PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh: Siti Sudarti 08 1224 055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh: Siti Sudarti 081224055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASII{YA DALAM PEMBELAJARAI{ SASTRA DI SMA (suATU TTNJAUAT\ PSTKOLOGI SASTRA)
Rahmanto, M.I{um.
Pembimbing
Yoryakartar?T Juh20l2
II
0
I)r. Y. Karmin, M.Pd.
Yograkarta, 10 Agustus 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOYEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASII\IYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Dipersiapkan dan disusun oleh: Siti Sudarti 081224055 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 22 Okober 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Lengkap Ketua
Dr. Yuliana Setiyaningsih
Sekretaris
Rishe Punama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Anggota
I
Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Anggota
II
Dr. Y. Kannin, M.Pd.
Anggota
III
Setya Tri Nugrah4 S.Pd., M.Pd.
Yogyakarta, 22 Oktober 2Al2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang -orang yang selalu membuatku semangat, tegar, dan bangga. Kedua orang tuaku, Bapak Dahlan dan Umi Sri Suharti. Anakmu ini sangat menyayangi dan mencintaimu. Kakakku Slamet Sunariyo & Winarsih, dan adikku Supariyono terkasih. Romo Stanislaus Beda Eylannor, CM.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakart4 22 Oktober 2012 PenuliF,
IW z-:.
I
Sitifudarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Atas segala keberadaanku, dan harapan -harapanku. Aku berutang kepada Ibuku. (Abraham Lincoln)
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. (Mazmur 126: 5)
“Suatu perubahan mempunyai dampak psikologis Terhadap manusia. Untuk yang penakut, Perubahan pasti sangat menakutkan karena hal-hal justru akan menjadi lebih buruk. Untuk yang mempunyai harapan, Perubahan menjadi hal menyenangkan karena pasti akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Untuk yang percaya diri, perubahan pasti bisa menjadi inspirasi karena mereka jadi mempunyai tantangan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik ” (Muhamad Adrian)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PER}IYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAIY AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
Siti Sudarti
NomorMahasiswa :081224055 Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:
KONFLIKBATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAi\t IMPLEMENTASII\TYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (suATU TTNJAUAN PSTKOLOGT SASTRA) beserta perangkat yang ada
bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian
saya
memberikan kepad4 Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4 mendistribusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan rulma saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 22 Oktober 2012
vll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama, dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA. Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra untuk SMA. Dalam penelitian ini diberikan contoh silabus dan ren cana pelaksanaan pembelajaannya. Guru bahasa dan sastra Indonesia , diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode dan bahan pembelajaran .
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University. This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS. This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and characterization, the main character’s inner conflict , and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS. Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father – Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back. The results of this research could be used for the learning material for literature in SHS. In this research t here was an example of syllabus and teaching plans. Indonesian language teachers were supposed to be more creative in selecting learning method and material.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas limpahan rahmat -Nya, sehingga skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dapat terselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini. 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. 3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberi pengarahan, membimbing, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik. 4. Bapak Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang dengan sabar, teliti, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik. 5. Para Dosen PBSID, yang telah deng an sabar mendampingi penulis selama menempuh pendidikan di PBSID.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang dengan memberikan pelayanan kepada penulis.
7.
Kedua orang tuaku tercinta, bapakku Dahlan dan umiku Sri Suharti, serta kedua kakak dan adikku yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doanya untukku.
8. Romo
Stanislaus Beda Eylannor, CM., yang telah membantu biaya studi dan
memberi semangat untuk segera menyelesaikan tugas studi ini.
9.
Teman-temanku, Juwang, Yuni, Pipit,
Lis4 dan
teman-teman PBSID 2008.
Terima kasih atas perhatian, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 22 Oktober 20 12 Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA .............................................................
v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH SKRIPSI .......................................................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ...................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI.................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
4
E. Batasan Istilah ....................................................................................
5
F. Sistematika Penyajian ........................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Kajian Teori .......................................................................................
10
1. Pendekatan Struktural ............................................................
10
a. Alur atau plot..............................................................
11
b. Tokoh .........................................................................
14
c. Penokohan ..................................................................
15
d. Latar ...........................................................................
17
2. Psikologi Sastra ......................................................................
18
3. Psikologi Abraham Maslow ...................................................
18
4. Konflik ...................................................................................
22
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ..................................
23
6. Silabus ....................................................................................
24
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................
28
8. Pembelajaran Sastra di SMA .................................................
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
33
A. Pendekatan .........................................................................................
33
B. Metode................................................................................................
33
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
34
D. Teknik Analisis Data ..........................................................................
34
E. Sumber Data .......................................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG .....
36
A. Analisis Struktural..............................................................................
36
1. Alur ........................................................................................
36
2. Tokoh .....................................................................................
41
3. Penokohan ..............................................................................
42
4. Latar .......................................................................................
57
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Lintang.................................
63
1. Kebutuhan Fisiologis .............................................................
63
2. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman ...............
64
3. Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Rasa Memiliki ...................
70
4. Kebutuhan Penghargaan.........................................................
76
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ....................................................
79
6. Konflik Batin Tokoh Utama...................................................
81
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA .........................................................................................................
93
A. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Bahasa .......................................
94
B. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Perkembangan Psikologi Siswa ..................................................................................................
95
C. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Latar Belakang Budaya .............
96
D. Pengembangan Silabus.......................................................................
97
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .........
97
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran .......................
98
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran ..............................
98
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ...................
99
5. Penentuan Jenis Penilaian ......................................................
100
6. Menentukan Alokasi Wakt u...................................................
100
7. Menentukan Sumber Belajar ..................................................
101
8. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................
101
BAB VI PENUTUP ......................................................................................
102
A. Kesimpulan ........................................................................................
102
B. Implikasi.............................................................................................
104
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Saran...................................................................................................
105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
106
LAMPIRAN Silabus ............................................................................................................
108
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................................................
110
Sinopsis Novel Lintang ..................................................................................
119
Biografi Penulis..............................................................................................
121
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengalaman merupakan salah satu sumber inspirasi terciptanya karya sastra, baik novel, cerpen, puisi, maupun karya sastra yang lain. K esedihan, kebahagiaan, dan kelucuan dalam kehidupan manusia dapat dikisahkan dengan kata-kata. Misalnya novel Lintang karya Nana Rina yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut Suyitno (1986: 5), sastra di samping merupakan kutub tertentu dari garis lurus suatu kehidupan, juga merupakan tuangan wadah jiwani manusia secara utuh. Sastra mencakup hal -hal yang indah, memikat, tragis, dan menyedihkan. Sastra juga berisi hal -hal yang menyangkut baik buruk hidup manusia yang penuh dengan konflik batin, dan merupakan terjemahan menawan perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa hi dup dan kehidupan. Saxby (via Nurgiyantoro, 2005: 4) mengatakan bahwa sastra pada hakikatnya adalah citra kehi dupan, gambaran kehidupan. Citra kehidupan (image of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model model kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga mudah diimajinasikan sewaktu dibaca. Menurut Nurgiyantoro (2005: 4), sastra merupakan gambaran kehidupan yang bersifat universal, tetapi dalam bentuk yang relatif singkat karena
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dipadatkan. Dalam sastra tergambar peristiwa kehidupan lewat karakter tokoh dalam menjalani kehidupan yang dikisahk an dalam alur cerita. Secara prinsipal, teks sastra berwujud penggalian, pengurutan, penilaian, dan pengendapan dari berbagai pengalaman kehidupan dan atau kemanusiaan sebagaimana dialami dan dirasakan penulisnya yang kemudian diungkapkan dengan cara -cara yang indah. Pengalaman hidup, dapat menimbulkan kesan suka maupun duka. Setiap peristiwa yang dialami oleh manusia baik bersama dengan keluarga, saudara, maupun orang-orang terdekat dapat menjadi sebuah pengalaman hidup yang menarik. Segala peristiwa yang dialami seseorang dapat dijadikan inspirasi seorang penulis untuk dikisahkan dalam karyanya baik novel maupun cerita pendek. Peneliti memilih novel yang berjudul Lintang karya Nana Rina, selain karena sesuai dengan kehidupan sehari -hari, novel ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMA. Permasalahan yang diangkat dalam novel ini , selain pendidikan, juga permasalahan rumah tangga yang ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Novel ini mengisahkan seorang gadis dari sebuah keluarga di Yogyakarta bernama Lintang. Ia dilukiskan sebagai seorang gadis cantik, anak tunggal, dan pandai menari. Sejak kecil orang tuanya berharap penuh akan kesuksesan Lintang hingga dapat membuat orang tu anya bangga karena ia anak tunggal, tetapi Lintang memilih melanjutkan cita-citanya menjadi insinyur dan melepaskan kekasihnya. Akhirnya ia menikah dengan seorang dokter yang bernama Aji Suprayogo. Pernikahannya menimbulkan berbagai konflik batin dalam dirinya, dari sifat suaminya yang tidak peka hati sehingga
mengantarnya pada sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
perselingkuhan, dan juga keadaan anaknya yang terlahir dengan fisik kurang sempurna. Namun keyakinan bahwa seti ap ujian pasti ada jalan keluar membuatnya kuat dalam menanggung beban hidup. Penelitian ini akan meneliti konflik batin tokoh, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis sastra. Sebenarnya sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama -sama berurusan dengan pers oalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai telaah. Oleh karena itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam penelitian sastra (Endraswara , 2008: 15). Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran itu adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra khususnya novel Lintang karya Nana Rina.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah gambaran unsur alur, tokoh, serta penokohan, yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.
4
Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina?
c.
Bagaimanakah implementasi hasil analisis konflik batin tokoh Lintang dalam novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. a. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, serta alur yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. b. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. c. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis konflik batin tokoh utama pada novel novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sumbangan sebagai berikut. a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian sastra, khususnya kajian sastra dari sudut psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat m enjadi masukan dan memberikan informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Lintang karya Nana Rina. c. Memberikan sumbangan bagi pembelajaran sastra di SMA, khususnya yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai novel Lintang karya Nana Rina.
E. Batasan Istilah Istilah yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Novel Novel adalah cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah -ubah dan merupakan kesatuan yang dinamis yang bermakna (Faruk via Heru Santosa, 2010: 47). b. Konflik Konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi -aksi balasan (Wellek dan Warren via Nurgiyantoro, 20 07: 122). c. Alur (plot) Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan -tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku suatu cerita (Aminuddin, 1991: 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
d. Tokoh Tokoh adalah orang yang mengalami berbagai peristiwa yang terjadi di dalam suatu cerita (Wiyanto, 2005: 80). e. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Jones via Nurgiyantoro, 1995: 165). f. Latar Latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peris tiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1998: 216) . g. Psikologi Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran (Maslow via Walgito, 2010: 91). h. Psikologi sastra Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji (mendekati) sastra dari sudut psikologi. Perhatian pendekatan ini dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1 986: 126-127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Sistematika Penyajian Penyajian hasil penelitian ini disusun menjadi enam bab. Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah yang akan di teliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sis tematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, yaitu kajian pustaka dan kajian teori. Bab III, metodologi penelitian yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data. Selanjutnya, bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Bab V berisi tentang implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA. Bab ini memaparkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) novel Lintang karya Nana Rina. Bab yang terakhir adalah bab VI, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Dari segi permasalahan yang diungkap, peneliti menemukan beberapa penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Maria Devy Bukit Shintawawati (2010), Linda Wati (2007), dan Fenty Indah Nurhandayani (2006). Penelitian Maria Devy Bukit Shintawati dalam rangka menyusun skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Dimas dalam Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA disusun pada tahun 2010 menggunakan pendekatan psikologi sastra
yang dan
menggunakan metode deskriptif . Hasil dari penelitian tersebut adalah analisis tokoh dan latar yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Dimas akan rasa cintanya kepada Mbak Dea. Kenyataan hidup yang selalu bertentangan dengan prinsip hidup tokoh Dimas telah membawanya pada konflik -konflik batin yang serius. Keinginan kuat Dimas untuk mempertahankan prinsip hidupnya bukan tanpa konsekuensi. Dimas harus mengalami akibat -akibatnya yang harus ditanggungnya. Akibat itu adalah akibat psikis. Penelitian Linda Wati dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Midah dalam Novel Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer suatu Pendekatan Psikologis Sastra yang disusun pada tahun 2007 menggunakan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pendekatan struktural. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Unsur tokoh dan latar pada novel karya Pramoedya Ananta Toer ini dianalisis untuk menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Midah. Hasil penelitian pada skripsi ini meliputi tokoh dan alur yang melatarbelakangi kehidupan tokoh utama yang mengalami konflik batin. Teori Abraham Maslow digunakan dalam penelitian ini sehingga ditemukan tiga kebutuhan dasar tokoh utama yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki -dimiliki, dan kebutuhan akan rasa kasih sayang. Tokoh Midah mengalami konflik batin namun tidak sampai menderita penyakit jiwa dan tidak mengalami shizoprenia karena dia mampu melewati permasalahan yang menyebabkan k onflik batin selama berada di jalanan Jakarta dengan penuh ketegaran. Penelitian Fenty Indah Nurhandayani yang berjudul Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasi dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) yang disusun pada tahun 2006 menggunakan pendekatan psikologi sastra. Unsur pembetuk konflik batin yang dianalisis adalah unsur penokohan dan latar. Teori yang digunakan adalah teori psikologi Abraham Maslow yang hanya berkaitan langsung dengan konflik batin tokoh utama . Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tokoh utama pada novel Belantik mengalami konflik batin karena kebutuhan akan rasa aman, r asa memiliki dan dimiliki serta kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan a ktualisasi diri tidak terpenuhi. Konflik batin yang dialaminya tidak sampai menyebabkan ia menderita shizoprenia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penel iti menyimpulkan bahwa penelitian tentang analisis konflik batin dan implementasinya dalam pembelaj aran sudah pernah dilakukan. Namun demikian, penelitian mengenai konflik batin tokoh utama pada novel Lintang karya Nana Rina (ditinjau dari segi psikologis sastra) dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA mas ih relevan untuk diteliti. Sebatas pengetahuan penulis, belum ada penelitian novel ini dengan pendekatan psikologis sastra, oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya.
B. Kajian Teori Berikut ini diuraikan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah (1) pendekatan struktural yang mencakup alur, tokoh, penokohan, dan latar, (2) teori psikologis sastra, dan (3) teori psikologis menurut Abraham Maslow mengenai keb utuhan dasar manusia. 1. Pendekatan Struktural Menurut Nurgiyantoro (1995: 36 -37), pendekatan struktural merupakan pendekatan kesusatraan yang menakankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang bersangskutan. Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik ) yang bersifat timbal balik, saling memengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh. Dalam pendekatan sastra ada dua segi yang dapat dijadikan wahana untuk dianalisis, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Dalam sebuah novel, unsur intrinsik seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa dan gaya bahasa, dan lain-lain (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra yang secara tidak langsung memengaruhi bangunan karya sastra. Unsur ekstrinsik ini meliputi biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, maupun penerapan psikologi dalam karya, pandangan hidup suatu bangsa, dan sebagainya (Wellek & Warren via Nurgiyantoro, 1995: 23 -24). Dalam penelitian ini pendekatan struktural digunakan untuk menganalis is struktur novel Lintang. Alur, tokoh, penokohan, dan latar merupakan struktur novel yang akan dianalisis dalam penelitian ini . Analisis struktur novel selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama. Menurut Nurgiyantoro (1995: 37), pemahaman sebuah karya sastra khususnya novel dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan struktur novel ini adalah untuk mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan. a. Alur atau Plot Dalam sebuah cerita, berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur (Sudjiman, 1991: 29). Kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alu r berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Alur dan tokoh sangat berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Alur (plot) menurut Stanton (2007:26) adalah rangkaian peristiwa peristiwa dalam sebuah cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat , peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa kausal, yakni peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal -hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandanganny, keputusan -keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya. Menurut Abrams (via Wahyuningtyas, 2011: 6) , plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Sebuah cerita fiksi, alur atau plot mengandung unsur urutan waktu. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita tentu ada awal kejadian, kejadian -kejadian berikutnya, dan ada pula akhirnya. Dapat dikatakan bahwa alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang tera tur dan padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian saling berhubungan dan saling terkait. Kaitan antara peristiwa tersebut hendaknya jelas, logis, dapat di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro, 1995:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
142). Sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah,dan tahap akhir (Aristoteles via Nurgiyantoro, 1995: 142 -146). 1) Tahap awal Tahap awal dari sebuah cerita biasanya disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan. 2) Tahap tengah Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, ataupun konflik eksternal yang merupakan konflik atau pertentangan yang terjadi antar tokoh ceri ta. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi. 3) Tahap akhir Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap peleraian. Menurut Tasrif (via Wahyuningtyas, 2011: 6) tahapan pada plot dibedakan menjadi lima, yaitu: 1) Tahapan situation Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita. 2) Tahap generating circimtances Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3) Tahap rising action Tahap ini berarti konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. 4) Tahap climax Tahap klimaks merupakan tahap yang berisi pertentangan atau konflik yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik p uncak. 5) Tahap denouement Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang terjadi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakannya menjadi tiga tahap, yaitu tah ap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. b. Tokoh Berdasarkan pandangan Lukens, tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain (via Nurgiyantoro, 2005: 223). Pengertian tokoh menurut Nurgiyantoro (2005: 418) adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra. Menurut Sudjiman (1991: 16 —17), tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh biasanya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra hanya bersifat rekaan. Tokoh tersebut bisa saja ada kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini, artinya ia memiliki sifat-sifat yang sama dengan seseorang yang kita kenal dalam hidup kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dalam sebuah fiksi, tokoh dibedak an menjadi dua dilihat dari segi fungsi atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (bawahan) (Wahyuningtyas, 2011: 3). Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Menurut Nurgiyantoro, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (2002: 176). Sudjiman menyatakan bahwa tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukanlah frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh di dalam peristiwa -peristiwa yang membangun ceri ta (1991: 17—18) Tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama. c. Penokohan Penganalisaan tokoh tidak dapat lepas dari watak yang dimiliki tokoh. Penokohan menurut Sudjiman merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh, baik dari ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batin (1988: 23). Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita (Jones via Nurgiyantoro, 2002: 165). Dalam sebuah cerita, kerjasama antara tokoh yang satu dengan yang lain sangat dibutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam sebuah cerita pelukisan tokoh dilakukan dengan cara deskriptif langsung (teknik analitis, telling) dan tidak langsung (teknik dramatik, showing) yang kesemuanya itu mesti lewat kata -kata. Teknik analitis adalah pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberi deskripsi kedirian tokoh yang berupa sifat, watak, tingkah laku atau ciri fisiknya secara langsung. Sedangkan teknik dramatik ditunjukkan dengan kehadiran tokoh melalui aktivitas yang dilakukan tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik yang dimaksud adalah cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh, dan reaksi toko h lain (Nurgiyantoro, 1955: 194 —209). 1) Teknik cakapan berkaitan dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita, biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat -sifat tokoh yang bersangkutan atau sekaligus mencerminkan kehadiran tokoh pelakunya. 2) Tingkah laku berkaitan dengan apa yang dilakukan dalam wujud tindakan dan tingkah laku. Tingkah laku itu menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap yang mencerminkan kehadiran tokoh. 3) Pikiran dan perasaan berkaitan dengan keadaan dan jalan pikiran se rta perasaan, apa yang sedang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikirkan dan dirasakan tokoh. 4) Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental, di mana tanggapan inder a bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5) Reaksi tokoh berkaitan dengan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa “ran gsang’ dari luar dari tokoh yang bersangkutan. Bagaimana tokoh terhadap hal -hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat sifat kedirian tokoh. 6) Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain-lain, atau berkaitan dengan penilaian kehadiran tokoh utama oleh tokoh tokoh lain. Dalam penelitian ini, analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk mengetahui sikap, watak, tingkah laku, atau ciri -ciri fisik tokoh secara langsung. Analisis tokoh dan penokohan juga digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan melalui peristiwa yang terjadi. d. Latar Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 1998: 216), latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (1998: 227—234) menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi, sedangkan latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. 2. Psikologi Sastra Karya sastra merupakan cerminan kehidupan nya ta. Aspek-aspek kehidupan manusia dijadikan sebagai objek utama psikologi sastra, sebab semata mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh -tokoh kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343). Endraswara mengemukakan bahwa psikologi sastra merupakan sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra (2008: 16). Mempelajari psikologi sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Aspek dalam yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat pemerhati sastra menganggapnya berat. Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan k epada pengarang dan pembaca (psi kologi komunikasi sastra) ataupun teks sastra itu sendiri. Pendekatan psikologi terhadap sebuah teks sastra da pat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati
suatu penafsiran sastra
(Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126 —127). Guna menjawab penyebab terjadi nya konflik batin tokoh Lintang , akan digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham M aslow. Teori ini digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang. 3. Psikologi Abraham Maslow Psikologi menurut Maslow (via Walgito, 2010: 91) haruslah manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah -masalah kemanusiaan. Psikologi haruslah mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku y ang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.
Maslow melandasi teori
kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan, tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktual isasi diri (Naisaban, 2004: 278—279). Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun dalam diagram, tampak sebagai berikut.
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman 5.
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
4.
4. Kebutuhan akan penghargaan
3.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
2. 1.
Kebutuhan yang ada di bawah pemuasnya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada di atasnya. Maslow menambahkan bahwa individu tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berusaha meloncat ke pemuasan kebutuhan yang ada ke tingkat atas, sebelum kebutuhan yang ada di bawah terpuaskan. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow akan diuraikan karena berkaitan dengan konflik batin tokoh utama . Kelima kebutuhan ini berkaitan erat dalam membentuk konflik batin tokoh utama. a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan -kebutuhan yang paling dasar, kuat dan jelas terhadap makanan, minuman, seks, tidur, dan oksigen, merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliha raan biologis dan kelangsungan hidup (Maslow via Goble, 1987: 71). Kebutuhan ini paling primer, karena telah ada dan terasa sejak manusia dilahirkan ke bumi ini.
Kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan jelas di antara s ekian banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. b. Kebutuhan rasa aman Kebutuhan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Menurut Maslow (via Goble 1987: 73) kebutuhan ini terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak -anak atau
orang dewasa yang
mengalami gangguan neurotik. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, orang akan berkembang dan jauh dari rasa tertekan. c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain baik dengann sesama jenis maupun lawan jenis, dalam lingkungan keluarga atau l ingkungan sekelompok dalam masyarakat. Kebutuhan ini muncul dalam bentuk merasa diterima dalam keanggotaan kelompok, mengalami rasa kekeluargaan, persahabatan antardua orang, kekaguman, dan kepercayaan (Naisaban, 2004: 279). d. Kebutuhan akan penghargaan Setelah kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki telah terpenuhi, maka mulai terbentuklah dorongan untuk kebutuhan akan penghargaan. Menurut Maslow, setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang la in. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan
diri,
kompetensi,
penguasaan,
kecukupan,
prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain sangat berarti dalam kehidupan manusia, dengan penghargaan itu manusia merasa berarti dan diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan, membuat manusia lebih percaya diri menghadapi hidup (Globe, 1987: 77) . e. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang muncul setelah semua kebutuhan di atas terpenuhi. Ini adalah puncak dari kebutuhan manusia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu.
