KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MUTU MADRASAH Oleh: ABDURAHMAN R. MALA Abstrak Pengawas/Supervisor mempunyai posisi yang stratejik dalam peningkatan mutu Madrasah. Hal ini terlihat pada peranan yang harus dilakukan dalam pembinaan kompetensi guru menuju pada peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini mutu sekolah/ madrasah. Untuk meningkatkan mutu madrasah maka ada tiga variabel yang mempengaruhi kinerja pengawas dalam meningkatkan mutu sekolah/ madrasah. Dalam upaya pemberdayaan pengawas/supervisor maka diperlukan komitemen dari pihak-pihak penentu kebijakan di daerah untuk melakukan rekruitmen pengawas/supervisor secara baik dan benar sesuai standar dan persyaratan yang ada, pembinaan dan pengembangan kompetensi pengawas/supervisor secara terus menerus melalui kegiatan diklat kepengawasan. Untuk menjadi pengawas yang profesional butuh komitmen yang tinggi dari pengawas itu sendiri. Dan yang tak kala pentingnya juga adalah pemberian penghargaan terutama kesejahteraan yang memadai, dan mengefektifkan organisasi kepengawasanan untuk pembinaan anggotanya.
A. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan (Tim Fokusmedia, 2003: 3). Jadi, termasuk di dalamnya para pengawas yang dalam kedudukannya antara supervisor dan fasilitator diharapkan untuk bekerja keras dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Karena itulah, dapat dirumuskan bahwa pencapaian mutu pendidikan yang tinggi, bukan saja terletak di tangan para guru, tetapi juga terletak di tangan para pengawas. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka posisi supervisor (pengawas) sangat menentukan dan sekaligus menantang karena banyak aspek yang saling terkait. Supervisor bertanggung jawab dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru yang biasa dikaitkan dengan tugas supervisi akademik. Di samping itu, supervisor juga berperan dalam supervisi manajerial dimana supervisor bertanggung jawab dalam membinan tugas-tugas manajerial kepala sekolah. Tampaknya kinerja pengawas/supervisor dalam membina guru-guru belum efektif, hal ini tampak pada hasil uji Kompetensi Awal (UKA) guru 2012 yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) secara nasional ratarata masih rendah. Mendikbud Mohammad Nuh membeberkan, hasil rata-rata UKA 2012 yaitu 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 dan nilai terendah 1,0. Dikatakannya, hasil rata-rata UKA itu mencakup seluruh peserta (guru) dari jenjang TK sampai jenjang SMA. (KOMPAS.com, 27 September 2012). Ketidak efektifan pelakasanaan tugas dan tanggung jawab supervisor disebabkan oleh kondisi kualifikasi dan kompetensi pengawas belum sebagaimana yang diharapkan. Di beberapa daerah para pengawas menyatakan
bahwa wawasan akademik dirinya berada di bawah guru dan kepala sekolah sebab mereka tidak pernah disentuh dengan inovasi yang terjadi. Temuan di lapangan dari pengawas yang hampir mewakili semua propinsi, menunjukkan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi tetapi semacam tenaga buangan dari kepala sekolah dan guru atau tenaga struktural yang memperpanjang masa pensiun (Depdiknas, 2006). Mencermati kinerja pengawas/supervisor yang masih rendah dan kondisi supervisor yang belum memenuhi standar maka perlu kiranya dilakukan pengkajian secara ilmiah untuk lebih memberdayakan supervisor sebagai pembina kompetensi guru di sekolah. Supervisor harus diberdayakan sebagai agen dan pelopor inovasi di sekolah, supervisor harus diberdayakan sebagai “gurunya guru”. Melalui pemberdayaan supervisor maka peran nyata yang diharapkan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat terealisir. B. KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN Pengawas yang profesional mutlak menguasai enam kompetensi. Selanjutnya kinerja seorang pengawas dapat dilihat dari aktifitasnya melakasnakan tugas supervisi mulai dari penyusunan program supervisi, pelaksanaan program supervisi dan evaluasi program pelaksanaan supervisi. Disamping itu sebagai seorang supervisor harus pula memiliki dan mampu menerapkan tiga keteranpilan supervisor. Tiga keterampilan supervisor itu adalah sebagai berikut : 1) keterampilan teknis yang meliputi a) menetapkan kriteria untuk menyeleksi sumber-sumber pengajaran, b) mendayagunakan sistem kunjungan/ observasi kelas, c) mendayagunakan rapat supervisi pengajaran, d) merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, e) mengaplikasikan hasil-hasil
Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014
259
penelitian, f) mengembangkan langkah-langkah evaluasi, g) mendemontrasikan keterampilanketerampilan mengajar. 2) keterampilan manajerial yang meliputi : a) mengenal ciri-ciri masyarakat, b) mengakses kebutuhan guru/staf, c) menerapkan prioritas pengajaran guru/staf d) menganalisis lingkunagn pendidikan, e) memanfaatkan sistem perencanaan pendidikan, f) memonitor dan mengontrol kegiatan guru/staf, g) melimpahkan tanggungjawab, h) mengolah waktu, i) mengalokasikan sumber-sumber pengajaran dan sumber lainnya, j) mengurangi ketegangan guru/staf, k) mendokumentasikan kegiatan organisasi pengajaran. 3) Keterampilan manusiawi yang meliputi : a) merespon perbedaan individu guru/staf, b) mengenali kekuatan dan kelemahan guru/staf, c) mengkalsifikasi nilai-nilai, d) menspesifikasi persepsi, e) membuat komitmen tentang tujuan yang disepakati, f) menyelenggarakan diskusi kelompok/ dinamika kelompok, g) mendengarkan, h) melaksanakan pertemuan, j) mengadakan interaksi secara bersama-sama, k) mengadakan interaksi secara lugas tetapi tegas, l) memecahkan konflik, m) membangkitkan kerjasama, n) menjadikan diri sebagai model atau contoh. (Alfonso 1981) C. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGAWAS 1. Kompetensi pengawas Kompetensi pengawas pendidikan di Indonesia telah ditetapkan melalui peraturan menteri pendidikan nasional RI nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah /madrasah. Peraturan menteri tersebut menegaskan tentang kualifikasi dan kompetensi pengawas. Kompetensi pengawas terdiiri dari : 1) Kompetensi kepribadian , indikatornya : a) memilki tanggungjawab sebagai pengawas satuan pendidikan, b) kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya, c) memilki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya, 4) menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan. 2) kompetensi manajerial : a) menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, b) menyusun program pengawasan berdasarkan visi misi tujuan dan program pendidikan di sekolah, c) menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah, d) menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah, e) membina kapala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah, f) mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksnakan tugas pokoknya di sekolah, g)
260
memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah. 3) kompetensi supervisi akademik : a) memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan mata pelajaran, b) memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karaktaristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran /pembimbingan, c) membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran berdasarkan standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar dan prinsipprinsip pengembanagn KTSP, d) membimbing guru dalam memilih dan menggunakan starategi/ metode/teknik pembelajaran /bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi melalui bidang penegembangan/mata pelajaran, e) membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau mata pelajaran/bimbingan untuk pengembangan atau mata pelajaran, f) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan di kelas atau di lapangan untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran, g) membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran, h) memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau matapelajaran. 4) kompetensi Evaluasi Pendidikan : a) menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bidang pengembangan di sekolah, b) membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran, c) menilai kinerja kepala sekolah/madrasah, guru dan staf dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran, d) memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengemmbangan atau mata pelajaran, e) membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran, f) mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah. 5) Kompetensi penelitian pengembangan : a) menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam pendidikan, b) menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas, c) menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif, d) melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan dan perumusan kebijakan pendidikan yang
