KOLEKSI DAN KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH SAYURAN INDIGENOUS
Oleh : Didik Hermanto A34303021
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KOLEKSI DAN KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH SAYURAN INDIGENOUS
Skripsi sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Didik Hermanto A34303021
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DIDIK HERMANTO. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Sayuran Indigenous. Di bawah bimbingan BAMBANG S. PURWOKO dan MUHAMAD SYUKUR. Penelitian ini bertujuan untuk mengkoleksi dan mengkarakterisasi plasma nutfah sayuran indigenous Indonesia asal Kabupaten Pandeglang dan Bogor, mempelajari perbedaan karakter dari setiap tanaman antar aksesi serta untuk mendapatkan informasi mengenai deskripsi sayuran indigenous Indonesia dan kekerabatan atau kedekatan antar aksesi. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang terdiri atas koleksi dan karakterisasi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan delapan aksesi sebagai perlakuan dan tiga kali ulangan sebagai kelompok untuk masing-masing spesies tanaman. Eksplorasi tanaman terdiri atas koleksi dan karakterisasi. Eksplorasi sayuran indigenous yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Bogor. Eksplorasi dari masing-masing kabupaten menghasilkan lima jenis sayuran berbeda dengan delapan aksesi yang berbeda. Karakter morfologi masingmasing jenis sayuran menunjukkan perbedaan antar aksesi yang diuji berdasarkan karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Berdasarkan karakter kuantitatif, tanaman beluntas menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan diameter batang 2 (Δ D2). Karakter lainnya seperti pertambahan diameter batang (Δ D1, Δ D3 dan Δ D4), panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun dan bobot panen per tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pendeskripsian karakter kualitatif tanaman beluntas menunjukkan perbedaan karakter ujung daun, tepi daun, warna batang muda dan warna batang dewasa. Tanaman kenikir yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman di awal pengamatan yaitu pada umur 3, 4, dan 5 Minggu Setelah Semai (MSS) dan panjang tangkai bunga. Hasil panen tanaman kenikir terbesar dimiliki oleh aksesi Pandeglang dengan bobot panen 118.75 gram/tanaman. Berdasarkan karakter kualitatif tanaman kenikir yang diuji, 8 aksesi tanaman kenikir menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, warna daun bagian bawah, belahan daun dan aroma daun. Hasil penelitian terhadap tanaman pegagan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan panjang tanaman 1 (Δ P1) dan pertambahan panjang tanaman 2 (Δ P2), pertambahan jumlah tunas 1 (Δ JT1) dan pertambahan jumlah tunas 2 (Δ JT2), panjang daun, lebar daun serta panjang tangkai daun. Hasil panen daun tanaman pegagan 8 aksesi yang diuji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Bobot panen tanaman pegagan setiap aksesi berkisar antara 3.29 gram/tanaman hingga 4.78 gram/tanaman, dengan koefisien keragaman yang cukup besar yaitu 35.03. Pendeskripsian karakter kualitatif 8 aksesi pegagan menunjukkan perbedaan pada karakter warna daun bagian atas. Tanaman sambung nyawa yang diuji menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman 1 (Δ T1) dan pertambahan
diameter batang 1 (Δ D1). Hasil pengujian karakter kuantitatif lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil panen tanaman sambung nyawa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Karakter kualitatif 8 aksesi tanaman sambung nyawa yang diuji menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, pangkal daun dan ketahanan. Pengujian karakter kuantitatif tanaman terubuk menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman 4 (Δ T4), lebar daun dan panjang pelepah. Perbedaan yang nyata terdapat pada karakter pertambahan tinggi tanaman 1 (Δ T1) dan diameter bunga. Berdasarkan karakter kualitatif tanaman terubuk yang diuji, kedelapan aksesi terubuk menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dan warna bunga.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: KOLEKSI
DAN
KARAKTERISASI
PLASMA
NUTFAH
SAYURAN INDIGENOUS Nama
: Didik Hermanto
NRP
: A34303021
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc. NIP. 131 404 220
Dr Muhamad Syukur, SP. MSi. NIP. 132 258 034
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 25 Maret 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, putra dari pasangan Bapak Karni dan Ibu Siti Siwi Asih. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak dari tahun 1990 hingga tahun 1991 di TK Pertiwi Yonif 320 Badak Putih Cadasari. Kemudian penulis melanjutkan ke SDN VII Pandeglang dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1997. Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SLTPN 1 Pandeglang dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Cipocok Jaya Serang dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kepanitiaan Festival Tanaman XXV tahun 2004 dan panitia Terrarium for Kids 2006. Penulis juga pernah mengikuti Pelatihan Pertanian Terpadu yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) “Antanan” di Cimande, Bogor pada tahun 2005.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KOLEKSI DAN KARAKTERISASI BEBERAPA PLASMA NUTFAH SAYURAN INDIGENOUS”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam kegiatan perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Keluarga tercinta, Bapak dan Mamah, mas Arif, mas Bagus, Esthi dan Arie atas semua dukungan dan doanya. 2. Prof. Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc dan Dr Muhamad Syukur, SP. MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, masukan dan motivasi selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Dr Ir Darda Efendi, MSi selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas saran dan kritiknya. 4. Prof. Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan saran dan masukan selama studi penulis. 5. SANREM yang telah mendanai penelitian ini. 6. Site manager kebun SANREM Nanggung, mas Tisna terima kasih atas bantuannya serta Bapak Andi dan keluarga atas saran dan bantuannya. 7. Indriastuti yang telah memberikan kasih sayang dan kesabarannya serta selamanya di hati. 8. Sahabat seperjuangan di Hortikultura 40, Agung, Endang dan Komariah, atas segala dukungannya serta Hady, Niko, Faruq, Bella, Defi, Nadin dan Dewi yang atas bantuan dan kebersamaanya selama penyelesaian tugas akhir ini
9. Teman-teman ’Kongkow’, Putra, Inu, Ucup, Manto, mas Sonny, Ompong, Abay dan mas Imam atas segala ’warna’ yang telah diberikan kepada penulis. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan kelancaran dalam setiap langkah yang ditempuh, Amin. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ................................................................................. Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ................................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ Plasma Nutfah ................................................................................... Sayuran Indigenous ........................................................................... Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) ................................................. Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.) ................................................... Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) ........................................... Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) ...................... Terubuk (Saccharum edule Hassk.) ..................................................
4 4 4 5 6 8 10 11
BAHAN DAN METODE ...................................................................... Waktu dan Tempat ............................................................................ Bahan dan Alat .................................................................................. Metode ............................................................................................... Pelaksanaan ....................................................................................... Pengamatan ....................................................................................... Dokumentasi ......................................................................................
12 12 12 12 13 14 23
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. Kondisi Umum .................................................................................. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) ................................................. Deskripsi Karakter Kuantitatif ...................................................... Pertumbuhan Vegetatif ............................................................ Panen ........................................................................................ Deskripsi Karakter Kualitatif ........................................................ Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.) ................................................... Deskripsi Karakter Kuantitatif ...................................................... Pertumbuhan Vegetatif ............................................................ Pertumbuhan Generarif ............................................................ Panen ........................................................................................ Deskripsi Karakter Kualitatif ........................................................ Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) ........................................... Deskripsi Karakter Kuantitatif ...................................................... Pertumbuhan Vegetatif ............................................................ Panen ........................................................................................ Deskripsi Karakter Kualitatif ........................................................ Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) ...................... Deskripsi Karakter Kuantitatif ...................................................... Pertumbuhan Vegetatif ............................................................ Panen ........................................................................................ Deskripsi Karakter Kualitatif ........................................................
24 24 25 25 26 29 29 34 34 35 39 40 40 45 45 46 49 50 55 55 55 58 59
Terubuk (Saccharum edule Hassk.) .................................................. Deskripsi Karakter Kuantitatif ...................................................... Pertumbuhan Vegetatif ............................................................ Pertumbuhan Generatif ............................................................ Panen ........................................................................................ Deskripsi Karakter Kualitatif ........................................................
63 63 64 67 68 68
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
73 73 74
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................
75
...........................................................................................
77
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Beluntas ....................................................................
26
2
Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Beluntas
27
3
Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Beluntas
..
28
4
Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Beluntas ....................................................................
28
5
Rata-rata Bobot Panen Tanaman Beluntas
...............................
29
6
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong ..........................
30
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Beluntas Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk ...............
31
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Kenikir ......................................................................
35
9
Rata-rata Tinggi Tanaman Kenikir
36
10
Rata-rata Diameter Batang Tanaman Kenikir
..........................
37
11
Rata-rata Panjang Daun Majemuk dan Panjang Anak Daun Tanaman Kenikir ......................................................................
38
12
Rata-rata Panjang Tangkai Bunga Tanaman Kenikir
...............
39
13
Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Kenikir
..............................
40
14
Rata-rata Bobot Panen Tanaman Kenikir
.................................
40
15
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong
7 8
...................
..........................................
Kenikir Aksesi ..........................
42
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Kenikir Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk ...............
43
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Pegagan ....................................................................
46
18
Rata-rata Pertambahan Panjang Tanaman Pegagan
47
19
Rata-rata Pertambahan Jumlah Tunas Tanaman Pegagan
........
48
20
Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Pegagan ....................................................................
49
21
Rata-rata Bobot Panen Tanaman Pegagan
50
22
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman
16 17
.................
............................... Pegagan Aksesi
Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong
..........................
51
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Pegagan Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk ...............
52
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Sambung Nyawa .......................................................
55
25
Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Sambung Nyawa
.....
56
26
Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Sambung Nyawa .......................................................................................
57
Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Sambung Nyawa .......................................................
58
28
Rata-rata Bobot Panen Tanaman Sambung Nyawa
.................
58
29
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong ..........................
60
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk ...............
61
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Terubuk ....................................................................
63
32
Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Terubuk
64
33
Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Terubuk
...
65
34
Rata-rata Panjang Daun dan Lebar Daun Tanaman Terubuk
...
65
35
Rata-rata Panjang Pelepah Daun Tanaman Terubuk
................
67
36
Rata-rata Panjang Bunga dan Diameter Bunga Tanaman Terubuk
67
37
Rata-rata Bobot Panen Bunga Terubuk
....................................
68
38
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong ..........................
70
Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Terubuk Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk ...............
71
23 24
27
30 31
39
...................
Nomor
Halaman Lampiran
1
Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Beluntas
78
2
Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Kenikir
80
3
Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Pegagan
82
4
Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Sambung Nyawa .......................................................................................
84
Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Terubuk
86
5
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1
Tipe Daun
2
Bentuk Bangun Daun
3
Bentuk Ujung Daun
4
Bentuk Pangkal Daun
5
Bentuk Tepi Daun
6
Bentuk Pertulangan Daun
7
Kedudukan/ Tempat Tumbuh Bunga
.......................................
20
8
Gejala Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Sambung Nyawa (kiri) dan Serangan Ulat pada Beluntas (kanan) ......................
25
9
Keragaan Tanaman Beluntas pada Umur 4 MST
.....................
27
10
Bentuk Ujung Daun Tanaman Beluntas
...................................
32
11
Warna Batang Muda Tanaman Beluntas
..................................
32
12
Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Beluntas ........................................................
33
13
Bunga Tanaman Beluntas
34
14
Pertumbuhan Tinggi Tanaman 8 Aksesi Kenikir
.....................
36
15
Pertumbuhan Diameter Batang 8 Aksesi Kenikir
....................
37
16
Keragaan Tanaman Kenikir Umur 7 MSS
...............................
38
17
Bentuk Belahan Daun Tanaman Kenikir
.................................
41
18
Warna Daun Tanaman Kenikir
................................................
44
19
Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Kenikir ..........................................................
45
Karakter Panjang Tangkai Daun dan Bentuk Fisik Tanaman Pegagan ....................................................................................
53
Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Pegagan .........................................................
54
22
Keragaan Tanaman Sambung Nyawa di Lapangan
.................
57
23
Warna Permukaan Atas Daun Tanaman Sambung Nyawa Warna Hijau (atas) dan Warna Hijau Tua (bawah) ...................
59
20 21
.................................................................................
15
...............................................................
16
..................................................................
17
...............................................................
18
....................................................................
18
.........................................................
.........................................................
19
24
Gejala Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Sambung Nyawa .......................................................................................
62
Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Sambung Nyawa ...........................................
62
26
Keragaan 8 Aksesi Tanaman Terubuk
.....................................
66
27
Warna Bunga Tanaman Terubuk
.............................................
69
28
Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Terubuk .........................................................
72
25
PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah yang merupakan salah satu komponen plasma nutfah yang kaya manfaat, namun sangat disayangkan saat ini belum banyak masyarakat yang mencoba untuk memanfaatkannya. Sayuran indigenous dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi yang seimbang. Menurut Muchtadi (2000), sayuran sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi yang baik. Sayuran mempunyai peranan penting untuk memperoleh suatu keseimbangan konsumsi makanan, karena sayuran mengandung zat gizi seperti pro-vitamin A dan vitamin C, sumber kalsium (Ca) dan zat besi (Fe), sedikit kalori, serta sumber serat pangan dan antioksidan alami. Oleh karena itu sayuran sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari terutama sebagai komponen diet. Sayuran yang dikonsumsi tidak harus selalu sayuran introduksi, karena sayuran indigenous Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan permintaan pasar, serta dapat berkhasiat sebagai obat karena beberapa sayuran indigenous mengandung minyak esensial yang baik bagi kesehatan. Pemanfaatan sayuran indigenous Indonesia pada umumnya dilakukan oleh masyarakat suatu daerah saja dalam jumlah kecil dan tidak berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi pemanfaatan sayuran indigenous yang belum optimum ini, salah satunya melalui kegiatan eksplorasi dan koleksi. Pemanfaatan sayuran indigenous dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan koleksi. Menurut Altoveros and Engle (1999), pengkoleksian plasma nutfah sayuran didasarkan pada dua tujuan, yaitu untuk konservasi dan untuk pemanfaatan plasma nutfah tersebut. Sementara itu penentuan spesies yang akan dikoleksi didasarkan pada beberapa alasan, diantaranya spesies mengalami ancaman erosi genetik, memiliki potensi ekonomi tinggi, statusnya langka karena populasinya sedikit, penyebarannya luas dan dibutuhkan untuk tujuan penelitian. Somantri et al. (2005) menambahkan pengkoleksian sayuran sebaiknya dilakukan di luar habitat aslinya (ex-situ), karena koleksi sayuran indigenous secara ex-situ merupakan cara pelestarian yang aman dan efisien. Sayuran yang
telah dikoleksi kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui sifat-sifat dan karakter morfologi dari setiap jenis sayuran yang dikoleksi. Beberapa sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan, dikoleksi dan dikarakterisasi antara lain adalah : 1) Beluntas (Pluchea indica (L.) Less), tanaman ini berpotensi sebagai tanaman herbal yang memiliki fungsi sebagai antioksidan. Secara tradisional daun beluntas dikonsumsi sebagai lalapan yang berkhasiat menghilangkan bau badan dan sebagai obat penurun panas (Sastroamidjojo, 1997), 2) Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), tanaman kenikir biasanya dikonsumsi sebagai lalapan yang berkhasiat untuk menambah nafsu makan. Daun kenikir memiliki aroma yang kuat dan bunga yang berwarna cerah sehingga dapat pula dijadikan sebagai tanaman penghias pekarangan (van den Bergh, 1994), 3) Pegagan (Centella asiatica L. Urban.), tanaman pegagan pada umumnya digunakan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk segar (lalapan), kering maupun dalam bentuk olahan seperti jamu. Tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan, karena memiliki banyak manfaat, seperti sebagai obat penurun panas hingga perangsang syaraf memori (Dalimartha, 2000), 4) Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr), daun sambung nyawa biasa dikonsumsi dalam bentuk segar dan memiliki efek yang baik bagi kesehatan. Sayuran ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena memiliki khasiat dari penurun demam hingga obat penghambat pertumbuhan sel-sel kanker (Winarto, 2003a), 5) Terubuk (Saccharum edule Hassk.), terubuk atau tebu telur merupakan sayuran yang belum dikenal secara umum, namun sayuran yang dikonsumsi bagian bunganya ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Pada umumnya terubuk dikonsumsi sebagai lalapan atau dijadikan sayur seperti sayur lodeh, opor atau kari dan sayur asem (Daulay et al., 1984). Sayuran indigenous tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut belum dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Penelitian ini dilaksanakan untuk mempelajari karakter morfologi dari beberapa sayuran indigenous sebagai langkah awal dalam mengembangkan potensi dan pemuliaan tanaman.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkoleksi dan mengkarakterisasi plasma nutfah sayuran indigenous Indonesia asal Kabupaten Pandeglang dan Bogor, mempelajari perbedaan karakter dari setiap tanaman antar aksesi serta untuk mendapatkan informasi mengenai deskripsi lima jenis sayuran indigenous Indonesia dan kekerabatan atau kedekatan antar aksesi.
