Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2013 Vol. 2 No. 2 Hal : 151-158 ISSN 2302-6308
Available online at:
http://umbidharma.org/jipp
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING SILIR YANG BERBASIS DI PPN KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN (Catch Composition of Drift Gillnet in Karangantu Archipelagic Fishing Port Serang City Banten Province) Apriani1*, Ririn Irnawati1, Adi Susanto1 1Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang Banten *Korespondensi:
[email protected]
Diterima: 20 November 2013/ Disetujui: 21 Desember 2013 ABSTRACT Karangantu archipelago fishing port is a base of capture fisheries activity in Banten Province with high productivity and gillnet as dominant fishing gear. The catch composition is one of the interesting research topics. The objectives of this research are to determine specification of fishing unit of gillnet, to determine fishing method and fishing ground of gillnet, and to calculate catch composition of gillnet. The analysis method that was used are descriptive, including the catch distribution of length and weight.The results showed that fishing vessel of gillnet has length 9.00 m, breadth 2.30 m, and depth 0.92 m; engine power is Dongfeng 20 HP. Gillnet has length 51 m, width 5 m, mesh size 2 inches, large buoys, small buoys, head rope with length 20,88 m and marking buoys. Gillnet was operated by 5 people consist of 1 people captain and 4 people crew. The fishing method of gillnet consists of 3 steps, setting, drifting and hauling with fishing ground at Tunda Island, Ampel Island and Sunda Strait. The catch compositions consist of 18 species, dominated by indian mackerel (Rastrelliger sp. 53%) as the target catch. By-catch about 47% such as eastern little tuna (Auxis sp. 20,43%), red snapper (Lutjanus sp. 17,15%), scads (Decapterus sp.14,96%), dorab wolf-herring (Chirocentrus sp. 9,48%), trevallies (Selaroides sp. 8,39%), bigeyescad (Selar sp. 7,66%), torpedo scad (Megalaspis sp. 6,20%), pony fish (Leiognathus sp. 4,37) barracuda (Sphyraena sp. 3,64%) about 2,18 % and other. Keywords: catch composition, gillnet, Karangantu archipelagic fishing port ABSTRAK Gillnet merupakan salah satu alat tangkap dominan di Pelabuhan Perikanan Nuantara (PPN) Karangantu yang menjadi pusat peikanan tangkap di Provinsi Banten. Beragamnya komposisi hasil tangkapan gillnet merupakan salah satu topik penelitian yang menarik, karena dapat digunakan untuk menilai tingkat selektivitas dan keramahan lingkungan suatu alat tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unit penangkapan dan metode pengoperasian serta menganalisis komposisi hasil tangkapan gillnet yang berbasis di PPN Karangantu. Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi hasil tangkapan yang diperoleh. Kapal yang digunakan untuk pengoperasian gillnet meggunakan mesin Dongfeng berkekuatan 20 HP dengan LOA 9,00 m; B 2,30 m;
152
APRIANI ET AL.
JIPP
dan D 0,92 m. Dalam satu piece, panjang badan gillnet adalah 51 m dengan lebar 5 m yang terbuat dari bahan PA mulfilament bermesh size 2 inci. Pengoperasian gillnet dilakukan oleh 5 orang dengan tahapan setting, drifting, dan hauling. Daerah penangkapannya berada di perairan Teluk Banten, Pulau Tunda, Pulau Ampel dan Selat Sunda. Komposisi hasil tangkapan gillnet didominasi oleh ikan kembung (Rastrelliger sp. 53%) sebagai hasil tangkapan utama dan 17 spesies lain sebagai hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan sampingan yang dominan antara lain tongkol (Auxis sp. 20,43%), bambangan (Lutjanus sp. 17,15%) dan layang (Decapterus sp.14,96%). Kata kunci: gillnet, hasil tangkapan, komposisi, PPN Karangantu PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu merupakan salah satu pusat aktivitas perikanan tangkap di Provinsi Banten dengan produktivitas yang tinggi (PPN Karangantu 2013). Ikan yang didaratkan tidak hanya didistribusikan ke wilayah Provinsi Banten, namun juga dijual ke Jakarta dan Lampung. Beragam alat tangkap beroperasi di perairan Teluk Banten dan umumnya memiliki basis di PPN Karangantu. Jaring insang (gillnet) merupakan salah satu alat tangkap yang dominan di PPN Karangantu. Jenis gillnet di PPN Karangantu terdiri atas gillnet rajungan, silir, ciker dan rampus. Gillnet cenderung menangkap ikan yang beragam (multispesies) sehingga banyak jenis ikan yang tertangkap dengan berbagai ukuran. Komposisi hasil tangkapan merupakan salah satu topik penelitian yang menarik. Data komposisi hasil tangkapan akan memberikan gambaran lebih jelas tentang jenis dan ukuran ikan yang diperoleh nelayan. Setiap daerah di Indonesia memiliki desain dan spesifikasi gillnet yang berbeda, begitu pula dengan nelayan di PPN Karangantu. Perbedaan desain dan konstruksi jaring tentunya akan memberikan pengaruh terhadap komposisi hasil tangkapan yang didapatkan. Hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai spesifikasi unit penangkapan, metode pengoperasian jaring silir dan DPI serta komposisi hasil tangkapan yang berbasis di PPN Karangantu.
