Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
KONSEP PASAR MENURUT EKONOMI ISLAM HUSNI FUADDI Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Iqra Annisa Pekanbaru Jl. Riau Ujung No. 73 Pekanbaru-Riau 28282 Website: www.stei-iqra-annisa.ac.id/Email:
[email protected] HP. 085265943535 e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Islam considers that the market economy, the state, and the individual is in balance, there shall be no sub- ordinates, until one of them becomes dominant than the other. Market freedoms guaranteed in Islam. The free market determine the means of production and the price, there should be no interference resulting in the damage of market equilibrium. In the concept of Islamic Economics is, pricing is done by market forces, that is the strength of demand and supply. The meeting between the demand and supply of the same should happen rather willingly, so that no party feels forced, deceived, or the confusion of certain goods transactions at a certain price level sehinnga neither party feels wronged. Thus, it guarantees the free market where buyers and sellers compete with one another with a smooth flow of information within the framework of justice. However, market conditions are ideal according to the principles of Islam is, not according to the actual situation in the field, as often happens disruption of this market mechanism. And these disruptions, called the Market Distortion . Keyword: Concept, Market and Economy
ABSTRAK Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada dalam keseimbangan, tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Dalam Konsep Ekonomi Islam adalah, Penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan dan penawaran tersebut harus terjadi rela sama rela, sehingga tidak ada pihak yang merasa terpaksa, tertipu ataupun adanya kekeliruan dalam melakukan transaksi barang tertentu pada tingkat harga tertentu sehinnga tak ada pihak yang merasa dirugikan. Dengan demikian, Islam menjamin pasar bebas dimana para pembeli dan penjual bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan. Namun keadaan pasar yang ideal menurut prinsip islam tersebut, tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan, karena seringkali adanya gangguan yang terjadi terhadap
756
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
mekanisme pasar ini. Dan gangguan-gangguan inilah yang disebut dengan Distorsi Pasar. Kata Kunci: Konsep, Pasar Dan Ekonomi
A. PENDAHULUAN Berbicara mengenai mekanisme pasar dalam dasar hukum Islam yang pertama yaitu al Qur’an, tentu saja al Qur’an sebagai dasar filosofi hidup manusia tidakMmemberikan atura secara jelas tentang apa itu mekanisme pasar. Namun demikian sebagai manusiaMyang dilengkapi akal maka kita akan dapatkan aturan main tentang pasar yaitu seperti apa yang tersebut dalam AlQur’an surat An-Nisa ayat 29 sebagai berikut:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa: 29)
Pasar adalah tempat dimana antara penjual dan pembeli bertemu dan melakukan transaksi jual beli barang dan atau jasa. Pentingnya pasar dalam Islam tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan jual beli. Jual beli sendiri memiliki fungsi penting mengingat, jual beli merupakan salah satu aktifitas perekonomian yang “terakreditasi” dalam Islam. Attensi Islam terhadap jual beli sebagai salah satu sendi perekonomian dapat dilihat dalam surat Al Baqarah 275 bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
757
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Artinya:
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah: 275).
Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait dengan masalah pasar. Dengan fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga perbuatan ketidakadilan yang menzalimi pihak lain. Karena peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah dalam pengendalian harga. Melihat pentingnya pasar dalam Islam bahkan menjadi kegiatan yang terakreditasi serta berbagai problem yang terjadi seputar berjalannya mekanisme pasar dan pengendalian harga, maka pembahasan tentang tema ini menjadi sangat menarik dan urgen.
758
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
B. KONSEP TOERITIS 1. Makna Pasar Pasar adalah sebuah mekanisme yang dapat mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang dan jasa, baik dalam bentuk produksi maupun penentuan harga. Syarat utama terbentuknya pasar adalah adanya pertemuan antara pihak penjual dan pembeli, baik dalam satu tempat ataupun dalam tempat yang berbeda.1 Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian.
Praktik
ekonomi
pada
masa
Rasulullah
dan
Khulafaurasyadin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar di sini mengharuskan adannya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika niai-nilai ini telah ditegakkan, maka tidak ada lagi alasan untuk menolak harga pasar.2 Pasar dapat diartikan sebagai tempat di mana pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk tertentu, misalnya pasar perumahan, pasar besar, dan lain-lain.3 Pada masa lampau, pasar mengacu pada lokasi geografis, tetapi sekarang pasar tidak lagi mempunyai batas-batas geografis karena komunikasi modern telah memungkinkan para pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi tanpa harus bertemu satu sama lain. Pasar memiliki fungsi sebagai penentu nilai
1
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengan Krisis Ekonomi Global (Jakarta Timur: Zikrul Media Intelektual, 2004), hlm. 76. 2 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 301. 3 Marius P. Angipora, Dasar-dasar Pemasaran (Jakarta: PT. RajaGrafari Persada, 1999), hlm. 213.
759
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
suatu barang, penentu junlah produksi, mendistribusikan produk, melakukan pembatasan harga, dan menyediakan barang dan jasa untuk jangka panjang.4 Dengan demikian, pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli, merupakan fasilitas publik yang sangat vital bagi perekonomian suatu daerah. Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun, apa jadinya jika pusat perekonomian ini tidak tertata dengan baik. Yang jelas, karena konsumsi (pembeli) merasa tidak nyaman, menyebabkan mereka malas untuk mengunjungi pasar. Kalau sudah begini tidak hanya pedagang yang rugi, tetapi pemerintah daerah selaku penarik pajak dari kegiatan jual beli turut rugi, karena tidak bisa mengumpulkan pendapatan asli daerah secara optimal. Kondisi seperti ini pada akhirnya menyebabkan ketidaktentraman dalam kehidupan masyarakat.5
2. Fungsi Pasar Pasar memiliki fungsi sebagai penentu nilai suatu barang, penentu jumlah produksi, mendistribusika produk, melakukan pembatasan harga, dan menyediakan barang dan jasa untuk jangka panjang.6 Dengan demikian pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli, merupakan fasilitas publik yang sangat vital bagi perekonomian suatu daerah. Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun, apa jadinya jika pusat perekonomian ini tidak tertata dengan baik. Yang jelas, karena konsumen (pembeli) merasa tidak nyaman, menyebabkan mereka malas untuk mengunjungi pasar. Kalau sudah begitu tidak hanya pedagang yang rugi tetapi pemerintah daerah selaku penarik pajak dari kegiatan jual beli juga turut merugi dengan tidak bisanya mengumpulka pendapatan asli daerah
4
Richard A. Bilas, Ekonomi Mikro, ter. Sahat Simamora (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
hlm. 7-8. 5
Akhmad Mujahiddin, Ekonomi Islam (Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.
