Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
KOMBINASI PUPUK UREA DENGAN PUPUK ORGANIK PADA TANAH INCEPTISOL TERHADAP RESPON FISIOLOGIS RUMPUT HERMADA (SORGHUM BICOLOR) (The Combination of Urea and Organic Fertilizer on The Physiological Respon of Hermada Grass (Sorghum bicolor) on Inceptisol) SUPRIADI dan SOEHARSONO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta
ABSTRACT This research was aimed to know the effect of combination of urea and organic fertilizen on inceptisol cover area in concerning to nitrogen, magnesium, chlorophyll contain and hermada ( Sorghum Bicolor) grass growth. The treatment were combination as P I (0 : 3000 kg/ha); P II (100 : 2500 kg/ha); P III (150 : 2000 kg/ha); P IV ( 200 : 1500 kg/ha; P V(250 : 1000 kg/ha) and P VI (300 : 0 kg/ha). Research design was use CRD (complete random device) by four replications. Analysis data was used statistical variance model and Duncan Multiple Range Test. The result was showed that application of combination urea and organic fertilize were not given significant effect to content N, chlorophyll and growth ferformence hermada grass, only Mg content was affected of the treatment. The Varians Combination was not given effect, although on combination P III and P IV were showed a trend of increasing N,Mg and chlorofil contain in the its grass. The highest yield plume was obtained by P II treatment, which was yielded 1.169,8 kg/ha, the highest produce of forage was obtained by P III treatment and it was given significant result among the others 14.408,1 kg/ha. Potential produce everage of seed and forage were 2.010,5 ton/ha and 12.642,7 ton/ha in once harvesting, respectively. The production of its forage could be given to 6−7 cattles as long as 65 days on up to the nex harvesting. Key Words: Urea, Organic Fertilizer, Inceptisol, Sorghum bicolor ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi urea dengan pupuk organik pada tanah inceptisol terhadap kandungan nitrogen, magnesium, klorofil dan pertumbuhan rumput hermada (Sorghum bicolor). Kombinasi urea–pupuk organik sebagai perlakuan P I (0 : 3000 kg/ha); P II (100 : 2500 kg/ha); P III (150 : 2000 kg/ha); P IV (200 : 1500 kg/ha; P V (250 : 1000 kg/ha) dan P VI (300 : 0 kg/ha). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 kali ulangan. Data kandungan nitrogen, magnesium, klorofil dan pertumbuhan hermada (Sorghum bicolor) dianalis variansi jika berbeda dilanjutkan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk P I; P II; P III; P IV; P V dan P VI tidak pengaruh nyata terhadap kandungan N, klorofil dan tingkat pertumbuhan rumput hermada, namun berpengaruh pada kandungan Mg. Variasi kombinasi perlakuan belum memberi perbedaan pengaruh, walaupun pada kombinasi 150 kg–2000 kg dengan 200–1500 kg pupuk organik (PIII dan PIV) menunjukkan kandungan nitrogen, magnesium, klorofil lebih tinggi dan pertumbuhan cenderung lebih baik. Produksi malai tertinggi pada perlakuan PII mencapai 1.169,8 kg/ha, produksi hijuan segar pada perlakuan PIII terdapat perbedaan nyata (P<0,05) dengan produksi hijauan segar sebanyak 14.408,1 kg/ha. Rata-rata potensi produksi biji dan hijauan segar masing-masing dapat mencapai 2.010,5 ton dan 12.642,7 ton dalam satu kali panen, produksi hijauan segar sebanyak ini dalam hitungan kasar dapat diberikan pada ternak sebanyak 6–7 ekor sapi selama 65 hari (sampai panen berikutnya). Kata Kunci: Urea, Pupuk Organik, Inceptisol, Sorghum bicolor