TINJAUAN PUSTAKA Plasma Nutfah Indonesia dikenal dengan sebutan Pusat Keanekaragaman Hayati (Center of Biological Diversity). Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman ekosistem, spesies, variabilitas tanaman, hewan dan jasad renik. Keragaman yang tinggi ini merupakan sumber plasma nutfah yang dapat memberikan nilai ekonomi langsung berupa makanan, obat-obatan, dan bahan industri (Marum, 2007). Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasad renik. Plasma nutfah juga merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional (Sibarani, 2000). Sayuran Indigenous Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah di Indonesia yang berasal dari daerah atau ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia. Sayuran indigenous dapat disebut juga sayuran lokal (Balai Penelitian Sayuran, 2007). Sayuran indigenous tidak tumbuh dalam area yang luas. Sayuran indigenous biasanya tumbuh di pekarangan rumah sebagai tanaman penghias atau digunakan sebagai tanaman pagar. Sayuran indigenous juga kebanyakan tumbuh sebagai tanaman liar di sepanjang sungai-sungai yang kemudian dikumpulkan serta dikonsumsi oleh masyarakat desa (Duriat et al., 1999). Sayuran indigenous merupakan salah satu sumberdaya hayati yang kaya manfaat dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif yang memenuhi kualitas hortikultura dan permintaan pasar, namun sangat disayangkan saat ini belum banyak masyarakat yang mencoba untuk memanfaatkannya. Sayuran indigenous dari tiap daerah memiliki karakter yang berbeda. Untuk mendapatkan sayuran yang diinginkan dapat dilakukan beberapa tahapan,
diantaranya eksplorasi, koleksi dan seleksi. Eksplorasi yaitu tahap pengumpulan sayuran dari daerah asal yang kemudian dikoleksi di kebun koleksi. Pengkoleksian dilakukan di luar habitat aslinya (ex-situ). Koleksi sayuran indigenous secara ex-situ merupakan cara pelestarian yang aman dan efisien. Sayuran yang telah dikoleksi kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui sifatsifat dan karakter morfologi dari setiap jenis sayuran yang dikoleksi (Somantri et al., 2005). Beberapa sayuran indigenous yang dikoleksi dan diamati karakter morfologinya dalam penelitian ini antara lain beluntas, kenikir, pegagan, sambung nyawa dan terubuk. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) termasuk famili Asteraceae dan genus Pluchea. Beluntas banyak ditemukan di seluruh Asia Tenggara dan Cina Selatan. Di Indonesia tanaman ini banyak ditanam untuk dimanfaatkan sebagai tanaman pagar hidup di pekarangan rumah. Tanaman beluntas memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia, diantaranya adalah beluntas (Sumatera dan Sunda), luntas (Jawa Tengah), baluntas (Madura), lamutasa (Makasar), lenabou (Timor). Beluntas juga memiliki nama asing marsh heabane (Anonim, 2006c). Beluntas merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-1.5 m, berbatang tegak, berbentuk bulat, berkayu dan bercabang banyak. Daunnya tunggal dengan panjang 3.8-6.4 cm dan lebar sekitar 2-4 cm, berbentuk bulat telur, berbulu halus dan berwarna hijau muda. Bunga tanaman beluntas merupakan bunga majemuk berukuran kecil yang memiliki dua kepala putik berbentuk seperti jarum. Beluntas mempunyai bau yang khas (sengir) dan rasanya yang sedikit getir (Ardiansyah, 2005). Beluntas merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah dengan temperatur panas dan sedang, dan tumbuh baik pada kondisi iklim laut, sehingga beluntas cocok untuk ditanam di daerah pantai. Beluntas akan tumbuh baik apabila ditanam pada daerah yang bertanah subur. Daerah pertumbuhan tanaman beluntas berkisar antara 1-1000 meter di atas permukaan laut (m dpl).
Perbanyakan tanaman beluntas umumnya dilakukan dengan cara stek batang. Budidaya tanaman beluntas dapat dilakukan dengan menanam tanaman dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk urea atau ZA dengan dosis 25 g/m2. Pemangkasan daun beluntas untuk keperluan sayuran dapat dilakukan dua minggu sekali (Mahesworo, 1994). Menurut hasil analisis kualitatif, ekstrak daun beluntas mengandung fenol hidrokuinon, tanin, alkaloid dan steroid (Ardiansyah, 2002). Beluntas dikenal mempunyai banyak kegunaan, baik sebagai tanaman pagar maupun sebagai tanaman obat dengan menggunakan seluruh bagian tanamannya baik dalam bentuk segar maupun kering. Hal ini dikarenakan beluntas mengandung asam amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), alkaloid, flavonoida, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, alumunium, kalsium, magnesium, fosfor, besi, vitamin A dan C (Ardiansyah, 2005). Daun beluntas digunakan sebagai sayuran seperti lalapan mentah/rebus dan urap. Sebagai sayuran, daun beluntas dapat membantu menghilangkan bau keringat yang tidak sedap (Mahesworo, 1994). Beluntas sebagai tanaman obat khususnya bermanfaat menurunkan suhu tubuh (diaforetika). Daunnya dapat menambah nafsu makan dan membantu pencernaan. Beluntas juga dapat digunakan sebagai obat kencing darah, mencret, TBC pada kelenjar leher, nyeri pada rematik, nyeri haid, sakit perut, sakit pinggang dan pinggul, menghilangkan bau badan, obat pegel linu dan obat kuat untuk orang yang baru sembuh dari sakit. Dalam penggunaannya dilakukan dengan cara direbus atau diseduh seperti teh untuk menurunkan suhu tubuh, penguat, penghilang rasa nyeri dan perangsang urat syaraf, sedangkan daun beluntas yang dikukus atau ditumbuk kemudian dimakan berfungsi sebagai penghilang bau badan dan gangguan pencernaan (Sastroamidjojo, 1997). Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.) Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.) termasuk famili Compositae dan genus Cosmos. Kenikir berasal dari daerah tropik Amerika yang dibawa oleh orang Spanyol ke Filipina. Di Indonesia, kenikir banyak ditanam di pulau Jawa yang
daunnya dimanfaatkan sebagai sayuran segar (lalapan) dan sebagai penghias pekarangan karena bunganya yang berwarna cerah (Sastrapradja et al., 1979). Kenikir memiliki nama daerah seperti ulam raja (Sumatra dan Melayu), kenikir (Jawa Tengah) dan randa midang (Jawa Barat). Kenikir memiliki nama asing cosmos, sedangkan di Negara Filipina kenikir memiliki nama seperti cosmos (Tagalog), turay-turay (Bisaya) dan onwad (Ifugao). Di Thailand kenikir disebut daoruang-phama (Bangkok) (van den Bergh, 1994). Kenikir merupakan tanaman herba setahun yang tingginya antara 0.5-3.0 m. Batangnya berbentuk segi empat dan beralur serta bercabang. Daun kenikir merupakan daun majemuk yang bersilang berhadapan dengan pertulangan daun berbagi menyirip serta ujung daun meruncing. Kenikir berbunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, memiliki tangkai bunga yang panjangnya 5-30 cm, mahkota bunga terdiri dari delapan daun mahkota dengan panjang 1.5-2.0 cm dan berwarna merah muda. Buah kenikir berwarna coklat dan berbentuk seperti jarum yang ujungnya berambut (van den Bergh, 1994). Tanaman kenikir tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi. Kenikir memperbanyak diri dengan biji yang sangat mudah tersebar. Oleh karena itu, kenikir tumbuh liar di tepi-tepi sawah atau sungai. Apabila daundaunnya dipetik, tunas baru akan cepat tumbuh untuk menggantikannya (Sastrapradja et al., 1979). Daun kenikir biasanya digunakan sebagai sayuran yang dikonsumsi segar (lalapan) ditemani sambal atau dijadikan urap. Selain dijadikan sayuran, kenikir juga dapat dijadikan tanaman penghias pekarangan rumah. Di Malaysia kenikir dijadikan sebagai obat tradisional untuk menghentikan pendarahan akibat luka serta patah tulang (van den Bergh, 1994). Daun kenikir apabila diremas-remas akan memberikan bau yang khas yang disebabkan oleh sejenis minyak yang terkandung dalam daun kenikir (Sastrapradja et al., 1979). Daun kenikir mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoida dan polifenol. Daun kenikir berkhasiat sebagai penambah nafsu makan, obat lemah lambung dan untuk mengusir serangga (Anonim , 2006a).
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) Pegagan dikenal dengan nama latin Centella asiatica (L.) Urban. atau Hydrocotyle asiatica Linn. Pegagan termasuk ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae). Pegagan memiliki nama asing asiatic pennywort dan indian pennywort (Handra, 2004). Pegagan memiliki nama Hindi (India) gotu kola, di Cina pegagan disebut ji xue cau, di Belanda disebut paardevoet, sedangkan di Indonesia, pegagan memiliki nama yang beragam, diantaranya pegago (Minangkabau); antanan gede, antanan rambat (Sunda); ganggagan, kerok batok, pantegowang, panegowang, rendeng, calingan rambat, pegagan, atau gagan-gagan (Jawa); taidah (Bali); balele (Sasak, Nusa Tenggara); kelai lere (Sawo, Nusa Tenggara); wisu-wisu, pegaga (Makasar); daun tungke-tungke, cipubalawo (Bugis); hisu-hisu (Aselayar, Sulawesi); kos tekosan, gan gagan (Madura), sarowati, kori-kori (Halmahera), kolotidi menora (Ternate), dan dogakue, gogakue, atau sandanan (Irian). Umumnya pegagan disebut daun kaki kuda, hal ini dikarenakan bentuk daun pegagan yang menyerupai bentuk kaki kuda (Lasmadiwati et al., 2003). Pegagan berasal dari Asia tropik dan berkembang dengan baik di kawasan panas lainnya. Di Indonesia, pegagan mudah dijumpai di daerah pantai sampai ketinggian 2500 m dpl. Di Jawa Barat, pegagan kadang-kadang ditanam sebagai penutup tanah perkebunan teh (Dalimartha, 2000). Pegagan termasuk dalam tumbuhan terna. Batangnya lunak, tumbuh menjalar dan bercabang-cabang membentuk tumbuhan baru yang berumpun menutupi tanah. Bentuk daunnya dapat berubah tergantung lingkungan hidupnya, apabila ditanam di daerah kering, daunnya kecil dan tipis dengan banyak akar, apabila ditanam di air yang dangkal, daunnya akan tumbuh mengambang. Apabila ditanam pada daerah rawa atau tanah yang lembab, daunnya dapat berukuran sebesar uang penny Inggris yang berdiameter sekitar 1-7 cm, oleh karena itu tanaman ini disebut indian pennywort (Dalimartha, 2000). Daun tanaman pegagan tumbuh dari setiap buku, berupa daun tunggal. Dalam setiap buku terdapat 2-10 daun berbentuk seperti ginjal dengan tepi daun berombak dan berwarna hijau kekuningan. Tangkai daun mempunyai panjang 515 cm, berwarna hijau muda (Winarto dan Surbakti, 2003).
Pegagan dapat diperbanyak melalui stolon dengan media tanah lembab yang gembur serta terkena cahaya matahari. Pegagan selain berfungsi sebagai tanaman obat juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias daun, karena memiliki daun yang berwarna hijau dan bentuk yang indah (Dalimartha, 2000). Budidaya tanaman pegagan dapat dilakukan langsung di kebun maupun di polibag atau pot. Penanaman pegagan di kebun dapat dilakukan dalam bedengan dengan lebar sekitar 1 m dan tinggi 20-30 cm. Panjang bedengan dapat disesuaikan dengan ukuran lahan. Jarak bedengan dibuat sekitar 50 cm. Pupuk yang butuhkan berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan sekali selama pertumbuhan tanaman pegagan dengan cara disebarkan merata di atas bedengan seminggu sebelum penanaman, kemudian diaduk dengan tanah yang telah digemburkan. Setelah kondisi tanah siap untuk ditanami, penanaman dapat dilakukan dengan jarak tanam antara 20-30 cm. Penyiraman dilakukan minimal sehari sekali agar tanaman tumbuh dengan baik (Lasmadiwati et al., 2003). Umumnya pegagan dikonsumsi dalam keadaan segar (lalapan), tetapi ada yang melalui proses pengolahan seperti dikeringkan untuk dijadikan teh, diambil ekstraknya atau diolah menjadi salep, obat jerawat, maupun body lotion (Lasmadiwati et al., 2003). Menurut Dalimartha (2000), dari sekian banyak senyawa yang terkandung dalam pegagan, yang paling menonjol adalah glikosoda triterpenoida, jumlahnya mencapai 1.1-8.0 %. Senyawa-senyawa sejenis yang terdapat dalam pegagan berfungsi menumbuhkan jaringan pengikat pada kulit dan meningkatkan kelenturan kulit. Hal ini membuat pegagan bermanfaat untuk mengatasi beragam masalah pada kulit, misalnya luka bakar, keloid (jaringan kulit yang menonjol), luka pada operasi dan bisul. Khasiat lain dari pegagan adalah antioksidan, antitoksik, penurun panas, peluruh air seni, mengobati luka, varises dan hemoroid (ambeien), serta antilepra. Pegagan memiliki banyak kandungan senyawa kimia seperti asiaticosida, isothakunisida, medacossosida, brahmosida, brahmic acid, mesoinositol, carotenoids, dan garam-garam mineral (Anonim, 2006b).
Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) adalah salah satu dari 200 jenis tanaman lalapan Indonesia. Tanaman ini termasuk ke dalam famili Asteraceae, yang anggotanya banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Di Cina tanaman ini disebut she juan jao, sedangkan di Indonesia tanaman ini disebut beluntas Cina atau ngokilo, sambung nyawa (Jawa) (Winarto, 2003b). Tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai tumbuhan yang berkhasiat untuk kesehatan. Penyebaran tanaman ini di seluruh Asia Tenggara hingga Papua New Guinea. Habitatnya yaitu pada ketinggian antara 1-1200 m dpl. Sambung nyawa termasuk tanaman semak yang merupakan terna menahun. Daun tanaman ini tunggal, tersebar mengelilingi batang. Helaian daun berwarna hijau dengan bentuk bulat telur berukuran lebar 3.5 cm dan panjang 6 cm, ujung daun runcing dan pangkal daun membulat. Tepi daun sedikit bergelombang serta bertangkai sepanjang 1.5 cm atau lebih, kedua permukaan daun berambut halus dengan pertulangan daun menyirip (Winarto, 2003b). Perbanyakan tanaman ini dengan cara stek batang, baik batang tua maupun batang muda dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Tanaman ini sangat mudah tumbuh pada kondisi tanah yang subur dan cukup air. Daun tanaman ini beraroma harum dan terasa segar ketika dimakan (Winarto, 2003a). Sambung nyawa memiliki kandungan serat yang cukup banyak. Sambung nyawa sangat cocok dijadikan sayuran yang dikonsumsi dalam keadaaan segar, karena tidak memiliki efek toksik atau racun. Hal lain yang mendukung sambung nyawa untuk dijadikan lalapan adalah daun sambung nyawa memiliki aroma harum dan bertekstur lembut (Winarto, 2003a). Daun sambung nyawa mengandung flavonoid, asam fenolat, saponin, steroid, dan minyak atsiri. Daun sambung nyawa berkhasiat dalam menurunkan deman (antipiretik), menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar gula darah, mencegah dan meluruhkan batu ginjal dan batu kandung kemih, menurunkan kolesterol, antibakteri dan mencegah serta memperbaiki kerusakan sel-sel jaringan ginjal (Winarto, 2003a). Menurut Listyani (2004), tanaman sambung nyawa juga berkhasiat dalam mencegah dan mengurangi peradangan (anti-inflamasi).
