Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
KRISTALOGRAFI BIDANG DATAR BATIK CAP Kartono1), R.Heri Sulistyo Utomo2), Priyo Sidik S3) 1) , 2) Jurusan Matematika FMIPA UNDIP 3) Jurusan Informatika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H.Soedarto, SH Tembalang Semarang, e-mail:
[email protected] Abstrak Pembuatan kain batik cap yang beragam corak memerlukan banyak cap, sehingga modal awal yang dibutuhkannya cukup besar. Di lain fihak, kain batik cap mendapat persaingan yang keras dari tekstil printing bermotif batik di pasaran, Kedua hal inilah yang memicu semakin tertekannya produksi kain batik cap, sehingga diperlukan suatu inovasi dalam pembuatannya untuk menekan biaya produksinya. Penelitian ini menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan inovasi desain motif dan metode pengecapannya, yang dengan satu cap dapat dihasilkan beragam corak. Inovasi ini didasarkan pada teori grup simetri dan kristalografi dua dimensi, sehingga kain batik cap yang dihasilkan ini merupakan grup kristalografi dua dimensi. Metode pengecapan ini mampu menghasilkan beragram corak sebanyak 13 kain batik cap dari satu cap saja, sehingga cap ini disebut ajaib (magic). Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mendukung program penguatan sistem inovasi daerah dalam mengembangkan potensi unggulan daerah, dan pembelajaran matematika yang kreatif, inovatif dan produktif. Kata Kunci: batik cap, cap ajaib, motif, corak, kristalografi, simetri
PENDAHULUAN Penguatan sistem inovasi daerah dalam mengembangkan potensi unggulan daerah digalakkan oleh pemerintah, termasuk pemerintah Kota Surakarta dengan unggulan batik. Perkembangan batik diawali dengan adanya batik tulis, yang kemudian diikuti dengan batik cap. Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, permintaan batik tulis maupun batik cap cukup tinggi, walaupun kebutuhan pasar batik sekarang sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik, bahkan telah dibanjiri produk import. Batik cap membutuhkan modal awal yang cukup mahal karena bergantung pada harga tembaga sebagai bahan utama pembuatan capnya. Untuk membuat batik cap yang beragam motif maka diperlukan banyak cap, sementara harga satu cap relatif lebih mahal dari harga canting. Harga cap pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 750.000,hingga Rp. 1.250.000,-/motif tergantung kerumitan motifnya. Selain proses pelukisan motif batik yang menggunakan cap, proses selanjutnya dilakukan dengan cara yang hampir sama seperti saat membuat batik tulis, misalnya dari proses pewarnaannya yang harus berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan, atau dari proses nglorodnya. Pembuatan batik cap membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kualitas batik cap sering dilihat dari kehalusannya yaitu presisi peletakan cap di sekujur bidang kain, tidak ada garis sambungan yang meleset atau semuanya pas. Tukang cap harus memastikan agar menyambungnya pas, sehingga tidak ada garis-garis yang menebal atau malamnya menggumpal di kain. Celakanya, ketidaksempurnaan ini seringkali baru terlihat setelah proses pewarnaan. Batik cap pun membutuhkan satu feeling dalam pengerjaannya. Hanya dengan komitmen untuk Makalah Pendamping: Matematika 1
105
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
mendapatkan yang terbaiklah, tercipta karya batik cap yang berkualitas. Bentuk gambar/desain motif pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Pengembangan desain motif batik cap, yang dari satu cap dapat menghasilkan beragam corak, merupakan permasalahan yang
diselesaikan dalam penelitian ini. Permasalahan ini
diselesaikan dengan menerapkan konsep grup simetri dan kristalografi berdimensi dua untuk menghasilkan motif dan juga cap ajaib (magic stamp). Cap ini disebut ajaib (magic) karena dengan satu cap yang didesain berdasarkan motif tersebut dapat menghasilkan beragam corak batik cap melalui inovasi metode pengecapannya, yang didasarkan pada generator dalam grup simetri (translasi, refleksi, rotasi, dan glide-refleksi). Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang, para pengrajin batik cap menghadapi kendala mahalnya harga sebuah cap, padahal satu cap biasanya hanya menghasilkan satu corak batik cap, sedangkan harga jualnya lebih murah daripada batik tulis. Dalam kondisi seperti ini maka sangat perlu dan urgen untuk mengembangkan desain motif dalam cap, yang dapat menghasilkan banyak corak, artinya, dari satu desain motif dalam cap dapat menghasilkan lebih dari satu corak batik cap. Pengembangan motif yang demikian akan dapat memperkecil modal awal dan memberikan banyak pilihan corak batik bagi konsumen, sehingga akan meningkatkan daya saing batik cap. Hal inilah yang merupakan fokus tujuan penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi secara nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Kategori Penelitian I) yakni mengembangkan penerapan teori grup simetri dan konsep kristalografi berdimensi dua untuk mendesain motif batik cap. Disisi lain, pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan dapat berkontribusi dalam pemecahan masalah pembangunan dengan meningkatkan daya saing kain batik cap dan mendukung pengembangan cluster unggulan potensi daerah, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat (pengrajin/ produsen) dalam menerapkan teori tepat guna (Kategori Penelitian II). Dari sudut pandang pengembangan kelembangaan (Kategori Penelitian III), penelitian ini dimaksudkan untuk memperkuat Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro Semarang, khususnya Laboratorium Matematika Terapan (Bengkel Desain Motif Simetris) dapat bermitra dengan fihak UMKM dalam rangka mengembangkan industri kreatif. Metode pengecapan yang ditemukan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran matematika (grup simetri dan kristalografi) secara kreatif, inovatif dan produktif. Penelitian ini dilakukan atas dorongan untuk dapat menciptakan (mengembangkan) motif batik cap dan inovasi produk derivatifnya, dengan menerapkan teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua dalam mendesain motifnya. Metode pengecapan motif dasar pada selembar kain melalui formulasi-formulasi matematis menghasilkan banyak corak. Pengecapan ini dilakukan tanpa adanya tumpang tindih yang satu dengan yang lain, dan secara berulang-
106
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
ulang menurut komposisi yang cocok dari rotasi, translasi dan refleksi. Hasil pengecapan yang berdasarkan operasi rotasi, translasi atau refleksi dan komposisinya berasosiasi dengan sebuah grup simetri.(Durbin, 1985). Salah satu aplikasi grup simetri yang sangat menarik adalah dikenal sebagai kristalografi berdimensi dua maupun tiga. Permasalahan tentang mengisi secara penuh suatu bidang datar dengan poligon yang kongruen tanpa tumpang tindih kecuali pada sisi-sisinya merupakan permasalahan yang dapat diselesaikan dengan teori kristalografi berdimensi dua. Poligon-poligon kongruen yang mengisi penuh suatu bidang datar dengan mengoperasikan gerakan (translasi, rotasi, refleksi atau glide-refleksi) dari satu poligon tersebut dikenal dengan poligon fondamental. Hasil pengisian yang diperoleh berasosiasi dengan grup simetri dari gambar yang dibentuk oleh sisi-sisi dari semua poligon tersebut. Hal ini merupakan fakta yang mengaitkan antara teori grup dan kristalografi berdimensi dua, sehingga dinamakan grup kristalografi berdimensi dua (Durbin, 1985). Sekarang pandang bidang datar (kain mori) akan dipenuhi oleh poligon-poligon yang berbentuk bujur sangkar yang memuat sebuah motif dasar yang tidak saling tumpang tindih kecuali pada sisi-sisinya saling adjacent. Dengan menggerakkan poligon ini sesuai dengan komposisi generator-generator rotasi, refleksi, translasi maupun refleksi-glide yang cocok akan diperoleh suatu corak hasil pengecapan. Dengan memulai pada poligon dasar dan secara periodik
menggerakkan poligon dasar
menurut generator yang dipilih maka keseluruhan
bidang datar (kain mori) akan terpenuhi oleh poligon-poligon dasar sehingga corak baru dapat diperoleh. Pengembangan motif batik cap yang didasarkan pada teori grup simetri, juga telah digunakan untuk mengembangkan desain motif batik simetris. Pada tahun 1999-2000, Kartono dkk pernah melakukan penelitian dengan judul โGrup simetri untuk pengembangan desain motif batik simetrisโ . Pengembangan desain motif batik simetris dengan menerapkan konsep teori grup simetri dan periodesasi telah berhasil dari satu buah desain motif dasar dapat menghasilkan 14 corak. (Kartono et al, 2000). Keempatbelas corak tersebut dihasilkan dengan menggunakan bermacam-macam bentuk poligon
seperti bujur sangkar, persegi panjang,
segitiga siku-siku, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi bahkan segitiga dengan sudut-sudut yang ditentukan sesuai dengan keinginan, sedangkan dalam pembuatan motif batik cap ini hanya menggunakan poligon yang berbentuk bujur sangkar saja. Kartono dkk (2011) menerapkan teori yang sama untuk menguak pola (motif) geometris crop circle yang muncul di Berbah Sleman Daerah Istemewa Yogyakarta. Penelitian ini menghasilkan motif lingkaran sebagai motif dasar, dan ternyata bentuk crop circle tersebut dihasilkan melalui operasi translasi, rotasi, maupun glide-refleksi dari motif dasar lingkaran. Penelitian itu berhasil menemukan pola geometrisnya yang tersusun dari 12 lingkaran utama, 2 lingkaran lain di luarnya dengan 11 titik pusat lingkaran (Kartono et al, 2011).
Makalah Pendamping: Matematika 1
107
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Pada awal tahun 2012, teori yang sama dipakai untuk mengembangkan pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan pembuat ukiran bergerak berbasis transformasi
oleh Nurhilaliah
dan Ulfia Azmi dengan Kartono sebagai pembimbing, dalam rangka mengikuti Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2012. Dari penelitian-penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, motif yang dihasilkan dapat dikategorikan ke dalam bentuk karya seni generatif. Dari sudut pandang seni generatif, selalu dapat dihubungkan dengan keindahan yang selalu melekat pada karya seni itu. Penelitianpenelitian ini semakin meyakinkan peneliti, bahwa motif dalam karpet maupun hiasan dinding bordir yang dihasilkan juga mengandung unsur keindahan sebagai karya seni generatif. Pada tahun 2012, Kartono dkk melaksanakan penelitian
Riset
Unggulan Daerah
(RUD) Balitbang Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 dengan judul โPemberdayaan Ekonomi Lokal melalui Pengembangan Inovasi Jenis Produk Bordir di Kabupaten Kudusโ(Kartono et al, 2012). Inovasi jenis produk yang dimaksud adalah karpet dan hiasan dinding bordir. Pembuatan desain motif dasarnya juga berbasis pada teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua. Dari penelitian-penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, baik desain motif batik simetris, crop circle, ukiran kayu bergerak, maupun bordir tersebut dapat dikategorikan ke dalam bentuk karya seni generatif, yang dapat dihubungkan dengan keindahan yang selalu melekat pada karya seni itu. Unsur keindahan merupakan salah satu bagian penting dalam usaha pengembangan industri kreatif.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental . Waktu dan Tempat Penelitian Jangka waktu penelitian ini selama sembilan bulan di Bengkel Desain Motif Simetris Laboratorium Matematika Terapan, Laboratorium Komputasi Jurusan Matematika FMIPA UNDIP, dan bekerjasama dengan Batik Adityan Laweyan Surakarta. Target/Subjek Penelitian Target penelitian iniadalah penemuan atau inovasi desain motif dalam cap dan formulasi matematis pengecapannya, sehingga dari satu motif dalam cap tersebut dapat menghasilkan banyak corak batik. Wujud hasil penelitian ini adalah cap ajaib (magic stamp), prototipe kain batik cap yang siap diproduksi massal. Prosedur 1. Membuat poligon dasar (poligon fondamental) berbentuk persegi ukuran 12 cm x 12 cm pada kertas gambar.
108
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
2. Mendesain motif dasar dengan mempertimbangkan nilai keindahannya dan generatorgenerator pada teori grup simetri yang dipakai. Pada tahapan ini, telah dipilih satu desain motif yang akan dibuatkan capnya. 3. Melakukan simulasi penataan motif. 4. Motif dasar ini kemudian discan, dan diperbaiki di studio gambar milik pengrajin batik di Laweyan Surakarta. Perbaikan ini dilakukan untuk mendapatkan motif yang akurat dan mencoba beberapa kombinasi warna. Hasil perbaikan inilah yang menjadi motif yang dipakai untuk membuat cap, dan pemesanan cetakan/ cap ajaib (magic stamp) dengan motif yang terpilih. 5. Membuat formulasi pergerakan/pergeseran poligon dasar ini berdasarkan kombinasi generator pada grup simetri (rotasi, refleksi, translasi maupun refleksi-glide) dan periodesasinya. Formulasi ini dibuat
berdasarkan kombinasi yang diinginkan dan
kemudian dipilih formula yang menghasilkan corak hasil penyusunan yang indah. Formulasi inilah yang kemudian dinamakan formula metode penataan motif dasar simetris yang ditemukan itu. 6. Dengan menerapkan formula yang dipilih ini dan konsep periodesasi maka keseluruhan poligon dasar akan terpenuhi oleh motif dasar tersebut. Dari sinilah keindahan dari hasil penataan motif dasar simetris yang ditentukan itu akan dinilai. 7. Melakukan simulasi komputer dan
pengecapan berdasarkan formulasi gerakan
pengecapan yang telah diperoleh pada langkah (5). Hasil pengecapan ini akan menghasilkan corak-corak batik cap dari satu motif tersebut. Formulasi matematis yang disimulasikan ini yang akan dipakai sebagai aturan gerakan pengecapan/ pembuatan kain batik cap oleh pengrajin. Sampai pada penulisan laporan kemajuan ini, pembuatan cap masih dilakukan, sehingga pembuatan kain batiknya belum dilaksanakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini berhasil membuat cap ajaib bermotif dengan tema Crop Circle dan 13 corak kain batik cap (Lampiran.1) berdasarkan teori grup symetri dan kristalografi berdimensi dua. Ketigabelas corak kain batik cap yang berhasil dibuat ini merupakan penerapan dari 13 buah formulasi matematis gerakan pengecapan yang berhasil dirumuskan pada penelitian ini. Inilah keunggulan dari hasil penelitian ini, dari satu cap dapat diciptakan beragam corak kain batik cap, sehingga wajar kalau cap ini disebut cap ajaib (magic stamp). Pembahasan Formulasi pengecapan yang berhasil dirumuskan dalam penelitian ini dapat menghasilkan 13 corak kain batik cap, yang variasi coraknya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan desain batik simetris (Kartono et al, 2000). Hal ini dikarenakan polygon bermotif dasar
Makalah Pendamping: Matematika 1
109
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
yang digunakan dalam desain motif batik cap ini hanyalah berbentuk persegi tidak seperti pada desain batik simetris yang menggunakan polygon persegi, persegi panjang, maupun segitiga. Tema motif dasar pada cap (polygon persegi) yang dibuat terinspirasi oleh adanya kemunculan crop circle di Berbah Sleman pada tahun 2011 (Kartono et al, 2011). Motif dasar pada cap didesain terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan beragam koordinat pusat dan jarijarinya. Bidang datar (selembar kain mori) diisi penuh oleh polygon-poligon kongruen (cap bermotif dasar) melalui pengoperasian generator gerakan (translasi, refleksi, rotasi, atau gliderefleksi), sehingga menghasilkan suatu corak batik cap. Dengan memulai pada polygon fundamental dan mengulanginya secara berulang-ulang menurut gerakan yang diperintahkan oleh generator gerakan maka keseluruhan bidang datar (selembar kain mori) dapat terisi penuh. Menurut Durbin (1985), corak batik cap yang dihasilkan ini merupakan grup simetri dari gambar yang dibentuk oleh sisi-sisi semua polygon (cap bermotif dasar) dan ketigabelas corak batik cap yang dihasilkan ini merupakan kristalografi berdimensi dua. Kain batik cap ini dapat dipandang sebagai sebuah obyek estetika berpola yang memiliki tata aturan penggambaran pseudo-algoritmik yang dapat diperlakukan sebagai bentuk seni generatif yang memiliki kegunaan memberikan inspirasi kepada peradaban umat manusia, khususnya dalam bidang perkembangan seni generatif itu sendiri. Seni generatif pada batik cap ini, selalu dapat dihubungkan dengan keindahan yang selalu melekat pada karya seni itu, yaitu berbagai bentuk keselarasan (harmoni) dari berbagai cara pengecapan secara berulang tersebut. Jadi sangat masuk akal kalau kain batik cap tersebut dikategorikan dalam suatu karya seni rupa generatif karena pola tersebut merupakan pola iteratif (berulang) yang digenerateoleh motif dasar. Ciri khas corak kain batik cap ini adalah pola iteratif yang terbentuk selalu mengawetkan keterhubungan (konektifitas). Dalam proses pembuatan kain batik cap ini, pengrajin mengeluh kesulitan dalam melakukan pengecapan yang dapat mengawetkan keterhubungan tersebut. Ketigabelas corak kain batik cap yang dihasilkan oleh pengrajin ini masih memperlihatkan adanya sambungan yang tidak sempurna, walaupun dalam pengerjaannya telah dilakukan dengan sabar dan penuh konsentrasi. Kesulitan lainnya adalah membuat seragam ketebalan tekstur kurvanya, namun ketidaksempurnaan inilah yang akan menjadi pembeda dengan produk tekstil bermotif batik (batik printing/ sablon). Jelaslah bahwa pola berulang (iteratif) dari motif dasar yang membentuk beragram corak akan menghasilkan bentuk fraktal sebagaimana pola berulang aritmatik sederhana dapat menghasilkan pola chaos. Seiring dengan perkembangan teknologi komputasi, sebagaimana dapat diterapkan untuk melihat pola aritmatika sederhana yang menghasilkan chaos dapat pula diterapkan untuk melihat pola geometri sederhana (motif dasar) yang menghasilkan fraktal. Upaya melihat fenomena fraktal pada corak batik cap yang dihasilkan ini akan memperluas pula khazanah dan peluang apresiasi yang lebih baik pada produk ini.
110
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Penerapan teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua pada pembuatan motif dan kain batik cap ini juga dapat dipakai sebagai alat edukasi secara kreatif, inovatif, dan produktif dalam mempelajari transformasi geometris bidang, atau teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua. Titik atau bentuk obyek di bidang datar yang
biasanya
ditransformasikan dengan generator translasi, rotasi, refleksi, atau glide-refleksi diganti dengan motif batik. Pembelajaran matematika secara kreatif seperti ini akan sangat menyenangkan karena disamping belajar, peserta didik akan tahu manfaat nyata dari proses pembelajaran. Sambil bermain, juga belajar tentang transformasi bidang. bisa digunakan sebagai sarana permainan kreatifitas seperti bermain puzzle. Karena sistem kerja pengecapan yang berulangulang ini seperti menggunakan puzzle maka pembelajarannya lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Sifat inovatif dalam pembelajaran ini terlihat pada motif batik cap yang didesain dengan melakukan inovasi dari satu motif dapat menghasilkan beragam corak. Pembelajaran ini juga bersifat produktif karena hasil proses pembelajaran ini tidak berhenti di atas kertas tetapi betul-betul diterapkan dan menghasilkan produk nyata. Proses pembelajaran seperti inilah yang diharapkan mampu melahirkan teknoprenuer, seperti yang diinginkan oleh Kurikulum SMA 2013. Diskusi dengan para pengrajin batik cap di Laweyan Surakarta menyarankan bahwa hasil penelitian ini masih perlu penyempurnaan produk dan perencanaan produksi yang cermat agar dapat menekan biaya produksi. Inovasi motif batik cap perlu dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka pengembangan keanekaragaman motif karya seni generatif. Upayaupaya inilah yang harus selalu dilakukan sebagai langkah nyata dalam memberdayakan ekonomi lokal, mengembangkan potensi unggulan daerah dalam rangka
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penerapan teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua, khususnya transformasi geometris bidang datar (motif dasar bertema Crop Circle) dapat menghasilkan motif simetris batik cap dan beragam coraknya melalui pengecapan yang berulang. Penelitian ini berhasil membuat 13 formula pengecapan berulang yang menghasilkan 13 corak kain batik cap, Keseluruhan proses pembuatan kain batik cap ini merupakan media edukasi yang kreatif, inovatif dan produktif. Hasil
penelitian
dapat
diimplikasikan
untuk
mendukung
pengembangan
keanekaragaman motif maupun metode pengecapan batik cap, dan potensi unggulan daerah, yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat mendukung upaya mempercepat pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelibatan
Makalah Pendamping: Matematika 1
111
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
pengrajin dalam keseluruhan proses penelitian ini semakin memperkaya pengetahuan dan keahliannya dalam menghasilkan produk kain batik cap.
Saran Prototip kain batik cap yang dihasilkan pada penelitian ini (dibukukan dalam product knowledge booklet) dapat ditindaklanjuti sebagai peningkatan daya saing dan perluasan pangsa pasar produk kain batik cap dalam rangka pemberdayaan ekonomi lokal. Peningkatan keahlian pengrajin dalam pengembangan moif, yang berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ini dapat menjadi inspirator dalam upaya mengembangkan teknoprenerteknoprener baru di industri kreatif batik cap atau merevitalisasi UMKM inovatif, yang merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan SIDa (Sistem Inovasi Daerah).
DAFTAR PUSTAKA 1. Durbin, J.R,
(1985), Modern Algebra : an Introduction, Second Edition, New
York:John Willey & Sons 2. Kartono, R. Heri Soelistyo Utomo, Harjito, (2000), Grup Simetri untuk Pengembangan Desain Motif Batik Simetris, Laporan penelitian dosen muda dengan nomor: 015/P2IPT/DM/VI/1999. 3. Kartono, Priyono, Budi Warsito, (2011), Menguak Misteri Crop Circle di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, pp.41-53 4. Kartono, R.Heri Soelistyo Utomo, (2012),Pemberdayaan Ekonomi Lokal melalui Pengembangan Inovasi Jenis Produk Bordir di Kabupaten Kudus, Laporan
RUD
Balitbang Provinsi Jawa Tengah 5. Nurhilaliah, Ulfia Azmi, Kartono (Pembimbing), (2012), Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Bahan Pembuatan Ukiran Bergerak Berbasis Transformasi
, Artikel Ilmiah
ISPO 2012
UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ini merupakan sebagian dari hasil penelitian Hibah Bersaing Desentralisasi DIKTI tahun 2013, oleh karena itulah penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan penelitian yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Batik Adityan Laweyan Surakarta yang telah bekerjasama dengan baik untuk menyelesaikan proses pembuatan cap dan kain batiknya.
