PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MATERI JAMUR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG
Titis Henykartikasari, Sri Endah Indriwati, dan Sitoresmi Prabaningtyas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5 Malang Email:
[email protected];
[email protected] dan
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar berupa handout dan Lembar Kegiatan Siswa pada materi Jamur, (2) mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan validasi, (3) mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil uji coba terbatas. dan (4) mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil uji coba terbatas. Penelitian ini menggunakan pengembangan Plomp (2007) yang dimodifikasi sesuai kebutuhan. Terdapat 3 langkah pokok dalam pengembangan Plomp, yaitu (1) Preliminary research, (2) Prototyping stage, (3) Assessment phase. Instrumen penelitian ini ada tiga uji yang terdiri dari (1) Uji kelayakan, (2) Uji Kepraktisan, dan (3) Uji Keefektifan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran memiliki persentase kelayakan sebesar 98,35%, persentase kepraktisan sebesar 98,5% dan persentase keefektifan sebesar 89%. Perangkat pembelajaran dinyatakan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan mampu meningkatkan kompetensi siswa karena dapat mengakomodasi kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kata kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Inkuiri, Jamur, Kompetensi Siswa ABSTRACT: This study aims to (1) the products with the learning tools consisting of a result of the syllabus development, Lesson Plan (RPP), Instructional Materials in the form of handouts and Student Activity Sheet on Fungi material to support learning activity in high school science program, (2) determine the feasibility and the suitability of the contents of the learning tools that was developed based on the validation and (3) determine the practicality of the learning device that was developed based on the results of limited test, and (4) determine the effectiveness of the learning device that was developed based on the results of limited test. The research design of this study is research development which oriented on product development. This study uses Plomp (2007) which is modified as needed. There are three basic steps in the development of Plomp (2007): (1) Preliminary research, (2) Prototyping stage, (3) Assessment phase. The instrument of this study there were three tests consisting of (1) Validity test, (2) Practicality test, and (3) Effectiveness test. The results showed that the development of learning tools suitable to be used with the average of validity percentage 98,35%, practically percentage 98,5%, and effectiveness percentage 89% . The learning tools are considered capable to improve the students competence since the competence can accommodate spiritual, social, knowledge, and skills. Keywords : Development of Learning Tools, Inquiry, Fungi, Students Competence
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, 1
2
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. sehingga proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar tujuan tersebut dapat tercapai. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru mata pelajaran Biologi SMA Brawijaya Smart School diperoleh bahwa guru sudah mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran materi Jamur berdasarkan Kurikulum 2013 namun guru masih kesulitan dalam mengembangkan instrumen penilaian kompetensi siswa. Selama proses pembelajaran, guru sudah mencoba metode Problem Based Learning (PBL) dan inkuiri namun belum sesuai sintaks sehingga masih didominasi ceramah. Selain itu, guru juga jarang menggunakan laboratorium Biologi sebagai fasilitas pembelajaran. Berdasarkan analisis perangkat pembelajaran yang dirancang oleh guru, terlihat bahwa guru masih kesulitan ketika mengembangkan KD menjadi indikator kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013. Indikator yang dikembangkan oleh guru juga kurang tepat untuk tingkat kompetensi siswa SMA kelas X, seperti kurang memperhatikan level kognitif siswa sehingga pertanyaannya masih pada level kognitif C1 dan C2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh guru masih terbatas pada
yang disosialisasikan oleh pemerintah, sehingga
kurang
mengakomodasi aspek yang diharapkan untuk mencapai tujuan Kurikulum 2013. Bahan ajar yang digunakan juga masih terbatas pada submateri tertentu. Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu cara belajar yang membuat siswa aktif dan terlibat penuh untuk menemukan konsep sendiri yang dikembangkan melalui suatu perangkat pembelajaran terencana dan dapat mendukung ketercapaian tujuan Kurikulum 2013. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 menyebutkan bahwa perangkat pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran,
dan
skenario
disesuaikan pendekatan
pembelajaran. Penyusunan silabus dan
pembelajaran
RPP
yang digunakan. Pada penelitian ini,
indikator kompetensi yang harus dicapai siswa disesuaikan dengan level kognitif siswa kelas X SMA. Selain itu, materi Jamur dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa diharapkan mampu menemukan konsepnya secara mandiri.