144. 6
Ricard A. Bilas, Ekonomi Mikro… hlm. 7-8.
760
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
secara
optimal.
Kondisi
seperti
ini
pada
ketidaktentraman dalam kehidupan masyarakat.
akhirnya
menyebabkan
7
3. Penentuan Harga Harga suatu barang dan jumlah
barang
yang
diperjualbelikan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan,
secara
serentak
perlulah dianalisis permintaan
dan
penawaran terhadap suatu barang tertentu yang wujud di pasar. Keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu barang tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Realisasi terhadap berbagai aturan transaksi yang telah dijelaskan, diharapkan akan terbentuk sebuah pasar yang ideal, yaitu sebuah pasar yang mendatangkan kemaslahatan bagi para pelaku pasar iti sendiri. Namun yang menjadi pertanyaannya; sejauh mana kewajiban bagi para pelaku pasar dalam menentukan aturan tersebut? Untuk itulah diperlukan adanya peran pemerintah dalam menstabilkan kondisi pasar. Dalam perkembangannya pemerintah mempunyai hak untuk melakukan intervensi dalam menetapkan harga. Kendatipun hal ini masih dalam polemik, tetapi sangat tergantung pada kondisi dan situasi pasar yang berkembang saat itu. Dalam hal ini, ada sebagian ulama fiqh yang tidak memperbolehkan adanya intervensi harga, dan ada juga yang sebaliknya. a. Larangan Intervensi Harga Ada sebagian ulama fiqh yang melarang adanya intervensi harga , di antaranya Ibnu Hazm dan Ibnu al-Atsir. Menurut kedua ulama tersebut, pelarangan atas intervensi harga bersandarkan atas hadist Nabi. 7
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Sejarah, Konsep, Intrumen, Negara, dan Pasar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 142.
761
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Suatu kali masyarakat datang kepada Nabi untuk meminta Nabi menurunkan harga-harga yang ada di pasar, di mana pada saat itu hargaharga yang ada di pasar, di mana pada saat itu harga-harga di pasar mengalami kenaikan. Akan tetapi, Nabi menolak untuk melakukan penurunan harga.8 Penentuan harga pasar diserahkan pada mekanisme pasar, yaitu diletakkan pada kekuatan penawaran dan permintaan itu sendiri, seperti terungkap dari sebuah hadits Rasulullah SAW., yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
َّ ال َرسُو ُل َّ ُول صلى- َِّللا َ َ فَق.َّللاِ َغالَ ال ِّس ْع ُر فَ َسعِّرْ لَنَا َ ال النَّاسُ يَا َرس َ َال ق َ َس ق ٍ َعََ ْن أَن َّ « إِ َّن-َّللا عليه وسلم ُ َّاز ق َوإِنِّى ألَرْ جُو أَ ْن أَ ْلقَى ِ ََّللاَ هُ َو ْال ُم َس ِّع ُر ْالقَابِضُ ْالب ِ اسطُ الر ْ ْس أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم يُطَالِبُنِى بِ َم َّ رواه أبو داود وصححه.» ال َ َّللاَ َولَي ٍ ظلَ َم ٍة فِى د ٍَم َوالَ َم األلباني Artinya:
Dari sahabat Anas, ia menuturkan, "Para sahabat mengeluh kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya harga barang kebutuhan sekarang ini begitu mahal. Alangkah baiknya bila Anda membuat menentukan harga.' Menanggapai permintaan sahabatnya ini, Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, serta mengencangkan, melapangkan, dan memberi rezeki. Dan sesungguhnya, aku berharap untuk menghadap Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman, baik dalam urusan darah (jiwa) atau pun harta.'" (HR. Abu Daud; oleh Al-Albani dinyatakan sebagai hadits sahih)9
Selain itu ada sebuah ayat yang menjelaskan tentang prinsip kerelaan dan keridlaan para pelaku pasar dalam melakukan transaksi, di
8
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengan Krisis Ekonomi Global… hlm. 83-84. Abu Daud, Sunan Abu Dawud (Kairo: Dar al-Hadits, 1988) Vol. III, hlm. 270.
9
762
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
mana pembeli diberikan kebebasan dalam menetapkan harga sebuah komoditas, sehingga intervensi harga tidak berlaku dalam kondisi ini. Dengan demikian, selain bertentangan dengan hadits Nabi yang melarang adanya pembatasan dalam transaksi atas harta kekayaan, intervensi pasar tidak berlaku dalam kondisi pasar yang stabil. Dalam hal ini masing-masing pembeli dan penjual saling menyepakati harga yang berkembang saat itu.10 Meskipun demikian pada kasus lain di mana ada ketidakadilan dan unsur penipuan terjadi dalam aktivitas bisnis masyarakat, Rasulullah SAW., tetap melakukan campur tangan, dalam hal ini turut mengendalikan dan mengontrol harga, menyeimbangkan permintaan dan penawaran dengan tujuan keadilan bagi penjual maupun pembeli. Pada masa selanjutnya tradisi dan praktik ekonomi Islam terus dikembangkan.
