KONDISI OSEANOGRAFI DAN PEMODELAN HIDRODINAMIKA DI PERAIRAN GORONTALO Hadi Sofyan1, Nia Naelul Hasanah1 , Semeidi Husrin1, Try Al Tanto1dan Herlina Widyastuti2 1
Peneliti pada Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP Jl. Raya Padang-Painan Km.16, Teluk Bungus Padang Sumatera Barat Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected];
[email protected] 2 Mahasiswa Institut Teknologi Bandung jurusan Oseanografi Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Jawa Barat Email:
[email protected]
ABSTRAK
Di Gorontalo terdapat situs penyelaman yang sangat potensial yaitu Japanese Cargo Shipwreck, yang merupakan kapal kargo Jepang yang tenggelam pada masa Perang Dunia II dan tenggelam di kedalaman 40 meter. Pada makalah ini akan dipaparkan karakteristik oseanografi dan pemodelan hidrodinamika perairan Gorontalo untuk menunjang pengembangan situs penyelaman tersebut. Studi lapangan dilaksanakan 7 Mei sampai 17 Juni 2014 untuk mendapatkan data-data primer seperti data batimetri, pasang surut, dan penyelaman langsung melihat kondisi terkini Japanese Cargo Shipwreck. Setelah didapatkan data yang dibutuhkan maka data tersebut akan menjadi data input dan alat validasi untuk pemodelan hidrodinamika dengan software Mike21. Berdasarkan data arus dan pasang surut yang diperoleh dari ADCP maka tingkat validasi antara pemodelan dan pengukuran cukup akurat yaitu 92%. Maka dengan hasil tersebut, pemodelan sudah bisa mewakili kondisi perairan di Gorontalo. Hasil pengolahan data yang diperoleh dari program Mike21 memperlihatkan adanya fenomena arus di Gorontalo yaitu arus pasang surut sejajar pantai. Lebih rinci lagi, pengamatan dititikberatkan pada saat spring tide dimana pola perubahan arus akibat pasang surut memegang peranan penting dalam hidrodinamika di perairan. Fenomena hidrodinamika yang terjadi di Gorontalo inilah yang menjelaskan keberlangsungan situs Japanese Cargo Shipwreck di masa yang akan datang.
Kata Kunci : MIKE21, Japanese cargo shipwreck, spring tide, Gorontalo
Pendahuluan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1/2014 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang merupakan konsep pembangunan berkelanjutan kelautan Indonesia, sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil yang mengamanatkan perlunya identifikasi potensi dan kerentanan terkait dengan keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya di pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dapat mendukung program konservasi kelautan nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan melihat UU Nomor 11/2010 tentang Perlindungan Warisan Budaya, dan dengan memperhatikan prioritas dan arah pembangunan kelautan di Indonesia, maka Lembaga Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kelautan dan Perikanan melihat kebutuhan untuk melakukan penelitian tentang situs sejaraharkeologi berharga kapal yang tenggelam di Provinsi Gorontalo yang dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Kelautan dan tujuan wisata bahari, serta analisis potensi kerentanan untuk perubahan fisik lingkungan sekitarnya dan ancaman gangguan manusia. Gorontalo, salah satu provinsi termuda di Indonesia dengan dijuluki "The Hidden Paradise", memiliki laut yang nyata dan sumber daya pesisir yang potensial untuk dikembangkan. Selain beras, kelapa, dan budidaya jagung, Gorontalo juga mengekspor tuna dan budidaya rumput laut. Namun, potensi lain yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah kekayaan dan keindahan alam bawah laut Gorontalo. Meskipun terletak di sepanjang khatulistiwa dan disebut sebagai "Surga di
Khatulistiwa", Gorontalo adalah pusat nyata bagi keanekaragaman hayati laut dengan banyak spesies yang berbeda. Pada saat ini pemerintah daerah Gorontalo mulai mengembangkan sejumlah titik lokasi di pulau kecil dan wilayah pesisir pantaiuntuk menyelam dan wisata bahari seperti desa wisata Desa Olele, Traffic Jam Diving Spot, dan Pulau Bitila. Sementara itu, tidak jauh dari pusat kota, ada lokasi titik tenggelamnya kapal Jepang selama Perang Dunia II, yang menurut Fadel Muhammad, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, jika berkembang dengan baik di masa depan situs kapal karam ini dapat menjadi tempat menyelam kelas dunia (Allen, 2006). Untuk mendukung terciptanya situs penyelaman kelas dunia di Gorontalo ini maka kondisi oseanografi di perairan Gorontalo harus diketahui dengan baik pula. Karena itulah, salah satu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pendataan dan survey mengenai kondisi oseanografi di perairan Gorontalo. Ruang Lingkup dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Leato, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Posisinya terletak pada perairan Gorontalo (Gambar 1).