Waktu dan Tempat Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan menggunakan jaring silir di Perairan Teluk banten selama 15 hari pada bulan November 2012. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Titrayasa. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan antara lain alat tulis, penggaris, timbangan, kamera, ember, perangkat komputer, unit penangkapan jaring silir dan ikan. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan experimental fishing. Data yang dikumpulkan meliputi spesifikasi unit penangkapan, metode pengoperasian, daerah penangkapan (DPI) dan komposisi hasil tangkapan jaring silir. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan responden secara langsung di lokasi penelitian dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan ikan. Data primer mencakup dimensi armada penangkapan (panjang, lebar, dalam), dimensi alat tangkap (panjang, lebar, mesh size, nomor jaring, bahan jaring, ukuran pemberat, ukuran pelampung, tali ris atas), metode pengoperasian jaring silir
Vol. 2, 2013 (cara setting, cara drifting, dan cara hauling), jenis dan jumlah tangkapan serta ukuran hasil tangkapan (panjang cagak, panjang total, panjang baku, dan berat ikan). Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu analisis unit penangkapan ikan, analisis metode pengoperasian dan analisis hasil tangkapan. Analisis hasil tangkapan dibuat dalam bentuk grafik distribusi panjang dan berat dengan formula (Walpole 1995).
Dimana : K N I R
: Jumlah kelas : Banyak kelas : Interval kelas : Nilai (panjang/bobot) terbesar -nilai (panjang/bobot) terkecil
HASIL DAN PEMBAHASAN Armada Penangkapan Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan jaring silir berukuran 2 GT memiliki panjang 9,00 m; lebar 0,95 m; dalam 2,30 m dengan mesi Dongfeng berkekuatan 20 HP. Konstruksi Alat Tangkap Jaring silir termasuk ke dalam klasifikasi gillnet pertengahan (midwater gillnet) yang terdiri atas satu lembar jaring (single gillnet). Satu piece jaring silir mempunyai panjang 51 m, lebar 5 m dan mesh size 2 inci, berbahan PA multifilament Nomor 210 d/3. Setiap piece dilengkapi dengan pelampung kecil sebanyak 25 buah, pelampung besar sebanyak 2 buah, pemberat jaring terbuat dari semen cor (beton) sebanyak 2 buah, tali ris atas dengan panjang 54 m dan pelampung tanda (Gambar 1). Nelayan menggunakan 20 piece dalam satu operasi penangkapan.