865
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
PENDAHULUAN Rendahnya bahan organik pada lahan kering merupakan kendala dalam usaha meningkatkan dan mempertahankan produktifitas lahan. Hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan organik di lahan kering berjalan lambat, adanya proses erosi, budaya petani dalam membersihkan lahannya dengan dibakar atau digunakan untuk pakan ternak. Kurangnya penggunaan pupuk organik mendorong percepataan menurunnya produktifitas lahan. Lahan kering di daerah lereng gunung Merapi umumnya berkembang dari bahan induk volkan muda (MULYADI, 1999) dan berdasarkan peta tanah dan taksonomi USDA setara dengan Inceptisol (ANONIM, 2000). Sifat tanah ini biasanya mempunyai kandungan hara tinggi tetapi sebagian besar dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman, kandungan pasir tinggi, liat rendah dan kadar bahan organik rendah yang menyebabkan daya sangga tanah terhadap air maupun kation rendah (SUKMANA et al., dalam MULYADI, 1999). Oleh karena itu upaya perbaikan kesuburan tanah melalui penambahan bahan organik yang berupa pupuk organik serta pupuk anorganik perlu dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemupukan dalam mendukung peningkatan produktiftas tanah. Hasil penelitian MUSOFIE (2000), penggunaan pupuk anorganik pada takaran kurang dari 30% dari dosis yang dilakukan petani dengan penambahan pupuk organik majemuk 2,5 ton/ha, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Hara yang diserap tanaman dimanfaatkan untuk berbagai proses metabolisme dalam menjaga fungsi fisiologis tanaman. Gejala fisiologis sebagai efek pemupukan diantaranya dapat diamati melalui parameter yaitu bobot segar, bobot kering, kadar klorofil daun nitrogen dan magnesium jaringan. Unsur nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun, mendorong pertumbuhan batang dan daun (MARSCHNER, 1986), sedangkan magnesium merupakan faktor untuk pembentukan klorofil. Rumput Hermada (Shorghum bicolor) jenis Jepang diujicoba dalam penelitian ini. Tanaman sorghum ini mempunyai keunggulan dapat tumbuh di lahan kering dibanding dengan tanaman palawija lain, secara teknis budidaya relatif mudah, seluruh bagian
866
tanaman dapat dimanfaatkan, perawatan mudah, waktu panen pendek 50–60 hari, dapat panen lebih dari satu kali (2–3 kali) dalam sekali tanam. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada tanah inceptisol di Dusun Karangsari Desa Wedomartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penanaman dan pemeliharaan, rumput hermada jenis Jepang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2004 selama 2 bulan. Perlakuan yang diuji coba adalah kombinasi pupuk urea (anorganik) dengan pupuk organik (bahan dasar dari limbah kandang sapi) per hektar dengan: PI
= Perlakuan 0 kg Pupuk urea dengan 3000 kg Pupuk organik
P II
= Perlakuan 100 kg Pupuk urea dengan 2500 kg Pupuk organik
P III
= Perlakuan 150 kg Pupuk urea dengan 2000 kg Pupuk organik
P IV = Perlakuan 200 kg Pupuk urea dengan 1500 kg Pupuk organik PV
= Perlakuan 250 kg Pupuk urea dengan 1000 kg Pupuk organik