Terubuk (Saccharum edule Hassk.) Terubuk (Saccharum edule Hassk.) termasuk famili Gramineae. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah Jawa dan Madura. Di daerah Jawa Barat tanaman ini dikenal dengan nama tiwu endog atau terubuk, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan naman tebu endog atau tebu terubuk dan di Madura dikenal dengan naman tebu telur (Daulay et al., 1984). Nama asing terubuk adalah fiji asparagus, duruka dan pit-pit (Jansen, 1994). Bentuk tanaman ini sama dengan tanaman tebu. Memiliki batang yang beruas-ruas dan berwarna hijau kemerahan. Pertumbuhan tanaman ini optimal pada temperatur 20-30°C. Daerah pertumbuhan tanaman terubuk berkisar antara 1-2000 m dpl. Tanaman ini tumbuh subur pada kondisi tanah yang subur dengan pH sekitar 5-6. Tanaman terubuk termasuk tanaman hari pendek (Short day photoperiod), dimana membutuhkan lama penyinaran kurang dari 12 jam sehari (Anonim, 2006d). Menurut Ochse dalam Daulay et al. (1984), terubuk dikembangbiakan dengan cara stek batang, karena tanaman ini tidak memproduksi benih. Batang stek akan berakar dan membentuk suatu rumpun tanaman. Bunga terubuk terbentuk di dalam pelepah daun pada setiap batang yang tumbuh dalam satu rumpun tanaman. Jansen (1994) menyatakan tanaman terubuk dapat dipanen sekitar enam hingga sembilan bulan setelah penanaman. Rumpun tanaman terubuk perlu diperbaharui setelah tanaman berumur 2-3 tahun. Terubuk dikonsumsi sebagai sayuran. Bagian yang dikonsumsi adalah bunganya. Bunga dapat dikonsumsi segar (lalapan) atau diolah terlebih dahulu menjadi sayur. Sayur yang biasanya menggunakan terubuk sebagai bahan dasar antara lain sayur lodeh, sayur asem, kari atau opor (Daulay et al., 1984).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Koleksi sayuran indigenous dilaksanakan mulai bulan Oktober 2006 hingga bulan Januari 2007 di Kabupaten Pandeglang dan Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2007 hingga bulan Juli 2007 di kebun SANREM Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah lima jenis tanaman indigenous, yaitu beluntas, kenikir, pegagan, sambung nyawa dan terubuk yang diambil dari delapan kecamatan dari dua kabupaten yang berbeda, yaitu Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk. Kabupaten Bogor meliputi Kecamatan Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong. Media tanam yang digunakan pada saat pembibitan adalah sekam, tanah dan bokasi (kompos). Peralatan yang digunakan adalah polybag, penggaris (meteran), jangka sorong, kamera, alat tulis dan alat-alat pertanian. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang terdiri dari koleksi dan karakterisasi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan delapan aksesi sebagai perlakuan dan tiga kali ulangan sebagai kelompok untuk masing-masing spesies tanaman. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan : Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ
= Nilai rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan ke-i
i = 1, 2, 3, ..., 8
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
j = 1, 2, 3
εij
= Pengaruh galat percobaan
Informasi yang didapat, disusun sebagai data paspor, data kuantitatif dan data kualitatif. Data paspor yaitu data yang berisi kumpulan informasi umum yang berhubungan dengan asal varietas/kultivar tersebut, data paspor memuat berbagai informasi yang berasal dari kegiatan eksplorasi di lapang. Data kuantitatif diolah menggunakan program SAS 6.12 untuk mendapatkan nilai Uji-F. Apabila terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5 % maka dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Data kualitatif dan kuantitatif yang telah distandarisasi diolah menggunakan program Minitab 14 dengan analisis gerombol untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi dari setiap spesies sayuran. Pelaksanaan Kegiatan eksplorasi sayuran indigenous dilakukan di delapan kecamatan dari dua kabupaten yang berbeda, yaitu Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Cimanuk dan Mandalawangi. Dari Kabupaten Bogor meliputi Kecamatan Nanggung, Tamansari, Parung dan Cibinong. Kegiatan eksplorasi sayuran indigenous dilakukan dengan metode acak. Bahan tanaman yang didapat dikumpulkan dan diperbanyak terlebih dahulu, kemudian ditanam di kebun SANREM Nanggung dalam bedengan dengan jarak tanam sesuai jarak tanam masing-masing jenis tanaman dan perlakuan yang sama, baik dalam pemupukan, penyiraman dan penyiangan gulma. Tanaman beluntas diperbanyak dengan cara stek batang yang sudah cukup tua sepanjang 20-30 cm dan ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Tanaman kenikir diperbanyak dengan biji. Biji langsung disemai di lapangan pada setiap lubang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm dalam bedengan. Tanaman pegagan diperbanyak dengan cara pemisahan tunas pada stolon, kemudian ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm. Tanaman sambung nyawa diperbanyak dengan stek batang yang tidak terlalu muda sepanjang 7-15 cm atau beruas minimal tiga ruas dan ditanam dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Terubuk dapat diperbanyak dengan cara stek batang sepanjang 15-25 cm atau minimal memiliki tiga mata tunas kemudian ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dalam bedengan.
Pengamatan Pengamatan karakterisasi dilakukan dengan mengukur tanaman secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan karakterisasi dilakukan dengan mengamati ciri-ciri morfologi yang terdapat pada masing-masing tanaman. Karakter kualitatif morfologi tanaman mengacu pada Buku Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (Direktorat Perbenihan, 2004) dan Buku Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh (Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, 2005) yang telah dimodifikasi. I. Data Kualitatif Skoring untuk karakter kualitatif yang diamati secara umum, meliputi : A. Tipe Tanaman. Skor
Kriteria
Skor Kriteria
1
Tegak.
7
Menjalar
3
Berbaring
9
Memanjat
5
Serong
11
Membelit
B. Karakter Batang a.) Bentuk batang Skor Kriteria 1
Bulat
3
Pipih
Skor Kriteria 7
Bersegi
b.) Percabangan Skor Kriteria
Skor Kriteria
3
Mendatar
7
Melengkung ke atas
5
Agak melengkung ke atas
9
Melengkung ke bawah
c.) Warna batang 1 Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Hijau muda
7
Hijau kekuningan
3
Hijau
9
Hijau keunguan
5
Hijau tua
Warna batang 2 Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Coklat muda
7
Coklat kemerahan
3
Coklat
9
Coklat kehitaman
5
Coklat tua
C. Karakter Daun a.) Tipe daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
3
Tunggal
7
Majemuk menyirip rangkap
5
Majemuk menyirip tunggal
9
Majemuk menjari
Daun tunggal (simple)
Daun majemuk menyirip tunggal (pinnate)
Daun majemuk menyirip rangkap dua (bipinnate)
Daun majemuk menjari (palmate)
Gambar 1. Tipe Daun
b.) Bentuk (bangun) daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Bundar
7
Lanset terbalik
2
Bundar telur
8
Jantung
3
Bundar telur terbalik
9
Jantung terbalik
4
Lonjong
10
Sudip
5
Ginjal
11
Perisai
6
Lanset
12
Garis
Gambar 2. Bentuk Bangun Daun
c.) Ujung daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Runcing
5
Bertusuk
2
Meruncing
6
Terbelah
3
Tumpul
7
Rompang
4
Membundar
Runcing (acute)
Meruncing (acuminate)
Bertusuk (mucronate)
Tumpul (obtuse)
Terbelah (emerginate)
Gambar 3. Bentuk Ujung Daun
d.) Pangkal daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Runcing
5
Jantung
2
Meruncing
6
Asimetrik
3
Tumpul
7
Memerisai
4
Membundar
8
Rompang
Membundar (rounded)
Rompang (truncate)
Gambar 4. Bentuk Pangkal Daun e.) Tepi daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Rata
5
Bergerigi halus
2
Beringgit
6
Bergigi
3
Beringgit halus
7
Bergigi halus
4
Bergerigi
8
Bergelombang
Rata
Bergerigi halus
Beringgit
Beringgit halus
Bergerigi
Bergigi
Bergigi halus
Bergelombang
Gambar 5. Bentuk Tepi Daun
f.) Pertulangan daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Menjari
7
Sejajar
3
Menyirip
9
Melengkung
5
Menjala
Gambar 6. Bentuk Pertulangan Daun g.) Daging daun Skor Kriteria 3
Tipis
5
Berdaging
Skor Kriteria 7
Seperti kulit/belulang
h.) Permukaan bagian atas/bawah daun Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Licin
5
Bersisik
2
Kesat
6
Berlilin
3
Berkerut
7
Gundul
4
Berbulu
i.) Warna daun bagian atas Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Hijau muda
3
Hijau tua
2
Hijau
4
Hijau kekuningan
j.) Warna daun bagian bawah Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Hijau muda
4
Hijau kekuningan
2
Hijau
5
Krem
3
Hijau tua
k.) Belahan daun Skor Kriteria 1
Skor Kriteria
Simetris
9
Tidak simetris
l.) Aroma daun Skor Kriteria 3
Lemah
5
Sedang
Skor Kriteria 7
Kuat
D. Karakter Bunga a.) Kedudukan bunga/ tempat tumbuh bunga Skor Kriteria 1
Di ujung batang (terminal)
2
Di ketiak daun (aksilar)
3
Di batang
Terminal
Aksilar
Gambar 7. Kedudukan/ Tempat Tumbuh Bunga
b.) Warna bunga Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Merah
6
Kuning muda
2
Merah muda (pink)
8
Krem
3
Ungu
9
Putih
5
Kuning
c). Warna kelopak bunga Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Hijau muda
5
Coklat
2
Hijau
7
Hitam
3
Hijau Tua
9
Putih
E. Karakter biji a.) Bentuk biji Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Ginjal
7
Oval
3
Pipih/gepeng
9
Jarum
5
Bulat
b.) Warna Skor Kriteria
Skor Kriteria
1
Hitam
3
Abu-abu
2
Cokelat
4
Hijau
F. Ketahanan terhadap hama/penyakit Skor Kriteria 1
Tidak tahan
Skor Kriteria 2
Tahan
II. Data Kuantitatif Data kuantitatif merupakan data terukur dari setiap spesies tanaman. Karakter yang diamati disesuaikan dengan masing-masing spesies, yaitu : 1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi atau panjang tanaman dari permukaan tanah hingga pucuk tanaman tertinggi (terpanjang). Metode pengukuran ini dilakukan untuk setiap jenis sayuran. 2. Diameter batang (cm). Pengukuran diameter batang tanaman terubuk, beluntas dan kenikir dilakukan pada batang tua setinggi 10-20 cm dari permukaan tanah, sedangkan pengukuran diameter batang tanaman sambung nyawa dilakukan di bawah percabangan pertama dari permukaan. 3. Panjang daun (cm). Panjang daun tanaman terubuk diperoleh dari hasil pengukuran daun tanaman ke-10 dari pucuk tanaman. Untuk tanaman sambung nyawa, kenikir dan beluntas, pengukuran panjang daun diperoleh dari hasil pengukuran daun dewasa (tidak tua dan tidak muda), sedangkan panjang daun tanaman pegagan diperoleh dari hasil pengukuran daun terbesar. 4. Lebar daun (cm). Lebar daun tanaman terubuk diperoleh dari hasil pengukuran daun tanaman ke-10 dari pucuk tanaman. 5. Panjang tangkai daun (cm). Pengukuran panjang tangkai daun dilakukan pada tanaman beluntas, kenikir, pegagan dan sambung nyawa. Untuk tanaman sambung nyawa, kenikir dan beluntas, pengukuran panjang tangkai daun diperoleh dari hasil pengukuran daun dewasa (tidak tua dan tidak muda), sedangkan panjang tangkai daun tanaman pegagan diperoleh dari hasil pengukuran daun terbesar. 6. Hasil panen daun (gram/tanaman) Panen daun dilakukan pada tanaman beluntas, kenikir, pegagan dan sambung nyawa dengan cara panen pucuk. Tanaman beluntas dipanen pada umur tanaman sekitar 7 minggu setelah tanam. Tanaman kenikir dipanen pada umur 4-5 minggu setelah semai. Tanaman pegagan dipanen pada umur 6 minggu
setelah tanaman, sedangkan tanaman sambung nyawa dipanen pada umur tanaman sekitar 4-5 minggu setelah tanam. 7. Jumlah bunga per tanaman (buah). Jumlah bunga per tanaman dilakukan pada tanaman kenikir dengan cara menghitung secara manual jumlah bunga yang terdapat pada setiap tanaman kenikir. 8. Panjang tangkai bunga (cm). Pengukuran panjang tangkai bunga dilakukan pada bunga tanaman kenikir yang sudah mekar. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tangkai bunga dari dasar kelopak bunga hingga batang tanaman (ketiak daun). 9. Panjang bunga (cm). Panjang bunga dilakukan pada tanaman terubuk yang telah menghasilkan bunga (siap dipanen). 10. Diameter bunga (cm) Pengukuran diameter bunga dilakukan pada tanaman kenikir dan terubuk. Pengukuran diameter bunga tanaman kenikir dilakukan pada bunga yang sudah mekar, sedangkan pada tanaman terubuk pengukuran diameter bunga dilakukan pada bunga yang sudah siap dipanen. 11. Hasil panen bunga (gram/tanaman). Panen bunga dilakukan pada tanaman terubuk. Panen dilakukan dengan cara memetik bunga tanaman terubuk yang telah siap dipanen sedangkan pengukuran hasil panen dilakukan dengan cara menimbang hasil panen per tanaman dari setiap aksesi. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperjelas karakter-karakter morfologi tanaman yang diamati, sehingga keragaman antar aksesi dapat terlihat jelas. Dokumentasi yang diperlukan meliputi penampakan (keragaan) tanaman, daun, batang dan bunga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan tanaman pada awal penanaman di lapang menunjukkan kondisi yang kurang baik. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang kurang mendukung. Penanaman pada pertengahan bulan Januari memiliki curah hujan yang rendah sehingga kondisi lahan kering dan terbatasnya ketersediaan air. Curah hujan mulai meningkat pada akhir bulan Januari. Tanaman beluntas pada awal penanaman dapat tumbuh cukup baik di lapangan. Tanaman pegagan pada awal penanaman pertumbuhannya terhambat, bahkan sebagian aksesi tidak dapat tumbuh. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang kering, namun beberapa aksesi dapat bertahan serta tumbuh subur setelah tanaman berumur 5 MST yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah tunas pada satu stolon tanaman pegagan. Tanaman kenikir
ditanam dengan cara semai.
Tanaman kenikir mulai berkecambah sekitar dua minggu setelah dilakukan penyemaian. Tanaman kenikir tumbuh subur sekitar umur tanaman 5 minggu setelah semai (MSS). Tanaman sambung nyawa yang ditanam dengan cara stek batang menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Tanaman dapat tumbuh subur dan seragam, namun beberapa aksesi terserang penyakit busuk pangkal batang sehingga tanaman yang terserang tidak tumbuh dan harus dicabut agar penyakit busuk pangkal batang tidak menyebar ke tanaman sambung nyawa yang lain. Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, pemupukan dan penyiangan gulma dilakukan dengan perlakuan sama. Perlindungan tanaman dilakukan seperlunya, hanya pada saat tanaman terserang hama dan penyakit saja. Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa serangan hama dan penyakit. Pada umumnya hama yang menyerang adalah hama belalang dan ulat (Gambar 8). Hama ini menyerang tanaman terubuk, sambung nyawa dan beluntas. Hama tersebut menyerang bagian daun yang mengakibatkan daun tanaman berlubang. Pada tanaman sambung nyawa, sebagian daun muda mengalami kerusakan yang cukup berat akibat serangan hama belalang. Hama belalang dan ulat dikendalikan dengan menggunakan pestisida. Penyakit tanaman yang menyerang adalah
penyakit busuk pangkal batang pada tanaman sambung nyawa (Gambar 8). Penyakit ini menyebabkan tanaman tampak layu, batang dan daun menjadi lunak, serta sebagian dari batang bawah dan akar membusuk. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman yang terserang dan dibuang ke luar lahan tanaman. Menurut Winarto (2003b) penyakit busuk pangkal batang dapat terjadi karena drainase kurang baik atau serangan cendawan. Salah satu jenis cendawan yang menyerang pangkal batang sambung nyawa adalah Phytophthora infestans.
