Kompilasi Soal Ujian Tengah Semester Tahun 2015-2016 Mata Kuliah Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 1. Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif perekonomian! Kaitkan jawaban anda dengan worldview ,peranan dan implikasinya dalan kehidupan ! Jelaskan dampak secular worldview terhadap perekonomian ! 2. Jelaskan mengenai Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya pada perekonomian! Bagaimana caranya nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di perekonomian yang kapitalis ? Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan Islamisasi ilmu! 3. Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi ! Jelaskan peran kesejahteraan non material dan moralitas dalam perekonomian Islam ! 4. Jelaskan harmonisasi self-interest dan sacrifice sebagai sumber motivasi oleh pelaku ekonomi dan dampaknya terhadap terhadap alokasi sumber daya dalam perekonomian Islam! 5. Jelaskan maqashid al-syariah, defenisi, komponen dan tingkatan prioritasnya! 6. Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syariah terhadap alokasi sumber daya dan struktur perekonomian Islam! Jelaskan bagaimana maqashid al-syariah digunakan dalam pembentukan hukum baru ! 7. Jelaskan transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam Islam ! Jelaskan pelarangan riba,definisi,jenis dan praktek modern-nya ! Jelaskan pelarangan maysir dan gharar ! 8. Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku ekonomi manusia dalam ekonomi konvensional ! Bedakan dengan homo ethicus dan homo Islamicus ! 9. Jelaskan konsep produksi konvensional ! Jelaskan bagaimana mereka bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam! 10. Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktivitas ekonomi produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan pembenaran dalam Islam! 11. Jelaskan intervensi pasar dalam Islam ! Bedakanlah market intervention dan price intervention dalam perekonomian Islam! 12. Jelaskan cara identifikasi mashlahah dan mafsadah dalam perekonomian Islam! 13. Jelaskan dampak pelarangan riba dan perintah zakat terhadap konsumsi agregat dalam perekonomian Islam! 14. Jelaskan mengapa Islam tidak melarang monopoli namun melarang ihktikar (monopoly’s rent-seeking behaviour) ! 15. Apakah konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam dapat diterima ? Jelaskan ! 16. Apakah aksioma dalam konsumsi Islam ? Jelaskan !
JAWABAN 1) Jelaskan mengapa ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif perekonomian! Kaitkan jawaban anda dengan worldview ,peranan dan implikasinya dalam kehidupan ! Jelaskan dampak secular worldview terhadap perekonomian ! Alasan ekonomi konvensional gagal mencapai tujuan-tujuan normatif perekonomian: 1. Konflik antara Worldview dan Tujuan Tujuan ekonomi konvensional terdiri dari 2 hal yakni tujuan positif dan normative. Positivism bertujuan membangun teori yang bisa memprediksi secara valid tentang fenomena yang belum diobservasi, menitikberatkan pada realisasi maksimisasi, efisiensi dan equity pada ekonomi (cost-benefit analysis). Sedangkan normativism bertujuan menitikberatkan pada tercapainya tujuan-tujuan sosial ekonomi seperti kesejahteraan sosial yang dapat direpresentasikan oleh Full employment, equal income distribution, ecological balance dll Untuk tercapainya tujuan normative diperlukan adjusment dan harmonisasi dari individu dengan kepentingan social karena kkonomi positif mengklaim bahwa efisiensi dan equity dapat ditentukan tanpa “ value judgment”. Sementara secara normatif harus merefleksikan dan mewujudkan nilai-nilai yang diyakini baik oleh masyarakat. Fakta kegagalan konvensional disebabkan terjadi konflik antara tujuan-tujuan ekonomi yang diturunkan dari paradigma agama seperti brotherhood (kebersamaan) dan nilai moral, sedangkan pada sisi lain analisa ekonomi positif dipengaruhi oleh paradigma sekuler bahwa definisi sebuah kesejahteraan sangat bergantung pada preferensi individu. Dampak dari Konflik: 1. Disharmoni antara Peferensi Individu dan Preferensi Sosial Dengan dikedepankanya paradigma sekuler dalam mewujudkan tujuan normatif yang direpresentasikan oleh konsep homo economicus di mana manusia cenderung untuk memuaskan kepentingan pribadinya (self interest) di dalam analisa positif maka sulit untuk mendapatkan suatu kondisi di mana terjadi harmoni antara preferensi pribadi dan sosial.