P VI = Perlakuan 300 kg Pupuk urea dengan 0 kg Pupuk organik Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Percobaan dilakukan pada lahan seluas 200 m2 yang terbagi atas 24 petakan (plot) dengan ukuran 2 m x 2 m dan dibuat parit selebar 40 cm diantara petakan (plot). Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm dengan cara ditugal 2−3 biji setiap lubang tanaman. Pemeliharaan berupa penyiangan, penyulaman, dan penjarangan dilakukan 2 kali yaitu pada hari ke-15 dan hari ke-30. Pemberian pupuk urea pada hari ke-15 dan hari ke-35 hst sedangkan pemberian pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, bobot basah dan bobot kering tanaman, kandungan klorofil daun dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
spektrofotometer tipe spektronik 20 pengukuran absobansi dilakukan pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm (SURACHMAN et al., 1996), kandungan magnesium dengan menggunakan alat AAS yang ada di BPTP Yogyakarta sedangkan nitrogen jaringan dengan menggunakan metoda destruksi menambahkan H2SO4 pekat pada sample kemudia di destilasi dengan menambahkan NaOH 40% dan terahir titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N hingga warna berubah. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan (ASTUTI, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi mikroklimat daerah penelitian Kondisi mikroklimat di Karangsari, Wedomartani, Ngemplak Sleman, Yogyakarta selama 2 bulan dari bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2004 adalah seperti yang tertuang pada Tabel 1. Pada bulan Juni-Juli daerah ini mempunyai kisaran suhu antara 20,01°C-32,40°C serta suhu rerata 25,27°C, sedangkan kisaran
kelembaban reratanya sebesar 74.35%. Ratarata total hujan, kelembaban dan intensitas cahaya matahari berturut-turut 0.68 mm/s (kemarau), 0.46 m/s dan 14.84MJ/m. Kandungan magnesium, nitrogen dan klorofil daun Kandungan magnesium, nitrogen dan klorofil daun tanaman hermada (Sorghum bicolor) pada semua perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Kombinasi urea-pupuk organik memberikan pengaruh terhadap kandungan magnesium daun. Kombinasi 3000 kg pupuk organik dengan tanpa urea (PI) mampu mencapai kandungan magnesium tertinggi (Gambar 1), berbeda dengan perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena pada perlakuan tersebut mempunyai kandungan organik yang tinggi. Kandungan organik yang tinggi dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah sehingga ketersediaan dan keterserapan Mg menjadi lebih tinggi. Hal senada dikemukakan Sastamihardja (1996), bahwa bahan organik yang ditambahkan dapat menyebabkan sifatsifat fisik tanah dapat diperbaiki, termasuk kapasitas tukar kation serta menyediakan banyak elemen-elemen esensial termasuk Magnesium.
Tabel 1. Kondisi mikroklimat daerah penelitian pada bulan Juni-Juli 2004 Suhu °C
Kelembaban
Min °C
Max °C
Rerata °C
Min %
Max %
Rerata %
20,01±1,65
32,40±1,90
25,27±0,93
28,44±7,90
99,50±1,14
74,35±4,84
Hujan
Angin
Matahari
Total mm/s
Total m/s
Total MJ/m
0,68±2,04 0,46±0,64
14,84±2,47
MJ = Mega Joule Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DIY (2004)
Tabel 2. Kandungan Mg, N dan klorofil daun Hermada (Sorghum bicolor) Parameter Magnesium (%)
PI
P II b
0,17±0,01
a
Nitrogen (%)
2,67±0,13
Klorofil (mg/lt)
21,13±2,50a
P III
0,13±0,02
a
2,86±0,26
a
21,11±1,22a
P IV
0,14±0,01
a
2,80±0,13
a
20,99±2,16a
PV
0,14±0,01
a
2,90±0,26
a
21,93±0,54a
P VI a
0,14±0,03a
a
2,78±0,14a
0,12±0,02
2,80,±0,19
21,94±3,77a
19,53±4,25a
Superscript setelah rerata pada satu lajur merupakan hasil uji DMRT, huruf yang sama tidak berbeda nyata (p>0,05)