Misalnya
Abu
Bakar
telah
menggunakan
asas
pemerataan dalam distribusi harta negara, kebijakan ini berada dengan Umar bin Khatab yang menggunakan sistem distribusi dengan asas pengistimewaan pada orang-orang tertentu seperti assabiqunal awwalun, keluarga Nabi, dan para pejuang, mereka mendapat prioritas pertama.11
b. Pembolehan dan Kewajiban Melakukan Intervensi Harga Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim menjelaskan, pelarangan ulama atas intervensi harga berdasarkan atas pemahaman mereka terhadap teks hadits (zhahir hadits), bukan terhadap konteks hadits. Namun, larangan tersebut tidak bersifat mutlak dan dhaluri (wajib), apabila Nabi menginginkan adanya larangan tersebut secara mutlak, mungkin kata-kata yang digunakan Nabi memakai kalimat (shighot); Jangan, atau tidak diperbolehkan, dan sebagainya. Ada kemungkinan pelarangan Nabi atas intervensi harga adalah tidak ditemukan kondisi yang mengharuskan untuk melakukannya, atau kenaikan harga yang ada 10
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengan Krisis Ekonomi Global… hlm. 84-85. Euis Amalia, Keadilan Distribusi Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 109-110. 11
763
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
masih berjalan normal dan bukan merupakan akibat distorsi pasar, harga terbentuk berdasarkan atas kekuatan supply and dimand. Apabila intervensi dilakukan, kemungkinan akan menimbulkan kezhaliman bagi pihak tertentu. Penolakan Rasul atas intervensi dikarenakan tidak adanya kebutuhan untuk melakukan hal tersebut, atau kemungkinan akan timbul sebuah kedzaliman bagi para pedagang. Ibnu Taimiyyah menjelaskan; penduduk Madinah pada saat tersebut belum membutuhkan adanya intervensi. Ada kalanya kenaikan harga yang ada disebabkan adanya faktor eksternal yang bukan merupakan kehendak para penjual. Ibnu Taimiyyah membolehkan intervensi dalam keadaan-keadaan tertentu. Sepintas pendapatnya ini bertentangan dengan sikap Rasulullah yang menolak intervensi. Namun sebenarnya, pendapat Ibnu Taimiyyah malah menjabarkan hadits Nabi, bahwa seharusnya harga terjadi secara rela sama rela pada saat penawaran bertemu permintaan. Ayat yang menjelaskan tentang konsep kerelaan dan keridhaan dalam bertransaksi tidak berarti menafikan adanya intervensi, melainkan intervensi bertujuan untuk mewujudkan kerelaan dan mencegah terjadinya tindak kezhaliman. Di samping itu, ada beberapa kondisi yang mendorong adanya intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi.12
4. Harga dan Persaingan Sempurna pada Pasar Islam Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan afektif dalam kehidupan ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak mana pun, tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau prinvate sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun lainnya. Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang besar untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Sebaliknya, biarkan tiap individu dibebaskan untuk memilih sendiri apa 12
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengan Krisis Ekonomi Global… hlm. 85-86.
764
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
yang dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya. Inilah pola normal dari pasar atau “keteraturan alami” dalam istilah Al-Ghazali berkait dengan ilustrasi dari evolusi pasar. Selanjutnya, Adam Smith menyatakan serahkan saja pada invisible hand, dan “dunia akan teratur dengan sendirinya”. Dasar dari keputusan para pelaku ekonomi adalah voluntary, sehingga otoritas dan komando tidak lagi terlalu diperlukan. Biaya untuk mempertahankan otoritas pun diminimalkan. Dari pemahaman itu, harga sebuah komoditas (barang dan jasa) ditentukan oleh penawaran dan permintaan, perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga ditentukan oleh terjadinya perubahan permintaan dan perubahan penawaran. Hal ini sesuai dengan Hadits yang diriwayatkan dari Anas bahwasanya suatu hari terjadi kenaika harga yang luar biasa di masa Rasulullah SAW., maka sahabat meminta nabi untuk menentukan harga pada saat itu, lalu nabi bersabda: Artinya: “Bahwa Allah adalah Dzat yang mencabut dan memberi sesuatu, Dzat yang memberi rezeki dan penentu harga....” HR. Abu Daud).
Dari hadits itu dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadi kenaikan harga Rasulullah SAW., meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya darurat. Oleh sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring dengan hilangnya penyebab dari keadaan itu. Di lain pihak rasul juga meyakini bahwa harga akan kembali normal dalam
waktu yang tidak
ditentukan lama (sifat darurat). Penetapan harga menurut rasul merupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingan para pedagang, karena para pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk menjual barangnya sesuai dengan harga patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan keridhaannya. Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal. Ibnu Taimiyah mengatakan jika masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan
765
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
terjadi perubahan harga karena sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak Allah. Harus diyakini nilai konsep Islam tidak memberikan ruang intervensi dari pihak mana pun untuk menentukan harga, kecuali dan hanya kecuali adanya kondisi darurat yang kemudian menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian menentukan harga. Lebih jauh lagi Ibnu Taimiyah membatasi keabsahan pemerintah dalam menetapkan kebijakan intervensi pada empat situasi dan kondisi berikut: a. Kebutuhan masyarakat atau hajat orang banyak akan sebuah komoditas (barang maupun jasa); para fukaha sepakat bahwa sesuatu yang menjadi hajat orang banyak tidak dapat diperjualbelikan kecuali dengan harga yang sesuai. b. Terjadi kasus monopoli (penimbunan); para fukaha sepakat untuk memberlakukan hak Hajar (ketetapan yang membatasi hak guna dan hak pakai atas kepemilikan barang) oleh pemerintah. c. Terjadi keadaan al-hasr (pemboikatan), di mana distribusi barang hanya terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Penetapan harga disini untuk menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang ditetapkan sepihak dan semena-mena oleh pihak penjual tersebut. d. Terjadi koalisi dan kolusi antarpara penjual; di mana sejumlah pedagang sepakat untuk melakukan transaksi si antara mereka sendiri, dengan harga penjualan yang tentunya dibawah harga pasar. Ketetapan intervensi di sini untuk menghindari kemungkinan terjadi fluktuasi harga barang yang ekstrim dan dramatis.13
13
Mustafa dwin Nasution, Budi Setyanto, dkk, Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 160-163.