Komposisi Hasil Tangkapan
153
Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan jaring silir berada di Pulau Tunda, Pulau Ampel hingga ke Selat Sunda dengan kedalaman 60 m. Lama perjalanan menuju fishing ground biasanya 4 jam. Metode Pengoperasian Jaring silir Setting diawali dengan pelepasan pelampung tanda yang dilengakapi bendera dengan arah barat laut terhadap arus yang kemudian diikuti dengan pelepasan pemberat dan jaring secara cepat sampai jaring terakhir. Selama penurunan jaring, kondisi mesin kapal dalam keadaan menyala namun berjalan secara perlahan hingga jaring selesai diturunkan. Lama kegiatan setting adalah 30 menit. Drifting adalah tahapan penghanyutan jaring yang merupakan tahapan kedua setelah setting selesai. Penghanyutan jaring dilakukan selama 4-5 jam dengan kondisi mesin perahu dalam keadaan mati. Hauling dilakukan di bagian depan kapal dan memerlukan waktu sekitar 3 jam. Metode pengangkatan jaring dilakukan dengan tenaga manusia. Satu orang ABK menarik jaring pada tali ris dengan memakai sarung tangan untuk mengurangi rasa sakit. Satu orang ABK bertugas menata pelampung (disusun) dengan rapi; dua orang ABK bertugas menarik jaring bagian bawah sekaligus memisahkan atau mengambil ikan hasil tangkapan yang tersangkut di jaring; dan seorang sebagai nakhoda. Hasil Tangkapan Hasil identifikasi ikan hasil tangkapan jaring silir diperoleh sebanyak 18 spesies, terdiri atas ikan kembung sebagai hasil tangkapan utama sebanyak 309 ekor (53%), dan ikan hasil tangkapan sampingan (HTS) sebesar 47%. Jenis ikan HTS yang tertangkap adalah ikan tongkol sebanyak 56 ekor, bambangan 47 ekor, layang 41 ekor, golok-golok 26 ekor, selar 23 ekor,
154
APRIANI ET AL.
JIPP
bentong 21 ekor, tetengkek 17 ekor, pepetek 12 ekor, barakuda 10 ekor, layur 6 ekor, tudak 5 ekor, tembang 3 ekor, manyung 2 ekor, kurisi 2 ekor, tenggiri 1 ekor, ekor kuning 1 ekor, kuwe 1 ekor. Jaring silir tidak hanya menangkap ikan kembung, namun juga spesies lain. Hal ini menunjukkan bahwa jaring silir kurang selektif. Ramdhan (2008) menyatakan komposisi hasil tangkapan utama dapat menunjukkan selektivitas suatu alat tangkap. Bila proporsi hasil
tangkapan sasaran utama yang dihasilkan semakin besar, maka alat tersebut dikatakan selektif dari segi jenis. Suadela (2004) menyatakan apabila proporsi hasil tangkapan utama ≥ 60% maka suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan dari segi jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa jaring silir tidak ramah lingkungan karena proporsi HTU yang diperoleh hanya 53%.
1.020 m
PA 2 inci
5m
5m
1.020 m 25,5 m h
g
2m
d c
b
5m
a
e
25,5 m
f
Keterangan: a. Badan jaring b. Tali ris atas c. Tali pelampung besar (8,50 m) d. Pelampung besar
51 m
e. Tali pemberat (16 cm) f. Pemberat g. Tali pelampung kecil h. Pelampung besar
Gambar 1 Desain dan konstruksi jaring silir.
Vol. 2, 2013
Komposisi Hasil Tangkapan
Ukuran panjang total ikan kembung dan tongkol Mosse dan Hutubessy (1996) menyatakan ikan kembung yang tertangkap di perairan Pulau Ambon pada ukuran < 20 cm belum terlihat adanya perkembangan gonad dan jika ada itu pun masih sangat kecil. Ikan kembung pertama kali matang gonad pada ukuran 24 cm dan ukuran pertama kali memijah berkisar >24 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan kembung yang layak tangkap sebanyak 31%. Irnawati (2004) menyatakan panjang total ikan tongkol di perairan Ulak Karang Sumatera Barat saat memijah berukuran 40 cm. Tertangkapnya ikan tongkol sebagai hasil tangkapan sampingan pada jaring silir diduga karena ikan tongkol sedang melakukan migrasi untuk mencari makan, mencari tempat memijah dan mencari kondisi lingkungan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan ikan tongkol yang tertangkap dan sudah memiliki ukuran layak tangkap hanya 11%. Distribusi panjang total ikan kembung dan tongkol selama penelitian disajikan pada Gambar 2.
