Radityastuti
Korelasi kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada psoriasis
Artikel Asli
KORELASI KADAR PLATELET FACTOR 4 (PF4) PLASMA DENGAN SKOR PSORIASIS AREA AND SEVERITY INDEX (PASI) PADA PASIEN PSORIASIS VULGARIS Radityastuti, ES Indrayanti, Soejoto Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang
ABSTRAK Psoriasis adalah kelainan kronik dengan predisposisi poligenik dikombinasi dengan faktor lingkungan sebagai pencetus. Patogenesis psoriasis melibatkan faktor genetik, sel T, peningkatan angiogenesis dan aktivasi trombosit. Platelet Factor 4 merupakan salah satu petanda aktivasi trombosit, terlibat dalam patogenesis psoriasis karena menyebabkan aktivasi netrofildan rekrutmen leukosit. Skor PASI merupakan instrumen yang paling sering digunakan dalam penelitian klinis untuk menilai keparahan psoriasis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi kadar Platelet Factor 4 plasma dengan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini berupa studi analitik observasional dengan rancangan potong-lintang melibatkan 22 subyek penelitian pasien psoriasis vulgaris. Kadar PF4 plasma diukur dengan metode enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian ini mendapatkan korelasi kuat antara kadar PF4 plasma dengan skor PASI (uji Spearman r = 0,607 p = 0,003). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar PF4 plasma pasien psoriasis maka semakin tinggi pula skor PASI.(MDVI 2013; 40/s: 9s – 15s) Kata kunci: psoriasis vulgaris, PF4, PASI
ABSTRACT Psoriasis is a chronic disorder that results from polygenic predisposition combined with triggering environmental factors. The pathogenesis of psoriasis includes genetic factor, T cells, angiogenesis and platelet activation. Platelet Factor 4 (PF 4) is one of the platelet activation markers, involved in the pathogenesis of psoriasis by activating neutrophil and leukocyte recruitment. Psoriasis Area and Severity Index (PASI) score is the most commonly used instrument to determine psoriasis severity in clinical studies. The aim of the study is to determine the correlation between plasma level of PF4 with PASI score in psoriasis vulgaris patients. This study was an observasional study with cross-sectional design, involved 22 psoriasis vulgaris patients who came to Dermato-Venereology Clinic Dr. Kariadi General Hospital Semarang. Plasma level of PF4 was measured by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) method. The result of Spearman correlation test were r = 0,607 p = 0,003 indicates a strong correlation between plasma PF4 levels with PASI score. It means that the higher plasma levels of PF4, the higher PASI score. (MDVI
2013; 40/s: 9s – 15s) Key word: Psoriasis vulgaris, PF4, PASI Korespondensi: Jl. Dr. Soetomo No. 16, Semarang Telp. 024-8544471 Email:
[email protected]
9S
MDVI
PENDAHULUAN Psoriasis adalah kelainan kronik dengan predisposisi poligenik dikombinasi dengan faktor lingkungan sebagai pencetus, misalnya trauma, infeksi dan obat.1,2 Penyakit tersebut tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berkisar antara 0,1% sampai 11,8%.1 Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup karena perjalanan penyakit yang kronis.2,3 Psoriasis menyebabkan gangguan psikologis bagi pasiennya yaitu depresi, rasa malu dan gangguan emosi.3,4 Etiologi psoriasis belum diketahui.1 Patogenesis psoriasis melibatkan faktor genetik, limfosit T, netrofil, sel Langerhans, sel dendritik, keratinosit epidermis, sitokin, dan kemokin. Peningkatan angiogenesis 2,5 dan aktivasi trombosit juga berperan dalam mekanisme patogenik psoriasis.6,7 Dulu psoriasis dianggap sebagai gangguan biokimiawi pada keratinosit. 