Gambar 8. Gejala Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Sambung Nyawa (kiri) dan Serangan Ulat pada Beluntas (kanan)
Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) Deskripsi Karakter Kuantitatif Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter yang diamati menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertumbuhan tinggi tanaman (Δ T1, Δ T2, Δ T3 dan Δ T4). Perbedaan yang nyata antar aksesi terdapat pada karakter pertambahan diameter batang 2 (Δ D2). Hasil rekapitulasi sidik ragam dan koefisien keragaman yang lebih lengkap disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Beluntas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Karakter Pertambahan Tinggi Tanaman 1 (Δ T1) Pertambahan Tinggi Tanaman 2 (Δ T2) Pertambahan Tinggi Tanaman 3 (Δ T3) Pertambahan Tinggi Tanaman 4 (Δ T4) Pertambahan Diameter Batang 1 (Δ D1) Pertambahan Diameter Batang 2 (Δ D2) Pertambahan Diameter Batang 3 (Δ D3) Pertambahan Diameter Batang 4 (Δ D4) Panjang Daun Lebar Daun Panjang Tangkai Daun Bobot Panen per Tanaman
F Hitung 14.70 ** 14.93 ** 16.51 ** 7.58 ** 0.86 tn 2.98 * 1.09 tn 0.74 tn 0.86 tn 0.33 tn 0.89 tn 1.09 tn
KK (%) 34.40 33.06 17.65 26.19 2.67 2.33 4.86 10.02 6.97 15.97 18.79 28.09
Keterangan : 1) ** : berbeda sangat nyata * : berbeda nyata tn : tidak berbeda nyata 2) Δ T1 : tinggi tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ T2 : tinggi tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ T3 : tinggi tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ T4 : tinggi tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7 3) KK : Koefisien Keragaman
Pertumbuhan Vegetatif a. Pertambahan Tinggi Tanaman (Δ T) Pertambahan tinggi tanaman (Δ T1) menunjukkan aksesi Cimanuk (10.08 cm) memiliki pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan aksesi lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (8.79 cm). Pertambahan tinggi tanaman terkecil ditunjukkan oleh aksesi Parung (0.59 cm) yang tidak berbeda dengan aksesi Tamansari (1.84 cm), Mandalawangi (1.91 cm) dan Nanggung (2.08 cm). Koefisien keragaman pada pertambahan tinggi tanaman Δ T1 sebesar 34.40 % (Tabel 1). Pertambahan tinggi tanaman pada akhir pengamatan (Δ T4) menunjukkan bahwa pertumbuhan terbaik terdapat pada aksesi Cimanuk (21.29 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (18.75 cm), sedangkan pertumbuhan paling lambat ditunjukkan oleh aksesi Mandalawangi (6.79 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Nanggung (7.75 cm), Parung (9.67 cm) dan Cibinong (10.29 cm). Koefisien keragaman pada pertambahan tinggi tanaman Δ
T4 adalah sebesar 26.19 % (Tabel 1). Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman beluntas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ T1 2.08 c 0.59 c 1.84 c 6.25 b 8.79 ab 5.97 b 1.91 c 10.08 a
Tinggi Tanaman (cm) Δ T2 Δ T3 2.51 d 19.62 ef 1.37 d 19.30 ef 3.51 bc 26.82 ed 5.97 bc 30.20 cd 7.42 b 42.30 ab 7.81 b 38.21 bc 1.23 d 13.05 f 12.55 a 47.83 a
Δ T4 7.75 c 9.67 c 12.29 bc 10.29 c 18.75 a 17.38 ab 6.79 c 21.29 a
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ T1 : tinggi tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ T2 : tinggi tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ T3 : tinggi tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ T4 : tinggi tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
b. Pertambahan Diameter Batang (Δ D) Karakter pertambahan diameter batang 8 aksesi tanaman beluntas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pertambahan diameter batang beluntas pada awal pengamatan (Δ D1) berkisar antara 0.72 – 0.75 cm, pada pengamatan kedua (Δ D2) berkisar antara 0.72 – 0.77 cm, pada pengamatan ketiga (Δ D3) berkisar antara 0.71 – 0.78 cm dan pada pengamatan terakhir, pertambahan diameter batang beluntas berkisar antara 0.74 – 0.87 cm. Koefisien keragaman pertambahan diameter batang masing-masing sebesar 2.67 %, 2.33 %, 4.86 % dan 10.02 % (Tabel 1). Rata-rata pertambahan diameter batang tanaman beluntas dapat dilihat pada Tabel 3. Keragaan tanaman beluntas di lapangan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Keragaan Tanaman Beluntas pada Umur 4 MST
Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ D1 0.72 0.72 0.74 0.73 0.73 0.73 0.72 0.75
Diameter Batang Tanaman (cm) Δ D2 Δ D3 0.73 b 0.76 0.74 b 0.74 0.75 ab 0.76 0.75 ab 0.78 0.72 b 0.71 0.73 b 0.77 0.72 b 0.73 0.77 a 0.76
Δ D4 0.80 0.80 0.83 0.84 0.87 0.83 0.74 0.86
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ T1 : diameter tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ T2 : diameter tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ T3 : diameter tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ T4 : diameter tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
c. Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun beluntas diamati pada daun yang telah dewasa. Karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun beluntas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman masing-masing sebesar 6.97 %, 15.97 % dan 18.79 % (Tabel 1). Keragaan panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
5.66 5.19 5.20 5.25 5.67 5.33 5.38 5.19
3.25 2.98 3.19 3.18 3.55 3.18 3.27 3.05
Panjang Tangkai Daun (cm) 0.51 0.46 0.41 0.48 0.44 0.46 0.48 0.37
Panen Tanaman beluntas dipanen pada saat berumur 7 minggu setelah tanam. Panen dilakukan dengan memotong pucuk tanaman sepanjang 5-10 cm. Hasil panen daun beluntas 8 aksesi beluntas yang diuji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragamaan sebesar 28.09 % (Tabel 1). Hasil selengkapnya panen daun beluntas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Bobot panen (gram/tanaman) 3.10 3.08 3.92 2.90 4.75 4.01 3.50 3.53
Deskripsi Karakter Kualitatif Pendeskripsian karakter kualitatif 8 aksesi tanaman beluntas menunjukkan perbedaan pada karakter ujung daun dan warna batang muda. Karakter ujung daun menunjukkan dua keragaman bentuk, yaitu runcing dan bertusuk. Karakter warna batang muda terdapat dua keragaman, yaitu hijau muda dan hijau keunguan, sedangkan warna batang dewasa menunjukkan tiga keragaman yaitu coklat, coklat tua dan coklat kehitaman. Deskripsi karakter kualitatif disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Keragaan bentuk ujung daun tanaman beluntas dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan karakter warna batang muda tanaman beluntas dapat dilihat pada Gambar 11.
Tabel 6. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Beluntas Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang muda Warna batang dewasa Tipe daun Bentuk daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Aroma daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Ketahanan Hama Penyakit
Nanggung Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Coklat Tunggal Bundar telur Runcing Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Parung Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau keunguan Coklat Tunggal Bundar telur Runcing Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Tamansari Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Coklat Tunggal Bundar telur Bertusuk Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Cibinong Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Coklat tua Tunggal Bundar telur Bertusuk Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Tabel 7. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Beluntas Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk. Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang muda Warna batang dewasa Tipe daun Bentuk daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Aroma daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Ketahanan Hama Penyakit
Pandeglang Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau keunguan Coklat tua Tunggal Bundar telur Runcing Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Cadasari Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Coklat Tunggal Bundar telur Bertusuk Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Mandalawangi Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau keunguan Coklat kehitaman Tunggal Bundar telur Bertusuk Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Cimanuk Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Coklat tua Tunggal Bundar telur Runcing Runcing Bergerigi Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Sedang Terminal Ungu Hijau muda Tahan
Runcing
Bertusuk
Gambar 10. Bentuk Ujung Daun Tanaman Beluntas
Hijau Muda
Hijau Keunguan
Gambar 11. Warna Batang Muda Tanaman Beluntas
Karakter morfologi tanaman yang diamati, meliputi data kualitatif dan kuantitatif diuji untuk menjelaskan kekerabatan antar aksesi. Hasil pengujian karakter kualitatif dan kuantitatif disajikan dalam bentuk dendogram yang menunjukkan tingkat kedekatan kekerabatan antar aksesi yang diuji. Hasil pengujian kekerabatan dapat dilihat pada Gambar 12.
Tingkat Kemiripan
59.71
73.14
86.57
100.00
1
3
4
5
8
6
7
2
Aksesi Keterangan : 1 = Nanggung; 2 = Parung; 3 = Tamansari; 4 = Cibinong; 5 = Pandeglang; 6 = Cadasari; 7 = Mandalawangi; 8 = Cimanuk.
Gambar 12. Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Beluntas Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman beluntas yang diuji, terdapat empat kelompok tanaman beluntas dengan tingkat kemiripan sebesar 66.45 %. Kelompok pertama terdiri atas aksesi Nanggung, Tamansari dan Cibinong. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Pandeglang, Cimanuk dan Cadasari. Kelompok ketiga adalah aksesi Mandalawangi dan kelompok keempat adalah aksesi Parung. Pasangan aksesi dengan tingkat kemiripan terbesar adalah aksesi Tamansari dan Cibinong dengan tingkat kemiripan sebesar 80.86 %. Aksesi Parung memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan aksesi lainnya, hal ini dikarenakan karakter kualitatif dan kuantitatif beluntas aksesi Parung cukup berbeda dengan aksesi yang lain terutama pada karakter tinggi tanaman dan lebar daun. Berdasarkan Gambar 12, dapat dilihat bahwa aksesi yang berasal dari kabupaten yang sama memiliki kekerabatan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan tumbuh tanaman tidak berbeda jauh.
Bunga tanaman beluntas memiliki kemiripan dari setiap aksesi, diantaranya karakter tempat tumbuh bunga, warna bunga dan warna kelopak bunga. Bunga tanaman beluntas tumbuh di ujung batang (terminal) dan berwarna ungu. Keragaan bunga tanaman beluntas dapat dilihat pada Gambar 13.
Tampak Samping
Tampak Atas
Gambar13. Bunga Tanaman Beluntas
Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.) Deskripsi Karakter Kuantitatif Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter yang diamati menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter tinggi tanaman pada umur 3 Minggu Setelah Semai (MSS) dan panjang tangkai bunga. Perbedaan yang nyata ditunjukkan pada karakter tinggi tanaman pada umur 4 MSS dan 5 MSS, diameter batang pada umur 3-6 MSS dan karakter bobot panen per tanaman, sedangkan karakter tinggi tanaman pada umur 6 MSS dan 7 MSS, diameter batang pada umur 7 MSS, panjang daun majemuk, panjang anak daun dan jumlah bunga per tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil rekaputulasi sidik ragam dan koefisien keragaman yang lebih lengkap disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Kenikir No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Karakter Tinggi Tanaman pada Umur 3 MSS Tinggi Tanaman pada Umur 4 MSS Tinggi Tanaman pada Umur 5 MSS Tinggi Tanaman pada Umur 6 MSS Tinggi Tanaman pada Umur 7 MSS Diameter Batang pada Umur 3 MSS Diameter Batang pada Umur 4 MSS Diameter Batang pada Umur 5 MSS Diameter Batang pada Umur 6 MSS Diameter Batang pada Umur 7 MSS Panjang Daun Majemuk Panjang Anak Daun Jumlah Bunga per Tanaman Panjang Tangkai Bunga Bobot Panen per Tanaman
Keterangan : ** * tn KK
F Hitung 4.28 ** 4.12 * 3.17 * 2.22 tn 1.54 tn 3.19 * 2.94 * 3.08 * 2.94 * 1.98 tn 1.33 tn 1.78 tn 0.98 tn 5.82 ** 3.58 *
KK (%) 28.48 31.62 20.36 18.33 26.01 3.17 5.41 6.60 7.26 7.75 17.54 16.55 54.76 8.47 12.17
: berbeda sangat nyata : berbeda nyata : tidak berbeda nyata : Koefisien Keragaman
Pertumbuhan Vegetatif a. Tinggi Tanaman Tanaman kenikir menunjukkan perbedaan yang sangat nyata di awal pertumbuhan yaitu pada umur 3, 4 dan 5 MSS. Pada umur 5 MSS tanaman kenikir aksesi Tamansari menunjukkan tinggi tanaman tertinggi yaitu sebesar 11.52 cm, yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (10.08 cm). Sementara itu aksesi dengan tinggi tanaman terendah pada umur 5 MSS adalah aksesi Nanggung (3.04 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Parung (4.04 cm) (Tabel 9). Pada akhir pengamatan yaitu pada saat tanaman berumur 7 MSS, tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi tanaman pada umur 7 MSS berkisar antara 21.25 cm hingga 81.25 cm (Tabel 9) dengan koefisien keragaman sebesar 26.01 % (Tabel 8). Pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 14.
Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
3 MSS 0.00 c 0.62 bc 2.87 a 0.17 c 1.71 ab 0.76 bc 0.65 bc 0.30 c
Tinggi Tanaman (cm) 4 MSS 5 MSS 6 MSS 0.08 c 3.04 c 12.62 1.33 bc 4.04 c 19.62 4.85 a 11.52 a 38.08 2.28 abc 6.21 abc 27.29 3.35 ab 10.08 ab 29.25 0.75 c 5.41 bc 21.58 0.90 c 6.51 abc 21.00 0.89 c 6.53 abc 21.50
7 MSS 21.25 39.46 81.25 60.88 63.25 43.50 44.75 44.79
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) MSS : Minggu Setelah Semai
Gambar 14. Pertumbuhan Tinggi Tanaman 8 Aksesi Kenikir b. Diameter Batang Karakter diameter batang tanaman kenikir menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 3 MSS hingga 6 MSS, namun di akhir pengamatan yaitu pada umur 7 MSS, karakter diameter batang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada umur 6 MSS diameter batang tanaman kenikir terbesar terdapat pada aksesi Tamansari (0.85 cm), yang tidak berbeda dengan aksesi Pandeglang (0.74 cm). Diameter batang terkecil ditunjukkan oleh aksesi Nanggung sebesar 0.34 cm. Pada akhir pengamatan, diameter batang tanaman tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata, dengan kisaran pertumbuhan diameter antara 0.59 – 1.09 cm (Tabel 10). Pertumbuhan diameter tanaman dapat dilihat pada Gambar 15. Keragaan tanaman di lapangan dapat dilihat pada Gambar 16. Tabel 10. Rata-rata Diameter Batang Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
3 MSS 0.00 c 0.03 bc 0.11 a 0.01 c 0.08 ab 0.03 bc 0.03 bc 0.03 bc
Diameter batang Tanaman (cm) 4 MSS 5 MSS 6 MSS 0.01 c 0.10 b 0.34 c 0.06 bc 0.15 b 0.47 bc 0.19 a 0.37 a 0.85 a 0.11 abc 0.24 ab 0.60 abc 0.16 ab 0.38 a 0.74 ab 0.03 bc 0.19 ab 0.54 abc 0.05 bc 0.24 ab 0.62 abc 0.05 bc 0.26 ab 0.59 abc
7 MSS 0.59 0.63 1.09 0.70 0.87 0.69 0.78 0.85
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
1.2 Nanggung
) 1 m c ( g 0.8 n a t a 0.6 B r e te 0.4 m a i D
Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi
0.2
Cimanuk 0 3 MSS
4 MSS
5 MSS
6 MSS
7 MSS
Umur Tanaman
Gambar 15. Pertumbuhan Diameter Batang 8 Aksesi Kenikir
Gambar 16. Keragaan Tanaman Kenikir Umur 7 MSS
c. Panjang Daun Majemuk dan Panjang Anak Daun Karakter panjang daun dan panjang anak daun yang diuji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang daun majemuk tanaman kenikir berkisar antara 10.45 – 14.27 cm dengan koefisien keragaman sebesar 17.54 %, sedangkan panjang anak daun kenikir berkisar antara 4.63 – 6.71 cm dengan koefisien keragaman sebesar 16.55 % (Tabel 8). Rata-rata panjang daun majemuk dan panjang anak daun tanaman kenikir disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Panjang Daun Majemuk dan Panjang Anak Daun Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Panjang Daun Majemuk (cm) 14.27 10.92 10.45 11.36 13.79 11.94 13.12 11.25
Panjang Anak Daun (cm) 6.71 5.38 4.67 5.23 5.91 5.31 5.95 4.63
Pertumbuhan Generatif a. Panjang Tangkai Bunga Tangkai bunga tanaman kenikir yang diambil untuk pengukuran panjang tangkai bunga adalah tubuh bunga yang telah mekar sempurna. Panjang tangkai bunga kenikir hasil pendeskripsian 8 aksesi yang diuji berkisar antara 17.53 – 24.06 cm (Tabel 12). Menurut van den Bergh (1994), panjang tangkai bunga kenikir berkisar antara 5 cm – 30 cm. Panjang tangkai bunga yang diuji ada pada kisaran tersebut. Karakter panjang tangkai bunga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan koefisien keragaman sebesar 8.47 % (Tabel 8). Berdasarkan hasil pengujian di lapangan, panjang tangkai bunga terpanjang dimiliki oleh aksesi Nanggung (24.06 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Parung (22.41 cm), sedangkan panjang tangkai bunga terpendek dimiliki oleh aksesi Cibinong (17.53 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (17.56 cm). Hasil selengkapnya panjang tangkai bunga tanaman kenikir disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Rata-rata Panjang Tangkai Bunga Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Panjang Tangkai Bunga (cm) 24.06 a 22.41 a 19.21 bcd 17.53 d 17.56 d 19.33 bcd 21.41 abc 19.06 cd
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
b. Jumlah Bunga per Tanaman Karakter generatif yang lain adalah jumlah bunga per tanaman. Berdasarkan hasil pengujian di lapangan, jumlah bunga per tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman yang cukup besar yaitu 54.76 % (Tabel 8). Jumlah bunga per tanaman berkisar antara 20.42 – 60.92 buah. Rata-rata jumlah bunga pertanaman masing-masing aksesi dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Jumlah Bunga 20.42 27.92 60.92 35.75 38.00 35.00 40.08 41.17
Panen Tanaman kenikir dipanen dengan memotong pucuk tanaman sepanjang 15 cm, tanaman kenikir dikonsumsi bagian pucuk tanaman atau daun tanaman yang masih muda dan segar. Hasil panen daun kenikir 8 aksesi yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman sebesar 12.17 % (Tabel 8). Pengujian hasil panen menunjukkan aksesi Pandeglang menghasilkan bobot panen per tanaman terbesar (118.75 gram). Hasil panen terkecil adalah tanaman kenikir aksesi Cadasari dengan hasil panen sebesar 79.17 gram. Hasil panen selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Bobot Panen (gram/tanaman) 84.08 b 88.33 b 98.75 b 90.58 b 118.75 a 79.17 b 97.00 b 85.58 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Deskripsi Karakter Kualitatif Berdasarkan karakter kualitatif tanaman kenikir yang diuji, 8 aksesi tanaman kenikir menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, warna daun bagian bawah, belahan daun dan aroma daun.
