KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK DALAM MANAJEMEN MUTU ( Studi Kasus Manajemen Mutu Pembelajaran Melalui Implementasi Supervisi di Madrasah Aliyah Darul A’mal Kota Metro Tahun 2014 ) Subandi Dosen Prodi KI IAIN Raden Intan Lampung Abstrak Quality management with the implementation of learning one academic supervision is inevitable it also occurs in Madrasah Aliyah A'mal Darul Metro City. Factors supporting the implementation of supervision in an effort to improve the quality of learning at the school headmaster of which is capable of providing an example, direction, guidance and coaching to teachers in the improvement of the learning process, the deputy headmaster of petrified task and senior teachers who have a function as a supervisor. Inhibiting factor is the output implementation of learning are human, every human being has a unique character, resulting in the implementation of the quality of education necessary to build togetherness and commitment. Keyword: supervision, Quality management A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan derasnya arus kompetisi global di dunia pendidikan pada milenium ketiga ini membuat banyak penyelenggara pendidikan swasta di Indonesia acapkali kesulitan untuk mengikuti perkembangannya, terutama pendidikan Madrasah Aliyah Swasta dibanding dengan Madrasah Aliyah Negeri, sekolah swasta yang notabene secara kualitas dan instrumentasi pendidikannya masih jauh dari apa yang diharapkan. Dampaknya, banyak di antara mereka yang mengalami nasib yang mengenaskan, atau ‘gulung tikar’. Realitas itu selanjutnya membawa dampak yang luar biasa 35 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
terhadap munculnya image kesenjangan kualitas antara penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas Negeri dan penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas Swasta yang pada akhirnya memunculkan pandangan dikotomis bahwa negeri merupakan sekolah menengah yang memiliki mutu yang lebih baik daripada swasta. Kondisi ini membuat masyarakat lebih percaya dan cenderung memilih Sekolah/Madrasah Negeri Umum dibanding dengan Sekolah Menengah Atas Swasta, apalagi bila dibandingkan dengan Sekolah Lanjutan Atas Swasta Islam. Tantangan tersebut semakin sulit seiring dengan dilaksanakannya otonomi daerah yang secara implisit memberikan kebijakan otonomi pada penyelenggaraan Sekolah/Madrasah Negeri favorit sebagai konsekuensi dari amanat UU No.32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU No. 22 Tahun 1999, yang semakin memberikan keleluasaan sekolah negeri untuk mengelola lembaga pendidikan termasuk dalam menentukan mekanisme rekrutmen calon siswa dan guru. Artinya tingkat kompetisi antar sekolah/ madrasah di Kota Metro ini akan semakin bersaing mutu antara satu sama lainya dan tidak terelakkan persaingan yang tidak sehat. Alasan ini berdasarkan pada fenomena dan kenyataan di lapangan bahwa mutu pendidikan di Sekolah/Madrasah Swasta Islam seringkali kalah bersaing dengan mutu pendidikan Sekolah/Madrasah Negeri Umum yang dipandang lebih bermutu dan kompetitif. Fenomena tersebut berlaku juga bagi Madrasah Aliyah Darul A’mal di Kota Metro yang selama ini diplatform sebagai salah satu kawa candradimuka pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, di mana mutu hasil pendidikannya masih banyak yang rendah, dan kurang kompetitif. Buktinya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sobirin (2004:9), Berdasar pada data statistik tahun 2011 bangsa kita, penduduk hingga miskin sekarang bertambah mencapai angka 12%, angka pengangguran meningkat, baik pengangguran nyata maupun pengangguran terselubung, dan fakta penduduk Indonesia sekitar 100 juta jiwa baru mengenyam dan tamatan sekolah dasar, artinya
36 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