1,4 Pada psoriasis terjadi hiperproliferasi keratinosit disertai diferensiasi abnormal epidermis. Pergantian epidermis yang berlangsung selama 28 hari pada kulit normal, hanya berlangsung 3-4 hari pada pasien psoriasis.8,9 Saat ini, konsep gangguan imunologis yang berkaitan dengan genetik telah diterima secara luas.4 Dengan adanya penemuan bahwa siklosporin A, suatu imunosupresan spesifik sel T, efektif terhadap psoriasis maka penelitian banyak difokuskan pada sel T dan sistem imun.1,3 Pada psoriasis terjadi ekspresi berlebihan dari sitokin T helper 1 (Th1), yaitu interleukin (IL)-2, interferon (IFN)-α, interferon (IFN)-γ, interleukin (IL)-22, interleukin (IL)-23, dan tumor necrosis factor (TNF)-α.1,2,10 Dalam beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan angiogenesis pada psoriasis. Keratinosit pada kulit psoriatik mensekresi faktor pro-angiogenik, yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF). Sel endotel vaskular menunjukkan peningkatan ekspresi beberapa molekul adesi yang dapat meningkatkan rekrutmen lekosit misalnya Intercellular Adesion Molecule-1 (ICAM-1) dan Vascular Cell Adesion Molecule-1 ( VCAM-1).2,5 Peran trombosit dalam proses inflamasi semakin banyak diamati, di samping fungsi trombosit dalam hemostasis dan trombosis.11,12 Adanya aktivasi trombosit in vivo pada pasien psoriasis telah dibuktikan.6,7 Beberapa petanda aktivasi trombosit terbukti lebih tinggi pada pasien psoriasis dibandingkan pada kontrol.6,7,11,13,14 Platelet factor 4 (PF4) adalah salah satu petanda aktivasi trombosit yang dihasilkan oleh α-granul trombosit selama agregasi trombosit. Platelet factor 4 terlibat dalam patogenesis psoriasis karena menyebabkan aktivasi netrofil, adesi netrofil ke endotel, eksositosis netrofil dan rekrutmen lekosit.11,15,16 Penelitian yang dilakukan oleh Tamagawa-Mineoka dkk menunjukkan bahwa kadar PF4 plasma berkorelasi dengan derajat keparahan psoriasis yang dinilai dengan skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI).11 Pasien psoriasis mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit aterotrombotik, misalnya infark miokard dan trombosis
10 S
Vol. 40 No. Suplemen Tahun 2013: 9s – 15s
vena dalam.17,18 Darah yang bersirkulasi pada pasien psoriasis mengandung lebih banyak mikroagregat trombosit dibandingkan dengan kontrol.18 Beberapa keadaan/penyakit yang berhubungan dengan peningkatan atau penurunan kadar PF4 plasma adalah sebagai berikut: 1) Mikroangiopati dan makroangiopati pada diabetes melitus berhubungan dengan status hiperkoagulasi karena hiperreaktivitas trombosit. Ketika trombosit teraktivasi, maka trombosit akan mengadakan agregasi dan αgranul mengeluarkan bebrapa kemokin termasuk PF4, sehingga pada diabetes melitus terdapat peningkatan PF4.19 2) Obesitas berhubungan dengan inflamasi derajat rendah dan pembentukan jaringan adiposa. Obesitas juga berhubungan dengan peningkatan platelet factor 4 dan beberapa protein yang berhubungan dengan angiogenesis, misalnya leptin, endothelin-1 dan angiogenin.20,21 3) Pada pasien hipertensi terdapat kadar katekolamin endogen yang tinggi, hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas trombosit. Platelet factor 4 merupakan petanda aktivasi trombosit. Pada pasien hipertensi didapatkan peningkatan kadar PF4.22 4) Pada pasien dermatitis atopik terdapat peningkatan kadar PF4 plasma. Platelet factor 4 pada dermatitis atopik meningkatkan aktivitas kemotaktik eosinofil dan meningkatkan adesi eosinofil.11 5) Pada pasien delayed pressure urticaria (DPU) terdapat peningkatan kadar PF4 plasma. Hal tersebut terjadi sebagai akibat pelepasan mediator dari