Karakter warna daun kenikir bagian atas, diperoleh dua keragaman warna yaitu warna hijau tua dan warna hijau kekuningan. Karakter warna daun daun bagian bawah menunjukkan dua keragaman yaitu warna hijau muda dan warna hijau. Belahan daun tanaman kenikir memiliki dua bentuk keragaman, tanaman kenikir dari aksesi Cadasari menunjukkan bentuk belahan daun yang tidak simetris dibandingkan dengan belahan daun dari aksesi lainnya. Perbedaan belahan daun tanaman kenikir dapat dilihat pada Gambar 17 sedangkan perbedaan warna daun kenikir bagian atas dari setiap aksesi dapat terlihat pada Gambar 18. Daun tanaman kenikir memiliki aroma yang khas, hal ini dikarenakan daun tanaman kenikir mengandung minyak atsiri dan polifenol. Dari pengujian di lapangan menunjukkan bahwa daun kenikir memiliki dua keragaman aroma daun yaitu beraroma kuat dan sedang. Bunga tanaman kenikir dari delapan aksesi menunjukkan warna yang sama, yaitu warna merah muda. Deskripsi karakter kualitatif tanaman kenikir selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16.
Tidak Simetris
Simetris
Gambar 17. Bentuk Belahan Daun Tanaman Kenikir
Tabel 15. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Kenikir Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang muda Warna batang dewasa Tipe daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Aroma daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Bentuk biji Warna biji Ketahanan Hama Penyakit
Nanggung Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau coklat Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau muda Simetris Sedang Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Parung Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau coklat Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau muda Simetris Kuat Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Tamansari Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau tua Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau muda Simetris Sedang Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Cibinong Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau tua Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau kekuningan Hijau muda Simetris Kuat Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Tabel 16. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Kenikir Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang muda Warna batang dewasa Tipe daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Aroma daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Bentuk biji Warna biji Ketahanan Hama Penyakit
Pandeglang Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau coklat Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau Simetris Kuat Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Cadasari Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau coklat Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau kekuningan Hijau muda Tidak simetris Kuat Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Mandalawangi Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau coklat Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau tua Hijau muda Simetris Sedang Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Cimanuk Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau muda Hijau tua Majemuk menyirip tunggal Runcing Meruncing Rata Menyirip Tipis Kesat Kesat Hijau kekuningan Hijau muda Simetris Kuat Terminal Merah muda Hijau Jarum Hitam Tahan
Nanggung
Parung
Pandeglang
Tamansari
Mandalawangi
Warna Daun Hijau Tua
Cibinong
Cadasari
Cimanuk
Warna Daun Hijau Kekuningan Gambar 18. Warna Daun Tanaman Kenikir
Hasil pendeskripsian diberi skor dan dilakukan uji kekerabatan. Hasil pengujian karakter kualitatif dan kuantitatif disajikan dalam bentuk dendogram yang menunjukkan tingkat kedekatan kekerabatan antar aksesi yang diuji. Hasil pengujian tingkat kekerabatan delapan aksesi tanaman kenikir dapat dilihat pada Gambar 19. Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif kenikir dengan tingkat kemiripan 53.80 %, dapat dilihat terdapat empat kelompok tanaman kenikir. Kelompok pertama adalah aksesi Nanggung, Parung, Cibinong, Cimanuk dan
Mandalawangi. Kelompok kedua adalah aksesi Tamansari, kelompok ketiga adalah aksesi Cadasari, dan kelompok keempat adalah aksesi dari Pandeglang. Pasangan aksesi dengan tingkat kemiripan terbesar adalah aksesi Cibinong dan aksesi Cimanuk dengan tingkat kemiripan sebesar 65.25 %.
Tingkat Kemiripan
37.45
58.30
79.15
100.00
1
2
4
8
7
3
6
5
Aksesi Keterangan :
1 = Nanggung; 2 = Parung; 3 = Tamansari; 4 = Cibinong; 5 = Pandeglang; 6 = Cadasari; 7 = Mandalawangi; 8 = Cimanuk.
Gambar 19. Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Kenikir
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) Deskripsi Karakter Kuantitatif Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter yang diamati menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan panjang tanaman 1 dan 2 (Δ P1 dan Δ P2), pertambahan jumlah tunas (Δ JT1 dan Δ JT2), panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun. Secara keseluruhan, Uji-F karakter tanaman pegagan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Pegagan
Karakter Pertambahan Panjang Tanaman 1 (Δ P1) Pertambahan Panjang Tanaman 2 (Δ P2) Pertambahan Panjang Tanaman 3 (Δ P3) Pertambahan Panjang Tanaman 4 (Δ P4) Pertambahan Jumlah Tunas 1 (Δ JT1) Pertambahan Jumlah Tunas 2 (Δ JT2) Pertambahan Jumlah Tunas 3 (Δ JT3) Pertambahan Jumlah Tunas 4 (Δ JT4) Panjang Daun Lebar Daun Panjang Tangkai Daun Bobot Panen per Tanaman
Keterangan : 1) ** * tn 2) Δ P1 Δ P2 Δ P3 Δ P4 3) Δ JT1 Δ JT2 Δ JT3 Δ JT4
F Hitung 12.81 ** 5.48 ** 1.44 tn 2.38 tn 7.69 ** 4.43 ** 1.48 tn 1.11 tn 9.88 ** 12.03 ** 12.27 ** 0.50 tn
KK (%) 24.52 21.82 27.49 22.06 20.05 15.88 19.68 24.65 8.42 8.05 8.69 35.03
: berbeda sangat nyata : berbeda nyata : tidak berbeda nyata : panjang tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 : panjang tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 : panjang tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 : panjang tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7 : jumlah tunas minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 : jumlah tunas minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 : jumlah tunas minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 : jumlah tunas minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
Pertumbuhan Vegetatif a. Pertambahan Panjang Tanaman (Δ P) Pertambahan
panjang
tanaman
pada
awal
pengamatan
(Δ
P1)
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman sebesar 24.52 % (Tabel 17). Pengamatan pertama (Δ P1) menunjukkan aksesi Mandalawangi dan Cimanuk memiliki pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan aksesi lainnya di awal pertumbuhan dengan pertambahan panjang yang sama sebesar 4.03 cm. Pertambahan panjang tanaman terkecil ditunjukkan oleh aksesi Cibinong (0.70 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Tamansari (1.40 cm) dan aksesi Parung (1.56 cm). Pertambahan panjang tanaman di akhir pengamatan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pertambahan panjang tanaman pada akhir pengamatan memiliki kisaran 1.73 – 3.47 cm, dengan koefisien keragaman sebesar 22.06 %
(Tabel 17). Data karakter pertambahan panjang tanaman disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Pertambahan Panjang Tanaman Pegagan Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ P1 2.06 bc 1.56 cd 1.40 cd 0.70 cd 2.97 ab 2.43 bc 4.03 a 4.03 a
Panjang Tanaman (cm) Δ P2 Δ P3 3.63 ab 4.67 3.57 ab 4.10 2.36 bc 2.87 1.50 c 3.00 3.70 ab 3.60 3.93 a 4.50 3.76 ab 4.30 4.73 a 3.10
Δ P4 3.00 3.40 2.63 1.73 3.47 3.13 2.67 3.33
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ P1 : panjang tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ P2 : panjang tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ P3 : panjang tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ P4 : panjang tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
b. Pertambahan Jumlah Tunas (Δ JT) Karakter pertambahan jumlah tunas tanaman pegagan yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata pada awal pertumbuhan, sedangkan pada akhir pertumbuhan, karakter pertambahan jumlah tunas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pertumbuhan awal tanaman menunjukkan aksesi Cimanuk memiliki pertambahan jumlah tunas terbesar (1.80 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (1.50 cm). Pertambahan jumlah tunas terkecil ditunjukkan oleh aksesi Cibinong (0.70 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Tamansari (0.87 cm), Parung (1.00 cm) dan aksesi Nanggung (1.03 cm). Koefisien keragaman pertambahan jumlah tunas pada Δ JT 1 adalah sebesar 20.05 % (Tabel 17). Pertambahan jumlah tunas di akhir pengamatan tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata dengan kisaran 1.73 – 3.47 cm. Koefisien keragaman pertambahan jumlah tunas pada akhir pengamatan adalah sebesar 24.65 % (Tabel 17). Rata-rata pertambahan jumlah tunas tanaman pegagan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Rata-rata Pertambahan Jumlah Tunas Tanaman Pegagan Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ JT1 1.03 cd 1.00 cd 0.87 cd 0.70 d 1.50 ab 1.30 bc 1.67 ab 1.80 a
Jumlah Tunas (cm) Δ JT2 Δ JT3 1.80 a 2.17 1.80 a 2.00 1.27 bc 1.60 1.07 c 1.56 1.63 ab 1.80 1.83 a 2.13 1.87 a 2.03 1.97 a 1.57
Δ JT4 1.03 1.10 1.06 0.87 1.30 1.33 1.37 1.23
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ JT1 : jumlah tunas minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ JT2 : jumlah tunas minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ JT3 : jumlah tunas minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ JT4 : jumlah tunas minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
c. Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun. Panjang daun pegagan hasil pendeskripsian 8 aksesi yang diuji berkisar antara 1.18 – 1.87 cm, lebar daun tanaman pegagan berkisar antara 2.23 – 3.48 cm dan panjang tangkai daun tanaman pegagan yang berkisar antara 4.48 – 8.06 cm. Menurut Lasmadiwati et al., (2003), pegagan yang memiliki panjang tangkai daun 5 – 15 cm dan diameter daun sekitar 1 – 7 cm termasuk kedalam jenis pegagan merah atau antanan kebun. Karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun memiliki koefisien keragaman yang kecil yaitu di bawah 10 % (Tabel 17.). Hal ini berarti keragaman untuk karakter tersebut di lapangan relatif seragam. Keragaan tanaman pegagan untuk karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun, dapat dilihat pada Tabel 20. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun diantara aksesi yang diuji. Berdasarkan hasil pengujian di lapangan, panjang daun terpanjang dimiliki oleh aksesi Mandalawangi sebesar 1.87 cm dan panjang daun terpendek dimiliki oleh aksesi Pandeglang (1.18 cm). Karakter lebar daun pegagan juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Aksesi Mandalawangi menunjukkan lebar daun terbesar dengan ukuran rata-rata sebesar 3.48 cm, sedangkan aksesi Pandeglang menunjukkan lebar daun terkecil sebesar 2.23 cm yang tidak berbeda nyata
dengan aksesi Cimanuk (2.24 cm) dan aksesi Cibinong (2.27 cm). Karakter panjang tangkai daun terpanjang dimiliki oleh aksesi Mandalawangi (8.06 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Pandeglang (7.15 cm), Tamansari (7.06 cm) dan aksesi Parung (7.04 cm). Aksesi Cibinong memiliki panjang tangkai terpendek sebesar 4.48 cm. Tabel 20. Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Pegagan Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Panjang Daun (cm) 1.38 bc 1.34 bc 1.42 b 1.28 bc 1.18 c 1.37 bc 1.87 a 1.25 bc
Lebar Daun (cm) 2.51 bc 2.55 bc 2.77 b 2.27 c 2.23 c 2.48 bc 3.48 a 2.24 c
Panjang Tangkai Daun (cm) 5.68 c 7.04 ab 7.06 ab 4.48 d 7.15 ab 6.79 b 8.06 a 5.59 c
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Berdasarkan pengujian karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun dapat terlihat bahwa aksesi Mandalawangi memiliki panjang daun, lebar daun dan panjang daun terbesar, sehingga dapat dijadikan sebagai calon bibit yang baik untuk dibudidayakan.
Panen Tanaman pegagan dipanen dengan cara memetik daun-daun tanaman pegagan yang masih segar (tidak layu). Hasil panen daun tanaman pegagan delapan aksesi yang diuji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan data yang diperoleh untuk karakter ini, dapat dilihat bahwa rata-rata bobot panen tidak memiliki perbedaan yang signifikan antar aksesi yang diuji. Bobot panen tanaman pegagan setiap aksesi berkisar antara 3.29 g/tanaman hingga 4.78 g/tanaman, dengan koefisien keragaman yang cukup besar yaitu 35.03 % (Tabel 17). Hasil selengkapnya panen daun pegagan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Rata-rata Bobot Panen Tanaman Pegagan Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Bobot Panen (gram/tanaman) 3.50 3.63 4.74 3.29 3.97 3.55 4.78 3.96
Deskripsi Karakter Kualitatif Pendeskripsian karakter kualitatif 8 aksesi pegagan menunjukkan perbedaan pada karakter warna daun bagian atas. Karakter tanaman pegagan terlihat jelas pada karakter kuantitatif diantaranya karakter tinggi tangkai daun dan bentuk fisik tanaman. Karakter warna daun bagian atas terdiri atas tiga karakter yaitu warna hijau, hijau tua dan hijau kekuningan. Deskripsi karakter kualitatif tanaman pegagan disajikan pada Tabel 22 dan 23. Karakter panjang tangkai daun dan bentuk fisik tanaman pegagan dapat dilihat pada Gambar 20.
