia awal acara atau mungkin nanti di akhir acara kita tampilin logonya. P : Hmm, gitu Mas, selain buat lokasi, ada ijin atau legal untuk yang lain ga Mas?
031
R : Hmm, ga ada lagi sih. Paling untuk shooting-shooting kalo mau ambil spot di jalan raya seperti di Bunderan HI. P : Terus apa sih Mas kendala atau hambatan baik secara internal maupun eksternal gitu ya selama proses persiapan atau pra produksi ini?
032
R : Sebenernya sih ga ada kendala berarti apa-apa ya sebelum shooting. Biasanya kendala itu aaa. Lebih banyak kendala itu nanti pas proses produksinya pas aa proses liputan itu yang banyak kendala. Kalo untuk pra produksi sih mobil ya kendalanya karna emang kantor tidak
Informan
tertawa
menyediakan mobil hahaha. Itu doank sih hahaha, tapi bukan sesuatu
ditengah-tengah
yang berarti karna kan itu ketidaksiapan operasional kantor doank kan
menjawab
yang tidak menyiapkan mobil untuk kru. P : Nah kalo kayak gitu gimana solusinya Mas? Untuk mobil itu kan jadi menghambat proses produksi nanti jadi molor waktunya.
R : Ya kadang-kadang sih kita naik taksi ya, naik ojek, yang penting intinya kita nyampe ke lokasi terserah mau naik apa. Aaa. Banyak jalan Informan
tertawa
menuju Roma hahaha.
setelah menjawab P : Kalo untuk masalah ijin-ijin gitu ada kesulitan atau kendala ga Mas? 032
R : Kadang ada, karna tidak semua kafe mau aaa. Kita pakai lokasinya untuk acara kita yang tema nya seks gitu kan. Banyak kafe-kafe yang menolak karna kafenya itu nanti dianggap aaa. Punya image tentang aaa tempat transaksi seks gitu. P : Ada strategi atau trik khusus ga Mas dalam tahap persiapan atau pra produksi ini?
033
R : Hmm harusnya sih ada ya pasti, karna stamina pastinya tenaga itu bakal terkuras saat proses tapping sama liputan gitu. Jadi kalo misalnya pra produksi ya kita siapin segala sesuatunya dengan baik dan benar biar nanti ga jadi kendala lagi pas proses produksinya. P : Terus perannya Mas Rezki di tahapan pra produksi ini apa aja Mas?
034
R : Aaa. Pertama aku dikasih tau temanya dulu sebelum menentukan lokasinya, nah jadi kalo misalnya tema nya itu tentang ini, oke aku akan cari kafe atau lokasi yang pas aaa. Untuk proses tapping nya nanti. Terus menentukan wardrobe nya aaa. Kru juga aku kan harus tahu jumlah kru yang aaa. Akan ikut dalam proses produksi mulai dari kameramen, audio,
lighting, sama alat-alat yang digunakan. Alat-alat itu termasuk kamera, Informan
tertawa
lampu, speck audio, properti, aaa listrik, aaa yah semuanya hahaha.
setelah menjawab P : Nah sekarang masuk tahap produksi nih Mas. Nah biasanya apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap produksi? Liputan maupun tapping. 035
R : Kalo liputan sih biasanya lebih gampang ya simple ya. Kita uda janjian dulu sama narasumber dimana gitu ya, mislanya janjian di kafe A oke kita ketemu disana aaa. Kalo misalnya mau diadakan proses wawancaranya disana oke kita minta ijin mungkin sama pemilik kafe, tapi kalau misalnya tidak memungkinkan kita biasanya bawa kesuatu tempat dimana mungkin di kafe yang lebih aman nyaman terus misalnya di kantor kita misalnya ketemuan di Coffe Bean. Kalo untuk tapping itu yang lumayan lama yah, kalo soal tapping itu lebih panjang sih mulainya dari pagi-pagi harus kru call dulu yah, telponin satu-satu, audionya kumpul jam berapa misalnya berangkat jam 7 pagi. Kita harus udah pastiin semua kru itu udah ada jam 7 pagi misalnya gitukan, atau dimana gitu. Terus nanti kita dari sini baru naik mobil ke lokasi. Oke kalo misalnya dilokasi kita itu harus eee.. Nunggu, biasnya sih vendor-vendor alat udah ngehubungin kan lokasinya dimana, jam berapa gitu, jadi semua vendor kamera, lampu, listrik, genset dan segala macamnya harus udah
dihubungi. Oke dihubungi biasanya mereka langsung ke lokasi untuk alatalatnya. Pas dilokasi nanti kita harus liat eee.. Liat lagi udah komplit belum. Udah ada krunya, udah ada alatnya. Udah ada kru dan alat baru kita coba untuk tapping, kameranya dimana, lampunya dimana, terus si Chantal host nya itu ada dimana. Kalo udah setting lampu, setting kamera, setting audio, mungkin ditambah properti-properti penunjang, eee.. Baru kita suap untuk proses shooting. Eee… Proses shooting nya sih tinggal jalan aja itu udah gampang sih sebenernya, tinggal nanti si Chantal bacain lead nya terus eee.. Break, ada retake-retake seperti itu mungkin kesalahan teknis atau mungkin kesalahan si Chantalnya bisa ada take 1, take 2 dan take seterusnya sampai 5 segment. Selesai, abis itu bongkaran pulang deh. P : Terus bagaimana sih proses untuk ngatur penempatan alatnya sebelum shooting? Tiba-tiba ada suara beberapa tertawa keras
036
R : Eee… Itu sebenernya teknis sih yah, sangat gampang dipelajari gitu,
orang
mungkin warna kamera seperti apa terus nanti warna lampunya
dengan
menyesuaikan. Eemmm… Biasanya sih kita pake 2 kamera, yang menurut kita paling indah blocking nya diaman gitu yah, yang paling keren menurut kita dimana. Nanti si kamera sama alat sih menyesuaikan aja penempatannya. P : Nah biasanya sebelum pengambilan gambar itu ada proses latihan gak
sih Mas? Baik kru maupun talent nya? 039
R : Kalo latihan jarang sih yah, karena mungkin kita sudah terbiasa dengan konsep ini jadi jarang sekali ada latihan, hampir nggak pernah. Si host nya mungkin dia latihan dan baca lead nya sambil make-up gitu terus sambil pake baju. P : Nah kalo proses briefing atau pengarahan sebelum pengambilan gambar itu gimana Mas?
040
R : Itu sih ada nanti diarahin si Chantalnya mau seperti apa, muter kemana, jalan berapa langkah, nah itu biasany di briefing secara khusus sebelum di shooting. P : Gimana sih jenis lampu yang digunain untuk lighting shooting? Kenapa pake jenis dan warna lampu seperti itu?
038
R : Eee.. Kalo warna lampu itu sebenernya sih dari filter nya kan, ada warna biru, ada warna ungu, ada warna merah gitu dan segala macamnya. Jenis lampu kalo yang dipake buat Sexophone itu cuma ada 3 jenis lampu. Ada Dedo itu yang kecil untuk pencahayaan eee.. Ornamenornamen dibelakang si host biar lebih terang. P : Warna nya itu kenapa harus merah, biru, kuning gitu lampunya Mas?
038
R : Menyesuaikan sama lokasi, dilihat di lokasi itu banyak nya warna apa. Kalau misalnya dia udah merah warnanya mungkin kita tambahin warna apa, warna biru, warna itu sebenernya cuma main di kreatifitas warna
aja. P : Nah biasanya selain itu kan ada setting ruangannya untuk host, nah itu proses pengaturannya bagaimana Mas? 037
R : Eee… Itu tadi kaya udah di blocking kan, jadi biar kelihatannya lebih indah ditambah fitur-fitur ornamen, atau misalnya properti tambahan aja. Kalau misalnya ada meja disitu kalo mejanya kosong kurang cantik deh gitu, mungkin makanya diatas meja dikasih bunga atau dikasih lilin gitugitu. P : Terus kalo proses pengambilan gambarnya gitu ada trik atau strategi khusus gitu nggak Mas?
041
R : Aaa. Itu sih insting dari seorang kameran arusnya ada, harus ada dari director nya yah, mau gambarnya seperti apa, framing nya seperti apa,
Informan
apa harus jalan apa harus stay disitu atau pas naskah sekian harus
memperagakan
nengok kesini atau kesana. Eee.. Yang pasti sih itu harusnya dibuat
jawaban
bervariasi, agar penonton yang nonton nggak boring.
menengok
sambil kekiri
dan kekanan P : Eemm.. Terus suka ada dilakuin evaluasi nggak sih disela-sela shooting? 042
R : Pasti sih yah, pasti ada evaluasi kalo misalnya dirasa kurang oke gambarnya, langsung pada saat itu juga diperbaiki. Pada saat proses
shooting itu si Produser berperan sebagai director, dia maunya gambarnya seperti apa, host nya nanti itu seperti apa, maunya dia ooo.. warnanya kurang dilayar nih, jadi biasanya kita mendengar arahanarahan dari dia. P : Biasanya kalau udah selesai shooting itu apa sih yang dilakuin proses selanjutnya? 043
R : Jadi kalau sudah selesai kalo di kita sih bahasa kasarnya bongkaran Bongkaran adalah proses yah. Jadi sesudah selesai shooting nanti kan alat-alatnya dibongkar lagi mengumpulkan lampunya dan kameranya dikembalikan, kita cek lagi, biasanya tugas PA memeriksa untuk mencatatnya, nah semua alat oke, kameranya dudah cukup, peralatan lampunya udah cukup oke kita selesai gitu kan pulang istilahnya. P : Setelah alat udah beres tahap selanjutnya ngapain Mas sebelum pulang?
044
R : Ohh biasanya sih beres-beres ngebersihin lokasi. Itu sebenernya tanggung jawab kita semua cuma ada OB yang membantu. P : Nah kendala apa dan hambatan apa selama tahap produksi ini Mas?
045
R : Eee.. Kalo untuk proses liputan kendalanya janji sama narasumber, misalnya narasumber tiba-tiba ngebatalin. Itu aja sih kendala yang paling besar diluputan itu ya mungkin narasumber. Kalo misalnya tiba-tiba narasumbernya batal berarti kita harus punya back-up narasumbernya mana lagi atau ganti. Kalau untuk proses tapping nya sih jarang ada
dan kembali
yang
sudah
dipakai untuk shooting
kendala paling hujan yah. Kalau hujan mungkin dilokasi eee.. Audio nya keganggu tidak gitu kan, atau misalnya ada suara-suara bising mobil gitu-gitu sih, tapi itu jarang. P : Nah peran dan tugas Mas Rezki selama tahap produksi ini apa? 047
R : Emm.. Banyak yah, kalau proses produksi kan ada pencatatan sceen Clapper itu namanya clapper yaa. Clapper itu kita harus tau yang dipake itu take yang
adalah
orang
bertugas
untuk
berapa gitu kan, atau pilihannya di take berapa gitu, jadi harus ada mencatat adegan-adegan pencatatan-pencatatan atau time code nya mana nanti yang akan dipake ketika shooting biar lebih enak di proses editing nya gitu kan. Karna kalo misalnya nanti tidak ada catatan-catatan itu eee. Kita akan nyari-nyari lagi pas di editing, take berapa sih yang dipake, sementara ada 15 take gitu kan. Jadi kalo misalnya uda ada catatan-catatan di naskah atau script misalnya yang dipake itu take 5 choose nya take 4 gitu kan, aa berarti kita kan uda lebih enak nanti pas proses post production. P : Hmm. Oke Mas. Sekarang masuk ke tahap paska produksi ya Mas. Apa aja yang disiapin dan dilaukin pada tahap paska produksi? 048
R : Eee.. Kalo paska produksi pasti sih materi liputan duu yah, ehh materi liputan itu biasanya kita masukin ke editing mana yang dipake mana yang dibuang. Terus gambar-gambarnya disinkronkan dengan rundown yang udah dibikin pada saat presentasi pada pra produksi. Oke udah disusun liputannya, terus nanti baru ditempeli lagi sama eee.. Take host yang
Chantal. Oke di segment satu ada opening dan teaser, terus ada lead, terus teaser, seterusnya sampai closing sampai 5 segment. Eee, itu nanti kita tempelin dan digabung ke eee.. Materi liputannya, kemudian nanti eee… Kan itu kan diam yah hening gitu kan tidak ada musik tidak ada suara-suara instrument, jadi di tambah-tambahin lagi suara-suara atau instumen-instrument kecil eee.. Biar lebih ee.. Hidup sih. Jadi audio nya keren suaranya juga bagus. Setelah material liputan sudah diatur sesuai rundown eee.. Materi tapping nya akan di tempel juga, ditempelin dimasukkin. Pasti Chantal itu akan ada di opening, teaser, lead, sampai closing. P : Terus Mas setelah editing itu yang dilakuin selanjutnya apa? 051
R : Sesudah editing itu nanti yang melakukan proses editing kan Asprod sama Produser biasanya sih kita preview lagi dari segment 1 sampai segment 5, eee… Kalo misalnya rasa-rasannya udah bagus atau misalnya ada narasumber-narasumber tertentu yang nggak mau ditampilin wajahnya secara jelas gitu, nanti kita blur atau misalnya kita samarkan secara warna agar orang-orang tidak mengenali mereka. P : Kalo untuk konsep editing nya gitu ada trik-trik atau kriteria khusus ga Mas? Apalagi ini kan program investigasi ya Mas, terus uda gitu programnya dewasa berbau seks.
050
R : Hmm iya harus ada donk. Aa ada satu yang kelupaan tadi, jadi aa si
reporter ketika dia sudah selesai liputan itu dia harus bikin naskah kan. Naskahnya itu nanti dia harus tulis, nanti diedit sama Produser. Nah sesudah selesai naskahnya nanti ada biasanya akan dilakukan proses dubbing, biasanya yang dubbing itu memang PA. aa au nyari dubber nya itu kalo di Sexophone kan cewe yang suaranya agak berat ya menurut kita seksi mungkin gitu ya, seksi untuk program dewasa. Sesudah selesai proses dubbing, dubbing nya nanti juga ditempel lagi, sesudah tadi materi liputan ditempel, ditempel lagi sama aa apa sih namanya aa Chantal, take host nya nanti ditempel, nanti ditempel lagi sama suara dari dubbing naskah liputan, baru nanti ditambahin instrumen-instrumen musik gitu. Aaa. Kalo untuk kriteria editing sih sebenernya mengikuti yang ada di rundown aja, kalo untuk musik sih itu mungkin aa sama editornya sama director musiknya mungkin yang lebih paham maunya oo ini investigasi ketika misalnya ada gambarnya seorang reporter lagi lari mungkin dia Informan
mau nambahin musik yang ngejreng-jreng (bersenandung) gitu kan. Kalo
menjawab dengan
misalnya ini liputannya siang harusnya kan malam, mungkin bisa
bersenandung
diredupin lagi cahayanya. Itu cuman main di animasi atau di warna. P : Trus apa sih Mas gambar yang harus di blur dan suara yang harus disamarkan itu yang kayak gimana Mas? 050
R : Kalo gambar sih yang terlalu vulgar ya, ada aturan-aturan batasanbatasan dari KPI, suara juga sebenernya ada aturan-aturan dari KPI.
Tapi kalo masalah di blur atau ngaknya itu tergantung perjanjian sama narasumbernya kalo narasumbernya itu tidak mau wajahnya tampil secara vulgar, dia minta diblur oke kita blur, suaranya juga kita samarkan. Tapi kalo misalnya mereka fine-fine aja dengan suara yang tidak disamarkan dengan wajah yang tidak disamarkan, ga masalah. Kalo wawancara yang tertutup yang diam-diam sih itu semuanya akan di blur, karna itu kan tidak diproses pengambilan gambar dimana, tidak ada minta ijin untuk ditayangkan dimana, itu lebih samar banget. P : Nah biasanya kalo udah selesai editing, hasil jadi editing nya itu diapain? Proses selanjutnya gimana? 048
R : Selesai proses editing, komponen-komponen item-item yang tadi uda masuk ya semuanya, nanti diakhir acara ditambahin lagi credit title ya, sponsor gitu kan, terus ada perjanjian ga sama lokasi nanti dicek lagi mulai dari aa Produsernya siapa, PA nya siapa, tim liputannya siapa, dan segala macamnya, kemudian di akhir acara nanti ada aa ucapan terima kasih ke sponsor, wardrobe, lokasi, gitu. Udah itu selesai nanti oke langsung di print ya kalo disini namanya, itu di print dalam bentuk kaset DV 126, itu nanti di print dulu, sesudah itu kita kasih ke LSF dulu Lembaga Sensor Film ya, itu sekitar dua hari sebelum tayang kita harus kirim. Nanti kalo misalnya tidak ada kritik nanti baru kita tayangkan gitu. P : Hmm ada kayak quality control gitu ga Mas?
052
R : Iya, itu sih sebenernya sama aja pas kita kirim ke LSF aa kita akan kasi lagi ke library, nanti di library itu ada proses QC di master on air. Nah mereka mengecek gambar, suara, sama aa item-item lainnya apakah sudah memenuhi standar untuk aa broadcasting tv ini. P : Nah biasanya hasil jadi editing ya itu biasanya di preview dulu ga sama semua tim?
051
R : Hmm ga selalu semua tim sih, intinya di preview dulu sama Produser sama eksekutif Produser. P : Setelah program uda ditayangkan, itu hasil rating share nya keluar kapan?
053
R : Biasanya sehari atau dua hari sesudah tayang. P : Nah biasanya yang terima hasil itu siapa?
053
R : Yang terima itu biasanya dari programming ya. Programming nanti kayak kirim email ke aa RCD disini, nanti RCD yang akan aa menyampaikan ke Produser berapa rating dan share nya. P : Setelah itu ada evaluasi program ga secara keseluruhan?
054
R : Kalo evaluasi secara keseluruhan itu sih paling kita ngadain rapat mingguan atau bulanan sih rata-rata ya. Tapi kalo hanya untuk satu episode. Ooo tadi malem misalnya ada yang kurang-kurang biasanya evaluasi masing-masing dari Produser ke tim yang liputan itu aja. Kalo yang kumpul besar itu yang tadi yang rapat pas pra produksi tadi, nah itu
akan dibahas semua uneg-unegnya disitu, terus kalo hanya untuk itu hanya sekedar omongan lepas aja sambil kerja gitu. P : Yang dibicarain waktu evaluasi program ini itu apa aja Mas? 054
R : Hmm mungkin ada aa apa ya, ada mungkin gambar-gambar yang kurang bagus, atau misalnya terlalu vulgar, atau misalnya blur nya kurang, ya banyak, pastinya akan dibahas secara detail disitu. P : Kalo dari hasil rating dan share itu juga dijadiin evaluasi ga?
054
R : Itu hanya evaluasi untuk sekilas ya, karna itu kan fluktuatif banget ya aaa. Karna penonton itu mungkin kita lihat lagi disitu penontonnya di jam seperti itu siapa, apakah abg, atau misalnya anak-anak, atau orang-orang dewasa, nanti itu dievaluasi. Tapi evaluasi secara mendalam itu berada di tim dulu. P : Nah kalo misalnya budgetnya berlebihan, lewat dari budget yang seharusnya itu dievaluasi juga ga?
054
R : Itu di evaluasi bulanan yang biasanya di rapatkan dalam sebulan sekali. P : Apa aja kendala dan hambatan selama tahap paska produksi?
055
R : Paska produksi, hmm kurang lebih apa ya, mungkin jadwal kali ya, karena proses editing disini kan 24 jam gitu. Dan kita harus nungguin, sementara kru nya ini sangat sedikit, jadi ya kita hahaha harus secara bergantian, fisik sih ya harusnya. Sehari kan 24 jam jadi kalo misalkan
dibagi 3, masing-masing dapet 8 jam satu orang, sementara kadang kru nya kita cuman tinggal dua. Jadi kita ya harus berbagi seperti apa berapa jam satu orang dampingin editor. P : Nah peran dan tugas Mas Rezki di tahap paska produksi ini apa? 056
R : Aaa.. Mengetahui proses editing sejauh mana, terus eee… Credit title nya komplit atau nggak, ada sponsor yang belum masuk ngak disitu, terus pengiriman ke LSF juga gitu sampai ke master on air. Ia semuanya tetep harus di kawal sejauh mana, kalau misalnya dari 9 shift itu 3 hari itu misalnya kadang proses editing nya kan bisa molor yah, nggak cukup gitu, yaah kita harus pintar-pintar lagi nyuri berapa jam lagi karena sesudah 3 hari, hari berikutnya sudah diisi sama program lain, nanti kita yah tinggal negosiasi aja sama program berikutnya, aku pinjem dong 3 jam atau 4 jam karena aku belum selesai, sementara harus tayang tanggal sekian. P : Terakhir deh Mas, aku mau tanya tentang analisis SWOT program ini. Yang pertama apa kekuatan program Sexophone ini?
Informan
tertawa
057
R : Hahaha. Kalo kekuatan di program ini berarti ada di temanya yah.
sebelum menjawab
Temanya itu mudah dimengerti atau dipahami masyarakat tidak jauh dari
karena
mereka gitu. Karena kalau misalnya untuk yang biasa-biasa aja penonton
diusik
teman-temannya
aku rasa sih ya udah biasa lah. Tapi untuk hal-hal baru itu justru yang diminati penonton. P : Selain tema, apa lagi Mas?
057
R : Yang pertama itu pasti di tema yah, tema yang menarik di masyarakat. Kemudian eee… Kontennya itu di tanggapi sama seksolog juga, ada psikolog seksualnya Zoya juga yang memberikan solusi apa sih yang harus dilakukan. P : Kalau kelemahan dari program ini apa aja Mas?
058
R : Kalau di kelemahannya mungkin di gambar yang kurang banyak warna yah, gamabar investigasi kan tidak terang seperti gamabar-gambar yang bisa kita tampilkan secara vulgar, atau mungkin adegan-adegan eee… Yang gak bisa kita tampilkan juga di layar karena eee… Ada peraturan dari KPI, jangan sampe program kita nanti dianggap sebagai program yang porno gitu kan yang melanggar aturan-aturan dari KPI. P : Kalo untuk peluang, apa peluang pogram ini Mas?
059
R : Peluang sih masih tetep ada ya, karena dari ukurannya mungkin aa kalo buat kita ya tetep aja dari share dan rating ya, sampe sekarang sih share dan rating kita masih stabil, berarti penonton kita juga aaa. Walaupun misalnya tidak tinggi share dan rating nya tetapi kita punya penonton komunitas tertentu yang menonton acara kita. P : Terus kalo untuk ancaman, ancaman dan kompetitor untuk program ini apa Mas?
060
R : Kalau kompetitor aku rasa sih tidak banyak tv- tv yang punya program-program untuk dewasa yang sejenis. Kalau ancamannya ya kita
kadang harus tetep kontrol yah, karena klo sedikit lepas kontrol nanti KPI menyurati kita lagi gitu kan. P : Sekarang aku mau tanya soal profil Mas Rezki ya, nama lengkapnya siapa mas? 061
R : Eee..Rezki Ramgkuty. P : Tempat tanggal lahirnya kapan mas?
061
R : Lahir di Padang tanggal 15 Agustus 1983. P : Terus Mas Rezki lulusan mana?
061
R : S1 Fakultas Peternakan di Universitas Andalas Padang. P : Hmmm.. bisa ceritain karir kerja mas ngak?
061
R : Dulu Sempet kerja di Bank Danamon Padang abis tamat kuliah selama 9 bulan. Terus masuk di Trans sejak tahun 2009 sebagai Reporter dan Production Assistant. Sekarang jadi Production Asssitant aja. P : Oke, uda Mas, uda semuanya. Makasi ya Mas Rezki buat waktunya.
Informan menjawab
R : Oke sama-sama hahaha. sambil
tertawa bangkit berdiri
dan
PENELITI
: Aldita Ruslim
SUBYEK
: Dian Ekawati (Asisten Produser)
TOPIK
: Proses Produksi (Tahap Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi) dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).
TANGGAL
: Selasa, 16 April 2013, Pukul 14.28 WIB
TEMPAT
: Ruang Rapat sebelah Ruang UPM di Divisi News Gedung TRANS TV lantai 3, Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 1279.
SITUASI WAWANCARA
: Di ruang rapat samping ruang UPM dengan suasana nyaman dan tenang, hanya ada peneliti dan informan dalam ruangan. Suasana sekitar ruangan cukup ramai orang-orang lalu lalang, namun tidak menganggu jalannya wawancara. Informan menjawab dengan lancar, jelas, dan informatif. Informan bersikap ramah dan kooperatif selama jalannya wawancara.
CATATAN
KODE
TRANSKRIP DATA
LAPANGAN
CATATAN JAWABAN INFORMAN
P : Mba Deka, aku mau nanya dari awal ya Mba prosesnya. D : Oke. P : Apa aja yang dipersiapin dan dilakuin pada tahap pra produksi sebelum liputan dan tapping? 014
D : Oke, berarti ee yang pertama itu soal liputan dulu ya. Liputan itu yang pertama harus ditentukan adalah tema. Jadi tu kita biasanya ada
rapat tu, rapat bisa mingguan bisa dua minggu sekali. Nah itu kita sekaligus brainstorming kira-kira tema apa sih yang mau kita angkat. 016
Informan
seksi tu dalam artian menarik ga sih buat pemirsa gitu. Terus sensitif ga
mengangkat tangan
Tema itu juga dipilih berdasarkan aa apa namanya cukup seksi ga sih,
sih, kita akan menghindari tema-tema yang sensitif misalnya soal waria
kanan
untuk
itu kita Masih menganggap itu terlalu sensitif. Kalo misalnya kita oh ini
memperagakan
terlalu sensitif ni soal waria, gimana ya biar kita kemas tema itu biar
kata “seksi”
tidak terlihat atau tayangannya tidak menyudutkan pihak waria ya. Nah itu fungsinya brainstorming, kita tentuin tema-temanya dan karna sekarang kan kita aa konsepnya penelusuran, ga semua tema bisa kuat untuk aa ditelusuri gitu. Misalnya tema-tema yang baru dikerjain terakhir itu kan model nude, model-model yang telanjang itu. Nah itu untuk lima segmen tayangan satu jam kira-kira mau diapain ya biar aa masuk ke konsep penelusuran gitu. Karna kan kalo kita panjang-panjangin kalo membosankan kan juga jadi ga menarik gitu. Nah itu, jadi tema, tema itu dilihat dari unsur-unsur yang aku bilang tadi, aa menarik atau ngak, seksi atau ngak, sensitif ga, ee terus cukup atau ga untuk tayangan satu 014
jam. Kira-kira narasumbernya siapa aja, ada ga narasumbernya gitu. Berarti itu ya tema. Terus siapa yang akan liputan gitu, ehmm itu harus nentuin juga orang yang pas buat tema ini siapa gitu. Harus nyesuain juga tim liputannya, misalnya kayaknya Tom ni kurang cocok ni liputan
lesbian, mungkin Tom lebih cocok ke yang gay misalnya. Kayak gitu, karna kan kita itu penelusuran konsepnya kita menyamar kan, kalo reporter nya aja ga cocok dalam samarannya, jadi ga bisa Masuk ke Informan
lingkungannya mereka gitu sih. Kalo untuk tema itu. Kalo buat tapping
berdeham
persiapannya sih lebih simpel sih sebenernya ya. Kalo tapping itu
ditengah-tengah
(berdeham) pertama schedule host nya dulu Chantal, jadwalnya Chantal.
menjawab
Terus uda gitu survei dulu ke lokasi kira-kira lokasi yang cocok sama program kita apa gitu. Terus, karna kita pake apa kamera ini kan aa kayak porta jib gitu, harus cari lokasi yang agak tinggi juga. Nah setelah itu baru aa persiapan-persiapan kayak peralatan, lighting nya siapa, terus propertinya, terus wardrobe, make up artis kayak gitu sih kalo tapping ya. Kalo Zoya, jadi Zoya itu ada dalam selama proses liputan. Jadi misalnya liputan ke Semarang soal lidah sakti misalnya, liputannya itu kan biasanya waktunya 5 sampe aa 6 hari, nah nanti kita atur
Informan
schedule nya Zoya, kira-kira dia bisa dateng di hari ke berapa, misalnya
menjawab
sambil
hari kedua atau hari ketiga atau hari keempat dia dateng ke Semarang
mengetuk
meja
sehari untuk wawancara narasumber kita. Misalnya narasumber itu bisa
tangan
si pelaku atau pengguna, misalnya kalo apa namanya karaoke plus-plus.
untuk menegaskan
Bisa dia wawancara si pemandu plus-plus nya atau yang sering dateng ke
jawabannya
tempat karaoke plus-plus.
dengan
P : Terus Mba ada strategi atau trik khusus ga sih buat memilih tema tiap
episodenya? 016
D : Hmm strategi sih mungkin kayak yang tadi aku bilang ya, pertama tema yang mungkin jadi fenomena yang ada sekarang yang mungkin masyarakat belom tahu. Kayak misalnya kemaren kita baru ngangkat soal tematik seks. Tematik itu jadi kita dateng ke suatu tempat yang underground lah ya yang terselubung, yang ga banyak orang Jakarta aja belum tentu tau. Ternyata di dalemnya itu akan disajiin aa apa ya layanan seks tapi yang bentuknya penjara, yang bentuknya rumah sakit, yang bentuknya aa sekolah. Jadi disitu ada permainan peran juga, nanti si si perempuan-perempuannya ini dia akan berperan jadi apa aja terserah nanti pelanggannya dateng milih tema apa. Misalnya di penjara ya cewenya akan jadi sipir dan pelanggan akan jadi tahanannya. Nah kayak gitu kan ga ada yang tau kan, nah kita harus nangkep fenomenafenomena
baru
itu
atau
fenomena-fenomena
lama
tapi
punya
perkembangan baru gitu. Misalnya hmm apa ya aa soal model nude, mungkin kita uda tau uda lama, tapi mungkin yang sekarang ini ada perkembangan baru nah itu yang kita tangkep gitu. P : Oke, terus biasanya ide atau tema itu munculnya dari mana Mba? Informan menjawab menyeka
017 sambil poni
D : Dari brainstorming temen-temen juga sih, atau kadang-kadang juga permintaan atasan juga bisa, tapi itu jarang banget. Kadang munculnya dari temen-temen reporter sendiri.
rambut
dengan
tangan kanan P : Nah itu cara nemuinnya gimana? Apakah searching atau gimana gitu? 017
D : Kalo searching bisa, baca-baca bisa, atau karna kan temen-temen tu biasanya uda punya link gitu kan, punya fixer disini kita nyebutnya
Informan
sambil
perantara gitu informan lah. Eh ada loh aa ini fantasy car misalnya yang
mengangkat tangan
kamu bisa layanan seks yang dilakuinnya di mobil mewah muterin untuk
Jakarta, itu bisa dari informan. Makanya that’s why kita butuh banget
menegaskan
yang namanya link gitu, link ke orang-orang dunia malam itu tu penting
jawaban
banget, karna justru dari mereka lah kadang-kadang. Eh ada ini loh, oh ya dimana, gitu. P : Nah terus gimana sih Mba ada cara-cara khusus untuk bisa nembus narasumber itu?
Informan
018
D: Nembus narasumber itu kalo gini penelusuran itu kan ada dua jenis
memperagakan
ya, terbuka sama tertutup. Kalo tertutup itu berarti sama sekali ga ada
“dua jenis” sambil
yang tau kalo sedang terjadi liputan, contohnya wisata seks. Wisata seks
mengangkat
itu bener-bener semuanya candid, ga ada yang tau, ga pake informan, ga
tangan kanan
jari
pake fixer. Nah itu bener-bener on the spot, penelusuran tertutup. Nah kalo itu aa ya pinter-pinternya tim liputan sih, misalnya kita pura-pura jadi pelanggan gitu, tapi tidak harus sampai eksekusi, ya kayak hmm tawar-menawar aja gtu misalnya dibawa ke kamar, kita ngobrol-ngobrol
dulu. Setelah itu ga sampai hubungan seks juga kan, karna kita kan yang terpenting adalah kita mau menggali informasi dari dia, cukup sampe di oh oke berarti emang dia bener-bener psk, udah informasi kita akan selesai sampai disitu. Itu kalo yang terutup, tim liputan atau kita bisa nyewa mungkin talent yang oke deh kamu aa pura-pura jadi pelanggan. Nanti dia yang akan tanya-tanya narasumbernya candid dia. Kalo terbuka, itu kita punya fixer, fixer ini yang akan memperkenalkan kita ke narasumber, oke narasumber tau, narasumbernya misalnya pemandu lagu plus-plus. Kita dapet informasi eh disana ada nih pemandu lagu plus-plus, dikenalin lah kan sama tim liputan. Pemandu lagu plus-plus ini tahu kita dari Trans TV, tapi konsumennya kan ga tau. Nah dengan deal yang win-win solution akhirnya yaudah kita bisa candid itu kan si PL plus-plus yang lagi lagi apa transaksi sama konsumennya gitu. P : Trus ada kriteria tertentu ga sih Mba buat milih narasumbernya? 019
D : Aa kriteria sih pertama dia harus benar-benar berkecimpung di dunia itu, misalnya aa pemandu lagu, ya dia memang masih bekerja sebagai pemandu lagu gitu. Kalo uda ngak kan namanya mantan gitu, itu bisa jadi narasumber tambahan sih, bukan narasumber utama gitu. Tapi kalo untuk narasumber utama dia harus masih berkecimpung disitu. Kalo pelaku misalnya yang suka ikut fantasy car, konsumen fantasy car, ya dia memang harus pernah atau masih, jangan yang mengaku-ngaku. Kita
juga mislanya nih dapet info dari fixer tu disitu ada tuh aa dia suka make juga, pelaku fantasy car. Kita harus survei dulu, kita ajak ketemu, kita ngobrol, bener ga sih lo aa pelakunya, lo konsumennya jangan cuman ngaku-ngaku aja, itu harus dipastiin juga. Terus narasumber itu yang pasti dia harus komunikatif bisa diajak wawancara, karna ga semua orang bisa diwawancara dengan baik kan, mungkin grogi atau apa gitu. Itu sih. P : Apa yang dilakuin kalo ga berhasil nembus narasumber Mba? Pernah ga? Informan berpikir
020
D : Hmm pernah ga ya. Kayaknya sih ga pernah ya, kayaknya ga pernah
sambil melihat ke
tapi kalo misalnya itu terjadi ya otomatis harus kita cut, ganti tema. Itu
arah atas
uda ga aa babibu lagi udah cut gitu, karna kita ga mungkin nayangin tema topik yang ga ada narasumbernya misalnya. P : Ada strategi khusus ga sih Mba buat milih lokasi shooting untuk Chantal dan Zoya? 027
D : Kalo Chantal dulu ya, kalo Chantal sih sejauh ini biasanya kita di tempat klub-klub gitu, atau di restoran. Kalo aku pribadi menurut penilaianku, aku lebih suka tempat-tempat yang classy, yang hmm elegan, lebih ke yang elegan gitu. Ga terlalu banyak lampu-lampu dimana-mana. Kalo Zoya, aa Zoya juga sama sih, dia tapi lebih personal ya dia karna wawancara kan, jadi kita cari tempat yang kalo bisa sepi, lebih personal,
Informan
atau yang sesuai sama temanya. Kalo kemaren tuh Tom yang model nude
mengangkat
itu di studio disulap sama dia jadi kayak tempat pemotretan yang kayak
tangan
untuk
gitu lah, sesuai kan sama temanya.
memperagakan “studio disulap” P : Biasanya kalo di rapat pra produksi itu, apa aja yang dibicarain dan dihasilkan dari rapat? 015
D : Kalo rapat pertama kita scheduling, scheduling kira-kira minggu ini kita mau ngapain ni, terus review yang kemaren tu aa share nya berapa, apa kelemahannya, apa yang harus diperbaiki. Itu kayak evaluasi. Review dan evaluasi lah. Terus scheduling sama nentuin tema yang mau digarap apa lagi. Gitu sih paling, sama tapping, misalnya tapping mau kapan nih temanya apa yang mau diangkat sama liputan yang uda jadi apa yang mau di tapping in. P : Trus Mba biasanya ada riset pra produksi ga? Yang diriset apa aja?
026
D : Ada. Kalo riset tapping yang pasti ya lokasi, itu aja sih kalo tapping. Kalo liputan, hmm sesuai kebutuhan sih, yang pasti memang harus ada riset mendalam. Misalnya pun uda punya narasumber tetap kita harus riset juga. Misal ni kita mau ngangkat soal bachelor party, bachelor party itu sebenernya sejarahnya mulai dari mana sih, nah itu kan harus diriset data-datanya. Kita kan harus punya basic juga mau ngangkat tema ini
kenapa. Itu harus diriset juga, apakah misalnya aa dulu waktu di Amerika itu ada bachelor party pesta-pesta lajang misalnya yang mengakibatkan kematian gitu, maksudnya fakta-fakta dibalik itu yang menarik, kita riset juga, kan bisa jadi poin juga yang bisa kita Masukin ke episode itu gitu. Terus riset tempat-tempat yang bisa kita datengin apa, yang ditelusuri apa, misalnya penelusuran tertutup nih, kayak si Tom kemaren ngerjain yang tematik. Di Jakarta itu aa apa tempat-tempat seks yang tematik itu dimana aja sih, itu bisa kita lihat di media-media sosial, atau mungkin di apa namanya aa mungkin di twitter ada komunitasnya. Nah yang kayak gitu harus diriset juga kan. Kayak dulu kita ngangkat tentang komunitasInforman
batuk
komunitas yang underground, itu dapetnya di twitter. (batuk)
setelah menjawab P : Kalo proses pembuatan naskahnya gimana Mba? Naskah yang dibuat juga apa aja? Informan
batuk
beberapa
kali
ada (batuk) eh sorry. Kita pake kamera itu kan kamera PD, dari kamera
menutup
PD itu otomatis dia kan ada kaset-kaset mini DV, itu harus melalui proses
mulut
dengan
verbatim. Verbatim itu kita harus liat apa aja yang diomongin dijadiin
tangan
kanan
tulisan. Misalnya, ada transaksi ni, dalam transaksi itu apa aja yang
sambil
049
D : Naskah yang dibikin itu pertama kalo uda selesai liputan ya, itu kan
ditengah-tengah
diomongin. Gitu juga karna kita penelusuran, itu kita kan pake kamera-
menjawab
kamera tersembunyi, itu juga harus di verbatim namanya. Ditulis A to Z
nya apa aja yang diomongin. Baru setelah itu reporter aa bikin naskah. 028
Eh sorry, aa tadi aku sempet lupa, jadi sebelum produksi itu setelah kita nentuin tema nanti reporter bertugas bikin segmentasi. Segmentasi
Informan
rundown, segmen satu mau diisi apa aja, (berdeham) misalnya sejarah
berdeham ditengah
tentang bachelor party, terus segmen dua mau apa, segmen 3 4 5. Nah
menjawab
nanti setelah verbatim itu, baru dibikin naskah sesuai dengan rundown kalo ga ada perubahan di lapangan. Karna kan yang namanya penelusuran selalu aja ada yang ga sesuai dengan segmentasi yang kita bikin. Itu naskah untuk voice over. Nah kalo untuk tapping, naskahnya lead tapping, teaser, itu biasanya dibikin sama Produser berdasarkan naskah yang dibikin sama reporter. P : Nah berarti ada ya pembuatan rundown? D : Ada. P : Kalo time table atau scheduling gitu ada ga Mba? Gimana proses pembuatannya? 029
D : Ada donk pasti ada. Di Sexophone semua program disini ada. Aa day by day, scheduling nya day by day. Misalnya tim ini, tim nya Stefani misalnya minggu ini dia survei sama riset, minggu depannya dia akan liputan, terus minggu depannya lagi dia akan bikin naskah dan tapping. P : Itu yang biasa buat time table siapa?
Informan
D : Aku juga biasa bikin atau Produser ya.
menjawab
sambil
menunjuk
diri
sendiri
dengan
tangan kanan P : Nah kalo soal budget nih, gimana proses perencanaan budget untuk produksi program Sexophone ini Mba? 030
D : Kalo budget di Trans, di news ini itu per tiga bulan gitu. Jadi, itu uda untuk 3 bulan. Jadi itu sebelum misalnya budget bulan Januari, Februari, Maret itu nanti akan dibahas di bulan Desember gitu. Hmm kira-kira berapa ni budget nya, satu episode butuh berapa nah itu uda ada budget per tiga bulan. Makanya pas perencanaan budget itu kita kan uda ngirangira dulu, kita uda ngira-ngira sama bagian UPM. Kira-kira kalo liputan butuh berapa sih budget nya, sekian puluh juta misalnya, atau untuk tapping tu butuh berapa juta sih. Itu uda ada, jadi uda ada panduannya gitu. Kurang lebihnya segitu lah. P : Kalo proses penentuan kru atau SDM yang dibutuhin untuk produksi itu gimana Mba?
Informan
021
D : Kalo liputan tu biasanya dua sampe tiga orang, 1 reporter, 1 atau 2
menggunakan jari
campers gitu. Aa kalo tapping itu 2 sampe 3 campers, Produser sama
tangan
Asprod semua ikut. Karna nanti Produser atau Asprod akan bertugas
untuk
memperagakan
sebagai director di lapangan gitu, terus PA ikut, karna biasanya yang nge
jumlah kru
deal lokasi itu PA. Kayak Rezki itu dia tugasnya itu, jadi that’s why dia harus ikut karna dia yang udah survei tempat segala macem kan dia. Sama reporter yang punya tema yang akan di tapping in. P : Kalo ga salah ada kru yang bukan kru asli Sexophone ya? 021
D : Oh itu, kalo itu biasanya lighting doank, aa kalo tapping itu biasanya ada lighting man dua orang, sama audio man, terus make up artis, sama wardrobe. Udah itu aja yang diluar news. Biasanya kamera kan kita sewa, nah itu vendor yang kita sewa kameranya suka ikut juga. P : Nah kalo soal jenis sama jumlah alat itu proses penentuan dan peminjamannya gimana Mba? Aku pernah liat form good request gitu.
022
D : Form nya? Nah itu sebeneranya Cumi tu yang agak lebih tau tuh, tapi itu biasanya dibikin kalo ga salah tu aa sekitar seminggu sampe 3 hari sebelum rencana tapping harus udah naik keatas kan diurus. P : Trus aku mau nanya kenapa properti itu bunga sama lilin itu selalu ada ya?
Informan
tertawa
sebelum menjawab
024
D : Ah hahahaha, mungkin lilin itu lambang ini kali ya lambang malam bisa, aa seksi juga kan. Tapi emang ga selalu harus ada sih, tapi itu juga jadi ciri khas. Kadang kita emang harus punya ciri khas juga kalo Sexophone itu ada lilin sama bunga. Hmm ya itu buat ini aja sih kalo aku memperindah sama kalo kadang-kadang kan kita nemuin tempat yang sepi gitu ga ada hiasannya, hiasan yang paling mudah ya itu memang
kan. P : Terus ada kriteria khusus ga sih Mba buat masalah baju dan make up? Kenapa harus seperti itu? 025
D : Kalo baju karna memang kita kan identiknya program seks ya, kalo pakaian tertutup juga ga lucu gitu ya, karna infotainment aja pake bajunya kebuka kan gitu. Tapi memang aa kita juga ga yang tiba-tiba kebuka banget gitu. Karna tayangan tu kan diawasi sama KPI, kadangkadang KPI tu suka protektif sama kita ga boleh ini ga boleh itu, jadi kita cari yang aa cukup elegan pasti elegan tapi ga seronok gitu. Karna Chantal juga orangnya kan emang udah inner inner apa namanya aa sex appeal nya dia kan udah tinggi gitu ya. Jadi sebenernya pake baju yang terbuka sedikit aja itu uda keluar banget seksinya dia gitu. Sama make up, kalo make up aa make up sih yang yang ga terlalu heboh ya, paling rambut juga yang penting keliatan seksinya aja sih. P : Terus ada masalah-masalah perijinan yang harus diurus ga? Itu prosesnya gimana?
031
D : Kalo perijinan, itu kan diurus sebelum beberapa hari sebelum tapping kan, jadi memang itu uda harus beres sebelum kita tapping. Yang biasanya survei itu Cumi kan si Cumi, jadi misalnya mau di klub ini, ada yang free ada yang mereka minta bayar. Misalnya untuk setengah hari itu kita bayar berapa, misalnya pun gratis nanti ada aa imbal baliknya,
misalnya mereka minta logonya dipasang setelah acara kita di credit title namanya atau di CG yang biasanya lokasi dimana. Nah itu harus disepakati dulu, baru kita bisa shooting disitu. P : Oke, nah ada kendala atau hambatan ga sih Mba baik secara internal maupun eksternal pada tahap persiapan atau pra produksi ini? Informan
batuk
sebelum
mulai
032
D : (batuk) Kalo kendala sih misalnya waktu molor kalo dari scheduling, hmm harusnya berapa hari 6 hari misalnya jadi molor. Terus kendala
menjawab
misalnya belum itu bisa terjadi karena narsumnya ternyata kabur misalnya gitu, narsumnya ternyata ga mau. Atau kita pernah ngerjain paket di Surabaya itu aa fixer nya kita ternyata ketahuan pas kita pulang dari situ ketahuan, bermasalah lah dia, akhirnya kendalanya kita harus aa apa ya liputan sih uda selesai cuma kita ga bisa buru-buru tayangin 045
itu, kita harus jeda dulu sampe suasana reda dulu, baru kita tayangin. Karna kendalanya di program ini ya sebenernya itu di produksinya misalnya kan kita pake aa apa alat-alatnya itu kamera-kamera tersembunyi. Kamera tersembunyi itu kan kita ga bisa atur kan, kalo kamera PD biasa mau kita zoom, misalnya warnanya kurang terang bisa kita atur. Nah ini kan kamera tersembunyi yauda kadang-kadang gambar yang kita butuhin ga ada gitu misalnya. Gambar yang kita butuhin ternyata ga ke record misalnya, tiba-tiba kameranya mati gitu, itu kendalanya disitu. Atau karna kita hmm penelusuran aa ditempat-tempat
hiburan malem misalnya yang notabene nya ga boleh bawa kamera ga boleh bawa apa, deg-deg an nya adalah kalo kita ngelewatin security. Nah itu ya deg-degan nya disitu, karna kan kita harus nyamar lah harus apa gitu kan, hmm tantangannya disitu sih bukan kendala sih ya mungkin, tantangannya disitu. P : Nah ada strategi atau trik khusus ga sih buat apa namanya melakukan tahap pra produksi ini? 033 Informan
tertawa
D : Kalo untuk liputan ya, kalo liputan mungkin sama ya, that’s why Sexophone itu sering banget ngumpul. Ngumpul-ngumpul ga jelas sih
ditengah-tengah
sebenernya hahaha, apa lah ngopi, terus apa ngobrol, dari situ kita bisa
menjawab
bisa dapet info oh disini ada ini loh. Aa terus hmm antara reporter dan cameraman itu harus saling komunikasi, reporter lo maunya apa sih gitu, gw maunya yang kayak gini gini nanti lo tolong ambil ya gambarnya yang begini begini. Jangan sampe reporter maunya kemana, cameraman maunya kemana gitu, jadinya ga nyambung gitu pas nanti reporternya nulis naskahnya begini tapi ga ada gambarnya. Nah itu, itu memang harus ada komunikasi juga antara tim liputan. Sama kita yang dikantor, Produser misalnya, jangan sampe nanti kemauannya Produser sama tim liputan itu beda. Atau misalnya ada kendala liputan di lapangan itu ga diceritain sama Produser. Jadi begitu misalnya naskah jadi loh kok jadi begini, nah itu harus diomongin juga jadi biar biar ada kejelasan tetep
ada komunikais lah antara tim liputan itu sendiri sama Produser atau yang ada di kantor. P : Nah Mba Deka ini peran dan tugasnya pada tahap pra produksi ini apa? 034
D : Pra produksi ya? Kalo aku sih lebih ke scheduling. Terus aa gw yang bagi-bagi tim lah ya, tapi sambil ngobrol sama Produser juga sih. Terus aa ga menutup kemungkinan juga ide tema, itu sebenerya kalo ide tema dari mana aja ya, tapi kalo aku lebih kesitu sih sama hmm bikin promo misalnya naskah promo atau aa lead-lead tapping itu kan biasanya yang bikin reporter juga nanti kita edit juga, edit naskah itu sebenernya bisa tugas Produser atau asisten Produser gitu. Cuman kalo misalnya barengan masuk ada beberapa naskah itu biasanya dibagi tugas gitu. Lo
Informan menjawab
sambil
menunjuk
ke
ngedit yang ini gw yang ini.
kanan dan kekiri dengan
tangan
kanan P : Oke Mba. Nah ini sekarang mau masuk ke tahap produksi ya Mba, apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap produksi? 035
D : Kalo liputan ya hmm kalo tim liputan biasanya, kalo penelusuran itu masuk ke liputan ya persiapan itu, liputan, terus kadang mereka survei
dulu survei lokasinya sekaligus penelusuran biasanya. Terus wawancara, wawancara sama narasumbernya langsung atau dengan Zoya. Itu liputan. Terus setelah liputan ya verbatim dan bikin naskah. P : Oke, kalo tapping? 035
D : Kalo tapping pas tapping aa biasanya kita ini dulu kan, ngatur lokasi dulu, seting-setting lah, uda oke belum dari kamera mau angle mana gitu. Terus nanti Chantalnya nanti dimana, misalnya dua episode yang episode
Informan
pertama disebelah sini spot-spot nya gitu. Terus Mastiin bajunya Chantal
mengangkat
cocok atau ngak, make up nya uda oke atau belum, sama paling aa ngasi
tangan
ke
arah
ngasi apa namanya naskah lead ke Chantal. Itu sih paling.
kanan P : Nah, hmm biasanya sebelum shooting itu ada set alat-alat segala macem, itu biasanya kriteria-kriteria buat penempatan alatnya itu gimana Mba? Informan
036
mengangkat tangan
angle, bisa sepuluh, sepuluh gabungan lead dan teaser itu kan ada kanan
sepuluh. Jadi misalnya kita harus pastiin aa ruang ini nya tu ga sempit
memperagakan “close”
D : Aa yang jelas kalo untuk satu episode itu kan kita ngambil beberapa
ruang aa apa namanya framing nya ga sempit gitu. Jadi agak lebar terus dan
memegang tangan kiri dengan tangan
ga kehalang juga gitu, background nya cukup oke atau ngak, secara 041
framing kamera juga uda pas atau belum. Pake dua kamera itu lebih variatif, itu untuk variatif gambar sih sebenernya kalo ada dua kamera
kanan
untuk
itu. Hmm jadi misalnya nih kamera 1 close ke Chantal, nanti yang kamera
memperagakan
lainnya bisa ngambil gerakan tangan Chantal atau mungkin ngambil
“gerakan tangan”
Chantal dari angle berbeda, itu lebih variatif, penonton juga ga bosen kan. Bisa change kamera juga, misalnya ngomong satu paragraf kesini
Informan menjawab
(sambil mengarahkan tangan ke kiri) paragraf selanjutnya kesini (sambil sambil
mengarahkan tangan kekanan).
mengarahkan tangan kekiri dan kekanan P : Nah, biasanya ada proses latihan ga sebelum pengambilan gambar itu? Gimana prosesnya? 039
D : Kalo sejauh ini ngak ya, Chantal juga uda tau apa yang harus dia lakuin. Dan dia ngapalinnya juga cepet jadi ga ada latihan-latihan. P : Kalo proses pengarahan gitu Mba? Briefing dulu sebelum shooting baik ke talent nya maupun ke kru nya?
040
D : Kalo briefing aa pasti ada sih ya, paling kalo briefing tu aa tapi bukan briefing yang ngumpul gitu ngak. Jadi misalnya director nya biasanya Rangga tu, dia bilang ke lighting lightingman, gw maunya
Informan menjawab
lampunya gini ya, terus nanti dia deketin campers nya ntar lo ngambilnya sambil
mengarahkan
dari angle sini ya dari sini ya gitu jadi di briefing satu-satu. Nanti misalnya bajunya yang mana nih, pilihin ya. Gitu aja sih, bukan briefing
tangan kekiri
yang ngumpul gitu ngak. Karna mungkin udah program udah lama ya jadi uda biasa mereka tau apa yang harus mereka lakuin juga, jadi uda langsung-langsung aja sih sejauh ini. P : Sebenernya itu sama aja kayak koordinasi tim ya Mba? Sekaligus gitu?
Informan
batuk
040
D : Iya koordinasi. Koordinasi langsung. Biasanya director nya yang
ditengah-tengh
akan lampunya disini oh lampunya kurang ini gitu, (batuk) eh propertinya
menjawab
bunganya jangan ditaro disitu. Itu uda langsung aja sih sebenernya. P : Terus, jenis lampu yang digunain itu kenapa warna-warnanya biasa merah, biru, kuning gitu Mba? 038
D : Itu sih sebenernya selera ya, kalo gw sih memandangnya itu masalah taste aja. Kalau gw pribadi misalnya kalo kamu liat di beberapa yang terakhir-terakhir ini ga banyak pake lampu yang gimana gitu. Kalo kamu ikut yang di Kemang itu cenderung elegan lebih elegan gitu dan sebeneranya itu kalo taste gw itu gw lebih suka yang begitu. Bukan yang
Informan
yang disini kuning, disini merah, kurang masuk sih diselera gw.
mengarahkan tangan
ke
atas
kanan dan atas kiri P : Disesuain sama tempatnya juga ga sih lampunya itu Mba? Informan mengangkat kedua
038
D : Iya, kalau misalnya uda rame kayak kemaren, kita ga pake lampu yang aneh-aneh kan gitu. Tapi kalo misalnya sepi gitu flat putih misalnya
tangan
untuk
cuma ada lemari apa, otomatis kita pake lampu buat ee lebih lebih ini
memperagakan
aja sih dikamera juga lebih meriah.
“meriah” P : Kalo proses setting ruangan atau spot shooting untuk Chantal dan Zoya itu gimana Mba? 037
D : Kalo buat Zoya, itu biasanya cameraman nya langsung, tim liputan kan biasanya yang mewawancara, tim liputannya langsung. Jadi yang ngatur ruangan cameraman nya, biasanya itu butuh dua cameraman buat ngebantuin aa background nya mau seperti apa gitu, bantuin lighting, mereka cameraman-cameraman kita itu biasanya bisa lighting juga kan. Jadi mereka ngatur lighting nya kayak gimana gitu. Nah tapi kalo di tapping, kita kan bawa lightingman sendiri, itu director sih biasanya yang ngatur itu. Kameranya mau dimana, lighting nya mau kayak gimana, itu mereka dikoordinasiin sama director nya. Siapa aja sih sebenernya buat ngatur spot ruangannya, tapi kita kan aa harus minta persetujuan director juga kan, yang ngelakuin bisa siapa aja tapi. Ini cocok ga ditaro disini, oiya taro situ tu, lilinnya berapa deh disitu, karna kita harus liat di monitor kira-kira oke ngak angle nya. P : Trus gimana sih proses pengambilan gambarnya? ada teknik atau trik khusus ga untuk pengambilan gambar?
Sebelum
041
D : Hmm ga ada teknik khusus sih ya, maksudnya aa karna itu kan pake
menjawab,
kamera aa kok gw jadi lupa ya nama kameranya aa kamera biasa PD
informan berpikir
sama kamera hmm porta jib ya. Nah itu ga semua cameraman bisa hmm
sambil memegang
bisa pake porta jib, makanya kalo tiap tapping harus kita harus bawa
kepala
cameraman punya kita sendiri yang bisa operate porta jib itu. Kalo
dengan
tangan kanan
kamera PD itu bisa semualah, cuma kalo porta jib ga semua bisa. Nah itu, teknik-tekniknya itu kan uda diomongin di awal nih, lo mau angle nya seperti apa, yang pasti aa ga melanggar dari aa background yang udah
Informan
kita tentuin gitu. Jangan yang kita uda nyiapin background disini tiba-
mengarahkan
tiba Chantalnya, cameraman nya ngambil gambarnya kesana gitu
tangan ke arah kiri
misalnya. Harus ditentuin dulu sih gambar-gambar yang mau diambil itu
lalu kekanan
apa aja, angle-angle nya dari mana aja, karna kan itu dari satu tempat itu kan kita bisa pake untuk dua atau tiga episode gitu. Jadi angle mana sih yang untuk episode pertama, angle mana sih yang untuk aa spot mana yang untuk episode kedua misalnya gitu. P : Nah biasanya saat pengambilan gambar itu ada evaluasi ga Mba yang dilakukan disela-sela shooting?
Informan
042
D : Oiya, kadang suka ada retake gitu kan. Retake itu kan sebenernya Retake
menggunakan
juga bentuk dari evaluasi juga kan. Oh gambar lo kurang ini nih gambar pengambilan
tangan
lo goyang misalnya, lo aa agak kekiri dikit deh jangan kekanan gitu. Itu ulang.
untuk
memperagakan “gambar goyang”
evaluasi yang langsung makanya ada retake kan.
adalah gambar
dan mengarahkan tangan ke kiri P : Iya Mba, aku sering denger take satu choose, oke atau choose gitu kan? 042
D : Iya itu evaluasi. P : Kalo setelah selesai shooting itu apa aja yang dilakuin Mba? Setelah selelsai pengambilan gambar proses selanjutnya apa?
043
D : Biasanya kita kan harus cek dulu audionya aman atau ngak, sebelum Mastiin shooting selesai. Audio aman atau ngak, gambarnya ada semua atau ngak gitu, takutnya ga ke record misalnya. Nah kita kan pake kamera EX3, EX3 ini dia ga pake kaset dia pake kayak memory gitu jadi harus di transfer dulu ke hardisc, harus ditransfer ke hardisc gitu. Jadi setelah ditransfer baru kita mastiin ada semua ngak data-datanya, barulah kita bisa pulang. P : Nah biasanya, ada proses pengumpulan dan pengecekan alat-alat ga sebelum pulang?
043
D : Oh ada donk, karna kan kita rental tu kamera, biasanya sih yang ngecek tukamg rentalnya ya, barang-barang yang kita pinjem ada atau ngak. Tapi kalo kita propertinya ada semua atau ngak gitu, terus lighting nya yang dipake tadi misalnya aa itu lengkap atau ngak, terus propertinya apa aja gitu yang dipake komplit ga gitu.
