Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
KONSTRUKSI PEMBELAJARAN IPS BERKARAKTER DI SMP NEGERI 4 PADANGCERMIN TAHUN 2012 Sunardi1, Pargito2, Darsono2 1
Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung 2 Dosen Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung
Abstract: The learning in SMPN 4 Padangcermin, generally still using the old approach namely by lecture method. So, it can not to provide the excitement of learning for students. The delivery of character Value (moral) to within the subjects of Islamic Religion Education and Civics only. The purpose of this research is to gain a learning constructs Social Studies Based Character. The research method used is descriptive qualitative approach. From data collection to analysis and conclusion follow interactive analysis model of Miles and Huberman. The result of the research is to construct the Social Studies character based learning. Several components that are involved in Learning Social Studies based character, such as Educators, Learners, Curriculum, Infrastructure, Communication of Educators and Learners, and Society. The results showed that learning by Character Social Studies principals, teachers, parent guardians, students, and the school committee is to make student learning as a center of learning, full of ideals, beliefs, and loaded with character value delivery. As a result of the inherent behavior of a new culture (habituation) on students is a value of religious, discipline, and Social Care. Keywords: character based learning, social studies, qualitative, construction
PENDAHULUAN Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai–nilai Luhur (karakter), sebagai gerakan nasional Pendidikan Karakter sudah harus kita laksanakan bersama. Pendidikan Karakter dapat diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa kita tidak akan tercapai kembali hanya dengan menyampaikannya melalui pendidikan di sekolah. Budaya dan nilainilai luhur (sebagai karakter bangsa) yang pernah dimiliki bangsa kita akan segera kembali dan melekat dalam diri jika kita menerapkan kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan mengikuti semboyan Ki Hadjar Dewantara tersebut (Sudarmanto, Pendikar: 2011). Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menghasilkan konstruksi pembelajaran IPS berkarakter di SMPN 4 Padangcermin.; 2) Menerapkan Pembelajaran IPS Berkarakter di SMPN 4 Padangcermin; 3) Menjadikan pesertadidik SMPN 4 Padangcermin yang Berakhlaq mulia, Bermoral, Beretika, Berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila. Gambaran pemecahan masalah tersebut seperti dalam Gambar 1 berikut:
39
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
Gambar 1. Kerangka Konseptual Pembelajaran IPS Berkarakter di SMPN 4 Padangcermin (berdasarkan Miles dan Huberman, 1992 : 32).
Pendidikan karakter adalah upaya bangsa Indonesia mengembalikan citra dan jati diri bangsa Indonesia. Pendidikan menurut Rahman (2011), Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang berupaya menjadikan manusia menjadi terdidik dan memiliki: 1) Jati diri; 2) Dapat diterima oleh lingkungan;
3) Selalu berfikir positif; 4) Arif (dapat mengenali orang lain); 5) Bijaksana (tidak gegabah dan tidak sembrono); 6) Memancarkan cinta sejati (tidak pamrih, karena ada maunya); 7) Bermanfaat bagi orang lain. Alur pikir pembangunan pendidikan Karakter, dapat dilihat pada Gambar 2 berikut,
Gambar 2. Alur pikir pembangunan pendidikan Karakter (Pedoman Karakter kemdiknas 2011).
Sedangkan bidang ilmu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu pembelajaran dalam lingkup Pendidikan IPS. Oleh karena IPS di SMP merupa-
kan bagian dari pendidikan IPS, maka perlu suatu pembatasan dalam kawasan pendidikan IPS itu sendiri. Menurut Pargito (2010: 44-49) lima kawasan 40
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
dalam pendidikan IPS sebagai berikut: 1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission); 2) IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual); 3) IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as a reflektive inquiri); 4) IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences); 5) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism). Tujuan pembelajaran IPS terdiri dari empat tujuan. Adapun empat tujuan tersebut adalah: 1) Memberikan kepada pesertadidik pengetahuan (knowledge), tentang pengalaman dan kehidupan bermasyarakat manusia masa lalu, sekarang dan masa dating; 2) Membantu pesertadidik untuk mengembangkan kemampuan (skill) untuk mengolah/ memproses informasi; 3) Menolong pesertadidik untuk mengem-bangkan nilai/sikap (values) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat; 4) Menyediakan kesempatan pada pesertadidik
untuk mengambil bagian/peran serta dalam kehidupan social (social participation) Chapin (1992) dalam Darsono (2008: 25). METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistic, sehingga penyelesaian dan metode yang digunakan adalah Kualitatif. Mulai dari pengumpulan data, analisa data serta pembuatan simpulan dan saran. Maleong, mempertegas dengan mengutarakan sebelas (11) Karakteristik, yaitu, latar alamiah (natural), manusia sebagai alat (instrument)., metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar, deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. (Maleong,2011:8-13). Alur penelitian ditunjukkan Gambar 3 berikut,
Pertama:MenemukanMasalah
Kedua:MerumuskanMasalah
Ketiga: Menentukan Fokus Masalah
Keempat: Menentukan Metode Penelitian
Kelima: Menentukan Sumber Data b. Validasi Data/Olah data a.