160 140 120 100 80 60 40 20 0
136
Layak tangkap
8
123
0
0
Panjang total (cm)
0
Layak tangkap
Belum layak tangkap 17 17
40 2
Ukuran panjang total bambangan dan layang Damayanti (2005) menyatakan ikan kakap merah (Lutjanus malabicus) yang tertangkap di perairan Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat memijah pada ukuran panjang total 40,0-43,9 cm dengan berat 1.197-1.414 g. Berdasarkan ukuran tersebut, maka ikan bambangan yang tertangkap selama penelitian seluruhnya belum layak tangkap karena ukuran ikannya masih kecil (< 23 cm). Ikan layang yang tertangkap selama penelitian sudah layak tangkap (Gambar 3). Tanjaya (2011), ikan layang hasil tangkapan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara matang gonad pada ukuran panjang total 1825,8 cm. Ikan layang dikategorikan sebagai ikan muda (juvenile) jika panjang totalnya 8,2-11,1 cm. Ukuran ikan dewasa memiliki panjang total 12,9-15,2 cm. Ukuran pertama kali matang gonad ikan jantan di Perairan Teluk Tolitoli yaitu 15,8 cm dan ikan betina yaitu 15,3 cm (Silooy 2009). Sudirman (2003), ikan layang yang tertangkap di perairan Baru-Selat Makasar matang gonad pada ukuran 130 mm dan pertama kali memijah berukuran >150 mm.
Jumlah (ekor)
Jumlah (ekor)
Belum layak tangkap
0
155
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
7 5
4
5 1
Panjang total (cm)
Gambar 2 Distribusi panjang total ikan kembung dan ikan tongkol.
156
APRIANI ET AL.
JIPP
Ukuran panjang total ikan golokgolok dan selar Martalena et al. (2012) menyatakan ikan golok-golok jantan yang tertangkap di perairan Laut Bengkalis mengalami matang gonad pada ukuran panjang total berkisar 321-590 mm dan berat tubuh 195,8-745 g dan ikan golok-golok betina matang gonad pada ukuran panjang 565-691 mm dan berat tubuh 650-1.610 g. Berdasarkan hal tersebut maka ikan golok-golok hasil tangkapan jaring silir 100% belum layak tangkap, karena ukuran yang paling besar adalah 60 cm. Sudradjat (2006) menyatakan panjang maksimum ikan selar di perairan pantai Timur Pulau Bintan secara teoritis berukuran 18 cm. Sudirman et al. (2010) menyatakan ikan
selar hasil tangkapan di perairan Teluk Bone ukuran pertama kali matang gonad adalah 159,0 mm dan ukuran betina matang gonad 155 mm. Sudirman (2003) menyatakan ukuran ikan selar di perairan Baru-Selat Makasar pertama kali matang gonad berukuran 155 mm dan mulai melakukan pemijahan sebagian pada ukuran 165 mm. Berdasarkan pernyataan Sudirman (2003) dapat disimpulkan, ikan selar yang tertangkap di perairan Teluk Banten sebagian besar sudah memasuki matang gonad dan sudah pernah memijah (layak tangkap) sebanyak 15 ekor (65%). Distribusi ukuran panjang total ikan golok-golok dan selar yang tertangkap disajikan pada Gambar 4.
Layak tangkap
Layak tangkap
25 18
Jumlah (ekor)
Jumlah (ekor)
20 15 10
7
5
27
30
20
2
0
0
25 20 15
13
10 5
0
1
0
0
0
0
17-1819-2021-2223-2325-2627-28 Panjang total (cm)
16-1718-1920-2122-2324-2526-27 Panjang total (cm)
Gambar 3 Distribusi panjang total ikan bambangan dan ikan layang.
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Belum layak tangkap
15
6 3
1
0
1
29-3435-4041-4647-5253-5859-64 Panjang total (cm)
Jumlah (ekor)
Jumlah (ekor)
Belum layak tangkap
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Layak tangkap
8
8 4 2
1
0
12-1516-1920-2324-2728-3132-35 Panjang total (cm)
Gambar 4 Distribusi panjang total ikan golok-golok dan ikan selar.
