Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
KUANTITASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT SERTA KONSENTRASI ASAM LAKTAT DARI FERMENTASI IKAN GABUS (Channa striata), IKAN NILA (Oreochromis niloticus), DAN IKAN SEPAT (Trichogaster trichopterus) PADA PEMBUATAN BEKASAM Dewi Novianti e-mail:
[email protected] Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang
ABSTRACT This study aims to determine the quantitation of lactic acid bacteria and lactic acid bacteria as well as identify the concentration of lactic acid produced from fermented catfish (Channa striata), tilapia (Oreochromis niloticus), and fish Sepat (Trichogaster trichopterus) on maked bekasam (fish fermented). This research was conducted at the Center for Health Laboratory Palembang on July till August 2009 . Research used titrimetric method for determining the levels of lactic acid. Total Plate Count method to determine the amount of lactic acid forming bacteria, while the identification of lactic acid bacteria is done through biochemical tests and test the differential characteristics of lactic acid forming bacteria . The highest content of lactic acid bacteria is 124.904 x 103 colonies/ml and the highest levels of lactic acid is 6.363% derived from Sepat fermented fish. Sepat fermented fish and tilapia on making bekasam found lactic acid bacteria of the genus Lactobacillus sp, Pediococcus sp and Streptococcus sp. While the results of fermentation bekasam found only in fish cork lactic acid bacteria of the genus Lactobacillus and Streptococcus sp. Key words: fermentation, bekasam, identification, lactic acid bacteria, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitasi bakteri asam laktat dan mengidentifikasi bakteri asam laktat serta konsentrasi asam laktat yang dihasilkan dari fermentasi ikan gabus (Channa striata), ikan nila (Oreochromis niloticus), dan ikan sepat (Trichogaster trichopterus) pada pembuatan bekasam. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang pada bulan Juli hingga Agustus 2009. Penelitian menggunakan metode titrimetri untuk menentukan kadar asam laktat, metode Angka Lempeng Total untuk menentukan jumlah bakteri pembentuk asam laktat, sedangkan identifikasi bakteri asam laktat dilakukan melalui uji biokimia dan uji karakteristik differensial bakteri pembentuk asam laktat. Kandungan bakteri asam laktat tertinggi adalah 124,904 x 103 koloni/ml dan kadar asam laktat tertinggi adalah 6,363% berasal dari bekasam ikan sepat. Hasil fermentasi ikan sepat dan ikan nila pada pembuatan bekasam ditemukan bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus sp, Pediococcus sp, dan Streptococcus sp. Sedangkan dari hasil fermentasi bekasam pada ikan gabus hanya ditemukan bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus sp dan Streptococcus sp. Kata kunci: fermentasi,bekasam, identifikasi, bakteri asam laktat ISSN 1829 586x
34
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
PENDAHULUAN Ikan air tawar merupakan hasil perikanan utama di Sumatera Selatan dibandingkan ikan hasil laut. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis Sumatera Selatan yang dialiri oleh sungai Musi dengan banyak anak sungai yang melingkupi daerah Sumatera Selatan. Ikan gabus, ikan sepat dan ikan nila merupakan hasil perikanan yang banyak dihasilkan. Ikan-ikan ini selain mempunyai kandungan gizi yang tinggi juga memiliki harga yang terjangkau untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Namun ikan-ikan ini mempunyai sifat mudah rusak dan busuk jika tidak dilakukan pengolahan segera ataupun disimpan pada lemari pendingin, sehingga diperlukan pengolahan yang memadai agar hasil perikanan ini tetap berkualitas baik dan berdaya awet tinggi supaya dapat dipasarkan pada waktu yang lama. Salah satu usaha pengolahan produk hasil ikan yakni dengan cara fermentasi. Fermentasi ialah proses secara anaerob yang menghasilkan berbagai produk yang melibatkan aktivitas mikroba atau ekstraknya dengan aktivitas mikroba terkontrol. Salah satu produk fermentasi ikan yang khas di Palembang yaitu bekasam. Bekasam merupakan makanan tradisional khas Palembang yang dibuat dari ikan dengan penambahan nasi sebagai sumber karbohidrat dan garam yang difermentasi selama 4 sampai 7 hari pada kondisi anaerob dengan suhu 300C sampai 400C. Keuntungan proses pengolahan bekasam yaitu biaya tidak mahal, menghasilkan bahan buangan dalam jumlah sedikit, produk olahan mudah dicerna dan mudah diterapkan secara tradisional. Nilai gizi bekasam ISSN 1829 586x
cukup tinggi, sifat organoleptik meliputi rasa, aroma dan tekstur yang khas, serta aman dikonsumsi karena bakteri yang tumbuh adalah bakteri yang tidak berbahaya bahkan merupakan golongan bakteri yang dapat membantu proses pencernaan. Namun demikian selama ini bekasam hanya dikenal dan disukai sebagian masyarakat saja. Ikan yang dapat digunakan sebagai bekasam merupakan jenis ikan air tawar seperti ikan lele, ikan mas, ikan tawes, ikan gabus, ikan nila, ikan sepat dan ikan mujair (Adawiyah, 2007). Hasil penelitian Yahya et al (1997), bakteri yang terdapat pada bekasam adalah dari genus Lactobacillus sp, Pediococcus sp, Streptococcus sp dan Leuconostoc sp. Golongan bakteri yang berperan dalam fermentasi pada proses pembuatan bekasam adalah bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat merupakan bakteri gram positif, katalase negatif, tidak membentuk spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat (Stiles dan Holzapfel, 1997). Bakteri asam laktat pada bekasam menghidrolisis protein dan karbohidrat. Terbentuknya senyawasenyawa sederhana baik asam amino maupun karbohidrat sederhana akan menyebabkan peningkatan nilai gizi dan nilai cerna bekasam. Secara umum setelah ikan diolah menjadi bekasam terjadi peningkatan nilai gizi pada protein yakni lebih kurang 25% dari kadar sebelumnya, terjadinya penurunan jumlah karbohidrat, serta terjadinya penurunan nilai pH sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Disamping peran utama bakteri asam laktat dalam fermentasi makanan, bakteri asam 35
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
laktat yang dikonsumsi tetap hidup di dalam saluran pencernaan yang memberikan kontribusi positif bagi kesehatan melalui aktivitas metabolismenya dan dikenal memberikan efek probiotik (Fardiaz, 1992). Perbedaan jenis ikan pada pembuatan bekasam diduga akan mempengaruhi jumlah bakteri asam laktat dan jenis bakteri yang tumbuh serta kadar asam laktat yang dihasilkan. Jenis bakteri yang terkandung dalam bekasam berpengaruh penting dalam proses fermentasi. Kandungan bakteri asam laktat yang tinggi mengindikasikan jumlah kadar asam laktat yang juga tinggi. Berdasarkan uraian ini, maka perlu dilakukan penelitian tentang kuantitasi dan identifikasi bakteri asam laktat serta konsentrasi asam laktat yang dihasilkan dari fermentasi ikan gabus, ikan nila, dan ikan sepat pada pembuatan bekasam. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2009. Alatalat yang digunakan antara lain: autoclaf, biuret, bunsen, cawan petri, colony counter, erlenmeyer 250 ml, inkubator, kaca penutup, kertas saring, labu ukur, mikroskop, pipet volume, pipet tetes, stomacher, stoples, tabung durham, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain Aquadest, Agar Bacteriological, Bile Esculin, Buillon, Crystal Violet, garam, ikan gabus, ikan nila dan ikan sepat rawa, indikator Methyl Red, nasi, larutan H2O2 3%, larutan Iodine, MRS Broth, litmus milk, media glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sakarosa, ISSN 1829 586x