Keenam:Analisa Data
Ketujuh: Menarik Kesimpulan
Kedelapan: Membuat Laporan Penelitian Gambar 3. Prosedur Penelitian berdasarkan Sugiyono(2011:340)
41
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
Penelitian ini dilaksanakan mengambil lokasi atau situasi social (Social situation) SMPN 4 Padangcermin Kabupaten Pesawara. Yang akan diteliti berkaitan dengan Tempat (Place), Aktivitas (Activity) dan Pelaku (Actor) (Sugiono: 298,2011). Tempat penelitian ini adalah seluruh lokasi yang berada di komplek SMPN 4 Padang Cermin. Mulai dari Gerbang, kelas, ruang guru, perpustakaan, kantin sekolah, ruang TU dan Ruang Kepala Sekolah, sampai Mushola dan WC. Artinya, seluruh lokasi yang bersentuhan dengan semua aktivitas pesertadidik, dan berhubungan dengan
pendukung pendidikan karakter (character education), akan menjadi lokasi sekaligus obyek penelitian. Kemudian , aktivitas yang akan diteliti atau yang menjadi obyek penelitian adalah mulai dari kebijakan pimpinan, aktivitas Pendidik,aktivitas karyawan , aktivitas pesertadidik / khususnya kelas IX). Untuk menyajikan data tersebut agar lebih bermakna dan mudah dipahami, maka langkah analisis data yang digunakan adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman (1992:20). Keseluruhan proses ini bisa dilihat pada Gambar 4 berikut, Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data Kesimpulankesimpulan penarikan/ verifikasi
Gambar 4. Proses analisis data Miles dan Huberman (1992:20)
Kegiatan analisis pada model interaktif ini meliputi tiga poin penting yang mencakup reduksi data, display data, verifikasi/ menarik kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut ”analisis”. Miles dan Huberman (1992:20) pengertian analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terusmenerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan verifikasi/penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis saling susul
menyusul. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Reduksi Data; 2) Display Data; 3) Verifikasi/Membuat Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan lancar jika pendidik hadir, pesertadidik hadir dan terjadi proses pembelajaran. Pembelajaran diharapkan dapat penuh nilai, bermakna dan menyenangkan. Sehingga pembelajaran akan membekas menjadi habituasi yang membumi dalam keseharian pesertadidik 36
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
mulai dari sekolah, di rumah, di lingkungan bermain dan di masyarakat. Maka cita-cita pendidikan karakter untuk anak bangsa akan terwujud. Satu hal yang perlu kita catat bersama, sebisa mungkin pembelajaran di kelas jangan membosankan, yang hanya akan membuang kesempatan percuma, menjadi rutinitas sia-sia dan tidak tercapai sasaran. Pembelajaran di SMPN 4 Padangcermin, sebagian besar masih menggunakan cara ceramah monoton, untuk itu di sini penulis mulai tahun 2011 merintis pembelajaran yang barkarakter dengan berbagai alat bantu, diantaranya (Laptop, LCD Proyektor, dan Sound System), Dengan harapan pesertadidik akan lebih tertantang dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Khusus pembelajaran IPS kelas IX, diadakan dengan cara kelas bergerak (moving Class). Yaitu setiap berganti pelajaran IPS, maka pesertadidik bergerak menuju Laboratorium IPS, sementara pendidik IPS kelas IX (peneliti) sudah siap di Laboratorium dengan multimedia yang telah disediakan. Yang diawali dengan bersalaman dengan pesertadidik. Mata pelajaran IPS diberikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka ruang lingkup pembelajaran IPS di SMP adalah (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemudian, materi Pelajaran IPS yang akan dijadikan kegiatan pembelajaran