Maslow berpendapat (via Goble, 1987: 77) bahwa manusia perlu
mengembangkan potensi dalam dirinya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan , dan menggunakan kemampuannya disebut aktualisasi diri. Manusia berhak menjadi apa sa ja sesuai dengan kemampuannya. Kepercayaan diri akan muncul apabila setiap rintangan dapat dihadapi dengan sukses. Sukses akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan akan menumbuhkan kepercayaan pada diri. Dengan kepercayaan diri dan hati yang tenang, persoalan akan dapat mudah terselesaikan. 4. Konflik Konflik
merupakan
pertentangan
antara
dorongan -dorongan
yang
berlawanan, tetapi ada sekaligus ada bersama -sama pada diri seseorang. Pertentangan atau konflik batin menur ut Deradjat (1985: 26—27) adalah terdapatnya dua dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Kecemasan merupakan manifestasi dari pertentangan atau konflik batin ini. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 124), konflik terbagi menjadi dua, yaitu konflik fisik (internal conflict) dan konflik sosial (external conflict). Konflik fisik adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita atau konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Misalnya saja hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Konflik sosial merupakan konflik yang disebabkan adan ya kontak sosial antar manusia. Pada sebuah novel, konflik so sial terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun dengan tokoh yang lain. Kedua macam konflik ini saling berkaitan dan saling menyebabkan terjadinya satu dengan ya ng lain dan dapat juga terjadi secara bersamaan. Dalam sebuah cerita, konflik dan klimaks dalam alur dilihat berdasarkan subtansi peristiwa -peristiwa yang dikisahkan. Konflik menentukan sebuah cerita akan terasa monoton atau mencekam penuh dengan ketegangan. 5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenal tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajara n adalah kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5). S edangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5). Di dalam mendiknas (2006: 5), Kurikulum Tingkat Sa tuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulu m didasarkan pada potensi perkembangan dan kondidi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran sastra khususnya tentang novel, terdapat di kelas XI semester 1 pada standar kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Untuk kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur -unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Pada kelas XII semester 1, dengan s tandar kompetensi mendengarkan, yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan serta menjelaskan unsur -unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Penelitian ini memilih kurikulum kelas XI semester 1, yaitu memah ami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Pada standar kompetensi tersebut, pembelajaran novel dapat diimplementasikan dan siswa dapat mempelajari serta memahami unsur intrinsik novel sehingga siswa dapat menganalisis unsur intrinsik dan dap at mengaitkan dengan kehidupan sehari -hari. 6. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian , kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdik nas, 2006: 7). Pada KTSP 2006, prinsip pengembangan silabus meliputi : secara ilmiah, relevan, sistematis, konsisiten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, serta menyeluruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru, dan Dinas Pendidikan (BNSP, 2006: 14 —15). Berikut ini uraian delapan prinsi p pengembangan silabus yang terda pat pada KTSP 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Prinsip ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Maksud dari prinsip relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. c. Sistematis, maksudnya bahwa kompone n-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Prinsip konsisten, berkaitan dengan adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e. Memadai yang dimaksud di sini adalah cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f. Aktual dan kontekstual berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian harus memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel merupakan keseluruhan komponen silabus harus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik , serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah terutama masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
h. Menyeluruh merupakan prinsip yang terkahir, yaitu komponen silabus mencakup
keseluruhan
ranah
kompetensi
(kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik). Sebuah silabus memiliki komponen -komponen yang sangat penting, diantaranya identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, aloka si waktu, dan sumber bahan/alat . Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan uraikan langkah -langkah dalam mengembangkan silabus pembelajaran. a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi. 2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran. 3) Keterkaitan standar kompetensi dan komperensi dasar antar mata pelajaran. b. Mnegidentifikasi Materi Pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal sebag ai berikut. 1) Potensi peserta didik 2) Relevansi dengan karakteristik daerah 3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4) Alokasi waktu c. Mengembangkan Pengalaman Belajar Pengalaman belajar merupakan kegia tan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan pengalaman belajar mencerminkan pengelolaan pe ngalaman belajar peserta didik. d. Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang ditampilkan oleh peserta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumu skan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian
merupakan
serangkaian
kegiatan
untuk
memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan da ta tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kegiatan siswa, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (BNSP, 2006: 17), yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria 3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut 5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. f. Menentukan Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian, maksudnya perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mempelajari suatu materi pembelajaran. Dalam menentukan alokasi waktu, perlu memperhatikan minggu efektif per semester, alokasi waktu per mata pelajaran, dan juga jumlah kompetensi per s emester. g. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentua n sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembel ajaran (RPP) merupakan panduan langkah langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP disusun untuk setiap pertemuan. Komponen -komponen yang penting dalam sebuah RPP meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah -langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Menurut Muslich (2007: 53), langkah-langkah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu: a. Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalamm pembelajaran. b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut. c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi tersebut. d. Tentukan alokasi waktu yan g diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. f. Tentukan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yantelah dirumuskan. g. Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung materi dan tujuan pembelajaran. h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, inti, dan penutup. i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari satu jam pembelajaran, bagilah langkah -langkah pembelajaran menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau jenis pembelajaran. j. Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret untuk setipa pertemuan. k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar satu tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 8. Pembelajaran Sastra di SMA Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
diarahkan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 231). Sast ra diciptakan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memberikan sumbangan bagi pendidikan khususnya pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Moody via Rahmanto, 1988: 16). Mengacu pada tujuan umum pembelajaran sastra tersebut maka pengajaran sastra diharapkan dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Hal ini didukung pula adanya kelonggaran untuk memilih bahan pengajaran sastra dalam kurikulum 2006. Tidak semua novel at au karya sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sehingga perlu diseleksi yang memiliki nilai positif bagi siswa. Pemilihan bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tiga aspek. Pertama bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel harus ada pada t araf kemampuan bahasa siswa. Novel yang bahasanya sulit dimengerti maupun bahasanya terlalu mudah dimengerti tidak akan menarik siswa. Bahan pengajaran yang dipilih hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa, tetapi harus mempertimban gkan situasi dan pengertian wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi karena tahap -tahap ini berpengaruh terhadap minat dan keengganan ana k didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha -hal yang nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai 16 tahun), anak sudah benar -benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta -fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep -konsep abstrak dengan menganalisis suatu feno mena yang kadang-kadang mengarah ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan -keputusan moral (Moody via Rahmanto, 1988: 31). Ketiga adalah latar belakang budaya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya dengan latar belakang kehidupan mere ka. Guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswa. Menjadikan novel sebagai salah satu bahan pem belajaran khususunya novel Lintang, dapat melatih keterampilan berbahasa siswa. Siswa dapat berlatih memahami karya sastra dengan membaca dalam hati secara intensif, belajar menyimak isi novel ketika siswa lain membacakannya. Siswa juga dapat berlatih berbicara dengan menceritakan kembali ataupun memberikan tanggapan mengenai isi novel baik yang telah dibacanya sendiri atau yang telah diceritakan oleh siswa lain. Dengan membuat sinopsis novel, siswa dapat melatih keterampilannya dalam menulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan psikologis sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Lintang karya Nana Rina. Kutha Ratna (2004: 61), menge mukakan mengemukakan bahwa pendekatan psikologis sastra pada dasarnya berhubungan de ngan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Dengan kedua pendekatan tersebut akan diungkapkan struktur novel dan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. B. Metode Metode memiliki pengertian cara -cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat (Kutha Ratna, 2004: 34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis.
Metode
deskriptif
analitik
dilakukan
dengan
cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan menggali konflik batin yang dialami oleh Lintang yang merupakan tokoh utama dalam novel yang akan diteliti.
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
C. Teknik Pengumpulan Data Sudaryanto (1993: 26) mengemukakan bahwa teknik merupakan penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat dan sifat. Pengumpulan data pada penelitian ini diawali peneliti membaca novel Lintang secara teliti kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struk tur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar. Data-data yang merupakan bagian dari keseluruhan novel Lintang yang berkaitan dengan masalah dan telah dicatat kemudian diidentifikasi berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu konflik batin tokoh utama. D. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen (via Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja de ngan data, mengorganisasikan data, memilah -milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan . Peneliti menganalisis data dengan jalan bekerja dengan data itu sendiri. Data yang diperoleh diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut. 1. Membaca novel Lintang karya Nana Rina. 2. Menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, dan alur yang terdapat pada novel Lintang. 3. Mencatat berbagai masalah yang telah ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4. Mengidentifikasi data yang diperoleh sesuai dengan objek yang diteliti, dalam hal ini konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Lintang dalam novel Lintang karya Nana Rina. 5. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, agar data lebih jelas. E. Sumber Data Suharsimi Arikunto (1989: 102) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu: Judul Buku
: Lintang
Pengarang
: Nana Rina
Penerbit
: Mara Pustaka
Tahun Terbit
: 2012
Jumlah Halaman
: 274
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan penelitian pembelajaran siswa adalah novel Lintang. Data penelitian ini ialah hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG
Bab empat ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan. Analisis permasalahan akan difokuskan dari dua sudut, yaitu sudut sastra dan sudut psikologi. Dari sudut sastra, analisis akan difokuskan pada analisis struktur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar . Analisis psikologi novel Lintang akan didasarkan pada teori Abraham Maslow terhadap konflik batin tokoh utama. Dalam pembahasan ini kedua pendekatan tersebut akan saling melengkapi. A. Analisis Struktural Sebelum meneliti novel Lintang secara psikologis, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan meneliti novel tersebut secara struktural terlebih dahulu. Struktur karya sastra yang akan diteliti, yaitu alur , tokoh, penokohan, dan latar yang berkaitan dengan konflik batin yang dialami tokoh utama. 1. Alur Seperti yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, alur merupakan (plot) rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita (Stanton (2007:26). Alur
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
merupakan salah satu unsur terpenting dalam membentuk karya sastra. Menurut Aris Toteles alur terbagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. a. Tahap awal Tahap awal sebuah cerita juga disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh -tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan . Tahap perkanalan pada novel ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. (1)
Lintang namaku. Aku tak tahu, mengapa orang tuaku memberi nama itu. Anehnya, sejak kecil aku memang sangat suka melihat bintang di langit. Bintang seolah menjadi jiwaku, dan jiwaku adalah bintang. Bintang yang indah benderang, menyenangkan saat dipandang, tapi tidak menyilaukan mata. Itulah yang membuatku bangga dengan nama yang diberikan ibuku, Lintang Sumunar. (hlm. 3) Pemaparan awal cerita ini juga terlihat saat pengarang memperkenalkan latar
belakang keluarga tokoh utama berasal. Dapat dilihat di bawah ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (2)
Aku hidup di tengah keluarga juragan batik yang sudah bangkrut. Eyang Kakungku, Raden Wiyoto Nagoro almarhum, pemilik perusahaan batik “Canthing Mas” yang tersohor di Yogyakarta awal tahun 1930 -an. (hlm. 3-4)
Di awal cerita juga dipaparkan keluarga dari eyangnya, orang tua dari ayahnya. Berikut kutipannya. (3)
Akibat kematian putra sulungnya, eyang mengalami tekanan hebat. Dia tak lagi semangat mengurus bisnisnya hingga perusahaan batik “Canthing Mas” tinggal nama. Putra putrinya tak ada yang sanggup meneruskan usaha itu. Mereka sudah memiliki mata pencaharian sendiri. Toto Wibowo, bapakku sendiri yang tamatan Sekolah Teknik memilih menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
38
tukang reparasi alat-alat elektronik, yang berpendapatan pas -pasan. Adiknya Titi Suwarni, ibu Bayu, menjadi guru di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Dua putra eyang yang lain, Toto Waskito dan Titi Sundari juga menjadi guru. Sementara Toto Rahmanto, Toto Prasetyo, dan Titi Sekarsari memilih terjun ke dunia bisnis. Mere ka tidak bisa dibilang sukses, tapi kehidupannya cukup sejahtera. Toto Narimo, si bungsu yang tuna grahita, tinggal di pendopo, serumah dengan ibunya. (hlm. 4) Sejak kecil keluargaku tak pernah mengajariku beribadah. Meski mereka, dan juga aku mengaku beragama Islam, tapi kami tidak pernah sholat, puasa, ataupun mengaji. Sedang keluarga ibuku, sebagaian beragama Islam, sebagian beragama Katolik.(hlm. 7)
Pada tahap awal ini konflik-konflik kecil mulai muncul dalam kehidupan tokoh utama. Tokoh utama semasa kecil sudah kurang mendapatkan perhatian dari eyang Sulastri dan juga sering menjadi pelampiasan kemarahan dari orang tuanya. Hai ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (5) (6)
Sejak kecil aku sudah merasa eyang putri tak terlalu peduli padaku. Ia lebih menyayangi Bayu, putra Bu Lik Titi Suwarni. (hlm. 6) Begitu sempurna kehancuranku hari itu. Aku hanya pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah korban dari permasalahan yang dibuat oleh oleh orang tua. (hlm. 18) Menginjak remaja, tokoh utama diceritakan dihadapkan pada banyak cinta
yang mengelilinginya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (7)
Kenapa aku menjadi bimbang? Bukankah selama ini aku mengharapkan Mas Anggit? Malam ini harapanku telah terkabul. Perasaaanku padanya bersambut. Dia juga menyukaikau, mengharapkanku menjadi bagian istimewa di hatinya.Tapi aku resah. Ada juga Mas Aji y ang beberapa hari ini kulupakan...(hlm. 35) Kisah cinta dan keinginannya untuk melanjutkan di Fakultas Kimia dan Ilmu
Tanah menimbulkan konflik kecil dalam kehidupan tokoh utama. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
39
Tanda bahaya akhirnya benar -benar mendatangkan bencana. Setelah Anggit tahu aku tetap mendaftar di Fakultas Kimia dan Ilmu Tanah, akhirnya ia mengirim surat, dan menyatakan tidak bisa melanjutkan hubungannya denganku. (hlm. 41) Setelah berumah tangga, kehidupan tokoh utama mulai dipenuhi dengan
konflik. Kurangnya kasih sayang dan ketidaksetiaan suaminya menjadi awal konflik dalam kehidupan rumah tangganya. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut. (9)
“Aku sudah tahu semuanya Ma s,” kataku datar. “Maksud kamu?” jawab Mas Aji di antara kepulan asap rokoknya. “Tentang Utari,” kata Utari sengaja kutekan, dan pandangan mataku tajam memerhatikan wajahnya. Aku ingin tahu dampak dari kata -kataku itu. Tetap saja, yang aku saksikan sosok Aji yang seperti biasanya. Aji yang selalu tenang, cuek, seolah tak pernah memiliki masalah. (hlm. 79)
b. Tahap tengah Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada ta hap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan (Aristote les via Nurgiyantoro, 1995: 142 —146). Pada novel Lintang, tahap tengah ini dimulai dengan perselingkuhan tokoh utama dengan Anggoro sebagai akibat kurangnya kasih sayang dari suaminya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (10)
Dua manusia yang sama-sama punya masalah rumah tangga. Si wanita yang suaminya cuek, kurang memberi perhatian, dihadapkan pada sosok laki-laki yang sangat perhatian, berwibawa, juga mampu memberi ketenangan jiwa lewat keluasaan ilmu yang dia tampilkan. Sementara si laki-laki yang sering kali hasratnya kepada sang istri tak tersampaikan, dihadapkan pada wanita cantik, yang jelas -jelas sedang butuh perhatian. Wanita yang darah cintanya sedang bergelora. Ibarat boto l bertemu tutupnya, sepasang manusia itu bisa saling melengkapi, saling memberi. Ikrar cinta itupun terucap. (hlm. 181)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Konflik mulai memuncak ketika tokoh utama mencoba untuk jujur kepada suaminya mengenai hubungannya dengan Anggoro. Kejujuran tokoh uta ma yang diperlihatkan dengan menyerahkan secarik kertas buram bertuliskan From Cilacap with Love, membuat suaminya marah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (11)
Tanpa bicara, kuserahkan lipatan kertas buram itu. Suamiku tak sabar membuka dan membacanya. Kulihat wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut, atau tak percaya dengan apa yang ia baca. Di kertas itu, pada bagian akhir tertulis From Cilacap with Love. Juga nama yang begitu jelas tertulis, “Anggoro Bekti Setiawan.” Wajah suamiku mendadak berubah. Merah padam menahan amarah. Tatap matanya garang, baru kali ini aku melihat suamiku dengan tatapan mata sebegitu tajamnya. Bibirnya terkatup rapat. Berdirinya begitu tegak. Sementara jemarinya menggenggam, begitu erat. (hlm. 194)
Konflik pada novel ini me ncapai klimaksnya pada saat tokoh utama tidak dapat menahan gejolak hatinya untuk mengungkapkan rahasianya bersama Anggoro saat berada di Kaliurang. Ia tak dapat lagi menahan ganjalan yang menyiksa hati yang mengakibatkan dirinya stres dan juga sering meng urung diri di kamar. Sebagai konsekuensi kejujurannya, tamparan keras dari suaminya dia rasakan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. (12)
(13)
Dan aku tetap, tetap saja mengurung diri dalam kamar. Efek dari keterusteranganku kemarin sore tak begitu terasa. Mas Aji belum tahu yang sesungguhnya. Belum tahu peristiwa yang membuatku stres, memendam rasa bersalah yang tak terukur besarnya. Perasaanku memang sedikit lebih ringan, tapi rasa bersalah itu tak berubah. Sesal berselimut dosa. (hlm. 196) “Apa lagi yang kau sembunyikan? Apa yang kamu lakukan dengannya?” “Aku … pernah ke Kaliurang berdua,” kataku terbata -bata. Plak! Tiba-tiba kurasakan tamparan yang k eras dari Mas Aji yang tak bisa menguasai diri, mendarat di pipiku. Tamparan itu menjadi tamparan pertama dan terakhir seorang Aji Suprayogo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
“Tapi Mas, aku bersumpah. Demi Allah Mas, kami tak melakukan apa apa. Aku segera tersadar waktu itu. Aku segera pulang saat belum sempat masuk penginapan,” kataku dengan suara parau di antara isak tangis. Tangan kananku memegangi pipi bekas tamparannya. Sakit. Mas Aji menunduk. Wajahnya tampak menyesal karena telah menamparku. Wanita yang selama ini berjuang mati -matian untuk kebaikan keluarga. (hlm. 205) c. Tahap akhir Tahap akhir atau selesaian menunjukkan konflik batin yang dialami tokoh utama berakhir. Kisah dalam novel ini diakhiri dengan suasana haru. Akhirnya tokoh utama merasakan perhatian dari suaminya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (14)
“Bu, kamu sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga ini. Kamu telah menjadi bintang yang sesungguhnya,” kata Mas Aji, kata -kata yang indah yang jarang kudengar dari suamiku. Air mataku semakin deras mengalir. Kami bertiga berpelukan dalam linangan air mata. (hlm. 272)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tahap selesaian adalah tahap akhir dari sebuah cerita dalam sebuah karya sastra. Pada novel Lintang, tahap akhir dikisahkan dalam suasana haru. Perhatian suami yang lama diharapkan oleh t okoh utama akhirnya didapatkannya. 2. Tokoh Tokoh adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra. Pada sebuah karya sastra, tokoh merupakan unsur yang penting. Tokoh cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sediki t (Nurgiyantoro, 1995: 176-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
177). Dalam novel Lintang ini terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan. Bukti analisis tokoh utama dan tokoh tambahan terdapat pada analisis alur di atas. Tokoh utama dalam novel ini bernama Lintang. Tokoh Lintang memiliki frekuensi keterlibatan lebih banyak dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam novel ini, mulai dari bagian awal, tengah, dan akhir dalam alur novel ini. . Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan no. 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, dan 11. Tokoh bawahan dalam novel Lintang adalah eyang Sulastri, bapak, ibu, Aji Prayogo, Wiwoho Anggito, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih. Tokoh-tokoh tersebut memiliki keterlibatan dengan konflik yang dialami oleh tokoh utama. Kutipan yang membuktikan hal tersebut adalah no. 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. Pada kutipan tersebut, munculnya tokoh tambahan mend orong terjadinya konflik pada diri tokoh utama. 3. Penokohan Menurut Jones (via Nurgiyantoro, 2002: 165), penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita. Pelukisan tokoh dalam sebuah cerita dapat dilakukan d engan cara deskriptif langsung (teknik analitis, telling) dan tidak langsung (teknik dramatik, showing) yang kesemuanya itu lewat kata-kata. a. Tokoh utama Dalam novel Lintang karya Nana Rina, Lintang merupakan tokoh utama. Sejak awal hingga akhir cerita tokoh Lintang mempunyai frekuensi paling banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebagai tokoh yang diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. Sebagai pelaku kejadian Lintang hadir dan dikenai konflik. Nama lengkap Lintang adalah Lintang Sumunar. Dari namanya sudah terlihat bahwa tokoh utama berasal dari Jawa, tepatnya Yogyakarta. Lintang berarti Bintang, sedangkan Sumunar berarti bersinar. Nama yang oleh ibunya memiliki banyak harapan. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan berikut. (15)
Itulah yang membuat bangga dengan nama yang diberikan ibuku, Lintang Sumunar. Bintang yang bersinar. Aku selalu mengingat kata -kata ibu. “Nduk, jadilah seperti bintang, menyinari tanpa pamrih. Kelak jadilah penerang bagi keluargam, juga semua orang yang ada di sekelilingmu. Jadilah orang yang berguna untuk sesama. Jadilah seperti bintang di langit.” (hlm. 3)
Dengan teknik dramatik, pengarang memperlihatkan bahwa Lintang sebagai tokoh utama hidup di tengah-tengah keluarga juragan batik. Hal ini terdapat dalam kutipan dramatik berikut. (16)
Aku hidup di tengah keluarga juragan batik yang sudah bangkrut. Eyang Kakungku, Raden Wiyoto Negoro almarhum, pem ilik perusahaan batik “Canthing Mas” yang tersohor di Yogyakarta awal tahun 1930 -an. (hlm. 3—4)
Lintang kecil yang yang notabene dari kelurga muslim tidak pernah menjalankan ibadah sholat. Hanya eyang Sulastri yang memotivasinya untuk belajar agama. Di bawah ini adalah kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (17)
Mendengar kata-kata Gunawan, dadaku mendadak sesak, seperti ada sesuatu yang hendak meluap. Namun, lagi -lagi aku hanya bisa diam, menahan gejolak. Aku sadar kalau yang dikatakan Guanawan memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
44
benar. Aku memang tidak pernah menjalankan ibadah sholat. Lebih tepatnya, belum bisa sholat. (hlm. 8) Hanya eyang Sulastri, yang memotivasiku untuk terus belajar agama. Eyang sering menanyakan apakah aku sudah sholat atau belum. Walaupun aku juga sering tak mengindahkan nasihatnya itu. Acapkali aku membohongi eyang putri, mengatakan kalau sudah sholat padahal belum. (hlm. 26)
Setelah menikah dengan Aji, Lintang tidak juga raji n dalam menjalankan ibadahnya. Berjalannya waktu membuat Lintang berubah menjadi manusia yang agamis. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (19)
(20)
Pikiranku melompat pada janjiku lima tahun lalu, beberapa saat setelah melahirkan Anti. Saat itu aku berjanji di hadapan Mas Aji, kalau akan mulai menjalankan sholat lima waktu dengan tertib. Namun, janji itu telah berlalu selama lima tahun. Janji yang hanya sekedar janji. (hlm. 95) Hari-hari berikutnya hidupku dipenuhi dengan belajar mengaji. Tiga kali seminggu aku datang ke rumah Ustad Ridho Mustofa. Di rumah, suamiku semakin ketat mengingatkan dan membimbing untuk menunaikan sholat lima waktu. Bahkan Mas Aji selalu di rumah saat waktu sholat. karena itu tak ada lagi alasan bagiku untuk mengelak. (hlm. 198)
Secara fisiologis Lintang digambarkan sebagai perempuan yang cantik, memiliki tubuh yang indah, dan anggun. Sebagian orang mengatakan bahwa ia cantik, kecantikan dan keanggunan Lintang juga diungkapkan oleh tokoh Aji Prayoga dalam sebuah percakapan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (21)
(22)
Kata orang wajahku cantik, dan tubuhku enak dipandang mata. Aku tidak tahu apakah bagi perempuan, kecantikan dan tubuh yang indah itu berkah atau musibah. Aku hany bersyukur atas segala yang diberikan kepadaku. Aku juga tidak ingin berbesar hati karena dianugerahi wajah cantik. (hlm. 26) Penampilanku mendapat banyak pujian. Orang -orang bilang gerakanku sungguh luwes. Setelah pentas orang -orang tua di Kampung Sayangan mulai banyak yang mengenalku. Lintang , putri Toto Wibowo, cucu Raden Wiyoto Nagoro, yang cantik dan pintar menari. Ah, bahagianya mendengar pujian itu. (hlm. 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(23)
45
Satu hal yang harus aku akui. Siapa pun akan mengatakan kalau Dik Lintang memiliki paras yang cantik. Anggun. Seperti yang say a harapkan. (hlm. 30)
Lintang digambarkan sebagai anak tunggal, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai ontang-anting dan juga manja. Hal tersebut digambarkan oleh pengarang dengan menggunakan teknik cakapan, ini terlihat pada kutipan di bawah ini. (24) (25)
Kowe kuwi bocah ontang-anting, manja. (hlm. 36) Kamu benar-benar mengecewakan orang tua Lin. Anak ontang-anting, digadang bakal njunjung kehormatane wong tuwo, malah sebalike gawe wirange wong tuwo, kata Bapak. (hlm. 57)
Lintang adalah anak yang patuh dan sayang pada ayahnya. Ia tidak berani melawan perintah ayahnya meskipun ia ingin melawannya. Rasa sayang Lintang pada ayahnya terlihat saat ayahnya sedang sakit, dengan menangis ia menunggui ayahnya yang terbaring di tempat tidur. Hal ini telihat jelas dari kutipan di bawah ini. (26)
(27)
Aku tak kuasa menjawab. Aku berjalan menunduk. Dadaku berdebar debar tak karuan. Ada sedikit penyesalan, juga rasa takut. Menyesal karena aku tak seharusnya membuat bapa k marah. (hlm. 13) Dalam kondisi seperti itu, aku mulai menyadari kalau sebenarnya aku sangat menyayangi sosok yang selama ini sering membuatku menangis itu. Bapak yang hampir setiap hari marah -marah. (hlm. 15)
Setelah menikah dengan Aji, Lintang tidak memiliki sikap yang tegas, ia lebih suka nrimo dengan semua sikap suaminya yang cuek. Ia hanya dapat menahan rasa marahnya atau dengan meninggalkan Aji begitu saja .