2. Inequality of Distribution of Income and Wealth Dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan pemuasan preferensi pribadi, maka kondisi equal distribution and wealth relatif sangat sulit untuk dicapai. Karena setiap individu terutama yang kaya akan terus menerus untuk cenderung memuasakan preferensi pribadinya sehingga mempengaruhi setiap keputusan yang diambil oleh produsen. Karena hanya si kaya yang memiliki daya beli dan memiliki akses yang luas terhadap kredit. 3. Refleksi Wants dari Majority Citizen di dalam Pembentukan Harga Dengan terjadinya ketimpangan pendapatan dan harta yang sangat mencolok diakibatkan dua faktor sebelumnya maka harga tidak lagi mencerimkan keinginan masyarakat luas terhadap barang dan jasa. Harga yang tinggi terhadap suatu produk bisa jadi hanya merepresentasikan seglinter elit masyarakat. 4. Tidak Terwujudnya Pasar Persaingan Sempurna Dengan ketimpangan yang tinggi serta distorsi terhadap pembentukan harga maka tujuan mikroekonomi untuk mencipatakan pasar bersaing yang sehat sulit untuk dapat terwujud. Hal ini disebabkan karena hanya segelintir elit masyarakat yang memiliki sumber daya untuk melaksanakan aktivitas produksi maupun konsumsi. 2. Inkonsistensi antara Mikroekonomi dan Makroekonomi Kegagalan ekonomi konvensional dalam mewujudkan kerangka mikroekonomi yang benar berdampak luas terhadap tujuan-tujuan ekonomi pada level makro. Kondisi full empolyment, ecological sustainable, serta equal income distribution tidak akan dapat terjadi karena inkonsistensi antara Mikroekonomi dan Makroekonomi di mana tujuan-tujuan Makroekonomi tidak akan tercapai dengan mengandalkan kebebasan individu dan peran pasar bebas . Dampak secular worldview terhadap perekonomian !
Secular worldview yang berfokus pada kehidupan saat ini saja (duniawi) mengakibatkan kondisi pemilik world view tersebut hanya menitikberatkan pada aspek material dari kesejahteraan manusia dan aktivitas ekonomi dihayati sebagai transaksi cost and benefit semata, oleh sebab itu tak heran jika menumpukan harta/kekayaan menjadi tujuan utama dari secular worldview yang terwujud dalam perekonomian dengan istilah dominasi financial economy atas real economy. Dampak Luas Dominasi Sektor Keuangan terhadap Ekonomi adalah sebagai berikut: -Dominasi sektor keuangan terhadap perekonomian membuat sistem ekonomi begitu rentan terhadap gejolak krisis keuangan seperti yang terjadi tahun 1997 (asian financial crisis) dan krisis keuangan global 2008. -Selain itu, ketimpangan pendapatan antara sektor keuangan dan sektor riil 2) Jelaskan mengenai Islamic worldview, perannya dalam kehidupan dan implikasinya pada perekonomian! Bagaimana caranya nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di perekonomian yang kapitalis ? Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan Islamisasi ilmu! Islamic worldview dapat didefinisikan sebagai “sebuah gambaran yang komprehensif atau absolut tentang Islam yang tujuannya adalah untuk menjelaskan secara holistik prinsip-prinsip Islam dasar jujur dan komprehensif sedemikian rupa sehingga menjadi dasar untuk pandangan hidup dan mengakar dalam diri seseorang.” Implikasi Islamic Worldview terhadap Ekonomi: • Aspek dunia dipandang sebagai persiapan untuk aspek akhirat. • Aspek akhirat memiliki signifikansi yang utama dan final. • Tidak kesemuanya menunjukkan perilaku pengabaian atau tidak menghiraukan aspek dunia. Cara nilai-nilai Islamic Worldview bisa berjalan di perekonomian yang kapitalis: Ilmu ekonomi konvensional merupakan ilmu yang sudah berevolusi selama kurang lebih 3 abad. Sebagai sebuah ilmu, ilmu ekonomi konvensional lebih maju daripada ilmu ekonomi Islam dalam beberapa hal. Oleh karenanya, ada beberapa “keuntungan” yang bisa kita pelajari dari kemajuan ilmu ekonomi konvensional untuk mengembangkan ilmu ekonomi Islam. Keuntungan bisa didapatkan oleh ekonomi Islam dengan cara meninjau kembali teori ekonomi konvensional yang sudah ada. Hal ini untuk mengetahui bagaimana teori-teori tersebut dikembangkan sebagai respons terhadap permasalahan ekonomi yang berlangsung sepanjang waktu. Cara ini akan menarik untuk memeriksa bagaimana persoalan ini dibahas dalam konteks asumsi yang mencerminkan filosofi sekuler dalam satu sisi dan kondisi yang berlaku dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan beberapa ide tentang bagaimana menganalisis dan menawarkan solusi terhadap permasalahan ekonomi yang kita hadapi hari ini dari perspektif Islam.