IPS Berkarakter pada penelitian ini adalah SK dan KD pada semester pertama kelas IX, yaitu SK 3 Memahami Perubahan sosial Budaya, KD 3.1 Mendeskripsikan Perubahan sosial Budaya di Masyarakat dan KD 3.2 Menguraikan Tipe Prilaku Masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial budaya di masyarakat. Observasi Praktek Pembelajaran IPS Berkarakter di Kelas IXA, observasi praktek pembelajaran ips berkarakter di kelas ix a pertama, selasa 6 nopember 2012 sebagai berikut: SK. 3. Perubahan Sosial Budaya; KD. 3.1. Mengidentifikasi Perubahan Sosial Budaya; Kegiatan Eksplorasi dilaksanakan selama 15 menit, pembelajaran IPS berkarakter di kelas IXA dilaksanakan berdasarkan jadwal yang tercatat pada jadwal di kantor /ruang pendidik. Pertama adalah doa bersama jika kebetulan adalah jam pertama, dilanjutkan dengan pendidik memeriksa kehadiran pesertadidik, dan mencatat semua kelengkapan. Pelajaran IPS terdiri dari 6 jam pelajaran, yang dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan mesing-masing 40 menit x 2 = 80 menit. Kegiatan eksplorasi ini terdiri dari, pendidik membagi kelompok, menjelaskan SK, KD, Indikator yang akan dicapai, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setelah seluruh pesertadidik jelas, dan sudah tidak ada permasalahanatau kendala, maka dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya, yaitu Elaborasi. Kegiatan Elaborasi selama 40 Menit, pokok dari kegiatan ini adalah inti dari sebuah pembelajaran IPS berkarakter. Mengapa? Jawabnya adalah karena pada kegiatan ini berbagai nilai karakter akan muncul dan diupayakan akan membudaya. Setelah selesai, maka masing-masing kelompok membuat laporan sebagai kesimpulan dari hasil diskusi. Laporan dibuat dua rangkap, satu diserahkan kepada guru mata pelajaran IPS, dan yang satu adalah untuk masingmasing kelompok. Di sinilah beberapa nilai karakter benar-benar mulai tertanam. Sejauh pengamatan penulis, nilai yang sarat terpancarkan pada setiap aktifitas adalah 43
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
religius, disiplin dan peduli sosial. Tentunya diikuti dengan nilai-nilai yang lainya. Kegiatan Konfirmasi selama 25 menit, mulai dari kegiatan eksplorasi, sampai kegiatan elaborasi telah dilaksanakan dengan baik, penuh antusias, maka kegiatan akan segera diakhiri dengan kegiatan Konfirmasi. Kegiatan konfirmasi dimulai dengan respon pendidik kepada pesertadidik, misalnya dengan mangajukan pertanyaan kepada pesertadidik, Dari hasil diskusi dan presentasi rekan kalian, apakah ada yang belum sepakat dan masih ada ganjalan? Dengan pertanyaan tersebut, maka siswa akan segera berebut untuk bertanya. Iya pak, kami belum yakin betul bahwa yang kami sampaikan dan diskusikan itu benar. Praktek Pembelajaran IPS Berkarakter di Kelas IX A Kedua, Rabu, 7 Nopember 2012: SK 3. Perubahan Sosial Budaya; KD 3.2. Perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan; Kegiatan Eksplorasi dilaksanakan selama 15 menit, setelah jam pelajaran berganti, maka pendidik menunggu di depan pintu untuk menyambut pesertadidik dengan bersalaman. Kegiatan ini enak dilaksanakan sebab pendidik datang lebih dahulu di Lab. IPS dan pesertadidik bergerak pindah menuju Lab. IPS dari kelas. Setelah semua pesertadidik hadir dan duduk pada posisi yang mereka inginkan, bahkan mereka saling berebut pada posisi paling depan. Pembelajaran dibuka dengan salam, serta pesertadidik serempak menjawab salam. Selanjutnya pendidik mengulang beberapa informasi berkait dengan pertemuan yang lalu, sebagai pancingan untuk memulai pembelajaran hari ini. Tahap berikutnya adalah pendidik membagi tugas, dan pesertadidik langsung bergabung dengan kelompoknya. Pesertadidik sudah membuat kelompok sesuai dengan daftar kelas IXA. Mereka tidak saling iri atau berebut, mengingat untuk kemampuan akademis, kelas IXA di atas kelas yang lain. Disini peneliti juga ada temuan, bahwa untuk pesertadidik yang memiliki kemampuan akademik lebih, maka tidak akan sulit untuk kerjasama dengan siapapun. Rata-rata siswa mulai tertanam nilai Jujur dan Keteladanan.