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
bermanfaat bagi tugas pokok dan tanggungjawabnya, e) mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif, f) menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan atau bidang pengawasan dan memanfaatkan untuk perbaikan mutu pendidikan, g) menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah, h) memberikan bimbingan pada guru tentang penelitian tindakan kelas baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah. 6) Kompetensi Sosial : a) bekerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka peningkatan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, b) aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas atau satuan pendidikan. 2. Pendidikan dan Latihan Pengawas Pengawas/ Supervisor sekolah mulai jenjang TK/RA sampai dengan SMA/SMK/MA perlu mendapat pelatihan. Para pengawas ini perlu mendapatkan perhatian dalam peningkatan kompetensi kepengawasan dan memantau kinerja kepala sekolah. Pengawas sekolah dipilih dari guru dan kepala sekolah yang berkualitas. Para pengawas yang berasal dari latar belakang berbeda ini perlu disiapkan untuk menjadi pengawas yang mumpuni melalui pendidikan dan pelatihan pengawas.”Mereka seharusnya punya kemampuan yang melebihi kepala sekolah dan guru karena tugasnya mengawasi mereka,” kata Muhammad Hatta, Kepala Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan Pengembangan Sumber Daya Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Pelatihan untuk pengawas masih sangat terbatas. Para pengawas sering melakukan secara mandiri lewat kelompok kerja pengawas sekolah yang bertemu seminggu sekali,” pengawas mesti selalu melek dengan regulasi atau kebijakan pusat dan daerah sehingga dapat membantu sekolah dalam penyesuaian dan perubahan. Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), mengatakan, para pengawas sekolah berasal dari guru dan kepala sekolah. Karena itu, penguatan profesionalisme dan kompetensi guru merupakan langkah awal untuk menyiapkan calon-calon pengawas sekolah yang mumpuni menuju peningkatan mutu sekolah/madrsah. 3. Komitmen pengawas Komitmen adalah suatu sikap kebulatan tekad yang dimiliki oleh seseorang di dalam mencapai sebuah tujuan, tanpa dapat dipengaruhi oleh keadaan apapun juga, hingga tujuan tersebut tercapai. Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaan-
nya dalam organisasi. Komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan. Harusnya, sekali kita komitmen, maka kita akan selalu mempertahankan janji itu sampai akhir. Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata. Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi (Soekidjan, 2009). Menurut Meyer dan Allen (1991, dalam Soekidjan, 2009), komitmen dapat juga berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di organisasi tersebut. Di dalam meningkatkan kinerja pengawas pendidikan agama Islam, komitmen pengawas terhadap tugasnya adalah suatu hal sangat penting. Apabila seorang pengawas memiliki komitmen, maka cita-cita yang hendak anda capai dalam hal ini meningkatkan mutu madrasah akan lebih mudah terlaksana. Karena pentingnya komitmen ini, maka sebelum menjalankan komitmen, setiap langkah yang akan dijalani oleh pengawas pendidikan agama Islam, harus benar-benar direncanakan dengan matang. Pengawas atau biasa disebut supervisor dalam merencanakan kepengawasan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Untuk supervisi tidak ada rencana yang standar Karena setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan yang berbeda-beda, tentu memerlukan bantuan yang berbeda-beda pula. Supervisi merupakan suatu usaha untuk membantu guru untuk meningkatkan kemampuan dan penampilannya, sesuai dengan kebutuhan dalam situasi bekerjanya. Karena bantuan harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi tersebut. b. Perencanaan supervisi memerlukan kreatifitas Supervisi tidak dapat direncanakan dan dilaksanakan menurut satu pola tertentu yang dapat diberlakukan untuk segala macam tujuan dan keadaan. Tiap sekolah mempunyai karakteristik lingkungan tersendiri dengan keadaan yang berbeda dan masalah yang berlainan. Peningkatan pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakreristik murid-murid dan karakteristik guru dan tujuan khusus sekolah itu. Semua hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor penentu dalam menyusun program supervisi di sekolah. Hal itu memerlukan kreatifitas dari pengawas/supervisor dalam menyusun programnya. Apakah kegiatan supervisi di sekolah akan ditujukan untuk memperkaya pengalaman
Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014
261
belajar murid, apakah untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memilih dan menggunakan alat pelajaran dll. c. Perencanaan supervisi harus komprehensif Usaha meningkatkan proses pembelajaran mencakup berbagai segi yang sukar dipisah-pisahkan. Guru, alat, metode, fasilitas, murid, sikap kepala sekolah, semua bersangkut paut dan saling mempengaruhi. Usaha peningkatan penggunaan alat pembelajaran baru dengan cara-cara pemeliharaannya, serta peningkatan sikap profesional harus dilaksanakan secara totalitas sistem bukan parsial sistem. d. Perencanaan supervisi harus kooperatif Supervisi bukan masalah perseorangan. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang menyangkut seluruh komponen sekolah, bukan hanya seorang guru saja atau hanya kepala saja. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan supervisi oleh seorang supervisor memerlukan bantuan orang lain, anggota staf lainnya. Sehingga dalam perencanaan pun diperlukan bantuan dari orang-orang yang berkaiatan langsung dalam pelaksanaannya. e. Perencanaan supervisi harus fleksibel Seorang pengawas/supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara penyampaian tujuan yang telah direncanakan, tetapi selalu berusaha menyesuaikannya pada situsi baru dan tekanan-tekanan keadaan sesuai karakteristik guru-gurunya.
D. KINERJA PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN MUTU MADRASAH Pengawas melakukan fungsi tunggal, yaitu fungsi pembinaan dan pengembangan profesionalitas kepala sekolah dan guru, serta perbaikan mutu pendidikan tingkat mikro yang ada pada wilayah tugasnya. Kaitannya dengan ini, dan untuk mengetahui peranan kinerja pengawas sebagai tenaga pengembang dideskripsikan oleh Danim (2002: 91), sebagai berikut: Pertama, dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan bimbingan profesional, pada umumnya pengawas sudah tampil pada lingkup tugas dan fungsi yang harus dijalankan. Kedua, sebagian lagi memandang bahwa pengawas belum memiliki tingkat profesionalitas yang tinggi, namun cukup memadai dalam melaksanakan tugas pembinaan, baik dalam bidang administratif, akademik, maupun teknis. Ketiga, menurut penilaian atasan, mereka dipandang memiliki kemauan dan kemampuan untuk tumbuh mandiri secara professional; mampu menciptakan hubungan kerjasama dan koordinasi yang baik dengan Kepala Diknas, Kasubdit
262
Dikmenum, dan Dinas Diknas Kabupaten/Kota; dan dapat menjalin hubungan harmonis dengan kepala sekolah dan guru-guru. Keempat, pengawas cukup berpengalaman dalam bidang kebijakan dan praktik kependidikan, tugas-tugas kepengawasan, banyak aktif di kelompok kerja guru (KKG), dan memiliki pengalaman yang cukup luas dalam bidang organisasi dan kemasyarakatan. Kelima, pada aspek personal pengawas dipersepsi telah memiliki kemampuan hubungan personal dan sosial yang harmonis. Keenam, pengawas sendiri merasakan masih ada kelemahan dalam berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan strategi efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi. Ketujuh, kelemahan itu mereka rasakan juga dalam hal menjalankan tugas, seperti penguasaan bidang studi tertentu, dan penguasaan teori dan praktek BP/BK di sekolah. Kedelapan, pengawas masih merasakan ada kelemahan dalam hal kompetensi pribadi bagi pelaksanaan pembinaan, pengendalian, dan penilaian terhadap guru dan kepala sekolah, serta kiat melakukan hubungan sosial dan kemasyarakatan. Berdasarkan persepsi di atas, maka dapat dirumuskan kinerja pengawas sekolah menengah dalam satu sisi dipandang sangat memadai untuk meningkatkan kemampuan profesional, pribadi, dan sosial mereka erat kaitannya dengan tugas-tugas mikro pembelajaran atau untuk pelaksanaan tugastugas operasional. Di sisi lain, kinerja pengawas sekolah menengah dianggap simultan untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dengan harus melakukan program pembinaan profesional para guru-guru secara kontinyu atau terus-menerus, teratur dan komprehensif. Dengan demikian, dapat dirumuskan di sini bahwa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka pengawas hendaknya melakukan hal-hal berikut : 1.
