KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN Tujuan Instruksional Khusus, Manfaat Bagi Karir Mahasiswa, Bahan Bacaan, dan Pertanyaan Kunci, semuanya sudah dijelaskan pada pertemuan pertama atau pada Kontrak Perkuliahan dan Penjelasan Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewirausaha. Modul ini sebagai tambahan atau pelengkap dari buku wajib yang dipakai mahasiswa.
JADWAL PERKULIAHAN NO 1
2
3
4 5 6 7 8 9
10
11
12
13 14 15 16
TOPIK + KEGIATAN 1. Perkenalan, diskusi dan kesepakatan tentang kontrak perkuliahan 2. Ruang lingkup mata kuliah Kewirausahaan 1. Bab Konsepsi Dasar Kewirausahaan 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: sukses bisnis sejak kuliah 1. Bab Persiapan Pribadi Pengusaha Muda 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Rahmat Shah (pemburu dan petualang belantara) 1. Bab Menerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Kisah William Soerjadjaja Pendiri ASTRA, Ketulusan Taipan Panutan 1. Bab Motivasi menjadi Wirausaha Sukses 2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Proyeksi Diri 1. Bab Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Keberhasilan Inovasi Kacang Garuda Diskusi dan Pemutaran Video Ujian Tengah Semester 1. Bab Identifikasi Peluang dan Jenis Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Menemukan Peluang dan Memilih Jenis Usaha 1. Bab Perencanaan dan Operasionalisasi Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kertas kerja: Penentuan Tujuan 1. Bab Mengelola Keuangan Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan Membuat Analisis Keuangan Usaha 1. Bab Merancang Strategi Pemasaran 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Strategi Pemasaran (berebut menjadi nomor 1) 1. Bab Kewirausahaan dan Lingkungan 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Sosok Surya Paloh Penyusunan Proposal Usaha Diskusi, Kuis dan lain-lain Ujian Akhir Semester
KETERANGAN Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online Online Tatap Muka
1
Pengertian Kewirausahaan Sebagai suatu ilmu, kewirausahaan dapat dipelajari dan dijadikan bahan para peneliti untuk mengungkap banyak hal yang terus mengalami perkembangan. Sebagai bahan pembelajaran dan untuk memberikan landasan teoritis bagi para mahasiswa dan peneliti serta pemerhati, pada bagian ini akan kami berikan berbagai pengertian tentang kewirausahaan (entrepreneurship). Kata “Wirausaha” atau “Wiraswasta” dalam Bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang sejak abad ke-17, kata entrepreneur
diturunkan
dari
kata
kerja
entreprendre.
Kata
entrepreneur
dan
entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis. The Concise Oxford French Dictionary (1980) mengartikan entreprendre sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai), to attempt (mencoba, berusaha). Kata “Wirausaha” merupakan gabungan kata wira (=gagah berani, perkasa) dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha. Kata “Wiraswasta” terdiri dari kata wira (=gagah berani, perkasa) dan swa (=sendiri, mandiri). Jadi, wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Sukardi (1991) coba mempopulerkan kata entrepreneur, yang tentu mengacu ke bahasa Prancis entrepreneur. Bahasa Jerman menggunakan kata unternehmer, yang diturunkan dari kata kerja unternehmen yang artinya sama dengan undertake, attempt, atau begin dalam bahasa Inggris. Harus
diakui,
memberikan
definisi
realis
dari
wirausaha
tidak
semudah
memformulasikan definisi etimologisnya. Dalam berbagai referensi, kita menemukan rumusan yang dikemukakan para pakar manajemen dan psikologi tentang wirausaha atau entrepreneur. Tidak heran, Kao (1989) mengakui bahwa entrepreneurship sulit dipahami dan didefinisikan (entrepreneurship is elusive, difficult to define). Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam definisi-definisi yang dikemukakan para pakar, selalu terdapat unsur-unsur pokok yang terkandung dalam definisi etimologis. Berikut akan diuraikan definisi tentang wirausaha yang dikemukakan beberapa ahli, seperti Holt, Kao, Zimmerer & Schorborough, Bygrave, Richard Cantillon, Jean Baptise, dan Menger. Holt (1992) berpendapat bahwa entrepreneurship berarti individu yang masuk kelompok undertakers, yakni orang-orang yang mengambil resiko dalam membuka usaha baru. Tentang entrepreneur, Kao (1989) berkomentar: “How can we begin to define entrepreneur in a more satisfying manner?...certainly they are catalysts. They make things happen. They use creativity to conceive new things and zeal to implementthem. Thus, the entrepreneur is both a creator and an innovator. He or she both genetares the new idea and serves as the human vehicle by which
2
implementation of that idea occurs. He or she tahes the ball and runs with it, overcoming obstacles in the way” Menurut Zimmerer & Schorborough (1998): “an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them” Bygrave (1994) mengatakan: “An entrepreneur is someone who perceives an opportunity and creates an organization to pursue it”. Secara kompherensif Meng & Liang (1996), merangkum pandangan beberapa ahli, dan mendifinisikan wirausaha sebagai berikut: a. Seorang inovator (Shumpeter, dalam Meng & Liang, 1996) b. Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (Yee, dalam Meng & Liang, 1996) c. Orang yang mempunyai misi dan visi (Silver dalam Meng & Liang, 1996; Holt, 1992) d. Hasil dari pengalaman masa kanak-kanak (Kets De Vreis, dalam Meng & Liang, 1996) e. Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi (Mc Clelland & Brockhaus dalam Meng & Liang, 1996) f.