112
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
LAMPIRAN: 10 CORAK KAIN BATIK CAP CROP CIRCLE
Makalah Pendamping: Matematika 1
113
Volume 2
114
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Eksistensi dan Karakterisasi Kontrol Optimal Vaksinasi Model Epidemi S I R dengan Laju Insidensi Jenuh yang Termodifikasi Rubono Setiawan Prodi Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA, F.KIP, Universitas Sebelas Maret Gedung D Lantai 3 Komplek Gedung F.KIP Kampus Kentingan Jalan Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta e-mail :
[email protected] Abstrak Dalam paper ini digunakan model epidemi S I R ( Susceptible Invected Recovered) dasar ( Kermack & Mc. Kendrick ) dengan laju insidensi jenuh termodifikasi dan dengan beberapa asumsi tambahan lain. Strategi vaksinasi optimal dilakukan untuk meminimalkan jumlah individu pada kelompok individu rentan dan terinfeksi untuk kemudian memaksimalkan jumlah individu pada kelompok sembuh. Permasalahan optimasi yang dibentuk adalah meminimalkan fungsional tujuan yang memuat variabel kontrol, serta sistem persamaan diferensial yang dalam hal ini adalah model S I R sebagai kendala dalam permasalahan optimasi tersebut. Hamiltonian disusun berdasarkan Lagrangian dari permasalahan optimasi dan digunakan untuk membuktikan eksistensi serta menentukan kontrol yang optimal dari permasalahan optimasi. Kriteria minimum Pontryagin digunakan sebagai alat utama untuk menentukan kontrol yang optimal dan sistem yang optimal. Kata Kunci : Kontrol Optimal, Model S I R , Vaksinasi Optimal, Hamiltonian, Pontryagin
1. PENDAHULUAN Pembelajaran tentang dinamika penyakit menular merupakan bagian yang sangat penting dalam bidang matematika epidemiologi. Dengan mengerti lebih dalam tentang karakteristik dari penyebaran penyakit menular dalam suatu kelompok, daerah, masyarakat atau bahkan suatu negara, maka dapat ditemukan cara cara yang lebih baik dan sesuai untuk menekan penyebaran penyakit tertentu tersebut. Cara yang umum dikenal adalah dengan program vaksinasi yang sesuai dan program proteksi atau karantina. Model
penyebaran
penyakit
telah
banyak
dipelajari
oleh
banyak
penulis
1 , 2 , 3 , 5 , 6 . Cukup banyak diantaranya yang tertarik menggunakan bentuk laju insidensi jenuh dalam formulasi modelnya, seperti
6 , 5 , 3 . Bentuk laju insidensi jenuh
dapat digolongkan menjadi bentuk laju insidensi nonlinear. Salah satu kelebihan dari bentuk laju insidensi ini adalah adanya faktor jenuh yang ditentukan berdasarkan pengendalian epidemi. Pengendalian epidemi yang dimaksud adalah berdasarkan ukuran pencegahan yang sesuai terhadap penyakit atau pembawa ( vektor ) penyakit yang bersangkutan. Dalam hal ini pencegahan ataupun pengendalian dapat dilakukan oleh dan atau terhadap individu dalam kelompok individu rentan penyakit ataupun yang telah terjangkit penyakit. Bila hanya ada satu ukuran pencegahan misalnya dilakukan oleh individu rentan penyakit maka digunakan bentuk insidensi jenuh dengan satu faktor insidensi jenuh yang menunjukkan ukuran ukuran pencegahan atau
tindakan-tindakan prefentif yang sesuai dari individu sehat yang rentan
terkena penyakit , seperti yang telah digunakan dan dibahas oleh Zhang, dkk., 6 dan Setiawan,
Makalah Pendamping: Matematika 1
115
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 ๐๐ผ
R., 5 yaitu berbentuk ๐ฝ 1+๐ผ ๐. Kemudian juga terdapat bentuk laju insidensi yang lain yaitu 1
๐๐ผ
๐ฝ 1+๐ผ ๐ผ, dalam bentuk insidensi ini menunjukkan bahwa jumlah kontak infektif antara individu 2
rentan dan individu terinfeksi dapat mengalami jenuh pada level infeksi yang tinggi karena tingkat kepadatan individu yang tinggi dalam kelompok terinfeksi atau karena ukuran ukuran proteksi yang dilakukan oleh kelompok individu rentan penyakit. Dalam paper ini akan digunakan bentuk insidensi jenuh yang dimodifikasi yang berbentuk
๐ฝ๐ ๐ก ๐ผ ๐ก . 1+๐ผ 1 ๐ ๐ก +๐ผ 2 ๐ผ(๐ก)
Dalam laju
insidensi tersebut memuat dua faktor insidensi jenuh yang tentunya mengakomodasi ukuran ukuran tindakan pencegahan, proteksi dan kejenuhan yang terjadi karena tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Model dasar yang digunakan pada makalah ini nantinya adalah model S I R ( Susceptible Invected Recovered ) dasar dengan beberapa asumsi- asumsi tambahan. Kemudian akan dibentuk suatu permasalahan optimasi yang melibatkan model berbentuk sistem persamaan diferensial sebagai kendala dari fungsi kontrol opimal vaksinasi yang merupakan fungsi tujuan ( biaya) dari permasalahan kontrol optimal tersebut. Dalam hal untuk menjabarkan permasalahan tersebut maka makalah ini ditulis dalam beberapa bab yang dimulai dengan materi pendukung tentang kontrol optimal sistem dinamik kontinu, fungsi biaya sebagai fungsi kontrol optimal vaksinasi. Kemudian dilajutkan dengan bab hasil dan pembahasan yang berisi tentang eksistensi kontrol optimal dan karakterisasi dari kontol optimal tersebut.
2.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian untuk mendapatkan hasil dalam makalah ini adalah metode literatur dengan mengkaji makalah-makalah yang membahas penggunaan teori kontrol optimal pada model penyebaran penyakit. Model dasar yang digunakan adalah model S I R yang digunakan oleh Laarabi, dkk. 3 . Penelitian pengembangan dilakukan dengan menggunakan model yang menggunakan angka kematian yang berbeda pada tiap subkelas populasi.
3.
MATERI DAN TEORI PENDUKUNG
3.1. Bentuk Permasalahan Optimasi Kontol Optimal Sistem Dinamik Kontinu Tanpa mengurangi keumuman, akan dijelaskan bentuk umum permasalahan optimasi sistem dinamik kontinu untuk masalah minimasi fungsional kontrol. Misalkan diketahui ๐ฅ adalah keadaan (state) dari sistem dinamik kontinu bersyarat awal ๐ฅ0 dan dengan input kontrol u sedemkian sehingga ๐ฅ = ๐ ๐ฅ, ๐ข ,
๐ฅ 0 = ๐ฅ0 ,
๐ข ๐ก โ ๐ฐ,
๐ก โ 0, ๐
(3.1.1)
dengan ๐ฐ adalah himpunan kontrol admissible, T adalah waktu final / akhir dari sistem. Dalam hal ini kontrol ๐ข โ ๐ฐ haruslah dipilih untuk semua ๐ก โ 0, ๐ untuk meminimalkan fungsional 116
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
tujuan J
Volume 2
yang didefinisikan berdasarkan permasalahan nyata dalam aplikasi dan dapat
diabstraksikan sebagai ๐
๐ฝ=ฮจ ๐ฅ ๐
+
๐ฟ ๐ฅ ๐ก , ๐ฅ(๐ก) ๐๐ก
(3.1.2)
0
dengan L adalah Lagrangian. Kemudian kendala dalam sistem dinamik dapat digabung dengan Lagrangian L untuk mendapatkan vektor pengali Langrange ๐ yang sesuai dan nilainya berubah terhadap waktu, dimana masing โ masing anggota ๐ disebut sebagai keadaan bersama (costate) dari sistem. Pengertian โ pengertian tersebut sebagai dasar untuk mengkontruksi HamiltonianH yang didefinisikan untuk setiap ๐ก โ 0, ๐ sebagai ๐ป ๐ ๐ก , ๐ฅ ๐ก , ๐ข ๐ก , ๐ก = ๐ฟ ๐ฅ ๐ก , ๐ข(๐ก) + ๐๐ ๐ ๐ฅ ๐ก , ๐ข(๐ก)
(3.1.3)
dengan ๐๐ adalah transpose dari ๐. Selanjutnya Hamiltonian tersebut memengang peranan yang sangat penting untuk membuktikan eksistensi adanya kontrol yang optimal dan menentukannya dengan menggunakan prinsip minimum Pontryagin yang akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
3.2. Permasalahan Optimasi Kontrol Optimal Model Penyebaran Penyakit Dalam masalah penyebaran penyakit, hal yang pasti ingin diminimumkan adalah jumlah individu rentan dan individu terinfeksi penyakit sehingga jumlah individu sembuh dapat dimaksimumkan. Dalam usaha untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut, salah satu cara yang umum dilakukan adalah vaksinasi, yaitu vaksinasi terhadap individu rentan ( pasif ) dan atau individu terinfeksi penyakit ( aktif ). Vaksinasi tersebut dapat diasosiasikan dengan suatu variabel kontrol u dan ditambahkan ke dalam model penyebaran penyakit yang bersangkutan. Dalam hal membentuk permasalahan optimasi kontrol optimal, jumlah individu rentan dan terinfeksi yang dikalikan dengan angka penyeimbang yang sesuai serta ditambah dengan fungsi biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan vaksinasi akan diformulasikan menjadi fungsional tujuan yang akan diminimumkan, sedangkan model penyebaran penyakit yang berbentuk sistem persamaan diferensial nonlinear yang memuat variabel kontrol akan menjadi kendala ( constraint ) dalam permasalahan optimasi kontrol optimal tersebut.
3.3. Prinsip Minimum Pontryagin Prinsip-prinsip minimum Pontryagin diturunkan dari aslinya yaitu prinsip- prinsip maksimum Pontryagin. Prinsip tersebut ( baik maksimum maupun minimum) digunakan dalam teori kontrol optimal untuk menentukan kemungkinan kontrol terbaik untuk sistem dinamik yang telah ditentukan, dari keadaan satu ke keadaan yang lain, lebih khusus lagi apabila munculnya kendala-kendala untuk keadaan atau input kontrolnya. Prinsip tersebut pertama kali Makalah Pendamping: Matematika 1
117
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
diperkenalkan pada tahun 1956 oleh matematikawan Rusia Lev Semenovic Pontryagin dan murid-muridnya V.G. Boltyanskii, R.V. Gamkrelidze, 7 .Prinsip tersebut mempunyai bentuk khusus persamaan Euler dan Lagrange dari kalkulus variasi. Inti dari prinsip tersebut mengatakan bahwa Hamiltonian H yang dibentuk dari permasalahan optimasi ( dalam hal ini tanpa mengurangi keumuman diambil kasus untuk minimasi) kontrol optimal haruslah diminimumkan atas U, yaitu himpunan admissible control. Jika ๐ขโ โ ๐ adalah kontrol yang optimal dari permasalahan optimasi, maka prinsip minimum Pontryagin mengatakan ๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐โ ๐ก , ๐ก โค ๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ข(๐ก), ๐โ ๐ก , ๐ก , โ๐ข โ ๐, ๐ก โ ๐ก0 , ๐ก๐๐๐ , dengan ๐ฅ โ โ ๐ถ 1 ๐ก0 , ๐ก๐๐๐
(3.3.1)
adalah trayektori keadaan (state) yang optimal, sedangkan ๐โ โ
๐ต๐ ๐ก0 , ๐ก๐๐๐ ( Fungsi bervariasi terbatas pada ๐ก0 , ๐ก๐๐๐ ) adalah trayektori costate yang optimal. Kemudian prinsip tersebut juga diturunkan untuk kondisi khusus dari Hamiltonian, yaitu apabila waktu akhir ๐ก๐๐๐ ditentukan dan Hamiltonian tidak bergantung secara eksplisit terhadap waktu ( kondisi ekuilibrium terhadap waktu ,
๐๐ป ๐๐ก
๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐โ ๐ก
โก 0 ), maka prinsip minimum Pontryagin โ nya adalah
โก konstan,
(3.3.2)
dan kemudian jika waktu akhir tidak ada maka ๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐โ ๐ก
โก 0.
(3.3.3)
Selanjutnya akan dijelaskan syarat perlu untuk masalah minimasi kontrol optimal berdasar prinsip minimum Pontryagin. Berdasarkan bentuk formal dari permasalahan minimasi kontrol optimal (3.1.2) dengan kendala (3.1.1), maka prinsip minimum Pontryagin mengatakan bahwa trayektori keadaan (state) optimal ๐ฅ โ , kontrol optimal ๐ขโ dan vektor pengali Lagrange ๐โ yang sesuai haruslah meminimalkan Hamiltonian H sedemikian sehingga i.
๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐โ ๐ก , ๐ก โค ๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ข(๐ก), ๐โ ๐ก , ๐ก , โ๐ข โ ๐, ๐ก โ ๐ก0 , ๐ก๐๐๐
dan haruslah
memenuhi kondisi ii. ฮจ๐ ๐ฅ ๐
+ ๐ป ๐ = 0, dengan ฮจ๐ ๐ฅ ๐
=
๐ฮจ ๐ฅ ๐๐ ๐ฅ=๐ฅ ๐
,
sebagai tambahan persamaan keadaan bersama ( costate ) iii.
โ๐๐ ๐ก = ๐ป๐ฅ ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐โ ๐ก , ๐ก = ๐๐ ๐ก ๐๐ฅ ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก
+ ๐ฟ๐ฅ ๐ฅ โ ๐ก , ๐ข โ ๐ก
harus
juga dipenuhi, dengan ๐ป๐ฅ ๐ฅ โ , ๐ขโ , ๐โ = ๐ฟ๐ฅ ๐ฅ โ , ๐ข โ =
118
๐๐ป ๐๐ฅ1
๐๐ฟ ๐๐ฅ1
โฆ ๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ ,๐=๐ โ
โฆ ๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ
๐๐ฟ ๐๐ฅ๐
๐๐ป ๐๐ฅ๐
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ ,๐=๐ โ
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐๐1 ๐๐ฅ1 โ
๐๐ฅ ๐ฅ , ๐ข
โ
=
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ
โฎ ๐๐๐ ๐๐ฅ1
๐๐1 ๐๐ฅ๐
โฆ โฑ
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ
Volume 2
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ
โฎ
๐๐๐ โฆ ๐๐ฅ๐
๐ฅ=๐ฅ โ ,๐ข=๐ข โ ๐๐ป
Jika waktu akhir / final ๐ฅ(๐) tidak diketahui nilainya secara pasti ( ๐๐ก โ 0) maka haruslah berlaku iv.
๐๐ ๐ = ฮจ๐ฅ ๐ฅ ๐ .
Keempat kondisi di atas merupakan syarat perlu untuk adanya kontrol optimal, tetapi syarat ke empat hanya digunakan ketika sistem tidak memiliki ๐ฅ ๐ . Jika ๐ฅ ๐ nilainya diketahui pasti (fixed) maka kondisi ke empat bukanlah kondisi perlu untuk adanya kontrol optimal.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Model SIR dengan Laju Insidensi Jenuh Termodifikasi Dalam subbab ini akan diformulasikan model SIR dengan beberapa asumsi tambahan baru, dinama berdasarkan modelSIR tersebut akan dianalisa eksistensi dan karakterisasi kontrol optimal tindakan vaksinasi. Model SIR yang digunakan adalah model SIR berdasarkan model SIR yang ditulis oleh Laarabi, dkk. 3 , tetapi dengan modifikasi pada angka kematian alami pada tiap kelas. Jika model SIR dalam 3 digunakan laju kematian alami yang pasti sama pada tiap kelas, maka pada model di paper ini digunakan laju kematian alami yang memungkinkan berbeda pada tiap kelas individu. Model SIR tersebut menggunakan laju insidensi jenuh yang menggunakan dua faktor insidensi jenuh. Berikut ini model SIR selengkapnya yang disajikan dalam sistem persamaan diferensial autonomos
๐ =๐ดโ ๐ผ=
๐ฝ๐๐ผ โ ๐1 ๐ 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ
๐ฝ๐๐ผ โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ ๐ผ 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ
(4.1.1)
๐
= ๐พ๐ผ โ ๐3 ๐
๐ =๐+๐ผ+๐
dengan syarat awal ๐ 0 = ๐0 โฅ 0, ๐ผ 0 = ๐ผ0 โฅ 0, ๐
0 = ๐
0 โฅ 0. Dalam model SIR tersebut di atas konstanta A adalah angka masukan (recruitment) populasi, ๐ฝ adalah angka kontak (transmisi), ๐1 , ๐2 , ๐3 masing โ masing adalah angka kematian alami individu pada kelas rentan (S), kelas terinfeksi (I) dan kelas sembuh (R), sedangkan ๐ฟ adalah angka kematian akibat pengaruh penyakit, kemudian yang terakhir adalah konstanta ๐พ adalah angka kesembuhan dari individu โ individu yang terinfeksi. Makalah Pendamping: Matematika 1
119
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
4.2. Formulasi Model dengan Kontol Optimal Vaksinasi Teknik kontrol optimal adalah cara yang banyak digunakan dalam hal mengembangkan strategi untuk mengontrol berbagai jenis penyakit. Salah satu strategi tersebut adalah strategi vaksinasi yang optimal. Tujuan utama dari strategi tersebut adalah untuk mengurangi jumlah individu rentan dan individu terinfeksi penyakit serta meningkatkan jumlah individu yang sembuh. Guna merumuskan permasalahan kontrol optimal maka akan dibutuhkan variabel kontrol ๐ข ๐ก โ ๐๐๐๐๐ก๐๐๐ yang merupakan persentase dari individu โ individu yang telah tervaksinasi per satuan waktu. Kemudian ๐๐๐๐๐ก๐๐๐ didefinisikan dalam bentuk himpunan admissible control ( lihat 1 ) sebagai berikut : ๐๐๐๐๐ก๐๐๐ = ๐ข ๐ข ๐ก terukur, 0 โค ๐ข ๐ก โค ๐ข๐๐๐ฅ < โ, ๐ก โ 0, ๐ก๐๐๐
(4.2.1)
Dalam tulisan ini diasumsikan adanya penyederhanaan pada variable kontrol yaitu 0 โค ๐ข(๐ก) โค ๐ข๐๐๐ฅ 7 . Hal tersebut menurut Laarabi, dkk. 3 . Dikarenakan tidak mungkin untuk melakukan vaksinasi untuk semua individu yang masuk kelas rentan penyakit dalam satu waktu. Kemudian arti fisik dari variabel kontrol dalam masalah ini adalah jika jumlah individu rentan dan terinfeksi mencapai level yang redah, maka jumlah individu sembuh akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka tujuan dari permasalahan optimasi yang akan dibentuk adalah menimalkan jumlah individu rentan dan terinfeksi untuk meningkatkan jumlah individu sembuh. Setelah menentukan formulasi model SIR di atas, maka selanjutnya akan ditentukan permasalahan optimasi dengan melibatkan model SIR dengan laju insidensi jenuh sebagai kendala dan kontrol optimal vaksinasi sebagai fungsi tujuan untuk meminimalkan jumlah individu terinfeksi dan juga individu rentan yang kemudian memaksimalkan jumlah individu sembuh, yang dalam hal ini individu yang tervaksinasi akan langsung masuk ke dalam kelas sembuh. Kontrol optimal yang digunakan dalam paper ini menggunakan kontrol optimal yang digunakan oleh Laarabi, dkk. 3 . Berikut permasalahan optimasi selengkapnya.
Meminimalkan ๐ก ๐๐๐
๐ฝ ๐ข = 0
1 ๐ด1 ๐ ๐ก + ๐ด2 ๐ผ ๐ก + ๐๐ข2 ๐ก ๐๐ก 2
(4.2.2)
dengan kendala
๐(๐ก) = ๐ด โ ๐1 + ๐ข ๐ก ๐(๐ก) โ
120
๐ฝ๐ ๐ก ๐ผ(๐ก) 1 + ๐ผ1 ๐(๐ก) + ๐ผ2 ๐ผ(๐ก)
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ผ(๐ก) =
Volume 2
๐ฝ๐ ๐ก ๐ผ(๐ก) โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ ๐ผ(๐ก) 1 + ๐ผ1 ๐(๐ก) + ๐ผ2 ๐ผ(๐ก)
(4.2.3)
๐
(๐ก) = ๐พ๐ผ ๐ก โ ๐3 ๐
๐ก + ๐ข ๐ก ๐(๐ก) dan dengan syarat awal ๐ 0 = ๐0 โฅ 0, ๐ผ 0 = ๐ผ0 โฅ 0, ๐
0 = ๐
0 โฅ 0. Dalam Persamaan fungsi tujuan (4.2.2) suku ๐(๐ก) dan ๐ผ ๐ก merepresentasikan hasil capaian ๐(๐ก) dan ๐ผ(๐ก) yang ingin dikurangi, kemudian konstanta โ konstanta positif
๐ด1 dan ๐ด2 masing โ masing
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan besar ๐(๐ก) dan ๐ผ ๐ก . Dalam banyak kontrol optimal yang terjadi membutuhkan biaya, tetapi dalam hal ini kita tidak mempunyai data yang cukup untuk menentukan biaya secara pasti yang berhubungan dengan kontrol vaksinasi, oleh karena itu dalam tulisan ini difokuskan dalam hal penggunaan โ biaya relatif โ (relative cost) untuk kontrol. Dalam Persamaan (4.2.1) digunakan suku kuadrat
1 ๐๐ข2 , 2
dimana konstanta ๐ adalah
angka beban yang berkaitan dengan kontrol ๐ข(๐ก) dan dalam hal ini kontrol kuadrat mencerminkan tingkat keparahan efek samping dari vaksinasi (Joshi, 2 , dalam Laarabi, dkk. 3 .)
4.3. Eksistensi Penyelesaian Dalam subbab ini akan dianalisa eksistensi penyelesaian dari Sistem (4.2.3). Pertama, Sistem (4.2.3) akan ditulis dalam sistem nonlinear dengan koefisien terbatas adalah : ๐๐ก = ๐ต๐ + ๐น ๐ ๐
(๐ก) ๐ ;
dengan ๐ = ๐ ๐ก ๐ผ ๐ก
๐ต=
(4.3.1)
โ ๐1 + ๐ข ๐ก 0 ๐ข ๐ก
0 โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ ๐พ
0 0 , โ๐3
๐ฝ๐ ๐ก ๐ผ(๐ก) 1 + ๐ผ1 ๐(๐ก) + ๐ผ2 ๐ผ(๐ก) ๐ฝ๐ ๐ก ๐ผ(๐ก) 1 + ๐ผ1 ๐(๐ก) + ๐ผ2 ๐ผ(๐ก) 0
๐ดโ ๐น ๐ =
dan ๐๐ก adalah turunan dari ๐ terhadap waktu t . Kemudian dibentuk operator D dengan definisi sebagai berikut ๐ท ๐ = ๐ต๐ + ๐น ๐ Diambil sebarang ๐1 dan ๐2 anggota himpunan penyelesaian dari Sistem kemudian
๐น ๐1 โ ๐น ๐2
= 2๐ฝ = 2๐ฝ
๐2 ๐ผ2 1 + ๐ผ1 ๐1 + ๐ผ2 ๐ผ1 โ ๐1 ๐ผ1 1 + ๐ผ1 ๐2 + ๐ผ2 ๐ผ2 1 + ๐ผ1 ๐1 + ๐ผ2 ๐ผ1 1 + ๐ผ1 ๐2 + ๐ผ2 ๐ผ2
๐2 ๐ผ2 1 + ๐ผ1 ๐1 + ๐ผ2 ๐ผ1 โ ๐1 ๐ผ1 1 + ๐ผ1 ๐2 + ๐ผ2 ๐ผ2 1 + ๐ผ1 ๐1 + ๐ผ2 ๐ผ1 1 + ๐ผ1 ๐2 + ๐ผ2 ๐ผ2
Makalah Pendamping: Matematika 1
121
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
โค 2๐ฝ ๐2 ๐ผ2 1 + ๐ผ1 ๐1 + ๐ผ2 ๐ผ1 โ ๐1 ๐ผ1 1 + ๐ผ1 ๐2 + ๐ผ2 ๐ผ2 โค 2๐ฝ ๐2 ๐ผ2 + ๐ผ1 ๐1 ๐2 ๐ผ2 + ๐ผ2 ๐ผ1 ๐2 ๐ผ2 โ ๐1 ๐ผ1 โ ๐ผ1 ๐2 ๐1 ๐ผ1 โ ๐1 ๐ผ1 ๐ผ2 ๐ผ2 โค 2๐ฝ ๐ผ1 ๐1 ๐2 ๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ2 ๐ผ1 ๐ผ2 ๐2 โ ๐1 + ๐2 ๐ผ2 โ ๐1 ๐ผ1 โค 2๐ฝ ๐ผ1 ๐1 ๐2 ๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ2 ๐ผ1 ๐ผ2 ๐2 โ ๐1 + ๐2 ๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ1 ๐2 โ ๐1 โค 2๐ฝ ๐ผ1 ๐1 ๐2 ๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ2 ๐ผ1 ๐ผ2 ๐2 โ ๐1 + ๐2 ๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ1 ๐2 โ ๐1
โค 2๐ฝ ๐ผ1 +
๐ด ๐1
๐ด ๐1
2
๐ผ2 โ ๐ผ1 + ๐ผ2
๐2 โ ๐1
๐ด ๐1
2
๐2 โ ๐1 +
๐ด ๐1
๐ผ2 โ ๐ผ1
โโ
โค ๐ ๐2 โ ๐1 + ๐ผ2 โ ๐ผ1 dengan ๐ = 2๐ฝmax ๐ผ1
๐ด 2 ๐1
(โ)
+
๐ด ๐1
, ๐ผ2
(4.3.2) ๐ด 2 ๐1
+
๐ด ๐1
.
