PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PADA ANAK BALITA BGM MELALUI METODE KELOMPOK GIZI TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN GUNUNG SARI
Lalu Khairul Abdi, Ni Ketut Sri Sulendri, I Nyoman Adiyasa, Taufiqurrahman
Abstract: The result of RISKESDAS 2007 still placed the Province of Nusa Tenggara Barat as far below the 2015 national achievement targets in cases of lack of nutrition and malnutrition. This result was especially poor in the region of West Lombok which was 18.5%, while the TB rate was 24.8%. Aim. To know the influence of giving additional food (locally known as PMT MP-ASI) to children under five years old (locally known as BGM) through nutrition group method on the increase rate of the children’s nutritional status. This research was carried out at the municipality of Gunung Sari, West Lombok. The research was a quasi experiment with a design of longitudinal pretest and post-test control group. The sample size was 30 subjects (15 cohort subjects and 15 control subjects). Data analysis was done using paired t test and independent t test. There is no significant difference in the nutritional status of the children below five years old before and after the intervention. There is also no significant difference in the nutritional status of the children under five years old who are in the cohort group and the control group. Giving PMT MP-ASI to children under five years old for 30 days is not effective enough to increase their nutritional status either by using nutrition group method or without it. The result of this research can give inputs to refine the implementation of PMT-MP ASI program. This program may continue on with further improvements, especially through nutrition group method. Kata Kunci: MP-ASI, Metode Kelompok Gizi, Status Gizi Balita LATAR BELAKANG Salah satu tujuan Rencana Pembangunan
budaya. Namun akar permasalahan terletak pada
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009
pertengahan tahun 1997 yang sampai saat ini masih
bidang kesehatan adalah memberikan prioritas
kita rasakan. Keadaan ini
kepada perbaikan kesehatan masyarakat, perbaikan
meningkatnya jumlah keluarga miskin yang diikuti
gizi pada bayi dan anak. Rencana strategi pemerintah
dengan peningkatan prevalensi gizi kurang dan gizi
untuk menindaklanjuti tujuan RPJMN yang paling
buruk. Meningkatnya prevalensi gizi kurang maupun
utama adalah
menurunkan prevalensi gizi kurang
gizi buruk memberi dampak terhadap kualitas
dan gizi buruk, yaitu 2 (dua) masalah gizi utama
sumber daya manusia di masa datang (Depkes RI,
yang
2003).
disebabkan
ketidakseimbangan
oleh asupan
kekurangan energi
dan
krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai
atau protein
menyebabkan semakin
Hasil RISKESDAS tahun 2007 yaitu status
(Depkes RI, 2006).
gizi anak Balita untuk gizi kurang dan Gizi Buruk menjadi
tingkat nasional 18,4%, sedangkan NTB 24,8%, dan
penyebab masalah gizi di Indonesia seperti keadaan
Kabupaten Lombok Barat 27,6%. Prevalensi gizi
fisiologis, keadaan ekonomi, sosial, politik, dan
kurang dan gizi buruk di Propinsi NTB tersebut
Terdapat banyak faktor yang
___________________________________________________________________________ Lalu Khairul Abdi, Ni Ketut Sri Sulendri, I Nyoman Adiyasa, Taufiqurrahman: Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Mataram
802
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
masih jauh dari target pencapaian nasional yaitu
Penelitian yang berhubungan dengan daya
18,5% pada tahun 2015. Keadaan ini akan terus
terima MP-ASI blended food (difortifikasi) antara
meningkat jika tidak memperoleh penanganan yang
lain, penelitian yang dilakukan oleh Kartika, Vita,
tepat dan baik (Depkes RI, 2009). Untuk menanggu-
dkk. (2006) menyimpulkan bahwa pemberian MP-
langi permasalahan tersebut di atas, sejumlah
ASI pabrikan selama 4 bulan kepada keluarga miskin
kegiatan dilakukan bertumpu kepada perubahan
dengan jumlah pemberian 48 gram/hari tidak mem-
perilaku terutama dalam program pemberikan air
berikan dampak terhadap perubahan status gizi
susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi mulai lahir
sampel berdasarkan indeks BB/U dan PB/U (tidak
sampai berusia 6 bulan dan memberikan makanan
ada perbedaan yang bermakna secara statistik).
pendamping
air susu ibu (MP-ASI) yang cukup
Upaya pemerintah tersebut belum juga
setiap hari. Nilai gizi yang dianjurkan untuk MP-ASI
dapat menuntaskan kasus gizi kurang dan gizi buruk.
bayi dan anak yaitu 250 kalori, protein 6–8 gram
Oleh karena itu, perlu suatu teorbosan yang
untuk bayi usia 6–11 bulan, dan
sebanyak 450
dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat melalui
kalori, 12–15 gram protein untuk usia anak 12–24
model perbaikan gizi dengan Kelompok Gizi
bulan (WHO, 1998).
