KONSEP KEBAHAGIAAN KI AGENG SURYOMENTARAM DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN MODERN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Oleh: MUHAMMAD NUR KHOSIM NIM. 10510058
PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
MOTTO
“Saat kau dilahirkan engkau menangis tapi orang lain tertawa,tetapi Berjuanglah sampai di saat engkau mati ,orang lain menangisi pemergianmu tetapi engkau tertawa dalam senyum” - Hamka-
v
PERSEMBAHAN
Atas Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan segala nikmat yang Kau curahkan dengan Cinta-Mu, karya ini kupersembahkan teruntuk kepada: Ayah dan Ibuku yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materi. Perjuangan dan perngorbanan yang mereka berikan sangat berarti. Atas doa yang terselip dalam sujud, doa yang terlintas dalam pikiran, doa yang menemani saat keringat bercucuran dan doa yang hadir dalam air mata menjadikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Allah, dan sedihmu adalah kesedihan Allah. Semoga Allah memberikan kebahagiaan dunia, akhirat, umur panjang dan rezeki yang lancar. Kakak dan Adikku yang memberikan dukungan rahasia, dengannya terkadang rasa semangat muncul tanpa disadari. Keluarga besar yang tanpamu aku tidak mengenal semangat perjuangan. Para guru yang formal atau non-formal sedari aku kecil, atas bimbinganmu, ilmumu, didikanmu, spiritmu yang dengannya tumbuh dalam diri sebagai ilmu, yang tidak kusadari untuk memahami makna yang tersembunyi dari kehidupan ini, semoga menjadi amal jariah yang tidak akan terputus. Dan almamaterku UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan nikmat taufik. Tuhan semesta raya yang memberikan sentuhan tanganNya dalam setiap kegiatan makhluk-Nya. Seluruh kosmos bertasbih kepada-Nya dan tidak satupun yang luput dari pandangan dan kuasa-Nya. Atas kehendak dan kuasa-Nyalah tugas akhir ini dapat terselesaikan. Shalawat atas nabi Muhammad SAW semoga senantiasa tercurahkan kepadanya, kepada keluarganya, kepada kurabatnya dan kepada sahabat-sahabatnya. Atasnya pahala kebaikan dan syafaat selalu menyertai kita semua.
Penyelesaian skripsi ini tidaklah sebagaimana tukang sulap yang memainkan perannya, perjalanan panjang yang disentuh oleh berbagai pihak. Sentuhan moril, sentuhan doa, sentuhan semangat dan harapan yang tak ternilai harganya. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Alim Ruswantoro,S.Ag,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,yang telah mengajar filsafat pada semester awal sehingga menjadi bekal dalam pembuatan skiripsi ini . 2. Bapak Drs Abdul Basir Solisa, M.Ag., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing tugas akhir. Terima kasih atas dukungan, kemudahan dan keikhlasan bapak dalam membimbing penulis selama waktu berjalanannya perkualiahan.
vii
3. Bapak Dr. Robby H.Abror, S.Ag., M.Hum selaku Ketua Prodi Filsafat Agama dan Bapak Muh.Fathan, S.Ag., M.Hum selaku Sekertaris Prodi Filsafat Agama. Terima kasih atas ilmu yang bapak berikan serta tuntunan akademik yang bapak berikan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu dosen, karyawan dan karywati dan seluruh civit akademika di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 5. Orang tua yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada penulis. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan penulis agar diberikan kemudahan dalam segala urusan. Terima kasih ayah, terima kasih ibu, akhirnya anakmu dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semua ini aku persembahkan untukmu ayah dan untukmu ibu. 6. Adikku Dini Palupi ’ yang memberikan suntikan moril yang sangat berarti untuk kakakmu, semangat menuntut ilmu adalah untuk memberikan contoh kebaikan untukmu. Kepatuhanmu kepada orang tua adalah kebanggaan sekaligus pukulan, sehingga itu sebagai penambah semangat yang tiada terkira. 7. Teman-teman kelasku “For Mak-siat” 2010 (Forum Malaikat Filsafat) yang tidak dapat penulis menyebutnya satu persatu, kalian adalah bagian dari keluarga penulis disini, kebersamaan dan kenangan yang telah kita goreskan menjadi bumbu penyemangat tersendiri yang akan menjadi kenangan. 8. Sahabat-sahabatku Imam, Fauzan,Bagas, Hemam, Badar, Imam, Izzat yang memberikan dukungan tidak terduga disaat yang tepat, dan begitu
viii
juga dengan teman-teman lainnya. Ayi’ yang memberikan kesan bodoh, padahal sangat cerdas. Dhuha yang super rahasia, namun tetap memberikan senyuman. Sahabatku KKN yang memberikan sikap santai tapi usai. Dan juga kepada sahabat-sahabat dan teman-teman semua. Seseorang disana yang telah melimpahkan doa rahasia dibalik sujudnya, terima kasih yang tiada tara untuk kalian semua, kalian memang super. 9. Terima kasih yang tak terbingkai kepada semua pihak yang telah dan turut membantu atas terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allahlah penulis berharap, segala amal kebaikan semoga mendapatkan balasan yang berlipat-lipat ganda. Karya yang sangat sederhana ini semoga menjadi sumbangsih keilmuan bagi siapapun yang membacanya, dan menjadi amal jariah penulis. Amien.