sel mast.23 6) Pada pasien idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) didapatkan kadar PF4 lebih rendah dibandingkan kontrol.24 Beberapa cara untuk menilai keparahan psoriasis adalah dengan PASI, Simplified PASI (SPASI) dan Body Surface Area (BSA).25,26 Penilaian PASI meliputi 4 regio tubuh, yaitu kepala, badan, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dalam hal eritema, indurasi (ketebalan), skuama dan luas area tubuh yang terkena.27-29 Psoriasis Area and Severity Index merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai keparahan psoriasis dalam penelitian klinis.28-30 Beberapa penelitian mengenai sitokin yang dihasilkan oleh sel T helper 1, yaitu IL-23, IFN-γ, dan TNF-α telah dilakukan, namun peran aktivasi trombosit khususnya PF4 dalam patogenesis psoriasis dan korelasinya dengan skor PASI belum pernah diteliti di Indonesia.31,32 Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan korelasi antara kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris. Dengan mengetahui korelasi antara kadar PF4 dengan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris, maka dapat menambah pemahaman mengenai imunopatogenesis psoriasis terutama peran aktivasi trombosit pada patogenesis psoriasis vulgaris.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong-lintang. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel minimal, diperoleh sampel
Radityastuti sebanyak 20 orang pasien psoriasis vulgaris. Subyek penelitian merupakan pasien psoriasis vulgaris yang datang ke Instalasi Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan secara consecutive sampling sampai jumlah sampel terpenuhi. Kriteria penerimaan pada penelitian ini adalah: 1) subyek penelitian berusia lebih dari 14 tahun dan 2) menderita psoriasis vulgaris yang didiagnosis secara klinis. Bersedia menjadi subyek penelitian dengan menandatangani surat persertujuan ikut serta dalam penelitian setelah diberi penjelasan (informed consent). Kriteria penolakan pada penelitian ini adalah: 1) Memakai obat topikal maupun obat oral selama 2 minggu sebelum pengambilan darah, 2) obesitas, 3) hipertensi, 4)diabetes melitus, 5) dermatitis atopik 6) DPU, dan 7) ITP. Nilai rujukan PF4 belum diketahui. Kepustakaan maupun petunjuk penggunaan reagen PF4 tidak mencantumkan nilai rujukan PF4. Untuk mengetahui nilai PF4 pada orang yang tidak menderita psoriasis, maka dilakukan pengukuran nilai PF4 pada 20 orang bukan pasien psoriasis vulgaris. Penilaian PASI dikerjakan oleh peneliti dan 2 orang peserta pendidikan dokter spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Undip/ RSDK pada hari yang sama. Data skor PASI dari ketiga pengamat diukur kesesuaian antar pengamat dengan menggunakan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Kadar PF4 ditentukan dari sampel darah vena pasien psoriasis vulgaris yang telah terdiagnosis dan dari sampel bukan psoriasis. Darah vena sebanyak 1 ml diambil dari vena mediana kubiti lalu dimasukkan dalam tabung berisi anti koagulan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA). Sampel darah disentrifugasi untuk memisahkan sel darah dengan plasma darah. Plasma disimpan dalam deep freezer (-80° C). Pengukuran kadar PF4 dilakukan ketika semua sampel subyek penelitian telah terkumpul. Pemeriksaan PF4 dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum dalam kit Human PF4 dengan metode enzyme linked immunosorbent assay ( ELISA).
HASIL PENELITIAN Selama periode bulan Januari 2013 sampai Februari 2013 didapatkan 22 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Data lengkap mengenai karakterisktik subyek penelitian disajikan pada tabel 1.