Masyarakat.
UNICEF
pada
tahun
1999,
dalam
kelompok,
Diharapkan masyarakat
dengan dapat
berperan dan
aktif,
penelitiannya menemukan adanya kualitas MP-ASI
meningkatkan
yang dibuat di rumah tangga terdiri dari 50% dari
masyarakat untuk peduli dalam memecahkan dan
kecukupan energi, cukup protein, rendah zat gizi
menerapkan keluarga sadar gizi untuk meningkatkan
mikro (30% Zn dan Fe), serta 50% Vitamin (Depkes
status gizi anak balitanya (Depkes RI, 2009).
RI, 2003). Beberapa jenis MP-ASI buatan pabrik
kemampuan,
membentuk
kemandirian
Untuk mengetahui peran metode kelompok
memberi kemudahan bagi ibu-ibu yang tidak sempat
gizi
menyediakan makanan tambahan bagi bayi dan
memberi hasil sesuai dengan tujuan dan mampu
anaknya, namun harganya masih relatif mahal bagi
memenuhi kebutuhan sasaran, terutama kaitannya
kelompok masyarakat miskin.
dalam
Upaya lain yang dilakukan
dalam pemberian makanan tambahan agar
meningkatkan
status
gizi,
maka
perlu
pemerintah
dilakukan studi yang tujuannya mengetahui apakah
dalam menurunkan prevalensi gizi kurang/buruk
ada pengaruh pemberian makanan tambahan melalui
adalah dengan pemberian MP-ASI blendeed food
metode kelompok gizi
(difortifikasi) yang diberikan secara gratis, jenis MP-
gizi anak balita BGM di Kecamatan Gunung Sari.
ASI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang
diberikan
bermerek
vetadele
yang
terhadap peningkatan status
merupakan proyek bantuan UNICEF. Program MP-
pengaruh
ASI ini sejak tahun 2003 hingga tahun 2005 terus
Metode Kelompok Gizi terhadap peningkatan status
diberikan pada anak yang mengalami gizi kurang dan
gizi anak Balita BGM di Kecamatan Gunung Sari.
gizi buruk pada tahap rehabilitasi secara nasional (Depkes RI, 2000).
803
Pemberian Makanan Tambahan melalui
Abdi, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Anak Balita BGM
sampel dan 15 anak balita kontrol) dengan kriteria
METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
inklusi: usia 6-24 bulan, masih mendapatkan ASI,
Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Adapun
tingkat konsumsi defisit dan dalam keadaan sehat
alasan pemilihan lokasi adalah hasil Riskesdas 2007
(tidak infeksi dan tidak kecacingan).
yaitu Prevalensi KEP anak Balita tingkat Nasional
Data yang sudah dikumpulkan, diperiksa
18,4%, data NTB 24,8%, sedangkan Kabupaten
kembali (editing) kemudian dimasukkan dalam
Lombok Barat 27,6%, dan Kecamatan Gunung Sari
master tabel dengan bantuan komputer. Data asupan
27%. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan
diolah dengan program nutri survey. Analisa data
yaitu bulan Juli-Nopember 2010. Jenis penelitian ini
disesuaikan dengan tujuan dan skala data yaitu
merupakan
dengan paired t test
penelitian
Quasi
Experiment,
(uji t berpasangan untuk
menggunakan rancangan penelitian longitudinal pre
masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol) dan
test dan
independent t test dengan bantuan komputer.
post test kontrol group design. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anak Balita BGM HASIL
yang ada di Kecamatan Gunung Sari sejumlah 56
1. Gambaran Umum Responden
anak anak Balita. Sampel adalah bagian dari populasi
a. Tingkat Pendidikan Responden
yaitu anak Balita BGM pada 2 desa yang terpilih
Gambaran mengenai tingkat pendidikan
yang memiliki karakteristik wilayah yang hampir
responden pada saat penelitian dapat dilihat pada
sama. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus
table 1.
Lameshow, 1997 yaitu 30 orang (15 anak balita
Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gunung Sari Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tdk Tamat SD SD SMP SMA PT Total
Kelompok Penelitian PERLAKUAN Kontrol n % n % 2 13,3 1 6,7 1 6,7 6 40,0 4 26,7 3 20,0 3 20,0 1 6,7 4 26,7 2 13,3 1 6,7 2 13,3 15 100,0 15 100,0
Hasil penelitian seperti yang digambarkan
Jumlah n 3 7 7 4 6 3 30
% 10,0 23,3 23,3 13,3 20,0 10,0 100,0
responden yang tingkat pendidikannya tamat SMA
pada tabel 1, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
dan perguruan tinggi yaitu sebesar 13,3%.