766
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
5. Mekanisme Pasar Objek dari ekonomi adalah konsumen, produsen dan goverment. Dimana ke semua objek tersebut akan dipertemukan dalam mekanisme pasar, baik pasar tenaga kerja, pasar barang ataupun pasar modal. Dengan kata lain, mekanisme pasar adalah terjadinya interaksi antara permintaan dan penawaran yang akan menentukan tingkat harga tertentu. Sehingga dengan adanya transaksi tersebut akan mengakibatkan terjadinya proses transfer barang dan jasa yang dimiliki oleh setiap objek ekonomi tersebut. Dengan kata lain, adanya transaksi pertukaran yang kemudian disebut sebagai perdagangan adalah satu syarat utama dari berjalannya mekanisme pasar. Suatu pola ekonomi yang dialami oleh suatu zaman sangatlah tergantung dari peradaban yang berlaku. Peradaban yang memandang dan tumbuh dari dunia pertanian tidak menjamin sistem perdagangan juga akan tumbuh dan berkembang. Sedangkan peradaban yang tumbuh dna berkembang dari dunia perdagangan sangat memungkinkan mendorong terwujudnya dan terpenuhinya sistem pertanian maupun industri. Dunia islam yang ada awalnya memang berawal dari peradaban Arab, adalah suatu zaman yang telah maju apabila dibandingkan dengan peradaban yang lain, terutama dalam dunia perdagangan. Sehingga dari adanya kemajuan perdagangan akan memungkinkan berkembangnya pasar.14 Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara
produksi
dan
harga,
tidak
boleh
ada
gangguan
yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair). Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.
14
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. RjaGrafindo, 2007), hlm.
13.
767
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Pasar yang dibiarkan berjalan sendiri (laissez faire), tanpa ada yang mengontrol, ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar sepihak oleh pemilik modal (capitalist) penguasa infrastruktur dan pemilik informasi. Asymetrik informasi juga menjadi permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar. Negara dalam Islam mempunyai peran yang sama dengan dengan pasar,
tugasnya
adalah
mengatur
dan
mengawasi
ekonomi,
memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan sempurna, informasi yang merata dan keadilan ekonomi. Perannya sebagai pengatur tidak lantas menjadikannya dominan, sebab negara, sekali-kali tidak boleh mengganggu pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan ketika terjadi distorsi dalam sistem pasar. Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah Saw sebagaimana disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dengan hadits ini terlihat dengan jelas bahwa Islam jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep mekanisme pasar dari pada Adam Smith. Dalam hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut:
ان َّللا هو الخالق القابض: غال السعر فسعر لنا رسول َّللا صلى َّللا عليه و سلم وانى أرجوا أن ألقى ربى و ليس أحد منكم يطلبنى بمظلمة.الباسط الرازق المسعر ) (رواه الدارمى.ظلمتها اياه بدم وال مال Artinya: “Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW. berkata: ”Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.”15 15
Ad-Darimy, Sunan Ad-Darimy (Beirut: Darul Fikri, tt), hlm. 78.
768
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Inilah teori ekonomi Islam mengenai harga. Rasulullah SAW dalam hadits tersebut tidak menentukan harga. Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah impersonal. Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang menentukannya. Sungguh menakjubkan, teori Nabi tentang harga dan pasar. Kekaguman ini dikarenakan, ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah atau hukum supply and demand. Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands. Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-tangan Allah).16
6. Antara Permintaan dan Penawaran Di Dunia perdagangan Arab, yaitu pada masa zaman kenabian, sudah ada pemikiran yang menjadi kesepakatan bersama bahwa tinggi rendahnya permintaan terhadap barang komoditas ditentukan oleh harga barang yang bersangkutan. Pemahaman saat itu mengatakan bahwa bila tersedia sedikit barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak barang maka harga akan murah. Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar. Ia misalnya memerhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga.
16
Adiwarman Karim, Kajian Ekonomi Islam Kontemporer (Jakarta: TIII, 2003) hlm. 76
769
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Harga
Jumlah
Fenomena yang terjadi pada masa itu adalah pada saat adanya kelangkaan barang maka harga cenderung akan tinggi. Sedangkan pasa saat barang tersebut melimpah, harga cenderung untuk turun atau lebih rendah. Fenomena umum inilah yang kemudian dikritisi oleh Abu Yusuf Dengan kata lain, pemahaman pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan antara harga dan kuantitas hanya memerhatikan kurva demand. Dalam literatur kontemporer, fenomena yang berlaku pada masa Abu Yusuf dapat dijelaskan dalam teori permintaan. Teori ini menjelaskan hubungan antara harga dengan banyaknya kuantitas yang diminta. Di mana hubungan harga dan kauntitas dapat diformulasikan sebagai berikut: D = Q = f(P)
Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu komoditi adalah negatif, apabila P
maka Q , begitu
sebaliknya apabila P , maka Q . dari formulasi ini kita dapat simpulkan bahwa hukum permintaan mengatakan bila harga komoditi naik maka akan direspon oleh penurunan jumlah komoditi yang dibeli. Begitu juga harga
770
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
komoditi turun maka akan direspons oleh konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditi yang dibeli. Abu Yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena pada kenyataannya tidak selalu terjadi bahwa bila persediaan barang sedikit, harga akan mahal, dan bila persediaan barang melimpah, harga akan murah. Abu Yusuf menyatakan, “Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadangkadang makanan sangat sedikit tetapi murah.”
