KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAT PENCAPAIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA SISWA Soeharto dan Arlinda Dwi Cahyani Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT: The objectives of this research are to find: (1) the students’ achievement level of developmental tasks, (2) the parents’ education pattern of students’ family, (3) the contribution of teaching education pattern of parent to the students’ achievement level of development tasks at the eighth grade students of SMP Negeri 3 Surakarta. This research is quantitative descriptive research. This research was conducted at SMP Negeri 3 Surakarta. The population of this research which consisted of 292 students. The sample of this research which consisted of 117 students. The technique of collecting the data used was questionnaire and developmental task inventory (ITP). Questionnaire validity used was empiric validity (items analyzes). Meanwhile, reliability test used was Spearman Brown with SPSS 16.0 application. The technique of analyzing the data used for the first and second hypothesis was t-test, which was continued by using One Tail Test with left tail test. Furthermore, simple linear regression technique with SPSS 16.0 was used to analyze the third hypothesis. The results of the research showed that: (1) the average score of the students’ achievement in development tasks of eighth grade students of SMP Negeri 3 Surakarta was more than 37,67 (>37,67) and less than 41,73 (<41,73), (2) the average score of parents’ education pattern of students’ family was more than 46 (>46) and less than 90 (<90), (3) there was contribution of parents’ education pattern to the students’ developmental tasks achievement. It was proven with the result of simple regression linear analysis which showed that rx1y = 0.451 and p = 0.000, whereas, the predicator contribution was 19.7%. Key words: teaching education pattern of parents, achievement level of developmental tasks. PENDAHULUAN Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi pada setiap individu manusia sejak dalam kandungan, yaitu sejak terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel
sperma sehingga terjadi pembuahan. Pertumbuhan juga berlangsung terus menerus pada setiap individu selama kehidupan individu tersebut melalui beberapa fase dan tahapan. Selama individu
tumbuh dan berkembang, setiap fase dan tahapan perkembangan tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya, melainkan berkaitan erat dan saling berhubungan. Pertumbuhan dan perkembangan juga merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Hurlock (1980: 6), mengemukakan bahwa “perkembangan mengikuti pola tertentu dan yang dapat diramalkan”. Maksudnya, yaitu perkembangan merupakan fase yang terpola tertentu sesuai periode tertentu pula. Jadi, perkembangan pada individu yang normal dapat diramalkan dan mengikuti pola tertentu yang umum. Pola-pola ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan berpengaruh karena kondisi ini memungkinkan untuk meramalkan apa yang dilakukan orang pada usia tertentu, Pertumbuhan mencakup aspek fisik, sedangkan perkembangan mencakup aspek psiko-fisik pada individu. Ketuntasan dalam pencapaian perkembangan dan pertumbuhan setiap individu satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan (Syamsu
Yusuf, 2011: 31-61). Masingmasing faktor memegang peranan penting pada pertumbuhan dan perkembangan setiap individu. Fase-fase dalam perkembangan individu mencakup beberapa periode perkembangan. Periode-periode ini mencakup sejak individu di dalam kandungan sampai dengan individu mengalami usia lanjut dan menuju kematian. Akan tetapi, periode yang paling rawan dalam suatu fase perkembangan individu yaitu masa remaja. Hurlock (1980: 207) mengemukakan bahwa, masa remaja merupakan periode yang penting karena akibat perkembangan secara fisik dan psikologis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan antara masa kanak-kanak sebelum menjadi dewasa ini disebut juga masa mencari jati diri. Setiap fase dan tahapan perkembangan terdapat serangkaian tugas-tugas yang harus diselesaikan. Seperti yang dikemukan oleh R.J Havigurst mengenai tugas-tugas perkembangan: A developmental tasks is a tasks which arises at or about a certain periode in the life of the individual,