responden terbanyak pada kelompok PERLAKUAN
b. Jumlah Anggota Keluarga
adalah tamat sekolah dasar dan tamat SMA yaitu
Jumlah
anggota
keluarga
dapat
masing-masing sebanyak 4 responden (26,7%). Pada
mempengaruhi distribusi makanan dalam keluarga
Kelompok
adalah
terutama jumlah makanan yang dapat diberikan
responden yang tidak tamat sekolah dasar yaitu
kepada setiap anggota keluarga. Distribusi responden
Kontrol
jumlah
terbanyak
sebanyak 6 responden (40,0%) tetapi terdapat juga
804
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
berdasarkan jumlah anggota keluarga di Kecamatan
Gunung Sari dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 . Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Gunung Sari Jumlah Anggota Keluarga ≤ 4 Orang > 4 Orang Total
Kelompok Penelitian PERLAKUAN Kontrol n % n % 6 40,0 7 46,7 9 60,0 8 53,3 15 100,0 15 100,0
Jumlah n 13 17 30
% 43,3 56,7 100,0
Kedua kelompok baik PERLAKUAN dan
anak balitanya adalah sebagai ibu rumah tangga
Kontrol menunjukkan persentase yang hampir sama
(IRT) yaitu sebesar 86,7% demikian juga pada
mengenai
kelompok yang Kontrol 46,7% ibu anak balitanya
distribusi
jumlah
anggota
keluarga.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian
sebagai IRT.
besar responden memiliki jumlah anggota keluarga
d. Tingkat Pengetahuan
lebih dari 4 orang yaitu 60,0% pada kelompok
Tingkat
PERLAKUAN dan 53,3% pada kelompok Kontrol.
mempengaruhi
c. Jenis Pekerjaan
diketahui
perilakunya
seseorang
dalam
dapat
memutuskan
sesuatu untuk dilaksanakan atau tidak. Gambaran
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian
pengetahuan
bahwa
pada
mengenai tingkat pengetahuan responden tentang
kelompok
gizi baik sebelum maupun sesudah intervensi pada
PERLAKUAN sebagian besar jenis pekerjaan ibu
penelitian ini dapat dilihat pada grafik 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi Sebelum dan Sesudah Intervensi di Kecamatan Gunung Sari. % 80 70 60 50 40 30 20 10 0
73,3
66,7
73,3
60 33,3 13,3
13,3 0
Baik
Sedang Tingkat Pengetahuan
KGM Sebelum Intervensi Bukan KGM Sebelum Intervensi
6,7
13,3
13,3
0
Kurang KGM Sesudah Intervensi Bukan KGM Sesudah Intervensi
Grafik1. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Gizi Sebelum dan Sesudah Intervensi di Kecamatan Gunung Sari
805
Abdi, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Anak Balita BGM
Grafik 1
menunjukkan bahwa tingkat
ASI dilakukan oleh kader setempat dengan terlebih
pengetahuan ibu anak balita tentang gizi sebagian
dahulu mendapat pengarahan dari peneliti. Resep
besar berada pada kategori sedang, baik pada
MP-ASI menggunakan resep MP-ASI lokal yang
kelompok
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
yaitu
PERLAKUAN maupun yang Kontrol
masing-masing
kelompok
2006, pembuatan MP-ASI dilaksanakan pada 5
PERLAKUAN dan 73,3% pada kelompok Kontrol.
tempat yaitu di Dusun Ireng Daye (13 anak balita
Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang tingkat
PERLAKUAN),
Kapek
Atas
(6
anak
balita
pengetahuan diantara kedua kelompok (p = 0,4 > α =
PERLAKUAN),
Johor
Pelita
(4
anak
balita
0,05).
PERLAKUAN), Kebon Indah (11 anak balita Sesudah
60,0%
pada
pelaksanaan
intervensi,
pada
Kontrol), dan di Dusun Kekait (anak balita Kontrol).
kelompok PERLAKUAN terjadi peningkatan tingkat
Modifikasi
pengetahuan
Jumlah
menghindari kebosanan pada anak balita baik dari
tingkat pengetahuan
segi komposisi, besar porsi maupun frekuensi
dengan kategori baik meningkat dari 33.3% menjadi
pemberian sesuai kesepakatan ibu anak balita, kader
66,7% responden. Perbedaan jumlah responden yang
dan peneliti selama tidak berpengaruh ke komposisi
meningkat tingkat pengetahuannya diantara kedua
zat gizinya (energi dan protein). Modifikasi yang
kelompok secara statistik signifikan pada alpha 0,05
dilakukan didasarkan atas hasil evaluasi menu pada
dimana hasil uji dengan chi-square diperoleh nilai p
minggu
= 0,008 ( p=0,008 < α = 0,05 ).
pelaksanaan intervensi.
2. Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita
a. Konsumsi Energi
responden
responden yang
tentang
memiliki
Pemberian
menu
untuk
pertama)
dari
dilaksanakan selama 30 hari mulai tanggal 7 Oktober
selama pelaksanaan intervensi dapat dilihat pada
sampai
tabel 3.