P : Oya Mba aku mau tanya, kalo yang Zoya wawancara itu pertanyaan wawancaranya yang bikin siapa? Yang mempersiapkan. Informan
D : Kalo Zoya itu aa Guidance nya kita harus kasih tau ke dia. Mba Zoya
menggunakan
ini tu tentang ini, tentang tema A misalnya. Nah narasumbernya ini aa
kedua
tangan
data nya ini ini ini ini ini misalnya background nya dia begini begini
untuk menegaskan
begini begini. Nanti Mba Zoya bisa nanya dari hal ini misalnya, oh
jawabannya
ternyata dia aa psk bawah umur dia ternyata sering disiksa sama bapaknya, nah itu fakta-fakta yang harus kita kasih tau ke Zoya, biar Zoya bisa mengembangkan itu. Jadi Zoya yang ngembangin pertanyaan wawancara tapi data-datanya dari kita. Karna aa biar itu ngalir, biar wawancara itu ngalir aa ngak yang kita tiba-tiba Mba Zoya tolong tanya ini ya, itu kan juga jadi nurunin mood menurutku. Jadi memang harus sebelumnya kita ngobrol aa tim liputan reporter biasanya ngobrol sama Zoya kasih tau guidance nya apa aja. P : Apa aja kendala atau hambatan selama tahap produksi ini Mba tapping maupun liputan? 045
D : Kalo liputan sih tadi kayaknya aku uda bilang juga ya, ee kalo kendala itu takut ketahuan, terus aa apa gambar yang kita ambil sembunyi-sembunyi itu ga ada, terus waktu yang molor, itu paling, kalo liputan itu. Atau narasumber yang belum belum ada juga. Kalo tapping kendalanya paling hmm kalo kendala tapping audionya ga bener
misalnya, atau noise misalnya itu kendala tapping juga. Kebanyakan sih audio ya, misalnya audionya ini ni atau kendala kamera, kameranya kan kita ada dua kamera itu harus nyocokin warnanya harus sama. Kadangkadang yang yang ditemuin adalah kamera yang ini ga sama dengan kamera satunya. Jadi pas jadi loh kok beda gambarnya, loh tone warnanya kok beda gitu, itu kendala teknis sih. Lebih ke teknis. P : Nah buat Mba Deka sendiri selama tahap produksi ini, apa aja peran dan tugas Mba Deka? 047
D : Oo kalo produksi sih kalo liputan aku ga ada. Kan memang aku ga liputan kan, ee cuma ga menutup kemungkinan kalau kita juga ikut liputan gitu. Untuk tema-tema tertentu gw minta bantuan lo donk, butuh
Informan
batuk
ini ni cewe atau buat rame-rame nih ceritanya jadi apa gitu bisa aja.
ditengah-tengah
Kalo untuk tapping hmm (batuk) kalo aku biasanya kadang juga ikut
menjawab
survei sama Cumi kan, oh ini cocok ni tempatnya, nentuin tempat itu sih
pertanyaan
bagi-bagi ya sama Cumi. Kalo misalnya aku ga bisa nemenin Cumi, Cumi sendiri juga udah jago gitu. Kalo tapping paling aku yang nentuin biasanya bajunya yang mana cocok atau ngak, terus sama paling briefing Chantal gitu. Tapi kalo Chantal sih biasanya tinggal baca udah sih. (tibatiba handphone Mba Deka bunyi) Eh bentar ya.
Tiba-tiba handphone
Informan berdering
dan
informan menjawab telepon P : Oh iya Mba gapapa. 047
D : Briefing Chantal misalnya, Chantal terlalu serius deh ngomongnya, agak sedikit ceria misalnya, paling gitu sih. P : Hmm, sip, udah sekarang lanjut ke paska produksi ya Mba. Apa aja yang dilakukan selama tahap paska produksi Mba?
048
D : Paska produksi itu aa biasanya udah kalo naskah udah jadi terus diedit, diedit sama Produser. Nah kalo aku tugasnya nanti ngumpulin hmm materi-materinya udah ada di satu tempat belum gitu, misalnya gambar-gambarnya udah udah kekumpul semua belum untuk masuk ke editing gitu. Nanti masuk editing, semua ditransfer ke mesin edit dibawah baru mulai ngedit gitu. Terus aku biasanya juga bikin jadwal aa editing kita kan dapet 3 hari. Nah itu nanti dari jam segini sampe jam segini mau ngedit yang segmen berapa misalnya segmen satu, terus nanti jam ini sampe jam ini segmen dua, nah itu dibikin jadwalnya juga jadi biar kita ga ga, ngasi target juga ke editornya. Editornya ada dua editor, sehari tu jadi dua editor gitu. Gitu, ngedit sih paling, ngedit sama take VO. Kalo naskah udah jadi kita take VO dulu baru naskahnya bisa masuk ke
editing. P : Kalo untuk konsep editing nya itu gimana Mba? Ada kriteria khusus ga buat pengeditannya? Apalagi ini kan program investigasi. 050
D : Hmm kalo memang kalo proses editing nya Sexophone itu mirip sama investigasi ya. Aa lebih lebih banyak detailnya yang harus kita jaga, terus harus aa bener-bener ditungguin gitu karna kan ini konsepnya penelusuran. Narasumber kita ga tau, kita harus menjaga keamanan mereka juga. Jadi itu ada proses bluring sama titling. Titling itu kan suaranya nanti diancurin kan, suaranya entah di bikin berat atau dicemprengin, penonton kan ga tau apa yang diomongin jadi harus kita bantu dengan subtitling itu, titling teks. Nah itu kadang-kadang yang PR nya disitu, dia ngomong apa ya gitu, kadang-kadang kan ga sesuai sama naskah kan. Dia ngomong apa ya,itu harus jelas banget kita perhatiin satu-satu, sama blur oh ini kurang kurang tebel nih blur nya Masi kelihatan, nah itu yang harus dijagain. P : Biasanya yang di blur-blur itu yang apa sih Mba?
050
D : Yang di blur-blur itu ya aa pelaku, kan semua kita amankan ya identitasnya. Terus adegan-adegan yang kurang senonoh itu juga harus kita blur. Sama lokasi atau tempatnya keliatan, kayaknya gw tau deh ini dimana, nah itu harus kita biasanya kita ancurin warnanya kita jadiin item putih. Terus kita blur-blur sedikit misalnya ada ikon-ikon yang logo
atau apalah papan nama atau apa itu kita blur. P : Yang bertanggung jawab atas proses editing itu, editornya ada dua kan, selain mereka yang nemenin dan berwenang menentukan gambar mana yang dipake atau udah oke ni editing nya atau belum itu siapa? D : Biasanya aku sama Rangga, aa Asprodnya biasanya sama tim liputan. Karna kan tim liputan yang tau kan, ini aman ga sih kalo blur nya segini. Nah itu mereka yang harus nemenin juga, melewati persetujuan mereka juga. P : Nah biasanya setelah selesai editing, yang dilakuin selanjutnya apa? Hasil editing nya diapain? 051
D : Kalo udah selesai, biasanya di preview dulu kan, aa biasanya kita dulu nih Produser, Produsernya sama tim liputan nanti preview oh
052
kurang ini nih tambahin. Nah itu melalui ininya dia dulu aa apa QC nya dia dulu quality control nya Produser. Nanti kalo udah baru ke eksekutif Produser Mas Memet biasanya. Nanti ada perubahan ga, misalnya minta ditambahin ini, dikurangin yang ini, setelah itu baru kita print, print ke kaset aa baru kita masukin ke LSF sama ke quality control Trans TV. P : Di quality control itu juga ada proses pemeriksaan lagi?
052
D : Iya ada yang meriksa lagi, yang mana nih kayaknya terlalu ini vulgar harus di ubah lagi. Dibalikin ke kita, nanti kita edit lagi, baru kalo uda aman baru bisa tayang.
P : Sip Mba. Nah setelah program uda ditayangin, biasanya rating sama share itu keluarnya kapan? 053
D : Kalo kita kan tayangnya hari Kamis, hari Jumat juga uda keluar sih share dan rating tapi untuk 3 kota. Kalo untuk 10 kota itu next week nya hari Rabunya. P : Biasanya kalo uda keluar rating dan share nya itu ada evaluasi program ga sih secara keseluruhan?
054
D : Ada sih. Kalo misalnya kok bisa tinggi, kenapa ya, oh ternyata penonton tu suka yang begini begini. Aa kok bisa rendah ya kenapa ya, dicari juga, oh ternyata penonton tu ga suka kalo tema-tema yang sensitif misalnya waria gitu mereka tu ga suka. P : Itu biasanya evaluasi itu semua tim dikumpulin atau gimana?
054
D : Hmm pertama sih aa kalo rapat sih pasti ada evaluasi. Jadi pada saat rapat pra produksi tadi awalnya evaluasi dulu yang kemaren baru ngomongin untuk selanjutnya. Kalo ngak ya kayak misalnya dilapak gitu ngobrol-ngobrol eh kemaren kok bisa turun ya gitu, ada ngobrol-ngobrol yang ga resmi tu juga ada. P : Selain evaluasi dari rating share ada evaluasi dari budget juga ga Mba? Misalnya ternyata liputan budget nya melebihi dari perencanaan awal gitu.
Tiba-tiba
ada
teman
informan
yang datang dan mengajak bicara 054
D : Oo bisa juga sih, tapi biasanya itu sama bagian keuangan kan UPM, sama Produser sih biasanya. Itu kenapa kemaren bisa over misalnya. Karna kan penelusuran kita ga tau, kadang kita ga bisa kita cuma bisa kira-kira aja keluarnya segini, pas di lapangan oh ternyata kurang gitu. P : Ada kendala atau hambatan ga Mba selama tahap paska produksi ini? Apa aja?
055
D : Kalo paska tu paling misalnya teknis sih, alatnya tiba-tiba nge hang gitu jadi otomatis proses paska produksinya jadi over duration gitu. Misalnya harusnya selesai 3 hari jadi molor, sering begitu. Karna memang kan editing nya ini harus bener-bener ditungguin gitu, ya dilepas untuk beberapa waktu aja. Tapi harusnya memang ditungguin terus pas titling, bluring, itu tu harus ditungguin banget. Itu sih molor itu salah satu kendala juga sih, molor sama itu subtitling dan bluring itu kadangkadang karna butuh waktu ekstra buat itu. P : Di tahap paska produksi ini peran Mba Deka apa?
056
D : Aku yang jagain, jagain terus potong durasi sih paling. Aa kita kan durasinya itu sekitar 40 menit tayangan, aa tayangan bersihnya, itu kadang-kadang bisa sampe misalnya 50 menit otomatis kita harus potong
10 menit. P : Oke, sekarang aku mau tanya tentang analisis SWOT program ini Mba, apa sih kekuatan program Sexophone ini? 057
D : Kalau strength nya ini, aku pikir program yang sejenis ga ada di stasiun tv manapun ya. Paling kalaupun ada mereka nyerempetnyerempet dan ga berani seberani kita gitu. Kalo kamu liat dari tematemanya kita cukup berani gitu. Cuman tetep ada di koridor yang benar, kita ga yang vulgar, kita pilih-pilih banget gambar mana yang harus masuk mana yang ngak. Pertama dari itu sih, kekuatan program kita ga ada program sejenis yang sama. P : Program sejenis tu maksudnya yang investigasi?
Informan
057
D : Investigasi dan soal seks itu belum ada di televisi. Hmm mungkin dulu
menjawab
sambil
pernah ada mirip-mirip itu Fenomena, itu dari station kita juga. Itu,
melihat
kearah
kekuatannya sih itu. Kekompakan tim juga, terus kita punya host yang aa
yang
yang menarik secara personal profile dia menarik si Chantal sama Zoya.
didepan
Ga ada juga program lain yang menampilkan aa seksolog aa psikolog
ruangan dan saling
seksual kan belum ada, Zoya kan paling bintang tamu ini bintang tamu
tersenyum
itu, tapi kan yang bener-bener di co host yang ada pakarnya itu belum
temannya lewat
ada. Jadi itu aa terus sama tema-tema kita kan juga catchy gitu kan, Sexophone gitu dari namanya aja uda catchy gitu. Itu sih kekuatannya. P : Kalo kelemahannya Mba?
Informan menjawab
058 sambil
D : Kalo weakness nya hmm kekurangan kita apa ya, kekurangannya sih hmm gw bingung kalo ngomongin kelemahan hahaha. Kelemahannya
tertawa
mungkin aa ya itu kalo di proses paska produksinya eh di proses produksinya memang kadamg-kadang gambar-gambar yang kita ga bisa dapet kan karna kekurangan gambar juga. Harusnya kita dapet kita punya alat yang lebih canggih dari yang kita punya sekarang kamera yang lebih canggih dan ga ketauan kalo itu kamera misalnya. Kalo sekarang sih emang uda ga ketauan kalo itu kamera gitu tapi mudahmudahan dapet alat-alat yang lebih canggih lagi. Mungkin kelemahannya di alat ya, alat-alat invetsigatifnya itu. P : Terus Mba kalo untuk peluang program ini tu apa Mba? 059
D : Peluang aa fenomena seksual itu kan makin lama makin berkembang, ya selalu pasti akan ada terus tema yang bisa kita angkat. Tema tu masih banyak, jadi itu peluangnya kita masih tetep ada. Terus aa seks itu memang mungkin masih tabu ya, tapi aa kita harus bisa baca fenomenafenomena itu tu memang ada gitu jadi aa kalo gw sih aa selama penonton masih suka masih tertarik kita akan terus berpeluang bikin bikin aa episode-episode berikutnya. Kita punya host yang menurut gw menarik dua-duanya jadi program ini, masih tetep disuka gitu. Kalo hal berbau seks itu patsi ada penontonnya ya kebanyakan sih cowo ya gitu. Jadi makanya tergantung kita bisa nangkep fenomena-fenomena itu sih,
jangan yang itu lagi-itu lagi karna akan bosen kan, kalo kita bisa memperbarui itu pasti bakal tetep menarik sih. P : Nah kalo buat ancaman ni Mba, ancaman buat program ini tu apa ya? 060
D : Kalo ancaman paling aa karna kita kan selalu dikontrol sama KPI. Jadi hmm semua tayangan kita itu harus bener-bener kita perhatiin setelah kita dapat dua kali surat ancaman dari KPI itu, jadi kalo yang ketiga kan otomatis kita akan dibredel. Makanya itu ancaman juga buat kita kan. Karna aa kita bener-bener harus hati-hati banget, makanya itu yang mungkin kamu bilang kelemahan weaknessnya itu gambarnya itu kita rusak segala macem ya itu salah stunya cara untuk menghadapi ancaman gitu. Karna kita ga mau sampe ada bagian-bagian tubuh yang keliatan misalnya, jadi harus di blur sedemikian rupa dihancurin gambarnya gitu. Untuk menghindari ancaman dari KPI karna memang uda ada kan. P : Kalo ancaman dari kompetitor ada ga Mba?
060
D : Kalo dulu sempet ada dari X Factor hari Jumat, jam tayangnya sama. Mereka mulainya lebih dulu tapi kan sampe jam duaan kan, sampe setengah dua jam dua dan itu nabrak kita. Nah itu mungkin bisa aa kalo secara eksternal sih itu ancaman. P : Oh tapi bukan jenis program yang sama ya Mba? D : Iya bukan.
P : Kalo kompetitor yang sekarang Mba? 060
D : Kalo yang program yang sejenis terus head to head gitu ga ada sih. Paling bola gitu, head to head itu paling bola, terus X Factor gitu-gitu. P : Terus kalo ancaman dari narasumber gitu ada ga Mba? Kayak mungkin pihak-pihk yang nuntut lah. Katanya pernah ada yang nuntut ya Mba?
060
D : Oh iya itu karna pas penelusuran itu hmm lokasinya keliatan. Ah itu makanya yang gw bilang aa nge blur bener-bener harus nge blur, warnanya diancurin gitu. Karna kan kita memang aa namanya penelusuran kita kan diem-diem gitu, mereka ga tau kalo kita lagi liputan, tiba-tiba mereka nonton dan mereka tau akhirnya adalah surat itu. P : Sip Mba Deka, aku sekarang mau tanya tentang profil nya ya, nama lengkapnya siapa?
061
D : Nama lengkapku Dian Ekawati. P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahir mba kapan?
061
D : Oh, Ambon tanggal 3 September 1984. P : Mba lulusan mana ya?
061
D : S1 Komunikasi di UGM. P : Ceritain karir kerja nya Mba Deka donk.
061
D : Hmm jadi aku kerja sebelumnya di Radio Swaragama Jogja dari tahun 2004 sampe 2006. Abis itu masuk ke Trans Juni 2007 jadi Reporter
sampe tahun 2012. Terus dari November 2012 sampe sekarang jadi Associate Producer. P : Oke, itu aja sih Mba. D : Oh udah? P : Iya udah Mba, uda cukup, makasi banyak ya Mba Deka buat waktunya. Informan
D : Iya sama-sama.
tersenyum sambil bangkit berdiri dan berjalan ruangan
keluar
PENELITI
: Aldita Ruslim
SUBYEK
: Irene Iriawati (Produser)
TOPIK
: Proses Produksi (Tahap Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi) dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat).
TANGGAL
: Senin, 19 April 2013, Pukul 18.30 WIB
TEMPAT
: Salah satu meja kerja Unit Talent di Ruang Sekre di Divisi News Gedung TRANS TV lantai 3, Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 1279.
SITUASI WAWANCARA
: Situasi wawancara cukup nyaman dan tenang, wawancara dilakukan di salah satu meja kerja Unit Talent. Hanya beberapa orang mondar-mandir disekitar Peneliti dan Subyek karena hari sudah mulai malam, terdengar suara beberapa orang bicara dan suara televisi. Informan menjawab setiap pertanyaan dengan lancar, bersikap kooperatif dan ramah.
CATATAN
KODE
TRANSKRIP DATA
LAPANGAN
CATATAN JAWABAN INFORMAN
P : Mba Irene, aku mau wawancara ya. Jadi aku mau tanya proses produksi program Sexophone itu mulai dari tahapan pra, produksi, sampai paska dari Mba Irene sebagai Produser. Kan kalo kemaren uda dari PA, uda dari Asprod, uda dari reporter. Ah, sekarang dari sudut pandang Produsernya itu. I : Iya secara keseluruhan dulu ya, secara umum dulu ya, baru nanti
mengerucut. P : Aaa iya Mba oke. Mulai dari tahap pra produksi itu apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan Mba? Informan
014
I : Oke aa, aku pegang Sexophone barusan ya, tapi aku akan cerita
menjelaskan
secara umum sistem kerja Produser dimanapun, semua program sama
sambil
tapi sekarang aku Sexophone. Intinya kita ngomongin yang umum dulu
memperagakan
baru nanti mengerucut ke Sexophone. Pertama gini dari sebuah liputan
dengan
yang akan tayang itu perkiraan dari persiapan sampai on air tayang itu
tangannya
kedua
butuh perkiraan ya nah itu 14 hari untuk satu episode ya. Berawal dari rencana liputan. Rencana liputan itu apa gambarannya, rencana liputan itu adalah sebuah agenda besar agenda planning yang apa sih yang akan diliput, kontennya. Nah konten ini meliputi dia harus unik gitu, aaa konten-konten apa saja yang layak untuk ditampilkan di layar, pertama programnya, kalo kita programnya adalah Sexophone yang pertama adalah uniqueness, terus abis itu sesuai kebutuhan. Kebutuhan kita apa, oh penonton kita male oke laki-laki, target audiens kita apa gitu. Nah jadi dari perencanaan liputan , dari perencanaan liputan itu biasanya dilakukan oleh seorang reporter. Dia akan riset, riset itu dapet dari mana,
riset
itu
dari
riset
dokumen,
riset
lapangan,
ataupun
pengembangan dari keduanya. Misalnya dari Google internet ada, abis itu dia riset lapangan, baru melakukan liputan. Riset-riset ini namanya
hipotesa, hipotesa awal muncul sebuah namanya draft rundown, itu harus di pitchingkan pertama ke Produser dan asisten Produser. P : Di pitching tu maksudnya gimana Mba? 014
I : Pitching tu artinya dipresentasikan. Seorang reporter itu harus Pitching adalah proses mitchingkan ke Produser, tujuannya adalah lu mau ngapain aja kerjanya, mempresentasikan saya hari ini melakukan liputan hari pertama ngapain hari kedua rundown
untuk
satu
ngapain. Sampe breakdown detail rundown termasuk by segment, ya episode yang dilakukan misalnya segment satu mau ngomongin apa, segment dua mau apa. Ini oleh seorang reporter saat penting untuk seorang reporter agar nanti naskahnya ketika tayang clear. rapat bersama. Jadi harapnya gini setiap langkah pergi dari kantor ini itu semua harus Informan
batuk
ada perencanannya. (batuk) Yang pertama adalah itu sebuah guidance
ditengah-tengah
liputan, guidance kerja, yang kedua adalah intelektualitasnya kan diuji
menjawab
disitu, jadi kita tu ya ya ga pergi-pergi ngalor ngidul pulang ya harus bawa hasil gitu. Jadi semua di target, example misalnya kita mau liputan dengan konten A, itu harus di pitching kan ke Produser, dari Produser nanti dikritisi bahwa aku sebagai Produser aku akan mengkritisi layak ga konten ini, sesuai ga sama penontonku,, aaa tingkat kesulitannya gimana aaa masi logis apa ngak. Contoh gini, kalo liputannya itu harus menyelam selama 7 hari oh berarti ga logis donk, aaa contohnya gitu. Oh ini liputannya harus didalam lokalisasi menginap Mba disana sebulan, nah itu ga mungkin, disitu fungsinya sortir-sortir kita tu seperti kayak
quality control dulu lah yang nyaring. Dan disitu fungsi Produser juga memberi solusi kalo misalnya memang ini mentok liputan-liputan ini misalnya ga realistis terus ga down to earth lah ga logis banget sih ini liputannya gitu kan, berarti menurunkan sebuah imajinasi ataupun hipotesa dari reporter menjadi sebuah tayangan yang riil gitu kan. Dari situ dari Produser dibawa ke eksekutif Produser buat pitching ke Kepala Departemen sampe nanti jalan liputan. Nah sebuah proses produksi yang cukup panjang kerjanya itu kerja tim, jadi semua yang tayang dilayar itu tu sudah disetujui dari ujung dari hili ke apa aaa. Hulu ke hilir tahu semua. Example reporter tom, tom itu mau ngapain aja, itu sampe mas RF tau. Itu sih fungsinya ada sistem kontrol. Kalo terjadi apa-apa saya sebagai Produser saya bertanggung jawab penuh atas Tom pada tanggal sekian ada di Bandung dia lagi ngapain, misalnya Tom mengalami kesulitan maka saya akan melakukan follow up untuk ngebantuin apa yang bisa dilakukan tapi mas RF juga tau. Jadi setiap langkah reporter itu pergi semua uda diketahui atasan-atasan. Tugas Produser adalah melakukan backup manajerial kan kerjaku manajerial ya, bagaimana kru tertawa
yang terbatas menghasilkan layar yang bagus dah hahaha. Kita
tengah-tengah
ngomongin konten lagi ya, jadi tema-tema apa aja sih yang layak untuk
Informan di
menjawab
ditampilkan, kita ngomongin Sexophone yang pasti tema itu unik, unik dari kacamata siapa, oke kacamata orang kebanyakan oke kalo gitu
fenomena sosial apa sih yang unik untuk orang kebanyakan. Secara umum aja dites, oh tema, tema-tema yang baru ngetrend oke memenuhi standar. Jadi diskusi-diskusi kelompok kita diskusi kru itu akan 049
mengerucut menjadi sebuah ide liputan terus dikerjain sama temen-temen sampe tayang. Mereka tim liputan akan membikin naskah dengan 5 segment, misal mereka membikin naskah selama dua hari, bikin naskah itu pekerjaan yang paling menjengkelkan paling bikin bete paling bikin cape oleh seorang reporter karna verbatim, nah verbatim itu apa cari time code sekian-sekian, semua gambar yang dihasilkan seorang cameraman dilapangan semua harus masuk dulu ke reporter. P : Jadi time code itu misalnya hmm gambarnya ini itu harus disesuain sama hmm pas rekamannya suaranya tu apa gitu ya.
Informan
014
I : Iya iya. Dan itu kekuatan ada di seorang reporter, dilapangan ujung
menjelaskan
tombaknya adalah cameraman, tapi ketika naskah bikin pondasi, jadi
sambil
misalnya gini reporter itu adalah seorang tukang yang membangun
memperagakan
rumah itu akan jadi gimana bentuknya, ya aku ngomong bahasa
dengan
sederhananya ya. Jendelanya mau aku kasih warna biru ooo berarti
tangannya
kedua
kukasih suara omongan narasumber ini, tapi time code nya berapa kan editor ga tau, harus tau gambarnya yang mana dan dari kamera mana. Alurnya tadi dari rencana liputan, deal ya itu mau ditolak juga sering, abis itu dikerjakan. Liputan itu macem-macem, liputan ini bisa sama
dengan rencana liputan, bisa juga berubah tapi yang pasti harus lebih bagus, karena lapangan itu menguji semua, beda-beda. Apalagi gini hasil riset misalnya di lokalisasi sana ada seorang psk melakukan adegan ini ini ini, tapi ketika disana ngak, ternyata dia lebih liar lagi, berarti kan ada sesuatu yang lebih beda. Itu fungsinya liputan, fungsi liputan adalah menguji hipotesa awal. Nah setelah naskah selesai dibuat, aku ngedit naskah. Naskah reporter bisa aku rombak, 100 persen juga bisa, nah tapi kebanyakan ya ngak segitu, paling aku rapiin kata-katanya. Tapi kasarkasarnya ya ngomongin buruknya ya, karna kekuatan Produser itu bisa merubah naskah. Aaa tapi itu yang ekstrim, kalo ngomong buruk ya tapi reporter-reporter yang aku punya paling aku rubahnya 20 persen, artinya reporter-reporterku sudah memenuhi standar kualitas, artinya sudah memenuhi 5W 1H. terus naskah itu kan ke gw ni, nah itu aku edit, naskah yang aku edit ni fix itu akan jadi panduan buat editing. Edit naskah itu setelah dari reporter. Jadi setelah selesai liputan biasanya 6 hari, tugasnya naskah dua hari. Aku edit naskahnya butuh waktu cuma sehari itu naskah clear kalo aku dikejar-kejar deadline, tapi kalo editing ku masih senin ya ntar aku sambil mikir, makanya aku yang tematik butuh dua hari lah. Ga boleh naskah dari reporter langsung di dubbing ga boleh, harus melewati edit kata demi kata, makanya harus lewat kita. Dari aku udah ya, trus akhirnya menjadi sebuah naskah final, naskah
final artinya harapannya adalah dari naskah itu uda kebayang akan seperti gimana flow nya pada menit keberapa disitu ada perubahanperubahan juga dari aku. Dari situ semua udah di dubbing namanya VO voice over, itu nanti akan ditempel buat edit. Editor akan bekerja berdasarkan guidance yang kita bikin, namanya editor itu adalah tim supporting, tim support, kita di tv news dibantu oleh tim support salah satunya adalah editor. Setelah terpasang semua tadi naskah itu tempel ada gambar ada VO ditempel semua, over durasi maka yang berhak memotong adalah Produser dan asisten Produser. Terus setelah semua itu tayang, kita akan mendapatkan sesuai sama genre program. Kalo genre program ini, genre itu jenis ya, jenis program kita adalah program male hiburan tayangnya malem, kita tayangnya tu di shoulder dua di pembagian waktunya, tau? P : Oh iya Mba tau pembagian waktu menonton pemirsa. 014
I : Kita tayang di shoulder dua, shoulder dua itu shoulder malam ya, itu peta penontonnya adalah male yang terbesar, terus durasi kita berapa ooo durasi kita nett durasi Sexophone itu 40 menit dengan 4 kali combreak, total semua itu bruto satu jam. Berarti ada 5 segment, pola strategi rundown tu beda-beda antara episode 1 dan episode lain juga beda, kalo memang jualannya bagus. Ooo gw mau jualan, jualan itu artinya kontennya kuat ya, segmen dua dan tiga aku kuatin oke aku
panjangin, tapi segmen terakhir gw pendekin aja itu suka-suka kita. Ooo di jam itu tu kayaknya kita kalo panjangin aja di segmen 1, segmen 1 dipanjangin. Tiba-tiba teman
ada informan
yang datang dan mengajak informan berbicara P : Oke Mba, sekarang bisa aku tanyain satu-satu ya Mba? Jadi tadi secara umum Mba Irene uda jelasin ya. Nah aku mau tanya satu-satu ya Mba, gimana sih strategi untuk milih tema tiap episodenya? 016
I : Aaa gini strateginya itu tadi aku ulang ya tapi ini untuk penegasan aja. Kita harus aa bikin klasifikasi atau speknya. Program kita punya spek apa, yang pertama uniqueness, itu unik. Yang kedua apa ya langka gitu ya, terus yang ketiga lagi ngetrend aa contohnya. Terus yang keempat lagi, aaa ngetrend sama isunya lagi hangat sama juga kali ya, atau mungkin proximity atau kedekatan gitu. Proximity itu example misalnya isunya di Jakarta. Ooo masyarakat jakarta punya banyak kepentingan. Temanya kayaknya yang seperti itu lah. Terus nextnya? P : Oke, terus hmm nah biasanya ide atau temanya itu tiap episode itu munculnya dari mana sih?
017
I : Nah kalo temanya munculnya dari beragam, bisa dari riset tadi ya tak ulang ya, riset dokumen apa riset lapangan, terus abis itu dari reporter sendiri dari cameraman, terus dari fixer atau dari entah berantah apapun itu muncul dari manapun tapi ujungnya harus dicek kebenarannya bahwa disini kita tidak mengabarkan berita bohong, disini adalah sebuah fakta, fakta itu dicek dari liputan. P : Jadi kayak pake internet kayak media sosial gitu juga bisa jadi salah satu sumber?
017
I : Harus ada, tetep harus dicek ke lapangan. P : Gimana sih caranya bisa nemuin dan nembus narasumber itu? Strateginya gimana Mba?
018
I : Aaa teknik ya, teknik menembus narasumber di semua program apapun intinya adalah satu aaa gini, seorang jurnalis atau wartwan baik itu reporter atau cameraman ataupun VD video jurnalis, menembus narasumber itu satu adalah bagaimana dia bisa menggali informasi, menggali informasi adalah meyakinkan narasumber, mermbangun kepercayaan. Menembus narasumber ini kebanyakan kalo di dunia-dunia buletin, Sexophone itu agak beda. Sexophone itu program yang menurut aku penanganannya rada beda. Itu dibutuhkan jaringan, example kamu wawancara SBY itu harus dibutuhkan jaringan link untuk nyampe kesana.
Informan menghela
nafas
(menghela nafas dalam-dalam) Begitu juga dengan isu sosial, contohnya
dalam-dalam
gini, kita mau nanya harga cabe untuk reportase siang tayang setengah
sebelum
11, jam 8 naskah uda harus selesai. Kalo kita punya link masuk pasar
menjawab
kembali
induk cepet kan, langsung wawancara. Tapi kalo ngak ijin ke premannya itu aja uda satu jam sendiri. Artinya, seorang jurnalis itu yang paling penting itu adalah jaringan, jagalah jaringan itu dengan benar dan bermitralah dengan narasumber secara benar, no amplop ya. Jadi jagalah idealisme seorang jurnalis, itu kita sama sekali membangun kepercayaan narasumber berdasarkan trust, kamu percaya aku orang Trans TV jurnalis yang baik, kamu aa menceritakan sebuah fakta aku liput, jadi hubungan kemitraan berjalan. Untuk narasumber Sexophone, bagaimana menembus narasumber, nah tingkat kesulitannya tinggi. Program ini adalah program berbasic investigasi atau penelusuran. Program berbasic investigasi atau penelusuran dibutuhkan treatmenttreatment khusus yang pertama melangkah dari kantor ini sudah ada perencanaan, nah yang kedua harus punya misi example targetnya apa nah dia disini harus melakukan penyamaran dalam tanda petik. Kameranya hidden cam, kameranya ditaro dimana no, rahasia. Nah apakah ditaro di A B D C D E itu rahasia. Yang penting liputan ini adalah untuk mengungkap sebuah fakta sosial. Jelas donk ketika kita mau masuk ke tempat hiburan malam, kita mau pake kamera gede semua bubar nah gitu kan. Disini kita dibutuhkan sebuah strategi bagaimana
record kamera ini aman tapi kita juga melindungi narasumber. Makanya kita menggunakan cara blur gambar itu adalah di blur, gambar di blur itu
tujuannya
mempertontonkan
apa, ada
yang di
pertama
secara
undang-undang
etis
kita
dilarang
penyiaran
dilarang
mempertontonkan gambar-gambar vulgar, ada di undang-undang jurnalistik. Nah terus yang kedua kita melindungi dari orang-orang itu, karna tempat ini rawan secara sosial. Jadi kita ini bergerak yang pertama sebagai jurnalistik investigator, yang kedua kita punya hati nurani bagaimana tayangan ini di blur. Bagaimana tayangan ini jauh dari rasa ketakutan orang-orang yang ada disitu, kalo mereka tidak nyaman ya kita ga dapet apa-apa, uda kabur duluan hahaha. Itu yang menurut aku paling harus dijaga. P : Nah itu kan tadi kalo yang mba Irene bilang itu kan yang diem-diem ya berarti, nah kalo yang terbuka gimana strategi nembus narasumbernya? Informan menjawab
018 sambil
I : Kalo ngomongin yang sifatnya terbuka, ada yang namanya teknik menembus narasumber. Yang pertama kita harus menguasai materi itu
memperagakan
yang paling penting, modalnya adalah intelektual, ketika kamu menguasai
dengan
materi kamu akan sejajar dengan narasumber, jangan terlalu rendah
tangannya
kedua
jangan terlalu tinggi. Bahasa bertutur bertanya kepada narasumber itu harus menggunakan bahasa-bahasa yang sifatnya efektif. P : Aaa apa sih Mba kriteria buat milih narasumber? Harus narasumber
yang kayak gimana sih? 019
I : Kalo narasumber berdasarkan konten, yang pasti dia kredibel itu pasti dan di adalah pelaku atau orang yang tau persis. Kalo sampe kita salah narasumber artinya kita juga membohongi publik. Aku menaruh kepercayaan kepada reporter, maka reporter menaruh kepercayaan kepada narasumber. P : Jadi intinya yang kredibel yang memang tau memang itulah dia pelakunya?
019
I : Ya, jadi bukan bohongan ya. Artinya kalo memang dia itu penari striptease, ya dia penari striptease. Kalo pun memang dia penari jaipong tapi penari striptease dia pernah melakukan minimal dia pernah melakukan. P : Nah, apa sih Mba yang dilakuin kalo ga berhasil nembus narasumber?
020
I : Nah kalo didunia investigasi, tidak berhasil itu sebuah cerita, jadi gini sampe itu gagal menembus narasumber itu juga masuk cerita didalam rundown. Tetep ditayangin, nah kalo tidak berhasil menembus akhirnya berpindah kemana ya ga masalah itu juga sebuah fakta. P : Jadi maksudnya ganti tema gitu? Atau tetep di tema itu?
020
I : Tetep ya kita juga liat masa mungkin bisa diperdalam lagi apa ngak, atau kalo misalnya itu baru masuk 10 persen ya ganti. Tapi kalo uda 50 persen ya kita teruskan. Justru gini ya, kekuatan dari investigator adalah
perjalanan aja cerita, perjalanan dari awal sampe akhir itu sebuah cerita. P : Nah gimana sih strategi untuk memilih lokasi ini untuk tapping ya Mba untuk Chantal dan Zoya, itu apa sih kriterianya? 027
I : Jadi gini, kalo untuk Zoya itu adalah seorang psikolog seks yang harapannya memberikan penekanan dari kasus. Lokasi pemilihannya dia akan menempel pada liputan si reporter. Example kalo ngomongin lidah sakti, maka si Zoya akan pergi ke Semarang, dia akan mewawancara dari narasumber si lidah sakti itu. Nah kalo untuk Chantal, kalo Chantal adalah seorang presenter ya, itu nge lead jadi tu tapping lokasi pemilihannya ya biasanya di kafe-kafe, tempat-tempat malam kayak bar, tujuannya adalah buat nge lead atau preview opening pengantar. P : Kenapa pilih lokasi yang seperti itu Mba?
027
I : Nah, untuk kedekatan dengan cerita, dan yang kedua adalah mempermudah artistik gambar ya, kalo outdoor malem ya kan susah gambarnya lighting nya audio nya, kalo gambar-gambar di indoor kan cantik, lighting nya bisa diatur. Kan gini kita itu kan buat satu program iru punya rohnya. Rohnya itu apa, oh tayangan malem tentang dunia malem oke tempatnya yang kayak gimana nih, intinya mendekatkan penonton dengan logika kenyataan. P : Nah biasanya Mba yang pitching pada saat rapat ya? Jadi ada rapat pra
produksi ga sebelum produksi dilakukan? 015
I : Biasanya pitching itu dilakukan antara reporter cameraman sama Asprod dan Produser, atau rapat lengkap kru. Tujuannya biar semuanya tahu. Kalo di Sexophone ada kegiatan rapat lengkap biasanya di hari jumat kalo tidak ada liputan. Rapat itu isinya macem-macem, pertama konsolidasi, konsolidasi itu untuk mengumpulkan jadi biasanya aku tanya ini kemaren kendalanya apa, semuanya pada cerita. P : Oh evaluasi ya Mba?
015
I : Iya evaluasi konsolidasi, pokoknya seminggu sekali lah kumpulkumpul. Rapat itu isinya bisa evaluasi, bisa persiapan buat next nya. Jadi pertama ya evaluasi. P : Oke Mba, terus riset apa aja yang dilakuin Mba pada saat tahap pra produksi?
026
I : Kalo riset didunia Sexophone itu biasanya riset lapangan. P : Kalo riset lokasi yang dilakuin Mas Rezki?
026
I : Kalo Cumi kan apa lebih ke lokasi buat tapping, riset dilakuin di internet dia liat gambar bagus, terus kontaknya nomor telepon berapa trus dicatet. Jadi fungsi reporter risetnya itu kontent, kalo Rezki sama Dewi Puspa itu lebih ke tapping, punya tugas masing-masing. P : Oke, aaa strategi pembuatan naskah tadi uda dijelasin ya Mba, jadi naskah yang dibuat itu ada naskah voice over dubbing dan naskah untuk
Chantal ya, berarti ada dua naskah ya Mba Irenee? I : Iya bener, naskah untuk Chantal itu namanya naskah lead. P : Itu yang biasanya bikin siapa? I : Dari reporter nanti kita edit, nanti kalo reporter ga bikin ya Produser yang bikin. Itu buat pengantar-pengantar segmen. P : Nah ada rundown ga Mba di program ini? 028
I : Ada rundown ya pitching itu, reporter pas pitching ke aku. Itu setelah dia riset. P : Ada time table ga Mba?
029
I : Time table nya gini, kalo time table activity diary nya itu day to day biasanya yang bikin reporter, itu bisa dilaporkan ke aku bisa ngak. Contoh gini, mereka pergi ke Bandung 6 hari, day pertama ngapain day kedua ngapain. P : Jadi tetep ada yang bikin penjadwalan jadwal shooting ya?
029
I : Ada reporter. Kadang gw sih dapet time table kadang ngak, itu ga terlalu penting ya, yang penting liputannya bagus. P : Terus kayak penjadwalan untuk semuanya untuk liputannya dan tapping nya sampe akhirnya editing itu ada? I : Oh itu ada, aku sama Rangga yang bikin. P : Aa kalo proses perencanaan budget untuk produksi gimana sih?
Informan
batuk
030
I : (batuk) Kalo budget kita disini ada namanya perencanaan budget
sebelum menjawab
bulanan, tiga bulanan, sampe semester. Nah kalo untuk budget bulanan sih jangka pendek namanya uang muka, biasanya UPM unit production manager itu dia akan memberikan ke Produser usulan budget program. Dia kasih draft dulu nanti kita koreksi, misalnya ni Zoya oh harganya sama oke, oo ini ni naik oke, oo ini dinaikin ni karna harganya sekarang ini uda mahal. Jadi dicek draft nya, disesuain sama kebutuhan, nanti Produser nanya ke kru, aa liputan berapa 6 hari cukup, nah harganya disesuaikan juga, misalnya buat narasumber berapa dan lain-lain. Nah nanti kita kembali ke UPM. Nah dari situ ke BMA nanti mereka misalnya ni satu episode berapa juta, 40 juta gitu, nanti satu episode 40 juta ada yang bentuknya untuk liputan, ada untuk tapping, sama untuk alat sewa rental. setiap baru pergi mereka yang ngurus semua, kadang ada UPM yang ikut. Kalo liputan reporter yang pegang uang, nah mereka nanti akan membawa kwitansi-kwitansi itu hotel apa apa, nanti dikasih ke UPM. P : Kalo proses penentuan kru yang ikut dan terlibat untuk liputan dan tapping itu gimana mba? 021
I : Itu Produser yang bikin. Itu dibikin sebelum tapping sebelum liputan. Aku biasanya bersama dengan PA tadi. P : Nah kalo untuk proses penentuan jenis dan jumlah alat itu gimana?
022
I : Biasanya Rangga yang ngurus. Itu ditentukannya pada perencanaan
awal. Spec nya jelas, misalnya kita pake kamera EX3 dengan apa aa porta jib, lighting nya pake dedo itu dan lain-lain. P : Biasanya apa aja kebutuhan kayak perlengkapan properti yang dibutuhin buat produksi? 023
I : Kalo propertinya ada dua, yang pertama kalo properti tapping Chantal itu yang pasti berhubungan sama kafe-kafe an itu. Paling tambah-tambah bunga apa ya atau lilin lah. Tapi kalo untuk properti di liputan sesuai kebutuhan. P : Ada kriteria khusus ga untuk memilih baju dan make up?
025
I : Nah kalo baju, semuanya ditentuin sama ini ya sama wardrobe. Wardrobe biasanya ada yang ikut, make up juga. Ya karna tayang malem jadi disesuain sama bajunya, dan ini program dewasa, jadi agak terbuka tapi tetep sopan yang pasti kita ikut standar broadcast. P : Oke sip, nah kalo kebutuhan masalah-masalah perijinan gitu ada ga mba? Gimana prosesnya?
031
I : Biasanya yang ngurusi si PA. P : Biasanya apa aja yang butuh perijinan?
031
I : Perijinan yang pertama itu biasanya kan ngurusin tempat, ya standarstandar aja ya, kemaren kan si Cumi uda cerita ya. P : Iya Mba.
031
I : Jadi kalo yang namanya perijinan tu lebih sebetulnya kita tu menyewa
tempat aa ijin, gitu aja sih. P: Apa aja kendala atau hambatan selama tahap pra produksi ini? Informan menjawab
032 sambil
susah ditembus, terus konten kita kan harus menggali terus kan otak
memegang kepalanya
I : Kalo pra produksi biasanya lebih ke narasumber ya kalo misalnya
(sambil memegang kepala) ini ga boleh mati gitu kan. Itu kendala juga ya untuk
penggalian konten, penggalian narasumber. Terus untuk masalah tempat
menegaskan
ya kadang-kadang ga boleh disewa gitu-gitu itu kan juga kendala, mahal
jawabannya
biayanya karna biasanya kan tempat-tempat hiburan malem mahal gitu. Itu kendala pra produksi ya. P : Terus ada strategi atau trik khusus ga sih untuk merampungkan tahap pra produksi ini dengan baik? 033
I : Gini, setiap kendala pasti ada solusi. Terbukti semuanya tayang kan gitu. Artinya kan bagaimana kita bijak untuk mengatasi. Contohnya, kalo kendalanya itu narasumber ya bagaimana otak ini harus mencari lagi. Kalo kendalanya lebih ke teknis misalnya alat atau apa, ya bagaimana bisa membuat meminimalkan barang yang ada buat mendapatkan gambar yang bagus. Dengan alat yang minimal dapet gambar yang bagus. P : Kalo Mba Irene sendiri, di tahap pra produksi ini peran dan tugas Mba Irene apa?
034
I : Kalo aku di pra produksinya lebih ke tanggung jawab, penanggung jawab sebenernya ga cuma di pra produksi ya tapi sampe selesai tayang.
Bertanggung jawab secara hukum tuntutan ataupun secara etika. Etika tu gini, kalo sampe programku rating share nya turun gw yang kena di rapat nanti. Tapi kalo tanggung jawab sosial aku ga mau menayangkan yang terlalu esek-esek. Terus tanggung jawab hukum, lah kalo aku dituntut sama narasumber itu. P : Oke Mba, sekarang masuk ke tahap produksi ya Mba, masih secara umum apa aja yang dipersiapin dan dilakuin selama tahap produksi baik liputan dan tapping? 035
I : Tadi kayaknya sudah ya disebutin, nanti kamu bisa ngambil-ngambil yang tadi. Intinya dalam proses produksi semua dilakukan based on fakta tidak ada rekayasa. P : Gimana sih proses set up dan install alat di lokasi?
036
I : Kalo install alat biasanya yang ngerjain adalah orang-orang yang expert dibidangnya. Contohnya gini, kalo lighting maka dia akan bekerja sama dengan cameraman. Kalo audio maka dia akan bekerja sama dengan director. Dateng jadi langsung set. P : Kalo sebelum tapping itu ada proses latihan ga? gimana proses latihannya Mba?
039
I : Intinya sebetulnya sih perlu latihan, latihan itu bisa tidak formal, di program manapun yang namanya presenter atau si Chantal itu itu harus latihan juga, jadi harus di briefing supaya dia menguasai materi supaya
yang diomongin tu benar gitu ga ngulang-ngulang. P : Nah kalo untuk proses pengambilan gambar Mba itu ada trik-trik teknik atau strategi khusus untuk bisa ngambil gambar? 041
I : Jadi kalo untuk liputan itu kita itu menggunakan kamera-kamera aa beberapa jenis, pake kamera yang handycam, kamera go pro, kamera hidden cam, macem-macem sih tergantung kebutuhan ya. Kalo kamera tapping pake kamera EX3. P : Nah, apa aja kendala atau hambatan selama tahap produksi ini Mba? I : Tadi udah, narasumber, alat. P : Kalo untuk tapping?
045
I : Tapping ya presenternya susah ngapalin, ya biasa lah tapi ya no problem ga terlalu kendala ya. P : Kalo di tahap produksi ini apa peran Mba Irene?
047
I : Sama juga mensupervisi. Penanggung jawab dan pengontrol jalannya produksi. P : Nah sekarang mau masuk tahap paska produksi, apa aja yang dilakukan pada tahap paska produksi?
048
I : Paska produksi ya edit naskah, terus kan dubber, setelah dubber langsung masuk ke bawah editing, ya gitu. Editing dibawah terus ke quality control sudah. P : Aku mau nanya konsep editing, konsep editing nya bagaimana? Ada
kriteria khusus ga buat editing? Apalagi ini kan programnya investigasi. 050
I : Gambarnya di blur, suaranya harus dibikin muppet, lalu ada titling. P : Biasanya pada saat editing yang bertanggung jawab menemani dan mengarahkan editor itu siapa? I : Itu reporter dan cameraman yang liputan. Reporter jarang karena reporter harus pitching lagi buat next liputannya. P : Setelah selesai diedit, biasanya hasil jadinya kemana? Proses selanjutnya apa?
051
I : Di Preview, pasti ada aku ya, ada aku ada Asprod terus di preview sama atasan aku EP. Kalo ga ada EP ya Kadept, itu bareng-bareng. Nanti setelah itu kita ke QC quality control, uda akhirnya tayang. P : Kalo yang ke LSF itu mba?
052
I : Ooo kalo LSF tu bagian yang harus di print, jadi kita itu setiap episode diprint 3 kasetnya. Kita kasih ke library baru dari library ke LSF, satu ke LSF, lalu ke QC dan satu lagi ke master edit. Master edit itu adalah nanti kalo misalnya dipake lagi, master edit itu ke library. P : Setelah uda tayang, rating dan share keluarnya kapan?
053
I : Besoknya langsung itu yang daily, kalo yang weekly setiap hari rabu. P : Setelah rating dan share itu keluar biasanya ada evaluasi program secara keseluruhan ga?
054
I : Ada, itu kalo biasanya yang care sama rating share biasanya yang
paling berkewajiban adalah Produser. Kita evaluasi grafik penonton, kan itu ada grafiknya, disitu kita akan mempelajari strategi rundown. P : Biasanya kalo evaluasi program gitu gimana mba? Apakah rapat ngumpul? 054
I : Kalo pas ga ada orang ya ga rapat cuma berdua sama Rangga aja. Tapi kalo pas kumpul ya kita evaluasi. P : Nah kalo itu kan evaluasi berdasarkan rating share, kalo seandainya ada over budget itu juga dijadiin evaluasi ga?
054
I : Iya, itu pasti dijadiin evaluasi. P : Apa sih kendala atau hambatan pada saat tahap paska produksi ini?
Informan menghela
055 nafas
I : (Menghela nafas dalam-dalam) Paska produksi kalo rating share turun gitu aja sih, kalo rating share itu kan dampak sosial. Ada juga
dalam-dalam
kendalanya di editing, misalnya mesin editing nya ngehang. Jadi aa
sebelum menjawab
kendalanya ketika kita nge blur tiba-tiba hang, terus pas subtitling hilang karena kendala teknis komputer. Lebih ke mesin rusak jadi molor lah. P : Terus pada tahap paska produksi ini, peran Mba Irene apa? 056
I : Kurang lebih sama, tapi posisiku lebih paling lebih penting di paska. Karna disitu potong durasi, sampe memutuskan kelayakan, sampe menseleksi gambar. P : Oke, pertanyaan terkahir ni Mba Irene, aku mau tanya soal analisis SWOT dari program. Kekuatan program Sexophone ini apa Mba?
057
I : Kekuatan program ini kalo menurut aku tayangan unik ya, jadi liputannya kan informasi tentang dunia malam dunia seks dunia abu-abu, tapi mencoba ditampilkan dengan cara investigasi. Bedanya apa karna dengan penelusuran. Hmm menurut aku program ini unik karena satusatunya ya, dulu pernah kita punya namanya Fenomena. Tapi itu secara kemasan beda. Menurut aku kelebihannya sekarang ini kan trend masyarakat semakin berkembang, program ini menjadi wadah bagaimana berkembangnya seks untuk edukasi ke masyarakat. Program ini punya value bukan sekedar esek-esek. P : Terus kalo kelemahannya Mba?
Informan menjawab
058 sambil
I : Kelemahan program ini apa ya, segmented harusnya, tapi anehnya berdasarkan data, aku gelisah penonton di data Nielsen kok banyak
menggaruk
anak-anaknya.
kepalanya P : Terus peluangnya? 059
I : Kalo menurut aku peluangnya cukup besar tapi asal dikemas dengan benar. Dan aku yakin ini berpeluang karena ini fenomena sosial. Selama masih nafas dan manusia ada kehidupan, isu tentang seks itu kan dipengaruhi oleh kehidupan, kehidupan dipengaruhi oleh manusia dan nafas kan. Dan terus dipengaruhi juga oleh
sosial ekonomi indeks.
Selama sosial ekonomi indeksnya naik, orang kan ga ada kebutuhan lain
selain kebutuhan itu. Jadi peluangnya besar, tapi dikemas dengan cara yang benar lah. Kalo aku, peluang bisa diciptakan oleh kita. P : Nah kalo ancamannya apa Mba? 060
I : Ancamannya kalo kompetitor itu biasa lah, saingannya ga satu genre, itu paling sinetron SCTV yang malem-malem, itu penontonnya SCTV itu gede banget yang FTV banyak tentang Bali gitu-gitu. Aa ancaman lebih ke bagaimana kita punya etika, kita beberapa kali diperingati KPI karena gambarnya vulgar esek-esek. P : Selain dari KPI ada ancaman lain ga? Misalnya dari narasumber.
060
I : Narasumber adalah orang-orang yang dirugikan, biar tidak terjadi ancaman gambar harus di blur. P : Jadi ancaman bisa dari dari KPI maupun dari narasumber.
060
I : Iya ancaman dari KPI dan narasumber. Tapi kan bagaimana kita mengemasnya biar meminimalkan ancaman itu. P : Nah sekarang aku mau tanya profil Mba Irene ya. Nama lengkapnya siapa mba?
061
I : Irene Iriawati. P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahir Mba Irene kapan?
061
I : Oh maaf, aku kalo yang terlalu probadi ga bisa kasih tau. P : Oh gitu, iya gapapa kok Mba. Kalo aku mau tanya soal karir Mba Irene boleh?
061
I : Oh kalo itu gapapa. Hmm aku kerja di Trans TV sejak awal tahun 2006. Sebelumnya aktif jadi wartawan di media cetak sama radio. Aku pernah membesarkan dan mendirikan sebuah NGO media namanya Lembaga Studi Pers dan Informasi di tahun 1999. Dulu juga sempet aktif sebagai pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Di Trans TV pertama tertarik masuk di Riset Development, baru 6 bulan menjadi kordinator risetnya, gak lama langsung jadi Asisten Produser program, banyak banget deh yang udah dilakukan mulai bikin desain program baru, dll. Pernah juga jd Kordinator Liputan Korlip Reportase dan Kordinator Daerah Korda Reportase. Pernah jd Produser lapangan live program Pulang Kampung di jalur Pantura tahun 2010 selama 20 hari live di lapangan atau jalanan. Terus sekarang jadi Produser Sexophone. P : Oke Mba Irene, uda sih itu aja.
Informan
I : Oke, ntar kalo ada apa-apa confirm aja ya.
menjawab
sambil
bangkit
berdiri
berjalan meninggalkan tempat P : Oh iya Mba pasti, makasi ya. I : Iya sama-sama.
AXIAL CODING
Ide Program MNH NU RR Sejarah Sexophone P : Saya mau tanya sejarah Sexophone ni Mas, P : Nah Mas Tom, pertama aku mau tanya soal profil kapan Sexophone pertama kali dibuat? Tanggal dan program ya Mas Tom. Ee sejarahnya program Sexophone ini gimana Mas? tahunnya Mas. M : Kapan pertama tayang lupa aku kalo kayak T : Sexophone itu kalo ga salah bulan aa April atau gitu-gitu lupa tanggal-tanggalnya. Kalo tahunnya Mei gitu pokoknya tahun lalu, jadi mau satu tahun sekarang. Jadi Sexophone ini yang saya tahu itu baru ya ini 2012. adalah terinspirasi dari program Fenomena. Nah kan di news Trans TV itu kan terbagi dua tuh ada bulletin P : Kalo pencetus pertamanya siapa Mas? and current affairs sama magazine and documentary. M : Pencetusnya dari magazine Trans TV. Ee Mas Nah sementara ini kan kalo yang keliatannya emang Rizal, Mas Rizal itu ditugasi oleh atasan yang ga news banget jurnalistik banget itu kan bulletin and perlu disebut ya, untuk membuat program hmm current affairs. Nah disatu sisi juga orang-orang tentang Zoya. Kamu tau Zoya ya? Zoya tu memang magazine pengen donk punya satu program yang sudah punya nama lah diluar ya, ada di Kompas bener-bener ee kental akan nuansa jurnalistik fotonya gede kan, lalu dia punya rubrik di khususnya investigasi. Nah makanya kan dulu-dulu detikcom. Idenya sih sangat ringan, bikin tu Zoya banyak tuh magazine yang terMasuk jurnalistik salah untuk tampil di TV gitu. Nah perintahnya emang satunya Fenomena dulu tuh yang booming banget, seperti itu aja hanya kita menterjemahkan harus dunia lain kayak gitu. Nah makanya sekarang juga seperti apa ya Zoya akan dibikin. Nah ide pengen nimbulin lagi, trus juga sekarang tuh trend kreatifnya bermunculan. Akhirnya menuju pada nya tuh waktu kemaren aku perhatiin sih kenapa format disitu ada band ya, dialog tentang mulai lagi marak Sexophone trus Mata Lelaki, itu pendidikan seks tapi disampaikan secara elegan karena ada pengulangan apa ya, pengulangan siklus. tidak murahan, ngobrolnya harus ilmiah, harus Misalnya lagi musim booming apa gtu jadi semua seorang yang punya keahlian dan paskar di bidang stasiun televisi bikin itu. Nah sekarang tuh kayaknya
DE
II
seksologi. Dan penanyanya pun harus pandai ya. Ternyata Zoya sama Chantal ini emang klik mereka, karena punya program bareng di web hmmm namana In Bed With Zoya. Nah kan tentu saja Trans ga mau mentah-mentah ya menampilkan mereka berdua, lalu kami kemas seperti itu. Pilihan band nya pun pilihan yang tidak seperti band-band yang lain seperti band pop atau itulah. Band-nya itu kita pilih-pilih orangnya, jadi maunya itu kemasannya sangat AB ya, hmm kalangan menengah keatas maunya. Pembicaranya tidak vulgar, maunya tu elegan. Itu konsep awalnya Sexophone. Jadi mereka duduk berdua ditengahtengah pemain band, kalo bisa pemain band-nya tu muter, jadi mereka dikelilingi pemain band. Ada interaksi antara host sama pemain bass, keyboard, sama drummer ya (mengeram dan batuk) disekitarnya itu ada penonton. Nah pada kenyataannya ternyata menghadirkan penonton itu juga tidak mudah ya, siapa ya penontonnya Sexophone yang harusnya mature, anak-anak muda kalo bicara Sexophone ya pertanyaannya ngambang-ngambang. Nah akhirnya jarang terjadi interaksi antara host dengan penonton. Nah kemudian mencoba menemukan bentuk yang baru ya diantaranya dibuat magazine. Magazine itu feature bentuknya penelusuran karena memang ada fenomena-fenomena yang ada disekitar kita yang
balik lagi ke beberapa tahun yang lalu sekitar 6 tahun yang lalu, dimana dulu yang booming banget itu fenomena yang megang banget. Makanya ada peluang kesitu lagi nih karena waktu itu belum ada lagi tuh di stasiun-stasiun televisi lain yang programnya memuat seks tapi lebih ke unsur edukasi dan informasi dan berformat talkshow. Yang lainnya itu hanya berupa ee liputan tayangan-tayangan vt. Kalo Sexophone itu kelebihannya sama pembeda dari program-program seks atau program-program dewasa tv lain itu talkshow nya itu dan menghadirkan si pakar seksologi. Nah tapi seiring berjalanya waktu, minat pasar, hasil rating dan share jadi sekarang mengarah ke bentuk investigasi penelusuran. Nah itu dimulainya investigasi penelusuran itu pas saya masuk, karena saya yang pertama kali melakukan investigasi. Hahaha. Itu bulan Desember. P : Kalo boleh tau, yang pertama kali mencetuskan ide program ini itu siapa? T : Kayaknya Mas Memet ya? pokoknya dari atasan gitu. P : Nah tadi Mas Tom bilang kan karena trend dan semacamnya, kenapa dari talkshow diganti ke investigasi gitu?
M : Iya, intinya seperti itu karena memang dulu kita punya program namanya Fenomena. Fenomena pernah tau ga?, nanti buka my trans dot com. Fenomena itu hampir 6 tahun itu berjaya di jamnya dan menjadi bahan pembicaraan lah orang-orang di Jakarta. Nah kita ingin menghidupkan lagi kejayaan liputan dunia malam itu di Sexophone, belum lahir kali ya kamu? Tahun 2006. P : Terus Mas kenapa namanya Sexophone? Ada maknanya ga?
T : Nah, waktu itu kan kita melihat yang namanya itu ee pergerakan pemirsa yang bisa kita lihat di grafik share dan rating, ketika dilihat dari grafik kepenontonan pemirsa itu ketika ngobrol itu cenderung turun, jadi ketika talkshow itu ada beberapa pihak di kantor itu ee punya asumsi bahwa format ini membosankan lah boring lah gitu lah ya. Terus ee gimana ni pengen bikin gereget lagi gitu kan, yauda deh coba dengan satu konsep baru yang emang punya thriller tinggi, punya ketegangan, punya realitas lebih ini lagi, yauda coba, dan katanya berhasil. Ketika ada liputan tayangan-tayangan vt misalkan tentang multiple orgasme kalo ga Masturbasi, kan itu ngobrolnya ada tu, tapi tayangannya ada ee ilustrasi. Nah ketika ilustrasiilustrasi itu selalu tinggi grafiknya, nah otomatis disimpulkan yauda aja isi gambar aja, jangan selalu isi ngobrol. P : Nah kenapa program ini namanya Sexophone? Ada filosofinya ga sih?
M : Oiya konsepnya mirip itu sih karena ada sex education sama musik, musiknya itu maunya jazz. Jazz itu kan identik sama Saksophone ya, kalo kamu lihat lambang-lambang jazz itu huruf J nya selalu kadang-kadang ditulis pake Saksophone. Nah jadi unik ya namanya Sexophone. Sex and Saksophone.
T : Ada. Kan kalo Sexophone itu apa ya, disitu ada kata sex. Disitu bisa dijadiin sex on phone, bisa jadi saksophone. Karena dulu tu identiknya ada penampilan penyanyi jazz dan menggunakan alat musik saksophone, dan Sexophone itu biasanya identik dengan kegiatan bercinta. Kalo misalkan dalam film-film aja suara saksophone nya , jadi kalo
hanya bisa ditelusuri lewat ya investigasi. Seperti kehidupan malam waria misalnya ya kita nyemplung kesitu, terus kehidupan yang plus-plus dan sebagainya. Ternyata yang investigasi itu malah menarik dan rating-nya bagus. P : Oo sebenernya intinya alasan dibuat program ini karena mau buat acara untuk Zoya ya Mas Memet?