Sebab peneliti selalu mengawali pembelajaran dengan dua sifat Rasullulloh yang dua itu, yaitu Jujur dan Keteladanan. Kegiatan Elaborasi selama 40 Menit, pesertadidik sudah terbiasa dengan diskusi, merangkum, mencatat, membuat laporan dan kemudian mempresentasikan di depan kelas. Rasa percaya diri, saling menghargai, kerjasama, rasa ingin tahu, dan peduli sesama kawan mulai tumbuh mengarah pada budaya. Maka, diskusi dengan mudah dilaksanakan dengan kendala yang relatif tidak berarti. Sebagai hasil akhir sementara, jika kelas IXA mendapat tugas sebagai pelaksana Upacara Bendera, maka mereka akan berebut untuk menjadi petugas. Kegiatan Konfirmasi selama 25 menit, setelah kegiatan eksplorasi, dan elaborasi selesai, maka dilanjutkan dengan kegiatan konfirmasi sebagai penutup kegiatan pembelajaran IPS Berkarakter. Tanya jawab, penyamaan persepsi, kesimpulan dan beberapa tambahan dari pendidik untuk SK dan KD Perubahan Sosial. Kegiatan diakhiri dengan ulangan dengan soal sebanyak lima (5) soal uraian. Setelah semua pesertadidik selesai, maka dikumpul dan pendidik memberi salam. Pesertadidik menjawab salam, sambil bergegas mengembalikan buku pelajaran pada tempat semula. Sambil menuju kelas, pesertadidik bersalaman dengan pendidik. Praktek Pembelajaran IPS Berkarakter di Kelas IX A ketiga, Kamis , 8 Nopember 2012: SK 3. Perubahan Sosial Budaya; KD.3.1. Mengidentifikasi Perubahan Sosial Budaya; dan KD.3.2. Perilaku Masyarakat dalam menyikapi perubahan Sosial Budaya. Kegiatan pembelajaran berkararter di kelas IX A berkarakter yang ketiga adalah dilakukan menjadi tiga tahapan: 1) Kegiatan Eksplorasi awal, selama 5 menit. Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa bagian kegiatan, diantaranya pendidik memberi salam, mengecek kehadiran pesertadidik, membagi kelompok, memilih pokok bahasan, dan memberikan waktu untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas kepada pendidik. Dengan demikian, setelah 44
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
pembelajaran berjalan maka tidak ada hambatan serta berjalan lancar sesuai dengan tujuan; 2) Kegiatan Elaborasi, dengan waktu sekitar 30 menit, dimana siswa diberikan kebebasan untuk dapat menggali informasi sabanyaknya sesuai dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing. Selanjutnya siswa membuat catatan, merangkum, dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusinya. Berdasarkan pantauan, disinilah siswa mulai terbangun beberapa karakter, diantaranya setiakawan, tanggungjawab, percaya diri, jujur, gemar membaca, rasa ingin tahu dll. Sehingga dapat memunculkan nilai karakter di kalangan siswa; 3) Kegiatan
Konfirmasi, dilakukan sekitar 45 menit. Pada kegiatan ini digunakan untuk membuat sebuah kesimpulan bersama, menyamakan persepsi, dan menyepakati untuk selanjutnya diadakan ulangan akhir bahasan. Ulangan ini berupa ulangan dari pertemuan pertama, sampai ulangan pada pertemuan kedua. Setelah seluruh pesertadidik selesai menjawab pertanyaan dengan baik, maka pekerjaan dipumpulkan kepada pendidik. Pembelajaran selesai, pendidik memberi salam, pesertadidik menjawab, dan kembali ke kelas dan bersalaman dengan pendidik. Adapun nilai perolehan seperti tertera pada tabel 1 berikut:
Tabel: 1. Matriks (peta) konstruksi pembelajaran ips berkarakter di SMPN 4 padangcermin tahun 2012 Komponen Konstruksi Pembelajaran IPS Berkarakter di SMPN 4 Padangcermin tahun 2012 NO
INFORMAN Peserta didik
Kurikulum
Sarpras
Komunikasi pendidik dan peserta didik
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pendidik
1
Pesertadidik
2
Pendidik dan
Masyarakat
Kepala sekolah 3
Komite dan Orangtua
Keterangan : V = adanya hubungan pertanyaan dengan informasi dari informan. Sumber: Hasil Wawancara, Pengamatan, dan dokumen pembelajaran IPS berkarakter. Berdasarkan Miles and Huberman (1992: 381-388).