867
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Lain hal pada kandungan nitrogen daun dan klorofil semua perlakuan tidak memberikan pengaruh. Variasi kombinasi urea-pupuk organik tidak memberikan pengaruh secara signifikan (p>0,05) terhadap kandungan klorofil dan kandungan nitrogen daun, tetapi memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan magnesium daun. Hal ini mungkin disebabkan karena pada semua kombinasi perlakuan, kebutuhan minimum nitrogen tanaman sudah terpenuhi. Sesuai dengan pernyataan hukum Leibig, bahwa organisme mempunyai batas minimun ekologi (ODUM, 1983). Jadi, walaupun kandungan nitrogen dalam urea cukup tinggi tetapi tumbuhan menyerap dalam jumlah tertentu sesuai kebutuhan tanaman. Banyak dan macam kebutuhan hara tanaman juga tergantung dari aktifitas, umur dan jenis tanaman tersebut. Variasi kombinasi urea-pupuk organik tidak memberi perbedaan pengaruh terhadap kandungan klorofil. Hal ini disebabkan karena variasi kombinasi perlakuan tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap kandungan nitrogen. Nitrogen adalah salah satu unsur yang sangat dibutuhkan untuk biosintesis klorofil. Meskipun memberikan perbedaan pengaruh terhadap keterserapan Mg, tetapi perlakuan yang diberikan belum berpengaruh terhadap kandungan klorofilnya. Hal ini mungkin disebabkan karena selain sebagai pembentuk klorofil, Mg juga berperan dalam pertukaran zat phospat, mempengaruhi proses respirasi serta menjadi aktifator enzim. Pertumbuhan tanaman hermada (Sorghum bicolor) Berdasarkan hasil analisis varian ditunjukkan bahwa variasi kombinasi ureapupuk organik tidak memberikan perbedaan
pengaruh yang signifikan (p>0.05) terhadap bobot kering total dan tinggi tanaman, tetapi memberikan perbedaan pengaruh secara signifikan (p<0.05) terhadap bobot basah total tanaman. Berdasarkan hasil uji DMRT dapat diketahui bahwa kombinasi perlakuan 150 kg urea dengan 2000 kg pupuk organik per hektar (PIII) mampu mencapai bobot basah total tanaman.yang paling tinggi. Secara umum ada kecenderungan kombinasi perlakuan 150 kg urea dengan 2000 kg pupuk organik dan 200 kg dengan 1500 kg pupuk organik per hektar (P III dan P IV) mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih baik. Tinggi rumput hermada pada penelitian ini berkisar antara 138−143 cm, diukur dari permukaan hingga daun terakhir tanpa malai. Sehingga tinggi tanaman jika diukur dari permukaan tanah hingga ke puncak malai tertinggi berkisar antara 178−183 cm. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Maheldaswara (2003), bahwa tinggi tanaman hermada diukur dari permukaan tanah hingga ke puncak malai tertinggi adalah berkisar antara 150–250 cm. Dengan demikian, tanaman hermada dalam penelitian ini masih dalam rentangan tanaman normal dilihat dari tinggi tanamannya. Variasi kombinasi perlakuan berpengaruh terhadap bobot basah total tanaman, tetapi tidak terhadap bobot kering dan tinggi tanamannya. Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif dan irreversible. Perubahan kuantitatif ini paling nyata diukur dari biomassa keringnya. Ada kecenderungan kombinasi perlakuan 150 kg urea dengan 2000 kg pupuk organik dan 200 kg dengan 1500 kg pupuk organik per hektar (P III dan P IV) kandungan N, Mg, klorofil lebih tinggi dan tingkat pertumbuhan (bobot basah, bobot kering dan tinggi tanaman) lebih baik.