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Harga
Jumlah
Menurut Abu Yusuf, dapat saja harga-harga tetap mahal (P3) ketika persediaan barang melimpah (Q3). Sementara harga akan murah walaupun persediaan barang berkurang (Q3) Pernyataan Abu Yusuf ini, mengkritisi pendapat umum yang mengatakan harga berbanding terbalik dengan jumlah persediaan barang. Dari pernyataan tersebut tampaknya Abu Yusuf menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara persediaan barang
771
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
(supply) dan harga karena pada kenyataannya harga tidak bergantung pada permintaan saja, tetapi juga bergantung pada kekuatan penawaran. Oleh karena itu, peningkatan/penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan peningkatan/penurunan permintaan, atau penurunan/peningkatan dalam produksi. Abu Yusuf mengatakan, Artinya: “Tidak ada batasan tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah.” Dengan hukum penawaran terhadap barang dikatakan bahwa hubungan antara harga dengan banyaknya komoditi yang ditawarkan mempunyai kemiringan positif. Dalam sebuah formulasi yang sederhana, hubungan antara harga dengan jumlah komoditi dapat dilihat dibawah ini: S = Q = f (p)
Formulasi ini menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu komoditi adalah positif, apabila P sebaliknya apabila P
maka Q
begitu
maka Q . Dari formulasi ini kita dapat simpulkan
bahwa penawaran mengatakan bila harga komoditi naik, akan direspon oleh penambahan jumlah komoditi yang ditawarkan. Begitu juga apabila harga komoditi turun, akan direspons oleh penurunan jumlah komoditi yang ditawarkan. Di lain pihak Abu Yusuf juga menegaskan bahwa ada beberapa variabel lain yang memempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara, atau penimbunan dan penahanan barang, atau semua hal tersebut. Karena Abu Yusuf tidak membahas lebih rinci apa yang disebut sebagai
variabel
lain,
ia
tidak
menghubungkan
fenomena
yang
diobservasinya terhadap perubahan dalam penawaran uang. Namun,
772
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
pernyataannya tidak menyangkal pengaruh dari permintaan dan penawaran dalam penentuan harga.17
7. Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar 1. Penyimpangan Terstruktur Struktur atau bentuk organisasi pasar akan mengganggu mekanisme pasar dengan cara yang sistematis dan terstruktur pula. Struktur pasar yang dimaksudkan adalah monopoli, duopoli, oligopoli, dan kompetisi monopolistik. Dalam monopoli, misalnya, terdapat halangan untuk masuk (entry barrier) bagi perusahaan lain yang ingin memasuki pasar sehingga tidak tedapat persaingan antarprodusen. Produsen monopolis dapat saja mematok harga tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas normal (monopolistic rent). Demikian pula pada bentuk pasar lainnya,
meskipun pengaruh distrorsinya tidak sekuat
monopoli, akan mendistorsi bekerjanya mekanisme pasar yang sempurna.
2. Penyimpangan tidak Terstruktur Selain itu, juga terdapat faktor-faktor insidental dan temporer yang mengganggu mekanisme pasar. Beberapa contoh hal ini adalah usaha sengaja menimbun untuk menghambat pasokan barang agar harga pasar menjadi tinggi (ikhtikar), penciptaan permintaan semu untuk menaikkan harga (najasyi), penipuan kuantitas, kualitas, harga, atau waktu pengiriman barang (tadlis), kolusi para pedagang untuk membuat harga di atas harga normal (Bai al-hadir lil badi), dan lain-lain.
3. Ketidaksempurnaan Informasi dan Penyesuaian Ketidaksempurnaan pasar juga bisa muncul disebabkan karena ketidaksempurnaan informasi yang dimiliki para pelaku pasar (penjual dan pembeli). Informasi merupakan hal penting sebab ia menjadi dasar 17
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT. RjaGrafindo Persada, 2007), hlm. 18-20.
773
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
bagi pembuatan keputusan. Produsen berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar permintaan pasar dan tingkat harganya, berapa harga input dan teknologi yang tersedia, dan lain-lain sehingga dapat menawarkan barangnya secara akurat. Demikian pula konsumen, ia harus mengetahui tingkat harga pasar yang berlaku, kualitas barang yang dibelinya, dan lain-lain sehingga dapat menentukan permintaannya dengan akurat pula. Oleh sebab itulah, maka Rasulullah telah melarang berbagai transaksi yang terjadi dalam ketidaksempurnaan informasi, misalnya menghalangi transaksi pada harga pasar (talaqi rukhban), mengambil keuntungan tinggi dengan memanfaatkan kebodohan konsumen (ghaban fa hisy), dan lain-lain. Penyesuaian para pelaku pasar terhadap suatu kejutan (shock) yang terjadi di dalam pasar biasanya membutuhkan waktu. Penyesuaian keahlian tenaga kerja, misalnya, tidak bisa dilakukan secara cepat. Jika permintaan terhadap keahlian tertentu akan mengalami penurunan di masa mendatang, maka tingkat upahnya akan cenderung turun. Masyarakat biasanya lambat dalam merespons gejala ini tetap berusaha memperoleh keahlian ini untuk jangka waktu tertentu. Ketika mereka akhirnya menerima tingkat upah yang rendah, pendidikan menuju pekerjaan lain yang tingkat upahnya lebih tinggi juga tidak akan serta merta terjadi. Mereka akan tetap bekerja dengan upah yang rendah tersebut dalam jangka waktu beberapa lama.18
8. Konsep Harga dan Solusi Islam terhadap Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar Ajaran Islam memberi perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekansime pasar. Mekanisme pasar yang sempurna adalah resultan dari kekuatan yang bersifat massal dan impersonal, yaitu merupakan fenomena alamiah. Pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil
18
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam... hlm. 329-330.