1. Pembelajaran Tahap pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari penyampaian materi pelajaran (IPS), dan upaya penanaman nilai karakter, terdapat beberapa pendapat dan informasi baik dari pesertadidik, pendidik/kepala sekolah maupun orangtua/komite sekolah. Adapun komentar, pendapat dan keinginan dari para informan ialah sebagai berikut: 2. Pesertadidik
Pesertadidik menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS yang baik adalah yang tidak monoton, selain bervariasi pendidik diharapkan kaya akan berbagai macam ilustrasi sehingga suasana pembelajaran nampak hidup, semarak, punya daya tarik dan mudah serta menarik untuk diikuti. Pesertadidik tidak menuntut bahwa pendidik harus menggunakan alat canggih yang berupa peraga multimedia, namun lebih penting dari pengelolaan oleh 45
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
pendidik yang bersangkutan. Memang, idealnya ya menggunakan multimedia juga disampaikan dan dikemas dengan sangat menarik. Terlebih di saat jam pelajaran terakhir. Sebab pelajaran apapun itu akan enak diberikan pada saat pertengahan. Misalnya hari Selasa sampai Jumat. Kalau jam pelajaran ya jam ketiga (3) sampai keenam (6). Alasan pesertadidik kalau hari senin, masih ingat hari libur pada hari minggu kemarin. Juga jika hari sabtu, maka sudah ingat besok hari minggu. Itu yang berhubungan dengan hari sekolah. Kalau yang berhubungan dengan jam pelajaran, saat jam pertama, masih lelah dan belum respon. Kemudian, pada upaya penanaman nilai karakter pesertadidik juga sebagian besar antusias. Mengingat mereka juga ingin andil membangun bangsa dan negara. Kami ini juga warga negara Pak, maka kami juga ingin membangun citra bangsa yang sudah digerogoti berbagai macam virus, mulai kenakalan remaja seusia kami, sampai para pemimpin yang hobinya korupsi. Kemauan pesertadidik, pendidik sebisamungkin dapat memberi contoh, sekaligus menjadi contoh. Kami ini harus mencontoh siapa pak? Kami sudah terlalu jauh jaraknya dengan Para Rasul, para sahabat, dan para wali. Tontonan di televisi, adanya kriminalitas, korupsi, dan pembunuhan. Kami juga bosan dengan tayangan yang itu-itu saja. Kami ingin sesuatu yang baru dan mendidik. Perihal pendidikan karakter, kami setuju, tolong kami bimbing, beri contoh, jangan selalu disalahkan. Padahal kesalahan bukan mutlak di pihak pesertadidik. Kami terkadang hanya korban. Kami merindukan sosok pendidik yang arif, bijak, sopan, penuh bijaksana, dan patut diteladani. Berikut yang amat penting, didiklah kami dengan kejujuran dan keteladanan. Didiklah kami, bukan salahkan kami. Maka yakinlah bahwa kami juga akan tumbuh jadi generasi yang berkarakter. 3. Pendidk dan Kepala sekolah
Pendidik dan Kepala Sekolah mengharapkan idealnya bahwa pembelajaran atau tepatnya penyampaian materi pelajaran akan dapat disampaikan dengan baik jika terjalin hubungan yang baik antara pesertadidik dengan pendidik, serta menjadi suatu aktifitas yang menyenangkan. Bukan sebaliknya, jadi ajang yang menyeramkan dan membosankan. Maka yang ditunggu pesertadidik adalah, “kapan lonceng berbunyi, istirahat dan pulang”. Pendidik harus memiliki segudang cara yang membuat pembelajaran lebih menarik, menantang, bermakna, dan penuh tantangan . Pembelajaran yang baik bukan harus mahal, tapi yang dapat dilaksanakan dengan baik. Baik pengelolaan kelas, penguasaan materi ajar, pengenalan terhadap pesertadidik, serta tidak menjadi penceramah yang serba bisa. Upayakan pesertadidik terlibat langsung. Pembelajaran kita sekarang adalah Student centered, bukan teacher centered. Pesertadidik yang aktip bukan pendidik yang kelelahan. Pesertadidik berikan pancingnya, bukan diberi ikannya. Maka pesertadidik akan berkreasi, berinovasi dan bersaing. Apabila pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik, maka menanamkan nilai karakter sangatlah mudah. Senjata kita warisan Bapak Pendidikan kita ada tiga, pertama ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tutwuri handayani. Pesertadidik jika diajar dengan kejujuran, serta pendidik menjadi contoh, maka pesertadidik akan dengan mudah melaksanakannya. Bukan sebaliknya, jadi pendidik yang wagu dan saru. Maka wajar jika pesertadidiknya sembrono, tawuran dan jika sudah menjadi birokrat maka akan korupsi dan menyalahgunakan wewenangnya. Siapa yang salah? Ini adalah tanggungjawab bersama seluruh bangsa. Berdasarkan acuan kebijakan nasional pendidikan karakter, bahwa pendidikan karakter dalam rangka mengembalikan jatidiri bangsa. Yaitu berakhlak mulia, bermoral, beretika,