Tabel 22. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Pegagan Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong Karakter
Nanggung
Parung
Tamansari
Cibinong
Tipe Tanaman
Menjalar
Menjalar
Menjalar
Menjalar
Bentuk Batang
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Percabangan
Mendatar
Mendatar
Mendatar
Mendatar
Warna batang
Hijau coklat
Hijau coklat
Hijau coklat
Hijau coklat
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Bentuk daun
Ginjal
Ginjal
Ginjal
Ginjal
Ujung daun
Membundar
Membundar
Membundar
Membundar
Jantung
Jantung
Jantung
Jantung
Beringgit
Beringgit
Beringgit
Beringgit
Melengkung
Melengkung
Melengkung
Melengkung
Daging daun
Tipis
Tipis
Tipis
Tipis
Permukaan atas daun
Licin
Licin
Licin
Licin
Permukaan bawah daun
Kesat
Kesat
Kesat
Kesat
Warna daun bagian atas
Hijau
Hijau Kekuningan
Hijau
Hijau Kekuningan
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Tahan
Tahan
Tahan
Tahan
Tipe daun
Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun
Warna daun bagian bawah Belahan daun Ketahanan Hama Penyakit
Tabel 23. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Pegagan Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk Karakter
Pandeglang
Cadasari
Mandalawangi
Cimanuk
Tipe Tanaman
Menjalar
Menjalar
Menjalar
Menjalar
Bentuk Batang
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Percabangan
Mendatar
Mendatar
Mendatar
Mendatar
Warna batang
Hijau coklat
Hijau tua
Hijau
Hijau tua
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Bentuk daun
Ginjal
Ginjal
Ginjal
Ginjal
Ujung daun
Membundar
Membundar
Membundar
Membundar
Jantung
Jantung
Jantung
Jantung
Beringgit
Beringgit
Beringgit
Beringgit
Melengkung
Melengkung
Melengkung
Melengkung
Daging daun
Tipis
Tipis
Tipis
Tipis
Permukaan atas daun
Licin
Licin
Licin
Licin
Permukaan bawah daun
Kesat
Kesat
Kesat
Kesat
Warna daun bagian atas
Hijau tua
Hijau
Hijau tua
Hijau tua
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Tahan
Tahan
Tahan
Tahan
Tipe daun
Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun
Warna daun bagian bawah Belahan daun Ketahanan Hama Penyakit
Nanggung
Pandeglang
Parung
Cadasari
Tamansari
Mandalawangi
Cibinong
Cimanuk
Gambar 20. Karakter Panjang Tangkai Daun dan Bentuk Fisik Tanaman Pegagan Hasil pendeskripsian diberi skor dan dilakukan uji kekerabatan. Hasil pangujian karakter kualitatif dan kuantitatif disajikan dalam bentuk dendogram yang menunjukkan tingkat kedekatan kekerabatan antar aksesi yang diuji. Hasil pengujian kekerabatan 8 aksesi tanaman pegagan dapat dilihat pada Gambar 21.
Tingkat Kemiripan
39.71
59.81
79.90
100.00
1
2
5
6
8
3
4
7
Aksesi Keterangan :
1 = Nanggung; 2 = Parung; 3 = Tamansari; 4 = Cibinong; 5 = Pandeglang; 6 = Cadasari; 7 = Mandalawangi; 8 = Cimanuk.
Gambar 21. Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Pegagan Berdasarkan hasil pendeskripsian karakter kualitatif dan karakter kuantitatif tanaman pegagan, pada tingkat kemiripan 54.78 % terdapat 3 kelompok tanaman pegagan. Kelompok pertama adalah aksesi Nanggung, Parung, Pandeglang, Cadasari, Cimanuk dan Tamansari. Kelompok kedua adalah aksesi Cibinong. Kelompok ketiga adalah aksesi Mandalawangi. Tingkat kekerabatan pegagan setiap aksesi dari masing-masing kabupaten memiliki kekerabatan yang cukup jauh. Pasangan aksesi dengan tingkat kemiripan 69.86 % ditunjukkan oleh aksesi Parung dan Pandeglang serta aksesi Cadasari dan Cimanuk.
Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr) Deskripsi Karakter Kuantitatif Hasil sidik ragam terhadap karakter kuantitatif, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman 1 (Δ T1) dan pertambahan diameter batang 1 (Δ D1). Hasil sidik ragam karakter kuantitatif lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil rekapitulasi sidik ragam dan koefisien keragaman yang lebih lengkap disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Sambung Nyawa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Karakter Pertambahan Tinggi Tanaman 1 (Δ T1) Pertambahan Tinggi Tanaman 2 (Δ T2) Pertambahan Tinggi Tanaman 3 (Δ T3) Pertambahan Tinggi Tanaman 4 (Δ T4) Pertambahan Diameter Batang 1 (Δ D1) Pertambahan Diameter Batang 2 (Δ D2) Pertambahan Diameter Batang 3 (Δ D3) Pertambahan Diameter Batang 4 (Δ D4) Panjang Daun Lebar Daun Panjang Tangkai Daun Bobot Panen per Tanaman
Keterangan :
1) ** * tn 2) Δ T1 Δ T2 Δ T3 Δ T4 3) Δ D1 Δ D2 Δ D3 Δ D4
F Hitung 5.21 ** 2.20 tn 1.39 tn 1.85 tn 10.65 ** 1.83 tn 1.72 tn 0.82 tn 1.07 tn 1.10 tn 0.81 tn 1.17 tn
KK (%) 12.54 16.39 22.90 17.50 1.84 4.12 3.04 3.24 13.51 13.16 13.99 25.58
: berbeda sangat nyata : berbeda nyata : tidak berbeda nyata : tinggi tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 : tinggi tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 : tinggi tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 : tinggi tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7 : diameter batang tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 : diameter batang tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 : diameter batang tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 : diameter batang tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
Pertumbuhan Vegetatif a. Pertambahan Tinggi Tanaman (Δ T) Karakter pertambahan tinggi tanaman pada awal pengamatan (Δ T1) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Aksesi yang menunjukkan pertumbuhan terbaik pada awal pengamatan adalah aksesi Cibinong (3.70 cm)
yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Mandalawangi (3.30 cm), Cimanuk (3.30 cm), Pandeglang (3.13 cm) dan Cadasari (3.03 cm). Pertambahan tinggi tanaman terendah ditunjukkan oleh aksesi Parung dengan pertambahan tinggi tanaman sebesar 2.00 cm. Koefisien keragaman untuk karakter pertambahan tinggi tanaman sebesar 12.54 % (Tabel 24). Keragaman 8 aksesi tanaman sambung nyawa untuk karakter pertambahan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ T1 2.83 b 2.00 c 2.83 b 3.70 a 3.13 ab 3.03 ab 3.30 ab 3.30 ab
Tinggi Tanaman (cm) Δ T2 Δ T3 3.40 3.43 2.53 2.26 2.50 2.83 3.66 2.73 2.66 3.13 3.20 3.20 3.03 3.83 2.90 3.36
Δ T4 2.66 2.10 2.03 2.66 1.93 2.80 2.66 2.33
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ T1 : tinggi tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ T2 : tinggi tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ T3 : tinggi tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ T4 : tinggi tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
Petambahan tinggi tanaman pada pengamatan kedua, ketiga dan keempat tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, dengan koefisien keragaman masingmasing secara berurutan sebesar 16.39 %, 22.90 % dan17.50 % (Tabel 24). Pertambahan tinggi tanaman pada Δ T2 berkisar antara 2.50 – 3.66 cm, pertambahan tinggi tanaman pada Δ T3 berkisar antara 2.26 – 3.83 cm, sedangkan pertambahan tinggi tanaman pada Δ T4 berkisar antara 1.93 – 2.80 cm. b. Pertambahan Diameter Batang (Δ D) Karakter diameter batang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada awal pengamatan, namun pada pengamatan minggu kedua hingga pengamatan terakhir karakter pertambahan diameter batang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Koefisien keragaman untuk karakter diameter batang di awal pengamatan adalah 1.84 % (Tabel 24), sedangkan pada pengamatan selanjutnya koefisien keragaman berkisar antara 3.04 – 4.12 % (Tabel 24).
Pada awal pengamatan, pertambahan diameter tanaman terbesar terjadi pada aksesi Mandalawangi (0.78 cm) dan Cimanuk (0.78 cm), yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Cadasari (0.76). Keragaan tanaman untuk karakter diameter batang dapat dilihat pada Tabel 26. Keragaan tanaman sambung nyata di lapangan dapat dilihat pada Gambar 22. Tabel 26. Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ T1 0.73 b 0.73 b 0.72 b 0.72 b 0.73 b 0.76 a 0.78 a 0.78 a
Diameter Batang (cm) Δ T2 Δ T3 0.79 0.75 0.73 0.72 0.78 0.72 0.76 0.74 0.72 0.75 0.74 0.75 0.79 0.77 0.76 0.76
Δ T4 0.75 0.75 0.72 0.73 0.74 0.73 0.73 0.75
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ D1 : diameter batang tanaman minggu ke-5 dikurangi minggu ke-4 Δ D2 : diameter batang tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ D3 : diameter batang tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ D4 : diameter batang tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7
Gambar 22. Keragaan Tanaman Sambung Nyawa di Lapangan c. Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun sambung nyawa diperoleh dari daun yang telah dewasa. Karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun tanaman sambung nyawa tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan koefisien keragaman masing-masing karakter secara berurutan sebesar 13.51 %, 13.16 % dan 13.99 % (Tabel 24). Panjang daun tanaman sambung nyawa dari seluruh aksesi berkisar antara 10.47 cm hingga 13.66 cm, lebar daun berkisar antara 3.98 – 5.05 cm, sedangkan panjang tangkai daun berkisar antara 1.82 cm hingga 2.24 cm. Keragaan 8 aksesi tanaman sambung nyawa untuk karakter panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Rata-rata Panjang Daun, Lebar Daun dan Panjang Tangkai Daun Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Panjang Daun (cm) 12.63 13.66 11.51 11.74 11.18 10.47 11.97 12.32
Lebar Daun (cm) 5.05 4.70 4.40 4.49 4.10 3.98 4.84 4.47
Panjang Tangkai Daun (cm) 2.15 2.13 1.94 2.24 1.82 1.88 1.96 2.09
Panen Tanaman sambung nyawa dipanen dengan cara panen pucuk, dengan memotong pucuk daun tanaman sambung nyawa hingga daun ke-8 dari pucuk. Hasil panen daun tanaman sambung nyawa dari 8 aksesi yang diuji tidak mununjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman sebesar 25.58 % (Tabel 24). Hasil selengkapnya rata-rata bobot panen per tanaman disajikan dalam Tabel 28. Tabel 28. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Bobot Panen (gram/tanaman) 9.95 5.79 7.97 7.05 8.40 7.91 9.15 7.47
Deskripsi Karakter Kualitatif Pendeskripsian karakter kualitatif 8 aksesi tanaman sambung nyawa yang diuji menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, pangkal daun dan ketahanan. Karakter warna batang dewasa menunjukkan dua keragaman yaitu warna hijau tua dan warna hijau coklat. Karakter pangkal daun menunjukkan tiga keragaman yaitu, runcing, meruncing dan tumpul, sedangkan warna daun bagian atas menunjukkan dua keragaman yaitu warna hijau dan warna hijau tua (Gambar 23).
Nanggung
Parung
Cadasari
Tamansari
Mandalawangi
Cibinong
Pandeglang
Cimanuk
Gambar 23. Warna Permukaan Atas Daun Tanaman Sambung Nyawa Warna Hijau (atas) dan Warna Hijau Tua (bawah) Ketahanan tanaman sambung nyawa tehadap penyakit relatif tidak tahan, hal ini dikarenakan beberapa tanaman terserang penyakit busuk pangkal batang. Keragaan tanaman yang terserang penyakit busuk pangkal batang dapat dilihat pada Gambar 24. Keragaan karakter kualitatif 8 aksesi tanaman sambung nyawa selengkapnya disajikan dalam Tabel 29 dan 30.
Tabel 29. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong Karakter
Nanggung
Parung
Tamansari
Cibinong
Tipe Tanaman
Berbaring
Berbaring
Berbaring
Berbaring
Bentuk Batang
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Warna batang dewasa
Hijau tua
Hijau tua
Hijau coklat
Hijau coklat
Tipe daun
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Bentuk daun
Laset
Lanset
Lanset
Bundar telur
Ujung daun
Meruncing
Meruncing
Meruncing
Meruncing
Pangkal daun
Runcing
Meruncing
Runcing
Meruncing
Tepi daun
Bergigi
Bergigi
Bergigi
Bergigi
Pertulangan daun
Menjala
Menjala
Menjala
Menjala
Berdaging
Berdaging
Berdaging
Berdaging
Permukaan atas daun
Licin
Licin
Licin
Licin
Permukaan bawah daun
Kesat
Kesat
Kesat
Kesat
Warna daun bagian atas
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Tidak tahan
Tahan
Tahan
Tidak tahan
Percabangan Warna batang muda
Daging daun
Warna daun bagian bawah Belahan daun Ketahanan Hama Penyakit
Tabel 30. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Sambung Nyawa Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk Karakter
Pandeglang
Cadasari
Mandalawangi
Cimanuk
Tipe Tanaman
Berbaring
Berbaring
Berbaring
Berbaring
Bentuk Batang
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Bulat Agak melengkung ke atas
Warna batang muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Warna batang dewasa
Hijau coklat
Hijau coklat
Hijau coklat
Hijau coklat
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Tunggal
Bentuk daun
Laset
Lanset
Bundar telur
Lanset
Ujung daun
Meruncing
Meruncing
Meruncing
Meruncing
Pangkal daun
Runcing
Tumpul
Runcing
Meruncing
Tepi daun
Bergigi
Bergigi
Bergigi
Bergigi
Pertulangan daun
Menjala
Menjala
Menjala
Menjala
Berdaging
Berdaging
Berdaging
Berdaging
Permukaan atas daun
Licin
Licin
Licin
Licin
Permukaan bawah daun
Kesat
Kesat
Kesat
Kesat
Warna daun bagian atas
Hijau
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Hijau muda
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Tidak tahan
Tahan
Tidak tahan
Tahan
Percabangan
Tipe daun
Daging daun
Warna daun bagian bawah Belahan daun Ketahanan Hama Penyakit
Gambar 24. Gejala Penyakit Busuk Pangkal Batang Sambung Nyawa Hasil pendeskripsian diberi skor dan dilakukan uji kekerabatan. Hasil pengujian karakter kualitatif dan karakter kuantitatif disajikan dalam bentuk dendogram yang menunjukkan tingkat kedekatan kekerabatan antar aksesi yang diuji. Hasil pengujian kekerabatan 8 aksesi tanaman sambung nyawa dapat dilihat pada Gambar 25.
Tingkat Kemiripan
41.63
61.09
80.54
100.00
1
2
4
8
7
3
5
6
Aksesi Keterangan :
1 = Nanggung; 2 = Parung; 3 = Tamansari; 4 = Cibinong; 5 = Pandeglang; 6 = Cadasari; 7 = Mandalawangi; 8 = Cimanuk.
Gambar 25. Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif 8 Aksesi Tanaman Sambung Nyawa
Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman sambung nyawa pada tingkat kemiripan 45.52 %, terdapat 4 kelompok aksesi sambung nyawa yang diuji. Kelompok pertama terdiri atas aksesi Nanggung. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Parung, Cibinong, Cimanuk dan Mandalawangi. Kelompok ketiga terdiri atas aksesi Tamansari dan Pandeglang, sedangkan kelompok keempat terdiri atas aksesi Cadasari. Aksesi pada kelompok ketiga, yaitu pasangan aksesi Tamansari dan Pandeglang merupakan kelompok dengan tingkat kemiripan yang tinggi, dengan tingkat kemiripan sebesar 54.61 %.
Terubuk (Saccharum edule Hassk.) Deskripsi Karakter Kuantitatif Hasil sidik ragam terhadap karakter kuantitatif menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman 4 (Δ T4), Lebar daun dan panjang pelepah. Perbedaan yang nyata terdapat pada karakter pertambahan tinggi tanaman 1 (Δ T1) dan diameter bunga. Hasil rekapitulasi sidik ragam dan koefisien keragaman yang lebih lengkap disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Rekapitulasi Uji-F dan Koefisien Keragaman Karakter 8 Aksesi Tanaman Terubuk No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Karakter Pertambahan Tinggi Tanaman 1 (Δ T1) Pertambahan Tinggi Tanaman 2 (Δ T2) Pertambahan Tinggi Tanaman 3 (Δ T3) Pertambahan Tinggi Tanaman 4 (Δ T4) Pertambahan Diameter Batang 1 (Δ D1) Pertambahan Diameter Batang 2 (Δ D2) Pertambahan Diameter Batang 3 (Δ D3) Pertambahan Diameter Batang 4 (Δ D4) Panjang Daun Lebar Daun Panjang Pelepah Daun Panjang Bunga Diameter Bunga Bobot Panen per Tanaman
Keterangan : ** * tn
: berbeda sangat nyata : berbeda nyata : tidak berbeda nyata
F Hitung 3.31 * 0.51 tn 2.69 tn 5.24 ** 1.97 tn 1.08 tn 0.29 tn 1.54 tn 0.77 tn 8.27 ** 19.52 ** 1.95 tn 2.78 * 2.19 tn
KK (%) 21.84 31.87 24.79 24.70 3.85 3.08 7.54 5.85 24.27 3.86 3.86 13.62 9.66 23.33
Pertumbuhan Vegetatif a. Pertambahan Tinggi Tanaman Karakter pertambahan tinggi tanaman pada awal pengamatan (Δ T1) menunjukkan
perbedaan
yang
nyata.