Melalui teknik lakuan
pengarang menunjukkan hal ini yang dapat dilihat dalam kutipan berikut. (28)
Jadi sungguh tidak nalar apa yang dikatakan suamiku itu. Aku pikir tak ada gunanya lagi berdebat dengan Mas Aji. Aku bangkit dan meninggalkannya di ruang tamu. (hlm. 80)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(29)
46
Kalau sudah begitu, tak ada yang bisa kulakukan kecuali menutup mulut rapat. Batinku mangkel, apapun yang aku katakan tak pernah direspon sungguh-sungguh oleh suamiku. Bahkan untuk hal seperti ini. (hlm. 110)
Meskipun Lintang selalu dia m dan nrimo, sebenarnya Lintang ingin sekali memberontak. Sikap berontak ditunjukkannya dengan merokok. Di bawah ini adalah kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (30)
Kututup rapat dan kukunci pintu kamar, karena khawatir kalau tiba -tiba Anti membuka pintu. Cepat kuraih bungkus rokok di atas meja. Masih ada empat batang. Kusust batang pertama. Kuh isap, lalu kukepulkan asapnya. Persis seperti yang dilakukan suamiku. Ini pertama kali seumur hidupku merokok. Beberapa kali aku batuk -batuk, karena asap memenuhi tenggorokkan dan menyesakkan dada, tapi aku tak mau menyerah. Ini pemberontakan, aku ingin su amiku juga tahu. Aku bisa melakukan seperti yang ia lakukan. (hlm. 146)
Lintang pernah terjerumus dalam perselingkuhan dengan Anggoro, namun ia masih memiliki sikap tegas dengan menolak ajakan Anggoro untuk beristirahat di sebuah vila saat berada di Kali Urang. Sikap tegas Lintang ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (31)
“Jeng, kita istirahat di dalam vila ya,” pinta Mas Anggoro begitu memasuki pelataran vila. Wajahnya tampak memelas. “Tidak!” jawabku tegas. Darah mengalir cepat ke kepala. (hlm. 185)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Lintang merupakan tokoh utama dalam novel Lintang. Sebagai tokoh utama Lintang mempunyai frekuensi keterlibatan lebih banyak dalam peristiwa -peristiwa yang terjadi dalam cerita. Pelukisan tokoh yang digunakan pengar ang dalam novel ini adalah metode dramatik. Beberapa kedirian tokoh utama dijelaskan secara langsung dan j uga tidak langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
melalui aktivitas yang dilakukannya, baik lewat kata-kata, tingkah laku, dan lewat peristiwa yang terjadi. Lintang sebagai tokoh utama digambarkan sebagai orang islam namun tidak pernah menjalankan sholat , tetapi berjalannya waktu ia men jadi sosok manusia yang agamis, hal ini terdapat pada kutipan n o. 17—20. Cantik, anggun, dan pintar merupakan gambaran fisiologis dari tokoh utama. Ia merupakan anak tunggal yang berbakti dan dan sangat menyayangi ayahnya, hal ini terdapat p ada kutipan no. 21— 27. Pada kutipan no. 28—30, pengarang mengambarkan tokoh utama memiliki sifat menerima tetapi juga pemberontak. Ketidak terpenuhinya rasa kasih sayang membuat ia melakukan pemberontakan terhadap suaminya. Sikap ketegasan dimiliki oleh tokoh utama terlihat ketika ia menolak ajakan Anggoro untuk beristirahat di vila, h al ini terlihat pada kutipan no. 31. b. Tokoh bawahan Menurut Nurgiyantoro (2002: 176), t okoh tambahan meupakan tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama. Dalam novel Lintang karya Nana Rina ini terdapat beberapa tokoh tambahan yang mendukung munculnya konflik pada diri tokoh utama. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
1) Eyang Sulastri Eyang Sulastri dalam novel ini merupakan tokoh bawahan. Tokoh Eyang Sulastri dimunculkan sebagai tokoh yang memiliki watak mendukung kemunculan terjadinya konflik yang dialami oleh tokoh utama. Eyang Sulastri digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli pada Lintang. (32)
Sejak kecil aku merasa eyang putri tidak peduli padaku. Ia lebih menyayangi Bayu, putra Bu Lik Titi Suwarni. (hlm. 6)
Tokoh ini digambarkan oleh pengarang memiki sikap pilih kasih kepada cucunya, tetapi tokoh inilah yang memotivasi tokoh utama untuk belajar agama. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (33)
Ada kesedihan tak terperi menyelimuti hati. Karena harus secepat ini kehilangan eyang putri. Meski sering memarahiku, terkadang pilih kasih kepada cucu-cucunya, tapi dibalik semua itu, eyang Sulastri begitu perhatian. Terlebih soal agama. Hanya eyang Sulastri yang memotivasiku untuk terus belajar agama. (hlm. 26)
Dari kutipan no 32 dan 33 terlihat tokoh eyang Su lastri adalah nenek dari tokoh utama yang kurang memiliki sifat pilih kasih tetapi juga perhatian terhadap tokoh utama dalam hal mempelajari agama. 2) Bapak Tokoh bapak dalam novel ini bernama Toto Wibowo dan merupakan anak kedua. Dia tamatan dari Sekolah Teknik. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(34)
(35)
49
Toto Wibowo, bapakku sendiri yang tamatan Sekolah Teknik memilih menjadi tukang reparasi alat -alat elektronik, yang berpendapatan pas pasan. (hlm. 4) Bapak anak kedua, yang setelah meninggalnya Toto Prasojo, otomatis manjadi putra sulung. Meski bapak putra sulung, namun tak memperoleh penghormatan sebagaimana mestinya dari adik -adiknya. (hlm. 5)
Pengarang menggambarkan tokoh bapak sebagai seorang yang p ekerja keras meski hanya sebagai tukang reparasi alat -alat elektronik. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (36)
Toto Wibowo, bapakku, biasanya pulang dari pasar Kotagede setelah jam empat sore. Bapak memiliki kios kecil di pojok Pasar Kotegede, tempat reparasi alat-alat elektronik. Bapak seorang pekerja keras. Dia selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tak jarang bapak mengantar barang elektronik yang sudah diperbaiki ke rumah pemiliknya tanpa meminta ongkos tambahan. (hlm. 6)
Tokoh bapak memiliki tabiat buruk yang suka ringan tangan dalam menyelesaikan masalah, meski sebenarnya dia baik hati dan penyayang. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (37)
Aku sudah hapal tabiat bapak saat naik pitam, tidak mau dibantah atau akan menerima akibat buruk. Sudah tak terhitung lagi berapa kali aku menjadi sasaran kemarahan Bapak, meski bukan aku yang menjadi penyebab kemarahannya. Sebenarnya hati bapak itu penyayang, ngayomi, tapi kalau sudah emosi sering kelewat batas. (hlm. 17)
Dari kutipan no. 34 dan 35 tampak bahwa tokoh bapak adalah anak kedua yang hanya tamatan sekolah teknik dan memiliki pendapatan yang tidak terlalu besar karena hanya bekerja sebagai tukang reparasi barang -barang elektronik di pasar. Sifat pekerja keras tetapi emosional tampak pada kutipan no. 36 dan 37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3) Ibu Tokoh ibu digambarkan sebagai sebagai seorang yang penyayang dan memiliki pengharapan yang besar terhadap anaknya. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (38)
Aku selalu mengingat kata -kata ibu. “Nduk, jadilah seperti bintang, menyinari tanpa pamrih. Kelak jadilah penerang bagi keluargamu, juga semua orang yang ada disekelilingmu. Jadilah orang yang berguna untuk sesama. Jadilah seperti bintang di langit.” (hlm. 3)
Dalan novel Lintang, tokoh ibu digambarkan sebagai pegawai di kampu s UGM sebagai staf tata usaha. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (39)
Ibu yang bekerja sebagai staf tata usaha di kampus UGM, memaksaku menjelaskan alasan menangis, akhirnya aku mengaku menangis karena kesal, eyang membawakan oleh-oleh untuk Bayu sedang aku tidak diberi. (hlm. 6)
Tokoh ibu yang bernama Roro Satiti ini di gambarkan sebagai orang tua yang memahami hati anaknya. Sikap bijaksana dan suka menasihati anaknya dimiliki oleh tokoh ibu. Hal tersebut ditunjukkan melalui kutipan berikut. (40)
(41)
Baru dua hari kemudian aku berani bercerita, itupun setelah ibu memulai pembicaraan. Diam-diam beberapa hari ini ibu mengamatiku. Rupanya naluri seorang ibu bisa merasakan kebimbangan anaknya. (hlm. 36) Kalau ibu lebih suka sama Anggit, bocahe bagus tenan, gagah, gedhe, dhuwur. Anaknya sopan, pinter ngajeni orang tua, mriyayeni. Jelas, bobot, bibit, dan bebetnya. Ibu kenal baik sama bapaknya, Danu Sasongko. Dulu dia kakak kelas ibu saat di SMA. Ibunya juga, Bu Rahayu, dulu sering berkunjung ke rumah eyang. Di a teman budhe kamu. Apalagi selisih umur kalian sudah pas, enam tahun. Kowe kuwi bocah ontang-anting, manja. Ada baiknya kamu mencari laki -laki yang bisa ngemong, Nduk,” kata Roro Satiti. (hlm. 36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dari kutipan no. 38, 40, dan 41, tampak bahwa tokoh ibu memiliki sifat penyayang, sabar, perhatian, dan bijaksana. Naluri keibuannya muncul saat tokoh utama mengalami permasalahan dan dengan bijak ia menasihati anaknya.
4) Aji Prayogo Aji Prayoga adalah tokoh yang menjadi suami Lintang. Aji Prayoga tidak asli dari Kampung Sayangan tempat asal Lintang, ia berasal dari Jepara dan berstatus sebagai mahasiswa kodekteran di UGM . Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. (42)
Selain Rudiono, ada juga pemuda Kampung Sayangan, yang jatuh hati padaku. Namanya Aji Suprayogo. Perkenalanku dengan Aji bermula saat ia mengantar surat undangan kumpulan remaja Kampung Sayangan, menjelang peringatan kemerdekaan RI. Aji bukan asli Kampung Sayangan, dia berasal dari Jepara. Di Kampung Sayangan dia tinggal bersama pak liknya, Dokter Kamal, dokter langganan Bapak . Aji lah yang punya inisiatif menghidupkan kembali kegiatan Karang Taruna, setelah lima tahun mandek. Aji yang supel, begitu mudah memengaruhi muda mudi Kampung Sayangan. Statusnya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, membuat orang tak ragu akan kecerdasannya. (hlm. 27)
Aji digambarkan sebagai sosok yang supel dan pandai bercanda. Tidak terlalu tampan, tidak terlalu tinggi, tetapi memiliki wajah yang manis, inilah gambaran dari sosok Aji Prayogo. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (43)
(44)
Aku merasa nyaman berbincang -bincang dengannya. Orangnya supel , pintar bercanda, tapi topik obrolannya berbobot. Tampak sekali Aji memiliki banyak pengalaman. (hlm. 28) Jika dibanding dengan Anggit, Aji kalah tampan, hanya wajahnya tampak manis. Postur tubuhnya juga tak terlalu tinggi. Kalau pendek sama pendek, terus menikah, jangan -jangan anaknya pendek semua. (hlm. 36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pengarang menggambarkan Aji sebagai lelaki yang be rtanggung jawab dan berjiwa besar yang mau meminta maaf dan bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (45)
… Dengan ketegaran sikapku, aku berharap Aji tak mudah mencampakanku. Dan ternyata Aji tipe lelaki yang be rtanggung jawab. Dua bulan setelah peristiwa yang merenggut keperawananku, Aji datang ke rumah. Dia menyampaikan permintaan maaf juga kesungguhannya untuk bertanggung jawab. Dia berjanji tidak sampai lima belas hari lagi orang tuanya akan datang dari Jepar a, melamarku sekaligus membicarakan hari pernikahan kami. (hlm. 57)
Aji digambarkan sebagai seorang yang rajin beribadah dan mampu membaca Al-Quran dengan baik. Kelebihan dari Aji membuat Lintang kagum. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (46)
Suamiku selain mampu membaca Al-Qur’an dengan bagus dan tartil, juga hapal beberapa surat panjang dalam al -Quran. Hal itu semakin membuatku kagum. Aku juga mulai menemukan sisi lain dari suamiku, cerdas, taat beribadah, pemahaman Islamnya juga sangat baik. (hlm. 210)
Setelah menikah, Aji bersikap tidak peduli terhadap keluarganya. Kutipan yang menunjukkan hal tersebut adalah: (47)
Aku benar-benar tak habis pikir kenapa sikap suamiku yang tak mengenakkan semakin menjadi. Dia ta mpak semakin tak peduli, selalu saja menganggap mudah setiap permasalahan, padahal aku sekuat tenaga memikirkannya. (hlm. 111)
Dari kutipan no. 42-44, tampak bahwa tokoh Aji adalah seorang mahasiswa kedokteran yang manis, memiliki sifat humoris dan juga s upel. Aji adalah sosok yang bertanggung jawab, hal ini terlihat ketika tokoh utama hamil.
Selain itu, Aji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan taat beribadah, hal ini tampak pada kutipan no. 45 dan 46. Pada kutipan no. 47, Aji digambarkan sebagai se orang suami yang tidak peduli terhadap istrinya sehingga menyebabkan tokoh utama mengalami konflik. 5) Wiwoho Anggito Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki wajah menarik, tinggi besar, dan juga gagah. Sikap sopan dan pandai menghormati orang tua membuat ibu dari tokoh Lintang merasa tertarik. berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (48)
Kalau ibu lebih suka sama Anggit, bocahe bagus tenan, gagah, gedhe, dhuwur. Anaknya sopan, pinter ngajeni orang tua, mriyayeni. Jelas, bobot, bibit, dan bebetnya. Ibu kenal baik sama bapaknya, Danu Sasongko. (hlm. 36)
Anggit merupakan seorang pemuda yang berpendidikan, yaitu sebagai seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi tetapi masih berpikiran kolot. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (49) (50)
Rina ingin menjodohkanku dengan Wiwoho Anggito, tetangganya yang kuliah di Fakultas Ekonomi. (hlm. 32) Semula aku berharap pada Anggit, ia seorang mahasiswa ya ng pasti lebih bisa berpikir terbuka, akan membelaku. Namun harapanku si a-sia. Anggit hanya diam membisu. Mas Anggit-ku ternyata masih berpikiran kolot, sama seperti bapaknya. (hlm. 39)
Pengarang menggambarkan Anggit sebagai seorang laki-laki yang tidak mau tersaingi dan memiliki ego yang tinggi. Hal ini terdapat pada kutiban berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(51)
54
Aku sadar, ternyata Anggit memiliki ego yang tinggi sebagai laki -laki, dia tidak mau tersaingi. Dia tak mau kalah dalam pandangan masyarakat. Bagaimanapun, orang yang belajar ilmu eksak selalu dianggap lebih pintar daripada yang belajar ilmu sosial. (hlm. 40)
Dalam kutipan no. 48 dan 49 di atas, tampak bahwa tokoh Anggit adalah seorang yang berperawakan tampan dan tinggi dan memiliki sikap hormat pada orang lain. Ia adalah seorang mahasiswa fakultas ekonomi yang memiliki kekayaan materi, jelas garis keturunan dan status sosialnya. Dari kutipan no. 50 dan 51, tampak bahwa meski Anggit seorang yang berpendidikan, tetapi masih berpikiran kolot dengan egonya yang tinggi. 6) Utari Tokoh bawahan yang bernama Utari ini digambarkan sebagai seorang wanita cantik, polos, tetapi berpendidikan rendah. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (52)
(53)
Aku sempat mengamati benar -benar wanita itu, saat dia baru saja membukakan pintu. Parasnya cantik, tubuhnya sintal, kulitnya putih bersih. Sebuah nilai plus yang menjadi kebanggaan setiap wanita. (hlm. 76) Utari yang hanya berpendidikan rendah itu tampak sebagai wanita yang polos, seperti tak paham mana yang seharusnya layak diceritakan, dan mana yang semestinya menjadi rahasia.