succesfull achievement of which leads to his happiness and to success wuth later tasks; while failure leads to unhappiness on the invidual, disapproval by the society, and difficulty with later tasks ( Havighurst, 1953: 2). Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil dalam pencapaiannya akan menimbulkan kebahagiaan dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal, akan menimbulkan ketidakbahagiaan, tidak diterima oleh masyarakat dan mengalami kesulitan dalam menghadapi tugastugas berikutnya. Sejalan dengan adanya tugas-tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan, maka kebutuhan akan pendidikan merupakan salah satu yang diperlukan oleh setiap individu. Pendidikan mencakup dua jalur, yaitu: pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dari keluarga dan dari lingkungan. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Bab I, Pasal I, Ayat I1). Pendidikan formal disini menyangkut pendidikan yang diperoleh melalui sekolah. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Bab 1, Pasal 1, Ayat 13). Pendidikan formal di sekolah melalui program Bimbingan dan Konseling, siswa diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki serta mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang penuh sebagai individu. Layanan bimbingan dan konseling yang berorientasi membimbing individu mencapai tugas-tugas perkembangannya adalah Bimbingan dan Konseling Perkembangan, Ahman (dalam Mamat Supriatna, 2011: 30) mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling Perkembangan adalah pemberian bantuan kepada siswa yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian penting dan integral dari suatu proses pendidikan. Tetapi diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, siswa maupun dengan orang tua dalam mencapai tujuan tersebut. Layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Surakarta sudah diterapkan sejak lama. Apalagi sekarang layanan bimbingan dan konseling sudah menerapkan Layanan Bimbingan dan Konseling Perkembangan. Pelaksana layanan Bimbingan dan Konseling Perkembangan di sekolah tersebut adalah guru-guru bimbingan dan konseling yang sudah terdidik dan terlatih secara profesional dan sudah tersertifikasi. Sehingga setiap layanan Bimbingan dan Konseling Perkembangan sudah diterapkan dan membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Seharusnya siswa di sekolah tersebut dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa SMP pada kelas VIII. Misalnya, siswa sudah mentaati tata tertib yang berlaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. siswa sudah mampu bersikap yang sopan, baik terhadap orang yang lebih tua maupun orang yang lebih muda, berkata jujur pada setiap perbuatan yang dilakukannya. bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, mampu
melaksanakan ibadah dengan teratur. dan mampu menerima peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin. Ini merupakan fenomena yang seharusnya terjadi. Fenomena yang terjadi sekarang ini kenyataanya masih saja terdapat siswa-siswa yang belum mampu mencapai perkembangan yang seharusnya. Hal ini terbukti dari pengamatan yang dilakukan bahwa masih saja terdapat banyak siswa yang belum menaati peraturan sekolah, belum mampu berkata jujur dalam setiap perbuatan yang dilakukan siswa, siswa belum dapat menguasai emosinya dnegan baik, siswa belum mencapai hubungan sosial dengan baik, siswa belum dapat bertanggung jawab atas kewajiban sebagai siswa maupun bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Akibat dari belum optimalnya pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa tersebut yaitu siswa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan sekolah dan lingkungan siswa tersebut. Pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang mendukung maupun yang menghambatnya. Desmita (2010: 27) memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
manusia dibagi manjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas bakat, minat, keturunan, dan persepsi siswa akan manfaat layanan Bimbingan dan Konseling. Faktor ekternal terdiri atas faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman sebaya. Berkenaan dengan faktor tersebut, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapain tugas-tugas perkembangan yaitu dari keluarga. Pendidikan informal yang diperoleh siswa melalui keluarga dan lingkungan juga sangatlah penting dalam pencapaian tugastugas perkembangan siswa. Partini, dalam (Sayekti Pujo Suwarno, 1994: 10) merumuskan pengertian keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, isteri dan anak-anak (bila ada) yang didahului dengan ikatan perkawinan. Keluarga juga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Menurut Syamsu Yusuf (2011: 31) “keluarga juga merupakan suatu institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi terutama pengembangan kepribadian dan ras manusia”. Karena di dalam keluarga, anak juga mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma yang
berguna dalam bergaul dengan masyarakat. Keluarga juga mempunyai fungsi edukatif (pendidikan). Hal ini dikarenakan keluarga juga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sarlito Wirawan (1994: 112) bahwa sebelum anak mengenal norma-norma dan nilainilai dari masyarakat umum, pertama kali anak menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga yang dijadikan bagian dari kepribadiannya. Dengan demikian, maka jelas bahwa keluarga merupakan tempat dimana anak pertama kali mendapatkan pendidikan sebelum mengenal masyarakat dan keluarga juga tempat pembentuk kepribadian anak. Komponen dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Salah satu komponen yang berpengaruh yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak. Pola asuh yaitu suatu pola yang diterapkan orang tua dalam keluarga dalam memelihara, membimbing, mendidik dan mengarahkan serta mengasuh anak-anaknya di dalam suatu