Yogyakarta, 21 Juni 2016 Penulis
Muhammad Nur Khosim
ix
ABSTRAK
Hidup dan kehidupan manusia diisi dengan segala aktifitas. Segala aktifitas yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu tellos (tujuan). Bagi siapapun, dimanapun dan kapanpun, kebahagian akan selalu menjadi tujuan yang paling fundamental. Bahkan semua agama samawi memerintahkan manusia dengan tegas untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan maupun di dunia setelah mati melalui perbuatan baik, ibadah dan segala bentuk ajaran. Begitu berharganya “kebahagiaan”, sehingga manusia pada zaman modern ini berusaha mati-matian untuk mendapatkannya tanpa memperhatikan kode etik hidup seperti hubungan (sosial), bertingkah laku dan semua bentuk kode etik lainnya. Sehingga di dalam kehidupan modern, dominasi “finalistic” dan “egoistic” menjadi sebuah keniscayaan. Suatu zaman akan mengalami kemajuan dalam segi produksi entah secara kualitatif maupun kuantitaf, apabila finalistic dan egoistic menjadi dasar utuk membangun “world view”. Tetapi di sisi lain, kemajuan dalam segi produksi dengan menggunakan dasar finalistic dan egoistic tersebut membawa dampak negatif, yaitu kerusakan dalam segi “hubungan”. Kerusakan tersebut terjadi pada semua bentuk hubungan, entah hubungan antara manusia dengan sesama, lingkungan maupun sang pencipta. Jika kerusakan yang dialami pada segi “hubungan” tersebut berlarut-larut dibiarkan, maka akan menimbulkan bencana untuk manusia itu sendiri. Begitu peliknya permasalahan di dalam hingar bingar (kemewahan) yang dijanjikan oleh modernitas melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, peneliti mengangkat wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, dengan harapan dapat memperbaiki apa yang rusak di dalam kehidupan modern tersebut. Wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, dirasa dapat mengembalikan hakikat kebahagian seperti semula yang didasari dengan sosialistik bukan egoistic. Dari hukum Mulur-Mungkret yang berada di bagian I, Rasa Sama yang berada di bagaian II dan Rasa Abadi yang berada di bagian III, dapat menetralisir rasa negatif seperi Iri-Sombong dan Sesal-Kawatir. Dengan tereliminirnya rasa negatif tersebut, maka masuk dalam surga Ketentraman dan Ketabahan menjadi sebuah keniscayaa. Setelah dapat masuk dalam surga ketentraman dan ketabahan, maka manusia dapat menerima wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram bagian IV, yaitu kebahagiaan yang hakiki. Dengan begitu di dalam modernitas, kebahagiaan tidak lagi dimonopoli oleh kaum berkekuatan, bermateri dan bentuk keunggulan lainnya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………….....
i
SURAT PERNYATAAN……………………………………………..
ii
NOTA DINAS…………………………………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………
iv
HALAMAN MOTO…………………………………………………..
v
KATA PENGANTAR……………………………………………….
vi
ABSTRAK…………………………………………...………………
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
viii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
8
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian……………………………..
9
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………
10
E. Metode Penelitian……………………………………………...
13
F. Sistematika Pembahasan………………………………………
16
BAB II. SKETSA BIOGRAFI KI AGENG SURYOMENTARAM…
18
A. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui Latar Belakang Keluarga dan Tindak-Tanduknya………………… B. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui Latar
16
Belakang Pendidikan…………………………………………
33
C. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui Ajaran-Ajarannya……………………………………………
38
BAB III. SKETSA UMUM SEPUTAR MODERN DAN KONSEP KEBAHAGIAAN ……………………………………………………. A. Mengidentifikasi Modern …………….…….……………...
39 39
1. Perkembangan Iptek, Moralitas Dan Ancaman………
57
2. Problematiaka…………………………………………
63
B. Difinisi Kebahagiaan………………………………...………..
70
C. Konsep Kebahagiaan yang Lahir dari Rahim Etika .................
72
1. Hedonisme…………………..………………………...
74
2. Utilitarianisme…………...…………………………….
77
D. Konsep Kebahagiaan yang Lahir dari Rahim Tasawuf………
80
1. Konsep Kebahagiaan Perspektif Hamka……………..
83
2. Konsep Kebahagiaan Perspektif Al-Ghozali…………
88
BAB IV. TELAAH METODOLOGI KONSEP KEBAHAGIAAN KI AGENG SURYOMENTARAM…………………………………………..….. A. Epistemologi Ki Ageng Suryomentram…..………………….
94 94
B. Memahami Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram Melalui Wejangan Pokok ………………………..………….
97
1. Senang-Susah Yang Bersifat Mulur-Mungkret (Fluktuasi)………………….………………………. 2. Metamorfosis Rasa Ke-1 (Rasa Sama, Iri-Sombong
97
Hilang dan Tentram)..………………………………
102
3. Metamorfosis Rasa Ke-2 (Rasa Abadi, Sesal-Kawatir Hilang dan Tabah)…………………..
106
4. Struktur Rasa Bahagia(Mengawasi Keinginan, Benih Pengetahuan dan Bahagia)…………………..
111
C. Implikasi Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram Di Dalam Kehidupan Modern ……………….…………….
114
BAB V. PENUTUP……………………………………………………
119
A. Kesimpulan…………………………………………………...
119
B. Saran-Saran…………………………………………………...
120
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
122
LAMPIRAN…………………………………………………………...
130
CURICULUM VITAE………………………………………………...
131
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kebahagiaan menjadi pembicaraan yang tak ada habis-habisnya, karena kebahagian diletakkan pada posisi fundamental dalam tujuan kehidupan manusia. Di dalam segala aktivitas manusia yang bersifat relijius maupun hedonis, kebahagiaan menjadi titik final. Pada hakikatnya kebahagian itu sama bagi siapapun, kapanpun dan dimanapun, tetapi dalam perwujudannya kebahagian itu berbeda-beda.1 Karena setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda-beda, jadi ada kausalitas antara kebahagian dan pola pikir. Kehidupan manusia terus berkembang hingga ditemukan temuan-temuan baru, kemajuan-kemajuan ini kemudian diikuti gaya hidup praktis dan prakmatis. Gaya tersebut yang melahirkan sikap permisif, dan perkembangan yang lebih parah lagi, ketika manusia mengabaikan aspek sosial dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dalam rangka untuk mendapatkan kebahagian. Hal inilah yang menjadi lubang dan rongga sehingga unsur kejahatan dan kekejaman bisa menerobos masuk dan membelenggu pemikiran manusia. Sehingga hukum rimbalah yang bekerja “yang kuat yang berhak bahagia” al-hasil potret ketidakadilan pada manusia yang lemah secara fisik maupun ekonomi menjadi
1
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005),
hlm. 63.
1
2
tontononan sehari-hari bagi manusia. Bahkan Negara selaku pelindung rakyat, malah memainkan peran penting atas kualitas kesengsaraan rakyat. Lebih dari itu, kaum lemah tidak dapat menikmati tetapi hanya di berikan efek dan dampak dari pembangunan-pembangunan yang berkembang di dunia, terutama di Indonesia. Kebahagiaan yang katanya salah satunya didapat melalui kemajuan-kemajuan SDM, tapi justru kemajuan itu sendiri yang merusak normanorma yang ada dalam masyarakat.2 Kondisi seperti inilah yang berlangsung dan bergulir tanpa disadari telah menjauhkan kehidupan manusia dari pusat eksistensi mereka. Kebahagiaan
sudah
dimonopoli
oleh
kaum
atas
dengan
cara
mempertontonkan kemewahan dihadapan kesengsaraan yang diperoleh kaum bawah. Barang-barang beralih fungsi, bukan lagi berfungsi sepagaimana mestinya, tetapi menjadi ukuran kerhormatan dan derajat. Kebahagian yang teletak pada kepuasaan hidup alamipun hilang. Oleh karena itu, kebahagian yang berdasarkan pada egoism lebih dominan ketimbang kebahagian berdasarkan sosialitas. Sehingga tidak lagi ada hubungan antara aku dan engkau yang merupakan inti dari kemanusiaan serta kebahagiaanku adalah kebahagiaanmu dalam artian milik bersama menjadi tereliminir.3
2
T. Jacob, Manusia, Ilmu Dan Teknologi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988), hlm. 13.
3
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005),
hlm. 62.
3
hal ini terkait dengan perkembangan iptek serta interaksi manusia yang terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan zaman, sehingga tiap-tiap periode zaman memiliki keunikannya masing-masing tak bisa disamakan dengan periode zaman sekarang. kenyataan tersebut mau tidak mau akan membawa kepada cara pandang (world view), dalam menilai lingkungan kita, begitu juga dengan persoalan kebahagian.4 Menyikapi keadaan tersebut, banyak pemikir dengan background yang berbeda-beda memberikan perhatian besar terhadap perkembangan masalah ini melalui bentuk aksi maupun karya-karyanya. Tidak kentinggalan pula dengan Ki Ageng Suryomentaram sebagai salah satu intelektual muslim yang ahli kebatinan selaku anak pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI, Ki Ageng berusaha menyikapi zamannya dengan cara menuangkan pemikiran yang dibuktikan dengan bebagai tulisan dan ceramahnya yang telah dibukuakan. Ide-ide Ki Ageng Suryomentaram seputar ilmu kebahagian dituangkan di dalam tulisan dan ceramahnya yang banyak menyuguhkan gagasan baru, yang dimana karya-karyanya banyak dipelajari oleh kalangan akademisi Yogyakarta. Dari ilmu kebahagianan yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryometaram inilah, banyak kalangan akademisi Yogyakarta mengambil kesimpulan bahwa ilmu kebahagian Ki Ageng Suryomentaram menjadi cikal bakal lahirnya teori psikologi
4
T. Jacob, Manusia, Ilmu Dan Teknologi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988), hlm. 15.
4
lokal.5 Ia menjadi guru aliran kebatinan yang bernama Kawruh Bedja atau Ilmu Begja (ilmu bahagia). Salah satu ajaran moral Ilmu Begja yang sangat populer adalah Aja Dumeh yang berarti jangan sok, jangan menyombongkan diri, dan jangan membusungkan dada, Jangan mengecilkan orang lain hanya karena merasa diri sendiri lebih berpangkat tinggi, berkuasa, atau kaya raya, sebab manusia itu pada hakikatnya adalah sama.6 Pemahaman Ki Ageng tentang manusia seluruhnya bertitik tolak dari pengamatannya terhadap dirinya sendiri. Ia menggunakan metode empiris, yang didasarkan pada percobaan-percobaan yang dilakukannya pada dirinya sendiri.7 Dengan cara merasakan, menggagas, dan menginginkan sesuatu, ia menandai adanya gerak kehidupan di dalam batin manusia. Ki Ageng mencoba membuka rahasia kejiwaan manusia, yang dilihatnya sebagai sumber penentu perilaku manusia dalam hidupnya. Ki Ageng juga menunjukkan dasar bagi perilaku manusia dalam dunianya, sehingga antara diri dengan dunia yang melingkupinya bisa tercipta keselarasan.8 Pengambilan tema kebahagian menrut Ki Ageng Suryomentaram di sini dilakukan mengingat adanya anggapan bahwa bahagia itu jika modern, sedangkan 5
Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta: Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 5. 6
Adimasana, Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 23. 7
Marcel Bonneff, Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962), Terj. Moentoro Atmosentono, (Madiun: Panitia Kawruh Jiwa Jl. Sulawesi 4, 1983), hlm. 9. 8
Grangsang Suryomentaram, Ki Oto Suastika, Ajaran-Ajaran Ki Ageng Suryomentaram III, (Jakarta: Pt Inti Idayu Press, 1986), hlm. 188.
5
modern yang dimaksud masih modern yang membuat seseorang menjadi “korban perspektif”. Masih banyak orang yang menganggap modern adalah orang yang sudah tidak membakar kemenyan, orang yang bergaya hidup seperti orang amerika dll. Apabila kreteria modern seperti itu, maka modern bisa dibilang suatu hal baru, lain dengan biasanya, bahkan bertentangan dengan adat istiadat. Pendek kata kemapanan-kemapanan sosial yang muncul di masyarakat. Jadi, ada gerakan atau dinamika yang cenderung mennggalkan hal-hal yang telah terjadi menuju hal-hal yang belum terjadi. Apabila anggapan modern seperti itu, maka ada pihak yang mengatakan bahwa modern adalah sesuatu yang tidak baik, karena dianggap betentangan dengan moral kemapan, yang dimana meninggalkan kemapanan sosial yang telah terbukti nilai baiknya, digantikan dengan kemapanan sosial yang belum diketahuai nilai-nilai konsekuensinya.9 Tetapi disisi lain kemapanan sosial yang sudah atau sedang terjadi jika tidak ditinggalkan, pada suatu saat nanti pasti tidak akan mampu menjamin perkebangan dan tuntutan hidup dan kehidupan manusia. Sedangkan modern yang menekankan segi waktu seperti “contemporary” atau “up to date” hanya merupakan bentuk baru dari sesuatu.10 Contoh: “ini meja modern”. Yang di maksud modern mungkin modelnya, bentuknya, tetapi meja tetaplah meja, kapanpun, dimanapun fungsinya tetap sama. Kalau dilakukan penilaian lebih mendalam, maka akan ditemukan unsur baru seperti, meja ini
9
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),
hlm. 25. 10
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.225.
6
membuat setiap orang bisa bekerja dengan enak sehingga merasa senang”. Dari situ dapat disimpulkan adanya unsur “kecocokan” antara model meja dengan sifat orang yang memakai. Dari analisis itu, ada petunjuk bahwa “modern” berarti adanya unsur kecocokan antara suatu model dengan sifat khas orang atau subyek tertentu. Maksudnya, pola pikir pedoman hidup, sikap hidup, gaya hidup atau cara hidup seseorang itu sesuai dengan “eksistensinya” sendiri. 11 Jadi asli bukan tirutiruan. Sedangakan Eksistensi itu ada di dalam diri sendiri dan ada di dalam keterkaitan dengan yang lain. Keterkaiatan inilah yang menjadi peran penting, karena sifat-sifat dan keadaan- keadaan alam sekitar biasanya menjadi faktor menentukan bagi pekerkembangan budaya berfikir, sedangkan kebahagian ada kasualitas dengan pola pikir.12 Jadi daerah yang beriklim dingin atau panas, daerah berpegunungan atau pantai, perbedaan paham keagamaan bagi smayarakat yang berbeda, dan lain sebagainya, merupakan faktor-faktor yang bisa mempengarui budaya berfikir, sedangkan pola berfikir menentukan ukuran kebahagian. Akan tetapi, sekarang masih banyak orang di Indonesia yang masih menjadi “korban perspektif”, yang ikut-ikutan atau sama dengan oang lain yang berbeda jenis, kultur, dan perbedaan lainya untuk dianggap modern.
11
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),
hlm. 24. 12
hlm. 75.
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),
7
Untuk itu, teori kebahagian Ki Ageng Suryomentaram diangkat, dengan harapan dapat mengembalikan kebahagian yang alami dan bersifat sosial serta bersih dari unsur kepentingan-kepentian apapun yang akan membuat kebahagian itu bersifat egois.13 Selain itu, dengan teorinya juga diharapkan
akan dapat
mengubah setikma modern yang melahirkan “manusia korban perspektif”. Sehingga modern bukan lagi sama dengan orang lain atau tiru-tiruan, melainkan lebih bersifat kontekstual, yang bergantung pada sifat dan kebutuhan dasar setiap orang sesuai dengan corak alam dan lingkungannya masing-masing. Hal ini bukan berarti ada “ketergantungan”(dependence) total kepada alam lingkungan baik alam maupun manusia lain. Untuk dapat menyesuaikan dengan alam sekitar, perlu konsep, pertimbangan, dan penentuan untuk kemudian bersikap dan bertingkah laku. Semua hal ini hanya dapat dikembalikan kepada kepribadian seseorang (subtansi seseorang). Pendek kata, seorang menyusun konsep untuk dapat dijadikan dasar pertimbangan dan penentuan sikap serta tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan menurut kultur alam maupun sosial kemasyarakatan. Jadi, untuk mendapatkan kebahagian bukan bergaya hidup dan bertingkah laku ikutikutan, melainkan selaras antara diri pribadinya dengan lingkungannya. Di sini, jelas ada suatu “pendirian” bukan “ketergantungan”, sedangakan pendirian ini ada karena ada pengetahuan dan pemikiran (konsep,pertimbangan dan penentuan)
13
Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta: Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 5.
8
yang selalu terdorong bergerak dari dalam untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup.14 Jadi teori kebahagiaan yang ditawarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram visible untuk modernitas, karena “korban perspektif” dapat dihilangkan, eksitensi manusia dapat dicapai dan kebahagian berdasarkan sosialitas dapat diraih. Hal ini terkait dengan dasar kebahagian adalah pengalaman, dan dasar kesusilaan sebagai alat untuk mencapai kebahagiaan juga pengalaman. Dari pengalaman, kita tahu bahwa usaha mencari kebahagiaan itu harus mengindahkan kebahagian orang lain.15 Guna menjaga arah dan tercapainya tujuan penelitian, pembahasan selanjutnya akan difokuskan sebagaimana dalam rumusan masalah berikutnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat dua persoalan menjadi focus penelitian ini: 1. Bagaimana konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram? 2. Bagaimana
implikasi
konsep
kebahagiaan
Ki
Ageng
Suryomentaram terhadap kehidupan modern ?
14
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),
hlm. 28. 15
Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta: Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 35.
9
C. Manfaat dan Tujuan Penelitian 1. Manfaat Penelitian a) Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang bisa digunakan sebagai landasan dan informasi dalam melanjutkan penelitian tentang konsep kebahagiaan. b) Bagi filsafat, penelitian ini adalah sebuah sumbangan akademis yang memeperkaya pengetahuan tentang konsep kebahagiaan
yang
berkembang di barat dan konsep kebahagiaan yang tumbuh dalam masyarakat islam sebagai bagian dari kajian ilmu-ilmu filsafat. 2. Tujuan Penelitian a) Merumuskan konsep kebahagian yang berdasarkan sosialitas bukan egois dan menetralisir korban perspektif atau sederhananya palsu, tiru-tiruan dan tidak sesuai dengan eksistensinya. b) Menemukan nilai-nilai konsep kebahagian yang terkandung di dalam
ajaran
Ki
Ageng
Suryomentaram
yang
telah
termanifestasikan dalam bentuk ceramah, tulisan-tulisan beliau dan buku-buku yang membahas beliau khususnya pada konsep kebahagiaan.
10
D. Tinjauan Pustaka16 Tinjauan pustaka di dalam skripsi ini mencantumkan penelitian yang lain, yang membahas tentang ki ageng suryomentaram dan karya-karya yang berkaitan dengan pembahasaan di dalam skripsi ini. Ada beberapa karya dari para peneliti yang membahas tentang pemikiran ki ageng suryomentaram yang sempat dibaca: Pertama, skripsi dari Franciscus Soegijono yang diterbitkan oleh Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM pada tahun 1983, dengan judul Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat Ilmu Pengetahuan. Di dalam skripsi ini dijelaskan bahwa ajaran-ajaran dia menyangkut hal-hal yang bersifat kejiwaan dan dalam batas-batas tertentu dapat dikatagorikan “bersifat ilmiah”, tetapi lebih ditekankan pada tujuan dari ilmu pengetahuan. Tujuan yang ingin dicapai dari ajran Ki Ageng adalah untuk membahagiakan umat manusia, apabila manusia itu memahami ajaran beliau secara mendalam maka manusia akan mengalami kebahagian hidup. Kemudian beliau juga ingin menunjukan bahwa ajaran dia dalam batas-batas tertentu merupakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai yang bersifat intersubyektivistik, karena menyangkut penghayatan si subyek dan obyek pengetahuannya bersumbur pada jiwa manusia. selain itu, skripsi ini juga dibahas tentang apa sumbangan ajaran-ajaran ki ageng untuk
16
Pada pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk meneruskan permasalahan, mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk menjawabnya, dengan menemukan fakta-fakta yang memberikan penafsiran yang benar. Selain itu juga, mempunyai tujuan dan fungsi inisiatif, yaitu terus menerus memperbarui lagi kesimpulan dan teori yang telah diterima berdasarkan fakta-fakta dan kesimpulan yang telah ditemukan. Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 1994), hlm.11.
11
pembangunan nasional yang berkaitan dengan mental kerohanian. 17 Jadi yang membedakan sekripsi ini dengan sekripsi tersebut terletak pada obyek material, jika skripsi ini obyek materialnya lebih spesifik yaitu konsep kebahagiaan Ki Ageng. Sedangkan skripsi tersebut obyek materialnya lebih umum, yaitu semua ajaran-ajaran yang ada di dalam Ki Ageng. Kedua, skripsi dari Muchlis yang di terbitkan oleh Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM pada tahun 1986, dengan judul kosep kawruh bedjo Ki Ageng Suryomentaram
dalam mencapai kebahagian hidup. Di dalam skripsi ini
menjelaskan bahwa konsep kawruh bedjo, manusia dalam kehidupannya dapat mencapai kebahagian hidup secara total sehingga sampai pada tataran “manusia sempurna”. Kebahagian manusia itu apabila dihubungkan dengan masyarakat dan lingkunga sekitarnya maka kebahagian manusia bersifat individual maupun bersifat kehidupan sosial. Konsep kawruh bedjo apabila dipahami dengan benar akan memberikan bimbingan kearah bentuk masyarakat yang didasarkan pada rasa makna yang seimbang dan harmonis. Dari konsep tersebutlah tercipta ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagian hidup serta memunculkan dasar etika hidup manusia bermasyarakat, yaitu: a) Asas Solidaritas, bahwa setiap manusia atau kelompok manusia harus dapat melibatkan diri dalam perkembangan sosial sebagai persatuan dan kesatuan. b) Asas Subsidiaritas, asas ini memberikan petunjuk umum tentang soal bagaimana tata tertib sosial itu dibentuk. c) Asas Toleransi Dan Asas Dialog, asas toleransi adalah suatu sikap yang hendak
17
Franciscus Soegijono, Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1983), hlm.15.
12
mengikuti sertakan orang lain di dalam kesatuan sosial dengan memberikan kebebasan untuk melaksanakan kebenaran dan keyakinan yang menjiwai kesadaran sikap sosial dalam hidup bersama. Sedangakan asas dialog merupakan seni bertanya jawab. Manusia akan merasa sama dan saling memiliki setelah ketiga asas tersebut diimpementasikan.18 Sehingga, ada sedikit kesamaan antara skripsi ini dengan skripsi Muchlis, terletak pada obyek material yaitu konsep kebahagiaan. Sedangkan, yang membedakan antara skripsi ini dan skripsi tersebut terletak pada arah dimana kedua skripsi tersebut dituju. Jika skripsi Muchlis hanya dijadikan petunjuk untuk menemukan kebahagiaan hidup. Sedangkan skripsi ini diharapkan dapat memperbaiki apa yang rusak dan tidak layak di dalam kehidupan moderen. Ketiga, skripsi dari Mohamad Nur Hadiudin yang diterbitkan oleh fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2010, dengan judul biografi dan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962). Skripsi ini lebih menekankan biografi belia dari mulai lahir, pendidikan, karya, dominasi sosial politik yang dihadapi dan pemikiran Ki Ageng Suryometaram secara umum. Skripsi ini mengulas pemikiran Ki Ageng Suryomentaram masih secara umum, inilah yang membedakan dengan penelitian saya yang lebih menspesifikasikan pada konsep kebahagiaan saja.19
18
Muchlis, Konsep Kawruh Bedjo Ki Ageng Suryomentaram Dalam Mencapai Kebahagian Hidup, (Yogyakarta:Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1995), hlm. 12. 19
Mohamad Nur Hadiudin, Biografi dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram (18921962), (Yogyakarta: Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2010), hlm.7.
13
Keempat, skripsi dari Ucik Isdiyanto yang diterbitkan oleh Fakultas Usuluddin Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2003, dengan judul Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng Suryomentaram). Skripsi ini menjelaskan tentang konsep ilmu menurut Ki Ageng Suryomentaram yang melingkupi sumber ilmu, epistemology, kualitas, klasifikasi, hakekat dan tujuan. Selain itu, skripsi ini juga berusaha memperlihatkan indikasi bahwa Ki Ageng Suryomentaram masuk dalam katagori filosof.20 Dilihat dari judulnya saja dapat disimpulkan, bahwa perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi Ucik terletak pada obyek material. Jika skripsi ini obyek materialnya adalah konsep kebahagiaan Ki Ageng, sedangkan obyek material skripsi Ucik adalah ilmu dalam kejawen dan ajaran dan teori Ki Ageng dijadikan obyek formalnya. Kelima, karya yang berupa buku yang di tulis oleh Marcel Bennoff yang di Terbitkan Madiun: Panitia Kawruh Jiwa Madiun, 1983 dengan judul Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962). Buku ini sebenarnya meupakan karya terjemahan dari bahasa Prancis, dengan judul asli “Ki Ageng Suryomentaram, Prince Et Philosophe Javanais (1892-1962)”. Sedangakan yang menerjemahkan
kedalam
bahasa
Indonesia
buku
ini
adalah
Moentoro
Atmosentono. Buku ini menjelaskan seputar biografi Ki Ageng sebagai anak dari raja mataram serta segala aktivitas semasa hidupnya. Selain itu, buku ini berusaha
20
Ucik Isdiy, Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng Suryomentaram), (Yogyakarta:Fakultas Usuluddin Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 3.
14
mengambil sebuah silogisme yang didapat dari segala aktivitas dan kehidupan beliau sebagai premisnya.21
E. Metodologi Penelitian Setiap kegiatan ilmiah untuk lebih terarah dan rasional diperlukan suatu metode yang sesuai dengan obyek kajian, karena metode berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan yang memuaskan. Di samping itu metode merupakan cara bertindak supaya peneliti berjalan terarah dan mencapai hasil maksimal.22 Oleh karena itu, dalam penelitian metode ditempatkan pada posisi yang fundamental. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
Historis-Filosofis,
yaitu
mengkomplementasikan antara pendekatan historis dan filosofi sehingga saling mengisi dan memperkuat satu sama lain, tetapi tetap menjaga eksistensinya masih-masing. Pada tahap historis, yakni berupaya mereidentifikasi semua yang menjadi “The Real Discourse” di dalam konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram, entah dari segi pemikiran maupun segala aktifitasnya. Sedangkan pada tahap filosofis, yakni melakukan aktifitas eksploratif terhadap “the real discourse” yang telah didapat pada tahap historis, lalu mencari visibelitas konsep kebahagiaan di dalam kehidupan moderen.
21
Marcel Bennoff, Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962). Terj, Moentoro Atmosentono, (Madiun:Panitia Kawruh Jiwa Madiun, 1983), hlm 25. 22
Anton Bakker, Metode Filsafat, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1986), Hlm. 10.
15
1. Pengumpulan Data23 Sesuai jenis sumber datanya penelitian ini berupa penelitian kepustakaan (Library Research). Untuk itu diawali dengan pengumpulan data
kepustakaan
Suryomentaram.
semua
Setelah
yang semua
berkaitan data
dengan
terkumpul,
lalu
Ki
Ageng
dilakukan
katagorisasi, yakni data primer dan data skunder.
a) Sumber Primer Tolok ukur keprimeran sebuah data disini terletak pada level relevansi konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram yang menjadi obyek kajian. Maka data primer lasung diambil dari karya Ki Ageng Suryomentaram yang berupa tulisan-tulisan dan ceramah-ceramah beliau yang telah dibukukan antara lain, ajaranajaran Ki Ageng Suryomentaram jilid I sampai jilid III. Falsafah Hidup Bahagia ( Jalan Menuju Aktualisasi Diri) jilid I dan II.
b) Data Skunder Yang disebut dengan data skunder apabila relevansinya tidak terlalu kuat kepada obyek kajian. Meskipun demikian, dalam penelitan nanti data tersebut tidak dipandang sebelah mata, karena data skunder tersebut berpeluang untuk mengeliminir terjadinya idol (berhala) dalam istilah Bacon serta berkemungkinan 23
Anton Bakker, Metode Filsafat, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1986), Hlm. 65.
16
melahirkan perspektif baru terhadap subyek kajian. Adapun untuk pembantu (skunder) peneliti terbuka terhadap berbagai macam literature, seperti buku-buku, majalah, koran, bulletin, jurnal maupun juga situs-situs di internet yang tentu menyangkut mengenai pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dan terutama konsep bahagia. Beberapa diantaranya buku sekunder yang penulis pakai adalah, Wejangan Pokok Ilmu Bahagia, Ki Oto Suastika. Ilmu Bebas Kramadangsa, Ki Oto Suastika. Rasa Takut, Ilmu Jiwa Dan Pembangunan Jiwa Warga Negara Seri XIV, Atmosentono, Ki Moentono, Suryomentaram Dan Grangsang
2. Metode Pengolahan Data Dengan ini penulis mencoba untuk mengolah data-data yang telah penulis dapatkan agar nantinya dapat dipahami dengan jelas. Adapun teknik dalam menganalisis data ini yang dipakai penulis adalah: a. Diskriptif Dengan metode ini peneliti akan mencoba menyajikan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram secara komprehensif, dengan cara menggali unsur-unsur yang mempengaruhi pemikirannya, baik lingkungan, sosial, budaya dan politik. b. Holistika Di dalam metode ini, peneliti harus memahami konsep-konsep dan konsepsi-konsepsi
kebahagiaan
yang bersifat
filosofis
dari
17
pernyataan Ki Ageng Suryomentaram yang terdapat di dalam data primer maupun skunder dengan betul-betul, yang dilihat dalam rangka keseluruhan visinya mengenai manusia, dunia dan Tuhan.24 Serta makna apa yang terkandung di dalamnya25 atau memisahkan, membedakan dan melihat nuansa, untuk selanjutnya melihat adanya keteraturan.
26
c. Interpretasi Memahami
kandungan
kosep
ilmu
bahagia
ki
ageng
suryomentaram membutuhkan penafsiran tertentu. Metode ini digunakan guna mendapatkan pemahaman lebih mendalam. Sebab, ada beberapa kata kunci yang dipertahankan disini untuk tidak menghilangkan subtansi pemikiran ki ageng. Penulisan selalu berusaha memahami dan menafsirkan seperlunya bila itu diperlukan. d. Analisis Dari analisis ini mencoba menarik kesimpulan dari premis-premis yang saling mendukung, yang ada didalam karya Ki Ageng Suryomentaram. setelah itu kesimpulan itu diuji dengn terusmenurus mempertanyakan, sampai pertanyaan itu semakin kuat. 24
Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 64. 25
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat. Terj, Soejono Soemargono, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 1986), hlm.18. 26
C.A. Van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat, Terj, Dick Hartono, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1986), hlm.38.
18
Karena dalam filsafat, jawaban dari pertanyaan itu adalah pertanyaan selanjutnya. Kajian penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis, dengan mengacu pada karakter dan realitas hidup yang dihadapi oleh Ki Ageng Suryomentaram. Selain itu, beberapa poin pemikirannya dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan terhadap zamannya yang ia hidup di dalamnya.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam sekripsi ini dapat disistematikan penyajiannya sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan pandangan umum secara garis besar dari yang akan dijabarkan dalam bab-bab berikutnya yang merupakan keseluruhan dari penulisan kekripsi ini. Oleh karena itu, bab ini penting untuk melihat secara singkat konstruksi bahasan pada bab-bab selanjutnya. Bab kedua, biografi Ki Ageng Suryomentaram yang berisi tentang latar belakang keluarga, aktifitas semasa hidup, pendidikan, dan politik. Hal-hal berikut yang akan mengantarkan peneliti pada corak atau genre pemikiran tokoh yang hendak ditelit (membentuk). Terkait dengan hal itu, situasi dan kondisi sosial kultur dan pemikaran yang sudah mengkristal pada masanya, itu yang berperan penting dalam pembentukan budaya berfikir seseorang.
19
Bab ketiga, akan dijelaskan secara singkat mengenai konsep kebahagiaan secara umum, mulai dari difinisinya hingga konsep kebahagian yang ada di dalam aliran-aliran yang berkembang. Bab ini penting karena bab ini menjadi bingkai dalam membaca gagasan konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram. Bab keempat, merupakan titik fokus kajian ini, akan dijelaskan secara detail tentang konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram yang didalamnya berisi komponen-komponen teori, epistemology, dan metodologinya. Dari komponen-komponen tersebut akan dicoba untuk membrikan ruang untuk sub bab yang berisi tentang implikasi terhadap modernitas. Pada bab kelima menjadi penutup dari penelitian ini dan sekaligus menjadi jawaban dari rumusan masalah serta kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Bab ini juga berisi saran yang sekiranya bermanfaat untuk penelitian untuk kajian selanjutnya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari proses identifikasi dan reidentifikasi terhadap wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram yang telah dilakukan, kita dapat mengambil premis-premis yang ada di dalam wacana tersebut. Selanjutnya, dari premispremis tersebut, peneliti dapat menyimpulkan : Pertama, kalau dilihat dari komponen-komponen yang ada di dalam wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, bahagia itu saat manusia memiliki rasa tentram dan tabah. Sedangkan untuk mendapatkan rasa tentram dan tabah tersebut, harus melalui beberapa step. Jadi dalam rangka mendapatkan kebahagiaan, mengutamakan tahapan-tahapan. Selanjutnya, tahap yang terdahulu haruslah dapat dikerjakan oleh tahapan berikutnya (workable), begitu dan seterusnya, sehingga pada akhirnya terbukti menghasilkan apa yang diinginkan, yaitu tercapainya kebahagiaan. Di dalam konsep kebahagiaan beliau hakekatnya adalah gerak, sebagai sesuatu yang plural, tidak tetap dan serba “MENJADI” (to become). Untuk menggambarkan gerak tersebut Ki Ageng Suryomentaram menggunakan istilah hukum “mulur-mungkret”, kalau dalam filsafat menggunakan istilah hukum Pantarei. Jadi rasa senang itu tidak bersifat tetap, begitu juga dengan rasa susah dalam artian “mulur-mungkret”. Senang akan mulur sampai
akhirnya
mendapatkan kesusahan, sebaliknya susah akan mungkret sampai akhirnya mendapatkan kesenangan. Hal tersebut menjadi dasar untuk mendapatkan 122
123
ketentraman dan ketabahan. Setelah dua hal tersebut didapatkannya, maka orang akan memiliki kemampuan untuk “mengawasi keinginan”, pada akhirnya rasa aku itu bahagia dan abadi. Kedua, dilihat dari tataran epistemology dan metodologi konsep kebahagiaan beliau, maka dapat disimpulkan, bahwa unsur finalistic dan egoistic yang mendominasi di dalam modernitas akan tereliminir, setelah mengakomodir wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram. Dengan terelimirnya unsur finalistic dan egoistic, akan berimplikasi pada perubahan kearah yang lebih baik dari berbagai sektor yang ada di dalam modernitas. Salah satunya dari sektor “hubungan”, entah hubungan antara manusia dengan sesame, alam dan sang pencipta. Jalinan hubungan yang senelumnya rusak karena dibangun dengan atas dasar hedonism, berubah menjadi hubungan yang harmonis dan sehat.
B. Saran-saran Pemahaman adalah sesuatu yang tidak mengenal kata final, melainkan sesuatu yang on going process, oleh karena itu makna yang menjadi hasil pemikiran adalah ketidaksempurnaan. Dengan ketidaksempurnaan itu, maka pemahaman dituntut untuk terus bergerak dalam rangka memperbaiki agar dapat diaktualisasikan di dalam dinamaika sosisal. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diperlukan sebagai wujud dari hasil usaha pemahaman manusia terhadap hal di luar dirinya, sehingga dapat memenuhi keberadaan dirinya atau memahami dirinyasendiri.
124
Dengan begitu, penelitian seputar konsep kebahagian Ki Ageng Suryomentaram, entah itu sekripsi ini ataupun penelitian sebelumnya maupun konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram itu sendiri, tidak harus diterima sebagai sesuatu yang kaku, baku, absolut dan tidak menerima adanya pemahaman baru, melainkan terus dikaji lagi dan lagi. Karena itu semua merupakan hasil dari pemikiran manusia. Konsep yang dimiliki oleh Ki Ageng Suryomentaram tersebut, difokuskan untuk diaktualisasikan di dalam kehidupan manusia atau realitas. Untuk penelitian selanjutnya, jangan sampai takut apabila menemukan hasil yang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Saran yang pertama tersebut yang melahirkan saran yang kedua, yaitu menghindari absolutism karena hakekat dari semuanya itu adalah plural, sehingga kita harus bersifat terbuka. Ini hanya bagian kecil dari ilmu yang dikembangkan oleh tokoh tersebut, oleh karena itu saya harap, ini bukan akhir dari penelusuran mengenai obyek tersebut. Dengan begitu, kebenaran dapat didialokan dan diaktualisasikan didalam dinamika social.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussomad, Muhammad. Penuntun Qalbu: Kiat Meraih Kecerdasan Spiritual. Surabay: Khalista, 2005. Adimasana. Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia. Yogyakarta: Kanisius, 1986. Adisusilo, Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat: Dari Yang Klasik Sampai Yang Modern. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2005. AGM, Melsen Van. Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: Gramedia, 1985. Ahmad, Mudlor. Etika Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Al-Ghanimi, Abu Al-Wafa. Sufi Dari Zaman Ke Zaman Terj. Ahmad Rofi’ Usman. Bandung: Pustaka, 1985. Al-Ghazali, Imam. Ibadah Perspektif Sufistik. Surabaya: Risalah Gusti, 1999. Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan Terj. Fathurrahman. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004. Amin, Ahmad. Etika: Ilmu Akhlak Terj. Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang, 1991. As, Asmaran. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
125
126
Astrid, Phil dan Sunto. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosiologi. Jakarta: PT.Binacipta, 1983. Badudu, S. dan Sutan Mohammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. Bahtiar, Purnama. The Power of Religion. Jogjakarta: Pondok Edukasi, 2005. Baker, Anton Dan Ahmad Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 2010. Bakri, Hasbullah. Sistematika Filsafat. Jakarta: Widjaya, 1992. Bennoff, Marcel. Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (18921962). Terj, Moentoro Atmosentono. Madiun:Panitia Kawruh Jiwa Madiun, 1983. Bertens, K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Bertens, K. Panorama Filsafat Modern. Jakarta:PT. Mizan Publika, 2005. Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1976. Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Breazeale, Daniel. Fichte, Johann Gottlieb In The Cambridge Dictionary of Philosophy. London: Cambridge University Press, 1999.
127
Bustanudin, Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Chattopadhyaya, D. Indian Philosophy: A Popularintroduction. New Delhi: People’s Publishing House, 1986. Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Indonesia-Inggris, Ter. Tim Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. El-Ashiy, Abdurrahman. Makrifat Jawa Untuk Semua. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2011. Fichte, Johann Gottlieb. The Science of Rights. Philadelphia: J.B. Lippincott & Company, 1869. Freud, Sigmund. Psikopatologi Dalam Kehidupan Sehari Hari, terj. Pasuruan: Pedati, 2005. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM, 1984. Hadiudin, Mohamad Nur. Biografi dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962). Yogyakarta: Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2010. Hajjaj, Muhammad Faiuqi. Tasawuf Islam Dan Akhlak. Jakarta: Amzah, 2011. Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
128
Hardjana, A. Mangun. Isme-Isme Dalam Etika: Dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius, 2003. Isdiy, Ucik. Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng Suryomentaram). Yogyakarta:Fakultas Usuluddin Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, 2003. J. Howard, Roy. Hermeneutika,Terj. Kusmana dan MS. Nasrullah. Jakarta: Nuansa, 2000. Jacob, T. Manusia, Ilmu Dan Teknologi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988. Jung, Freud Erikxon. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), Terj. Dr. A. Spratiknya. Yogyakarta: Kanisius, 1993. Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemology Islam. Bandung: Mizan,2003. Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Terj, Soejono Soemargono. Yogyakarta:Tiara Wacana, 1986. Kleden, Ignas. Sikap Ilmiah Dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES, 1988. Kojeve, Alexandre. Introduction to the Reading of Hegel, terj. James h. Nichols, JR. New York: Cornell University Press, 1980. Lawlor, Leonard dan Jacques Derrid, Derrida And Husserl : The Basic Problem Of Phenomenology. Indiana: Indiana University Press, 2002.
129
Magee,Bryan. The Story Of Philosophy. Terj.Marcus Widodo dan Hardono Hadi. Yogyakarta: Kanisius ,2008. Mahmud, Abdul Halim. Akhlak Mulia Ter. Abdul Hayyie Al-Kattani (dkk). Jakarta: Insani Press, 2004. Majid, Abdul (dkk). Al-Islam. Malang: Umm Lembaga Studi Islam Kemuhammadiyahan, 1996. Maksum, Ali. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern. Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003. Manzhur, Ibn. Lisan Al-Arab. Beirut: Dar Sadr, 1994. Maslow, Abraham. The Third Force, The Psychology Of Abraham Maslow. New York: Washington Square Press, 1971. McKirahan, Richard. Presocratic Philosophy: In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Malden: Blackwell Publishing, 2003. Mettrie, Julien Offray de La. Richard A. Watson, Man a Machine and Man a Plant. Terj. Maya Rybalka. Cambridge: Hackett Publishing Company, Inc, 1994. Muchlis. Konsep Kawruh Bedjo Ki Ageng Suryomentaram Dalam Mencapai Kebahagian Hidup. Yogyakarta:Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1995. Nasir, Sahilun A. Tinjauan Akhlak. Surabya: Al-Ikhlas, 1991.
130
Nasr, Seyyed Hossein dan Oliver Leaman. History Of Islamic Philosophy 2. New York: Routledge, 1996. Nasution, Harun. Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Nur Hadiudin, Muhamad. Biografi Dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram. Yogyakarta: Fak. Adab UIN Suka, 2010. Palmer, R.E. Hermeneutics: Interpretation Theory In Shcleimarcher, Dilthey Haidegger and gadamenr. Evanstone: Northwesteren University Press, 1969. Peursen, C.A. Van Orientasi. Di Alam Filsafat, Terj, Dick Hartono, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1986. Quasem, M. Abdul. Etika Al-Ghazali: Etika Majemuk Dalam Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004. Rakhmat, Jalaludin. Meraih Kebahagiaan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004. Rusdy, Sri Teddy. Epistemology Ki Ageng Suryomentaram. Jakarta: Yayasan Kertagama, 2014. Russell, Betrand. Pergolakan Pemikiran. Jakarta: Gramedia, 1988. Said, Usman (dkk). Pengantar Tasawuf. IAIN Sumatra Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1982.
131
Sakandari, Ibn Athaillah Al. Pencerah Kalbu; Wacana Moral dan Spiritual. Jakarta: Serambi, 2002. Sarwiyono, Ratih. Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa. Yogyakarta: Cemerlang Publishing, 2007. Schelling, Friedrich Wilhelm Joseph Von. Idealism and the Endgame of Theory: Three Essays by F. W. J. Schelling. New York: State University Of New York Press, 1994. Seligman, Martin E. P. Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Simon And Schuster Inc, 2002. Siregar, M. Aziz. Islam Untuk Berbagai Aspek Kehidupan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999. Soegijono, Franciscus. Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1983. Solomon, Robert C. Etika:Suatu Pengantar Terj. Andre Karo-Karo. Jakarta: Erlangga, 1987. Sudrajat, Ajat. Din Al-Islam. Yogyakarta: Up Puny, 1995. Suhartono, Suparlan. Sejarah Pemikiran Filsafata Modern. Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005.
132
Suryomentaram, Ki Ageng. Ajaran-Ajaran Ki Ageng Suryomentaram I. Terj, Grangsang Suryomentaram. Jakarta: PT Inti Idayu Press, 1986. Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius, 1993. Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group, 2004. Vos, H. De. Pengantar Etika Terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987. Ward, Barbara dan Rene. Hanya Satu Bumi. Jakarta: Gramedia, 1974. Welner, Myton. Modernisasi, Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1981. Wijono, Hadi. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Kanisius, 1980. Wollheim, Richard. Sigmund freud. New York: University Of Cambridge, 1990. Ya’qub, Hamzah. Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mukmin. Jakarta: Pustaka Atisa, 1992.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat/Tgl Lahir Alamat Asal Nama Orang Tua Pekerjaan Alamat
: Muhammad Nur Khosim : Sleman, 29 September 1985 : Nangsri Kidul ,Girikerto ,Turi ,Sleman : Bapak: Murtidjo Ibu : Sumiyati : Pns : Nangsri Kidul ,Girikerto ,Turi ,Sleman
Riwayat Pendidikan : o TK Aba Candi Purwobinangun Pakem o Sd.N Somoitan o Smp N 1 Turi o Smk Ma’arif Salam ,Magelang o Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Pengalaman Organisasi : Wakil Ketua Pemuda Generasi Muda Nangsri Kidul (Gema Enka) 2011-2013 Ketua Pemuda Generasi Muda Nangsri Kidul (GEma Enka) 2013-2015