774
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
bagi penjual maupun pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai. Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan untuk bertransaksi atau terpaksa tetap bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh sebab itu, Islam sangat memerhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang sempurna. a. Harga yang adil dalam Islam Harga yang adil ini dijumpai dalam beberapa terminologi, antara lain: si’r al-mithl, thaman al-mithl dan qimah al-adl. Istilah qimah al-adl (harga yang adil) pernah digunakan oleh Rasulullah Saw., dalam mengomentari kompensasi bagi pembebasan budak, di mana budak ini akan menjadi manusia merdeka dan majikannya tetap memperoleh kompensasi dengan harga yang adil atau qimah al-adl. Penggunaan istilah ini juga ditemukan dalam laporan tentang khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Umar bin Khattab menggunkan istilah harga yang adil ini ketika menetapkan nilai baru atas diyah (denda/uang tebusan darah), setelah nilai dirham turun sehingga harga-harga naik. Meskipun istilah-istilah di atas telah digunakan sejak masa Rasulullah dan Khilafaurasyidin, tetapi sarjana Muslim pertama yang memberikan perhatian secara khusus adalah Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah sering menggunakan dua terminologi dalam pembahasan harga ini, yaitu ‘iwat al-mithl (equivalen compensation/kompensasi yang setara) dan thaman al-mithl (equivalen price/harga yang setara).19
b. Solusi Islam terhadap Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar. 1) Larangan Ikhtikar a) Defenisi Ikhtikar Ihtikar dalam tinjauan fiqih adalah penahanan atau penimbunan atas suatu barang dagangan dengan tujuan untuk dijual 19
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam... hlm. 330-332
775
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
kembali dengan harga yang lebih mahal ketika kebutuhan meningkat. Yang menimbun memperoleh keuntungan besar, sedang masyarakat dirugikan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits :
َّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ُ ب َح َّدثَنَا ُسلَ ْي َم ع َْن يَحْ يَى- يَ ْعنِى ا ْبنَ بِالَ ٍل- ان ٍ ََّللاِ ب ُْن َم ْسلَ َمةَ ب ِْن قَ ْعن ُ ب ي َُحد ال َ َال ق َ َِّث أَ َّن َم ْع َمرًا ق َ َ ق- َوهُ َو اب ُْن َس ِعي ٍدِ َّال َكانَ َس ِعي ُد ب ُْن ْال ُم َسي َّ َرسُو ُل يل لِ َس ِعي ٍد َ ِ فَق.» اط ٌئ ِ َ « َم ِن احْ تَ َك َر فَه َُو خ-صلى َّللا عليه وسلم- َِّللا ُ ال َس ِعي ٌد إِ َّن َم ْع َمرًا الَّ ِذى َكانَ ي َُحد َ ِّث هَ َذا ْال َح ِد َيث َكان َ َفَإِنَّكَ تَحْ تَ ِك ُر ق رواه مسلم.يَحْ تَ ِك ُر Artinya:
Diceritakan dari Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, diceritakan dari Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id berkata; Sa’id bin Musayyab menceritakan bahwa sesungguhnya Ma’mar berkata; Rasulullah saw pernah bersabda : Barang siapa yang melakukan praktek ihtikar (monopoli) maka dia adalah seseorang yang berdosa. Kemudian dikatakan kepada Sa’id, maka sesungguhnya kamu telah melakukan ihtikar, Sa’id berkata; sesungguhnya Ma’mar 20 yang meriwayatkan hadits ini ia juga melakukan ihtikar. (HR. Muslim)21
Dalam riwayat yang lain disebutkan menggunakan lafadz : ا اطئ اطئ ِ َل يا ْحتا ِكر إِ اَل اخlafadz ِ اخdalam hadits diatas menurut ahli bahasa memiliki arti seseorang yang berbuat durhaka dan melakukan perbuatan dosa. Berdasarkan keterangan dalam kitab Badrul Munir, mengutip yang disampaikan oleh Abu Mas’ud Al-Dimasyqi dari riwayat Ibnu Musayyab menyebutkan, bahwa yang dilakukan oleh Sa’id adalah melakukan penahanan atas barang berupa minyak. Sedangkan menurut Tirmidzi, Sa’id bin Musayyab hanya
20
Ma’mar bin Abi Ma’mar adalah salah seorang sahabat Nabi yang masuk Islam lebih dulu dan pernah mengikuti Rasulullah saw hijrah ke Habasyah. Beliau terlambat Hijrahnya ke Madinah, dan pada akhirnya beliau hijrah dan menetap di Madinah bersama Nabi. Menurut Abu Isa, hadits ini dikatakan sebagai hadits hasan dan sohih. Sedangkan menurut imam Albany hadits ini dikatakan hadits sohih. 21 Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu Al-Qosim At-Thobarony, Musnadu Al-Syamiyiin Juz 1, (Beirut: Muassasatu Risalah, 1984), hlm.232.
776
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
melakukan penahanan atas beberapa komoditas yakni minyak, biji gandum dan sejenisnya saja. Sedangkan menurut Abu Daud yang dilakukan Sa’id adalah melakukan praktek ihtikar atas biji kurma, benang dan rempah-rempah. Sedangkan menurut Ibnu Abdul Bar beliau menuturkan bahwa Sa’id dan Ma’mar keduanya melakukan ihtikar atas minyak saja. Dan mereka berdua beranggapan yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah melakukan penahanan atas barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok saja, bukan komoditas lain seperti minyak, biji kurma, rempah-rempah serta komoditas lain yang bukan merupakan kebutuhan pokok.22
b) hukum melaksanakan praktek ihtikar Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama’ tentang hukum melaksanakan praktek ihtikar : i) Haram Secara Mutlak. Hal ini melihat isi kandungan hadits yang berbunyi احتا اك ار فا ُه او ْ ام ِن ا “خا ِط ٌئBarang siapa yang menimbun maka dia telah berbuat dosa” (HR. Muslim). Sedangkan menurut tinjauan fiqih, keharaman ihtikar berdasarkan atas 3 kriteria (syarat), yakni : (a) Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga untuk masa satu tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang untuk keperluan kurang dari satu tahun sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah SAW. (b)Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung tinggi dan kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga terpaksa rakyat membelinya dengan harga mahal. (c) Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang dan lain-lain. Apabila bahan-bahan lainnya ada di tangan banyak pedagang, tetatpi tidak 22
Al-Albany, Muhammad Nashruddin, As-Silsilatu Al-Dho’’ifah Juz 12, hlm. 131
777
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
termasuk bahan pokok kebutuhan rakyat dan tidak merugikan rakyat. maka itu tidak termasuk menimbun.23 Dalam kitab Mughnil Muhtaj ila Ma’rifati Alfadzi AlMinhaj juga disebutkan bahwa keharaman ihtikar hanyalah pada barang-barang yang merupakan kenutuhan pokok saja, tidak semua jenis makanan.
ii) Makruh secara mutlak, Dengan alasan bahwa larangan Nabi SAW berkaitan dengan ihtikar adalah terbatas kepada hukum makruh saja, lantaran hanya sebagai peringatan bagi umatnya.
iii)Haram apabila berupa bahan makanan saja, adapun selain bahan makanan, maka dibolehkan, dengan alasan hadits riwayat Muslim di atas, dengan melanjutkan riwayat tersebut yang dhohirnya
membolehkan
ihtikar
selain
bahan
makanan.