3
Perangkat pembelajaran dirancang dengan mengarahkan siswa untuk mencari dan menemukan konsep serta mengembangkan kompetensi melalui metode inkuiri.
METODE Penelitian ini menggunakan pengembangan Plomp (2007). Rangkuman Aktivitas Model Pengembangan Plomp dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rangkuman Aktivitas Model Pengembangan Plomp Tahap Pengembangan Kriteria Deskripsi Singkat Kegiatan Preliminary stage Tekanan utama pada Meninjau literatur dari (yang lampau validasi konten, tidak dan/atau saat ini) tentang permasalahan banyak pada konsistensi yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian dan kepraktisan ini (berpedoman untuk) kerangka dan perencanaan intervensi Prototyping stage Berasal dari konsistensi Pengembangan urutan prototype yang akan (validasi konstruk) dan diuji cobakan dan direvisi berdasarkan dari kepraktisan. Utamanya evaluasi formatif. Prototype pertama dapat pada kepraktisan dan berupa kertas sebagai evaluasi formatif berangsur-angsur pada dengan menggunakan pendapat para ahli efisiensi Assessment phase Kepraktisan dan Mengevaluasi target pengguna apakah keefektifan dapat bekerja dengan intervensi (kepraktisan) dan bersedia menggunakan produk dalam pengajaran (relevansi dan kelanjutan) serta apakah intervensi tersebut efektif (Sumber: adaptasi Plomp, 2007: 29)
Prosedur penelitian dan pengembangan yang diterapkan dalam penelitian dapat dilihat Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Diterapkan Tahap Fase Kegiatan yang terkandung dalam setiap fase 1. Preliminary Analisis Membuat angket tentang penyusunan perangkat pembelajaran stage ujung depan untuk diberikan ke guru biologi yang bersangkutan Mengidentifikasi permasalahan perangkat pembelajaran bilogi materi jamur Analisis Mempelajari karakteristik siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajar pembelajaran Mengidentifikasi kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran materi jamur Perumusan indikator kompetensi pada pembelajaran Analisis tugas Menetukan KI, KD, dan Indikator berdasarkan Kurikulum 2013 Materi Jamur dipilih karena berdasarkan angket dan analisis perangkat yang digunakan oleh guru pada materi tersebut kurang sesuai dengan Kurikulum 2013 Analisis Mengidentifikasi konsep utama pada materi yang tercakup dalam konsep pokok bahasan materi jamur dengan penyajian ciri dan cara reproduksi jamur serta peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan Tujuan Mendeskripsikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan hasil instruksional analisis tugas dan konsep kemudian diintegrasikan dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan
4
Lanjutan Tabel 2 Tahap Fase 2. ProtoPenentuan typing Kriteria Tes stage Acuan Pemilihan Media
Pemilihan Format
Perencanaan Awal
Penilaian ahli
3. Assessment phase
Uji kepraktisan dan uji keefektifan
Kegiatan yang terkandung dalam setiap fase Merancang kriteria dan tes acuan mengubah tujuan-tujuan pembelajaran menjadi outline atau gambaran perangkat. Merancang penyusunan instrumen penialaian yang akan digunakan selama proses pembelajaran Menuyusun Handout dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sesuai dengan sintaks inkuiri sebagai bahan ajar Fasilitas sekolah sangat menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran materi jamur dapat dilakukan dengan memanfaatkan media realia yang mudah dijumpai di kehidupan sehari-hari dan mudah diamati Silabus, yang mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Materi Pokok/pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator Pencapaian, Kompetensi untuk menilai, Penilaian, Alokasi waktu, dan sumber belajar RPP, yang mencakup adalah identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester, alokasi waktu, KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian; dan media/alat, bahan, dan sumber belajar Bahan ajar berupa handout dan LKS yang berbasis inkuiri Instrumen penilaian yang mencakup lembar kuisioner untuk aspek spiritual, lembar observasi untuk aspek sosial dan keterampilan, dan lembar soal ulangan untuk aspek pengetahuan Menysun bentuk dasar (prototype) peranngkat pembelajaran yang terdiri dari 4 komponen pendukung yaitu silabus,RPP, bahan ajar berupa handout dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan instrumen penilaian yang sesuai kemudian divalidasi Penilaian draf awal perangkat penilaian oleh dosen pembimbing 1 dan 2 Melakukan revisi terhadap perangkat penilaian berdasarkan masukan dari dosen pembimbing Validasi perangkat penilaian oleh dosen dengan kriteria hli perangkat harus ahli dalam bidang media pembelajaran, memiliki gelar akademik (S2/S3), memiliki banyak pengalaman dalam membuat perangkat pembelajaran. Ahli materi harus ahli dalam materi yang disajikan dalam produk, memiliki gelarak ademik (S2/S3) dan menguasai materi meliputi bahasa, isi, dan ketepatan Selain itu, perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga divalidasi oleh guru biologi SMA dan memiliki pengalaman mengar minimal 5 tahun Menganalisis hasil validasi sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator Melakukan uji coba perangkat pembelajaran materi jamur di SMA Brawijaya Smart School Malang kelas X MIA3 dengan jumlah 27 siswa Melaksanakan penilaian kompetensi siswa sesuai dengan instrumen penialain yang sudah dikembangkan Melakukan analisis hasil uji coba kemudian revisi untuk perbaikan produk akhir Hasil uji coba akan digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan sedangkan untuk mengetahui tingkat kepraktisan dilakukan dengan observasi oleh 3 mahasiswa.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai rata-rata total aspek penilaian kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran, pengembang mengadaptasi beberapa langkah dari Hobri (2010) sebagai berikut. 1) Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi: Indikator (𝐼𝑖 ), Aspek (𝐴𝑖 ), dan nilai (𝑉𝑗𝑖 ) untuk masing-masing validator 2) Menentukan rata-rata nilai hasil validasi semua validator untuk setiap ∑𝑛 𝑗=1 𝑉𝑗𝑖
indikator dengan rumus 𝐼𝑖 = 𝑛 Keterangan : 𝑉𝑗𝑖 = data nilai validator ke-𝑗 terhadap indikator ke-𝑖 𝑛 = banyaknya validator 3) Menentukan rerata nilai untuk setiap aspek dengan rumus 𝐴𝑖 = Keterangan : 𝐴𝑖 = rerata nilai untuk aspek ke-𝑖, 𝐼𝑗𝑖 = rata-rata untuk aspek ke-𝑖 indikator ke-𝑗, 𝑚= banyaknya indikator dalam aspek ke-𝑖
𝑛 𝛴𝑗=1 𝐼𝑗𝑖
𝑚
4) Nilai kevalidan 𝑉𝑎 atau nilai rerata total dari rerata nilai untuk semua aspek 𝑛 𝛴𝑗=1 𝐴𝑖𝑗
dengan rumus 𝑉𝑎 = 𝑛 Keterangan : 𝑉𝑎 = nilai rerata total untuk semua aspek 𝐴𝑗𝑖 = rerata nilai untuk aspek ke-𝑖, 𝑛 = banyaknya aspek Nilai 𝑉𝑎 atau nilai rata-rata total dirujuk pada interval penentuan tingkat kevalidan LKS yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kriteria Penilaian Hasil Validasi Interval Kriteria Kevalidan 1,00 ≤ Va< 1,75 Tidak valid 1,75 ≤ Va< 2,50 Kurang valid 2,50 ≤ Va<3,25 Cukup valid 3,25 ≤ Va< 4,00 Valid Va= 4,00 Sangat valid (Sumber: adaptasi Hobri, 2010)
Keterangan Revisi total Revisi sebagian Revisi sebagian Sedikit revisi Tidak perlu revisi
Keterangan: 𝑉𝑎 adalah nilai penentuan tingkat tingkat kevalidan perangkat pembelajaran. 5) Menentukan nilai rata-rata kepraktisan ( 𝐼𝑂) dengan rumus 𝐴𝑖 =
𝑚 𝛴𝑗=1 𝐼𝑖
𝑚
dengan 𝐼𝑖 adalah rata-rata indikator ke-𝑖dan 𝑚 adalah banyaknya indikator. 6) Menentukan nilai 𝐼𝑂 atau nilai rata-rata total dari rata-rata nilai untuk semua aspek dengan rumus 𝐼𝑂 =
𝑛 𝛴𝑗=1 𝐴𝑖
𝑛