Gambar 1 Lokasi Penelitian di Perairan Gorontalo
Penelitian multidisiplin ini dilakukan untuk memperoleh data dan profil lengkap dari situs kapal karam dan lingkungannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan warisan budaya bawah air, ekosistem laut, dan juga untuk mendokumentasikan situs kapal karam yang ada sebelum hancur dan hilang karena proses alam dan aktivitas manusia. Para ahli yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari berbagai keahlian dan disiplin ilmu, yaitu arkeolog maritim, ahli kelautan fisik, ahli geologi kelautan, ahli kelautan dan perikanan, spesialis manajemen sumber daya pesisir, spesialis GIS, spesialis wisata bahari, ahli geodesi, spesialis konstruksi bawah air, ahli ekosistem laut, dan fotografer bawah air. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah kamera, singlebeam echosounder, fishfinder, sedimen trap, multiparameter instrument TOA,Valeport Tide Master, GPS, kompas, botolsampel, botolNansen, pita ukur 100 meter m, dan peralatan menyelam. Kegiatan penelitian meliputi studi literatur dan pengumpulan data sekunder berupa: data arsip dari kapal karam dan budaya maritim tetap di daerah setempat, data lokal historis, data meteorologi dan klimatologi, data biofisik daerah termasuk keanekaragaman hayati dan ekosistem, sosial-ekonomi dan aspek budaya masyarakat setempat, pemerintah pusat dan/atau kebijakan pemerintah daerah; data oseanografi, data kualitas air, daerah geografis data, serta peta dasar seperti peta tematik dan peta batimetri dan Rencana Tata Ruang Provinsi Gorontalo; pra-survey (Mei); koordinasi dengan instansi terkait; konsultasi dengan ahli dari universitas dan ahli konstruksi bawah air; dan survei lapangan (Juni dan September). Kegiatan survei lapangan termasuk menyelam di tempat kapal karam untuk mengambil dokumentasi lengkap dengan foto dan video, instalasi dan pengambilansediment trap di situs kapal
karam dan di mulut sungai; batimetri / topografi survei bawah air (500 x 500 m) di sekitar lokasi tenggelamnya kapal; pengukuran hidro-oseanografi (gelombang / arus, cuaca, pasang surut); pengambilan sampel air di permukaan dan di kedalaman (10, 20, 30, dan kedalaman 40 m); pengukuran kualitas air laut in-situ di 14 stasiun yang terdiri dari parameter fisik (suhu, salinitas, pH), parameter kimia (nitrat, nitrit, amonia, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Dissolved Oxygen(DO), dan lainlain), kualitas air (brightness), pengamatan ekosistem dan profil pesisir, pengamatan terumbu karang dan kondisi kehidupan laut, pengamatan posisi sungai dan sungai debit air untuk memeriksa sedimentasi, wawancara dengan penduduk dan lembaga setempat tentang latar belakang historis dari situs kapal karam; pengolahan data dan analisis batimetri, analisis data dan pemodelan hidrodinamika (gelombang, arus, dan pasang), analisis tingkat sedimentasi, analisis kualitas air, analisis GIS, sketsa kapal karam, dan membuat fotogrametri dan videogrametry situs kapal karam Jepang . Pada makalah ini akan dibatasi hanya untuk pembahasan kondisi oseanografi dan pemodelan hidrodinamika di Perairan Gorontalo yang mendukung kegiatan penelitian situs Japanese cargo shipwreck. Pemodelan Hidrodinamika di Perairan Gorontalo ini menggunakan bantuan software MIKE 21 yangmerupakan program pemodelanperairan yang dapat diaplikasikan untuk simulasi hidrodinamika dalam dua dimensi. Pada pengolahan data kali ini, data diperoleh dari GEBCO dan kemudian diolah dengan global mapper (Gambar 2). Selanjutnya data olahan global mapper berupa data batimetri dan garis pantai diplot menggunakan MIKE 21 (Gambar 3).