media NaCl, media water pepton, media Methyl red, media simon sitrat agar, media TSIA, media phenil alanine, media lysine, arginin dan ornithin, NaOH, paraffin cair, reagen Feri Chlorida 10%, reagen KOVAC dan safranin. Metode penelitian untuk angka lempeng total dan kadar asam total (KAT) menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri atas 3 perlakuan dengan tiap – tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Masing masing perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P1 = Ikan Gabus; P2 = Ikan Nila; P3 = Ikan Sepat Pembuatan bekasam Ikan dibersihkan dari sisik, insang dan isi perut, lalu dilakukan pencucian dan penirisan selama 15 menit, kemudian ditimbang masingmasing sebanyak 1 kg pada masingmasing ikan. Masing-masing ikan dicampurkan dengan 250 gr nasi dan 100 gr garam kemudian diremas-remas dan dimasukkan ke dalam toples tertutup rapat kemudian difermentasi pada suhu kamar selama 7 hari. Setelah 1 minggu ikan menjadi bekasam masing-masing dilakukan penghancuran dan homogenisasi dengan menggunakan stomacher. Pembiakan bakteri asam laktat dilakukan dengan menggunakan media MRS Agar dan MRS cair. Penentuan kadar asam total dilakukan dengan metode titrimetri dengan menggunakan larutan NaOH standar sebagai Pentiter. Identifikasi bakteri dilakukan dengan pewarnaan gram, pengamatan morfologi koloni bakteri, uji biokimia, dan uji karakteristik-karakteristik diferensialnya yang mencakup 36
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
pembentukan tetrad, produksi CO2 dari glukosa, pertumbuhan pada suhu 10 oC dan 45 oC HASIL DAN PEMBAHASAN Angka Lempeng Total Bakteri Pembentuk Asam Laktat dan Kadar Asam Laktat
lempeng total dari isolat bekasam ikan gabus, dan isolat bekasam ikan nila dengan isolat dari bekasam ikan sepat. Tetapi antara isolat dari bekasam ikan gabus dengan Isolat dari bekasam ikan nila tidak berbeda nyata, sedangkan pada kadar asam laktat terdapat beda nyata antara isolat bekasam ikan gabus, isolat bekasam ikan nila dan isolat dari bekasam ikan sepat (tabel 1).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada angka Tabel 1. Angka Lempeng Total (ALT) dan kadar asam laktat bakteri pembentuk asam laktat pada hasil fermentasi dari ikan gabus, ikan nila, dan ikan sepat. Perlakuan Bekasam ikan gabus Bekasam ikan nila Bekasam ikan sepat Keterangan
Angka Lempeng Total (Koloni/ml) 12,740 x 103 a 18,741 x 103 a 124,904 x 103 b BNT 0,05 = 9,753 x 103
Kadar Asam Laktat (%) 3,361 a 4,863 b 6,363 c BNT 0,05 = 0,416
Ket: Setiap nilai yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata Angka lempeng total jumlah bakteri pembentuk asam laktat terbanyak pada bekasam ikan sepat yaitu sebesar 124,904 x 103 koloni/ml. Begitu juga kadar asam laktat tertinggi juga terdapat pada ikan sepat yaitu sebesar 6,363%.Hal ini diduga pada ikan sepat memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila dan ikan gabus. Pada ikan sepat dan ikan nila yang diduga ditemukan Lactobacillus sp, Streptococcus sp dan Pediococcus sp, juga diduga menyebabkan kandungan asam laktatnya lebih tinggi dibandingkan ikan gabus. Fermentasi karbohidrat yang dilakukan oleh ketiga genus bakteri tersebut terutama oleh Pediococcus sp yang memfermentasi glukosa, laktosa, maltosa, manitol dan ISSN 1829 586x