sumber daya manusia Indonesia sekitar 35% masih tergolong rendah kualitasnya. Dari data APK (Angka Partisipasi Kasar) tahun 2010 tamatan Sekolah/ Madrasah Lanjutan Tingkat Atas yang melanjutkan ke jenjang PTN/PTS seluruh Indonesia sekitar 17 % dan Propinsi Lampung kurang dari 16% ini menunjukkan banyak tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang kembali ke masyaraakat dengan berbekal kompetensi dan ketrampilan yang ia miliki, belum lagi fakta, Human Development Indeks (HDI) yang dirilis tahun 2008 oleh UNDP menetapkan Indek Indonesia pada urutan ke 108 dari 177 negara, posisi ini menempatkan Indonesia pada posisi lebih rendah dari Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, sebuah fakta yang memprihatinkan. Sudah barang tentu ini merupakan pukulan telak bagi penyelenggaraan pemerintahan bangsa ini, maka dari itu sudah saatnya bangsa ini berbenah dan hijrah dari keterbelakangan, hal ini mudah diucapkan sulit untuk dilaksanakan, dari mana bangsa ini berbenah, tentunya penulis sebagai seorang pendidik dan penyelenggara pendidikan formal, maka sudah jelas berbenah bangsa ini dimulai dari sector pendidikan, perlu diingat penyelenggaraan pendidikan ini perlu waktu yang lama dan sistemik, tidak mudah seperti membalik telapak tangan . John C Bock dalam educational and development: A Conflict Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan sebagai: (1) Memasyarakatkan idiologi dan nilai-nilai sosio kultur bangsa (3) Menyiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan mendorong perubahan social, (4) Memeratakan kesempatan dan pendapatan. Hasil analisis itu harus menjadi ‘cambuk’ bagi kita untuk terus secara simultan membenahi kondisi pendidikan di negeri ini karena untuk menghadapi abad 21 ini yang salah satu cirinya ditandai dengan lahirnya suatu masyarakat megakompetisi, yang menurut Tilaar (1999:27) dimaknainya sebagai “Suatu masyarakat yang mampu berkompetisi dengan baik dan mempunyai kesadaran global (global 37 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
consciousness).” Oleh karena itu, pembenahan pendidikan menjadi suatu tuntutan yang mutlak untuk dilakukan menuju perubahan kualitas serta eksistensi lembaga pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan oleh Kennedy (Colling, 1993:22), “Change is a way of life. Those who look to the past or present will miss the future.” Artinya, dalam melakukan reformasi pendidikan kita harus berpegang pada tantangan masa depan yang penuh dengan persaingan global agar mampu berkompetisi secara baik. Upaya pembenahan kualitas pendidikan terutama pendidikan swasta ini menjadi tanggungjawab yang besar dan berat bagi kita, namun akan menjadi suatu kebanggaan bagi kita apabila mampu memberikan konstribusi yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di negeri ini, karena dalam sejarah perkembangannya di Indonesia menunjukkan kepada kita betapa besarnya peranan sekolah swasta di dalam meningkatkan kehidupan intelektual dan sosial bangsa Indonesia. Menurut Tilaar (2001: 83), “Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, tidak bisa mengabaikan eksistensi dan keikutsertaan sekolah swasta sebagai sebuah lembaga pendidikan yang banyak sumbang sih pada negeri ini.” Sebagaimana dikemukakan oleh Jalal dan Supriadi (2001:74) bahwa “Saat ini harapan dan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu semakin meningkat, dan hal itu menuntut kesungguhan pengelolaannya secara lebih bermutu dan akuntabel.” Analisis tersebut sangatlah wajar karena dengan pengelolaan yang lebih bermutu dan akuntabel, Madrasah Aliyah Swasta niscaya akan lebih mampu memberdayakan pendidikan menengahnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pandangan futuristik ini sejalan dengan asumsi Tilaar (2000:4) maupun Syafaruddin (2002:1) yang secara eksplisit menegaskan bahwa “Bagaimanapun pendidikan merupakan bagian integratif dari cita-cita nasional.” Artinya untuk mewujudkan cita-cita 38 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