Korelasi kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada psoriasis
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian Karakteristik Umur (tahun): rerata±SD; min-maks Jenis kelamin: n (%) • Laki-laki • Perempuan Tingkat pendidikan: n (%) • SD • SMP • SMA • PT Jenis pekerjaan: n (%) • Ibu RT • Tidak bekerja • Pensiunan • Pelajar/ mahasiswa • Buruh • Petani • Karyawan swasta • Wiraswasta • PNS
Kelompok Psoriasis (n=22) 49,5±1,70; 23-75 12 (54,5) 10 (45,5) 8 (36,4) 1 (4,5) 10 (45,5) 3 (13,6) 4 (18,2) 1 (4,5) 5 (22,7) 0 2 (9,2) 5 (22,7) 4 (18,2) 0 1 (4,5)
Pada 22 subyek penelitian didapatkan lama sakit berkisar antara 3-37 tahun (rerata ± simpang baku = 15,9 ± 10,95). (gambar 1)
Maks 37 tahun
Median 14,5 tahun
Min 3 tahun
Gambar 1. Lama sakit subyek penelitian
11 S
MDVI
Vol. 40 No. Suplemen Tahun 2013: 9s – 15s
Pada penelitian ini skor PASI dihitung oleh tiga pengamat secara terpisah pada hari yang sama. Skor PASI yang dinilai oleh 3 pengamat disajikan pada tabel 2. Subyek penelitian korelasi kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris berdasarkan 3 pengamat. Tabel 2. Data skor PASI No.
Identitas pasien
Skor PASI (TU)
Skor PASI (RS)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22
0,9 1,3 1,7 1,8 2,3 2,5 2,6 3,6 4,6 6,2 6,6 7,1 7,8 8,5 9 11,5 12,6 16,2 18,6 18,3 23,3 27,2
1,3 1,1 1,4 1,2 4,2 2,1 2,2 5 4,2 6 5,5 6,5 7,1 9 8,8 11,1 12,6 16,2 17,8 17,1 18,8 20
Skor PASI (SF) 1 1,5 1,2 2,2 3,2 2,8 3,0 3,8 4 5,5 5,8 6,2 7,5 8 9,5 11 13,6 15,8 17,0 16,2 19 23
P: pasien psoriasis vulgaris Pada gambar 2, berdasarkan skor PASI menurut ketiga pengamat didapatkan 13 (59,1%) subyek penelitian menderita psoriasis ringan (skor PASI < 8), 3 (13,63%) subyek penelitian menderita psoriasis sedang ( skor PASI 8-12) dan 6 orang (27,27%) menderita psoriasis berat (skor PASI > 12).
Pada tabel 3 disajikan analisis deskriptif skor PASI. Tabel 3. Analisis deskriptif skor PASI ketiga pengamat Pengamat
n
mean
1 2 3
22 22 22
8,83 8,15 8,22
simpang baku 7,59 6,33 6,51
median
minimum
6,85 6,25 7,82
0,9 1,1 1
maksimum 27,20 20 23
Kesesuaian antar ketiga pengamat dinilai dengan Intraclass correlation coefficient (ICC) disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Intraclass correlation coefficient penilaian kesesuaian skor PASI
1 vs 2 1 vs 3 2 vs 3 * uji Spearman
n 22 22 22
ICC 0,986 0,987 0,995
(ICC)
dalam
p 0,0001 * 0,0001 * 0,0001 *
Pada penelitian ini didapatkan kesesuaian yang sangat baik di antara ketiga pengamat, yaitu 0,986; 0,987; dan 0,995 ( nilai ICC > 0,8). Hasil pemeriksan kadar PF4 plasma 22 subyek penelitian pasien psoriasis vulgaris ditampilkan pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Data kadar PF4 plasma subyek penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Subyek penelitian P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22
Kadar PF4 plasma ( pg/ml) 1976,9 2640,6 2550,8 2319,2 2710,1 2372,3 2238,4 2130,7 2857,5 2672,9 2080,3 2400,5 2658,3 2072,6 2463,5 2728 3109,1 2482,5 3229,4 3225,9 3404,5 3363,5
P: pasien psoriasis vulgaris
Gambar 2. Psoriasis ringan, sedang, dan berat menurut ketiga pengamat
12 S
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar PF4 plasma pada 20 orang bukan pasien psoriasis vulgaris. Kadar PF4 plasma pada 20 orang tersebut berkisar antara 721,64 – 845,9 pg/ ml dengan rerata ± simpang baku
Radityastuti
Korelasi kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada psoriasis
792,27 ± 35,7. Pada 22 subyek penelitian didapatkan kadar PF4 plasma berkisar antara 1.976,9 – 3.404,5 pg/ ml dengan rerata ± simpang baku 2.622,2 ± 429,01. Jumlah trombosit subyek penelitian berkisar antara 153.000 – 395.000/ μl (rerata ± simpang baku = 264.590 ± 52.244 ). Uji korelasi antara kadar PF4 plasma pasien psoriasis vulgaris dan jumlah trombosit menunjukkan tidak ada korelasi antara PF4 plasma dengan jumlah trombosit (p = 0,967); (r = - 0,009). Uji korelasi antara kedua parameter tersebut disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma dan jumlah trombosit subyek penelitian PF4 (pg/ml) Pearson
PF4 (pg/ml)
Jumlah trombosit
Jumlah trombosit -0,009
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
1,000
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
-0,009
22 1,000
0,967
.