Setelah itu masukkan data kemudian interpolasi nilainya terlihat seperti pada Gambar 5.
batimetri sehingga
Gambar 1. Data garis pantai hasil olahan dari global mapper Gambar 5. Hasil interpolasi Selanjutnya titik-titik boundary diolah menggunakan NAOTIDEsehingga dihasilkan data prediksi pasang surut (Gambar 6).Output dari NAOTIDE bias dilihat pada Tabel 1.
Gambar 2. Data garis pantai yang telah diinput ke MIKE 21 Setelah data garis pantai di buka pada MIKE 21, selanjutnya kita harus menutup pulau, dengan menghilangkan titik biru. Setelah pulau tertutup maka dibuat mesh boundary yaitu garis yang membatasi wilayah simulasi. Setiap garis pembatas didefinisikan sebagai boundary condition. Bagian dalam pulau diberikan tanda poligon agar tidak masuk dalam wilayah simulasi. Selanjutnya data di triangulate untuk membentuk mesh(Gambar 4).
Gambar 4. Mesh boundary atau daerah pemodelan
Gambar 6. Model input dan output NAOTIDE Tabel 1. Hasil Output NAOTIDE
Hasil boundary condition ini kemudian diplot ke dalam time series MIKE 21 (Gambar 7).
Gambar 7. Time series pasang surut dari hasil NAO Tide Selanjutnya simulasi dibuat dengan Flow Model FM (.m21fm) pada MIKE 21. Atur mesh, batimetri, waktu,dan time series kemudian simulasi dapat dimulai. Analisis data pasang surut perairan Gorontalo dilakukan untuk mengetahui perubahan muka air akibat gaya gravitasi antara bumi dan bulan atau matahari. Pengukuran dilakukan secara otomatis dengan Valeport Tide Master(Gambar 8). Pengukuran berlangsung selama 40 hari atau antara 7 mei 2014 pukul 19.15 WITA hingga 17 Juni 2014 pukul 11.00 WITA. Pengukuran dilakukan setiap 15 menit selama selang waktu 40 hari tersebut. Lokasi pengukuran berada di dermaga penyeberangan kapal ferry Gorontalo, tepatnya di koordinat 00° 29,813 LU dan 123° 04,283 BT.
Gambar 8. Valeport Tide Masterdan lokasi pemasangannya di perairan Gorontalo Hasil dan Pembahasan Kondisi Lingkungan Laut Kedalaman rata-rata di lokasi situs kapal karam adalah 25 m dan kedalaman maksimum adalah 51 m. Visibilitas horisontal rata-rata adalah 15-20 m, visibilitas vertikal rata-rata adalah 15 m. Suhu air minimum adalah 24°C dan suhu air maksimum adalah 30°C. Kontur dasar perairan berbentuk lereng curam sedangkan komposisi dasar perairan adalah lumpur, terumbu karang, dan batu. Menyelam di daerah ini musiman, sangat menantang selama Mei-Oktober karena angin yang bertiup dari Selatan menghasilkan gelombang tinggi, tetapi di bulan NovemberApril laut cenderung tenang dan sangat menyenangkan. Untuk pengukuran kualitas air, yang terdiri dari enam parameter yaitu suhu, salinitas, kekeruhan, DO, pH, dan konduktivitas diukur langsung dengan menggunakan water multiparameter TOA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, perairan Gorontalo memiliki kualitas air yang sangat baik. Bentuk dasar laut adalah lereng dengan sudut dasar laut adalah 20⁰. Arus maksimum di situs kapal karam
0.5 knot dan tinggi gelombang 0,5 m pada saat survei. Kondisi Oseanografi Perairan Gorontalo sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Ini, dapat dilihat dari jumlah tempat menyelam di kota Gorontalo. Namun, karakteristik oseanografi di daerah ini banyak yang belum diteliti. Terkait dengan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir pada potensi kerentanan situs kapal karam di Provinsi Gorontalo, studi oseanografi mutlak diperlukan untuk menyediakan data untuk mendukung penelitian di situs eksisting. Terletak di timur laut Teluk Tomini, keanekaragaman hayati bawah laut perairan Gorontalo sangat kaya dan terkenal. Perairan Gorontalo kaya nutrisi terkait dengan sirkulasi air (arus) di Teluk Tomini yang dipengaruhi oleh lautan sekitarnya seperti Laut Maluku dan Laut Sulawesi. Investigasi pada karakteristik oseanografi (yaitu pasang surut dan arus) di daerah dilakukan pengukuran pasang surut dan simulasi numerik hidrodinamika menggunakan MIKE21 dari DHI. 0.8 98.6% akurasi 98.6% represented