, dengan 𝐼𝑂 adalah nilai kepraktisan dari
pengamat yaitu mahasiswa, 𝑛 adalah banyaknya aspek.
6
Nilai 𝐼𝑂 dirujuk pada interval penentuan tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Kepraktisan Interval Kriteria Kevalidan 1,00 ≤ IO < 1,75 Sangat rendah 1,75 ≤ IO < 2,50 Rendah 2,50 ≤ IO < 3,25 Sedang 3,25 ≤ IO < 4,00 Tinggi IO= 4,00 Sangat tinggi (Sumber: adaptasi Hobri, 2010)
Keterangan Melakukan uji coba kembali Melakukan uji coba kembali Melakukan uji coba kembali Tidak perlu uji coba lagi Tidak perlu uji coba lagi
Keterangan: IO adalah nilai oleh mahasiswa pengamat terhadap perangkat pembelajaran. Ketecapaian tujuan digambarkan melalui tingkat penguasaan siswa terhadap materi melaui penyelesaian LKS dan soal evaluasi, dengan rumus 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝐾𝐾𝑀 sebagai berikut. 𝑇𝑃𝑆 = 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑖 x 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Interval nilai penentuan tingkat penguasaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa Interval 0% ≤ TPS < 40% 40% ≤ TPS < 60% 60% ≤ TPS < 75% 75% ≤ TPS < 90% 90% ≤ TPS < 100% (Sumber: adaptasi dari Hobri, 2010)
Kriteria Penguasaan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Keterangan: TPS adalah Tingkat Penguasaan Siswa Kriteria untuk menyatakan ketuntasan pembelajaran dapat menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan minimal 80% siswa dari 100% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu mencapai nilai minimal KKM. Hasil validasi oleh kedua validator terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rata-rata Skor Tiap Komponen Perangkat Pembelajaran berdasakan Perhitungan Hasil Validasi Komponen Perangkat Pembelajaran Rata-rata Skor (%) Silabus 98 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 98 Instrumen Penilaian 97,75 Handout 99,50 Lembar Kerja Siswa (LKS) 98,50 Total Skor 491,75 Rata-rata Skor 98,35
7
Persentase skor rata-rata yang diperoleh pada uji kepraktisan oleh mahasiswa pengamat diperoleh 98,5% dinyatakan tidak perlu uji coba lagi yang selengkapnya pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Hasil Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran oleh Mahasiswa sebagai Pengamat Aspek Penilaian Pengamat (%) Pendahuluan 100 Inti 95,5 Penutup 100 Total Skor 295,5 Rata-rata Skor 98,5
Pada Kurikulum 2013, siswa diharapkan dapat memenuhi keempat aspek kompetensi yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan analisis data, didapat persentase keefektifan sebesar 89% dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 dan nilai minimal untuk kompetensi sikap adalah B. Hal ini sesuai dengan Hobri (2010) menjelaskan bahwa apabila kriteria tingkat penguasaan siswa dengan kualifikasi tinggi telah terpenuhi maka tidak perlu melakukan uji coba ulang. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan tahap inkuiri ini layak untuk dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut. Sesuai dengan Mulyasa (2014: 69) yang menyatakan bahwa ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, yaitu penetapan kompetensi yang ingin dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai merupakan pernyataan tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik, menggambarkan hasil belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Strategi mencapai kompetensi adalah upaya untuk peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan. Sintaks inkuiri yang diadaptasi dari Zubaidah, dkk. (2013) dapat mendukung tercapainya kompetensi yang dikembangkan sebagai berikut. a. Sintaks pertama, identifikasi masalah dan ruang lingkup, dapat memfasilitasi kompetensi spiritual yaitu sikap mensyukuri segala sesuatu yang diciptakan Tuhan YME.