nasional tidaklah bisa dilepaskan dari peran strategis dan urgen pendidikan di Indonesia. Jika dikembalikan pada konteks pendidikan menengah, berbagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup tentu harus dilakukan oleh pendidikan menengah swasta apabila ingin tetap eksis dan tetap memperoleh kepercayaan dari stakeholder. Upaya sekolah menengah tersebut akan sangat ditentukan oleh bentuk keseriusan dan kinerjanya dalam menyusun manajemen mutu program pendidikan menengah yang tertuang dalam visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan serta penerapan strategi pengawasan atau supervisi, atau melalui serangkaian program lain secara tepat dan terpadu (integrated implementation) sehingga ke depan akan mampu melahirkan out put pendidikan yang bermutu dan kompetitif. Kenapa proses pelaksanaan pendidikan di Madrasah Aliyah harus merumuskan manajemen program mutu sesuai dengan konsep manajemen program pendidikan? Jawabannya adalah agar Madrasah Aliyah mampu hidup dalam mengantisipasi perkembangan global, “bisnis” pendidikan di era internasionalisasi sekaligus otonomi pendidikan saat ini. Apalagi pemerintah saat ini telah membuka “kran” reformasi pendidikan, di mana persaingan global tidak mungkin lagi dihindarkan oleh Sekolah Menengah Atas. Oleh karena itu sudah seharusnyalah Madrasah Aliyah saat ini mulai berpaling dari model pengelolaan atau manajemen konvensional ke arah manajemen mutu program pendidikan menengah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Sallis (2001:9) maupun Oakland (1989:34) bahwa “The application of program quality management on the world of education will give several strategic assurances of its exsistence,” termasuk dalam hal ini bagi Madrasah Aliyah Darul A’mal di Kota Metro. Signifikansi aplikasi manajemen mutu pembelajaran Madrasah Aliyah Darul A’mal, menurut penulis setidaknya akan memberikan positive feedback bagi Madrasah Aliyah tersebut di masa yang akan datang, di antaranya; (1) penyelenggaraan penendidikan menengah termasuk Madrasah Aliyah Darul A’mal akan semakin eksis karena disupport oleh 39 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
mutu pendidikan yang semakin baik, (2) Penyelenggaraan sekolah swasta memiliki kapabilitas untuk bersaing dengan banyaknya pendidikan menengah negeri lain yang sama-sama memiliki tingkat mutu kompetitif. (3) Pendidikan Menengah akan selalu mampu menempatkan dirinya sebagai patner dalam dunia industri yang semakin berkembang dengan konsistensinya dalam memproduk out put pendidikan yang unggul dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan zaman. Dari hasil survey peneliti pada tahun 2011, menunjukkan penelitian sementara (penelitian awal) 37 % Madrasah Aliyah tidak konsisten melaksanakan supervisi dan menerapkan manajemen mutu, sehingga out put pendidikannya kurang kompetitif. Dengan adanya penelitian tentang aplikasi manajemen mutu program ini, penulis berharap nantinya dapat lebih memberikan konstribusi bagi peningkatan mutu program pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Metro dan bermanfaat bagi penyelenggaran pendidikan di Lampung. Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah serta analisa survey peneliti, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan masalah penelitian ini : 1. Masih lemahnya kontribusi supervisi dalam penjaminan manajemen mutu program pembelajaranKurang optimalnya implementasi program penjaminan mutu pembelajaran yang pada akhirnya menyebabkan penyelenggaraan Madrasah Aliyah Swasta di Kota Metro menjadi kurang produktif dalam menghasilkan out put pendidikan yang bermutu dan kompetitif. 2. Menurunnya animo calon siswa baru yang akan masuk Madrasah Aliyah Swasta di Kota Metro pada setiap tahunnya. 3. Belum optimalnya dilaksanakan bentuk penjaminan mutu proses pendidikan, supervisi akademik dilakukan masih hanya dalam bentuk administratif belum efektif dan komprehensif .