Utari adalah istri dari teman Aji yang bernama Suprapto. Utari memiliki hubungan dengan Aji meski sudah memiliki suami. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (54)
Saat masih tinggal di Yogyakarta, dia kesepian karena sepanjang hari ditinggal bekerja oleh suaminya. Perkenalan dengan Mas Aji atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
perantara Suprapto, suaminya. Kemudia per kenalan itu berujung pada hubungan yang tak semestinya. (hlm. 77) Dari kutipan no. 52—54, tampak bahwa Utari adalah seorang wanita cantik yang berpendidikan rendah. Ia memiliki hubungan dengan Aji meski ia sudah memiliki suami, yaitu Suprapto. Kehadiran tokoh bawahan ini menimbulkan konflik pada diri tokoh utama. 7) Doktor Anggoro Tokoh yang bernama Anggoro digambarkan berpawakan tinggi besar, berambut ikal, dan berkulit sawo matang. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (55)
Selain Citra, sejak hari pertama kursus, ada pertanyaan di hatiku yang belum juga terjawab. Tentang peserta laki -laki berperawakan tinggi besar, berambut ikal dengan kulit sawo matang. Aku merasa pernah bertemu atau mengenalnya, tapi entah kapan dan di mana. (hlm. 141)
Tokoh yang menarik perhatian Lintang saat mengikuti pelatihan AMDAL bernama Doktor Anggoro Bekti Setia wan. Hal ini terlihat pada kutipan berikut . (56)
“Ya jelas to. Dia itu priyayi gedhe. Atasanku di kantor, namanya Pak Anggoro. Doktor Anggoro Bekti Setiawan.” (hlm. 141)
Anggoro digambarkan sebagai orang yang supel dan juga ramah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (57)
Mas Anggoro orangnya supel, ramah, mudah akrab dengan siapa saja. Obrolannya cair, tidak kaku. (hlm. 153)
Tokoh ini digambarkan kharisma dan taat dalam menjalan ibadah. Kutipan di bawah ini memperlihatkan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(58)
56
Sajadah yang melingkar di leher semakin memancarkan kharismanya. Tampaknya dia baru menunaikan sholat ashar di mushola. (hlm. 152)
Tokoh Anggoro digambarkan sebagai seorang berpangkat, ramah, supel, dan mudah akrab dengan siapa saja. Hal ini tampak pada kutipan no. 55—57. Pada kutipan no. 58, tampak bahwa tokoh Anggoro s ebagai orang yang berwibawa, taat beragama, dan berkharisma. 8) Katriningsih Katriningsih digambarkan pengarang sebagai tokoh yang tajam lidahnya, suka menggunjing orang lain dan memiliki raut muka yang gelap. Secara tidak langsung digambarkan oleh pengarang bahwa hubungan tokoh utama dengan Katriningsih tidak baik. Berikut ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (59)
(60)
Seketika bayangan Katriningsih muncul di pelupuk mata. Apa yang akan terjadi padaku? Satu setengah bulan harus tidur satu kamar dengan makhluk itu. Apakah aku mampu bertahan dengan tajam lidahnya? Dengan raut mukanya yang gelap? Apakah aku harus melewati hidup dalam tekanan selama satu setengah b ulan. (hlm. 145) Lalu kami bercakap-cakap. Sesuatu yang tidak pernah kami lakukan saat berada di kantor. Malam itu kami berbicara layaknya dua sahabat, seolah tak pernah terjadi masalah antara kami selama ini. Dan Katriningsih begitu lancar bicara, seakan dia lupa, tak terhitung berapa kali dalam sehari dia menggunjingku, menyebarkan berita bohong tentang diriku pada ibu-ibu di kantor. Malam ini keadaan sungguh berubah (hlm. 156)
Pengarang menggambarkan tokoh in i sebagai wanita yang dimadu. Masalah yang menumpuk membuatnya tidak bisa tidur nyenyak sehingga harus minum obat penenang. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(61)
(62)
(63)
57
“Iya Bu, saya tahu. Tapi keadaan saya saat ini menuntut saya mengonsumsi obat itu. Kalau ndak, perasaan saya kisruh terus. Saya hanya berusaha mendapatkan ketenangan, meski hanya sesaat,” (hlm. 156) Katriningsih wanita yang dimadu. Dia istri muda Doktor Margono. Meskipun secara materi dia berkecukupan, tapi tetap saja ketenangan batin sulit dia dapatkan. (hlm. 156) “Saya ndak bisa tidur nyenyak Bu, kalau ndak minum obat penenang dulu. Masalah hidup saya menumpuk,” kata Katriningsih tiba -tiba. (hlm. 157)
Dari kutipan no. 59 dan 60, dapat disimpulkan bahwa tokoh Katriningasih memiliki hubungan yang tidak baik dengan tokoh utama dan suka menggunjing teman sekantor. Katriningsih adalah seorang wanita yang dimadu dan memiliki banyak masalah sehingga harus minum obat untuk menenangkan diri, hal ini tampak pada kutipan no. 61—63. 4. Latar Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 1998: 216), l atar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan . Nurgiyantoro (1998: 227 -234) menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi, sedangkan latar sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a. Latar tempat Latar tempat yang menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa berkaitan dengan tokoh utama dalam novel Lintang, yaitu Kota Yogyakarta tepatnya di pendopo, sekolah, Pendopo Balai Desa Sayangan, kampus UGM, Kaliurang, Perumnas Melati Indah, perumahan Nusa Wangi. 1) Pendopo Pendopo merupakan tempat tinggal Lintang dan keluarganya. Latar dalam novel ini terjadi di pendopo dan salah satu kamar di pendopo yang merupakan kamar Lintang. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (64)
(65)
(66)
Ini semua perlu kuceritakan, karena aku merasa kesedihan hidupku dimulai di sini, di rumah pendopo ini, rumah yang penghuninya tak pernah akur. (hlm. 5) Aku menangis semakin menjadi. Dengan tenaganya yang k uat, bapak mengapit tubuhku dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya digunakan membekap mulutku. Bapak seperti orang kalap, menyeret tubuhku ke kamar tidur. Tubuhku dibanting di atas kasur. Saat pegangan tangan bapak lepas, sengaja aku menjerit keras -keras, aku ingin memberontak. Tapi tanpa pernah kuduga, bapak dengan mata nyalang, mengambil pisau di lemari. (hlm. 18) Bergegas aku dan Kang Darno menuju rumah. Suasana pendopo pagi itu kaku. Angin berhembus pelan. Langit suram, siap mengucurkan hujan. Pagi yang dingin dan beku. Sawo kecil ranum bergelantungan tak mendapat perhatian. (hlm. 25)
2) Sekolah Lokasi yang dijadikan sebagai latar dalam novel Lintang adalah di sebuah ruang kelas, tempat tokoh utama belajar. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (67)
Waktu itu aku sedang mengikuti pelajaran Ilmu Bumi. Konsentrasi siswa buyar ketika sosok Pak Kasidin mengetuk pintu kelas. Dia pesuruh sekaligus tukang kebun sekolah. Bu Paryanti meletakkan globe di meja… (hlm. 24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3) Pendopo Balai Desa Sayangan Selain di sekolah, tempat yang diambil sebagai latar dalam novel ini adalah di sebuah pendopo Balai Desa Sayangan. Balai Desa Sayang dijadikan latar ketika tokoh utama berlatih menari, berikut kutipannya. (68)
Untuk kepentingan pentas, kami berlatih menari di pendopo Balai Desa Sayangan. Suasana pendopo saat kami berlatih menjadi lebih ramai dari hari biasa. Ada yang latihan baris berbaris , ada juga yang berlatih menari. (hlm. 27)
4) Kampus UGM Kampus UGM sebagai tempat kuliah tokoh utama menjadi latar dalam novel Lintang. Di Gelanggang Mahasiswa dan juga ruang laboratorium. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (69)
(70)
(71)
Syukur yang juga aktivis mahasiswa khususnya di bidang fotografi, mengenalkanku ke komunitas mahasiswa tari. Dan karena tari sudah menjadi bagian jiwaku, maka aku segera bisa mendapat tempat di komunitas tari di kampus UGM. (Hlm. 46) Di laboratorium, kami berlima dibimbing oleh Syukur . Mau tak mau, aku semakin tak bisa lepas daribayang -bayang Syukur. Dia semakin sering menemaniku, di laboratorium, di kelas, juga saat aku latihan menari. (hlm. 48) Aji mengantarku latihan menari di Gelanggang Mahasiswa. Syukur yang hapal benar jadwalku, sudah menunggu di sana. Dengan ragu, aku mengenalkan Aji sebagai tunanganku pada Syukur. (hlm. 51)
5) Kaliurang Kaliurang menjadi salah satu latar dalam novel ini, berikut kutipannya. (72)
(73)
Minggu pagi, jam sepuluh, hawa Kaliurang begitu sejuk. Sudah hampir satu jam kami duduk berdua di salah satu bangku di taman bermain. (hlm. 56) Pagi itu aku sudah memasuki jalan Kaliurang. Perasaanku pada Mas Anggoro telah membuatku nekat atau bahkan gila. Ada gejolak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hebat di dadaku. Semakin lama, hawa dingin semakin terasa. Suasana khas Kaliurang benar-benar terasa. (hlm. 183) 6) Perumnas Melati Indah Setelah menikah, tokoh utama tidak lagi tinggal dengan orang tuanya. Ia dibelikan sebuah rumah oleh ibunya di Perumnas Melati Indah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
(74)
(75)
Sudah tiga bulan aku dan Mas Aji menjadi penghuni Perumnas “Melati Indah”. Perumahan di pusat kota Yogyakarta itu sengaja dibeli dengan sistem kredit oleh ibu. Penghasilan suamiku yang baru berstatus Calon Pegawai Fakultas Kedokteran UGM belum seberapa besar. (hlm. 72) Aku Cuma bisa mendengar sayup -sayup obrolan mereka di ruang tamu. Sebenarnya aku ingin membuatkan the untuk tamu Mas Aji, tapi urung kulakukan karena Anti terus menangis. Aku berharap tamu itu tak berlama-lama di rumah kami. (hlm. 72)
7) Perumahan Nusa Wangi Setelah berkecukupan, tokoh utama dan keluarganya menempati rumah yang lebih besar. Perumahan Nusa Wangi menjadi pilihan keluarga tokoh utama untuk tinggal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (76)
(77)
Malam yang tenang. Sudah dua bulan kami pindah ke rumah baru di perumahan Nusa Wangi. Keinginanku akhirnya terwujud, rumah yang lebih layak, tidak sempit, dan punya beberapa kamar. Di Rumah baru ini, aku merasa jauh lebih nyaman. Selain lebih luas juga ada lahan yang cukup luas untuk parkir mobil. (hlm. 203) Tengah malam, ketika terdengar hanya suara jangkrik di persawahan belakang Perumahan Nusa Wangi, barulah Mas Aji berbicara. (hlm. 205)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
b. Latar Waktu Penggambaran latar waktu dalam novel Lintang terjadi pada saat malam, pagi, dan siang. Novel ini juga digambarkan terjadi pada tahun 1965 -2006. Hal ini dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut. (78) (79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
Kotagede Yogyakarta, 1965 Malam itu aku tidur dengan membawa bayang -bayangmenakutkan tentang kelabang dan ular. Sepertinya aku belum lama tidur, saat aku mendengar jeritan bapak. Aku segera duduk, mengusap -usap mata. Saat itu kulihat ibu sedang mengompres bagian bawah telinga bapak dengan air hangat. Sementara itu, jeritan bapak semakin menjadi. (h lm. 13) Menjelang pagi aku tengkurap, pura -pura tidur di samping bapak. Muka kubenamkan di bantal, supaya isak tangisku tak terdengar. Kepedihan hatiku tak mampu membendung air mata membasahi bantal. (hlm. 15) Jam 06.15, taksi datang menjemput Ma s Aji. Dia sempatkan menggendong Anti sebelum masuk ke taksi. Pesawat yang akan ia tunggangi take of jam 07.30. (hlm. 88) Tepat jam sebelas siang, aku masuk ke ruang praktik Dokter Taufik. Wati berjalan di belakangku sambil menggendng Gilang. Senyum ramah Dokter Taufik menyambut kami. (hlm. 107) Pertengahan Juli 1981, atau sekitar dua tahun setelah pernikahann kami, akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku di Fakultas Pertanian UGM. (hlm. 81) Yogyakarta, 27 Mei 2006, semua berubah dalam sekejap. Karena guncangan gempayang tak lebih dari satu menit, kota Yogyakarta berubah. Kehidupan keluarga kamipun ikut berubah. Pendopo Kotagedhe tempat aku menghabiskan masa kecil, rata dengan tanah. (hlm. 246)
c. Latar Sosial Latar sosial tokoh utama berasal dari keluarga ju ragan batik yang sudah bangkrut dan baragama islam, tetapi tidak sholat. Di sisi lain, latar sosial ditampakkan dari keluarga Aji yang beragama islam dan taat beribadah. Latar sosial keluarga yang taat beragama diperlihatkan pada keluarga tokoh utama bersama Aji setelah mereka menikah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(85)
(86)
(87)
(88)
62
Aku hidup di tengah keluarga juragan batik yang sudah bangkrut. Eyang Kakungku, Raden Wiyoto Nagoro almarhum, pemilik perusahaan batik “Canthing Mas” yang tersohor di Yogyaka rta awal tahun 1930-an. (hlm. 3—4) Sejak kecil keluargaku tak pernah mengajar iku beribadah. Meski mereka, dan juga aku mengaku beragama Islam, tapi kami tidak pernah sholat, puasa, ataupun mengaji. Sedang keluarga ibuku, sebagaian beragama Islam, sebagian beragama Katolik.(hlm. 7) Perbedaan latar belakang keluarga tak mereka j adikan penghalang. Aji berasal dari keluarga santri, sangat taat beragama, sementara aku berasal dari keluarga dengan paham kejawen yang kental. (hlm. 54) Hari-hari berikutnya, hidupku dipenuhi dengan belajar mengaji. Tiga kali seminggu aku datang ke rumah Ustad Ridho Mustofa. Di rumah, suamiku semakin ketat mengingatkan dan membimbing untuk menunaikan sholat lima waktu. Bahkan Mas Aji selalu ada di rumah sa at waktu Sholat. (hlm. 198)
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa latar pada novel Lintang bertempat di Kota Yogyakarta tepatnya di pendopo, sekolah, Pendopo Balai Desa Sayangan, kampus UGM, Kaliurang, Perumnas Melati Indah, perumahan Nusa Wangi, hal ini dapat dilihat pada kutipan no. 64—77. Peristiwa dalam novel ini terjadi pada tahun 1965 —2006, dapat dilihat pada kutipan no. 78, 83, dan 84. Latar waktu novel ini pada saat malam, pagi, dan siang. Kutipan yang menunjukkan hal tersebut no. 79—82. Latar sosial pada novel ini, yaitu dalam keluarga juragan batik yang sudah bangkrut dan baragama islam, tetapi tidak pernah menjalankan ibadah. Di sisi lain, ditunjukkan latar sosial yang berbeda yaitu dari keluarga beragama islam yang taat beribadah. Latar sosial keluarga yang taat beragama juga diperlihatkan pada keluarga tokoh utama setelah menikah. Hal tersebu t dapat dilihat pada kutipan no. 85 —88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
B. Analisis Psikologi dalam Novel Lintang Setelah novel Lintang dianalisis secara struktural, maka pada bagian ini hasil analisis tersebut akan digunakan untuk me mbantu dalam analisis psikologi . Analisis psikologi pada penelitian ini akan menggunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang. Analisis psikologi akan kebutuhan manusia menurut Maslow yang akan diuraikan berkaitan dengan k onflik batin tokoh Lintang, yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan aktualisasi diri. 1. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan fisiologis pada tokoh utama telah terpenuhi. Tokoh utama dapat bersekolah di sekolah favorit dan mendapatkan uang saku lebih dari ayahnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (89)
Tekanan yang aku alami tidak juga surut saat aku sudah duduk di bangku SMP. Aku berhasil masuk SMP Favorit di Kota Yogyakarta. Mungkin karena itu, bapak tak lagi marah -marah. Bahkan bapak memberi aku uang saku lebih banyak. (hlm. 23)
Setelah menikah, kehidupan tokoh utama semakin membaik dan dapat tinggal di rumah yang lebih besar dan mewah. Kehidupannya semakin berk ecukupan, hal ini dibuktikan dengan dua mobil yang dimiliki keluarganya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (90)
(91)
Malam yang tenang. Sudah dua bulan kami pindah ke rumah baru di perumahan Nusa Wangi. Keinginanku akhirnya terwujud, rumah yang lebih layak, tidak sempit, dan punya beberapa kamar. (hlm. 203) Aku pantas bersyukur. Perhiasan dunia sudah kumiliki. Tinggal di perumahan cukup mewah, setidaknya setara dengan rumah rekan -rekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kerjaku, atau rekan-rekan suamiku. Punya dua mobil, sehingga t ak lagi harus berbagi dengan Mas Aji. (hlm. 235) Dari kutipan no. 89, tampak tokoh utama ketika masih kecil kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Ia dapat belajar di sekolah favorit dan mendapatkan uang saku yang lebih. Kebutuhan fisiologis tokoh utama setel ah dewasa juga telah terpenuhi, dengan ia dan keluarganya dapat memiliki rumah yang mewah dengan dua mobil. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan no. 90 —91 di atas. 2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan rasa aman terlindungi tentu dibutuhkan oleh semua orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram. Setiap manusia mendambakan kehidupan yang nyaman dan aman, terbebas dari rasa kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan . Saat Lintang masih kecil, rasa tidak nyaman di dalam rumah sering dirasakannya. Seringkali ia menjadi pelampiasan amarah orang tuanya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (92)
Aku menangis semakin menjadi. Dengan tenaganya yang kuat, bapak mengapit tubuhku dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya digunakan membekap mulutku. Bapak seperti orang kala p, menyeret tubuhku ke kamar tidur. Tubuhku dibanting di atas kasur. Saat pegangan tangan bapak lepas, sengaja aku menjerit keras -keras, aku ingin memberontak. Tapi tanpa pernah kuduga, bapak dengan mata nyalang, mengambil pisau di lemari. (hlm. 18)
(93)
Tubuhku semakin gemetar. Air mata tumpah tiada terbendung. Bibirku kelu, suara tertahan di tenggorokan. Masih terdengar pertengkaran bapak dan ibu, walau tak sehebat tadi. (hlm. 19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Perasaan kalut melanda diri tokoh utama ketika kisah cintanya dengan Anggit harus berakhir hanya karena ia tetap mempertahankan pilihannya untuk mendaftarkan diri di fakultas Kimia dan Ilmu Tanah UGM. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (94)
Meski aku sudah siap menghadapi segala bahaya yang akan timbul dari pilihanku, tapi surat Anggit itu membuat ku seperti tersengat petir, badanku mendadak kaku setelah membaca suratnya. Persendianku lemas seketika. Aku ingin menjerit, tapi tak mampu bersuara, hanya terhenti di tenggorokkan. Tubuhku lemah terkulai, memegangi kertas putih yang telah menentukan nasib hubunganku dengan Anggit. (hlm. 42)
Setelah berumah tangga dengan Aji, Lintang sebagai tokoh utama tidak menemukan kenyamanan. Kekalutan dirasakan Lintang ketika mengetahui bahwa suaminya tidak setia. Ia membayangkan masa depannya yang suram. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (95)
Aku berjalan gontai keluar kamar. Tenagaku habis untuk meredam gejolak dalam jiwaku. Yang tersisa hanya muka pucat, air mata, dan bibir yang terus bergetar tapi tak mamp u berkata-kata. (hlm. 73)
(96)
Hidupku mendadak menjadi gelap. Bayangan masa depan terlihat begitu suram. Wanita mana yang hatinya bisa menerima kalau suaminya juga pernah berhubungan dengan wanita lain? (hlm. 78 )
Perasaan yang berkecamuk merupakan reaks i Lintang yang takut akan ketajaman lidah temannya, yaitu Katriningsih. Ia khawatir Katriningsih akan menyebarkan luaskan tentang kedekatannya dengan Anggoro. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (97)
Sejak saat itu perasaanku berkecamuk antara bahagia b isa selalu berdekatan dengan Mas Anggoro, dan khawatir dengan ketajaman lidah Katriningsih. Pertempuran dua rasa dalam satu tubuh, pada akhirnya berdampak akan berdampak secara fisik. Dan itu terjadi padaku. Beberapa hari setelah bicara dengan Katriningsih di kamar itu, badanku lemas dan kepalaku pening. (hlm. 166)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(98)
66
Perasaanku semakin gelisah. Kepala terasa berat. Kecurigaan Katriningsih semakin menjadi. Memang sudah beberapa kali dia memergokiku sedang bersama Mas Anggoro. Katriningsih menjadi o rang yang banyak tahu tentangku, juga tentang Mas Anggoro. (hlm. 167)
Rasa tidak aman berupa rasa cemas dan panik merupakan reaksi Lintang ketika melakukan perselingkuhan, kecemasan jika ada orang yang mengetahui hubungannya dengan Anggoro. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (99)
Kenapa juga Pak Yanuar ikut -ikutan bersikap tak biasa? Aku terus bertanya-tanya. Aku mulai cemas, jangan -jangan Katriningsih telah menceritakan semuanya, termasuk soal Mas Anggoro. Apa jadinya kalau teman-teman kantor tahu tentang hubunganku itu? (hlm. 174) (100) Jawaban itu semakin membuatku panik, aku seperti pesakitan yang dituduh melakukan kesalahan yang aku sendiri tak tahu kesalahan apa. Tapi aku berusaha tak menampakkan kepanikanku, aku berusaha tetap tenang, menguasai keadaan. (hlm. 175) Rasa tidak aman berupa sikap waspada merupakan reaksi Lintang ketika melihat sorot mata Anggoro yang berbeda. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
(101) Mas Anggoro memilih salah satu warung dipinggir jalan. Kami menikmati hangatnya wedang jahe, juga jadah bakar yang gurih. Mas Anggoro sepertinya sangat menik mati kebersamaan ini. Setelah beberapa waktu, kuperhatikan wajah Mas Anggoro, kutangkap sinar di ma tanya. Kulihat sorot mata yang lain. Tidak seperti yang ku kenal. Aku mulai bersikap waspada. (hlm. 184) Reaksi Lintang yang mengingat kejadian yang telah lalu merupakan reaksi ketakutannya bahwa kejadian yang sama akan terulang kembali pada dirinya. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan berikut. (102) Mendadak dadaku bergemuruh hebat. Jantungku terasa berdetak lebih kencang, badanku mulai gemetar. Tiba -tiba ingatanku melayang pada kejadian sembilan tahun yang lalu. Tak jauh dari tempatku sekarang. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tempat itu aku telah melakukan dosa yang sangat terkutuk. Lantas, apakah aku akan menambah daftar panjang deretan dosa besar itu: Dalam samar-samar bayangan, mendadak wajah -wajah yang kukasihi muncul dipikiran. Ibu, bapak, Mas Aji, Anti, Gilang, dan Wening. W ajah mereka muram, tampak kecewa menyaksikan perbuatanku. Hatiku tersentak, membuat tubuhku lemas seketika. “Jeng, kita istirahat di dalam vila ya,” pinta Mas Anggoro begitu memasuki pelataran vila. Wajahnya tampak memelas. “Tidak!” jawabku tegas. Darah mengalir cepat ke kepala. “Kamu kenapa?” “Mas, kita sudah melakukan kesalahan besar. Sangat besar. Jangan sampai kita terjerumus dalam dosa ya ng lebih besar. Jangan sampai!” Aku berdiri. Darahku mendidih. Raut mukaku merah padam, air mata menggelayut di pelupuk mata. (hlm. 185) Rasa takut dan cemas diperlihatkan pada diri tokoh utama ketika berterus terang kepada suaminya tentang masalah yang membelenggunya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (103) Aku kembali keluar menemui suam iku dengan langkah ragu. Di tan ganku ada selembar kertas buram yang sudah kulipat. Agak lusuh. (hlm. 194) (104) Mas Aji tak menggubris permohonanku. Dia remas -remas kertas buram itu, lantas dibanting ke meja. Bergegas dia meninggalkan beranda. Tak berapa lama lagi terdengar suara mesin mobil menderu. Suara deru mobil itu begitu menusuk ulu hatiku. Ternyata kejujuranku malah menimimbulkan masalah baru. Meski menimbulkan masalah, tapi ada sedikit ketenangan yang menyusup ke dalam hatiku. Beban perasaan bersalahku telah terkurangi. Antara siap dan tak siap, aku sudah memikirkan satu persatu resiko yang mesti aku tanggung. Suamiku pergi entah kemana. Adzan Maghrib telah lama berkumandang dari mushola Nurul Inayah, Mas Aji belum juga pulang. Mau tidak mau aku mulai cemas. Apalagi setelah Anti menanyakan kemana bapaknya pergi. Tampaknya dia tahu bapaknya tidak pergi ke tempat praktik. Tas yang biasa dibawa saat praktik masih tergeletak di sofa tengah. (hlm. 195) Rasa tidak aman tokoh utama , yaitu Lintang mulai memuncak ketika menceritakan kepergiannya ke Kaliurang bersama Anggoro. Puncak dari rasa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