0.6
Elevation (m)
0.4 0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 04/05
data prediction 09/05
14/05
19/05 24/05 29/05 03/06 Days in May/June 2014
08/06
13/06
18/06
Gambar. 9. Data dan Prediksi Tides di Gorontalo Waters
Tabel 2 KonstituenPasang Surut Perairan Gorontalo Konstituen Pasang Surut
Frekuensi (cph)
Amplitudo (m)
Phase (deg)
Q1
0.0372185
0.0258
245.94
O1
0.0387307
0.1125
255.27
NO1
0.0402686
0.0131
225.54
K1
0.0417807
0.1969
250.77
J1
0.0432929
0.0101
293.89
N2
0.0789992
0.0272
74.33
M2
0.0805114
0.2316
112.57
L2
0.0820236
0.013
124.25
S2
0.0833333
0.1473
171.07
MK3
0.1222921
0.0127
330.59
M4
0.1610228
0.0126
335.47
MS4
0.1638447
0.0102
17.19
Data pasang surut yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan "metode Leastsquared" T-Tide (Pawlowicz et al., 2002) untuk memperoleh konstituen pasang surut dan untuk menentukan karakteristik lain dari arus di wilayah tersebut. Gelombang di perairan Gorontalo Mixed Predominantly Semi Diurnal atau memiliki 2 kali pasang tinggi dan rendah dalam satu hari dengan besaran yang berbeda. Pasut dominan ditunjukkan pada Tabel 1 Konstituen dari O1, K1, M2 dan S2 adalah konstituen pasang surut utama yang mewakili lebih dari 80% dari sinyal pasang surut yang diukur. Berdasarkan konstituen yang didapat, prediksi pasang surut di wilayah ini dapat dilakukan seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Prediksi pasang surut yang diwakili memiliki keakuratan data 92% dari data yang diukur. Data dari pengukuran pasang surut digunakan untuk validasi simulasi hidrodinamika perairan Gorontalo menggunakan Mike21 dari DHI. Simulasi dilakukan selama 40 hari atau sama dengan
durasi dan waktu pengukuran pasang surut. Pasang surut untuk kondisi batas model diambil dari sistem prediksi pasang surut NAO.99b (Matsutomo et al., 2000). Model domain mencakup perairan Gorontalo (Gambar.4). Data batimetri diambil dari GEBCO (www.gebco.net). Gambar. 10 menunjukkan simulasi arus di perairan Gorontalo tanpa angin. Di sekitar lokasi kapal karam, arus dekat pantai lebih kuat dari lepas pantai saat ini karena fakta bahwa batimetri di daerah memiliki kemiringan yang curam (Gambar. 11) dan geometri dari pantai menyebabkan gradien elevasi yang curam di daerah ini. Sirkulasi arus yang kuat di sekitar kapal karam mungkin telah memberikan pertukaran nutrisi yang lebih baik di daerah di mana bahan (nutrisi) dari muara sungai di Utara-timur diangkut ke Tenggara (menuju lokasi kapal karam) dan kembali lagi. Kecepatan arus maksimum disimulasikan dalam model adalah 0.74 m/s. Arus yang kuat di daerah ini dapat mengancam keberadaan kapal karam untuk meluncur ke dalam perairan yang lebih dalam karena terletak di lereng sangat curam seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Secara umum, hasil pengukuran batimetri menunjukkan kondisi batimetri yang cukup curam dan hanya dalam jarak kurang dari 500 m dari pantai. Bahkan pada jarak sekitar 100 m dari muara sungai, kedalaman laut bisa mencapai lebih dari 200 m. lokasi 0.2 m/s
Sebelum Pasang pasang purnama
0.5 m/s
pasang purnama
0.5 m/s
0.5 m/s
Sebelum Surut purnama
Surut purnama
Gambar.10. Simulasi Arus di Perairan Gorontalo selama spring tide.