Dalam pertidaksamaan (4.3.2), berdasarkan (*) apabila dicari penyelesaian untuk dinamika S sebelum dikurangi dengan suku insidensi dan penyelesaian tersebut diambil untuk ๐ก โ โ maka akan diperoleh kesimpulan bahwa jumlah individu S terbatas pada individu I juga pasti tidak akan lebih dari
๐ด . ๐1
๐ด , ๐1
lebih lanjut jumlah
Berdasarkan Pertidaksamaan (4.3.2) akan
didapatkan hubungan : ๐ท ๐1 โ ๐ท ๐2 dengan
๐พ = max ๐, ๐ต
< โ.
โค ๐พ ๐1 โ ๐2
(4.3.3)
Berdasarkan Pertidaksamaan (4.3.3) D adalah kontinu
Lipschitz seragam, lebih lanjut ditambah dengan definisi dari kontrol ๐ข(๐ก) serta pembatasan pada ๐ ๐ก , ๐ผ ๐ก , ๐
๐ก โฅ 0, maka dapat kita simpulkan bahwa penyelesaian dari Sistem (4.3.1) ada.
4.4. Eksistensi Kontrol yang Optimal Setelah memuktikan eksistensi penyelesaian dari Sistem (4.3.2), selanjutnya akan dibuktikan eksistensi dari kontrol optimal. Sebelumnya akan ditentukan terlebih dahulu Lagrangian dan Hamiltonian dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3). Langrangian dari permasalahan optimasi tersebut adalah 1 ๐ฟ ๐, ๐ผ, ๐ข = ๐ด1 ๐ ๐ก + ๐ด2 ๐ผ ๐ก + ๐๐ข2 ๐ก 2
122
(4.4.1)
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Selanjutnya untuk mencari nilai minimum dari Lagrangian (4.4.1) maka dibentuklah Hamiltonian H untuk permasalahan kontrol optimal. Hamiltonial dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) adalah ๐ป ๐ฅ ๐ก ,๐ข ๐ก ,๐ ๐ก ,๐ก = ๐ ๐ฅ ๐ก ,๐ข ๐ก ,๐ก + ๐ ๐ก ๐ ๐ฅ ๐ก ,๐ข ๐ก ,๐ก
(4.4.2)
dengan ๐ ๐ก, ๐ฅ ๐ก , ๐ข(๐ก) adalah integran fungsi tujuan, ๐(๐ก) adjoint dan ๐ ๐ก, ๐ฅ ๐ก , ๐ข ๐ก
adalah
ruas kanan dari sistem persamaan diferensial biasa yang sebagai model S I R. Bentuk (4.4.2) apabila disesuaikan dengan model yang telah terformulasikan maka dapat ditulis sebagai ๐ป ๐, ๐ผ, ๐
, ๐ข, ๐1 , ๐2 , ๐3 , ๐ก = ๐ฟ ๐, ๐ผ, ๐ข + ๐1
๐๐(๐ก) ๐๐ผ(๐ก) ๐๐
(๐ก) + ๐2 + ๐3 ๐๐ก ๐๐ก ๐๐ก
(4.4.3)
dalam hal ini ๐1 , ๐2 dan ๐3 adalah fungsi-fungsi adjoint yang sesuai. Untuk penjaminan adanya kontrol optimal dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3), akan dijelaskan lewat teorema berikut : Teorema 4.4.1.Terdapat suatu kontrol optimal ๐ขโ ๐ก sedemikian sehingga ๐ฝ ๐ขโ ๐ก
= ๐๐๐ ๐ฝ ๐ข(๐ก) ๐ขโ๐
dengan kendala Sistem (4.2.3) dengan syarat awal.
Bukti :
Variabel kontrol dan variabel keadaan (state variable) dari sistem semuanya bernilai tak negatif. Kemudian suku ๐ข(๐ก) pada fungsional fungsi tujuan bersifat konvek yang merupakan syarat perlu untuk masalah minimasi. Berdasarkan definisi dari ruang kontrol sendiri maka ruang kontrol (4.2.1) juga konvek dan tertutup. Karena sistem optimal (4.2.3) terbatas maka juga memenuhi sifat kekompakan yang diperlukan untuk eksistensi kontrol yang optimal. Selain itu 1
integran dalam fungsional (4.2.2) , ๐ด1 ๐ ๐ก + ๐ด2 ๐ผ ๐ก + 2 ๐๐ข2 ๐ก juga konveks pada suku kontrol ๐ข(๐ก). Kemudian dapat dengan dibuktikan bahwa terdapat konstanta ๐ > 1, bilangan positif ๐1 dan ๐2 sedemikian sehingga ๐ฝ ๐ข(๐ก) โฅ ๐2 + ๐1 ๐ข
2
๐
2.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kontrol optimal untuk permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3).
4.5.
Q.E.D.
Karakterisasi dan Penentuan Kontrol yang Optimal
Eksistensi adanya kontrol yang optimal dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) telah dibuktikan
pada subbab sebelumnya, kemudian untuk menentukan kontrol yang optimal
Makalah Pendamping: Matematika 1
123
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
tersebut akan digunakan prinsip minimum Pontryagin ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก
pada Hamiltonian (4.4.2). Jika
adalah solusi optimal dari permasalahan optimasi kontrol optimal, maka terdapat yang memenuhi persamaan โ
fungsi vektor nontrivial ๐ ๐ก = ๐1 ๐ก , ๐2 ๐ก , โฆ , ๐๐ ๐ก ๐ก persamaan berikut :
๐ฅโฒ ๐ก =
๐๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐ ๐ก , ๐ก ๐๐
4.5.1
๐๐ป ๐ฅ โ ๐ก , ๐ขโ ๐ก , ๐ ๐ก , ๐ก ๐๐ข โ โ ๐๐ป ๐ฅ ๐ก , ๐ข ๐ก , ๐ ๐ก , ๐ก ๐โฒ ๐ก = โ ๐๐ฅ 0=
4.5.2 (4.5.3)
Berdasarkan sifat dari ruang kontrol ๐ขโ ๐ก = 0, ๐ขโ ๐ก โ 0, ๐ข๐๐๐ฅ ๐ขโ ๐ก = ๐ข๐๐๐ฅ ,
๐๐ป <0 ๐๐ข ๐๐ป , jika =0 ๐๐ข ๐๐ป jika >0 ๐๐ข jika
4.5.4 dan hasil dalam Persamaan (4.5.2) maka ๐ขโ ๐ก โ 0, ๐ข๐๐๐ฅ . Teorema 4.5.1.Jika ๐ โ ๐ก , ๐ผ โ ๐ก dan ๐
โ (๐ก) adalah keadaan optimal yang berhubungan dengan variabel kontrol yang optimal ๐ขโ ๐ก dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3),
maka
terdapat variabel adjoint ( pengali Lagrange) ๐1 , ๐2 dan ๐3 yang sesuai dan memenuhi ๐๐1 ๐ก = โ๐ด1 + ๐1 ๐ก ๐1 + ๐ข ๐ก + ๐1 โ ๐2 ๐ก ๐1 โ ๐3 ๐ก ๐ข ๐ก , ๐๐ก ๐๐2 = โ๐ด2 + ๐1 ๐ก ๐2 โ ๐2 ๐ก ๐2 โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ โ ๐3 ๐ก ๐พ, ๐๐ก ๐๐3 ๐ก = ๐3 ๐ก ๐3 , ๐๐ก dengan ๐1 =
๐ฝ๐ผ 1 + ๐ผ2 ๐ผ , 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ 2
๐2 =
๐ฝ๐ 1 + ๐ผ2 ๐ 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ
2
,
dan kondisi transversal ๐๐ ๐ก๐๐๐ = 0,
๐ = 1,2,3.
Lebih lanjut, kontrol optimal ๐ขโ ๐ก yang diberikan untuk
124
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ขโ ๐ก = ๐๐๐ฅ ๐๐๐
Volume 2
๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก , ๐ข๐๐๐ฅ , 0 . ๐
Bukti Akan digunakan persamaan Hamiltonian (4.4.3) untuk membuktikan persamaan โ persamaan adjoint dan kondisi transversal. Jika diambil ๐ ๐ก = ๐ โ ๐ก , ๐ผ ๐ก = ๐ผ โ ๐ก , ๐
๐ก = ๐
โ ๐ก dan kemudian melakukan diferensiasi terhadap Hamiltonian H terhadap S, I dan R, serta berdasarkan syarat perlu ( syarat iii ) untuk prinsip minimum Pontryagin maka akan didapat ๐๐1 ๐ก ๐๐ป =โ = โ๐ด1 + ๐1 ๐ก ๐1 + ๐ข ๐ก + ๐1 โ ๐2 ๐ก ๐1 โ ๐3 ๐ก ๐ข ๐ก ๐๐ก ๐๐ ๐๐2 ๐ก ๐๐ป =โ = โ๐ด2 + ๐1 ๐ก ๐2 โ ๐2 ๐ก ๐2 โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ โ ๐3 ๐ก ๐พ ๐๐ก ๐๐ผ ๐๐3 ๐ก ๐๐ป =โ = ๐3 ๐ก ๐3 ๐๐ก ๐๐
dengan ๐1 =
๐ฝ๐ผ 1 + ๐ผ2 ๐ผ , 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ 2
๐2 =
๐ฝ๐ 1 + ๐ผ2 ๐ 1 + ๐ผ1 ๐ + ๐ผ2 ๐ผ
2
Selanjutnya dengan menggunakan kondisi optimal untuk Hamiltonian, maka akan didapat hubungan ๐๐ป =0 ๐๐ข ๐๐ป โ = ๐๐ขโ ๐ก โ ๐1 ๐ก ๐ โ + ๐3 ๐ก ๐ โ ๐ก = 0, ๐๐ข
di ๐ข = ๐ขโ ๐ก ,
dan dihasilkan ๐ขโ ๐ก =
๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก . ๐
Kemudian jika menggunakan sifat dari ruang kontrol, akan didapatkan hubungan ๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก โค0 ๐ ๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก ๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก ๐ขโ ๐ก = , jika 0 < < ๐ข๐๐๐ฅ ๐ ๐ ๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก ๐ขโ ๐ก = ๐ข๐๐๐ฅ , jika >0 ๐ ๐ขโ ๐ก = 0,
jika
Jadi, kontrol yang optimal dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) dapat dikarakterisasi sebagai
Makalah Pendamping: Matematika 1
125
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ขโ ๐ก = ๐๐๐ฅ ๐๐๐
๐1 ๐ก โ ๐3 ๐ โ ๐ก , ๐ข๐๐๐ฅ , 0 . ๐ Q.E.D.
Suatu sistem yang optimal dari permasalahan optimasi kontrol otpimal terdiri atas keadaan dari sistem ( state sytem ) yang berpasangan dengan adjoint dari sistem ( vektor pengali Lagrange ) dengan kondisi awal dan kondisi transversal bersama beserta karakterisasi dari kontrol optimal tersebut. Berdasarkan karakterisasi dari kontrol optimal yang telah dijelaskan dalam Teorema (4.5.1) maka didapat sistem optimal dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) ๐ โ = ๐ด โ ๐1 + ๐ขโ ๐ โ โ
๐ฝ๐ โ ๐ผ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ
๐ฝ๐ โ ๐ผ โ ๐ผ = โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ ๐ผ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ โ
๐
โ = ๐พ๐ผ โ โ ๐3 ๐
โ + ๐ขโ ๐ โ ๐1 = โ๐ด1 + ๐1 ๐1 + ๐ขโ + ๐2 = โ๐ด2 + ๐1
๐ฝ๐ผ โ 1 + ๐ผ2 ๐ผ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ
๐ฝ๐ โ 1 + ๐ผ2 ๐ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ
โ ๐2 2
2
โ ๐2
๐ฝ๐ผ โ 1 + ๐ผ2 ๐ผ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ
๐ฝ๐ โ 1 + ๐ผ2 ๐ โ 1 + ๐ผ1 ๐ โ + ๐ผ2 ๐ผ โ
2
2
โ ๐3 ๐ข โ
โ ๐ฟ + ๐2 + ๐พ
โ ๐3 ๐พ
๐3 = ๐3 ๐3 4.5.5
5.
PENUTUP
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan terdapat suatu kontrol optimal untuk permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) menentukannya digunakan prinsip-prinsip minimum Pontryagin
dan untuk
pada Hamiltonian
yang
terbentuk. Dengan ditemukannya kontrol optimal tersebut, maka juga ditemukan keadaan sistem persamaan diferensial ( model S I R ) dan vektor pengali Langrange yang sesuai untuk terpenuhinya fungsi tujuan yang minimum yaitu meminimumkan jumlah individu rentan dan terifeksi sehingga otomatis akan memaksimumkan jumlah individu yang sembuh, selain itu juga meminimukan biaya ( cost ) relatif dari tindakan vaksinasi, sehingga pada akhirnya akan ditemukan sistem yang optimal dari permasalahan optimasi (4.2.2) โ (4.2.3) yaitu Sistem (4.5.5)
6.DAFTAR PUSTAKA 1 Chachuat, B., Optimal Control Lecture 17-18 : Problem Formulation, Department of Chemical Engineering, McMaster University, (2009)., diakses pada 12 september 2013. 2
Joshi, H.R., โ Optimal Control of An HIV Immunology Model โ, Optim. Control Appl. Methods, 23, pp. 199 โ 213, (2002).
126
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
3 Laarabi, H.,Labriji, E.H.,Rachik, M.,Kaddar, A.,โOptimal Control of An Epidemic Model with A Saturated Incidence Rateโ, Nonlinear Analysis : Modelling and Control, Vol.17, No.4, pp. 448 โ 459, (2012). 4
Luenberger, D.G., Optimization by Vector Space Methods, John Wiley and Sons, Inc., USA, (1969)
5
Setiawan, R., Widodo, Aryati, L.,โ Stability Analysis of Delayed S I R Epidemic Model With Saturated Incidenceโ, Presented on International Conference on Algebra (ICA) UGM Yogyakarta,Yogyakarta, Indonesia, (2010).
6
Zhang, J-Z. ; Jin,Z. ; Liu, Q โX. ; dan Zhang, Z-Y., Analysis of a Delayed SIR Model with Nonlinear Incidence , Discrete Dynamics in Nature and Society, Hindawi Publishing Corporation , Vol. 2008, Article ID 636153, (2008).
7 -------, Pontryaginโs Minimum Principle, Wikipedia the free encyclopedia, diakses di http://en.wikipedia.org/wiki/Pontryaginโs_minimum_principle 29 September 2013.
Makalah Pendamping: Matematika 1
127
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
ANALISIS KAPASITAS MAKSIMUM LINTASAN DENGAN PENDEKATAN ALJABAR MAX-MIN M. Andy Rudhito1) 1) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Kampus III USD Paingan Maguwoharjo Yogyakarta, e-mail:
[email protected] Abstract Artikel ini membahas suatu metode analisis kapasitas maksimum lintasan dalam suatu jaringan dengan menggunakan pendekatan aljabar max-min. Pembahasan merupakan hasil kajian teoritis yang didasarkan literatur dan suatu perhitungan menggunakan program MATLAB. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa jaringan yang memuat kapasitas, dapat dimodelkan sebagai graf berarah terbobot, di mana bobotnya adalah kapasitas dalam jaringan. Graf berarah terbobot di atas dapat dinyatakan dalam matriks atas aljabar maxmin. Dengan menggunakan operasi perpangkatan max-min untuk matriks di atas, dapat ditentukan kapasitas maksimum lintasan antara dua buah titik dalam jaringan. Selanjutnya diberikan program MATLAB untuk menghitung perpangkatan matriks atas aljabar maxmin yang dapat digunakan untuk membantu menentukan kapasitas maksimum lintasan dalam jaringan tersebut.. Keywords:aljabar max-min, matriks, lintasan, kapasitas maksimum.
PENDAHULUAN Aljabar max-plus (himpunan R๏{๏ญ๏ฅ}, dengan R adalah himpunan semua bilangan real, yang dilengkapi dengan operasi maximum dan penjumlahan) telah digunakan untuk memodelkan dan menganalisis sistem produksi sederhana, dengan fokus analisa pada masalah input-output sistem (Baccelli et.al, 2001 dan Rudhito, 2003). Pemodelan dan analisis sifat-sifat suatu jaringan antrian juga telah dilakukan dengan pendekatan aljabar max-plus, seperti dalam Krivulin (2000) dan Rudhito (2011). Penerapan aljabar max-plus pada masalah analisis lintasan kritis juga telah dibahas dalam Rudhito (2010). Pemodelan dan analisa suatu jaringan dengan pendekatan aljabar max-plus ini dapat memberikan hasil analitis dan lebih mudah pada komputasinya. Selain aljabar max-plus, dalam Baccelli et.al. (2001), Gondran and Minoux (2008) dan John and George (2010) telah disinggung beberapa varian aljabar yang serupa dengan aljabar max-plus, seperti aljabar min-plus (dengan operasi minimum dan penjumlahan) dan aljabar max-min (dengan operasi maximum dan minimum). Diberikan pula dalam referensi di atas, beberapa gambaran singkat mengenai ilustrasi penerapannya yang terkait dengan masalahmasalah dalam teori graf, seperti masalah lintasan terpendek dan masalah kapasitas maksimum suatu lintasan dalam jaringan. Seperti halnya dalam aljabar max-plus, dengan pendekatan aljabar yang serupa diharapkan masalah-masalah yang terkait dapat dimodelkan dan perhitungan-perhitungan masalah-masalah yang terkait dapat dilakukan secara lebih analitis. Makalah ini akan membahas analisis penentuan kapasitas maksimum suatu lintasan dalam jaringan dengan menggunakan pendekatan aljabar max-min. Untuk memudahkan dalam 128
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
perhitungan numeriknya, akan disusun pula suatu program komputer dengan menggunakan MATLAB. Dari hasil pembahasan makalah ini diharapkan sebagai langkah awal untuk ke masalah berikutnya yang lebih kompleks, seperti menentukan aliran (flow) maksimum dalam suatu jaringan.
ALJABAR MAX-MIN DAN MATRIKS Dalam bagian ini dibahas konsep-konsep dasar aljabar max-min dan matriks atas aljabar max-min. Pembahasan lebih lengkap dapat dilihat pada Rudhito (20011), Rudhito (2013a) dan Rudhito (2013b). ๏ซ
๏ซ
Diberikan R ๏ฅ๏ซ := R ๏{๏ฅ} dengan R adalah himpunan semua bilangan real nonnegatip dan ๏ฅ : = +๏ฅ. Pada R ๏ฅ๏ซ didefinisikan operasi berikut: ๏ขa,b ๏ R ๏ฅ๏ซ , a๏
b := max(a, b) dana๏b : = min(a, b) . Dapat ditunjukkan bahwa ( R ๏ฅ๏ซ , ๏
, ๏) merupakan semiring idempoten komutatif dengan elemen netral 0 = 0 dan elemen satuan ๏ฅ= +๏ฅ. Kemudian ( R ๏ฅ๏ซ , ๏
, ๏) disebut dengan aljabar max-min, yang selanjutnya cukup dituliskan dengan R ๏ฅ๏ซ . Dalam hal urutan pengoperasian (jika tanda kurang tidak dituliskan), operasi๏mempunyai prioritas yang lebih tinggi dari pada operasi๏
. Karena ( R ๏ฅ๏ซ , ๏
) merupakan semigrup komutatif idempoten, maka relasiโ ๏ฐ m โ yang didefinisikan pada R ๏ฅ๏ซ denganx ๏ฐ m y๏x๏
y = y merupakan urutan parsial pada R ๏ฅ๏ซ .Lebih lanjut relasi ini merupakan urutan total pada R ๏ฅ๏ซ . Karena R ๏ฅ๏ซ merupakan semiring idempoten, maka operasi ๏
dan ๏konsisten terhadap urutan ๏ฐ m , yaitu ๏ขa, b, c ๏ R ๏ฅ๏ซ , jika a ๏ฐ m b , maka a๏
c
๏ฐ m b๏
c, dan a๏c ๏ฐ m b ๏c. Aljabar max-min R ๏ฅ๏ซ tidak memuat pembagi nol yaitu ๏ข x, y ๏ R ๏ฅ๏ซ berlaku: jika x ๏y = min(x, y) = 0,maka x =0atau y = 0. Operasi ๏
dan ๏ pada R ๏ฅ๏ซ dapat diperluas untuk operasi-operasi matriks dalam R๏ฅ๏ซ m๏ด n : = {A = (Aij)๏ฝAij๏ R ๏ฅ๏ซ , untuk i = 1, 2, ..., m dan j = 1, 2, ..., n}. Untuk ๏ก๏ R ๏ฅ๏ซ , dan A, B๏ R ๏ฅ๏ซ m๏ด n didefinisikan ๏ก๏A, dengan (๏ก๏A)ij = ๏ก๏Aij dan A๏
B, dengan (A๏
B)ij = Aij๏
Bij untuk i
= 1, 2, ..., m dan j = 1, 2, ..., n. Untuk
A๏ R๏ฅ๏ซ m๏ด p , B๏ R ๏ฅ๏ซ p๏ด n didefinisikan A๏B, dengan
p
(A๏B)ij =
Aik ๏ Bkj . Matriks A, B๏ R ๏
k ๏ฝ1
๏ซ m๏ด n
๏ฅ
dikatakan samajikaAij = Bijuntuk setiapidanj.
Didefinisikan matriks matriks O๏ R๏ฅ๏ซ m๏ด n , di mana (O)ij := 0, untuk setiap i dan j, dan matriks
๏ฌ๏ฅ , jika i ๏ฝ j . Dapat ditunjukkan bahwa ( R ๏ฅ๏ซ n๏ดn , ๏
, ๏) 0 , jika i ๏น j ๏ฎ
E ๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ดn , di mana (E )ij := ๏ญ
merupakan semiring idempoten dengan elemen netral matriks O dan elemen satuan matriks E.
Makalah Pendamping: Matematika 1
129
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Sedangkan R๏ฅ๏ซ m๏ด n merupakan semimodul atas R ๏ฅ๏ซ . Pangkat k darimatriks A๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ดn dalam 0
k
aljabar max-plus didefinisikan dengan: A๏ = En dan A๏ = A๏ A๏
k ๏ญ1
untuk k = 1, 2, ... .
Contoh 1.