22
22
. 22
0,967
Uji korelasi antara kadar PF4 plasma subyek penelitian dan lama sakit menunjukkan tidak ada korelasi (p = 0,199); (r = 0,285). Uji korelasi antara kedua parameter tersebut disajikan pada tabel 7.
Tabel 8. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma dengan umur Spearman’s rho
PF4 (pg/ml)
Umur
Spearman’s rho
PF4 (pg/ml)
Tabel 9.
Spearman’s rho
Lama sakit
1,000
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
,285
22 1,000
,199
.
22
22
. 22
PASI pengamat 1
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
,199
Uji korelasi antara kadar PF4 plasma dengan umur subyek penelitian mendapatkan hasil tidak berkorelasi (p = 0,185) ; (r = -0,294). Uji korelasi kedua parameter tersebut disajikan pada tabel 8.
Umur -,294
.
,185
22 -,294
22 1,000
,185
.
22
22
Uji korelasi antara kadar PF4 plasma subyek penelitian dengan skor PASI.
PF4 plasma
Lama sakit (thn) ,285
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
PF4 (pg/ml) 1,000
Pada penelitian ini kadar PF4 subyek penelitian berkisar antara 1976,9 sampai 3404,5. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk terlebih dahulu dilakukan karena jumlah subyek penelitian ini kurang dari 50. Dengan uji Saphiro-Wilk didapatkan distribusi data tidak normal sehingga analisis korelasi antara kadar PF4 plasma subyek penelitian dan skor PASI menggunakan uji RankSpearman. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma subyek penelitian dan skor PASI yang diamati oleh pengamat 1 didapatkan korelasi kuat r = 0,607 p= 0,003 (tabel 9).
Tabel 7. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma dan lama sakit PF4 (pg/ml)
Correlation coefficient Sig (2-tailed) N
PASI pengamat I 1,000
PF4 plasma
.
,003
22 ,607
22 1,000
,003
.
22
22
,607
Pada penelitian ini juga dilakukan uji beda rerata antara kadar PF4 plasma pada psoriasis ringan, sedang dan berat. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk terlebih dahulu dilakukan karena jumlah subyek penelitian ini kurang dari 50. Uji Saphiro-Wilk didapatkan distribusi data tidak normal sehingga uji beda rerata kadar PF4 plasma pada pasien psoriasis ringan, sedang dan berat menggunakan uji Kruskal-Wallis. Dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan ada perbedaan bermakna pada rerata kadar PF4 plasma antara pasien psoriasis ringan, sedang, dan berat (p = 0,001). Pada tabel 10 disajikan data perbedaan rerata kadar PF4 plasma pada pasien psoriasis ringan, sedang dan berat.