Nopember
anak
(siklus
dilakukan
Konsumsi energi anak balita sebelum dan
6
pada
pertama
MP-ASI
balita
dengan
MP-ASI
gizi.
menu
2010
dengan
menggunakan siklus menu 5 hari. Pembuatan MPTabel 3. Gambaran Konsumsi Energi Sebelum dan Selama Intervensi pada Anak Balita Kelompok PERLAKUAN dan Kontrol di Kecamatan Gunung Sari Konsumsi Energi
( %AKG )
Sebelum Intervensi Selama Intervensi
̅ 64,0 70,0
Kelompok Penelitian PERLAKUAN Kontrol ̅ SD Selisih p SD Selisih 14,0 71,0 9,7 5,2 0,31 56,0 8,9 - 15,2 12,8
p 0,00
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
dari AKG (defisit berat) meningkat menjadi 70,0%
peningkatan rata-rata konsumsi energi sebesar 5,2%
dari AKG (defisit sedang) selama pelaksanaan
dari AKG pada kelompok anak balita dengan
intervensi. Walaupun terdapat peningkatan konsumsi
PERLAKUAN sebelum dan selama intervensi, rata-
energi
rata konsumsi energi sebelum intervensi sebesar 64%
peningkatan ini ternyata tidak signifikan secara 806
akibat
pemberian
MP-ASI,
namun
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
statistik setelah diuji dengan uji t berpasangan
dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
(paired samples t - test), nilai p = 0,031 lebih besar
perbedaan yang signifikan mengenai konsumsi
dari nilai alpha = 0,05 (p=0,31 > α = 0,05).
energi di antara kelompok PERLAKUAN dan
Hasil
yang
berbeda
pada
Kontrol, dan diperoleh hasil bahwa nilai p = 0,001
kelompok anak balita Kontrol, terdapat pe-nurunan
lebih kecil dari nilai alpha = 0,05 (p=0,001 <
rata-rata konsumsi energi sebesar 15,2% dari AKG
α=0,05).
sebelum dan selama intervensi. Secara statistik,
konsumsi energi yang signifikan antara anak balita
perbedaan akibat penurunan ini cukup sigifikan
kelompok PERLAKUAN dengan anak balita Kontrol
setelah diuji dengan uji t berpasangan (paired
selama dilakukan intervensi pemberian MP-ASI.
samples t - test), nilai
diperoleh
p = 0,00 lebih kecil dari
(independent
t-test)
perbedaan
rata-rata
Gambaran konsumsi protein sebelum dan
Analisis statistik dengan menggunakan uji t bebas
terdapat
b. Konsumsi Protein.
nilai alpha = 0,05 (p=0,00 < α = 0,05).
sampel
Artinya
juga
selama pelaksanan intervensi pada kedua kelompok
telah
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Gambaran Konsumsi Protein Sebelum dan Selama Intervensi pada Anak Balita Kelompok PERLAKUAN dan Kontrol di Kecamatan Gunung Sari Konsumsi Protein
(%AKG )
Sebelum Intervensi
̅ 154,0
Selama Intervensi
172,3
Kelompok Penelitian PERLAKUAN Kontrol ̅ SD Selisih p SD Selisih 61,6 181,4 49,0 17,5 0,24 -40,7
53,0
140,6
p 0,02
37,0
Gambaran konsumsi protein anak balita
intervensi yaitu sebesar 40,7% dari AKG dan
yang diperlihatkan pada tabel 4 diperoleh hasil
penurunan ini secara statistik menunjukkan hasil
bahwa kedua kelompok (Perlakuan dan Kontrol)
yang signifikan dimana nilai p= 0,02 lebih kecil dari
memiliki tingkat konsumsi protein yang tinggi/lebih
nilai kecil dari nilai alpha = 0,05 (p= 0,02 < α= 0,05).
dari anjuran kecukupan gizi (> 110 %AKG).
Untuk
membuktikan
apakah
terdapat
Terdapat peningkatan rata-rata kon-sumsi protein
perbedaan yang signifikan antara konsumsi protein
sebesar 17,5% dari AKG pada kelompok anak balita
pada kelompok PERLAKUAN dan Kontrol setelah
dengan
selama
dilakukan intervensi dilakukan dengan uji t sampel
intervensi, walaupun terdapat peningkatan konsumsi
bebas (independent t-test) dan diperoleh hasil bahwa
protein
namun
nilai p = 0,03 lebih kecil dari nilai alpha = 0,05 (
peningkatan ini ternyata tidak signifikan secara
p=0,03 < α=0,05 ). Artinya terdapat perbedaan rata-
statistik setelah diuji dengan uji t berpasangan
rata konsumsi protein yang signifikan antara anak
(paired samples t - tes), nilai p = 0,24 lebih besar dari
balita kelompok PERLAKUAN dengan anak balita
nilai alpha = 0,05 (p=0,24 > α = 0,05).