๏ฉ 1 2 ๏น ๏ฉ0 5 ๏น ๏บ ๏
๏ช ๏บ= ๏ซ๏ฅ 3๏ป ๏ซ1 7๏ป
i) ๏ช
๏ฉ1 ๏
0 2 ๏
5๏น ๏ช๏ฅ ๏
1 3 ๏
7 ๏บ = ๏ซ ๏ป
๏ฉmax ๏จ1, 0๏ฉ max ๏จ2, 5๏ฉ๏น ๏ช max ๏จ๏ฅ , 1๏ฉ max ๏จ3, 7 ๏ฉ๏บ = ๏ซ ๏ป
๏ฉ1 5๏น ๏ช๏ฅ 7๏บ . ๏ซ ๏ป
๏ฉ๏ฅ 1 ๏น ๏ฉ1 0 8 ๏น ๏ช ๏บ = ๏ฉ1 ๏ ๏ฅ ๏
0 ๏ 6 ๏
8 ๏ 2 1 ๏1 ๏
0 ๏ 0 ๏
8 ๏ 4 ๏น 6 0 ii) ๏ช ๏ ๏บ ๏ช ๏บ ๏บ ๏ช ๏ซ๏ฅ 3 2๏ป ๏ช 2 4๏บ ๏ซ๏ฅ ๏ ๏ฅ ๏
3 ๏ 6 ๏
2 ๏ 2 ๏ฅ ๏1 ๏
3 ๏ 0 ๏
2 ๏ 4๏ป ๏ซ ๏ป
๏ฉ max ๏จ1, 0, 2๏ฉ max ๏จ1, 0, 4๏ฉ๏น ๏บ= ๏ซmax ๏จ๏ฅ , 3, 2๏ฉ max ๏จ1, 0, 2๏ฉ๏ป
= ๏ช
๏ฉ 2 4๏น ๏ช 3 2๏บ . ๏ซ ๏ป
ANALISIS KAPASITAS MAKSIMUM LINTASAN Konsep-konsep dalam aljabar max-plus sangat terkait dengan konsep-konsep dalam teori graf. Untuk itu dalam bagian ini akan diawali dengan meninjau kembali beberapa konsep dalam teori graf. Suatu graf berarah G didefinisikan sebagai suatu pasangan G = (V, A) dengan V adalah suatu himpunan berhingga tak kosong yang anggotanya disebut titik dan A adalah suatu himpunan pasangan terurut titik-titik. Anggota A disebut busur. Suatu lintasan dalam graf berarah G adalah suatu barisan berhingga busur (i1, i2), (i2, i3), ... , (il๏ญ1, il) dengan (ik, ik+1) ๏ A untuk suatu l ๏N(= himpunan semua bilangan asli) dank = 1, 2, ..., l ๏ญ 1. Suatu lintasan disebut sirkuit jika titik awal dan titik akhirnya sama. Diberikan graf berarah G = (V, A) dengan V = {1, 2, ... ,p}. Graf berarah G dikatakan berbobot jika setiap busur (j, i) ๏ A dikawankan dengan suatu bilangan real Aij. Bilangan real Aij disebut bobot busur (j, i), dilambangkan dengan w(j, i). Graf preseden dari matriks denganV = {1, 2, ... ,n} dan
A ๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ดn adalahgraf berarah berbobot G(A) = (V, A) A = {(j, i) | w(i, j) = Aij๏น 0}. Sebaliknya untuk setiap graf
n berarah berbobot G = (V, A) selalu dapat didefinisikan suatu matriks A ๏ R n๏ด max dengan Aij =
๏ฌ w( j, i) , jika ( j, i ) ๏ A , yang disebut matriks bobot graf G. ๏ญ jika ( j, i ) ๏ A . ๏ฎ๏ฅ ,
Dalam masalah lintasan kapasitas maksimum, untuk suatu
graf berarah berbobot
dengan matriks bobotnya A๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ด n , Aijadalah bilangan real nonnegatif dan merupakan kapasitasbusur (j, i), yaitu aliran maksimum yang dapat melalui busur (j, i). Diberikan A๏ k
R ๏ฅ๏ซ n๏ดn . Jika k = 0, 1, 2, 3, ..., maka unsur ke-st dari matriks A๏ adalah
130
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
k
( A ๏ ) st = =
max
1๏ฃi1 , i2 ,๏ik ๏ญ1 ๏ฃn
max
1๏ฃ i1 , i2 ,๏i k ๏ญ1 ๏ฃ n
Volume 2
(min( As , ik ๏ญ1 , ... , Ai2 , i1 , Ai1 , t )) (min( Ai1 , t , Ai2 , i1 , ... , As , ik ๏ญ1 )) , untuk setiap s, t.
Karena min( Ai1 , t , Ai2 , i1 , ... , As , ik ๏ญ1 ) adalah kapasitas lintasan dengan panjang k dengan t k
sebagai titik awal dan s sebagai titik akhirnya dalam G(A), maka ( A ๏ ) st adalah kapasitas maksimumsemua lintasan dalam G(A) dengan panjang k, dengan t sebagai titik awal dan s sebagai titik akhirnya. Jika tidak ada lintasan dengan panjang k dari t ke s, maka kapasitas bobot maksimum didefinisikan sama dengan 0. Teorema 1. DiberikanA๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ด n . ๏ขp๏ณn , A ๏
p
๏ฐ m E๏
A๏
... ๏
A๏ n๏ญ1 .
Bukti: Karena banyak titik dalam G(A) adalah n maka semua lintasan dengan panjang
p๏ณn
tersusun setidaknya oleh sebuah sirkuit, sehingga kapasitas maksimum sirkuit tersebut lebih kecil atau sama dengan kapasitas maksimum lintasan yang panjangnya kurang dari n. Akibatnya A๏
p
A๏
p
๏ฐ m A๏
... ๏
A๏ n๏ญ1 , ๏ขp ๏ณn. Karena untuk setiap A๏ R ๏ฐ m E ๏
A๏
... ๏
A๏ n๏ญ1 ,
๏ขp๏ณn.
๏ซ n๏ดn
๏ฅ
berlaku A ๏ฐ m E๏
A, maka
โ
Berdasarkan Teorema 1 di atas didefinisikan operasi bintang (*) berikut. n
Definisi 1. DiberikanA๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ดn . DidefinisikanA* : = E ๏
A๏
... ๏
A ๏ ๏
A๏ Mengingat Teorema 1 diperoleh bahwa A* : =
n ๏ซ1
E ๏
A๏
... ๏
A๏
๏
... .
n ๏ญ1
. Berdasarkan
penjelasan tentang kapasitas dan pangkat matriks di atas dapat disimpukan bahwa unsur (A*)ij merupakan kapasitas maksimum lintasan dengan ujung titik j dan pangkal titik i . Dari uraian di atas diperoleh Teorema 2 berikut, dengan bukti seperti pada uraian di atas. Teorema 2. Jika A๏ R ๏ฅ๏ซ n๏ด n merupakan matriks bobot suatu graf berarah berbobot, makaunsur (A*)ij merupakan kapasitas maksimum lintasan dengan ujung titikj dan pangkal titik i . Contoh 2. Diberikan suatu jaringan berkapasitas seperti pada Gambar 1 di bawah ini. ๏ท5 2 5
๏ท6
1๏ท 5 7
5
7
๏ท3
6
๏ท2 4
6
3 ๏ท4
๏ท7
2
Gambar 1. Suatu Jaringan Berkapasitas Makalah Pendamping: Matematika 1
131
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Matriks bobot graf berarah berbobot pada jaringan berkapasitas di atas adalah matriks A di bawah ini. Dengan menggunakan program yang disusun dengan menggunakan MATLAB seperti pada list program terlampir, dengan input matriks A tersebut, diperoleh output program matriks A* sebagai berikut.
๏ฉ0 ๏ช7 ๏ช ๏ช6 ๏ช A = ๏ช0 ๏ช0 ๏ช ๏ช0 ๏ช0 ๏ซ
0 0 0 0 0 0๏น 0 0 0 0 0 0๏บ๏บ 0 0 0 0 0 0๏บ ๏บ 4 5 0 0 0 0๏บ , A*= 0 2 5 0 0 0๏บ ๏บ 0 0 3 7 0 0๏บ 0 0 2 5 6 0๏บ๏ป
๏ฉ๏ฅ ๏ช7 ๏ช ๏ช6 ๏ช ๏ช5 ๏ช5 ๏ช ๏ช5 ๏ช5 ๏ซ
0 0 0 0 0 0๏น ๏ฅ 0 0 0 0 0 ๏บ๏บ 0 ๏ฅ 0 0 0 0๏บ ๏บ 4 5 ๏ฅ 0 0 0๏บ . 4 5 5 ๏ฅ 0 0๏บ ๏บ 4 5 5 7 ๏ฅ 0๏บ 4 5 5 6 6 ๏ฅ ๏บ๏ป
Dari matriks A* nampak bahwa kapasitas maksimum lintasan dengan titik awal titik ke-j nampak dalam unsur-unsur kolom ke-j matriks A*. Tabel berikut memberikan daftar lintasan dan kapasitas maksimumnya dengan titik awal titik 1. Untuk titik awal yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama. Tabel 1. Kapasitas Maksimum Lintasan dari Titik 1 Titik Akhir
Lintasan
Kapasitas Maksimum
2
1๏ฎ2
7
3
1๏ฎ3
6
4
1๏ฎ3๏ฎ4
5
5
1๏ฎ3๏ฎ4๏ฎ5
5
6
1๏ฎ3๏ฎ4๏ฎ5๏ฎ6
5
7
1๏ฎ3๏ฎ4๏ฎ5๏ฎ6๏ฎ7
5
PENUTUP Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwajaringan yang memuat kapasitas, dapat dimodelkan sebagai graf berarah terbobot, di mana bobotnya adalah kapasitas dalam jaringan. Graf berarah terbobot di atas dapat dinyatakan dalam matriks atas aljabar max-min. Dengan menggunakan operasi perpangkatan max-min untuk matriks di atas, dapat ditentukan kapasitas maksimum lintasan antara dua buah titik dalam jaringan. Dapat pula disusun suatu program MATLAB untuk menghitung perpangkatan matriks atas aljabar max-min yang dapat digunakan untuk membantu menentukan kapasitas maksimum lintasan dalam jaringan tersebut. Hasil pembahasan makalah ini diharapkan dapat dikembangkan untuk masalah yang lebih kompleks, seperti menentukan aliran (flow) maksimum dalam suatu jaringan, dengan terlebih dahulu menentukan lintasan dengan kapasitas maksimal secara otomatis.
DAFTAR PUSTAKA 132
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Baccelli, F., Cohen, G., Olsder, G.J. and Quadrat, J.P. 2001. Synchronization and Linearity. New York: John Wiley & Sons. John S. Baras and George Theodorakopoulos. 2010. Path Problems in Networks. Synthesis Lectures on Communication Networks. Morgan & Claypool Publishers. Gondran, M and Minoux, M. 2008. Graph, Dioids and Semirings. New York: Springer. Krivulin, N.K., Algebraic Modelling and Performance Evaluation of Acyclic Fork-Join Queueing Networks. Advances in Stochastic Simulation Methods, Statistics for Industry and Technology. Birkhauser, Boston, 63-81, 2000 Rudhito MA, 2003, Sistem Linear Max-Plus Waktu-Invariant, Tesis: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Rudhito MA, Wahyuni S, Suparwanto A, dan Susilo F. 2010.Analisis Lintasan Kritis Jaringan Proyek dengan Pendekatan Aljabar Max-Plus. Jurnal Matematika Vol 12 No. 3. pp. 128133 Rudhito, Andy. 2011. Aljabar Max-Plus Bilangan Kabur dan Penerapannya pada Masalah Penjadwalan dan Jaringan Antrian Kabur. Disertasi: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Rudhito, Andy. 2013a. Aljabar Max-Min Interval. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan , dan Penerapan MIPA, tanggal 18 Mei 2013, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta: M-97 โ M-102. Rudhito, Andy. 2013b. Matriks atas Aljabar Max-Min Interval. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains dan Matematika, tanggal 15 Juni 2013, FSM Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga: 115-121.
LAMPIRAN: List Program MATLAB untuk Menghitung A* % Program Matlab untuk menghitung A* max-min % input: A = matriks persegi atas max-min % output: Matriks A* A1 = input(' Masukkan matriks Anxn = '); [m, n]= size(A1); % Menghitung A pangkat dan A+ G1=A1; A1_plus = A1; for s=1:n-1 s+1; for i = 1: n for j = 1: n F1(i, j) = -Inf; for p = 1: n F1(i, j) = max( F1(i, j) , min(A1(i, p), G1(p, j))); end; end; end; G1 = F1; A1_plus = max(A1_plus, F1); Makalah Pendamping: Matematika 1
133
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
end; disp(' Matriks A_plus '), disp(A1_plus); % Menghitung matriks E dan A* for i = 1 : n for j = 1 : n if i == j E(i,j) = Inf; end; end; end; A1_star= max(E, A1_plus) % Menampilkan hasil A* disp(' Matriks A_star '), disp(A1_star);
134
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
BILANGAN CLIQUE GRAF NON COMMUTING DARI GRUP DIHEDRAL Muflihatun Nafisah1), Abdussakir2) 1) Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Sumbersari Gg. 3A 230 Malang, e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Perum OMA View EF 01, Malang, e-mail:
[email protected] Abstrak. Misalkan ๐บ grup tidak komutatif. Graf non commuting ฮ๐บ dari ๐บ didefinisikan sebagai graf yang himpunan titiknya bukan anggota center dari ๐บ dan dua titik saling terhubung jika dan hanya jika tidak komutatif. Dari graf sederhana yang didapatkan dari graf non commuting ฮ๐บ , orde terbesar subgraf komplit dari graf ฮ๐บ dinamakan dengan bilangan clique๐ ฮ๐บ . Pada makalah ini akan ditentukan bilangan cliquegraf non commuting pada grup dihedral ๐ท2๐ . Metode yang digunakan adalah kajian pustaka. Sedangkan analisis yang dilakukan adalah dengan melihat pola berdasarkan beberapa contoh yang selanjutnya dinyatakan sebagai teorema. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa bilangan cliquegraf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ untuk ๐ bilangan asli ganjil, dengan ๐ โฅ 3 adalah ๐ ฮ๐ท2๐ = ๐ + 1 dan bilangan cliquegraf non commuting pada grup dihedral ๐ท2๐ untuk ๐ bilangan asli genap, dengan ๐ โฅ 3 adalah ๐+2 ๐ ฮ๐ท2๐ = 2 Kata kunci:bilangan clique, graf non commuting, grup dihedral.
PENDAHULUAN Graf๐บ adalah pasangan himpunan (๐, ๐ธ) dengan ๐ adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut sebagai titik dan ๐ธ adalah himpunan (mungkin kosong) pasangan tak berurutan dari titik-titik berbeda di ๐ yang disebut sebagai sisi. Banyak unsur di ๐ disebut orde dari ๐บ dan dilambangkan dengan ๐(๐บ), dan banyak unsur di ๐ธ disebur ukuran dari ๐บ dan dilambangkan dengan ๐(๐บ) (Chartrand dan Lesniak, 1986). Jika dimisalkan ฮ merupakan graf sederhana, ukuran maksimum dari subgraf komplit dari graf ฮdisebut bilangan clique dari ฮ yang dinotasikan dengan ฯ(ฮ)(Abdollahi, dkk.. 2010). Beberapa penelitian mengenai bilangan clique suatu graf yang sudah dilakukan antara lain, Vahidi dan Talebi (2010) membahas tentang bilangan bebas, bilangan clique dan bilangan cover minimum dari graf commuting dari grup. Abdollahi, dkk. (2010) meneliti tentang bilangan clique dari graf non commuting dari suatu grup. Chelvam, dkk. (2011) meneliti tentang bilangan kromatik dan bilangan clique pada graf komuting yang diperoleh dari grup dihedral. Perkembangan teori graf juga membahas tentang graf yang dibangun dari grup. Seperti halnya yang dilakukan oleh Vahidi dan Talebi (2010) yang meneliti mengenai graf commuting dari grup, perkembangan selanjutnya yaitu misalkan ๐บ grup tidak komutatif dan ๐(๐บ) adalah center dari ๐บ. Graf non commuting ฮ๐บ adalah draf yang memiliki himpunan titik ๐บ\๐(๐บ) dan
Makalah Pendamping: Matematika 1
135
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
dua titik ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐บ\๐(๐บ) akan terhubung langsung di ฮ๐บ jika ๐ฅ๐ฆ โ ๐ฆ๐ฅ โ ๐บ (Abdollahi, dkk. (2006) dan Abdollahi, dkk. (2010)). Berdasarkan uraian di atas, meskipun Abdollahi, dkk. (2010), telah meneliti tentang bilangan clique dari graf non commuting dari suatu grup, tetapi pada penelitian itu tidak dilakukan pada grup dihedral, sehingga pada penelitian ini akan dikaji bilangan clique graf non commuting dari grup dihedral.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Graf๐บ adalah pasangan himpunan (๐, ๐ธ) dengan ๐ adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut sebagai titik dan ๐ธ adalah himpunan (mungkin kosong) pasangan tak berurutan dari titik-titik berbeda di ๐ yang disebut sebagai sisi. Banyak unsur di ๐ disebur orde dari ๐บ dan dilambangkan dengan ๐(๐บ), dan banyak unsur di ๐ธ disebur ukuran dari ๐บ dan dilambangkan dengan ๐(๐บ) (Chartrand dan Lesniak, 1986).
2.2 Grup Dihedral Grup adalah suatu struktur aljabar yang dinyatakan sebagai (๐บ,โ) dengan ๐บ himpunan tidak kosong dan โ operasi biner di ๐บ yang memenuhi sifat-sifat berikut: a.
๐ โ ๐ โ ๐ = ๐ โ (๐ โ ๐), untuk semua ๐, ๐, ๐ โ ๐บ (sifat assosiatif).
b. Ada suatu elemen ๐ di ๐บ sehingga ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ = ๐, untuk semua ๐ โ ๐บ (๐ disebut dentitas di ๐บ). c. Untuk setiap ๐ โ ๐บ ada suatu elemen ๐โ1 โ ๐บsehingga ๐ โ ๐โ1 = ๐โ1 โ ๐ = ๐ (๐โ1 disebut invers dari ๐). Sebagai tambahan, grup(๐บ,โ) disebut abelian (grup komutatif) jika ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ untuk semua ๐, ๐ โ ๐บ (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:31). Grup dihedral adalah grup dari himpunan simetri-simetri dari segi- ๐ beraturan, dinotasikan ๐ท2๐ untuk setiap ๐ bilangan bulat positif dan ๐ โฅ 3. Dalam buku lain ada yang menuliskan grup dihedral dengan ๐ท๐ . Operasi biner di ๐ท2๐ adalah operasi fungsi komposisi yang bersifat assosiatif. Berikut ini beberapa notasi dan beberapa kaidah yang dapat menyederhanakan perhitungan selanjutnya yaitu (Dummit dan Foote, 1991): a. 1, ๐, ๐ 2 , โฆ , ๐ ๐โ1 b. |๐ | = 2 c. ๐ โ ๐ ๐ untuk semua ๐ d. ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐
untuk
semua
0 โค ๐, ๐ โค ๐ โ 1
dengan
๐ โ ๐.
Jadi
๐ท2๐ = {1, ๐, ๐ 2 , โฆ , ๐ ๐โ1 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , โฆ , ๐ ๐ ๐โ1 } yaitu setiap elemen dapat dituliskan secara tunggal dalam bentuk ๐ ๐ ๐ ๐ untuk ๐ = 0 atau ๐ = 1 dan 0 โค ๐ โค ๐ โ 1. e. ๐ ๐ = ๐ โ1 ๐ 136
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
f.
Volume 2
๐ ๐ ๐ = ๐ โ๐ ๐ , untuk semua 0 โค ๐ โค ๐.
2.3 Graf Non Commuting Misalkan ๐บ grup tidak komutatif dan ๐(๐บ) adalah center dari ๐บ. Graf non commuting ฮ๐บ adalah draf yang memiliki himpunan titik ๐บ\๐(๐บ) dan dua titik ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐บ\๐(๐บ) akan terhubung langsung di ฮ๐บ jika ๐ฅ๐ฆ โ ๐ฆ๐ฅ โ ๐บ (Abdollahi, dkk.. 2006). Atau graf non commuting dari ๐บ didefinisikan sebagai graf yang himpunan titiknya adalah bukan anggota center dari ๐บ dan dua titik saling terhubung jika dan hanya jika tidak komutatif (Abdollahi, dkk.. 2010). Misalkan pada ๐ท6 diperoleh ๐ ๐ท6 = {1}, sehingga graf noncommuting dari grup ๐ท6 memiliki himpunan titik-titik ฮ๐ท6 = {๐, ๐ 2 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }. Kemudian hasil di atas digambarkan ke dalam bentuk graf non commuting sebagai berikut:
Gambar 2.1. Graf Non Commuting pada Grup ๐ซ๐ 2.4 Bilangan Clique Misal ฮ merupakan graf sederhana, ukuran maksimum dari subgraf komplit dari graf ฮdisebut bilangan clique dari ฮ yang dinotasikan dengan ฯ(ฮ)(Abdollahi, dkk.. 2010).
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yang dimulai dengan mengkaji topik berdasarkan bahan-bahan pustaka berupa buku, artikel, atau jurnal. Penelitian selanjutnya dilakukan dengan mengkaji contoh-contoh khusus (induktif) untuk menemukan suatu generalisasi yang dibuktikan secara deduktif. Adapun langkah-langkah penelitian ini secara garis besar sebagai berikut: a. Menentukan graf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ dengan ๐ = 3,4,5,6,7,8. b. Menetukan cliquegraf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ dengan ๐ = 3,4,5,6,7,8. c. Menelaah pola bilangan cliquegraf non commuting pada grup dihedral ๐ท2๐ dengan ๐ = 3,4,5,6,7,8 yang sudah ditemukan. d. Membuat konjektur berdasarkan pola yang sudah ditemukan. e. Merumuskan konjektur sebagai suatu teorema dan melengkapi dengan bukti secara deduktif. Makalah Pendamping: Matematika 1
137
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
HASIL Elemen-elemen dari grup dihedral ๐ท6 adalah {1, ๐, ๐ 2 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }. Adapun hasil operasi komposisi pada setiap elemen grup dihedral ๐ท6 dalam bentuk tabel Cayley sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Cayley ๐ซ๐
Dengan daerah warna kuning merupakan unsur-unsur yang tidak komutatif pada grup dihedral ๐ท6 . Sehingga unsur-unsur yang tidak komutatif pada grup dihedral ๐ท6 sebagai berikut: ๐โ๐ โ ๐ โ๐
๐2โ๐ โ ๐ โ๐2
๐ โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐
๐ โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐
๐ 2 โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ 2
๐ โ ๐ ๐ 2 โ ๐ ๐ 2 โ ๐
๐ โ ๐ ๐ 2 โ ๐ ๐ 2 โ ๐
๐ 2 โ ๐ ๐ 2 โ ๐ ๐ 2 โ ๐ 2
๐ ๐ โ ๐ ๐ 2 โ ๐ ๐ 2 โ ๐ ๐
Dengan menghilangkan center dari grup ๐ท6 yaitu ๐ ๐ท6 = {1}, sehingga graf noncommuting dari grup ๐ท6 memiliki himpunan titik-titik ฮ๐ท6 = {๐, ๐ 2 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }. Kemudian hasil di atas digambarkan ke dalam bentuk graf non commuting sebagai berikut:
Gambar 4.2. Graf Non Commuting pada Grup ๐ซ๐ Dengan melihat gambar di atas, maka dapat ditentukan cliqueฮ๐ท6 sebagai berikut:
138
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Gambar 4.3. clique ๐ช๐ซ๐ Sehingga didapatkan cliqueฮ๐ท6 merupakan graf ๐พ4 dengan himpunan titik-titiknya adalah {๐, ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }. Dengan demikian bilangan clique graf non commuting grup dihedral ๐ท6 ๐ ฮ๐ท6
= 4.
Berdasarkan pengamatan dengan langkah-langkah yang sama seperti di atas, ditemukan pola untuk bilangan cliqueฮ๐ท2๐ dengan ๐ = 4,5,6,7,8 sebagai berikut: Tabel 2. Pola Bilangan Clique Graf Non Commuting Grup D2n No.
Graf Non Commuting
Bilangan Clique Graf NonCommuting
1.
Graf noncommuting grup ๐ท6
๐(ฮ๐ท6 ) = 4
2.
Graf noncommuting grup ๐ท8
๐(ฮ๐ท8 ) = 3
3.
Graf noncommuting grup ๐ท10
๐(ฮ๐ท10 ) = 6
4.
Graf noncommuting grup ๐ท12
๐(ฮ๐ท12 ) = 4
5.