Tabel 10. Perbedaan rerata kadar PF4 plasma pada pasien psoriasis ringan, sedang, dan berat. Derajat keparahan psoriasis Psoriasis ringan Psoriasis sedang Psoriasis berat ** uji Kruskal-Wallis
Kadar PF4 plasma rerata ± simpang baku 2.431,4 ± 27,41 2.421,4 ± 32,97 3.135,9 ± 33,72
Kadar PF4 median 2.400,5 2.463,5 3.227,6
Kadar PF4 minimum 1.976,9 2.072,6 2482,5
Kadar PF4 maksimum 2.857,5 2.728 3404,5
nilai p 0,001**
13 S
MDVI
PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan 22 subyek pasien psoriasis vulgaris yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa insidensi psoriasis seimbang antara kedua jenis kelamin.1,2 Usia pasien psoriasis vulgaris pada penelitian ini berkisar antara 23-75 tahun (rerata ± simpang baku 49,5 ± 16,6). Kepustakaan menyebutkan bahwa kisaran usia pasien psoriasis lebar, yaitu dari masa neonatus sampai usia tujuh puluhan.9 Lama sakit berkisar antara 3-37 tahun (rerata ± simpang baku = 15,9 ± 10,95). Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa psoriasis merupakan penyakit kronik residif dengan berbagai macam faktor pencetus, yaitu trauma, infeksi, obat, sinar matahari, faktor endokrin, faktor psikogenik serta konsumsi alkohol dan merokok.1,2,8 Pada penelitian ini, kesesuaian antar pengamat dalam menghitung skor PASI dinilai dengan ICC. Skor PASI dibuat pada tahun 1978 oleh Fredricksson dan Pettersson untuk mengevaluasi keparahan psoriasis. Indeks ini menganalisis 4 regio tubuh yaitu kepala dan leher, ekstremitas atas, badan, serta ekstremitas bawah dalam hal eritema, ketebalan (infiltrat), skuamasi dan keterlibatan area tubuh. Intensitas eritema, infiltrat, skuamasi dan keterlibatan area tubuh masing-masing dinilai 0 bila tidak ada, 1 bila ringan, 2 bila sedang, 3 bila berat dan 4 bila sangat berat. Hal ini menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antar satu pengamat dengan pengamat lain, oleh karena itu diperlukan penilaian kesesuaian antar pengamat. Faria dkk melakukan melaporkan kesesuaian antar pengamat dalam menilai PASI dengan perhitungan ICC dan mendapatkan hasil ICC = 0,817 p < 0,00001 yang berarti kesesuaian sangat baik. Intraclass Correlation Coefficient < 0,2 berarti tidak ada kesesuaian, ICC 0,2-0,4 kesesuaian lemah, ICC 0,4-0,6 kesesuaian sedang, ICC 0,6-0,8 kesesuaian baik dan ICC > 0,8 kesesuaian sangat baik.23 Pada penelitian ini didapatkan ICC= 0,986 ; 0,987; ;0,995 dan p = 0,0001 yang berarti ketiga pengamat memiliki kesesuaian yang sangat baik. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma pasien psoriasis vulgaris dan jumlah trombosit menunjukkan tidak ada korelasi antara PF4 plasma dengan jumlah trombosit (p = 0,967); (r = - 0,009). Hal tersebut disebabkan karena pada penelitian ini tidak mengukur aktivitas (agregasi) trombosit, melainkan menghitung jumlah trombosit. Uji korelasi antara kadar PF4 plasma pasien psoriasis vulgaris dan lama sakit menunjukkan tidak ada korelasi (p = 0,199); (r = 0,285). Hal ini mungkin disebabkan pasien psoriasis pada umumnya telah mendapatkan pengobatan selama periode sakitnya yang kronis. Demikian juga uji korelasi antara kadar PF4 plasma dengan umur pasien psoriasis vulgaris mendapatkan hasil tidak berkorelasi (p = 0,185) ; (r = -0,294). Penelitian sebelumnya tidak melakukan uji korelasi antara kadar PF4 plasma dengan umur pasien psoriasis vulgaris.11