Cara lain untuk mendapatkan manfaat dari ekonomi konvensional adalah dari hubungan antara asumsi-asumsi yang diberikan dalam teori dan filosofi sekuler yang mendasarinya. Hubungan antara asumsi tersebut dapat digunakan untuk membangun ilmu ekonomi Islam. Asumsi-asumsi yang basis filosofisnya tidak selaras dengan prinsip dan nilai Islam, akan ditolak. Asumsi lain yang dasarnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dapat memenuhi syarat atau, disesuaikan kapan saja dapat berguna bagi pengembangan ekonomi Islam. Ekonom Islam dapat juga memperoleh manfaat dari mempelajari seni analisis yang digunakan dalam ekonomi konvensional. Seni ini termasuk techniques or tools yang yang dapat meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam berurusan dengan permasalahan ekonomi yang berbeda. Contohnya kita bisa belajar dari ekonomi konvensional dari segi klasifikasinya, analisisnya, dan bagaimana mengukur variabelnya. Contoh dari teknik analisis termasuk juga penggunaan dari matematika dan statistik untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat. Jelaskan pula kaitan Islamic Worldview dan Islamisasi ilmu! Ekonomi konvensional tidak bebas nilai juga tidak bebas bebas ideologi dan memiliki ’foundations' yang mewakili sejarah dan pengalaman Eropa (sekuler). Aspek ini mungkin tidak sejalan dengan beberapa worldview Islam, oleh sebab itu dilakukanlah Islamisasi ilmu yang bertujuan sebagai “Proses penyusunan kembali ilmu pengetahuan, yang berhubungan dengan Islam” (Faruqi 1982). IOE (Islamization of Economics) berimplikasi adanya “critical interaction” dengan ekonomi konvensional Bagian dari agenda besar Islamization of knowledge adalah pengembangan ekonomi islam sebagai sebuah disiplin tidak dimulai dari nol, tetapi akan mengutilisasi konsep ekonomi mainstream yang memang lebih maju secara teori dan praktik, dan mengadjust compatibilitinya dengan kerangka dan prinsip Islam. “de-westernisasi” ekonomi konvensional dan kemudian menanamkan nilai-nilai / prinsip Islam. Sehingga membentuk kembali ekonomi modern dengan menghilangkan, mengubah, menafsirkan dan menyesuaikan komponen sesuai dengan pandangan Islam dan nilai-nilainya. Fokus IOE (Islamization of Economics) sepatutnya pada proses epistemologis dan metodologis yang memerlukan semacam integrasi pengetahuan. Secara umum proses interaksi dan integrasi akan mengambil dua area:
3) Jelaskan pendekatan Islam terhadap ekonomi ! Jelaskan peran kesejahteraan non material dan moralitas dalam perekonomian Islam ! Pendekatan Islam terhadap ekonomi salah satunya melalu pendekatan perilaku. Konsep perilaku ekonomi dalam Islam akan sangat memperngaruhi keputusan seseorang dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga memiliki kecenderungan untuk mengerjakan aktivitas ekonomi yang dianjurkan Islam dan menjauhi aktivitas ekonomi yang dilarang oleh Islam NILAI
PERILAKU EKONOMI
Mencari keuntungan Profit Peduli masa depan / keluarga Ketaatan Agama
Menabung berdasarkan motif bunga Menabung hanya untuk simpanan Menabung untuk Ibadah haji
Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’ dengan prespektif yang berbeda-beda. Sebagian besar paham ekonomi (konvensional) memaknai kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah falah. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara dimensi: (1) material-spiritual; (2) individual-sosial; (3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.
Sejahtera dunia diartikan sebaga segala yang memberikan kenikmatan hidup inderawi, baik fisik, intelektual, biologis maupun material, sedangkan kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang yang diperoleh setelah kematian manusia. Prilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat yang abadi. Dalam konteks dunia, falah merupakan konsep yang multidimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek mikro maupun makro. Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang sehingga tercipta maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
4) Jelaskan harmonisasi self-interest dan sacrifice sebagai sumber motivasi oleh pelaku ekonomi dan dampaknya terhadap terhadap alokasi sumber daya dalam perekonomian Islam!