keluarga. Namun pada kenyataannya, masih terdapat orang tua yang tidak memperdulikan perkembangan anak dengan menerapkan pola asuh yang cenderung mengabaikan perkembangan yang terjadi pada anak. Berdasarkan uraian di atas mengenai pentingnya pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarga, maka secara langsung maupun tidak langsung hal ini diduga berpengaruh terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan, termasuk pada masa remaja. Lebih lanjut berdasar pengamatan/observasi yang telah dilakukan, ternyata masih banyak siswa yang belum mengetahui jenis-jenis tugas-tugas perkembangan khususnya tugastugas perkembangan pada masa remaja usia sekolah menengah pertama. Hal ini terlihat pada masih banyaknya siswa yang belum memenuhi tugas-tugas perkembangannya dan peran orang tua dalam pencapaiannya. Misalnya, masih kurangnya ketaqwaan kepada Tuhan YME, kurangnya penanaman disiplin terhadap diri sendiri,kurang terjaganya kebersihan diri maupun lingkungan maupun kurangnya kesadaran individu siswa dalam kerapian berpakaian. Fenomena ini
tidak terlepas dari kebiasaan ataupun peraturan yang terdapat pada keluarga dari masing-masing siswa. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Sutarno (2010:13) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan, melukiskan atau memberikan dan menafsirkan peristiwa atau situasi yang terjadi saat sekarang atau penelitian berlangsung untuk keperluan saat sekarang. Dapat disimpulkan dari pengertian tersebut bahwa penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau melukiskan keadaan sesorang, lembaga dan masyarakat yang terjadi saat sekarang berdasarkan fakta yang ada. Ciri-ciri pokok penelitian deskriptif adalah: a. Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat deskripsi mengenai peristiwa, kejadian atau gejala tingkah laku b. Penelitian deskriptif diutamakan memusatkan
pada maslah aktual yang terjadi saat sekarang c. Data mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis. (Sutarno, 2010: 13) Tujuan penelitian deskriptif menurut Sumadi Suryabrata yaitu membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (2003: 75). Pemilihan penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini memusatkan pada masalah yang ada pada masa kini yang bersifat aktual dan merupakan topik yang masih hangat diperbicarakan pada saat ini. Sehubungan dari ciri-ciri penelitian deskriptif diatas, penelitian ini termasuk dengan penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta. 2. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam keluarga siswa tersebut, 3. Untuk mengetahui kontribusi pola asuh orang tua terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 210) mengemukakan bahwa hipotesis
adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya. Selanjutnya menurut Sugiyono (2005: 82) berpendapat mengenai pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut dapat berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan (komparasi), atau variabel mandiri (deskripsi). Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hipotesis Pertama Rumusan hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah bagaiamana tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 37,67 (≥37,67). Hipotesis tersebut selanjutnya diuji dengan Uji Fihak Satu (One Tail Test) dengan Uji Fihak kiri.
Dari perhitungan tersebut diperoleh dk = n – 1, 117-1 = 116. Jadi t tabel dengan dk = 116, diperoleh t hitung = 22,55 dengan taraf kesalahan 5% untuk uji satu fihak diperoleh t tabel = 1,95. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pencapaian tugas-tugas
perkembangan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 37,67 (≥37,67) dapat diterima. Artinya, tingkat pencapaian tugastugas perkembangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta tergolong sedang. 2. Hipotesis Kedua Rumusan hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah bagaimana pola asuh orang tua pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta dengan rata-rata skor yang diperoleh lebih dari 46 (>46). Hipotesis tersebut selanjutnya diuji dengan Uji Fihak Satu (One Tail Test) dengan Uji Fihak kiri. 3. Hipotesis Ketiga
Dari perhitungan tersebut diperoleh dk = n – 1, 117-1 = 116. Jadi t tabel dengan dk = 116, diperoleh t hitung = 46,8 dengan taraf kesalahan 5% untuk uji satu fihak diperoleh t tabel = 1,95. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 46 (≥46) dapat diterima. Artinya, Pola asuh otoriter cenderung diterapkan oleh orang tua pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta.