14 S
Vol. 40 No. Suplemen Tahun 2013: 9s – 15s
Uji beda rerata kadar PF4 plasma pada psoriasis ringan, sedang dan berat menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan ada perbedaan bermakna pada rerata kadar PF4 plasma antara pasien psoriasis ringan, sedang, dan berat (p = 0,001). Penelitian sebelumnya mengenai PF4 pada psoriasis tidak menganalisis perbedaan rerata kadar PF4 pada derajat keparahannya.11 Uji korelasi antara PF4 plasma pasien psoriasis vulgaris dengan skor PASI mendapatkan korelasi kuat dengan koefisien korelasi r = 0,607 p= 0,003. Temuan ini mirip dengan penelitian sebelumnya mengenai PF4 plasma pada psoriasis yang dilakukan oleh Tamagawa- Mineoka mendapatkan korelasi kuat dengan koefisien korelasi r = 0,66 ; p = 0,01.11 Hal tersebut menunjukkan peran PF4 dalam patogenesis psoriasis. Platelet Factor 4 adalah salah satu petanda aktivasi trombosit yang dihasilkan oleh α-granul trombosit selama agregasi trombosit.11 Aktivasi trombosit berperan dalam patomekanisme inflamasi kulit kronik. Trombosit mempunyai peran penting dalam inflamasi kulit kronik melalui pembentukan agregat trombosit – lekosit via P-selectin dalam darah tepi dan sekresi kemokin pada lokasi yang mengalami inflamasi. Selain itu, trombosit mempengaruhi aktivasi netrofil dengan mengeluarkan beberapa mediator, yaitu PF4, tomboksan A2 dan plateletderived growth factor.11 Penelitian lain mengenai peran aktivasi trombosit dalam patogenesis psoriasis telah dilakukan.13,14 Canpolat dkk melaporkan bahwa kadar mean platelet volume (MPV) berkorelasi positif dengan skor PASI pada pasien psoriasis dan pasien psoriasis yang disertai dengan artritis psoriatik.13 Garbaraviciene dkk melaporkan bahwa platelet P-selectin berkorelasi dengan derajat keparahan psoriasis yang diukur dengan PASI.14
KESIMPULAN Kadar PF4 plasma berkorelasi positif dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris yang dinilai dengan skor PASI. DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill; 2012.h.197-231. Van de Kerkhof P, Schalkwijk J. Psoriasis. Dalam: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, penyunting. Dermatology. Edisi ke-2. Spain: Elsevier; 2008.h.115-35. Suwarsa O. Updates on patomechanism of psoriasis: a T cell mediated autoimmune disease. Seminar Psoriasis updates as an autoimmune diasease. Bandung, 10 Juni 2012. Pietrzak AT, Zalewska A, Chodorowska G, Krasowka D, MichalakStoma A, Nockowski P, dkk. Cytokines and anticytokines in psoriasis. J clinica chimica acta. 2008; 394: 7-21. Guerard S, Pouliot R. The role of angiogenesis in the pathogenesis of psoriasis: Mechanisms and clinical implications. J clin Exp Dermatol Res. 2012; 25:1-7. Kasperska-Zajac A, Brzoza Z, Rogala B. Platelet function in cutaneous diseases. Platelet. 2008; 5: 317-21.
Radityastuti 7.
8. 9.
10. 11.
12. 13. 14.
15. 16. 17. 18. 19.