Tabel 3. Bobot basah, bobot kering dan tinggi tanaman Hermada Sorghum bicolor Parameter Tinggi tanaman (cm) Bobot basah total (g) Bobot kering total (g)
PI
P II
P III
P IV
PV
P VI
138,79±17,40a
140,68±6,49a
142,96±6,12a
140,85±12,10a
140,35±13,14a
140,35±6,16a
109,85±12,31a 103,28±20,90a 143,80±16,29c 128,50±24,19abc 141,28±17,77bc 114,58±10,10ab 30,60±3,77a
35,58±1193a
35,65±2,99a
47,23±10,14a
34,83±2,59a
35,18±5,62a
Superscript setelah rerata pada satu lajur merupakan hasil uji DMRT, huruf yang sama tidak berbeda nyata (p>0,05)
868
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 4. Bobot kering akar, batang dan daun tanaman Hermada (Sorghum bicolor) PI
P II
P III
P IV
PV
P VI
Bobot kering akar (g)
Parameter
8,05±1,84a
8,13±4,69a
8,23±0,89a
7,53±1,12a
8,23±2,22a
10,05±3,96a
Bobot kering batang (g)
19,50±2,05a
24,60±8,87a
24,18±2,98a
35,55±9,10b
22,56±2,36a
21,50±2,77a
Bobot kering daun (g)
3,05±0,24a
2,85±0,60a
3,25±0,17a
4,15±0,89a
4,08±1,32a
3,63±0,84a
Superscript setelah rerata pada satu lajur merupakan hasil uji DMRT, huruf yang sama tidak berbeda nyata (p>0,05) Tabel 5. Potensi produksi malai kering, biji kering, hijauan segar dan hijauan kering dalam kilogram per hektar Parameter Malai kering
PI
P II
P III
P IV
PV
PVI
1.094,0b
1.169,8c
1.152,6bc
977.7ab
895,9a
890,6a
a
a
a
Biji kering
2.211,7
Hijauan segar
10.994,4a
Hijauan kering
a
3.0933,3
2.250,9
11.176,2a 4.275,9
a
a
a
Rerata 1.030,1 a
1.481,9
1.792,5
2.212,8
2.111,1
2.010,5
14.408,1b
13.742,1aa
14.314,5ab
11.221,2a
12.642,7
a
3.477,6
a
5.163,3
a
3.365,1
a
3.672,0
3.841,2
Superscript setelah rerata pada satu lajur merupakan hasil uji DMRT, huruf yang sama tidak berbeda nyata (p>0,05)
Berdasarkan hasil analisis varian menunjukkan bahwa variasi kombinasi ureapupuk organik tidak menunjukkan pengaruh secara signifikan (p>0,05) terhadap bobot kering akar dan daun, tetapi berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap bobot kering batang. Dari uji DMRT dapat diketahui bahwa kombinasi perlakuan 200 kg urea dengan 1500 g pupuk organik per hektar mampu mencapai bobot kering batang yang paling tinggi, berbeda dengan perlakuan yang lain, namun belum memberikan efek terhadap bobot kering totalnya. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan tersebut bobot kering akar cenderung rendah, sehingga menghasilkan bobot kering batang yang berbeda. Pengaruh variasi kombinasi pemupukan terhadap produksi malai kering terdapat perbedaan. Hasil DMRT menunjukkan bahwa kombinasi pupuk urea 100 kg/ha dan pupuk organik 2500kg/ha (P II) dapat menghasilkan produksi malai tertinggi, yakni mencapai 1.169,8 kg/ha. Begitu pula pada produksi hijauan segar terdapat perbedaan dan hasil DMRT pada perlakuan kombinasi 150 kg/ha urea dan 2000 kg/ha pupuk organik (P III) terdapat perbedaan nyata (P<0,05) dengan
produksi hijauan segar sebanyak 14.408,1 kg/ha. Rata-rata potensi produksi biji dan hijauan segar masing-masing dapat mencapai 2.010,5 ton dan 12.642,7 ton/ha dalam satu kali panen, produksi hijauan segar sebanyak ini dalam hitungan kasar dapat diberikan pada ternak sebanyak 6−7 ekor sapi selama 65 hari (sampai panen berikutnya). Gambar 1 menunjukkan variasi kombinasi perlakuan (PI) memberikan perbedaan pengaruh secara signifikan (P<0,05) terhadap kandungan magnesium, tetapi tidak terhadap kandungan nitrogen dan klorofil (P>0,05). Pada Gambar 2, variasi kombinasi perlakuan belum memberi efek pada pertumbuhan tanaman, dilihat dari bobot kering total dan tinggi tanamannya. Pengaruh kombinasi perlakuan hanya terlihat pada bobot basahnya. Secara umum ada kecenderungan kombinasi perlakuan 150 kg urea dengan 2000 kg pupuk kandang dan 200 kg dengan 1500 kg pupuk kandang per hektar (PIII dan PIV) kandungan N, Mg, klorofil lebih tinggi dan tingkat pertumbuhan (bobot basah, bobot kering dan tinggi tanaman) lebih baik.