Dalam perekonomian Islam definisi kesejahteraan bukan berfokus pada alokasi sumber daya yang habis digunakan secara maksimal dalam suatu wilayah pada periode tertentu, karena bisa saja mengindikasikan eksploitasi sumber daya oleh satu pihak tanpa memberi manfaat kepada pihak yang lain. Ekonomi Islam meletakan perhatian kepada alokasi sumber daya yang mampu meningkatkan utilitas banyak pihak dengan pendistribusian sumber daya yang adil, hal ini dapat tercipta oleh bantuan pemerintah sebagai pengatur negara, namun terdapat alternatif yang lebih efektif yang dapat dilakukan oleh masyarakat diantaranya dengan meningkatkan social interest masyarakat berupa secrifice dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Islam telah memiliki isntrumen dalam memfasilitas peningkatan social interest ini diantaranya melalui aktivitas zakat, wakaf, sedekah dll. Guna meningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi mauapun non ekonomi. 5) Jelaskan maqashid al-syariah, defenisi, komponen dan tingkatan prioritasnya! Maqashid syariah adalah nilai-nilai dan sasaran syara yang dipandang sebagai tujuan hukum Islam untuk menciptakan suatu maslahah dan menghindari mafsadah (kerusakan) Dalam konsep Maqasid-al shari’ah maslahah terdiri dari beberapa tingkatan untuk di capai: 1. Daruriyat: Daruriyah adalah penegakan kemaslahatan agama dan dunia. Artinya ketika daruriyah itu hilang maka kemaslahatan dunia dan bahkan akhirat juga akan hilang –munculnya kerusakanLima poin penting yang perlu dijaga agar kebutuhan dasar manusia dapat tercapai dan menjegah terjadinya kerusakan: ¤ Dien à dibutuhkan oleh manusia à menuntun keyakinan, memberikan ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas. ¤ Nafs à sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan kebutuhan, yang mengancam kehidupan harus dijauhi ¤ ’Aql à Islam mewajibkan tholabul ilm à karena tanpanya manusia akan mengalami kesulitan dan penderitaan. ¤ Nasl à kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting ¤ Maal à Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan sebagai sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan harta) Mashlahah dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok kehidupan (ushûl al-khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara, yaitu agama (dîn), jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl), dan harta (mâl).
2. Hajiyat: Tahap kedua dari Maqasid al-Shari’ah adalah hajiyah yang didefinisikan sebagai “hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemudahan dan menghilangkan kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya dan ancaman. Bahaya yang ditimbulkan jika hajiyah tidak ada tidak akan berdampak atau mengganggu kemaslahatan umum Hajiyah juga dimaknai sebagai kebutuhan sekunder. 3. Tahsiniyat Tahsiniyah berarti melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menghindari yang buruk sesuai dengan apa yang telah diketahui oleh akal sehatnya. Seseorang jika sudah mencapai tahap tahsiniyah berarti telah mencapai keadaan puas meskipun tidak menambah efisiensi 6) Jelaskan peran penting dan dampak maqashid al-syariah terhadap alokasi sumber daya dan struktur perekonomian Islam! Jelaskan bagaimana maqashid al-syariah digunakan dalam pembentukan hukum baru ! Dalam struktur perekonomian Islam, aktivitas konsumi dan produksi menjadi bagian yang harus sesuai dengan tujuan syariat Islam, maka manusia sebagai trustee to manage nature (Q.S Al-An‘am : 95-103) yang memiliki tujuan untuk pembangunan/kesejahteraan harus melaksanakannya berdasarkan cara-cara terbaik sesuai dengan perintahNya Penerapan Maqasid al-Shari’ah dalam Aktivitas Produksi Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa produksi barang-barang kebutuhan dasar secara khusus dipanandang sebagai kewajiban sosial (fard al-khifayah). Jika sekelompok orang sudah berkecimpung dalam memproduksi barang-barang tersebut dalam jumlah yang sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, maka kewajiban seluruh masyarakat sudah terpenuhi. Namun jika tidak ada seseorang pun yang melibatkan diri dalam kegiatan tersebut atau jumlah yang diproduksi tidak tercukupi maka semua orang akan diminta pertanggung jawabanya. Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang/jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran (wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi secara cepat.
Hirarki Aktivitas Produksi … Imam Al-Ghazali (1058-1111)
Perekonomian yang tidak berorientasikan pada maslahah kadang melupakan ke mana produknya mengalir, sepanjang efisiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai. Pun jika yang mengkonsumsi barang/jasa tersebut hanya kalangan tertentu yang berakibat pada timbulnya konsumerisme dan ketimpangan sosial. Hal ini berbeda dengan nilai-nilai Islam yang mengaitkan tujuan produksi dengan kemaslahatan. Jika produksi basic needs menjadi suatu prioritas, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat karena segala kebutuhan pokok telah terpenuhi.