Orang yang memiliki locus of control internal (Rotter dalam Meng & Liang, 1996) Richard Cantillon (dalam Holt, 1992) berpendapat bahwa wirausaha adalah seorang
inkubator gagasan baru, yang selalu berusaha menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat komersial paling tinggi. Adam Smith (1776 dalam Holt, 1992) melihat wirausaha sebagai orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial atas barang dan jasa. Dalam pandangan Smith, wirausaha bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi. Ahli ekonomi Prancis, Jean Baptise (1803, dalam Holt, 1992) berpendapat wirausaha adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yang baru. Dia memiliki pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan itu. Wirausaha mempengaruhi masyarakat dengan membuka usaha baru, tetapi pada saat yang sama ia dipengaruhi oleh masyarakat untuk mengenalli kebutuhan dan memenuhinya melalui ketajaman manajemen sumber daya. Menger (1871 dalam Holt, 1992) sebaliknya berpendapat wirausaha adalah orang yang dapat melihat cara-cara eksterm dan tersusun untuk mengubah sesuatu yang tak bernilai atau bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi (misalnya, dari terigu menjadi roti bakar yang lezat), dengan cara memberikan nilai baru kebarang tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apabila suatu nilai ditambahkan kedalam suatu
3
produk/barang, itulah yang dinamakan keuntungan. Model Menger ini diterima luas di Amerika Serikat.
Kamus umum bahasa Indonesia (1996) mengartikan wirausaha sebagai berikut: “orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalam operasinya”.
Pekerti, dalam disertainya, mendefinisikan wirausaha sebagai: “mereka
yang
mendirikan,
mengelola,
mengembangkan
dan
melembagakan
perusahaan miliknya sendiri, sekaligus menciptakan kerja bagi orang lain…”(Pekerti, 1985).
Selanjutnya, Sukardi, dalam disertainya, menjelaskan konsep wirausaha sebagai: “seseorang yang bersedia mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri, dimana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri (Sukardi, 1991).
Berdasarkan pendapat para ahli yang diuraikan diatas, terdapat ciri umum yang selalu terdapat dalam diri seorang wirausaha, yaitu kemampuan mengubah sesuatu menjadi lebih baik atau menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dalam literatur psikologi, dikenal sebagai perilaku kreatif yang inovatif (Kirton, 1976). Banyak ahli menggarisbawahi ciri “kreatif’ dan “inovatif” sebagai sifat yang terdapat pada diri wirausaha. Karena itu, sudah sepantasnya apabila dalam penelitian ini wirausaha lebih banyak dilihat dari sisi perilaku kreatifnya, serta faktor-faktor yang mendukung penerapan dari gagasan kreatif tersebut sehingga menghasilkan produk atau jasa yang inovatif. Topik tentang perilaku kreatif dan inovatif akan dijelaskan pada bab tersendiri. Pengertian tentang wirausaha (entrepreneur), yaitu orangnya, dan kewirausahaan, yaitu peran, sikap, karakteristik, atau tingkah lakunya (tidak ada kesepakatan universal). Perbedaan pendapat dikalangan ahli masih ada tentang pengertian ini, diantaranya disebabkan karena perbedaan latar belakang disiplin ilmu ahli tersebut, tujuan dari pendefinisiannya adalah siapa yang dijadikan tolok ukur untuk dianggap sebagai wirausaha. Upaya yang sangat banyak yang dilakukan dalam bidang kewirausahaan ini disebabkan antara lain adanya anggapan bahwa wirausaha dan kewirausahaan diperlukan bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Upaya pengembangan bidang kewirausahaan ini tidak hanya ditujukan untuk pengembangan kesejahteraan dinegara yang ekonominya
4
masih belum maju, tetapi juga dilakukan dengan gigih di negara yang telah maju, misalnya Amerika Serikat dan Inggris. Sejumlah mata ajaran dibidang kewirausahaan tersedia dimakin banyak perguruan tinggi, misalnya di Universitas Harvard. Dalam daftar pengertian tentang wirausaha atau kewirausahaan berikut ini akan dijumpai pendefinisiannya dibuat berdasarkan karakteristik pribadinya, tingkah lakunya, atau perannya. Pengarang Richard Cantillion (1755)
Definisi Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan membeli barang dengan harga tertentu dan menjualnya dengan harga yang belum pasti. Dalam pengertian Cantillon karakteristik utama wirausaha adalah : - Keberaniannya mengambil resiko - Perannya mengambil keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan sumber daya - Kegiatannya mencari peluang yang terbaik untuk menggunakan sumber daya agar memperoleh hasil yang terbesar.