46
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila. 4. Komite Sekolah Komite Sekolah yang terdiri dari orangtua, dan unsur masyarakat, serta unsur lain yang berkompeten sebagai mitra untuk membangun sekolah. Ini adalah sebuah upaya bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pendidik, kepala sekolah dan pemerintah saja. Pendidikan adalah tanggungjawab bersama seluruh bangsa. Mulai dari rakyat jelata sampai presiden. Komite dan orangtua sebagian besar menyerahkan seluruhnya kepada sekolah, guru dan kepala sekolah. Dengan harapan putra putri mereka dapat dididik dengan baik, sehingga tumbuh menjadi generasi yang menguasai Iptek dan Imtaq serta bermartabat. Beberapa orangtua yang tergabung dalam komite, saat diwawancarai menyatakan, sebenarnya pendidik, kepala sekolah, dan sekolah adalah dalang. Cerita wayang akan menarik jika dimainkan oleh dalang yang pandai memerankan tokohnya. Serta sebaliknya. Akan membosankan jika dalang terlalu kaku dan monoton. Kami pesan dua hal untuk guru, sekolah serta kepala sekolah untuk anak kami. Pertama didiklah putra-putri kami dengan kejujuran, berikan kepercayaan dan keteladanan.. Pesertadidik akan senang diajar oleh pendidik, bukan oleh LKS. Silahkan pahami saja apa makna yang terkandung didalamnya. Seluruh orangtua yang tergabung dalam komite, sudah menyerahkan putra-putri mereka dengan sepenuh hati. Maka diharapkan pendidik, kepala sekolah untuk dapat berbuat semaksimal mungkin. Tahapan konstruksi yang terakhir adalah peran sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan sarana yang berupa pengaman sekolah secara umum. Mulai dari pintu gerbang, post satpam, pagar keliling, wc/kamar mandi, mushola, kantin, warung perlengkapan alat tulis untuk pesertadidik, laboratorium, perpustakaan, kotak saran, kotak kejujuran, mading, lapangan oleh raga,
kotak sampah, taman, lapangan upacara, lonceng (bel) sekolah, ruang tunggu, ruang BP/BK, ruang Pendidik, Ruang Kepala Sekolah, pendopo pentas seni, serta fasilitas pendukung seperti alat olahraga, alat seni, alat drumb band dan sarana yang tersedia di mushola. Semua disediakan dalam kerangka pelaksanaan dan pendukung pelaksanaan penanaman kembali nilai-nilai karakter. Pendapat para informan adalah sarana pembelajaran IPS mulai dari Laptop, LCD Proyektor, desediakan sendiri oleh pendidik yang bersangkutan (peneliti). Dengan harapan, pesertadidik kenal akan berbagai macam audio visual pembelajaran. Bukan pendidik yang kelelahan karena menjadi penceramah yang serba bisa. Sarana dan prasarana utama adalah yang berhubungan langsung dengan pembelajaran di kelas. Karena tujuan utama adalah pembelajaran (cognitif), yang tentunya dilengkapi dengan pembentukan sikap (afektif) dan pelatihan pesertadidik untuk dapat berbuat secara aktif (psycomotor). Sebagai keterampilan tambahan adalah keterampilan atau kecerdasan sosial. Kita paham betul bahwa alangkah banyak orang sukses bukan karena cerdas otaknya, melainkan karena memiliki kecerdasan sosial yang baik. Melihat hasil dari perkembangan karakter dari pelaksanaan pembelajaran IPS Berkarakter, nampaknya nilai yang belum terlihat sudah tidak ada. Artinya dari keempat belas nilai yang dikembangkan sudah dilaksanakan oleh pesertadidik dan seluruh warga sekolah. Hanya pada tahap paling jarang adalah mulai terlihat, meningkat mulai berkembangn dan pada tahap puncak adalah membudaya. PEMBAHASAN Layaknya sebuah bangunan, Konstruksi Pembelajaran IPS Berkarakter di SMPN 4 Padangcermin ini ini dirangkai dari berbagai sumber, mulai dari realita lapangan, keinginan pesertadidik, orangtua, pendidik, dan kepala sekolah. Bagian demi bagian tidak 47
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