Aksesi
Pandeglang
menunjukkan
pertumbuhan paling cepat yaitu sebesar 2.03 cm, yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Cadasari (1.81 cm). Pertambahan tinggi tanaman pada Δ T2 dan Δ T3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kisaran pertambahan tinggi tanaman dari setiap aksesi pada Δ T2 adalah 1.07 – 1.52 cm, sedangkan kisaran pertambahan tinggi tanaman 3 (Δ T3) adalah 1.27 – 2.80 cm. Keragaan 8 aksesi tanaman terubuk untuk karakter pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Δ T1 1.31 bc 1.47 abc 1.27 bc 1.39 bc 2.03 a 1.81 ab 1.01 c 1.23 bc
Tinggi Tanaman (cm) Δ T2 Δ T3 1.13 1.27 1.15 1.69 1.07 1.97 1.50 1.55 1.52 2.80 1.37 2.07 1.34 1.99 1.40 1.90
Δ T4 1.63 b 1.90 b 2.04 b 1.76 b 3.77 a 2.37 b 2.03 b 1.65 b
1) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %. 2) Δ T1 : tinggi tanaman minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ T2 : tinggi tanaman minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ T3 : tinggi tanaman minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7 Δ T4 : tinggi tanaman minggu ke-9 dikurangi minggu ke-8
Pada akhir pengamatan, pertambahan tinggi tanaman (Δ T4) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dengan pertambahan tinggi tanaman terbesar terdapat pada aksesi Pandeglang (3.77 cm), sedangkan pertambahan tinggi tanaman terkecil pada aksesi Nanggung (1.63 cm). b. Pertambahan Diameter Batang Karakter diameter batang 8 aksesi tanaman terubuk tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kisaran pertambahan diameter batang tanaman terubuk berkisar antara 0.73 – 0.81 cm untuk pengamatan pertama (Δ D1). Kisaran
pertambahan diameter batang 2 (Δ D2) adalah 0.74 – 0.78 cm. Pada pertambahan diameter batang 3 (Δ D3) berkisar antara 0.78 – 0.84 cm, sedangkan pada pertambahan diameter batang 4 (Δ D4) berkisar antara 0.76 – 0.86 cm. Koefisien keragaman masing-masing antara lain 3.85 %, 3.08 %, 7.54 % dan 5.85 % (Tabel 31). Rata-rata pertambahan diameter batang tanaman terubuk dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Rata-rata Selisih Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Terubuk Aksesi
Δ D1 0.75 0.73 0.75 0.74 0.81 0.75 0.74 0.74
Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Diameter Batang Tanaman (cm) Δ D2 Δ D3 Δ D4 0.75 0.79 0.77 0.74 0.78 0.77 0.74 0.80 0.78 0.75 0.79 0.80 0.78 0.84 0.76 0.74 0.79 0.79 0.77 0.82 0.86 0.76 0.79 0.83
Δ D1 : diameter batang minggu ke-6 dikurangi minggu ke-5 Δ D2 : diameter batang minggu ke-7 dikurangi minggu ke-6 Δ D3 : diameter batang minggu ke-8 dikurangi minggu ke-7 Δ D4 : diameter batang minggu ke-9 dikurangi minggu ke-8
c. Panjang Daun dan Lebar Daun Perbedaan yang tidak nyata terdapat pada karakter panjang daun. Koefisien keragaman untuk karakter ini sebesar 24.27 % (Tabel 31). Keragaan 8 aksesi tanaman terubuk untuk karakter panjang daun dan lebar daun dapat dilihat pada Tabel 34, dan keragaan tanaman terubuk setiap aksesi dapat dilihat pada Gambar 26. Tabel 34. Rata-rata Panjang Daun dan Lebar Daun Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Panjang Daun (cm) 80.85 81.17 86.80 101.85 82.00 79.86 79.79 106.71
Lebar Daun (cm) 3.39 d 3.79 bc 4.09 a 3.96 ab 4.10 a 3.87 abc 3.63 cd 4.01 ab
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Nanggung
Parung
Tamansari
Pandeglang
Cadasari
Mandalawangi
Cibinong
Cimanuk
Gambar 26. Keragaan 8 Aksesi Tanaman Terubuk Terdapat perbedaan yang sangat nyata pada karakter lebar daun tanaman terubuk diantara 8 aksesi yang diuji. Lebar daun tanaman terubuk berkisar antara 4.10 – 3.39 cm (Tabel 34). Koefisien keragaman untuk karakter lebar daun sebesar 3.86 % (Tabel 31). Aksesi Pandeglang (4.10 cm) memiliki lebar daun terbesar, namun tidak berbeda nyata dengan aksesi Tamansari (4.09 cm), Cimanuk (4.01 cm) dan Cibinong (3.96 cm).
e. Panjang Pelepah Karakter panjang pelepah menunjukkan perbedaan yang sangat nyata diantara aksesi yang diuji dengan koefisien keragaman sebesar 3.86 % (Tabel 31) dan berkisar antara 23.72 – 32.15 cm. Aksesi Parung memiliki panjang pelepah terpanjang (32.15 cm). Sementara itu aksesi Cibinong memiliki panjang pelepah terpendek (23.72 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Nanggung (25.19). Rata-rata panjang pelepah tanaman terubuk dari delapan aksesi dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Rata-rata Panjang Pelepah Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Panjang Pelepah Daun (cm) 25.19 cd 32.15 a 26.37 c 23.72 d 26.15 c 28.38 b 29.52 b 26.21 c
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Pertumbuhan Generatif a. Panjang Bunga dan Diameter Bunga Fase generatif tanaman terubuk yang diamati adalah panjang bunga dan diameter bunga. Berdasarkan uji F, karakter panjang bunga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman sebesar 13.62 % (Tabel 31), sedangkan karakter diameter bunga menunjukkan perbedaan yang nyata dengan koefisien keragaman sebesar 9.66 % (Tabel 31). Kisaran panjang bunga terubuk adalah 9.28 – 13.00 cm. Diameter bunga terubuk berkisar antara 1.86 – 2.46 cm. Diameter bunga terbesar dimiliki oleh aksesi Tamansari (2.46 cm). Sementara itu aksesi Mandalawangi memiliki diameter bunga terkecil (1.86 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Cadasari (1.90 cm), Pandeglang (1.93 cm), Nanggung (1.96 cm), Parung (2.02 cm), Cimanuk (2.04 cm) dan Cibinong (2.07 cm). Keragaan karakter bunga terubuk dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Rata-rata Panjang Bunga dan Diameter Bunga Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung Parung Tamansari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk Ket :
Panjang Bunga (cm) 11.28 10.30 13.00 11.70 9.28 10.33 9.74 11.23
Diameter Bunga (cm) 1.96 b 2.02 b 2.46 a 2.07 b 1.93 b 1.90 b 1.86 b 2.04 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Karakter diameter bunga berkolerasi dengan bobot panen per tanaman. Oleh karena itu, aksesi yang memiliki diameter bunga terbesar memiliki potensial untuk menghasilkan panen lebih besar dan dapat dijadikan sumber bibit atau tetua untuk perakitan varietas baru. Panen Karakter bobot panen per tanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata di antara aksesi yang diuji, dengan koefisien keragaman 23.33 % (Tabel 31). Bobot panen dari setiap aksesi berkisar antara 5.93 gram hingga 12.08 gram. Jumlah panen per tanaman dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Rata-rata Bobot Panen Bunga Terubuk Aksesi Nanggung Parung Taman Sari Cibinong Pandeglang Cadasari Mandalawangi Cimanuk
Bobot Panen (gram/bunga) 5.93 8.23 12.08 8.84 10.17 8.01 9.77 9.84
Deskripsi Karakter Kualitatif Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman terubuk yang diuji, 8 aksesi terubuk menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dan warna bunga. Karakter lainnya tidak menunjukkan perbedaan. Karakter warna batang menunjukkan tiga variasi, yaitu hijau, hijau tua dan hijau coklat. Karakter warna bunga menunjukkan dua keragaman, yaitu warna putih dan warna kuning muda. Karakter warna bunga terubuk dapar dilihat pada Gambar 27.
Warna Bunga Putih
Warna Bunga Kuning Muda Gambar 27. Warna Bunga Terubuk Karakter lainnya seperti karakter-karakter daun tidak menunjukkan perbedaan. Daun tanaman terubuk memiliki karakter bentuk berupa garis dengan ujung meruncing. Daun tanaman terubuk diselimuti oleh bulu-bulu halus. Deskripsi karakter kualitatif secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 38 dan Tabel 39.
Tabel 38. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Terubuk Aksesi Nanggung, Parung, Tamansari dan Cibinong Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang Tipe daun Bentuk daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Ketahanan Hama Penyakit
Nanggung
Parung
Tamansari
Cibinong
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Kuning muda Putih Tidak tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau coklat Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Putih Putih Tidak tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau coklat Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Putih Putih Tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau coklat Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Putih Putih Tahan
Tabel 39. Deskripsi Karakter Kualitatif Tanaman Terubuk Aksesi Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi dan Cimanuk Karakter Tipe Tanaman Bentuk Batang Percabangan Warna batang Tipe daun Bentuk daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Daging daun Permukaan atas daun Permukaan bawah daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Belahan daun Tempat tumbuh bunga Warna bunga Warna kelopak bunga Ketahanan Hama Penyakit
Pandeglang
Cadasari
Mandalawangi
Cimanuk
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau tua Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Kuning muda Putih Tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau coklat Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Kuning muda Putih Tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau tua Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Kuning muda Putih Tahan
Tegak Bulat Melengkung ke atas Hijau coklat Tunggal Garis Meruncing Rompang Bergerigi halus Sejajar Tipis Berbulu Berbulu Hijau Hijau muda Simetris Terminal Kuning muda Putih Tahan
Hasil pendeskripsian diberi skor dan dilakukan uji kekerabatan. Hasil pengujian karakter kuantitatif dan karakter kualitatif disajikan dalam bentuk dendogram yang menunjukkan tingkat kekerabatan antar aksesi yang diuji. Hasil pengujian kekerabatan 8 aksesi tanaman terubuk dapat dilihat pada Gambar 28.
Tingkat Kemiripan
35.65
57.10
78.55
100.00
1
2
6
7
4
8
3
5
Aksesi Keterangan :
1 = Nanggung; 2 = Parung; 3 = Tamansari; 4 = Cibinong; 5 = Pandeglang; 6 = Cadasari; 7 = Mandalawangi; 8 = Cimanuk.
Gambar 28. Dendogram Hasil Deskripsi Karakter Kuantitatif dan Kualitatif Aksesi Tanaman Terubuk Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman terubuk, dapat dilihat terdapat 5 kelompok terubuk yang diuji pada tingkat kemiripan 42.80 %. Kelompok aksesi pertama terdiri atas aksesi Nanggung. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Parung, Cadasari dan Mandalawangi. Kelompok ketiga terdiri atas aksesi Cibinong dan Cimanuk. Kelompok keempat terdiri atas aksesi Tamansari. Kelompok kelima adalah kelompok aksesi Pandeglang. Pasangan aksesi dengan tingkat kemiripan terbesar adalah aksesi Parung dan Cadasari dengan tingkat kemiripan 51.73 %.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sayuran indigenous yang didapat dari hasil eksplorasi di dua kabupaten yang berbeda memiliki variasi karakter yang beragam. Karakter yang ditunjukkan oleh masing-masing sayuran menunjukkan perbedaan antar aksesi yang diuji baik karakter kualitatif maupun karakter kuantitatif. Berdasarkan karakater kuantitatif, tanaman beluntas menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter pertumbuhan tinggi tanaman. Pendeskripsian karakter kualitatif tanaman beluntas menunjukkan perbedaan karakter ujung daun, tepi daun, warna batang muda dan warna batang dewasa. Tanaman beluntas terdiri atas empat kelompok dari delapan aksesi dengan tingkat kemiripan sebesar 66.45 %. Kelompok pertama adalah aksesi Nanggung, Tamansari dan Cibinong. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Pandeglang, Cimanuk dan Cadasari. Kelompok ketiga adalah aksesi Mandalawangi dan kelompok keempat adalah aksesi Parung. Tanaman kenikir yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman pada awal pengamatan (3 MSS) dan panjang tangkai bunga. Hasil panen tanaman kenikir terbesar dimiliki oleh aksesi Pandeglang dengan bobot panen 118.75 gram/tanaman. Berdasarkan karakter kualitatif tanaman kenikir yang diuji, delapan aksesi tanaman kenikir menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, warna daun bagian bawah, belahan daun dan aroma daun. Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif kenikir dengan tingkat kemiripan 53.80 %, terdapat empat kelompok tanaman kenikir. Kelompok pertama terdiri atas aksesi Nanggung, Parung, Cibinong, Cimanuk dan Mandalawangi. Kelompok kedua adalah aksesi Tamansari, kelompok ketiga adalah aksesi Cadasari, dan kelompok keempat adalah aksesi dari Pandeglang. Hasil penelitian terhadap tanaman pegagan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan panjang tanaman (Δ P1 dan Δ P2), pertambahan jumlah tunas (Δ JT1 dan Δ JT2), panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun. Pendeskripsian karakter kualitatif 8 aksesi pegagan menunjukkan perbedaan pada karakter warna daun bagian atas. Tanaman pegagan
dibagi dalam tiga kelompok dengan tingkat kemiripan 54.78 %. Kelompok pertama adalah aksesi Nanggung, Parung, Pandeglang, Cadasari, Cimanuk dan Tamansari. Kelompok kedua adalah aksesi Cibinong. Kelompok ketiga adalah aksesi Mandalawangi. Berdasarkan karakter kuantitatif tanaman sambung nyawa yang diuji menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman (Δ T1) dan pertambahan diameter batang (Δ D1). Karakter kualitatif 8 aksesi tanaman sambung nyawa yang diuji menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dewasa, warna daun bagian atas, pangkal daun dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman sambung nyawa terbagi menjadi empat kelompok dari aksesi yang diuji, dengan tingkat kemiripan 45.52 %. Kelompok pertama terdiri atas aksesi Nanggung. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Parung, Cibinong, Cimanuk dan Mandalawangi. Kelompok ketiga terdiri atas aksesi Tamansari dan Pandeglang, sedangkan kelompok keempat terdiri atas aksesi Cadasari. Pengujian karakter kuantitatif tanaman terubuk menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada karakter pertambahan tinggi tanaman (Δ T4), lebar daun dan panjang pelepah. Perbedaan yang nyata terdapat pada karakter pertambahan tinggi tanaman
(Δ T1) dan diameter bunga. Berdasarkan karakter kualitatif
tanaman terubuk yang diuji, 8 aksesi terubuk menunjukkan perbedaan pada karakter warna batang dan warna bunga. Berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif, tanaman terubuk terdiri atas lima kelompok dengan tingkat kemiripan 42.80 % dari delapan aksesi yang diuji. Kelompok aksesi pertama terdiri atas aksesi Nanggung. Kelompok kedua terdiri atas aksesi Parung, Cadasari dan Mandalawangi. Kelompok ketiga terdiri atas aksesi Cibinong dan Cimanuk. Kelompok keempat terdiri atas aksesi Tamansari. Kelompok kelima adalah kelompok aksesi Pandeglang. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan nutrisi dari masing-masing sayuran indigenous yang diuji untuk melengkapi karakter dari setiap sayuran.