Adam Smith (1776)
Wirausaha adalah pembangunan organisasi untuk kepentingan komersil. Dalam pandangan Smith seorang wirausaha adalah seorang industrialis. Wirausaha adalah orang yang luar biasa dalam hal penglihatannya kemasa depan, mampu mengenali kebutuhan atau permintaan atas barang atau jasa. Wirausaha bereaksi atas perubahan ekonomoi, seorang pelaku perubahan ekonomi yang mengadakan transformasi permintaan menjadi penawaran (penyediaan barang/jasa).
Jean Baptiste Say (1803)
Wirausaha adalah seorang yang memiliki seni dan keterampilan untuk menciptakan perusahaan yang memiliki penglihatan atas kebutuhan masyarakat dan mampu memenuhinya.
John Stuart Mill (1848)
Wirausaha adalah pencipta bisnis. Pengertian ini diperluas dengan aspek kepemilikan bisnis tersebut diwaktu selanjutnya.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausaha melakukan “perusakan kreatif” (creative destruction), dengan menciptakan cara yang baru dan lebih baik. Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam mengorganisasikan proses produksi. Jadi wirausaha adalah seorang inovator produksi. Inovasi inilah yang menjadi inti dari ekonomi modern. Wirausaha tidak harus seorang inventor (penemu) Wirausaha tidak sama perannya dengan manajer Kewirausahaan ada lah suatu proses Kewirausahaan tidak dapat diwariskan seperti halnya harta.
Orvis Collins dan David Wirausaha adalah mereka yang gagal menempuh tangga peran atau jabatan yang tradisional dimasyarakat. Untuk itu Moore (1964)
5
ia menyalurkan kreativitasnya dengan menciptakan perusahaan yang unik miliknya. Wirausaha mengorganisir bisnis baru yang sebelumnya tidak ada. Robinson, R.I. (1966)
Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan, ambisi, energi dan motivasi untuk memberi suatu usaha dobrakan kuat yang diperlukan untuk berhasil.
Kirzner (1973)
Kewirausahaan adalah kemampuan untuk mendapatkan peluang baru. Mengenal dan meraih setiap peluang dengan memperbaiki posisi pasar dan mengarahkan pada tingkat kepuasan tertentu.
Peter Drucker (1985)
Wirausaha selalu mencari perubahan, menanggapinya, dan memanfaatkannya sebagai suatu kesempatan. Para wirausaha melihat suatu perubahan sebagai suatu norma hidup atau tingkah laku standard, dan suatu yang sehat. Kewirausahaan tidak hanya diperusahaan swasta yang berorientasi mencari laba, melainkan dilembaga nirlaba dan dipemerintahan. Kewirausahaan merupakan seni melakukan inovasi untuk menjadikan sumber daya memiliki manfaat baru.
Stevenson, Roberts, and Grousbeck (1985)
Kewirausahaan meupakan pengejaran terhadap setiap kesempatan atau peluang tanpa menggunakan sumber daya dan kapabilitas.
Rumelt (1987)
Kewirausahaan adalah membuat bisnis baru, sebuah bisnis baru yang berarti bahwa mereka tidak menduplikasi bisnis yang sudah maju namun dapat pula dengan memilki beberapa elemen baru.
Low and MacMillan (1988) Gartner (1988)
Kewirausahaan adalah menciptakan usaha baru.
Timmons (1997)
Kewirausahaan merupakan sebuah langkah pemikiran, penalaran, dan akting dalam obsesi meraih peluang, pendekatan yang holistik, dan keseimbangan kepemimpinan.