Graf noncommuting grup ๐ท14
๐(ฮ๐ท14 ) = 8
6
Graf noncommuting grup๐ท16
๐(ฮ๐ท16 ) = 5
Dengan demikian,diperoleh pola yang dapat dinyatakan sebagai teorema sebagai berikut:
Teorema 1: Misalkan ๐ท2๐ adalah grup dihedral dengan order 2๐ dengan ๐ bilangan asli dan ๐ โฅ 3. Bilangan clique ฮ๐ท2๐ dengan ๐ ganjil diperoleh: ๐ ฮ๐ท2๐ = ๐ + 1 sedangkan untuk ๐ genap diperoleh: ๐ ฮ๐ท2๐ =
๐+2 2
Bukti: Diketahui grup dihedral ๐ท2๐ = {1, ๐, ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐โ1 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ ๐โ1 }. Diperoleh bahwa ๐(๐ท2๐ ) = 1 untuk ๐ ganjil. Dengan demikian himpunan titik dari graf non commutingฮ๐ท2๐ = Makalah Pendamping: Matematika 1
139
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐, ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐โ1 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ ๐โ1 . Karena ๐ ๐ โ ๐ ๐ = ๐ ๐ โ ๐ ๐ , untuk semua 1 โค ๐, ๐ โค ๐ โ 1 dengan ๐ โ ๐ maka titik-titik ini tidak terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Dan karena ๐ ganjil, maka ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ , ๐ = 1,2, โฆ , ๐ โ 1, yang berarti bahwa ๐ dan ๐ ๐ saling terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Demikian juga karena ๐ ganjil, maka ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ , ๐ = 0,1,2, โฏ , ๐ โ 1 dan ๐ = 0,1,2, โฏ , ๐ โ 1, dengan ๐ โ ๐ yang berarti ๐ ๐ ๐ dan ๐ ๐ ๐ saling terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Sehingga terdapat salah satu himpunan titik-titik yang membentuk clique graf non commuting grup ๐ท2๐ dengan ๐ ganjil sebagai berikut: ฮ๐ท2โ๐ : {๐, ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , ๐ ๐ 3 , โฏ , ๐ ๐ ๐โ1 } 11๐ โ 1 Sehingga bilangan clique graf non commuting grup ๐ท2๐ dengan ๐ ganjil adalah 1 + 1 + ๐ โ 1 = ๐ + 1. ๐
Sementara itu, untuk ๐ genap diperoleh bahwa ๐(๐ท2๐ ) = 1, ๐ 2 . Dengan demikian himpunan ๐
๐
titik dari graf non commutingฮ๐ท2๐ = ๐, ๐ 2 , โฏ , ๐ 2 โ1 , ๐ 2 +1 , โฏ , ๐ ๐โ1 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ ๐โ1 . Karena ๐ ๐ โ ๐ ๐ = ๐ ๐ โ ๐ ๐ , untuk semua 1 โค ๐, ๐ โค ๐ โ 1, dengan ๐ โ ๐ maka titik-titik ini tidak terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Dan karena ๐ genap, maka ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ ๐ โ ๐ , ๐ = 1,2, โฆ , ๐ โ 1 dan ๐
๐ โ 2 , yang berarti bahwa ๐ dan ๐ ๐ saling terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Demikian juga karena ๐ genap, maka ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ , ๐ = 0,1,2, โฆ , ๐ โ 1 dan ๐ = 0,1,2, โฆ , ๐ โ 1, dengan ๐ โ ๐ ๐
dan jumlah dari ๐ dan ๐ bukan merupakan kelipatan dari 2 , yang berarti ๐ ๐ ๐ dan ๐ ๐ ๐ saling terhubung langsung di ฮ๐ท2๐ . Maka salah satu himpunan titik-titik yang membentuk clique graf non commuting grup ๐ท2๐ dengan ๐ genap sebagai berikut: ฮ๐ท2โ๐ : {๐, ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 , โฏ , ๐ ๐ (
11
๐ โ2 ) 2
}
๐โ2 2
Sehingga bilangan clique graf non commuting grup ๐ท2๐ dengan ๐ ganjil adalah 1 + 1 +
๐โ2 2
=
๐+2 . 2
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian kali ini, diperoleh bahwa bilangan cliquegraf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ untuk ๐ bilangan asli ganjil, dengan ๐ โฅ 3 adalah ๐ ฮ๐ท2๐ = ๐ + 1
140
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
dan bilangan cliquegraf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ untuk ๐ bilangan asli genap, dengan ๐ โฅ 3 adalah ๐ ฮ๐ท2๐ =
๐+2 2
SARAN Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti spektrum adjacency, spektrum laplace, spektrum singles laplace, atau spektrum detour dari graf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ . DAFTAR PUSTAKA Abdollahi, A., Akbari, S., dan Maimani, H.R.. (2006). Non-commuting Graph of a Group. Journal of Algebra, Vol 298 Hal: 468-492. Abdollahi, A., Azad, A., Hassanabadi, A.M., dan Zarrin, M.. (2010). On the Clique Numbers of Non-commuting Graphs of Certain Groups. Algebra Colloquium, Vol 17 Hal: 611-620. Chartrand, G. dan Lesniak, L.. (1986). Graph and Digraph 2ndEdition. California: Wadsworth Inc. Chelvam, Tamizh, T., Selvakumar, K., dan Raja, S.. (2011). Commuting Graph on Dihegral Group. The Journal of Mathematics and Computer Science. Vol 2, No 2, Hal: 402-406. Dummit, D.S. Dan Foote, R.M.. (1991). Abstract Algebra. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Raisinghania, M.D., dan Aggarwal, R.S.. 1980. Modern Algebra. New Delhi: S. Chand & Com[any LTD. Vahidi, J., dan Taalebi, A.A.. (2010). The Commuting Graphs on Group ๐ท2๐ and ๐๐ . Journal Mathematics and Computer Science. Vol 1, No 2, Hal: 123-127.
Makalah Pendamping: Matematika 1
141
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
DIGRAF EKSENTRIK DARI GRAF MATAHARI Sri Kuntari, Tri Atmojo Kusmayadi dan Nugroho Arif Sudibyo Jurusan Matematika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Suatu graf G mempunyai himpunan vertex berhingga V(G) dan himpunan edge E(G). Eksentrisitas vertexu dalam graf Gmerupakan jarak maksimum dari vertexu ke sebarang vertex yang lain di G, dinotasikan e(u). Sedangkan jarak dari vertex u ke vertexv di Gdidefinisikan sebagai adalah panjang dari pathterpendek dari vertex u ke v dan dinotasikan d(u,v). Vertex vdisebut vertex eksentrik dari u jika d(u,v) ๏ฝ e(u). Digraf eksentrik dari graf G adalah suatu graf Gโ dengan V(Gโ)= V(G), dan terdapat suatu arc (edge berarah) yang menghubungkan vertexu ke vdenganvvertex eksentrik dari u. Dalam makalah ini diselidiki digraf eksentrik pada graf matahari. Kata kunci: eksentrisitas, digraf eksentrik, graf matahari.
PENDAHULUAN Pengertian dan notasi yang berkaitan dalam makalah ini diambil dari Chartrand dan Lesniak [2] serta Harris et al. [4]. Diketahui graf G dengan himpunan vertex V(G) dan himpunan edge E(G). Jarak dua vertexu dan v dalam G, dinotasikan dengan d(u,v), merupakan panjang path terpendek dari vertexu ke vertex v. Jika tidak ada path yang menghubungkan kedua vertex, d(u,v) =๏ฅ. Eksentrisitas dari vertex u dalam graf G didefinisikan sebagai jarak maksimum dari vertex u ke sembarang vertex lainnya dalam G. Eksentrisitas vertex u dinotasikan sebagai e(u) dengan e(u) = max{d(u,v)๏งv๏V(G)}. Sedangkan vertex v merupakan vertex eksentrik dari vertex u jika d(u,v) ๏ฝ e(u). Digraf eksentik dari graf G yaitu ED(G) adalah graf yang mempunyai himpunan vertex yang sama dengan G, V(ED(G)) = V(G) dan terdapat arc (edge berarah) yang menghubungkan setiap vertex dalam G ke vertex eksentriknya. Suatu arc dalam digraf D dikatakan arc simetri jika arc tersebut menghubungkan vertex
u dan v, demikian juga
sebaliknya. Boland dan Miller [1] memberi saran untuk menemukan digraf eksentrik dari kelaskelas graf. Berkaitan dengan ini, diantaranya telah ditemukan digraf eksentrik dari graf (n,t)kite oleh Kusmayadi dkk. [7]. Huilgol et al. [5] mengkarakterisasi graf G dengan
ED(G) = G.
Kemudian pada tahun 2012 Huilgol [6] mengadakan survey terhadap hasi-hasil yang berkaitan dengan digraph eksentrik dan menyatakan masalah-masalah yang belum ada solusinya. Sebagai contoh masalah tersebut adalah sifat-sifat dari suatu graf yang berkaitan dengan digraph eksentrik.
142
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Graf matahariSnn๏ณ3 adalah graf yang dibentuk dari cycleCn dengan cara menambahkan sebuah vertex berderajat satu (pendant) pada setiap vertex di Cn. Definisi ini diambil dariWallis [8]. Gambar 1 merupakan contoh dari graf matahari S3dan S4. v1
v2
v1
u1 u2 u3 v2
v3
u1
u2
u4
u3
v4
v3
Gambar 1. Graf matahari S3(kiri) dan S4 (kanan) Langkah-langkah dalam menentukan digraf eksentrik dari suatu graf ada tiga. Pertama adalah menentukan jarak dari vertex u ke vertex v dalam graf G yang merupakan panjang lintasan terpendek dari vertex u ke vertex v. Tetapi d(u,v) = ๏ฅ, jika tidak ada lintasan yang menghubungkan kedua vertex tersebut. Dalam menentukan jarak dari vertex u ke sembarang vertex v dalam graf G digunakan algoritma Breadth First Search (BFS) Moore yang mengacu dari Chartrand and Oellermann [3] yaitu 1. diambil salah satu vertex dalam graf G, misal u dan dilabeli 0 yang menyatakan jarak u ke dirinya sendiri, sedangkan semua vertex u dilabeli ๏ฅ, 2. semua vertex berlabel ๏ฅ yang adjacent dengan u dilabeli 1, 3. semua vertex berlabel ๏ฅ yang adjacent dengan vertex berlabel 1 dilabeli 2, dan seterusnya sampai vertex yang dimaksud misal v berjarak hingga. Label setiap vertex menyatakan jarak dari vertex u. Kedua menentukan vertex eksentrik dari vertex u, dinotasikan dengan e(u), yaitu vertex dalam graf G yang memiliki jarak maksimum dari u. Vertex vadalah suatu vertex eksentrik dari u jika d(u,v) ๏ฝ e(u). Ketiga, menghubungkan vertex u dangan vertex eksentriknya dengan suatu arcd diperoleh digraph eksentrik dari graf yang diberikan. Diberikan graf matahariSnn๏ณ3 dengan himpunan vertexV(Gn)={u1, u2, โฆ, un, v1, v2, โฆ, vn} dan himpunan edgeE(Sn)={ui ui+1(mod n), uivi,๏ฝi=1, 2, โฆ, n}. Lema berikut merupakan dasar untuk mengetahui besarnya eksentrisitas dari setiap vertex dalam graf matahari.
Makalah Pendamping: Matematika 1
143
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Lema 1.Diberikan graf matahariSnn๏ณ3maka eksentrisitas dari vertex vi adalah eksentrisitas vertex uiadalah
๐ 2
๐ 2
+2 sedangkan
+1, i=1, 2, โฆ, n.
Bukti. Menggunakan algoritma Breadth First Search (BFS) Moore, dapat dicari jarak setiap vertex ke setiap vertex dalam graf matahari Sn. Untuk graf matahari, masalah mencari jarak antar vertex dapat dibedakan menjadi dua yaitu untuk n ganjil dan n genap.
1. Untuk n ganjil Tabel berikutmenyajikan jarak setiap vertex ke setiap vertex dalam Sn untuk n ganjil.
Tabel 1.Jarak dari Setiap Vertex ke Setiap Vertex dalam Graf Matahari M n untuk n Ganjil Vertex
u1
๏
u n ๏ญ1
u n ๏ซ1
2
2
0
๏
n ๏ญ1 2
n ๏ญ1 2
n ๏ญ1 2
๏
0
1
n ๏ญ1 2
๏
1
un
1
๏
v1
1
u1
๏
๏
un
v1
๏
v n ๏ญ1
v n ๏ซ1
2
2
n ๏ซ1 2
n ๏ซ1 2
๏
vn
1
1
2
๏
n ๏ญ1 2
n ๏ซ1 2
๏
1
2
๏
n ๏ญ1 2
0
๏
n ๏ญ1 2
n ๏ซ1 2
๏
2
1
๏
n ๏ญ1 2
n ๏ญ1 2
n ๏ญ1 2
๏
0
3
๏
n ๏ซ1 2
n ๏ซ1 2
๏
1
๏
n ๏ซ1 2
n ๏ซ1 2
๏
3
0
๏
n๏ซ3 2
n๏ซ3 2
๏
n ๏ซ1 2
๏
1
2
๏
n ๏ซ1 2
n๏ซ3 2
๏
0
2
๏
n๏ซ3 2
n ๏ซ1 2
๏
1
1
๏
n ๏ซ1 2
n๏ซ3 2
๏
2
0
๏
n ๏ซ1 2
2
๏
n ๏ญ1 2
n ๏ญ1 2
๏
1
1
๏
n๏ซ3 2
n ๏ซ1 2
๏
0
๏
u n ๏ญ1 2
u n ๏ซ1 2
๏
๏
๏
๏
v n ๏ญ1 2
v n ๏ซ1 2
๏
๏
vn
2. Untuk n genap Tabel berikut menyajikan jarak setiap vertex ke setiap vertex dalam Sn untuk n genap
144
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Tabel 2.Jarak dari Setiap Vertex ke Setiap Vertex dalam Graf Matahari M n untuk n Genap Vertex
u1
๏
๏
un
un
v1
๏
vn
2
๏
vn
2
0
๏
n 2
๏
1
1
๏
n๏ซ2 2
๏
2
n 2
๏
0
๏
n๏ญ2 2
n๏ซ2 2
๏
1
๏
n 2
un
1
๏
n๏ญ2 2
๏
0
2
๏
n 2
๏
1
v1
1
๏
n๏ซ2 2
๏
2
0
๏
n๏ซ4 2
๏
3
n๏ซ4 2
๏
1
๏
n 2
n๏ซ4 2
๏
0
๏
n๏ซ2 2
2
๏
n 2
๏
1
3
๏
n๏ซ2 2
๏
0
u1
๏
๏
un 2
๏
๏
๏
๏
vn 2
๏
๏
vn
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diperoleh eksentrisitas dari vertex vi adalah eksentrisitas vertex uiadalah
๐ 2
๐ 2
+2 sedangkan
+1, i=1, 2, โฆ, n.โ
Untuk graf S3 dalam Gambar 1 dan menggunakan tabel jarak
pada Tabel 1 diperoleh
eksentrisitas dari vertex๐ข๐ sebesar tiga dan eksentrisitas dari vertex๐ฃ๐ sebesar dua dengan
i=
1, 2, 3. Sedangkan untuk graf S4 dalam Gambar 1 dan menggunakan tabel jarak pada Tabel 2 diperoleh eksentrisitas dari vertex๐ข๐ sebesar 4 dan eksentrisitas dari vertex๐ฃ๐ sebesar 3 dengan i = 1, 2, 3, 4. Lema berikut ini digunakan untuk menentukan vertex eksentrik dari setiap vertex dalam graf matahari. Lema 2. Diberikan graf matahariSn, n๏ณ3 maka vertex eksentrik dari ๐ข๐ , ๐ฃ๐ adalah ๐ฃ๐ +๐ ๐๐๐ 2
๐ฃ๐ +๐+2 ๐๐๐ 2
๐
๐
dan
untuk n ganjil, sedangkan untuk n genap, vertex eksentrik dari ๐ข๐ , ๐ฃ๐ adalah
๐ฃ๐ +2๐ ๐๐๐ ๐ . 2
Makalah Pendamping: Matematika 1
145
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Bukti. Vertex eksentrik dari suatu vertex dalam graf matahari Sn, dapat dicari menggunakan Lema 1. โ Menggunakan Lema 2, vertex eksentrik dari setiap vertex dalam graf matahari S3 dan ๐4 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Vertex dan vertex eksentrik dari graf matahari S3 dan S4 Graf S3
Graf S4
vertex
Vertex eksentrik
vertex
Vertex eksentrik
๐ข1 , ๐ฃ1
๐ฃ2 dan ๐ฃ3
๐ข1 , ๐ฃ1
๐ฃ3
๐ข2 , ๐ฃ2
๐ฃ3 dan ๐ฃ1
๐ข2 , ๐ฃ2
๐ฃ4
๐ข3 , ๐ฃ3
๐ฃ1 dan ๐ฃ2
๐ข3 , ๐ฃ3
๐ฃ1
๐ข4 , ๐ฃ4
๐ฃ2
Selanjutnya diberikan teorema tentang digraf eksentrik dari graf matahari.
Teorema 3. Diberikan graf matahariSn, n๏ณ3 maka maka digraf eksentrik dari graf matahari adalah 1. digraf G yang mempunyai V(G)=V(Sn) dan mempunyai arc๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dan ๐ข๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ = ๐ +๐ 2
๐๐๐ ๐, ๐ =
๐ +๐+2 2
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ untuk n ganjil,
2. digraf G yang mempunyai V(G)=V(Sn) dan mempunyai arc๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dan ๐ข๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ = ๐ +2๐ 2
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ untuk n genap.
Bukti. Dari Tabel 1, setiap vertex dihubungkan dengan vertex eksentriknya terbentuk arc. Arc yang simetrik adalah ๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ = simetrik adalah ๐ข๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ =
๐ +๐ 2 ๐ +๐ 2
๐๐๐ ๐, ๐ = ๐๐๐ ๐, ๐ =
๐ +๐+2 2 ๐ +๐+2 2
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ .Arc yang tidak
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ .
Selanjutnya diperoleh digraf eksentrik dari graf matahari Sn, n ๏ณ 3 untuk n ganjil adalah suatu digraf G yang mempunyai V(G)=V(Sn) dan mempunyai arc๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dan ๐ข๐ ๐ฃ๐ ๐ +๐ 2
๐๐๐ ๐, ๐ =
๐ +๐+2 2
dengan ๐ =
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ .
Sedangkan dari Tabel 2 dapat dibentuk arc dengan menghubungkan setiap vertex dengan vertex eksentriknya. Arc yang simetrik adalah ๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ = tidak simetrik adalah ๐ข๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ =
146
๐ +2๐ 2
๐ +2๐ 2
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ .Arc yang
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ .
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Selanjutnya diperoleh digraf eksentrik dari graf matahari Sn, n ๏ณ 3 untuk n genapadalah suatu digraf G yang mempunyai V(G)=V(Sn) dan mempunyai arc๐ฃ๐ ๐ฃ๐ dan ๐ข๐ ๐ฃ๐ dengan ๐ = ๐ +2๐ 2
๐๐๐ ๐ dan ๐ = 1, ๐ . โ
Digraf eksentrik dari graf matahari S3 dan S4 disajikan dalam Gambar 2. u3 v1
u2
u3
v2
v3
u4
v1
v2
v3
v4
u1
u1
u2
Gambar 2. Digraf eksentrik dari graf matahari S3 (kiri) dan S4 (kanan) PENUTUP Penelitian ini dapat dikembangkan sesuai saran dari Boland dan Miller [1] untuk kelaskelas graf yang lain yang belum ditemukan digraph eksentriknya. Demikian juga penelitian dapat dikembangkan mengikuti masalah yang diungkapkan oleh Huilgol [6].
UCAPAN TERIMA KASIH Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sebelas Maret atas didanainya penelitian ini dalam hibah riset fundamental tahun anggaran 2013.
DAFTAR PUSTAKA [1] Boland, J. and M. Miller. 2001. The Eccentric Digraph of a Digraph, Proceeding of AWOCAโ01, Lembang-Bandung, Indonesia. [2] Chartrand, G. And L. Lesniak, 1996,
Graphs and Digraphs 3rd ed., Chapman and
Hall/RCR, New York. [3] Chartrand, G. and O. R. Oellermann. 1993. Applied and AlGorithmic Graph Theory, International Series in Pure and Applied Mathematics, McGraw-Hill Inc, California. [4] Harris, J. M., J. L. Hirst and M. J. Mossinghoff, 2000, Combinatorics and Graph Theory 2nd ed.. Springer, New York. Makalah Pendamping: Matematika 1
147
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
[5] Huilgol, M. I., S.A. Ulla S. and Sunilchandra A.R., 2011, On Eccentric Digraphs of Graphs, Applied Mathematics 2, pp:705-710. [6] Huilgol, M.I., 2012, A Survey on Eccentric graph of a (Di)Graph, J. Math. Comput. Sci 2 no 4, pp:1144-1160. [7] Kusmayadi, T. A., Nugroho, A. S. and S. Kuntari, 2013, Eccentric Digraph of
(n, t)-
kiteGraph, Far East Journal of Mathematical Sciences, volume 74 nomer 2, pp 369-378. [8] Wallis W.D., 2001, Magic Graph, Birkhauser, Boston, Basel, Berlin.
148
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
PEMBERIAN NOMOR VERTEX PADA JARINGAN GRAF MATAHARI๐บ๐ Dimas Ari Kurniawan Perdana dan Tri Atmojo Kusmayadi Jurusan Matematika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta e-mail:
[email protected],
[email protected] Abstrak Minimum spanning tree padasuatu jaringan komunikasi menggunakan edge untuk menghubungkan setiap vertexdalam lintasan yang bertujuan untuk menghasilkan jaringan komunikasi yang efektif dan efisien. Jaringan komunikasi yang efektif dan efisien adalah jaringan dengan rute terpendek yang dapat memberikan hasil yang maksimal dengan biaya minimal. Misal G = (V;E) adalah jaringan komunikasi. Jarak adalah panjang lintasan terpendek dari vertex u ke v dalam G, dinotasikan dengan d(u, v). Eksentrisitas dari vertex u adalah jarak terjauh dari vertex u ke vertex lain, dinotasikan dengan e(u). Dalam paper ini, akan diberikan penomoran vertexberdasarkan besar eksentrisitas tiap vertex pada jaringan komunikasi yang berbentuk graf matahari ๐๐ .
Kata Kunci: minimum spanning tree, graf matahari, eksentrisitas, jarak
PENDAHULUAN
Di dalam suatu bentuk jaringan komunikasi, baik jaringan dengan kabel (wired) ataupun tanpa kabel (wireless) yang menggunakan edge untuk menghubungkan setiap vertex pada suatu jaringan bertujuan untuk menghasilkan jaringan komunikasi yang efektif dan efisien. Menurut Kamalesh dan Srivatsa [3], tujuan dari bentuk jaringan komunikasi adalah untuk memberikan hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal. Dalam hal ini, posisi dan urutan dari tiap vertex, banyaknya edge dan panjang tiap edge dalam menyalurkan data di dalam jaringan sangat berpengaruh dalam mencapai hasil yang maksimal. Salah satu cara untuk membentuk jaringan komunikasi yang efektif dan efisien adalah dengan memberi nomor pada setiap vertexdengan menentukan bentuk minumum spanning treedarijaringan komunikasi tersebut. Dalam pemberian nomor tiap vertex terlebih dahulu ditentukan jarak dan eksentrisitas setiap vertex pada lintasan graf. Ketika vertex diberi nomor secara sistematik, spanning tree yang dihasilkan akan mengalami perubahan bentuk yang relatif lebih kecil (minimum) dan akan menghasilkan jaringan spanning tree yang efisien. Minimum spanning treeyang efisien adalah spanning tree dari suatu jaringan yang melalui semua vertex yang ada dengan jarak paling minimum. Dalam perkembangannya telah banyak penelitianterkait efisiensi jaringan melalui bentuk minimum spanning tree. Kamalesh dan Srivatsa [3] dalam penelitiannya memberikan solusi bentuk efisien jaringan komputer yang berbentuk graf tripartit menggunakan bentuk minimum spanning tree dengan memberikan nomor pada tiap vertex berdasarkan jarak dan eksentrisitas tiap vertex. Selanjutnya dalam paper ini, penulis tertarik untuk membahas penyelesaian masalah pemberian nomor vertex dariminimum spanning tree pada jaringan graf matahari๐๐ .