Kontrol setelah dilakukan intervensi.
PERLAKUAN
akibat
sebelum dan
pemberian
MP-ASI,
Konsumsi rata-rata protein pada kelompok
3. Status Gizi Anak Balita
Kontrol menunjukkan penurunan selama dilakukan
807
Abdi, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Anak Balita BGM
Indeks status gizi yang digunakan dalam
cukup sensitif untuk mengetahui perubahan status
penelitian ini untuk mengevaluasi dampak dari
gizi pada anak balita.
pemberian PMT (MP-ASI) pada anak balita (6 – 24
Gambaran perubahan berat badan dan status
bulan) di Kecamatan Gunung Sari adalah berat badan
gizi anak balita sebelum dan sesudah pelaksanan
menurut umur (BB/U), dengan pertimbangan bahwa
intervensi pada kedua kelompok dapat dilihat pada
intervensi yang dilakukan hanya 30 hari sehingga
tabel 5.
Tabel 5. Gambaran Perubahan Berat Badan dan Status Gizi Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Anak Balita Kelompok PERLAKUAN dan Kontrol di Kecamatan Gunung Sari BB ( Kg ) dan Status Gizi BB Sebelum Intervensi BB Sesudah Intervensi BB/U Sebelum Intervensi BB/U Sesudah Intervensi
Kelompok Penelitian PERLAKUAN Kontrol ̅ ̅ SD Selisih p SD Selisih 7,74 0,7 8,0 0,8 0,43 0,03 0,15 8,20 0,8 8,2 0,9 -2,6 0,5 -2,7 0,7 0,2 0,4 0 -2,4 0,7 -2,7 0,8
p 0,5 0,9
Terjadi penambahan berat badan pada anak
α=0,05). Kecenderungan hasil yang lebih rendah
balita sebelum dan sesudah intervensi seperti yang
terjadi pada kelompok anak balita Kontrol, tidak
diperlihatkan oleh tabel 5, baik pada kelompok anak
terjadi penambahan rata-rata nilai z-score sesudah
balita PERLAKUAN maupun kelompok anak balita
dilaksanakan intervensi sehingga tidak mengubah
Kontrol. Rata-rata penambahan berat badan pada
status gizi anak balita ke arah yang lebih baik. Selain
kelompok PERLAKUAN adalah sebesar 0,43 Kg
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
dan penambahan ini secara statistik signifikan
status gizi sebelum dan sesudah intervensi juga tidak
dimana nilai p = 0,03 lebih kecil dari alpha = 0,05
terdapat perbedaan status gizi yang signifikan di
(p=0,03 < α=0,05). Sedangkan pada kelompok anak
antara kedua kelompok, nilai p = 0,51 lebih besar
balita Kontrol, rata-rata pe-nambahan berat badan
dari alpha = 0,05 (p=0,51 > α=0,05).
hanya
sebesar
0,15
Kg
dan
secara
statistik PEMBAHASAN
penambahan ini tidak signifikan dimana nilai p = 0,5
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang
lebih besar dari alpha = 0,05 ( p=0,5 > α=0,05 ).
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat
Penambahan ke arah yang lebih baik juga terjadi
pada
rata-rata
nilai
z-score
gizi dengan kebutuhan. Status gizi dipengaruhi oleh
dengan
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di
menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U)
terutama
pada
dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
kelompok anak balita
gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status
perlakuan, namun penambahan yang hanya sebesar
gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,
0,2 ini belum mampu mengubah status gizi anak
perkembangan
balita dari status gizi kurang menjadi status gizi baik,
otak,
kemampuan
kerja,
dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
dan secara statistik peningkatan ini tidak signifikan,
mungkin (Almatsir, 2001).
nilai p = 0,4 lebih besar dari alpha = 0,05 (p=0,4 >
808
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
Salah satu terobosan yang dilakukan oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi
ada perbedaan status gizi yang signifikan antara anak
kurang pada masyarakat adalah melalui model
balita
perbaikan gizi dengan Kelompok Gizi Masyarakat.
Kelompok Gizi (perlakuan) dengan yang Kontrol.
Diharapkan
kelompok,
Hal ini karena kedua kelompok tidak menunjukkan
masyarakat dapat berperan aktif, meningkatkan
adanya perubahan status gizi ke arah yang lebih baik
kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk
secara
peduli dalam memecahkan dan menerapkan keluarga
intervensi berupa MP-ASI selama 30 hari. Asupan
sadar gizi untuk meningkatkan status gizi anak
zat gizi (energi) yang masih defisit menjadi salah
balitanya (Depkes RI, 2009).