Venkataraman (1997)
Dilakukannya penelitian tentang kewirausahaan adalah untuk memahami bagaimana peluang dapat dijadikan kemajuan dan harapan masa depan baik barang maupun jasa yang ditemukan, dibuat, dan dieksploitasi oleh siapapun dan dengan konsekwensi apapun.
Morris (1998)
Kewirausahaan proses dimana para individu dan tim membuat nilai melalui satu paket kekuatan bersama yang unik dari masukan-masukan sumberdaya kedalam mengeksploitasi kesempatan dalam satu lingkungan. Dapat pula terjadi pada kontek organisasi dan memiliki hasil yang
Kewirausahaan adalah menciptakan organisasi, proses dimana organisasi baru tersebut didorong untuk berkembang dan maju.
6
beraneka-ragam, termasuk usaha baru, produk, pelayanan, proses, pasar, dan teknologi.
Sharma and Chrisman (1999)
Kewirausahaan meliputi seni membuat organisasi, memperbaharui, atau inovasi dimana terjadi di dalam atau di luar sebuah organisasi yang telah berjalan.
Masih banyak lagi upaya untuk mendeskripsikan siapa itu wirausaha, diana ada yang sangat sempit pengertiannya, misalnya hanya yang mendirikan usaha bisnis baru, dan ada yang sangat luas, misalnya siapa saja yang melakukan inovasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam membicarakan wirausaha dan kewirausahan, harus lebih dahulu ditetapkan apa yang kita maksud dengan kata tersebut. Dengan demikian makin terbukanya kesempatan baru dipelbagai bidang kehidupan, peran kewirausahaan untuk memanfaatkan peluang dan mengadakan inovasi, muncullah wirausaha jenis baru. Wirausaha jenis “tradisional”, yaitu mereka yang memulai usaha dibidang yang secara tradisional, misalnya: perdagangan, produksi dan jasa masa lalu, masih diisi dengan generasi baru dengan memasukkan pembaharuan. Jenis baru yang bertumbuh adalah bidang yang non-tradisional. Thoby Mutis menyebut misalnya ultrapreneur, ecopreneur dan intrapreneur. Daftar ini dapat diperpanjang misalnya technopreneur dan entrepreneur sosial. Berikut ini penjelasannya masing-masing: 1. Ultrapreneur Seorang ultrapreneur adalah entrepreneur plus. Keunggulan utamanya adalah pandai
melakukan
aliansi
strategis
dan
“Outsourcing
Strategy”.
Dengan
membangun kemitraan maka dapat memanfaatkan sumber daya, sumber dana dan jejaring dari para mitra. Contoh yang menonjol adalah pembangunan kawasan usaha seperti “super block” dan “industrial estate”. Sejumlah pengusaha bergabung membentuk kelompok usaha. Ultrapreneur memulai gagasan usaha untuk kelompok tersebut dan memprosesnya sehingga menjadi kenyataan. 2. Ecopreneur Kewirausahaan dibidang kepedulian lingkungan. bila dimasa lalu tema umat manusia adalah meningkatkan penggunaan sumber daya alam, maka para ecopreneur merubahnya menjadi memanfaatkan dana melestarikan sumber daya alam. 3. Intrapreneur Kata intrapreneur adalah kependekan dari intra-corporate entrepreneur. Korporasi atau perusahaan yang sudah mapan merasakan kelambanan dalam menghasilkan pembaharuan. Penyebab utamanya adalah birokrasi yang mapan. Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan pembaharuan dari dalam adalah memberikan ruang gerak pada para karyawan “entrepreneur” untuk melahirkan produk dan proses baru
7
didalam perusahaan. 4. Technopreneur Temuan dibidang teknik yang dihasilkan oleh kegiatan “research & development” makin banyak. Namun sebagian besar berujung pada memperoleh paten. Pada technopreneur menambahkan aktivitas kewirausahaan pada invensi tersebut sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Peran utama technopreneur adalah melaksanakan inovasi, yaitu menghadirkan hal baru dimasyarakat. Secara sederhana hubungan invensi dan inovasi digambarkan dalam rumus sebagai berikut: Inovasi = Invensi + Komersialisasi Para
technipreneur
menambahkan
aktivitas
komersialisasi
dengan
kewirausahaannya atas invensi yang dilakukan sendiri atau invensi orang lain. sAlah satu contoh berkembangnya para technopreneur adalah fenomena”Silicon Valley” di Amerika. Fenomena “Silicon Valley” dicoba diulang dibanyak negara dengan nama misalnya “Science Park”dan “Kawasan Inkubasi”. 5. Entrepreneur Sosial Tidak semua pembaharuan bertujuan komersil. Lahirnya banyak lembaga swadaya masyarakat yang tidak berorientasi laba merupakan contoh terjadinya inovasi dibidang sosial. Dalam buku “Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector”, Osborne dan Gaebler menyuguhkan pelbagai contoh keberhasilan inovasi dibidang sosial.