Penarapan konsep Maqasid al-Shari’ah dalam aktivitas konsumsi Tujuan akhir dari aktivitas konsumsi dalam ekonomi konvensional adala utility atau kepuasan. Utility dalam konteks perekonomian, dimaknai sebagai kegunaan barang dan jasa ketika konsumen mengkonsumsi suatu barang. Kegunaan ini bisa juga dirasakan sebagai rasa tertolong dari suatu kesulitan karena mengkonsumsi suatu barang. Dikarenakan adanya rasa ini maka sering kali utilitas dimaknai sebagai rasa puas yang dirasakan konsumen.Konsumsi yang belandaskan pada keinginan dan kepuasan akan berujung pada budaya konsumerisme. Dalam Islam tujuan konsumsi bukanlah utilitas melainkan maslahah. Pencapaian maslahah tersebut merupakan tujuan dari Maqasid al-Shariah. Konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak belakang pada pemenuhan wants. Sedangkan konsep maslahah relatif lebih objektif karena bertolak pada pemenuhan kebutuhan atau needs. 7) Jelaskan transaksi-transaksi ekonomi yang terlarang dalam Islam ! Riba Secara bahasa, riba ( ) ﺍاﻝلﺭرﺏبﺍاberarti ziyadah ( ) ﺍاﻝلﺯزﻱيﺍاﺩدﺓةyaitu tambahan, bisa juga diartikan sebagai kelebihan, atau pertumbuhan. Dari sudut pandang teknis, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Sedangkan dari segi istilah, menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi riba adalah ‘Setiap pinjaman yang di dalamnya disyaratkan adanya tambahan tertentu.’ Secara garis besar riba terbagi dua: 1. Riba Nasi’ah Nasi’ah berasal dari kata nasa’a yang berarti menunda, menangguhkan atau menunggu dan merujuk pada waktu yang diberikan kepada peminjam untuk membayar kembali pinjamannya dengan imbalan ‘tambahan’ atau premium. Jadi Riba Nasi’ah sama dengan bunga yang dikenakan atas pinjaman 2. Riba Fadhl Dari segi bahasa, fadhl adalah ‘lebihan’. Sedangkan dari istilah riba fadhl adalah, lebihan atau penambahan kuantitas dalam transaksi pertukaran atau jual beli barang yang jenisnya sama, seperti emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum dsb, yang jumlahnya tidak sama.
Hukum Pelarangan Riba ( Q.S AL-Baqarah:278-279)
Serta Hadist:
Riba al-Qardh dan Bunga Bank Dilihat dari illat pengharaman riba al-qardh: – Illat dari riba al-qardh adalah tambahan atas pinjaman, bukan besar kecilnya tambahan – Bank dengan debitur diikat dengan transaksi pinjaman dimana bank bertindak sebagai pemilik dana (pemberi pinjaman) dan debitur sebagai peminjam Dengan menggunakan illat dan kaidah fiqh dapat disimpulkan bahwa bunga bank adalah tambahan (manfaat) atas pinjaman dan oleh karena itu diharamkan
Terdapat beberapa pendapat para ulama atau cendekiawan muslim yang mengatakan bahwa bunga bank bukan riba dengan argumentasi sebagai berikut: 1. Bunga bank tidak berlipat ganda sehingga tidak termasuk dalam cakupan dalil riba (Al-Baqarah ayat 275) dan tidak termasuk dalam riba jahiliyyah 2. Riba al-qardh yang diharamkan adalah tambahan atas pinjaman konsumsi. Tambahan atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi tidak diharamkan karena investasi menghasilkan keuntungan yang besar 3. Bunga pinjaman adalah suatu tuntutan kebutuhan riil sehingga diperbolehkan meskipun mengandung kemudharatan dengan menggunakan kaidah maslahat yang lebih besar lebih diutamakan ketimbang kemudharatan. Maslahat riba dianggap lebih besar dari mudharatnya 4. Bank adalah sebuah kebutuhan penting dalam sistem perekonomian sehingga tidak mungkin dihilangkan 5. Bunga bank menjadi kompensasi atas terjadinya inflasi Sanggahan atas argumentasi tersebut: 1. Nash dalam surat Al-Baqarah: 275 berlaku untuk seluruh riba, baik yang sedikit ataupun yang banyak. Dan dalam ayat 279 dikatakan “Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu”. Yang dihalalkan hanya pokok harta dan bukan tambahan meskipun nilainya kecil. Selain itu, besar kecilnya tambahan bukan merupakan illat riba al-qardh dan oleh karenanya tidak bisa dijadikan landasan dalam menentukan hukum 2. Dalil pelarangan riba oleh Al-Qur’an dan Sunnah mencakup seluruh jenis riba, tanpa kecuali. 3. Illat riba adalah tambahan atas pinjaman, baik itu pinjaman konsumsi maupun investasi. Sifat dan peruntukan dari pinjaman bukan merupakan illat dari riba. Bedakan hikmah dengan illat, hikmah tidak dapat dijadikan landasan hukum 4. Kaidah yang benar adalah “mencegah kemudharatan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan”. Dan sebuah maslahat diambil hanya jika tidak bertentangan dengan syariat