satu penyebab utama tidak bertambahnya berat badan
dengan
Konsep
membentuk
utama
pelaksanaan
kegiatan
anak
yang
diberi
MP-ASI
signifikan
balita
walaupun
secara
dengan
sudah
optimal
metode
diberikan
sehingga
target
kelompok gizi masyarakat ini adalah pemberdayaan
penambahan berat badan sebesar 50 gr/Kg BB per
masyarakat, yaitu suatu proses penguatan masyarakat
minggu tidak tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan
yang
pada
dilaksanakan
dengan
jalan
menemukan
saat
penelitian,
ibu
anak
balita
sering
permasalahan secara bersama kemudian mencari
memberikan makanan ringan kepada anak balitanya
penyelesaian secara bersama pula yang didasarkan
sebelum diberikan PMT sehingga anak menjadi
pada potensi yang ada dalam masyarakat tersebut.
kenyang dan konsumsi MP-ASI menjadi tidak
Dengan demikian masyarakat mempunyai rasa peduli
maksimal. Selain itu, beberapa ibu anak balita
terhadap peningkatan status gizi masyarakat.
menganggap bahwa
Metode Kelompok Gizi (perlakuan) dalam
pemberian MP-ASI dapat
mengganti salah satu waktu makan utama anak balita
penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil
(misalnya:
yang lebih baik dibandingkan dengan metode
akibatnya ibu tidak memberikan makan lagi pada
kontrol. Metode Kelompok Gizi ini menuntut
anak balitanya di salah satu waktu makan tersebut.
kerjasama antara kader dan ibu anak balita dalam
Tidak semua anak balita dapat menghabiskan MP-
mengelola pemberian MP-ASI tersebut. Kegiatan
ASI yang diberikan pada saat penelitian (berupa
Kelompok Gizi
makanan jajanan) dalam satu kali makan sehingga
antar
ibu
anak
ini dapat dijadikan ajang diskusi balita
sehingga
makan
siang
atau
makan
malam)
permasalahan
kalau ada sisa akan dibawa pulang dan dihabiskan
kesulitan memberi makan anak dapat teratasi,
oleh anak balita di rumah. Untuk memastikan apakah
kegiatan makan bersama dalam Kelompok Gizi ini
MP-ASI yang dibawa pulang dihabiskan oleh anak
dapat dijadikan model bagi anak balita lain yang
balitanya, maka dilakukan recall pada hari berikutnya
tidak mau makan sendiri. Namun, kenyataan yang
mengenai konsumsi MP-ASI. Pada dasarnya kedua
terjadi di lapangan adalah para ibu anak balita
kelompok (perlakuan dan kontrol) memiliki tingkat
mengalami kesulitan untuk meluangkan waktu
konsumsi protein yang tinggi/lebih dari anjuran
mengikuti kegiatan ini, walaupun mereka tetap
kecukupan gizi (> 110% AKG). Menurut Almatsier,
datang dan berkumpul untuk memberikan makan
sumber protein yang lebih banyak dikonsumsi
anak-anak balitanya.
keluarga miskin di pedesaan adalah protein nabati 809
Abdi, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Anak Balita BGM
yang berasal dari kacang-kacangan, jika melihat
mempengaruhi
mutu proteinnya, jelas protein nabati memiliki mutu
sedangkan dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut
protein yang lebih rendah dari protein hewani,
tidak dilihat.
contohnya: Net Protein Utilization (NPU) untuk
pemulihan
subyek
penelitian,
Bias pada penelitian ini terutama pada
kacang kedelai 61, sedangkan susu 82, dan telur 94
pelaksanaan
pemberian
MP-ASI
diminimal-kan
(Almatsier, 2003).
dengan melakukan pemantauan setiap hari selama 30
Hasil penelitian yang sama ditunjukkan oleh
hari oleh tim peneliti. Kegiatan yang dilakukan pada
penelitian Sulendri, S. (2008) yang meneliti tentang
saat pemantauan ini adalah memastikan bahwa anak
pengaruh pemberian MP-ASI yang diberikan melalui
balita kelompok
program pemerintah terhadap status gizi anak balita
pemberian PMT, menu yang dibuat oleh kader sesuai
di Pulau Lombok memberikan hasil bahwa terjadi
standar resep
penambahan berat badan antara sebelum dan sesudah
dilakukan modifikasi, menimbang berat MP-ASI per
intervensi tetapi belum dapat memperbaiki status gizi
porsi (berat per porsi harus sama), memastikan
anak
juga
makanan yang diberikan bersih dan aman bagi anak
penelitian yang dilakukan oleh Anna Lartey, dkk.
balita, memastikan bahwa MP-ASI telah dibagikan
(1999) di Ghana memberikan hasil yang tidak
dan diterima oleh anak balita sampel, serta mencatat
signifikan terhadap status gizi setelah diberikan
dalam buku monitoring kejadian-kejadian
intervensi MP-ASI. Hasil penelitian di Kecamatan
pem-berian MP-ASI termasuk kondisi kesehatan
Gunung Sari ini menunjukkan bahwa menanganan
anak balita. Penyuluhan tentang gizi dan kesehatan
anak balita kurang gizi di masyarakat tidaklah
juga diberikan kepada ibu anak balita
mudah. Penelitian yang dilakukan oleh Felliyani,
perlakuan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan
dkk. (2005) menggambarkan bahwa penderita KEP
ibu tentang gizi dan kesehatan anak balita.
balita
secara
bermakna.