Hakikat Kewirausahaan Intinya, seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang baru. Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan
dalam
dunia
usaha
(business).
Padahal,
dalam
kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifatsifat wirausahawanpun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan
8
(Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997) Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2006). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (2005), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut: •
Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
•
Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
•
Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services)
•
Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources) Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang
yang
berprofesi di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya. Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya Kewirausahaan, yaitu: •
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
•
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
•
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
•
Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan
berbeda (Drucker, 1959) •
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
9
•
Kewirausahaan
adalah
usaha
menciptakan
nilai
tambah
dengan
jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Kewirausahaan dari Berbagai Perspektif Seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2006) dimana ia berpendapat bahwa kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteks, yaitu ahli ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal. Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktorfaktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan
nilai
yang
lebih
tinggi
dari
sebelumnya.
Wirausaha
juga
memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa. Menurut ahli manajemen, wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan, semangat, an kemampuan memanfaatkan peluang usaha. Pandangan para pelaku bisnis, menurut Scarborough dan Zimmerer (2005), wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut. Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (178:38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha. Menurut pandangan psikolog, wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain. Pandangan pemodal yaitu wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk membuka lapangan kerja yang sisenangi masyarakat.
10
Karakteristik Sikap dan Perilaku Kewirausahaan Dari pengertian kewirausahaan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang wirausaha adalah individu-individu yang memilki orientasi kepada tindakan, dan memiliki motivasi tinggi, dan memiliki resiko dalam mengejar tujuannya. Untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri seorang wirausahawan. Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausaha tersebut dapat maju dan sukses. Sama halnya dengan mencari kesepakatan tentang pengertian wirausaha, upaya mencari karakteristik wirausaha menghasilkan banyak variasi karakteristik. Misalnya Rao menghasilkan daftar karakteristik pribadi wirausaha (personality characteristics of entrepreneurs) sebanyak 57 karakterstik. Yang lebih membuat sulit menemukan satu kesepakatan karakterstik wirausaha adalah adanya kenyataan sebagai berikut: o
Wirausaha yang berhasil tidak selalu mempunyai semua karakterstik yang disebutkan oleh pelbagai ahli.
o
Karakterstik yang disebut sebagai karakteristik wirausaha juga dimiliki oleh bukan wirausaha bisnis, misalnya dimiliki oleh seorang guru besar, peneliti ahli, atau wiraniaga (salesman) jagoan. Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam pencarian karakterstik pribadi
wirausaha yang terkenal adalah David McClelland. Disimpulkan bahwa ada korelasi yang positif antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi (need for achievement) tinggi dan tingkah laku wirausaha. Karakteristik orang dengan motif prestasi yang tinggi adalah : 1. Memilih resiko moderat; dalam tindakannya dia memilih melakukan sesuatu yang ada tantangannya, namun dengan kemungkinan keberhasilan yang dianggap cukup tinggi. 2. Mau mengambil tanggung jawab pribadi; kegagalan yang terjadi tidak dialihkan tanggung jawabnya atau tidak mencar-cari “kambing-hitam”. 3. Mencari dan mau menerima umpan balik 4. Berusaha mencari cara-cara baru untuk melakukan sesuatu Upaya untuk mengungkapkan karakterstik utama wirausaha juga dilakukan oleh para ahli dengan menggunakan teori letak kendali (locus of control) yang diketengahkan oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggambarkan bagaimana meletakkan sebab dari suatu kejadian dalam hidupnya. Apakah sebab kejadian tersebut ditentukan oleh faktor dalam dirinya dan dalam lingkup kendalinya, atau faktor diluar kendalinya. Rotter membuat dua kategori letak kendali, yaitu internal dan eksternal. Pada orang yang letak kendalinya eksternal akan beranggapan keberhasilan tidak semata tergantung pada usaha seseorang,
11
melainkan juga oleh keberuntungan, nasib, atau ketergantungan pada pihak lain, karena adanya kekuatan besar disekeliling seseorang. Pada orang internal, yang bersangkutan beranggapan bahwa dirinya mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya. Karakterstik tipe internal sejalan dengan karakterstik wirausaha, misalnya lebih cepat mau menerima pembaharuan (inovasi).