Gharar Imam Isnawi dari mazhab Syafi’i mengatakan bahwa gharar adalah jual beli yang mengandung dua kemungkinan dan kemingkinan besarnya adalah adanya ketidakjelasan di dalamnya. Imam Ibnu Taimiyah mendefinisikan gharar sebagai jual beli yang tidak diketahui akibatnya. Ibnu Qayyim mengatakn bahwa gharar adalah jual beli dimana barang tidak bisa diserahkan baik barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual budak yang lari atau unta yang terlantar. Ibnu Hazm mendefinisikan gharar sebagai transaki dimana pembeli tidak tahu barang apa yang dijualnya.
1 2 3 4
Mayoritas ulama fiqh sepakat bahwa transaksi yang mengandung gharar dianggap tidak sah. Syarat-syarat dari gharar yang dapat menjadikan sebuah akad menjadi tidak sahih: Gharar terjadi pada kontrak transaksi finansial Tingkat gharar cukup tinggi (gharar fahisy) Gharar terjadi pada objek akad Transaksi tersebut tidak ada kepentingan yang melatarbelakanginya Qimar dalam arti aslinya adalah taruhan dengan menggunakan instrumen khusus Maysir merupakan salah satu jenis permainan yang marak pada masa jahiliyah, dan sering disebut sebgai qimar jahiliyah. Sehingga, qimar memiliki cakupan yang lebih besar dari maysir. Al-Dareer melihat bahwa qimar dan maysir menjadi bagian dari gharar karena gharar memiliki arti yang lebih luas dari keduanya.
8) Jelaskan homo economicus sebagai model perilaku ekonomi manusia dalam ekonomi konvensional ! Bedakan dengan homo ethicus dan homo Islamicus ! Homo economicus dalam kerangka ekonomi konvensional adalah keinginan manusia akan barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dan mencapai kesejahteraan, dalam praktiknya homo economicus dibagi menjadi 2, yakni yang bermoral (homo eticus) dan yang tidak bermoral. Sedangkan homo Islamicus adalah peran manusia yang meliputi komponen hamba, kholifah (peneglola bumi), besaudara dan memiliki sifat rasional serta spiritual.
9) Jelaskan konsep produksi konvensional ! Jelaskan bagaimana mereka bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam! Dalam ekonomi konvensional, perusahaan/ produsen selalu diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungan (profit maximization assumption) dalam produksi= profit sebagai motif tunggal. Ada hubungan kuat antara profit maximization dengan propensity to monopolize, baik di pasar barang maupun di pasar faktor. Berkut adalah konsep produksi dalam ekonomi konvensional dan evaluasinya: Evaluasi Konsep Pareto Optimality Ø Adanya “Pareto Optimality” yang berimplikasi pada pengabaian masalah distribusi pendapatan. Ø Kriteria pareto tidak dapat diterapkan untuk setiap rencana meningkatkan output diatas level maximum profit yang akan menguntungkan orang kaya diatas beban orang miskin. Evaluasi Konsep Given Demand Hypothesis Ø Ekonomi konvensional secara implisit mengasumsikan bahwa demand bersifat given (as it is). Ø Dalam perekonomian dengan distribusi pendapatan yang tidak merata dimana sebagian besar masyarakat adalah miskin, kebutuhan riil masyarakat sering tidak tercermin dalam permintaan pasar. Misalnya, produksi lebih ditekankan pada luxury goods yang hanya dapat dijangkau oleh the rich, dan justru yang menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat secara keseluruhan tidak diproduksi secara optimal.