Nama Sexophone
Logo Sexophone
misalkan lagi adegan di film-film romantis itu misalkan kalo lagi dikamar musiknya nananana musik jazz. P : Iya Mas unik namanya. Nah itu kan bentuknya P : Terus kenapa logonya lambanganya kan ada tadi uda Mas jelasin, kalo pemilihan warnanya Mas gambar cewe sama saksophone? gimana? T : Ya itu penggabungan dua makna itu, yang satu M : Oo, mungkin karena supaya lebih wanita aja musik talkshow diiringi sama musik, dan alat musik ya, wanita elegan. Memang itu dunia laki-laki, tapi saksophone itu identik dengan bercinta, dewasa, dan hotsnya kan cewe-cewe semua cakep-cakep. wanita. P : Terus warnanya, kenapa warnanya harus unguungu ngepink gitu?
Target Audiens
P : Kalo target audiens program ini Mas siapa aja?
T : Lambang cinta..hahaha. Selain pink itu kan ungu kan lebih elegan pasti. P: Oke, nah target audiens utamanya program ini tu siapa?
M : Audiensnya pasti male ya. P : Oh jadi utamanya cowo ya Mas? M : Iya utamanya cowo, male mature, umurnya ya mungkin sekitar 21 keatas. Ga boleh ada kids yang bangun ya, tapi ternyata mungkin ada kids yang nonton, mungkin ada. Tapi mostly rata-rata male ya.
T : Kalo dari target audiens secara ekonomi pasti kalangan kelas A kelas B. Makanya musiknya musik jazz bukan musik dangdut gitu kan. Kalo secara usia pasti yang dinyatakan udah adult dewasa artinya diatas 18 tahun, dan lebih spesifiknya lagi yang sudah aa berpasangan suami istri. Kalo secara pendidikan pasti pendidikannya yang D3 S1 lah. P : Kalo secara psikografis Mas?
P : Terus kalo kategori sosial ekonominya itu yang? T : Untuk semua laki-laki cowo-cowo pecinta dunia M : Kalo sosialnya sih maunya menengah keatas. malam (minum) dan senang dengan kehidupan hedonis. Hari dan Jam P : Hmm kenapa jam tayangnya tengah malam P : Kenapa program ini tayang di hari Kamis? Tayang Mas? Alasannya apa? M : Karena pembicaraannya kan tidak boleh diakses anak remaja, ga boleh diakses sama anak- T : Satu itu adalah kebijakan programming. Yang anak, jadi memang harus jam 12 keatas. kedua malam Jumat adalah malam Sunnah Rasul hahahaha. Malam Jumat itu ya bagi sebagian umat P : Kalau hari kenapa hari Kamis dan Jumat? agama tertentu malam Jumat itu identik dengan Sunnah Rasul dimana ketika melakukan hubungan M : Hmm tadinya Jumat aja. Memang hari itu suami istri itu akan mendapatkan pahala. dipilih karena diujung hari kan ketika orang-orang uda cape kerja, pulang kerumah ingin rileks, bisa P : Trus kenapa harus tengah malam? bangun malam karena besoknya hari libur kerja. T : Siang ga mungkin tayang sama KPI karena program dewasa. Host (Pembawa P : Nah kalo soal host-nya emang dari awal host- P : Terus kenapa host nya itu Chantal? Memang ada Acara) nya Chantal? Kenapa Mas? kriteria khusus gitu buat pilih host? M : Host-nya memang Chantal, karena Chantal terkenal. Dia punya apa sih web ya, punya rubrik membahas soal seks, tanya jawab soal seks. Tapi Chantal biasanya yang ga detail sedetail rubrik Zoya.
T : Kalo Chantal itu punya beberapa kriteria. Satu dia mantan seorang anchor, otomatis dia tanda kutip lebih cerdas dibandingkan dengan presenterpresenter pada umumnya, dia kan punya basic news. Yang kedua Chantal ini sering hadir jadi sosok apa wanita seksi, kadang-kadang di majalah difoto apalagi dengan penambahan tato tato dimana-
Kategori News
Batasan Etika
mananya hehehe jadi keliatan seksinya. Cantik juga pasti. P : Terus Mas, kenapa Sexophone ini masuk P : Kenapa program Sexophone ini masuk kategori kedalam kategori news? Karena investigasinya program news? tadi? T : Ya itu, karena didalamnya memuat informasiM : He eh menurut saya iya. Gini, yang pertama informasi kalo sekarang seputar fenomena dunia seks kenapa masuk news sebenernya itu kan production yang berkembang di masyarakat secara nyata. type ya, ada band ada host, disitu kita menyelipkan liputan-liputan atau paket-paket video. Itu pengennya kita yang membuat dan mencari, jadi ada unsur news nya disitu. Lalu berubah menjadi investigasi ya benar-benar jadi news. P : Kalo boleh tau Mas ini kan programnya berbau P : Terus program ini kan program dewasa ya Mas ya, seks gitu ya, pasti kan sangat sensitif berkaitan maksudnya berbau seks, dan seks itu kan sensitif dengan etika jurnaliatik, dari pihak Sexophone nya banget sama yang namanya etika jurnalistik. Nah dari sendiri ada batasan-batasan sendiri untuk produksi tim sendiri itu ada batasan-batasan tertentu ga sih buat programnya? program ini supaya jangan sampe ngelanggar etika? M : Ada donk. Ya yang pertama kita ga bikin film porno ya, kita hanya menampilkan gejala dan fenomena. Kemudian kita menampilkan gambar pun harus sesuai kaidah KPI. Wajah di-blur, suara disamarkan, gambar-gambar yang terlalu terbuka juga di-blur. Kemudian gambar-gambar yang seronok, itu sama sekali ga boleh. Memang susah membuat program begini tu sulit, tapi memang ada ruang-ruang yang masih bisa dibuat sedemikian
T : Sebenernya gini, pelaksanaan investigasi atau intelligent dimanapun badan apapun pasti melanggar hukum pasti melanggar etika. Alasannya apa, ya karna untuk mendapatkan informasi-informasi akurat dan dapat dipercaya. Sebenernya investigasi kan bisa terbuka atau tertutup. Kalo misalkan terbuka otomatis etika bisa lebih terjaga, kita bisa minta ijin dulu sebelum mengambil gambar, aa kita bisa minta ijin dulu mau di blur atau apakah tidak. Semua yang
rupa ketika kita memakai ilustrasi. Kalo susah kita pake ilustrasi, kita pake reka ulang, ketika gambarnya ga mungkin ditampilkan. Batasannya sih ga vulgar aja.
Kelebihan Liputan Tertutup
Strategi Promo
dilakukan dilapangan kita ngelakuin semuanya kita ga mikirin etika, terus terang aja saya dan kru-kru yang lainnya pun udah pasti deh bukan mungkin lagi pasti kurang paham juga dengan yang namanya poinpoin etika, yang jelas kita lakukan sesuai dengan apa yang kita rencanakan sebelumnya, trus dilapangan kita kupas kita gali sedalam mungkin seluas apapun. Nanti batasan-batasan etika biasanya kita langsung di itu di paska produksi di editing gitu. Kita masuk kedalam ruangan yang sebenernya ga boleh bawa makanan ga boleh bawa minuman ga boleh bawa kamera tapi tetep aja kita masuk bawa kamera. P : Oya mas, sebenernya kenapa investigasi tertutup itu nilai beritanya lebih kuat?
T : Investigasi tertutup nilai beritanya lebih kuat karena investigasi tertutup dilakukan secara rahasia, tersembunyi dengan tingkat objektifitas yang sangat tinggi. Karena objek yang akan kita atau target yang akan kita ungkap yang akan kita datengin sama sekali ga kita kasih tau jadi sesuai dengan apa adanya mereka. Dari lokasi, dari jawaban, dari keterangan, dari proses atau aturan main mereka, ga aada yang sama sekali di manipulasi. Jadi ketika kita mendapatkan aa poin-poin itu uda bisa diyakini bahwa itu benar dan kita buktikan dengan gambar. P : Trus ada ga sih strategi promo untuk promosi P : Terus, ada strategi promo nggak sih untuk program ini? mempromosikan pogram?
M : Promo sih ada, tapi biasanya promonya naiknya malam juga sih ya jam 11 atau jam 12. Karna memang programnya kan dewasa ya, jadi promonya emang ga keliatan.
T : Ada, ke Male doank. Terus lewat jejaring sosial, terus kadang-kadang broadcast, terus promo on-air sudah ada di tv. Tapi selama ini penelusuran jarang pake off-air.
P : Bentuk promonya seperti apa?
Respon Penonton
M : Bentuknya ini, ee apa kayak iklan gitu, iklan in house. Kalo sekarang promonya sih sama majalah Male dan detik tapi online. P : Sejauh ini respon penonton terhadap program P : Sejauh ini gimana sih respon penonton terhadap ini gimana Mas? program ini? Rating share nya gimana?
M : Responnya sih menurut saya sih cukup bagus ya karena rating-nya kan ada yang 12 sharenya ya. Lalu kadang-kadang 10, tapi ga yang jatoh banget ga ada penonton itu ga pernah, pasti ada penonton dan memang ga sebanyak kayak dulu ya fenomena tu penontonnya bisa 30 persen dari penonton TV pada saat itu. Tapi kalo sekarang sih ga yang hebat banget tapi ga yang rendah banget, cukup lah. Tujuan/ Pesan P : Hmm , sebenernya tujuan utama dari program Utama Sexophone ini apa sih, maksdunya pesan utama yang mau disampaikan kepada penonton?
T : Kalo average bisa dilihat sih di RCD yah. Kalo aku pikir sih dalam memenuhi ini yah, memenuhi target kan 12 yah, 12% perbulannya itu. Kalo menurut kita bulan ini aja 14%, berarti melebihi, fluktuatif ada yang drop tapi setelah penelusuran ini tidak terlalu drop lebih relaitf stabil lah.
P : Terus Mas sebenernya tujuan atau pesan utama yang mau disampein Sexophone kepada permirsa?
T : Untuk menjelaskan, untuk membuka eee… pikiran M : Seks edukasi ya, bagaimana memandang seks permirsa, untuk membuka sikap permirsa sebenernya itu dengan benar, bagaimana melakukan hubungan ingin menunjukan fenomena seperti ini ada loh
suami istri itu harus benar, dulu seperti itu waktu zamannya ada Zoya ada Chantal ada talkshow, kenapa ada pakar disitu maunya seperti itu. Pendidikan seks yang tidak didapat disekolah, dibuku, tapi langsung dari praktisi, disitu nanti kita menghadirkan narasumber, ada pelaku-pelakunya, ada narasumbernya, ada sharing pengalaman oleh model, artis, semuanya disitu. Bahwa yang sekarang bergeser ke investigasi sih menurut saya penasaran bahwa dunia malam itu disekitar kita itu sangat hedonis ya sangat luar biasa.
sebenernya di sekitar kita. Nggak jauh-jauh siapa tau orang terdekat anda justru Masuk kelingkaran fenomena seperti ini gitu. Eee…bisa jadi kalau misalkan orangnya bijak nontonnya bukan ngandalin nafsu bisa menjadi mawas diri yah, lebih waspada sih.
P : Jadi maksudnya jadi lebih ke menginformasikan gitu ya? M : Iya informasi, ini sekedar menginformasi. P : Berarti yang investigasi sekarang ini bukan tujuannya bukan edukasi seks ya?
Kendala
M : Ga lagi, karna yang sekarang yang terjadi kan kita emang investigasi ketidakbenaran, penyimpangan-penyimpangan lah, misalnya spa jadi ada spa plus-plus, lalu vila ternyata menyediakan psk. Ya cerita-cerita dibalik hal-hal yang biasa ternyata ada cerita terselubung yang kita ga tau. atau P : Nah kalo kendala dan tantangan dari program P : Hahaha. Apa aja sih kendala dan tantangan
Tantangan Program Sexophone
ini ada ga Mas? Kan investigasi itu kan susah ya program ini? gitu pasti sebenernya. T : Kendala program eeee fenomena seks emang M : Kendala nya ya kalo ga nembus narasumber banyak tapi kalo misalkan digali secara terus menerus aja. Kalo ga dapet narasumber ganti topik, ulang pasti abis. Kita paling pengembangan tema liputan lagi. Yang harusnya tayang minggu ini ga pengembangan sudut pandang dalam satu fenomena. Terus kalo yang tantangan itu memang susah dapet. Ya susahnya itu. pengerjaannya ya, lama, ngga bisa diburu-buru.. P : Hmm sebenernya yang paling susah yang ini ya Terus eee apa tadi tema terbatas, proses pengerjaannya lama, penuh tantangan resiko kalo yang dibagian liputan ya? dilapangan. M : Iya, di lapangan, karena mereka harus nembus-nembus narasumber kan susah, nembus germo, nembus psk ga gampang. P : Takut juga ya? M : Iya ketahuan takut.
Pra Produksi Proses Pra Produksi secara Umum
MNH
NU P : Nah, aku mau masuk tahap pra produksi nih Mas, apa aja sih yang dilakukan dan dipersiapin pada tahap pra produksi sebelum liputan? T : Jadi kalo pra produksi ya, itu kan berkesinambungan maksudnya dari atas kita liat jadwal tayang, kita ngeliat kesiapan kru siapa yang bisa berangkat sama kita itu kan panjang tu ya. Apa sih yang kita lakukan sebelum liputan pertama yaitu adalah pasti penentuan kru tim liputan dan tanggal liputan. Jadi pertama tu kita spare waktu, spare orang nah baru biasanya itu kita tentukan tema. Tema kirakira apa nih tema-tema
RR P : Aku mau nanya mulai dari proses pra produksi Sexophone, apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama proses pra produksi sebelum akhirnya dilakukan liputan dan tapping? R : Emm. Liputan dulu yah. Jadi kalo liputan dulu berarti. eee… Kita harus riset dulu nih, menyiapkan satu tema. Kalo misalnya temanya dirasa udah cocok, kita coba riset tentang tema itu. Nanti kita persentasiin ke produser, kalo produser oke kita persentasiin ke eksekutif produser sampai ke kepala departemen, kalo misalkan mereka udah oke dengan tema itu terus nanti ada rundown nya juga segment satu seperti apa, segment dua, segment tiga,
DE P : Apa aja yang dipersiapin dan dilakuin pada tahap pra produksi sebelum liputan dan tapping? D : Oke, berarti ee yang pertama itu soal liputan dulu ya. Liputan itu yang pertama harus ditentukan adalah tema. Jadi tu kita biasanya ada rapat tu, rapat bisa mingguan bisa dua minggu sekali. Nah itu kita sekaligus brainstorming kira-kira tema apa sih yang mau kita angkat. Kira-kira narasumbernya siapa aja, ada ga narasumbernya gitu. Terus siapa yang akan liputan gitu, ehmm itu harus nentuin juga orang yang pas buat tema ini siapa gitu. Harus nyesuain juga tim liputannya, misalnya
II P : Aaa iya Mba oke. Mulai dari tahap pra produksi itu apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan Mba? I : Pertama gini dari sebuah liputan yang akan tayang itu perkiraan dari persiapan sampai on air tayang itu butuh perkiraan ya nah itu 14 hari untuk satu episode ya. Berawal dari rencana liputan. Rencana liputan itu apa gambarannya, rencana liputan itu adalah sebuah agenda besar agenda planning yang apa sih yang akan diliput, kontennya. Nah konten ini meliputi dia harus unik gitu, aaa konten-konten apa saja yang layak untuk
yang seksi gitu kan, tematema yang belum, yang orisinal. Kalo misalkan bisa dapetin yang orisinal lebih keren. Terus ee kalo tema bukan hanya tema aja tapi kita analisa tema itu kita kembangkan dari berbagai sudut pandang hingga kita bisa menuhin 5 segmen. Jadi kita berpikir tu kira-kira tema ini kuat ga ya untuk 5 segmen, trus kita lihat kita lebarin kesini, kita gali dalemin lagi kesini. Nah setelah itu kita buat semacam draft rencana rundown. P : Oo ada rundown nya? T : Ada, aku sering buat tiap liputan aku pasti buat. Kita buat ya segmen satu gini, opening nya seperti ini diisi gambarnya apa aja segmen dua dan seterusnya sampe closing seperti apa.
sampai segment lima seperti apa. Udah disusun dan udah di acc sama prouser sampai EP dan Kadep, baru kita nanti ada proses liputan. Nah sebelum proses liputan, kalo Masalah teknis kita siapin sendiri juga, mulai dari kamera apa yang mau digunain gitu, terus eee… Lampu nya seperti apa, spec nya yang digunain, teruss eee… Mau kita harus eee.. Nyamar, atau tetep dengan membawa nama Trans TV. Baru deh proses liputan. Proses liputan nanti berlangsung sih tergantung negosiasi dengan narasumbernya seperti apa. P : Kan itu ada wawancara yang terbuka dan tertutup, nah itu tetep sama proses pra produksinya? R : Eee. Beda. Beda jadi kalo misalnya dari awal
kayaknya Tom ni kurang cocok ni liputan lesbian, mungkin Tom lebih cocok ke yang gay misalnya. Kayak gitu, karna kan kita itu penelusuran konsepnya kita menyamar kan, kalo reporter nya aja ga cocok dalam samarannya, jadi ga bisa masuk ke lingkungannya mereka gitu sih. Kalo untuk tema itu. Kalo buat tapping persiapannya sih lebih simpel sih sebenernya ya. Kalo tapping itu pertama schedule host nya dulu Chantal, jadwalnya Chantal. Terus uda gitu survei dulu ke lokasi kirakira lokasi yang cocok sama program kita apa gitu. Terus, karna kita pake apa kamera ini kan aa kayak porta jib gitu, harus cari lokasi yang agak tinggi juga. Nah setelah itu baru aa persiapan-persiapan
ditampilkan di layar, pertama programnya, kalo kita programnya adalah Sexophone yang pertama adalah uniqueness, terus abis itu sesuai kebutuhan. Kebutuhan kita apa, oh penonton kita male oke laki-laki, target audiens kita apa gitu. Nah jadi dari perencanaan liputan , dari perencanaan liputan itu biasanya dilakukan oleh seorang reporter. Dia akan riset, riset itu dapet dari mana, riset itu dari riset dokumen, riset lapangan, ataupun pengembangan dari keduanya. Misalnya dari Google internet ada, abis itu dia riset lapangan, baru melakukan liputan. Risetriset ini namanya hipotesa, hipotesa awal muncul sebuah namanya
Setelah itu selesai baru kita diskusikan oleh tim inti liputan beserta atasan kita, atasan kita bisa dari Asprod, Produser, EP, terserah. Diskusiin baiknya kayak gimana ketika ada masukan ada perubahan, pengembangan kreatifitas dan sudut pandang. Terus nah setelah kita diskusikan, ok mateng paling nanti. Oya ada satu pertanyaan penting di pembahasaan tema itu, ini kita lakukan pure investigasi atau sudah ada narasumbernya. Otomatis pasti beda ke flow kerja kita ke liputan kita. Kalo yang sudah ada narasumber atau yang terbuka kita gampang nentuin jadwal liputannya, kita tinggal telepon Mba besok kita liputan arisan berondongnya jam segini ya di karaoke mana di kafe mana atau dirumah siapa,
untuk narasumber yang mau kita wawancarain kita bilang kalau misalnya kita, dan program ini. Kalo misalnya dia oke nanti untuk ditayangkan di tv oke. Eee… Ada juga sih yang investigasi kan, kalo misal investigasi berarti kita langsung terjun kelapangannya. Eeee.. Kita nggak bilang kalo misalnya kita eee… Tetep menyamar sebagai pengunjung biasa.
kayak peralatan, lighting nya siapa, terus propertinya, terus wardrobe, make up artis kayak gitu sih kalo tapping ya. Kalo Zoya, jadi Zoya itu ada dalam selama proses liputan. Jadi misalnya liputan ke Semarang soal lidah sakti misalnya, liputannya itu kan biasanya waktunya 5 sampe aa 6 hari, nah nanti kita atur schedule nya Zoya, kira-kira dia bisa dateng di hari ke berapa, misalnya hari kedua atau hari ketiga atau hari keempat dia dateng ke Semarang sehari untuk wawancara narasumber kita.
draft rundown, itu harus di pitchingkan pertama ke Produser dan asisten Produser. P : Di pitching tu maksudnya gimana Mba? Pitching tu artinya dipresentasikan. Seorang reporter itu harus mitchingkan ke Produser, tujuannya adalah lu mau ngapain aja kerjanya, saya hari ini melakukan liputan hari pertama ngapain hari kedua ngapain. Sampe breakdown detail rundown termasuk by segment, ya misalnya segment satu mau ngomongin apa, segment dua mau apa. Ini penting untuk seorang reporter agar nanti naskahnya ketika tayang clear. Jadi semua di target,
itu kita gampang terencana tu itu keuntungannya. Tapi kalo yang tertutup sama kayak waktu yang wisata seks, misalkan di beberapa tempat wisata pada nanya tu temen-temen, ini gimana narasumbernya uda ada belum, trus kita ngeliputnya apa aja disana ga tau. Kita hanya punya prediksi, kita hanya punya wawasan, kita hanya punya literatur bahwa disitu ada ini. Kita kesana buktiin aa gitu kan, trus narsum nya gimana, ya mau dua hari tiga hari kalo belum dapet ya disitu aja terus gitu kan. Tapi gimana caranya biar kita juga bisa mensiasati itu, jadi kita ga banyak buang waktu satu hari tapi kita dapet. Nah setelah tema itu selesai barulah melengkapi semua prosedur ee adminstrasi , keperluan alat kita alat apa aja ni yang mau dibawa,
example misalnya kita mau liputan dengan konten A, itu harus di pitching kan ke Produser, dari Produser nanti dikritisi bahwa aku sebagai Produser aku akan mengkritisi layak ga konten ini, sesuai ga sama penontonku,, aaa tingkat kesulitannya gimana aaa masi logis apa ngak. Dari situ dari Produser dibawa ke eksekutif Produser buat pitching ke kepala departemen sampe nanti jalan liputan. Nah sebuah proses produksi yang cukup panjang kerjanya itu kerja tim, jadi semua yang tayang dilayar itu tu sudah disetujui dari ujung dari hili ke apa aaa. Hulu ke hilir tahu semua. Example reporter tom, tom itu mau ngapain aja,
siapin alat-alat logistiknya semua itu apa ee manajemen liputan lah ya. Terus ee perangkatperangkat pendukung, mobil yang mau kita gunain harus ada, drivernya siapa, mobilnya jangan sampe ada yang logo-logo trans tv, mobilnya harus mobil biasa kacanya yang tertutup apa gelap gitu kan, trus driver yang bisa menguasai lokasi itu wilayah itu. Pokoknya kita harus bikin mateng dulu tu disitu, oke, kita berangkat ni. P : Itu kan yang liputan Mas Tom, kalo yang tapping? Sama aja persiapannya? Sebenernya pada dasarnya sama aja ya siapin alat, perlengkapan, mobil gitu-gitu segala macem.
itu sampe mas RF tau. Itu sih fungsinya ada sistem kontrol. Kalo terjadi apaapa saya sebagai Produser saya bertanggung jawab penuh atas Tom pada tanggal sekian ada di Bandung dia lagi ngapain, misalnya Tom mengalami kesulitan maka saya akan melakukan follow up untuk ngebantuin apa yang bisa dilakukan tapi mas RF juga tau. Jadi setiap langkah reporter itu pergi semua uda diketahui atasan-atasan. Kita ngomongin konten lagi ya, jadi tema-tema apa aja sih yang layak untuk ditampilkan, kita ngomongin Sexophone yang pasti tema itu unik, unik dari kacamata siapa, oke kacamata orang kebanyakan oke kalo gitu fenomena sosial apa sih
T : Iya, konfirmasi semua pengisi acara , konfirmasi semua kru, dan sudah menentukan script.
yang unik untuk orang kebanyakan. Secara umum aja dites, oh tema, tema-tema yang baru ngetrend oke memenuhi standar.Jadi diskusidiskusi kelompok kita diskusi kru itu akan mengerucut menjadi sebuah ide liputan terus dikerjain sama tementemen sampe tayang. Mereka tim liputan akan membikin naskah dengan 5 segment, misal mereka membikin naskah selama dua hari, bikin naskah itu pekerjaan yang paling menjengkelkan paling bikin bete paling bikin cape oleh seorang reporter karna verbatim, nah verbatim itu apa cari time code sekian-sekian, semua gambar yang dihasilkan seorang cameraman dilapangan
semua harus masuk dulu ke reporter. Alurnya tadi dari rencana liputan, deal ya itu mau ditolak juga sering, abis itu dikerjakan. Liputan itu macem-macem, liputan ini bisa sama dengan rencana liputan, bisa juga berubah tapi yang pasti harus lebih bagus, karena lapangan itu menguji semua, bedabeda. Apalagi gini hasil riset misalnya di lokalisasi sana ada seorang psk melakukan adegan ini ini ini, tapi ketika disana ngak, ternyata dia lebih liar lagi, berarti kan ada sesuatu yang lebih beda. Itu fungsinya liputan, fungsi liputan adalah menguji hipotesa awal. Nah setelah naskah selesai dibuat, aku ngedit naskah. Naskah reporter
bisa aku rombak, 100 persen juga bisa, nah tapi kebanyakan ya ngak segitu, paling aku rapiin kata-katanya. Tapi kasarkasarnya ya ngomongin buruknya ya, karna kekuatan Produser itu bisa merubah naskah. Aaa tapi itu yang ekstrim, kalo ngomong buruk ya tapi reporter-reporter yang aku punya paling aku rubahnya 20 persen, artinya reporterreporterku sudah memenuhi standar kualitas, artinya sudah memenuhi 5W 1H. terus naskah itu kan ke gw ni, nah itu aku edit, naskah yang aku edit ni fix itu akan jadi panduan buat editing. Edit naskah itu setelah dari reporter. Jadi setelah selesai liputan biasanya 6 hari, tugasnya naskah dua
hari. Aku edit naskahnya butuh waktu cuma sehari itu naskah clear kalo aku dikejar-kejar deadline, tapi kalo editing ku masih senin ya ntar aku sambil mikir, makanya aku yang tematik butuh dua hari lah. Ga boleh naskah dari reporter langsung di dubbing ga boleh, harus melewati edit kata demi kata, makanya harus lewat kita. Dari aku udah ya, trus akhirnya menjadi sebuah naskah final, naskah final artinya harapannya adalah dari naskah itu uda kebayang akan seperti gimana flow nya pada menit keberapa disitu ada perubahanperubahan juga dari aku. Dari situ semua udah di dubbing namanya VO voice over, itu nanti akan ditempel buat edit. Editor akan bekerja berdasarkan
Rapat Pra Produksi
P : Nah pas pra produksi ini biasanya ada rapat atau meeting gitu ga? Bersama dengan kru atau atasanatasan. T : Pra produksi? Ada. P : Biasanya rapatnya itu ngebicarain tentang apa? T : Bicarain tentang tema, tentang kerjaan kita seperti apa, dan pasti proses
P : Biasanya apa aja sih yag dibicarain kalo rapat pra produksi? R : Pada rapat pra produksi biasanya tema yah.. Tema terus eee… Proses liputan di lapangan itu apa harus candid atau tetep seperti biasa.
P : Biasanya kalo di rapat pra produksi itu, apa aja yang dibicarain dan dihasilkan dari rapat? D : Kalo rapat pertama kita scheduling, scheduling kirakira minggu ini kita mau ngapain ni, terus review yang kemaren tu aa share nya berapa, apa kelemahannya, apa yang harus diperbaiki. Itu kayak evaluasi. Review dan
guidance yang kita bikin, namanya editor itu adalah tim supporting, tim support, kita di tv news dibantu oleh tim support salah satunya adalah editor. Setelah terpasang semua tadi naskah itu tempel ada gambar ada VO ditempel semua, over durasi maka yang berhak memotong adalah Produser dan asisten Produser. P : Nah biasanya Mba yang pitching pada saat rapat ya? Jadi ada rapat pra produksi ga sebelum produksi dilakukan? I : Biasanya pitching itu dilakukan antara reporter cameraman sama Asprod dan Produser, atau rapat lengkap kru. Tujuannya biar semuanya tahu. Kalo di Sexophone ada kegiatan rapat lengkap
kreatifnya seperti apa. P : Biasanya yang mimpin itu siapa Mas yang mimpin rapatnya? T : Biasanya dilontarkan oleh si reporter jadi semacam persentasi dulu. Bahwa gua punya tema ini nih, saya kasihin draft atau rencana rundown dibagiin ke semua anggota rapat. Aku bagiin dibaca dulu, aku persentasi, gimana ada masukan atau gimana.
Strategi Pemilihan Tema
P : Ok sip, ada strategi P : Eee. Ada strategi tertentu tersendiri ga buat pemilihan nggak sih buat milih tema tema? tiap episode gitu? Temanya harus yang kaya gimana gitu T : Ada, kalo aku ya. Kalo buat tiap episode? aku tu yang ya itu pengennya tu yang R : Heemm.. Kita cari yang sebenernya pengen menarik, yang paling
evaluasi lah. Terus scheduling sama nentuin tema yang mau digarap apa lagi. Gitu sih paling, sama tapping, misalnya tapping mau kapan nih temanya apa yang mau diangkat sama liputan yang uda jadi apa yang mau di tapping in.
biasanya di hari jumat kalo tidak ada liputan. Rapat itu isinya macemmacem, pertama konsolidasi, konsolidasi itu untuk mengumpulkan jadi biasanya aku tanya ini kemaren kendalanya apa, semuanya pada cerita. P : Oh evaluasi ya Mba?
P : Terus Mba ada strategi atau trik khusus ga sih buat memilih tema tiap episodenya? D : Tema itu juga dipilih berdasarkan aa apa namanya cukup seksi ga sih,
I : Iya evaluasi konsolidasi, pokoknya seminggu sekali lah kumpul-kumpul. Rapat itu isinya bisa evaluasi, bisa persiapan buat next nya. Jadi pertama ya evaluasi. P : Oke Mba, sekarang bisa aku tanyain satu-satu ya Mba? Jadi tadi secara umum Mba Irene uda jelasin ya. Nah aku mau tanya satu-satu ya Mba, gimana sih strategi untuk milih tema tiap
menarik yang mungkin eee… Fenomena di masyarakat seperti apa, terus itu berada di kelas apa gitu, apakah kelas sosialita, misalnya berada di P : Emang ada yang ga golongan ABG. Banyak orisinal gitu Mas? tergantung eee… Sebesar Maksudnya apa? apa ada dimasyarakat. T : Banyak, kalo fenomena Eemm…Kalo tema itu sih banci itu uda dari dulu ada. sebenernya bisa kita angkat semuanya, cuma kita memang tidak mencari yang P : Oo yang orisinal itu maksudnya yang ga pernah agak dibawah, lebih menengah ke atas. didenger, ga pernah diketahui orang, ada ternyata gitu? nyarinya yang orisinil, karna kalo orisinil itu orang pasti akan apa sih lebih tertarik.
T : Iya,yang ga pernah diketahui, nah itu biasanya pake itu buka mata, buka telinga, jadi kita itu informasi bisa dari mana aja kan. Terus yang kemungkinan kuat, banyak aktivitasnya, yang ketiga itu ee bisa menimbulkan pengaruh pada penonton
seksi tu dalam artian menarik ga sih buat pemirsa gitu. Terus sensitif ga sih, kita akan menghindari tema-tema yang sensitif misalnya soal waria itu kita masih menganggap itu terlalu sensitif. Kalo misalnya kita oh ini terlalu sensitif ni soal waria, gimana ya biar kita kemas tema itu biar tidak terlihat atau tayangannya tidak menyudutkan pihak waria ya. Nah itu fungsinya brainstorming, kita tentuin tema-temanya dan karna sekarang kan kita aa konsepnya penelusuran, ga semua tema bisa kuat untuk aa ditelusuri gitu. Misalnya tema-tema yang baru dikerjain terakhir itu kan model nude, model-model yang telanjang itu. Nah itu untuk lima segmen tayangan satu jam kira-kira mau diapain ya biar aa masuk ke
episodenya? I : Aaa gini strateginya itu tadi aku ulang ya tapi ini untuk penegasan aja. Kita harus aa bikin klasifikasi atau speknya. Program kita punya spek apa, yang pertama uniqueness, itu unik. Yang kedua apa ya langka gitu ya, terus yang ketiga lagi ngetrend aa contohnya. Terus yang keempat lagi, aaa ngetrend sama isunya lagi hangat sama juga kali ya, atau mungkin proximity atau kedekatan gitu. Proximity itu example misalnya isunya di Jakarta. Ooo masyarakat jakarta punya banyak kepentingan. Temanya kayaknya yang seperti itu lah
beraksi keren tu, terus ee seksi aja kali ya dibahas.
konsep penelusuran gitu. Karna kan kalo kita panjang-panjangin kalo membosankan kan juga jadi ga menarik gitu. Nah itu, jadi tema, tema itu dilihat dari unsur-unsur yang aku bilang tadi, aa menarik atau ngak, seksi atau ngak, sensitif ga, ee terus cukup atau ga untuk tayangan satu jam. Hmm strategi sih mungkin kayak yang tadi aku bilang ya, pertama tema yang mungkin jadi fenomena yang ada sekarang yang mungkin masyarakat belom tahu. Kayak misalnya kemaren kita baru ngangkat soal tematik seks. Tematik itu jadi kita dateng ke suatu tempat yang underground lah ya yang terselubung, yang ga banyak orang Jakarta aja belum tentu tau. Ternyata di dalemnya itu
akan disajiin aa apa ya layanan seks tapi yang bentuknya penjara, yang bentuknya rumah sakit, yang bentuknya aa sekolah. Jadi disitu ada permainan peran juga, nanti si si perempuanperempuannya ini dia akan berperan jadi apa aja terserah nanti pelanggannya dateng milih tema apa. Misalnya di penjara ya cewenya akan jadi sipir dan pelanggan akan jadi tahanannya. Nah kayak gitu kan ga ada yang tau kan, nah kita harus nangkep fenomena-fenomena baru itu atau fenomena-fenomena lama tapi punya perkembangan baru gitu. Misalnya hmm apa ya aa soal model nude, mungkin kita uda tau uda lama, tapi mungkin yang sekarang ini ada perkembangan baru nah itu yang kita tangkep gitu.
Sumber Tema
P : Nah biasanya kalo ide atau tema itu darimana aja sih sumbernya? Tadi Mas Tom bilang kan harus buka mata buka telinga, itu darimana aja sumbernya? T : Kalo saya kebanyakan dari saya sendiri, dari pengalaman dunia malam, kita ungkap lagi. oh dulu tu gua pernah one night stand. Kalo ga pengalaman sendiri pengalaman ceritacerita dari temen, terus juga yang lebih ke kalo saya tuh jarang dari internet, biasanya ambil tema besarnya apa nih, baru cari di internet. P : Hmm tapi sebenernya interner juga kepake kan kayak social media kayak facebook gitu-gitu kan jadi sumber juga? T : Iya, dari pertemanan
P : Nah biasanya tema atau ide tiap episode itu datengnya dari mana sih?
P : Oke, terus biasanya ide atau tema itu munculnya dari mana Mba?
R : Dari setiap reporter ada, dari setiap kru semuanya mengajukan eee. Mengajukan ke produser udah disetujui baru dijalanin.
D : Dari brainstorming temen-temen juga sih, atau kadang-kadang juga permintaan atasan juga bisa, tapi itu jarang banget. Kadang munculnya dari temen-temen reporter sendiri.
P : Biasanya tuh ngumpul dulu sama-sama brain storming atau gimana? R : Eee. Biasanya sih ada meeting bulanan yah, sebulan oke mau angkat temanya apa gitu nanti masing-masing ngajuin, nanti kalo disetujuin sama EP nya oke, siapa yang ngejalanin.
P : Nah itu cara nemuinnya gimana? Apakah searching atau gimana gitu? D : Kalo searching bisa, baca-baca bisa, atau karna kan temen-temen tu biasanya uda punya link gitu kan, punya fixer disini kita nyebutnya perantara gitu informan lah. Eh ada loh aa ini fantasy car misalnya yang kamu bisa layanan seks yang dilakuinnya di mobil mewah
P : Oke, terus hmm nah biasanya ide atau temanya itu tiap episode itu munculnya dari mana sih? I : Nah kalo temanya munculnya dari beragam, bisa dari riset tadi ya tak ulang ya, riset dokumen apa riset lapangan, terus abis itu dari reporter sendiri dari cameraman, terus dari fixer atau dari entah berantah apapun itu muncul dari manapun tapi ujungnya harus dicek kebenarannya bahwa disini kita tidak mengabarkan berita bohong, disini adalah sebuah fakta, fakta itu dicek dari liputan.
sumber juga nanya-nanya ke temen.
Strategi Menemukan dan Menembus Narasumber
P : Oke, trus gimana sih cara buat sampe akhirnya bisa nemu dan nembus narasumber tu gimana caranya? Itu kan hal yang susah ya, apalagi untuk yang tertutup. T : Kalo yang terbuka gampang, kita ngasi kepercayaan negosiasi, kita komunikasi yang baik dan kita ngasi ee bayaran yang setimpal kalo bisa berlipat bayarannya. Kalo yang tertutup, keberanian pertama, insting, intuisi, dan bisa apa ya ini ni target sebenernya kita
P : Terus Mas gimanan sih caranya bisa nemuin dan nembus narasumber? Strateginya gimana?
muterin Jakarta, itu bisa dari informan. Makanya that’s why kita butuh banget yang namanya link gitu, link ke orang-orang dunia malam itu tu penting banget, karna justru dari mereka lah kadang-kadang. Eh ada ini loh, oh ya dimana, gitu. P : Nah terus gimana sih Mba ada cara-cara khusus untuk bisa nembus narasumber itu?
P : Gimana sih caranya bisa nemuin dan nembus narasumber itu? Strateginya gimana Mba?
R : Aa banyak lah caranya, eee… Ya memang pinterpinter sih ya. Satu komunikasi dengan telpon eee… Atau mungkin pertama cari by online dulu yang Googling dulu ada nggak di internet gitu kan temen-temen dari mana mungkin dari komunitaskomunitas apa gitu, by Facebook atau Twitter. Eee.. Media sosial lainnya. Kalau misanya nggak ada,
D: Nembus narasumber itu kalo gini penelusuran itu kan ada dua jenis ya, terbuka sama tertutup. Kalo tertutup itu berarti sama sekali ga ada yang tau kalo sedang terjadi liputan, contohnya wisata seks. Wisata seks itu bener-bener semuanya candid, ga ada yang tau, ga pake informan, ga pake fixer. Nah itu benerbener on the spot, penelusuran tertutup. Nah
I : Aaa teknik ya, teknik menembus narasumber di semua program apapun intinya adalah satu aaa gini, seorang jurnalis atau wartwan baik itu reporter atau cameraman ataupun VD video jurnalis, menembus narasumber itu satu adalah bagaimana dia bisa menggali informasi, menggali informasi adalah meyakinkan
disini ya kita tu belum tau ini tu dimana, ini siapa, ini bagaimana, tapi kita tau nih informasi dari sini nih nanya-nanya. Nah bisa apa ya bisa ngasi kepercayaan kepada orang yang kita temui supaya orang itu bisa mengantarkan kita Masuk ke tujuan akhir kita. Jadi kalo misalkan pendekatan kita ya, susah ni nembus si ini gimana caranya ya, ngobrol lah sama tukang ojek, ngobrol lah sama orang-orang disekitar, orang-orang situ pemuda disana, terus kita kasih pendekatan sesuai dengan kebiasaan mereka. Kalo misalkan mereka ngerokok ngerokok ya kita bawa rokok aja. Ngerokok bang, eh bang tau ga sih bang itu si cewe-cewe itu emang disini banyak ya. Wah akhirnya mereka disitu antusias, kita nanya-nanya
mungkin kita punya kenalan dimana kita coba jalanjalan keliling-keliling ketempat-tempat hiburan gitu nanya-nanya dari eee… dari temen-temen yang ada dilapangan juga ya dari pergaulan lah. Hahaha.
kalo itu aa ya pinterpinternya tim liputan sih, misalnya kita pura-pura jadi pelanggan gitu, tapi tidak harus sampai eksekusi, ya kayak hmm tawar-menawar aja gtu misalnya dibawa ke kamar, kita ngobrol-ngobrol dulu. Setelah itu ga sampai hubungan seks juga kan, karna kita kan yang terpenting adalah kita mau menggali informasi dari dia, cukup sampe di oh oke berarti emang dia benerbener psk, udah informasi kita akan selesai sampai disitu. Itu kalo yang terutup, tim liputan atau kita bisa nyewa mungkin talent yang oke deh kamu aa pura-pura jadi pelanggan. Nanti dia yang akan tanya-tanya narasumbernya candid dia. Kalo terbuka, itu kita punya fixer, fixer ini yang akan memperkenalkan kita ke narasumber, oke
narasumber, mermbangun kepercayaan. Menembus narasumber ini kebanyakan kalo di dunia-dunia buletin, Sexophone itu agak beda. Sexophone itu program yang menurut aku penanganannya rada beda. Itu dibutuhkan jaringan, example kamu wawancara SBY itu harus dibutuhkan jaringan link untuk nyampe kesana. Begitu juga dengan isu sosial, contohnya gini, kita mau nanya harga cabe untuk reportase siang tayang setengah 11, jam 8 naskah uda harus selesai. Kalo kita punya link masuk pasar induk cepet kan, langsung wawancara. Tapi kalo ngak ijin ke premannya itu aja uda satu jam sendiri. Artinya, seorang
padahal dalem hati kita, kita uda dapet ni. Trus asal bisa ini juga sih jaga gesture jaga mimik. P : Nah itu yang susah ya..akting ya..bisa akting gitu. T : He eh, jago berkilah, terus jago meyakinkan orang.
narasumber tau, narasumbernya misalnya pemandu lagu plus-plus. Kita dapet informasi eh disana ada nih pemandu lagu plus-plus, dikenalin lah kan sama tim liputan. Pemandu lagu plus-plus ini tahu kita dari Trans TV, tapi konsumennya kan ga tau. Nah dengan deal yang winwin solution akhirnya yaudah kita bisa candid itu kan si PL plus-plus yang lagi lagi apa transaksi sama konsumennya gitu.
jurnalis itu yang paling penting itu adalah jaringan, jagalah jaringan itu dengan benar dan bermitralah dengan narasumber secara benar, no amplop ya. Jadi jagalah idealisme seorang jurnalis, itu kita sama sekali membangun kepercayaan narasumber berdasarkan trust, kamu percaya aku orang Trans TV jurnalis yang baik, kamu aa menceritakan sebuah fakta aku liput, jadi hubungan kemitraan berjalan. Untuk narasumber Sexophone, bagaimana menembus narasumber, nah tingkat kesulitannya tinggi. Program ini adalah program berbasic investigasi atau penelusuran. Program berbasic investigasi atau penelusuran dibutuhkan
treatment-treatment khusus yang pertama melangkah dari kantor ini sudah ada perencanaan, nah yang kedua harus punya misi example targetnya apa nah dia disini harus melakukan penyamaran dalam tanda petik. Kameranya hidden cam, kameranya ditaro dimana no, rahasia. Nah apakah ditaro di A B D C D E itu rahasia. Yang penting liputan ini adalah untuk mengungkap sebuah fakta sosial. Jelas donk ketika kita mau masuk ke tempat hiburan malam, kita mau pake kamera gede semua bubar nah gitu kan. Disini kita dibutuhkan sebuah strategi bagaimana record kamera ini aman tapi kita juga melindungi narasumber. Makanya
kita menggunakan cara blur gambar itu adalah di blur, gambar di blur itu tujuannya apa, yang pertama secara etis kita dilarang mempertontonkan ada di undang-undang penyiaran dilarang mempertontonkan gambar-gambar vulgar, ada di undang-undang jurnalistik. Nah terus yang kedua kita melindungi dari orangorang itu, karna tempat ini rawan secara sosial. Jadi kita ini bergerak yang pertama sebagai jurnalistik investigator, yang kedua kita punya hati nurani bagaimana tayangan ini di blur. Bagaimana tayangan ini jauh dari rasa ketakutan orang-orang yang ada disitu, kalo mereka tidak nyaman ya kita ga dapet
apa-apa, uda kabur duluan hahaha. Itu yang menurut aku paling harus dijaga. P : Nah itu kan tadi kalo yang mba Irene bilang itu kan yang diem-diem ya berarti, nah kalo yang terbuka gimana strategi nembus narasumbernya? I : Kalo ngomongin yang sifatnya terbuka, ada yang namanya teknik menembus narasumber. Yang pertama kita harus menguasai materi itu yang paling penting, modalnya adalah intelektual, ketika kamu menguasai materi kamu akan sejajar dengan narasumber, jangan terlalu rendah jangan terlalu tinggi. Bahasa bertutur bertanya kepada narasumber itu harus
Kriteria Pemilihan Narasumber
P : Oke, terus aa ada kriteria tersendiri ga buat pilih narasumber?
P : Ada kriteria tersendiri nggak sih buat milih narasumbernya?
P : Trus ada kriteria tertentu ga sih Mba buat milih narasumbernya?
T : Kalo tuntutan program ada. Harus yang cantik ya, seger dilihat. Tapi kalo dilapangan sendiri yang paling penting adalah orang yang cerewet dan blak-blakan. Ga peduli toh gambarnya juga di blur.
R : Eee. Harus kompeten dibidangnya yah. Di tema itu harus mengetahui benarbenar eee.. Mulai dari eee… Awal, misalnya transaksinya seperti apa eee… Apa sih namanya, sampai prosesnya itu jadi bener-bener harus mengerti dan ada pra interview juga sebelum kita liputan.
D : Aa kriteria sih pertama dia harus benar-benar berkecimpung di dunia itu, misalnya aa pemandu lagu, ya dia memang masih bekerja sebagai pemandu lagu gitu. Kalo uda ngak kan namanya mantan gitu, itu bisa jadi narasumber tambahan sih, bukan narasumber utama gitu. Tapi kalo untuk narasumber utama dia harus masih berkecimpung disitu. Kalo pelaku misalnya yang suka ikut fantasy car, konsumen fantasy car, ya dia memang harus pernah atau masih, jangan yang mengakungaku. Kita juga mislanya nih dapet info dari fixer tu
P : Pra interview itu maksudnya gimana Mas? R : Jadi sebelum, eee.. Kita eksekusi dilapangan nanti kita akan coba interview dulu, bener nggak sih mungkin jawaban-jawaban dia dari pengalaman-
menggunakan bahasabahasa yang sifatnya efektif. P : Aaa apa sih Mba kriteria buat milih narasumber? Harus narasumber yang kayak gimana sih? I : Kalo narasumber berdasarkan konten, yang pasti dia kredibel itu pasti dan di adalah pelaku atau orang yang tau persis. Kalo sampe kita salah narasumber artinya kita juga membohongi publik. Aku menaruh kepercayaan kepada reporter, maka reporter menaruh kepercayaan kepada narasumber.
pengalaman dia. Kalau misalnya dirasa eee… Benar gitu oke baru kita, kan ada juga yang bohongbohong gitu kan, cuma sekedar ngasih eee.. hahaha Informasi yang nggak bener, gitu yah harus hati-hati.
Strategi Jika Tidak Berhasil Menembus Narsumber
P : Terus Mas, apa yang dilakuin jika ga berhasil menembus narasumber? Pernah ga sampe ga nembus? T : Selama ini belum pernah. P : Dan belum pernah ketahuan? T : Belum pernah.
P : Terus apa sih yang biasanya dilakuin kalo nggak berhasil nembus narasumber? Pernah nggak sebelumnya?
disitu ada tuh aa dia suka make juga, pelaku fantasy car. Kita harus survei dulu, kita ajak ketemu, kita ngobrol, bener ga sih lo aa pelakunya, lo konsumennya jangan cuman ngaku-ngaku aja, itu harus dipastiin juga. Terus narasumber itu yang pasti dia harus komunikatif bisa diajak wawancara, karna ga semua orang bisa diwawancara dengan baik kan, mungkin grogi atau apa gitu. Itu sih. P : Apa yang dilakuin kalo ga berhasil nembus narasumber Mba? Pernah ga?
D : Hmm pernah ga ya. R : Pasti pernah yah, kalau Kayaknya sih ga pernah ya, misalnya nggak berhasil yah kayaknya ga pernah tapi diganti aja sama yang lain. kalo misalnya itu terjadi ya Dari pada resiko ke kita otomatis harus kita cut, akan lebih besar eee. Kita ganti tema. Itu uda ga aa cari narasumber lain. babibu lagi udah cut gitu, karna kita ga mungkin
P : Nah, apa sih Mba yang dilakuin kalo ga berhasil nembus narasumber? I : Nah kalo didunia investigasi, tidak berhasil itu sebuah cerita, jadi gini sampe itu gagal menembus narasumber itu juga masuk cerita didalam rundown. Tetep ditayangin, nah kalo tidak
nayangin tema topik yang ga ada narasumbernya misalnya.
berhasil menembus akhirnya berpindah kemana ya ga masalah itu juga sebuah fakta. P : Jadi maksudnya ganti tema gitu? Atau tetep di tema itu?
SDM (Kru)
P : Nah terus proses penentuan jumlah dan siapa-siapa aja SDM atau kru nya itu gimana Mas? Ada list nya gitu ya?
P : Nah biasanya sebelum liputan dan tapping itu kan ada nentuin jumlah kru terus siapa aja yang ikut, nah itu gimana Mas? Gimana
P : Kalo proses penentuan kru atau SDM yang dibutuhin untuk produksi itu gimana Mba?
I : Tetep ya kita juga liat masa mungkin bisa diperdalam lagi apa ngak, atau kalo misalnya itu baru masuk 10 persen ya ganti. Tapi kalo uda 50 persen ya kita teruskan. Justru gini ya, kekuatan dari investigator adalah perjalanan aja cerita, perjalanan dari awal sampe akhir itu sebuah cerita. P : Kalo proses penentuan kru yang ikut dan terlibat untuk liputan dan tapping itu gimana mba?
proses penentuan kru atau T : Ada itu, ya itu produser sumber daya manusianya? sama asprodnya yang menentukan. R : Eee. Tergantung kebutuhan hmm. Produksi ya. Mungkin kita butuh lighting man berapa orang, terus butuh audio man berapa orang. Biasanya sih PA nya yang menentukan. Ada request kru namanya yang harus diisi, jadi krukru yang kita butuhkan nanti kita minta berapa. Lighting nya berapa, audio berapa, enginer nya berapa gitu. Trus nanti kru yang mau dipakai diluar tim Sexophone nanti ditelepon.
D : Kalo liputan tu biasanya dua sampe tiga orang, 1 reporter, 1 atau 2 campers gitu. Aa kalo tapping itu 2 sampe 3 campers, produser sama asprod semua ikut. Karna nanti produser atau asprod akan bertugas sebagai director di lapangan gitu, terus PA ikut, karna biasanya yang nge deal lokasi itu PA. Kayak Rezki itu dia tugasnya itu, jadi that’s why dia harus ikut karna dia yang udah survei tempat segala macem kan dia. Sama reporter yang punya tema yang akan di tapping in. P : Kalo ga salah ada kru yang bukan kru asli Sexophone ya? D : Oh itu, kalo itu biasanya lighting doank, aa kalo tapping itu biasanya ada lighting man dua orang,
I : Itu Produser yang bikin. Itu dibikin sebelum tapping sebelum liputan. Aku biasanya bersama dengan PA tadi.
Peralatan
P : Kalo penentuan jumlah dan jenis alat itu gimana Mas? Good request ya namanya? T : Iya ada, nah itu pasti konfirmasi ke tim liputan, tim liputan butuh apa aja. Misalnya aku besok mau ada pengambilan di kolam renang, otomatis butuh kamera underwater kayak gitu.
Perlengkapan atau Properti
P : Terus kalo proses penentuan jenis dan jumlah peralatan yang digunain itu gimana Mas?
sama audio man, terus make up artis, sama wardrobe. Udah itu aja yang diluar news. Biasanya kamera kan kita sewa, nah itu vendor yang kita sewa kameranya suka ikut juga. P : Nah kalo soal jenis sama jumlah alat itu proses penentuan dan peminjamannya gimana Mba? Aku pernah liat form good request gitu.
P : Nah kalo untuk proses penentuan jenis dan jumlah alat itu gimana?
I : Biasanya Rangga yang R : Hmm. Jadi biasanya sih ngurus. Itu ditentukannya ada survei dulu, mungkin pada perencanaan awal. maunya dibikin seperti apa. D : Form nya? Nah itu Spec nya jelas, misalnya Di rapat operasional sebeneranya Cumi tu yang kita pake kamera EX3 biasanya dibahas ya, jadi di agak lebih tau tuh, tapi itu dengan apa aa porta jib, rapat itu ditentuin maunya biasanya dibikin kalo ga lighting nya pake dedo itu cahayanya yang seperti apa, salah tu aa sekitar seminggu dan lain-lain. nanti ketika eee. Ketahuan sampe 3 hari sebelum kontennya mau dibikin rencana tapping harus udah seperti apa baru kita tentuin naik keatas kan diurus. alat yang mau digunain seperti apa. P : Biasanya perlengkapan P : Biasanya apa aja atau properti yang kebutuhan kayak dipersiapkan itu seperti apa perlengkapan properti
Mas? R : Aaa. Kalo properti sih menyesuaikan lokasi ya, mungkin kita bawa bunga gitu, sebenernya untuk mengisi yang kosong juga dia area sana. Kalo misalnya bunga biasanya untuk menutupi kayak komputer-komputer seperti ini ni (sambil menunjuk komputer), sesuatu yang kurang indah gitu ya dilayar. Kalo untuk meja biasanya sih uda ada di lokasinya, kalo untuk peralatan shooting nya lumayan banyak ya, kalo untuk shooting take host nya itu pasti ada kamera porta sama kamera yang biasa yang tripod gitu yang ga moving, satunya lagi yang moving yang mini porta jib. Terus ada lampu juga, peralatan audio juga. Lumayan banyak ya.
yang dibutuhin buat produksi? I : Kalo propertinya ada dua, yang pertama kalo properti tapping Chantal itu yang pasti berhubungan sama kafekafe an itu. Paling tambah-tambah bunga apa ya atau lilin lah. Tapi kalo untuk properti di liputan sesuai kebutuhan.
Bunga dan Lilin
Kriteria Make Up dan Wardrobe
P : Ooo. Gitu Mas. Ohya, aku mau nanya penasaran deh, kenapa setiap tapping selalu ada properti bunga dan lilin? Dan selalu host nya pasti sambil minum T : Sebenernya itu adalah, aku juga uda pengen bilang wine gitu, itu apa alasannya itu sebenernya. Bunga dan Mas? lilin emang objek yang R : Hahahaha iya. Hmm. Ga bagus. Kalo bunga mungkin bisa menimbulkan harus bunga atau lilin sih efek indah, kalo lilin simbol sebenernya, cuman itu yang malam hari, redup, terus ee paling simple ya, dan dramatis. Kalo bunga buat biasanya itu di kafe pasti ada bunga, ada lilin dan mempercantik aja. ada wine gitu. Karna kalo misalnya kita berada di kafe aaa. Kalo di tampilan makanan kan biasanya besar dan aa kurang menarik ya, yang menarik itu kayak wine gitu. Kalo bunga dan lilin sebagai hiasan aja sih dan karna elegan. Karna itu yang biasa umum di kafe-kafe ya. P : Terus ada kriteria gitu ga sih Mas buat pemilihan P : Terus aku mau nanya deh, kenapa sih program ini selalu ada bunga sama lilin?
P : Trus aku mau nanya kenapa properti itu bunga sama lilin itu selalu ada ya? D : Ah hahahaha, mungkin lilin itu lambang ini kali ya lambang malam bisa, aa seksi juga kan. Tapi emang ga selalu harus ada sih, tapi itu juga jadi ciri khas. Kadang kita emang harus punya ciri khas juga kalo Sexophone itu ada lilin sama bunga. Hmm ya itu buat ini aja sih kalo aku memperindah sama kalo kadang-kadang kan kita nemuin tempat yang sepi gitu ga ada hiasannya, hiasan yang paling mudah ya itu memang kan.
P : Terus ada kriteria khusus ga sih Mba buat masalah
P : Ada kriteria khusus ga untuk memilih baju
baju, make-up, tatanan rambut gitu terutama buat host ya? R : Hmm, kalo make-up ya menyesuaikan ke baju biasanya ya, bajunya warna apa, kalo biasanya sih kita minta bajunya warna-warna cerah, seksi, elegan gitu kan. Seksinya ga norak tapi elegan masih pantas dipake.
baju dan make up? Kenapa harus seperti itu?
dan make up?
I : Nah kalo baju, semuanya ditentuin sama D : Kalo baju karna memang kita kan identiknya ini ya sama wardrobe. Wardrobe biasanya ada program seks ya, kalo yang ikut, make up juga. pakaian tertutup juga ga Ya karna tayang malem lucu gitu ya, karna jadi disesuain sama infotainment aja pake bajunya, dan ini program bajunya kebuka kan gitu. dewasa, jadi agak Tapi memang aa kita juga terbuka tapi tetep sopan ga yang tiba-tiba kebuka banget gitu. Karna tayangan yang pasti kita ikut standar broadcast. tu kan diawasi sama KPI, kadang-kadang KPI tu suka protektif sama kita ga boleh ini ga boleh itu, jadi kita cari yang aa cukup elegan pasti elegan tapi ga seronok gitu. Karna Chantal juga orangnya kan emang udah inner inner apa namanya aa sex appeal nya dia kan udah tinggi gitu ya. Jadi sebenernya pake baju yang terbuka sedikit aja itu uda keluar banget seksinya dia gitu. Sama make up, kalo
Riset
P : Nah biasanya ada riset nggak sih sebelum tapping dan liputan?
P : Nah kan pasti ada riset yah Mas, riset apa aja yang dilakuin sebelum shooting?
make up aa make up sih yang yang ga terlalu heboh ya, paling rambut juga yang penting keliatan seksinya aja sih. P : Trus Mba biasanya ada riset pra produksi ga? Yang diriset apa aja?
T : Tergantung, kalau misalkan lokasi itu dekat kita riset dulu riset lapangan, kayak waktu yang episode gigolo itu kita riset tapi tetep aja dasar bandel-bandel ketika riset langsung ambil gambar aja. Hahaha.