Management System International menyebutkan karakterstik pribadi wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut : o
Mencari peluang (opportunity seeking)
o
Keuletan (persistence)
o
Tanggung jawab terhadap pekerjaan (commitment to the work contract)
o
Tuntutan atas kualitas dan efisiensi (demand of quality and efficiency)
o
Pengambilan resiko (risk taking)
o
Menetapkan sasaran (goal setting)
o
Mencari informasi (information seeking)
o
Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya (systematic planning and monitoring)
o
Persuasi dan jejaring / koneksi (persuasion and neworking)
o
Percaya diri (self confidence)
Dalam literatur dan buku pegangan kewirausahaan dapat ditemui berbagai daftar karakterstik
wirausaha.
Karakterstik
yang
juga
sering
disebut
adalah
adanya
kecenderungan untuk berkreasi (creativity) yang dalam daftar karakterstik pribadi wirausaha diatas tidak dicantumkan.
Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat kedepan, dengan berfikir yang penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Geoffrey G. Meredith (1996) mengemukakan bahwa seseorang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Ciri-Ciri Percaya Diri
Watak Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
Berorientasikan tugas dan hasil
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
Pengambil Resiko
Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan.
Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul
12
dengan orang lain dan terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun. Keorisinilan Berorientasi ke masa depan Jujur dan Tekun
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. Persepsi dan memiliki cara pandang dancara pikir yang berorientasi pada masa depan. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan bekerja
Demikian banyak ciri khas wirausaha dan anda perlu dimiliki oleh seorang wirausaha. Akan tetapi, jika tidak semua bisa dimiliki, tak menjadi masalah, dengan memiliki sebagian pun sebenarnya sudah cukup lumayan. Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausaha di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut: a. Disiplin Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin tersebut adalah ketepatan komitmen wirausahawa terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausaha meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausaha memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausaha akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
b. Komitmen Tinggi Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komimten yang jelas, terarah dan bersifat progressif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, problem solving bagi masalah konsumen, dan sebagainya.
13
Seorang wirausaha yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik (goodwill) di mata konsumen yang akhirnya wirausahaw tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
c. Jujur Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh seorang wirausaha. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purna jual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausaha.
d. Kreatif dan Inovatif Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausaha harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ideide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilAndasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
e. Mandiri Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Pada prinsipnya seorang wirausaha harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
f.
Realistis Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.
14
Banyak seorang calon wirausaha yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausaha tersebut tidak realistis, tidak obyektif dan tidak rasionil dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan atau sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Pendapat Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (1993:20) dalam buku “Fundamentall Small Business Management”, yang dikutip dari Suryana (2006:25) dalam buku “Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses”, mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti terlihat pada tabel berikut: Nilai-Nilai
Perilaku Menyelesaikan tugas hingga selesai.
Komitmen Resiko moderat
Tidak melakukan spekulasi, melainkan berdasarkan perhitungan yang matang.
Melihat peluang
Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin.
Objektivitas
Melakukan pengamatan memperoleh kejelasan.
Umpan balik
Menganalisis data kinerja waktu untuk memandu kegiatan.
Optimisme
Menunjukkan keperayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi berat.
Uang
Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhr.
Manajemen proaktif
Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan.