Ø Permintaan pasar juga tidak selalu mencerminkan permintaan masyarakat yang sesungguhnya. Ø Perusahaan besar memiliki kemampuan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk memanipulasi permintaan pasar seperti melalui iklan hingga mengkooptasi kebijakan pemerintah. Profit maximization sebagai motivasi tunggal produksi adalah inconsistent with islamic rationality karena produksi tidak hanya semata-mata untuk untuk mencapai kepuasan materi/profit tetapi juga sebagai sarana untuk tujuan lain (huquq) Berkut adalah prinsip produksi dalam islam: 1. Kegiatan produksi harus dilandasi dari nilai-nilai Islam, yaitu sesuai dengan Maqashid Syari’ah à Maslahah 2. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan, yaitu dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah. 3. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial, kemasyarakatan, memenuhi kewajiban zakat, sedekah, infaq dan waqaf (huquq) 4. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan, dan merusak lingkungan. 5. Distribusi keuntungan yang adil antara pemiliki, pengelola, manajemen dengan buruh à sehingga tidak ada ketimpangan pendapatan 10) Jelaskan filosofi dari kewajiban bekerja dan motivasi melakukan aktivitas ekonomi produktif dalam Islam! Jelaskan apakah motivasi profit maximization mendapatkan pembenaran dalam Islam! Manusia adalah khalifah di muka bumi ini, sehingga tujuan dari manusia (termasuk perusahaan) adalah untuk mencapai maslahah. Produsen Islami akan tetap memproduksi dengan kerangka profit maximization. Namun, keputusan berproduksinya juga akan berdasarkan konsep maslahah bagi society. Oleh karena itu, opportunity cost memproduksi barang kebutuhan pokok adalah kecil (karena maslahah-nya besar) dan opportunity cost untuk memproduksi barang kebutuhan tersier adalah tinggi (karena seharusnya faktor produksi bisa digunakan untuk memproduksi barang kebutuhan pokok yang lebih penting untuk kemaslahatan umat).
Fungsi profit (π) = π (q) = R (q) – C (q) ; Total Revenue (R) = R (q) = P (q) . (q) ; Total Economic Cost (C) = C = E (q) + I (q) ; dimana E = total explicit cost dan I = total implicit cost atau opportunity cost. Opportunity Cost untuk Produsen Konvensional (Ic) = Ic (q) Opportunity Cost untuk Produsen Islami (Is) = Is (q) = α (q) + Ic (q) dimana α adalah Islamic valuation dari opportunity cost of the good berdasarkan maslahah. Untuk produksi barang primer, α’(q) < 0 dimana q > 0. Untuk produksi barang kebutuhan tersier, α’(q) > 0 dimana q > 0.
11) Jelaskan intervensi pasar dalam Islam ! Bedakanlah market intervention dan price intervention dalam perekonomian Islam! Direct Tools dalam Intervensi Pasar: 1. Pricing - Protecting economic freedom and justice in fair play of market forces is a major criterion of market regulation in the Islamic system - Intervensi harga dan minimum wage 2. Licensing and Registration Restrict import, export, or entry to certain markets 3. Subsidies 4. Pengaturan Currency à Stabilitas Harga
12) Jelaskan cara identifikasi mashlahah dan mafsadah dalam perekonomian Islam! Identifikasi mashlahah dan mafsadah parameternya adalah melalui Maqashid syariah. Apabila terjadi pemenuhan atas 5 maqashid syariah yang terdiri dari agama, jiawa, akal, harta dan keturunan maka akan tercapai kondisi maslahah, Begitu pula sebaliknya jika satu dari kelima maqashid syariah ada yang tidak terpenuhi atau terabaikan makan kondisi tersebut masuk dalam kondisi mafasadah (kerusakan). 13) Jelaskan dampak perintah zakat terhadap konsumsi agregat dalam perekonomian Islam!
Zakat yang dikenakan kepada Muzakki mengakibatkan dispossible income muzakki menjadi berkurang, ditandai dengan berkurangnya konsumsi sebesar rate dari zakat. Akibatnya Kurva konsumsi muzakki berotasi dari C menjadi Caz.