Tabel 4.7 Correlations
Variabel Pola asuh orang tua (X)
Pearson Correlation
Variabel Pola asuh orang tua (X)
Variabel Tingkat Pencapaian TugasTugas Perkemban gan (Y)
1
.451**
Sig. (2-tailed) N
.000 117
117
Variabel Tingkat Pencapai an TugasTugas Perkemb angan (Y)
Pearson Correlation
.451**
Sig. (2-tailed)
.000
1
N 117
117
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed). h 0,000. Berdasarkan hasil uji Hipotesis ada: hipotesis menggunakan SPSS a) H0: Tidak ada 16.0 (Yohanes Anton Nugroho, hubungan antara pola 2011) apabila P < 0,05 maka asuh orang tua (X) H0 ditolak dan Ha diterima. terhadap tingkat Dalam penelitian ini p = 0,000 pencapaian tugas-tugas dimana 0,000 < 0,05. Jadi perkembangan (Y). dapat disimpulkan bahwa H0 b) Ha: Ada hubungan yang berbunyi tidak ada antara pola asuh orang hubungan antara pola asuh tua (X) terhadap tingkat orang tua (X) dengan tingkat pencapaian tugas-tugas pencapaian tugas-tugas perkembangan (Y). perkembangan (Y) di SMP Negeri 3 Surakarta ditolak, dan Berdasarkan Ha yang berbunyi ada perhitungan koefisien korelasi hubungan yang signifikan sederhana antara pola asuh antara pola asuh orang tua (X) orang tua (X) dengan tingkat dengan tingkat pencapaian pencapaian tugas-tugas tugas-tugas perkembangan (Y) perkembangan (Y) diperoleh diterima. Dengan demikian, hasil sebagai berikut: untuk mengetahui sumbangan Dari perhitungan hasil (kontribusi) pola asuh orang analisis nilai probabilitas antara tua terhadap tingkat pencapaian pola asuh orang tua (X) dengan tugas perkembangan siswa tingkat pencapaian tugas-tugas dilakukan langkah sebagai perkembangan (Y) adalah berikut:
a) Persamaan Regresi Dalam perhitungan persamaan regresi yang menggunakan teknik regresi linier sederhana diperoleh kaidah uji lineritas dari Yohanes Anton Nugroho ( 2011: 87 ) sebagai berikut: Ho: dinyatakan terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel bebas dengan terikat Ha: dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan terikat Hipotesis tersebut selanjutnya diuji dengan statistik dengan kriteria uji sebagai berikut: Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Berdasarkan hasil pengujian persamaan regresi antara variabel pola asuh orang tua (X) dengan tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan (Y) didapatkan nilai Fhitung = 29,388 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai p value sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (< 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari pola asuh orang
tua (X) terhadap tingkat pencapaian tugas–tugas perkembangan siswa (Y). Dari perhitungan uji t diperoleh t hitung=26,267 dan taraf signifikansi 5,421. Sehingga dapat diartikan bahwa kedua koefisien regresi adalah signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksikan Kontribusi pola asuh orang tua (X) terhadap Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan (Y). Untuk persamaan garis regresi diperoleh nilai sebesar: Y = 29,388 + 0,90 X Persamaan Y = 29,388 + 0,90 X artinya setiap kenaikan 1 tingkatan variabel pola asuh orang tua (X) maka variabel tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan (Y) akan bertambah sebesar 0,90 satuan. b) Sumbangan (kontribusi) pola asuh orang tua (X) terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa (Y) Berdasarkan hasil perhitungan R square diperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel 4.8 Model Summary (Sumbangan Prediktor) Model Summary Model 1
R .451 a
Adjusted R SquareR Square .204 .197
Std. Error of the Estimate 1.82106
a. Predictors
a. Predictors: (Constant), Variabel Pola Asuh Orang tua (X) b. Dependent Variable: Variabel Tingkat Pencapaian TugasTugas Perkembangan (Y)
Nilai R sebesar 0,451 sedangkan R square adalah sebesar 0,204. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,197, artinya besarnya pengaruh X terhadap Y adalah 19,7%. Sehingga sumbangan variabel pola asuh orang tua (X) terhadap variabel tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan (Y) adalah sebesar 19,7%. Artinya 19,7% tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Besarnya sumbangan (kontribusi) dari masing-masing pola asuh yaitu: Pola asuh Otoriter memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa sebesar 14,3%, untuk pola asuh demokratis memberikan sumbangan (kontribusi) sebesar