akan bermakna jika tidak terangkai secara sinergis dan saling menopang. Untuk ini, pembahasan hasil penelitian ini mulai dari keberadaan SMPN 4 Padangcermin sampai dengan pendapat dan harapan berbagai informan. Setelah dilakukan pengamatan dan wawancara maka diperoleh hasil pembelajaran IPS di kelas IX A SMPN 4 Padangcermin, peneliti mengadakan analisis dan refleksi dengan kolaborator, hasil proses pembelajaran IPS pada observasi dan wawancara adalah sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bersama kolaborator dengan menggunakan angket dan instrumen penilaian didapatkan dalam observasi dan wawancara untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sudah membudaya (MY) karakter religius, disiplin dan peduli sosial. 1) Aktivitas pesertadidik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi kolaborator mengenai aktivitas pesertadidik dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pesertadidik pada observasi dan wawancara didapatkan hasil pada observasi dan wawancara pertemuan pertama pesertadidik nilai karakter mulai timbul (MT) adalah nialai karakter kerja keras, rasa ingin tahu. Untuk observasi dan wawancara pertemuan kedua didapatkan hasil pesertadidik yaitu nilai karakter Mulai Berkembang (MB) adalah nilai karakter jujur, toleransi, kreatif, mandiri, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahat, senang membaca dan peduli lingkungan. Untuk observasi dan wawancara pertemuan ketiga didapatkan hasil siswa yaitu nilai karakter membudaya (MY) yaitu nilai karakter religius, disiplin dan peduli sosial. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pertemuan pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil bahwa nilai karakter yang sudah membudaya (MY) adalah karakter religius, disiplin dan peduli sosial; 2) Aktivitas Pendidik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian kolaborator mengenai aktivitas
pendidik dengan menggunakan angket dan instrumen penilaian pada observasi dan wawancara pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil bahwa kehidupan warga sekolah dalam menanggapi pembelajaran berkarakter adalah baik, kejelasan dalam merumuskan penentuan materi adalah sangat baik, keterkaitan anatara persiapan RPP dengan pembelajaran berkarakter adalah sangat baik, penentuan materi berdasarkan ciri pembelajaran berkarakter adalah sangat baik, penilaian dan pengorganisasian materi ajar berkarakter sangat baik, pengembangan pembelajaran di kelas berkarakter sangat baik, penerapan karakter oleh guru adalah baik dengan nilai karakter yang sudah membudaya (MY) adalah karakter religius, disiplin dan peduli sosial; 3) Stakeholders (komite sekolah/orang tua peserta didik). Hasil penilaian mengenai keterlibatan Stakeholders (komite sekolah/orang tua peserta didik) dengan menggunakan angket dan instrumen penilaian pada observasi dan wawancara didapatkan hasil bahwa kehidupan warga sekolah dalam menanggapi pembelajaran berkarakter adalah baik, kejelasan dalam merumuskan penentuan materi adalah sangat baik, keterkaitan anatara persiapan RPP dengan pembelajaran berkarakter adalah sangat baik, penentuan materi berdasarkan ciri pembelajaran berkarakter adalah sangat baik, penilaian dan pengorganisasian materi ajar berkarakter sangat baik, pengembangan pembelajaran di kelas berkarakter sangat baik, penerapan karakter oleh guru adalah baik dengan nilai karakter yang sudah membudaya (MY) adalah karakter religius, disiplin dan peduli sosial. Berdasarkan penelitian akan menghasilkan karakter peserta didik yang membudaya (MY) adalah nilai karakter religius, jujur, disiplin dan cinta tanah air yang sesuai dengan teori belajar yang dikembangkan oleh Piaget dan Lev’s Vygotsky tentang perkembangan berfikir peserta didik di jenjang umur 12 tahun sampai dengan 16 tahun yang 48
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
berkemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dengan kecenderungan untuk siap bertindak sesuai perkembangan psikologi anak. Yang menekankan pada hakikat sosiokultur dari pembelajaran. Bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas tersebut dalam zone of proximal. Zone of Proximal development adalah perkembangan pengetahuan tentang sedikit pengetahuan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu. Sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu. Konstruksi Pembelajaran IPS berkarakter di SMPN 4 Padangcermin, akan terbangun dengan keterkaitan semua unsur. Semua unsur tersebut satu dengan yang lain tidak dapat berdiri sendiri dan saling terkait. Unsur tersebut terdiri dari sinergi Kurikulum, Pendidik, Pesertadidik, Sarana dan Prasarana, Masyarakat, dan hubungan baik antara Pendidik dengan Pesertadidik. Keterkaiatan semua unsur yang baik diharapkan akan menumbuhkan jiwa yang penuh akhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan Simpulan dari penelitian ini yakni: 1) Mengkonstruksi pembelajaran IPS berkarakter di SMPN 4 Padangcermin, yaitu pembelajaran IPS berkarakter dengan menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student centered), bukan pendidik sebagai pusat pembelajaran (teacher centered), penuh keteladanan, kepercayaan, kejujuran, dan sarat akan penanaman nilai-nilai karakter; 2) Pembelajaran IPS berkarakter telah