Makalah Pendamping: Matematika 1
149
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini diberikan beberapa definisi mengenai spanning tree, minimum spanning tree, dan graf matahari ๐๐ yang diambil dari Boland dan Miller [1], Chartrand dan Oellermann [3], dan Wallis [4] Definisi 1.MisalkanGadalah graf terhubung.Spanning tree dari G adalah spanning subgrafT dari G jika T adalah sebuah tree dan T memuat semua vertex dari G. Definisi 2. Misalkan G adalah graf terhubung berbobot. Spanning tree dimana total bobot edgenya paling kecil disebut minimum spanning tree dari G. Definisi 3. Graf matahari dinotasikan dengan ๐๐ , untuk n โฅ 3, adalah graf yang dibentuk dari cycle dengan cara menambahkan sebuah vertex berderajat 1 (pendant) pada setiap vertex di cycle Cn. Dalam mencari bentuk spanning tree digunakan metode Breadth-First Search (BFS). BFS adalah metode untuk mencari spanning tree dengan cara memproses semua vertex pada level yang diberikan sebelum menuju ke level berikutnya. Definisi 4. Jarak dari vertex u ke v di G adalah panjang lintasan terpendek dari vertex u ke v, dinotasikan dengan d(u, v). Jika tidak ada lintasan yang menghubungkan vertex u dan v, maka d(u,v) = 1. Selanjutnya untuk menyelesaikan masalah lintasan terpendek dalam graf G, digunakan algoritma BFS (Breadth First Search) Moore. Chartrand dan Oelermann [2] menyebutkan langkah-langkah dalam algoritma BFS Moore adalah sebagai berikut. 1. Diambil salah satu vertex, misal u, dan dilabeli 0 yang menyatakan jarak dari u ke dirinya sendiri, sedangkan semua vertex selain u dilabeli 1. 2. Semua vertex berlabel 1 yang adjacent dengan u dilabeli 1. 3. Semua vertex berlabel 1 yang adjacent dengan vertex berlabel 1 dilabeli 2 dan demikian seterusnya sampai vertex yang dimaksud, misal v, sudah berlabel hingga โ. Definisi 5. Eksentrisitas (eccentricity) vertex u, dinotasikan e(u), dalam graf G adalah jarak terjauh (lintasan terpendek maksimum) dari vertex u ke setiap vertex di G, dapat dituliskan ๐ ๐ข = maxโก {๐(๐ข, ๐ฃ) ๐ฃ โ ๐(๐บ)}. Algoritma Kamalesh-Srivatsa Dalam menentukan jaringan yang efektif dan efisien dilakukan pemberian nomor vertex secara matematis. Menurut Kamalesh dan Srivatsa [4], langkah-langkah dalam pemberian nomor vertex adalah sebagai berikut, 1) mengkonstruksikan suatu jaringan graf, 2) memberikan label pada tiap vertex menggunakan simbol {๐ฃ1 , ๐ฃ2 , โฆ , ๐ฃ๐ }, 3) menentukan minimum spanning tree dari suatu jaringan graf, 4) menentukan eksentrisitas e(v) dari minimum spanning tree T,
150
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
5) memberikan nomor vertex pada jaringan berdasarkan nilai eksentrisitas secara terurut. Vertex yang memiliki nilai eksentrisitas terkecil maka diberikan nomor terkecil. Jika terdapat vertex yang memiliki nilai eksentrisitas sama maka dilihat jarak vertex tersebut terhadap vertex awal. Vertex dengan d(vi, vawal) lebih kecil diberikan nomor vertex lebih kecil. Jika terdapat vertex dengan d(vi, vawal) sama maka vertex dengan indek lebih kecil diberikan penomoran vertex lebih kecil. Pemberian nomor vertex pada jaringan graf matahari๐๐ dilakukan dalam beberapa tahap. Sebelumnya diasumsikan bahwa bobot setiap edge adalah sama.
Langkah pertama mengkonstruksikan jaringan graf matahari๐๐ seperti Gambar 1.
Gambar 1. Graf Matahari ๐๐ tanpa label Selanjutnya jaringan graf matahari๐๐ diberikan label vertex dengan himpunan vertexnya V = {๐ฃ1 , ๐ฃ2 , โฆ , ๐ฃ๐ , ๐ข1 , ๐ข2 , โฆ , ๐ข๐ }
v1 v2
u1v3 u2u3
v4
u4
vn-2
u5
v5
un-2 un-1 unvn-1
vn vn
Gambar 2. Graf Matahari ๐๐ dengan label
Minimum Spanning Tree Graf Matahari ๐บโฒ๐ Jaringan graf matahari yang sudah diberi label kemudian ditentukan bentuk minimum spanning treenya. Minimum spanning tree dapat ditentukan dengan menggunakan algoritma BFS sehingga diperoleh minimum spanning tree graf matahari๐๐โฒ seperti pada Gambar 3.
Makalah Pendamping: Matematika 1
151
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
v1
v1
u1
u1
u2 u3 v2 v3
u2 u4
u5
u3 v2
v3
u4
v4 v5 un-1un
u5 v4
un-2 (a)
vn-2
vn-1vn
un-1
v5
unv(b) n-1
Gambar 3. Minimum spanning tree ๐๐โฒ dari jaringan graf matahari ๐๐ (a) untuk n ganjil n โฅ 3 dan (b) untuk n genap n โฅ 4.
vn
Dari minimum spanning tree yang sudah diperoleh, selanjutnya dicari nilai eksentrisitasnya. Nilai eksetrisitas setiap vertex diperoleh dengan mencari lintasan terpendek maksimum. Dalam mencari lintasan terpendek dari vertex ke setiap vertex dalam ๐๐โฒ digunakan algoritma BFS Moore. Eksentrisitas dari Graf Matahari ๐บโฒ๐ Misal ๐๐โฒ adalah bentuk miminum spanning tree dari graf matahari yang diperoleh dengan algoritma BFS, dimana label vertex diberikan seperti pada Gambar 2, maka eksentrisitas dari minimum spanning tree graf matahari ๐๐โฒ untuk n ganjil n> 3 adalah
๐ ๐ข๐ =
๐+๐ 2 ๐+1 +๐ 2
,
๐ = 1, 3, โฆ , ๐,
,
๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1,
,
๐ = 1, 3, โฆ , ๐,
,
๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1.
(1)
dan
๐ ๐ฃ๐ =
๐+2 +๐ 2 ๐+3 +๐ 2
(2)
Sedangkan eksentrisitas dari minimum spanning tree graf matahari ๐๐โฒ untuk n genap, n> 4 adalah,
152
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ ๐ข๐ =
Volume 2
๐ +1 , ๐=1 2 ๐+2 +๐ , ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2 2 ๐โ1 +๐ . ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1 2 ๐ . ๐=๐,
(3)
๐+4 , ๐=1 2 ๐+4 +๐ , ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2 2 ๐+1 +๐ . ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1 2 ๐+1 . ๐=๐.
(4)
dan
๐ ๐ฃ๐ =
Penomoran vertex pada Graf Matahari ๐บโฒ๐ Setelah ditentukan eksentrisitas dari bentuk minimum spanning tree graf matahari ๐๐โฒ , selanjutnya diberikan nomor vertex pada jaringan berdasarkan nilai eksentrisitas secara terurut. Vertex yang memiliki nilai eksentrisitas terkecil maka diberikan nomor terkecil. Misal ๐๐โฒ merupakan bentuk minimum spanning tree dari graf matahari ๐๐ , maka urutan penomoran vertex dari minimum spanning tree graf matahari๐๐โฒ dapat dinotasikan dengan ฮป(๐๐โฒ ) Teorema 1. Misal ๐๐โฒ merupakan bentuk minimum spanning tree dari graf matahari dengan n ganjil n โฅ 3, maka ฮป(๐๐โฒ ) nya adalah 1 , ๐ ๐ข๐ = 2๐ โ 1 , 2๐ โ 2 ,
๐=1 ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1 ๐ = 3, 5, โฆ , ๐,
dan ๐ ๐ฃ๐
2 = 2๐ + 1 2๐
, , ,
๐=1 ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1 ๐ = 3, 5, โฆ , ๐.
Bukti. Penomoran vertex dari setiap vertex pada minimum spanning tree graf matahari ๐๐โฒ untuk n ganjil n> 3, diperoleh dari urutan nilai eksentrisitas setiap vertex. Jika nilai eksentrisitas vertex kecil maka diberi nomor urut kecil, semakin besar nilai eksentrisitas vertex maka semakin besar pula nomor urut vertex tersebut. Berdasarkan eksentrisitasdari minimum spanning tree graf matahari๐๐โฒ dengan n ganjil n> 3 pada persamaan (1),maka didapatkan urutan penomoran vertex untuk setiap vertex ๐ข๐ adalah 1 untuk i = 1, dan 2i -1 untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1, serta 2i โ 2 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐, sehingga urutan penomoran vertex dari eksentrisitas vertex ui, ฮป(ui) Makalah Pendamping: Matematika 1
153
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
adalah 1 untuk i = 1, dan 2i -1 untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1, serta 2i โ 2 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐. Demikian juga urutan penomoran vertex untuk vertex vj,berdasarkan eksentrisitas pada persamaan (2), didapatkan urutan penomoran vertex untuk setiap vertex vjadalah 2 untuk j = 1, dan 2j + 1 untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1, serta 2j untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐, sehingga urutan penomoran vertex dari eksentrisitas vertex vj, ฮป(vj) adalah 2 untuk j = 1, dan 2j + 1 untuk ๏
setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 1, serta 2j untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐.
Teorema 2. Misal ๐๐โฒ merupakan bentuk minimum spanning tree graf matahari dengan n genap n โฅ 4, maka ฮป(๐๐โฒ ) nya adalah
๐ ๐ข๐
1 , ๐=1 2๐ , ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2 = 2๐ โ 4 , ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1 2๐ โ 2 , ๐ = ๐ ,
๐ ๐ฃ๐
3 2๐ + 3 = 2๐ โ 1 2๐
dan , ๐=1 , ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2 , ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1 , ๐ = ๐.
Bukti. Penomoran vertex dari setiap vertex pada minimum spanning tree graf matahari ๐๐โฒ untuk n genap n โฅ 4, diperoleh dari urutan nilai eksentrisitas setiap vertex. Jika nilai eksentrisitas vertex kecil maka diberi nomor urut kecil, semakin besar nilai eksentrisitas vertex maka semakin besar pula nomor urut vertex tersebut. Berdasarkan eksentrisitasdari minimum spanning tree graf matahari๐๐โฒ dengan n genap n> 4 pada persamaan (3), maka didapatkan urutan penomoran vertex untuk setiap vertex ๐ข๐ adalah 1 untuk i = 1, dan 2i untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2, lalu 2i โ 4 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1, serta 2i -2 untuk ๐ = ๐, sehingga urutan penomoran vertex dari eksentrisitas vertex ui, ฮป(ui) adalah 1 untuk i = 1, dan 2i untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2, lalu 2i โ 4 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1, serta 2i โ 2 untuk ๐ = ๐. Demikian juga urutan penomoran vertex untuk vertex vjberdasarkan eksentrisitas pada persamaan (4), didapatkan urutan penomoran vertex untuk setiap vertex vjadalah 3 untuk j = 1, dan 2j + 3untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2, lalu 2j โ 1 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1, serta 2j untuk ๐ = ๐, sehingga urutan penomoran vertex dari eksentrisitas vertex vj, ฮป(vj) adalah 3 untuk j = 1, dan 2j + 3untuk setiap ๐ = 2, 4, โฆ , ๐ โ 2, lalu 2j โ 1 untuk setiap ๐ = 3, 5, โฆ , ๐ โ 1, serta 2j untuk ๐ = ๐.
๏
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
pembahasan
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pemberian
nomorvertexdapat diterapkan untuk berbagai jaringan yang mempunyai karakteristik sama 154
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
sepertikelas - kelas dalamjaringan graf matahari ๐๐ dengan himpunan vertex V = {๐ฃ1 , ๐ฃ2 , โฆ , ๐ฃ๐ , ๐ข1 , ๐ข2 , โฆ , ๐ข๐ },diperoleh pemberian nomor vertex untuk jaringan graf matahari ๐๐โฒ dengan n ganjil, n โฅ 3seperti pada Teorema 1. dan untuk jaringan graf matahari ๐๐โฒ dengan n genap, n โฅ 4seperti pada Teorema 2.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Boland, J. and Miller, M. (2001). The eccentric digraph of a digraph. Proceeding of AWOCA'01. Lembang-Bandung. Indonesia.
[2]
Chartrand, G. and O. R. Oellermann. (1993). Applied and Algorithmic Graph Theory. McGraw Hill Inc., New York.
[3]
Kamalesh, V. N. and S. K, Srivatsa. (2009). Node numbering in topological structure of interconnection network. Indian Journal of Science and Technology. 2 no. 11, 37 โ 40.
[4]
Wallis, W. D. (2001). Magic Graphs. Birkhauser. Boston.
Makalah Pendamping: Matematika 1
155
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
SPEKTRUM ADJACENCY GRAF NON COMMUTING DARI GRUP DIHEDRAL (๐ซ๐๐ ) Rivatul Ridho Elvierayani1), Abdussakir, M.Si2) 1) Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Sumbersari Gg.3B 158 Malang, e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Perum OMA View EF 01 Malang,e-mail:
[email protected] Abstrak Graf dapat dinyatakan dalam bentuk matriks, misalnya matriks adjacency. Ketika graf sudah dinyatakan dalam bentuk matriks, maka dapat didekati secara aljabar linier untuk mencari nilai eigen dan vektor eigennya. Matriks baru yang memuat semua nilai eigen pada baris pertama dan banyaknya vektor eigen yang besesuaian pada baris kedua disebut spektrum. Spektrum yang diperoleh dari matriks A(G) disebut spektrum adjacency. Kajian mengenai grup dalam aljabar abstrak membawa pada konsep baru dalam teori graf yang disebut graf noncommuting. Pada artikel ini ditentukan spektrum adjacency graf non commuting pada grup dihedral (๐ท2๐ ) dengan n adalahbilangan asli diperoleh spektrum adjacency nya: ๐ ๐๐๐ ๐ค๐ท2๐ =
๐โ1 + 2
๐โ1 ๐+
๐โ1 2
2
0
1 โฅ 3 danganjil ๐โ2
spec (๐ค๐ท2๐ )=
2
+
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
โ1
๐โ1 โ 2
๐โ1 ๐+
๐โ2 ๐โ1
0
โ2
๐โ2
3๐โ6
2
2
๐โ2 2
โ
๐โ1 2
2
โ๐
1
5๐ 2 โ12๐+4 4
โ๐ โฅ 6 dangenap
1
Kata Kunci:Graf, matriks adjacency, nilai eigen, vektor eigen, spektrum, grup dihedral, graf non commuting.
PENDAHULUAN Graf Gadalah pasangan (V(G),E(G)) dengan V(G) adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik, dan E(G) adalah himpunan (mungkin kosong) pasangan tak berurutan dari titik-titik berbeda di V(G) yang disebut sisi. Banyaknya unsur di V(G) disebut order dari G dan dilambangkan dengan n(G), dan banyaknya unsur di E(G) disebut ukuran dari G dan dilambangkan dengan m(G) (Chartrand & Lesniak, 1996). Sisi e=(u, v) dikatakan menghubungkan titik u dan v. Jika e=(u, v) adalah sisi di graf G, maka u dan v disebut terhubung langsung(adjacent),v dan e serta u dan e disebut terkaitlangsung (incident), dan titik u dan v disebut ujung dari e. Dua sisi berbeda e1 dan e2 disebut terhubung langsung (adjacent), jika terkait langsung pada satu titik yang sama, sisi e = (u, v) akan ditulis e = uv (Chartrand & Lesniak, 1996). Misalkan G graf dengan order ๐ ๐ โฅ 1 dan ukuran q serta himpunan titik V(G) = {v1, v2, โฆ, vn}.Matriks keterhubungan titik (matriks Adjacency) dari graf G, dinotasikan dengan A(G), adalah matriks (n ๏ดn). Dengan kata lain,matriks adjacencydapat ditulisA(G) = [aij], 1 ๏ฃi, j๏ฃp, dengan ๐๐๐ = 1 jika ๐ฃ๐ ๐ฃ๐ โ ๐ธ(๐บ) dan ๐ฃ๐ ๐ฃ๐ ๏๐ธ(๐บ). Matriks adjacency suatu graf G adalah matriks simetri dengan unsur 0 dan 1 dan memuat nilai 0 pada diagonal utamanya (Chartrand & Lesniak, 1996). 156
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Jika A adalah matriks ๐ ร ๐, maka vektor tak nol ๐ฅ di dalam ๐
๐ dinamakan vektor eigen (eigenvector) dari A jika ๐ด๐ฅ adalah kelipatan skalar dari ๐ฅ, yakni ๐ด๐ฅ = ๐๐ฅ untuk skalar ๐. Skalar ๐ dinamakan nilai eigen (eigenvalue) dari ๐ด dan ๐ฅ dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan ๐. Karena matriks adjacency adalah matriks simetri dan real sehingga eigenvalue ๏ญi, i = 1, 2, 3, โฆ, p nonnegatif real numbers dan dapat ditulisan dengan ๏ญ1๏ณ๏ญ2๏ณ ๏ณ๏ญp= 0. If ๐๐1 โฅ ๐๐2 โฅ โฏ โฅ ๐๐๐ adalah nilai eigen yang berbeda, maka spektrum dari A(G) dapat dituliskan dengan: ๐๐ ๐๐ โฆ๐๐ spec (G) = ๐1 ๐2 โฆ๐๐ ๐ 1 2 ๐๐ melambangkan multiplisitas nilai eigen ๐๐๐ (Yin, 2008). m1 + m2 + โฆ + mg = p (Ayyaswamy & Balachandran, 2010).
Multiplisitas dari ๐๐๐ sebagai akar persamaan karakteristik dari
det(๐๐๐ ๐ผ โ ๐ด(๐บ)) = 0 sama dengan dimensi ruang vektor eigen yang bersesuaian dengan ๐๐๐ (Bigg, 1974). Sebuah sistem aljabar (G,*) dengan G bukan himpunan โ
dan satu operasi biner * dikatakan sebagai grup jika memenuhi postulat: (i)
Operasi * memenuhi hukum assosiatif ๐ โ ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ โ ๐ โฆ . . โ๐, ๐, ๐ โ ๐บ
(ii) Setiap elemen G mempunyai identitas terhadap operasi *, misal e adalah identitas di G ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ = ๐ โฆ . โ๐ โ ๐บ (iii) Setiap elemen G mempunyai invers terhadap operasi * ๐โ1 โ ๐ = ๐ โ ๐โ1 = ๐, dimana e adalah โ ๐บ(Raisinghania dan Aggarwal, 1980). Jika (๐บ,โ) adalah grup dan ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐, โ๐, ๐ โ ๐บ, maka G dikatakan grup abelian atau grup komutatif. Grup dihedral adalah grup dari himpunan simetri-simetri dari segi-n beraturan, dinotasikan ๐ท2๐ , untuk setiap n bilangan bulat positif dan๐ โฅ 3. Dalam buku lain ada yang menuliskan grup dihedral dengan ๐ท๐ (Dummit dan Foote, 1991). Karena grup dihedral akan digunakan secara ektensif, maka perlu beberapa notasi dan beberapa hitungan yang dapat menyederhanakan perhitungan selanjutnya dan membantu mengamati ๐ท2๐ sebagai grup abstrak, yaitu: (1) 1, r, r 2 , . . ., r n ๏ญ1 (2) s ๏ฝ 2 , (3) s ๏น r i untuk semua i. (4) untuk semua 0 โค ๐, ๐ โค ๐ โ 1 dengan ๐ โ ๐. Jadi ๐ท2๐ = 1, ๐, ๐ 2 , โฆ , ๐ ๐โ1 , ๐ , ๐ ๐ 2 , โฆ , ๐ ๐ ๐โ1 yaitu setiap elemen dapat dituliskan secara tunggal dalam bentuk s k r i untuk k = 0 atau 1 dan 0 โค ๐ โค ๐ โ 1. Makalah Pendamping: Matematika 1
157
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๏ญ1 (5) sr ๏ฝ r s .
(6) sr i ๏ฝ r ๏ญi s , untuk semua 0 โค ๐ โค ๐ (Dummit dan Foote, 1991). Misal G grup, center dari grup G, dituliskan ๐(๐บ) sebagai berikut: ๐(๐บ) = ๐ง โ ๐บ โถ ๐ง๐ฅ = ๐ฅ๐ง, โ๐ฅ โ ๐บ Jadi jika ๐(๐บ) adalah himpunan anggota G yang komutatif terhadap semua anggota ๐(๐บ). Misal G grup non abelian dan Z(G) adalah center dari G. Graf non commutingฮG adalah sebuah graf yang mana titik-titiknya merupakan himpunan dari ๐บ\๐(๐บ) dan dua titik x dan y terhubung langsung jika dan hanya jika ๐ฅ๐ฆ โ ๐ฆ๐ฅ(Abdollahi, A, 2006, Journal of Algebra). ๐ค๐บ adalah sebuah graf yang titiknya adalah bukan elemen-elemen center dari sebuah graf G, titik-titik dari ๐ค๐บ adalah G\Z(G) merupakan pengambilan atau penghapusan elemen center pada graf G. Beberapa penelitian lain mengenai spektrum suatu graf sudah pernah dilakukan. Shuhua Yin (2006) meneliti spektrum Adjacency dan spektrum Laplace pada graf Gl yang diperoleh dari graf komplit Kl dengan menambahkan pohon isomorfik berakar untuk masing-masing titik di Kl. Abdussakir, dkk (2009) meneliti spektrum adjacency pada graf komplit (Kn), graf star (Sn), graf bipartisi komplit (Km,n), dan graf lintasan (Pn). Ayyaswamy & Balachandran (2010) meneliti spektrum Detour pada beberapa graf yang meliputi graf K(n, n), graf Korona G dan K1, graf perkalian Kartesius G dengan K2, graf perkalian leksikografik G dengan K2, dan perluasan dobel kover dari graf beraturan. Abdussakir, dkk (2012) meneliti spektrum Adjacency, Laplace, Singless Laplace, dan Detour graf multipartisi komplit K(๐ผ1 , ๐ผ2 , ๐ผ3 , โฆ , ๐ผ๐ ). Dalam penelitian mengenai graf commuting dan non commuting, Abdollahi, dkk (2006&2010) meneliti tentang grup finite pada dua grup yang non abelian dan bilangan clique. Abdussakir, dkk (2013) meneliti tentang spektrum graf commuting suatu grup. Berdasarkan uraian di atas, belum ada yang mengkaji mengenai spektrum graf non commuting sehingga peneliti bermaksud untuk mengkaji spektrum adjacency graf non commuting dari grup dihedral (๐ท2๐ ). METODE PENELITIAN Dalam penulisan artikel ini, peneliti menggunakan metode studi literatur, adapun langkah-langkah peneliti diantaranya: 1. Membuat tabel cayle dengan operasi komposisi (โ) pada grup dihedral ๐ท2๐ . 2. Menentukan himpunan titik-titik graf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ dari tabel cayle. 3. Menggambar graf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ . 4. Menentukan matriks adjacency dari graf non commuting dari grup dihedral ๐ท2๐ . 5. Mencari nilai eigen (eigenvalue) dari matriks adjacency graf non commuting grup dihedral ๐ท2๐ .