3,03 % dan untuk pola asuh laissez faire memberikan sumbangan (kontribusi) sebesar 2,37 %. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pola asuh otoriter memberikan sumbangan (kontribusi) paling besar terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan kemudian diikuti pola asuh demokratis dan pola asuh laissez faire. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa yang tergolong sedang. Dengan ratarata skor yang diperoleh adalah lebih dari 37,67 (>37,67) dan kurang dari 41,73 (<41,73) yaitu terdapat pada tingkat konformistik, tingkat sadar diri, dan tahap seksama. Rata-rata pencapaian tugas-tugas
perkembangan siswa berada pada Tingkat IV: Tingkat Sadar Diri (SD). Tingkat III (konformistik) yang berarti individu peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial, peduli terhadap aturan eksternal, kurang introspeksi, dan merasa berdosa jika melanggar aturan. Tingkat IV (sadar diri) menunjukkan bahwa individu sudah mampu berfikir alternatif, melihat harapan dari berbagai situasi kemungkinan, peduli terhadap kesempatan yang ada, orientasi pemecahan masalah dan penyesuaian terhadap situasi dan peranan. Sedangkan tingkat V (saksama) yang menunjukkan bahwa individu bertindak atas dasar nilai internal, melihat keragaman emosi, melihat tujuan jangka panjang, cenderung melihat peristiwa dari konteks sosial, berfikir kompleks atas dasar analisis. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa pola asuh orang tua pada siswa-siswa tersebut dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 46 (>46) dan kurang dari 90 (<90). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta adalah cenderung
menerapkan pola asuh otoriter. Berarti bahwa sebagian besar orang tua mendidik anak dengan cara mendasarkan sejumlah aturan yang harus dipatuhi oleh anak, sehingga kebebasan dan keinginan anak menjadi terbatas. Perlakuan orang tua juga menggunakan disiplin yang keras. Orang tua selalu menuntut kepatuhan anak, sehingga anak tidak dapat melakukan sesuatu yang berdasarkan keinginan dan kemampuannya sendiri. Hasil penelitian ketiga, menujukkan bahwa pola asuh orang tua memberikan kontribusi terhadap tingkat pencapaian tugastugas perkembangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari analisis regresi yang diperoleh bahwa Fhitung sebesar 29,388 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai p value sebesar 0,000 kurang dari 0,05 (< 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari pola asuh orang tua (X) terhadap tingkat pencapaian tugas–tugas perkembangan (Y). Dengan demikian, kontribusi pola asuh orang tua terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa dapat digambarkan dengan persamaan
regresi yaitu Y = 29,388 + 0,90 X. Oleh karena itu, maka diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,197. Maka kontribusi pola asuh orang tua terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas pekembangan siswa sebesar 19,7 %. Sedangkan 80,3 % dari tingkat pencapaian tugastugas perkembangan siswa dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Besarnya sumbangan (kontribusi) dari masing-masing pola asuh yaitu: Pola asuh Otoriter memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa sebesar 14,3%, untuk pola asuh demokratis memberikan sumbangan (kontribusi) sebesar 3,03 % dan untuk pola asuh laissez faire memberikan sumbangan (kontribusi) sebesar 2,37 %. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pola asuh otoriter memberikan sumbangan (kontribusi) paling besar terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan kemudian diikuti pola asuh demokratis dan pola asuh laissez faire.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 37,67 (>37,67) dan kurang dari 41,73 (<41,73) yaitu terdapat pada tingkat konformistik, tingkat sadar diri, dan tahap seksama. Rata-rata pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa berada pada Tingkat IV: Tingkat Sadar Diri (SD). 2. Pola asuh orang tua pada siswasiswa tersebut dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah lebih dari 46 (>46) dan kurang dari 90 (<90). Penting bagi orang tua untuk memilih dan menerapkan yang cocok untuk mengasuh anakanaknya. Hal ini tercermin dari cara orang tua mendidik dan membimbing anak-anaknya. 3. Ada kontribusi yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa. Terbukti dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh rx1y = 0,451 dan p=0,000. Dan sumbangan prediktornya 19,7%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin demokratis pola asuh orang tua