R: Eeemm… Pasti kalo tema sih masing-masing udah pasti riset yah. Misalnya, tema episode ini. Si reporternya pasti udah riset kan, udah riset apa dan dimana harus shooting, narasumbernya siapa, terus lokasinya dimana, apakah ada penjebakan atau misalnya eee.. Semacam wawancara doang. Ada juga riset lokasi, dimana lokasi tapping untuk Chantal dan Zoya. Kalau untuk riset lokasi itu dilihat dari bagus nggaknya terus luasnya cukup nggak, misalnya dari gambar mungkin catchy
D : Ada. Kalo riset tapping yang pasti ya lokasi, itu aja sih kalo tapping. Kalo liputan, hmm sesuai kebutuhan sih, yang pasti memang harus ada riset mendalam. Misalnya pun uda punya narasumber tetap kita harus riset juga. Misal ni kita mau ngangkat soal bachelor party, bachelor party itu sebenernya sejarahnya mulai dari mana sih, nah itu kan harus diriset data-datanya. Kita kan harus punya basic juga mau ngangkat tema ini kenapa. Itu harus diriset juga, apakah misalnya aa dulu
P : Oke Mba, terus riset apa aja yang dilakuin Mba pada saat tahap pra produksi? I : Kalo riset didunia Sexophone itu biasanya riset lapangan. P : Kalo riset lokasi yang dilakuin Mas Rezki? I : Kalo Cumi kan apa lebih ke lokasi buat tapping, riset dilakuin di internet dia liat gambar bagus, terus kontaknya nomor telepon berapa trus dicatet. Jadi fungsi reporter risetnya itu kontent, kalo Rezki sama Dewi Puspa itu lebih ke tapping, punya tugas
nggak dilayar.
masing-masing. waktu di Amerika itu ada bachelor party pesta-pesta lajang misalnya yang mengakibatkan kematian gitu, maksudnya fakta-fakta dibalik itu yang menarik, kita riset juga, kan bisa jadi poin juga yang bisa kita Masukin ke episode itu gitu. Terus riset tempat-tempat yang bisa kita datengin apa, yang ditelusuri apa, misalnya penelusuran tertutup nih, kayak si Tom kemaren ngerjain yang tematik. Di Jakarta itu aa apa tempat-tempat seks yang tematik itu dimana aja sih, itu bisa kita lihat di media-media sosial, atau mungkin di apa namanya aa mungkin di twitter ada komunitasnya. Nah yang kayak gitu harus diriset juga kan. Kayak dulu kita ngangkat tentang komunitas-komunitas yang underground, itu dapetnya
Strategi Pemilihan Lokasi Produksi (Tapping)
P : Nah kalo untuk pemilihan lokasi, kayak untuk Chantal sama Zoya Mas ada kriteria tertentu ga buat milih lokasi buat mereka? Ada lah. Satu, yang luas bisa nampung semua kru dan peralatan shooting. Yang kedua, harus punya desain interior yang eye catching. Yang ketiga, kooperatif si pemilik tempatnya. Dah itu aja.
P : Kalo untuk yang tepping Mas? Untuk yang Chantal dan Zoya itu ada strategi tertentu nggak sih untuk milih lokasi? R : Oh iya dong.. Lokasi shooting itu ya kalo bisa sih yang menarik yah eee… Kalo temanya misalnya yang romantis kita cari mungkin kafe-kafe yang suasananya romantis gitu, tapi klo temanya mungkin yang temanya penelusuran kita cari mungkin yang beda aja dari sebelumsebelumnya. Terus yang unik eemm.. Banyak varian didalamnya selain spot nya juga banyak klo bisa sih yang agak mewah gitu.
di twitter. P : Ada strategi khusus ga sih Mba buat milih lokasi shooting untuk Chantal dan Zoya? D : Kalo Chantal dulu ya, kalo Chantal sih sejauh ini biasanya kita di tempat klub-klub gitu, atau di restoran. Kalo aku pribadi menurut penilaianku, aku lebih suka tempat-tempat yang classy, yang hmm elegan, lebih ke yang elegan gitu. Ga terlalu banyak lampu-lampu dimana-mana. Kalo Zoya, aa Zoya juga sama sih, dia tapi lebih personal ya dia karna wawancara kan, jadi kita cari tempat yang kalo bisa sepi, lebih personal, atau yang sesuai sama temanya. Kalo kemaren tuh Tom yang model nude itu di studio disulap sama dia jadi kayak tempat pemotretan yang
P : Nah gimana sih strategi untuk memilih lokasi/ ini untuk tapping ya Mba untuk Chantal dan Zoya, itu apa sih kriterianya? I : Jadi gini, kalo untuk Zoya itu adalah seorang psikolog seks yang harapannya memberikan penekanan dari kasus. Lokasi pemilihannya dia akan menempel pada liputan si reporter. Example kalo ngomongin lidah sakti, maka si Zoya akan pergi ke Semarang, dia akan mewawancara dari narasumber si lidah sakti itu. Nah kalo untuk Chantal, kalo Chantal adalah seorang presenter ya, itu nge lead jadi tu tapping lokasi pemilihannya ya biasanya di kafe-kafe, tempat-
kayak gitu lah, sesuai kan sama temanya.
tempat malam kayak bar, tujuannya adalah buat nge lead atau preview opening pengantar. P : Kenapa pilih lokasi yang seperti itu Mba? I : Nah, untuk kedekatan dengan cerita, dan yang kedua adalah mempermudah artistik gambar ya, kalo outdoor malem ya kan susah gambarnya lighting nya audio nya, kalo gambargambar di indoor kan cantik, lighting nya bisa diatur. Kan gini kita itu kan buat satu program iru punya rohnya. Rohnya itu apa, oh tayangan malem tentang dunia malem oke tempatnya yang kayak gimana nih, intinya mendekatkan penonton dengan logika kenyataan.
Rundown
P : Terus ada ya ternyata rundown buat program? Ada proses pembuatannya, rundown disni Masksudnya apa? T : Rundown itu kayak susunan acara, kalo di produksi namanya itu kayak skenario lah.
P : Nah ada rundown nggak sih di program ini Mas? R : Ada, rundown itu.. Kalo untuk liputan kan uda jelas gitu ada rundownnya, segment satunya mau dibikin gambar apa, trus di segment duanya itu gambarnya seperti apa, dan seterusnya.
D : Eh sorry, aa tadi aku sempet lupa, jadi sebelum produksi itu setelah kita nentuin tema nanti reporter bertugas bikin segmentasi. Segmentasi rundown, segmen satu mau diisi apa aja, misalnya sejarah tentang bachelor party, terus segmen dua mau apa, segmen 3 4 5. Nah nanti setelah verbatim itu, baru dibikin naskah sesuai dengan rundown kalo ga ada perubahan di lapangan. Karna kan yang namanya penelusuran selalu aja ada yang ga sesuai dengan segmentasi yang kita bikin. Itu naskah untuk voice over. Nah kalo untuk tapping, naskahnya lead tapping, teaser, itu biasanya dibikin sama produser berdasarkan naskah yang dibikin sama reporter. P : Nah berarti ada ya
P : Nah ada rundown ga Mba di program ini? I : Ada rundown ya pitching itu, reporter pas pitching ke aku. Itu setelah dia riset.
pembuatan rundown?
Time Table
P : Nah, ada pembuatan time table ga Mas? T : Kadang-kadang ada, tapi sekarang kita uda tinggalin karena uda pada diluar kepala. Terus apa ya dan conditioning juga, kadang-kadang dilapangan kalo kita sesuaiin sama time table juga yah tibatiba ujan ga jadi deh. Hari ini liputan ini ini jam sekian sekian, nanti materi yang kita ambil ini ini ini ambil gambarnya seperti ini, itu tetep uda ada dibuat.
Budget
P : Terus kalo buat proses
D : Ada. P : Ada time table ga P : Ada time table ga Mas? P : Kalo time table atau Gimana pembuatan time scheduling gitu ada ga Mba? Mba? table kayak penjadwalan Gimana proses I : Time table nya gini, shootingnya? pembuatannya? kalo time table activity diary nya itu day to day R : Emm ada, ada ada. Yang D : Ada donk pasti ada. Di biasanya yang bikin bikin produsernya, tentang Sexophone semua program reporter, itu bisa jadwal shooting kapandisini ada. Aa day by day, dilaporkan ke aku bisa kapan aja sampe editing. scheduling nya day by day. Misalnya tim ini, tim nya ngak. Contoh gini, Stefani misalnya minggu ini mereka pergi ke Bandung dia survei sama riset, 6 hari, day pertama minggu depannya dia akan ngapain day kedua liputan, terus minggu ngapain. depannya lagi dia akan bikin naskah dan tapping. P : Jadi tetep ada yang bikin penjadwalan jadwal shooting ya?
P : Terus proses
P : Nah kalo soal budget
I : Ada reporter. Kadang gw sih dapet time table kadang ngak, itu ga terlalu penting ya, yang penting liputannya bagus. P : Aa kalo proses
penentuan budget Mas? Masalah budget itu biasanya gimana sih? Budget program untuk setiap episode gitu. T : Nah itu uda ada bagiannya Masing-Masing ya. Ee UPM unit production manager yang mengurus perencanaan budget. Perencanaan budget itu biasanya dilontarkan oleh produser karena produser yang lebih paham tentang biaya apa aja yang dibutuhin, biaya untuk produksi sekian, biaya untuk tapping sekian, biaya untuk bayar host sekian, aa biaya untuk pembelian-pembelian alat sekian. Nah budget itu dirinci terkalkulasi disampein ke UPM. UPM langsung ke BMA baru uangnya dikeluarin itu pun dengan persetujuan atau
perencanaan budget buat program ini kayak gimana Mas? R : Kalo masalah budget sih ada unit production manager yang menangani khusus budget ya eee. Budgetnya per episode ya, misalnya per episode berapa. Biasanya sih selalu habis dengan nominal yang tidak sama. (melihat ke arah teman-temannya) Mungkin episode ini lebih kecil, episode yang satunya lagi lebih besar, selalu fluktuatif tergantug aaa. Berat atau ngaknya narasumber yang mau dituju. Biasanya sudah disebutin liputan-liputannya seperti ini, biasanya dia sudah menganggarkan budget per bulan di awal bulan dia menganggarkan budget untuk tiap episode. Walaupun ditetapkan dari
nih, gimana proses perencanaan budget untuk produksi program Sexophone ini Mba?
perencanaan budget untuk produksi gimana sih?
I : Kalo budget kita disini ada namanya D : Kalo budget di Trans, di perencanaan budget bulanan, tiga bulanan, news ini itu per tiga bulan sampe semester. Nah kalo gitu. Jadi, itu uda untuk 3 untuk budget bulanan sih bulan. Jadi itu sebelum jangka pendek namanya misalnya budget bulan Januari, Februari, Maret itu uang muka, biasanya nanti akan dibahas di bulan UPM unit production manager itu dia akan Desember gitu. Hmm kiramemberikan ke Produser kira berapa ni budget nya, usulan budget program. satu episode butuh berapa Dia kasih draft dulu nanti nah itu uda ada budget per kita koreksi, misalnya ni tiga bulan. Makanya pas perencanaan budget itu kita Zoya oh harganya sama oke, oo ini ni naik oke, oo kan uda ngira-ngira dulu, ini dinaikin ni karna kita uda ngira-ngira sama bagian UPM. Kira-kira kalo harganya sekarang ini uda mahal. Jadi dicek liputan butuh berapa sih draft nya, disesuain sama budget nya, sekian puluh kebutuhan, nanti juta misalnya, atau untuk tapping tu butuh berapa juta Produser nanya ke kru, aa liputan berapa 6 hari sih. Itu uda ada, jadi uda cukup, nah harganya ada panduannya gitu. Kurang lebihnya segitu lah. disesuaikan juga,
Legal (Perizinan)
tidak dengan persetujuan, karena kadang yang kita ajukan 50 juta ternyata yang disetujui 40 juta. Ya kita harus siap dengan kondisi 40 juta dengan meminimalisir biaya.
awal tapi masih bisa naik turun, cuman mungkin kalo udah melebihi dari aaa. Budget yang ditetapkan sama unit produksinya aaa. Mungkin harus ada keterangan lebih ya.
P : Hmm, biasanya kalo masalah-masalah ijin gitu Mas itu suka ada sih yang harus diurus dulu ijin untuk ini ijin untuk itu?
P : Terus sebelum produksi itu di program ini ada proses mengurus masalah izin gitu ga Mas? Masalah perijinan gitu gimana prosesnya dan siapa yang mengurus?
P : Terus ada masalahmasalah perijinan yang harus diurus ga? Itu prosesnya gimana? D : Kalo perijinan, itu kan
misalnya buat narasumber berapa dan lain-lain. Nah nanti kita kembali ke UPM. Nah dari situ ke BMA nanti mereka misalnya ni satu episode berapa juta, 40 juta gitu, nanti satu episode 40 juta ada yang bentuknya untuk liputan, ada untuk tapping, sama untuk alat sewa rental. setiap baru pergi mereka yang ngurus semua, kadang ada UPM yang ikut. Kalo liputan reporter yang pegang uang, nah mereka nanti akan membawa kwitansikwitansi itu hotel apa apa, nanti dikasih ke UPM. P : Oke sip, nah kalo kebutuhan masalahmasalah perijinan gitu ada ga mba? Gimana prosesnya?
T : Kalo investigasi liputan ga ada karena diem-diem. Kalo tapping-tapping itu butuh perijinan karena kita melibatkan space atau lokasi.
Kendala dan Hambatan Pra Produksi
P : Terus apa aja kendala atau hambatan di tahap persiapan pra produksi ini Mas? T : Ada kendala jadwal tayang atau deadline.
R : Ya biasanya sih saya yang ngurus sendiri kalo masalah ijin ya. Aaa. Bikin surat perjanjian kerja sama sama mereka pemilik kafe. Misalnya, aaa. Nanti kita kirim by email suratnya, kalo mereka setuju untuk shooting disana kompensasinya seperti apa. Apa kita harus bayar atau aaa.. Ada kerja sama. Kerja sama nya itu apakah ada penulisan nama lokasi dia awal acara atau mungkin nanti di akhir acara kita tampilin logonya.
P : Terus apa sih Mas kendala atau hambatan baik secara internal maupun eksternal gitu ya selama proses persiapan atau pra produksi ini?
diurus sebelum beberapa hari sebelum tapping kan, jadi memang itu uda harus beres sebelum kita tapping. Yang biasanya survei itu Cumi kan si Cumi, jadi misalnya mau di klub ini, ada yang free ada yang mereka minta bayar. Misalnya untuk setengah hari itu kita bayar berapa, misalnya pun gratis nanti ada aa imbal baliknya, misalnya mereka minta logonya dipasang setelah acara kita di credit title namanya atau di CG yang biasanya lokasi dimana. Nah itu harus disepakati dulu, baru kita bisa shooting disitu. P : Oke, nah ada kendala atau hambatan ga sih Mba baik secara internal maupun eksternal pada tahap persiapan atau pra produksi ini?
I : Biasanya yang ngurusi si PA. P : Biasanya apa aja yang butuh perijinan? I : Perijinan yang pertama itu biasanya kan ngurusin tempat, ya standar-standar aja ya, kemaren kan si Cumi uda cerita ya. Jadi kalo yang namanya perijinan tu lebih sebetulnya kita tu menyewa tempat aa ijin, gitu aja sih.
P: Apa aja kendala atau hambatan selama tahap pra produksi ini? I : Kalo pra produksi biasanya lebih ke narasumber ya kalo
Harus segera tayang tapi kita belum punya tema. Terus kadang-kadang mau berangkat duitnya belum ada. Terus pas mau liputan A pas H min satu atau H min dua tiba-tiba sama atasan disuruh change tema. Terus, kalo kendala itu sih yang kayak kru partner kita sakit harus ganti kru lah. Terus mobil tiba-tiba ga ada pernah, malah sering.
R : Sebenernya sih ga ada kendala berarti apa-apa ya sebelum shooting. Biasanya kendala itu aaa. Lebih banyak kendala itu nanti pas proses produksinya pas aa proses liputan itu yang banyak kendala. Kalo untuk pra produksi sih mobil ya kendalanya karna emang kantor tidak menyediakan mobil hahaha. Itu doank sih hahaha, tapi bukan sesuatu yang berarti karna kan itu ketidaksiapan operasional kantor doank kan yang tidak menyiapkan mobil untuk kru. P : Kalo untuk masalah ijinijin gitu ada kesulitan atau kendala ga Mas? R : Kadang ada, karna tidak semua kafe mau aaa. Kita pakai lokasinya untuk acara kita yang tema nya seks gitu kan. Banyak kafe-kafe yang
D : Kalo kendala sih misalnya waktu molor kalo dari scheduling, hmm harusnya berapa hari 6 hari misalnya jadi molor. Terus kendala misalnya belum itu bisa terjadi karena narsumnya ternyata kabur misalnya gitu, narsumnya ternyata ga mau. Atau kita pernah ngerjain paket di Surabaya itu aa fixer nya kita ternyata ketahuan pas kita pulang dari situ ketahuan, bermasalah lah dia, akhirnya kendalanya kita harus aa apa ya liputan sih uda selesai cuma kita ga bisa buru-buru tayangin itu, kita harus jeda dulu sampe suasana reda dulu, baru kita tayangin. Karna kendalanya di program ini ya sebenernya itu di produksinya misalnya kan kita pake aa apa alatalatnya itu kamera-kamera tersembunyi. Kamera
misalnya susah ditembus, terus konten kita kan harus menggali terus kan otak ini ga boleh mati gitu kan. Itu kendala juga ya penggalian konten, penggalian narasumber. Terus untuk masalah tempat ya kadang-kadang ga boleh disewa gitu-gitu itu kan juga kendala, mahal biayanya karna biasanya kan tempattempat hiburan malem mahal gitu. Itu kendala pra produksi ya.
menolak karna kafenya itu nanti dianggap aaa. Punya image tentang aaa tempat transaksi seks gitu.
tersembunyi itu kan kita ga bisa atur kan, kalo kamera PD biasa mau kita zoom, misalnya warnanya kurang terang bisa kita atur. Nah ini kan kamera tersembunyi yauda kadang-kadang gambar yang kita butuhin ga ada gitu misalnya. Gambar yang kita butuhin ternyata ga ke record misalnya, tiba-tiba kameranya mati gitu, itu kendalanya disitu. Atau karna kita hmm penelusuran aa ditempat-tempat hiburan malem misalnya yang notabene nya ga boleh bawa kamera ga boleh bawa apa, deg-deg an nya adalah kalo kita ngelewatin security. Nah itu ya deg-degan nya disitu, karna kan kita harus nyamar lah harus apa gitu kan, hmm tantangannya disitu sih bukan kendala sih ya mungkin, tantangannya disitu.
Strategi atau Trik Untuk Melakukan Pra Produksi
P : Nah selama tahap ini aa ada strategi-strategi khusus ga sih buat merampungkan tahap pra produksi ini? Maksudya supaya tahap ini berjalan baik. T : Harus banyak ngobrol, terus sebenernya tu harus serba ideal ya. Banyak ngobrol sehingga kalo misalkan ada banyak diskusi jadi bisa nentuin solusinya bareng-bareng. Terus kalo bisa apa yang dimungkinkan akan terjadi ketika produksi sudah dipikirkan di pra produksi jadi kita bisa antisipasi, misalnya kalo narsum ga ada harus gimana, oh ternyata disekitar sana ada lagi tempat lainnya, itu sudah harus dipikirin.
P : Ada strategi atau trik khusus ga Mas dalam tahap persiapan atau pra produksi ini?
P : Nah ada strategi atau trik khusus ga sih buat apa namanya melakukan tahap pra produksi ini?
P : Terus ada strategi atau trik khusus ga sih untuk merampungkan tahap pra produksi ini dengan baik?
R : Hmm harusnya sih ada ya pasti, karna stamina pastinya tenaga itu bakal terkuras saat proses tapping sama liputan gitu. Jadi kalo misalnya pra produksi ya kita siapin segala sesuatunya dengan baik dan benar biar nanti ga jadi kendala lagi pas proses produksinya.
D : Kalo untuk liputan ya, kalo liputan mungkin sama ya, that’s why Sexophone itu sering banget ngumpul. Ngumpul-ngumpul ga jelas sih sebenernya hahaha, apa lah ngopi, terus apa ngobrol, dari situ kita bisa bisa dapet info oh disini ada ini loh. Aa terus hmm antara reporter dan cameraman itu harus saling komunikasi, reporter lo maunya apa sih gitu, gw maunya yang kayak gini gini nanti lo tolong ambil ya gambarnya yang begini begini. Jangan sampe reporter maunya kemana, cameraman maunya kemana gitu, jadinya ga nyambung gitu pas nanti reporternya nulis naskahnya begini tapi ga ada gambarnya. Nah itu,
I : Gini, setiap kendala pasti ada solusi. Terbukti semuanya tayang kan gitu. Artinya kan bagaimana kita bijak untuk mengatasi. Contohnya, kalo kendalanya itu narasumber ya bagaimana otak ini harus mencari lagi. Kalo kendalanya lebih ke teknis misalnya alat atau apa, ya bagaimana bisa membuat meminimalkan barang yang ada buat mendapatkan gambar yang bagus. Dengan alat yang minimal dapet gambar yang bagus.
Peran Informan
P : Peran Mas Tom di tahap P : Terus perannya Mas pra produksi ini sebagai Rezki di tahapan pra seorang reporter tu apa aja produksi ini apa aja Mas? Mas? R : Aaa. Pertama aku T : Untuk persiapan liputan dikasih tau temanya dulu dan liputan. Kalo yang sebelum menentukan tapping biasanya siapin lokasinya, nah jadi kalo naskah tapping. Pokoknya misalnya tema nya itu kalo di kita ini reporter tentang ini, oke aku akan
itu memang harus ada komunikasi juga antara tim liputan. Sama kita yang dikantor, produser misalnya, jangan sampe nanti kemauannya produser sama tim liputan itu beda. Atau misalnya ada kendala liputan di lapangan itu ga diceritain sama produser. Jadi begitu misalnya naskah jadi loh kok jadi begini, nah itu harus diomongin juga jadi biar biar ada kejelasan tetep ada komunikasi lah antara tim liputan itu sendiri sama produser atau yang ada di kantor. P : Nah Mba Deka ini peran dan tugasnya pada tahap pra produksi ini apa? D : Pra produksi ya? Kalo aku sih lebih ke scheduling. Terus aa gw yang bagi-bagi tim lah ya, tapi sambil ngobrol sama produser juga sih. Terus aa ga menutup
P : Kalo Mba Irene sendiri, di tahap pra produksi ini peran dan tugas Mba Irene apa? I : Kalo aku di pra produksinya lebih ke tanggung jawab, penanggung jawab sebenernya ga cuma di
merangkap jadi UPM iya megang duit, jadi PR iya, terus jadi pegang naskah iya, kadang-kadang jadi director juga iya, kadangkadang megang gambar.
cari kafe atau lokasi yang pas aaa. Untuk proses tapping nya nanti. Terus menentukan wardrobe nya aaa. Kru juga aku kan harus tahu jumlah kru yang aaa. Akan ikut dalam proses produksi mulai dari kameramen, audio, lighting, sama alat-alat yang digunakan. Alat-alat itu termasuk kamera, lampu, speck audio, properti, aaa listrik, aaa yah semuanya hahaha.
kemungkinan juga ide tema, itu sebenerya kalo ide tema dari mana aja ya, tapi kalo aku lebih kesitu sih sama hmm bikin promo misalnya naskah promo atau aa leadlead tapping itu kan biasanya yang bikin reporter juga nanti kita edit juga, edit naskah itu sebenernya bisa tugas produser atau asisten produser gitu. Cuman kalo misalnya barengan masuk ada beberapa naskah itu biasanya dibagi tugas gitu. Lo ngedit yang ini gw yang ini.
pra produksi ya tapi sampe selesai tayang. Bertanggung jawab secara hukum tuntutan ataupun secara etika. Etika tu gini, kalo sampe programku rating share nya turun gw yang kena di rapat nanti. Tapi kalo tanggung jawab sosial aku ga mau menayangkan yang terlalu esek-esek. Terus tanggung jawab hukum, lah kalo aku dituntut sama narasumber itu.
Produksi Proses Produksi secara Umum
MNH
NU P : Udah, terus sekarang masuk tahap produksi Mas. Apa aja yang dipersiapin dan dilakuin selama tahap produksi Mas? T : Kalo di produksi, mulai berangkat dari kantor otomatis kerja seoraang reporter itu ganda, multi ganda malah. Kita bisa manajemen budget sampe pulang duit itu cukup, mulai dari beli bensin, nyewa hotel, aa bayar uang saku anak-anak, bayar narasumber seperti ini, makan seperti ini, itu tugas reporter juga di produksi. Terus disisi konten, seorang reporter biasanya sangat berperan dalam penentuan timeline liputan. Timeline liputan ini seperti yang kamu bilang tadi time
RR P : Nah sekarang masuk tahap produksi nih Mas. Nah biasanya apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap produksi? Liputan maupun tapping.
DE P : Oke Mba. Nah ini sekarang mau masuk ke tahap produksi ya Mba, apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap produksi?
R : Kalo liputan sih biasanya lebih gampang ya simple ya. Kita uda janjian dulu sama narasumber dimana gitu ya, misalnya janjian di kafe A oke kita ketemu disana aaa. Kalo misalnya mau diadakan proses wawancaranya disana oke kita minta ijin mungkin sama pemilik kafe, tapi kalau misalnya tidak memungkinkan kita biasanya bawa kesuatu tempat dimana mungkin di kafe yang lebih aman nyaman terus misalnya di kantor kita misalnya
D : Kalo liputan ya hmm kalo tim liputan biasanya, kalo penelusuran itu masuk ke liputan ya persiapan itu, liputan, terus kadang mereka survei dulu survei lokasinya sekaligus penelusuran biasanya. Terus wawancara, wawancara sama narasumbernya langsung atau dengan Zoya. Itu liputan. Terus setelah liputan ya verbatim dan bikin naskah. P : Oke, kalo tapping? D : Kalo tapping pas
II P : Oke Mba, sekarang masuk ke tahap produksi ya Mba, masih secara umum apa aja yang dipersiapin dan dilakuin selama tahap produksi baik liputan dan tapping? I : Tadi kayaknya sudah ya disebutin, nanti kamu bisa ngambil-ngambil yang tadi. Intinya dalam proses produksi semua dilakukan based on fakta tidak ada rekayasa.
table. Hari ini kita ngapain aja, terus kita kemana aja, terus apa yang akan kita bahas. Itu dari hari pertama sampe hari terakhir reporter yang buat. Terus reporter itu yang biasanya sebagai ujung Tombak di liputan, orang jadi penengah antara tim lainnya dengan narasumber. Terus kita yang menjadi saksi mata dari sebuah fenomena, kita nembus ke germo ini nembus ke germo itu, kita nembus ke pelaku ini pelaku itu, si reporter jadi ujung tombaknya karena informasi yang didapetin semua sama reporter itu yang akan menjadi bekal buatan naskah nanti. Ketika reporternya ga turun total ya kurang. Produksinya kita ngatur kan dari awal kita shooting konfirmasi ke semua pihak,
ketemuan di Coffe Bean. Kalo untuk tapping itu yang lumayan lama yah, kalo soal tapping itu lebih panjang sih mulainya dari pagi-pagi harus kru call dulu yah, telponin satu-satu, audionya kumpul jam berapa misalnya berangkat jam 7 pagi. Kita harus udah pastiin semua kru itu udah ada jam 7 pagi misalnya gitukan, atau dimana gitu. Terus nanti kita dari sini baru naik mobil ke lokasi. Oke kalo misalnya dilokasi kita itu harus eee.. Nunggu, biasnya sih vendor-vendor alat udah ngehubungin kan lokasinya dimana, jam berapa gitu, jadi semua vendor kamera, lampu, listrik, genset dan segala macamnya harus udah dihubungi. Oke dihubungi biasanya mereka langsung ke lokasi untuk alat-alatnya. Pas dilokasi nanti kita harus
tapping aa biasanya kita ini dulu kan, ngatur lokasi dulu, seting-setting lah, uda oke belum dari kamera mau angle mana gitu. Terus nanti Chantalnya nanti dimana, misalnya dua episode yang episode pertama disebelah sini spot-spot nya gitu. Terus Mastiin bajunya Chantal cocok atau ngak, make up nya uda oke atau belum, sama paling aa ngasi ngasi apa namanya naskah lead ke Chantal. Itu sih paling.
selalu terbuka kalo gak kita konfirmasi ke pihak-pihak yang sekiranya menunjang materi liputan kita. Misalkan kan tertutup nih kita ga mungkin disana ada pesta ga ini ga mungkin, kita nanya ke siapa gitu pak kalo disana biasanya tempat yang nongkrong yang asik dimana pak ya? Banyak cewe-cewe geulisnya cantiknya ga? Disitulah kita menggali informasi sampe ke yang deal dan segala macem sampe pembayaran narasumber, itu reporter semua. P : Kalo proses pengambilan gambar untuk liputan itu gimana Mas? T : Kalo liputan biasanya pake kamera salah satunya kamera jam tangan yang aku pake, temen didalem
liat eee.. Liat lagi udah komplit belum. Udah ada krunya, udah ada alatnya. Udah ada kru dan alat baru kita coba untuk tapping, kameranya dimana, lampunya dimana, terus si Chantal host nya itu ada dimana. Kalo udah setting lampu, setting kamera, setting audio, mungkin ditambah properti-properti penunjang, eee.. Baru kita suap untuk proses shooting. Eee… Proses shooting nya sih tinggal jalan aja itu udah gampang sih sebenernya, tinggal nanti si Chantal bacain lead nya terus eee.. Break, ada retake-retake seperti itu mungkin kesalahan teknis atau mungkin kesalahan si Chantalnya bisa ada take 1, take 2 dan take seterusnya sampai 5 segment. Selesai, abis itu bongkaran pulang deh.
mobil pake handycam, di mobil sendiri pake kamera Go Pro di supir. Proses perekaman gambar itu uda dimulai sejak awal sampe di lokasi, perjalanan menuju lokasi atau mencari target, pas chit chat atau transaksi dengan target, pas uda show atau mainnya dengan cewe-cewe. Kan kita itu menguak sebuah fenomena penelusuran gitu, jadi dari awal sampe akhir, dari awal di mobil kita kadang-kadang uda ngerekam, lagi saat nyari kita uda ngerekam, pokoknya pengungkapan fenomena investigasi ya harus total dari awal masuk ke tempat itu ga bisa langsung putus ini akhirnya kayak gimana, harus berakhir terus sampe tujuan akhir mereka itu apa uang misalkan, ya sampe kita serahin uangnya
Set Up dan Install Alat
selesai. P : Nah itu kan liputan Mas, sekarang kalo yang tapping biasanya sebelum tapping itu ada set up dan install alat ga?gimana prosesnya? T : Jadi kita datang ke lokasi, kita pilih spot yang sekiranya kamera bisa menghasilkan visualisasi gambar terbaik di satu tempat itu kan. Oke kayaknya bagus nih disini, kamera ngadep situ, nanti objeknya ada disitu, yuk pasang, baru kamera dipasang. Nah tapi biasanya kita harus cerdas juga ketika kita menentukan satu blocking an itu kita berpikir uda untuk nyampe berapa segmen, kalo misalkan sampe closing bisa disitu atau cuma bisa dua segmen aja, nanti dua segmennya
P : Terus bagaimana sih proses untuk ngatur penempatan alatnya sebelum shooting? R : Eee… Itu sebenernya teknis sih yah, sangat gampang dipelajari gitu, mungkin warna kamera seperti apa terus nanti warna lampunya menyesuaikan. Eemmm… Biasanya sih kita pake 2 kamera, yang menurut kita paling indah blocking nya diaman gitu yah, yang paling keren menurut kita dimana. Nanti si kamera sama alat sih menyesuaikan aja penempatannya.
P : Nah, hmm biasanya sebelum shooting itu ada set alat-alat segala macem, itu biasanya kriteria-kriteria buat penempatan alatnya itu gimana Mba? D : Aa yang jelas kalo untuk satu episode itu kan kita ngambil beberapa angle, bisa sepuluh, sepuluh gabungan lead dan teaser itu kan ada sepuluh. Jadi misalnya kita harus pastiin aa ruang ini nya tu ga sempit ruang aa apa namanya framing nya ga sempit gitu. Jadi agak lebar terus ga kehalang juga gitu, background nya cukup oke atau ngak, secara framing kamera juga uda pas atau belum. Pake dua kamera itu lebih variatif, itu untuk variatif gambar sih sebenernya kalo ada dua kamera itu. Hmm jadi
P : Gimana sih proses set up dan install alat di lokasi? I : Kalo install alat biasanya yang ngerjain adalah orang-orang yang expert dibidangnya. Contohnya gini, kalo lighting maka dia akan bekerja sama dengan cameraman. Kalo audio maka dia akan bekerja sama dengan director. Dateng jadi langsung set.
ngadep sini dari arah lain. Kalo Chantal itu bisa pindah-pindah spot nya, tapi kalo Zoya satu spot aja dan diam. P : Trus yang aku perhatiin kemaren kan kalo misalkan uda nempatin alat kayak ada ngetes-ngetes alat gitu gimana Mas? T : Iya, itu dites. Pertama dites cahaya, kedua dites pergerakan kamera, pergerakan kamera biasanya mengikuti pergerakan si host. Ketika si host gerak kesana, kamera nanti akan mengikuti gitu. Nah satu lagi mengatur ini framing, framing kita bagusnya disini dites dulu coba orang ada disana bagus ga, nanti kamera yang satunya laginya objeknya disebelah mana.
misalnya nih kamera 1 close ke Chantal, nanti yang kamera lainnya bisa ngambil gerakan tangan Chantal atau mungkin ngambil Chantal dari angle berbeda, itu lebih variatif, penonton juga ga bosen kan. Bisa change kamera juga, misalnya ngomong satu paragraf kesini, paragraf selanjutnya kesini.
Setting Ruangan (Spot)
P : Nah kalo untuk setting ruangan, itu prosesnya gimana? Harus ruangan yang kayak gimana sih yang dipilih? T : Biasanya ruangan itu identik sama tema ya yang kita buat, kayak waktu di spa itu kan temanya spa plus-plus. Terus kenapa ada bunga itu ga jauh larinya dari ini dari kreatifitas timnya, dari pada terkesan kosong, lenggang ga ada aksen apa-apa, ya kita tambahtambahin, dan emang harus bener-bener enak dilihat. Makanya biasanya selalu ngedatengin anak art buat dekor. Tapi sekarang kita sendiri juga bisa.
P : Nah biasanya selain itu kan ada setting ruangannya untuk host, nah itu proses pengaturannya bagaimana Mas? R : Eee… Itu tadi kaya udah di blocking kan, jadi biar kelihatannya lebih indah ditambah fitur-fitur ornamen, atau misalnya properti tambahan aja. Kalau misalnya ada meja disitu kalo mejanya kosong kurang cantik deh gitu, mungkin mankannya diatas meja dikasih bunga atau dikasih lilin gitu-gitu.
P : Kalo proses setting ruangan atau spot shooting untuk Chantal dan Zoya itu gimana Mba? D : Kalo buat Zoya, itu biasanya cameraman nya langsung, tim liputan kan biasanya yang mewawancara, tim liputannya langsung. Jadi yang ngatur ruangan cameraman nya, biasanya itu butuh dua cameraman buat ngebantuin aa background nya mau seperti apa gitu, bantuin lighting, mereka cameramancameraman kita itu biasanya bisa lighting juga kan. Jadi mereka ngatur lighting nya kayak gimana gitu. Nah tapi kalo di tapping, kita kan bawa lightingman sendiri, itu director sih biasanya yang ngatur itu. Kameranya mau dimana, lighting nya mau kayak gimana, itu
Lighting
P : Kalo jenis lampu P : Gimana sih jenis lampu kenapa sih lampunya warna yang digunain untuk yang kuning atau merah? lighting shooting? Kenapa pake jenis dan warna lampu T : Itu lebih ke art, kita seperti itu? harus tetep kesan malemnya tetep dapet, kita R : Eee.. Kalo warna lampu ga terang benderang kayak itu sebenernya sih dari filter sinetron. Makin redup nya kan, ada warna biru, makin misterius juga. ada warna ungu, ada warna merah gitu dan segala macamnya. Jenis lampu kalo yang dipake buat Sexophone itu Cuma ada 3 jenis lampu. Ada Dedo itu
mereka dikoordinasiin sama director nya. Siapa aja sih sebenernya buat ngatur spot ruangannya, tapi kita kan aa harus minta persetujuan director juga kan, yang ngelakuin bisa siapa aja tapi. Ini cocok ga ditaro disini, oiya taro situ tu, lilinnya berapa deh disitu, karna kita harus liat di monitor kira-kira oke ngak angle nya. P : Terus, jenis lampu yang digunain itu kenapa warnawarnanya biasa merah, biru, kuning gitu Mba? D : Itu sih sebenernya selera ya, kalo gw sih memandangnya itu masalah taste aja. Kalau gw pribadi misalnya kalo kamu liat di beberapa yang terakhirterakhir ini ga banyak pake lampu yang gimana gitu. Kalo kamu ikut yang di Kemang itu cenderung
yang kecil untuk pencahayaan eee.. Ornamen-ornamen dibelakang si host biar lebih terang.
Latihan (Rehearsal)
P : Biasanya sebelum pengambilan gambar ada latihan ga sih? T : Ga ada latihan, paling host nya ngafal naskah sendiri waktu make up, terus waktu kamera masih ngatur-ngatur gitu.
Pengarahan dan Koordinasi
P : Nah biasanya sebelum shooting gitu biasanya ada pengarahan atau briefing dan koordinasi ga dari
P : Nah biasanya sebelum pengambilan gambar itu ada proses latihan gak sih Mas? Baik kru maupun talent nya? R : Kalo latihan jarang sih yah, karena mungkin kita sudah terbiasa dengan konsep ini jadi jarang sekali ada latihan, hampir nggak pernah. Si host nya mungkin dia latihan dan baca lead nya sambil make-up gitu terus sambil pake baju.
P : Nah kalo proses breafing atau pengarahan sebelum pengambilan gambar itu gimana Mas?
elegan lebih elegan gitu dan sebeneranya itu kalo taste gw itu gw lebih suka yang begitu. Bukan yang yang disini kuning, disini merah, kurang masuk sih diselera gw. P : Nah, biasanya ada proses latihan ga sebelum pengambilan gambar itu? Gimana prosesnya? D : Kalo sejauh ini ngak ya, Chantal juga uda tau apa yang harus dia lakuin. Dan dia ngapalinnya juga cepet jadi ga ada latihan-latihan.
P : Kalo proses pengarahan gitu Mba? Briefing dulu sebelum shooting baik ke talent nya maupun ke kru
P : Kalo sebelum tapping itu ada proses latihan ga? gimana proses latihannya Mba? I : Intinya sebetulnya sih perlu latihan, latihan itu bisa tidak formal, di program manapun yang namanya presenter atau si Chantal itu itu harus latihan juga, jadi harus di briefing supaya dia menguasai materi supaya yang diomongin tu benar gitu ga ngulang-ngulang.
produsernya ke kru dan ke talent juga? T : Kalo sekarang pengarahan tidak berkumpul dalam satu waktu setelah itu baru tapping, ngak. Tapi sekarang lebih ke sambil beraktivitas sambil ngarahin. Kalo sekarang jadi tinggal jalan-jalan aja. Kan ada monitor-monitor kan kamera ini bisa terlihat dalam monitor. Jadi si director di lapangan gampang untuk ngontrolnya, kamera ini angkat naik kurang atas kurang smooth gerakannya gini gini gini, ga usah datengin orangnya. Teriak aja, kalo ga teriak pake HT.
Pengambilan Gambar
P : Untuk pengambilan gambarnya itu ada trik-trik
nya? R : Itu sih ada nanti diarahin si Chantalnya mau seperti apa, muter kemana, jalan berapa langkah, nah itu biasany di breafing secara khusus sebelum di shooting.
P : Terus kalo proses pengambilan gambarnya
D : Kalo briefing aa pasti ada sih ya, paling kalo briefing tu aa tapi bukan briefing yang ngumpul gitu ngak. Jadi misalnya director nya biasanya Rangga tu, dia bilang ke lighting lightingman, gw maunya lampunya gini ya, terus nanti dia deketin campers nya ntar lo ngambilnya dari angle sini ya dari sini ya gitu jadi di briefing satusatu. Nanti misalnya bajunya yang mana nih, pilihin ya. Gitu aja sih, bukan briefing yang ngumpul gitu ngak. Karna mungkin udah program udah lama ya jadi uda biasa mereka tau apa yang harus mereka lakuin juga, jadi uda langsung-langsung aja sih sejauh ini. D : Pake dua kamera itu lebih variatif, itu untuk
P : Nah kalo untuk proses pengambilan
khusus ga sih? Kayaknya gitu ada trik atau strategi tadi karna pake dua kamera khusus gitu nggak Mas? jadi bisa dari dua angle gitu ya supaya ga bosen? R : Aaa. Itu sih insting dari seorang kameran arusnya T : Ada lah pasti. Ketika ada, harus ada dari director yang satu master, satu nya yah, mau gambarnya kamera itu harus master. seperti apa, framing nya master itu biasanya itu ee seperti apa, apa harus jalan luasan gambarnya seluruh apa harus stay disitu atau badan dan seluruh ruangan pas naskah sekian harus itu terlihat. Yang satunya nengok kesini atau kesana. lagi buat gambar-gambar Eee.. Yang pasti sih itu detil, gerakan tangan ee harusnya dibuat bervariasi, muka, langkah kaki itu agar penonton yang nonton diisi. Jadi biar gambar nggak boring. yang master tetep, tapi disela-sela omongannya dikasi gerakan bibir gitu, dan kalo bisa jangan kehilangan moment, jadi harus fokus cameraman nya.
variatif gambar sih sebenernya kalo ada dua kamera itu. Hmm jadi misalnya nih kamera 1 close ke Chantal, nanti yang kamera lainnya bisa ngambil gerakan tangan Chantal atau mungkin ngambil Chantal dari angle berbeda, itu lebih variatif, penonton juga ga bosen kan. Bisa change kamera juga, misalnya ngomong satu paragraf kesini, paragraf selanjutnya kesini. P : Trus gimana sih proses pengambilan gambarnya? ada teknik atau trik khusus ga untuk pengambilan gambar? D : Hmm ga ada teknik khusus sih ya, maksudnya aa karna itu kan pake kamera aa kok gw jadi lupa ya nama kameranya aa kamera biasa PD sama kamera hmm porta
gambar Mba itu ada triktrik teknik atau strategi khusus untuk bisa ngambil gambar? I : Jadi kalo untuk liputan itu kita itu menggunakan kamerakamera aa beberapa jenis, pake kamera yang handycam, kamera go pro, kamera hidden cam, macem-macem sih tergantung kebutuhan ya. Kalo kamera tapping pake kamera EX3.
jib ya. Nah itu ga semua cameraman bisa hmm bisa pake porta jib, makanya kalo tiap tapping harus kita harus bawa cameraman punya kita sendiri yang bisa operate porta jib itu. Kalo kamera PD itu bisa semualah, cuma kalo porta jib ga semua bisa. Nah itu, teknik-tekniknya itu kan uda diomongin di awal nih, lo mau angle nya seperti apa, yang pasti aa ga melanggar dari aa background yang udah kita tentuin gitu. Jangan yang kita uda nyiapin background disini tiba-tiba Chantalnya, cameraman nya ngambil gambarnya kesana gitu misalnya. Harus ditentuin dulu sih gambar-gambar yang mau diambil itu apa aja, angle-angle nya dari mana aja, karna kan itu dari satu tempat itu kan kita bisa pake untuk dua atau tiga
Evaluasi Shooting
Dismantle (Bongkaran)
P: Nah kalo disela-sela shooting gitu suka dilakuin evaluasi ga sih? Disela-sela pengambilan gambar.
P : Eemm.. Terus suka ada dilakuin evaluasi nggak sih disela-sela shooting?
R : Pasti sih yah, pasti ada T : Sebenernya kalo denger evaluasi kalo misalnya dirasa kurang oke produser bilang take satu gambarnya, langsung pada choose atau oke itu saat itu juga diperbaiki. sebenernya evaluasi. Cut, Tom ee kameranya jangan Pada saat proses shooting terlalu atas nanti pas ee out itu si produser berperan sebagai director, dia frame nya. Atau misalnya Mba Chantal geser kemana maunya gambarnya seperti apa, host nya nanti itu gitu, itu sudah evaluasi. seperti apa, maunya dia ooo.. warnanya kurang dilayar nih, jadi biasanya kita mendengar arahanarahan dari dia. P : Setelah selesai shooting P : Biasanya kalau udah nih, biasanya kan ada yang selesai shooting itu apa sih namanya dismantle Mas, yang dilakuin proses
episode gitu. Jadi angle mana sih yang untuk episode pertama, angle mana sih yang untuk aa spot mana yang untuk episode kedua misalnya gitu. P : Nah biasanya saat pengambilan gambar itu ada evaluasi ga Mba yang dilakukan disela-sela shooting? D : Oiya, kadang suka ada retake gitu kan. Retake itu kan sebenernya juga bentuk dari evaluasi juga kan. Oh gambar lo kurang ini nih gambar lo goyang misalnya, lo aa agak kekiri dikit deh jangan kekanan gitu. Itu evaluasi yang langsung makanya ada retake kan.
P : Kalo setelah selesai shooting itu apa aja yang dilakuin Mba? Setelah
pengumpulan alat ya, itu gimana prosesnya? siapa yang bertanggung jawab? T : Ada yang ngurus itu siapa aja yang ikhlas hahaha. Biasanya karna kan kalo Sexophone itu kamera dan audio itu uda ada petugas penanggung jawabnya dari rental. Jadi kita kalo selesai shooting tinggalin aja ke mereka. Kalo alat-alat yang dibawa dari kantor tanggung jawab si pengambil alat itu dari logistik biasanya cameraman. Jadi prosesnya itu dikumpulin, dikembalikan harus sama jumlah sama jenis-jenisnya, sama yang di logistik dites lagi, audio dicek-cek dulu, kamera dicek dulu. Tapi kalo misalkan ada kerusakan tanggung jawab si cameraman.
selanjutnya? R : Jadi kalau sudah selesai kalo di kitasih bahasa kasarnya bongkaran yah. Jadi sesudah selesai shooting nanti kan alatalatnya dibongkar lagi lampunya dan kameranya dikembalikan, kita cek lagi, biasanya tugas PA untuk mencatatnya, nah semua alat oke, kameranya dudah cukup, lampunya udah cukup oke kita selesai gitu kan pulang istilahnya.
selelsai pengambilan gambar proses selanjutnya apa? D : Biasanya kita kan harus cek dulu audionya aman atau ngak, sebelum mastiin shooting selesai. Audio aman atau ngak, gambarnya ada semua atau ngak gitu, takutnya ga ke record misalnya. Nah kita kan pake kamera EX3, EX3 ini dia ga pake kaset dia pake kayak memory gitu jadi harus di transfer dulu ke hardisc, harus ditransfer ke hardisc gitu. Jadi setelah ditransfer baru kita mastiin ada semua ngak data-datanya, barulah kita bisa pulang. P : Nah biasanya, ada proses pengumpulan dan pengecekan alat-alat ga sebelum pulang? D : Oh ada donk, karna kan kita rental tu kamera,
P : Kalo lampu Mas?
biasanya sih yang ngecek tukamg rentalnya ya, barang-barang yang kita pinjem ada atau ngak. Tapi kalo kita propertinya ada semua atau ngak gitu, terus lighting nya yang dipake tadi misalnya aa itu lengkap atau ngak, terus propertinya apa aja gitu yang dipake komplit ga gitu.
T : Kalo lampu juga sama, dari logistik juga.
Kebersihan
P : Terus kalo proses kebersihan selesai shooting itu tanggung jawab siapa saja? T : Biasanya OB, ada juga helper itu kayak pembantu umum.
Kendala dan Hambatan Produksi
P: Nah biasanya ada kendala ga sih Mas selama tahap produksi ini? Hambatannya apa? Untuk yang tapping. T : Kendala banyak. Kadang-kadang pengisi
P : Setelah alat udah beres tahap selanjutnya ngapain Mas sebelum pulang? R : Ohh biasanya sih beresberes ngebersihin lokasi. Itu sebenernya tanggung jawab kita semua cuma ada OB yang membantu. P : Nah kendala apa dan hambatan apa selama tahap produksi ini Mas? R : Eee.. Kalo untuk proses liputan kendalanya janji sama narasumber, misalnya narasumber tiba-tiba
D : Karna kendalanya di program ini ya sebenernya itu di produksinya misalnya kan kita pake aa apa alatalatnya itu kamera-kamera tersembunyi. Kamera tersembunyi itu kan kita ga bisa atur kan, kalo kamera
P : Nah, apa aja kendala atau hambatan selama tahap produksi ini Mba? I : Tapping ya presenternya susah ngapalin, ya biasa lah tapi ya no problem ga
acara baik host maupun bintang tamu terlambat, mati lampu, ruangan ternyata ga sesuai dengan standar shooting. Ternyata pas kita kesana dari sudut pandang cameraman atau produser ga pas.
ngebatalin. Itu aja sih kendala yang paling besar diliputan itu ya mungkin narasumber. Kalo misalnya tiba-tiba narasumbernya batal berarti kita harus punya back-up narasumbernya mana lagi atau ganti. Kalau untuk proses tapping nya sih jarang ada kendala paling hujan yah. Kalau hujan mungkin dilokasi eee.. Audio nya keganggu tidak gitu kan, atau misalnya ada suara-suara bising mobil gitu-gitu sih, tapi itu jarang.
terlalu kendala ya. PD biasa mau kita zoom, misalnya warnanya kurang terang bisa kita atur. Nah ini kan kamera tersembunyi yauda kadang-kadang gambar yang kita butuhin ga ada gitu misalnya. Gambar yang kita butuhin ternyata ga ke record misalnya, tibatiba kameranya mati gitu, itu kendalanya disitu. Atau karna kita hmm penelusuran aa ditempat-tempat hiburan malem misalnya yang notabene nya ga boleh bawa kamera ga boleh bawa apa, deg-deg an nya adalah kalo kita ngelewatin security. Nah itu ya deg-degan nya disitu, karna kan kita harus nyamar lah harus apa gitu kan, hmm tantangannya disitu sih bukan kendala sih ya mungkin, tantangannya disitu. P : Apa aja kendala atau hambatan selama tahap
produksi ini Mba tapping maupun liputan? D : Kalo liputan sih tadi kayaknya aku uda bilang juga ya, ee kalo kendala itu takut ketahuan, terus aa apa gambar yang kita ambil sembunyi-sembunyi itu ga ada, terus waktu yang molor, itu paling, kalo liputan itu. Atau narasumber yang belum belum ada juga. Kalo tapping kendalanya paling hmm kalo kendala tapping audionya ga bener misalnya, atau noise misalnya itu kendala tapping juga. Kebanyakan sih audio ya, misalnya audionya ini ni atau kendala kamera, kameranya kan kita ada dua kamera itu harus nyocokin warnanya harus sama. Kadang-kadang yang yang ditemuin adalah kamera yang ini ga sama dengan kamera satunya. Jadi pas
jadi loh kok beda gambarnya, loh tone warnanya kok beda gitu, itu kendala teknis sih. Lebih ke teknis. Strategi atau Trik Untuk Melakukan Produksi
T : Kadang-kadang pas kita chit chat dia tu susah banget ngomongnya kayak gimana, kita sodorin uang sodorin uang. Biasanya kamu dibayar berapa, kita tanya gitu. Kayak di episode sex in the course, kalo ga salah si pelacurnya ga mau bilang pengennya langsung maen aja padahal aku ga pengen maen, aku pengen wawancara kan. Ngapain sih nanya-nanya kayak wartawan aja, trus aku langsung bilang ee ngeles aja ya aku sebelum maen biasanya pengen ngobrol-ngobrol dulu biar nyambung, biasanya dibayar berapa, dibayar tiga ratus, yauda ini aku bayar enam ratus kita
ngobrol-ngobrol dulu. Eh jadi semangat dia gitu kan. Ada teknik-teknik yang ga kita rencanain tapi kita temuin, wah tekniknya harus kayak gini nih di lapangan, sesuai dengan kondisinya. Kalo misalkan sama pelacur yang kayak gitu kita tawarin uang langsung mau, kalo misalkan sama yang tantetante gigolo mereka kan justru yang bayar cowo kan, bukan kita. Kita justru ga bisa ee ngeliatin duit ke dia, tapi kita dandan lah sebelum liputan biar si tantenya semangat. Ya kayak gitu lah. Hahaha P : Hahaha oke sip. Berarti strategi-strategi pada saat produksi liputan itu sebenernya ditentukan dari kondisinya ya ga bisa disamain ngadepinngadepin narasumbernya,
itu sesuai siapa narasumbernya ya?
Peran Informan
T : Iya, ga bisa disamain. Akan semakin terasah ketika sering melakukan itu. Kita jadi pandai berkilah, yang awalnya deg-degan sekarang uda ngak. P : Peran dan tugas Mas Tom selama tahap produksi itu apa Mas selain untuk liputan? Untuk yang tapping apa? T : Bebas, kadang-kadang dijadiin director nya, aku kadang-kadang jadi clapper, aku juga yang ngeset ruangan itu, Masang asesoris disitu, Masang asesoris disini aku yang Masang, terus mengarahkan ini Chantal buat naskah sama mengarahkan untuk nanti ketika dia lupa atau kalo
P : Nah peran dan tugas Mas P : Nah buat Mba Deka Rezki selama tahap produksi sendiri selama tahap produksi ini, apa aja peran ini apa? dan tugas Mba Deka? R : Emm.. Banyak yah, D : Oo kalo produksi sih kalau proses produksi kan ada pencatatan sceen itu kalo liputan aku ga ada. Kan namanya clapper yaa. memang aku ga liputan kan, Clapper itu kita harus tau ee cuma ga menutup yang dipake itu take berapa kemungkinan kalau kita juga gitu kan, atau pilihannya di ikut liputan gitu. Untuk take berapa gitu, jadi harus tema-tema tertentu gw minta ada pencatatan-pencatatan bantuan lo donk, butuh ini ni atau time code nya mana cewe atau buat rame-rame nanti yang akan dipake biar nih ceritanya jadi apa gitu lebih enak di proses editing bisa aja. Kalo untuk tapping nya gitu kan. Karna kalo hmm (batuk) kalo aku misalnya nanti tidak ada biasanya kadang juga ikut
P : Kalo di tahap produksi ini apa peran Mba Irene? I : Sama juga mensupervisi. Penanggung jawab dan pengontrol jalannya produksi.
dia agak kesulitan baca naskah kita, nanti akan diganti sama kalimat yang lebih mudah.
catatan-catatan itu eee. Kita akan nyari-nyari lagi pas di editing, take berapa sih yang dipake, sementara ada 15 take gitu kan. Jadi kalo misalnya uda ada catatancatatan di naskah atau script misalnya yang dipake itu take 5 choose nya take 4 gitu kan, aa berarti kita kan uda lebih enak nanti pas proses post production.
survei sama Cumi kan, oh ini cocok ni tempatnya, nentuin tempat itu sih bagibagi ya sama Cumi. Kalo misalnya aku ga bisa nemenin Cumi, Cumi sendiri juga udah jago gitu. Kalo tapping paling aku yang nentuin biasanya bajunya yang mana cocok atau ngak, terus sama paling briefing Chantal gitu. Tapi kalo Chantal sih biasanya tinggal baca udah sih.
Paska Produksi Proses Paska Produksi secara Umum
MNH
NU P : Oke, sip Mas. Nah sekarang masuk ke paska produksi ni Mas. Apa aja yang dipersiapkan dan dilakukan selama tahap paska produksi?
RR P : Hmm. Oke Mas. Sekarang masuk ke tahap paska produksi ya Mas. Apa aja yang disiapin dan dilaukin pada tahap paska produksi?
DE P : Hmm, sip, udah sekarang lanjut ke paska produksi ya Mba. Apa aja yang dilakukan selama tahap paska produksi Mba?
II P : Nah sekarang mau masuk tahap paska produksi, apa aja yang dilakukan pada tahap paska produksi?
D : Paska produksi itu aa R : Eee.. Kalo paska biasanya udah kalo naskah T : Paska produksi yang produksi pasti sih materi udah jadi terus diedit, diedit biasa dikerjain adalah liputan dulu yah, ehh sama produser. Nah kalo aku selesai liputan reporter memberikan materi liputan. materi liputan itu biasanya tugasnya nanti ngumpulin hmm materi-materinya udah Materi liputan itu dari hasil kita masukin ke editing mana yang dipake mana ada di satu tempat belum rekaman lalu melakukan yang dibuang. Terus gitu, misalnya gambarverbatim. Verbatim itu aa gambar-gambarnya gambarnya udah udah memindahkan data hasil disinkronkan dengan kekumpul semua belum untuk rekaman menjadi tulisan. rundown yang udah dibikin masuk ke editing gitu. Nanti Semua materi itu kita tulis. pada saat presentasi pada masuk editing, semua P : Nah itu gunanya buat apa pra produksi. Oke udah ditransfer ke mesin edit ya Mas? disusun liputannya, terus dibawah baru mulai ngedit nanti baru ditempeli lagi gitu. Terus aku biasanya juga T : Buat naskah. Waktu sama eee.. Take host yang bikin jadwal aa editing kita verbatim itu kita menulis Chantal. Oke di segment kan dapet 3 hari. Nah itu semua detail percakapan, satu ada opening dan nanti dari jam segini sampe kita menulis time code nya. teaser, terus ada lead, terus jam segini mau ngedit yang
I : Paska produksi ya edit naskah, terus kan dubber, setelah dubber langsung masuk ke bawah editing, ya gitu. Editing dibawah terus ke quality control sudah.
Nah terus setelah verbatim selesai biasanya dua hari ditulis tangan abis sampe berapa lembar gitu, akhirnya nanti tulisan tangan itu aku masukin lagi ke ketikan. Nah setelah itu selesai, baru si reporter membuat naskah, naskah liputan. Naskah liputan harus sebaik mungkin karena semua hasil yang kita lakukan di lapangan berawal dari baik tidaknya sebuah naskah. Nah naskah langsung disetor ke produser, langsung di edit. Hasil gambar liputan disimpan buat dimasukin nanti ke komputer untuk editing langsung dikasih ke editornya. Jadi setelah verbatim kita merangkai naskah membuat naskah, kalo naskah itu kan gabungan antara tulisan verbatim ya percakapan dengan aa tulisan kita
teaser, seterusnya sampai closing sampai 5 segment. Eee, itu nanti kita tempelin dan digabung ke eee.. Materi liputannya, kemudian nanti eee… Kan itu kan diam yah hening gitu kan tidak ada musik tidak ada suara-suara instrument, jadi di tambahtambahin lagi suara-suara atau instumen-instrument kecil eee.. Biar lebih ee.. Hidup sih. Jadi audio nya keren suaranya juga bagus. Setelah material liputan sudah diatur sesuai rundown eee.. Materi tapping nya akan di tempel juga, ditempelin dimasukkin. Pasti Chantal itu akan ada di opening, teaser, lead, sampai closing. P : Nah biasanya kalo udah selesai editing, hasil jadi editing nya itu diapain?
segmen berapa misalnya segmen satu, terus nanti jam ini sampe jam ini segmen dua, nah itu dibikin jadwalnya juga jadi biar kita ga ga, ngasi target juga ke editornya. Editornya ada dua editor, sehari tu jadi dua editor gitu. Gitu, ngedit sih paling, ngedit sama take VO. Kalo naskah udah jadi kita take VO dulu baru naskahnya bisa masuk ke editing.
interpretasi kita. Itu dikasihin ke produser, produser ngedit naskah itu, naskah yang udah diedit langsung di dubbing. Nah setelah di dubbing itu kan berupa kaset ya berupa vo di capture Masuk ke buat ng-editing sreett. Nah barus diprosesnya sama editor. Tugas reporter, tugas asprod, tugas produser adalah supervisi menemani editor. Tapi jarang reporter yang nemenin editing, biasanya asprod atau produser. Tapi kalo buat aku itu Masih tanggung jawabku. Pokoknya di naskah itu hanya berupa ini loh, di naskah itu kita uda membentuk orang kepalanya seperti ini ada di file ini, sedemikian rupa sudah digambarkan di naskah untuk memandu editor. Udah dijelasin harus gambar dan suara apa aja
Proses selanjutnya gimana? R : Selesai proses editing, komponen-komponen itemitem yang tadi uda masuk ya semuanya, nanti diakhir acara ditambahin lagi credit title ya, sponsor gitu kan, terus ada perjanjian ga sama lokasi nanti dicek lagi mulai dari aa produsernya siapa, PA nya siapa, tim liputannya siapa, dan segala macamnya, kemudian di akhir acara nanti ada aa ucapan terima kasih ke sponsor, wardrobe, lokasi, gitu. Udah itu selesai nanti oke langsung di print ya kalo disini namanya, itu di print dalam bentuk kaset DV 126, itu nanti di print dulu, sesudah itu kita kasih ke LSF dulu Lembaga Sensor Film ya, itu sekitar dua hari sebelum tayang kita harus kirim. Nanti kalo
Strategi Penulisan Naskah
di tulisan naskah itu. Setelah selesai editing terus preview sama kalo ada yang kurang diedit lagi, kalo uda oke langsung di print, kita serahkan ke QC quality control. Setelah QC sudah oke, langsung siap tayang. Setelah QC aman, biasanya paska produksi itu promo. Kita ngurusin promonya dengan bikin running text. Kita bikin kalimat ketikannya, trus kasih ke bagian promo. Kita yang tentuin mau ditayangin kapan dan dimana, misalnya ditayangin di bioskop Trans TV. P : Nah kalo misalnya buat naskah gitu, ada strategi tertentu nggak sih Mas? Bahasanya kah, atau panjang pendeknya? Kaya gitu-gitu. T : Ada yah. Kalo teknis kalo bahasaku selalu
misalnya tidak ada kritik nanti baru kita tayangkan gitu.