869
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Kandungan Nitrogen jaringan
Kandungan Mg jaringan 3.00
N (%)
Mg (%)
0.20 0.10 0.00
2.90 2.80 2.70 2.60
PI
P II
P III
P IV
PV
P VI
2.50 PI
Perlakuan
P II
P III
P IV
PV
P VI
Perlakuan
Kandungan Mg jaringan
Kand. Nitrogen jar.
M (g/l)
Kandungan Klorofil 24.000 22.000 20.000 18.000 16.000 PI
P II
P III
P IV
PV
P VI
Perlakuan Kand. Klorofil
Gambar 1. Grafik kandungan magnesium jaringan, nitrogen jaringan dan klorofil
Bobot kering
150.000
bobot kering (gram)
Bobot basah (gram)
Bobot basah
100.000 50.000 0.000 PI
P II
P III
P IV
PV
60.000 40.000 20.000 0.000 PI
P VI
P II
P III
P IV
PV
P VI
Perlakuan
Perlakuan
Bobot kering
Bobot basah
Tinggi tanaman
T inggi tan am an 144 .000 142 .000 140 .000 138 .000 136 .000 PI
P II
P III
P IV
PV
P VI
Perlaku an
T inggi tanam an
Gambar 2. Kandungan bobot basah, bobot kering dan tinggi tanaman Hermada (Sorghum bicolor)
870
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
KESIMPULAN
MARSCHNER, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. London: Academic Press Inc.
Semua variasi kombinasi pemupukkan tidak memberi pengaruh terhadap kandungan N, klorofil dan tingkat pertumbuhan meskipun berbeda pada kandungan Mgnya. Produksi hijauan segar, pada perlakuan PIII berbeda nyata (P<0,05) dengan tingkat produksi hijauan segar sebanyak 14.408,1 kg/ha. Ratarata potensi produksi hijauan segar dapat mencapai 12.642,7 ton /ha dalam satu kali panen, secara kasar dapat diberikan pada ternak sebanyak 6−7 ekor sapi selama 65 hari.
MULYADI, S. ADININGSIH dan J. PURNOMO. 1999. Alternatif Pemupukan pada Tanah Inceptisol di Lereng Gunung Merapi untuk Peningkatan Hasil Cabe Varietas Hot Chilli. Prosiding Seminar Rekayasa Sistem Usaha Tani Konservasi. BPTP yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA ANONIM. 2000. Peta Tanah Eksplorasi Indonesia Skala 1 : 1000.000. Departemen Pertanian BP3T Bogor. ASTUSTI, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik. Yogyakarta: Fakultas Peternakan.
MUSOFIE, A. 2000. Peranan Sapi Potong Dalam Sistem Usaha Pertanian Organik. Pros. Lokakarya Sistem Integrasi Padi-Ternak. BPTP yogyakarta. ODUM, E.P. 1983. Basic Eology. Philadelpia : University of Georgia. SASTAMIHARDJA, D. dan A. SIREGAR. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB. SURACHMAN dan A.L. SUYITNO. 1996. Pengaruh Kadmium (Cd) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Pertumbuhan Klorofil Tanaman Padi (Oriza sativa. L. Yogyakarta: FMIPA UNY.
MAHELDASWARA. 2003. Budidaya Hermada di Lahan Kering dan Kritis. Kanisius, Yogyakarta.
871