8
b. Sintaks kedua, merencanakan dan memprediksi hasil, dapat memfasilitasi kompetensi sosial yaitu sikap berani. Pada saat siswa menuliskan rumusan masalah dan hipotesis, siswa harus berani berpendapat secara ilmiah dan kritis. c. Sintaks ketiga, penyelidikan dan pengumpulan data, dapat memfasilitasi kompetensi sosial yaitu jujur. Siswa secara berkelompok harus jujur dengan data yang didapat seperti gambar jamur yang diamati dan deskripsi jamur yang diamati. Selain itu, pada sintaks ketiga ini juga dapat memfasilitasi sikap kerjasama. Dalam hal ini dapat membuat siswa dalam kelompok tidak terlalu mendominasi dan guru juga dapat mengobservasi kinerja siswa. Pada sintaks ketiga juga dapat memfasilitasi kompetensi pengetahuan yaitu menerapkan prinsip klasifikasi yaitu mendeskripsikan ciri-ciri morfologi Jamur, mendeskripsikan cara reproduksi Jamur, menemukan persamaan ciri-ciri morfologi Jamur berdasar hasil deskripsi, dan menemukan persamaan cara reproduksi Jamur berdasar hasil deskripsi. d. Sintaks keempat, interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan, dapat memfasilitasi kompetensi pengetahuan yaitu menetapkan klasifikasi. Selain itu, pada sintaks keempat ini dapat memfasilitasi kompetensi keterampilan yaitu menghubungkan data yang diperoleh dengan literatur sehingga siswa mampu membuat kesimpulan. e. Sintaks kelima, refleksi, dapat memfasilitasi kompetensi sosial yaitu, disiplin. Siswa harus disiplin saat mengerjakan dan mengumpulkan tugas Jamur. Siswa juga harus tepat waktu saat melakukan pengamatan agar pembelajaran dapat selesai pada waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, memfasilitasi kompetensi spiritual yaitu menjaga kelestarian lingkungan karena Tuhan YME telah menciptakan Jamur. Pada pengembangan perangkat ini, strategi yang digunakan adalah menggunakan model inkuiri untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang ditetapkan. Hal terakhir yang harus diperhatikan dalam pengembangan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi adalah evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap pencapaian kompetensi bagi
peserta didik. Pada pengembangan ini
dilakukan dengan lembar kuisioner untuk kompetensi spiritual, lembar observasi
9
untuk kompetensi sosial dan keterampilan, dan lembar soal ulangan harian materi Jamur untuk kompetensi pengetahuan. Pada handout yang dikembangkan, sengaja tidak menyebutkan nama spesies yang dihadirkan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menemukan konsep Jamur dengan tidak menghafal namanya melainkan mendeskripsikan ciri-ciri morfologi Jamur. Selain itu, pada handout juga sudah dicantumkan ringkasan materi Jamur serta alat dan bahan yang digunakan untuk mempermudah siswa saat melakukan pengumpulan data. Pada LKS, siswa tidak perlu menuliskan nama spesies dari Jamur yang diamati dan siklus reproduksi sengaja tidak disebutkan nama divisi Jamur tersebut. Selain peningkatan kompetensi sosial, keterampilan, dan pengetahuan, peningkatan kompetensi spiritual juga dapat dilihat melalui jawaban siswa pada kuisioner aspek spiritual yang bervariasi antar siswa satu dengan yang lain. Implementasi pengintegrasian sikap spiritual dalam pelaksanaan pembelajaran, ditunjukkan dengan adanya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ariantini, dkk. (2014: 6) yang menyatakan bahwa interaksi guru dengan siswa dilakukan dengan cara guru memberikan pemodelan,