2.
3.
Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar yang baik. Bersama kepala sekolah, guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
4.
5.
Membina kerjasa sama yang baik dan harmonis antara kepala sekolah, guru-guru dan ppihakpihak terkait, termasuk siswa. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dengan melakukan bimbingan baik secara individu maupun secara berkelompok.
Kinerja pengawas dapat dilihat dari bagaimana upaya mengendalikan dalam artian mengawasi pelaksanan kurikulum, pelaksanaan pengajaran, pengelolaan keuangan sekolah, dan jika kesemuanya ini berjalan dengan baik, praktis bahwa mutu pendidikan mengalami peningkatan yang signifikan. Sebaliknya, bila pengawas sekolah tidak mampu bertindak sebagai pengendali, praktis bahwa kinerjanya dianggap kurang memadai. Di samping sebagai pengendali, kinerja pengawas dapat dilihat dari kemampuannya dalam melaksanakan program supervisi sekolah, serta memberi petunjuk perbaikan terhadap peyimpangan dalam pengelolaan sekolah.Yang terpenting pula untuk melihat kinerja pengawas adalah bagaimana ia melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam hal menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan waktu; menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah; menilai pemanfaatan sarana sekolah; menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha sekolah; menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat. Jadi, jelaslah bahwa kinerja pengawas dalam peranannya, ia sebagai supervisor, pengendali dan penilai dalam dunia pendidikan, yang pada gilirannya jika ia memperlihatkan kinerjanya yang efektif dan efisien sesuai dengan kewajiban, maka akan bermuara pada pencapaian mutu pendidikan yang tinggi.
E. PENUTUP Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan selama ini yang secara terus menerus selalu dilaksanakan, memiliki keterkaitan erat dengan kinerja pengawas sekolah. Pengawas/Supervisor mempunyai posisi yang stratejik dalam peningkatan mutu Madrasah. Hal ini terlihat pada peranan yang harus dilakukan dalam pembinaan kompetensi guru menuju pada peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini mutu sekolah/ madrasah. Untuk meningkatkan mutu madrasah maka ada tiga variabel yang mempengaruhi kinerja pengawas dalam meningkatkan mutu sekolah/ madrasah. Dalam upaya pemberdayaan pengawas/supervisor maka diperlukan komitemen dari pihak-pihak penentu kebijakan di daerah untuk melakukan rekruitmen pengawas/supervisor secara baik dan benar sesuai standar dan persyaratan yang ada, pembinaan dan pengembangan kompetensi pengawas/supervisor secara terus menerus melalui kegiatan diklat kepengawasan. Untuk menjadi pengawas yang profesional butuh komitmen yang tinggi dari pengawas itu sendiri. Dan yang tak kala pentingnya
juga adalah pemberian penghargaan terutama kesejahteraan yang memadai, dan mengefektifkan organisasi kepengawasanan untuk pembinaan anggotanya. Dengan demikian pengawas/supervisor dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarman. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Departemen Agama RI Ditjen Kelembagaan Agama Islam, Profesionalisme Pengawas Pendais, Jakarta:2003 Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rodakarya, 1998. Republik Indonesia. Peraturan pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud, 1992. Sidi, Indra Jati (ed). Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina, 2001. Suryadi. A. Tilaar. H.A.R. Analisis Kebijakan Pendidikan; Suatu Pengantar. IBandung: Remaja karya, 1993.s Tim Redaksi Fokusmedia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Fokusmedia, 2003 Masaong, A.K .2011. Supervisi Gorontalo: Sentra Media
Pendidikan,
Masaong, A.K. 2012. Pemberdayaan Supervisor sebagai Gurunya Guru. Makalah Simposium Ilmu Pendidikan, UNESA. Sahertian, P.A. (2000). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta.
Volume 02 Nomor 2 Agustus 2014
263