P : Terus gimana sih proses pembuatan naskahnya? Buat yang Chantal dan yang voice over.
P : Kalo proses pembuatan naskahnya gimana Mba? Naskah yang dibuat juga apa aja?
R : Kalo naskah liputan sih yang tim liputan yang bikin naskah biasanya reporternya langsung bikin
D : Naskah yang dibikin itu pertama kalo uda selesai liputan ya, itu kan ada, eh sorry. Kita pake kamera itu
I : Mereka tim liputan akan membikin naskah dengan 5 segment, misal mereka membikin naskah selama dua hari, bikin naskah itu pekerjaan yang paling menjengkelkan paling bikin bete paling bikin
pengen ngegunain bahasa yang gak biasa. Justru kalau misalkan bisa gitu sebenernya kan kalau misalkan di news itu gunakan bahasa yang mudah di cerna tidak bertele-tele dan hindari kalimat majemuk bertingkat. Kalo yang selama ini yang aku kerjain selalu menggunakan bahasabahasa yang justu orang kadang-kadang mikir apa sih ini. Karna aku melihat juga siapa sih target audiens kita. Terus kadangkadang aku ngeliat film-film kalo nggak dokumenterdokumenter orang. Nah ini strategi aku juga nih aku sering perhatiin naskahnaskahnya liputan-liputan di tv-tv luar, channel-channel luar kayak national geography kan nggak ngerti bahasanya tapi keren. Langsung aku aplikasiin
naskah, nanti di edit sama produsernya. Kalo yang untuk Chantal untuk lead yah, untuk lead itu biasanya dibikin sama reporternya , nanti tetep di edit oleh produsernya. Sebelum shooting sudah harus jadi.
kan kamera PD, dari kamera PD itu otomatis dia kan ada kaset-kaset mini DV, itu harus melalui proses verbatim. Verbatim itu kita harus liat apa aja yang diomongin dijadiin tulisan. Misalnya, ada transaksi ni, dalam transaksi itu apa aja yang diomongin. Gitu juga karna kita penelusuran, itu kita kan pake kamera-kamera tersembunyi, itu juga harus di verbatim namanya. Ditulis A to Z nya apa aja yang diomongin. Baru setelah itu reporter aa bikin naskah.
cape oleh seorang reporter karna verbatim, nah verbatim itu apa cari time code sekian-sekian, semua gambar yang dihasilkan seorang cameraman dilapangan semua harus masuk dulu ke reporter.
Trik Editing
pokoknya kalo bisa tuh sering pake bahasa kiasan, bahasa orang yang harus mikir dua kali tapi sebenernya jelas. Sebenernya simpel gitu, cuma kata-katanya aja. Terus sama alurnya itu kita bisa main bolak-balik, nggak subjek objek predikat gitu terus nggak kalimat aktif. Tapi justru aku lebih banyak mainin kalimat pasif, justru mainin disitu. Kalo tulis naskah aku tuh nggak bisa diburu-buru harus tenang kadangkadang malem. Jadi strategi menulis naskah kalo bisa gaya bahasa struktur kalimat aktif itu diminimalisisr menjadi kalimat pasif, terus kalo alur itu mah sudah terbentuk dari awalnya kan. P : Oke. Oya, konsep editing P : Kalo untuk konsep nya Mas? Ada ga sih editing nya gitu ada trikstrategi atau trik-trik khusus trik atau kriteria khusus ga
P : Kalo untuk konsep editing P : Aku mau nanya nya itu gimana Mba? Ada konsep editing, konsep kriteria khusus ga buat editing nya bagaimana?
buat editing nya? T : Trik-trik khusus? Trik yang paling benar adalah tim liputan menjaga editing. Jadi kita paham benar maksud dari tulisan naskah itu seperti apa dan alurnya itu seperti apa. Ketika kita kasih tanda panah editing dibuat misterius, misteriusnya itu harus kayak gimana, tim liputan disini yang lebih tahu. Terus triktrik editing nya itu paling blur-blur gambar, kita harus jaga identitas baik suara, gambar, terus kerahasiaan lah. Udah.
Mas? Apalagi ini kan program investigasi ya Mas, terus uda gitu programnya dewasa berbau seks.
pengeditannya? Apalagi ini kan program investigasi.
Ada kriteria khusus ga buat editing? Apalagi ini kan programnya investigasi.
D : Hmm kalo memang kalo proses editing nya Sexophone itu mirip sama investigasi ya. I : Gambarnya di blur, suaranya harus dibikin Aa lebih lebih banyak R : Hmm iya harus ada muppet, lalu ada titling. detailnya yang harus kita donk. Aa ada satu yang jaga, terus harus aa benerkelupaan tadi, jadi aa si bener ditungguin gitu karna reporter ketika dia sudah selesai liputan itu dia harus kan ini konsepnya penelusuran. Narasumber bikin naskah kan. kita ga tau, kita harus Naskahnya itu nanti dia menjaga keamanan mereka harus tulis, nanti diedit juga. Jadi itu ada proses sama produser. Nah sesudah selesai naskahnya bluring sama titling. Titling itu kan suaranya nanti nanti ada biasanya akan diancurin kan, suaranya dilakukan proses dubbing, biasanya yang dubbing itu entah di bikin berat atau dicemprengin, penonton kan memang PA. aa au nyari ga tau apa yang diomongin dubber nya itu kalo di jadi harus kita bantu dengan Sexophone kan cewe yang subtitling itu, titling teks. suaranya agak berat ya menurut kita seksi mungkin P : Biasanya yang di blurgitu ya, seksi untuk blur itu yang apa sih Mba? program dewasa. Sesudah selesai proses dubbing, D : Yang di blur-blur itu ya dubbing nya nanti juga
ditempel lagi, sesudah tadi materi liputan ditempel, ditempel lagi sama aa apa sih namanya aa Chantal, take host nya nanti ditempel, nanti ditempel lagi sama suara dari dubbing naskah liputan, baru nanti ditambahin instrumen-instrumen musik gitu. Aaa. Kalo untuk kriteria editing sih sebenernya mengikuti yang ada di rundown aja, kalo untuk musik sih itu mungkin aa sama editornya sama director musiknya mungkin yang lebih paham maunya oo ini investigasi ketika misalnya ada gambarnya seorang reporter lagi lari mungkin dia mau nambahin musik yang ngejreng-jreng gitu kan. Kalo misalnya ini liputannya siang harusnya kan malam, mungkin bisa diredupin lagi cahayanya. Itu cuman main di animasi
aa pelaku, kan semua kita amankan ya identitasnya. Terus adegan-adegan yang kurang senonoh itu juga harus kita blur. Sama lokasi atau tempatnya keliatan, kayaknya gw tau deh ini dimana, nah itu harus kita biasanya kita ancurin warnanya kita jadiin item putih. Terus kita blur-blur sedikit misalnya ada ikonikon yang logo atau apalah papan nama atau apa itu kita blur.
atau di warna. P : Trus apa sih Mas gambar yang harus di blur dan suara yang harus disamarkan itu yang kayak gimana Mas? R : Kalo gambar sih yang terlalu vulgar ya, ada aturan-aturan batasanbatasan dari KPI, suara juga sebenernya ada aturan-aturan dari KPI. Tapi kalo masalah di blur atau ngaknya itu tergantung perjanjian sama narasumbernya kalo narasumbernya itu tidak mau wajahnya tampil secara vulgar, dia minta diblur oke kita blur, suaranya juga kita samarkan. Tapi kalo misalnya mereka fine-fine aja dengan suara yang tidak disamarkan dengan wajah yang tidak
Preview
P : Ohh oke oke. Terus biasanya setelah hasil jadi editing, ada preview nonton sama-sama setelah sudah layak tayang gitu ga? T : Kadang-kadang nonton. Kalo misalkan episode aku, aku selalu care ya dengan editing aku, karna itu tanggung jawab bagus dan ngaknya kan maunya kita ya. Kalo uda selesai biasanya nawarin aja mau liat ga hasilnya, kalo yang mau ya nonton bareng.
disamarkan, ga masalah. Kalo wawancara yang tertutup yang diam-diam sih itu semuanya akan di blur, karna itu kan tidak diproses pengambilan gambar dimana, tidak ada minta ijin untuk ditayangkan dimana, itu lebih samar banget. P : Terus Mas setelah editing itu yang dilakuin selanjutnya apa? R : Sesudah editing itu nanti yang melakukan proses editing kan asprod sama prouser biasanya sih kita preview lagi dari segment 1 sampai segment 5, eee kalo misalnya rasarasannya udah bagus atau misalnya ada narasumbernarasumber tertentu yang nggak mau ditampilin wajahnya secara jelas gitu, nanti kita blur atau misalnya kita samarkan
P : Nah biasanya setelah selesai editing, yang dilakuin selanjutnya apa? Hasil editing nya diapain?
P : Setelah selesai diedit, biasanya hasil jadinya kemana? Proses selanjutnya apa?
D : Kalo udah selesai, biasanya di preview dulu kan, aa biasanya kita dulu nih produser, produsernya sama tim liputan nanti preview oh kurang ini nih tambahin.
I : Di Preview, pasti ada aku ya, ada aku ada asprod terus di preview sama atasan aku EP. Kalo ga ada EP ya Kadept, itu bareng-bareng. Nanti setelah itu kita ke QC quality control, uda akhirnya tayang.
secara warna agar orangorang tidak mengenali mereka. P : Hmm ada kayak quality control gitu ga Mas?
Quality Control
R : Iya, itu sih sebenernya sama aja pas kita kirim ke LSF aa kita akan kasi lagi ke library, nanti di library itu ada proses QC di master on air. Nah mereka mengecek gambar, suara, sama aa item-item lainnya apakah sudah memenuhi standar untuk aa broadcasting tv ini.
Rating dan Share
P : Nah, misalnya
P : Setelah program uda
D : Nah itu melalui ininya dia dulu aa apa QC nya dia dulu quality control nya produser. Nanti kalo udah baru ke eksekutif produser Mas Memet biasanya. Nanti ada perubahan ga, misalnya minta ditambahin ini, dikurangin yang ini, setelah itu baru kita print, print ke kaset aa baru kita masukin ke LSF sama ke quality control Trans TV.
P : Kalo yang ke LSF itu mba?
P : Di quality control itu juga ada proses pemeriksaan lagi?
I : Ooo kalo LSF tu bagian yang harus di print, jadi kita itu setiap episode diprint 3 kasetnya. Kita kasih ke library baru dari library ke LSF, satu ke LSF, lalu ke QC dan satu lagi ke master edit. Master edit itu adalah nanti kalo misalnya dipake lagi, master edit itu ke library.
D : Iya ada yang meriksa lagi, yang mana nih kayaknya terlalu ini vulgar harus di ubah lagi. Dibalikin ke kita, nanti kita edit lagi, baru kalo uda aman baru bisa tayang. P : Sip Mba. Nah setelah
P : Setelah uda tayang,
programnya uda tayang ni, terus rating sama share keluarnya pada saat kapan? T : Besoknya, cuman belum ada yang seluruh kota, tapi baru cuman tiga kota aja.
Evaluasi Kesseluruhan
ditayangkan, itu hasil rating share nya keluar kapan?
R : Biasanya sehari atau dua hari sesudah tayang. Yang terima itu biasanya dari programming ya. Programming nanti kayak kirim email ke aa RCD disini, nanti RCD yang akan aa menyampaikan ke produser berapa rating dan share nya. P : Setelah itu ada evaluasi P : Kalo uda keluar gitu rating share nya uda tayang, program ga secara ada evaluasi program secara keseluruhan? keseluruhan ga? R : Kalo evaluasi secara T : Ada evaluasi. Cuman itu keseluruhan itu sih paling sih aa emang gaya kita pada kita ngadain rapat selengean kali ya ga selalu mingguan atau bulanan sih harus dituangkan dalam rata-rata ya. Tapi kalo meja rapat. Kadang-kadang hanya untuk satu episode. kalo ngobrol-ngobrol biasa Ooo tadi malem misalnya ada yang kurang-kurang juga uda sambil evaluasi. biasanya evaluasi masingSiapa aja bisa buka pembicaraan buat evaluasi. masing dari produser ke
program uda ditayangin, biasanya rating sama share itu keluarnya kapan?
rating dan share keluarnya kapan?
I : Besoknya langsung D : Kalo kita kan tayangnya itu yang daily, kalo hari Kamis, hari Jumat juga yang weekly setiap hari uda keluar sih share dan rabu. rating tapi untuk 3 kota. Kalo untuk 10 kota itu next week nya hari Rabunya.
P : Biasanya kalo uda keluar rating dan share nya itu ada evaluasi program ga sih secara keseluruhan? D : Ada sih. Kalo misalnya kok bisa tinggi, kenapa ya, oh ternyata penonton tu suka yang begini begini. Aa kok bisa rendah ya kenapa ya, dicari juga, oh ternyata penonton tu ga suka kalo tema-tema yang sensitif misalnya waria gitu mereka
P : Setelah rating dan share itu keluar biasanya ada evaluasi program secara keseluruhan ga? I : Ada, itu kalo biasanya yang care sama rating share biasanya yang paling berkewajiban adalah Produser. Kita evaluasi grafik penonton, kan itu ada grafiknya, disitu
Nah enaknya di kita itu ya itu ga terlalu formal, kecuali ada hal-hal yang substansial yang berhubungan dengan konsep, yang berhubungan dengan kebijakan itu biasanya kita tentukan di meja rapat.
tim yang liputan itu aja. Kalo yang kumpul besar itu yang tadi yang rapat pas pra produksi tadi, nah itu akan dibahas semua unegunegnya disitu, terus kalo hanya untuk itu hanya sekedar omongan lepas aja sambil kerja gitu.
tu ga suka. P : Selain evaluasi dari rating share ada evaluasi dari budget juga ga Mba? Misalnya ternyata liputan budget nya melebihi dari perencanaan awal gitu.
D : Oo bisa juga sih, tapi biasanya itu sama bagian P : Yang dibicarain waktu evaluasi program ini itu apa keuangan kan UPM, sama produser sih biasanya. Itu aja Mas? kenapa kemaren bisa over misalnya. Karna kan R : Hmm mungkin ada aa penelusuran kita ga tau, apa ya, ada mungkin kadang kita ga bisa kita gambar-gambar yang cuma bisa kira-kira aja kurang bagus, atau misalnya terlalu vulgar, keluarnya segini, pas di atau misalnya blur nya lapangan oh ternyata kurang kurang, ya banyak, gitu. pastinya akan dibahas secara detail disitu. P : Kalo dari hasil rating dan share itu juga dijadiin evaluasi ga?
kita akan mempelajari strategi rundown. P : Biasanya kalo evaluasi program gitu gimana mba? Apakah rapat ngumpul? I : Kalo pas ga ada orang ya ga rapat cuma berdua sama Rangga aja. Tapi kalo pas kumpul ya kita evaluasi. P : Nah kalo itu kan evaluasi berdasarkan rating share, kalo seandainya ada over budget itu juga dijadiin evaluasi ga? I : Iya, itu pasti dijadiin evaluasi.
R : Itu hanya evaluasi untuk sekilas ya, karna itu kan fluktuatif banget ya aaa. Karna penonton itu mungkin kita lihat lagi disitu penontonnya di jam seperti itu siapa, apakah abg, atau misalnya anakanak, atau orang-orang dewasa, nanti itu dievaluasi. Tapi evaluasi secara mendalam itu berada di tim dulu. P : Nah kalo misalnya budgetnya berlebihan, lewat dari budget yang seharusnya itu dievaluasi juga ga?
Kendala dan Hambatan Paska Produksi
P : Terus selama tahap paska produksi ini ada hambatan atau kendala gitu ga Mas? Apa aja?
R : Itu di evaluasi bulanan yang biasanya di rapatkan dalam sebulan sekali. P : Apa aja kendala dan hambatan selama tahap paska produksi? R : Paska produksi, hmm
P : Ada kendala atau hambatan ga Mba selama tahap paska produksi ini? Apa aja?
P : Apa sih kendala atau hambatan pada saat tahap paska produksi ini?
T : Kadang-kadang ketika kita nungguin editing tapi kita terbentur sama jadwal liputan harus liputan. Terus kadang-kadang urusan manusiawi lagi capelah, kalo uda cape itu kadangkadang males pengen istirahat aja, jadi editing diserahin ke editor nanti aa ketika finishing kita baru dateng. Terus alat kadangkadang rusak, kadangkadang ilang.
Peran Informan
kurang lebih apa ya, mungkin jadwal kali ya, karena proses editing disini kan 24 jam gitu. Dan kita harus nungguin, sementara kru nya ini sangat sedikit, jadi ya kita hahaha harus secara bergantian, fisik sih ya harusnya. Sehari kan 24 jam jadi kalo misalkan dibagi 3, masing-masing dapet 8 jam satu orang, sementara kadang kru nya kita cuman tinggal dua. Jadi kita ya harus berbagi seperti apa berapa jam satu orang dampingin editor.
P : Nah peran dan tugas Mas Rezki di tahap paska produksi ini apa?
D : Kalo paska tu paling misalnya teknis sih, alatnya tiba-tiba nge hang gitu jadi otomatis proses paska produksinya jadi over duration gitu. Misalnya harusnya selesai 3 hari jadi molor, sering begitu. Karna memang kan editing nya ini harus bener-bener ditungguin gitu, ya dilepas untuk beberapa waktu aja. Tapi harusnya memang ditungguin terus pas titling, bluring, itu tu harus ditungguin banget. Itu sih molor itu salah satu kendala juga sih, molor sama itu subtitling dan bluring itu kadang-kadang karna butuh waktu ekstra buat itu. P : Di tahap paska produksi ini peran Mba Deka apa?
I : Paska produksi kalo rating share turun gitu aja sih, kalo rating share itu kan dampak sosial. Ada juga kendalanya di editing, misalnya mesin editing nya ngehang. Jadi aa kendalanya ketika kita nge blur tiba-tiba hang, terus pas subtitling hilang karena kendala teknis komputer. Lebih ke mesin rusak jadi molor lah.
P : Terus pada tahap paska produksi ini, peran Mba Irene apa?
D : Aku yang jagain, jagain R : Aaa.. Mengetahui terus potong durasi sih I : Kurang lebih sama, proses editing sejauh mana, paling. Aa kita kan durasinya tapi posisiku lebih terus eee… Credit title nya itu sekitar 40 menit paling lebih penting di
komplit atau nggak, ada sponsor yang belum masuk ngak disitu, terus pengiriman ke LSF juga gitu sampai ke master on air.
Analisis SWOT Kekuatan (Strength)
MNH P : Kalo menurut Mas Memet, kekuatan dari program ini apa Mas? M : Yang pertama itu host nya ya, Zoya itu kan Master psikologi untuk seksual. Jadi memang menurut saya dia satu-satunya orang yang punya gelar Master di Indonesia. Yang bener-bener bisa ngomong seks ini Zoya. Kemudian kalo bentuknya investigasi seperti sekarang, menurut saya Trans
NU P : Nah, aku mau tanya soal Analisis SWOT program ini ni Mas, yang pertama apa sih kekuatan atau kelebihan program ini dibanding program lain?
tayangan, aa tayangan bersihnya, itu kadangkadang bisa sampe misalnya 50 menit otomatis kita harus potong 10 menit.
RR P : Terakhir deh Mas, aku mau tanya tentang analisis SWOT program ini. Yang pertama apa kekuatan program Sexophone ini?
DE P : Oke, sekarang aku mau tanya tentang analisis SWOT program ini Mba, apa sih kekuatan program Sexophone ini?
D : Kalau strength R : Hahaha. Kalo nya ini, aku pikir T : Bisa dibagi-bagi, program yang sejenis secara durasi ini kekuatan di program ga ada di stasiun tv program paling panjang ini berarti ada di manapun ya. Paling di antara program temanya yah. kalaupun ada mereka sejenis satu jam terus Temanya itu mudah nyerempet-nyerempet dikemas secara, eee… dimengerti atau program lain itu yang dipahami masyarakat dan ga berani sejenis nggak ada unsur tidak jauh dari mereka seberani kita gitu. Kalo kamu liat dari investigasinya, mereka gitu. Karena kalau tema-temanya kita lebih ke life style. misalnya untuk yang
paska. Karna disitu potong durasi, sampe memutuskan kelayakan, sampe menseleksi gambar.
II P : Oke, pertanyaan terkahir ni Mba Irene, aku mau tanya soal analisis SWOT dari program. Kekuatan program Sexophone ini apa Mba? I : Kekuatan program ini kalo menurut aku tayangan unik ya, jadi liputannya kan informasi tentang dunia malam dunia seks dunia abu-abu, tapi mencoba ditampilkan dengan cara investigasi.
punya pengalaman investigasi yang bisa dipertanggungjawabkan ya, kita punya reportase investigasi yang sangat terkenal. Kita juga dulu punya fenomena yang pernah membahas dunia malam dengan luar biasa bagus. Menurut saya, kelebihan-kelebihannya itu. P : Kalo dari segi content Mas? Kekuatan dari segi content? M : Menurut saya sih tema ya. Temanya itu yang benar-benar baru yang menarik terjadi dimasyarakat sekitar. Misalnya kayak fantasi car yang di Alphard, terus pemandu plusplus. Jadi tema atau sesuatu yang belum
Kelebihan dari program ini ada informasi dari pakar psikologi seks. Kalau sekarang tergali aktivitas jurnalistik investigasinya ketika penggambaran tim atau seorang reporter saat menelusuri sebuah fenomena, mulai dari riset komputernya aja itu udah ada gambarnya, mulai dari nelpon-nelpon narasumber. Kalau dulu Fenomena itu langsung kedaging-dagingnya, karena kan cuma setengah jam terus nggak ada pakar.
biasa-biasa aja penonton aku rasa sih ya udah biasa lah. Tapi untuk hal-hal baru itu justru yang diminati penonton. P : Selain tema, apa lagi Mas? R : Yang pertama itu pasti di tema yah, tema yang menarik di masyarakat. Kemudian eee… Kontennya itu di tanggapi sama seksolog juga, ada psikolog seksualnya Zoya juga yang memberikan solusi apa sih yang harus dilakukan.
cukup berani gitu. Cuman tetep ada di koridor yang benar, kita ga yang vulgar, kita pilih-pilih banget gambar mana yang harus masuk mana yang ngak. Pertama dari itu sih, kekuatan program kita ga ada program sejenis yang sama. P : Program sejenis tu maksudnya yang investigasi? D : Investigasi dan soal seks itu belum ada di televisi. Hmm mungkin dulu pernah ada mirip-mirip itu Fenomena, itu dari station kita juga. Itu, kekuatannya sih itu. Kekompakan tim juga, terus kita punya host yang aa yang menarik
Bedanya apa karna dengan penelusuran. Hmm menurut aku program ini unik karena satu-satunya ya, dulu pernah kita punya namanya Fenomena. Tapi itu secara kemasan beda. Menurut aku kelebihannya sekarang ini kan trend masyarakat semakin berkembang, program ini menjadi wadah bagaimana berkembangnya seks untuk edukasi ke masyarakat. Program ini punya value bukan sekedar esekesek.
diketahui oleh Masyarakat tapi ternyata ada.
Kelemahan (Weakness)
P : Trus kalo program ini ada kekurangannya ga Mas? M : Kekurangannya adalah ketika bicara seks memang topiknya
P : Nah kalo kelemahannya ada nggak Mas? T : Kelemahannya banyak kayaknya yah. Satu kenyamanan
P : Kalau kelemahan dari program ini apa aja Mas? R : Kalau di kelemahannya mungkin di gambar
secara personal profile dia menarik si Chantal sama Zoya. Ga ada juga program lain yang menampilkan aa seksolog aa psikolog seksual kan belum ada, Zoya kan paling bintang tamu ini bintang tamu itu, tapi kan yang bener-bener di co host yang ada pakarnya itu belum ada. Jadi itu aa terus sama tema-tema kita kan juga catchy gitu kan, Sexophone gitu dari namanya aja uda catchy gitu. Itu sih kekuatannya. P : Kalo kelemahannya Mba?
P : Terus kalo kelemahannya Mba?
D : Kalo weakness nya hmm kekurangan kita apa ya, kekurangannya sih
I : Kelemahan program ini apa ya, segmented harusnya, tapi anehnya
muter sekitar itu. Ketika bicara seksualitas kan urusannya badan, kepuasan, akhirnya komunikasi hubungan suami istri, nah ratarata lama kelamaan apa yang dibicarakan narasumber kita itu ya itu, baliknya itu ke komunikasi suami istri, komunikasi lagi, terus seperti itu. Akhirnya ada pengulanganpengulangan yang kita aja udah tau jawabannya, penonton ga usah nungguin oh pasti jawabannya itu. Repetitif content kali ya. Untuk Sexophone yang investigasi kekurangannya ya adalah Masalah gambar ya. Jadi ruang nya sangat terbatas ga bisa bebas karena etika.
penonton saat menonton itu kayaknya minim yah soalnnya banyak gambar yang di blur, banyak gambar yang gelap, gambar yang bagus justru kita rusakin untuk menyembunyikan identas. Terus si penonton tuh, tapi ini juga jadi strategi sih, harus ngebaca subtitle karena suara disamarkan dan dirusak. Itu sebenernya kalau secara strategi kita menguntungkan karena bisa menahan penonton untuk stay di program kita. P : Terus ada lagi Mas kelemahannya? T : Jam tayang kali malem banget. Jam tayangnnya ngga tentu.
yang kurang banyak warna yah, gambar investigasi kan tidak terang seperti gambar-gambar yang bisa kita tampilkan secara vulgar, atau mungkin adeganadegan eee… Yang gak bisa kita tampilkan juga di layar karena eee… Ada peraturan dari KPI, jangan sampe program kita nanti dianggap sebagai program yang porno gitu kan yang melanggar aturanaturan dari KPI.
hmm gw bingung kalo ngomongin kelemahan hahaha. Kelemahannya mungkin aa ya itu kalo di proses paska produksinya eh di proses produksinya memang kadamgkadang gambargambar yang kita ga bisa dapet kan karna kekurangan gambar juga. Harusnya kita dapet kita punya alat yang lebih canggih dari yang kita punya sekarang kamera yang lebih canggih dan ga ketauan kalo itu kamera misalnya. Kalo sekarang sih emang uda ga ketauan kalo itu kamera gitu tapi mudah-mudahan dapet alat-alat yang lebih canggih lagi. Mungkin
berdasarkan data, aku gelisah penonton di data Nielsen kok banyak anakanaknya.
Peluang (Opportunity)
P : Kalo dari sisi oppurtunity-nya atau peluang untuk program ini tu apa Mas?
Oh ya negatif nya lagi bisa ini menginspirasi orang yang tadinya ngga tau disatu tempat itu ada lokalisasi kadang-kadang menginspirasi. Itu sih ngga bisa diatur sama kita yah. soalnya kan tergantung sikap dari penontonnya sendiri P : Nah apa sih peluang yang dimiliki program ini untuk bisa terus tayang?
M : Kalo menurut saya dunia malam, dunia remang-remang pasti akan disukai banyak orang. Buktinya majalah Playboy aja dicari, namanya libido, seksualitas itu kan konsep paling mendasar pada manusia ya itu. Sejak jaman dulu Nabi Adam diturunkan ke
T : Adalah pasti. Kita nyuri penonton yang masih melek jam segitu yang kebanyakannya laki-laki. Jadi ketika dikasih sodorin acara dia pasti nonton. Kalo dilihat di profil audiens penonton, kalo jam segitu itu emang penonton yang potensial atau penonton dominan
kelemahannya di alat ya, alat-alat invetsigatifnya itu.
P : Kalo untuk peluang, apa peluang pogram ini Mas? R : Peluang sih masih tetep ada ya, karena dari ukurannya mungkin aa kalo buat kita ya tetep aja dari share dan rating ya, sampe sekarang sih share dan rating kita masih stabil, berarti penonton kita juga aaa. Walaupun misalnya tidak tinggi share dan rating nya
P : Terus Mba kalo untuk peluang program ini tu apa Mba?
P : Terus peluangnya?
I : Kalo menurut aku peluangnya cukup D : Peluang aa besar tapi asal fenomena seksual itu dikemas dengan kan makin lama makin benar. Dan aku yakin berkembang, ya selalu ini berpeluang pasti akan ada terus karena ini fenomena tema yang bisa kita sosial. Selama masih angkat. Tema tu masih nafas dan manusia banyak, jadi itu ada kehidupan, isu peluangnya kita masih tentang seks itu kan tetep ada. Terus aa dipengaruhi oleh seks itu memang kehidupan, mungkin masih tabu kehidupan
dunia lalu ada Hawa disitu ada hawa nafsu, anak-anaknya berebutan sampe bunuh-bunuhan itu karena perempuan ya, perang dunia pertama terjadi karena perempuan, jadi semua karena perempuan, hahaha gara-gara perempuan, karena seks, raja-raja semua, presiden semua jatuhnya karena seksualitas. Karena merupakan kebutuhan mendasar manusia, lalu informasi.
itu laki-laki. Siapa sih laki-laki yang ngga suka dikasih tontonan berbau seks begitu kan, terbukti dalam dau bulan ini ada empat episode yang tembus target yang rating nya tinggi.
tetapi kita punya penonton komunitas tertentu yang menonton acara kita.
ya, tapi aa kita harus bisa baca fenomenafenomena itu tu memang ada gitu jadi aa kalo gw sih aa selama penonton masih suka masih tertarik kita akan terus berpeluang bikin bikin aa episodeepisode berikutnya. Kita punya host yang menurut gw menarik dua-duanya jadi program ini, masih tetep disuka gitu. Kalo hal berbau seks itu pasti ada penontonnya ya kebanyakan sih cowo ya gitu. Jadi makanya tergantung kita bisa nangkep fenomena-fenomena itu sih, jangan yang itu lagi-itu lagi karna akan bosen kan, kalo kita bisa memperbarui itu pasti bakal tetep
dipengaruhi oleh manusia dan nafas kan. Dan terus dipengaruhi juga oleh sosial ekonomi indeks. Selama sosial ekonomi indeksnya naik, orang kan ga ada kebutuhan lain selain kebutuhan itu. Jadi peluangnya besar, tapi dikemas dengan cara yang benar lah. Kalo aku, peluang bisa diciptakan oleh kita.
Ancaman (Threats)
P : Kalo ancaman bagi program ini Mas ada? M : Threat ya, threat itu banyak program sama. Antv udah bikin, lalu Trans 7 udah ada ya namanya Mata Lelaki. Artinya banyak program yang bisa juga mereka membuatnya. Terus yang kedua kalo di Trans ancamannya itu jamnya ga pasti, kadang jam setengah 1, jam 1, karena program bioskopnya maju mundur. Itu buat penonton males juga nunggunya. P : Suka kayak ada pihak yang nuntut gitu ga Mas yang jadi ancaman juga? M : Oh nuntut ada,
P : Kalo kompetitor untuk program ini Mas ada nggak? T : Kalo di yang aku perhatin kalo di SCTV itu FTV, kalo di RCTI itu Film. Tapi kan nggak sebagus di bioskop kan, terus di TV lain itu berita. Kalo saya jadi penonton saya tetep milih Sexophone juga. P : Terus selain itu ada nggak sih ancaman dari pihak luar? Biasanya sih kalo program kaya gini tuh KPI, gitu-gitu Mas? T : Kalo KPI mah pasti sering. Ancaman itu bisa ke program itu sendiri otomatis ke stasiun tv sama ancaman keselamatan.
P : Terus kalo untuk ancaman, ancaman dan kompetitor untuk program ini apa Mas? R : Kalau kompetitor aku rasa sih tidak banyak tv- tv yang punya programprogram untuk dewasa yang sejenis. Kalau ancamannya ya kita kadang harus tetep kontrol yah, karena klo sedikit lepas kontrol nanti KPI menyurati kita lagi gitu kan.
menarik sih. P : Nah kalo P : Nah kalo buat ancamannya apa ancaman ni Mba, ancaman buat program Mba? ini tu apa ya? I : Ancamannya kalo kompetitor itu biasa D : Kalo ancaman lah, saingannya ga paling aa karna kita satu genre, itu paling kan selalu dikontrol sinetron SCTV yang sama KPI. Jadi hmm malem-malem, itu semua tayangan kita itu harus bener-bener penontonnya SCTV itu gede banget yang kita perhatiin setelah FTV banyak tentang kita dapat dua kali Bali gitu-gitu. Aa surat ancaman dari KPI itu, jadi kalo yang ancaman lebih ke bagaimana kita ketiga kan otomatis punya etika, kita kita akan dibredel. Makanya itu ancaman beberapa kali diperingati KPI juga buat kita kan. karena gambarnya Karna aa kita benervulgar esek-esek. bener harus hati-hati banget, makanya itu P : Selain dari KPI yang mungkin kamu ada ancaman lain ga? bilang kelemahan weaknessnya itu Misalnya dari gambarnya itu kita narasumber. rusak segala macem
kemaren yang spa plusplus, spa nya ga di-blur tapi Masih ketahuan lokasi spa nya. Kalo ketahuan saat penelusuran, kita ga teliti ngeditnya, lalu ga teliti menyembunyikan apa identitas-identitas yang temennya saja tahu, misalnya kamu sering pake itu ya, kalo itu ga kita blur, temennya yang biasa yang kenal sama dia itu pasti akan ngerti kalo dia selalu pake itu, itu identitas yang harus disamarkan. P : Itu kan ancaman dari pihak narasumber, kalo dari pihak kayak KPI, FPI gitu ada Mas? M : KPI kemaren nuntut tentang ini, nuntutnya uda dua kali. Yang
P : Kalo ancaman dari narasumber ada nggak sih? Ya nuntut lah kan itu jadi salah satu ancaman. T : Ada terakhirterakhir kan dari ini tempat spa itu, mereka mengenali bahwa itu adalah tempat mereka, tapi klo sebenernya kalo kita lihat dilayar itu nggak kelihatan apaapa kok.
ya itu salah stunya cara untuk menghadapi ancaman gitu. Karna kita ga mau sampe ada bagian-bagian tubuh yang keliatan misalnya, jadi harus di blur sedemikian rupa dihancurin gambarnya gitu. Untuk menghindari ancaman dari KPI karna memang uda ada kan. P : Kalo ancaman dari kompetitor ada ga Mba? D : Kalo dulu sempet ada dari X Factor hari Jumat, jam tayangnya sama. Mereka mulainya lebih dulu tapi kan sampe jam duaan kan, sampe setengah dua jam dua
I : Narasumber adalah orang-orang yang dirugikan, biar tidak terjadi ancaman gambar harus di blur. P : Jadi ancaman bisa dari dari KPI maupun dari narasumber. I : Iya ancaman dari KPI dan narasumber. Tapi kan bagaimana kita mengemasnya biar meminimalkan ancaman itu.
pertama tentang three some, three some itu permainan tentang apa coba? Nah itu contentnya seperti mengajari orang yang tidak pernah.
dan itu nabrak kita. Nah itu mungkin bisa aa kalo secara eksternal sih itu ancaman. P : Kalo kompetitor yang sekarang Mba? D : Kalo yang program yang sejenis terus head to head gitu ga ada sih. Paling bola gitu, head to head itu paling bola, terus X Factor gitugitu P : Terus kalo ancaman dari narasumber gitu ada ga Mba? Kayak mungkin pihak-pihk yang nuntut lah. Katanya pernah ada yang nuntut ya Mba? D : Oh iya itu karna
pas penelusuran itu hmm lokasinya keliatan. Ah itu makanya yang gw bilang aa nge blur bener-bener harus nge blur, warnanya diancurin gitu. Karna kan kita memang aa namanya penelusuran kita kan diem-diem gitu, mereka ga tau kalo kita lagi liputan, tiba-tiba mereka nonton dan mereka tau akhirnya adalah surat itu. Profil Informan Profil Singkat Informan
MNH P : Oh oke, sekarang mau tanya profil singkat Mas Memet, nama lengkapnya siapa mas? M : Nama lengkap Muhammad Noor Hidayat.
NU P : Nah sekarang aku mau tanya profil singkat mas ya, nama lengkapnya siapa mas?
RR P : Sekarang aku mau tanya soal profil Mas Rezki ya, nama lengkapnya siapa mas?
T : Ngesti Utomo.
R : Eee..Rezki Ramgkuty.
P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahirnya
P : Tempat tanggal
DE P : Sip Mba Deka, aku sekarang mau tanya tentang profil nya ya, nama lengkapnya siapa?
II P : Nah sekarang aku mau tanya profil Mba Irene ya. Nama lengkapnya siapa mba?
D : Nama lengkapku Dian Ekawati.
I : Irene Iriawati. P : Kalo boleh tau
P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahir mas kapan? M : Oh boleh, di Pekalongan, 20 Oktober 1968. P : Mas lulusan mana mas? M : S1 Psikologi di UGM. P : Oh oke, boleh ceritain perjalanan karir kerja Mas Memet ga sampe sekarang di TRANS? M : Sebelum di TRANS saya kerja di RCTI 4 tahun, tahun 2002 masuk ke TRANS TV jadi Associate Producer. Di bulan Oktobernya jadi
mas kapan?
lahirnya kapan mas?
T : Hmmm Cilacap, 16 November tahun 82.
R : Lahir di Padang tanggal 15 Agustus 1983.
P : Mas lulusan mana? T : Aku lulusan Ilmu Keolahragaan UPI Bandung. P : Bisa ceritain ga mas perjalanan karir kerja mas? T : Aku mulai masuk Trans tanggal 4 Mei 2006 sebagai Research Creative and Development. Tahun 2007 sebagai PA dan RCD, terus tahun 2008 sampai sekarang jadi reporter News Magazine and Documentary.
P : Terus Mas Rezki lulusan mana? R : S1 Fakultas Peternakan di Universitas Andalas Padang. P : Hmmm.. bisa ceritain karir kerja mas ngak? R : Dulu Sempet kerja di Bank Danamon Padang abis tamat kuliah selama 9 bulan. Terus masuk di Trans sejak tahun 2009 sebagai Reporter dan Production Assistant. Sekarang jadi Production Asssitant
P : Kalo boleh tau tempat tanggal lahir mba kapan? D : Oh, Ambon tanggal 3 September 1984. P : Mba lulusan mana ya? D : S1 Komunikasi di UGM. P : Ceritain karir kerja nya Mba Deka donk. D : Hmm jadi aku kerja sebelumnya di Radio Swaragama Jogja dari tahun 2004 sampe 2006. Abis itu masuk ke Trans Juni 2007 jadi Reporter sampe tahun 2012. Terus dari November 2012 sampe sekarang jadi Associate
tempat tanggal lahir Mba Irene kapan? I : Oh maaf, aku kalo yang terlalu probadi ga bisa kasih tau. P : Oh gitu, iya gapapa kok Mba. Kalo aku mau tanya soal karir Mba Irene boleh? I : Oh kalo itu gapapa. Hmm aku kerja di Trans TV sejak awal tahun 2006. Sebelumnya aktif jadi wartawan di media cetak sama radio. Aku pernah membesarkan dan mendirikan sebuah NGO media namanya Lembaga Studi Pers dan Informasi di tahun 1999. Dulu juga sempet aktif
Produser berita. Lalu Juni 2003 menjadi Produser di Jelang Siang, Januari 2004 jadi Produser program Fenomena. Terus Januari 2007 sampe sekarang jadi Eksekutif Produser.
aja.
Producer.
sebagai pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Di Trans TV pertama tertarik masuk di Riset Development, baru 6 bulan menjadi kordinator risetnya, gak lama langsung jadi Asisten Produser program, banyak banget deh yang udah dilakukan mulai bikin desain program baru, dll. Pernah juga jd Kordinator Liputan Korlip Reportase dan Kordinator Daerah Korda Reportase. Pernah jd Produser lapangan live program Pulang Kampung di jalur Pantura tahun 2010 selama 20 hari live di lapangan atau jalanan. Terus
sekarang jadi Produser Sexophone.
SELECTIVE CODING
KATEGORI Sejarah Sexophone
KODE 001
QUOTE INFORMATION “Pencetusnya dari magazine TRANS TV. Ee Mas Rizal, Mas Rizal itu ditugasi oleh atasan yang ga perlu disebut ya, untuk membuat program…tentang Zoya… Idenya sih sangat ringan, bikin tu Zoya untuk tampil di TV gitu… Akhirnya menuju pada format disitu ada band ya, dialog tentang pendidikan seks tapi disampaikan secara elegan tidak murahan, ngobrolnya harus ilmiah, harus seorang yang punya keahlian dan pakar di bidang seksologi. Dan penanyanya pun harus pandai ya. Ternyata Zoya sama Chantal ini emang klik mereka, karena punya program bareng di web…namanya In Bed With Zoya…” (MNH) Jadi mereka duduk berdua ditengah-tengah pemain band, kalo bisa pemain bandnya tu muter, jadi mereka dikelilingi pemain band. Ada interaksi antara host sama pemain bass, keyboard, sama drummer ya disekitarnya itu ada penonton. Nah pada kenyataannya ternyata menghadirkan penonton itu juga tidak mudah ya…Nah akhirnya jarang terjadi interaksi antara host dengan penonton. Nah kemudian mencoba menemukan bentuk yang baru ya diantaranya dibuat magazine. Magazine itu feature bentuknya penelusuran karena memang ada fenomena-fenomena yang ada disekitar kita yang hanya bisa ditelusuri lewat
STORYLINE Program Sexophone dibuat pada tahun 2012 dan tayang perdana pada 5 Mei 2012. Awal mulanya, ide program ini dicetuskan oleh pemilik TRANS TV Bapak Chairul Tanjung. Ia menugasi Kepala Departemen News Magazine and Documentary yaitu Bapak Rizal F membuat program untuk Zoya Amirin seorang psikolog seks (seksolog). Program yang dibuat adalah program dengan format talkshow yaitu dialog tentang pendidikan seks yang disampaikan secara elegan dan ilmiah. Oleh karena itu, harus ada seorang pakar seks dan pembawa acara yang pintar. Akhirnya dipilihlah Chantal Della Concetta sebagai pembawa acara di program ini. Pemilihan Zoya dan Chantal juga dilandasi karena keduanya memiliki situs pribadi di internet yang membahas tentang seks. Format awal Sexophone adalah dialog antara narasumber, host, dan psikolog seks, dikelililngi oleh band dan penonton, yang disertai dengan interaksi antar semua pihak tersebut. Namun sayangnya, menghadirkan penonton menjadi hal yang sulit, interaksi antar semua pihak jarang terjadi, dan pembicaraan seksnya pun lama-
ya investigasi. Seperti kehidupan malam waria misalnya ya kita nyemplung kesitu, terus kehidupan yang plusplus dan sebagainya. Ternyata yang investigasi itu malah menarik dan rating-nya bagus.” (MNH) “…Jadi Sexophone ini yang saya tahu itu adalah terinspirasi dari program Fenomena...Nah makanya kan dulu-dulu banyak tuh magazine yang termasuk jurnalistik salah satunya Fenomena dulu tuh yang booming banget, dunia lain kayak gitu. Nah makanya sekarang juga pengen nimbulin lagi…Seiring berjalanya waktu, minat pasar, hasil rating dan share jadi sekarang mengarah ke bentuk investigasi penelusuran.” (NU)
Nama Sexophone
002
“Oiya konsepnya mirip itu sih karena ada sex education sama musik, musiknya itu maunya jazz. Jazz itu kan identik sama Saksophone ya, kalo kamu lihat lambanglambang jazz itu huruf J nya selalu kadang-kadang ditulis pake Saksophone. Nah jadi unik ya namanya Sexophone. Sex and Saksophone.” (MNH) “…Karena dulu tu identiknya ada penampilan penyanyi jazz dan menggunakan alat musik saksophone, dan
kelamaaan membosankan dan kurang menarik. Akhirnya format program ini diubah menjadi format program yang memiliki nilai berita lebih tinggi yaitu investigasi atau penelusuran. Format ini dipilih karena terinspirasi dari program TRANS TV sebelumnya yang berjudul Fenomena. Program yang sangat sukses pada saat itu dan memiliki rating yang tinggi. Sexophone ingin menghidupkan kembali kejayaan program Fenomena yang memuat penelusuran dunia seks. Konsep investigasi ini juga di latar belakangi karena banyak fenomena-fenomena atau penyimpangan-penyimpangan seks yang ada disekitar masyarakat, yang tidak atau belum pernah diketahui masyarakat sebelumnya, dan hanya bisa ditelusuri secara investigasi. Ternyata, format investigasi justru menarik dan memiliki hasil rating share yang lebih bagus dibanding format talkshow sebelumnya. Pemilihan kata Sexophone sebagai nama program adalah karena kata “Sexophone” diambil dari nama alat musik “Saxaphone”. Sesuai dengan format sebelumnya yaitu talkshow dan ada band. Lagu-lagu yang dimainkan oleh band adalah lagu Jazz. Alat musik Saxaphone identik dengan musik jazz. Lambang-lambang musik jazz, huruf “J” pada kata jazz banyak ditulis dengan alat musik Saxaphone yang memang berbentuk
Saksophone itu biasanya identik dengan kegiatan bercinta. Kalo misalkan dalam film-film aja suara saksophone nya, jadi kalo misalkan lagi adegan di filmfilm romantis itu misalkan kalo lagi dikamar musiknya nananana musik jazz.” (NU)
Logo Sexophone
003
“Ya itu penggabungan dua makna itu, yang satu musik talkshow diiringi sama musik, dan alat musik saksophone itu identik dengan bercinta, dewasa, dan wanita…Lambang cinta...Selain pink itu kan ungu kan lebih elegan pasti.” (NU)
Target Audiens
004
“Iya utamanya cowo, male mature, umurnya ya mungkin sekitar 21 keatas…Kalo sosialnya sih maunya
seperti huruf J. Sexophone disini berkaitan dengan sex dan saxaphone. Sejalan dengan informan pertama, informan kedua menjelaskan bahwa ada kata sex dari kata Sexophone. Dan menambahkan bahwa musik Jazz identik dengan kegiatan bercinta, karena musik jazz sering dijadikan lagu latar untuk adegan romantis. Nama atau judul program dibuat singkat agar mudah diingat dan menarik. Hal ini sejalan dengan pendapat Zettl (2009) bahwa membuat judul program harus singkat namun memorable atau mudah diingat. Logo program Sexophone terdiri dari tulisan Sexophone, gambar alat musik saxaphone dan gambar wanita. Gambar-gambar tersebut menjadi logo karena alasan program ini adalah program seks yang erat kaitannya dengan wanita, dimana target audiens utama program ini adalah laki-laki, sehingga ada gambar wanita. Lalu gambar alat musik saxaphone menggambarkan musik jazz yang identik dengan kegiatan bercinta. Pemilihan warna ungu, merah, dan pink sebagai warna logo dikarenakan warna ungu, merah, dan pink melambangkan sosok wanita dan terlihat lebih elegan. Target audiens adalah siapapun yang diinginkan paling utama menonton program acara (Zettl:
menengah keatas.” (MNH) “Kalo dari target audiens secara ekonomi pasti kalangan kelas A kelas B…dan lebih spesifiknya lagi yang sudah aa berpasangan suami istri. Kalo secara pendidikan pasti pendidikannya yang D3 S1 lah…Untuk semua laki-laki cowo-cowo pecinta dunia malam dan senang dengan kehidupan hedonis.” (NU)
Hari dan Jam Tayang
005
“Karena pembicaraannya kan tidak boleh diakses anak remaja, ga boleh diakses sama anak-anak, jadi memang harus jam 12 keatas…tadinya Jumat aja. Memang hari itu dipilih karena diujung hari kan ketika orang-orang uda cape kerja, pulang kerumah ingin rileks, bisa bangun malam karena besoknya hari libur kerja.” (MNH)
2009). Sexophone memiliki kategori target audiens utama yang dituju untuk menonton program. Target audiens Sexophone secara geografis adalah : - Sex : Pria - Umur : 21 tahun keatas (dewasa) - Pendidikan : D3, S1 - Status Ekonomi Sosial : kelas A dan B (menengah keatas) Sementara secara psikografis adalah pria pecinta dunia malam dan senang dengan kehidupan hedonis yaitu kehidupan yang menyukai dan bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan. Hari tayang Sexophone sebelumnya adalah setiap hari Kamis dan Jumat, namun perubahan format tayangan membuat program Sexophone hanya ditayangkan pada hari Kamis saja. Perubahan ini dikarenakan adanya kebijakan dari Divisi Programming TRANS TV. Selain itu karena format penelusuran (investigasi) lebih sulit dibanding format sebelumnya, proses pengerjaannya memakan waktu lebih lama dengan tingkat kesulitan dan resiko yang tinggi. Sebelumnya, hari Jumat dipilih dengan pertimbangan bahwa hari Jumat merupakan hari terakhir bekerja, maka audiens dianggap masih
Host (Pembawa Acara)
006
“Kalo Chantal itu punya beberapa kriteria. Satu dia mantan seorang anchor, otomatis dia tanda kutip lebih cerdas dibandingkan dengan presenter-presenter pada umumnya, dia kan punya basic news. Yang kedua Chantal ini sering hadir jadi sosok apa wanita seksi, kadang-kadang di majalah difoto apalagi dengan penambahan tato-tato dimana-mananya hehehe jadi keliatan seksinya. Cantik juga pasti.” (NU)
Kategori Program News
007
“…Gini, yang pertama kenapa masuk news sebenernya itu kan production type ya, ada band ada host, disitu kita menyelipkan liputan-liputan atau paket-paket video. Itu pengennya kita yang membuat dan mencari, jadi ada unsur news nya disitu. Lalu berubah menjadi investigasi
terjaga atau mampu bangun tengah malam untuk menonton Sexophone. Pemilihan jam tayang tengah malam karena Sexophone adalah program dewasa yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak. Anak-anak biasanya dianggap sudah tidur pada jam tengah malam. Host atau pembawa acara Sexophone adalah Chantal Della Conceta. Pemilihan Chantal sebagai host karena ia memenuhi kriteria-kriteria tertentu yaitu, ia adalah mantan seorang anchor yang memiliki pengetahuan dalam jurnalistik karena memiliki dasar news dibanding presenter lainnya. Yang kedua, Chantal dikenal sebagai wanita seksi yang sering berpenampilan seksi, dan memiliki beberapa tato ditubuhnya yang dianggap eksotis. Yang ketiga, Chantal memiliki situs yang membahas tentaang seks. Kriteria tersebut sangat cocok dengan program Sexophone yang membahas tentang fenomena seks, apalagi target audiens utamanya adalah laki-laki. Sehingga pengetahuan tentang seks dan daya tarik seorang host yang cantik dan seksi akan semakin memperkuat pengemasan program. Program Sexophone masuk dalam kategori program news di TRANS TV karena isi programnya memuat informasi-informasi seputar fenomena dunia seks yang berkembang secara nyata di masyarakat. Menurut Morissan (2008),
ya benar-benar jadi news.” (MNH)
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan “Ya itu, karena didalamnya memuat informasi- pengetahuan (informasi) kepada khalayak informasi kalo sekarang seputar fenomena dunia seks audiens, memberikan banyak informasi untuk yang berkembang di masyarakat secara nyata.” (NU) memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Dalam hal ini, fenomena seks yang disajikan Sexophone memberikan banyak informasi baru yang memenuhi rasa ingin tahu penonton akan fenomena seks yang terselubung. Sementara menurut Naratama(2004), program berita adalah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Fenomenafenomena seks yang disajikan Sexophone adalah berdasarkan fakta dan memang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Spencer dalam News Writing, berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca. Menurut Morissan (2008), berita adalah informasi yang penting dan atau menarik bagi khalayak audiens. Sexophone merupakan program berita karena berisi informasi yang merupakan kenyataan dan benar yang penting dan menarik bagi audiens. Dikatakan menarik karena isi programnya adalah tentang seks. Seks itu sendiri adalah hal yang sangat menarik bagi
manusia. Sumadiria mengemukakan 11 nilai berita, salah satunya adalah seks. Berita adalah seks. Seks adalah berita. Segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks identik dengan perempuan dan sebaliknya. Tak ada berita tanpa perempuan, dan tak ada perempuan tanpa berita. Di berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktifitasnya selalu layak muat, layak siar, dan layak tayang. Segala berita tentang perempuan dan seks selalu diminati, ditunggutunggu, bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada anatomi tubuh perempuan yang selalu menarik dan perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kenikmatan. Sexophone sendiri mengungkap isuisu penyimpangan seks yang terjadi. Sexophone masuk dalam kategori berita soft news yang masuk dalam jenis magazine. Di TRANS TV, Sexophone masuk dalam Departemen Magazine and Documentary. Menurut Morissan (2008), magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam, yaitu feature dengan durasi yang lebih panjang. Durasi Sexophone adalah satu jam yang memuat penelusuran seks secara mendalam, ada liputan investigasi dan ada wawancara. Sexophone masuk dalam jenis berita Advance News (mahir) yaitu investigative reporting. Menurut Rivers,
Batasan Etika
008
“Ya yang pertama kita ga bikin film porno ya, kita hanya menampilkan gejala dan fenomena. Kemudian kita menampilkan gambar pun harus sesuai kaidah KPI. Wajah di-blur, suara disamarkan, gambar-gambar yang terlalu terbuka juga di-blur. Kemudian gambar-gambar yang seronok, itu sama sekali ga boleh…Batasannya sih
Investigative reporting adalah berita yang memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Fenomena-fenomena seks yang disajikan Sexophone merupakan masalah dan penyimpangan seks. Fenomenafenomena tersebut adalah fakta tersembunyi dan belum diketahui sebelumnya yang diperoleh melalui penyelidikan (investigasi). Menurut Damayanti (2010), berita investigasi adalah berita yang mengandung peristiwa yang tak akan terungkap tanpa usaha si wartawan. Peristiwaperistiwa yang ditayangkan Sexophone tidak akan terungkap tanpa usaha reporter yang sulit dan berbahaya. Tayangan Sexophone diperoleh melalui langkahlangkah kerja jurnalistik yaitu dengan mencari, mengumpulkan, menulis, menyunting, hingga menyebarluaskan dan disertai dengan liputanliputan atau paket-paket video, hingga menjadi sebuah tayangan lengkap. Menurut Zettl (2009), tayangan media massa harus memenuhi standar etika yang berlaku dan juga nilai-nilai dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat. Tidak boleh memberikan informasi yang palsu, berbohong, ditambahtambahkan atau dikurang-kurangi demi
ga vulgar aja.” (MNH)
keuntungan pihak tertentu kepada audiens, hal ini karena acara yang disiarkan mempengaruhi dan berkontribusi bagi kualitas hidup audiens. Program Sexophone berkaitan erat dengan etika penyiaran karena membahas tentang isu seks yang sangat sensitif di kalangan masyarakat. Apalagi program ini adalah program dewasa yang menampilkan gambar dan pembicaraan tentang seks. Oleh karena itu dari tim produksi Sexophone sendiri memiliki batasan-batasan etika untuk menjaga tayangan tetap pada jalur kaidah etika yang benar dan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Tim Sexophone berupaya menghasilkan tayangan yang tetap sesuai etika yaitu tidak vulgar. Dengan upaya mem-blur wajah dan gambar-gambar yang vulgar, serta menyamarkan suara dengan mengubah suaranya menjadi lebih berat atau lebih tinggi. Selain itu, tayangan yang diberikan adalah tayangan yang benar dan bukan hasil rekayasa, tidak ada pembohongan publik, dimana fenomenafenomena seks yang ditayangakan memang benar-benar ada dan terjadi. Tayangan-tayangan Sexophone merupakan tayangan yang sensitif karena membahas tentang seks. Sehingga batasan etika dibutuhkan agar tim menjaga tayangannya dengan proses bluring dan titling, hal ini karena tayangan televisi yang
Kelebihan Liputan Tertutup
009
“Investigasi tertutup nilai beritanya lebih kuat karena investigasi tertutup dilakukan secara rahasia, tersembunyi dengan tingkat objektifitas yang sangat tinggi. Karena objek yang akan kita atau target yang akan kita ungkap yang akan kita datengin sama sekali ga kita kasih tau jadi sesuai dengan apa adanya mereka. Dari lokasi, dari jawaban, dari keterangan, dari proses atau aturan main mereka, ga aada yang sama sekali di manipulasi. Jadi ketika kita mendapatkan aa poin-poin itu uda bisa diyakini bahwa itu benar dan kita buktikan dengan gambar.” (NU)
berbau seks mampu menciptakan sikap seks. Menurut Wahyudianata (2007: 79), sikap seks adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah melihat, mendengar, atau membaca informasi dan pemberitaan serta gambar-gambar yang berbau porno, dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Tim harus menjada jangan sampai tayangan program justru mendorong penonton untuk bertindak seks yang menyimpang. Program Sexophone merupakan jenis program berita investigasi. Karena fakta-fakta seks yang disajikan diperoleh dengan cara investigasi atau penyelidikan atau penelusuran. Menurut Santana, reportase investigasi merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat. Fokus yang diinvestigasi adalah hal-hal yang mengarah kepada sebuah problem atau masalah yang tampil ke permukaan. Isu-isu seks yang diangkat Sexophone diperoleh dengan jalan peliputan, pencarian, menemukan, hingga penyampaian fakta-fakta seks yang merupakan penyimpangan dan pelanggaran. Menurut David Spark, kegiatan reportase tertuju kepada penelusuran dan penemuan sesuatu yang
dianggap tertutup. Kegiatan reportasenya terlibat dengan upaya yang berbahaya, dikarenakan oleh upaya menembus pengaturan yang sengaja ditutup-tutupi. Fenomena seks yang bisa dikatakan aneh dan unik karena belum pernah diketahui dan tidak diduga ada sebelumnya ditelusuri secara diam-diam oleh reporter Sexophone. Karena fenomena tersebut merupakan bentuk penyimpangan, sehingga ditutup-tutupi oleh para pelakunya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi tersebut harus dengan jalan yang berbahaya karena harus diamdiam dan menyamar. Di Sexophone sendiri, ada dua jenis investigasi yaitu dengan liputan terbuka dan liputan tertutup. Liputan terbuka adalah ketika objek yang diliput dan narasumber yang diwawancarai mengetahui bahwa pihak Sexophone ingin meliput dan wawancara. Sementara liputan tertutup adalah ketika objek dan narasumber tidak tahu sama sekali bahwa mereka diliput dan diwawancara. Reporter melakukan liputan secara rahasia dan tersembunyi. Namun liputan tertutup memiliki nilai berita yang lebih tinggi dibanding yang terbuka, karena memiliki tingkat objektifitas yang tinggi dimana lokasi, jawaban, keterangan, proses atau aktifitas dan aturan main objek yang diliput, tidak ada yang dimanipulasi, tapi sesuai
Strategi Promo
010
dengan fakta dan apa adanya objek. Hal ini karena objek sama sekali tidak tahu sedang diliput, sehingga berlaku tetap sama seperti kebiasaannya. Sementara liputan terbuka, objek yang diliput bisa mengatur atau memanipulasi jawaban, proses, dan aktifitas mereka agar terlihat baik didepan kamera. Dengan begitu, data yang diperoleh tidak sepenuhnya akurat. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari NU selaku reporter Sexophone. “Ada, ke Male doank. Terus lewat jejaring sosial, terus Sebuah program televisi juga memerlukan kadang-kadang broadcast, terus promo on-air sudah promosi agar ditonton masyarakat untuk ada di tv. Tapi selama ini penelusuran jarang pake off- meningkatkan rating dan share. Herbert Zettl air.” (NU) (2009) menjelaskan tentang Publisitas dan Promosi bagi program acara. Menurut Zettl, acara yang bagus tetap tidak akan menjadi sukses jika tidak ada yang mengetahui acara tersebut. Untuk itu butuh promosi terhadap acara yang sudah diproduksi, dan ini adalah tugas departemen publisitas dan promosi dalam sebuah perusahaan media atau stasiun televisi. Untuk Sexophone, promosi off air yang dilakukan adalah dengan mengiklankan program di majalah Male (Mata Lelaki) dan di program Male (Mata Lelaki) di Trans 7. Selain itu juga melalui jejaring sosial seperti facebook dan twitter, serta broadcast message melalui BBM. Sementara promo on air di TRANS TV adalah dengan membuat running
Respon Penonton
011
“Kalo average bisa dilihat sih di RCD yah. Kalo aku pikir sih dalam memenuhi ini yah, memenuhi target kan 12 yah, 12% perbulannya itu. Kalo menurut kita bulan ini aja 14%, berarti melebihi, fluktuatif ada yang drop tapi setelah penelusuran ini tidak terlalu drop lebih relaitf stabil lah.” (NU)
Tujuan atau Pesan Utama Program
012
“…Bahwa yang sekarang bergeser ke investigasi sih menurut saya penasaran bahwa dunia malam itu disekitar kita itu sangat hedonis ya sangat luar biasa… Iya informasi, ini sekedar menginformasi.” (MNH)
text (teks berjalan) sebelum program tayang dan biasanya ditayangkan di program sebelum Sexophone yaitu Bioskop TRANS TV. Running text bertujuan untuk menginformasikan dan mengingatkan penonton tentang jam tayang Sexophone yang akan segera ditayangkan. Promo on air juga dilakukan dalam bentuk mengiklankan program Sexophone di TRANS TV. Promosi ini dilakukan selain untuk menarik audiens untuk menonton, juga untuk mengingatkan audiens yang sudah biasa menonton untuk tidak lupa menonton Sexophone. Biasanya di twitter atau di facebook, akan ditulis status yang berisi promosi episode Sexophone yang akan tayang. Selama program Sexophone berjalan, respon penonton tergolong cukup bagus setelah formatnya diubah menjadi penelusuran. Respon yang bagus dilihat dari rating program ini yang berkisar antara 10 sampai 14 %. Rating dan share nya fluktuatif, namun tetap stabil, tidak sampai jatuh dibawah. Berdasarkan keterangan dari NU, dapat disimpulkan bahwa rata-rata rating Sexophone adalah 12 %. Zettl (2009) menjelaskan bahwa tujuan program adalah mendeskripsikan apa yang ingin dicapai dari program acara bagi audiens. Tujuan utama atau yang ingin dicapai program Sexophone bagi
audiens adalah untuk menginformasi fenomenafenomena seks yang terjadi disekitar yang belum diketahui masyarakat. Untuk menjelaskan dan membuka isu-isu seks yang selama ini tersembunyi. Selain itu juga untuk membuka sikap dan pikiran penonton untuk waspada terhadap fenomena seks dan dunia malam yang mungkin saja dekat dengan penonton. Fungsi media massa salah satunya adalah untuk memberi informasi. Menurut Nurudin (2009), media massa memberikan informasi yang luas kepada khalayak, khususnya informasi berita yang penting bagi masyarakat. Informasi yang diberikan harus benar, akurat, dan sesuai fakta. Fakta yang dimaksud adalah kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Tayangan-tayangan Sexophone dibuat sedemikian rupa dengan tujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang kejadian atau isu seks yang benar, akurat, dan sesuai fakta. Selain itu, program ini juga memberikan edukasi seputar seks dengan adanya solusi yang diberikan oleh pakar seks Zoya Amirin. Solusi yang diberikan biasanya adalah solusi untuk menghadapi fenomena-fenomena seks dan solusi untuk suami istri. “Kendala nya ya kalo ga nembus narasumber aja. Kalo Setiap program acara televisi memiliki kendala ga dapet narasumber ganti topik, ulang liputan lagi. dan tantangan masing-masing. Begitu juga “Untuk menjelaskan, untuk membuka… pikiran permirsa, untuk membuka sikap permirsa sebenernya ingin menunjukan fenomena seperti ini ada loh sebenernya di sekitar kita. Nggak jauh-jauh siapa tau orang terdekat anda justru masuk kelingkaran fenomena seperti ini gitu…bisa jadi kalau misalkan orangnya bijak nontonnya bukan ngandalin nafsu bisa menjadi mawas diri yah, lebih waspada sih.” (NU)
Kendala atau Tantangan Program
013
Yang harusnya tayang minggu ini ga dapet. Ya dengan program Sexophone. Kendalanya adalah susahnya itu.” (MNH) seperti : 1. Tidak berhasil menemukan dan menembus “Kendala program…fenomena seks emang banyak tapi narasumber, sehingga harus mengganti topik, kalo misalkan digali secara terus menerus pasti abis. akibatnya waktu tayang jadi molor atau Kita paling pengembangan tema pengembangan sudut terlambat. pandang dalam satu fenomena. Terus kalo yang tantangan itu memang susah pengerjaannya ya, lama, 2. Sulitnya untuk tetap kreatif mengembangkan tema dan sudut pandang dari satu fenomena. ngga bisa diburu-buru.. Terus…apa tadi tema terbatas, Fenomena seks sebenarnya jika diteliti hanya proses pengerjaannya lama, penuh tantangan resiko berkisar disitu-situ saja, sehingga hal ini kalo dilapangan.” (NU) menjadi kendala tersendiri dan tantangan bagi tim Sexophone untuk terus bisa menemukan fenomena yang unik, serta mampu mengembangkan berbagai sudut pandang dari tema tersebut. 3. Proses pengerjaan yang cukup lama. Untuk menghasilkan sebuah tayangan satu episode butuh waktu sampai 14 hari. Pengerjaannya tidak bisa diburu-buru karena merupakan investigasi yang tidak bisa ditebak dan diprediksi bagaimana prosesnya. Bisa saja seharusnya liputan 3 hari tapi malah menjadi 6 hari karena ternyata objek yang diliput tidak sesuai dengan standar. 4. Di lapangan sendiri, ketika penelusuran memiliki banyak tantangan dan resiko.
Tantangan untuk tetap bisa berakting, berkilah, menyamar jangan sampai ketahuan, resiko keselamatan jika ketahuan, dan resiko mendapatkan tuntutan dari berbagai pihak seperti KPI dan narasumber atau objek yang diliput itu sendiri. Proses Pra Produksi secara Umum
014
“…Liputan itu yang pertama harus ditentukan adalah tema. Jadi tu kita biasanya ada rapat tu, rapat bisa mingguan bisa dua minggu sekali. Nah itu kita sekaligus brainstorming kira-kira tema apa sih yang mau kita angkat. Kira-kira narasumbernya siapa aja, ada ga narasumbernya gitu. Terus siapa yang akan liputan gitu, ehmm itu harus nentuin juga orang yang pas buat tema ini siapa gitu. Harus nyesuain juga tim liputannya…” (DE) “…Jadi kita berpikir tu kira-kira tema ini kuat ga ya untuk 5 segmen, trus kita lihat kita lebarin kesini, kita gali dalemin lagi kesini. Nah setelah itu kita buat semacam draft rencana rundown… Kita buat ya segmen satu gini, opening nya seperti ini diisi gambarnya apa aja segmen dua dan seterusnya sampe closing seperti apa…Oya ada satu pertanyaan penting di pembahasaan tema itu, ini kita lakukan pure investigasi atau sudah ada narasumbernya. Otomatis pasti beda ke flow kerja kita ke liputan kita. Kalo yang sudah ada narasumber atau yang terbuka kita gampang nentuin jadwal
Proses pra produksi merupakan proses persiapan sebelum melakukan produksi atau shooting. Segala perencanaan dan persiapan untuk liputan dan tapping Sexophone adalah tahap pra produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl (2009) bahwa, pra produksi adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi. Proses Pra Produksi Sexophone dibagi menjadi dua yaitu untuk liputan dan untuk tapping. Berdasarkan penjelasan dari keempat informan yaitu DE, NU, II, dan RR, dapat disimpulkan bahwa proses pra produksi Sexophone secara umum ialah : 1. Liputan Untuk liputan, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan rapat pra produksi. Di rapat ini ada diskusi-diskusi seluruh tim Sexophone untuk menentukan tema yang mau diangkat. Tema bisa sudah ada dari reporter yang sudah mencari, namun jika belum ada maka semua tim akan
liputannya, kita tinggal telepon Mba besok kita liputan arisan berondongnya jam segini ya di karaoke mana di kafe mana atau dirumah siapa, itu kita gampang terencana tu itu keuntungannya…Tapi kalo yang tertutup sama kayak waktu yang wisata seks, misalkan di beberapa tempat wisata pada nanya tu temen-temen, ini gimana narasumbernya uda ada belum, trus kita ngeliputnya apa aja disana ga tau. Kita hanya punya prediksi, kita hanya punya wawasan, kita hanya punya literatur bahwa disitu ada ini. Kita kesana buktiin…gitu kan, trus narsum nya gimana, ya mau dua hari tiga hari kalo belum dapet ya disitu aja terus gitu kan.” (NU) “…Nah jadi dari perencanaan liputan, dari perencanaan liputan itu biasanya dilakukan oleh seorang reporter. Dia akan riset, riset itu dapet dari mana, riset itu dari riset dokumen, riset lapangan, ataupun pengembangan dari keduanya. Misalnya dari Google internet ada, abis itu dia riset lapangan, baru melakukan liputan…Riset-riset ini namanya hipotesa, hipotesa awal muncul sebuah namanya draft rundown, itu harus di pitchingkan pertama ke Produser dan asisten Produser… Pitching tu artinya dipresentasikan…” (II) “…Nanti kita persentasiin ke produser, kalo produser oke kita persentasiin ke eksekutif produser sampai ke kepala departemen…” (RR)
brainstorming mencari ide tema atau isu seks yang paling pas dan menarik untuk Sexophone. Dalam rapat ini juga langsung ditentukan siapa narasumbernya, tim liputan yang mengerjakan, peralatan yang dibutuhkan untuk liputan, juga menentukan liputan yang dilakukan adalah liputan terbuka atau tertutup. Jika liputan terbuka maka prosesnya adalah menghubungi narasumber, menentukan jadwal liputan (hari dan jam), dan menentukan tempat untuk liputan dengan narasumber. Jika liputan tertutup maka prosesnya tidak bisa diprediksi karena tim tidak bisa mengatur bagaimana proses liputan nanti yang dilakukan secara diam-diam. Tim hanya menyiapkan datadata seputar narasumber dan lokasi sasaran, hanya memiliki prediksi tentang objek dan lokasi tersebut. Setelah menentukan liputan terbuka atau tertutup, maka proses selanjutnya adalah reporter melakukan riset akan tema yang sudah disepakati bersama. Riset yang dilakukan bisa riset di lapangan langsung datang ke lokasi objek yang dituju untuk menilai situasi dan kondisi. Dan riset dokumen dengan mencari data dan informasi seputar objek sasaran. Hasil riset yang dilakukan akan menghasilkan sebuah hipotesa atau prediksi tentang objek yang
akan diliput. Misalnya, hipotesa awalnya adalah di lokasi A ada pemandu lagu plus-plus yang juga melayani tarian telanjang. Hipotesa tersebut akan dibuktikan dengan penelusuran, apakah benar di lokasi A ada pemandu lagu plus-plus yang juga menari telanjang. Setelah semua data terkumpul, maka reporter akan membuat draft rundown yang terdiri dari 5 segmen disertai opening dan closing. Rundown tersebut sudah menggambarkan perkiraan tayangan, menentukan gambar-gambar yang akan diambil dari segmen satu sampai segmen lima secara lengkap. Setelah rundown selesai, maka reporter akan melakukan pitching atau mempresentasikan rundown tersebut dan breakdown rundown secara detail kepada Produser dan Asisten Produser atau bisa juga ke seluruh tim. Setelah disetujui baik dengan dan tanpa masukan atau perubahan dari produser, asprod maupun seluruh tim, maka dari situ akan dipresentasikan kepada atasan yaitu Eksekutif Produser dan Kepala Departemen Magazine and Documentary. Setelah disetujui oleh atasan baik dengan dan tanpa masukan atau perubahan, maka langsung dieksekusi. 2. Tapping Untuk tapping Chantal sebagai host, proses pertama adalah konfirmasi jadwal dengan Chantal untuk shooting, setelah jadwal shooting sudah
Rapat Pra Produksi
015
ditetapkan maka selanjutnya adalah mencari lokasi yang tepat untuk shooting. Setelah itu melakukan survei ke lokasi tersebut, menentukan peralatan yang dibutuhkan seperti kamera EX3 dan kamera porta, menentukan lighting yang digunakan, menentukan segala peralatan dan properti yang dibutuhkan untuk shooting, memilih wardrobe atau baju yang digunakan host untuk shooting, dan menentukan tim atau kru untuk shooting. Pada tahap pra produksi ini, segala persiapan harus dilakukan secara detail dan rinci agar tidak menghambat proses produksi atau shooting yang akan dilakukan. Untuk tapping Zoya, persiapan yang dilakukan adalah membuat guidance atau panduan untuk melakukan wawancara kepada narasumber. Panduan tersebut dipersiapkan sebelumnya, berisi data dan informasi lengkap tentang narasumber dan tentang tema atau isu seks yang diangkat. Tapping Zoya selalu menempel dengan liputan, misalnya 6 hari liputan di Semarang, maka dari 6 hari tersebut ada satu hari Zoya datang ke Semarang untuk mewawancarai narasumber. “…Rapat itu isinya macem-macem, pertama Ada banyak hal yang dibicarakan dan dilakukan konsolidasi, konsolidasi itu untuk mengumpulkan jadi pada saat rapat pra produksi. Yang pertama biasanya aku tanya ini kemaren kendalanya apa, adalah konsolidasi untuk evaluasi hasil tayang semuanya pada cerita.” (II) Sexophone sebelumnya. Melakukan evaluasi berdasarkan hasil rating dan share, mencari
“Kalo rapat pertama kita scheduling, scheduling kirakira minggu ini kita mau ngapain ni, terus review yang kemaren tu aa share nya berapa, apa kelemahannya, apa yang harus diperbaiki. Itu kayak evaluasi. Review dan evaluasi lah. Terus scheduling sama nentuin tema yang mau digarap apa lagi. Gitu sih paling, sama tapping, misalnya tapping mau kapan nih temanya apa yang mau diangkat sama liputan yang uda jadi apa yang mau di tapping in.” (DE) “Bicarain tentang tema, tentang kerjaan kita seperti apa, dan pasti proses kreatifnya seperti apa… Biasanya dilontarkan oleh si reporter jadi semacam persentasi dulu. Bahwa gua punya tema ini nih, saya kasihin draft atau rencana rundown dibagiin ke semua anggota rapat. Aku bagiin dibaca dulu, aku persentasi, gimana ada masukan atau gimana.” (NU)
kekurangan dan kendala program dan apa yang harus diperbaiki untuk episode berikutnya. Jika hasil rating rendah maka harus dicari apa penyebabnya, dan jika rating tinggi juga harus diketahui apa yang menyebabkan rating tinggi. Menurut Fachruddin (2012), rapat redaksi berita atau production meeting biasanya diadakan untuk membicarakan atau membahas informasi yang masuk sebagai bahan berita liputan : mendata dan membahas seluruh informasi berita yang masuk ke ruang produksi, membicarakan nilai berita yang akan diliput, dan menentukan jenis-jenis berita yang akan diliput. Di Sexophone sendiri, setelah review evaluasi selesai, maka selanjutnya adalah membicarakan tema. Yang artinya adalah mencari dan menentukan jenis tema seks yang merupakan berita yang akan diliput. Jika reporter sudah memiliki tema, maka reporter akan langsung melakukan pitching atau presentasi tema ke Produser, Asprod, semua tim sampai ke Eksekutif Produser dan Kepala Departemen. Reporter melakukan presentasi dari draft rundown yang sudah dibuat berdasarkan riset yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun jika belum ada ide tema, maka biasanya seluruh tim akan brainstorming mencari bersamasama ide tema yang bisa diangkat, setelah itu baru reporter membuat draft rundown-nya dan
Strategi Tema
Pemilihan
016
“…Kalo aku tu yang ya itu pengennya tu yang sebenernya pengen nyarinya yang orisinil, karna kalo orisinil itu orang pasti akan apa sih lebih tertarik…Iya,yang ga pernah diketahui, nah itu biasanya pake itu buka mata, buka telinga, jadi kita itu informasi bisa dari mana aja kan… terus…seksi aja kali ya dibahas.” (NU)
dipresentasikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl (2009) bahwa proses pra produksi diawali dengan perencanaan yang salah satunya adalah ide program. Ide program ditentukan dengan memperluas ide dengan melakukan brainstorming yang bisa dilakukan secara kelompok oleh beberapa orang. Presentasi atau pitching ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja yang mau dibahas selama 5 segmen, apa saja gambar-gambar dalam 5 segmen tersebut, apa saja alat-alat yang digunakan untuk meliput tema tersebut, dan apa saja yang dilakukan tim liputan. Biasanya reporter akan membagikan draft rundown dan mempresentasikannya untuk mendapatkan kritik dan masukan untuk perubahan-perubahan. Hasil dari presentasi ini menghasilkan keputusan disetujui atau tidak disetujui. Jika disetujui maka akan langsung melakukan liputan, namun bila tidak disetujui maka reporter akan membuat ulang draft rundown atau bahkan mengganti tema. Strategi pemilihan tema untuk setiap episode Sexophone adalah dengan memilih tema-tema tertentu yang sesuai dengan kriteria program Sexophone. Tema-tema yang dicari yang pertama adalah tema yang orisinil yaitu tema yang belum pernah diketahui oleh masyarakat sebelumnya, yang tidak pernah diduga tapi ternyata benar-
“Tema itu juga dipilih berdasarkan aa apa namanya cukup seksi ga sih, seksi tu dalam artian menarik ga sih buat pemirsa gitu. Terus sensitif ga sih, kita akan menghindari tema-tema yang sensitif misalnya soal waria itu kita masih menganggap itu terlalu sensitif...” (DE) “…Kita cari yang menarik, yang paling menarik yang mungkin… Kalo tema itu sih sebenernya bisa kita angkat semuanya, cuma kita memang tidak mencari yang agak dibawah, lebih menengah ke atas.” (RR) “...yang pertama uniqueness, itu unik. Yang kedua apa ya langka gitu ya, terus yang ketiga lagi ngetrend…Terus yang keempat lagi…ngetrend sama isunya lagi hangat sama juga kali ya, atau mungkin proximity atau kedekatan gitu.” (II)
benar ada terjadi. Fenomena seks yang tidak pernah didengar dan dilihat namun sebenarnya ada. Contohnya adalah episode tematik seks, ada sebuah tempat yang tersembunyi di Jakarta yang belum banyak diketahui orang. Tempat tersebut menyajikan layanan seks bertema seperti berbentuk penjara, rumah sakit, sekolah dan lainlain. Perempuan-perempuan disana akan berperan sesuai dengan tema yang dipilih konsumen. Jika sekolah, maka perempuan tersebut akan berperan menjadi guru dan konsumen adalah muridnya. Strategi tim untuk pemilihan tema adalah mampu menangkap fenomena-fenomena tersebut yang belum diketahui masyarakat. Yang kedua, tema yang dipilih harus seksi atau menarik untuk dibahas. Tema tersebut adalah tema yang unik dan tidak biasa, misalnya tema tentang pekerja seks komersial di hotel adalah hal biasa, tapi tema tentang pekerja seks komersial yang melayani konsumennya didalam mobil mewah dan mengitari kota Jakarta adalah hal yang tidak biasa. Serta menghindari tema-tema yang sensitif seperti soal waria yang masih dianggap sensitif. Yang ketiga adalah tema yang menarik yang lebih ke arah kalangan menengah ke atas, karena target audiens utama Sexophone adalah kalangan menengah keatas. Fenomena seks yang terjadi
Sumber Tema
017
“Kalo saya kebanyakan dari saya sendiri, dari pengalaman dunia malam, kita ungkap lagi. oh dulu tu gua pernah one night stand. Kalo ga pengalaman sendiri pengalaman cerita-cerita dari temen, terus juga yang lebih ke kalo saya tuh jarang dari internet,
ada di dunia malam yang identik dengan dunia hiburan yang jelas membutuhkan banyak uang. Praktek-praktek penyimpangan seks yang ada biasanya memiliki konsumen yang berasal dari kalangan menengah keatas yang memiliki uang sehingga mampu membayar layanan seks plusplus. Yang keempat adalah tema yang cukup untuk tayangan satu jam. Yang kelima adalah uniqueness atau unik, yang berbeda dari yang lain dan yang langka atau jarang ditemui. Yang keenam adalah tema yang sedang nge trend atau hangat diperbincangkan. Yang ketujuh adalah tema yang memiliki unsur proximity atau kedekatan dengan masyarakat khususnya yang menjadi target audiens utama. Target audiens utama Sexophone adalah laki-laki yang sebagian besar berdomisili di Jakarta dan memang praktek seks sebagian besar ada di kota metropolitan Jakarta. Secara geografis, tempattempat praktek seks tersebut memiliki kedekatan dengan audiens di Jakarta. Paul Williams menjelaskan 11 langkah proses melakukan investigasi dan salah satunya adalah conception. Conception adalah mencari berbagai ide/gagasan yang merupakan proses yang unending, tak pernah henti atau usai dicari.
biasanya ambil tema besarnya apa nih, baru cari di Berbagai ide atau gagasan bisa didapat melalui internet.” (NU) saran seseorang, narasumber reguler yaitu orangorang yang telah menjadi rekanan terdekat atau komunitas sosial yang telah terjalin hubungannya, “Dari brainstorming temen-temen juga sih, atau yakni orang-orang yang mengetahui sesuatu yang kadang-kadang juga permintaan atasan juga bisa, tapi tidak diketahui banyak orang, membaca (koran, itu jarang banget. Kadang munculnya dari temen-temen majalah, buku, internet), menonton televisi, reporter sendiri… Kalo searching bisa, baca-baca bisa, mendengar radio, memanfaatkan potongan berita, atau karna kan temen-temen tu biasanya uda punya link atau observasi langsung. gitu kan, punya fixer disini kita nyebutnya perantara Ide-ide tema Sexophone diperoleh dari berbagai gitu informan lah… link ke orang-orang dunia malam sumber yaitu : itu tu penting banget, karna justru dari mereka lah 1. Dari pengalaman pribadi tim atau kru. kadang-kadang.” (DE) 2. Dari pengalaman dan cerita-cerita temanteman yang dimiliki tim. Atau bisa disebut berasal dari saran orang lain. “Dari setiap reporter ada, dari setiap kru semuanya 3. Dari dunia maya internet. Biasanya dari situsmengajukan…” (RR) situs tertentu, dari jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Ide diperoleh dari “Nah kalo temanya munculnya dari beragam, bisa dari membaca dokumen-dokumen yang ada. riset tadi ya tak ulang ya, riset dokumen apa riset 4. Dari brainstorming seluruh kru. lapangan, terus abis itu dari reporter sendiri dari 5. Permintaan dari atasan. Kadang dari atasan cameraman, terus dari fixer atau dari entah berantah juga memberikan ide dan permintaan untuk apapun itu muncul dari manapun.” (II) mengangkat sebuah tema. 6. Dari link yang disebut sebagai fixer, yaitu informan atau perantara di lapangan yang memberikan informasi-informasi seputar tempat-tempat praktek penyimpangan seks. Fixer disebut juga narasumber reguler yang
Strategi Menemukan dan Menembus Narasumber
018
“Kalo yang terbuka gampang, kita ngasi kepercayaan negosiasi, kita komunikasi yang baik dan kita ngasi ee bayaran yang setimpal kalo bisa berlipat bayarannya…” (NU) “…Kalo terbuka, itu kita punya fixer, fixer ini yang akan memperkenalkan kita ke narasumber, oke narasumber tau, narasumbernya misalnya pemandu lagu plus-plus. Kita dapet informasi eh disana ada nih pemandu lagu plus-plus, dikenalin lah kan sama tim liputan. Pemandu lagu plus-plus ini tahu kita dari Trans TV, tapi konsumennya kan ga tau. Nah dengan deal yang win-win solution akhirnya yaudah kita bisa candid itu kan si PL plus-plus yang lagi lagi apa transaksi sama konsumennya gitu.” (DE) “…Kalo ngomongin yang sifatnya terbuka, ada yang namanya teknik menembus narasumber. Yang pertama kita harus menguasai materi itu yang paling penting, modalnya adalah intelektual, ketika kamu menguasai
mengetahui banyak informasi yang tidka diketahui orang lain. Tim harus menjalin hubungan yang baik dengan fixer. 7. Dari reporter itu sendiri, dari riset lapangan dan riset dokumen yang dilakukan reporter. Ide tema juga bisa berasal dari observasi langsung tim yang terjun langsung ke lapangan. Strategi untuk menemukan dan menembus narasumber Sexophone dibagi menjadi dua yaitu : 1. Terbuka Untuk wawancara terbuka, strategi tim untuk menemukan dan menembus narasumber adalah dengan melakukan negosiasi yang baik, memberi kepercayaan, komunikasi yang baik, dan memberikan bayaran yang setimpal. Selain itu menurut Informan ke 4 (DE), cara yang tepat adalah dengan memiliki fixer atau informan perantara yang mengantar dan memperkenalkan tim kepada narasumber. Selain itu juga bernegosiasi dengan baik, misalnya narasumber adalah pemandu lagu plus-plus, maka tim membuat kesepakatan yang win-win solution yaitu kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Tim liputan diijinkan meliput narasumber si pemandu lagu plus-plus tanpa diketahui konsumennya, si pemandu lagu juga mengetahui bahwa tim berasal dari TRANS TV.
Menurut informan kelima (II), strategi untuk menembus narasumber untuk wawancara terbuka adalah dengan menguasai materi liputan sehingga bisa memposisikan diri sejajar dengan narasumber, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah, serta menggunakan bahasa-bahasa “…Kalo yang tertutup, keberanian pertama, insting, bertutur yang efektif untuk mewawancarai intuisi, dan bisa apa ya ini ni target sebenernya kita narasumber. disini ya kita tu belum tau ini tu dimana, ini siapa, ini bagaimana, tapi kita tau nih informasi dari sini nih 2. Tertutup Untuk wawancara tertutup, ada beberapa nanya-nanya. Nah bisa apa ya bisa ngasi kepercayaan kepada orang yang kita temui supaya orang itu bisa strategi untuk menemukan dan menembus mengantarkan kita masuk ke tujuan akhir kita. Jadi kalo narasumber. Menurut informan kedua (NU) misalkan pendekatan kita ya, susah ni nembus si ini strateginya adalah dengan membangun hubungan gimana caranya ya, ngobrol lah sama tukang ojek, dan kepercayaan dengan orang-orang yang ngobrol lah sama orang-orang disekitar, orang-orang ditemui tim liputan ketika berada di sekitar lokasi situ pemuda disana, terus kita kasih pendekatan sesuai target. Melakukan pendekatan dengan orangdengan kebiasaan mereka. Kalo misalkan mereka orang disekitar lokasi untuk bertanya-tanya dan ngerokok ngerokok ya kita bawa rokok aja… Trus asal mendapatkan informasi, dan mungkin bisa bisa ini juga sih jaga gesture jaga mimik… jago sampai mengantarkan tim masuk ke lokasi. Contohnya melakukan pendekatan kepada tukang berkilah, terus jago meyakinkan orang.” (NU) ojek, mengikuti perilaku kebiasaan dan hal yang “…Nah kalo itu… ya pinter-pinternya tim liputan sih, disukai mereka seperti membelikan rokok dan misalnya kita pura-pura jadi pelanggan gitu, tapi tidak ikut merokok bersama sambil bertanya-tanya. harus sampai eksekusi, ya kayak…tawar-menawar aja Harus pintar menjaga mimik wajah, gesture atau gtu misalnya dibawa ke kamar, kita ngobrol-ngobrol bahasa tubuh sehingga tidak terlihat kaku, mampu dulu. Setelah itu ga sampai hubungan seks juga kan, berkilah dan meyakinkan orang. karna kita kan yang terpenting adalah kita mau Penjelasan ini diperkuat oleh penjelasan dari materi kamu akan sejajar dengan narasumber, jangan terlalu rendah jangan terlalu tinggi. Bahasa bertutur bertanya kepada narasumber itu harus menggunakan bahasa-bahasa yang sifatnya efektif.” (II)
menggali informasi dari dia, cukup sampe di oh oke berarti emang dia bener-bener psk, udah informasi kita akan selesai sampai disitu… tim liputan atau kita bisa nyewa mungkin talent yang oke deh kamu aa pura-pura jadi pelanggan. Nanti dia yang akan tanya-tanya narasumbernya candid dia…” (DE) “…menembus narasumber itu satu adalah bagaimana dia bisa menggali informasi, menggali informasi adalah meyakinkan narasumber, mermbangun kepercayaan… Sexophone itu program yang menurut aku penanganannya rada beda. Itu dibutuhkan jaringan…Artinya, seorang jurnalis itu yang paling penting itu adalah jaringan, jagalah jaringan itu dengan benar dan bermitralah dengan narasumber secara benar, no amplop ya. Jadi jagalah idealisme seorang jurnalis, itu kita sama sekali membangun kepercayaan narasumber berdasarkan trust, kamu percaya aku orang TRANS TV jurnalis yang baik, kamu aa menceritakan sebuah fakta aku liput, jadi hubungan kemitraan berjalan…” (II) “Satu komunikasi dengan telpon… Atau mungkin pertama cari by online dulu yang Googling dulu ada nggak di internet gitu kan temen-temen dari mana mungkin dari komunitas-komunitas apa gitu, by Facebook atau Twitter…Kalau misalnya nggak ada, mungkin kita punya kenalan dimana kita coba jalan-
informan keempat (DE) bahwa strategi untuk menembus narasumber adalah dengan pintar berakting dan berpura-pura didepan target, mampu tawar-menawar dengan narasumber, bisa dengan luwes mengajak ngobrol narasumber agar terlihat alami dan tidak mencurigakan. Misalnya, tim mengajak pekerja seks komersial (narasumber) ke kamar, lalu mengajak ngobrol yang sebenarnya sambil melakukan wawancara. Jangan sampai terlihat mencurigakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kaku seperti wawancara. Namun memberikan pertanyaan yang dibuat seperti mengobrol sehingga narasumber merasa nyaman dan tidak curiga. Hasil mengobrol tersebut harus menghasilkan banyak informasi, tim harus mampu menggali infromasi sebanyak-banyaknya dari narasumber tanpa ketahuan. Strategi lainnya adalah bisa dengan menyewa talent untuk berperan sebagai konsumen pekerja seks komersial tersebut jika tim liputan merasa kurang mampu dan kurang meyakinkan. Menurut informan kelima (II), strategi untuk menembus narasumber adalah dengan menyakinkan narasumber, membangun kepercayaan kepada narasumber, memiliki jaringan atau link atau yang disebut fixer sebagai perantara tim dengan narasumber, membangun
Kriteria Pemilihan Narasumber
019
jalan keliling-keliling ketempat-tempat hiburan gitu dan menjaga hubungan yang baik dengan fixer nanya-nanya dari…dari temen-temen yang ada sehingga selalu diberikan informasi-informasi dilapangan juga ya dari pergaulan lah…” (RR) tentang fenomena seks, bersikap dan bermitra dengan baik kepada narasumber. Cara menemukan narasumber itu sendiri bisa diperoleh dari teman-teman dan pergaulan tim liputan, dari internet dengan googling, dan dari media sosial seperti facebook dan twitter. Karena di media sosial juga bisa ditemukan komunitaskomunitas seks. Cara lainnya juga dengan melakukan riset jalan-jalan keliling untuk mencari tempat-tempat hiburan. “Kalo tuntutan program ada. Harus yang cantik ya, Berdasarkan penjelasan dari 4 informan, dapat seger dilihat. Tapi kalo dilapangan sendiri yang paling disimpulkan ada kriteria-kriteria tersendiri untuk penting adalah orang yang cerewet dan blak-blakan…” memilih narasumber yaitu : (NU) 1. Narasumber yang cukup cerewet dan blakblakan. Artinya adalah narasumber yang tidak pendiam dan sangat terbuka ketika ditanya. “… Terus narasumber itu yang pasti dia harus Narasumber yang komunikatif yang bisa komunikatif bisa diajak wawancara, karna ga semua diajak wawancara dengan baik dan tidak orang bisa diwawancara dengan baik kan, mungkin grogi ketika ditanya. grogi atau apa gitu…” (DE) 2. Narasumber yang kompeten dan kredibel di bidangnya. Artinya, narasumber memang “…Harus kompeten dibidangnya yah. Di tema itu harus benar-benar berkecimpung di dunia tersebut. mengetahui benar-benar…Mulai dari… Awal, misalnya Misalnya pekerja seks komersial fantasy car transaksinya seperti apa… Apa sih namanya, sampai (layanan seks didalam mobil mewah), dia prosesnya itu jadi bener-bener harus mengerti...” (RR) memang benar-benar dan masih seorang pekerja seks komersial fantasy car. Kalau “Kalo narasumber berdasarkan konten, yang pasti dia
kredibel itu pasti dan di adalah pelaku atau orang yang tau persis…” (II)
Strategi Jika Tidak Berhasil Menembus Narsumber
020
“…kayaknya ga pernah tapi kalo misalnya itu terjadi ya otomatis harus kita cut, ganti tema. Itu uda ga aa babibu lagi udah cut gitu, karna kita ga mungkin nayangin tema topik yang ga ada narasumbernya misalnya.” (DE)
SDM (Kru)
021
“Itu Produser yang bikin. Itu dibikin sebelum tapping sebelum liputan. Aku biasanya bersama dengan PA tadi.” (II) “…Tergantung kebutuhan…Produksi ya…Biasanya sih
narasumber adalah konsumen fantasy car dia memang pernah atau masih menjadi konsumen. Narsumber harus benar-benar tahu proses dari awal transaksi hingga akhirnya. Paul Williams menjelaskan langkah-langkah proses investigasi, salah satunya adalah Final Evaluation yaitu evaluasi dengan mengukur hasil investigasi yaitu mengevaluasi apakah wawancara telah dilaksanakan dengan tepat kepada orang-orang yang memang layak, bukan kepada orang yang sengaja merekayasa dirinya agar terkait dengan kasus. Tim Sexophone harus benar-benar memilih narasumber yang tepat yang tidak melakukan rekayasa. Selama ini tim Sexophone tidak pernah tidak berhasil menembus narasumber. Namun bila tidak berhasil menembus narasumber, maka strategi nya adalah dengan mengganti tema. Sexophone tetap mengutamakan keselamatan tim dan keamanan tayangan, sehingga jika sangat beresiko besar maka tema maupun narasumbernya akan diganti. Menurut Zettl (2009), salah satu tahap perencanaan pra produksi adalah koordinasi yang salah satunya fokus pada masalah orang dan komunikasi. Orang adalah siapapun yang terlibat dalam proses produksi program. Produser harus
PA nya yang menentukan. Ada request kru namanya yang harus diisi, jadi kru-kru yang kita butuhkan nanti kita minta berapa. Lighting nya berapa, audio berapa, enginer nya berapa gitu...” (RR)
Peralatan
022
“…Di rapat operasional biasanya dibahas ya, jadi di rapat itu ditentuin maunya cahayanya yang seperti apa, nanti ketika…Ketahuan kontennya mau dibikin seperti apa baru kita tentuin alat yang mau digunain seperti apa.” (RR) “Iya ada, nah itu pasti konfirmasi ke tim liputan, tim liputan butuh apa aja. Misalnya aku besok mau ada pengambilan di kolam renang, otomatis butuh kamera underwater kayak gitu.” (NU)
memiliki data dasar orang-orang produksi. Di Sexophone, sebelum melakukan proses liputan dan tapping, ada proses penentuan tim atau kru (orang dan komunikasi) yang terlibat dalam proses produksi tersebut. Penentuan kru dibuat oleh Produser bersama dengan PA. Menentukan tim liputan mana yang akan liputan untuk satu episode, dan kru mana saja yang akan terlibat dalam proses produksi tapping. Biasanya prosesnya adalah menentukan setiap kru yang terlibat dengan mengisi formulir request crew. Di formulir tersebut dituliskan kru apa saja yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Misalnya membutuhkan kru lighting man 3 orang, audio 2 orang dan lain-lain. Di form tersebut tercantum dengan lengkap nomor telepon setiap kru untuk dihubungi dan dikomunikasikan seputar proses produksi program. Proses penentuan jenis dan jumlah alat yang dibutuhkan untuk liputan dan tapping biasanya sudah direncanakan pada rapat pra produksi ketika membicarakan rundown 5 segmen. Pada rapat awal sudah memiliki perkiraan gambargambar yangs mau diambil dan alat-alat yang dibutuhkan untuk mengambil gambar-gambar tersebut. Penentuan peralatan untuk liputan selalu disesuaikan dengan tema liputannya, jika
“Biasanya Rangga yang ngurus. Itu ditentukannya pada perencanaan awal. Spec nya jelas, misalnya kita pake kamera EX3 dengan apa aa porta jib, lighting nya pake dedo itu dan lain-lain.” (II)
Perlengkapan atau Properti
023
“…Kalo properti sih menyesuaikan lokasi ya, mungkin kita bawa bunga gitu, sebenernya untuk mengisi yang kosong juga dia area sana...” (RR)
mengambil gambar di kolam renang maka membutuhkan kamera underwater. Penentuan alat ini harus dikonfirmasikan kepada tim liputan, biasanya yang mengurus adalah Asprod atau PA yang akan bertanya pada tim liputan alat apa saja yang dibutuhkan. Kebutuhan peralatan sudah direncanakan sejak awal secara rinci sampai spek-spek atau kriteria alatnya. Asprod atau PA akan mengisi formulir good request yaitu formulir permintaan alat yang dipinjam dari bagian logistik TRANS TV baik untuk liputan maupun tapping. Untuk Sexophone sendiri, selain dari logistik TRANS TV, juga menyewa alat dari vendor (pihak luar) yaitu kamera. Proses penentuan alat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Herbert Zettl (2009) tentang salah satu tahap perencanaan pra produksi yaitu koordinasi yang salah satunya fokus pada masalah permintaan fasilitas. Permintaan fasilitas mendaftarkan seluruh perlengkapan produksi dan seluruh properti dan kostum yang dibutuhkan untuk sebuah produksi. Tim Sexophone membuat secara rinci segala fasilitas atau peralatan yang dibutuhkan. Sesuai dengan pendapat Zettl tentang proses permintaan fasilitas, selain peralatan, juga menentukan properti atau perlengkapan yang
Bunga dan Lilin
024
“…Kalo bunga mungkin bisa menimbulkan efek indah, kalo lilin simbol malam hari, redup, terus…dramatis. Kalo bunga buat mempercantik aja.” (NU) “…lilin itu lambang ini kali ya lambang malam bisa…seksi juga kan…Kadang kita emang harus punya ciri khas juga kalo Sexophone itu ada lilin sama bunga…” (DE)
Kriteria Make Up dan Wardrobe
025
“…kalo make-up ya menyesuaikan ke baju biasanya ya, bajunya warna apa, kalo biasanya sih kita minta bajunya warna-warna cerah, seksi, elegan gitu kan. Seksinya ga norak tapi elegan masih pantas dipake.” (RR)
dibutuhkan untuk tapping. Biasanya properti tambahan yang digunakan disesuaikan dengan lokasi tapping. Properti hanya berfungsi sebagai tambahan untuk mengisi dan mempercantik spotspot yang kosong. Namun lokasi tapping host biasanya tidak memerlukan banyak properti tambahan karena di kafe, bar, atau klub sudah memiliki desain interior dan properti yang bagus. Sehingga tim tidak perlu menyiapkan banyak properti tambahan, biasanya hanya menyiapkan bunga dan lilin. Selama melakukan observasi langsung di lokasi tapping, peneliti menemukan bahwa properti bunga dan lilin selalu ada. Ternyata ada alasan tersendiri mengapa bunga dan lilin selalu dijadikan properti tambahan. Bunga dan lilin dianggap sebagai objek yang bagus. Bunga bisa menimbulkan efek indah dan mempercantik ruangan, sementara lilin melambangkan malam hari, simbol redup dan dramatis. Kata seks identik dengan malam hari. Bunga dan lilin ini juga menjadi ciri khas program Sexophone. Pemilihan baju dan make up host memiliki kriteria tersendiri. Untuk baju biasanya memilih baju-baju yang berwarna cerah agar tampak bagus di kamera, baju yang seksi namun tetap elegan dan pantas dipakai. Sexophone adalah program seks dewasa, apalagi target utamanya
“Kalo baju karna memang kita kan identiknya program seks ya, kalo pakaian tertutup juga ga lucu gitu ya, karna infotainment aja pake bajunya kebuka kan gitu. Karna tayangan tu kan diawasi sama KPI, kadangkadang KPI tu suka protektif sama kita ga boleh ini ga boleh itu, jadi kita cari yang…cukup elegan pasti elegan tapi ga seronok gitu… kalo make up…make up sih yang yang ga terlalu heboh ya, paling rambut juga yang penting keliatan seksinya aja sih.” (DE)
Riset
026
“…Pasti kalo tema sih masing-masing udah pasti riset yah. Misalnya, tema episode ini. Si reporternya pasti udah riset kan, udah riset apa dan dimana harus shooting, narasumbernya siapa, terus lokasinya dimana, apakah ada penjebakan atau misalnya…semacam wawancara doang. Ada juga riset lokasi, dimana lokasi tapping untuk Chantal dan Zoya. Kalau untuk riset lokasi itu dilihat dari bagus nggaknya terus luasnya cukup nggak, misalnya dari gambar mungkin catchy nggak dilayar.” (RR) “…Misal ni kita mau ngangkat soal bachelor party, bachelor party itu sebenernya sejarahnya mulai dari mana sih, nah itu kan harus diriset data-datanya. Kita kan harus punya basic juga mau ngangkat tema ini
adalah laki-laki, sehingga identik dengan keseksian wanita, oleh karena itu baju yang dipilih juga baju yang terbuka dengan tujuan untuk mengeluarkan aura seksi dari host. Baju yang dipakai tetap layak dipakai, tidak benarbenar terlalu terbuka sampai terlalu vulgar, tetap mematuhi standar penyiaran, karena tayangan Sexophone diawasi oleh KPI. Sementara untuk make up biasanya menyesuaikan dengan baju yang dipakai, make up host dibuat cantik dan elegan namun tidak menor. Rambut nya pun diatur agar mengembang dan keriting agar terlihat lebih seksi. Berdasarkan penjelasan dari kedua informan (RR dan DE), ada dua riset yang dilakukan dalam program Sexophone pada pra produksi sebagai bentuk salah satu persiapan untuk produksi. Riset yang pertama berkaitan dengan liputan yaitu riset tema atau konten. Biasanya yang melakukan riset terhadap tema adalah reporter. Yang diriset adalah lokasi untuk liputan baik lokasi penelusuran atau lokasi kegiatan seks maupun lokasi untuk tapping Zoya. Riset lokasi investigasi yaitu melakukan riset terhadap cara praktek lokasi tersebut dan lingkungan disekitarnya apakah aman atau tidak. Riset lokasi bisa dilakukan dengan riset lapangan yaitu bertanya-tanya dengan orang-orang disekitar
kenapa…” (DE)
lokasi tentang praktek seks di lokasi tersebut. Lalu riset siapa saja kira-kira narasumbernya, baik narasumber untuk diwawancarai Zoya maupun narasumber yang diliput investigasi, melakukan riset tentang latar belakang dan profil narasumber. Selain lokasi dan narasumber, riset tema juga meriset berbagai data dan informasi tentang tema yang diangkat sebagai informasi tambahan untuk naskah. Riset tema atau konten ini bisa dilakukan dengan cara riset lapangan yaitu terjun langsung ke lokasi dan riset dokumen yaitu mencari data dan informasi melalui media internet dan jaringan sosial seperti facebook dan twitter. Riset tentang tema atau konten ini sesuai dengan salah satu langkah dalam proses melakukan invetigasi yaitu Original Research yang dikemukakan oleh Paul Williams. Original research adalah pencarian data, penggalian bahan, menembus rintangan yang salah satunya adalah Penelusuran Papers-Trails. Penelusuran tersebut adalah pencarian bahan melalui berbagai keterangan yang bersifat tekstual (papers) terhadap sumber-sumber sekunder (surat kabar, majalah, selebaran, naskah siaran, buku referensi, disertasi dan tesis, internet, dan lain-lain). Proses riset yang dilakukan tim terhadap tema adalah mencari segala data dan informasi dari sumber-
sumber sekunder baik melalui internet, buku, dan surat kabar tentang tema seks yang diangkat. Yang kedua adalah riset lokasi untuk tapping host. Riset ini dilakukan oleh Production Assistant (PA) dengan cara riset dokumen dan riset lapangan. Biasanya PA akan mencari informasi di internet tentang tempat-tempat seperti kafe, bar, dan klub yang bagus dan cocok untuk Sexophone. Setelah itu mencatat nomor telepon dan alamat tempat tersebut, dan selanjutnya menelepon dan riset lapangan dengan datang langsung ke lokasi untuk melihat situasi dan kondisi lokasi maupun disekitar lokasi. Selain itu bisa juga dengan tidak melalui internet, namun melalui informasi dari teman-teman atau jalanjalan keliling melihat tempat-tempat yang bagus Sementara untuk riset lokasi baik lokasi untuk liputan maupun lokasi tapping Sexophone sejalan dengan pendapat Zettl (2009) yang menjelaskan tahap persiapan produksi salah satunya adalah survei lokasi. Yaitu melakukan survei lokasi untuk mengetahui lingkungan tempat produksi akan dilakukan. Tim sexophone melakukan riset untuk mengetahui kondisi, keamanan dan tingkat bahaya di lokasi tersebut. Hal ini agar tim dapat mempersiapkan diri dan memiliki antisipasi menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di lokasi.