Zakat yang diterima oleh mustahik menyebabkan meningkatnya autonomous comsumption dari mustahik. Dengan asumsi bahwa zakat yang diterima berupa fixed transfer of income (Bo-B1), kurva kurva konsumsi mustahik bergeser dari C menjadi C+Z
Secara agregat (Mustahik dan Muzakki), kurva konsumsi berotasi dari C menjadi C+Z atau telah terjadi peningkatan konsumsi agregat. Dalam jangka menengah, hal ini juga akan mendorong peningkatan output. 14) Jelaskan mengapa Islam tidak melarang monopoli namun melarang ihktikar (monopoly’s rent-seeking behaviour) ! Islam membolehkan siapapun berusaha, sesuai prinsip kebebasan ekonomi, tanpa melihat apakah dia satu-satunya produsen (monopoli) atau ada produsen lain.. Monopoli menjanjikan banyak manfaat bagi perekonomian, diantaranya perusahaan menjadi monopolist karena karena mencapai economices of scale dimana biaya produksi yang lebih rendah dan skala produksi yang besar sehingga : Harga lebih rendah dan output lebih banyak, dampak terusannya adalah perbaikan kualitas produk, perbaikan teknologi melalui R&D, dan efisiensi. Tetapi Dalam banyak kasus monopoli diciptakan oleh hambatan dan praktik yang tidak adil diantaranya; ¡ Suap ¡ membeli pesaing ¡ kampanye iklan palsu ¡ pemaksaan dari pemasok bahan baku ¡ Diskriminasi harga Ini terjadi ketika profit maximization sebagai tujuan tunggal akan membuat monopolis memproduksi lebih sedikit dengan harga lebih tinggi dari apa yang ada di pasar persaingan sempurna. Kondisi seperti ini membuat struktur monopoli menjadi merugikan masyarakat. Dalam Islam, mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara menjual barang lebih adalah seperti perilaku ikhtikar. Ikhtikar adalah terlarang
Syarat ikhtikar: (i) objek penimbunan merupakan barang-barang kebutuhan masyarakat à kriteria kebutuhan adalah sesuai maqashid (ii) tujuan penimbunan adalah untuk meraih keuntungan diatas keuntungan normal bukan sebagai sekedar persediaan
Ihtikar: mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga lebih tinggi (monopoly’s rent seeking). Sebenarnya produsen dapat produksi pada tingkat harga S=D (atau MC=AR). Selisih Kotak PmXYZ dan ABCD – monopoly’s rent seeking yang diharamkan
15) Apakah konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam dapat diterima ? Jelaskan ! Dalam ekonomi konvensional dilandasi oleh motivasi self interest untuk mencapai utilitas yang merepresentasikan preferensi terbaik. Islamic rational man (right minded/ rashiid/berakal) is a person who applies right judgment with respect to his economic activities and economic decision-making. Application of right judgments refers to both private and social interest as well as to observance of Shariah rules. Karena itu One distinguishing feature of islamic rationality compared to conventional concept of rationality is that pursuit of social interest is part of private and selfish interest. There is right of others within one’s own private property right Self interest adalah hal yang mungkin terjadi pada manusia sebagaimana di sebutkan dalam QS Hud/11 :87 dan QS Al Isra/17: 100. Tapi adanya social interest adalah lebih baik (QS Al Imran/3 : 14, 17) 16) Apakah aksioma dalam konsumsi Islam ? Jelaskan ! Karena perilaku konsumsen Islami berdasarkan rationalitas Islam , maka perilaku konsumsinya menjadi berbeda dengan konsumsi konvensional. Rationalitas islam dibangun atas tujuan dan dasar yang lebih baik, maka perilaku konsumsi akan mencerminkan hal yang lebih baik Axioma yang ada dalam ekonomi konvensional tidaklah cukup dan diperlukan axioma tambahan Berikut axioma dalam konsumsi Islam: 1. Non-Haram Items : seorang konsumen Islami tidak akan mengkonsumsi barang haram. Aturan Syariah membedakan jenis barang halal dan haram, sehingga konsumen mengetahui mana barang dan jasa yang boleh dikonsumsi dan mana yang tidak. maka sangat rasional bagi individu tersebut untuk hanya mengkonsumsi barang halal 2. Maslahah Oriented : konsumen hanya akan memilih items yang memberikan maslahah terbaik Prilaku konsumsi sesorang yang diasumsikan rasional “Islamic Man” di mana prilaku konsumsinya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau utility dari barang dan jasa yang dikonsumsinya tetapi juga memperhitungkan maslahah dari barang dan jasa tersebut,
3. Higher Income represents higher mashalah : harta/income sebagai unsur maqashid mencerminkan maslahah yang lebih baik Ingat bahwa maslahah terealisasi dengan penjagaan maqashid syariah Analisis ekonomi membatasi pada salah satu elemen maqashid : harta/pendapatan Tapi konsep keseimbangan maqashid tetap berlaku