daratan
lokasi
Depth (m)
Gambar. 11 Kondisi batimetri 3D di Situs Japanese Cargo Shipwreck Kualitas Air Laut
Gambar. 12. Pengukuran Stasiun Kualitas Air Laut Sampling di Permukaan dan Kedalaman Tertentu sekitar Situs Kapal Karam Pengukuran kualitas air laut dilakukan pada 14 titik stasiun seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 12. Pengukuran kualitas air laut pada kedalaman tertentu perairan Gorontalo dilakukan 2 kali, dengan menggunakan alat ukur water multiparameterTOA. Data kualitas air Perairan Gorontalo diperoleh dengan pengukuran langsung (in-situ) dan pengukuran air laut dari sampel air laut yang diambil. Pengukuran in-situ dilakukan di permukaan, sedangkan pengambilan sampel air laut dilakukan pada kedalaman 10-40 m. Dari Tabel 3, tampak bahwa perbedaan yang
signifikan hanya terlihat pada titik pengukuran di stasiun 4 (4-1 dan 4-2). Ini jelas menunjukkan seberapa tinggi pengaruh masuknya air tawar ke laut dari sungai. Suhu di permukaan tampaknya beberapa derajat lebih dingin. Kekeruhan jauh lebih tinggi dari poin lain sementara salinitas dan konduktivitas jauh lebih rendah. Kualitas perairan Gorontalo digambarkan dalam grafik (Gambar.13 dan Gambar.14). Dengan demikian, kondisi umum air laut di Gorontalo dikategorikan baik ketika mengacu pada baku mutuair laut untuk wisata bahari dan biota laut sesuai dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51/2004. Hasil ini juga menunjukkan bahwa keberadaan Sungai Bone dan materialnya belum secara signifikan memberikan dampak negatif pada kondisi air laut di mana kapal karam berada. Namun, pemodelan saat sirkulasi air di daerah ini perlu dilakukan terutama dalam dua musim yang berbeda untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya pada rentang waktu tertentu.
Tabel3. Kualitas Air di Permukaan Parameter Fisik Stasiun Suhu(°C) St 1 St 2 St 3 St 4-1 St 4-2 St 5 St 6 St 7 St 8 St 9 St 10 St 11 St 12 St 13 St 14
29.9 29.9 29.8 27.6 26.4 29.2 29.6 29.5 29.7 29.5 29.2 29.2 29.4 28.9 30.3
Baku Mutu Air untuk Wisata bahari
Alami (perubahan sampai 2°C)
Baku Mutu Air untuk Biota Laut
Alami (perubahan sampai 2°C); Coral, Seagrass: 2830°C; Mangrove: 28-32°C
Turbiditas (NTU) 6.6 4.88 1.1 10 12.1 3.6 3.9 2.8 0.9 0 0.2 1.1 0.2 2.9 19.6
Parameter Kimia pH 8.16 8.19 8.17 8 7.92 8.12 8.17 8.18 8.19 8.18 8.18 8.16 8.16 8.18 8.18
5 NTU
6.5-8.5 (perubahan < 0.2 unit pH)
< 5 NTU
7-8.5 (perubahan < 0.2 unit pH)
Salinitas (‰) 29.5 32.9 31 15 14.6 25.2 28.5 32.4 33.8 33.3 30.6 28.7 29.9 28.5 32.1 Alami (perubahan < 5% salinitas rata-rata musiman) Alami (perubahan < 5% salinitas rata-rata musiman); Coral, Seagrass: 33-34‰; Mangrove: sampai 34‰
Konduktifitas (mS/cm) 4.63 3.19 4.6 1.02 0.29 3.89 4.34 4.82 5.02 4.95 4.61 4.23 4.46 4.35 4.59
DO(mg/L)
ᵟt
4.98 4.81 5.24 5.24 5.32 5.03 5.29 5.18 5.33 5.97 5.28 5.2 5.14 5.16 5.43
20.2 20.1 19.1 1.27 0 15.2 16.3 19.7 20.9 20.6 18.7 17 17.6 13.7 19.6
-
> 5 mg/l
-
-
> 5 mg/l
-
Tabel4. Kualitas Air di Kedalaman Tertentu Parameter Fisik
Parameter Kimia
Suhu(°C)
Turbi ditas (NTU)
pH
Salinitas (‰)
Konduktifitas (mS/cm)
DO(mg/L)
ᵟt
st 1-0 m
-
4.4
8.14
32.2
4.87
5.5
20.8
st 1-10 m
-
0
8.13
29.6
4.51
5.49
18.6
st 1-20 m
-
0
8.14
31
4.69
5.82
19.7
st 1-30 m
-
0
8.14
32.7
4.94
5.59
21
st 1-40 m
-
0
8.04
32.7
4.94
5.33
21.2
St 2-0 m
-
3.7
8.13
32.5
4.92
5.49
20.9
St 2-10 m