Strategi Pemilihan Lokasi Produksi (Tapping)
027
“Satu, yang luas bisa nampung semua kru dan peralatan shooting. Yang kedua, harus punya desain interior yang eye catching. Yang ketiga, kooperatif si pemilik tempatnya.” (NU) “Lokasi shooting itu ya kalo bisa sih yang menarik yah…Terus yang unik eemm.. Banyak varian didalamnya selain spot nya juga banyak klo bisa sih yang agak mewah gitu.” (RR) “…kalo Chantal sih sejauh ini biasanya kita di tempat klub-klub gitu, atau di restoran. Kalo aku pribadi menurut penilaianku, aku lebih suka tempat-tempat yang classy, yang…elegan, lebih ke yang elegan gitu…Kalo Zoya,…Zoya juga sama sih, dia tapi lebih personal ya dia karna wawancara kan, jadi kita cari tempat yang kalo bisa sepi, lebih personal, atau yang sesuai sama temanya...” (DE) “…Lokasi pemilihannya dia akan menempel pada liputan si reporter. Example kalo ngomongin lidah sakti, maka si Zoya akan pergi ke Semarang, dia akan mewawancara dari narasumber si lidah sakti itu…” (II)
Untuk pemilihan lokasi shooting yaitu untuk tapping Host Chantal dan Psikolog Zoya, ada beberapa kriteria lokasi yang dipilih sebagai strategi Sexophone untuk menghasilkan tayangan yang terbaik. Untuk Host Chantal, maka lokasi-lokasi yang dipilih adalah lokasi yang luas yang bisa menampung semua kru, talent dan peralatan tapping. Memiliki desain interior yang bagus, menarik, dan unik. Memiliki banyak varian atau pilihan spot-spot yang banyak sehingga bisa digunakan untuk 5 segmen. Program Sexophone terdiri dari 5 segmen, untuk membuat program menjadi menarik, maka setiap segmennya berada dalam satu lokasi namun bisa dari spot yang berbeda-beda untuk menambah variasi gambar agar tidak membosankan dan spot yang monoton. Lokasi yang terkesan mewah, elegan, dan memiliki suasana yang romantis. Juga pemilik lokasi yang kooperatif dan mudah diajak bekerja sama. Lokasi-lokasi yang biasa dipakai Sexophone untuk tapping host adalah kafe, klub, dan bar. Lokasi tersebut dipilih karena identik dengan tempat dunia malam dunia hiburan. Dan hal ini sesuai dengan konten program Sexophone itu sendiri yang mengupas dunia hiburan seks. Sementara untuk psikolog Zoya, lokasi yang dipilih adalah berdasarkan lokasi liputan. Lokasi
Rundown
028
“Rundown itu kayak susunan acara, kalo di produksi namanya itu kayak skenario lah.” (NU) “Kalo untuk liputan kan uda jelas gitu ada rundown nya, segment satunya mau dibikin gambar apa, trus di segment duanya itu gambarnya seperti apa, dan seterusnya.” (RR) “Ada rundown ya pitching itu, reporter pas pitching ke aku. Itu setelah dia riset.” (II)
tapping Zoya berada di sekitar lokasi liputan. Hal ini dikarenakan Zoya melakukan wawancara terhadap pelaku kegiatan seks yang diliput, sehingga lokasinya pun berdekatan dengan lokasi liputan. Lokasi yang dipilih memiliki kriteria seperti harus yang memiliki kesan personal, karena melakukan wawancara berdua antara Zoya dan narasumber. Sehingga lokasi nya harus yang sepi dan terkadang disesuaikan dengan tema. Contohnya, episode model nude, lokasi wawancara Zoya dan narasumber adalah di studio yang didekorasi seperti tempat pemotretan. Menurut Zettl (2009), salah satu tahap perencanaan pra produksi adalah membuat proposal program yang salah satunya adalah membuat show treatment (angle atau sudut pandang). Show treatment adalah deskripsi ringkasan narasi dari program yang disebut treatment. Treatment berisi tentang segala usul tentang program, penjelasan angle atau sudut pandang, gaya penulisan, ilustrasi program (bisa berupa storyboard). Sementara di Sexophone, show treatment disebut dengan rundown. Rundown dibuat oleh reporter yang akan melakukan liputan. Rundown yang dibuat merupakan susunan acara Sexophone dari awal sampai akhir selama 5 segmen. Rundown yang dibuat adalah rundown untuk
Time Table
029
“Emm ada, ada ada. Yang bikin produsernya, tentang jadwal shooting kapan-kapan aja sampe editing.” (RR) “Time table nya gini, kalo time table activity diary nya itu day to day biasanya yang bikin reporter, itu bisa dilaporkan ke aku bisa ngak. Contoh gini, mereka pergi ke Bandung 6 hari, day pertama ngapain day kedua ngapain.” (II)
liputan yang berisi penjelasan tentang 5 segmen. Penjelasan rinci untuk tiap segmen, misalnya segmen 1 berisi informasi apa dan apa saja kirakira gambarnya sampai segmen 5. Dalam rundown dijelaskan sudut pandang gambargambar yang akan ditayangkan. Rundown ini adalah perencanaan liputan yang dibuat oleh reporter yang harus dipresentasikan atau dipitchingkan kepada produser, asprod, semua tim, sampai eksekutif produser dan kepala departemen untuk mendapatkan masukan dan kritik hingga akhirnya disetujui atau tidak disetujui. Pada perencanaan pra produksi, tim harus membuat jadwal produksi dan harus diinformasikan kepada seluruh pihak yang terlibat. Menurut Zettl (2009), jadwal produksi harus memberitahu semua orang yang terlibat dalam produksi tentang siapa yang melakukan apa, kapan, dan dimana dalam melakukan ketiga tahap produksi (pra produksi, produksi, dan paska produksi). Di Sexophone, jadwal produksi disebut dengan time table. Sebelum melakukan proses produksi, ada proses pembuatan time table atau schedule yang berisi penjadwalan segala aktifitas yang akan dilakukan tim. Mulai dari persiapan pra produksi seperti riset survei, membuat rundown, liputan dari hari apa sampai kapan,
Budget
030
“…biasanya UPM unit production manager itu dia akan memberikan ke Produser usulan budget program. Dia kasih draft dulu nanti kita koreksi, misalnya ni Zoya oh harganya sama oke, oo ini ni naik oke, oo ini dinaikin ni karna harganya sekarang ini uda mahal. Jadi dicek draft nya, disesuain sama kebutuhan, nanti Produser
membuat naskah, jadwal tapping, jadwal dubbing, sampai jadwal editing. Semua itu sudah dijadwalkan day by day menjelaskan apa saja yang dilakukan tim selama beberapa hari liputan dan tapping. Time table berfungsi untuk membuat aktifitas tim menjadi terarah, rapi, disiplin, dan untuk mencegah waktu molor. Hal ini menjadi salah satu strategi tim bagi keefektifan tahap persiapan atau pra produksi Sexophone. Selain time table untuk keseluruhan, Sexophone juga memiliki jadwal shooting khusus pada proses produksi. Jadwal ini menjelaskan apa saja yang dilakukan selama produksi atau shooting untuk tapping setiap jam nya dalam satu hari shooting. Sementara untuk liputan, tidak ada jadwal shooting karena liputan investigasi tidak bisa diprediksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl (2009) bahwa salah satu tahap persiapan produksi adalah membuat Time line produksi lapangan atau dsi Sexophone disebut jadwal shooting. Perencanaan budget adalah hal yang sangat penting bagi sebuah program, karena semua proses produksi membutuhkan biaya untuk merealisasikannya. Menurut Zettl (2009), salah satu proses prencanaan pra produksi adalah dengan mempersiapkan budget. Mempersiapkan
nanya ke kru, aa liputan berapa 6 hari cukup, nah harganya disesuaikan juga, misalnya buat narasumber berapa dan lain-lain. Nah nanti kita kembali ke UPM. Nah dari situ ke BMA…” (II)
budget untuk semua biaya pra produksi, produksi, dan paska produksi. Budget yang dibuat harus detail, yaitu dengan membagi budget ke dalam masing-masing tahap, mulai dari pra produksi, produksi, dan tahap paska produksi. Perencanaan “Kalo budget di Trans, di news ini itu per tiga bulan budget untuk program Sexophone adalah gitu. Jadi, itu uda untuk 3 bulan. Jadi itu sebelum perencanaan budget untuk seluruh proses misalnya budget bulan Januari, Februari, Maret itu produksi mulai dari pra produksi, produksi, nanti akan dibahas di bulan Desember gitu…” (DE) sampai paska produksi. Semua kebutuhan biaya dibuat dengan rinci. Proses perencanaan budget Sexophone diurus oleh sebuah bagian di TRANS TV yang bernama UPM (Unit Production Manager). Dari penjelasan ketiga informan NU, DE, dan II dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan budget biasanya adalah budget per 3 bulan untuk semua program. Diawali dari UPM yang memberikan usulan budget program ke Produser berupa draft yang akan dikoreksi oleh Produser. Produser yang berwenang melakukan koreksi karena Produser yang lebih paham biaya-biaya yang dibutuhkan baik untuk liputan dan tapping. Produser akan membuat perincian budget dengan diskusi dengan semua tim, misalnya diskusi dengan reporter, produser akan bertanya pada reporter biaya yang dibutuhkan untuk melakukan liputan. Misalnya budget dari UPM 10 juta untuk liputan, namun ternyata setelah diskusii tim budget nya 15 juta,
Legal (Perizinan)
031
“…Bikin surat perjanjian kerja sama sama mereka pemilik kafe. Misalnya, aaa. Nanti kita kirim by email suratnya, kalo mereka setuju untuk shooting disana kompensasinya seperti apa. Apa kita harus bayar atau…Ada kerja sama. Kerja sama nya itu apakah ada penulisan nama lokasi dia awal acara atau mungkin nanti di akhir acara kita tampilin logonya.” (RR) “Kalo investigasi liputan ga ada karena diem-diem. Kalo tapping-tapping itu butuh perijinan karena kita
maka Produser akan mengkoreksi budget tersebut. Setelah semua biaya sudah dikoreksi oleh Produser, maka draft tersebut akan dikembalikan dan diajukan kepada UPM. Produser akan berdiskusi dengan UPM dan samasama membahas perencanaan budget yang sudah dikoreksi tersebut, setelah itu UPM akan menyetujui atau tidak menyetujui dan meneruskannya kepada bagian keuangan yang disebut BMA untuk mengeluarkan uang budget nya. Proses perencanaan budget di TRANS TV untuk semua program melalui proses yang sama. Karena budget per tiga bulan, maka biasanya akan direncanakan sebelumnya. Misalnya budget program Sexophone untuk bulan Januari, Februari, dan Maret. Maka perencanaan budget nya sudah dilakukan pada bulan Desember. Masalah perizinan adalah salah satu masalah yang harus dipersiapkan dengan baik. Jika tidak diurus dengan baik, maka akan menghambat proses tapping karena tidak ada tempat. Untuk Sexophone, perizinan yang dibutuhkan adalah ijin lokasi untuk tapping. Biasanya PA akan membuat surat perjanjian kerja sama dengan pemilik tempat dengan memberikan kompensasi kepada pemilik sesuai perjanjian. Bisa membayar biaya sewa memakai tempat, atau bisa juga gratis, bisa
melibatkan space atau lokasi.” (NU)
Kendala dan Hambatan Pra Produksi
032
“Ada kendala jadwal tayang atau deadline. Harus segera tayang tapi kita belum punya tema. Terus kadang-kadang mau berangkat duitnya belum ada. Terus pas mau liputan A pas H min satu atau H min dua tiba-tiba sama atasan disuruh change tema. Terus, kalo kendala itu sih yang kayak kru partner kita sakit harus ganti kru lah. Terus mobil tiba-tiba ga ada pernah, malah sering.” (NU) “Kalo pra produksi biasanya lebih ke narasumber ya
juga mencantumkan nama lokasi pada chargen dan menampilkan logo tempat di akhir tayangan. Proses perizinan yang dilakukan tim Sexophone sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zettl (2009) tentang salah satu proses perencanaan pra produksi yaitu masalah Perizinan. Menurut Zettl, kebanyakan produksi melibatkan orang-orang dan fasilitas yang bukan dari perusahaan atau stasiun televisi kita, sehingga membutuhkan usaha perizinan. Contohnya seperti, izin bagi kru untuk mendapatkan izin masuk untuk meliput suatu acara di suatu tempat, izin parkir untuk shooting, izin memakai tempat untuk lokasi shooting dan bertanggung jawab atas kebersihan lokasi yang digunakan. Sementara untuk liputan investigasi tidak memerlukan perizinan karena dilakukan secara diam-diam dan rahasia. Selama proses pra produksi program Sexophone, ada beberapa kendala baik untuk persiapan liputan maupun persiapan tapping. Untuk persiapan liputan kendalanya adalah seperti, belum memiliki tema sementara jadwal tayang sudah mendekat. Biaya liputan yang terlambat turun padahal sudah mau berangkat melakukan liputan. Di hari-hari terakhir menjelang liputan, tiba-tiba atasan memutuskan untuk mengganti tema, sehingga semua harus dipersiapkan dari
kalo misalnya susah ditembus, terus konten kita kan harus menggali terus kan otak ini ga boleh mati gitu kan. Itu kendala juga ya penggalian konten, penggalian narasumber...” (II) “Kadang ada, karna tidak semua kafe mau...Kita pakai lokasinya untuk acara kita yang tema nya seks gitu kan. Banyak kafe-kafe yang menolak karna kafenya itu nanti dianggap aaa. Punya image tentang aaa tempat transaksi seks gitu.” (RR)
ulang. Kru atau partner tim liputan mendadak tidak bisa hadir atau sakit sehingga harus cepatcepat mencari pengganti. Kendala yang paling sering terjadi adalah mobil untuk liputan yang tiba-tiba tidak ada. Seringkali kantor tidak menyediakan mobil, bahkan sulit meminjam mobil dari kantor. Informan kelima (II) menjelaskan dua kendala utama dalam proses pra produksi yaitu penggalian konten dan penggalian narasumber. Kendala penggalian konten adalah kendala dimana tim tidak boleh kehabisan akal dan kreatifitas untuk menggali konten-konten yang menarik tiap episodenya, harus memaksa otak untuk terus berpikir dan kreatif. Sementara kendala penggalian narasumber adalah ketika narasumber yang sulit ditembus, sulit untuk ditemui dan dijangkau. Untuk persiapan tapping, tidak banyak kendala berarti. Satu kendala yang paling besar adalah tidak semua pemilik tempat untuk tapping mengijinkan tempatnya digunakan untuk shooting Sexophone. Hal ini dikarenakan program Sexophone adalah program seks, sehingga banyak pemilik tempat yang menolak karena takut citra tempatnya menjadi kurang baik sebagai tempat yang berkaitan dengan transaksi seks. Selain itu, rata-rata lokasi-lokasi seperti bar
Strategi atau Trik Untuk Melakukan Pra Produksi
033
“Harus banyak ngobrol, terus sebenernya tu harus serba ideal ya. Banyak ngobrol sehingga kalo misalkan ada banyak diskusi jadi bisa nentuin solusinya barengbareng. Terus kalo bisa apa yang dimungkinkan akan terjadi ketika produksi sudah dipikirkan di pra produksi jadi kita bisa antisipasi, misalnya kalo narsum ga ada harus gimana, oh ternyata disekitar sana ada lagi tempat lainnya, itu sudah harus dipikirin.” (NU) “…that’s why Sexophone itu sering banget ngumpul. Ngumpul-ngumpul ga jelas sih sebenernya..., apa lah ngopi, terus apa ngobrol, dari situ kita bisa bisa dapet info oh disini ada ini loh…terus…antara reporter dan cameraman itu harus saling komunikasi, reporter lo maunya apa sih gitu, gw maunya yang kayak gini gini nanti lo tolong ambil ya gambarnya yang begini begini. Jangan sampe reporter maunya kemana, cameraman maunya kemana gitu…” (DE) “Gini, setiap kendala pasti ada solusi. Terbukti semuanya tayang kan gitu. Artinya kan bagaimana kita bijak untuk mengatasi. Contohnya, kalo kendalanya itu narasumber ya bagaimana otak ini harus mencari lagi...” (II)
dan kafe adalah tempat hiburan malam yang biaya sewa nya tergolong mahal. Terkadang budget yang ada tidak bisa memenuhi biaya sewa tempat. Ada beberapa strategi tim Sexophone untuk merampungkan tahap persiapan atau pra produksi. Dari penjelasan keempat informan, dapat disimpulkan strategi-strategi yang digunakan tim adalah : 1. Banyak komunikasi (ngobrol) antara tim, komunikasi yang terjalin harus lancar, mendiskusikan masalah dan mencari solusi bersama-sama. Tim Sexophone sering berkumpul baik secara formal maupun informal, baik terencana maupun tidak terencana. Sering berkumpul mengobrol sambil makan atau minum kopi bersantai dan membicarakan banyak hal tentang Sexophone. Hal ini membuat komunikasi terjalin dengan baik, juga mempererat hubungan antara satu sama lain, sehingga hubungan menjadi dekat dan akan berpengaruh pada kinerja tim saat bekerja bersama-sama. Hubungan yang dekat dan harmonis antar sesama kru akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal karena dikerjakan dengan rasa percaya dan peduli satu sama lain. Komunikasi yang
“…Jadi kalo misalnya pra produksi ya kita siapin segala sesuatunya dengan baik dan benar biar nanti ga jadi kendala lagi pas proses produksinya.” (RR)
Proses Produksi secara Umum
035
“…Produksinya kita ngatur kan dari awal kita shooting konfirmasi ke semua pihak, selalu terbuka kalo gak kita konfirmasi ke pihak-pihak yang sekiranya menunjang materi liputan kita. Misalkan kan tertutup nih kita ga
lancar ini juga berkaitan dengan apapun yang diinginkan Produser harus disampaikan secara jelas kepada seluruh tim, apapun kendala yang dialami tim liputan dan kru-kru yang lain selalu dikomunikasikan kepada Produser. Begitu juga antara reporter dan cameraman, ada komunikasi yang baik yang terjalin, reporter menjelaskan keinginannya, dan cameraman akan mengambil gambar sesuai keinginan reporter, sehingga hasil akhirnya akan cocok dan sesuai. 2. Selalu memiliki rencana cadangan. Sehingga ketika menemui masalah selalu siap dengan masalah tersebut. Misalnya, tiba-tiba narasumber kabur, maka tim sudah memiliki rencana cadangan, seperti sudah memiliki narasumber lain atau sudah memiliki tema lain. Otak dan kreatifitas tidak berhenti bekerja sehingga terus menggali informasi. 3. Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan benar supaya tidak akan menjadi kendala dan menghambat saat proses produksinya. Segala persiapan disiapkan dengan rinci dan ideal. Proses produksi Sexophone dibagi menjadi dua yaitu liputan dan tapping. Proses tersebut diawali dengan beberapa persiapan dan kegiatan. Menurut Zettl (2009), tahap produksi adalah
mungkin disana ada pesta ga ini ga mungkin, kita nanya ke siapa gitu pak kalo disana biasanya tempat yang nongkrong yang asik dimana pak ya? Banyak cewecewe geulisnya cantiknya ga? Disitulah kita menggali informasi sampe ke yang deal dan segala macem sampe pembayaran narasumber, itu reporter semua… Kalo liputan biasanya pake kamera salah satunya kamera jam tangan yang aku pake, temen didalem mobil pake handycam, di mobil sendiri pake kamera Go Pro di supir. Proses perekaman gambar itu uda dimulai sejak awal sampe di lokasi, perjalanan menuju lokasi atau mencari target, pas chit chat atau transaksi dengan target, pas uda show atau mainnya dengan cewe-cewe. Kan kita itu menguak sebuah fenomena penelusuran gitu, jadi dari awal sampe akhir, dari awal di mobil kita kadang-kadang uda ngerekam, lagi saat nyari kita uda ngerekam, pokoknya pengungkapan fenomena investigasi ya harus total dari awal masuk ke tempat itu ga bisa langsung putus ini akhirnya kayak gimana, harus berakhir terus sampe tujuan akhir mereka itu apa uang misalkan, ya sampe kita serahin uangnya selesai.” (NU) “…mulainya dari pagi-pagi harus kru call dulu yah, telponin satu-satu, audionya kumpul jam berapa misalnya berangkat jam 7 pagi. Kita harus udah pastiin semua kru itu udah ada jam 7 pagi misalnya gitukan, atau dimana gitu. Terus nanti kita dari sini baru naik
tahapan ketika berada di studio untuk latihan atau sesi perekaman gambar, atau memuat kamera video kedalam mobil barang (van) untuk pengambilan gambar di lapangan. Beberapa hal didalam tahap produksi adalah : Peralatan kamera, audio, pencahayaan (lighting), rekaman video, properti, talent (artis), make up dan kostum, persiapan dan pengarahan director. Sejalan dengan pendapat Zettl, proses produksi Sexophone juga mencakup hal-hal tersebut. Berdasarkan penjelasan dari dua informan NU dan RR, maka proses produksi Sexophone secara umum adalah seperti berikut. Liputan : Untuk liputan, yang pertama dilakukan adalah konfirmasi ke semua pihak yang terlibat dalam liputan yaitu tim liputan, fixer, narasumber (untuk liputan terbuka), dan narasumber untuk wawancara dengan Zoya. Setelah itu, tim liputan akan berangkat ke lokasi. Setibanya di lokasi, untuk liputan tertutup dan jika tidak memiliki fixer, maka tim tidak tahu apapun tentang lokasi target, sehingga tim akan bertanya-tanya dan melakukan pendekatan dengan orang-orang disekitar lokasi untuk menggali informasi. Jika tim sudah memiliki fixer, maka biasanya tim sudah membuat janji dengan fixer. Fixer yang akan mengantarkan tim sampai ke lokasi dan bisa
mobil ke lokasi. Oke kalo misalnya dilokasi kita itu harus…nunggu…jadi semua vendor kamera, lampu, listrik, genset dan segala macamnya harus udah dihubungi. Oke dihubungi biasanya mereka langsung ke lokasi untuk alat-alatnya. Pas dilokasi nanti kita harus liat... Liat lagi udah komplit belum. Udah ada krunya, udah ada alatnya. Udah ada kru dan alat baru kita coba untuk tapping, kameranya dimana, lampunya dimana, terus si Chantal host nya itu ada dimana. Kalo udah setting lampu, setting kamera, setting audio, mungkin ditambah properti-properti penunjang,... Baru kita siap untuk proses shooting…Proses shooting nya sih tinggal jalan aja itu udah gampang sih sebenernya, tinggal nanti si Chantal bacain lead nya terus… Break, ada retake-retake seperti itu mungkin kesalahan teknis atau mungkin kesalahan si Chantalnya bisa ada take 1, take 2 dan take seterusnya sampai 5 segment. Selesai, abis itu bongkaran pulang deh.” (RR)
juga sampai memperkenalkan narasumbernya. Perekaman gambar sudah dilakukan tim sejak tim dalam perjalanan di mobil menuju lokasi, mencari target, ketika tim bertanya-tanya dengan orang sekitar, ketika tim sudah berada di lokasi, berbincang-bincang dengan narasumber, show narasumber atau transaksi, hingga sampai akhir membayar narasumber. Artinya, gambar yang direkam adalah dari awal tim berangkat hingga pulang. Perekaman gambar yang dilakukan tim menggunakan 3 jenis kamera, yaitu kamera tersembunyi yang disembunyikan di jam tangan, di topi, di baju, atau di pulpen. Kamera ini dipakai oleh reporter ketika penelusuran. Yang kedua adalah kamera handycam yang dipegang salah satu tim di dalam mobil. Yang ketiga adalah kamera Go Pro yang berada di supir dalam mobil. Semua transaksi direkam dari awal hingga akhir, karena merupakan penelusuran untuk mengungkap sebuah fenomena yang tersembunyi. Tapping : Untuk tapping host, prosesnya diawali dari konfirmasi dengan menelepon seluruh kru untuk pemberitahuan jam berkumpul di kantor dan jam berangkat. Harus memastikan semua kru yang terlibat hadir pada waktu yang ditentukan. Tim juga harus mempersiapkan segala peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan. Sebelum berangkat ke lokasi, tim harus memeriksa kembali segala peralatan dan perlengkapan tersebut agar tidak ada yang terlupakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu persiapan produksi yaitu memeriksa peralatan dan perlengkapan (equipment check). Menurut Zettl, tim harus sangat berhati-hati dan teliti ketika memuat perlengkapan dengan menggunakan checklist (daftar cek) perlengkapan. Sebelum memasukan semua peralatan ke dalam kendaraan, periksa dan tes setiap item atau alat untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan seharusnya. Tim Sexophone menggunakan formulir good request sebagai checklist atau panduan daftar peralatan dan perlengkapan yang harus dibawa dan digunakan untuk shooting. Setelah sudah berkumpul dan siap, maka seluruh kru akan berangkat dengan membawa alat-alat dan properti yang dibutuhkan menggunakan mobil kantor taksi. Sesampainya di lokasi, vendor-vendor alat seperti kamera, lampu, listrik, genset sudah dihubungi sebelumnya diinformasikan lokasi dan jam untuk tapping. Vendor-vendor tersebut biasanya akan langsung datang ke lokasi. Ketika sampai di lokasi, kru harus memeriksa kembali kelengkapan kru dan alat. Setelah itu melakukan proses set up dan
Set Up dan Install Alat
036
install alat, kru akan memasang alat-alat seperti kamera, lampu, dan audio. Menempatkan kamera dan lampu untuk pencahayaan di posisi-posisi yang diinginkan. Mengatur atau mendekorasi spot atau ruangan yang dipakai untuk tapping. Selama persiapan alat tersebut, host akan mempersiapkan diri dengan mengganti baju dan make up. Sementara di make up, host akan sambil menghafal naskah. Setelah itu proses shooting pun bisa langsung dimulai. Sebelumnya, host akan diberi pengarahan sedikit untuk gaya, pandangan ke kamera, berjalan, duduk, sambil minum, dan lain-lain. Ditengah-tengah shooting setiap selesai pengambilan satu gambar, biasanya ada evaluasi dengan melakukan retake-retake atau pengambilan gambar ulang. Untuk tapping wawancara dengan Zoya, prosesnya berkaitan erat dengan liputan. Karena wawancara oleh Zoya dilakukan selama proses liputan. Misalnya liputan 6 hari di Bandung, dari 6 hari tersebut ada satu hari untuk wawancara. Tim liputan akan menentukan lokasi wawancara yang sifatnya lebih personal, tim akan mengatur ruangan atau spot untuk tapping, mengatur kamera dan lampu. Setelah itu proses tapping dilakukan. “Jadi kita datang ke lokasi, kita pilih spot yang Proses awal ketika tim sampai di lokasi tapping sekiranya kamera bisa menghasilkan visualisasi gambar adalah melakukan pengaturan dan install alat.
terbaik di satu tempat itu kan. Oke kayaknya bagus nih disini, kamera ngadep situ, nanti objeknya ada disitu, yuk pasang, baru kamera dipasang. Nah tapi biasanya kita harus cerdas juga ketika kita menentukan satu blocking an itu kita berpikir uda untuk nyampe berapa segmen, kalo misalkan sampe closing bisa disitu atau cuma bisa dua segmen aja, nanti dua segmennya ngadep sini dari arah lain. Kalo Chantal itu bisa pindah-pindah spot nya, tapi kalo Zoya satu spot aja dan diam.” (NU)
Tim akan memilih spot-spot terbaik yang bisa menghasilkan visualisasi gambar yang paling bagus dan indah. Setelah itu tim memasang dan menempatkan peralatan kamera dan lampu beserta segala peralatan pendukungnya. Berikut ini adalah foto-foto tim yang sedang mempersiapkan peralatan. Lampu-lampu dipasang pada posisi-posisi terbaik untuk bisa menghasilkan pencahayaan yang bagus. Berikut ini adalah foto-foto lighting man yang sedang memasang dan mengatur lampulampu. Tim akan memilih warna-warna lampu yang sesuai dengan lokasi dan kebutuhan gambar. Warna lampu bisa merah, kuning, atau biru. Kamera ditempatkan di posisi-posisi untuk menghasilkan gambar-gambar yang bagus. Selain menempatkan kamera, tim juga mengatur warna kamera yang bagus. Karena menggunakan dua kamera, tim harus mencocokan warna kedua kamera agar tetap sama. Tim juga mengatur warna kamera agar sesuai dengan warna kulit objek. Beberapa kali peneliti dijadikan contoh untuk menyesuaikan warna kamera dengan warna kulit objek nanti yaitu host (Chantal). Hal ini dilakukan agar warna kamera tidak menjadi terlalu kemerahan, kebiruan, ataupun kekuningan, tapi sesuai dengan warna
Setting Ruangan (Host)
037
“Biasanya ruangan itu identik sama tema ya yang kita buat, kayak waktu di spa itu kan temanya spa plusplus...” (NU) “Kalo buat Zoya, itu biasanya cameraman nya langsung, tim liputan kan biasanya yang mewawancara, tim liputannya langsung. Jadi yang ngatur ruangan cameraman nya, biasanya itu butuh dua cameraman buat ngebantuin…background nya mau seperti apa gitu, bantuin lighting...” (DE)
objek. Tim juga mengatur warna kamera agar sesuai dengan warna kulit objek. Beberapa kali peneliti dijadikan contoh untuk menyesuaikan warna kamera dengan warna kulit objek nanti yaitu host (Chantal). Hal ini dilakukan agar warna kamera tidak menjadi terlalu kemerahan, kebiruan, ataupun kekuningan, tapi sesuai dengan warna objek. Proses setting dan install alat yang dilakukan tim Sexophone sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu tahap produksi yaitu setup atau pengaturan. Mengatur peralatan dengan menempatkan setiap alat di posisi yang tepat dan sesuai, dan memastikan semua alat berfungsi dan bekerja dengan baik serta siap pakai untuk shooting. Proses pengaturan spot atau mendekorasi ruangan menjadi hal yang sangat penting. Untuk host, dekorasi ruangan yang bagus akan semakin memaksimalkan tampilan gambar. Dekorasi ruangan Sexophone tidak sulit karena biasanya lokasi yang dipilih sudah memiliki dekorasi yang bagus seperti kafe, bar, dan klub. Tim tidak perlu banyak mendekorasi, hanya menambahkan beberapa properti tambahan saja untuk mempercantik ruangan dengan lilin dan bunga. Terkadang dekorasi ruangan juga disesuaikan
Lighting
038
“Itu lebih ke art, kita harus tetep kesan malemnya tetep dapet, kita ga terang benderang kayak sinetron. Makin redup makin misterius juga.” (NU) “Kalo warna lampu itu sebenernya sih dari filter nya kan, ada warna biru, ada warna ungu, ada warna merah gitu dan segala macamnya…” (RR)
dengan tema episodenya, misalnya temanya adalah spa plus-plus, maka shooting dilakukan di lokasi salon spa, memakai ruangan spa untuk pengambilan gambar. Untuk wawancara dengan Zoya, biasanya pengaturan dan dekorasi ruangan dilakukan oleh tim liputan sendiri, karena proses tapping berada diseputaran proses liputan. Tim akan memilih tempat yang sepi dan mengatur ruangan sedemikian rupa yang memiliki kesan personal untuk wawancara. Penentuan warna lampu untuk lighting atau pencahayaan Sexophone biasanya adalah warnawarna lampu yang tidak terlalu terang. Karena program ini ditayangkan pada malam hari, maka menggunakan lampu-lampu yang mengesankan suasana malam hari. Selain itu, program ini adalah program dewasa yang menbahas tentang seks, sehingga identik dengan kesan redup dan remang-remang. Warna lampu yang dipilih juga yang menggambarkan dunia malam dunia seks. Lampu-lampu yang digunakan pada program Sexophone biasanya adalah warna merah, biru, kuning, dan ungu. Warna-warna tersebut dihasilkan dari filter-filter lampu yang bisa diubah-ubah. Warna-warna tersebut menggambarkan kesan malam hari dan biasanya juga disesuaikan dengan lampu-lampu yang
Latihan (Rehearsal)
039
sudah ada di lokasi. “Ga ada latihan, paling host nya ngafal naskah sendiri Proses latihan yang ada di Sexophone sesuai waktu make up, terus waktu kamera masih ngatur- dengan penjelasan dari Zettl (2009) tentang salah ngatur gitu.” (NU) satu tahap dalam proses produksi yaitu latihan (rehearsal). Menurut Zettl, proses rehearsal “Kalo latihan jarang sih yah, karena mungkin kita adalah melakukan latihan pada setiap take sudah terbiasa dengan konsep ini jadi jarang sekali gambar sebelum direkam, mengarahkan kepada ada latihan, hampir nggak pernah. Si host nya mungkin talent dan kru apa yang seharusnya dilakukan dan dia latihan dan baca lead nya sambil make-up gitu terus apa yang tidak seharusnya dilakukan. Proses sambil pake baju.” (RR) latihan atau rehearsal dalam produksi Sexophone adalah dalam bentuk latihan menghafal naskah lead in lead out yang dilakukan oleh host. Proses latihannya dilakukan host sambil make up dan menata rambut. Sementara tim menyiapkan spot, mengatur dan menempatkan alat, host akan di make up sambil menghafal naskah dan latihan sendiri. Latihan juga bisa dilakukan host di sela-sela pengambilan gambar. Ketika selesai pengambilan satu gambar sambil menunggu tim evaluasi atau menyiapkan alat lagi untuk pengambilan gambar berikutnya, host bisa sambil menghafal naskah. Di Sexophone, proses latihan secara bersamaan jarang dilakukan karena seluruh kru dan host sudah terbiasa dengan konsep tapping Sexophone. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari kedua informan NU dan RR bahwa latihan jarang dilakukan, latihan yang dilakukan biasanya
Pengarahan dan Koordinasi
040
“Kalo sekarang pengarahan tidak berkumpul dalam satu waktu setelah itu baru tapping, ngak. Tapi sekarang lebih ke sambil beraktivitas sambil ngarahin. Kalo sekarang jadi tinggal jalan-jalan aja. Kan ada monitor-monitor kan kamera ini bisa terlihat dalam monitor. Jadi si director di lapangan gampang untuk ngontrolnya, kamera ini angkat naik kurang atas kurang smooth gerakannya gini gini gini, ga usah datengin orangnya. Teriak aja, kalo ga teriak pake HT.” (NU) “Itu sih ada nanti diarahin si Chantalnya mau seperti apa, muter kemana, jalan berapa langkah, nah itu biasanya di breafing secara khusus sebelum di shooting.” (RR) “Kalo briefing aa pasti ada sih ya, paling kalo briefing tu…tapi bukan briefing yang ngumpul gitu ngak. Jadi misalnya director nya biasanya Rangga tu, dia bilang ke lighting lightingman, gw maunya lampunya gini ya, terus nanti dia deketin campers nya ntar lo ngambilnya dari angle sini ya dari sini ya gitu jadi di briefing satusatu. Nanti misalnya bajunya yang mana nih, pilihin ya…” (DE)
adalah latihan naskah oleh host dan itu pun dilakukan host sendiri. Setelah host selesai mengganti baju, make up, menata rambut dan latihan menghafal naskah, maka proses selanjutnya adalah briefing (pengarahan) dan koordinasi. Di Sexophone, pengarahan dilakukan tidak secara formal dimana semua kru dan talent berkumpul dalam satu waktu. Pengarahan dan koordinasi dilakukan sambil beraktivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Zettl tentang salah satu proses produksi yaitu walk through. Menurut Zettl, sebelum memulai latihan dan pengambilan gambar, harus memberikan pengarahan (brief walk through) kepada kru dan talent untuk menjelaskan poinpoin penting produksi seperti, posisi kamera, gambar-gambar (shots) spesifik, dan prinsipprinsip aksi. Pengarahan yang dilakukan di Sexophone menyangkut segala hal yang berkaitan untuk proses shooting. Sebelum memulai shooting, director akan memberi pengarahan sebentar secara singkat kepada host untuk posisi berdiri, duduk, atau sambil berjalan dan cara membaca naskah untuk pergantian kamera. Misalnya satu paragraf host menengok ke kamera EX3 tripod dan paragraf berikutnya menengok ke kamera EX3 porta. Untuk pengarahan dan koordinasi dengan kru,
Pengambilan Gambar
041
“Ketika yang satu master, satu kamera itu harus master. master itu biasanya itu…luasan gambarnya seluruh badan dan seluruh ruangan itu terlihat. Yang satunya lagi buat gambar-gambar detil, gerakan tangan…muka, langkah kaki itu diisi. Jadi biar gambar yang master tetep, tapi disela-sela omongannya dikasi gerakan bibir
biasanya director akan menghampiri langsung setiap kru pada saat pengaturan dan penempatan alat. Misalnya director akan menghampiri campers untuk menjelaskan keinginannya seperti mengambil gambar dari arah dan angle tertentu, pergerakan kamera dan lain-lain. Selain campers, director juga akan menghampiri lighting man untuk menjelaskan warna dan posisi lampu sesuai keinginannya. Ketika sudah memulai shooting, director dari tempat duduknya didepan monitor juga tetap mengarahkan host dan kru. Misalnya menginstruksikan host untuk geser ke kanan atau ke kiri, atau mengedit naskah host dengan mengurangi kata-kata, meminta campers untuk menaikan atau menurunkan kamera, meminta lighting man untuk mengganti warna lampu, meminta PA untuk menambahkan atau menggeser asesoris tambahan disamping host. Arahan director tersebut dilakukan director dengan berteriak atau menggunakan HT dan sambil melihat hasil gambar kamera di monitor. Menurut herbert Zettl (2009), salah satu tahap dalam proses produksi adalah perekaman gambar (video recording). Menurut Zettl, Sebelum merekam gambar, memastikan kepada camera operator apakah kamera sudah siap atau belum, apakah white balance kamera sudah sesuai atau
gitu, dan kalo bisa jangan kehilangan moment, jadi belum. Memperhatikan latar depan dan latar harus fokus cameraman nya.” (NU) belakang untuk aksi adegan, mendengarkan dengan cermat berbagai suara latar yang “…Itu sih insting dari seorang kamera harusnya ada, terdengar selama pengambilan dan perekaman harus ada dari director nya yah, mau gambarnya gambar dan suara. Selama proses perekaman seperti apa, framing nya seperti apa, apa harus jalan gambar di Sexophone, cameraman selalu apa harus stay disitu atau pas naskah sekian harus menjaga dan memantau posisi dan warna kamera, nengok kesini atau kesana... Yang pasti sih itu harusnya audio man memastikan suara-suara yang masuk dibuat bervariasi, agar penonton yang nonton nggak dalam rekaman jangan sampai ada suara noise boring.” (RR) yang masuk, dan director yang memperhatikan dan memantau kualitas gambar yang dihasilkan di “…Pake dua kamera itu lebih variatif, itu untuk variatif monitor. gambar sih sebenernya kalo ada dua kamera itu…jadi Proses pengambilan gambar memiliki trik-trik misalnya nih kamera 1 close ke Chantal, nanti yang tertentu sebagai strategi tim untuk menghasilkan kamera lainnya bisa ngambil gerakan tangan Chantal visualiasai gambar terbaik. Untuk tapping host atau mungkin ngambil Chantal dari angle berbeda, itu dan psikolog, tim selalu menggunakan dua lebih variatif, penonton juga ga bosen kan. Bisa change kamera, yang satu adalah kamera EX3 dengan kamera juga, misalnya ngomong satu paragraf kesini, porta jib yang digunakan untuk mengambil paragraf selanjutnya kesini…” (DE) gambar yang cakupannya lebih luas, yaitu secara keseluruhan. Sementara kamera yang kedua adalah kamera EX3 dengan tripod yang digunakan untuk mengambil gambar detail seperti gerakan tangan, gerakan mulut, mata, dan langkah kaki. Pada saat yang bersamaan kedua kamera mengambil gambar, yang satu mengambil gambar objek sedang berjalan secara keseluruhan badan, kamera yang satu mengambil gambar detail kaki
objek yang sedang melangkah berjalan.Untuk menghasilkan gambar seperti ini, seorang campers dan director harus memiliki insting yang bagus untuk mengambil gambar-gambar terbaik dan dari angle terbaik. Gambar-gambar yang diambil harus bervariasi supaya tidak terkesan membosnkan dan monoton, artinya gambar yang diambil tidak hanya satu jenis gambar dan tidak hanya satu angle saja. Misalnya mengambil gambar host secara bervariasi seperti host duduk, berdiri, berjalan, sedang minum, atau sedang main billiard. Angle atau sudut pandang pengambilan gambar juga bervariasi seperti dari sebelah kanan, sebelah kiri, atau dari atas host. Selain itu juga harus fokus sehingga tidak kehilangan moment untuk pengambilan gambar. Misalnya gambar yang diambil hanya gambar objek berjalan secara keseluruhan badan, sementara gambar detail langkah kaki nya tidak diambil. Hal ini berarti campers tidak fokus dan kehilangan moment. Strategi lainnya adalah dengan change kamera atau pergantian kamera, yaitu ketika host membaca satu paragraf ia menghadap ke kamera EX3 porta, selanjutnya ketika paragraf berikutnya ia menghadap ke kamera EX3 tripod. Setiap selesai mengambil satu take gambar, maka biasanya talent akan diam selama beberapa detik
Evaluasi Shooting
042
“Sebenernya kalo denger produser bilang take satu choose atau oke itu sebenernya evaluasi. Cut, Tom…kameranya jangan terlalu atas nanti pas…out frame nya. Atau misalnya Mba Chantal geser kemana gitu, itu sudah evaluasi.” (NU) “Oiya, kadang suka ada retake gitu kan. Retake itu kan sebenernya juga bentuk dari evaluasi juga kan. Oh gambar lo kurang ini nih gambar lo goyang misalnya,
untuk memberikan jeda. Hal ini dilakukan agar proses editing menjadi lebih mudah, editor tidak akan kesulitan memotong dan menggabungkan gambar-gambar. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Zettl (2009) tentang proses perekaman gambar (video recording) bahwa setiap akhir take, pastikan talent diam beberapa saat dan kamera tetap merekam beberapa detik untuk materi tambahan. Hal ini juga akan mempermudah editor dalam mengedit gambar pada paska produksi. Untuk tapping Zoya, ada dua kamera yang digunakan yaitu kamera dengan tripod dan porta jib. Kamera ini bukan berasal dari vendor tetapi dari logistik TRANS TV. Proses pengambilan gambar untuk Zoya sama hal nya dengan Chantal. Mengggunakan dua kamera, satu kamera untuk mengambil gambar keseluruhan dan satu kamera lainnya untuk mengambil gambar detail. Ada evaluasi yang dilakukan tim pada saat proses produksi. Evaluasi dilakukan disela-sela shooting masih berlangsung. Biasanya, setiap kali selesai mengambil satu take atau satu gambar, hasil gambar yang baru saja diambil akan langsung dievaluasi. Jika sudah bagus maka hasil gambar akan langsung dipilih, namun terkadang jika sudah bagus namun merasa belum pasti, untuk amannya akan diambil gambar lagi sebagai
lo aa agak kekiri dikit deh jangan kekanan gitu. Itu cadangan atau yang biasa disebut gambar evaluasi yang langsung makanya ada retake kan.” (DE) “choose”. Jika gambar masih belum bagus, maka akan dilakukan pengambilan gambar ulang atau retake. Gambar-gambar yang sudak “ok” atau ”choose” ditcatat oleh PA (Production Assistant) sebagai panduan untuk editing dalam memilih gambar di paska produksi. Biasanya dicatat di naskah lead host, sehingga di setiap segmen dari 1 sampai 5 di naskah sudah ada catatannya gambar mana saja yang “ok” dan “choose”. Jika kamera kurang pas, maka akan langsung dievaluasi. Director akan langsung menginstruksikan untuk memperbaiki warna atau posisi kamera yang tadinya kurang tepat. Misalnya warna kamera terlalu gelap, atau gambar yang dihasilkan blur atau goyang akan langsung dievaluasi saat itu juga. Proses evaluasi yang dilakukan tim Sexophone di sela-sela pengambilan gambar, sesuai dengan pendapat Zettl tentang salah satu proses produksi yaitu perekaman gambar. Menurut Zettl, setiap kali selesai mengambil satu gambar, putar ulang pada monitor dan dilihat kenbali, jika sudah bagus maka shooting dilanjutkan dengan gambar atau adegan lain, namun jika hasil gambar kurang bagus maka bisa dilakukan pengulangan pengambilan gambar. Begitu pula yang dilakukan Director setiap selesai mengambil gambar akan
Dismantle (Bongkaran)
043
“Biasanya kita kan harus cek dulu audionya aman atau ngak, sebelum mastiin shooting selesai. Audio aman atau ngak, gambarnya ada semua atau ngak gitu, takutnya ga ke record misalnya. Nah kita kan pake kamera EX3, EX3 ini dia ga pake kaset dia pake kayak memory gitu jadi harus di transfer dulu ke hardisc, harus ditransfer ke hardisc gitu. Jadi setelah ditransfer baru kita mastiin ada semua ngak data-datanya, barulah kita bisa pulang...” (DE) “Jadi kalau sudah selesai kalo di kita sih bahasa kasarnya bongkaran yah. Jadi sesudah selesai shooting nanti kan alat-alatnya dibongkar lagi lampunya dan kameranya dikembalikan, kita cek lagi, biasanya tugas PA untuk mencatatnya, nah semua alat oke, kameranya dudah cukup, lampunya udah cukup oke kita selesai gitu kan pulang istilahnya.” (RR) “…Biasanya karna kan kalo Sexophone itu kamera dan audio itu uda ada petugas penanggung jawabnya dari rental. Jadi kita kalo selesai shooting tinggalin aja ke mereka. Kalo alat-alat yang dibawa dari kantor tanggung jawab si pengambil alat itu dari logistik biasanya cameraman. Jadi prosesnya itu dikumpulin, dikembalikan harus sama jumlah sama jenis-jenisnya, sama yang di logistik dites lagi, audio dicek-cek dulu,
langsung diputar ulang di monitor untuk dievaluasi. Setelah proses pengambilan gambar selesai, maka proses selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan gambar dan audio. Memastikan gambar-gambar yang diambil benar-benar terekam dan tersimpan, juga memastikan tidak ada noise dalam audio. Setelah sudah diperiksa dan semua lengkap, maka proses selanjutnya adalah mentransfer hasil gambar yang sudah direkam dengan memindahkan data dari memory card kamera ke hardisc untuk nanti akhirnya diberikan kepada editor. Proses pemeriksaan ini sejalan dengan pendapat dari Fachruddin (2012) tentang pelaksanaan produksi. Menurut Andi, setelah selesai shooting, reporter dan camera person melakukan preview atau checking hasil shooting. Begitu juga yang dilakukan tim Sexophone, tim akan melihat kembali hasil shooting untuk memastikan bahwa semua gambar terekam dan tidak ada yang terlupakan. Setelah memindahkan data ke hardisc, maka proses selanjutnya adalah dismantle atau yang biasa disebut tim adalah bongkaran. Tim akan membereskan semua peralatan, megumpulkan dan mengecek kembali kelengkapan setiap alat baik dari segi kuantitas atau jumlah, dan dari segi kualitas apakah kondisi alat tetap bagus dan tetap
kamera dicek dulu…” (NU)
Kebersihan
044
sama seperti sebelum digunakan. Biasanya PA yang mencatat dan memastikan semua alat dan properti lengkap dan dalam kondisi yang baik. Proses dismantle atau bongkaran ini merupakan bentuk pertanggung jawaban tim terhadap peralatan khususnya yang dipinjam dari logistik kantor. Untuk peralatan yang disewa dari vendor atau rental, biasanya vendor-vendor tersebut yang membereskan dan mengecek peralatan mereka. Proses bongkaran Sexophone sesuai dengan penjelasan dari Zettl (2009) tentang salah satu tahap dalam proses produksi yaitu strike and equipment check. Yaitu proses mengumpulkan dan memeriksa peralatan dan perlengkapan. Membereskan semua peralatan shooting dan membawa kembali semua naskah, shot sheets, dan log sheets. Sebelum memasukan semua peralatan dan perlengkapan ke dalam kendaraan, floor manager, kepala kru, atau PA (production assistant) harus memastikan semua perlengkapan lengkap dan tetap berfungsi dengan baik sama seperti sebelum digunakan, pemeriksaan dilakukan dengan melihat checklist perlengkapan. Tim Sexophone akan memeriksa peralatan sambil melihat form good request sebagai (checklist) daftar peralatan yang digunakan. “…biasanya sih beres-beres ngebersihin lokasi. Itu Menurut Zettl (2009), proses strike and sebenernya tanggung jawab kita semua cuma ada OB equipment check juga berkaitan dengan mengatur
yang membantu.” (RR)
Kendala dan Hambatan Produksi
045
“Kalo untuk proses liputan kendalanya janji sama narasumber, misalnya narasumber tiba-tiba ngebatali…Kalau untuk proses tapping nya sih jarang ada kendala paling hujan yah. Kalau hujan mungkin dilokasi... Audio nya keganggu tidak gitu kan, atau misalnya ada suara-suara bising mobil gitu-gitu sih, tapi itu jarang.” (RR) “…kalo kendala itu takut ketahuan…Atau karna kita… penelusuran…ditempat-tempat hiburan malem misalnya yang notabene nya ga boleh bawa kamera ga boleh bawa apa, deg-deg an nya adalah kalo kita ngelewatin security. Nah itu ya deg-degan nya disitu, karna kan kita harus nyamar lah harus apa gitu kan…Kebanyakan sih audio ya, misalnya audionya ini ni atau kendala kamera, kameranya kan kita ada dua kamera itu harus nyocokin warnanya harus sama. Kadang-kadang yang yang ditemuin adalah kamera yang ini ga sama dengan kamera satunya. Jadi pas jadi loh kok beda gambarnya,
lokasi tempat shooting, menata semua peralatan (furniture, tirai, dan lain-lain) yang ada di lokasi ke tempat semula, membersihkan lokasi. Di Sexophone, setelah proses bongkaran selesai, maka proses selanjutnya adalah membersihkan lokasi yang digunakan untuk shooting. Semua tim dibantu OB (Office Boy) ikut membersihkan dan merapikan lokasi seperti semula sebelum digunakan shooting. Setiap kali tapping, selalu ada satu orang OB yang ikut sebagai helper tapping. Ada beberapa kendala selama proses produksi baik liputan maupun tapping. Untuk liputan, kendalanya adalah ketika narasumber yang tibatiba membatalkan janji sehingga kinerja tim menjadi terhambat, jadwal berubah, atau bahkan sampai harus mencari narasumber lain yang merupakan hal sulit. Selain itu, kendala saat liputan adalah jika sampai penyamaran tim liputan terbongkar. Oleh karena itu, setiap kali liputan, selalu ada rasa takut dan was-was jika ketahuan. Misalnya ke tempat hiburan malam yang tidak boleh membawa kamera, tim selalu merasa khawatir dan tegang ketika melewati security atau satpam. Kendala lainnya adalah ketika gambar-gambar yang dikira sudah terekam ternyata tidak terekam. Beberapa kali terjadi kelalaian dimana kamera
loh tone warnanya kok beda gitu, itu kendala teknis sih…Karna kendalanya di program ini ya sebenernya itu di produksinya misalnya kan kita pake aa apa alatalatnya itu kamera-kamera tersembunyi. Kamera tersembunyi itu kan kita ga bisa atur kan, kalo kamera PD biasa mau kita zoom, misalnya warnanya kurang terang bisa kita atur. Nah ini kan kamera tersembunyi yauda kadang-kadang gambar yang kita butuhin ga ada gitu misalnya. Gambar yang kita butuhin ternyata ga ke record misalnya, tiba-tiba kameranya mati gitu, itu kendalanya disitu…” (DE)
tersembunyi ternyata belum dinyalakan, tiba-tiba mati, jatuh, atau rusak. Kamera-kamera tersembunyi juga tidak bisa diatur seperti kamera EX3, karena tim tidak bisa mengatur warna, terang gelap, kefokusan dari kamera tersembunyi. Sehingga gambar-gambar yang dihasilkan kadang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Untuk tapping, kendala-kendalanya adalah seperti kru atau talent yang datang terlambat sehingga waktu produksi pun jadi mundur. Hal ini menyebabkan jadwal berubah, banyak waktu “Kendala banyak. Kadang-kadang pengisi acara baik host maupun bintang tamu terlambat, mati lampu..” terbuang sia-sia karena keterlambatan SDM nya. Yang kedua adalah mati lampu di lokasi yang (NU) menyebabkan proses produksi terhambat. Yang ketiga adalah kendala gangguan pada audio seperti jika hujan turun maka bisa menganggu audio, atau suara-suara berisik mobil-mobil diluar yang masuk ke audio sebagai noise. Yang keempat adalah kendala pada kamera, karena memakai dua kamera sehingga warna kedua kamera harus benar-benar cocok dan sama. Kadang-kadang ditemui warna yang berbeda pada kedua kamera, sehingga menghasilkan warna gambar yang berbeda dan tidak sinkron. Misalnya kamera EX3 porta yang mengambil objek seluruh badan warnanya lebih kekuningan, sementara kamera EX3 tripod yang mengambil close up bibir objek warnanya lebih kebiruan. .
Strategi atau Trik Untuk Melakukan Produksi
046
“…Kadang-kadang pas kita chit chat dia tu susah banget ngomongnya kayak gimana, kita sodorin uang sodorin uang. Biasanya kamu dibayar berapa, kita tanya gitu. Kayak di episode sex in the course, kalo ga salah si pelacurnya ga mau bilang pengennya langsung maen aja padahal aku ga pengen maen, aku pengen wawancara kan. Ngapain sih nanya-nanya kayak wartawan aja, trus aku langsung bilang…ngeles aja ya aku sebelum maen biasanya pengen ngobrol-ngobrol dulu biar nyambung, biasanya dibayar berapa, dibayar tiga ratus, yauda ini aku bayar enam ratus kita ngobrolngobrol dulu. Eh jadi semangat dia gitu kan. Ada teknik-teknik yang ga kita rencanain tapi kita temuin, wah tekniknya harus kayak gini nih di lapangan, sesuai dengan kondisinya. Kalo misalkan sama pelacur yang kayak gitu kita tawarin uang langsung mau, kalo misalkan sama yang tante-tante gigolo mereka kan justru yang bayar cowo kan, bukan kita. Kita justru ga bisa…ngeliatin duit ke dia, tapi kita dandan lah sebelum liputan biar si tantenya semangat… Akan semakin terasah ketika sering melakukan itu. Kita jadi pandai berkilah, yang awalnya deg-degan sekarang uda ngak.” (NU)
Ada teknik tersendiri yang menjadi strategi untuk melakukan proses produksi liputan. Ketika sudah berhadapan dengan target, reporter harus bisa berakting dengan baik sehingga target tidak akan merasa curiga sedikitpun. Tim dituntut untuk pandai menyamar dan akting. Harus bisa bertanya-tanya untuk mendapatkan banyak informasi tanpa ketahuan identitas dirinya sebagai reporter. Oleh karena itu bahasa dan cara bertanya nya pun harus alami dan luwes seperti benar-benar seorang pelanggan atau konsumen dari target. Ketika sedang bersama target, usahakan banyak mengobrol tanpa harus melakukan seks, karena tujuan utama adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, harus pintar berkilah jika target sudah mulai sedikit curiga, harus mampu meyakinkan target dengan baik. Teknik-teknik tersebut pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi liputan masing-masing. Kondisi-kondisinya bisa berbeda-beda karena target atau narasumbernya juga selalu berbeda tiap liputan, sehingga cara menghadapinya pun juga berbeda. Misalnya, ketika liputan dengan pekerja seks komersial yang langsung ingin melakukan hubungan seks, maka triknnya adalah dengan memberikan uang diawal dan meminta pekerja seks komersial tersebut untuk berbincang-bincang terlebih
Proses Paska Produksi secara Umum
048
dahulu. Lain halnya jika liputan tentang gigolo, tim akan berpura-pura menjadi gigolo, karena pelanggannya biasanya adalah wanita dewasa, maka triknya tidak bisa dengan memberikan uang, tapi dengan berdandan yang rapi sehingga disukai oleh pelanggan wanita dewasa. Berdasarkan penjelasan dari informan kedua (NU), dapat disimpulkan proses paska produksi Sexophone secara umum adalah : 1. Setelah selesai shooting liputan dan tapping, maka materi shooting tersebut akan diberikan kepada editor. Hasil rekaman suara wawancara saat liputan akan diproses oleh reporter yaitu melakukan verbatim. Verbatim adalah memindahkan semua hasil rekaman menjadi tulisan kata-kata. Semua pembicaraan yang terekam dijadikan bentuk tulisan secara detail. Hasil verbatim ini digunakan untuk membuat naskah dubbing voice over. Ketika verbatim, reporter juga mencatat time code atau kode waktu gambar untuk tiap tulisan. Di setiap bagian tulisan hasil verbatim ditulis time code rekaman gambarnya. Hal ini untuk memudahkan editor mengedit gambar yang dicocokan dengan tulisan naskah hasil dari verbatim.
“Paska produksi yang biasa dikerjain adalah selesai liputan reporter memberikan materi liputan. Materi liputan itu dari hasil rekaman lalu melakukan verbatim. Verbatim itu aa memindahkan data hasil rekaman menjadi tulisan. Semua materi itu kita tulis… Buat naskah. Waktu verbatim itu kita menulis semua detail percakapan, kita menulis time code nya. Nah terus setelah verbatim selesai biasanya dua hari ditulis tangan abis sampe berapa lembar gitu, akhirnya nanti tulisan tangan itu aku masukin lagi ke ketikan…Nah setelah itu selesai, baru si reporter membuat naskah, naskah liputan… Nah naskah langsung disetor ke produser, langsung di edit…Jadi setelah verbatim kita merangkai naskah membuat naskah, kalo naskah itu kan gabungan antara tulisan verbatim ya percakapan dengan aa tulisan kita interpretasi kita. Itu dikasihin ke produser, produser ngedit naskah itu…naskah yang udah diedit langsung di dubbing. Nah setelah di dubbing itu kan berupa kaset ya berupa vo di capture…Masuk ke buat ng-editing…Nah barus diprosesnya sama editor… Setelah selesai editing terus preview sama kalo ada yang kurang diedit lagi, kalo 2.
Setelah selesai verbatim maka reporter akan
uda oke langsung di print, kita serahkan ke QC quality control. Setelah QC sudah oke, langsung siap tayang…” (NU)
membuat naskah VO, butuh waktu 2 sampai 3 hari untuk menyelesaikan naskah beserta time code nya. Hal ini untuk memudahkan proese editing oleh editor, karena naskah merupakan panduan untuk editing. Di dalam naskah ada tulisan dan ada time code gambar-gambar untuk mencocokannya dengan tulisan naskah. Naskah yang dibuat oleh reporter adalah gabungan dari hasil verbatim dan interpretasi pemikiran reporter itu sendiri tentang tema yang dibahas. Setelah naskah selesai, maka naskah tersebut akan diberikan kepada Produser untuk diperiksa kembali, Produser akan mengedit naskah yang dibuat reporter. Biasanya Produser hanya memperbaiki struktur kalimat yang salah atau mengganti kata-kata yang terlalu kasar atau vulgar. Proses menulis naskah yang dilakukan reporter Sexophone sesuai dengan pendapat Zettl (2009) tentang salah satu proses pra produksi yaitu menulis naskah. Menurut Zettl, naskah mewakili elemen penting produksi dari penyajian program televisi. Naskah memberi panduan artis tentang apa yang harus diucapkan olehnya. Naskah mengindikasikan bagaimana adegannya, dimana dan kapan adegan diambil, juga berisi informasi penting tentang pra produksi, produksi, dan paska
produksi. Naskah berisi nama acara, tanggal, pengarah acara, dan remark atau ucapan katakata. Naskah program Sexophone memuat informasi tentang gambar adegan yang dipakai, backsound lagu, sound effect, dan narasi voice over. 3. Setelah naskah sudah diedit oleh Produser, maka naskah akan langsung diberikan kepada pengisi suara (dubber) Sexophone untuk langsung di dubbing. Proses dubbing dilakukan sendiri oleh dubber di ruang dubbing dengan panduan naskah. Dubber yang digunakan untuk Sexophone adalah suara wanita dewasa dengan suara yang seksi dan sensual. Proses paska produksi di Sexophone mulai dari menyerahkan hasil liputan dan tapping ke editor, membuat naskah, proses dubbing, hingga proses editing offline dan online sesuai dengan penjelasan paska produksi dari Andi Fachruddin (2012). Menurut Andi, proses paska produksi mencakup : camera person dan reporter menyerahkan kaset atau card hasil shooting kepada news editor dengan data shooting (shooting list), proses editing, membuat grafik untuk pendukung materi berita, reporter membuat naskah berita yang disesuaikan dengan gambar atau suara yang di-
shooting (disinkronisasi), proses dubbing. 4. Setelah proses dubbing selesai, maka data dari hasil dubbing akan ditransfer ke komputer editor. Semua materi liputan dan tapping harus dicek kembali sudah lengkap dan terkumpul semua untuk masuk ke editing. Hasil-hasil gambar liputan juga sudah diberikan kepada editor beserta panduan dari naskah yang berisi gambar apa saja yang dipilih dan dimasukan ke editing. Hasil gambar tapping host juga sudah diberikan kepada editor beserta catatan take gambar yang “ok” dan yang “choose” pada saat tapping. Gambar “choose” menjadi gambar pilihan atau cadangan bagi editor. Naskah juga diberikan kepada editor sebagai panduan editing. Setelah semua terkumpul maka editor akan langsung melakukan proses editing offline dan online. Pada editing offline, editor akan memotong dan menggabungkan gambargambar agar tersusun. Pada editing online, editor akan menambahkan transisi antara satu gambar dengan gambar yang lain, memasukan sound effect, memasukan special effect, memasukan suara VO dan backsound, serta memasukan tulisan. Proses editing Sexophone juga sesuai dengan pendapat dari Abidin (2009 : 32), bahwa ada
beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap paska produksi, yaitu penyuntingan (editing), pemaduan, pencampuran (mixing), rekayasa kreatif (manipulating, montage). Editor Sexophone menyunting atau memotong gambar-gambar, menggabungkan atau memadukan gambar-gambar tersebut, mencampur gambar dengan suara dubbing dan backsound atau lagu, serta memberikan efekefek khusus atau rekayasa kreatif. Editor akan menggabungkan gambar-gambar liputan dan gambar tapping host dan gambar wawancara dengan Zoya sesuai dengan panduan dari naskah. Artinya, naskah menjadi panduan atau guidance editor untuk mengedit. Naskah berisi urutan untuk suara voice over dan urutan gambar dari awal hingga akhir, dari host opening sampai host closing yang dtengah-tengahnya adalah gambar-gambar liputan dan wawancara dengan Zoya. Setelah itu editor juga akan menggabungkan suara hasil dubbing sebagai voice over, memasukan lagu-lagu atau backsound tertentu, hingga akhirnya selesai menjadi hasil editing final. Selama proses editing, editor juga ditemani oleh Produser, Asprod, atau reporter yang melakukan liputan. 5. Setelah selesai, maka hasil editing final akan di
preview oleh Produser dan tim. Jika Produser sudah ok maka akan di preview oleh atasan yaitu Eksekutif Produser dan Kepala Departemen. Jika ada kritik maka akan diubah diedit kembali, jika sudah ok maka akan langsung di print yaitu dimasukan kedalam kaset DV 126. Hasil jadi yang sudah di print akan langsung diberikan ke LSF (Lembaga Sensor Film) dan ke Quality Control TRANS TV. Jika tidak ada perubahan atau kritik, maka akan segera ditayangkan. Strategi Penulisan Naskah
049
“Kalo teknis kalo bahasaku selalu pengen ngegunain bahasa yang gak biasa…Karna aku melihat juga siapa sih target audiens kita. Terus kadang-kadang aku ngeliat film-film kalo nggak dokumenter-dokumenter orang. Nah ini strategi aku juga nih aku sering perhatiin naskah-naskahnya liputan-liputan di tv-tv luar, channel-channel luar kayak national geography kan nggak ngerti bahasanya tapi keren. Langsung aku aplikasiin pokoknya kalo bisa tuh sering pake bahasa kiasan, bahasa orang yang harus mikir dua kali tapi sebenernya jelas. Sebenernya simpel gitu, cuma katakatanya aja. Terus sama alurnya itu kita bisa main bolak-balik, nggak subjek objek predikat gitu terus nggak kalimat aktif. Tapi justru aku lebih banyak mainin kalimat pasif, justru mainin disitu…” (NU)
Ada strategi tertentu dalam penulisan naskah untuk Sexophone, baik naskah untuk voice over maupun naskah untuk opening dan closing host. Strateginya adalah menggunakan bahasa yang tidak biasa yaitu bahasa kiasan dengan istilahistilah, dan banyak menggunakan kalimat pasif sehingga alur kalimatnya bisa dibolak-balik tidak selalu kalimat aktif dengan subjek objek predikat. Penggunaan bahasa yang demikian adalah bahasa yang membuat penontonnya berpikir dua kali untuk mencerna maksud bahasanya. Namun sebenarnya bahasa yang digunakan jelas. Reporter menggunakan bahasa demikian dalam naskah juga berdasarkan target audiens program ini yang merupakan kalangan menengah keatas dengan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga
Trik Editing
050
“…Trik yang paling benar adalah tim liputan menjaga editing. Jadi kita paham benar maksud dari tulisan naskah itu seperti apa dan alurnya itu seperti apa. Ketika kita kasih tanda panah editing dibuat misterius, misteriusnya itu harus kayak gimana, tim liputan disini yang lebih tahu. Terus trik-trik editing nya itu paling blur-blur gambar, kita harus jaga identitas baik suara, gambar, terus kerahasiaan lah.” (NU) “…Jadi itu ada proses bluring sama titling. Titling itu kan suaranya nanti diancurin kan, suaranya entah di bikin berat atau dicemprengin, penonton kan ga tau apa yang diomongin jadi harus kita bantu dengan subtitling itu, titling teks…Yang di blur-blur itu ya…pelaku, kan semua kita amankan ya identitasnya. Terus adeganadegan yang kurang senonoh itu juga harus kita blur. Sama lokasi atau tempatnya keliatan, kayaknya gw tau deh ini dimana, nah itu harus kita biasanya kita ancurin warnanya kita jadiin item putih. Terus kita blur-blur
dianggap mampu memahami bahasa-bahasa kiasan dan istilah. Cara tim untuk bisa menggunakan bahasa-bahasa tertentu adalah banyak mencari referensi dengan menonton tayangan acara, film, dokumenterdokumenter luar negeri, seperti salah satunya adalah tayangan national geography. Tayangantayangan luar negeri banyak menggunakan bahasa istilah yang bagus. Untuk proses editing, ada trik dan kriteria tertentu untuk mengedit tayangan Sexophone yaitu : 1. Tim liputan menjaga editing, artinya panduan rundown yang dibuat tim liputan untuk editor harus benar-benar jelas. Tim liputan harus benar-benar paham dengan tulisan, gambar, dan alur panduannya. Tim harus membuat naskah sebaik mungkin agar editor tinggal mengikuti saja. 2. Karena Sexophone adalah program invetigasi yang merupakan penelusuran diam-diam, maka gambar-gambar yang dihasilkan harus dirusak dengan cara bluring. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan tim agar tidak dituntut oleh target yang diliput dan untuk menjaga keamanan identitas narasumber serta lokasi. Gambar-gambar yang harus di blur adalah : a. Adegan-adegan tidak senonoh atau
sedikit misalnya ada ikon-ikon yang logo atau apalah papan nama atau apa itu kita blur.” (DE)
Preview
051
“Sesudah editing itu nanti yang melakukan proses editing kan asprod sama produser biasanya sih kita preview lagi dari segment 1 sampai segment 5…kalo misalnya rasa-rasannya udah bagus atau misalnya ada narasumber-narasumber tertentu yang nggak mau ditampilin wajahnya secara jelas gitu, nanti kita blur atau misalnya kita samarkan secara warna agar orang-
gambar yang vulgar. b. Lokasi tempat transaksi, ikon-ikon, logo atau papan nama di lokasi. Untuk lokasi biasanya gambarnya akan di blur dan warnanya dibuat hitam putih c. Narasumber. Wajah dan tubuh narasumber akan di blur untuk menjaga keamanan identitas narasumber. 3. Melakukan subtitling. Salah satu kriteria editing lainnya adalah merusak suara asli dari setiap orang yang ada di liputan. Suara narasumber yang disamarkan dengan dibuat tinggi (muppet) atau dibuat rendah. Hal ini juga untuk menjaga keamanan tim dan narasumber agar narasumber tidak dikenali dari suaranya. Karena suara dirusak, maka harus ada teks untuk membantu penonton mengerti apa yang sedang dibicarakan. Pembuatan teks ini disebut dengan proses subtitling, yaitu menerjemahkan suara narasumber menjadi teks. Setelah proses editing selesai, maka proses selanjutnya adalah preview. Preview adalah proses melihat kembali hasil jadi editing untuk memeriksa dan memutuskan apakah hasil editing sudah ok atau belum. Preview pertama kali dilakukan oleh Produser, Asprod, dan tim liputan. Mereka akan memeriksa apakah perlu ada yang
orang tidak mengenali mereka.” (RR) “Di Preview, pasti ada aku ya, ada aku ada asprod terus di preview sama atasan aku EP. Kalo ga ada EP ya Kadept, itu bareng-bareng. Nanti setelah itu kita ke QC quality control, uda akhirnya tayang.” (II)
Quality Control
052
“Nah itu melalui ininya dia dulu…apa QC nya dia dulu quality control nya produser. Nanti kalo udah baru ke eksekutif produser Mas Memet biasanya. Nanti ada perubahan ga, misalnya minta ditambahin ini, dikurangin yang ini, setelah itu baru kita print, print ke kaset…baru kita masukin ke LSF sama ke quality control TRANS TV.” (DE)
diubah, dikurangi, atau ditambahkan. Misalnya blur di wajah narasumber kurang yang menyebabkan wajah narasumber masih sedikit terlihat, maka akan langsung diedit kembali oleh editor. Produser atau Asprod akan memeriksa dari awal sampai akhir tayangan di ruang editor dengan memberikan catatan-catatan di setiap bagian yang perlu diperbaiki. Jika sudah diedit kembali oleh editor dan Produser sudah menyetujui, maka selanjutnya adalah di preview oleh atasan yaitu Eksekutif Produser dan Kepala Departemen. Setelah preview dilakukan oleh EP (Eksekutif Produser), maka EP akan memberi masukan dengan membicarakannya kepada Produser. Masukan berisi kritik dari hasil jadi editing yang baru saja ditonton. Produser akan mencatat setiap kritik dan perbaikan dari EP, lalu akan diedit kembali. Jika tidak ada perbaikan, maka akan langsung di print dan diberikan ke LSF dan Quality Control TRANS TV. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan, karena baik buruknya dampak pesan bagi khalayak tergantung pada fungsi
“…jadi kita itu setiap episode diprint 3 kasetnya. Kita kasih ke library baru dari library ke LSF, satu ke LSF, lalu ke QC dan satu lagi ke master edit. Master edit itu adalah nanti kalo misalnya dipake lagi, master edit itu ke library.” (II)
penapisan informasi ini (Nurudin: 2009). Di Sexophone, yang berperan sebagai Gatekeeper atau penyaring informasi adalah Produser, Eksekutif Produser, Kepala Departemen, Editor, Quality Control TRANS TV dan LSF. Setelah selesai di preview atau diperiksa oleh Produser, Eksekutif Produser, dan Kepala Departemen, maka proses selanjutnya adalah masuk dalam proses quality control LSF dan quality control TRANS TV. Setiap episode hasil tayangan di print menjadi 3, yaitu untuk diberikan kepada LSF, kepada quality control TRANS TV, dan kepada Library. LSF akan mengkritisi kelayakan hasil jadi tayangan seperti, apakah blur nya sudah cukup pada gambar vulgar dan narasumber, katakata terlalu kasar dan tidak senonoh masih ada atau tidak, dan lain-lain. Jika sudah ok maka LSF akan meluluskan tayangan tersebut sehingga bisa ditayangkan. Selain LSF, hasil jadi tayangan juga masuk ke quality control TRANS TV, disana juga ada pihak yang memeriksa dan mengkritisi kembali hasil tayangan. Mereka akan mengecek gambar, suara, dan item-item lainnya apakah sudah memenuhi standar penyiaran atau belum. Jika sudah lolos dari pemeriksaan LSF dan quality control TRANS TV, maka hasil jadi akan langsung ditayangkan. Hasil jadi yang diberikan ke library adalah untuk disimpan, jika dibutuhkan
Rating dan Share
053
“Biasanya sehari atau dua hari sesudah tayang. Yang terima itu biasanya dari programming ya. Programming nanti kayak kirim email ke aa RCD disini, nanti RCD yang akan aa menyampaikan ke produser berapa rating dan share nya.” (RR)
Evaluasi Keseluruhan
054
“Kalo evaluasi secara keseluruhan itu sih paling kita ngadain rapat mingguan atau bulanan sih rata-rata ya… Kalo yang kumpul besar itu yang tadi yang rapat pas pra produksi tadi, nah itu akan dibahas semua uneg-unegnya disitu...” (RR) “Ada evaluasi. Cuman itu sih…emang gaya kita pada selengean kali ya ga selalu harus dituangkan dalam meja rapat. Kadang-kadang kalo ngobrol-ngobrol biasa juga uda sambil evaluasi. Siapa aja bisa buka pembicaraan buat evaluasi...” (NU) “Ada sih. Kalo misalnya kok bisa tinggi, kenapa ya, oh ternyata penonton tu suka yang begini begini. Aa kok bisa rendah ya kenapa ya, dicari juga, oh ternyata penonton tu ga suka kalo tema-tema yang sensitif misalnya waria gitu mereka tu ga suka…Oo bisa juga
dikemudian hari. Library adalah tempat penyimpanan kaset-kaset tayangan yang sudah jadi. Setelah sudah ditayangkan, maka sehari atau dua hari kemudian data rating dan share akan keluar dan diterima oleh Divisi Programming TRANS TV. Mereka akan mengirim email kepada bagian RCD (Research Creative and Development) di Divisi News hasil rating dan share. Setelah itu bagian RCD akan menyampaikan ke Produser hasil rating dan share nya. Setelah program sudah ditayangkam dan data rating share sudah keluar, maka proses selanjutnya adalah evaluasi program. Evaluasi program yang dilakukan tim Sexophone adalah evaluasi secara keseluruhan dari awal pra produksi, produksi, paska produksi, sampai ditayangkan dan hasil rating share keluar. Evaluasi yang dilakukan adalah mencari letak kekurangan atau kesalahan dan kelebihan selama proses produksi satu episode tersebut. Evaluasi yang dilakukan tim bisa secara formal dan informal. Secara formal biasanya evaluasi program dilakukan seminggu sekali pada saat rapat pra produksi. Sebelum membicarakan untuk tema episode selanjutnya biasanya tim mengevaluasi episode sebelumnya. Pada evaluasi formal, semua tim berkumpul dan membicarakan
sih, tapi biasanya itu sama bagian keuangan kan UPM, sama produser sih biasanya. Itu kenapa kemaren bisa over misalnya. Karna kan penelusuran kita ga tau, kadang kita ga bisa kita cuma bisa kira-kira aja keluarnya segini, pas di lapangan oh ternyata kurang gitu.” (DE)
Kendala dan Hambatan Paska Produksi
055
“…karena proses editing disini kan 24 jam gitu. Dan kita harus nungguin, sementara kru nya ini sangat sedikit, jadi ya kita…harus secara bergantian, fisik sih ya harusnya. Sehari kan 24 jam jadi kalo misalkan dibagi 3, masing-masing dapet 8 jam satu orang, sementara kadang kru nya kita cuman tinggal dua. Jadi kita ya harus berbagi seperti apa berapa jam satu orang dampingin editor.” (RR) “Kadang-kadang ketika kita nungguin editing tapi kita terbentur sama jadwal liputan harus liputan...” (NU)
hasil sebelumnya, secara rinci mengupas kekurangan dan kesulitan yang dialami selama proses produksi baik liputan dan tapping. Sementara evaluasi secara informal dilakukan sambil ngobrol-ngobrol secara santai atau sambil bekerja dan tidak dituangkan dalam meja rapat. Membicarakan secara santai kekurangan dan kesulitan yang ada, serta penyebab hasil rating yang tinggi atau hasil rating yang rendah. Selain itu, evaluasi yang dilakukan juga bisa berdasarkan budget. Evaluasi budget adalah melakukan evaluasi jika selama proses produksi terjadi over budget atau biaya yang digunakan lebih dari yang sudah dianggarkan. Selama evaluasi, dicari penyebab terjadinya over budget. Ada beberapa kendala selama proses paska produksi Sexophone : 1. Kendala SDM yaitu kurangnya kru yang bisa menjaga editing untuk menemani editor. Karena kesibukan masing-masing, kadang tidak ada yang ikut menemani editing. 2. Kru yang terbatas mengharuskan untuk bergantian menemani editor, sehingga waktu untuk menemani menjadi lebih lama karena kekurangan kru. Biasanya yang terjadi adalah kelelahan secara fisik. 3. Kadang-kadang tim liputan tidak bisa menemani editor untuk editing karena
Kekuatan (Strenghts) Program Sexophone
057
terbentur dengan jadwal liputan. Sementara “Kalo paska tu paling misalnya teknis sih, alatnya tibakehadiran tim liputan mendampingi editor tiba nge hang gitu jadi otomatis proses paska sangatlah penting karena tim liputan yang produksinya jadi over duration gitu. Misalnya harusnya paling tahu hasil liputannya. selesai 3 hari jadi molor, sering begitu…Karna memang kan editing nya ini harus bener-bener ditungguin gitu, 4. Kendala teknis seperti alat atau mesin komputer yang tiba-tiba hang atau rusak. Juga ya dilepas untuk beberapa waktu aja. Tapi harusnya data yang tiba-tiba hilang. Hal ini membuat memang ditungguin terus pas titling, bluring, itu tu proses editing terhambat dan jadwal selesai harus ditungguin banget. Itu sih molor itu salah satu yang sudah ditentukan tidak tercapai, karena kendala juga sih, molor sama itu subtitling dan bluring butuh waktu tambahan. itu kadang-kadang karna butuh waktu ekstra buat itu.” (DE) 5. Proses bluring dan subtitling merupakan proses yang sulit, sehingga sangat membutuhkan waktu ekstra untuk menyelesaikannya. Kru harus menemani editor untuk proses bluring dan subtitling karena merupakan proses yang penting. Kru yang paling paham gambar dan suara mana saja yang harus di blur dan disamarkan. Karena proses yang sulit, Editor sering dikejar-kejar waktu untuk segera selesai karena waktu editing Sexophone hanya 3 hari. “Yang pertama itu host nya ya, Zoya itu kan Master Menurut Freddy Rangkuti (2004), Analisis psikologi untuk seksual. Jadi memang menurut saya dia SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara satu-satunya orang yang punya gelar Master di sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Indonesia. Yang bener-bener bisa ngomong seks ini Analisis ini didasarkan pada logika yang untuk Zoya…Temanya itu yang benar-benar baru yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan menarik terjadi dimasyarakat sekitar. Misalnya kayak peluang (Opportunities), namun secara fantasi car yang di Alphard, terus pemandu plus-plus. bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
Jadi tema atau sesuatu yang belum diketahui oleh (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT digunakan sebagai strategi program masyarakat tapi ternyata ada.” (MNH) Sexophone dalam meningkatkan kualitas program “Kalau strength nya ini, aku pikir program yang sejenis dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang, ga ada di stasiun tv manapun ya. Paling kalaupun ada serta meminimalkan kelemahan dan ancaman dari mereka nyerempet-nyerempet dan ga berani seberani program Sexophone. Strategi tim dengan Analisis kita gitu. Pertama dari itu sih, kekuatan program kita SWOT dikaitkan dengan proses produksi ga ada program sejenis yang sama…Investigasi dan program Sexophone itu sendiri. soal seks itu belum ada di televisi…Kalo kamu liat dari tema-temanya kita cukup berani gitu. Cuman tetep ada Kekuatan Sexophone : di koridor yang benar, kita ga yang vulgar, kita pilih- 1. Memiliki Co Host yang memiliki gelar seorang master psikolog untuk seksual yaitu pilih banget gambar mana yang harus masuk mana Zoya Amirin. Sementara program seks yang ngak…Ga ada juga program lain yang penelusuran lainnya tidak memiliki pakar menampilkan aa seksolog aa psikolog seksual kan psikologi seks. Dengan adanya Zoya, isu seks belum ada, Zoya kan paling bintang tamu ini bintang yang menyimpang ditanggapi secara tamu itu, tapi kan yang bener-bener di co host yang ada profesional, juga dengan memberikan solusi. pakarnya itu belum ada…” (DE) 2. Membuka dan menginformasikan isu dan fenomena seks yang belum diketahui oleh “Bisa dibagi-bagi, secara durasi ini program paling masyarakat. Isu-isu yang tidak terpikirkan panjang di antara program sejenis satu jam…program sebelumnya bahwa isu tersebut ada, di lain itu yang sejenis nggak ada unsur investigasinya, Sexophone isu tersebut justru dikuak. mereka lebih ke life style…Kalau sekarang tergali aktivitas jurnalistik investigasinya ketika penggambaran 3. Memiliki tema-tema seks yang berani, menarik, dan unik yang ternyata benar-benar tim atau seorang reporter saat menelusuri sebuah terjadi di masyarakat. Tema-tema yang fenomena, mulai dari riset komputernya aja itu udah diangkat tidak biasa, bukan tema seks yang ada gambarnya, mulai dari nelpon-nelpon narasumber. sudah biasa diketahui. Misalnya fenomena Kalau dulu Fenomena itu langsung kedaginglidah sakti dimana ada seorang kakek yang dagingnya, karena kan cuma setengah jam terus nggak
ada pakar.” (NU) “…Menurut aku kelebihannya sekarang ini kan trend masyarakat semakin berkembang, program ini menjadi wadah bagaimana berkembangnya seks untuk edukasi ke masyarakat. Program ini punya value bukan sekedar esek-esek.” (II)
membuka pengobatan terhadap alat kelamin wanita menggunakan lidahnya, atau fenomena layanan seks di dalam mobil mewah Alphard sambil mengitari kota Jakarta. Isu-isu tersebut bukan isu biasa, tapi unik dan menarik karena tidak biasa diketahui. 4. Sexophone sekarang merupakan program investigasi seks satu-satunya. Tidak ada program lain yang sejenis dengan Sexophone yaitu program yang investigasi dan membahas soal seks. Program-program lain yang membahas seks pengemasannya lebih ke arah life style dan bukan penelusuran seperti Sexophone. 5. Durasi program yang panjang yaitu satu jam. Dibanding program sejenis seperti program dulu yang berjudul Fenomena yang berdurasi hanya setengah jam. 6. Durasi yang lebih panjang, menyebabkan informasi yang diberikan di program ini juga lebih banyak dan lebih mendetail. Konsep investigasi yang digunakan menelusuri fenomena secara keseluruhan mulai dari tim liputan melakukan riset dokumen dan lapangan, ketika menelepon dan membuat perjanjian dengan narasumber, datang ke lokasi, transaksi sampai selesai. Program seks lain tidak sedetail Sexophone, dan program
Kelemahan (Weakness) Sexophone
058 Program
“…Untuk Sexophone yang investigasi kekurangannya ya adalah Masalah gambar ya. Jadi ruang nya sangat terbatas ga bisa bebas karena etika.” (MNH) “…Satu kenyamanan penonton saat menonton itu kayaknya minim yah soalnnya banyak gambar yang di blur, banyak gambar yang gelap, gambar yang bagus justru kita rusakin untuk menyembunyikan identitas. Terus si penonton tuh, tapi ini juga jadi strategi sih, harus ngebaca subtitle karena suara disamarkan dan dirusak. Itu sebenernya kalau secara strategi kita menguntungkan karena bisa menahan penonton untuk stay di program kita... Jam tayang kali malem banget. Jam tayangnnya ngga tentu.” (NU)
sejenis yang dulu yaitu Fenomena juga tidak sedetail Sexophone karena durasi yang lebih pendek. 7. Sexophone adalah program seks investigasi yang bukan hanya sekedar membahas seks, tapi juga memiliki nilai dengan adanya psikolog seksual yang juga memberikan solusi dan edukasi. Kelemahan Sexophone : Gambar-gambar yang dibatasi, tidak bisa secara bebas mengambil gambar dan menampilkan gambar karena terbentur dengan etika. Tim liputan tidak bisa secara kreatif mengambil gambar karena dilakukan secara sembunyisembunyi. 2. Gambar-gambar yang dihasilkan dirusak dengan cara di blur untuk keamanan dan menyembunyikan identitas. Kenyamanan penonton saat menonton berkurang akibat gambar-gambar yang menjadi tidak jelas kerena di blur. Gambar-gambar yang dihasilkan kurang berwarna dan gelap karena diambil secara diam-diam dan kamera tersembunyi tidak bisa diatur kualitas gambarnya. 3. Mengharuskan penonton untuk membaca teks karena suara yang disamarkan menjadi tidak jelas. Penonton harus berpikir lebih ekstra
Peluang (Opportunity) Program Sexophone
059
“Kalo menurut saya dunia malam, dunia remangremang pasti akan disukai banyak orang. Buktinya majalah Playboy aja dicari, namanya libido, seksualitas itu kan konsep paling mendasar pada manusia ya itu… Karena merupakan kebutuhan mendasar manusia, lalu informasi.” (MNH) “Adalah pasti. Kita nyuri penonton yang masih melek jam segitu yang kebanyakannya laki-laki. Jadi ketika dikasih sodorin acara dia pasti nonton. Kalo dilihat di profil audiens penonton, kalo jam segitu itu emang penonton yang potensial atau penonton dominan itu laki-laki. Siapa sih laki-laki yang ngga suka dikasih tontonan berbau seks begitu kan, terbukti dalam dua bulan ini ada empat episode yang tembus target yang rating nya tinggi.” (NU) “Peluang ukurannya share dan rating kita
sih masih tetep ada ya, karena dari mungkin…kalo buat kita ya tetep aja dari rating ya, sampe sekarang sih share dan masih stabil, berarti penonton kita juga...