sukrosa (Tabel. 1) ikut berperan penting dalam meningkatkan kadar asam laktat yang dihasilkan sebagai hasil metabolitnya. Pada fermentasi ikan, bakteri menggunakan karbohidrat pada daging ikan dan nasi sebagai sumber utama (sumber karbon) yang mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat. Semakin banyak karbohidrat yang terkandung maka nutrisi yang tersedia untuk pertumbuhan bakteri juga semakin banyak. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa banyaknya jumlah bakteri yang tumbuh berbanding lurus dengan kadar asam laktat yang dihasilkan. Semakin banyak pula bakteri asam laktat yang tumbuh dan semakin banyak pula kadar asam laktat yang dihasilkan sebagai salah satu hasil 37
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
metabolisme dari metabolisme tersebut. Jumlah bakteri pembentuk asam laktat yang paling sedikit terdapat pada ikan gabus sebesar 12,740 x 103 maka kadar asam laktat yang dihasilkan adalah sebesar 3,361%, lebih sedikit dibandingkan pada ikan nila dan ikan sepat. Hal ini diduga karena pada ikan gabus jumlah karbohidratnya lebih sedikit dibandingkan ikan nila dan ikan sepat sehingga jumlah nutrisi yang tersedia untuk pertumbuhan sedikit. Hal ini dapat dilihat dari bakteri yang diduga sebagai Pediococcus sp tidak ditemukan pada ikan gabus (Tabel.1). Sedangkan pada penelitian ini Pediococcus sp memfermentasi semua karbohidrat yang ada yakni glukosa, lactosa, maltosa, manitol dan sukrosa berbeda dengan Lactobacillus yang hanya memfermentasi glukosa dan laktosa serta Streptococcus yang hanya memfermentasi glukosa, laktosa, maltosa dan manitol. Fermentasi ikan berfungsi untuk mengawetkan ikan dalam bentuk bekasam oleh bakteri asam laktat yang terbentuk sehingga bakteri pembusuk/ patogen tidak tumbuh. Sehingga ikan sepat sebagai penghasil bakteri asam laktat dan kadar asam laktat tertinggi merupakan produk fermentasi dengan kualitas tertinggi sehingga baik untuk sebagai sumber bahan baku bekasam. Fermentasi anaerobik pada ikan adalah metode yang paling dianjurkan. Dengan adanya bakteri laktat, pH campuran menjadi stabil yaitu antara 4,4 dan 4.7. Penurunan pH pada produk fermentasi adalah bukti dari pengasaman yang baik. Selain itu, produksi antibakteri zat dapat menjadi berguna pada konservasi produk ISSN 1829 586x
fermentasi. Terjadinya pengurangan gula karena digunakan oleh bakteri laktat untuk menghasilkan alkohol dan CO2, serta asam – asam organik (asam laktat, asam asetat). Protein ikan mengalami hidrolisis karena protease terdapat dalam ikan dan total nitrogen pada akhir fermentasi meningkat. Fermentasi ikan dikontrol dengan bakteri asam laktat menyumbang proteolisis bagi pembebasan peptida, dan asam amino amonia yang lebih menghasilkan zat beracun (Ennuoali et al., 2006). Penambahan nasi sebagai sumber karbohidrat dalam proses fermentasi sangat berpengaruh pada jumlah bakteri asam laktat yang tumbuh. Sehingga jumlah nasi yang memadai sebagai substrat utama akan mendorong semakin banyak pula bakteri asam laktat yang tumbuh (Moeljanto, 1992). Pada kondisi yang optimum salah satu perubahan penting dalam fermentasi adalah cadangan karbohidrat yang difermentasi menjadi asam laktat (Salminem et al 1999). Jumlah bakteri pembentuk asam laktat ini meningkat selama proses fermentasi ditentukan oleh adanya nutrien, air, pH, suhu dan bisa juga zat penghambat. Populasi mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik seperti tersedianya nutrien, pH, dan aktivitas air, sedangkan faktor ekstrinsik berupa zat penghambat dan suhu. Nutrien bekasam pada ketiga jenis ikan ini adalah senyawa polisakarida yang terdapat pada nasi dan protein ikan dimana bakteri dapat tumbuh dan berkembang jika nutrisi yang dibutuhkan masih tersedia (Supardi dan Sukamto, 1998). 38