aman Lintang diperlihatkan oleh pengarang ketika mendengar Aji akan berbicara kepada Anggoro. Aji bermaksud meminta Anggoro menjadikan Lintang sebagai istri keduanya. Lintang tampak takut akan diceraikan oleh suaminya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (105) Pertanyaan itu benar-benar membuatku semakin tak bisa menahan gejolak hati. Ingin rasanya kuungkapkan semua, agar hilang ganjalan yang selama ini menyiksa batin. Namun, aku takut. Takut kalau suamiku tak bisa menerima, marah, lantas meninggalkanku. Aku hanya bisa menangis. (hlm. 204) (106) Tengah malam, ketika yang terdengar hanya suara jangkrik di persawahan belakang Perumahan Nusa Wangi, barulah Mas Aji berbicara. “Bu, aku sendiri yang akan meminta Anggoro menikahimu. Menjadikanmu istri keduanya, kalau kamu lebih mencintainya.” Dunia seperti berputar kencang, mendung berubah menjadi badai yang memorak-porandakan ketenangan batinku. Kata -kata Mas Aji bagai pesakitan yang divonis hukuman mati. Bagaiman apun, seorang istri, tetap saja takut bila mendengar kata -kata cerai, atau yang semakna dengan kalimat itu. (hlm. 205) Perasaan tokoh utama selalu tidak nyaman ketika harus mengingat permasalahan hidup dan perselingkuhannya dengan Anggoro. Ia memutuskan u ntuk menceritakan semua permasalahan kepada ibunya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (107) Pada ibu, kuceritakan semua masalahku. Soal suamiku yang selalu bersikap tak peduli, tentang anak -anakku, juga tentang Mas Anggoro dan perselingkuhanku. Saat menceritakan pertemuanku dengan Mas Anggoro di Kaliurang, air mataku tertumpah deras, setiap mengingat kejadian itu seperti ada duri-duri yang tajam menusuk hati. Perih (hlm. 207) Rasa tidak aman berupa rasa cemas merupakan reaksi Lintang ketika Anggoro datang ke rumahnya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (108) Mas Aji langsung berdiri, menyadari ada tamu yang datang. Begitu pintu depan mobil terbuka, lalu si pengendara keluar, aku begitu terperanjat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
antara percaya dan tidak, Mas Anggoro. Ya lelaki itu datang ke rumah, mengusik kedamaian yang sedang kami nikmati. Apa maunya. Dadaku berdebar-debar. Bukan lagi debaran cinta seperti dulu. Hanya debaran kaget dan bingung. (hlm. 212) Dari kutipan no. 92—93, tampak rasa aman tokoh utama ketika mas ih anakanak tidak terpenuhi. Rasa tidak nyaman ia rasakan ketika ayah dan ibunya terlibat dalam pertengkaran, biasanya hal ini menjadikan ia sebagai pelampiasan amarah ayahnya. Pada saat tokoh utama menginjak usia remaja, rasa tidak aman juga ia rasakan ketika ia mendapatkan surat dari Anggit, kekasihnya. Surat itu berisi pernyataan Anggit yang tidak dapat meneruskan hubungannya dengan tokoh utama. Hal ini dapat dilihat pada kutipan no. 94. Reaksi tokoh utama dengan menangis dan bibir yang terus bergetar t idak mampu berkata-kata menampakkan bahwa dia sedang bergumul dalam permasalahan yang serius, hal ini menunjukkan tokoh utama mengalami rasa tidak aman. Ia membayangkan masa depannya akan suram, hal ini tampak jelas pada kutipan no. 95 dan 96. Kutipan no. 97—100 memperlihatkan bahwa toko h utama mengalami rasa tidak aman dalam lingkungan kerjanya. Ia merasa tidak nyaman dengan sikap dan semua pertanyaan dari teman -teman sekerjanya berkaitan hubungannya dengan laki laki yang bernama Anggoro. Pada kutipan no. 101 dan 102, terlihat perasaan dan pikiran yang berkecamuk dalam diri tokoh utama saat diajak oleh Anggoro untuk be ristirahat di vila daerah Kaliurang. Rasa takut akan terulangnya kembali peristiwa sembilan tahun lalu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
takut membayangkan kekecewaan orang-orang yang dikasihinya
70
merupakan
gambaran rasa tidak aman pada diri tokoh utama . Kesadarannya pada sang pencipta akan dosa membuat tokoh utama semakin berani dan bersikap tegas ketika menolak ajakan Anggoro. Perasaan takut dan tidak nyaman karena masalah perselingkuhan yang membelenggunya menimbulkan konflik batin pada diri tokoh utama. Sebenarnya dia ingin segera berterus terang kepada suaminya, karena dia merasa masalah semakin hari semakin menyiksa batinnya. Perasaan takut akan diceraik an suaminya selalu menghantuinya. Hal ini tampak pada kutipan no. 103 —106. Bercerita pada ibunya merupakan reaksi tokoh utama agar perasaan perasaannya dapat sedikit merasa nyaman, tampak pada kutipan no. 107. Pada kutipan no. 108 tampak adanya rasa tidak aman pada diri tokoh utama akan kedatangan Anggoro ke rumahnya. 3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki Dalam novel Lintang, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki kurang didapatkan oleh tokoh utama dari suaminya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini. (109) Kesibukan membuat suamiku sedikit berubah. Dia menjadi sosok yang pendiam. Waktu di rumah benar -benar dimanfaatkan untuk istirahat. Tidur, atau duduk santai sambil merokok. Kesibukannya itu menimbulkan perasaan tidak nyaman di hatiku, aku mulai tersisih. Perhatian Mas Aji padaku jauh berkurang. (hlm. 83) (110) Sambil menggendong Gilang, hatiku kembali menjerit. Kenapa ujian hidup tiada berkesudahan. Kenapa pula harus aku sendiri yang memikirkan kesehatan Gilang. Dimana Mas Aji? Cukupkah dia hanya memberi nafkah lahir untuk keperluan pengobatan Gilang? Itupun selalu terlambat. Begitu bebalnya suamiku, tak bisa merasakan apa yang aku rasakan. Hatiku benar-benar berontak. Keadaan semestinya tidak seperti ini. Tak semestinya aku berdiri berdesak -desakan dalam mobil angkutan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
meninggalkan pekerjaan kantor, menebalkan telinga setiap kali teman kantor membicarakanku. Mas Aji memang sibuk bekerja. Namun, kalau berniat meluangkan waktu, pasti bisa. Apalagi Mas Aji bekerja di Rumah Sakit Dokter Sardjito, tempat Gilang menjalani pengobatan dan terapi. Bukankan Gilang anak kami berdua? (hlm. 107) Setelah Aji kembali dari Philipina, Lintang tak juga merasakan kasih sayang dari Aji. Kekecewaan Lintang terhadap Aji lantaran Aji lebih suka bermain bridge sambil merokok bersama dengan temannya. Keinginan Lintang untuk dapat bercengkrama dengan suaminya tidak terwujud. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut. (111) Namun kepulangannya membuatku kecewa, dia pulang bersama temannya, Joni. Sebulan terakhir Joni sering sekali datang. Harapanku dapat bercengkraman dan mendiskusikan tugas kursus AMDAL itu buyar seketika. Setelah membukakan pintu, aku langsung masuk ke dalam rumah, karena tak ada harapan lagi bagiku untuk dapat berdua dengan suamiku malam ini. Aku sudah bisa menebak, apa yang bakal terjadi . Kartu bridge berjajar di meja, asap rokok mengepul memenuhi ruangan, juga obrolan ngalor ngidul. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Tak akan ada waktu untukku. (hlm. 137—138) Lintang mengharapkan perhatian dari suaminya saat ia akan mengikuti kursus AMDAL yang diadakan oleh kantornya. Ia berharap Aji berharap Aji akan menanggapinya dengan serius, namun seperti yang dibayangkannya Aji hanya menanggapi dengan komentar biasa -biasa saja. Hal ini tedapat pada kutipan berikut.
(112) Jawaban Mas Aji tepat seperti bayanganku. Mas Aji tak pernah mengekangku soal karir. Seperti juga dia tidak pernah merasa ada masalah dalam hidupnya. Terlalu cuek dan santai. (hlm. 139) Lintang sering meneteskan air mata. Hal ini merupakan reaksi tidak terpenuhinya rasa cinta dan rasa memiliki dari Aji, suaminya. Sering ia memberontak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
baik dengan kata-kata halus maupun dengan kemarahan. Reaksi ini terlihat dalam kutipan berikut. (113) Tak tertakar berapa air mata yang kucurahkan, merasakan tabiat suam iku semakin menghujamkan sembilu ke ulu hati. Perih. Harus dengan cara apa lagi aku berontak? Kalimat halus hanya disepelekan. Kemarahan hanya akan menyiksa diriku. Semakin diam, aku semakin tersisih. Apakah suamiku memang sudah tak punya hati? Tak punya rasa? (hlm. 144) Sikap Aji sangat cuek dan kurang perhatian terhadap urusan rumah. Jika sudah seperti itu, Lintang hanya bisa menggelengkan kepala dan mengelus dada. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (114) “Bu, aku mau tenis dulu, abis tenis langsung ke rumah sakit.” Mas Aji berjalan tergesa-gesa, mengeluarkan sepeda motor dari garasi. Memanaskan mesin motornya sejenak, kemudian berlalu dengan motor merahnya. Aku hanya menggelengkan kepala, dan mengelus dada. (hlm 145) Lintang adalah orang yang anti dengan asap rokok, namun akhirnya ia nekat merokok. Hal ini merupakan reaksi Lintang yang ingin memberontak kepada Aji, suaminya. Tidak terpenuhinya rasa cinta dan rasa memiliki ini mendorongnya untuk merokok, dia
berpikir dengan merokok mungkin suaminya akan berubah dan
memperhatikannya. Di bawah ini adalah kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (115) Kututup rapat dan kukunci pintu kamar, karena khawatir kala u tiba-tiba Anti membuka pintu. Cepat kuraih bungkus rokok di atas meja. Masih ada empat batang. Kusust batang pertama. Kuhisap, lalu kukepulkan asapnya. Persis seperti yang dilakukan suamiku. Ini pertama kali seumur hidupku merokok. Beberapa kali aku batuk -batuk, karena asap memenuhi tenggorokkan dan menyesakkan dada, tapi aku tak mau menyerah. Ini pemberontakan, aku ingin suamiku juga tahu. Aku bisa melakukan seperti yang ia lakukan. (hlm. 146)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lintang merasakan kekecewaan karena sikap Aji, meskipun Lintang telah menghabiskan empat puntung rokok, Aji tidak terlalu menggubrisny a. Aji tidak memperhatikannya, hanya sesal yang Lintang rasakan. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (116) Jantungku seakan hampir berhenti berdetak. Kenapa hanya itu? Kenapa sebatas itu Mas Aji menanggapi pemberontakan yang sudah kulakukan dengan susah payah? Seharusnya dia kaget alang kepalang. Tidakkah dia khawatir? Mengapa dia tidak memarahiku? Perasaanku hancur, dongkol, marah, malu. Malu pada diri sendiri. Amarah dan emosi telah membuatku nekat melakukan hal sia-sia. Aku sadar, seharusnya aku tidak melakukan perbuatan konyol itu. Bersusah payah, berkorban, menahan sesak di dada demi menghabiskan empat batang rokok. Tetap saja hasilnya nihil. Perhatian suamiku tak juga aku dapatkan. Yang ada hanya penyesalan. Entah terbuat dari apa hati suamiku. Kena pa begitu bebal? (hlm. 147) Aji sangat sulit untuk ditemui dan cuek dengan omongan tetangga mengenai dirinya. Ia dan teman-temannya sangat hobi main bridge sehingga tidak ada waktu untuk Lintang, istrinya. Lintang tidak ada kesempatan untuk berbicara mes ki lewat telepon. Hal ini terlihat paa kutipan berikut. (117) Siang tadi, aku menelepon ke Rumah Sakit Sardjito, ingin menghubungi suamiku. Aku sudah mempertimban gkan dengan cermat kapan waktu yang tepat untuk menelepon, yaitu waktu Mas Aji selesai praktik dan belum pulang. Terlambat sedikit saja, Mas Aji sudah pergi. Meski sudah menelepon tepat waktu, ternyata aku masih kalah cepat dengan Joni. Begitu kata bagian resepsionis. Katanya sejak sebelum selesai praktik Mas Aji sudah ditunggui pria berkulit putih, tinggi, plonthos. Pasti Joni. Siapa lagi kalau bukan Joni? Dan apa lagi yang ada dalam otak mereka berdua, selain kartu-kartu sialan itu? Bridge! Hobi yang membuat kesabaranku nyaris habis. (hlm. 158) (118) …Suamiku sangat cuek. Dia lebih senang berkumpul dengan teman temannya ketimbang bercengkrama dengan keluarga. Saat ini dia sedang gila bermain bridge. Seenak hati dia bekumpul d engan teman-temannya di rumah kami setiap malam. Praktis, kebiasaan suamiku menjadin pergunjingan tetangga. Tapi dasar suamiku sudah tak punya hati, tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
punya rasa. Dia sama sekali tak terpengaruh omongan tetangga.” (hlm. 162) Lintang sangat senang saat mendapatkan perhatian dari Anggoro. Selama bersama Aji tidak pernah ia mendapatkan perhatian seperti itu. Hal ini terdapat pada kutipan berikut ini. (119) “Kok merokok? Sudah sering?” tanya Mas Anggoro penuh selidik. Mendengar pertanyaannya, hatiku semakin berbunga-bunga. Aku membutuhkan perhatian itu. Aku rindu perlakuan seperti itu. Perlakuan yang selama ini aku harapkan dari suamiku, namun tak pernah kudapatkan.(hlm. 160) (120) Apalagi selama aku dirawat di rumah sakit, Mas Anggoro hampir setiap hari datang menjenguk. Dia tak pernah datang dengan tangan kosong. Kadang membawakan makanan, kadang bacaan -bacaan ringan untukku. Perhatian Mas Anggoro itu membuatku menjadi manusia yang berharga, sesuatu yang sanagt kuharapkan bisa aku peroleh dari suamik u. Bukan hanya itu, Mas Anggoro bahkan rela membawakan baju ko torku ke loundry, lalu mengantarnya kembali setelah bersih. (hlm. 168) (121) Justru yang terjadi, semakin hari hubun gan kami semakin dekat. Pernah sekali waktu Mas Anggoro telepon ke kantor, hanya sekedar menanyakan apakah aku sudah makan siang atau belum. Meski hanya sekedar bertanya soal makan siang atau belum. Meski hanya sekedar bertanya soal makan siang, tapi bagiku itu sangat berarti. Perhatian seorang lelaki yang sangat aku harapkan, ternyata bisa dipenuhi oleh Mas Anggoro, bukan dari suamiku sendiri. (hlm. 178) Saat dihadapkan dengan Anggoro yang penuh dengan perhatian, Lintang mulai membandingkan dengan sikap Katriningsih teman sekantornya dan juga sikap suaminya sendiri. Sikap Lintang ini merupakan reaksi yang muncul karena perhatian teman dan suaminya tidak ia dapatkan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (122) Berbeda dengan Katriningsih, teman satu kanto r dan satu kamarku itu tak pernah menjengukku. Tak urung sikap itu menjadi bahan perbincangan sesama peserta kursus. (hlm. 168) (123) Saat aku berjumpa dengannya, tak ada yang berubah dari dia. Dia tetap memberi perhatian lebih padaku. Dia pribadi yang sa ngat baik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
bekerja sama. Aku menyaksikannya sendiri saat penyusunan laporan kkelompok. Dia juga tipe pekerja keras, begitu fokus saat bekerja. Tidak seperti… Ah, aku tak pantas membandingkan mereka. (hlm. 177)
Emosi yang memuncak membuat Lintang mengucapkan kata perceraian kepada Aji, suaminya. Reaksi Lintang ini terjadi karena kurangnya kasih sayang Aji, tetapi hal tersebut membuat ia menyesal karena ucapannya diketahui oleh anaknya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
(124) “Aku sudah tak tahan jadi istrimu, Mas. Aku minta cerai saja!” Sungguh aku mengucapkan kalimat itu tanpa sadar, hanya karena emosi yang mencapai puncak. Suamiku yang biasanya santai, mendengar kata kataku juga kaget bukan kepalang. Dan terlebih yang memb uatku menyesal, saat itu ternyata Anti mendengar. (hlm. 238) Setelah menikah dengan Aji, perhatian dan rasa kasih sayang tidak didapat oleh tokoh utama. Tokoh utama sering meneteskan air mata. Hal ini merupakan reaksi tidak terpenuhinya rasa cinta dan ras a memiliki dari Aji, suaminya. Hal ini tampak pada kutipan no. 109—114. Pada kutipan no. 115 dan 116, tokoh utama ingin memberontak dengan cara ia merokok. Hal ini dilakukan semata -mata untuk mendapatkan perhatian dari suaminya, meski pun hal tersebut hanya sia -sia dan kecewa yang di dapat. Kutipan no. 117 dan 118 memperlihatkan bahwa suami tokoh utama sangat cuek dan tidak memiliki waktu untuk istrinya. Saat dihadapkan dengan Anggoro yang penuh perhatian, Lintang mulai membandingkan dengan sikap Katriningsih teman sekantornya dan juga sikap suaminya sendiri. Sikap Lintang ini merupakan reaksi yang muncul karena perhatian teman dan suaminya tidak ia dapatk an. Hal ini tampak pada kutipan no. 119—123.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Permintaan cerai diucapkan oleh tokoh utama y ang terlihat pada kutipan no. 124 yang merupakan puncak reaksi ketidak terpenuhinya rasa kasih sayang dan perhatian sang suami. 4. Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan akan penghargaan dalam diri setiap manusia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu rasa percaya diri dan penghargaan dari orang lain. Rasa percaya diri meliputi kompetensi, ketergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan, penerim aan, perhatian, dan nama baik. Dalam novel Lintang, kebutuhan akan penghargaan tidak didapatkan oleh tokoh utama. Sebagai anak, tokoh utama kurang mendapatkan kebebasan saat di rumah. Sering mendapat perlakuan keras dari ayahnya membuat tokoh utama merasa tidak dihargai sebagai anak dan harga dirinya tercabik-tercabik sebagai seorang anak . Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. (125) “Masuk! Bocah wedok malam-malam masih di luar! Bapak kan sudah bilang, jam setengah sembilan kamu sudah harus masuk rumah!” (hlm. 13) (126) “Diam!” kata bapak sambil mengacungkan pisau itu tepat di depan mukaku. Seketika tubuhku gemetar, tangisku tertahan. (hlm. 18) (127) Begitu sempurna kehancuran hatiku saat itu. Aku hanya pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah korban dari permasalahan yang dibuat orang tua. Ada kalanta aku merasa sebagai anak yang sangat disayang, tapi ada kalanya aku merasa diperlakukan di luar batas kewajaran. Aku menjadin satu-satunya pelampiasaan perasaan orang tuaku, perasaan senang, juga saat emosi tak lagi tertahan. Aku benar -benar merasa sebagai boneka yang diperlakukan semaunya. (hlm. 18 —19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Ucapan temen-temannya semasa kecil yang melec ehkan karena ia kurang dapat membaca Al-quran dan tidak pernah sholat telah membuat tokoh utama merasa tidak dihargai dan terhina. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (128) … Begitu saja tidak hapal Lin?” Sisri menghujani panah di hatiku dengan pertanyaan-pertanyaannya. (hlm. 8) (129) Lintang mana bisa Sri. Dia kan ndak pernah sholat,” kata Gunawa n. “Bapaknya Lintang kan orang Islam abangan. Kata bapakku, Islamnya cuma di KTP. Apalagi ibunya, dulu kan bukan orang Islam. Jadi mana mungkin Lintang bisa sholat,” tambah Gunawan. (hlm. 9) Keinginan Lintang menjad i seorang insinyur ditentang oleh orang tua kekasihnya yang masih berpikiran kolot. Pilihannya tidak dihargai karena ia seorang wanita dan pilihannya dianggap akan mengungkuli laki -laki. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. (130) “Bocah wedok kurang pas Nduk, kalau mengambil jurusan eksak seperti keinginanmu. Itu cocoknya untuk laki -laki. Gelar sarjana Teknik, Insinyur, itu cocoknya buat laki -laki.” (hlm. 39) Tokoh utama kurang mendapat perhatian dari teman sekantornya. Anaknya yang sakit dan mengharuskannya sering meninggalkan kantor membuat ia diremehkan. Perihal suratnya kepada Anggoro juga membuat ia mendapat cibiran dari teman-teman di kantornya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (131) “Pamit lagi, Bu?” tanya Katriningsih yang duduk di sebelahku, dengan tatapan sinis. Apalagi pertanyaan itu diucapkan dengan gaya menurunkan kacamata beberapa centi. Menampakkan mata lebarnya yang menakutkan. (hlm. 105) (132) “Bu, saya sudah tahu lho,” ucap Yusri begitu aku keluar dari ruang kerja Pak Yanuar. “Maksudnya, tahu apa Bu Yusri?” “Ah, masa sih Bu Lintang ndak merasa. Teman-teman kantor udah pada tahu kok Bu.” (hlm. 175)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Ucapan tokoh utama kepada suaminya sering kali tidak didengarkan dan kurang mendapatkan perhatian dan hanya disepelekan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (133) Kalau sudah begitu, tak ada yang bisa kulakukan kecuali menutup mulut rapat-rapat. Batinku mangkel, apapun yang kukatakan tak pernah direspon sungguh-sungguh oleh suamiku. Bahkan untuk hal penting seperti ini. (hlm. 110) (134) Tak tertakar berapa air mata yang kucurahkan, merasakan tabiat suamiku semakin menghujamkan sembilu ke ulu hati, p erih. Harus dengan cara apa lagi aku berontak? Kalimat halus hanya disepelekan. Kemarahan hanya akan menyiksa diriku. Semakin diam, aku semakin terisisih.(hlm. 144) Semasa kecil tokoh utama kurang dihargai sebagai anak dan tidak mendapatkan kebebasannya, hal ini dapat dilihat pada kutipan no. 125 —127. Harga diri dan nama baik keluarganya sering kali dilecehkan dan diremehkan karena ia dan keluarganya tidak pernag menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, yaitu Islam. Keluarganya sering dikatakan sebagai Islam abangan, hal ini dapat dilihat pada kutipan no. 128—129. Keinginannya menjadi insinyur tidak dihargai bahkan ditentang oleh keluarga kekasihnya, hal ini terlihat pada kutipan no. 130. Tidak adanya simpati dan juga merasa dipojokkan oleh teman -tema sekantornya terlihat pada kutipan no. 131-132. Perhatian suami tidak pernah ia dapatkan. Ucapan tokoh utama sering kali tidak mendapatkan respon dari suaminya dan tidak diindahkan. Kutipan no. 133 dan 134 memperlihatkan keadaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang muncul setelah semua kebutuhan di atas terpenuhi. Ini adalah puncak dari kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu. Maslow berpendapat (via Goble, 1987: 77) bahwa manusia perlu mengembangkan potensi
dalam
dirinya.