158
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
6. Mencari multiplisitas setiap nilai eigen dari matriks adjacency graf non commuting grup dihedral ๐ท2๐ . 7. Mencari spektrum adjacency dari grup dihedral ๐ท2๐ . 8. Mencari pola dan dirumuskan menjadi suatu lemma dan teorema serta dibuktikan kebenarannya secara umum.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan ini, grup dihedral yang digunakan adalah๐ท6 , ๐ท8 , ๐ท10 , โฆ , ๐ท2๐ . Pembahasan yang disajikan dalam bentuk contoh selanjutnya dijadikan sebuah teorema dan disertai bukti. Dihedral ๐ท6 dibangun dari elemen-elemen {1, ๐, ๐ 2 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }, hasil operasi komposisi pada setiap elemen grup dihedral berbentuk tabel Cayley yang menunjukkan unsur-unsur yang tidak komutatif pada ๐ท6 sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Cayley D6 ยฐ
1
r
r2
s
Sr
sr2
1
1
r
r2
s
Sr
sr2
r
r
r2
1
sr2
S
sr
r
2
r
2
1
r
sr
sr
2
s
s
s
sr
sr2
1
R
r2
sr
sr
sr2
s
r2
1
r
sr2
sr2
s
sr
r
r2
1
Dari tabel 1, diperoleh center ๐ท6 atau ๐ ๐ท6 yaitu {1} yang ditunjukkan pada tabel dengan warna hitam, dan elemen-elemen pada D6 yang tidak komutatif ditunjukkan pada tabel dengan warna abu-abu. Sehingga graf non kommuting dari grup ๐ท6 memiliki himpunan titiktitiknya ฮD 6 = {๐, ๐ 2 , ๐ , ๐ ๐, ๐ ๐ 2 }. Dari hasil tersebut akan digambarkan ke dalam bentuk graf non commuting sebagai berikut:
Gambar 1. Graf non D6 Graf non commuting grup ๐ท6 diatas menghasilkan matriks adjacency sebagai berikut:
Makalah Pendamping: Matematika 1
159
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ด ฮD 6
๐ ๐2 = ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2
๐ 0 0 1 1 1
๐2 0 0 1 1 1
๐ 1 1 0 1 1
๐ ๐ 1 1 1 0 1
๐ ๐ 2 1 1 1 1 0
Setelah mendapatkan bentuk matriks Adjacency maka akan dicari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks tersebut dengan cara mengolah persamaan de๐ก ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ =0. Dengan mereduksi matriks menggunakan metode Gaussian Elimination yang ada pada software Maple 12, maka akan diperoleh:
Karena det ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ adalah hasil perkalian semua unsur diagonal utama matriks segitiga atas berikut, maka diperoleh polinomial karakteristiknya yaitu: det ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ = (1)(๐) 1 + ๐
2
6 + 2๐ โ ๐2
2
6 + 2๐ โ ๐2 = 0
karena det ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ =0, maka det ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ = (1)(๐) 1 + ๐ dan diperoleh nilai eigennya ๐1 = 1 + 7,
๐2 = 0, ๐3 = โ1, ๐4 = 1 โ 7 ,
Selanjutnya akan ditentukan basis untuk ruang vektor eigen, basis merupakan baris nol pada matriks. Untuk semua ๐ yang diperoleh subtitusikan kedalam det ๐ด ฮD 6 โ ๏ฌ ๐ผ =0 dengan metode gauss Jordan dalam software Maple 12 akan diperoleh ๐1 = 1 + 7 multiplisitas nilai eigennya 1, ๐2 = 0 multiplisitas nilai eigennya 1, ๐3 = โ1 multiplisitas nilai eigennya 2, ๐4 = 1 โ 7 multiplisitas nilai eigennya 1. Sehingga diperoleh spektrum adjacency graf non commuting dari ๐ท6 adalah: ๐ ๐๐๐(ฮ๐ท6 ) = 1 + 7 1 Dengan cara yang sama akan diperoleh ๐ ๐๐๐ ฮ๐ท8 =
0 โ1 1 โ 7 1 2 1 4 0 1 3
โ2 ; 2
๐ ๐๐๐(ฮ๐ท10 ) = 2 + 2 6 0 โ1 2 โ 2 6 ; 1 3 4 1 spec ฮD 12 = 2 + 2 7 1
0 โ2 2 โ 2 7 ; 6 2 1
spec ฮD 14 = 3 + 51 1
0 โ1 3 โ 51 ; 5 6 1
160
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
spec ฮD 16 = 3 + 57 1 dan
Volume 2
0 โ2 3 โ 57 9 3 1
spec ฮD 20 = 4 + 4 6 0 โ2 4 โ 4 6 1 12 4 1 Dari percobaan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan beberapa lemma dan teorema diantaranya: Lemma 1: Misalkan ฮ๐ท2๐ adalah graf non commuting dari grup dihedral๐ท2๐ dengan n ganjil, maka polinomial karakteristik matriks adjacency ๐ด ฮ๐ท2๐ adalah: ๐ ๐ = 1 ๐
๐
1+๐
๐โ1
โ๐ + ๐ โ 1 ๐ + ๐ ๐ โ 1
Bukti: Diketahui grup dihedral ๐ท2๐ = {1, r, r2, โฆ, rn-1, s, sr, sr2, โฆ, srn-1}. Diperoleh bahwa Z(๐ท2๐ ) = {1}untuk n ganjil. Dengan demikian graf non commuting ๐ท2๐ mempunyai himpunan titik { r, r2, โฆ, rn-1, s, sr, sr2, โฆ, srn-1}. Karena n ganjil, maka ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ , ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1, artinya s dan ๐ ๐ saling terhubung langsung di graf non commuting ๐ท2๐ . Demikian juga, karena n ganjil, maka ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ , j=1, 2,..., n-1 dan ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1, dengan ๐ โ ๐, yang berarti ๐ ๐ ๐ dan ๐ ๐ ๐ saling terhubung langsung di graf non commuting maka diperoleh matriks keterhubungan titik: ๐ 2 โฏ ๐ ๐โ1 ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฏ ๐ ๐ ๐โ1
๐ ๐ ๐2 โฎ ๐ด ฮD 2๐
๐ ๐โ1 = ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฎ ๐ ๐ ๐โ1
0 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1
0 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1
โฆ โฆ โฑ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ
0 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 0 1 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 1 0 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 1 1 0 โฎ 1
โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฑ โฏ
1 1 โฎ 1 1 1 1 โฎ 0
Setelah mendapatkan bentuk matriks adjacency maka akan dicari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks tersebut dengan menyelesaikan persamaan de๐ก ๐ด ฮD 2n โ ๐ ๐ ๐2 โฎ de๐ก ๐ด ฮD 2n
๐ ๐โ1 โ ๏ฌ๐ผ = ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฎ ๐โ1 ๐ ๐
โ๐ 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1
๐2 โฏ 0 โ๐ โฑ 0 1 1 1 โฎ 1
โฆ โฆ โฑ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ
๏ฌ ๐ผ =0
๐ ๐โ1
๐
๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฏ ๐ ๐ ๐โ1
0 0 โฎ โ๐ 1 1 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 โ๐ 1 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 1 โ๐ 1 โฎ 1
1 1 โฎ 1 1 1 โ๐ โฎ 1
โฏ 1 โฏ 1 โฏ โฎ โฏ 1 โฏ 1 โฏ 1 โฏ 1 โฑ โฎ โฏ โ๐
Diperoleh matriks segitiga atas dari ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI sebagai berikut: Makalah Pendamping: Matematika 1
161
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ 2 โฏ ๐ ๐โ1
๐ ๐ ๐2 โฎ ๐ ๐โ1 ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฎ ๐ ๐ ๐โ1
1 0 0 0 0 0 0 โฎ 0
1 ๐ 0 0 0 0 0 โฎ 0
โฆ โฆ โฑ โฏ โฏ โฏ โฏ
1 ๐ ๐ ๐ 0 0 0 โฎ 0
โฏ
๐
๐ ๐ 2
๐ ๐
โ๐ 1 โ ๐2 โฎ (๐ โ 2) โ ๐2 1+๐ 0 0 โฎ 0
1 1+๐ โฎ (๐ โ 2) + ๐ โ๐ โ 1 1+๐ 0 โฎ 0
๐ ๐ ๐โ1
โฏ
1 1+๐ โฎ (๐ โ 2) + ๐ 0 โ๐ โ 1 1+๐ โฎ 1
โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฑ โฑ โฏ
1 1+๐ โฎ (๐ โ 2) + ๐ 0 0 0 โ๐ โ 1 โ๐ + ๐ โ 1 ๐ + ๐ ๐ โ 1
Polinomial karakteristik dari ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI adalah det ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI , merupakan hasil perkalian semua unsur diagonal utama matriks segitiga atas tersebut, sehingga diperoleh: ๐ ๐ = 1 ๐
๐
1+๐
๐โ1
โ๐ + ๐ โ 1 ๐ + ๐ ๐ โ 1
Teorema 1: Spektrum ฮ๐ท2๐ dengan n ganjil diperoleh: spec (๐ค๐ท2๐ )=
๐โ1 2
+
๐โ1 2 2
๐โ1 ๐+ 1
0
โ1
๐โ1 2
โ
๐โ1 ๐+
๐โ2 ๐โ1
๐โ1 2 2
1
Bukti: Dari lemma 1, diperoleh bahwa ๐ ๐ = 1 ๐
๐
1+๐
๐โ1
โ๐ + ๐ โ 1 ๐ + ๐ ๐ โ 1
Sehingga diperoleh nilai eigen ๐1 =
๐โ1 + 2
๐โ1 ๐+
๐4 =
๐โ1 2
๐โ1 โ 2
2
, ๐2 = 0,
๐โ1 ๐+
๐3 = โ1,
๐โ1 2
2
Selanjutnya akan ditentukan multiplisitas dari setiap nilai eigen. Karena multiplisitas itu sama dengan basis ruang vektor eigen yang besesuaian dengan ๏ฌi, i = 1, 2, 3, 4 dan basis merupakan baris nol pada matriks, subtitusikan ๏ฌi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ๐ ๐ผ dan dengan mereduksi matriks menggunakan meode Gauss Jordan akan diperoleh matriks eselon baris tereduksi. Dengan melihat basis pada matriks tersebut diperoleh: untuk ๐1 =
๐โ1 2
+
๐โ1 ๐+
๐โ1 2 2
setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ1 ๐ผ, diperoleh matriks
eselon baris dengan 1 baris yang nol. Jadi untuk ๐1 =
๐โ1 2
+
๐โ1 ๐+
๐โ1 2 2
memiliki
multiplisitas sebanyak 1. Untuk ๐2 = 0 setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ2 ๐ผ, diperoleh matriks eselon baris dengan n โ 2 baris yang nol. Jadi untuk ๐2 = 0 memiliki multiplisitas sebanyak n โ 2. Untuk ๐3 = โ1 setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ3 ๐ผ, diperoleh matriks eselon baris dengan 162
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
n โ 1 baris yang nol. Jadi untuk ๐3 = โ1 memiliki multiplisitas sebanyak n โ 1. Untuk ๐4 =
๐โ1 2
โ
๐โ1 ๐+
๐โ1 2 2
setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ4 ๐ผ, diperoleh matriks
eselon baris denga 1 baris yang nol. Jadi untuk ๐4 =
๐โ1 2
+
๐โ1 ๐+
๐โ1 2 2
memiliki
multiplisitas sebanyak 1. Sehingga diperoleh: spec (๐ค๐ท2๐ )=
๐โ1 2
+
๐โ1 2 2
๐โ1 ๐+
0
1
๐โ1 2
โ1
โ
๐โ1 ๐+
๐โ2 ๐โ1
๐โ1 2 2
1
Lemma 2: Misalkan ฮ๐ท2๐ graf non commuting dari grup dihedral๐ท2๐ dengan n genap dan ๐ โฅ 6, maka polinomial karakteristik matriks adjacency ๐ด ฮ๐ท2๐ adalah: p(๐)= 1 ๐ ๐2 โ 2๐
๐โ2
โ1
๐ โ2 2
๐ โ๐ 1 . 2๐โ4
โ2๐ โ ๐2
2๐ 2 โ4๐
๐ โ4 2
2๐ โ 4 ๐ +
โ ๐โ2 (๐+2) ๐โ ๐โ4 ๐ 2 +๐ 3 ๐ +๐ 2
Bukti: Diketahui grup dihedral ๐ท2๐ = {1, r, r2, โฆ, rn-1, s, sr, sr2, โฆ, srn-1}. Diperoleh bahwa ๐
Z(๐ท2๐ ) = {1, ๐ 2 }untuk n ganjil. Dengan demikian graf non commuting ๐ท2๐ mempunyai ๐
๐
himpunan titik {r, r2, โฆ, rn-1, s, sr, sr2, ๐ ๐ 2 , ๐ ๐ 2 +1 , โฆ, ๐ ๐ ๐โ2 , srn-1}. Jumlah himpunan titiknya adalah 2๐ โ 2 dari grup dihedral ๐ท2๐ . Karena n genap, maka ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ , ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1, artinya s dan ๐ ๐ saling terhubung langsung di graf non commuting ๐ท2๐ .Demikian juga, karena n genap, maka ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ โ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ , j=1, 2,..., n-1 dan ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ โ 1, dengan ๐ โ ๐, yang berarti ๐
๐ ๐ ๐ dan ๐ ๐ ๐ saling terhubung langsung di graf non commuting D2๐ kecualijika ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ = ๐ 2 yang berarti ๐ ๐ ๐ dan ๐ ๐ ๐ tidak saling terhubung langsung di graf non commuting D2๐ maka diperoleh matriks keterhubungan titik:
๐ด ฮD 2๐
๐ ๐2 โฏ ๐ 0 ๐2 0 โฎ โฎ ๐ ๐โ1 0 ๐ 1 ๐ ๐ 1 ๐ ๐ 2 1 โฎ = ๐ โฎ ๐ ๐ 2 โ1 1 ๐ ๐ ๐ 2 1 ๐ ๐ ๐ 2 +1 1 โฎ โฎ ๐โ2 1 ๐ ๐ ๐ ๐ ๐โ1 1
๐ ๐โ1 ๐ 0 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1 1 1 โฎ 1 1
Makalah Pendamping: Matematika 1
โฆ โฆ โฑ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ
0 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1 1 1 โฎ 1 1
๐
๐
๐
๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฏ ๐ ๐ 2 โ1 ๐ ๐ 2 ๐ ๐ 2 +1 โฏ ๐ ๐ ๐โ2 ๐ ๐ ๐โ1 1 1 1 1 1 1 โฎ โฎ โฎ 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 โฎ โฎ โฑ 1 1 1 0 1 1 1 0 1 โฑ โฑ โฑ 1 1 1 1 1 1
โฏ 1 1 1 โฏ 1 1 1 โฏ โฎ โฎ โฎ โฏ 1 1 1 โฏ 1 0 1 โฏ 1 1 0 โฑ 1 1 1 โฑ โฎ โฎ โฎ โฑ 0 1 1 โฑ 1 0 1 โฑ 1 1 0 โฎ โฑ โฑ โฑ โฑ 1 1 1 โฑ 0 1 1
โฏ 1 1 โฏ 1 1 โฏ โฎ โฎ โฏ 1 1 โฏ 1 1 โฑ 1 1 โฑ 0 1 โฎ โฏ โฑ โฑ 1 0 โฑ 1 1 โฑ 1 1 โฑ โฎ โฎ โฏ 0 1 โฏ 1 0 163
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Setelah mendapatkan bentuk matriks adjacency maka akan dicari nilai eigen dan vektor eigen dari matriks tersebut dengan menyelesaikan persamaan de๐ก ๐ด ฮD 2n โ ๐2 โฏ
๐
de๐ก ๐ด ฮD 2n โ ๐ ๐2 โฎ
โ๐ 0 โฎ 0 1 1 1 โฎ 1 1 1 โฎ 1 1
๐ ๐โ1 ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ 2 โฎ ๐
๐ ๐ 2 โ1 ๐
๐ ๐ 2 ๐
๐ ๐ 2 +1 โฎ ๐โ2 ๐ ๐ ๐ ๐ ๐โ1
๐ ๐โ1 ๐
๐ ๐
๐ ๐ 2
๐
๐
๏ฌ ๐ผ =0:
๐
๐ ๐ 2 โ1 ๐ ๐ 2 ๐ ๐ 2 +1 โฏ
โฏ
๐ ๐ ๐โ2 ๐ ๐ ๐โ1
๏ฌ๐ผ =
0 โ๐ โฎ 0 1 1 1 โฎ 1 1 1 โฎ 1 1
โฆ 0 โฆ 0 โฑ โฎ โฏ โ๐ โฏ 1 โฏ 1 โฏ 1 โฏ โฎ โฏ 1 โฏ 1 โฏ 1 โฏ โฎ โฏ 1 โฏ 1
1 1 โฎ 1 โ๐ 1 1 โฎ 1 0 1 โฑ 1 1
1 1 โฎ 1 1 โ๐ 1 โฎ 1 1 0 โฑ 1 1
1 1 โฎ 1 1 1 โ๐ โฑ 1 1 1 โฑ 1 1
โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฑ โฑ โฑ โฑ โฑ โฎ โฑ โฑ
1 1 โฎ 1 1 1 1 โฎ โ๐ 1 1 โฑ 1 0
1 1 โฎ 1 0 1 1 โฎ 1 โ๐ 1 โฑ 1 1
1 1 โฎ 1 1 0 1 โฎ 1 1 โ๐ โฑ 1 1
โฏ 1 โฏ 1 โฏ โฎ โฏ 1 โฏ 1 โฑ 1 โฑ 0 โฎ โฏ โฑ 1 โฑ 1 โฑ 1 โฑ โฎ โฏ โ๐ โฏ 1
1 1 โฎ 1 1 1 1 โฑ 0 1 1 โฎ 1 โ๐
Diperoleh matriks segitiga atas dari ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI sebagai berikut: ๐๐ โฏ
๐ ๐ ๐๐ โฎ ๐๐โ๐ ๐ ๐๐ ๐๐๐ โฎ ๐
1 0 โฎ 0 0 0 0 โฎ 0 0 0 โฎ 0
1 ๐ โฎ 0 0 0 0 โฎ 0 0 0 โฎ 0
โฆ โฆ โฑ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ
1 ๐ โฎ ๐ 0 0 0 โฎ 0 0 0 โฎ 0
๐๐๐โ๐ ๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐๐+๐ โฎ ๐๐๐โ๐ ๐๐๐โ๐ 0 0 โฏ 0
๐๐โ๐
๐
๐๐๐
๐๐
๐
โฏ ๐๐๐โ๐
๐
๐
๐๐๐ ๐๐๐+๐
๐๐๐โ๐
โฏ
โ๐ 1 โ ๐2 โฎ ๐ โ 3 โ ๐2 ๐ 0 0 โฎ 0 0 0 โฑ 0
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 โ1 0 โฎ 0 0 0 โฑ 0
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 0 โ1 โฑ 0 0 0 โฎ 0
โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฑ โฑ โฏ โฑ โฑ โฎ 0
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 0 0 โฎ โ1 0 0 โฑ 0
0 1 โฎ ๐โ3 โ๐ 2+๐ 2+๐ โฎ 2+๐ โ2๐ โ ๐2 0 โฑ 0
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 โ๐ โ 1 0 โฎ 0 2๐ + ๐2 โ2๐ โ ๐2 โฑ 0
โฏ โฏ โฏ โฏ โฏ โฑ โฑ โฎ โฑ โฑ โฑ โฑ โฏ
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 0 0 โ๐ โ 1 0 0 0 โฑ 2๐ โ 4 ๐ + ๐2 โ 2๐
0
0
0
0
0
0
0
โฏ
0
๐๐๐โ๐
1 . 2๐ โ 4
1 1 + ๐2 โฎ ๐ โ 3 + ๐2 0 0 0 โฑ โ๐ โ 1 0 0 โฎ โ ๐ โ 2 ๐ โ ๐2 ๐ โ๐ 2๐2 โ 4๐ โ ๐ โ 2 (๐ + 2) ๐ โ ๐ โ 4 ๐2 + ๐3 ๐ 2
+๐
Polinomial karakteristik dari ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI adalah det ๐ด ฮD 2๐ โ ฮปI , merupakan hasil perkalian semua unsur diagonal utama matriks segitiga atas tersebut, sehingga diperoleh: p(๐)= 1 ๐ ๐2 โ 2๐
๐โ2
โ1
๐ โ2 2
โ2๐ โ ๐2
๐ โ4 2
2๐ โ 4 ๐ +
๐ โ๐ 2๐ 2 โ4๐ โ ๐โ2 ๐+2 ๐โ ๐โ4 ๐ 2 +๐ 3 1 . ๐ 2๐โ4 +๐ 2
Teorema 2: Spektrum D2n dengan n genap dan ๐ โฅ 6 diperoleh: Specc (๐ค๐ท2๐ )=
๐โ2 2
+
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
0
โ2
๐โ2 2
3๐โ6 2
๐โ2 2
โ
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
Bukti: Dari lemma 2, diperoleh bahwa
164
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
p(๐)= 1 ๐ ๐2 โ 2๐
๐โ2
๐ โ2 2
โ1
โ2๐ โ ๐2
๐ โ4 2
Volume 2
2๐ โ 4 ๐ +
๐ โ๐ 2๐ 2 โ4๐ โ ๐โ2 ๐+2 ๐โ ๐โ4 ๐ 2 +๐ 3 1 . ๐ 2๐โ4 +๐ 2
Sehingga diperoleh nilai eigen ๐1 =
๐โ2 5๐2 โ 12๐ + 4 + , ๐2 = 0, 2 4
๐3 = โ2,
๐โ2 5๐2 โ 12๐ + 4 โ 2 4
๐4 =
Selanjutnya akan ditentukan multiplisitas dari setiap nilai eigen. Karena multiplisitas itu sama dengan basis ruang vektor eigen yang besesuaian dengan ๏ฌi, i = 1, 2, 3, 4 dan basis merupakan baris nol pada matriks, subtitusikan ๏ฌi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ๐ ๐ผ dan dengan mereduksi matriks menggunakan meode Gauss Jordan akan diperoleh matriks eselon baris kita tereduksi. Dengan melihat basis pada matriks tereduksi tersebut diperoleh: untuk ๐1 =
๐โ2 2
5๐ 2 โ12๐+4 4
+
setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ1 ๐ผ, diperoleh matriks eselon
baris dengan 1 baris nol. Jadi untuk ๐1 =
๐โ2 2
+
5๐ 2 โ12๐+4 4
memiliki multiplisitas sebanyak 1.
Untuk ๐2 = 0 setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ2 ๐ผ, diperoleh matriks eselon baris dengan ๐โ2 baris 2
nol. Jadi untuk ๐2 = 0 memiliki multiplisitas sebanyak
๐โ2 . 2
dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ3 ๐ผ, diperoleh matriks eselon baris dengan ๐3 = โ2 memiliki multiplisitas sebanyak Untuk ๐4 =
๐โ2 2
5๐ 2 โ12๐+4 4
โ
Untuk ๐3 = โ2 setelah
3๐โ6 baris 2
nol. Jadi untuk
3๐โ6 . 2
setelah dieliminasi ke ๐ด(ฮD 2n ) โ ๏ฌ4 ๐ผ, kita temukan diperoleh
matriks eselon baris denga 1 baris nol. Jadi untuk ๐4 =
๐ โ2 2
โ
5๐ 2 โ12๐+4 4
memiliki
multiplisitas sebanyak 1. Sehingga diperoleh: Specc (๐ค๐ท2๐ )=
๐โ2 2
+
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
0
โ2
๐โ2 2
3๐โ6 2
๐โ2 2
โ
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa spektrum Adjacency graf non commuting pada grup dihedral (๐ท2๐ ) dengan n adalahbilangan asli ganjil diperoleh spektrum Adjacency nya:
Makalah Pendamping: Matematika 1
165
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ ๐๐๐๐ ๐ค๐ท2๐ ๐โ1 + = 2
๐โ1 ๐+
๐โ1 2
2
0
1
โ1
๐โ1 โ 2
๐โ2 ๐โ1
๐โ1 ๐+
๐โ1 2
2
โ๐
1
โฅ 3 danganjil Specc (๐ค๐ท2๐ )=
๐โ2 2
+
5๐ 2 โ12๐+4 4
1
0
โ2
๐โ2 2
3๐โ6 2
๐โ2 2
โ
5๐ 2 โ12๐+4 4
โ ๐ โฅ 6 dangenap
1
Berbagai macam spektrum dapat diperoleh dari suatu matriks, sehingga disarankan bagi pembaca untuk mencari rumus spektrum yang lain dari grup dihedral (๐ท2๐ ). DAFTAR PUSTAKA Abdollahi, A., Akbari, S., & Maimani, H. 2006. Non-commuting Graph of a Group. Journal Of Algebra, vol 298 pp: 468-492. Abdussakir, Ikawati, DSE, and Sari, FKN.. 2012. Spektrum Adjacensy, Spektrum Laplace, Spektrum Signless-Laplace, dan Spektrum Detour Graf Multipatisi Komplit. Malang: UIN Maliki Malang Ayyaswamy, S.K. and Balachandran, S.. 2010. On Detour Spectra of Some Graph. International Journal of Computational and Mathematical Sciences, vol 4 pp:250-252. Biggs, Norman. 1974. Algebraic Graph Theory. Cambride: Cambride University Press. Biyikoglu, T., Leydold, J., & Stadler, P. F. 2007. Laplacian Eigenvectors of Graphs. Berlin: Springer. Chartrand, G., & Lesniak, L. 1996. Graph and Digraph Third Edition. Calfornia: Wadsworth Inc. Raisinghania, M.D., Aggarwal, R. S.. 1980. Modern Algebra. New delhi: S. Chand & Company Ltd. Yin, S.. 2008. Investigation os Spectrum of the Adjacency and Laplacian Matrixx of Graph Gl. WSEAS TRANSACTION on SYSTEM, vol 7 pp: 362-372.
166
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
OPTIMASI HASIL PANEN PADI MENGGUNAKAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD) DANANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Vina Puspita Dewi 1), Hanna Arini Parhusip 2), Lilik Linawati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2), 3) Dosen Program Studi Matematika FSM UKSW Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 E-mail:
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) Abstrak Hasil panen padi di Kota Surakarta pada tahun 1992-2012 akan ditentukan periode tanam yang optimal. Untuk mendapatkan periode tanam yang optimal maka perlu menyusun fungsi tujuan. Fungsi tujuan yang dipilih adalah berbentuk kuadratik yang parameterparameternya ditentukan menggunakan Singular Value Decomposition (SVD). Ant Colony Optimization (ACO) ACO merupakan algoritma optimasi yang menggunakan perilaku semut. ACO menghasilkan periode III (September โ Desember) sebagai periode yang optimal. Hasil gabah per hektar yang diperoleh adalah 43.8 ton Kata Kunci:Ant Colony Optimization (ACO), Singuler Value Decomposition (SVD)
PENDAHULUAN Kajian optimasi hasil panen padi di kota Surakarta berdasarkan data BPS Surakarta untuk mencari periode tanam optimal (maksimal) pernah dilakukan menggunakan pemrograman kuadratik. Ada tiga periode tanam dalam satu tahun yaitu periode I (Januari-April), periode II (Mei-Agustus), dan periode III (September-Desember). Kajian didasarkan pada data hasil panen padi tahun 1992-2012. Analisis dilakukan untuk setiap periode tanam, sehingga pada masingmasing periode tanam dibuat fungsi tujuan yang berbentuk kuadratik. Parameter-parameter fungsi tujuan ditentukan menggunakan metode kuadrat terkecil dan diperoleh periode tanam yang optimal (maksimal) adalah periode tanam III. Jadi hampir setiap tahun periode yang optimal adalah pada periode III (Dewi, dkk, 2013). Terdapat beberapa metode optimasi non linear modern diantaranya Simulated Annealing, algoritma genetik, Ant colony optimization (ACO), dan Particle Swarm Optimization (PSO). Pada penelitian ini akan digunakan ACO untuk menentukan periode tanam optimal dan diharapkan akan memberikan hasil yang sama dengan hasil penelitian menggunakan pemrograman kuadratik. ACO dibuat berdasarkan perilaku kooperatif dari koloni semut di alam yang dapat menemukan lintasan terpendek dari sarang semut ke suatu sumber makanan. Metode ini dikembangkan oleh Dorigo pada awal 1990-an (Rao, 2009). Untuk fungsi tujuan disusun menggunakan Singuler Value Decomposition (SDV) dan diharapkan nilai error
terhadap
parameter-parameter fungsi tujuan yang diperoleh lebih kecil. Penelitian mengenai Ant Colony Optimiation (ACO) sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya untuk menyelesaikan permasalahan penjadwalan mesin pararel (Chang, dkk, 2008), menyelesaikan permasalahan job shop dengan menggunakan ACO (Seo Makalah Pendamping: Matematika 1
167
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
&Kim, 2008), dan untuk mengoptimalkan reduksi warna pada sirup stevioside (Parhusip & Martono, 2012).
DASAR TEORI Ant Colony Optimization (ACO) Menurut Rao (2009) ACO dapat dijelaskan dengan menampilkan masalah optimasi dalam grafik multilayer sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 dengan banyaknya variabel sama dengan banyaknya layer. Sedangkan banyaknya titik/node pada tiap layer sama dengan banyaknya titik diskrit yang diijinkan berkaitan dengan variabel keputusan. rumah
Layer 1(x1)
x11
x12
x13
x14
x15
Layer 2 (x2)
x21
x22
x23
x24
x25
Layer 3 (x3)
x31
x32
x33
x34
x35
Layer 4 (x4)
x41
x42
x43
x44
x45
Tujuan (makanan)
168
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
Gambar 1. Grafik multilayer untuk Ant Colony Optimization (ACO) ๐ฅ๐ = variabel ke-i.
i=1,2,...,n
๐ฅ๐๐ = lintasan pada node ke-i dan posisi ke-j.
j=1,2,...,m
Berikut ini model cara semut berjalan dari rumah/sarang menuju ke node tujuan dan kembali lagi ke rumah/ sarangnya: 1. Sifat Perilaku Semut dalam Perjalanan Menuju Tujuan Seekor semut berjalan dari titik awal yaitu rumah menuju ke layer pertama sampai ke layer terakhir dan akan berhenti sampai ke node tujuan (makanan). Semut ke-k pada lokasi node i untuk menuju posisi ke-j sebagai posisi selanjutnya menggunakan jejak feromon ๏ด ij pada probabilitas ๐ผ ๐ ๐๐
(๐) ๐๐๐
๐ผ (๐) ๐ ๐๐ ๐ โ๐ ๐
= 0
(๐)
, jika๐ โ ๐๐ , jika๐ โ
(1)
(๐) ๐๐
dimana ๏ก menyatakan derajat kepentingan dari feromon dan
(๐)
๐๐
himpunan node-node pada persekitaran semut ke-k pada posisi i,
menyatakan
kecuali node
predesesor ( yaitu node terakhir yang dikunjungi sebelum i). Hal ini akan menjaga semut ke-k kembali ke node yang sama. 2. Lintasan Kembali dan Memperbaharui Feromon Sebelum ke node rumah (arah mundur), semut ke-kmenyimpan ๏๏ด (k ) feromon pada lintasan yang telah dikunjungi. Nilai feromon ๏ด ij pada lintasan (i,j) diperbarui dengan ๐๐๐ โ ๐๐๐ + โ๐ (๐)
(2)
Karena ada peningkatan pada feromon , probabilitas lintasan tersebut akan dipilih semut lain juga akan semakin meningkat. 3. Penguapan Jejak Feromon Ketika seekor semut ke-kbergerak ke node berikutnya, feromon yang dapat dinyatakan sebagai ๐๐๐ โ 1 โ ๐ ๐๐๐ ; โ ๐, ๐ ๐๐ด
(3)
dimana ๐ ๏ (0,1] adalah laju penguapan (yang dikenal juga sebagai faktor penurunan feromon) dan A menyatakan segmen atau lintasan yang dilalui oleh semut ke-k dari rumah ke tujuan. Penurunan intensitas feromon menyebabkan eksplorasi pada lintasan yang berbeda-beda selama proses pencarian. Hal ini menyebabkan adanya eliminasi dari pemilihan lintasan yang buruk sehingga jejak feromon dapat menghasilkan nilai
Makalah Pendamping: Matematika 1
169
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
yang maksimum.Suatu iterasi dikatakan lengkap jika meliputi pergerakan semut, penguapan feromon dan penyimpanan feromon. Setelah semua semut ke-k kembali ke titik sarang (rumah) , informasi feromon diperbaharui berdasarkan hubungan ๐ (k) ๐=1 โ๐๐๐
๐๐๐ = 1 โ ๐ ๐๐๐ +
(4)
dimana ๏๏ด ij adalah banyaknya feromon yang disimpan pada lintasan ij oleh semut ke(k )
k. Tujuan feromon diperbaharui adalah untuk meningkatkan nilai feromon yang berkaitan dengan baik atau tidaknya lintasan. Feromon disimpan pada lintasan ij terbaik dalam bentuk ๐
โ๐๐๐ (k) = ๐ฟ
(5)
๐
dimana Q menyatakan suatu konstan dan Lk adalah panjang lintasan yang dilalui oleh semut ke-k (seperti dari 1 kota ke kota lain). Persamaan (5) dapat diimplementasikan sebagai (๐)
โ๐๐๐ =
๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐ก๐๐๐๐ข๐๐ข๐
; jika ๐, ๐ โ perjalanan global terbaik
0;
untuk yang lain
(6)
fterbaik= nilai terbaik fungsi tujuan fterburuk= nilai terburuk fungsi tujuan
๏
= parameter yang digunakan untuk mengkontrol pembaharuan feromon
Fungsi Tujuan ACO Menggunakan Singular Value Decomposition (SVD) Pada penelitian ini digunakan fungsi tujuan kuadratik dengan parameter-parameternya dicari menggunakan Singuler Value Decomposition (SDV). Parameter-parameter fungsi tujuan yang akan dicari adalah ๐๐ = ๐ผ1 ๐ฅ๐2 + ๐ผ2 ๐ฆ๐2 + ๐ผ3 ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ + ๐ผ4 ๐ฅ๐ + ๐ผ5 ๐ฆ๐ + ๐ผ6
(7)
Persamaan (7) dalam bentuk matriks dapat ditulis: ๐ด๐ฃ๐ผ = ๐
(8)
dimana ๐ฅ12 2 A= ๐ฅ2 โฎ ๐ฅ๐2
๐ฆ12 ๐ฆ22 โฎ ๐ฆ๐2
๐ฅ1 ๐ฆ1 ๐ฅ2 ๐ฆ2 โฎ ๐ฅ๐ ๐ฆ๐
๐ฅ1 ๐ฅ2 โฎ ๐ฅ๐
๐ฆ1 ๐ฆ2 โฎ ๐ฆ๐
1 1 โฎ 1
(8a)
๐ฃ๐ผ = ๐ผ1 ๐ผ2 ๐ผ3 ๐ผ4 ๐ผ5 ๐ผ6 xi = data ke- i variabel 1 y i = data ke- i variabel 2
๐ = S i = data ke- i variabel 3 170
i = 1,2,...,n; n= banyaknya data Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
๐ผ๐ = parameter fungsi tujuan
Volume 2
j = 1,2,...,6 ๐ด = ๐๐ด๐ ๐
(9) nxm
Menurut Watkins (1991) pada persamaan (9) jika matriks Aฯต R ๐
mempunyai rankr,
maka terdapat matriks dengan kolom-kolom dari nilai eigen ๐ด๐ด U ฯต R , ฮฃ adalah matriks nxn
diagonal dari akar nilai eigen ๐ด๐ด๐ ฮฃ ฯต Rnxm, dan V adalah matriks dengan kolom-kolom dari vektor eigen ๐ด๐ด๐ V ฯต Rmxm. Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh: ๐๐ด๐ ๐ ๐ฃ๐ผ = ๐ atau ๐ด๐ ๐ ๐ฃ๐ผ = ๐ ๐ ๐
(10)
Misal ๐ = ๐ ๐ ๐ dan ๐ฆ = ๐ ๐ ๐ฃ๐ผ , maka ๐ด๐ฆ = ๐ sehingga ๐ฆ = ๐ด ๐ ๐ Persamaan (8) diselesaikan dengan: ๐ฃ๐ผ = ๐๐ฆ
(11)
Untuk error : Error= E =
๐๐๐๐๐๐๐๐๐ก๐๐ โ๐๐๐๐ก๐ ๐๐๐๐ก๐
. 100%
Selain itu dengan menghitung Conditional Number: ฮบ ๐ด โก
๐ดโ1
๐ด jika ๐ด nonsinguler โjika ๐ด singuler
Menurut Anderson, dkk, (1999) jika Conditional Number dibawah 67108864 maka errorinvers dinyatakan baik. Sebaliknya dikatakan tidak baik (ill condition) Setelah mendapatkan fungsi tujuan, agar fungsi tujuan menjadi tidak berkendala maka perlu disusun fungsi Lagrange untuk menyelesaikannya dengan ACO yaitu m ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ L( x , ๏ฌ ) ๏ฝ f ( x ) ๏ซ ๏ฅ ๏ฌi g i ( x ) untuk x ๏ C dan ๏ฌ ๏ณ 0
(12)
i ๏ฝ1
Kondisi Karush Kuhn Tucker (KKT) pada persamaan (13) dapat digunakan untuk menemukan
๏ถ
titik kritis dengan menyelesaikan sistem persamaan yang diperoleh dari ๏L ๏ฝ 0 . Artinya ๏ฒ ๏ถ mencari pemaksimal x * dan parameter optimal ๏ฌ * yang memenuhi (1).๐โ๐ โฅ 0
๏ฒ
(2). ๐โ๐ g i ( x*) ๏ฝ 0 untuk i = 1,2,โฆ,m. (13) m ๏ฒ ๏ฒ ๏ฒ ๏ f ( x *) ๏ซ (3). ๏ฅ ๏ฌi * ๏g i ( x*) ๏ฝ 0 i ๏ฝ1
Fungsi tujuan mempunyai titik pemaksimal jika bersifat concave (cekung). Menurut Perresini, dkk, (1998) ada beberapa cara untuk menunjukkan fungsi tujuan yang diperoleh concave:
Makalah Pendamping: Matematika 1
171
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
1. Jika matriks Hessian fungsi tujuan negative semi definite (setiap nilai eigen โค 0) maka ๐ฅ โ merupakan pemaksimal. 2. Sebuah fungsi ๐(๐ฅ ) adalah cembung pada sebuah selang ๏ธ (berhingga atau tak berhingga). Jika untuk setiap dua titik ๐ฅ dan๐ฆ didalam ๏ธ dimana ๐ฅ dan๐ฆ ฯต Rndan untuk semua 0 โค ๐ โค 1berlaku ๐ ๐๐ฅ + 1 โ ๐ ๐ฆ โค ๐๐ ๐ฅ + 1 โ ๐ ๐(๐ฆ)
(14)
Jika pernyataan diatas berlaku dengan tanda pertidaksamaan yang terbalik, maka๐(๐ฅ ) adalah cekung .
METODE PENELITIAN Tahap 1. Penelitian ini didasarkan pada data sekunder yang diperoleh dari BPS kota Surakarta untuk data hasil panen padi tahun 1992-2012. Tahap 2. Data hasil panen padi akan dioptimalkan dengan menggunakan algoritma ACO, dengan parameter fungsi tujuan ditentukan dengan menggunakan SVD. Tahap 3. Menyusun dan menyelesaikan model a. Menyusun fungsi tujuan dengan menggunakan SVD b. Menyusun fungsi Lagrange seperti persamaan (12). c. Mengoptimalkan fungsi Lagrange sesuai dengan algoritma ACO. Tahap 4. Menganalisis hasil dan pembahasan Tahap 5. Membuat kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyusunan fungsi tujuan dengan menggunakan SVD menghasilkan fungsi tujuan untuk masing-masing periode tanam sebagai berikut: ๐๐ผ = 0.8362๐ฅ 2 โ 0.0282 โ 0.4457๐ฅ๐ฆ โ 0.681๐ฅ + 0.4676๐ฆ + 0.8401
(15)
๐๐ผ๐ผ = โ0.2253๐ฅ 2 โ 3.1680๐ฆ 2 + 4.6619๐ฅ๐ฆ โ 2.9688๐ฅ + 2.5897๐ฆ + 0.3584
(16)
๐๐ผ๐ผ๐ผ = 1.1955๐ฅ 2 + 0.7538๐ฆ 2 โ 0.1339๐ฅ๐ฆ โ 1.6698๐ฅ โ 0.6658๐ฆ โ 1.3404
(17)
Pada Gambar 1 disajikan data aktual yang dibandingkan dengan data pendekatan untuk setiap periode tanam. Nilai error dari parameter setiap fungsi tujuan menggunakan metode kuadrat terkecil maupun dengan SVD diperlihatkan pada Tabel 1.
172
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
1 1
1
hasil pendekatan
hasil pendekatan
hasil pendekatan
0.95
0.9
0.95
0.9 0.85
0.85
fungsi tujuan
fungsi tujuan
fungsi tujuan
0.8
0.9
0.7
0.6
0.8 0.75 0.7 0.65
0.8 0.5
0.6
0.75
0.4
0
5
10
15
20
25
0
5
10
15
20
25
0.55
0
indeks
indeks
Periode I
5
10
15
20
25
indeks
Periode II
Periode III
Gambar 2. Grafik hasil panen padi menurut data aktual dan hasil pendekatan fungsi kuadratik pada setiap periode tanam. Tabel 1.Nilai error berdasarkan metode kuadrat terkecil dan SVD serta nilai Conditional Number. Metode yang digunakan Kuadrat terkecil Error Conditional number
Periode I
Periode II
Periode III
9.4%
13.8342%
18.5405%
SVD
7.27%
11.89%
8.43%
Kuadrat terkecil
23568
37013
22201
SVD
162.86
221.188
160.35
Metode SVD memberikan nilai error dan Conditional Number yang lebih kecil jika dibandingkan dengan metode kuadrat terkecil. Begitu juga dengan Conditional Number yang diperoleh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa parameter-parameter fungsi tujuan yang diperoleh menggunakan SVD lebih baik jika dibandingkan dengan metode kuadrat terkecil. Perlu dibuat persamaan Lagrange seperti persamaan (12) dengan kendala yaitu ๐ฅ โค๐ฅ๐๐๐๐ dan ๐ฆ โค ๐ฅ. Sehingga persamaan (15) sampai (17) menjadi: ๐ฟ ๐ฅ , ๐ = 0.8362๐ฅ 2 โ 0.0282๐ฆ 2 โ 0.4457๐ฅ๐ฆ โ 0.681๐ฅ + 0.4676๐ฆ + 0.8401 + ๐1 ๐ฅ โ 1 + ๐2 ๐ฆ โ ๐ฅ โ ๐3 ๐ฅ โ ๐4 ๐ฆ
(18)
๐ฟ ๐ฅ , ๐ = โ0.2253๐ฅ 2 โ 3.1680๐ฆ 2 + 4.6619๐ฅ๐ฆ โ 2.9688๐ฅ + 2.5897๐ฆ + 0.3584 + ๐1 ๐ฅ โ 1 + ๐2 (๐ฆ โ ๐ฅ) โ ๐3 ๐ฅ โ ๐4 ๐ฆ
(19)
๐ฟ ๐ฅ , ๐ = 1.1955๐ฅ 2 + 0.7538๐ฆ 2 โ 0.1339๐ฅ๐ฆ โ 1.6698๐ฅ โ 0.6658๐ฆ โ 1.3404 + ๐1 ๐ฅ โ 1 + ๐2 (๐ฆ โ ๐ฅ) โ ๐3 ๐ฅ โ ๐4 ๐ฆ
(20)
Masing-masing fungsi tujuan diselesaikan berdasarkan algoritma ACO, dan diperoleh penyelesaian seperti pada Tabel 2.
Makalah Pendamping: Matematika 1
173
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Tabel 2.Penyelesaian optimal berdasarkan ACO untuk ketiga periode tanam. Periode I
Periode II
Periode III
*
0.7434
0.7160
0.8087
y*
0.6759
0.6662
0.5663
S*
0.453
0.4396
0.5262
๐1
0.62
0.0770
0.3434
๐2
0.4832
0.9032
0.6415
๐3
0.1436
0.2022
0.8831
๐4
0.1831
0.0134
0.2934
x
Tabel 3. Kondisi KKT untuk setiap periode tanam. Periode I
Periode II
Periode III
Kondisi I
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Kondisi II
-0.1591
-0.0219
-0.0657
-0.0326
-0.045
-0.1555
-0.1068
-0.1448
-0.7142
-0.1225
-0.0089
-0.1662
0.3845
-1.3547
-0.5233
0.6007
1.5464
-1.1220
-0.4157
-0.4088
-0.2920
-0.1001
-0.0536
-0.3256
-0.8502
-1.3627
-1.3275
-0.7984
-0.8009
-1.0664
Kondisi III
Kondisi KKT pada Tabel 3 tidak terpenuhi sehingga ๐ฅ โ bukan merupakan pemaksimal dan parameter ๐โtidak optimal. Selain itu dengan mencari niai eigen dari matriks Hessian fungsi Lagrange. Diperoleh nilai eigen untuk setiap periode tanam yaitu: ๏ท
Periode I: [-1.47; -1.01; 0; 0; 1.14; 2.95]
๏ท
Periode II: [-9.24; -0.65; 0; 0; 0.29; 2.81]
๏ท
Periode III: [-0.98; -0.48; 0; 0; 2.27; 4.61]
Dari ketiga periode tanam diatas nilai eigen untuk masing-masing periode tanam tidak ada yang bersifat negative semi definite, sehingga ๐ฅ โ bukan merupakan pemaksimal. Cara selanjutnya yaitu menguji persamaan (14), dari Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa untuk setiap periode tidak terlihat secara signifikan bersifat convex atau concave.
174
Makalah Pendamping: Matematika 1
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Volume 2
-1.34
0.5 0.86
ruas kiri ruas kanan
ruas kiri ruas kanan
0.85
ruas kiri ruas kanan
-1.36 -1.38
0.84
0.45 -1.4
0.83
-1.42
0.82
-1.44
0.81
0.4
0.8
-1.46
0.79
-1.48
0.78
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.35
10
1
2
3
4
Periode I
5
6
7
8
9
10
-1.5
1
2
3
4
5
Periode II
6
7
8
9
10
Periode III
Gambar 3. Fungsi tujuan convex atau concave.
Tabel 4.Penyelesaian optimal untuk ketiga periode tanam dalam bentuk data berdimensi.
Luas Tanam
Metode yang digunakan
Periode I
Periode II
Periode III
Pemrograman Kuadratik
132.9505
54.6966
120.4908
ACO
118.944
109.55
142.33
Pemrograman Kuadratik
120.4864
105.2448
76.1586
ACO
98
103.9
63.99
Pemrograman Kuadratik
61.7237
55.8306
60.4087
ACO
29.18
34.31
43.8
Akhir (ha) Luas Panen (ha) Hasil gabah (ton)
Dapat dijelaskan dari Tabel 4 bahwa periode tanam yang optimal adalah periode III, dimana hasil gabah yang didapat dalam satu hektar sawah adalah 43.8 ton. Pada penelitian yang pernah dilakukan menggunakan pemrograman kuadratik periode optimal adalah periode III. Secara informal (dari data) periode III merupakan periode yang maksimal hampir di setiap tahunnya. Pada dasarnya ACO tidak baik karena
๏ถ ๏L ๏ฝ 0 tidak terpenuhi, untuk itu
menggunakan fungsi tujuan seperti persamaan (18) sampai (20) diselesaikan dengan pemrograman kuadratik menurut dewi,dkk, (2013). Hasil untuk pemrograman kuadratik diperoleh pada Tabel 5.
Tabel 5. Penyelesaian fungsi tujuan SVD dengan pemrograman kuadratik Periode I
Periode II
Periode III
Luas Tanam Akhir
47.12
41.922
127.8992
Luas Panen
42.7025
95.2068
57.2006
Hasil gabah
35.8976
56.6334
59.2967
Makalah Pendamping: Matematika 1
175
Volume 2
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013
Menggunakan pemrograman kuadratik diperoleh hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan ACO. Hasil optimasinya juga menunjukkan periode III merupakan periode optimal.
SIMPULAN DAN SARAN Analisis hasil panen padi berdasarkan ACO yang parameternya ditentukan menggunakan SVD memberikan hasil bahwa periode III merupakan periode optimal. Hal ini mendukung hasil penelitian pada data yang sama dengan analisis menggunakan pemrograman kuadratik dan parameter ditentukan berdasarkan metode kuadrat terkecil bahwa periode III merupakan periode optimal. Menggunakan fungsi tujuan yang diperoleh dari SVD dan mengoptimasi dengan pemrograman kuadratik periode III merupakan periode yang optimal. Hasil ACO jika dibandingkan dengan pemrograman kuadratik lebih optimal pemrograman kuadratik.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, E. dkk.(1999). LAPACK User's Guide Third Edition, SIAM, Philadelphia. (http://www.netlib.org/lapack/lug/lapack_lug.html) Chang, P.T. dkk. (2008). Ant colony optimization system for a multi-quantitative and qualitative objective job-shop parallel-machine-scheduling problem. International Journal of Production Research,Vol. 46, No. 20, 15 October 2008, 5719โ5759. Dewi, V.P. Parhusip, H.A. & Linawati, L. (2013). Analisis hasil panen padi menggunakan pemodelan kuadratik. Prosiding (dalam proses), Seminar Nasional Matematika VII yang diselenggarakan oleh jurusan Matematika FMIPA dan Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNNES tanggal 26 Oktober 2013.Semarang: Universitas Negeri Semarang. Parhusip, H.A. &Martono, Y.(2012). Optimization Of Colour Reduction For Producing Stevioside Syrup Using Ant Colony Algorithm Of Logistic Function, proceeding of The Fifth International Symposium on Computational Science,ISSN:2252-7761,Vol1, pp91101, GMU. Peressini, A.L. Sullivan, F.E. & Uhl, J. (1998). The Mathematics of Nonlinear Programing, Springer Verlag, New York,Inc. Rao, S.S. (2009). Engineering Optimization, Theory and Practice, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Seo, M. & Kim, D. (2010). Ant colony optimisation with parameterised search space for the job shop scheduling problem. International Journal of Production Research.Vol. 48, No. 4, 15 February 2010, 1143โ1154 Watkins, D.S. (1991). Fundamentals of Matrix Computations, John Wiley & Sons, New York.
176
Makalah Pendamping: Matematika 1