Demikian
perlakuan hadir pada saat
yang telah diberikan walaupun
selama
kelompok
yang dirawat di rumah sakit akan lebih cepat
Menurut WHO (2003), MP-ASI memegang
meningkat status gizinya dibandingkan dengan
peranan sangat penting setelah fase ASI eksklusif,
penderita KEP yang tinggal bersama keluarga dan
sehingga MP-ASI yang diberikan harus tepat waktu,
melakukan rawat jalan ke rumah sakit dan klinik gizi
aman, dan mencukupi. Hal tersebut telah menjadi
Bogor. Sebanyak 8 subyek penelitian yang dirawat di
prioritas utama dunia di bidang gizi. Kenyataan yang
rumah sakit 100% meningkat berat badannya setelah
terjadi saat ini, gagal tumbuh pada anak-anak di
diberikan intervensi selama 12 minggu. Subyek
seluruh dunia lebih disebabkan oleh MP-ASI yang
penelitian yang melakukan rawat jalan ke rumah
tidak adekuat dari segi waktu pemberian, kualitas,
sakit 62,5% meningkat status gizinya,
kuantitas, dan keamanan.
dan yang
rawat jalan ke klinik gizi Bogor hanya 35,7% yang
Keterbatasan dari penelitian ini adalah
meningkat status gizinya selama kunjungan 12
bahwa intervensi yang dilakukan hanya tiga puluh
minggu. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
hari sehingga belum diperoleh gambaran secara
faktor sosial ekonomi, lingkungan, serta motivasi ibu
meyakinkan
untuk membawa anaknya melakukan rawat jalan
pemberian MP-ASI terhadap status gizi anak balita 810
mengenai
dampak
keberhasilan
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
baik berat badan maupun tinggi badannya. Menurut
tubuh sasaran. Namun demikian, hasil penelitian ini
Suanda (1998), bahwa idealnya pemberian makanan
dapat dijadikan sebagai salah satu informasi awal
tambahan (PMT) untuk penderita gizi kurang terus
terutama mengenai tingkat partisipasi ibu anak balita,
diberikan sampai mencapai berat badan optimal
kader, dan tokoh masyarakat serta kendala yang
(90% dari berat badan normal). Selain itu besar porsi
dihadapi
MP-ASI yang dihasilkan terlalu besar bagi anak
dengan metode kelompok gizi (perlakuan) sehingga
balita untuk dihabiskan dalam satu kali makan (150-
metode
200 gr/porsi) sehingga sebagian harus dimakan di
mendatang.
dalam pelaksaan
ini
dapat
pemberian
disempurnakan
MP-ASI
di
waktu
rumah yang tentu pemantauannya tidak bisa secara
Program pemberian makanan tambahan
langsung dan dapat menggeser waktu makan utama
MP-ASI dengan metode Kelompok Gizi Masyarakat
anak
tidak
tetap harus dilanjutkan karena dampak positif dari
didampingi oleh tenaga medis sehingga bila ada anak
program ini banyak dengan lebih menyempurnakan
balita yang sakit tidak bisa ditangani secara langsung
kekurangan yang ada sehingga program ini dapat
dan hal ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan
terlaksana dengan tepat baik jumlah maupun sasaran.
anak balita mengkonsumsi makanannya.
Program
balita.
Saat
pemantauan,
peneliti
pemberian
makanan
tambahan
dapat
Penelitian lain yang menunjukkan hasil
memperbaiki kualitas dan kuantitas konsumsi zat gizi
yang bermakna tentang status gizi sebelum dan
pada anak balita (M. Munirul, dkk. 2008) dan
setelah pelaksanaan intervensi MP-ASI
dilakukan
walaupun tidak mampu meningkatkan status gizi
oleh Amra (2004) yang memberikan MP-ASI
tetapi mampu mencegah memburuknya status gizi
komersial yaitu proten selama 3 bulan dan berhasil
(Sanjaya, dkk, 2002).
meningkatkan berat badan subyek penelitian 2-2,1 kg KESIMPULAN DAN SARAN
dengan hasil uji statistik juga bermakna. Penelitian
Kesimpulan
lainnya yaitu Masrif juga menemukan terjadi peningkatan
Tingkat pengetahuan ibu anak balita tentang
berat badan yang bermakna pada
gizi sebagian besar berada pada kategori sedang, baik
subyek penelitian yang diberikan MP-ASI lokal dan
pada kelompok
MP-ASI non lokal dengan total kenaikan selama 3
yaitu
bulan 1 - 1,1 kg (Masrif, 2007).