Davidovici B, Sattar N, Jorg P, Puig L, Emery P, Barker J, dkk. Psoriasis and systemic inflammatory diseases: potential mechanistic links between skin disease and co-morbid conditions. J Invest Dermatol. 2010; 130: 1785-96. Braun-Falco, Plewig G, Wolff HH, Burgdorf WHC. Erythematopapulo-squamosa disease. Dalam: Dermatology. Edisi ke-2. Berlin: Spriger-Verlag; 2000. h.585-608. Seborrheic dermatitis, psoriasis, recalcitant palmoplantar eruptions, pustular dermatitis, and erythroderma. Dalam: James WD, Berger T, Elson D, eds. Andrew’s diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-11. Canada: Saunders-Elsevier; 2011.h.191-206. Griffiths C, Barker J. Psoriasis. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, penyunting. Rook’s Textbook of Dermatology. Edisi ke-8. Oxford: Blackwell Scientific Publications; 2010. h.1-54. Tamagawa- Mineoka R, Katoh N, Ueda E, Masuda K, Kishimoto S. Elevated platelet activation in patients with atopic dermatitis and psoriasis: increased plasma levels of β-thromboglobulin and platelet factor 4. Allergology International. 2008; 57: 391-6 Offerman S. Activation of platelet function through G proteincoupled receptors. Circulation research. 2006; 99: 1293-304. Canpolat F, Akpinar H, Eskioglu F. Mean platelet volume in psoriasis and psoriatic arthritis. Clin Rheumatol. 2010; 29: 325-8. Garbaraviciene J, Diehl S, Varwig D, Bylaite M, Ackermann H, Ludwig R, dkk. Platelet P-selectin reflects a state of cutaneous inflammation: possible application to monitor treatment efficacy in psoriasis. Experimental dermatology 2010; 19: 736-41. Kamath S, Blann AD, Lip GYP. Platelet activation: assesment and quantification. European Heart Journal. 2001; 22: 1561-71. Nurden AT. Platelets, inflammation and tissue regeneration. Thrombosis and haemostasis supplement. 2011; 105: S13-S33. Gisondi P, Girolomoni G. Psoriasis and atherothrombotic diseases: disease-spesific and non-diasease-spesific risk factors. Seminars in Thrombosis and Hemostasis. 2009; 35(3): 313-24. McNicol A, Israels S. Beyond hemostasis: the role of platelets in inflammation, malignancy and infection. Caardiovascular & haematological disorders-drug targets. 2008; 8: 99-117. Bernd Stratmann, Tschoepe D. Pathobiology and cell interactions of platelets in diabetes. Diabetes and vascular disease research. 2005; 2: 16-23.
Korelasi kadar PF4 plasma dengan skor PASI pada psoriasis
20. Kurki E, Martonen E, Finckenberg P, Mervaals E. Distinct effects of calories restriction on adipose tissue cytokine and angiogenesis profiles in obese and lean mice. Nutrition & metabolism. 2012; 9: 64. 21. Santilli F, Vazzana N, Liani R, Guagnano M, Davi G. Platelet activation in obesity and metabolic syndrome.Obesity reviews. 2012; 13: 27-42. 22. Stasko J, Pacekova M, Koneca S, Mesko D. Plasma βthromboglobulin and platelet factor 4 levels in essential hypertension. Acta medica martiniana. 2004; 14-6. 23. Kasperska-Zajac A, Brzoza Z, Rogala B. Increased concetration of platelet-derived chemokines in serum of patients with delayed pressure urticaria. European Cytokine Network. 2008; 19(2): 89-91. 24. Weiss HJ, Lages B. Studies of thromboxane B2, platelet factor 4, and fibrinopeptide A in bleeding-time blood of patients deficient in von Wilebrand factor, platelet glyciproteins Ib and Iib-IIIa, and storage granules. Blood 2011; 82: 481-90. 25. Sugianto YFR. Assesment on the severity of psoriasis in clinical practice. Simposium practical management of psoriasis. Jakarta, 29 Oktober 2011. 26. Jacoeb T. Psoriasis gambaran klinis dan penilaian keparahan. Dalam: Tjarta A, Sularsito SA, Kurniati D, Rihatmaja R, penyutning. Metode diagnostik dan penatalaksanaan psoriasis dan dermatitis seboroik. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. h.1-16. 27. Faria J, Aarao A, Jimenez L, Silva O, Avelleira J. Inter-rater concordance study of the PASI. An Bras Dermatol. 2010; 85: 625-8. 28. Feldman SR, Krueger G. Psoriasis assesment tools in clinical trials. Ann Rheum Dis. 2005; 64: ii65-ii68. 29. Schmitt J, Wozel G. The PASI is the adequate criterion to define severity in chronic plaque-type psoriasis. Dermatology. 2005; 210: 194-9. 30. Jacobson CC, Kimbali AB. Rethingking the PASI: the impact of area should be increased. Br J Dermatol 2004; 151(2): 381-7. 31. Sugianto YFR, Suryaatmadja L, Indrayanti ES. Korelasi kadar IL23 serum dan skor PASI pada pasien psoriasis. Buku program dan abstrak PIT Perdoski X. Banten, 29-31 Oktober 2009.
15 S