maka akan semakin tinggi pula kontribusinya terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa rekomendasi yang perlu disampaikan, yaitu: 1. Bagi Siswa Siswa perlu mempunyai pengetahuan dan memahami mengenai tugas–tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada masa perkembangan masing-masing sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik dan sesuai dengan masa perkembangan yang dicapai oleh siswa tersebut. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling a. Agar tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa dapat tercapai secara maksimal, maka hendaknya guru bimbingan dan konseling membantu siswa dalam rangka mengenal dan memahami tentang tugas-tugas perkembangan yang harus
dicapai siswa pada suatu masa perkembangan tertentu. b. Guru Bimbingan dan Konseling secara aktif memanfaatkan fasilitas yang diberikan sekolah agar siswa dapat memanfaatkannya. 3. Bagi Orang tua a. Sebaiknya orang tua mengetahui dan memperhatikan setiap perkembangan yang dialami oleh anak, dengan cara mendampingi dan mengawasi. b. Orang tua sebaiknya memberikan fasilitas yang mendukung setiap tahap perkembangan yang dialami anak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan meneliti tentang tugas – tugas perkembangan siswa namun ditinjau dari aspek – aspek layanan BK lainnya yang diduga mempengaruhi tingkat pencapaian tugas – tugas perkembangan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Desmita. (2010) . Psikologi Perkembangan Peserta Didik . Bandung : Remaja Rosdakarya. Havighurst, Robert J. (1953). Human Development and Educational. New York: Vid McGraw-Hill, Inc. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Mamat Supriatna, (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nurbani Yusuf . (1998). Bimbingan Konseling Anak Remaja. Yogyakarta: UD. Rama Saifuddin Azwar. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Sam
Vaknin, Ph.D. (2010). Pearting The Irrational Vocation. http://acrhvive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive//11021046 63935.html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2012 pukul 20.00 wib
Santrock, John W. (2003). Adolecence Perkembangan. Jakarta: Erlangga Sarlito Wirawan Sarwono. (1994). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Singgih D. Gunarsa. (1983) .Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: Elex Media Komputindo Siti Anisa. (2005). Kontribusi Pola Asuh Orang tua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Diakses tanggal 3 Maret 2012 pukul 21.30 wib Sugiyono dan Eri Wibowo. (2001). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung ; CV. Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi revisi VI ). Jakarta ; PT.Asdi Mahasatya Sumadi Suryabrata. (2003). Metodologi Penelitian Edisi II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Supranto J. (2009). The Power Of Statistics : Untuk Pemecahan Masalah. Jakarta ; Salemba Empat Sutarno. (1991). Petunjuk Praktikum Laboratorium Konseling dan Psikometrika. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Sutarno. (2010). Metodologi Penelitian dan Bimbingan. Surakata: UNS Press Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Reaserch Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset Syamsu, Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Remaja dan Anak. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Undang-undang RI No. 23 tahun 2003 Nasional.2010.Bandung:PT Citra Umbara
Tentang
Sistem
Pendidikan
Wiwit Wahyuning,Jash,Metta Rachmadiana. (2003). Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Yohanes Anton Nugroho. (2011). It’s Easy, Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta : Skripta Media Creative Zainal Abidin. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya