Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
KONSEP FITRAH MANUSIA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN1
Rakhyanti Yudiati2 MTs Negeri Sumbang, Banyumas ABSTRAK Manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah khaliknya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar mereka dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan seperangkat fitrah atau potensi Potensi Fisik (Psychomotoric), Potensi Mental Intelektual (IQ). Potensi Mental Spritual Question (SP) Aspek Sosiologis dan Kultural, Aspek Filosofis. Dalam konteks ini, maka pendidikan merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal. Sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam artian berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan. Sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai khalifah. Maka pendidikan adalah sarana untuk mengupayakan agar potensi-potensi yang sudah ada itu berkembang secara optimal agar terjadi keselaran, keseimbangan antara aspek jasmani dan ruhani, keseimbangan dunia dan akhirat. Kecerdasan akal, rasa dan hati.
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
83
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Sabda Rasulullah SAW, bahwa manusia dilahirkan dengan dasar fitrah yang bersih untuk menanamkan keimanan dan aqidah yang kuat tergantung dari diri kita, yakni keluarga terutama orang tua, mau dibawa kemana mereka. Kita sebagai orang tua untuk memperhatikan anak-anak sejak dini, menanam keimanan dan aqidah yang kuat, dalam hal ini perlu latihan-latihan dengan kesabaran agar terbiasa melakukan dan berbeka pada jiwanya. Anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah dapat saja berubah ke arahyang tidak diharapkan, adalah orang tua yang memikul tanggung jawab agar hidup anak itu tidak menyimpang dari garis yang lurus ini. Pergaulan anak dengan lingkungan sosial (teman sebaya), juga berpengaruh erhadap perhatian anak dalam melaksanakan ajaran agamanya. Jika teman-temannya pergi mengaji, mereka akan ikut mengaji, temannya rajin salat jamaah ke masjid atau mushola juga akan turut serta pergi ke tempat ibadah tersebut. Untuk itu, harus ada kontrol dari orang tua dalam mengamati pergaulan anaknya. Sebab apabila kelompok anaknya, merupakan kelompok yang tidak baik, dikhawatirkan akan mempengaruhi moralitas anak ke arah negatif. Al-Ghazali menegaskan bahwa usaha untuk melatih anak-anak agar mereka memperoleh akhlak yang mulia termasuk hal yang amat penting. Seorang anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah swt kepada orang tuanya. Hatinya yang suci adalah bagaikan mutiara yang belum dibentuk. Karena itu, dengan mudah saja ia menerima segala bentuk rekayasa yang ditujukan kepadanya. Jika dibiasakan melakukan kebaikan dan menerima Pengajaran yang baik, ia akan tumbuh dewasa dalam keadaan baik dan bahagia, dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Dan kedua orang tuanya, gurunya serta pendidikannya pun ikut pula menerima pahala yang disediakan baginya. Tetapi jika dibiasakan kepadanya perbuatan yang buruk atau ditelantarkan seperti halnya hewan yang berkeliaran tak menentu, niscaya ia akan sengsara dan binasa, dosanya akan dipikul juga oleh kedua orang tuanya, wali nya atau siapa saja yang bertanggung jawab atas pendidikannya. Pendidikan adalah alat atau sarana utuk mengembangkan potensi manusia yang dikaruniakan Alloh agar berkembang secara optimal, sehingga tumbuh manusia dengan selaras dan seimbang antara kebutuahan jasmani dan rohani, antara kesuksesan dunia dan akhirat antara kecerdasan akal, rasa dan hati.
84
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PEMBAHASAN A. Pengertian Fitrah (Potensi) Manusia Secara etimologi fitrah berasal dari kata fathara yang artinya ‘menjadikan’, secara terminologi fitrah adalah mencipta/menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Menurut Shanminan Zain bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Ramayulis : fitrah adalah : kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan. Dalam Al-Qur’an, dalam surat Ar-Rum ayat 30 dijelaskan, yaitu : “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang diberikan oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang membedakannya dengan makhluk lain. Makna fitrah menurut Hasan Langgulung menyatakan bahwa, ketika Allah menghembuskan/meniupkan ruh pada dirinya manusia (pada proses kejadian manusia secara fisik maupun nonfisik) maka pada saat itu pula manusia (dalam bentuk sempurna) mempunyai sebagian sifat-sifat ketuhanan yang tertuang dalam Al-Asmahusna. Hanya saja kalau Allah serba maha, sedangkan manusia hanya diberi sebagiannya, sebagian sifat-sifat ketuhanan yang menancap pada diri manusia dan dibawanya sejak lahir itulah yang disebut fitrah. Misalnya, Al-Alim (maha mengetahui), manusia hanya diberi kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan. Al-Rahman dan Al-Rahim (maha pengasih maha penyayang) manusia juga diberi kemampuan untuk mengasihi dan menyayangi, Al-Afuw Al-Ghafar (maha pema’af maha pengampun), manusia juga diberi kemampuan untuk mema’afkan dan mengampuni kesalahan orang lain. Al Khalik (maha pencipta) manusia juga diberi kemampuan untuk mengkrerasikan sesuatu, membudayakan alam. Jadi menurut pemakalah fitrah adalah suatu kemampuan dasar yang ada pada tiap-tiap diri manusia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
85
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
B. Hakekat Fitrah (Potensi) Manusia Allah SWT telah menciptakan manusia di dunia kecuali bertugas pokok untuk menyembah khaliknya, juga bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar mereka dapat hidup sejahtera dan makmur lahir batin. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah Allah membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal. Sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam artian berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan. Sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya sebagai khalifah. Walaupun berfikir dan bernalar diakui sebagai salah satu kemampuan dasar manusia, namun kemampuan untuk menemukan jalan kebenaran tidaklah mutlak tanpa petunjuk Ilahi, pikiran dan penalaran dalam perkembangannya memerlukan pengarahan dan latihan yang bersifat kependidikan yang sekaligus mengembangkan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya dalam pola keseimbangan dan keserasian yang ideal. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menekankan pada pengajaran. Dimana orientasinya hanya kepada intelektualisasi penalaran, tetapi lebih menekankan pada pendidikan dimana sasarannya adalah pembentukan kepribadian yang utuh dan bulat maka pendidikan pada hakekatnya adalah menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an, “Wahai orang mukmin, masuklah ke dalam Islam secara total menyeluruh dan berkebulatan. (QS. Al-Baqarah : 208) C. Macam-Macam Fitrah 1)
2)
3)
4)
Potensi Fisik (Psychomotoric) Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi Mental Intelektual (IQ) Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut. Potensi Mental Spritual Question (SP) Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia. Potensi Sosial Emosional Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.
86
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
D. Implikasi Fitrah Dalam Pendidikan Sebelum kita melihat hubungan fitrah dengan pendidikan maka dilihat dulu dari segi pengertian. 1) Fitrah adalah : kemampuan dasar yang ada pada diri seseorang yang harus dikembangkan secara optimal. 2) Pendidikan adalah : usaha sadar orang dewasa untuk mengembangkan kemampuan hidup secara optimal, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai religius dan sosial sebagai pengarah hidupnya. Jadi Pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana tiitk optimal kemampuan-kemampuan tersebut untuk mencapainya. Dalam sebuah hadits dapat juga dijelaskan yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu : Artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi atau Nasrani dan Majusi. Kebutuhan terhadap pendidikan bukan sekedar untuk mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup yang ukhrawi. Oleh karena itu diperlukan atau keharusan pendidikan yang mampu membawanya. Dengan demikian proses pendidikan demi mencapai tujuan yang total, menyeluruh dan meliputi segenap aspek kemampuan manusia diperlukan landasan falsafah pendidikan yang menjangkau pengembangan potensi kemanusiannya, falsafah pendidikan yang demikian itu bercorak menyeluruh dimana iman melandasinya. Sehingga proses pendidikan yang berwatak keagamaan mampu mengarahkan kepada pembentukan manusia yang mukmin, atau dengan filsafat pendidikan bisa memikirkan perkembangannya secara mendasar, sistematik, dan rasional agar berkembang secara optimal dan bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat. Karena pendidikan yang mengarahkan ke arah perkembangan yang optimal maka pendidikan dalam mengembangkannya harus memperhatikan aspek-aspek kepentingan yang antara lain : 1) Aspek Pedagogis Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo Educondum’ yaitu makhluk yang harus didik. Inilah yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiakan manusia tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya. 2) Aspek Psikologis Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut ‘Psychophyisk Netral’ yaitu makhluk yang memiliki kemandirian