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
Tabel 2. Hasil uji biokimia dan uji karakteristik bakteri asam laktat KARAKTERISTIK Katalase
Uji Biokimia
Uji Karakteristik Differensial
P1, P2, P3 -
P1, P2, P3 -
P2, P3 -
Bile Esculin
-
-
-
NaCl Litmus Milk Motilitas Glukosa Laktosa Manitol Maltose Sucrose Pepton TSIA Urea Agar Methyl Red Simmon Citrat Lysin Ornithin Arginin Control Phenyl Alanin Pewarnaan Gram Tetrad CO2
+ + + + + + +
+ + + + + + + -
+ + + + + + + + + + -
+ -
+ -
+ -
Batang
Bulat
Bulat
Rata Putih Kasar Ovaque Cembung Lactobacillus sp
Rata Putih Halus Ovaque Cembung Streptococcus sp
Rata Putih Licin Transparan Cembung Pediococcus sp
10 oC 45 °C NaCl 6.50% NaCl 18% pH 4,4 pH 9,6 Morfologi Bentuk (mikroskopik) Bentuk (makroskopik) - Tepian Koloni - Warna Koloni - Permukaan - Karakteristik Optik - Penonjolan GENUS
Keterangan :P1 = isolat dari bekasam ikan gabus;P2 = isolat dari bekasam ikan nila;P3 = isolat dari bekasam ikan sepat
Hasil penelitian Marlina (2006) kandungan rata-rata kadar asam laktat pada ikan sepat berkisar antara 0,474% hingga 12,694% selama 8 hari fermentasi. Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam laktat ini menyebabkan penurunan pH dan menciptakan suasana asam yang menghambat pertumbuhan mikrobia lain. Kadar asam total terbentuk disebabkan oleh terbentuknya asam organik yang diproduksi oleh bakteri selama proses fermentasi bekasam. Bakteri asam ISSN 1829 586x
laktat menghidrolisis pati pada nasi dan menggunakan asam amino pada ikan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya. Mikrobia akan merombak pati pada nasi menjadi gula sederhana yang akhirnya menjadi asam laktat pada kondisi anaerob. Pembentukan asam laktat menyebabkan peningkatan kadar asam total. Pada fermentasi bekasam sempurna bakteri asam laktat selain menghidrolisis amilum juga menghidrolisis protein menjadi asam amino dan dipeptida. Hal ini didukung 39
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
oleh faktor-faktor yang dibutuhkan untuk tumbuh bagi bakteri asam laktat tersedia, diantaranya berasal dari protein yang akan didegradasi menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti monopeptida, dipeptida, tripeptida dan nitrogen (Sudarmadji et al., 1997). Identifikasi Bakteri Asam Laktat Berdasarkan pengamatan langsung dan hasil karakteristik berdasarkan buku Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology dan buku Axelsson : Lactic Acid Bacteria: Classification and Physiology diketahui bahwa dari fermentasi ikan gabus, ikan nila, dan ikan sepat diperoleh isolat bakteri yang termasuk dalam golongan kelompok bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus sp, Streptococcus sp, dan Pediococcus sp. Bakteri asam laktat ini berasal dari kulit, daging, dan rongga perut ikan. Bakteri asam laktat termasuk dalam kelompok bakteri menguntungkan bagi manusia dan umumnya memenuhi status GRAS (Generally Recognized As Safe), yaitu aman untuk manusia. Kelompok bakteri ini dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat, sehingga disebut bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat termasuk bakteri probiotik, yaitu mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah tertentu memberikan manfaat menguntungkan bagi inangnya seperti meningkatkan sistem imun, mencegah diare, menjaga keseimbangan mikroflora usus, mencegah kanker, dan menurunkan kolesterol (Wood dan Holzapfel, 1995). Dari uji biokimia dan karakteristik bakteri asam laktat didapatkan hasil dari fermentasi ISSN 1829 586x