dengan membaca teks. 4. Jam tayang yang tidak tentu. Sexophone ditayangkan setelah bioskop TRANS TV, dan jam selesai bioskop kadang-kadang tidak tentu. Hal ini menyebabkan ketidakpastian penonton untuk menonton, dan penonton yang bosan karena menunggu. Peluang Sexophone : 1. Hal-hal berbau seks dan dunia malam pasti menjadi hal yang menarik dan disukai masyarakat. Karena seksualitas merupakan kebutuhan mendasar pada manusia khususnya pria. 2. Banyaknya penonton yang masih terjaga pada tengah malam yang sebagian besar adalah pria. Artinya, banyak penonton potensial yang bisa dijangkau pada tengah malam. Dan pria tentu saja menyukai tayangan yang berkaitan dengan seks. 3. Rating dan share Sexophone selama ini stabil dan bahkan beberapa kali menembus target rating yang tinggi. Hal ini membuktikan program ini disukai dan memiliki kelompok penonton tertentu yang selalu menonton Sexophone. 4. Fenomena seksual yang terus berkembang sehingga mash banyak tema-tema seks yang bisa diangkat. Seks merupakan fenomena
Walaupun misalnya tidak tinggi share dan rating nya tetapi kita punya penonton komunitas tertentu yang menonton acara kita.” (RR) “Peluang…fenomena seksual itu kan makin lama makin berkembang, ya selalu pasti akan ada terus tema yang bisa kita angkat. Tema tu masih banyak, jadi itu peluangnya kita masih tetep ada…(DE)
sosial, isu seks dipengaruhi oleh kehidupan, dan kehidupan dipengaruhi oleh manusia. Artinya, selama masih ada manusia dan kehidupan, maka isu seks akan terus ada. Selama isu seks terus ada, maka tema yang bisa diangkat Sexophone juga akan terus ada yang tetap dikemas dengan benar. Sehingga tidak hanya menarik namun tetap pada batasan etika yang berlaku.
“Kalo menurut aku peluangnya cukup besar tapi asal dikemas dengan benar. Dan aku yakin ini berpeluang karena ini fenomena sosial. Selama masih nafas dan manusia ada kehidupan, isu tentang seks itu kan dipengaruhi oleh kehidupan, kehidupan dipengaruhi oleh manusia dan nafas kan…Jadi peluangnya besar, tapi dikemas dengan cara yang benar lah. Kalo aku, peluang bisa diciptakan oleh kita.” (II) Ancaman (Threats) Program Sexophone
060
” …threat itu banyak program sama. Antv udah bikin, Ancaman Sexophone : lalu Trans 7 udah ada ya namanya Mata Lelaki. Artinya 1. Ada beberapa program dari stasiun televisi banyak program yang bisa juga mereka membuatnya. lain yang membahas tentang seks walaupun Terus yang kedua kalo di Trans ancamannya itu jamnya tidak sejenis dengan Sexophone dan jam ga pasti, kadang jam setengah 1, jam 1, karena program tayang yang tidak sama, yaitu Mata Lelaki di bioskopnya maju mundur. Itu buat penonton males juga TRANS 7, … nunggunya… Oh nuntut ada, kemaren yang spa plus- 2. Jam tayang yang tidak pasti dan maju mundur plus, spa nya ga di-blur tapi masih ketahuan lokasi spa menyebabkan ketidakpastian penonton untuk nya…” (MNH) menonton. Penonton justru bisa merasa bosan menunggu atau malah sudah terlanjur
“Ancamannya kalo kompetitor itu biasa lah, saingannya beristirahat karena terlalu lama. ga satu genre, itu paling sinetron SCTV yang malem- 3. Ancaman dari kompetitor yaitu program lain malem, itu penontonnya SCTV itu gede banget yang yang tidak sejenis tapi memiliki jam tayang FTV banyak tentang Bali gitu-gitu…ancaman lebih ke yang sama dan memiliki jumlah penonton bagaimana kita punya etika, kita beberapa kali yang tinggi seperti, program FTV di SCTV, diperingati KPI karena gambarnya vulgar esek-esek… film, dan pertandingan sepak bola. Iya ancaman dari KPI dan narasumber. Tapi kan 4. Ancaman dari narasumber yang menuntut bagaimana kita mengemasnya biar meminimalkan karena wajah atau lokasinya dikenali. ancaman itu.” (II) Contohnya kasus spa plus-plus dimana pemilik tempat menuntut karena ketahuan “Kalo ancaman paling…karna kita kan selalu dikontrol lokasinya akibat gambar yang kurang di blur. sama KPI. Jadi…semua tayangan kita itu harus bener- 5. Ancaman dari KPI yang mengontrol bener kita perhatiin setelah kita dapat dua kali surat tayangan-tayangan Sexophone yang berbau ancaman dari KPI itu, jadi kalo yang ketiga kan seks. KPI sudah dua kali memperingati otomatis kita akan dibredel…”(DE) Sexophone dengan memberikan dua surat peringatan karena gambar-gambar yang “…Ancaman itu bisa ke program itu sendiri otomatis ke ditayangkan terlalu terbuka dan vulgar atau stasiun tv sama ancaman keselamatan.” (NU) kata-kata yang dibicarakan terlalu kasar dan vulgar. 6. Adanya ancaman keselamatan jika penyamaran dan penyelidikan tim sampai ketahuan. Karena penyelidikan tim dilakukan secara diam-diam di tempat-tempat hiburan malam yang berbahaya, dan yang diliput adalah bentuk penyimpangan.
LAMPIRAN 2 Rundown, Time Table, Surat Izin dan Kerjasama dengan Lokasi Tapping, Jadwal Shooting Tapping, Naskah Lead Host, Naskah Voice Over, Rating dan Share, Budget Proposal, Form Good Request, Form Editing Request, Crew Request, Form Pengadaan Wardrobe, Form Permintaan Make Up, Surat Teguran KPI
RENCANA RUNDOWN PENELUSURAN SEXOPHONE “SEX TEMATIK”
VIDEO
AUDIO/MATERI
SEG. 1 (5-6 menit-an)
Footage (episode sexophone
-
Naskah general tentang sex, //Desah, nafsu, dan Gairah… ya itulah beberapa ungakapan akan kenikmatan bercinta… bla bla bla…// mengerucut ke variasi fantasi bercinta --> sex tak hanya soal kepuasan birahi/biologis semata melainkan emosi.
-
Definisi/penjelasan fantasi bercinta dengan tema tertentu atau tokoh tertentu Role Play dan Temathic (istilah umumnya apa, mulai ada sejak kapan, negara2 mana saja yang menganut sex thematic (US, Jepang), bagaimana penyebarannya (Film AV), dan seperti apa fenomenanya sekarang) merambah ke layanan Sex Tematik dengan beragam modus/kedoknya, ex. Spa, Hotel dengan modifikasi2 pelayanannya seperti dance, striptist, gimmick peran/tokoh, atau langsung bercinta.
-
Naskah Rumusan, //Jika memang kebutuhan sexualitas menempati prioritas utama, tak salah jika layanan Sex tematik menjadi salah satu media kepuasannya… Lantas bagaimana dan seperti apakah fenomena berkembangnya layanan sex tematik di Indonesia…??//
-
Ya… atas dasar inilah kami pun melakukan sebuah penelusuran tentang satu fenomena kehidupan seksual, Sex Tematik//
cross dresser), Footage AV tema
guru
dan
murid,
sekretaris dan bos, suster dan pasien, pembantu dan majikan,
pramugari
dan
penumpang/pilot, dll CD, Youtube, Image/google JPG, dll
SU Mysterius
SEG. 2 (6 menit-an)
Mulai
penelusuran
mengunjungi tempat
yang
-
Naskah Introduce, Melalui sebuah penelusuran kami mencoba untuk mengungkap segala tabir akan fenomena Sex Tematik… bla bla bla//
-
Masuk ke salah satu tempat dan melakukan beberapa pertanyaan investigative (Layanan apa saja yang diberikan di sini, ada paket2nya apa gak Tanya yang paket spesial, harga, tema2 apa saja yang tersedia, bagaimana milih ceweknya, kalau bias lihat ruangannya…)
-
Cut To Seg 3
beberapa ditengarai
meberikan layanan/jasa Sex Tematik
Menelusuri jalanan Jakarta dari mobil, dan set up2 spa/hotel tematik
SEG. 3 (6-7 menit-an)
Full Inti Penelusuran
-
FULL ROLL lanjutan transaksi seg. 2, bagaimana layanan2 yang diberikan Eksplore tahapan2nya (mandi atau berendam dulu, pijit dulu, baru gimmick dengan tema atau peran yang ditentukan) sejauh mana para pelayan sex memerankan peran sesuai temanya, Ikuti semua aturan main sesuai pelayan sexnya.
-
Tegaskan dengan ungkapan bisa bercintanya… ambil juga saat dia melepas baju2nya…
-
END Penelusuran 1
SEG. 4 (6-7 menit-an)
Lanjut penelusurabn dengan modus
layanan
sex
yang
-
Ungkap variasi layanan sex tematik lainnya seperti tontonan dance tematik
-
Masuk ke tempat layanan sex tematik yang ke-2 kalau bisa explore yang layanan ngedancenya dengan kostum dan atribut yang bertema. Bisa melalui EO atau tempt permanent.
-
Jika EO, Transaksi bias dimulai dari telfon/searching, ketemuan, dan eksekusi di salah satu tempat yang disepakati. Pertanyaan investigatifnya, Apakah hanya sekedar/sebatas tontonan semata atau full service sex?
berbeda
Seg. 5 (6 menit-an)
-
Interview Zoya dengan salah seorang pelaku layanan sex tematik
JADWAL SEXOPHONE APRIL 2013
1 SN EDIT SEXO
2 SLS
3 RB
4 KMS
EDIT LIDAH SAKTI
TAYANG
5 JMT
6 SBT
7 MNG
8 SN
9 SLS
10 RB
11 KMS
12 JMT
NUDE MODEL
13 SBT
APRIL 14 15 MNG SN
16 SLS
17 RB
BACHELORRE PARTY
PL ++
NUD MO
LIDAH
IRENE TAPING
EDITING + PROMO MALE
REPORTER TOM
PENELUSURAN TEMATIK
NASKAH TEMATIK
ANDRA
RISET
RANGGA
EDITING
TAPING
IJIN SAKIT
RAJIEV
EDITING + PROMO MALE
RISET RISET RISET
PENE
RISET +PITCHING+ SURVE
RISET +PITCHING+ SURVE
CAMPERS SATRIA
TAPING
DANIEL
TAPING
TOPAN ODOY
PENELUSURAN TEMATIK
PA CUMI
survey lokasi
TAPING
CUTI
PENE
EDITING NUDE
PENE EDITING BACHELOR
DEWI P
casting host
PT. TELEVISI TRANSFORMASI INDONESIA
Jakarta, 04 maret 2013
Nomor Surat
: 142 /DNWS/MDO/13
Kepada Yth : Advent Nugroho Manager La Prizz House Of Beauty Kemang Jakarta
Dengan hormat,
Sexophone adalah program televisi dengan konsep liputan dan penelusuran berdurasi satu jam. Program ini bertemakan seputar edukasi seks dan permasalahannya untuk pasangan suami istri. Tayang tiap hari kamis-jumat jam 00:30 WIB
Rencananya kami akan menggunakan area La Prizz House Of Beauty (area Bar, Billiard, Spa, dan Kolam Renang) Jakarta sebagai lokasi Shooting Sexophone. Maka, bersama surat ini, kami mengajukan permohonan ijin pemakaian tempat pada :
Hari/ tanggal
: 07 Maret 2013
Pukul
: 12.00 – 22.00 WIB
Host
: Chantal Dela Conceta
Jumlah Crew dan Talent : 20 Orang (Crew, Artis, Helper, Driver) Peralatan Bentuk Kerjasama
: 2 kamera + mini porta jib, 1 set peralatan monitor, 1 set peralatan lampu syuting. Genset 10 KVA :Trans Tv memberikan penulisan nama La Prizz House Of
Beauty kemang di awal acara, credit tittle/logo di akhir acara
Demikianlah permohonan ini kami ajukan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Wibowo Saputra Produser Sexophone CP: Rizki Rangkuty/0819 0819 9706
Schedule Syuting Sexophone Trans Tv di La Prizz House Of Beauty
Waktu 12 00 – 15 00
: Setting Lampu Syuting, Camera, Monitor, Property Make Up, Wardrobe, Briefing Host, Makan dll
15 00 -16 00
: Syuting Eps. 1
16 00 - 16 30
: Breaks Eps. 1 ganti make Up, Wardrobe, Preefare Eps. 2
16 30 - 17 30
: Syuting Eps. 2
17 30 - 18 00
: Breaks, Make Up, Ganti Wardrobe, Prefare Eps. 3
18 00 - 19 00
: Syuting Eps. 3
19 00 - 21 00
: Bongkar Set
LEAD “TEMATIK”
VIDEO
AUDIO
LEAD SEG. 1
BERPERAN DALAM SEJUTA RUPA MAUPUN KARAKTER/ MEMANG MEMBUTUHKAN PENDALAMAN DAN PENJIWAAN YANG LEBIH DARI SETIAP MANUSIA YANG MEMERANKANNYA// APALAGI JIKA PENOKOHAN SIFAT SEPERTI INI DILAKUKAN DALAM URUSAN PERCINTAAN//
YA… DALAM SEBUAH FENOMENA BERTAJUK SEX TEMATIK/
URUSAN SEX TAK HANYA MENJADI PERSOALAN SYAHWAT SEMATA/
MELAINKAN SEBUAH SENI PETUALANGAN TUBUH DARI SATU SISI KEHIDUPAN MANUSIA//
LEAD SEG. 2
FENOMENA SEX TEMATIK DI INDONESIA MEMANG BELUM LAMA TERJADI// EKSKLUSIFITAS BERBALUT PELAYANAN JASA KEMANJAAN TUBUH/ SECARA APIK MENEYEMBUNYIKAN FAKTA YANG SEBENARNYA SUDAH MENJERAT BANYAK PENCARI KEPUASAN//
YA… SEX TEMATIK/ YANG MENJADI PUJAAN PARA PENGKHAYAL CINTA//
LEAD SEG. 3
FENOMENA SEX TEMATIK MEMANG SELALU MENGUNDANG TANYA// AKANKAH SEBUAH GAYA HIDUP YANG KINI MEWARNAI SISI KEHIDUPAN MALAM INI SEMAKIN MENGGODA PARA PEMUJA SEKS//
TEASER SEG. 4
GELIAT FENOMENA SEX TEMATIK/ SEMAKIN BERAGAM// DALAM SEBUAH PENELUSURAN BERIKUTNYA KAMI MENEMUKAN SEBUAH VARIASI DARI WAJAH YANG LAIN//
ANDA PENASARAN..?/ SEXOPHONE SEGERA KEMBALI//
LEAD SEG. 4
KHAYALAN SANG KREATOR FANTASI SEX SEAKAN TAK PERNAH BERHENTI BERKARYA// LAYANAN EKSTRA PUN DISUGUHKAN KEPADA SETIAP PENIKMATNYA//
TUMPUKAN RUPIAH PUN DENGAN MUDAHNYA MENGGADAI INDAH LIARNYA TUBUH PEMUAS NAFSU// SEPERTI APA? SIMAK PENELUSURANNYA..!//
LEAD RUPIAH/ GAYA HIDUP/ ATAUPUN KETERPAKSAAN/ APAPUN ITU ALASANNYA/ DUNIA SEX SELALU MEMBELENGGU SETIAP PARA PEMUJANYA// DARI PENGAKUAN SEORANG WANITA CANTIK/ KAMI MENCOBA MENGUNGKAP TENTANG SEGALA TANYA DI BALIK KELAM DAN GEMERLAPNYA FENOMENA SEX TEMATIK//
CLOSSING SEG.5 JIKA FANTASI TAK SANGGUP MENGHENTIKAN IMAJINASI/ LANTAS…/ AKAN SEPERTI APAKAH… FENOMENA INI AKAN TERUS BERMETAMORFOSA DENGAN WAKTU YANG SEAKAN TANPA BATAS INI?// SAYA CHANTAL DELLA CONETTA… SELAMAT MALAM DAN MIMPI INDAH UNTUK ANDA…//
Episode
: SEXOPHONE – SEX TEMATIK
Crew
: Tom, Odoy, Ronald, Daniel
Edited By
: IRENE
VIDEO
AUDIO
OPENING
SEGMEN 1
Scoring yang seru dan menghentak..>>>
Kasih gambar gambar yang seru, ada oday yang seksi gt dech katanye he he..
Ambil gambar gambar oday
DESAH../ NAFSU../ DAN GAIRAH…// MENDEBARKAN DAN PENUH SENSASI..// SIMBOL-SIMBOL KENIKMATAN
yang gile yeh.. entahlah
BERCINTA DALAM BALUTAN ILUSI YANG MENGHANJUTKAN…//
dibagian yang mana.. cek materi liputan ha ha ha..
Masuk ke judul :
(bikin shot shot passing cepet..)
SEX TEMATIK../ PENUH FANTASI..// (didubbing juga yach)
OBB SEXSOPHONE
(ALL ABOUT TEMATIK, 6-7
Klip klip yang seru dan gila soal sex tematik..
MENIT-AN) Lead Chantal … ILLUSTRASI (FOOTAGE PASANGAN MESRA)
GELORANYA TAK PERNAH MEREDAM../ SENSASINYA JUGA TAK PERNAH SURUT..// DUNIA PUN SEOLAH PENUH WARNA ATAS CERITA DIBALIK KEPUASAN BERCINTA YANG DITAWARKAN..//
DIBALUT IMAJINASI../ KHAYALAN DAN FANTASI SEKS DISUGUHKAN…// SEBUAH SENI PETUALANGAN DARI SATU SISI KEHIDUPAN ANAK MANUSIA//
KINI ISTILAH YANG TENGAH MENCURI PERHATIAN PARA PEMUJA KENIKMATAN SEKS ADALAH TEMATIK SEKS..!!!!!!// (jeng jeng ach..)
SENI MEMAINKAN PERAN/ SIFAT/ ATAU PUN KARAKTER DALAM BERCINTA/ YANG DISUGUHKAN DENGAN CUKUP UNIK DAN BERBEDA//
== Transisi ==
KASIH SHOT SHOT
KEGIATAN BERCINTA YANG SEJATINYA MERUPAKAN SEBUAH HUBUNGAN INTIM ANTARA DUA INSAN/ TELAH BERGESER// SENI PERMAINAN TUBUH DAN KARAKTER YANG SARAT AKAN IMAJINASI DAN FANTASI/ MENJADI
FOOTAGE/KLIP EPISODE
TAWARAN CUKUP MENGGIURKAN//
ROLE PLAY FENOMENA TEMATIK SEX INI SEBENARNYA TERINSPIRASI DARI PERTUNJUKAN HIBURAN PENARI TELANJANG DI SALAH SATU CLUB TERNAMA DI DARATAN SAN FRANSISCO/ AMERICA/ CONDOR CLUB/ DI TAHUN 1965//
KALA ITU/ SANG PENARI BERPOSE DALAM BALUTAN-KOSTUM SEPERTI ARABIAN/ DAN GADIS BANGSAWAN EROPA// DARI SITULAH… PERMINTAAN AKAN WANITA-WANITA PANGGILAN BERKOSTUM TERTENTU MARAK DIMINATI OLEH PARA LAKI LAKI BERDUIT//
GOOGLE HISTORY
HMMM… GELIAT DUNIA HIBURAN MEMANG SELALU EFEKTIF DALAM MENYEBARKAN VIRUS PERCINTAAN// DAN
STRIPTIST
TAK DIPUNGKIRI/ JIKA PENYEBARAN AKTIVITAS BERCINTA DENGAN SENSASI TERTENTU SANGAT PENGARUHI MARAKNYA INDUSTRI FILM-FILM DEWASA/ BERGENRE PORNO//
FOOTAGE CD-CD PORNO
YOUTUBE TRAZAN X
- KLIP KLIP JENG JENG FILM TARZAN X MISALNYA// FILM DEWASA YANG SEMPAT BOOMING DI ERA 90 AN INI SECARA TERBUKA MENGGAMBARKAN KISAH PERCINTAAN TOKOH FIKSI SI TARSAN DENGAN BINTANG FILM PORNO YANG CUKUP SEKSI// SENSASI SEKS DITAMPILKAN LEWAT KARAKTER SI TARZAN YANG BERCINTA DI ALAM TERBUKA// FILM INI SEKALIGUS DIANGGAP SUKSES DALAM MENYEBARKAN BUDAYA FANTASI SEX TEMATIK BERNUANSA SEX OUT DOOR ATAU JUNGLE//
klip klip dikit agar menarik –
MASIH DENGAN KONSEP YANG SAMA…/ PENOKOHAN FIGUR KHAYALAN SEMAKIN KENTAL TERLIHAT DALAM INDUSTRI HIBURAN// TAK HANYA TARZAN X/ BINTANG PORNO PAPAN ATAS LAINNYA PUN CUKUP SUKSES MENDOBRAK PASAR SAAT MEMERANKAN TOKOH BATGIRL DAN CAT WOMAN DALAM SERIAL BATMAN XXX// TENTU SAJA… DALAM FILM TERSEBUT PARA TOKOH SUPER HERO INI MEMAINKAN ADEGAN INTIM DENGAN CARA-
YOUTUBE BATMAN XXX
CARA LAYAKNYA SUPER HERO.// FANTASTIS…// RUPANYA TAK HANYA FIGUR SUPERHERO ATAU CERITA FIKTIF BELAKA…// TEMA LIAR YANG DIANGGAP LEBIH REALISTIS PUN TAK LUPUT DARI LINGKARAN PARA KREATOR FANTASI SEKS// PERAN BERCINTA ANTARA SEORANG SUSTER DENGAN PASIEN PUN MENJADI SALAH SATU YANG DITAWARKAN// YA… DALAM SEBUAH FILM DEWASA BERTEMA NURSES/ SEORANG PERAWAT SEXY TERLIBAT BERHUBUNGAN INTIM DENGAN DUA PASIEN SEKALIGUS// BAHKAN ADEGAN MESRA DILAKUKAN DI RUANG PERAWATAN// YANG TAK KALAH FENOMENALNYA DALAM MENULARKAN DEMAM SEKS TEMATIK ADALAH BINTANG PORNO ASAL NEGERI SAKURA/ MARIA OZAWA MIYABI// ENTAH BERAPA BANYAK FILM YANG TELAH IA LAKONI// NAMUN YANG PASTI MIYABI SANGAT MENDALAMI SETIAP PERAN SAAT BERMAIN SEBAGAI GURU/ SEKRETARIS/ MODEL NAKA BAHKAN WANITA KORBAN PERKOSAAN//
FOOTAGE AV SASHA GREY “NURSES”
FOOTAGE MIYABI
KLIP KLIP LAGI ACH APAPUN TEMA YANG DITUNJUKKAN…/ KHAYALAN FANTASI SELALU MENYIRATKAN BETAPA PENTINGNYA ARTI SEBUAH KEPUASAN// LANTAS…/ SEPERTI APAKAH… FENOMENA INI AKAN TERUS BERMETAMORFOSA DENGAN BERGULIRNYA WAKTU YANG SEAKAN TANPA BATAS INI?// RAGAM TANYA MENGUNDANG KAMI UNTUK MELAKUKAN PENELUSURAN TENTANG SEJAUH MANA FENOMENA INI HADIR DAN BERKEMBANG DI TENGAH-TENGAH KEBERAGAMAN KEHIDUPAN!!!!// Kasih klip klip dulu yach.. baru kasih next on :
TEASER : berendam cari adegan yang lucu dan seru..
OBB SEXSOPHONE
SEGMEN 2 (TEMATIK SPA-1, 5-6 MENITAN)
Obb
ROLL JALAN KE LIFT, LEWATIN LORONG, MENUJU
Lead Chantal kemudian clip dulu yah
RECEPTIONIST
TUNTUTAN KEPUASAN BERCINTA SERTA KIAN LIARNYA FANTASI KHAYAL SESEORANG ADALAH PENYEBAB MARAKNYA AKSI PELAYANAN SEKS TEMATIK//
DARI SEBUAH PENELUSURAN/ KAMI MENCOBA UNTUK MENGUNGKAP BERAGAM PRAKTEK LAYANAN TEMATIK SEKS//
Note EDITING : HATI HATI DENGAN LOKASI DLL
DARI SEBUAH TEMPAT DI SALAH SATU KAWASAN DI KOTA BESAR INILAH…PENGUNGKAPAN TENTANG FENOMENA SEX TEMATIK INI PUN DIMULAI..//
Note Irene : ambil establish si tom jalan dulu pake liputan seks in the kost or penari striptis CC DENGAN RECEPTIONIST
-- jeng jeng pendek . masuk transisi akan penonton menasaran dulu.. 1.10 TC :ODOY/GOPRO-02/00:01:16 -00:02:26 “Ada yang bisa dibantu? Kalau mau spa? Oh… massage…. Di sini ada massage ada tematik. 850 satu jam. Itu ada paketnya, 21
dia gak Cuma nyervice doang tapi …juga sesuai dengan tema. Trus ini kan misalnya billiard, dia jadi main billiard juga, ntar dihukum yang kalah ngolong. Kalau dokter dia jadi dokternya, trus situ jadi pasiennya, ntar keluar sakitnya apa… gitu.” (02:26)
TC :ODOY/GOPRO-02/00:03:30 -00:03:51 “Kalau actingnya berapa lama? Actingnya sekitar 20 menitan lah bos, gak terlalu lama juga nanti bos terima beres aja, tingga 6
duduk santai...” (note kalimat 20 menitan dikasih jeng jeng yach.. penekanan..)
TC :ODOY/GOPRO-02/00:02:45 -00:02:51 “850 udah include semua bos ama roomnya, cewenya juga.” (JENG2)
SETELAH ADA KESEPAKATAN PENDAFTARAN/ KAMI PUN DIANTAR MENUJU RUANGAN KHUSUS// DI TEMPAT INI KAMI DIPERTEMUKAN DENGAN SEORANG WANITA YANG TAK LAIN ADALAH SANG MAMI YANG MENAWARKAN LAYANAN APA SAJA YANG AKAN DIBERIKAN/ TERMASUK MEMILIH WANITA SEBAGAI PEMERAN SEKS TEMATIK//
TC :ODOY/GOPRO-04/00:00:20 -00:00:38 “Yang paling rame apa? Hmmm Dokter, Class room, Scan, Penjara, Office... Oh pokonya yg unik2 gitu ya… Nanti kostumnya juga sesuai tema… kalau di sekolah dia jadi gurunya, abang diajarin belajar.” MASUK KE RUANGAN TUNGGU, KETEMU MAMI,
TC :ODOY/GOPRO-05/00:01:25 -00:01:29
MILIH CEWEK
“Tapi actingnya bisa kan? Oh udah pada jago…”
TC :ODOY/GOPRO-05/00:00:39-00:00:50 “Nanti kan kalau tematik sauna bareng ama ladiesnya, tapi itu waktunya berjalan.”
TC :ODOY/GOPRO-05/00:01:12 -00:01:15 “Take dulu ya… Ok.”
18
TANPA MENUNGGU WAKTU/ MAMI MENGINTRUKSIKAN SEMUA WANITANYA UNTUK BERDIRI DIHADAPAN PARA TAMU// TAHAPAN INI DIKENAL DENGAN SEBUTAN SHOWING//
TC :ODOY/GOPRO-05/00:04:10 -00:04:25 “Siapa namanya? Tata.Temanya apa? Biasanya jadi apa? Polisi… wesh, berarti penjara ya.
4 TC :ODOY/GOPRO-05/00:04:51 -00:05:00 “Biasanya diapain aja di penjara? Dihukumnya enak loh, Gimana? Dihukum telanjang.
11
TC :ODOY/GOPRO-05/00:06:18 -00:06:46 “Apa mau satu room berempat juga boleh… Owh… mau masuk semua di penjara juga boleh… 2 cewek 5 Cowok juga boleh…”
3 JIKA PEMILIHAN WANITA DAN TEMA SUDAH DISEPAKATI…/ PELAYANAN SEKS TEMATIK PUN SIAP DIMULAI// - kasih penekanan scoring !!!!!
SEBAGAI PEMANASAN/ KAMI DIAJAK MENIKMATI HANGATNYA KOLAM RENDAM/ DITEMANI WANITA WANITA CANTIK//.
PENAMPILAN JENI JUGA RANI/ SEBUT SAJA DUA WANITA INI DIPANGGIL PUN TELAH BERUBAH// KEDUANYA TELAH SIAP DENGAN KOSTUM SIPIR PENJARA DAN SEORANG GURU SEXY//
LANTAS SEPERTI APAKAH LAYANAN SEKS TEMATIK YANG AKAN DISUGUHKAN OLEH KEDUA WANITA INI?// 15 CUT TO SEGMEN 3 BIKIN GANTUNG 9
Klip klip lagi kalau masih under durasi
Teaser : gambar saat seks tematik di penjara atau ruang kelas yang seru dech.. (tambah durasi lumayan)
28
PINDAH KE KOLAM RENDAM
(TEMATIK SPA-2, 6-7
SEGMEN 3
MENITAN)
Obb
Lead Chantal kemudian clip dulu yah
FENOMENA SEKS TEMATIK TERUS MENGUNDANG TANYA?// AKANKAH SEBUAH GAYA HIDUP YANG KINI MEWARNAI SISI KEHIDUPAN MALAM INI SEMAKIN MENGGODA PARA PEMUJANYA SEKS????// LANJUT BERENDAM Jeng jeng shot klip klip …. Masuk ke penelusuran lagi..
TC :ODOY/GOPRO-07/00:00:58 -00:01:02 “Mau dijitin gak? Apa… wuidih mau dong…”
DARI PENELUSURAN KAMI/ MENJALIN KEMESRAAN ANTARA TAMU DAN PELAYAN SEKS TEMATIK/ SEBELUM NAIK LIFT JALAN KE
BERANJAK KE AKTIVITAS INTI/ MENJADI AWAL JASA LAYANAN//
LORONG TEMPAT TEMATIK TC :ODOY/GOPRO-07/00:02:37 -00:02:47 “Yang bener dong duduknya… Weh galak bener, iya kan polisi hehe…”
RASA PENASARAN DAN PENELUSURAN KAMI BERLANJUT MELEWATI SEBUAH LORONG HINGGA SAMPAI KE SEBUAH TEMPAT YANG DIBATASI JERUJI BESI//
== klip klip seru dulu ach… dikasih establish gambar penjara dulu yang netral agar mengkaburkan .. dari VT yach..
RUANG TEMATIK PENJARA YA… SEBUAH KONSEP RUANGAN PENJARA// DI SINI…/ DALAM SEKEJAP/ SUASAN PUN BERUBAH TOTAL…/ JENI SANG SIPIR PENJARA SEXY MULAI MEMAINKAN PERANNYA…//
TC :ODOY/GOPRO-08/00:01:17-00:01:39 “Yang nyuruh masuk siapa? Kartu identitas mana? Hah…? Kartu identitas dan tanda pengenal…! Gak bawa pak… BApak… IBu…! Itu yang di tangan apa? Ini saya pegang ganja (Ganjanya sensor).
TC :ODOY/GOPRO-08/00:01:17-00:01:39 “Izin komandan boleh ngerokok? Gak boleh, tro rokonya di situ…”
TC :ODOY/GOPRO-08/00:02:10-00:02:48 Nama siapa? Jangan pojokan… sini tengah2… ampun bu, galak bener… Nama siapa? Bagas bu… Jangan nyender nanti saya hukum… Umur? 25, ktp? Gak bawa. Jangan cengar2. DIPENDEKIN YACH DIALOGNYA!!!! AMBIL YANG
TC :ODOY/GOPRO-08/00:03:08-00:03:29
PENTING SAJA TUK
“Bagas, kamu memerkosa nenek2 70 tahun. Engga bu sumpah… Ngaku, kalau gak squat jump 5 kali. Ngaku…! Masuk ke
GAMBARAN TEMA
dalem sel…!
PENJARA… aq tidak liat gambar jd nt di both edit saja
TC :ODOY/GOPRO-08/00:04:52-00:05:00
jagalnya
“Bu, jadi polisi ko pakainnya kayak gini? Terserah saya dong, di sini kan saya yang berkuasa, kenapa kamu complain…?
TC :ODOY/GOPRO-08/00:05:01-00:05:11 Saudara bagas…! Siap bu, karena kamu memperkosa nenek2 maka kamu didenda 90 juta dan saya minta kronologisnya kamu praktekin…”
YA… ITULAH SEPENGGAL ACTING YANG DIPERANKAN OLEH SANG SIPIR PENJARA SEXY// SETELAH MELAKONI PERANNYA DENGAN BAIK/ WANITA BERUSIA 23 TAHUN INI PUN MELAKUKAN PELAYANAN YANG SEBENARNYA…// YA… LAYANAN BERCINTA TENTUNYA//
---JUMP CUT KE RUANGAN RAJIEV---
kasih establish gambar ruang kelas natural dulu baru klip klip, jgn langsung masuk ke penelusuran …
BERBEDA DENGAN NUANSA TEMA SEBELUMNYA/ TEMA RUANG KELAS INI TAMPAK LEBIH TENANG// SEPERTI APAKAH PERAN YANG AKAN DIMAINKAN OLEH SEORANG GURU DAN MURIDNYA INI…?//
RUANG TEMATIK KELAS (note: adegan prolog bias
** KLIP KLIP DULU
dipendekin di both edit, belum liat gambar soalnya.., biar tidak
TC :GURNING/GOPRO-04/00:01:17-00:01:39
monoton dialog)
“Ibu gurunya sexy amat ya, kalau ada ibu guru kayak gini aku mau sekolah terus kayaknya haha…”
22
TC :GURNING/GOPRO-04/00:08:55-00:09:12 “Aku ngapain ibu guru, aku kan murid baru… Silahkan tulis, nama, hobi, cita-cita, no telfon, no sepatu, sama no celana dalemnya ya… Oh ko celana dalem…? Nanti kan…blab la bla… (gak jelas)”
MEMAINKAN PERAN SEBAGAI GURU SEXY/ RANI TERLIHAT LUGAS SAAT MENJELASKAN SEMUA MATERI PELAJARAN SEKOLAH// 17 TC :GURNING/GOPRO-04/00:11:48-00:11:56 “Ini bener, ini bener, ini salah…
TC :GURNING/GOPRO-04/00:12:40-00:13:32 “Salah, masa 3x4=7… kamu dihukum ya… Mau yang capek apa gak cape? Maunya yang enak boleh gak bu? Yang cape… serius nih… gak nyesel… push up kalu gitu. Aduh… boleh ralat gab u guru? Boleh…”
TC :GURNING/GOPRO-04/00:13:56-00:13:59 8
Mau yang gak capa? Hmmm apa ya…?”
LAGI-LAGI SEBUAH HUKUMAN DIBERIKAN PADA TAMU YANG BERPERAN SEBAGAI MURID// LANTAS/ HUKUMAN 52
APAKAH YANG AKAN DIBERIKAN OLEH SANG GURU SEKSI INI?
TC :GURNING/GOPRO-04/00:14:28-00:14:32 “Haduh kok dibuka2…? Katanya yang gak cape kan…”
---Cut to seg 4--3 klip klip seru dulu
next on : dancer tematik/ tarian seks yang seru yach..
4
(TEMATIK SEXY DANCE, 7-8
SEGMEN 4
MENIT-AN)
Obb TOM
BROWSING
RUANGAN TELEFON
MAS EO
DI
GATOT,
Lead Chantal kemudian clip dulu yah
PENYEDIA
DANCE TEMATIK PENELUSURAN KAMI UNTUK MENGUNGKAP SECARA MENDALAM AKAN FENOMENA SEKS TEMATIK MASIH TERUS BERLANJUT//
DARI BERBAGAI SITUS KAMI MENEMUKAN JEJAK BARU ADANYA SATU BENTUK LAIN DARI LAYANAN SEKS
TEMATIK// YAH../ TEMATIK SEXY DANCE ATAU TARIAN SEKS DENGAN MENGGUNAKAN TEMA-TEMA TERTENTU//
WALAUPUN TERBILANG BARU/ FENOMENA TEMATIK SEXY DANCE RUPANYA TELAH BERKEMBANG CUKUP PESAT// BERAGAM PROMO MENARIK TENTANG JASA LAYANAN DANCE TEMATIK INI DAPAT DENGAN MUDAH DITEMUKAN//
TC : Kst. Cam. 1/00:09:38 -00:10:33 55
“Hallo, mas ini Amnesia Dancer ya? oh iya.. ini siapa ya? oh saya ngeliat di website, katanya bias nyediain dance tematik ya.. oh iya .. dapat no saya dari siapa ya ? website .. oh itu ada berapa minimal? 2-3 orang .. tapi tempatnya bisa kita yang nentuin ga? bebas…”
TC : Kst. Cam. 1/00:10:54 -00:11:00 “Cantik gak ya cewenya? Dijamin…”
6
TC : Handycam-2122/00:00:10 -00:00:28 “Pokoknya service ke tamu bisa dipegang, dipeluk, dipangku2 gitu deh tapi dia tetep pake kostum ya gak topless kebuka… oh gitu, cipika-cipiki bisa, itu totalnya berdua 3 juta mas.”
18 TC : Handycam-2122/00:03:23-00:03:33 “Siap… 2.7 kan? Haduh… si mas nawar aja, ya udah deh gapapa.”
10
TC : Kst. Cam. 1/00:11:06-00:11:25 “Tapi rencananya sore ini bisa? Sore ini? Ya kemungkinan bisa lah…”
TRANSAKSI BERLANJUT DENGAN MELAKUKAN TRANSFER LEWAT ATM SEBAGAI TANDA KESEPAKATAN// 19
DENGAN MENGIRIMKAN TANDA BUKTI PENGIRIMAN/ KAMI KEMBALI MENGHUBUNGI SANG PENYEDIA JASA LAYANAN DANCE TEMATIK//
TC : Handycam-2125/00:01:12 -00:01:16 TRANSAKSI ATM 2120, 2123
“Hallo, uang transfernya udah saya kirim ya.”
TC : Handycam-2125/00:01:36 -00:01:40 “OK, saya kan pake M-Banking, saya cek ya. Silahkan, Tq ya…”
---CUT TO HOTEL---
DI SEBUAH TEMPAT DAN WAKTU YANG TELAH DISEPAKATI…/ PENELUSURAN BERLANJUT DENGAN BERTEMU DUA ORANG WANITA SEBAGAI SANG PENARI TEMATIK//
4
TC : ODOY DANCER-GOPRO-02/00:02:00 -00:02:18 “Itu Apa itu? Ini rok suster, trus yang kedua itu temanya apa? Ini leopard,
4
TC : ODOY DANCER-GOPRO-03/00:00:00 -00:00:19 NAIK LIFT JALAN KE KAMAR
“yang ini sporty… tapi semua sama ko keliatan perutnya, jadi sexy lah ya… Iya. Jadi mau yang mana? Suster dulu deh yang pertama.”
---cut to dance---
BERMODAL KEMOLEKAN TUBUH SERTA KOSTUM SESUAI THEMA/ KEDUA WANITA INI MULAI BERAKSI// (klip klip menari dulu lach..)
TC : ODOY DANCER-GOPRO-09/00:01:16 -00:01:22 DI
DALAM
KAMAR
“uh… suster apa nih? Suster ngesot, haha…”
NUNJUKIN
BAJU2 TC : ODOY DANCER-GOPRO-09/00:02:22 -00:02:26
KOSTUMNYA
‘Kenapa susternya gak buka baju? Eh gak boleh… beda paketnya ya… iya beda.”
TC : ODOY DANCER-GOPRO-10/00:01:11-00:01:18 “Ada yang bisa sampai main buka2 gitu? Oh bisa… ada, mau sampai main, sampe jungkir balik turun naik disitu juga, oh hahaha…”
TC : ODOY DANCER-GOPRO-09/00:04:00 -00:04:10 “ngedance udah berapa lama? Dari 99, tapi yang pake tema? Dari itu juga oh udah lama ya, ya…” (kasih penekanan kalau yg jawaban seru!!!!!) ROLL DANCE DIPANGKU2, BERDIRI DIPELUK2
---Cut to tema ke dua---
klip klip lagi ach … MASUK KE SESI SELANJUTNYA/ KEDUA SUSTER SEXY INI PUN TAMPIL LEBIH LIAR SAAT MENJADI LEOPARD//
SESUAI TEMANYA…/ SAMBIL MENARI/ ADEGAN YANG DISUGUHKAN MAKIN AGRESIF// HMMM… SEBUAH BENTUK KREASI TANPA BATAS/ DARI PARA PEMUJA KENIKMATAN//
Klip klip dulu yach Next on : kasih SB yang pas seru.. akan ditempel di both edit.. bikin yang seru ROLL
DANCE
TEMA
LEOPARD
(WAWANCARA ZOYA, 7
SEGMEN 5
MENIT-AN)
Obb VT TEMATIK DAFANY
Lead Chantal kemudian clip dulu yah
(1 MENIT-AN)
---ROLL VT DAFANY MEMERANKAN DUA KOSTUM TEMATIK, PEMBANTU EROPA DAN GURU SEXY---
CANTIK/ SEXY/ MUDA/ PENUH PESONA DAN MENGGAIRAHKAN…// YA… DIALAH/ DAFANY/ THE SEXY HOUSEMAID ATAU SI PELAYAN SEXY//
DALAM BALUTAN KOSTUM ALA PEMBANTU RUMAH TANGGA/ KEINDAHAN TUBUH SEORANG MAHASISWI INI KIAN JELAS TERLIHAT// TAK HANYA BERPERAN SEBAGAI SEORANG PELAYAN/ KESEKSIAN DARA BERDARAH JAWA INI PUN TERLIHAT SAAT DIRINYA MEMERANKAN SEORANG GURU SEXY//
YA… INILAH BEBERAPA CONTOH TEMA YANG KERAP DIMAINKAN OLEH DAFANY SESAAT SEBELUM BERCINTA…//
---CUT TO INTERVIEW ZOYA---
ZOYA AMIRIN – DAFANY
TC : 00:16:15 – 00:16:30 Tadi anda sudah menyaksikan vt dari pelayan seks tematik, dan sekarang ini saya berkesempatan berbincang-bincang dengan pelayan seks tematik yang seksi dan cantik, dafany apa kabar? WWCR ZOYA DAN DAFANY
Baik….
LATAR SET TEMA GUDANG
TC : 00:16:45 – 00:17:00 Kita coba mau tau nih fan kehidupan tentang pelayan seks tematik apa sih yang membuat inspirasi kamu sehingga bisa membuat kamu terjun ke dunia seperti ini. Thank you ya pertama-tama untuk gabung di sexophone.
TC : 00:17:02 – 00:17:31 Jadi fan boleh cerita gak umur berapa kali terjun di dunia ini pelayan seks tematik? Dari umur 19 tahun. Sekarang? Jalan 22 (17:23) berarti waktu masih kuliah ya… iya
TC : 00:17:35 – 00:18:38 Boleh tau alesannya fany tertarik pada bisnis ini? Siapa yang memperkenalkan? Dari teman.. kenapa mau? Enak ya melihat kehidupan temen menarik banget, dia bisa beli apa yang dia mau, dia bisa tampil cantik, stylish dari barang-barang yang dia punya. (18:15) emang ortu gak membiayai? Orangtua aku broken home… oh ok (18:38)
TC : 00:20:18 – 00:21:01 Emang duitnya oke banget ya fan ? lumayan sekarang 5 jutaan.. dulu mulainya berapa jutaan? 1,5 jutaan itu short time. Itu berapa lama sihh? 2,5 jam kalau untuk long time sekitar 8 jam cuman kalau selesainya cepet ya lebih baik bisa cepet pulang.
TC : 00:21:10 – 00:21:55 Waktu pertama tampil langsung tema atau biasa? Pertama kalinya sih biasa aja, trus ngeliat temen suka pakai costum kayak gini-gini trus dia nawarin online juga. oh kamu beli online costumnya.. ya
TC : 00:21:57 – 00:23:01 Trus yang membuat kamu nentuin costum tema supa bisa dipake tema ama klien? Ya aku tentuin sendiri tapi kala tamunya minta seperti ini aku nyoba nentuin.. apa yang paling kamu suka? Pelayan.. kru.. unik aja
TC : 00:23:20 – 00:23:45 Dari semua klien kira-kira costum apa yang sering diminta? Linjeri, Kalo kostum tergantung tamunya paling sering? Yang pelanyan ini…
TC : 00:26:55 – 00:27:10 Bedanya saat paket tematik sama enggak? TC : 00:27:41 – 00:27:53 Beda banget, lebih oke pake kostum karena ada daya tarik gitu ya.. TC : 00:28:42 – 00:28:46 Itu membuat aku lebih seksi
TC : 00:31:16 – 00:31:57 Sekarang kamu 22 tahun, untuk kedepannya kamu sudah terfikir apakah akan seperti ini terus atau seperti apa? Untuk sekarang sih aku ingin menikmati kehidupanku yang seperti sekarang. Kamu seneng dengan penghasilan kamu? seneng . kebahagian menurut kamu? punya uang banyak bisa kebeli apa aja yang aku mau. Apa yang pengen kamu beli ? rumah untuk orangtua.
Summary TC : 00:34:58 – 00:36:55 Okey thanks ya untung bincang-bincangnya .. seru banget infonya juga. Good luck buat hidup kamu. perbincangan dengan fanny tadi membuktikanbahwa dalam seksual pria itu lebih tertarik pada hal-hakl yang dia lihat visualnya. Begitu juga wanita untuk terlihat lebih seksi secara seksual dia harus terlibat terhadap gerak fisik yang membuat percaya diri. Pada dasarna
wanita yang percaya diri adalah wanita yg seksi ditempat tidur, sekarang kita kembalikan lagi kepada anda pemirsa bahwa pria yang dipuaskan secara visual,bicarakan terhadap pasangan anda tidak selalu dengan caera sulit, jika anda ingin menggunakan tema tidak ada salahnya. Jadi tingkatkan fantasi seksual anda sehingga kehidupan seksual anda akan lebih menyenangkan sehingga tidak mencari diluar pasangan anda, saya zoya amirin sexophone.
Kasih establish kota Jakarta dulu- ambil dari eps Bachelor Party segmen akhirnya (JGN BACK TO BACK ZOYA KE CHANTAL..)
, agar NAMBAH durasi, baru closing Chantal.. lumayan lah nambah durasi sih..
---end---