secara
nyata
untuk
Sukardi (1991) membuktikan bahwa perilaku wirausaha adalah sifat dari wirausaha, hal ini dikarenakan: 1. Merupakan ciri khas yang melekat pada individu wirausaha, buka semata-mata atribut yang diberikan oleh lingkungan kepadanya. 2. Karakteristik
wirausaha
menjadi
ciri
berbagai
tingkah
lakunya
dalam
mempertahankan perusahaan. 3. Tingkah laku wirausaha dengan segala karakteristiknya muncul dalam berbagai situasi sesuai tuntutan lingkungan berusahanya. 4. Karakteristik wirausaha selain sebagai ciri tingkah laku juga sebagai penggerak, pengarah tingkah lakunya dalam berbagai situasi. Uraian ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa tingkah laku seorang wirausaha adalah juga sifat wirausaha tersebut. Dengan demikian bagi seseorang yang tertarik untuk menjadi seorang wirausaha, dia dapat mempelajari dan menjalani tingkah
15
laku wirausaha yang telah disebutkan sebelumnya sehingga terbiasa dan memiliki sifat wirausaha. Itulah mengapa mitos bahwa entrepreneur is born tidak berlaku, karena pada realitasnya kewirausahaan bisa dibentuk melalui proses belajar. Lebaih lanjut McClelland (1966) mengatakan bahwa sifat wirausaha bukanlah terbentuk dari keturunan, namun karena lingkungannya ia dapat menjadi seorang wirausaha: “Why entrepreneur behave like entrepreneur? The evidence suggest it is nor because they are born that way, but because of special training they get in the home from parent who set moderately high achievement goals but who are warm, encouraging and non authoritarian in helping their children reach these goals” (McClelland 1966:62). Secara spesifik McClelland (1996) menyatakan bahwa terdafat faktor-faktor khusus dalam pembentukan sifat seorang wirausaha. Faktor tersebut adalah nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga kepada seorang anak, dimana dorongan untuk maju dan berprestasi tanpa tekanan yang berlebihan dapat membentuk sifat wirausahanya. Hal ini menjelaskan bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan sifat wirausaha seseorang. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Kemampuan Kewirausahaan Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk: a. Melakukan proses/ teknik baru (the new technik) b. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service), c. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added), d. Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar e. Mengembangkan organisasi baru (the new organisaton).
16
Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana usaha (businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha berperan: a. Merancang perusahaan (corporate plan), b. Mengatur strategi perusahaan (corporate strategy), c. Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corporate image), d. Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan : a. Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create the new and different), b. Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating), c. Meniru dan memodifikasi (imitating and modification), d. Mengembangkan (developing new product, new technology, new image, dan new organization).
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah disinggung di atas bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiiiki adalah modal dasar berupa ada ide atau visi yang jelas, kemauan dan komitmen yang kuat, cukup modal baik uang maupun waktu, cukup tenaga, dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita (1993:3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu: a. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya atau ditekuninya. b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide atau gagasan, dan perspektif serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu. c. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik, desain, prosesing, pembukuan, adiminstrasi, dan pemasaran. d. Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan berimajinasi. e. Foresight, yaitu berpAndangan jauh ke depan. f.
Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan memprediksi keadaan masa yang akan datang.
g. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.
17
Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service (1993:1), ada 10 kompetensi yang harus dimiliki, wirausaha, yaitu: (1)
Knowing Your Business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tetang perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan pemasaran kommputer.
(2)
Knowing
The
Basic
Business
Management,
yaitu
mengetahui
dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan
perusahaan,
mengadministrasikan
dan
termasuk
membukukan
dapat
memperhitungkan,
kegiatan-kegiatan
usaha.
memprediksi, Mengetahui
manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien. (3)
Having The Proper Attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
(4)
Having Adequate Capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi, tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang, cukup tenaga, tempat, dan mental.
(5)
Managing Finances Effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
(6)
Managing Time Efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
(7)
Managing People, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan (motivation), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
(8)
Satisfying Customer by Providing High Quality Product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
(9)
Knowing Hozu to Compete, yaitu mengatahui strategi/ cara bersaing. Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan (strenghts), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
18
(10) Copying with Regulations and Paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman yang jelas tersurat tidak tersirat.
Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil, Jr dan Douglas Cloud (1993:8) ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, di antaranya: (1)
Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
(2)
Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum digarap pesaing.
(3)
Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan, mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan cara menggunakannya.
(4)
Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan per-sonal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar perusahaan. Ia harus mengetahui hubungan interpersonal secara sehat.
Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (2005), kompetensi kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis tersebut, meliputi: (1)
Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
(2)
Berorientasi pada prestasi/kemajuan, cirinya :
(3)
•
Selalu mencari peluang
•
Berorientasi pada efisiensi
•
Konsen untuk kerja keras
•
Perencanaan yang sistematis
•
Selalu memonitor (cek and re-cek)
Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya: •
Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
•
Mengenal tentang betapa penting hubungan bisnis. Pada umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut,
cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan yang
19
berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu dimiliki misalnya: a. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada disekitarnya. b. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab. c. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri. d. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. e. Pengetahuan tentang siapa konsumennya.
Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan keahlian dalam bidang
perusahaan
yang
dilakukan
mutlak
diperlukan
bagi
seorang
wirausaha.
Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di antaranya pengetahuan tentang pasar
dan
strategi
pemasarannya,
pengetahuan
tentang
konsumen
(pelanggan),
pengetahuan tentang pesaing, baik yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang pemasok (suplier), pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting pengetahuan
spesifik
seperti
pengetahuan
tentang
prinsip-prinsip
akuntansi
dan
pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan khusus yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki itu di antaranya: a.
Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko.
b.
Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
c.
Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.
d.
Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan
e.
Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Pengetahuan,
keterampilan,
dan
kamampuan
kewirausahaan
itulah
yang
membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993), pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian, realistik, penuh harapan, dan penuh komitmen. Modal yang cukup, bisa diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan dari penyAndang dana. Penggunaan dana tersebut harus
20
efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus menerus. Menurut Ronald J. Ebert (2000:117)
bahwa
efektivitas
wirausahawan
tergantung
pada
keterampilan
dan
kemampuan. Keterampilan dasar manajemen (Basic Management Skill) tersebut meliput: (1)
Technical Skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor, dan ahli gambar.
(2) Human Relations Skill, yaitu keterampilan untuk memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi. (3)
Conceptual Skill,
yaitu
kemampuan
personal
untuk
berpikir
abstrak,
untuk
mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat siatuasi luar. Keterampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar baru dan menghadapi tantangan. (4)
Decision Making Skill, yaitu keterampilan untuk merumuskan masalah dan memilih cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ada tiga tahapan utama dalam pengambilan keputusan, yaitu: (a) merumuskan masalah, mangumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif pemecahannya; (b) mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternatif yang terbaik; (c) mengimplementasikan alternatif yang terpilih, menindaklanjutinya secara periodik, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut.
(5)
Time Management Skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu seproduktif mungkin.
Kemampuan mengusai persaingan, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki persaing. Seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993): "My best advice for competing successfally is to find your own distinctive niche in the marketplace". Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pesaing merupakan peluang yang harus digali. Kekutan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal, misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas barang, distribusi, pormosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan peluang. Semua informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan, lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran dagang.
21
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines Development Centre bahwa wirausaha yang berhasil ada lima kompetensi yang merupakan fungsi dari kapabilitas yang diperlukan, yaitu technical, marketing, financial, personnel, and management. Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut "Small Business Development Center", bahwa untuk mencapai keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada: (1)
Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individual.
(2)
Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan.
(3)
Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan perusahaan.
(4)
Take advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam mencari peluangpeluang.
(5)
Adapt to the change, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
(6)
Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.
Daftar Pustaka 1. Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto S.K., Maman Faturohman, 2007. Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Salemba Empat. 2. Calvin R. J. 2002. Entrepreneurial Management. McGraw-Hill. New York. 3. Cooper A.C., S. A. Alvarez, A. A. Carera. 2006. Entrepreneurial Strategies: New Technologies in Emerging Markets. Blackwell Publising. Australia. 4. Dollinger M. J., 2003. Entrepreneurship Strategies and Resources. Printice Hall. Ney Jersey. 5. Hitt M. A., R. D. Ireland. 2002. Strategic Entrepreneurship; Creating a New Mindset. Blackwell Publishing. United Kingdom. 6. Hendrowinoto N., dkk. 2005. H. Probosutedjo Merindukan Kesejahteraan Rakyat Jelata. Mercu Buana University Press. Jakarta. 7. Longenecker, J. G., C. W. Moore., J.W. Petty. Kewirausahaan Manajemen Bisnis Kecil. Salemba Empat. Jakarta, 8. Lupiyoadi, R. 2004. Entrepreneurship: From Mindset to Strategy. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.
22
9. Kao J. J. 1989. Entrepreneurship, Creativity and Organization. School. Printice-Hall. New Jersey.
Harvard business
10. Seng, W. A. 2006. Rahasia Bisnis Orang Cina. Hikmah. Jakarta. 11. Suharno B., 2006. Langkah jitu memulai Bisnis dari Nol. Penebar Swadaya. Jakarta. 12. Kuratko D. F. and R. M. Hodgetts. 2004. Entrepreneurship, Theory, Process, Practice. Thomson. Australia. 13. Lambing P., and C. R. Kuehl. Entrepreneurship. 2000. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 14. Zimmerer, W. T. dan N. M. Scarborough. 1998. Manajemen Bisnis Kecil. PT. Indeks. Jakarta.
Pengantar Kewirausahaan dan
15. Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo. Jakarta. 16. Widyatmoko A., 2006. 100 Peluang Usaha. Agromedia Pustaka. Tangerang. 17. Zubir Z. 2005. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 18. Zimmerer, W. T. Dan N. M. Scarborough. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Binsnis Kecil. Ed. Keempat. PT. Indeks. Jakarta. 19. Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Ed. 3. Salemba Empat. Jakarta. 20. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta 21. Alma, B. 2005. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung
23