Perlakuan maupun yang Kontrol
masing-masing
60,0%
pada
kelompok
perlakuan dan 73,3% pada kelompok kontrol.
Penelitian selanjutnya dengan tema yang
Terjadi penambahan berat badan pada anak
sama agar memperhatikan porsi MP-ASI yang
balita sebelum dan sesudah intervensi baik pada
digunakan (sebaiknya kecil tapi padat gizi) serta
kelompok anak balita Perlakuan maupun ke-lompok
waktu pemberian yang tepat sehingga hasilnya dapat
anak balita Kontrol, tetapi belum dapat merubah
lebih maksimal. Tantangan yang dihadapi ke depan
status gizi ke arah yang lebih baik
adalah meningkatkan asupan MP-ASI sesuai dengan
Pemberian
yang direkomendasikan yaitu tepat jumlah dan tepat
PMT
MP-ASI
pada
balita
dengan metode Kelompok Gizi dapat memperbaiki
sasaran dengan memperhatikan faktor-faktor lain
tingkat konsumsi energi balita dari defisit berat
yang dapat menghambat penyerapan MP-ASI dalam 811
Abdi, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pada Anak Balita BGM
menjadi defisit sedang walaupun secara statistik peningkatan
ini
tidak
signifikan,
DAFTAR PUSTAKA
sedangkan Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
konsumsi protein terdapat peningkatan rata-rata konsumsi protein sebesar 17,5% dari AKG pada ke-
Amra, Nizmawaty. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Status Gizi Anak Gizi Buruk Usia 6-24 Bulan di Kabupaten Maluku Utara. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, UGM, 2004.
lompok anak balita dengan Perlakuan sebelum dan selama intervensi. Pemberian MP-ASI selama tiga puluh hari pada penelitian ini belum mampu memperbaiki status
Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2003.
gizi balita BGM di Kecamatan Gunungsari karena secara statistik tidak terdapat per-bedaan status gizi yang
signifikan
antara
sebelum
dan
sesudah
intervensi. Departemen Kesehatan RI. Panduan Kelompok Gizi Masyarakat (KGM). Jakarta: Depkes RI, 2009.
Tidak terdapat perbedaan status gizi yang signifikan antara balita yang diberi MP-ASI dengan metode
Ke-lompok Gizi
dengan balita
tanpa
Dewey, Kathtryn, G. Complementary Feeding and Breasfeeding, Journal of Department of Nutrition and International Nutrition. California: University of California, Davis, 2001.
kelompok gizi. Saran Program pemberian makanan tambahan MP-ASI
dengan
metode
KGM
tetap
harus
Dinas Kesehatan Prov. NTB. Pedoman Pelaksanaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Provinsi NTB. Mataram: Pemerintah Provinsi NTB, 2006.
dilanjutkan karena dampak positif dari program ini banyak dengan lebih menyempurnakan kekurangan yang ada sehingga program ini dapat terlaksana
Felliyani., Nasar, S. Sri., Tambunan, Tralalan. Socioeconomic and environmental factors affecting the Rehabilitation of Children with Severe Malnutrition. Journal of Paediatrica Indonesiana, Vol. 45, No. 5-6, 2005.
dengan tepat baik jumlah maupun sasaran. Pemantauan
pelaksanaan
program
pemberian makanan tambahan sebaiknya dilakukan secara
bersama-sama
dengan
lintas
program Gibson, Rosalind, S. Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press, 1993.
(terutama tenaga medis) sehingga masalah yang ada dalam masyarakat dapat dipecahkan secara cepat.
Lemeshow, S., Hosmer D.W., Klar J., Lwanga A.K. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1997.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode program pemberian makanan pada balita sehingga diperoleh metode yang paling baik
Masrif. Efek Program Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Terhadap Asupan Energi, Protein, dan Status Gizi Bayi di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, UGM, 2007.
dalam meningkatkan status gizi balita secara mandiri oleh masyarakat.
812
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011
Notoatmodjo, Soekijo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002.
Gizi Bayi Di Kota Mataram, Lombok Barat dan Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, UGM, 2008.
Sanjaya., Sihadi., Mulyati, Sri., Amelia., Saidin, M., Heriyudarini. Status Gizi Bayi dan Anak yang mendapat Program Makanan Tambahan dalam JPS-BK. Makalah pada Prosiding Kongres Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII. Jakarta: PERSAGI, 2002.
Widya Karya Pangan dan Giz. Daftar Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan (DKGA). Jakarta: LIPI, 2000. WHO. Complementary Feeding. Department of Nutrition for Health and Development World Health Organization, 2000.
Suanda. Diit Pada Anak Sakit.Jakarta: EGC, 1998.
WHO. Global Strategy For Infant And Young Child Feeding (Report By The Secretariat). Fifty Fourth World Health Assembly. WHO, 2001.
Sulendri, Sri. Pengaruh Program Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Terhadap Asupan Energi, Protein dan Status
813