motivasi/dorongan, peringatan,
teguran,
arahan,
penugasan, dan penguatan kepada siswa agar menunjukkan sikap spiritual saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Kendala yang dihadapi selama melakukan pembelajaran yang mengacu pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah: 1. mikroskop yang digunakan hanya berjumlah 2 mikoskop binokuler sehingga dapat menghambat kecepatan siswa saat pengamatan. Solusinya adalah membagi kelompok untuk mengamati secara bergiliran pada mikroskop, 2. mikroskop dan bahan yang digunakan sudah cukup lengkap sehingga mempermudah pengamatan tetapi terkadang siswa kurang tepat saat melakukan pengirisan dan pengamatan. Solusinya adalah guru berkeliling mengecek kelompok dan menayangkan di LCD.
10
PENUTUP Kesimpulan Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan tahap inkuiri yang meliputi Silabus, RPP, bahan ajar berupa handout dan LKS, dan instrumen penilaian layak untuk dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut, karena selain telah memenuhi kevalidan sebesar 98,35%, kepraktisan sebesar 98,5%, dan keefektifan sebesar 89%. Perangkat yang dikembangkan dapat menunjukkan peningkatan kompetensi siswa karena sintaks inkuiri dapat mengakomodasi kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan untuk membantu siswa memahami konsep yang harus mereka peroleh secara mandiri untuk dapat meningkatkan kompetensinya baik kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Lane, 2007). Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diajukan adalah Perangkat pembelajaran Jamur yang dikembangkan dapat membantu guru untuk mengakomodasi permintaan Kurikulum 2013. Hal ini dapat ditunjang dengan fasilitas yang dimiliki sekolah seperti mikroskop serta adanya alat dan bahan yang dibutuhkan. Sebelum menerapkan pembelajaran sebaiknya melakukan observasi terlebih dahulu, mempersiapkan slide powerpoint atau foto untuk mengantisipasi jika bahan amatan tidak tersedia atau siswa tidak membawa, dan memberi pengarahan kepada siswa mengenai handout dan LKS yang disediakan. Hal ini karena produk yang dikembangkan merupakan hal baru bagi siswa.
DAFTAR RUJUKAN Ariantini, Ni Putu, I Nengah Suandi, dan I Made Sutama. 2014. Implementasi Pengintegrasian Sikap Spiritual dan Sosial dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, (Online), 3(1): 1-11, (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/1178/918), diakses 10 April 2015 Hobri. 2010. Metode Penelitian Pengembangan (Aplikasi pada Penelitian Pendidikan Matematika). Jember: Universitas Jember.
11
Lane, J.L. 2007. Inquiry Based Learning. Penn State: Schreyer Institute for Teaching Excellence, University Park. (Online), (www.schreyerinstitute.psu.edu), diakses 10 April 2015 Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Impementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 69 Tahun 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMA-MA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Plomp, T. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Netherland: SLO Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (Online), (http://www.jdih.bpk.go.id), diakseses 10 Oktober 2014 Zubaidah,S., Yuliati, L., dan Mahanal, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran SMP IPA. Malang: UM PRESS