dilaksanakan di kelas, khususnya kelas IXA dengan membiasakan peserta didik belajar dengan penuh kejujuran, kepercayaan, keteladanan dan sarat akan upaya penanaman nilai-nilai karakter; 3) Harapan akhir adalah pesertadidik telah terbiasa dengan prilaku penuh nilai karakter telah terwyjud. Adapun nilai karakter yang sudah membudaya (MY) adalah nilai religius, disiplin, dan peduli sosial. Rekomendasi Mengingat SMPN 4 Padangcermin diharapkan sebagai pion terdepan dikecamatan Padangcermin, maka penulis menyarankan hal-hal berikut: 1) Seluruh civitas SMPN 4 Padangcermin, dapat menjadikan semua aktifitas menjadi penuh nilai-nilai karakter budaya bangsa; 2) Seluruh pendidik dan warga sekolah dapat mendukung proses pembelajaran berkarakter. Jujur, keteladanan, saling asah, asih dan asuh. Keadaan ini, jika dapat terlaksana dengan baik, maka akan sesuai dengan ajaran Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Karena pendidikan Karakter adalah gerakan nasional, maka tidak dapat dilakukan orang perorangan. Artinya jika yang satu melakukan, yang lainnya pun seyogyanya turut mendukung. Sehingga menjadi sebuah sinergi yang membentuk bangunan kokoh yang tidak mudah untuk ditembus oleh maraknya arus globalisasi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. 2005. Seven Kind of Smart. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Banks. James A., 1990. Teaching Strategies For the Social Studies, University of Washington. Seattle. p.506 49
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 39-50
Barnes, Donald L. Arlene B. Burgdorf. 1969. New Approaches to Teaching Elementary Social Studies. USA. Minneapolis. p.280 Brophy, Jere and Janet Alleman. 1996. Powerfull Social Studies for Elematary Students. Michigan State University. USA. p. 242 Darsono. 2008, Pengembangan Model Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. (Disertasi). Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Fatchan. A, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Malang. Jenggala Pustaka Utama. Gredler Margaret E, 2011. Learning and Instruction (terjemahan)University of South Carolina. Jakarta: Kencana Pradana Group. Hunt, Maurice P. and Lawrence E. Metcalf. 1955. Teaching High School Social Studies. USA, by Harper & brother. p. 471 Jarolimek. John and Walker C Parker. 1990. Social Studies in Elementary Education. University of Washington. Macmillan Publishing Company. P.454 Kemdiknas. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang dan Puskur. Kemdiknas. UU Sisdiknas 2003, Jakarta. Kemdiknas. 2010. Program 100 Hari Kemendiknas Tahun 2009, tentang Pengembangan Pendikar sebagai Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang dan Puskur. Killen. Roy, 1998. Effective Theacing Strategies, Kamoonba NCW, Australia, Social Studies., Science Press, p. 196 Maleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Miles, B Matthew and Huberman, A Miichael, 1992. Analisis Data
Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Noor, Juliansyah. 2011. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Pargito. 2010. Pendidikan IPS. Bandar Lampung: Unila Press. Prayitno. dan Belferick Manulang. 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Grasindo. Price. Kingsley. 1962. Education and Philosophical Thought. USA. By. Allyn and Bacon. Inc. p. 511 NCSS. 2011. Curriculum Standards for Social Studies, Expectations of Excellence.USA. Rahman, Bujang. 19 September 2011. Pendidikan Berkarakter. Stadium General . Gedung Aula K FKIP Unila. Sudarmanto, Gunawan,2011 http://staff.unila.ac.id/radenguna wan/category/opini/ pendidikankarakter-di-sekolah/hmtl. (15 Mei 2012) Sudjarwo, 2011. Dinamika Kelompok, CV. Mandar Maju, Bandung. Tim Penulis. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Unila Press. Tim Dosen, 2012. Panduan Workshop Pengembangan Pembelajaran Berkarakter, LPMP Provinsi Lampung. Veer, Rene van der and Jaan Valsiner, The Vygotsky Reader. Cambridge Massachusset. Peackwell, p. 377 Woolever, Roberta M and Kathryn P. Scott. 187. Actives Learning in Social Studies. Printed in United State Of America. p. 480
50