DAFTAR PUSTAKA Altoveros, N. C. and L. M. Engle. 1999. Strategy for collecting germplasm of indigenous vegetable in Bangladesh, Indonesia, The Philippines, Thailand and Vietnam, p. 100-135. In: L. M. Engle and N. C. Altoveros (Eds.). Collection, Conservations and Utilization of Indigenous Vegetable. AVRDC. Tinan. Anonim. 2006a. Cosmos caudatus H.B.K. http://warintek.ristek.go.id. [31 Agustus 2006]. _______. 2006b. Pegagan. http://www.mediasehat.com. [31 Agustus 2006]. _______. 2006c. Pluchea indica Less. http://www.iptek.apjii.or.id. [31 Agustus 2006]. _______. 2006d. Saccharum edule. http://ecocorp.fao.arg. [7 November 2006]. Ardiansyah. 2002. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. __________. 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan. http://www.beritaiptek.com. [31 Agustus 2006]. Balai Penelitian Sayuran. 2007. Sayuran Indigenous, Perlu digali dan di manfaatkan. http://www.litbang.deptan.go.id. [22 September 2007]. Dalimartha, S. 2000. Pegagan (Centella asiatica) : Di India daun ini dipakai untuk meningkatkan daya ingat. Sedang para yogi memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan meditasi. Nirmala, Oktober 2000 : 57-59. Daulay, D., H. Syarief., dan L. Hidayat. 1984. Mempelajari Peningkatan Daya Simpan dan Pemanfaatan Tebu Terubuk (Saccharum edule Hassk). Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Perbenihan. 2004. Pedoman Pelepasan Varietas Hortikultura. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. Duriat, A. S., A. Asgar, and Z. Abidin. 1999. Indigenous Vegetables in Indonesia Their Conservation and Utilization, p. 29-42. In: L. M. Engle and N. C. Altoveros (Eds.). Collection, Conservation and Utilization of Indigenous Vegetables. AVRDC. Taiwan. Handra, H. 2004. Pegagan, Tumbuhan Terlupakan Kaya Manfaat Anti “cellulite”. http//www.kompas.com. [31 Agustus 2006].
Jansen, P. C. M. 1994. Saccharum edule Hasskarl, p. 243-244. In: J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA: Vegetables. Prosea. Bogor. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan. 2005. Penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh. Departemen Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Lasmadiwati, E., M. M. Herminati, dan Y. H. Indriani. 2003. Pegagan, meningkatkan daya ingat, membuat awet muda, menurunkan gejala stres, meningkatkan stamina. Cet.1. Penebar Swadaya. Jakarta. 70hal. Listyani, W. S. 2004. Daun Sambung Nyawa : Tanaman alternatif untuk hipertensi. http://www.kompas.com. [9 November 2007]. Mahesworo. 1994. Tanaman Pagar yang Bermanfaat. Penebar Swadaya. Jakarta. 25hal. Marum, O. 2 007. Pengelolaan Plasma Nutfah Kehutanan. Majalah Kehutanan Indonesia, edisi VII. Jakarta. Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sastrapradja, S., B. P. Naiola, E. R. Rasmadi, Roesmantyo, E. K. Soepardijono, dan E. B. Waluyo. 1979. Tanaman Pekarangan. Lembaga Biologi NasionalLIPI. Bogor. 9 hal. Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta. Sibarani, F. V. 2000. Undang-undang Kehutanan - Penjelasan Pasal Demi Pasal : Pasal 52 ayat 3. http://www.asiamaya.com. [14 November 2006]. Somantri, I. H., M. Hasanah, dan H. Kurniawan. 2005. Teknik Konservasi ExSitu, Rejuvenasi, Karakterisasi, Evaluasi, Dokumentasi, dan Pemanfaatan Plasma Nutfah. http//indoplasma.or.id. 15 September 2006. Van den Bergh, M. H. 1994. Cosmos caudatus Kunth, p. 152-153. In: J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA: Vegetables. Prosea. Bogor. Winarto, W. P. 2003a. Sambung Nyawa, Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Cet.1. Penebar Swadaya. Jakarta. 80hal. _________. 2003b. Sambung Nyawa, Majalah Hortikultura. 2(7). Direktorat Bina Produksi Hortikultura. Winarto, W. P., dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan. AgroMedia Pustaka. 104hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Beluntas SK db Pertambahan Tinggi 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 34.40 % Pertambahan Tinggi 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 33.06 % Pertambahan Tinggi 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 17.65 % Pertambahan Tinggi 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 26.19 % Pertambahan Diameter 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 2.67 % Pertambahan Diameter 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 2.33 % Pertambahan Diameter 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 4.86 % Pertambahan Diameter 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 10.02 % Panjang Daun Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 6.973 %
JK
KT
F hitung
Pr>F
268.25 1.49 36.48 306.23
38.32 0.74 2.60
14.70 ** 0.29
0.0001 0.7546
320.57 24.74 42.95 388.27
45.79 12.37 3.06
14.93** 4.03
0.0001 0.0414
3166.65 80.16 383.66 3630.48
452.37 40.08 27.40
16.51** 1.46
0.0001 0.2650
617.96 1.59 163.03 782.59
88.28 0.79 11.65
7.58** 0.07
0.0007 0.9341
0.00232917 0.00065833 0.00540833 0.00839583
0.00033274 0.00032917 0.00038631
0.86tn 0.85
0.5584 0.4475
0.00625000 0.00000000 0.00420000 0.01045000
0.00089286 0.00000000 0.00030000
2.98* 0.00
0.0391 1.0000
0.01026250 0.00110833 0.01882500 0.03019583
0.00146607 0.00055417 0.00134464
1.09tn 0.41
0.4195 0.6700
0.03545000 0.01700833 0.09552500 0.14798333
0.00506429 0.00850417 0.00682321
0.74tn 1.25
0.6416 0.3176
0.846 1.121 1.957 3.925
0.120 0.560 0.139
0.86tn 4.01
0.5560 0.0420
SK Lebar Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 15.972 % Panjang Tangkai Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 18.794 % Panen. Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 28.09 %
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
7 2 14 23
0.606 0.108 3.67 4.39
0.086 0.054 0.26
0.33tn 0.21
0.9274 0.8157
7 2 14 23
0.045 0.070 0.102 0.218
0.006 0.035 0.007
0.89tn 4.87
0.5411 0.0248
7 2 14 23
7.81 0.24 14.34 22.39
1.12 0.12 1.02
1.09tn 0.12
0.4196 0.8903
Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Kenikir SK db JK Tinggi Tanaman Kenikir 3 MSS Perlakuan 7 2.92 Ulangan 2 0.20 Galat 14 1.36 Total 23 4.48 KK = 28.48 % Tinggi Tanaman Kenikir 4 MSS Perlakuan 7 5.55 Ulangan 2 0.07 Galat 14 2.69 Total 23 8.32 KK = 31.626 % Tinggi Tanaman Kenikir 5 MSS Perlakuan 7 6.18 Ulangan 2 0.96 Galat 14 3.89 Total 23 11.04 KK = 20.360 % Tinggi Tanaman Kenikir 6 MSS Perlakuan 7 12.20 Ulangan 2 1.24 Galat 14 10.97 Total 23 24.42 KK = 18.331 % Tinggi Tanaman Kenikir 7 MSS Perlakuan 7 34.25 Ulangan 2 5.41 Galat 14 44.39 Total 23 84.06 KK = 26.010 % Diameter Batang Tanaman Kenikir 3 MSS Perlakuan 7 0.0121 Ulangan 2 0.00005 Galat 14 0.0076 Total 23 0.0197 KK = 3.175 % Diameter Batang Tanaman Kenikir 4 MSS Perlakuan 7 0.035 Ulangan 2 0.001 Galat 14 0.0239 Total 23 0.0604 KK = 5.418 % Diameter Batang Tanaman Kenikir 5 MSS Perlakuan 7 0.693 Ulangan 2 0.0009 Galat 14 0.0450 Total 23 0.1154 KK = 6.608 % Diameter Batang Tanaman Kenikir 6 MSS Perlakuan 7 0.118 Ulangan 2 0.007 Galat 14 0.0805 Total 23 0.2059 KK = 7.266 %
KT
F hitung
Pr>F
0.42 0.10 0.09
4.28** 1.03
0.0099 0.3825
0.79 0.03 0.19
4.12* 0.19
0.0117 0.8327
0.88 0.48 0.27
3.17* 1.73
0.0314 0.2134
1.74 0.62 0.78
2.22tn 0.79
0.0963 0.4718
4.89 2.70 3.17
1.54tn 0.85
0.2317 0.4469
0.0017 0.00002 0.0005
3.19* 0.05
0.0309 0.9479
0.005 0.0007 0.0017
2.94* 0.41
0.0408 0.6701
0.009 0.0004 0.0032
3.08* 0.15
0.0349 0.8609
0.017 0.003 0.0057
2.94* 0.60
0.0407 0.5614
SK db Diameter Batang Tanaman 7 MSS Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK= 7.752 % Panjang Daun Majemuk Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 17.549 % Panjang Anak Daun Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 16.554 % Jumlah Bunga per Tanaman Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 54.762 % Panjang Tangkai Bunga Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 8.470 % Panen Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 12.17 %
JK
KT
F hitung
Pr>F
0.1052 0.0244 0.1062 0.2359
0.0150 0.0122 0.0075
1.98tn 1.61
0.1308 0.2353
42.10 135.80 63.54 241.45
6.01 67.90 4.53
1.33tn 14.96
0.3088 0.0003
10.24 29.79 11.50 51.54
1.46 14.89 0.81
1.78tn 18.13
0.1696 0.0001
2884.89 359.64 5874.69 9119.22
412.12 179.82 419.62
0.98tn 0.43
0.4813 0.6597
117.57 26.34 40.39 184.30
16.79 13.17 2.88
5.82** 4.56
0.0026 0.0298
3195.70 927.39 1786.57 5909.66
456.53 463.69 127.61
3.58* 3.63
0.0202 0.0536
Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Pegagan SK db Pertambahan Panjang 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 24.52 % Pertambahan Panjang 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 21.82 % Pertambahan Panjang 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 27.49 % Pertambahan Panjang 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 22.06 % Pertambahan Jumlah Tunas 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 20.05 % Pertambahan Jumlah Tunas 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 15.88 % Pertambahan Jumlah Tunas 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 19.68 % Pertambahan Jumlah Tunas 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 24.65 % Panjang Daun Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 8.423 %
JK
KT
F hitung
Pr>F
31.06 0.57 4.85 36.48
4.44 0.28 0.34
12.81** 0.83
0.0001 0.4578
21.14 3.01 7.71 31.86
3.02 1.50 0.55
5.48** 2.73
0.0034 0.0995
10.84 0.92 15.01 26.77
1.55 0.46 1.07
1.44tn 0.43
0.2639 0.6584
6.92 1.20 5.82 13.94
0.98 0.60 0.41
2.38tn 1.45
0.0794 0.2681
3.29 0.06 0.85 4.21
0.47 0.03 0.06
7.69** 0.52
0.0007 0.6070
2.14 1.33 0.97 4.44
0.31 0.67 0.07
4.43** 9.66
0.0087 0.0023
1.38 0.44 1.87 3.69
0.19 0.22 0.13
1.48tn 1.65
0.2520 0.2277
0.63 0.07 1.15 1.85
0.09 0.03 0.08
1.11tn 0.43
0.4109 0.6613
0.95 0.07 0.19 1.21
0.14 0.04 0.01
9.88** 2.58
0.0002 0.1111
SK Lebar Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 8.050 % Panjang Tangkai Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 8.692 % Panen. Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 35.03 %
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
7 2 14 23
3.56 0.44 0.59 4.64
0.51 0.22 0.04
12.03** 5.21
0.0001 0.0204
7 2 14 23
27.29 4.52 4.45 36.26
3.89 2.26 0.32
12.27** 7.11
0.0001 0.0074
7 2 14 23
6.60 4.78 26.53 37.92
0.94 2.39 1.89
0.50tn 1.26
0.8212 0.3132
Lampiran 4. Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Sambung Nyawa SK db Pertambahan Tinggi 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 12.54 % Pertambahan Tinggi 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 16.39 % Petambahan Tinggi 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 22.90 % Pertambahan Tinggi 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 17.50 % Pertambahan Diameter 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 1.84 % Pertambahan Diameter 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 4.12 % Pertambahan Diameter 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 3.04 % Pertambahan Diameter 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 3.24 %
JK
KT
F hitung
Pr>F
5.226 1.801 2.005 9.033
0.746 0.901 0.143
5.21** 6.28
0.0043 0.0113
3.699 0.430 3.356 7.486
0.528 0.215 0.239
2.20tn 0.90
0.0986 0.4301
4.893 0.490 7.056 12.440
0.699 0.245 0.504
1.39tn 0.49
0.2847 0.6250
2.220 0.730 2.402 5.353
0.317 0.365 0.171
1.85tn 2.13
0.1554 0.1558
0.01419583 0.00413333 0.00266667 0.02099583
0.00202798 0.00206667 0.00019048
10.65** 10.85
0.0001 0.0014
0.01269583 0.00110833 0.01389167 0.02769583
0.00181369 0.00055417 0.00099226
1.83tn 0.56
0.1595 0.5843
0.00622917 0.00080833 0.00725833 0.01429583
0.00088988 0.00040417 0.00051845
1.72tn 0.78
0.1845 0.4775
0.0033 0.0003 0.0080 0.0117
0.0004 0.0001 0.0005
0.82tn 0.27
0.5838 0.7697
SK Panjang Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 13.51 % Lebar Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 13.168 % Panjang Tangkai Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 13.992 % Panen Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 25.58 %
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
7 2 14 23
19.57 15.96 36.43 71.97
2.79 7.98 2.60
1.07tn 3.07
0.4280 0.0786
7 2 14 23
2.72 4.19 4.93 11.84
0.39 2.09 0.35
1.10tn 5.95
0.4119 0.0135
7 2 14 23
0.455 0.619 1.121 2.195
0.065 0.309 0.080
0.81tn 3.87
0.5928 0.0460
7 2 14 23
34.14 2.11 58.13 94.37
4.87 1.05 4.15
1.17tn 0.25
0.3762 0.7795
Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi Uji-F Karakter Kuantitatif Tanaman Terubuk SK db Pertambahan Tinggi 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 21.84 % Pertambahan Tinggi 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 31.87 % Pertambahan Tinggi 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 24.79 % Pertambahan Tinggi 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 24.70 % Pertambahan Diameter 1 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 3.85 % Pertambahan Diameter 2 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 3.082 % Pertambahan Diameter 3 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 7.544 % Pertambahan Diameter 4 Perlakuan 7 Ulangan 2 Galat 14 Total 23 KK = 5.85 %
JK
KT
F hitung
Pr>F
2.30 0.88 1.39 4.57
0.33 0.44 0.09
3.31* 4.47
0.0269 0.0316
0.63 0.87 2.45 3.95
0.09 0.43 0.17
0.51tn 2.48
0.8097 0.1193
4.22 0.70 3.13 8.05
0.60 0.35 0.22
2.69tn 1.57
0.0544 0.2424
10.33 1.61 3.94 15.89
1.47 0.80 0.28
5.24** 2.87
0.0042 0.0903
0.011 0.002 0.011 0.026
0.002 0.001 0.0008
1.97tn 1.60
0.1323 0.2361
0.0041 0.0007 0.0076 0.0124
0.0005 0.0003 0.0005
1.08tn 0.64
0.4259 0.5411
0.0074 0.0105 0.0513 0.0693
0.0010 0.0052 0.0036
0.29tn 1.44
0.9485 0.2703
0.0233 0.0012 0.0303 0.0549
0.0033 0.0006 0.0021
1.54tn 0.28
0.2336 0.7568
SK Panjang Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 24.27 % Lebar Daun Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 3.86 % Panjang Pelepah Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 3.86 % Panjang Bunga Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 13.62 % Diameter Bunga Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 9.66 % Panen Perlakuan Ulangan Galat Total KK = 23.33 %
Keterangan :
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
7 2 14 23
2423.55 752.89 6297.63 9474.08
346.22 376.45 449.83
0.77tn 0.84
0.6219 0.4536
7 2 14 23
1.279 0.007 0.309 1.596
0.183 0.003 0.022
8.27** 0.16
0.0005 0.8507
7 2 14 23
150.76 0.44 15.45 166.65
21.54 0.22 1.10
19.52** 0.20
0.0001 0.8205
7 2 14 23
29.85 2.15 30.61 62.60
4.26 1.07 2.19
1.95tn 0.49
0.1361 0.6223
7 2 14 23
0.75 0.05 0.54 1.34
0.11 0.03 0.04
2.78* 0.68
0.0488 0.5237
7 2 14 23
69.38 4.13 63.30 136.81
9.91 2.06 4.52
2.19tn 0.46
0.1001 0.6421
* : Berbeda nyata ** : Berbeda sangat nyata tn : Tidak berbeda nyata