40 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Adapun alasan mengapa penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Darul A’mal Kota Metro adalah,: Pertama, secara institusional telah mencanangkan sebagai program mutu samping memiliki konsen dan komitmen pada pengembangan nilai-nilai budaya dan relegius juga telah melaksanakan supervisi akademik sehingga mampu melahirkan keunggulan akademik seperti menghantarkan lulusan serta terwujudnya program unggulan sebagai karakteristik pendidikan integratif yang kompetitif. Kedua, Kota Metro yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan (city of educational centre), dan mencanangkan sebagai Kota Pedagogik ( Pendidikan Perdagangan dan Ekonomi Kerakyatan ) maka secara tidak langsung akses informasi yang terkait dengan pengembangan dan inovasi pendidikan pun secara otomatis juga terakses. Berangkat dari asumsi inilah peneliti akan berusaha memperoleh jawabannya dengan mengadakan penelitian secara lebih komprehensif dengan harapan final result dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu academic reference bagi Madrasah Aliyah Darul A’mal di Kota Metro khususnya dalam penjaminan mutu program pembelajaran yang lebih efektif. Berangkat dari latar belakang masalah di atas, ada sejumlah masalah yang menjadi fokus penelitian ini yang mencakup: Penelitian yang penulis lakukan fokus pada pelaksanaan supervisi akademik di madrasah yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pejabat yang berwewenang secara sitematis dan terus menerus sehingga memiliki kontribusi pada peningkatan efektifitas pembelajaran yang berdampak pada mutu pendidikan. Dengan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Penyelenggaraan pendidikan menengah di Kota Metro khususnya Madrasah Aliyah Darul A’mal belum sepenuhnya mengaplikasikan tindakan supervisi akademik sebagai bagian bentuk penjaminan mutu pembelajaran (total quality management), Hal ini disinyalir ada beberapa faktor: (1) ketidaktahuan sebagian besar pengelola madrasah tentang konsep manajemen mutu, (2) minimnya sumber daya manusia yang memiliki 41 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
kompetensi dan profesionalisasi di bidang aplikasi manajemen mutu, dan (3) minimnya dukungan finansial internal lembaga untuk mensupport keberadaan sekaligus aplikasi manajemen mutu pendidikan menengah. Hal tersebut berimplikasi pada rendahnya mutu pembelajaran, termasuk mutu hasil pendidikan menengahnya (academic quality). Dengan dukungan aplikasi manajemen mutu program pendidikan melalui supervisi akademik dapat diharapkan akan memudahkan Madrasah Aliyah di Kota Metro untuk mereduksi segala kelemahan dan kegagalan dalam pengelolaan pendidikan menengah selama ini sekaligus menghasilkan mutu lulusan yang unggul dan kompetitif. Untuk mendukung perumusan ini peneliti menggunakan analisis teori Juran (1991), Sallis (2001) dan Besterfield (1999) dalam melihat aplikasi manajemen mutu program pembelajaran tersebut yang dipetakan ke dalam sejumlah fungsi manajemen, yaitu: (1) perencanaan supervisi aplikasinya terhadap mutu program pembelajaran, (2) pelaksanaan supervisi aplikasinya dengan mutu program pembelajaran (bersifat pengendalian), serta (3) evaluasi pelaksanaan supervisi pendidikan (bersifat peningkatan). Untuk melihat mutu pembelajaran dilihat dari beberapa aspek: (1) in put, (2) proses, dan (3) out put (hasil) yang dijalankan oleh MA tersebut sebagaimana teori Crosby dalam memandang mutu program pembelajaran. Untuk memudahkan dalam melihat alur permasalahan dalam penelitian ini, penulis melalui gambar akan mendeskripsikan peta permasalahan penelitian ini secara sederhana sebagai berikut; IN PUT
INSTRUMENTAL IN PUT • Ketua Yayasan/Komite • Kepala Sekolah • • Supervisor Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember • Tim Pengembang • Madrasah • Pengawas Pendidikan • • Guru
PROSES
PROSES MANAJEMEN MUTU PROGRAM PEMBELAJARAN Perencanaan supervisi Pembelajaran 2014 Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Evaluasi Supervisi
OUT PUT
42
DAMPA (MUTU PEMBELAJA
B. Karang Pikir Penelitian Dalam menjamin mutu pembelajaran di madrasah dilakukan proses supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala madrasah, tim pengembang kurikulum, dan pengawas pendidikan, dilakasanakan secara terus menerus terencana pada proses pembelajaran berlangsung di madrasah, dari pelaksanaan supervisi ini diharapkan dapat memberikan informasi sedini mungkin tentang efektifitas pembelajaran dan hal-hal yang mempengaruhi proses pembelajaran yang terjadi di madrasah, dan apabila timbul masalah yang dapat menghambat keberhasilan pembelajaran segera dapat dicari solusinya untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun tujuan pelaksanaan superviisi akademik : (1). Melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran , (2). Pembinaan dan perbaikan terhadap proses pembelajaran, (3). Analisis kesesuaian antara materi mengajar, strategi mengajar, metode dan teknik dalam pelaksanaan pembelajaran serta (4). Tindak lanjut hasil yang dapat dijadikan pertimbangan oleh kepala madrasah untuk menentukan kebijakan strategis demi terwujudnya mutu pembelajaran.
PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN
IN PUT
PROSES
PROSES SUPERVISI PROGRAM PEMBELAJARAN • Perencanaan supervisi PELAKU SUPEVISI Pembelajaran • Kepala Sekolah 43 Pelaksanaan Supervisi • Tim Pengembang Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember• 2014 pembelajaran Madrasah • Evaluasi Supervisi • Pengawas Pendidikan Pembelajaran
OUT
M PEMBE EFE
C. Pembahasan Ngalim Purwanto (2007: 74), mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan guru dan peningkatan mutu pembelajaran pendidikan. Supervisi akademik adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pembidangan supervisi terbagi menjadi dua golongan yaitu supervisi akademik yaitu supervisi dilakukan pada proses peningkatan mutu pembelajaran dan supervisi manajerial yaitu supervisi dilakukan untuk menilai dan membina tentang pelaksanaan pendidikan meliputi bidang tata usaha, bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang sarana prasarna. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membatu pendidik (guru) mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik bukan menilai kinerja pendidik melainkan membantu pendidik (guru) mengembangkan kemampuan profesionismenya. Tugas kepala madrasah dalam supervisi akademik meliputi aspek (1) pelaksanaan tugas pembinaan; (2) pemantauan dan penilaian kinerja guru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran. Fungsi supervisor dalam implementasi supervisi akademik meliputi (1) pembinaan guru sesuai dengan kondisi di sekolah dalam pengelolaan proses pembelajaran; (2) standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian. (3) pemberian motivasi pada pendidik; (4) perubahan perilaku pendidik ke arah yang lebih berkualitas. Tujuh prinsip supervisi akademik adalah (1) Manusiawi; (2) Berkesinambuangan (3) Demokratis ; (4) Integral; (5) Komprehensif; (6) Konstruktif; (7) Objectif. 44 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Selanjutanya Tiga pendekatan supervisi akademik (Sahertian, 2000:44-52) adalah pendekatan (1) Langsung (direktif) tanggung jawab lebih banyak pada pengawas (2) Tidak langsung (Non-direktif) tanggung jawab lebih banyak pada guru. (3) Kolaboratif tanggung jawab relatif sama antara guru dan pengawas. Tiga pendekatan Supervisi Akademik (Achecon, Keith, At Al, 1987) adalah (1) Scientific / dari hasil pengamantan; (2) Artistic (3) Clinik berdasarkan diagnosa. Dua teknik supervisi akademik (Gwyn) adalah teknik (1) Supervisi Individual meliputi (a) kunjungan kelas, (b) observasi kelas; (c) pertemuan individual (d) kunjungan antar kelas, (e) menilai diri sendiri, (f) portofolio supervision, (g) action research, (h) peer coaching, (i) mentoring and induction. (2) Supervisi Kelompok meliputi (a) kepanitiaan, (b) kerja kelompok, (c) lab. kurikulum, (d) baca terpimpin, (e) demonstrasi pembelajaran, (f) darmawisata, (g) kuliah, (h) diskusi panel, (i) perpustakaan jabatan, (j) organisasi professional, (k) bulletin supervisi, (l) pertemuan guru, (m) lokakarya. Lima langkah pembinaan guru dalam supervisi akademik meliputi (1) menciptakan hubungan yang harmonis, (2) analisis kebutuhan, (3) pelaksanaan supervisi akademik (teknik individual and kelompok), (4) evaluasi keberhasilan supervisi akademik, (5) perbaikan program supervisi akademik. Dalam pelaksanaaan supervisor di madrasah dilengkapi instrumen supervisi, proses pembelajaran. Hasil dari implementasi tersebut dianalisis dan diberi rekomendasi, apakah akan dilakukan supervisi klinis atau supervisi kelompok hal ini dengan permasalahan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Adapun target sasaran Supervisi Akademik dengan atribut mutu pembelajaran sebagai berikut: Relevansi
Strategi belajar
Efisiensi
Efektivitas
Mutu Pembelajaran Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014 Pendekatan KBM
45
Akun
Sumber
Sarana