bekasam pada ikan gabus, ikan nila dan ikan sepat ditemukan 3 macam bakteri yaitu Lactobacillus sp, Streptococcus sp dan Pediococcus sp. Pada bekasam ikan gabus ditemukan Lactobacillus sp dan Streptococcus sp. Pada bekasam ikan nila ditemukan Lactobacillus sp, Streptococcus sp dan Pediococcus sp. Pada ikan sepat ditemukan Lactobacillus sp, Streptococcus sp dan Pediococcus sp. Pediococcus sp tidak ditemukan pada fermentasi ikan gabus sebab Pediococcus sp membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhannya sedangkan diduga kandungan karbohidrat pada ikan gabus paling sedikit sehingga bakteri yang tumbuh juga sedikit dan Pediococcus sp tidak tumbuh. Hasil penelitian Yahya, et al (1997), bakteri yang terdapat pada bekasam adalah dari genus Lactobacillus sp, Pediococcus sp, Streptococcus sp dan Leuconostoc sp. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilaksanakan telah didapatkan hasil sebagai berikut: perlakuan perbedaan jenis ikan yakni ikan gabus, ikan sepat, ikan nila pada fermentasi bekasam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri pembentuk asam laktat dan kadar asam total yang dihasilkan. Kandungan bakteri pembentuk asam laktat tertinggi adalah 124,904 x 103 koloni/ml dan kadar asam laktat tertinggi adalah 6,363% berasal dari bekasam ikan sepat. Dari hasil fermentasi ikan sepat dan ikan nila pada pembuatan bekasam ditemukan bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus sp, Pediococcus sp, dan Streptococcus sp. Sedangkan dari hasil fermentasi bekasam pada ikan gabus hanya ditemukan bakteri asam laktat 40
Kuantitas dan Identifikasi Bakteri,....Dewi Novianti,....Sainmatika,....Volume 10,...No. 2,...Desember 2013,....34-41
dari genus Lactobacillus Streptococcus sp.
sp
dan
Salminem, S., Ouwenhand, A. Benno, Y. & Lee.Y.K. 1999. Probiotics: How Should be Defined? Trends In Food Science and Technology. Vol 10 (3): 107-110.
Adawiyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Stiles, M.E. dan W.H. Holzapfel. 1997. Review Article. Lactic Acid Bacteria of Foof and Their Current Taxonomy. Int. J. Food Microbial. Vol. 36: 1-29.
DAFTAR PUSTAKA
Ennouali, M., Elmoualdi, L., Labioui, H., Ouhsine, M., Elyachioui, M., 2006. Biotransformation of The Fish Waste by Fermentation. African Journal of Biotechnology. Faculty of The Sciences, University ibn Tofail, City of Kenitr. Morocco. Vol. 5 (19): 17331737. Fardiaz, D. 1992. Proses Pengolahan Produk Fermentasi. Angkasa. Bandung. Marlina, L. 2006. Karakteristik Kimia dan Total Mikrobia Selama Fermentasi Bekasam Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus). Skripsi. FPUNSRI. Indralaya. Moeljanto, M. 1992. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. .
ISSN 1829 586x
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex. Supardi, I dan Sukamto. 1998. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Alumni Press. Bandung. Wood, B.J.B. dan W.H. Holzapfel. 1995. The Genera of Lactic Acid Bacteria. Chapman and Hall, 2-6 Boundary Row. London. Yahya, Wibowo, J dan Damadji, P. 1997. Karakteristik Bakteri Asam Laktat dan Perubahan Kimia pada Fermentasi ’Bekasam” Ikan Mujair. Jurnal Penelitian. BPPS-UGM. Yogyakarta. Vol. 10 (1B): 105118.
41