Vol. 2, 2013
Komposisi Hasil Tangkapan KESIMPULAN
Armada penangkapan jaring silir terbuat dari kayu jati dengan ukuran (LOA B, D) 9,00 x 2,30 x 0,92 m dan menggunakan mesin merk Dongfeng dengan daya mesin 20 PK. Jaring silir mempunyai panjang 51 m dan lebar 5 m. Bahan jaring terbuat dari PA multifilament Nomor 210 d/3 dengan mesh size 2 inci. Jumlah nelayan pada kapal jaring silir sebanyak 5 orang, terdiri dari 1 orang nakhoda dan 4 orang ABK. Pengoperasian jaring silir dilakukan pada malam hari. Nelayan berangkat dari PPN Karangantu pada pukul 12.30 WIB dan kembali pukul 07.00 WIB. Pengoperasian jaring silir terdiri dari tiga tahap, yaitu penurunan jaring (setting), penghanyutan jaring (drifting), dan penarikan jaring (hauling). Daerah penangkapan meliputi Pulau Tunda, Pulau Ampel dan perairan Selat Sunda. Hasil tangkapan utama jaring silir adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.) sebanyak 53% dan 31% (layak tangkap). Hasil tangkapan sampingan (by-catch) sebanyak 47% terdiri dari ikan tongkol (Auxis sp.) sebanyak 20,43% dan 11% (layak tangkap), ikan bambangan (Lutjanus sp.) sebanyak 17,15% dan 100% (belum layak tangkap), ikan layang (Decapterus sp.) sebanyak 14,96% dan 100% (layak tangkap), ikan golok-golok (Chirocentrus sp.) sebanyak 9,48% dan 100% (belum layak tangkap), ikan selar (Selaroides sp.) sebanyak 8,39% dan 65% (layak tangkap), ikan bentong (Selar sp.) sebanyak 7,66%, ikan tetengkek (Megalaspis sp.) sebanyak 6,20%, ikan pepetek (Leiognathus sp.) sebanyak 4,37%, ikan barakuda (Sphyranea sp.) sebanyak 3,64% dan lain-lain sebanyak 2,18% . SARAN 1) Penggunaan ukuran mesh size pada jaring perlu diperbesar, agar
157
sumber daya perikanannya tetap lestari. 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hasil tangkapan yang dominan belum layak tangkap, serta pada bulan-bulan yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran hasil tangkapan selama kurun waktu satu tahun. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran produktivitas jaring silir selama musim dan waktu tertentu. DAFTAR PUSTAKA Damayanti AA. 2005. Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Ikan Karang Menggunakan Rawai Dasar di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat [Skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 60 hlm. Irnawati S. 2004. Analisis Aspek BioTeknis Unit Penangkapan Payang di Perairan Ulak Karang, Sumatera Barat [Skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 60 hlm. Martalena L, R Elvyra, Yusfiati. 2012. Aspek Reproduksi Ikan ParangParang (Chirocentrus dorab Forsskal 1775) di Perairan Laut Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Bekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Binawidya Pekanbaru. 13 hlm. Mosse J W, Hutubessy B G. 1996. Umur, Pertumbuhan dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) dari Perairan Pulau Ambon dan Sekitarnya. Goti. Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Patimura.
158
APRIANI ET AL.
Ramdhan D. 2008. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 90 hlm. Silooy FD. 2009. Kebiasaan Makanan Ikan Layang (Decapterus macroma, Bleeker, 1851) di Perairan Teluk Tolitoli Sulawesi Tengah. Jurnal Ichtyos (8): 22-25. Suadela P. 2004. Analisis Tingkat Keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Jaring Rajungan (Studi Kasus di Teluk Banten) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautam. Institut Pertanian Bogor. 111 hlm. Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 330 hlm.
JIPP Sudirman, MAI Hajar, Musbir, Saprudin, Suhartono, T Arimoto. 2010. Efektivitas dan Keramahan Lingkungan Set Net Tipe Jepang di Perairan Teluk Bone. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (6):35-47. Sudradjat A. 2006. Studi Pertumbuhan, Mortalitas, dan Tingkat Eksploitasi Ikan Selar Kuning, Selaroides leptolepis (Cuvier dan Valenciennes) di Perairan Pulau Bintan, Riau. Jurnal Perikanan (2):223-228. Tanjaya E. 2011. Aktivitas Perikanan Purse Seine Mini Selama Musim Timur di Perairan Kabupaten Maluku Tenggara. [Prosiding Seminar Nasional; Pengembangan Pulau-Pulau Kecil]. Maluku: Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan. Politeknik Perikanan Negeri Tual. 110 hlm. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 151 hlm.