Gambar.1.1.Atribut Mutu Pembelajaran Sumber: Tampubolon, (2001:35) Pengertian mutu madrasah di sini bukan merupakan sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh sistem madrasah terutama madrasah di negara kita. Berbagai usaha dan program telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan mutu madrasah ke arah yang lebih berkualitas dan efektif termasuk di antaranya mengaplikasikan manajemen mutu terpadu (total quality management) dalam pengelolaan Madrasah. D. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang masalah dan pembahasan di atas dalam penelirian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepala Madrasah menyusun perencanaan supervisi pembelajaran yang tersusun dalam jadwal supervisi selama satu semester pada setiap jam pelajaran , Standar kompetensi dan kompetansi dasar, dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut : 1). Mensosialisasikan pelaksanaan supervisi dan manfaat supervisi pembelajaran kepada seluruh stake holders , 2). Tahapan pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala madarasah, wakil kepala madrasah, pengawas pendidikan dan guru senior, 3). Supervisor dilengkapi dengan pedoman yang valid dan instrumen yang telah baku, 4).Kegiatan tindak lanjut hasil pelaksanaan supervisi pembelajaran. 2. Pelaksanaan supervisi terbagi menjadi dua bagian yaitu supervisi manajerial yang dilaksanakan oleh Pengawas Pendidikan yang meliputi penjaminan mutu 8 standar pendidikan (SNP) dan supervisi akademik yang dikenal 46 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
sebagai supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala madrasah, wakil kepala dan guru serta pengawas pendidikan, supervisi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pendidikan dengan langkah-langkah 1). Penilaian pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan observasi langsung, 2). Rekomendasi perbaikan dari hasil observasi yang telah dilakukan,3). Forum diskusi antara supervisor dengan guru-guru untuk membahas temuan dalam pelaksanaan supervisi dan 4). Terbangunnya komitmen untuk perbaikan guna perbaikan terus menerus ( quality improvement ) . 3. Faktor pendukung implementasi supervisi dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di madrasah di mana seorang kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas jabatan kepala madarasah, kepala madrasah mampu memberikan contoh, arahan, petunjuk dan pembinaan kepada guru dalam perbaikan proses pembelajaran, kepala madarasah memiliki fungsi sebagai supervisor. Faktor penghambatnya adalah out put pelaksanaan pembelajaran adalah manusia, setiap manusia memiliki karakter yang unik, sehingga dalam pelaksanaan membangun mutu pendidikan perlu kebersamaan dan komitmen yang tinggi . E. Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Colling, C.C. (1993). Teaching quality revisited: Warnock words for policy practice. Journal of Quality Assurance in Education. Vol. 1 No. 3, 21-25. Ngalim purwanto, (2008) administrasi dan suvervisi pendidikan, Rosda Karya Bandung Sallis, E. (2001). Total quality management in education. New Jersey: Prentice Hal.Inc. Sobirin, A. (7 Juni 2005). Tantangan dan peluang lulusan tarbiyah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Prospek Tarbiyah dan Tantangannya. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. 47 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014
Syafaruddin. (2002). Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan: Konsep, strategi, dan aplikasi. Jakarta: Grasindo. Tampubolon, D.P. (2001). Perguruan tinggi bermutu: Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi menghadapi tantangan abad ke-21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tilaar, H. A. R. (1999a). Beberapa agenda reformasi pendidikan nasional dalam perspektif abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
48 Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014