Pemaparan
tentang
kebutuhan
psikologis
u ntuk
menumbuhkan, mengembangkan , dan menggunakan kemampuannya disebut aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai media untuk mengeksplorasikan segala kemampuan yang dimilikinya. Jika seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik, orang ters ebut akan merasa terasing dari lingkungannya dan mengalami konflik yang dapat berupa kecemasan, kebimbangan, ketakutan, dan lain sebagainya. Lintang tak dapat berkonsentrasi penuh dengan kuliahnya, karena ia sudah menjadi istri dan seorang ibu. Ia harus membagi waktu antara kuliah dan urusan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (135) Aku harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurus Anti dan kuliah. Kehidupan seperti itu terus aku jalani selama dua tahun. (hlm. 81) Tokoh Lintang dalam novel Lintang ini tidak dapat mengaktualisasikan dirinya dalam pekerjaan secara penuh, sehingga menyebabkan banyak rekan sekerjanya yang tidak suka. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(136) “Iya Bu Katrin, saya sudah janjian sama dokternya Gilang jam sebelas, jadi saya mesti pulang, menjemput Gilang, terus ke rumah sakit,” jawabku. (hlm. 105) (137) Sejak melahirkan Gilang, dan aku sering ijin pulang lebih awal, banyak rekan-rekanku di kantor yang tidak suka. Terutama Katrining sih. Perempuan itu pula yang suka menyebarkan kabar buruk, dan memengaruhi orang kantor untuk tidak suka padaku. Yayuk dan Santi, yang juga satu divisi denganku, jelas sudah terpengaruh oleh Katriningsih, keduanya selalu menyuguhkan muka masam. (hlm. 106) Semenjak
Gilang,
anaknya
sakit -sakitan,
Lintang
tidak
dapat
mengktualisasikan dirinya dalam hal pekerjaan secara penuh, sering ia meninggal kan pekerjaannya. Kegiatan-kegiatan yang biasanya ia lakukan sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (138) Gilang masih dalam terapi. Bahkan sekarang sering sakit -sakitan. Banyak pekerjaan kantor kutinggalkan demi Gilang. Dan itu menjadi penyebab suasana kerja di kantor semakin tak nyaman. Setelah kelahiran Gilang, aku tak pernah lagi senam bersama, belanja di awal bulan, atau sekedar latihan menyanyi untuk hibu ran saat kantor mengadakan acara. Padahal sebelum kelahiran Gilang, aku terkenal sebagai artis kantor Dinas Pertanian DIY. Bakat menariku sering kutunjukkan saat acara -acara kantor. Bahkan saat hamil muda, aku sempat mengikuti lomba tarik suara di Kodya Yogyakarta dan mendapat juara II. Kini semua itu kutinggalkan . (hlm. 111) (139) Aku harus kembali meninggalkan pekerjaan kantor yang belum tuntas. Hampir selalu begitu, setiap kali harus mengantar Gilang terapi di rumah sakit. Dan selalu saja, aku harus menguatkan diri menghadapi muka muka kecut rekan-rekan kantor. Aku bisa memahami kalau banyak teman kantor iri padaku. (hlm. 119) Rasa keterpaksaan dialami oleh Lintang dalam menjalani bisnis MLM karena telah didaftarkan oleh suaminya , bisnis itu dijalaninya bukan karena keinginannya sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (140) Mas Aji tak menggubris nasihatku. Penyakit lamanya benar -benar kambuh lagi, bertindak semaunya sendiri. Tak segera mengurusi bisnisnya di Bantul, suamiku malah mengikuti bisnis baru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menggabungkan diri dalam bisnis Multy Level Marketing (MLM) yang bergerak dalam bidang penjualan obat -obatan herbal. Tak mau tanggung tanggung, Mas Aji juga mendaftarkan namak u. Mau tak mau karena namaku telah terdaftar, aku harus berkecimpung dalam bisnis itu. (hlm. 237) (141) Baru berjalan enam bulan dengan bisnis MLM, ia mulai bosan. Dia menyerahkan semua urusan MLM padaku. Aji tak mau bisnis itu berhenti, karena dia sudah investasi dana cukup besar. Tiada yang dapat aku lakukan kecuali tetap bertahan, kerena aku tak mau uang yang sud ah diinvestasikan akan terbuang sia -sia. (hlm. 238) Pada
kutipan
no.
135—139,
tampak
tokoh
utama
tidak
dapat
mengaktualisasikan dirinya secara penuh untuk urusan kuliah dan pekerjaan karena ia harus membagi waktu dengan urusan rumah tangga. Setelah melahirkan Gilang anaknya, ia tidak dapat melaksanakan rutinitas dan pekerjaannya dengan baik. Dalam berbisnis, tokoh utama tidak dapat me ngaktualisasikan dirinya karena bisnis yang dijalankannya atas paksaan suami bukan keinginannya sendiri. Hal ini tamp ak pada kutipan no. 140 dan 141. C. Konflik Batin Tokoh Utama Kehidupan manusia seringkali diwarnai dengan berbagai permasalahan, baik yang timbul dari luar atau dalam manusia itu sendiri. Realitas-realitas kehidupan manusia dan permasalahannya banyak tergambar dalam sebuah karya sastra, baik bersifat fiksi maupun nonfiksi. Pada bagian ini penulis hanya menganalisis konflik batin yang terjadi pada diri tokoh utama, karena dari sekian banyak tokoh yang ada dalam novel Lintang tokoh utamalah yang paling banyak mengalami konflik batin. Menurut Nurgiyantoro (1995: 124), konflik batin pada diri manusia dapat terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
akbibat pertentangan antara keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan harapan, dan masalah-masalah lainnya. Pertentangan antara keinginan hati dan realitaas harus dihadapi manusia, meskipun menyebabkan konflik batin yang berupa rasa cemas, khawatir, takut, dan juga kekalutan karena saat yang sama hati nurani berkata lain. Konflik batin dapat juga berupa kebingungan untuk memutuskan dua pilihan yang berbeda. Konflik yang terjadi pada diri manusia ada yang dapat teratasi ada pula yang tidak. Berbagai reaksi, baik gerakan tubuh atau ucapan yang merupakan reaksi atas ketidakmampuan manusia dalam mengatasi konflik batinnya. Kenyataan hidup manusia yang seringkali mengalami konflik batin selama menjalani kehidupan dapat menyebabkan setres atau depresi. Konflik batin yang terjadi pada tokoh utama dalam novel Lintang ini merupakan sebagian kecil konfik batin yang terjadi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Adapun konflik batin dalam novel Lintang sebagai berikut. Semasa kecil, tokoh utama mengalami konflik batin akibat sifat orang tuanya. Terkadang ia menjadi anak yang benar -benar dimanja, namun tidak jarang pula ia menjadi pelampiasan amarah ayahnya. Hal ini menjadikan batinnya tertekan, berikut kutipannya. (142) Begitu sempurna kehancuran hatiku hari itu. Aku hanya pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah korban dari permasal ahan yang dibuat orang tua. Ada kalanya aku merasa sebagai anak yang sangat disayang, tapi ada kalanya aku merasa diperlakukan di luar batas kewajaran. Aku menjadi satu-satunya pelampiasan perasaan orang tuaku, perasaan senang, juga saat emosi tak lagi ter tahan. Aku benar-benar merasa sebagai boneka yang bisa diperlakukan semaunya. (hlm.18 -19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Konflik batin tokoh utama ketika berhadapan dengan Gunawan, teman sekolahnya yang mengatakan bahwa ia tidak pernah sholat. Ketika tokoh utama belum dapat membaca Al-Quran, ia dihadapkan pada dua pilihan, yaitu minta diajari Sri teman sekelasnya untuk dapat menghapal surat An-Naasi atau malu dihadapan teman sekelas. Segala pertanyaan memenuhi pikiran t okoh utama. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (143) Mendengar kata-kata Gunawan, dadaku mendadak sesak, seperti ada sesuatu yang hendak meluap. Namun, lagi -lagi aku hanya bisa diam, menahan gejolak. Aku sadar kalau yang dikatakan Gunawan memang benar. Aku memang tidak pernah men jalankan ibadah sholat. Lebih tepatnya belum bisa sholat. (hlm. 8) (144) Mendengar kata-kata eyang terakhir, kebahagiaanku yang baru saja bersemi kembali padam. Aku dihadapkan pada dua pilihan yang semuanya sulit. Menebal-nebalkan muka minta diajari Sisri, atau lebih malu lagi ditertawakan teman -teman satu kelas karena tidak bisa menghapalkan surat An-Naasi. (hlm. 9) (145) Hari-hari itu, pikiranku terus dijejali pertanyaan kenapa teman -teman mencemooh keluargaku? Kenapa orang tuaku tidak pernah mengajari sholat? Apa benar orang yang tidak sholat akan dibakar di negara? Benarkah di neraka ada ular dan k elabang? (hlm. 10) Bimbang dirasakan oleh tokoh utama ketika dihadapkan pada dua laki -laki yang menyukainya, yaitu Anggit dan Aji. Setelah memilih Anggit sebagai kekasih, tokoh utama harus memilih antara cinta dan cita-cita. Jika cinta yang ia pilih maka ia tak akan pernah menjadi seorang insinyur, tetapi jika ia memilih cita-citanya maka ia harus melepas cintanya pada Anggit. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (146) Kenapa aku jadi bimbang? Bukankah selama ini aku mengharapkan Mas Anggit? Malam ini harapanku telah terkabul. Perasaanku padanya bersambut. Dia juga menyukaiku, mengharapkanku menjadi bagian istimewa di hatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tapi aku resah. Ada juga Mas Aji yang beberapa hari ini kulupakan. Dia masih menunggu jawabanku. Mas Aji sangat baik. Dia yang sangat mengharapkanku. (hlm. 35) (147) Anggit hanya diam membisu. Mas Anggit -ku ternyata masih berpikiran kolot, sama seperti bap aknya. Dalam kondisi seperti itu, hati kecilku memberontak. Ini tidak adil. kenapa aku mesti mengalah? Cita -citaku sejak dulu menjadi insinyur, menjadi sarjana ilmu eksak, dan nilai eksakku di sekolah juga bagus. Kenapa Bapaknya Anggit mengatakan perempuan tidak pantas mengambil jurusan ilmu eksak? Apa aku harus membuang jauh cita-citaku demi tidak menyaingi Anggit? (hlm. 39 -40) Tokoh utama merasa bingung dengan dua lelaki yang menyukainya, sedangkan ia tidak menyukai keduanya. Ia tidak ingin menyinggung pe rasaan keduanya. Berikut kutipan yang membuktikan hal tersebut. (148) Aku benar-benar bingung dan tak enak hati. Dua lelaki sama -sama menaruh hati padaku, namun tak satu pun dari keduanya yang bisa menggetarkan hatiku. Aku juga tak ingin mereka tersinggung dengan sikapku. Kekalutan menyerang diri tokoh utama ketika mengetahui suaminya tidak setia. Konflik batin tersebut direaks ikan oleh tokoh utama dengan menangis dan bibir yang terus bergetar tidak mampu berkata -kata menampakkan bahwa dia sedang bergumul dalam permasalahan yang serius. Setelah melihat wanita yang menghancurkan perasaannya, tokoh utama merasa hidupnya suram teta pi ia teringat akan anaknya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (149) Aku berjalan gontai keluar kamar. Tenagaku habis untuk meredam gejolak dalam jiwaku. Yang tersisa hanya muka pucat, air mata, dan bibir yang terus bergetar tapi tak mampu berkata -kata. (hlm. 73) (150) Hidupku mendadak menjadi gelap. Bayangan masa depan terlihat begitu suram. Wanita mana yang hatinya bisa menerima kalau suaminya juga pernah berhubungan dengan wanita lain? Inilah luka yang sesungguhnya. Aku siap kalau Tuhan mengambil nyawaku saat ini. Hidup sudah tidak berarti. Namun pikiranku tiba -tiba teringat pada Anti, buah cintaku dengan Mas Aji. Anak itu tidak boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menjadi korban. Aku masih harus hidup untuk Anti, agar kelak ia menjadi wanita yang mampu menjaga kehormatannya… (hlm. 78) Tokoh utama tidak mendapatkan kasih sayang dari suaminya sehingga ia terpaksa merokok untuk mendapatkan perhatian suaminya, namun hal tersebut sia -sia. Saat bertemu dengan orang yang memperhatikannya, perasaan cinta mulai tumbuh pada keduanya. Bersamaan dengan hal tersebut, rasa bahagia dan bersalah menghinggapinya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. (151) Kututup rapat dan kukunci pintu kamar, karena khawatir kalau tiba -tiba Anti membuka pintu. Cepat kuraih bungkus rokok di atas meja. Masih ada empat batang. Kusust batang pertama. Kuhisap, lalu kukepulkan asapnya. Persis seperti yang dilakukan suamiku. Ini pertama kali seumur hidupku merokok. Beberapa kali aku batuk -batuk, karena asap memenuhi tenggorokkan dan menyesakkan dada, tapi aku tak mau menyerah. Ini pemberontakan, aku ingin suamiku juga tahu. Aku bisa melakukan seperti yang ia lakukan. (hlm. 146) (152) Salahkah aku? Pertanyaan yang sesungguhnya sudah terjawab. Aku jatuh hati kepadanya. Ku tahu ini tak semestinya. Tapi aku tak bisa menepis perasaan indah ini. Rasa yang tiba -tiba memunculkan semangat baru dalam hidupku. Rasa yang mampu menghimpun keping -keping hatiku yang telah hancur. (hlm. 154) (153) Ku sadari ini hanya b ayang semu. Yang takkan tersentuh, apalagi termiliki. Dirinya ibarat fatamorgana. Ada, tapi tiada. Semakin aku terlarut dalam perasaan indah ini, semakin rasa bersalah bergelayut. Kepada Mas Aji, kepada anak -anakku. Tapi sungguh, aku tak bisa menepisnya. (hlm. 155) Beban hidupnya akhirnya diceritakan pula kepada Anggoro, laki -laki yang baru dikenalnya. Hal ini membuat tokoh utama merasa menelanjangi dirinya sendiri dihadapan orang asing. Walaupun demikian, berdekatan dengan Anggoro membuat hatinya bahagia meski cemas jika hubungannya diketahui oleh teman sekantornya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(154) Mendengar kata-katanya, aku seperti tersadar, betapa aku telah ‘menelanjanangi’ diri sendiri di hadapan lelaki asing. Membagi kisah pribadiku pada orang lain? Kenapa bisa seperti ini? Kenapa begitu mudahnya cerita itu mengalir dari mulutku? Selama ini aku selalu rapat menyembunyikan perasaanku. Terlebih pada orang yang baru aku kenal. Satu-satunya tempat curhatku hanyalah ibu….(hlm. 163) (155) Sejak itu perasaanku berkecamuk antara bahagia bisa selalu berdekatan dengan Mas Anggoro, dengan khawatir dengan ketajaman lidah Katriningsih. Pertempuran dua rasa dalam satu tubuh, pada akhirnya akan berdampak secara fisik. Dan itu yang terjadi padaku. Beberapa hari setelah bicara dengan Katriningsih di kamar itu badanku lemas dan kepalaku pening. (hlm. 166) Rasa penasaran menghinggapi diri tokoh utama saat surat yang ditujukan kepada Anggoro jatuh ke tangan Katriningsih. Ia ingin sekali menanyakan masalah itu pada Anggoro, namun saat bertemu ia tidak mampu untuk menanyakannya. Hatinya bimbang penuh keragu -raguan. Hal ini tampak pada kutipan berik ut. (156) Apakah rasioku telah diperbudak perasaan? Mungkin. Kenapa aku tak berani menanyakan, kenapa suratku bisa ada di tangan Bu Katriningsih? Apakah dia sengaja memberikannya? Tapi mulut ini tak mampu terbuka untuk bertanya. Walau hatiku begitu ingin tahu. Aku menjadi tak berdaya saat berada di dekatnya. Apakah aku telah gila? Padahal, aku seorang insinyur, istri seorang dokter dengan tiga orang putra. Bekerja di instansi pemerintah sebagai PNS. M asih pantaskah kupertahankan pera saan ini? (hlm. 177) Dalam hati, tokoh utama tidak ingin mengkhianati cinta suaminya. Ia hanya ingin diperhatikan, namun hal itu hanya didapat dari sosok Anggoro bukan dari suaminya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. (157) Maafkan aku Mas Aji. Apakah kau benar-benar tak tahu? Atau kau pura -pura tak tahu. Maafkan aku yang telah merusak kesucian cinta kita. Separuh hatiku telah kuberikan kepada orang lain, Mas. Maafkan aku Mas, yang merasa tak cukup atas kasih sayang yang kau berikan. Aku butuh le bih banyak dari itu, Mas. Andai kau mengerti perasaanku…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Aku memang tak pantas menyalahkanmu atas semua ini. Aku yang salah. Aku bukanlah batu karang yang begitu kokohnya menahan gelombang. Aku rapuh Mas. Aku butuh tenaga penguat dalam hidupku. Dan dari dialah kekuatan itu aku dapatkan. Sungguh, selama ini aku mengharapkan hanya kaulah yang memberi kekuatan itu. Tapi kau tak cukup memberikannya untukku. Mas, aku tahu, aku salah. Tapi aku tak punya kekuatan untuk menghindar! (hlm. 179) Tokoh utama ingin sekali membalas cinta Anggoro dengan sepenuh hati, namun ia masih berstatus sebagai seorang istri. Perasaan dan pikiran yang berkecamuk dalam diri tokoh utama saat diajak oleh Anggoro untuk beristirahat di vila daerah Kali Urang. Rasa takut akan terulangnya k embali peristiwa sembilan tahun lalu dan takut membayangkan kekecewaan orang -orang yang dikasihinya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (158) Apalagi bila Mas Anggoro menampakkan perhatiannya padaku, aku ingin membalasnya dengan memberikan apa yang ia mau. Tapi aku masih menjadi istri dari suamiku. Meskipun Mas Aji pernah mengijinkanku untuk berselingkuh, sebagai bentuk pembalasan atas perselingkuhannya pada masa lalu, tetap saja aku tak berani melangkah. (hlm. 182) (159) Mendadak dadaku bergemuruh hebat. Jantungku terasa berdetak lebih kencang, badanku mulai gemetar. Tiba -tiba ingatanku melayang pada kejadian sembilan tahun yang lalu. Tak jauh dari tempatku sekarang. Di tempat itu aku telah melakukan dosa yang sangat terku tuk. Lantas, apakah aku akan menambah daftar panjang deretan dosa besar itu: Dalam samar-samar bayangan, mendadak wajah -wajah yang kukasihi muncul dipikiran. Ibu, bapak, Mas Aji, Anti, Gilang, dan Wening. Wajah mereka muram, tampak kecewa menyaksikan perbu atanku. Hatiku tersentak, membuat tubuhku lemas seketika. (hlm. 185) Rasa bahagia tidak sepenuhnya dirasakan tokoh utama, selalu ada rasa bersalah yang membayangi karena perselingkuhannya dengan Anggoro. Konflik batin tokoh utama memuncak ketika ia tersiksa dengan rahasia perselingkuhannya. Keinginannya untuk mengungkapkan kebenaran terhalang rasa takut ditinggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
suaminya. Menangis adalah reaksi tokoh utama karena ketidakmampuannya dalam menghadapi konflik batin yang dialaminya, berikut kutipannya. (160) Duhai bahagianya hatiku hari ini. Meski gelisah ini belum juga musnah. Meski rasa bersalah itu masih menjadi bayang -bayang kelam. Meski dosa itu masih menjadi sandungan langkah. Meski harapan ketenangan akan datang masih jauh di awan. (hlm. 196) (161) Pertanyaan itu benar-benar membuatku semakin tak bisa menahan gejolak hati. Ingin rasanya kuungkapkan semua, agar hilang ganjalan yang selama ini menyiksa batin. Namun, aku takut. Takut kalau suamiku tak bis a menerima, marah, lantas meninggalkanku. Aku hanya bisa mengis. (hlm. 204) Konflik batin juga dialami oleh tokoh utama ketika anaknya yang bernama Gilang dihina oleh tetangganya. Ingin sekali ia memaki -maki tetangganya itu, namun ia menyadari keterbelakangan mental anaknya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (162) Tercabik-cabik hatiku. Batinku tak terima anakku diperl akukan seperti itu. Ingin sekali aku datangi rumah Darmawan dan memaki -makinya, karena tega melukai hati putraku. Namun aku sadar, kalau aku menjadi Darmawan, mungkin akan melakukan hal yang sama. Orang tua mana yang rela anak perempuannya disukai anak yan g punya keterbelakangan mental? Padahal anak perempuannya cantik dan pintar. (hlm. 227) Tokoh utama mengalami konflik batin ketika akan menaruh anaknya untuk di rawat di rumah sakit ataukah membawanya pulang kembali ke rumah, berikut kutipannya. (163) Sebenarnya aku agak ragu, setelah mendengar penjelasan dokter itu. Dirawat di rumah sakit itu berarti Gilang disamakan dengan pasien -pasien sakit jiwa. Padahal Gilang hanya tuna grahita. Kalaupun dia mengalami gejala psikiatrik, bisa jadi hanya karena tekanan perasaan. Akan tetapi, membawa Gilang ke rumah tidak menyelesaikan masalah. (hlm. 258)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kekalutan menyelimuti pikiran tokoh utama ketika pern ikahan anak pertama bersamaan pula dengan sakitnya anak keduanya yang bernama Gilang. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. (164) Pikiranku benar-benar kalut. Pernikahan Anti harus berjalan sesuai rencana, tapi kondisi Gilang menyita banyak perhatianku. S etiap tiga puluh menit sekali kutelepon suamiku atau Anti yang berjaga di rumah sakit, menanyakan kondisi Gilang. (hlm. 260) Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menjalani hidupnya, tokoh utama mengalami berbagai konflik batin. Pada kutipan no. 142, tampak tokoh utama semasa kecil menjadi pelampiasan perasaan orang tuanya, hingga ia merasa sebagai boneka. Kurangnya kemampuan membaca Al -Quran dan sholat yang membawanya pada pilihan meminta diajari Sri meskipun malu atau lebih malu lagi ketika teman sekelasnya mengetahui bahwa ia tidak dapat mengaji. Ucapan Gunawan temannya, membuat tokoh utama semasa kecil dijejali berbagai pertanyaan mengenai sholat dan neraka. Hal ini di perlihatkan pada kutipan no. 143 —145. Kutipan no. 146—148, memperlihatkan kebimbangan tokoh utama saat remaja ketika dihadapkan pada dua cinta dan juga cita-cita. Tokoh utama memutuskan untuk menikah dengan Aji, yang membawanya pada perasaan kalut ketika mengetahui bahwa suaminya tidak setia. Konflik batin tersebut dire aksikan oleh tokoh utama dengan menangis dan bibir yang terus bergetar tidak mampu berkata-kata menampakkan bahwa dia sedang bergumul dalam permasalahan yang serius, dipelihatkan pada kutipan no. 149 dan 151.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Berbagai masalah dalam kehidupan keluarganya menimbulkan konflik batin yang berkepanjangan pada diri tokoh utama. Rasa hampa tanpa kasih sayang suami dirasakan oleh tokoh utama sebagai suatu hal yang menyiksa batinnya. Bercerita masalah pribadi kepada ora ng asing bukanlah sifatnya, tetapi dengan tak terduga tokoh utama menceritakan masalahnya kepada orang asing hingga membuat dirinya bingung. Merokok merupakan reaksi pembe rontakan tokoh utama dalam meng hadapi konflik batinnya. Hal ini juga membawanya pada sebuah perselingkuhan dan konflik batin pada dirinya. Perselingkuhan ini menimbulkan adanya perasaan bersalah pada suami tetapi juga perasaan bahagia dapat berdekatan dengan Anggoro, meskipun di sisi lain ia merasa takut pula jika kedekatannya dengan Anggo ro diketahui teman sekantornya. Pada kutipan no. 152—155 mempelihatkan kejadian tersebut. Kutipan no. 156, memperlihatkan konflik batin yang dialami tokoh utama ketika ingin menanyakan perihal suratnya yang jatuh ke tangan Katriningsih, namun ia tidak dapat berkata apa-apa setelah bertemu dengan Anggoro. Pada kutipan no. 157 menunjukkan perasaan bersalah tetapi juga tidak dapat menghindari rasa cintanya pada Anggoro, mengakibatkan tokoh utama terbelenggu konflik batin. Sebenarnya tokoh utama hanya ingin perhatian yang diberikan oleh suaminya saja, akan tetapi karena perhatian itu tak juga ia dapatkan akhi rnya ia dapatkan dari sosok Anggoro dan memaksanya untuk berselingkuh. Tokoh utama ingin sekali membalas perhatian Anggoro dengan melakukan apa saja, namun ia teringat statusnya masih sebagai istri Aji. Perasaan yang berkecamuk dalam diri tokoh utama dan bayangan akan wajah-wajah keluarganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ketika diajak Anggoro berist irahat di vila daerah Kaliurang merupakan reaksi konflik batin yang dirasakannya. Rasa takut akan terulangnya kembali peristiwa sembilan tahun lalu dan takut membayangkan kekecewaan orang -orang yang dikasihinya. Peristiwa ini dapat dilihat pada kutipan no. 158 dan 159. Kutipan no. 160 dan 161 memperlihatkan perasaan takut dan tidak nyaman pada diri tokoh utama karena masalah perselingkuhan yang membelenggu hingga menimbulkan konflik batin pada dirinya.