Sebagaimana penjelasan mengenai isi hadits kedua.
iv) Haram ihtikar disebagian tempat saja, seperti di kota Makkah dan
Madinah,
sedangkan
tempat-tempat
lainnya,
maka
dibolehkan ihtikar di dalamnya, hal ini lantaran Makkah dan Madinah adalah dua kota yang terbatas lingkupnya, sehingga apabila ada yang melakukan ihtikar salah satu barang kebutuhan manusia, maka perekonomian mereka akan terganggu dan mereka akan kesulitan mendapatkan barang yang dibutuhkan, sedangkan tempat-tempat lain yang luas, apabila ada yang menimbun
barang
dagangannya,
maka
biasanya
tidak
mempengaruhi perekonomian manusia, sehingga tidak dilarang ihtikar di dalamnya.
23
Mughni Al-Muhtaj ila Ma’rifati Alfadzi Al-Minhaj Juz 6, hlm. 397.
778
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
v) Boleh ihtikar secara mutlak, Mereka menjadikan hadits-hadits Nabi SAW yang memerintahkan orang yang membeli bahan makanan untuk membawanya ke tempat tinggalnya terlebih dahulu
sebelum
menjualnya
kembali
sebagai
dalil
dibolehkahnya ihtikar sebagaimana dalam hadits kelima. AlHafidz Ibnu Hajar al-Asqolani berkata: "Imam Bukhori sepertinya berdalil atas bolehnya menimbun/ihtikar dengan (hadits ini), karena Nabi SAW memerintahkan pembeli bahan makanan supaya mengangkutnya terlebih dahulu ke rumahrumah mereka sebelum menjualnya kembali, dan seandainya ihtikar itu dilarang, maka Rosulullah SAW tidak akan memerintahkan hal itu." (Fathul Bari 4/439-440).(5) Demikian pula pendapat tentang waktu diharamkannya ihtikar. Ada ulama yang mengharamkan ihtikar setiap waktu secara mutlak, tanpa membedakan masa paceklik dengan masa surplus pangan, berdasarkan sifat umum larangan terhadap monopoli dari hadits yang sudah lalu. Ini adalah pendapat golongan salaf. Praktek ikhtikar akan menyebabkan mekanisme pasar terganggu, di mana produsen kemudian akan menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal. Penjual akan mendapatkan
untung
besar,
sedangkan
konsumen
akan
menderita kerugian.24
2) Membuka Akses Informasi Beberapa larangan terhadap praktik penipuan (tadlis) pada dasarnya adalah upaya untuk menyebarkan keterbukaan informasi sehingga transaksi dapat
dilakukan dengan sama-sama suka
24
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam... hlm. 333.
779
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
(antaradin minkum) dan adil. Beberapa larangan ini antara lain; talaqi rukhban25, bay najasyi26, ghaban faahisy27, dan bai al-hadir lil badi28. Islam menganggap penipuan dan kecurangan terhadap takaran, timbangan, atau kualitas barang sebagai perbuatan dosa. Allah berfirman;
Artinya: 1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi, 4. tidaklah orang-orang itu menyangka, 25
Talaqi rukhban: Menjumpai rombongan atau kafilah pembawa barang perniagaan dan membelinya di tengah jalan sebelum sampai di pasar. Hak ini dilarang Rasulullah saw, sesuai sabdanya: “Janganlah kalian menjumpai rombongan di tengah jalan dan membeli barang mereka, dan janganlah pula orang kota memborong barang dari orang pedalaman (sebelum sampai di pasar).” (Naylul Awtar, 5/164). 26 Bay najasyi: Dimana sekelompok orang bersepakat dan bertindak secara berpura-pura menawar barang dipasar dengan tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut dalam proses tawar menawar tersebut sehingga orang ketiga ini akhirnya membeli barang dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga sebenarnya 27 Ghaban faa-hisy adalah menjual/membeli sesuatu dengan harga yang lebih tinggi dari harga rata-rata, atau dengan yang lebih rendah dari harga rata-rata. Trik yang keji (al-ghabn faahisy) secara syar’i hukumnya memang haram. Sebab, keharamannya telah ditetapkan berdasarkan hadits yang shahih, yang mengandung tuntutan yang tegas untuk meninggalkannya. Imam al-Bukhari menuturkan hadits dari Abdullah bin Umar ra., bahwa pernah ada seorang laki-laki mengatakan kepada Nabi Saw, bahwa dia telah melakukan trik dalam jual-beli. Beliau bersabda: “Apabila kamu menjual maka katakanlah, “Tidak ada khilabah”.” (HR. Al-Bukhari). Khilabah dengan di-kasrah-kan huruf kha’-nya-bermakna khadi’ah (penipuan). Ghabn al-faahisy (trik yang keji) adalah istilah yang digunakan oleh para pedagang (pelaku usaha) karena memang dianggap sebagai trik yang keterlaluan. Dalam hal ini, ia tidak diukur berdasarkan sepertiga atau seperempat harga, namun dikembalikan pada istilah para pedagang (pelaku usaha) di negeri tersebut pada saat terjadinya akad (transaksi) jual beli, karena hal itu memang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan barang dan kondisi pasarnya. 28 Bai al-hadir lil badi: Jual beli dimana datang membawa barang yang ingin dijual dengan harga cash, kemudian datang orang untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi tetapi dengan harga kredit.
780
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. (Q.S. AlMuthaffifin: 1-4) Kecurangan-kecurangan
ini
juga
merupakan
bentuk
manipulasi dan distorsi informasi sehingga harga yang tercipta tidak adil. Akibat penipuan, pembeli harus membayar lebih mahal dari yang seharusnya sehingga ia menderita kerugian.
3) Regulasi Harga Regulasi harga adalah pengaturan
terhadap
harga
barang-
barang yang dilakukan oleh pemerintah. Regulasi ini bertujuan untuk memelihara kejujuran dan kemungkinan penduduk bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam sejarah Islam, kebebasan sudah dijamin dengan berbagai tradisi masyarakat dan dengan sistem hukumnya. Sebagian orang berpendapat bahwa negara dalam Islam tidak boleh mencampuri masalah ekonomi dengan mengharuskan nilai-nilai dan moralitas atau menjatuhkan sanksi kepada orang yang melanggarnya. Mereka mempunyai pandangan seperti ini berdasarkan pada hadits Nabi saw yang tidak bersedia menetapkan hargaharga walaupun pada saat itu harga melambung tinggi. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra:
Artinya: "Dari Anas bin Malik ra beliau berkata: harga barangbarang pernah mahal pada masa Rasulullah saw, lalu orang-orang berkata: Ya Rasulullah, harga-harga menjadi mahal, tetapkanlah standar harga untuk kami, lalu Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah-lah yang menetapkan harga, yang menahan dan membagikan rizki, dan sesungguhnya saya mengharapkan agar saya berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorangpun diantara kamu sekalian yang menuntut saya karena kezaliman dalam pertumpahan darah (pembunuhan) dan harta". (diriwayatkan oleh perawi yang lima kecualian Nasai).
781
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Ibnu Taimiyah menafsirkan hadits tentang penolakan regulasi harga, bahwa kasus tersebut merupakan kasus yang khusus dan bukan kasus umum. Menurutnya, harga naik karena kekuatan pasar, bukan karena ketidaksempurnaan pasar tersebut. Menurut Ibnu Taimiyah, hadits tersebut
mengungkapkan
betapa
Nabi
saw
tidak
mau ikut campur tangan dalam masalah regulasi harga-harga barang. Akan tetapi hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga yang dipicu kondisi objektif pasar Madinah, bukan karena kecurangan
yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk mengejar keuntungan belaka. Pada saat itu, pasar Madinah kekurangan supply impor atau karena menurunnya produksi. Hal itu terjadi bukan karena ada pedagang yang sengaja menimbun barang di pasaran. Dengan demikian, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa kenaikan harga abarang-barangh paa masa Nabi Saw dikerenakan bekerjanya mekanisme harga. Pada kondisi terjadinya ketidaksempurnaan pasar, Ibn Taimiah merekomendasikan penetapan harga oleh pemerintah. Misalnya dalam kasus dimana suatu komoditas kebutuhan pokok yang harganya naik akibat adanya manipulasi atau perubahan harga yang disebebkan oleh dorongan-dorongan monopoli. Maka dalam keadaan seperti inilah, pemerintah harus menetapkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli. Otoritas pemerintah dalam melakukan pengawasan harga harus dirundingkan terlebih dahulu dengan penduduk yang berkepentingan. Teantang ini, Ibnu Taimiah menjelaskan sebuah metode yang diajukan pendahulunya, Ibnu Hibab, bahwa pemerintah harus menyelenggarakn musyawarah dengan para tokoh perwakilan dan pasar. Yang lain juga diterima hadir, karenanya mereka harus diperiksa keterangannya Setelah melakukan perundingan
dan penyelidikan tentang
transaksi jual beli, pemerintah harus secara persuasif menawarkan
782
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
ketetapan harga yang didukung oleh para peserta musyawarah, juga peduduk semuanya. Jadi keseluruhan harus sepakat tantang hal itu. Dalam kitabnya, al Hisbah, penetapan harga harus diperlukan untuk mencegah manusia menjual makanan dan barang lainnya hanya kepada
kelompok
tertentu
dengan harga yang ditetapkan sesuai
keinginan mereka. Oleh karena itu, regulasi harga (fixed price policy) sangat
mempermudah
usaha
mikro
dalam
menghadapi
manipulasi pasar yang umumnya dilakukan oleh pengusaha besar. Kebijakan ini sering digunakan pemerintah untuk melindungi sektor usaha mikro dari kehancuran.29
C. KESIMPULAN Dalam pandangan Islam, pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurasyadin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar di sini mengharuskan adannya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika niai-nilai ini telah ditegakkan, maka tidak ada lagi alasan untuk menolak harga pasar. Pasar telah mendapatkan perhatian memadai dari para ulama klasik seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah. Pemikiran pemikiran mereka tentang pasar tidak saja mampu memberikan analisis yang tajam tentang apa yang terjadi pada masa itu. Banyak dari pemikiran mereka baru dibahas oleh ilmuan-ilmuan Barat beratus-ratus tahun kemudian.
29
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam... hlm. 335-338.
783
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai. Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan untuk bertransaksi atau terpaksa tetap bertransaksi atau terpaksa tetap bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh sebab itu, Islam sangat memerhatikan konsep harga yang adil dan
mekanisme
pasar
yang
sempurna.
Untuk
solusi
terhadap
ketidaksempurnaan pasar, maka Islam melarang ikhtikar, mendorong akses terbuka terhadap informasi, dan regulasi harga.
D. DAFTAR PUSTAKA Ad-Darimy, Sunan Ad-Darimy, Beirut: Darul Fikri, tt. Al-Albany, Muhammad Nashruddin, As-Silsilatu Al-Dho’’ifah Juz 12. Amalia Euis, Keadilan Distribusi Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009. Angipora P. Marius, Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta: PT. RajaGrafari Persada, 1999. Daud Abu, Sunan Abu Dawud, Kairo: Dar al-Hadits, 1988. Karim A. Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami Jakarta: PT. RjaGrafindo Persada, 2007. Marthon Sa’ad Said, Ekonomi Islam di Tengan Krisis Ekonomi Global Jakarta Timur: Zikrul Media Intelektual, 2004. Mujahiddin Akhmad, Ekonomi Islam, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2007. Karim Adiwarman, Kajian Ekonomi Islam Kontemporer, Jakarta: TIII, 2003. Mughni Al-Muhtaj ila Ma’rifati Alfadzi Al-Minhaj Juz 6. Mujahidin Akhmad, Ekonomi Islam, Sejarah, Konsep, Intrumen, Negara, dan Pasar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013.
784
Husni Fuaddi: Konsep Pasar Menurut Ekonomi Islam
Nasution Edwin Mustafa, Setyanto Budi, dkk, Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2010. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Richard A. Bilas, Ekonomi Mikro, ter. Sahat Simamora Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu Al-Qosim At-Thobarony, Musnadu AlSyamiyiin Juz 1, Beirut: Muassasatu Risalah, 1984.
785