-
0
8.15
32.6
4.95
5.53
21.3
St 3-10 m
-
2.7
8.18
32.4
4.9
5.47
20.9
St 4-10m
-
3.4
8.18
32.6
4.93
5.48
21.1
St 5-10 m
-
3.8
8.19
32.9
4.97
5.51
21.3
St 6-10 m
-
0
8.2
33
4.99
5.56
21.5
St 7-10 m
-
1.9
8.18
32.2
4.9
5.53
20.9
St 8-10 m
-
0
8.21
32.8
4.95
5.47
21.2
St 9-10 m
-
1.5
8.2
31.8
4.85
5.61
20.8
St 10-10 m
-
0
8.2
32.6
4.96
5.6
21.5
St 11-10 m
-
1.2
8.19
32.5
4.94
5.43
21.3
St 12-10m
-
0.9
8.19
32.6
4.95
5.62
21.3
St 13-10 m
-
2.6
8.25
32.4
4.91
5.47
21.1
St 14-10 m
-
2.4
8.19
32.4
4.92
5.55
21.2
-
> 5 mg/l
-
-
> 5 mg/l
-
Stasiun
Baku Mutu Air untuk Wisata bahari
Alami (perubahan sampai 2°C)
5 NTU
6.5-8.5 (perubahan < 0.2 unit pH)
Baku Mutu Air untuk Biota Laut
Alami (perubahan sampai 2°C); Coral, Seagrass: 28-30°C; Mangrove: 28-32°C
<5 NTU
7-8.5 (perubahan < 0.2 unit pH)
Alami (perubah an < 5% salinitas rata-rata musiman) Alami (perubah an < 5% salinitas rata-rata musiman) ; Coral, Seagrass: 33-34‰; Mangrov e: sampai 34‰
Gambar. 13. GrafikKualitas Air di Permukaan
Gambar. 14. Grafik Kualitas Air di Kedalaman Tertentu
Kesimpulan Pasang surut di perairan Gorontalo adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda dengan tinggi 1,3 m. Kondisi air laut di kota Gorontalo dalam kondisi baik dan untuk memenuhi standar kualitas air laut yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia. Kondisi batimetri di mana terletak Japanese cargo shipwreckmerupakan daerah dengankerentanan yang tinggi terhadap gravitasi yang dapat menyebabkan kapal karam akan tergelincir ke perairan yang lebih dalam. Pemodelan hidrodinamika diperlukan
untuk melihat efek dari sirkulasi arus dan gelombang di perairan sekitar bangkai kapal. Perlindungan hukum harus segera dilakukan, sementara pemerintah pusat dan daerah harus mulai mempersiapkan upaya pelestarian situs untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat lokal dan masyarakat umum dapat terlibat untuk berpartisipasi dalam melestarikan dan memantau situs kapal karam untuk melindunginya dari kerusakan baik oleh faktor manusia dan alam. Regulasi wisata bahari dan menyelamdi lokasi ini harus disiapkan sesegera mungkin oleh pemerintah daerah.
Daftar Pustaka Allen, Rantje, 2006, Gorontalo: Hidden Paradise, Snow Publishing PTE. Ltd, Singapore. A. Pantolay, A. Arbie, M. Yusuf, 2013, Analisis Profil Fisik Sungai Bone Kabupaten Bone Bolango, Jurusan Fisika, F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo. B. Brahmantyo, 2010, "Gorontalo, Totonu Yio", Ekspedisi Geografi Indonesia 2009Gorontalo, Bakosurtanal 2009. http://www.dekin.kkp.go.id/index.php, accessed on 15 July 2014. Law
No.1/2014on Amendment ofLawNo.27/2007 onManagement of Coastal AreasandSmall Islands.
LawNo.11/2010on The Protectionof Cultural Heritage. Matsumoto, K., T. Takanezawa, and M. Ooe (2000), Ocean Tide Models Developed by Assimilating TOPEX/POSEIDON Altimeter Data into Hydrodynamical Model: A Global Model and a Regional Model Around Japan, Journal of Oceanography, 56, 567-581. Ministerial Decreeof Marine AffairsandFisheriesNo.17/2008 onConservation AreasinCoastal Areas andSmall Islands Ministerial Decreeof EnvironmentNo.51/2004, on Seawater Quality Standards. R. Pawlowicz, B. Beardsley, and S. Lentz (2002), "Classical Tidal Harmonic Analysis Including Error Estimates in MATLAB using T_TIDE", Computers and Geosciences 28, 929-937.