Kebahagiaan dalam keluarga tidak
sepenuhnya ia rasakan karena masih tersisa kenangan akan perselingkuhannya. Rasa takut diceraikan membuat ia ragu untuk berterus terang kepada suaminya. Keterbelakangan mental anaknya yang bernama Gilang me mbuat tokoh utama mengalami konflik batin. Tokoh utama ingin sekali membalas perlakuan tetangganya yang menghina anaknya, namun di pihak lain ia menyadari kekurangan anaknya tersebut. Karagu-raguannya muncul ketika tokoh utama akan meninggalkan anaknya untuk menerima perawatan di rumah sakit . Hal ini berlanjut, hingga pada akhirnya perasaannya kalut ketika ia harus mengutamakan persiapan pernikahan putrinya atau memperhatikan Gilang yang dirawat di rumah sakit. Hal ini dapat di lihat pada kutipan no. 162—164. Demikian beberapa konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Konflik batin yang dialami oleh tokoh utama menimbulkan berbagai reaksi, baik gerakan tubuh atau ucapan yang merupakan reaksi atas ketidakmampuan tokoh utama dalam mengatasi konflik batinnya. Kenyataan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tokoh utama yang seringkali mengalami konflik batin selama menjalani kehidupan rumah tangga menyebabkan ia mengalami setres atau depresi. Keadaan tokoh utama yang demikian jika tidak segera diselesaikan permasalahannya dikhawatirkan akan berkembang menjadi penyakit jiwa, yaitu shizoprenia. Penyakit mental tersebut berawal dari ketidakmampuan manusia dalam menyesuaikan diri pada lingkungan baru sehingga mengalami kegagalan un tuk menyelesaikan permasalahan hidup. Pada awalnya shizoprenia hanya menunjukkan gejala-gejala ringan tetapi setelah berjalan beberapa tahun dan terbentur pada masalah tertentu akan terlihat gejala yang hebat sekaligus, yaitu gangguan kejiwaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS PADA NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SM A
Novel Lintang karya Nana Rina dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dengan pertimbangan bahwa dalam novel ini memiliki tiga aspek penting dalam memilih bahan pembelajaran sastra. Tiga aspek dalam memilih bahan pembelajaran sastra tersebut, yaitu da ri sudut (bahasa), segi kematan gan jiwa (psikologi), dan sudut latar belakang kebudayaan para siswa (Moody via Rahmanto, 1988: 27). Bahasa yang digunakan dalam novel harus ada pada taraf kemampuan bahasa siswa, bahasa yang sulit dimengerti maupun penggunaan bahasa yang terlalu mudah dimengerti tidak akan menarik bagi siswa. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sebuah novel yang dijadikan sebagai bahan ajar harus dapat menjadi contoh bagi siswa dalam kehidupannya. Tahap perkembangan psikologi siswa perlu diperhatikan karena berkaitan dengan minat dan keengganan siswa. Berkaitan dengan latar belakang budaya, siswa akan lebih mudah tertarik dengan latar belakang budayanya. Dalam bab lima ini akan diuraikan implementasi novel Lintang sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA ditinjau dari segi bahasa, segi psikologi siswa, dan segi latar belakang budaya. Di dalam pembelajaran sastra, hal yang akan dibahas mengacu
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
pada pengembangan silabus dan rencana pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan tahap-tahap pengembangan pembelajara n. Kreativitas seorang guru sangat diperlukan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih tertarik secara aktif mempelajari m ateri dalam pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai implementasi novel Lintang dalam pembelajaran di SMA. A. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Bahasa Novel Lintang
ditulis oleh Nana Rina dengan latar belakang kehidupan
masyarakat Jawa. Bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak jauh dari penguasaan bahasa siswa karena menggunakan kosakata yang pada umumnya sudah diketahui, meskipun banyak disisipi pula kata -kata istilah dalam bahasa Ja wa.
Meskipun
demikian novel ini tidak akan menyulitkan siswa yang berlatar budaya bukan Jawa karena kata-kata Jawa yang digunakan hanya banyak terdapat dalam kata -kata sapaan dan juga terdapat catatan kaki untuk mempermudah siswa memahami kata -kata Jawa yang belum diketahui. Contoh kutipan yang mengandung bahasa Jawa dalam novel tersebut adalah sebagai berikut. Kamu benar-benar mengecewakan orang tua Lin. Anak ontang-anting, digadang bakal njunjung kehormatane wong tuwo, malah sebalike gawe wirange wong tuwo, kata Bapak. (hlm. 57) Pada halam 57, arti kosakata bahasa Jawa dalam kutipan tersebut terdapat pada catatan kaki pada halaman yang sama. Arti kosakata bahasa Jawa tersebut, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
anak tunggal yang diaharapkan akan menjunjung tinggi kehormatan orang tu a, justru mencoreng muka orang tuanya. B. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Perkembangan Psikologi Siswa Novel ini memuat nilai-nilai kehidupan remaja dan keluarga yang dapat diajarkan untuk siswa SMA. Pada umumnya siswa SMA berada pada masa peralihan antara tahap realistik ke tahap generalisasi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta -fakta untuk memahami masalah -masalah dalam kehidupan yang nyata. Dengan demikian diharapkan siswa memiliki minat untuk menganalisis masalah, penyebab dari masalah, dan juga menemukan nilai -nilai kehidupan yang terdapat dalam novel Lintang. Berikut ini adalah contoh kutipannya. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM Yogyakarta . Untuk mendapatkannya, aku harus mengorbankan cintaku. Meski harus menahan perih, tekadku sudah bulat. (hlm. 45) Jantungku seakan hampir berhenti berdetak. Kena pa hanya itu? Kenapa sebatas itu Mas Aji menanggapi pemberontakan yang sudah kulakukan dengan susah payah? Seharusnya dia kaget alang kepalang. Tidakkah dia khawatir? Mengapa dia tidak memarahiku? Perasaanku hancur, dongkol, marah, malu. Malu pada diri sen diri. Amarah dan emosi telah membuatku nekat melakukan hal sia-sia. Aku sadar, seharusnya aku tidak melakukan perbuatan konyol itu. Bersusah payah, berkorban, menahan sesak di dada demi menghabiskan empat batang rokok. Tetap saja hasilnya nihil. Perhatian suamiku tak juga aku dapatkan. Yang ada hanya penyesalan. Entah terbuat dari apa hati suamiku. Kenapa begitu bebal? (hlm. 147) Dari kutipan di atas ditemukan adanya semangat untuk meneruskkan cita -cita meski harus kehilangan cinta dan penyesalan karena m elakukan hal yang sia-sia. Dengan ditemukannya hal -hal tersebut diharapkan siswa dapat menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
permasalahan kehidupan dari novel Lintang, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan suatu nilai yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. C. Novel Lintang Ditinjau dari Latar Belakang Budaya Siswa akan lebih mudah tertarik terhadap karya sastra yang mempunyai hubungan erat dengan latar belakang hidupnya, terutama bila menghadirkan tokoh tokoh yang berasal dari lingkungannya dan mempunyai kesamaan dengan merek a atau orang-orang di sekitar mereka. Men urut Moody ( via Rahmanto, 1988: 31—33) bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang berhubungan erat dengan kehidupan siswa dan siswa hendaknya terlebih dahulu memahami budayanya selama mencoba untuk mengetahui budaya lain. Namun, sastra juga merupakan salah satu bidang yang menawarkan kemungkinan -kemungkinan cara terbaik bagi orang yang ada di satu bagian dunia untuk mengenal bagian duania lain. Perbedaan latar belakang budaya hanyalah merupakan unsur -unsur “kulit luar.” Anggit hanya diam membisu. Mas Anggit -ku ternyata masih berpikiran kolot, sama seperti bapaknya. Dalam kondisi seperti itu, hati kecilku memberontak. Ini tidak adil.kenapa aku mesti mengalah? Cita -citaku sejak dulu menjadi insinyur, menj adi sarjana ilmu eksak, dan nilai eksakku di sekolah juga bagus. Kenapa Bapaknya Anggit mengatakan perempuan tidak pantas mengambil jurusan ilmu eksak? Apa aku harus membuang jauh cita-citaku demi tidak menyaingi Anggit? (hlm. 39 -40) Novel Lintang berlatar belakang budaya Jawa dengan tradisi-tradisinya, bahwa seorang wanita harus patuh dan berpendidikan lebih rendah daripada kaum laki-laki, tetapi tradisi seperti itu sudah tidak sesuai lagi jika diterapkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
kehidupan sekarang. Pada novel ini latar belakang budaya Jawa juga terlihat dari latar tempat yang digunakan, yaitu kota Yogyakarta. D. Pengembangan Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk proses penilaian (Depdiknas, 2006:7). Komponen yang terdapat dalam silabus adal ah standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar. Penelitian ini menghasilkan satu
silabus dengan langkah -langkah
pengembangan sebagai berikut. 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pada standar isi (BNSP, 2006: 262 —271) terdapat tiga standar kompetensi yang berkaitan dengan pembelajaran sastra, khususnya novel, yaitu: a. Kelas XI semester 1 Standar Kompetensi : Membaca 7. Memahami
berbagai
hikayat,
novel
Indonesia/novel terjemahan Kompetensi Dasar
: 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
b. Kelas XII semester 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami pembacaan novel Kompetensi Dasar
: 5.1 Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan. 5.1 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel
Penelitian ini memilih kurikulum kelas XI semester 1, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ no vel terjemahan. Pada standar kompetensi tersebut, pembelajaran novel dapat diimplementasikan dan siswa dapat mempelajari serta memahami unsur intrinsik novel sehingga siswa dapat menganalisis unsur intrinsik dan dapat mengaitkan dengan kehidupan sehari -hari. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok/ Pembelajaran Materi pokok dalam pembelajaran menunjang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Novel Lintang dipilih sebagai materi pokok karena dianggap sesuai dengan SK dan KD dalam penelitia n ini. 3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajaryang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa dan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dengan materi pokok novel Lintang untuk pencapaian SK dan KD yang telah ditentukan, yaitu: a. Membaca novel Lintang karya Nana Rina. b. Menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik nyang terdapat dalam novel Lintang melalui diskusi. c. Menemukan nilai-nilai (budaya, moral, agama, dll) dalam novel Lintang d. Mengaitkan nilai-nilai yang ditemukan dengan kehidupan sehari -hari e. Melaporkan hasil diskusi di depan kelas. f. Menuliskan kembali penggalan novel
Lintang dengan menggunakan
bahasanya sendiri. 4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang dilandasi oleh perubahan perilaku dan dapat diukur Indikator yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Rumusan indikator disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun alat penilaian. Rumusan indikator yang sesuai untuk pencapaian SK dan KD yang telah ditentukan di atas, yaitu: a. Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik (alur , tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Lintang b. Menemukan nilai-nilai (budaya, moral, agama, dll) dalam novel Lintang c. Menemukan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
d. Mengaitkan nilai-nilai yang ditemukan dengan kehidupan sehari -hari e. Menceritakan kembali isi novel Lintang karya Nana Rina menggunakan bahasa sendiri 5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator penilaian pada silabus. Pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan berhubungan dengan penelitian ini, yaitu menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik
yang terkandung dalam novel
Lintang kemudian
mengaitkannya dengan kehidupan sehari -hari. Jenis penilaian ditentukan berdasarkan indikator pembelajarannya, yang meliputi pemehaman isi novel, pengidentifikasian unsur intrinsik dan ekstrinsik, dan pengaitan hasil unsur intrinsik dan ekstrinsik ke dalam kehidupan sehari-hari siswa. 6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran untuk SMA/MA, yaitu 45 menit. Alokasi waktu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia untuk SMA/MA kelas XI, yai tu 4 jam per minggu setiap semester (BNSP, 2006: 39—42). Alokasi waktu untuk kompetensi dasar yang dimaksud dalam penelitian ini 4 jam pertemuan (4 x 45 menit), 2 kali pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
7. Menentukan Sumber Belajar Penentuan sumber belajar didasar kan pada standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Sumber belajar pada silabus dalam pembelajaran novel Lintang, yaitu: a. Penggalan novel Lintang karya Nana Rina (terlampir) b. Materi (terlampir) 8. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus, peneliti telah membuat silabus untuk SMA kelas XI semester 1, sebagai berikut (terlampir) . Berdasarkan silabus tersebut, akan disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Novel Lintang karya Nana Rina ini dapat menjadi bahan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ditentukan dalam kurikulum untuk kelas XI semeser 1 ini. Sebelum materi diberikan kepada siswa, terlebih dahulu siswa diminta untuk membaca novel tersebut di rumah. Pada pertemuan berikutnya, guru hanya memberikan penggalan isi novel Lintang karya Nana Rina kepada siswa. Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk kelas XI semester 1 (terlampir).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI PENUTUP
Bab enam merupakan bab penutup laporan penelitian ini. Bab ini mencakup kesimpulan, implikasi, dan saran terhadap penelitian yang telah dilakukan dan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lain yang berkaitan dengan topik penelitian. A. Kesimpulan Sebuah karya sastra memiliki unsur pembangu n, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yang dianalisis dalam penelitian novel Lintang karya Nana Rina meliputi alur, tokoh, dan penokohan. Dari analisis alur dapat disimpulkan bahwa dalam novel ini terdapat tahap awal, tengah, dan akhir. Pada tahap awal banyak diceritakan latar belakang kehidupan tokoh utama, baik sisilah keluarganya dan juga latar belakang daerah asalnya. Sikap pilih kasih neneknya dan juga sifat keras ayahnya menimbulkan konflik batin tokoh utama semasa kecil. Pada masa remaja, hubungan cinta dengan Anggit menimbulkan konflik batin, antara memilih cinta atau cita -cita. Tahap awal diakhiri dengan kisah rumah tangga tokoh utama yang mulai tidak tenteram karena perselingkuhan yang dilakukan suaminya meski saat itu mer eka belum resmi menikah.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Tahap tengah dalam novel ini dimulai dengan perselingkuhan tokoh utama karena kurangnya kasih sayang dari suaminya yang mengakibatkan konflik batin berkepanjangan. Tahap akhir merupakan penyelesaian dari cerita. Cerita dalam novel ini berakhir ketika tokoh utama mendapatkan kembali perhatian dan kasih saya ng dari suaminya yang sejak lama ia perjuangkan. Novel Lintang karya Nana Rina ini terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel ini bernama Lintang, karena Lintang memiliki frekuensi keterlibatan lebih banyak dalam peristiwa pada novel ini dibanding dengan tokoh yang lain sehingga menjadi pusat perhatian pembaca. Tokoh tambahan yang kehadirannya sebagai penunjang adanya konflik batin tokoh utama dalam novel ini adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Do ktor Anggoro, dan Katriningsih. Dalam novel Lintang tokoh utama mengalami konflik batin yang disebabkan karena kurangnya rasa kasih sayang, rasa dicintai dan mencintai, rasa dihargai, dan juga kebutuhan akan aktualisasi diri. Sifat orang tuanya yang keras, ketidak mampuannya membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Dari aspek bahasa dapat diketahui bahwa bahasa yang digu nakan pengarang dalam novel ini mudah dipahami siswa. Dalam novel ini ada beberapa kosakata bahasa Jawa, tetapi ada catatan kaki dalam novel ini sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami kosakata Jawa tersebut. Dari aspek psikologis, novel ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
memiliki kesesuaian dengan tahap perkembangan siswa SMA. Tahap perkembang an siswa SMA pada umumnya sudah memasuki tahap generalisasi sehingga mereka dapat memahami masalah -masalah kehidupan dengan berusaha menganalisis fenomena yang ada dalam kehidupan nyata. Dari aspek latar belakang budaya, maka novel Lintang menghadirkan latar sosial budaya yang dikenal siswa, yaitu budaya Jawa. B. Implikasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi meningkatkan pemahaman pembaca dalam membaca karya sastra khususnya novel Lintang karya Nana Rina. Dengan penelitian ini pula diharapkan dapat berimplikasi terhadap pembelajaran di SMA, khususnya siswa dapat terbantu dalam menem ukan nilai-nilai budaya, kehidupan, dan nilai-nilai psikologis dari konflik batik batin sehingga lebih mudah dalam memahami novel ini. Gambaran cerita dalam novel Lintang sebenarnya merupakan cermin dari kenyataan hidup sehari-hari. Kurangnya perhatian, kasih sayang, dan rasa cinta dapat membuat seseorang mencari pelarian untuk mendapatkan perhatian dan rasa kasi h sayang yang dibutuhkannya. Akan tetapi, jika pelarian itu melanggar norma dalam masyarakat maka akan menimbulkan konflik. Melalui permasalahan yang disajikan dalam novel Lintang kiranya dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dalam diri setiap orang untuk selalu mempertimbangkan segala sesuatu yang diperbuatnya. Selain hal di atas, dalam dunia pendidikan nilai -nilai tentang kehidupan dapat diambil dari sikap tokoh utama yang tetap memperjuangkan cita -citanya dan tetap berpegang teguh pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
norma moral. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendidik siswa agar memiliki sikap hidup yang bertanggung jawab dan selalu berhati -hati dalam setiap melakukan perbuatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, novel Lintang karya Nana Rina dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA. Konflik batin tokoh yang ditemukan dalam penelitian ini, semoga dapat menjadi contoh untuk analisis konflik batin tokoh lain. Selain itu, dengan dianilisisnya konflik batin tokoh utama pada novel in i dapat memperkuat teori yang telah digunakan oleh peneliti. C. Saran Berdasarkan penelitian di atas, peneliti berharap novel Lintang dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan bahan pembelajaran bagi guru bahasa dan sastra Indonesia.
Sebagai bahan pembelajaran, novel Lintang sarat akan nilai-nilai
kehidupan, baik nilai pendidikan, nilai agama, atau nilai budaya. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat mengadakan penelitian yang berkaitan dengan ini tetapi dengan objek dan metode penelitian yang berbeda, misalnya penelitian dapat diarahkan pada pendekatan sosiologi sastra terhadap tokoh utama ataupun tokoh bawahan. Melalui pendekatan yang sama dapat diteliti juga apakah kejadian yang dihadirkan pengarang dalam novel Lintang benar-benar mencerminkan penggambaran kehidupan nyata .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra . Bandung: Sinar Baru. BNSP. 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta; BNSP. Deradjat, Zakiah. 1986. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Devy, Maria Bukit Shintawati. 2010. Konflik Batin Tokoh Dimas Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya Pembelajaran Sastra Di SMA . Skripsi. Yogyakarta: Universitas Dharma.
dalam Wiwik dalam Sanata
Dirgagunarsa, Singgih. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra:teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Goble, Frank. 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow . Yogyakarta: Kanisius. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra . Yogyakarta: Kanisius. Heerdjan, Soeharto. 1987. Apa Itu Kesehatan Jiwa. Jakarta: FKUI. Heru, Wijaya Santosa dan Wahyun ingtyas, Sri. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa . Surakarta: Yuma Pustaka. Indah, Fenty Nurhandayani. 2005. Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasi dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: Unive rsitas Sanata Dharma. Kutha Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Misiak, Henryk dan Sexton, Virginia Stault. 2005. Psikologi, Fenomenologi, Eksistensial dan Humanistik: suatu survei historis . Bandung: Rafika Aditama. Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Muslich, Mansur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia . Jakarta: Grasindo. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. ___________________. 2002. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. ___________________. 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak . Yogyakarta: Gajah Mada University Press. ___________________. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rina, Nana. 2012. Lintang: Perjalanan Getir Seorang Perempuan . Yogyakarta: Mara Pustaka. Sayuti, A. Suminto. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi . Yogyakarta: Gama Media. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi: Robert Stanton . Yogyakarta: Puataka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis . Yogyakarta: Hanindita. Wahyuningtyas, Sri dan Heru, Wijaya Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Wati, Linda. 2007. Konflik Batin Tokoh Midah dalam Novel Simanis bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer suatu Pendekatan Psikologis Sastra . Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Wiyatmi. 2006. Pengntar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
SILABUS 1 Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/1
Standar Kompetens
: Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan
Alokasi Waktu
: 4 X 45’
Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
Indikator Pencapaian Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan amanat) novel Indonesia Menemukan nilai-nilai (budaya, moral, agama, dll)
Materi Pokok Novel Indonesia Unsurunsur intrinsik (alur, tema, penokoha n, sudut pandang, latar dan amanat) dalam novel
Kegiatan Pembelajaran Membaca novel Indonesia Menganalisi s unsurunsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar dan
Penilaian Teknik Tugas kelompok Tugas kelompok ulangan Bentuk uraian bebas pilihan ganda jawaban singkat
Alokasi Waktu 4
Sumber Belajar Novel Lintang karya Nana Rina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
dalam novel Indonesia. Menemukan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang Mengaitkan nilai-nilai yang ditemukan dengan kehidupan sehari-hari. Menceritakan kembali isi novel Lintang karya Nana Rina menggunakan bahasa sendiri.