87
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
(selftandingness) jasmaniahnya dan rohaniah. Di dalam kemandirian itu manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang. 3) Aspek Sosiologis Dan Kultural Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. 4) Aspek Filosofis Aspek ini manusia adalah makhluk yang disebut ‘Homo Sapiens’ yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Kemudian yang jadi pertanyaan mengapa perlu konsep fitrah ? Dalam dunia pendidikan, banyak pendekatan yang digunakan seperti direct itriction learning, Quatum Teacing learning, Contektual teacing learning, indutrial Incubator learning dan masih banyak yang lain yang semua mendorong peserta didik untuk memanfaatkan kecerdasan intelektual dari aspek kognitif, efektif, dan psikomotor yang muaranya adalah kemampuan menggunakan logika intelektual. Kecerdasan intelektual ditumbuhkan dengan menggunakan rangsangan dari luar diri peserta didik. Rangsangan itu umunya berupa perintah dan larangan yang sumbernya adalah agama, orang tua, pemerintah ,sekolah atau pun guru. Perintah dan larangan ini diwujudkan dalam bentuk pendidikan dan pengajaran ,misalkan perintah sholat, printah mengetahui kosa kata, angka dan sebagainya maka diikuti dengan pendidikan, begitujuga larangan –larangan disertai dengan pendidikan Pendidikan untuk membangun kecerdasan dengan mengggunakan rangsangan dari luar akan lebih efektif manakala untuk usia dini, TK dan SD. Namun lain halnya bagi peserta didik yang mulai beranjak remaja yang cenderung bergejolak, sering memunculkan sikap perlawanan segala bentuk perintah dan perlawanan . Qur’an surat Alhujrot ayat 14 yang artinya ; “ Orang-orang arab badui itu berkata “Kami telah beriman katakanlah ( pada mereka) ‘Kamu belum beriman, “ tetapi katakanlah kami telah tunduk . karna iman itu belum masuk pada hatimu. Kalau makna dan hikmah surat al-hujrot ini kita bandingkan dengan fenomena peserta didik pada usia remaja ,dapat kita asumsikan bahwa tunduknya pada aturan – aturan sekolah banyak dipicu oleh tekanan. Maka sering kita temukan siswa yang menentang aturan, membentuk geng, banyak pula siswa yang tak mampu menempatkan posisinya sebagai siswa, minim tangggungjawab, yang semua itu datangnya dari luar bentuk tekanan bukan bersumber dari dalam hatinya sendiri, fitrah dirinya belum tergugah.
88
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Pendidikan yang mendorong tumbuhnya kecerdasan intelektual yang ada saat ini belum menyentuh potensi dasar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia yaitu fitrah. Pendidikan yang hanya memperhatikan pertumbuhan intelektual akan menghasilkan rasa jenuh. Rasa jenuh itu akan terakumulasi , mengkristal dan terekpresikan dalam bentuk perlawanan terhadap situasi dan lingkungan, orang tua dan guru. Tentu mereka mulai membolos, malas belajar, tawuran antar sekolah, menyalahgunakan narkoba , melakukan sek bebas dan masih banyak lagi yang lain . Ini gambaran dampak pendidikan yang hanya menngedepankan aspek intelektual, Fitrah peserta didik tidak menjadi yang orgen, tidak pernah disentuh, mereka mengalami kekeringa ruhani. Kekeringan rohani telah mengakibatkan hal-hal yang tidak bida diterima oleh nurani dan akal. Kekeringan rohani juga menimbulkan efek ketidakseimbangan jiwa, sikap ragu-ragu, pesimis, apatis dan mudah putus asa. Jadi konsep fitroh dalam pendidikan perlu dikedepankan agar jiwa lepas dari belennggu-belenggu, agar manusia memperoleh titik keseimbangan , kaya tapi tidak takabur, cerdas tapi tidak merasa dirinya hebat, sukses dunia tapi tidak melalikan akhirat. PENUTUP Fitrah adalah potensi manusi yang dikaruniakan dari alloh seperti Potensi Fisik (Psychomotoric) Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi Mental Intelektual (IQ) Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut. Potensi Mental Spritual Question (SP) Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia. Potensi Sosial Emosional yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu. Maka pendidikan adalah sarana untuk mengupayakan agar potensipotensi yang sudah ada itu berkembang secara optimal agar terjadi keselaran, keseimbangan antara aspek jasmani dan ruhani, keseimbangan dunia dan akhirat. Kecerdasan akal, rasa dan hati.
89
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
DAFTAR PUSTAKA Al Hufy, Ahmad Muhammad, Akhlak Nabi Muhammad saw, terj. Masar Helm, K Abd Khalik Anwar, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, cet. I. Al-Abrasy, Muhammad. Athijah, terj H. Bustami A. Gani, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2002. Al-Ghazali, Ihya Al-Ghazali Terj. Ismail Ya’kub, Jakarta: Cv. Faisan, 1986, Jilid IV _________, Ihya’Ulumuddin, Juz III, Mesir: Isa Albaby Alhalby. Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Al-Syaibani, Omar Muhammad Al-Taumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Amin, Ahmad, “Etika Ilmu Akhlak”, Jakarta: Bulan Bintang, tt. An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj Drs. Hery Noor Ali, Bandung: CV, Diponegoro, 1992. _________, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj.Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. Abdullah Nashih Ulwan, Peranan Ayah dalam Mengarahkan Anak Putrinya, (Jakarta Studia Press, 1994), hlm. 17 http://abahanom-kng.blogspot.com/2012/10/tentang-fitrah-manusia.html http://anwarbook.blogspot.com/2011/11/pemikiran-hasan-langgulung.html Muhammad Ali Quthb, Sang anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: V.Diponegoro, 1993), hlm. 12 Qur’an dan Tarjamah, Departemen Agama ( Jakarta : 1998 )
90