Lintang Unsur ekstrinsik dalam novel (nilai budaya , sosial, moral, dll) dalam novel Lintang
amanat) novel Indonesia dan terjemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P 7.2) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi
: : Bahasa Indonesia : X/I : 2 Jam Pelajaran (1 X Pertemuan) : Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan Kompetensi Dasar : 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ novel terjemahan Indikator : Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik (alut, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Lintang Menemukan nilai-nilai (budaya, moral, agama, dll) dalam novel Lintang Menemukan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang Mengaitkan nilai-nilai yang ditemukan dengan kehidupan sehari-hari Menceritakan kembali isi novel Lintang karya Nana Rina menggunakan bahasa sendir i A. Tujuan Pembelajaran: 1. Setelah membaca novel Lintang siswa mampu menemukan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel tersebut dengan tepat. 2. Setelah menemukan unsur intrinsik novel Lintang siswa mampu menemukan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel tersebut dengan tepat. 3. Setelah menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik, siswa mampu menemukan konflik batin tokoh utama pada novel Lintang. 4. Siswa mampu mengaitkan nilai-nilai yang ditemukan dalam novel Lintang dengan kehidupan sehari -hari. 5. Siswa mampu menceritakan kembali isi novel Lintang karya Nana Rina menggunakan bahasa sendiri. B. Materi Pembelajaran Novel atau roman merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan sisi -sisi kehidupan manusia. penciptaan novel dipengaruhi oleh latar belakang pengarang, lingkungan, dan kepribadian pengarang itu sendiri. Unsur -unsur pembangun novel dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan dan ekstrinsik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
1. Unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra Unsur intrinsik adalah unsur yang yang secara langsung membangun sebuah cerita. a. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami dan menyebabkan peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Dilihat dari segi fungsi dan peran, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra. Intensitas keterlibatan tokoh ini dalam peristiwa -peristiwa yang membangun cerita lebih banyak dibanding tokoh tambahan. 2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung cerita dan perwatakan tokoh utama. Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan ia hadir apabila ada kaitannya dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung. b. Alur Alur merupakan jalan cerita sebuah peristiwa yang berurutan dan saling berkaitan secara logis dan kronologis yang dihubungkan oleh adanya sebab akibat, yaitu peristiwa satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain, yang dilikakukan atau diakibatkan oleh para pelaku. Secara umum struktur alur terbagai menjadi tiga, yaitu awal, tengan dan akhir. c. Latar (setting) merupakan gambaran tempat, waktu dan suasana terjadinya peristiwa. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar waktu menunjukkan pada waktu, atau kapan peristiwa itu terjadi, sedangkan latar sosial berkaitan dengan kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu dalam cerita. d. Tema merupakan gagasan, ide, pikiran utam a, pokok pembicaraan, atau makna dalam sebuah cerita. Tema-tema yang dalam novel Indonesia, misalnya tema cinta tak sampai dalam novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dan Sitti Nurbaya karya Marah Rusli. e. Penokohohan atau perwatakan adalah pelukisan sikap, tingkah laku, perangai, atau dapat disebut juga watak tokoh dalam cerita. f. Amanat merupakan pesan ajaran moral yang akan disampaikan penulis karya sastra kepada pembaca. Amanat dapat disampaikan secara eksplisit dan implisit. g. Sudut pandangan merupakan cara memandang tokoh -tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Secara garis besar, sudut pandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu orang pertama gaya “aku” dan orang ketiga gaya “dia”. 2. Unsur-unsur ekstrinsik dalam karya sastra Unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar cerita yang membangun cerita. Yang termasuk unsur ekstrinsik adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
a. Nilai moral adalah pelajaran yang berkaitan dengan tindakan atau perbuatan baik dan buruk yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan menjadi dasar kehidupan manusia dan lingkungannya. b. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan cara berpikir, adat istiadat atau kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia dan lingkungannya. c. Nilai agama merupakan nilai yang berkaitan dengan aturan dan norma agama yang terdapat dalam sebuah karya sastra. d. Nilai politik berkaitan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara untuk meraih kekuasaan. e. Latar belakang pengarang mempengaruhi ha sil karya sastra yang dibuatnya . C. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya jawab 3. Penugasan D. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi waktu 1. Pendahuluan Orientasi Guru mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan untuk belajar. 5’ Motivasi Orang yang berjiwa besar adalah orang yang mau menyadari dan 2’ meminta maaf setelah apa yang telah diperbuat. Apersepsi Siapa yang sudah sering atau hobi mambaca novel? 5’ Tujuan Siswa mampu membedakan unsur -unsur intrinsik-ekstrinsik 3’ karya sastra dan menganali sis novel berdasarkan unsur intrinsik ekstrinsiknya. Mekanisme Diskusi tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Lintang Menyampaikan hasil diskusi 2. Kegiatan inti Eksplorasi 10’ a. Guru menanyakan tentang unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. 5’ b. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok (4 orang/ kelompok) Elaborasi 5’ a. Siswa mendapat sinopsis novel Lintang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
b. Siswa membaca sinopsis novel yang telah diterima. c. Siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel Lintang. 3. Penutup Kolaborasi a. Siswa bersama guru menyimpulkan unsur -unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Lintang. b. Siswa diminta mencari nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra sebagai bahan pertemuan berikutnya. Pertemuan ke-2 No.
Kegiatan Pembelajaran
4. Pendahuluan Orientasi Guru mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan untuk belajar. Motivasi Berpikir sebelum bertindak menghindarkan dari rasa penyesalan . Apersepsi Siapa yang memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik novel yang telah dibahas pertemuan yang lalu? Tujuan Siswa mampu menemukan nilai-nilai dan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang. Mekanisme Diskusi mengenai nilai-nilai dan konflik batin tokoh utama yang terdapat pada novel Lintang. Menyampaikan hasil diskusi Kegiatan inti 5. Eksplorasi a. Guru menanyakan tentang nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah karya sastra (novel). b. Guru meminta siswa untuk membe ntuk kelompok (kelompok pada pertemuan pertama) Elaborasi a. Siswa menganalisis nilai-nilai pendidikan, agama, dan sosial yang terdapat dalam novel Lintang. b. Siswa menganalisis konflik batin tokoh utama yang terdapat pada novel. c. Salah satu siswa menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas sedangkan siswa lain menanggapi. 6. Penutup
10’ 30’
10’ 5’
Alokasi waktu
5’ 5’
5’ 5’
5’
5’ 5’
15’ 20’ 15’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Kolaborasi c. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran yang dapat dipetik dari novel Lintang. d. Siswa diminta mencari novel terjemahan dan menganalisisnya.
5’ 5’
E. Alat/bahan/sumber belajar 1. Alat : Buku Paket 2. Bahan : Penggalan teks novel Lintang karya Nana Rina 3. Sumber belajar : Rina, Nana. 2012. Lintang: Perjalanan Getir Seorang Perempuan . Yogyakarta: Mara Pustaka. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Suryanto, Alex dan Agus Harya nta. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis. F. Penilaian 1. Penilaian Afektif No Aspek yang dinilai Skor 1 Keaktifan 4 : sangat baik 2 Minat belajar 3 : baik 3 Kesiapan menerima pelajaran 2 : cukup 4 Ketepatan mengerjakan tugas 1 : kurang 5 Etika/ sopan santun 2. Penilaian kognitif (Penilaian proses) Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! No Pertanyaan 1. Sebut dan jelaskan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Lintang! 2. Sebutkan dan jelaskan nilai -nilai apa saja yang dapat kita ambil dari novel Lintang yang telah kalian baca! 3. Tuliskanlah konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang. 4. Ceritakanlah kembali secara singkat novel Lintang karya Nana Rina menggunakan bahasamu sendiri dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jumlah Skor Penilaian :
Skor 30 25 25 20
100 Nilai : Skor yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Tindak Lanjut 1. Siswa diminta mencari contoh novel terjemahan kemudian menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel terjemahan tersebut. 2. Guru menggunakan materi pembelajaran sebagai bahan ulangan. Catatan Refleksi ................................................... ...................................................................................... ............................................................................................................................. ............
Kepala Sekolah,
…………………………
……….…………...,…………… Guru Mata Pelajaran,
………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Kunci Jawaban: 1. Unsur intrinsik karya sastra , yaitu unsur dari dalam atau yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri , seperti tema, tokoh, penokohan, alur, setting, dan juga amanat. 2. Unsur intrinsik dalam novel Lintang, yaitu: a. Tokoh dan penokohan pada novel Lintang 1) Tokoh utama: Lintang Lintang digambarkan sebagai orang islam namun tidak pernah menjalankan sholat, tetapi berjalannya waktu ia men jadi sosok manusia yang agamis. Cantik, anggun, dan pintar , merupakan gambaran fisiologis Lintang. Lintang merupakan anak tunggal yang berbakti da n dan sangat menyayangi ayahnya, selain itu dia memiliki sifat sabar dan tegas . 2) Tokoh tambahan a) Eyang Sulastri adalah nenek dari Lintang yang kurang memiliki sifat pilih kasih tetapi juga perhatian terhadap Lintang dalam hal mempelajari agama. b) Toto Wibowo, yang merupakan bapak dari Lintang . Tokoh bapak adalah anak kedua yang hanya tamatan sekolah teknik, hanya bekerja sebagai tukang reparasi barang-barang elektronik di pasar, dan memiliki sifat pekerja keras tetapi emosional . c) Roro Satiti adalah ibu tokoh utama yang memiliki sifat penyayang, sabar, perhatian, dan bijaksana. d) Aji Prayoga digambarkan sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang manis, memiliki sifat humoris , cerdas dan supel, taat beribadah, dan bertanggung jawab. Setelah menikah Aji digambarkan sebagai seorang suami yang tidak peduli terhadap istrinya . e) Wiwoho Anggit adalah seorang yang berperawakan tampan dan tinggi dan memiliki sikap hormat pada orang lain. Ia adalah seorang mahasiswa fakultas ekonomi yang memiliki kekay aan materi, jelas garis keturunan dan status sosialnya, tetapi berpikaran kolot dan memiliki ego yang tinggi. f) Utari digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang berpendidikan rendah dan orang yang merusak kebahagiaan rumah tangga Lintang. g) Doktor Anggoro Bekti Setiawan, digambarkan sebagai seorang berpangkat, ramah, supel, berwibawa, memiliki kharisma, taat beragama, dan mudah akrab dengan siapa saja. Dia adalah orang yang berselingkuh dengan Lintang, tetapi berani mengakui kesalahannya di hadapan suami Lintang. h) Tokoh Katriningasih digambarkan memiliki hubungan yang tidak baik dengan Lintang dan suka menggunjing teman sekantor. Katriningsih adalah seorang wanita yang dimadu dan memiliki banyak masalah sehingga harus minum obat untuk mmenenangkan diri . b. Alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Alur pada novel Lintang karya Nana Rina saling susul menyusul yang bersifat kronologis. Unsur alur pada novel ini sebagai berikut. 1) Tahap awal Pada tahap ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel , yaitu tokoh Lintang. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil, beranjak remaja, sampai akhirnya menikah. Konflik mengenai ketidak setiaan Aji pada Lintang mulai dimunculkan. 2) Tahap tengah Tahap tengah ditandai dengan konflik batin yang dialami oleh Lintang. Perselingkuhan Lintang dengan Anggoro merupakan akibat konflik batin tokoh utama yang tidak mendapatkan perhatian Aji sebagai suaminya. Pada tahap ini konflik mulai memuncak ketika Lintang sebagai tokoh utama mencoba untuk jujur kepada suaminya mengenai hubungannya dengan Anggoro. Kejujuran tokoh utama yang diperlihatkan dengan menyerahkan secarik kert as buram bertuliskan From Cilacap with Love, membuat suaminya marah. 3) Tahap akhir Tahap akhir atau selesaian pada novel ini ditunjukkan dengan suasana haru ketika akhirnya Lintang merasakan perhatian dari suaminya. “Bu, kamu sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga ini. Kamu telah menjadi bintang yang sesungguhnya,” adalah kata -kata suami Lintang yang menandakan bahwa Lintang mendapatkan perhatian dari suaminya kembali. c. Latar 1) Latar tempat novel Lintang menunjuk kota Yogyakarta, tepatnya rumah pendopo di Kota Gede. Selain itu latar tempat novel ini juga berada di panggung Gelanggang Mahasiswa UGM, vila daerah Kaliurang, rumah sakit Mangkuyudan Yogyakarta, Cilacap, dan Perumahan Nusa Wangi. 2) Latar waktu novel ini pada tahun 1965 -2006. 3) Latar sosial dalam novel ini menggam barkan lingkungan kehidupan masyarakat Jawa keluarga juragan batik yang sudah bangkrut dan baragama islam, tetapi tidak pernah menjalankan ibadah. Di sisi lain, ditunjukkan latar sosial yang berbeda yaitu dari keluarga beragama islam yang taat beribadah. Latar sosial keluarga yang taat beragama juga diperlihatkan pada keluarga tokoh utama setelah menikah . d. Tema Tema novel Lintang Nana Rina ini adalah perjuangan dan ketegaran seorang wanita dalam menghadapi berbagai masalah hidupnya. e. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Lintang, yaitu janganlah menyianyiakan keluarga karena keluarga adalah harta paling berharga dan harus dijaga walau banyak masalah yang harus dihadapi. 3. Unsur ekstrinsik dalam novel Lintang, yaitu: a. Nilai moral berkaitan dengan novel Lintang, yaitu seseorang yang melakukan kesalahan dan tindakannya bertentangan dengan norma yang berlaku di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
masyarakat akan berhadapan dengan gunjingan masyarakat. Lintang yang telah bersuami tetapi menjalin hubungan dengan Anggoro harus mendengar gunjingan teman-teman sekantornya. Nilai moral yang juga ada dalam novel ini, yaitu tidak jangan mencari kesenangan semata jika ingin menyeleseikan masalah . Rasa kasih sayang dalam sebuah keluarga sangatlah penting. b. Nilai budaya yang terdapat dalam novel ini yaitu masih adanya pemikiran bahwa seorang wanita harus berpendidikan lebih rendah dari seorang laki -laki. c. Nilai agama dalam novel ini, yaitu seorang yang beragama harus melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan iman kepercayaannya. Dalam segala situasi seseorang harus berserah kepada Tuhan dan bertobat setelah menyadari segala kesalahannya. Inilah yang dilakukan oleh Lintang, ia bertobat dan menekuni agamanya setelah menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. Lintang berserah kepada Tuhan atas apa yang menimpa keluarganya. 4. Ringkasan novel Lintang Lintang adalah seorang gadis cantik, lincah menari, dan pandai. Orang tuanya menaruh harapan besar kepadanya, yaitu menj adi orang yang dapat membanggakan dan menjunjung kehormatan orang tua. Masa remaja dilaluinya dengan bahagia ketika ia menjalin hubungan dengan Anggit. Akan tetapi kebahagiaan tersebut hanya sementara karena ia harus memilih antara cita -cita dan cinta dan akhirnya ia memilih menggapai cita-citanya menjadi seorang insinyur. Dalam perjalanannya menempuh studi, Lintang menjalin hubungan dengan Aji Prayogo. Kekecewaan dirasakan orang tua Lintang ketika mengetahui kehamilannya bersama Aji meskipun akhirnya mereka menikah. Kehidupan rumah tangganya bersama Aji penuh dengan masalah. Setelah menikah, Aji tidak lagi memperhatikan istri dan keluarganya. Kurangnya kasih sayang dan perhatian suami membuat Lintang terjerumus dalam perselingkuhan dengan Anggoro. Perselingkuhan ini membawa Lintang pada tekanan batin yang berkepanjangan hingga membuatnya stres. Penyesalan yang mendalam pada diri Lintang membawanya pada sebuah pertobatan. Ia semakin mendalami ilmu agama. Ketegaran dan kesabarannya dalam menghadapi masalah membuatnya me ndapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
SINOPSIS NOVEL LINTANG Karya Nana Rina Lintang Sumunar adalah seorang gadis cantik, lincah menari, dan pandai. Nama yang diberikan oleh orang tuanya itu merupakan harapan untuknya ketika besar nanti, yaitu menjadi seperti bintang yang menyinari tanpa pamrih, menjadi penerang bagi keluarganya kelak setelah ia m enikah nanti. Ia hanya seorang anak tukang reparasi barang-barang elektronik, sedangkan ibunya bekerja staf tata usaha di UGM. Keluarga Lintang tinggal di sebuah pendopo, di Kota Gede Yogyakarta. Masa anakanak dilaluinya dengan kurang bahagia. Eyang Sulastri, neneknya bersikap pilih kasih, sedangkan teman-temannya sering mengejeknya karena ia tidak bisa mengaji dan sholat. Dalam keluarganya, Lintang merupakan anak tunggal. Terkadang luapan kasih sayang dari bapak dan ibunya ia rasakan, namun tak jarang pu la ia menjadi pelampiasan amarah kedua orang tuanya. Bapak bertabiat keras. Pernah suatu kali karena marah, ayahnya mengapit tubuhnya kemudia membekap mulutnya. Seperti orang kalap, Lintang diseret ayahnya ke kamar tidur. Pisau yang diambil ayahnya dari atas lemari dacungkan tepat di mukanya. Seketika itu, tubuh Lintang gemetar dan tangisnya tertahan. Saat-saat menyenangkan semasa kecil ia dapatka ketika berlatih menari, baik di sekolah maupun di kampung. Masa remaja Lintang dilalui dengan bahagia ketika ia menjalin hubungan dengan Anggit. Akan tetapi kebahagiaan tersebut hanya sementara karena ia harus memilih antara cita-cita dan cinta dan akhirnya ia memilih menggapai cita -citanya menjadi seorang insinyur. Berpisah dengan Anggit membuat ia sangat sedih, n amun kesibukannya kuliah di UGM membuat ia dapat melupakan Anggit. Agus dan Syukur merupakan teman kuliah yang menyukai Lintang, namun Lintang sama sekali tidak tertarik kepada keduanya. Atas usulan ayahnya, ia bersandiwara telah bertunangan dengan Aji seorang pemuda yang berasal dari Jepara dan kuliah di kedokteran yang juga pernah menyukainya untuk menghindari Agus dan Syukur. Berjalannya waktu, mereka benar-benar menjalin hubungan, sampai pada akhirnta Lintang hamil. Kehamilan Lintang membuat kaget dan m arah kedua orang tuanya, namun Aji mau bertanggung jawab dan menikahinya. Kehidupan pernikahan Lintang dan Aji tidak semulus yang dibayangkan. Di belakang Lintang sebelum mereka menikah, ternyata Aji pernah berselingkuh dengan Utari. Kekecewaan dirasakan L intang ketika mengetahui hal tersebut. Lintang akhirnya menerima perbuatan suaminya karena ia mengingat Anti, buah cintanya dengan Aji. Ia bertekad untuk segera menyelesaikan kuliahnya dan segera bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Akhirnya ia lulus kuliah dan bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian DIY. Beberapa tahun kemudian, suaminya diangkat menjadi pegawai di Rumah Sakit Dokter Sardjito dan setelah itu ia pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
diangkat menjadi pegawai negeri di Dinas Pertanian DIY. Perekonomian keluarga mereka mulai membaik. Kehidupan rumah tangganya bersama Aji penuh dengan masalah. Setelah menikah, Aji tidak lagi memperhatikan istri dan keluarganya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa kali Lintang menunjukkan sikap memberontak kepada suaminya dengan merokok, namun suaminya tetap saja cuek dengan apa yang diperbuatnya. Kurangnya kasih sayang dan perhatian suami membuat Lintang terjerumus dalam perselingkuhan dengan Anggoro. Kasih sayang dan perhatian yang didambakannya ternyata dia dapatkan dari sosok Anggoro, seorang laki -laki yang ditemuinya ketika mengikuti pelatihan AMDAL di Cilacap. Hubungan yang tidak semestinya ini terus berlanjut meskipun tugas di Cilacap telah selesai. Akibat dari hubungan ini, teman-teman sekantornya banyak yang menggunjing dan menjauhinya. Suatu waktu Anggoro mengajaknya untuk istirahat di Kali Urang. Pada saat itulah muncul bayangan ibu, bapak, suami, dan anak -anaknya dengan wajah yang sedih dengan apa yang dilakukannya. Seketika itu ia meninggalkan Anggoro. Ia m erasa bersalah kepada keluarganya. Perisriwa perselingkuhan Lintang dengan Anggoro menimbulkan tekanan batin yang berkepanjangan hingga membuatnya stres. Lintang ingin sekali berterus terang kepada suaminya sehingga ia dapat hidup tenteram, namun perasaa n takut akan diceraikan suaminya membayanginya. Ia tak berani mengatakan beban dalam pikirannya kepada suaminya, akhirnya ia menceritakan peristiwa perselingkuhannya kepada ibunya. Terkejut dan tak percaya disarasakan ibunya, namun dengan penuh pengertian sang ibu memahami beban berat yang dialami anaknya . Aji yang merasakan perubahan pada istrinya akhirnya mengetahui juga perbuatan istrinya. Lintang akhirnya berterus terang kepada suaminya. Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Aji berniat meminta Anggoro untuk menikahi Lintang, namun Lintang menolak dan menyatakan bahwa ia benar -benar menyesali perbuatannya dan sangat mencintai Aji. Setelah mengetahui perbuatan istrinya, Aji tampak bersikap dingin karena kecewa dan terpukul atas kejadian it u. Masalah ini berakhir ketika Anggoro datang ke rumah dan meminta maaf kepada Lintang dan Aji. Penyesalan yang mendalam pada diri Lintang membawanya pada sebuah pertobatan. Ia semakin mendalami ilmu agama dan semakin taat menjalankan ibadah . Aji kini sibuk dengan bisnis-bisnisnya. Tanpa sepengetahuan Lintang, Aji telah mendaftarkannya pada sebuah bisnis penjualan obat -obatan sehingga mau tak mau ia harus berkecimpung dalam bisnis tersebut. Tanpa disangka -sangka, semua bisnis yang dijalankan suaminya menga lami kebangkrutan. Ini membuat Lintang emosi d an tanpa ia sadari kata-kata cerai pun ia lontarkan, namun itu hanya emosi sesaat Lintang. Ketegaran dan kesabarannya dalam menghadapi masalah membuatnya mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suam inya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
BIOGRAFI PENULIS
Siti Sudarti lahir di Kendal pada tanggal 18 September 1983. Memulai
pendidikan
formal
di
SD
Tamanrejo
2
dan
diselesaikannya pada tahun 1996. Setelah lulus , ia melanjutkan di SLTP N 1 Boja dan pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Boja. Ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Katolik Soegijapranata di Bawen mengambil jurusan PGSD. Setelah menyelesaikan pendidikan di UNIKA Soegijapranata, ia mengajar di SDK Santo Petrus Tuban. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan kembali di Universitas Sanata D harma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendid ikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah dan lulus pada tahun 2012.